UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA SKRINING AKTIVITAS...
Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA SKRINING AKTIVITAS...
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
SKRINING AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI DARI
EKSTRAK ETANOL 70% RIMPANG: JAHE MERAH
(Zingiber officinale Roscoe), BANGLE (Zingiber
purpureum Roscoe), TEMU KUNCI (Boesenbergia
rotunda (L.) Mansf.) dan TEMU PUTIH (Kaempfria
rotunda L.) PADA TIKUS YANG DIINDUKSI
ADRENALIN
SKRIPSI
NIDA AULIYA RAHMAH
NIM: 11141020000080
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
SEPTEMBER / 2018
i UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
SKRINING AKTIVITAS ANTIHIPERTENSI DARI
EKSTRAK ETANOL 70% RIMPANG: JAHE MERAH
(Zingiber officinale Roscoe), BANGLE (Zingiber
purpureum Roscoe), TEMU KUNCI (Boesenbergia
rotunda (L.) Mansf.) dan TEMU PUTIH (Kaempfria
rotunda L.) PADA TIKUS YANG DIINDUKSI
ADRENALIN
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi
NIDA AULIYA RAHMAH
NIM: 11141020000080
PROGRAM STUDI FARMASI
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
SEPTEMBER / 2018
IJ.I\I-AMAN PERNYATAAN ORTSINALITAS
Skripsi ini actalah hasitr karya sendirt,
Sernua sumber baik yang dikutip lrraupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Nama
NIMTanda Tangan
TanggaJ
Nida Auliya Rahmah
I 1 141020000080
21 Septer"nber 2018
UIN SYARIF FIIDAYATULLAH JAKARTA
Nama
NIM
Program Studi
Judul
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
: Nida Auliya Rahmah
: l).147020000080
: Farmasi
: Skrining Aktivitas Antihipertensi dari Ekstrak
Etanol 70% Rimpang: .Iahe merah (Zingiber
ofJicinole Roscoe), Bangle (Zingiber purpureum
Roscoe), Temu kunci (-Boesenbergicr rotundo (L.)
Mansf) dan Temu pfith (Kaempfria ronmda L.)
pada tikus yang diinduksi Adrenalin
Disetujui oleh:
Pembimbing I
Dr. Nurmeilis. M.Si.. AptNrP. 1 9740430200s0 l 2003
gII
Ismiarni Komala. Ph.D.. AptNIP. 1 9780630200604200t
Mengetahui,Ketua Program Studi Farmasi
Fakultas Ilmu KesehatanLIIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Dr. Nurmeilis. NI.Si.. AptNIP, 1 974043020050 1 2003
til UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi ini diajukan oleh:
Nama
NIM
Program Studi
Judul
Pembimbing I
Pembimbing II
Penguji I
Penguji II
Ditetapkan di
Tanggal
Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima
sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar
Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan
(FIKes) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
DEWAN PEMBIMBING DAN PENGUJI
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI
Nida Auliya Rahmah
tt141020000080
Fannasi
Skrining Aktivitas Antihiperlensi clari Ekstrak Etanol
70% Rirnpang: Jahe Merah (Zingiber officinale
Roscoe), Bangle (Zingibar purpureum Roscoe). Tetnu
Kunci (Bocsenbet'gia rotunda (L.) Manst./ clan Tetnlt
Putih (Kaemp.f ict rotwtdo L.) pada tikus yang
diinduksi ,\drenalin.
Dr. Nurmeilis M.Si., Apt.
Ismiarni Kotnala Ph.D., Apt.
Hendri Aldrat Ph.D., Apt"
Marvel M.Farm., Apt.
Jakarta
Jt SepWher zo,B
iv UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
v UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ABSTRAK
Nama : Nida Auliya Rahmah
NIM : 11141020000080
Program Studi : Farmasi
Judul : Skrining Aktivitas Antihipertensi dari Ekstrak Etanol 70%
Rimpang: Jahe merah (Zingiber officinale Roscoe), Bangle
(Zingiber purpureum Roscoe), Temu kunci (Boesenbergia
rotunda (L.) Mansf.) dan Temu putih (Kaempfria rotunda
L.) pada tikus yang diinduksi Adrenalin
Hipertensi merupakan the silent killer disease dimana terjadi peningkatan tekanan
darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90 mmHg. Penyakit
yang memiliki komplikasi kardiovaskular ini yang sudah menyerang 25,8%
penduduk Indonesia. Famili Zingiberaceae termasuk didalamnya Jahe merah
(Zingiber officinale Roscoe), Bangle (Zingiber purpureum Roscoe), Temu kunci
(Boesenbergia rotunda (L.) Mansf.) dan Temu putih (Kaempfria rotunda L.)
mengandung banyak senyawa yang dapat mengobati hipertensi diantaranya
flavonoid dan polifenol. Penelitian ini dilakukan untuk menguji aktivitas
antihipertensi dari ekstrak etanol 70% Z.officinale, Z. purpureum, K. rotunda dan
B. rotunda. 35 ekor tikus jantan Sprague Dawley (150-250 g) dibagi dalam 1
kelompok normal dan 6 kelompok hipertensi (induksi adrenalin 1 mg/kgBB) yang
diberi perlakuan selama 7 hari. Kelompok hipertensi terdiri dari kontrol positif
(propanolol 8.2 mg/kgBB), kontrol negatif (tanpa perlakuan) dan 4 kelompok
ekstrak yang masing masing diberikan dosis yang sama yakni 500 mg/kgBB.
Pengukuran nilai tekanan darah sistolik, diastolik dan heart rate dilakukan selama
14 hari (H0, H7 dan H14) menggunakan instrumen CODA noninvasive blood
pressure system. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada dosis 500 mg/kg BB
ekstrak etanol 70% semua ekstrak uji mampu menurunkan nilai tekanan darah
sistolik secara bermakna (p≤0.05) dengan presentase penurunan tertinggi
ditunjukkan pada ekstrak Z. officinale (27.35%) . Sedangkan ekstrak etanol 70%
Z. officinale dan B. rotunda mampu menurunkan tekanan darah diastolik secara
bermakna dengan presentase penurunan tertinggi ditunjukkan pada ekstrak B.
rotunda (28.87%). Ekstrak etanol 70% Z. officinale , Z. purpureum dan K.
rotunda juga diketahui mampu menurunkan nilai heart rate secara bermakna
dengan presentase penurunan tertinggi ditunjukkan pada ekstrak K. rotunda
(36.80%).
Kata Kunci : Z. officinale, Z. purpureum, K. rotunda, B. rotunda, Antihipertensi,
Induksi Adrenalin
vi UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
ABSTRACT
Name : Nida Auliya Rahmah
Departement : Pharmacy
Title : Screening of Antihypertensive Activity of Jahe merah
(Zingiber officinale Roscoe), Bangle (Zingiber purpureum
Roscoe), Temu kunci (Boesenbergia rotunda (L.) Mansf.)
and Temu putih (Kaempfria rotunda L.) ethanolic extract in
adrenaline induced rat.
Hypertension or well known as a silent killer disease is defined as having
a systolic blood pressure of ≥140 mmHg and diastolic blood pressure ≥90 mmHg.
Hypertension plays a major player in the onset of cardiovascular disease and
affected more than 25,8% of indonesian people. Famili Zingiberaceae, including
Zingiber officinale Roscoe, Zingiber purpureum Roscoe, Boesenbergia rotunda
(L.) Mansf. and Kaempfria rotunda L. contains interesting coumpound that can
treating hypertension such as flavonoid and polifenol. This research was
undertaken to examine antihypertensive activity of Z. officinale, Z. purpureum, K.
rotunda and B. rotunda 70% ethanolic extract. Thirty five Sprague Dawley-
albino male rats (150-250 g) were divided into normotensive group (n=5) and 6
hypertensive group induce by 1 mg/kgbw adrenaline i.p for 7 days. Thus, six
hypertensive group were given treatment for 7 consecutive days, i.e untreated
group ( 1 mL aquadest) as a negative control, treated by propanolol 8.2 mg/kg bw
as a positive control, and 4 groups treated by each extract at similar dose 500
mg/kg bw. The evaluation of systolic, diastolic blood pressure and heart rate were
followed during 14 days (D0, D7, D14) using CODA noninvasive blood pressure
system. The result exhibited that at dose 500 mg/kg bw all the extracts reduce
sistolic blood pressure significantly (p≤0.05) with Z. officinale was the prior
(27,35%); Z. officinale and B. rotunda also reduced diastolic blood pressure
significantly (p≤0.05) with B. rotunda was the prior (28.87%); Z. officinale, Z.
purpureum and K. rotunda can also reduce heart rate significantly (p≤0.05) with
K. rotunda was the prior (36,80%)
Keyword: Z. officinale, Z. purpureum, K. Rotunda, B. rotunda, antihypertensive,
adrenaline induced rat
vii UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT. atas segala
nikmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi.
Shalawat serta salam kepada Baginda Nabi Muhammad SAW. yang membawa
petunjuk bagi umat manusia, semoga kelak kita mendapatkan syafa’at beliau.
Skripsi dengan Judul “Skrining Aktivitas Antihipertensi dari Ekstrak Etanol
70% Rimpang: Jahe merah (Zingiber officinale Roscoe), Bangle (Zingiber
purpureum Roscoe), Temu kunci (Boesenbergia rotunda (L.) Mansf.) dan Temu
putih (Kaempfria rotunda L.) pada tikus yang diinduksi Adrenalin” ini disusun
untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Program
Studi Farmasi Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Penulis menyadari bahwa dalam penelitian hingga penyusunan skripsi ini
akan terasa sangat sulit tanpa adanya bantuan, dukungan, bimbingan dan doa dari
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes. selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Nurmeilis M.Si., Apt. selaku pembimbing pertama sekaligus Ketua
Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan Ismiarni
Komala Ph.D., Apt. selaku pembimbing kedua yang memiliki andil besar
dalam proses penelitian dan penyelesaian skripsi ini, semoga segala
bantuan dan bimbingan dari ibu mendapatkan imbalan yang lebih baik
dariNya.
3. Seluruh dosen Program Studi Farmasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis menempuh
pendidikan.
4. Kedua orang tua tercinta Ayah Nahari Muslih dan Ibu Siti Nurmila yang
senantiasa memberikan kasih sayang, dukungan baik moril maupun
materil serta doa yang tiada henti yang selalu menyertai langkah penulis.
viii UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
5. Adikku Nahla Fathiyya Mumtaz yang senyumnya selalu memberikan
semangat agar penulis segera menyelesaikan tugas akhirnya.
6. Sahabat Diana Mustika Ratu yang senantiasa menyemangati penulis dan
berjuang bersama dalam penelitian ini.
7. Maulana Ja’far Islami yang telah mendukung dan mendengarkan cerita
penulis selama penelitian.
8. Keluarga Animal House: Inez Latanza, Khoirunnisa’, Fauziah dan Ridho
Faiqyl Layaly yang telah banyak membantu, tertawa bersama dan
memotivasi selama penelitian berlangsung.
9. Sahabat Trio Al Muna tercinta : Ferani Nadyn Fatma dan Septa Rahmadini
yang selalu ada sebagai support system dimanapun dan kapanpun.
10. Sahabat yang selalu memiliki solusi andal, Nurjihan Fahira dan Ririn
Yuliana.
11. Teman teman Farmasi 2014 terutama kelas AC atas persaudaraan,
kebersamaan suka dan duka selama masa perkuliahan.
12. Para staf administrasi, karyawan dan laboran FIKes UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta yang telah membantu selama kelancaran studi.
13. Seluruh pihak yang tidak dapat disebutka satu persatu yang telah banyak
membantu penulis dalam penelitian dan penulisan skripsi baik secara
langsung maupun tidak langsung.
Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran pembaca
yang embangun diharapkan dapat menjadi penyempurna skripsi ini.
Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan
memberikan sumbangan pengetahuan khususnya di Program Studi Farmasi
Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan pembaca pada
umumnya.
Ciputat, September 2018
Penulis
Nida Auliya Rahmah
IIALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS
AICIIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK
Sebagai
Jakarta,
Nama
NIM
Program Studi
Fakultas
Jenis Karya
civitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah
saya yang bertanda targan dibawah ini,
Nida Auliya Rahmah
1 1 141020000080
Farmasi
Ilmu Kesehatan
Skripsi
demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsilkarya ilmiah saya
yang berjudul,
..SKRIIIING AKTT\,IITAS ANTIHIPERTENSI DARI EKSTRAK ETANOL
70% RIMPANG: JAIIE MERAH (Zingiber officinale Roscoe), BANGLE (Zingiber
purpureum Roscoe), TEMU KUNCI (Boesenbergia rotunda (L.) Mansf.) dan TEMU
PUTIH (Kaempfria rotunda L.) PADA TIKUS YANG DIINDUKSI ADRENALIN"
dipublikasikan ata.u ditampilkan di internet atau media lain, yaitu digital library
perpustakaan akademik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk kepentingan akademik sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.
Demikian pernyataan persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan
sebenar-benatrya
Jakarta, 21 September 20 I 8
menyatakan,
(Nida Auliya Rahmah)
Yang
ix UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
x UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR ISI
Halaman Judul ................................................................................................ i
Halaman Pernyataan Orisinalitas ................................................................. ii
Halaman Persetujuan Pembimbing .............................................................. iii
Halaman Pengesahan Skripsi ........................................................................ iv
Abstrak ............................................................................................................ v
Kata Pengantar ..............................................................................................vii
Halaman Pernyataan Persetujuan Publikasi ................................................ ix
Daftar Isi ......................................................................................................... x
Daftar Gambar ..............................................................................................xii
Daftar Tabel ...................................................................................................xii
Daftar Lampiran ........................................................................................... xiv
BAB I Pendahuluan ........................................................................................ 1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................. 3
1.3. Tujuan penelitian ................................................................................... 3
1.4. Hipotesis ................................................................................................ 4
1.5. Manfaat penelitian ................................................................................. 4
BAB II Tinjauan pustaka ............................................................................... 5
2.1. Famili Zingiberaceae ............................................................................. 5
2.1.1. Jahe merah(Zingiber officinale Roscoe) ................................................. 6
2.1.2. Bangle (Zingiber purpureum) ................................................................ 8
2.1.3. Temu kunci (Boesenbergia rotunda) .................................................... 10
2.1.4. Temu putih (Kaempfria rotunda) .......................................................... 12
2.2. Hipertensi ............................................................................................. 13
2.2.1. Definisi Hipertensi ............................................................................... 13
2.2.2. Etiologi Hipertensi ............................................................................... 14
2.2.3. Patofisiologi Hipertensi ........................................................................ 14
2.2.4. Pengobatan Hipertensi .......................................................................... 17
2.2.5. Propanolol ............................................................................................ 20
xi UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2.3. Peran Herbal pada Pengobatan Hipertensi............................................. 20
2.4. Ekstraksi............................................................................................... 23
2.5. Model Hewan Hipertensi ...................................................................... 24
2.6. Adrenalin ............................................................................................. 27
2.7. Metode Pengukuran Tekanan Darah pada Tikus ................................... 29
2.8. Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) galur Sprague Dawley ............. 31
BAB III Metode Penelitian ............................................................................ 33
3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................... 33
3.2. Alat dan Bahan ..................................................................................... 33
3.3. Rancangan Penelitian ........................................................................... 34
3.4. Variabel Penelitian ............................................................................... 35
3.5. Besar Sampel ........................................................................................ 36
3.6. Langkah Kerja ...................................................................................... 36
3.6.1 Penyiapan Simplisia dan Ekstrak ......................................................... 36
3.6.2 Skrining Fitokimia Ekstrak ................................................................... 37
3.6.3 Aklimatisasi Hewan Uji........................................................................ 38
3.6.4 Penyiapan Bahan Uji invivo Antihipertensi ........................................... 39
3.6.5 Pemberian Perlakuan pada Hewan Uji .................................................. 39
3.7 Analisis Data ........................................................................................ 40
BAB IV Hasil dan Pembahasan..................................................................... 41
4.1 Hasil..................................................................................................... 41
4.1.1 Determinasi Tanaman ........................................................................... 41
4.1.2 Persen Rendemen Ekstrak .................................................................... 41
4.1.3 Skrining Fitokimia................................................................................ 41
4.1.4 Uji Aktivitas Antihipertensi secara invivo ............................................. 42
4.2 Pembahasan ......................................................................................... 49
4.2.1 Penyiapan Ekstrak Uji .......................................................................... 49
4.2.2 Uji Aktivitas Antihipertensi .................................................................. 50
4.2.3 Pengaruh Pemberian Ekstrak Terhadap Parameter Uji .......................... 54
BAB V Kesimpulan dan Saran ...................................................................... 58
Daftar Pustaka ............................................................................................... 59
Lampiran ....................................................................................................... 67
xii UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR GAMBAR
2.1 Zingiber officinale Roscoe........................................................................... 6
2.2 Zingiber purpureum Roscoe ........................................................................ 8
2.3 Boesenbergia rotunda (L.) Mansf. ............................................................... 10
2.4 Kaempfria rotunda L. .................................................................................. 12
2.5 Struktur Kimia Propanolol........................................................................... 20
2.6 Sel Endotel Manusia ................................................................................... 22
2.7 Skema Peran Tumbuhan dalam penyembuhan patogenesis dari Hipertensi .. 22
2.8 Aktivitas Molekuler Adrenalin pada Sistem Saraf Simpatik ........................ 28
2.9 Struktur Kimia Adrenalin ............................................................................ 29
4.1 Kurva Tekanan Darah Sistolik hari ke-0,7 dan 14 ........................................ 43
4.2 Kurva Tekanan Darah Diastolik hari ke-0,7 dan 14 ..................................... 44
4.3 Kurva Denyut Jantung/ Heart Rate hari ke-0,7 dan 14 ................................. 46
4.4 Diagram Batang Presentase Penurunan Parameter Uji Antihipertensi .......... 48
xiii UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR TABEL
2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Manusia ......................................................... 34
2.2 Data Biologis Tikus Putih ........................................................................ 32
3.1 Pembagian Kelompok dan Pemberian Dosis ............................................. 35
3.2 Jadwal Pengukuran Parameter Uji ............................................................ 40
4.1 Persen Rendemen Ekstrak ........................................................................ 41
4.2 Hasil Skrining Fitokimia .......................................................................... 41
4.3 Rerata Nilai Tekanan Darah Sistolik hari ke-0, 7 dan 14 ........................... 42
4.4 Rerata Nilai Tekanan Darah Diastolik hari ke-0, 7 dan 14 ........................ 44
4.5 Rerata Nilai Denyut Jantung (Heart Rate) hari ke-0, 7 dan 14 .................. 46
4.6 Presentase Penurunan Parameter Uji Antihipertensi.................................. 47
xiv UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Alur Pembuatan Ekstrak ............................................................. 67
Lampiran 2. Surat Keputusan Lolos Kaji Etik Hewan Penelitian .................... 68
Lampiran 3. Hasil Determinasi Sampel Tumbuhan Uji ................................... 69
Lampiran 4. Surat Keterangan Hewan Uji ...................................................... 70
Lampiran 5. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik Hewan Penelitian ................... 71
Lampiran 6. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak ................................................ 72
Lampiran 7. Konversi Dosis Hewan ............................................................... 78
Lampiran 8. Perhitungan Dosis Ekstrak.......................................................... 78
Lampiran 9. Dokumentasi Penelitian .............................................................. 80
Lampiran 10. Data Tekanan Darah Sistolik, Diastolik dan Heart Rate.............. 84
Lampiran 11. Hasil Analisa Data Tekanan Darah Sistolik ................................ 86
Lampiran 12. Hasil Analisa Data Tekanan Darah Diastolik .............................. 92
Lampiran 13. Hasil Analisa Data Denyut Jantung ............................................ 97
1 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan
tekanan darah sistolik ≥140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik ≥90
mmHg (Ismail, 2003). Hipertensi dikategorikan sebagai the silent killer
disease karena penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi
sebelum memeriksakan tekanan darahnya (Wahdah, 2011).
Menurut data WHO, di seluruh dunia sekitar 972 juta orang atau
26,4% penduduk dunia mengidap hipertensi, angka ini kemungkinan akan
terus meningkat menjadi 29,2% di tahun 2025. Dari 972 juta pengidap
hipertensi, 333 juta berada di negara maju dan 639 juta sisanya berada di
negara berkembang, termasuk Indonesia (Yonata & Pratama, 2016). Data
Riskesdas di tahun 2013 menunjukkan bahwa secara nasional 25,8%
penduduk Indonesia mengidap hipertensi. Hal ini menunjukkan bila di tahun
2014 penduduk Indonesia adalah sebesar 252.124.458 jiwa, maka terdapat
65.048.110 jiwa yang menderita hipertensi dan kemungkinan akan terus
bertambah setiap tahunnya (Pusdatin Kemenkes RI, 2014)
Apabila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan yang
memadai, peningkatan tekanan darah yang berlangsung dalam jangka
panjang dapat menimbulkan komplikasi pada sistem kardiovaskular.
Hipertensi mencetuskan timbulnya plak aterosklerotik di arteri serebral dan
arteriol, yang dapat menyebabkan oklusi arteri, cedera iskemik dan stroke
sebagai komplikasi jangka panjang (Yonata & Pratama, 2016). Pengobatan
hipertensi dapat mengurangi resiko penyakit kardiovaskular. Sejumlah
pedoman Internasional menunjukkan bahwa tekanan darah harus dikurangi
setidaknya dibawah 160/90 mmHg untuk meminimalisir resiko
kardiovaskular pada pasien hipertensi (Elsik dan Krum 2007).
Namun akhir akhir ini, obat obat yang biasa dipakai untuk menurunkan
tekanan darah memiliki sejumlah kekurangan. Propanolol merupakan obat
golongan beta blocker yang biasa dipakai oleh penderita hipertensi diketahui
2
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
memiliki sejumlah efek samping seperti bradikardia, bronkospasme,
kelelahan, gangguan saluran cerna dan psoriasis (Aberg et al., 2009). Oleh
karena itu, perlu dicari obat yang berasal dari alam yang lebih poten namun
memiliki efek samping yang lebih sedikit. Indonesia sangat kaya akan
sumber daya nabati dan merupakan salah satu negara megabiodiversity
terbesar di dunia. Didalamnya terdapat gudang tumbuhan obat, sehingga
dunia menjuluki Indonesia sebagai live laboratory yang diharapkan mampu
menjawab tantangan pencarian obat baru (Wijayakusuma, 2007). Dalam
Islam pun, kitab suci kita yakni Al Qur’an memiliki ayat yang dapat menjadi
inspirasi dalam penelitian. Diantaranya tertera dalam surat Al-Insaan ayat 17
yang berbunyi:
”ويسقون فيها كانكأسا مزاجها زنجبيل “
“Di dalam surga itu mereka diberi segelas minuman yang campurannya
adalah jahe (Q.S Al Insaan :17).”`
Telah diketahui bahwa tanaman jahe jahean merupakan sekelompok
tanaman yang masuk ke dalam famili zingiberaceae. Tanaman Z. officinale,
Z. purpureum, K. rotunda dan B. rotunda merupakan bagian dari famili
zingiberaceae yang banyak tumbuh di Indonesia ini perlu diteliti lebih lanjut
manfaatnya, termasuk didalamnya manfaat dalam pengobatan hipertensi.
Pada penelitian sebelumnya, hipertensi kerap kali dikaitkan dengan
stress oksidatif karena lemahnya efek protektif dari antioksidan tubuh
(James et al., 2014) (Sulastri & Liputo, 2011). Peningkatan stres oksidatif
dapat menyebabkan penurunan bioavailabilitas nitric oxide (NO) sehingga
hipertensi dapat terjadi (Touyz, 2004). Tumbuhan dari famili zingiberaceae
seperti Z. officinale, Z. purpureum, K. rotunda dan B. rotunda diketahui
memiliki banyak aktivitas sebagai antioksidan. Z. officinale diketahui
memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi diantaranya dalam uji 1,1-
diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) radical scavenging actity dan aktivitas
inhibisi oksidasi metil linoleat dengan metode oil stability index (OSI)
(Masuda, et al., 2004). Z. purpureum juga diketahui memiliki aktivitas
antioksidan yang tinggi (Chirangini et al, 2004 dan Habsah et al., 2000).
3
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Ekstrak kloroform K. rotunda juga ditemukan memiliki aktivitas antioksidan
berdasarkan metode Folin Cholceau (Sundari, 2013). Aktivitas anti oksidan
juga ditunjukkan oleh rimpang B. rotunda (Kim et al, 2013 dan Cahyadi et
al, 2014). Rimpang-rimpang tersebut juga diketahui memiliki kandungan
flavonoid yang mampu mengobati hipertensi. Flavonoid mampu berdifusi
secara langsung dan mensintesa NO dalam endotel dan otot polos
selanjutnya merangsang guanylate cyclase untuk membentuk cGMP
sehingga terjadi vasodilatasi (McNeill et al, 2006).
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi potensi tumbuhan
herbal dari famili Zingiberaceae yang belum banyak diteliti seperti Z.
officinale, Z. purpureum, K. rotunda dan B. rotunda dengan tujuan menguji
aktivitas antihipertensinya. Disebabkan keberadaan rimpang temu–temuan
di Indonesia melimpah, memiliki harga yang murah dan bukti-bukti ilmiah
tentang ekstrak etanol temu-temu ini sebagai antihipertensi secara invivo
dengan metode non invasive menggunakan tikus galur Sprague Dawley
dengan induksi adrenalin belum pernah ditemukan, maka penulis ingin
mengetahui aktivitas antihipertensi tanaman-tanaman tersebut secara in vivo
dengan metode non invasive.
Pengujian hipertensi pada hewan dapat diinduksi dengan berbagai
cara, salah satunya adalah dengan pemberian adrenalin (Hoffman, 2012).
Hal ini dikarenakan adrenalin dapat mengaktivasi reseptor adrenergik,
mengaktivasi kanal ion Ca2+, mengaktivasi sistem renin-angiotensin-
aldosteron dan memiliki efek konotropik positif yang berhubungan dengan
peningkatan curah jantung dan tahanan tepiyang dapat menyebabkan
hipertensi pada hewan uji dengan waktu yang relatif singkat (Gerich, 1976).
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang, dapat diperoleh rumusan masalah apakah
ekstrak etanol 70% Z. officinale, Z.purpureum, B. rotunda dan K. rotunda
dapat menurunkan tekanan darah pada tikus hipertensi yang diinduksi
adrenalin?
4
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk menskrining pemberian ekstrak etanol
70% rimpang Z. officinale, Z. purpureum, B. rotunda dan K. rotunda
terhadap penurunan tekanan darah pada tikus hipertensi yang diinduksi
adrenalin.
1.4 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini menyatakan bahwa ekstrak etanol 70%
rimpang Z. officinale, Z.purpureum, B. rotunda dan K. rotunda dapat
menurunkan tekanan darah pada tikus putih galur Sprague Dawley yang
diinduksi adrenalin.
1.5 Manfaat Penelitian
Memberikan informasi pada masyarakat luas mengenai khasiat rimpang Z.
officinale, Z.purpureum, B. rotunda dan K. rotunda dapat berpotensi
sebagai terapi komplementer antihipertensi serta dapat menjadi acuan bagi
penelitian selanjutnya.
5 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Famili Zingiberaceae
Nama Zingiber kemungkinan berasal dari bahasa Arab “zanjabil”
yang dalam bahasa sansekerta “singabera” dalam bahasa Yunani menjadi
“zingiberi” dan ini dilatinkan menjadi “zingiber”. Secara botani, Zingiber
menjadi penunjuk nama untuk semua famili jahe-jahean (Zingiberaceae)
(Larsen et al., 1999). Taksonomi tumbuhan dari famili zingiberaceae adalah
sebagai berikut (Joy,1998) :
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Stamicinales
Famili : Zingiberaceae
Famili Zingiberaceae terdiri dari kelompok besar tanaman obat
rhizomatous yang ditandai dengan adanya minyak atsiri, oleoresin dan
terpenoid. Berbagai tanaman milik keluarga Zingiberaceae dimanfaatkan
sebagai tanaman hias, obat-obatan atau makanan (sayuran atau rempah-
rempah), Rimpang famili Zingiberaceae banyak digunakan dalam asupan
makanan dan juga dalam sistem pengobatan tradisional. Banyak ditemukan
komponen komponen dengan aktivitas fisiologis yang beragam seperti
antimikrobial, antiarthritis, antioksidan, antikanker, antiinflamasi,
kardioprotektif, anti diabetes, anti-HIV dan neuroprotektif telah berada di
minyak esensial tanaman Zingiberaceous (Joy, 1998). Genus yang diketahui
memiliki banyak aktifitas kardioprotektif diantaranya adalah Alpini,
Amomum, Curcuma, Hedycium, Kaempferia dan Zingiber (Konickal, et al.,
2013).
6
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2.1.1 Jahe merah (Zingiber officinale Roscoe)
(a) (b)
Gambar 2.1 Zingiber officinale Roscoe (a) Rimpang segar (b) Rajangan
(sumber: dokumentasi pribadi)
2.1.1.1 Determinasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Marga : Zingiber
Jenis :Zingiber officinale Roscoe
(Tjitrosoepomo, 1994)
2.1.1.2 Nama Daerah
Tanaman jahe memiliki beberapa sebutan,antara lain gember
(Aceh), halia (Gayo), goraka (Manado), halia, sipadas (Minangkabau),
lai (Sunda), jahe (Jawa) jae (Madura), lia (Gorontalo) ,gisoro (Ternate).
(Heyne, 1987)
2.1.1.3 Morfologi Tanaman
Z. officinale adalah tumbuhan tahunan dengan tinggi 50-100 cm,
Tumbuhan ini memiliki rimpang tebal berwarna coklat kemerahan.
Daunnya sempit berbentuk lanset dengan panjang 5-25 cm dan lebar 8-
20 mm. Ujung daunnya runcing, pangkal tumpul dan bertepi rata. Bunga
majemuk dengan bentuk bulat telu, muncul dari rimpang, dengan
7
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
panjang tangkai 10-25 cm dan terdapat daun kecil pada dasar bunga.
Mahkota bunga bentuk corong, panjang 2-2,5 cm, berwarna ungu tua
dengan bercak krem-kuning. Kelopak bunga kecil, berbentuk tabung dan
begerigi tiga (Ross,1999).
2.1.1.4 Aktivitas Farmakologi dan Kandungan kimia
Z. officinale memiliki kandungan minyak atsiri yang terdiri atas
senyawa-senyawa sesquiterpen, gingerol, zingiberen, zingeron,
oleoresin, kamfena, limonen, borneol, sineol, sitral, zingiberal,
felandren, vitamin A, B, dan C serta senyawa flavonoid dan polifenol.
Substansi-substansi fenolitik berperan pada pembentukan rasa yang
pedas, tajam dan sensasi menyengat. (Duke, 2000). Z. officinale juga
diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi diantaranya dalam
uji 1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) radical scavenging actity dan
aktivitas inhibisi oksidasi metil linoleat dengan metode oil stability index
(OSI) (Masuda, et al., 2004). Rimpang Z. officinale kepada tikus secara
intraperitonial memberikan nilai LD50 1551±75 mg/kg (Ojewole, 2006).
Penelitian Jagetia et al di tahun 2004 juga menyebutkan bahwa ekstrak
air dari Z. officinale tidak menunjukan adanya gejala tokisisitas hingga
dosis 1500 mg/kgBB tikus.
Pada pengujian antihipertensi, Penelitian Mohan 2007
menyatakan bahwa ekstrak petroleum eter Z. officinale memiliki
aktivitas antihipertensi secara in vivo pada tikus hipertensi yang
diinduksi garam DOCA selama 5 minggu (Mohan, 2007). [6]-gingerol
and [6]-shogaol diketahui menurunkan tekanan darah sistemik pada tikus
yang telah dianastesi dengan dosis 10-100 ug/kg dan dapat menimbulkan
bradikardia ketika diberikan secara intravena (Suekawa et al., 1984;
Suekawa et al., 1986). Ekstrak metanol 70% dari Z. officinale
menginduksi penurunan dose dependent tekanan darah arteri pada tikus
yang telah dianastesi. Efek ini kemungkinan di mediasi sistem kanal ion
kalsium (Ghayur & Gilani, 2005).
8
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2.1.2 Bangle (Zingiber purpureum Roscoe)
(a) (b)
Gambar 2.2 Zingiber purpureum Roscoe (a) Rimpang segar (b) Rajangan
(sumber: dokumentasi pribadi)
2.1.2.1 Determinasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Genus : Zingiber
Spesies : Zingiber montanum Syn. Zingiber purpureum Roscoe
(Tjitrosoepomo, 1994)
2.1.2.2 Nama Daerah
Panglai (Sunda), bengle (Jawa), pandiyang (Madura), manglai
(Sulawesi), bale (Makasar), bangalai (Kalimantan), mungle (Aceh),
banglai (Palembang), bunglai, bangle, kunit bolai (Melayu), benggele
(Bali), unin pakei (Ambon) (Syukur et al., 2001).
2.1.2.3 Morfologi Tanaman
Tanaman bangle (Z. purpureum) mempunyai bentuk batang yang
tegak, berwarna hijau setinggi 1,5 hingga 2 meter. Daun Z. purpureum
.tunggal dengan pangkal tumpul, ujung runcing, berbentuk lonjong,
berbulu panjang, panjang dain 23-25 cm dan lebar 20-25 cm. Bangle
9
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
memiliki bentuk bunga telur yang majemuk, keluar dari ujung batang
dan bentuknya seperti tanda (Herman & Syukur, 2002).
Z. purpureum mempunyai rimpang yang menjalar dan berdaging,
bentuknya hampir bundar sampai lonjong atau tidak beraturan dengan
tebal 2-5 mm. Permukaan luar tidak rata, berkerut, kadang-kadang
dengan parut daun dan berwarna coklat mudah kekuningan.
2.1.2.4 Aktivitas Farmakologi dan Kandungan kimia
Rimpang Z. purpureum sering digunakan sebagai bahan obat-
obatan oleh masyarakat antara lain obat cacing (Gunarti dan Mayangsari,
2000), sakit kuning (Suparto et al., 2000), juga obat demam, sakit
kepala, batuk berdahak, nyeri perut/masuk angin, sembelit, reumatik,
ramuan jamu untuk wanita setelah melahirkan, jamu susut perut
(Wijayakusuma et al., 1996). Pada penelitian Pudjiastuti di tahun 2004,
Uji LD50 infus rimpang Z. purpureum diketahui memiliki nilai dosis
31,56 (24,96-39,87) mg/10gBB terhadap mencit .
Berdasarkan hasil penelitian ekstrak rimpang Z. purpureum
memiliki aktivitas farmakologi sebagai antibakteri, laksatif, inhibitor
lipase pankreas dan melindungi sel dari kerusakan akibat stress oksidatif
oleh H2O2 (Nuratmi et al., 2005; Iswantini et al, 2011; Marliani, 2012).
Aktivitas antioksidan Rimpang Z. purpureum dengan metode DPPH juga
menunjukkan hasil yang positif (Buain, 2009). Rimpang Z. purpureum
diketahui mengandung saponin, flavonoid, minyak atsiri, tanin, steroid,
triterpenoid, antioksidan dan senyawa fenolik (Depkes RI, 2001;
Chanwitheesuk et al., 2005; Iswantini dkk., 2011).
10
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2.1.3 Temu kunci (Boesenbergia rotunda L. Mansf)
(a) (b)
Gambar 2.3 Boesenbergia Rotunda (a) Rimpang segar (b) Rajangan
(sumber: dokumentasi pribadi)
2.1.3.1 Determinasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Genus : Boesenbergia
Spesies : Boesenbergia rotunda (L.) Mansf
(Tjitrosoepomo,1988)
2.1.3.2 Nama Daerah
temu kunci (Melayu, Sunda), tamu kunci (Minangkabau), koncih
(Sumatera), konce (Madura), dumu kunci (Bima), konsih atau kangean
(Ambon), tamputi (Ternate) dan temu kondi (Bugis) (Rukmana, 2008).
2.1.3.3 Morfologi Tanaman
B. rotunda termasuk tanaman terna dengan ketinggian mencapai
13,5 cm. Daun tanaman berwarna hijau, helaian daun tegak, berbentuk
lanset dengan ujung daun lancip dan berukuran panjang 21,4 cm dan
lebar 10,1 cm. Pelepah daun berwarna merah. Jumlah daun sekitar lima
helai setiap pohon.
Kelopak bunga berwarna ungu dengan ujung bagian atas berwarna
merah. Bunga muncul dari ketiak daun, pada bagian atas berwarna ungu
sedangkan pada bagian bawah berwarna putih. Rimpang berbentuk bulat
11
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
dikelilingi oleh anak-anak rimpang yang berbentuk agak memanjang
dengan ujung gemuk. Kulit rimpang berwarna putih kotor, sedangkan
daging berwarna kuning muda, berasa enak dan berbau harum.
Kedalaman rimpang mencapai 4,5 cm dan panjang akar 19,8 cm.
Ketebalan rimpang muda 0,76 cm dan ketebalan rimpang tua 1,73 cm.
Jumlah rimpang muda 0,76 cm dan ketebalan rimpang tua 1,73 cm.
Jumlah rimpang muda setiap rumpun sekitar dua belas sedangkan
rimpang tau sekitar sembilan (Rukmana, 2008).
2.1.3.4 Aktivitas Farmakologi dan Kandungan Kimia
Bagi berbagai kelompok masyarakat B. rotunda dimanfaatkan
sebagai obat tradisional antara lain obat afrodisiak, mengatasi ganguan
kolik (Taweechaisupapong et al., 2010), juga dipakai sebagai campuran
minuman tonik bagi ibu pasca melahirkan (Silalahi, 2017). Dari berbagai
laporan ilmiah ternyata B. rotunda dapat digunakan sebagai antitumor
(Murakami et al., 1993), anti-inflammatori (Pathong et al., 1989; Yun et
al., 2003: Kato et al. 2013; Kim et al. 2013), anti oksidatif (Kim et al.
2013; Yun et al., 2003; Cahyadi et al., 2014), analgesik, antipiretik
(Pathong et al., 1989) dan anti obesitas (Kim et al., 2013; Kim et al.,
2011). Selain terbukti digunakan untuk mengatasi berbagai penyakit
pemberian ekstrak dari B. rotunda ternyata mengahambat pertumbuhan
fungi, khamir (Jantan et al, 2003 dan Chahyadi et al., 2014). Pada
pemberian ekstrak B. rotunda, semua hewan hidup dan tidak
menunjukkan tanda-tanda toksisitas bahkan pada dosis tertinggi yang
digunakan 5 g/kg (Mahmood et al, 2010).
Senyawa bioaktif yang terdapat dalam B. rotunda adalah
flavonoid (chalcones, flavanones, dan flavones) dan minyak atsiri
(terpinene, geraniol, camphor, αocimene, 1,8-cineole, myrcene, borneol,
camphene, methyl cinnamate, terpineol, geranial, and neral) (Silalahi et
al, 2017). Flavonoid lain juga terdapat pada B. rotunda diantaranya
adalah boesenbergin, cardamonin, pinostrobin (Jaipetch et al., 1982).
12
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2.1.4 Temu putih (Kaempfria rotunda L.)
Gambar 2.4 Kaempfria rotunda (a) Rimpang segar (b) Rajangan
(sumber: dokumentasi pribadi)
2.1.4.1 Determinasi Tumbuhan
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Ordo : Zingiberales
Suku : Zingiberaceae
Genus : Kaempfria
Spesies : Kaempfria rotunda L.
(Tjitrosoepomo, 1994)
2.1.4.2 Nama Daerah
Kunyit putih memiliki nama daerah kunci pepet, temu rapet, ardong
(Jawa), kunir putih (Sunda), konce pet (Madura), temu putri, temu rapet
(Melayu).
2.1.4.3 Morfologi Tanaman
K. rotunda merupakan tanaman semak yang tumbuh semusim
dan memiliki tinggi 30-70 cm. Batangnya berpelepah, lunak, membentuk
rimpang, dan berwarna hitam keabu-abuan. Daunnya tunggal, lanset,
ujung runcing, pangkal berpelepah, tepi rata, ibu tulang daun menonjol,
panjang 70 cm, berwarna hijau muda. Bunganya majemuk, berbentuk
tabung, kelopak lanset, memiliki panjang 4-8 cm, lebar 2-3,5 cm,
mahkota panjang 10-19 cm, benang sari dan putik kecil, berwarna putih.
13
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Ciri-ciri spesifik K. rotunda adalah helaian daunnya berwarna hijau
muda sampai hijau tua. Kulit rimpang berwarna putih saat masih segar
dan menjadi kuning kecoklatan setelah kering. Daging rimpang
berwarna kuning muda dengan aroma harum seperti buah Mangga
(Karyasari, 2011).
2.1.4.4 Aktivitas Farmakologi dan Kandungan kimia
Rimpang K. rotunda diketahui memiliki sifat hemostatis
(menghentikan pendarahan), menambah nafsu makan, analgesik,
antitoksik, dan mempercepat penyembuhan luka (Yellian, 2011). K.
rotunda juga diketahui memiliki aktivitas antioksidan dan antielastase
(Desmiaty et al, 2018). Ekstrak kloroform K. rotunda juga ditemukan
memiliki aktivitas antioksidan berdasarkan metode Folin Cholceau
(Sundari, 2013). Pengujian secara invitro menunjukkan K. rotunda dapat
meningkatkan jumlah limfosit, antibodi spesifik dan dapat membunuh
sel kanker (Dalimarta, 2003). Uji Toksisitas akut oral dari ekstrak K.
Rotunda serta fraksinya dilakukan pada dosis uji tunggal 2000 mg/kg p.o
dan tidak menunjukkan adanya tanda tanda toksisitas selama penelitian
(Sini et al, 2014).
Kandungan kimia yang terdapat di dalam temu putih antara lain
saponin, polifenol, curcumin, flavonoid, crotepoksida, kalkon, quersetin,
flavonol, B-sitosterol, stigmosterol asam protoprotekuat 2-norbornane,
3-methylene, caryophylene oxide, cyclopentane acetaldehyde,
caryophylene dan cinnamyltiglate (Pai, 1970).
2.2 Hipertensi
2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi adalah kenaikan tekanan arterial di atas nilai relatif
normal. Tekanan darah diatas nilai 140/90 mmHg dikatakan tekanan
darah tinggi (hipertensi), pengukuran tekanan darah didasarkan pada
pengukuran tekanan darah sistolik dan diastolik. Klasifikasi tekanan
darah manusia dewasa, menurut The Seventh Joint Committee of
14
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Prevention and Treatment of High Blood Pressure dapat dilihat pada
tabel 2.1
Tabel 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah Manusia Dewasa Pada JNC 7
Klasifikasi Tekanan
Darah
TDS
(mmHg)
TDD
(mmHg)
Normal <120 <80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Stadium 1 140-159 90-99
Hipertensi Stadium 2 >160 >100
2.2.2 Etiologi Hipertensi
Berdasarkan etiologinya, hipertensi dibagi atas hipertensi esensial
dan hipertensi sekunder (Hadiyanto, 2009).
a. Hipertensi esensial, juga disebut hipertensi primer atau idiopatik,
adalah hipertensi yang tidak jelas penyebabnya. Lebih dari 90%
kasus hipertensi termasuk dalam kelompok ini. Penyebab
hipertensi esensial adalah multifaktor yang terdiri dari faktor
lingkungan dan genetik. Faktor genetik ini dapat berupa
sensitivitas terhadap garam natrium, kepekaan terhadap stress,
peningkatan terhadap vasokonstriktor dan resistensi insulin. Paling
sedikit ada tiga faktor lingkungan pemicu hipertensi, yaitu makan
garam (natrium) berlebih, stres dan obesitas.
b. Hipertensi sekunder, prevalensinya hanya 5-8% dari seluruh
penderita hipertensi. Hipertensi sekunder dapat disebabkan karena
penyakit ginjal (hipertensi endokrin), obat dan penyakit lain.
2.2.3 Patofisiologi Hipertensi
Hipertensi ditandai dengan adanya gangguan arteri di jaringan vaskular,
seperti arteri saluran besar (seperti aorta), arteri kecil (150–400μm), dan
mikrosirkulasi (arteriol dan kapiler). Hipertensi juga terjadi dikarenakan
adanya peningkatan sensitivitas terhadap radikal bebas karena disregulasi
pada sintase nitrit oksida endotel (eNOS) dan pro-oksidan enzim,
peningkatan kadar kalsium basal dan permeabilitas kalsium
15
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
transmembran yang terlalu aktif melalui saluran kalsium, dan atau adanya
proliferasi otot polos vaskular sel (VSMC) menyebabkan peningkatan
vasokonstriksi sehingga terjadi hipertensi.
a. Proliferasi sel otot polos vaskular (VSMC)
Proliferasi otot polos vaskular berkontribusi dalam peningkatan tahanan
tepi dengan cara menurunkan diameter arteri (Oparil et al, 2013). Proses
proliferasi ini terjadi karena adanya faktor faktor pendorong yang
membuat sel terus menerus berada pada fase G1 dalam jangka waktu yang
lama sehingga terjadi pembelahan sel abnormal pada pembuluh darah dan
mempersempit diameter pembuluh darah tersebut. Faktor pendukung
tersebut antara lain thrombin, IL-6, endotelin-1, platelet derived growth
factor, fibroblast growth factor dan termasuk juga Angiotensin II.
Sedangkan substansi yang dapat menginhibisi proliferasi ini adalah nitrit
oksida dan vasodilator lainnya seperti guanosine monophospate (cGMP)
dan adenosine monophospate yang teraktivasi protein kinase (Song dan
Zou, 2012)
b. Sel Endotelial
Endotelial berfungsi mengatur regulasi dan memelihara berbagai
macam reseptor permukaan sel yang menginduksi pelepasan substansi
vasoaktif untuk meregulasi vascular tone dan proliferasi sel otot polos.
Ketidakseimbangan antara substansi vasodilator dan vasokonstriktor
disebabkan oleh peningkatan kadar radikal bebas atau reactive oxygen
species (ROS) dalam tubuh yang akhirnya memicu kerusakan endotelial
dan terjadi hipertensi (Silva et al, 2012).
c. Mekanisme Persinyalan Molekuler
Hipertensi kerap dikaitkan dengan ketidakseimbangan persinyalan
molekuler. Untungnya, beragam tanaman dan ekstrak herbal dengan
metabolit sekundernya dapat memodulasi signalling cascades terlibat
dalam fisiologi sistem kardiovaskular. Persinyalan molekuler tersebut
antara lain:
16
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Reactive Oxygen Species (ROS)
ROS atau yang dikenal sebagai radikal bebas seperti anion
superoksida dan ion hidroksil memainkan peran utama dalam
meningkatan stres oksidatif yang menjadi penyebab primer
terjadinya hipertensi dan stres patologis lainnya seperti
aterosklerosis dan komplikasi vaskular lainnya. ROS diproduksi
oleh NADPH oksidase dan reaksi enzimatik laindidalam
mitokondria sel dimana proses ini dapat diinhibisi oleh senyawa
senyawa antioksida (Anwar et al, 2016).
Nitrogen Oksida (NO)
Nitrogen oksida diproduksi dari L-arginin oleh nitric oxide
synthase yang salah satunya terdapat pada sel endotelial di
pembuluh darah. Oleh karena itu, keberadaan nitrogen oksida ini
menjadi indikatoor pengenal kesehatan fungsi sel endotelial
dikarenakan NO memiliki potensi vasodilator dengan cara
menginhibisi proliferasi sel otot vaskular ataupun mencegah
agregasi platelet oleh tromboksan (Francis et al, 2010).
Angiotensin II
Angiotensin II memediasi hipertensi dengan cara
meningkatkan retensi air dan natrium serta meningatkan
vasokonstriksi dengan cara mengikat reseptor AT1 yang akan
memicu proliferasi sel otot polos vaskular (Savoia et al, 2011).
Penghambatan terhadap AT1 ini dapat meningkatkan fungsi
endotelial dan menurunkan tekanan darah.
Nuclear Factor Kappa B
NF Kappa B merupakan faktor transkripsi yang
menginduksi disfungsi el endotelial, stres oksidatif dan inflamasi
melalui pelepasan sitokin pro inflamasi seperti TNF-alfa dan IL-6
sehingga sangat berimplikasi pula pada hipertensi (Kang et al,
2009).
17
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2.2.4 Pengobatan Hipertensi
Pengobatan antihipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan
darah dibawah 140/90 mmHg. Pada pengobatan awal dapat digunakan
monoterapi dengan satu obat, jika perlu dosis dapat ditingkatkan secara
gradual sampai pada tingkat efektivitas atau timbul efek samping terbatas.
Walaupun monoterapi dapat meningkatkan kepatuhan pasien, dua per tiga
pasien memerlukan lebih dari satu jenis obat. Jika digunakan dua atau
lebih jenis obat, harus dipilih obat dengan mekanisme fisiologik yang
berbeda, misalnya lebih menguntungkan mengkombinasikan fisiologik
yang berbeda.
Pemilihan obat hipertensi esensial selain perlu diperhatikan umur,
ras, riwayat penyakit kardiovaskuler, merokok, obesitas dan juga
pengurangan aktivitas juga perlu diperhatikan adanya penyakit lain seperti
penyakit ginjal, penyakit jantung iskemik, gagal jantung, stroke terdahulu
atau diabetes, masing masing faktor tersebut harus dipertimbangkan.
Berikut adalah beberapa terapi yang disarankan bagi para penderita
hipertensi:
1. Terapi Farmakologi
Ukuran tekanan darah dijadikan pedoman dalam memberikan obat. Obat
yang diberikan digolongkan menjadi:
1) Diuretik
Diuretik mempunyai efek antihipertensi dengan cara
menurunkan volume ekstraseluler dan plasma sehingga terjadi
penurunan curah jantung. Obat diuretik mempengaruhi ginjal,
kadar garam di dalam tubuh dikeluarkan bersamaan dengan zat cair
yang ditahan oleh garam (A.P Bangun, 2002). Efek samping
diuretik adalah berkurangnya kalium dan magnesium yang
berakibat kemungkinan meningkatnya kadar kolesterol, encok,
gangguan fungsi (disfungsi) seksual pria, dan yang paling fatal
adalah terjadinya payah jantung (Lanny Sustrani, 2006). Contoh
dari obat ini adalah diuretik tiazid (hidroklorotiazid, metolazon);
18
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
diuretik loop (furosemid, bumetanid) dan diuretik hemat kalium
(amilorid).
2) Penghambat beta / Beta Blocker
Beta bloker akan mengantagonis beta-adrenoreseptor
sehingga terjadi penurunan curah jantung, penurunan tekanan
perifer dan penurunan absorbsi natrium yang diperentarai
aldosteron. Beta‐blocker yang selektif (dikenal juga sebagai
cardioselective beta‐blockers), misalnya bisoprolol, bekerja pada
reseptor β1, tetapi tidak spesifik untuk reseptor β1. Beta‐blocker
yang non‐selektif (misalnya propanolol) memblok reseptor β1 dan
β2. Beta‐blocker yang mempunyai aktivitas agonis parsial (dikenal
sebagai aktivitas simpatomimetik intrinsic), misalnya acebutolol,
bekerja sebagai stimulan‐beta pada saat aktivitas adrenergik
minimal (misalnya saat tidur) tetapi akan memblok aktivitas beta
pada saat aktivitas adrenergik meningkat (misalnya saat berolah
raga). Hal ini menguntungkan karena mengurangi bradikardi pada
siang hari. Beberapa beta‐blocker, misalnya labetolol, dan
carvedilol, juga memblok efek adrenoseptor‐alfa perifer.
Beta‐blocker tidak boleh dihentikan mendadak melainkan harus
secara bertahap, terutama pada pasien dengan angina, karena dapat
terjadi fenomena rebound.
3) Vasodilator/ Inhibitor ACE (Angiotensin Converting Enzyme)
Inhibitor ACE membantu mengendurkan pembuluh darah
dengan menghalangi pembentukan bahan kimia alamiah dalam
tubuh yang disebut angiotensin II (A.P Bangun, 2002). Termasuk
dalam kelompok ini adalah kaptopril, rampiril, lisinopen dihidrat,
enalapril maleat (Lanny Sustrani, 2006).
4) Inhibitor Ion Kalsium/ Calcium Channel Blocker
Mencegah pengerutan atau penyempitan pembuluh darah
dengan menghambat kalsium memasuki sel otot pembuluh darah.
Aliran darah meunjadi terbuka dan darah dapat mengalir lebih
lancar untuk menurunkan tekanan darah kembali normal (Lanny
19
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Sustrani, 2006). Calcium Channel Blocker (CCB) membantu
mengendurkan pembuluh-pembuluh darah dan mengurangi aliran
darah (A.P. Bangun, 2002). Contoh dari CCB golongan
dihidropiridin adalah amlodipin, felodipin, nifedipin. Sedangkan
contoh dari CCB golongan nondhidropiridin adalah diltiazem dan
verapamil.
5) Alpha Blocker
Menghambat produksi adrenalin (penyebab naiknya
tekanan darah), sehingga dapat menurunkan kembali tekanan
darah. Untuk pengobatan awal hipertensi, alpha blocker bukanlah
obat yang tepat sehingga jarang digunakan. Termasuk dalam
kelompok ini adalah doksazosin dan prazosin HCl (Lanny Sustrani,
2002).
2. Mengubah Gaya Hidup
Menurut A.P. Bangun (2002), selain mengkonsumsi obat-obatan
terdapat hal hal yang dapat menunjang pengobatan hipertensi. Yakni
dengan perubahan gaya hidup. Beberapa hal yang menjadi kunci utama
dalam mengubah gaya hidup untuk pengobatan hipertensi sebagai berikut:
1) Mengurangi kelebihan bobot badan
2) Membatasi asupan alkohol
3) Olahraga aerobik secara teratur
4) Membatasi asupan natrium
5) Berhenti merokok
6) Mengurangi lemak
7) Peranan kalium
3. Back to Nature/ Non Farmakologis
Hipertensi yang tidak dirawat dapat membawa dampak
buruk. Selain menggunakan pengobatan medis dan mengubah gaya
hidup, masih ada cara lain yaitu dengan terapi jus dan ramuan
tradisional. Terapi jus dan ramuan tradisional merupakan obat-
obatan yang hanya terdiri dari bahan tumbuh-tumbuhan dan buah-
buahan yang dapat membantu tubuh untuk menyembuhkan diri
20
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
sendiri. Usaha mengatasi penyakit seperti ini bersifat back to
nature atau kembali ke alam (A.P. Bangun, 2002)
2.2.5 Propanolol
Gambar 2.5 Struktur Kimia Propanolol
(sumber : www.pharmacology2000.com)
Propanolol merupakan golongan beta blocker non selektif, sehingga
mempunyai afinitas yang sama terhadap kedua reseptor, baik β1 maupun β2.
Propanolol bekerja dengan cara menghambat stimulus adrenergik dengan
memblokade secara kompetitif reseptor beta adrenergik pada otot jantung,
dalam bronkus dan otot polos pembuluh darah. Pengobatan menggunakan
propanolol banyak digunakan untuk pengobatan angina pektoris, aritmia
jantung dan hipertensi. Propanolol mengalami metabolisme lintas pertama di
hati oleh CYP2C19 dan 2D6 pada pemakaian oral, sehingga
bioavailabilitasnya rendah antara 15-23%. Ekskresi propanolol dalam
bentuk utuh dalam urin <1%, dengan waktu paruh yang relatif pendek,
berkisar antara 3-4 jam. Efek samping yang mungkin timbul diantaranya
bradikardia, bronkospasme, kelelahan, gangguan saluran cerna dan psoriasis.
Dosis awal propanolol untuk manusia adalah 40 mg 2 kali sehari sedangkan
dosis pemeliharaan adalah 80-240 mg 2-3 kali sehari dengan dosis maksimal
640 mg/hari. (Rao, 2003 dan Aberg et al., 2009).
2.3 Peran Herbal pada Pengobatan Hipertensi
Pengendalian tekanan darah yang ideal adalah dengan cara
menurunkan Systemic Vascular Resistance (SVR) dan mempertahankan
Cardiac Output (CO) dan perlu diimbangi dengan regulasi tonus pembuluh
21
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
darah. Salah satu organ target pada pengobatan hipertensi yaitu pada
pembuluh darah (sistem vaskular). Sistem vaskular yang berperan adalah
otot polos dan endotel yang menyebabkan vasodilatasi dan vasokonstriksi.
Pada dasarnya vasodilatasi ditentukan oleh relaksasi otot polos yang
melibatkan fungsi endotel (Athiroh, 2012).
Sel endotelium yang sehat mengontrol keseimbangan antara
vasokonstriksi dan vasodilatasi, promosi dan inhibisi pertumbuhan sel,
prokoagulasi dan antikoagulasi, proinflamasi dan antiinflamasi, serta
oksidasi dan antioksidasi. Endotelium melakukan respon baik terhadap
rangsangan fisik (misalnya shear stress) maupun terhadap senyawa kimia
yang beredar dalam darah dengan mensintesis dan melepaskan banyak
senyawa biologi aktif. Zat-zat ini berdifusi ke arah dinding pembuluh darah
untuk mempengaruhi otot polos vaskuler dan sel-sel mononuklear atau juga
dapat berdifusi ke arah lumen yang dapat mempengaruhi permukaan lumen
pembuluh darah (Parmley, 1998).
Senyawa-senyawa tersebut selanjutnya terlibat dalam pengaturan
tonus vaskular dan mempertahankan fluiditas dari darah. Disfungsi endotel
diartikan sebagai ketidakseimbangan antara faktor-faktor relaksasi dan
kontraksi, antara faktor-faktor antikoagulan dan prokoagulan, antara faktor-
faktor yang menghambat pertumbuhan dan proliferasi dengan yang memacu
pertumbuhan dan proliferasi sel (De Meyer, 1997 dan Rubanyi, 1993).
Endotel mensintesa Nitrit Oksida (NO) sebagai pemicu terjadinya
relaksasi otot polos pada pembuluh darah.Hipertensi memiliki keterkaitan
erat dengan gangguan vasodilatasi yang terjadi karena menurunnya kadar
nitrit oksida sehingga terjadi disfungsi endotel. Hal ini terjadi karena
ketidakseimbangan antara radikal bebas dengan kemampuan eliminasinya
oleh antioksidan dalam tubuh akan menyebabkan stress oksidatif. Senyawa
radikal bebas yang terlalu berlebihan dapat menyebabkan kerusakan sel-sel
jaringan tubuh (Athiroh, 2012)
22
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Gambar 2.6 Sel Endotel Manusia
(Sumber :https://no-more-heart-disease.com/endothelial-cells/)
Antioksidan merupakan molekul yang dapat menghambat proses oksidasi
senyawa radikal bebas. Antioksidan mampu bekerja langsung pada otot polos
pembuluh arteri dengan menstimulir atau mengaktivasi NO sehingga
menyebabkan vasodilatasi. Antioksidan salah satunya flavonoid dapat
meningkatkan aktivitas dari nitrit oksida di sel endotel dan mampu mampu
mensintesa NO dalam endotel dan berdifusi secara langsung ke otot polos
selanjutnya merangsang guanylate cyclase untuk membentuk cGMP sehingga
terjadi vasodilatasi.( Ge et al., 1995).
Gambar 2.7 Skema peran tumbuhan dalam penyembuhan patogenesis dari
Hipertensi (Anwar et al., 2016)
23
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Penggunaan herbal telah banyak digunakan sebagai pengobatan dikarenakan
efek samping yang lebih sedikit. Mekanisme utama penggunaan herbal
sebagai antihipertensi ditunjukkan pada Gambar 2.7. Herbal diantaranya
mampu meningkatkan antioksidan seluler, sebagai ROS scavanger,
menurunkan angiotensin II, menurunkan faktor faktor inflamasi, menginhibisi
ACE dan meningkatkan bioavailabilitas NO dapat menurunkan stres oksidatif,
menginhibisi fenotip sel otot polos vaskular. Tanaman juga dapat
meningkatkan kadar prostaglandin yang berfungsi sebagai vasodilator beserta
reseptornya serta menormalkan rute adrenalin dan jalur endotelin yang dimana
muara akhirnya adalah meningkatkan vasodilatasi/ menurunkan vasokonstriksi
sehingga menormalisasi hipertensi (Anwar et al, 2016).
2.4 Ekstraksi
Ekstrak adalah sediaan kental yang diperoleh dengan mengekstraksi
senyawa aktif dari simplisia nabati atau simplisia hewani menggunakan
pelarut yang sesuai, kemudian semua tau hampir semua perlarut diuapkan dan
massa serbuk atau serbuk yang tersisa diperlakukan sedemikian hingga
memenuhi baku yang telah ditetapkan (Depkes RI, 1995).
Ekstraksi adalah kegiatan penarikan kandungan kimia yang dapat larut
sehingga terpisah dari bahan yang tidak dapat larut dengan pelarut cair.
Ekstraksi terdiri dari dua cara yaitu dengan cara dingin dan panas.
a. Cara dingin
- Maserasi, yaitu proses ekstraksi simplisia menggunakan pelarut
dengan beberapa kali pengocokan atau pengadukan pada
temperatur kamar.
- Perkolasi, yaitu ekstraksi dengan pelarut yang selalu baru hingga
sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur ruangan.
b. Cara panas
- Refluks, yaitu proses ekstraksi dengan pelarut pada temperatur
titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas
yang relatif konstan dengan adanya pendingin balik. Umumnya
24
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
dilakukan pengulangan proses pada residu pertama 3-5 kali
sehingga didapat proses ekstraksi sempurna.
- Soxhlet, yaitu ekstraksi menggunakan pelarut yang selalu baru
yang umumnya dilakukan dengan alat khusus sehingga terjadi
ekstraksi kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya
pendingin balik.
- Digesti, yaitu maserasi kinetik dengan pengadukan kontinu pada
temperatur yang lebih tinggi dari temperatur kamar yaitu, 40-500
C.
- Infus,yaitu ekstraksi dengan pelarut air pada temperatur penangas
air, yaitu 96-980 C selama 15-20 menit.
- Dekok, yaitu infus pada waktu yang lebih lama ( >30 menit) dan
temperatur sampai titik didih air.
2.5 Model Hewan Hipertensi
Hewan model hipertensi dapat menggambarkan sebagian gambaran
hipertensi pada manusia. Hewan yang dijadikan model hipertensi harus
memenuhi kriteria sebagai berikut: termasuk kelompok hewan kecil, mudah
diperlakukan dan diperbanyak, dapat digunakan untuk menduga potensi obat-
obat antihipertensi, dapat bertahan dengan mengkomsumsi makanan yang
dibatasi, dan dapat dibandingkan dengan hipertensi pada manusia. Hewan
yang banyak digunakan sebagai model hewan hipertensi yaitu anjing, tikus,
kelinci, monyet, babi, dan mencit. Tikus merupakan hewan uji yang paling
sering digunakan dibandingkan model hewan hipertensi lain (Badyal et al.
2003). Tekanan darah sistol normal untuk tikus putih jantan adalah
122,25±7,63 mmHg dan diastol 78±9,44 mmHg. Apabila tekanan darah
diatas normal maka dapat dikatakan hipertensi (Lailani et al., 2012).
2.5.1 Model tikus hipertensi karena stress
Pemberian tikus yang diberi stress dengan kejutan listrik pada kaki
dan bunyi bunyian dapat meningkatkan tekanan darah dan denyut jantung.
Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan adrenalin dan noradrenalin
secara bermakna. Perubahan fungsional tekanan darah pada beberapa
25
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
tempat dapat disebabkan oleh stress akut, bila berulang secara intermitten
beberapa kali dapat menyebabkan suatu adaptasi structural hipertrofi
kardiovaskular. Bila ini terjadi pada tingkat vaskular maka akan ada
resistensi yang menyebabkan peningkatan rasio dinding pembuluh dengan
lumennya. Hal ini kemudian mempertinggi pengaruh hemodinamik
tekanan. Kemudian besar bahwa faktor-faktor tropik neurohormonal
adalah penting dalam perkembangan hipertensi jangka panjang yang
mengikuti perpanjangan stress penginduksi hipertensi (Badyal et al, 2003).
2.5.2 Model spontaneous hypertension rat (SHR)
SHR telah banyak digunakan untuk mengevaluasi faktor faktor
genetik dalam hipertensi. Pada model SHR terjadi kerusakan organ akhir
seperti hipertrofi jantung, gagal jantung, dan disfungsi ginjal. Namun, tidak
menunjukkan masalah pada pembuluh darah, aterosklerosis atau terombosis
vaskular makroskopik, tidak memiliki kecenderungan yang kuat untuk mati
(Pinto, et al., 1998; Badyal, et al., 2003).
2.5.3 Model tikus hipertensi karena pemberian mineralkortikoida
Deoksikortikosteron adalah hormon steroid yang dihasilkan oleh
kelenjar adrenal yang memiliki aktifitas sebagai mineralkortikoid dan
bertindak sebagai prekusor aldosteron. Deoksikortikosteron asetat
(DOCA)-gaaram merupakan salah satu model hipertensi sekunder karena
pengaruh endokrin (hormon). Deoksikortikosteron merupakan salah satu
hormon yang dihasilkan di korteks adrenal, selain aldosteron. Hormon ini
mengatur keseimbangan elektrolit dengan meningkatkan retensi natrium
dan ekskresi kalium. Aktivitas fisiologi selanjutnya membantu dalam
mempertahankan tekanan darah normal dan curah jantung. Kelebihan
mineralkortikoid menyebabkan hipertensi dan hipokalemia (Sjakoer,
N.A.A., 2011)
Model DOCA-garam lebih visibel untuk dijadikan model
hipertensi hewan coba. Hal hal yang mendukung yaitu: pemaparan
DOCA-garam lebih cepat meningkatkan tekanan darah yaitu 1 bulan
pemaparan atau pada minggu ke 8 terjadi kenaikan tekanan darah. Wang,
et al. (1995) melaporkan bahwa pemberian 100 mg DOCA-garam secara
26
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
subkutan pada tikus yang telah di uninefrektomi (dibedah salah satu
ginjalnya) kemudian tikus diberi larutan garam 1% sebagai air minumnya,
setelah tiga minggu terjadi hipertensi (Sjakoer, N.A.A., 2011).
2.5.4 Model tikus hipertensi karena inaktivasi NO (Nitrit Oksida)
eNOS (endothelial nitrit oksida sintase) adalah enzim yang
mengaktivasi NO yang merupakan pengatur tegangan vaskular dan
kontraktilitas miokardial dan menghambat agregasi platelet serta
bertanggung jawab terhadap perkembangan hipertensi dan aterosklerosis.
eNOS dapat dihambat oleh L-NAME (N-nitro-L arginin metil ester) dan
nitro-L-arginin. Pemberian kronis L-NAME meningkatkan tekanan darah
sistolik dan denyut jantung dan menurunkan fungsi renal. Model ini secara
teknis lebih mudah dan mortalitas rendah (Doggrell, S.A dan Brown, L.,
1998). Aktivasi NO juga bisa dihambat oleh penghilangan gluthathione
(GSH). GSH merupakan tripeptida yang tersusun atas asam amino
glutamat, sistein dan glisin dan dapat berperan sebagai antioksidan
(Winarsi, H., 2007).
2.5.5 Model tikus hipertensi karena induksi fruktosa
Penelitian Dai, S. dan McNeill, J.H. (1995) melaporkan induksi
10% fruktosa dalam minuman tikus sehat Wistar (ekuivalen dengan diet
yang mengandung 48-57% selama satu minggu atau lebih menyebabkan
hipertensi yang diikuti peningkatan kadar insulin (hiperinsulinemia),
glukosa dan trigliserida dalam darah. Semua kondisi abnormal ini akan
hilang setelah pengurangan konsumsi fruktosa.
2.5.6 Model tikus hipertensi karena PTU, Adrenalin dan NaCl
Propiltiourasil (PTU) adalah derivat primidin yangmerupakan
analog dari metiltiourasil, yaitu zatantitiroid pertama (1945). PTU
berkhasiat sebagai antitiroid yang menekan produksi hormon tiroid.
Pemberian obat ini kadang disertai keluhan takikardi dan kegelisahan.
Adrenalin merupakan zat adrenergik, salah satu khasiatnya dalah
bronkodilator terkuat dengan kerja cepat tetapi singkat dan digunakan
untuk serangan asma yang hebat. Adrenalin akan menimbulkan aritmia
pada dosis yang lebih tinggi. Adrenalin secara oral tidak aktif (Tan Hoan
27
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Tjay dan Rahardja, K., 2007). Sedangkan Natrium Klorida (NaCl) yang
diasup lebih dari 6 gram perhari akan meningkatkan tekanan darah dan
semakin meningkat usianya maka semakin meningkat pula tekanan
darahnya. Uji preklinis juga membuktikan fenomena tersebut akan
menyebabkan hipertensi pada hewan coba tikus, kelinci dan anak ayam
dengan mengganti air minum dengan NaCl 1-2% selama 9 minggu-12
bulan (Badyal et al., 2003).
2.6 Adrenalin
Adrenalin atau epinephrine merupakan suatu hormon yang
merangsang sistem saraf simpatis (adrenergik). Adrenalin disintesis di
medulla ginjal dengan bantuan enzim phenyletholamine-N-methyltrasferase
(PNMT) (Klabunde, 2012). Peningkatan hormon adrenalin distimulasi oleh
keadaan stres yang dipicu oleh perasaan takut atau kekhawatiran yang
berlebihan. Dimana kondisi ini dapat memodulasi pelepasan noradrenalin
sehingga mengaktivasi sistem saraf simpatik yang erat kaitannya dengan
regulasi terjadinya peningkatan tekanan darah atau hipertensi (Anwar et al.,
2016).
Noradrenalin merupakan suatu neurotransmitter (NT) yang
prekusornya adalah asam amino tirosin. Regulasi pelepasan dari
noradrenalin adalah sebagai berikut (Klabunde, 2012) :
1. Asam amino tirosin bergerak menuju akson sistem saraf
simpatik kemudian dikonversi menjadi DOPA oleh enzim tyrosine
hydroxylase.
2. Dopamin merupakan NT yang penting bagi otak
selanjutnya bergerak menuju vesikel saraf, kemudian diubah
menjadi norepinefrin (noradrenalin) oleh enzim dopamin beta
hydroxylase.
3. Pembentukan norepinefrin dalam vesikel menstimulasi
potensial aksi yang menyebabkan ion Ca2+ masuk ke dalam sel.
4. Peningkatan ion Ca2+ akan menstimulasi pergerakan vesikel
yang kemudian akan melepaskan NT norepinefrin (noradrenalin)
28
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
menuju daerah post junction untuk selanjutnya berikatan dengan
reseptor.
Gambar 2.8 Aktivitas Molekuler Adrenalin pada Sistem Saraf Simpatik
(sumber : www.cvpharmacology.com)
Adrenalin bekerja pada tempat reseptor adrenergik non selektif,
yakni pada reseptor α1, β1, dan β2. Adrenalin mempengaruhi sistem saraf
simpatis dengan merangsang pembuluh darah sehingga kelenjar adrenal ikut
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan renin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor
kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.
Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi (Rohaendi, 2008)
Mekanisme kerja lain dari adrenalin adalah pada kardiovaskular pada
sistem kardiovaskular. Pada kardiovaskular adrenalin dapat meningkatkan daya
konotropik positif (mempercepat daya kontraksi otot) jantung yang akan
menyebabkan curah jantung meningkat sehingga mempengaruhi kebutuhan efek
oksigen dari otot jantung. Adrenalin juga mengkontriksi arteri di kulit
29
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
(vasokontriksi), membran mukosa, dan viseral sehingga dapat terjadi hipertensi
(Hoffman, 2012).
Gambar 2.9 Struktur Kimia Adrenalin
(sumber: https://pubchem.ncbi.nlm.nih.gov/compound/epinephrine)
Adrenalin seringkali digunakan dalam keadaan gawat darurat untuk
mengatasi anafilaksis yang merupakan respon alergik yang mengancam
nyawa. Obat ini merupakan inotropik (daya konstriksi otot) kuat. Dosis
tinggi dapat menyebabkan aritmia jantung sehingga perlu dipantau dengan
elektrokardiogram (Kee, 1996). Efek samping yang dapat ditimbulkan
oleh epinephrine adalah beberapa gejala negatif pada aktivitas
metabolisme organ tubuh berupa palpitasi, tremor, takikardia, aritmia,
hipertensi, pendarahan otak, dan edema akut paru (Kinnear, 2011).
2.7 Metode Pengukuran Tekanan Darah pada Tikus
2.7.1 Pengukuran Darah Secara Langsung
Cara pengukuran darah secara langsung dilakukan dengan cara
mencari arteri karotis kanan atau kiri dikateterisasi dengan kateter plastik
yang diletakkan di dalam arkus aorta. Kateter harus melewati area
subkutan dan eksterior dorsales pada leher sekitar 2 cm. Kateter terlebih
dahulu diisi dengan larutan salin-heparin (10-25 iu heparin/ml) dan dijepit
dengan suatu penjepit khusus. Tikus kemudan dipulihkan kembali dari
proses katerisasi dan dipakai kembali sebagai hewan coba setelah tiga hari
atau lebih. (Kateter karotis sebaiknya dibersihkan setiap hari untuk
menjaga kualitas dan hanya digunakan untuk pengukuran tekanan darah).
Denyut darah pada arteri karotis karotis menyebabkan perubahan tekanan
30
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
pada larutan salin-heparin yang ditransmisikan ke transduser dan terekam
sebagai grafik yang rapat. Alternatif lain dari katerisasi arteri karotis, yaitu
dengan katerisasi pada ekor tikus (Waynforth, H.B., 1980).
Juga terdapat cara lain yakni mengisolasi arteri karotis di bagian
bawah trakea. Salah satu arteri karotis diisolasi dan diangkat dan
diregangkan dengan menggunakan pinset tumpul. Arteri karotis
dipisahkan dari saraf vagus yang menempel padanya. Arteri karotis ke
arah distal diikat dengan menggunakan benang. Pada bagian bebasnya
dimasukkan kanula yang telah dihubungkan dengan manometer air raksa.
Kemudian diikat dengan benang agar posisinya tidak berubah kemudian
regangan dilepaskan.Untuk mencegah darah membeku, kanula terlebih
dahulu dengan larutan salin-heparin encer. Secara perlahan-lahan darah
dari dalam arteri karotis akan mendesak cairan salin-heparin di dalam
kanula dan akhirnya menekan air raksa di tabung sebelah kiri baah dan
mendorong air raksa di tabung sebelah kanan ke atas. Perbedaan tinggi air
raksa pada tabung sebelah kiri dan kanan manometer air raksa
menunjukkan tekanan darah arteri rata-rata (Andrajati et al., 2012).
2.7.2 Pengukuran Darah Secara Tidak Langsung
Teknik ini menggunakan tempat khusus (cuff) dan detektor denyut,
keduanya diletakkan pada ekor tikus dan dihubungkan dengan perekam
tekanan darah.Adapun prinsip kerja dari pengukuran darah tersebut adalah
cuff digelembungkan sampai mencapai tekanan darah di atas tekanan darah
sistolik, sehingga nadi menghilang kemudian tekanan cuff akan berkurang
perlahan-lahan. Pada saat tekanan darah mencapai dibawah tekanan
sistolik nadi akan muncul kembali dan cara pengukuran ini sesuai dengan
cara pengukuran tekanan darah menggunakan sphigmomanometer pada
manusia (Fitriany et al., 2017).
Pada permulaan, tikus harus dihangatkan dengan suhu 370C pada
papan yang hangat sekitar 15 menit (jika tida hangat denyut tidak
terdeteksi pada detektor). Pada cuff dipasang karet disposibel, yang
dipasang pada ekor tikus, kemudan diikuti dengan cuff sebagai detektor
denyut. Pada permulaan denyut tikus dicoba dahulu dan apabila hasilnya
31
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
baik maka perekaman dapat dimulai dan denyut akan tercatat. Cuff
otomatis akan mengembang menekan ekor tikus yang dialiri darah dan
denyut aliran darah akan terdeteksi. Denyut yang terkukur ini merupakan
tekanan darah sistolik tikus. Biasanya dibutuhkan empat kali atau lebih
pengukuran untuk masing-masing hewan coba, yang kemudian diambil
rata-ratanya. Rata-rata denyut jantung juga terukur setelah perekaman
tekanan darah dan tikus tampak tenang (Waynforth, H.B.,1980).
2.8 Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus) galur Sprague Dawley
Tikus merupakan nama umum untuk sejumlah anggota dari famili
rodentia (Krinke, 2000). Menurut Krinke, klasifikasi tikus putih (Rattus
novergicus) adalah:
Filum : Chordata
Kelas : Mammalia
Ordo : Rodentia
Suborder : Myomorpha
Famili : Muridae
Genus : Rattus
Spesies : R. novergicus
Tikus putih memiliki sifat yang menguntungkan sebagai hewan uji
diantaranya perkembangbiakannya cepat, mempunyai ukuran yang lebih
besar dari mencit, mudah dipelihara dalam jumlah banyak, tikus putih juga
memiliki ciri-ciri morfologis seperti albino, kepala kecil, dan ekor yang
lebih panjang dibandingkan badannya, tempramennya baik, kemampuan
laktasi tinggi dan tahan terhadap arsenik tiroksid (Budhi Akbar, 2010).
Tikus putih (Rattus novergicus) banyak digunakan sebagai hewan
percobaan pada berbagai penelitian. Terdapat tiga galur tikus putih yang
memiliki kekhususan untuk digunakan sebagai hewan percobaan antara
lain Wistar, long evan dan Sprague Dawley (Malole dan Pramono 1989).
Tikus Sprague Dawley merupakan jenis outbreed tikus albino serbaguna
secara ekstensif dalam riset medis. Keuntungan utamanya adalah
ketenangan dan kemudahan penangannnya. Adapun data biologis tikus
sebagai berikut:
32
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Tabel 2.2 Data biologis tikus putih (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988)
Lama hidup 2-3 tahun, dapat sampai 4 tahun
Lama
bunting 20-22 hari
Umur dewasa 2-3 bulan
Berat dewasa 300-400 g jantan; 250-300 g betina
Denyut
jantung
330-480/menit, turun menjadi 250 dengan anastesi, naik sampai 550 dalam stress
Tekanan
darah 122,25±7,63 mmHg dan diastol 78±9,44 mmHg.
Aktivitas Nokturnal (malam)
Konsumsi
makanan 15-30 g/ hari (dewasa)
33 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Tempat Dan Waktu Penelitian
3.1.1. Tempat
Penelitian ekstrak etanol Z. officinale, Z. purpureum, B. rotunda
dan K. rotunda serta uji aktivitas antihipertensi secara invivo
dilaksanakan Laboraturium Fitokimia dan Animal House, Program
Studi Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3.1.2. Waktu
Penelitian ini dimulai pada bulan Maret 2018 sampai dengan Juli
2018.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1. Alat
A. Ekstraksi dan Skrining Fitokimia
Vacuum rotary evaporator (SB-1000 Eyela), digital water bath
(SB-100 Eyela), timbangan analitik (AND), shaking bath, oven, cawan
penguap, piknometer, kertas saring bebas abu, vortex, termometer,
alumunium foil, kertas saring, kapas, beker gelas (Schott Duran), gelas
ukur 100 ml (YZ), corong (Schott Duran), erlenmeyer 1000 ml (Schott
Duran), pipet tetes, tabung reaksi (IWAKI PYREX), rak tabung reaksi,
batang pengaduk, kaca arloji, spatula, plat tetes, botol kaca gelap
B. Studi invivo
CODA non invasive blood pressure (Kent Scientific), timbangan hewan
uji, kandang tikus polystirene, syringe 1cc (Terumo), needle 30 (BD) dan
sonde lambung.
3.2.2 Bahan
A. Tanaman Uji
Bahan uji yang digunakan adalah rimpang tanaman Z. officinale, Z.
purpureum, B. rotunda dan K. rotunda. Rimpang tanaman ini diperoleh
dari Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (BALITRO) Bogor.
34
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
B. Hewan Uji
Hewan uji yang digunakan adalah tikus putih (Rattus novergicus)
dewasa jantan galur Sprague Dawley, bobot 150-250 gram, berumur 14
minggu yang diperoleh dari Institut Pertanian Bogor.
C. Pereaksi Skrining Fitokimia
Pereaksi Dragendrof, pereaksi Mayer, asam sulfat pekat, natrium
hidroksida, asam asetat glasial, klorofom, ferri klorida, asam klorida, asam
asetat anhidrat pekat, HNO3 pekat, HClO4, bubuk Mg.
D. Studi invivo
Aquades, epinefrin injeksi (Ethica) dan propanolol (Indofarma).
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui adanya
aktivitas antihipertensi dari ekstrak etanol 70% rimpang Z. officinale, Z.
purpureum, B. rotunda dan K. rotunda pada tikus putih jantan galur
Sprague Dawley yang diinduksi adrenalin selama 7 hari ini merupakan
eksperimental sungguhan dengan pendekatan randomized controlled
group pretest-posttest design dimana pengelompokkan kelompok kontrol
(normal, positif dan normal) dan kelompok perlakuan (ekstrak Z.
officinale, Z. purpureum, K. rotunda dan B. rotunda) dilakukan secara
acak.
Pretest dilakukan kepada kelompok kontrol maupun pada
kelompok perlakuan, kemudian intervensi dilakukan hanya pada kelompok
perlakuan berupa penginduksian hipertensi dengan mengggunakan
adrenalin 1 mg/kgBB secara intraperitonial dan pemberian ekstrak uji
masing masing 500 mg/kgBB selama 7 hari berikutnya. Terakhir
dilakukan posttest pada kelompok kontrol maupun kelompok perlakuan.
Pengukuran parameter uji meliputi tekanan darah sistolik, tekanan darah
diastolik dan heart rate dilakukan pada hari ke-0, 7 dan 14. Penggunaan
kelompok kontrol normal pada penelitian kali ini bertujuan untuk
menjamin bahwa perubahan yang terjadi pada variabel dependen
merupakan hasil dari intervensi pemberian ekstrak tanaman yang diujikan.
Pengelompokkan hewan uji pada penelitian kali ini tertera pada tabel 3.1.
35
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Tabel 3.1 Pembagian kelompok dan pemberian dosis
Kelompok
Jumlah
Tikus
(ekor)
Perlakuan
Periode Induksi
(Hari 0-7)
Periode Percobaan
(Hari 8-14)
Kontrol
(+) 7
adrenalin 1 mg/kgBB
dan pengukuran
parameter uji di hari ke-0 dan hari ke-7
larutan propanolol 8.2 mg/kgBB dalam aquadest, pengukuran
parameter uji di hari ke-14
Kontrol
(-) 7
adrenalin 1 mg/kgBB
dan pengukuran
parameter uji di hari ke-0 dan hari ke-7
larutan aquadest, pengukuran
parameter uji di hari ke-14
Normal 7
pengukuran parameter
Uji di hari ke-0 dan hari ke-7
larutan aquadest, pengukuran
parameter uji di hari ke-14
Z.
officinale 7
adrenalin 1 mg/kgBB
dan pengukuran
parameter uji di hari ke-0 dan hari ke-7
larutan ekstrak 500 mg/kgBB aquadest pengukuran parameter
uji di hari ke-14
Z.
purpureum 7
adrenalin 1 mg/kgBB
dan pengukuran
parameter uji di hari ke-0 dan hari ke-7
larutan ekstrak 500 mg/kgBB dalam aquadest, pengukuran
Parameter Uji di hari ke-14
B.
rotunda 7
adrenalin 1 mg/kgBB
dan pengukuran parameter uji di hari
ke-0 dan hari ke-7
larutan ekstrak 500 mg/kgBB
dalam aquadest, pengukuran
parameter uji di hari ke-14
K.
rotunda 7
adrenalin 1 mg/kgBB
dan pengukuran parameter uji di hari
ke-0 dan hari ke-7
larutan ekstrak 500 mg/kgBB
dalam aquadest. pengukuran
parameter uji di hari ke-14
3.4 Variabel Penelitian
A. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pengaruh pemberian
masing masing ekstrak etanol 70% dosis 500 mg/kgBB dari Z. officinale,
Z. purpureum, K. rotunda dan B. rotunda serta pemberian propanolol
sebagai kontrol positif pada tikus putih jantan galur Sprague Dawley yang
diinduksi adrenalin.
B. Variabel Terikat
Variabel terikat atau parameter uji dalam penelitian ini adalah nilai
tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik dan nilai heart rate yang
36
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
dihasilkan melalui pengukuran dengan alat CODA non invasive tail cuff
blood pressure system.
3.5 Besar Sampel
Besar sampel tikus mengacu pada General Guidelines for
Methodologies on Research and Evaluation of Traditional Medicine
(WHO, 2000) yang menyatakan bahwa untuk pengujian hewan pengerat
masing masing kelompok terdiri dari setidaknya 5 ekor. Untuk
menantisipasi adanya kematian hewan uji selama masa penelitian, maka
peneliti menggunakan beberapa tambahan ekor hewan uji cadangan yang
hanya akan digunakan apabila 5 ekor hewan utama dalam kelompok uji
mati selama masa penelitian.
3.6 Langkah Kerja
3.6.1 Penyiapan Simplisia dan Ekstrak
Rimpang Z. officinale, Z. purpureum, B. rotunda dan K. rotunda
dilakukan sortasi basah untuk memisahkan kotoran atau bahan-bahan
asing lainnya yang menempel pada rimpang. Kemudian dilakukan
pencucian untuk menghilangkan tanah dan pengotor lainnya yang masih
menempel pada bahan yang sudah disortasi basah. Setelah itu, rimpang
dipotong kecil menggunakan parutan dan pisau. Selanjutnya sampel
dikering anginkan. Sampel yang telah kering, disortasi kering kemudian
dihaluskan dengan menggunakan blender. Serbuk simplisia disimpan
dalam wadah tertutup rapat dan terhindar dari cahaya matahari.
Pembuatan ekstrak rimpang Z. officinale, Z. purpureum, B. rotunda
dan K. rotunda dibuat dengan memaserasi 1,7 kg; 1,9 kg; 1,85 kg dan 1,7
kg masing masing simplisia kering yang sudah dibuat serbuk dengan
menggunakan pelarut etanol 70%. Proses maserasi dilakukan sampai hasil
maserat mendekati tidak berwarna dan setiap 24 jam dilakukan
penyaringan. Maserat dikumpulkan lalu dikentalkan dengan menggunakan
vacuum rotary evaporator. Kemudian dihitung rendemen dari ekstrak
kental tersebut.
% 𝑟𝑒𝑛𝑑𝑒𝑚𝑒𝑛 =𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑒𝑘𝑠𝑡𝑟𝑎𝑘 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ (𝑔)
𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑠𝑖𝑚𝑝𝑙𝑖𝑠𝑖𝑎 𝑎𝑤𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑡𝑖𝑚𝑏𝑎𝑛𝑔 (𝑔) 𝑥 100 %
37
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
3.6.2 Skrining Fitokimia Ekstrak
a. Flavonoid
Alkaline reagen test: cuplikan ekstrak ditempatkan pada plat tetes
kemudian tambahkan beberapa tetes NaOH akan membentuk warna
kuning intens. Apabila warna kuning memudar setelah ditambahkan
beberapa tetes cairan asam, maka diindikasi ekstrak mengandung senyawa
flavonoid (Prashant et al, 2011)
b. Terpenoid/Steroid
Lieberman-Burchard: 2 ml larutan ekstrak diuapkan dalam cawan
poreselen kemudian akan membentuk residu. Residu kemudian dilarutkan
dalam 0,5 ml kloroform dan tambahkan 0,5 ml asam asetat anhidrat.
Setelah itu tambahkan 2 mL H2SO4 pekat melalui dinding tabung. Apabila
membentuk cincin kecoklatan atau violet pada perbatasan larutan, maka
positif triterpenoid. Namun apabila terbentuk cincin biru kehijauan, maka
positif mengandung steroid (Padmasari et al , 2013)
c. Alkaloid
Beberapa miligram ekstrak kental dilarutkan dalam 10 mL
campuran aquadest: HCl 2N (9:1), panaskan diatas penangas air selama 2
menit. Kemudian dinginkan dan saring. Filtrat yang diperoleh dilakukan
uji alkaloid dengan (Prashant et al, 2011 dan Padmasari, 2013) :
- Meyer test : 1 mL filtrat + 2 tetes pereaksi Meyer. Apabila
membentuk endapan putih, maka positif mengandung alkaloid.
- Dragendorff test : 1 mL filtrat + 2 tetes pereaksi Meyer. Apabila
membentuk endapan jingga kemerahan, maka positif mengandung
alkaloid.
d. Senyawa Fenol
Ferric chloride test: cuplikan ekstrak dikocok terlebih dahulu
dengan eter pada tabung reaksi kemudian pindahkan kedalam plat tetes,
lalu tambahkan 3-4 tetes larutan FeCl3. Apabila terbentuk warna biru
kehitaman mengindikasikan ekstrak mengandung senyawa fenol (Prashant
et al, 2011).
38
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
e. Saponin
Foam test: 0,5 mg ekstrak ditambahkan 2 mL aquadest hingga
merendam ekstrak kemudian di kocok kuat hingga berbusa, diamkan
selama 10 menit. Apabila tinggi busa tetap stabil menandakan positif
mengandung saponin (Prashant et al, 2011).
f. Tanin
Ferric chloride test: ekstrak dalam 10 mL aquades dipanaskan
dalam tabung reaksi kemudian disaring. Filtrat ditambahkan FeCl3 0,1%.
Apabila terbentuk warna biru, hijau, atau biru kehijauan maka
menandakan adanya senyawa tanin (Prashant et al, 2011).
g. Fitosterol
Swakowski test: Cuplikan ekstrak dilarutkan dalam 5 mL kloroform
kemudian ditambahkan beberapa tetes H2SO4. Apabila terbentuk warna
coklat menunjukkan adanya fitosterol (Prashant et al, 2011).
3.6.3 Aklimatisasi Hewan Uji
Sebelum digunakan, tikus diaklimatisasi selama satu minggu dalam
Animal House agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan baru.
Tikus diberi makan dan minum yang secara ad libitum dan dilakukan
pengamatan rutin terhadap keadaan umum dan penimbangan berat badan
tikus. Tikus yang sehat memiliki ciri-ciri bulu bersih, mata bersinar, berat
badan bertambah setiap hari, tidak menunjukkan perilaku yang aneh dan
tampak lincah. Tikus yang dinyatakan sehat dikelompokkan secara
random sederhana dengan jumlah 7 ekor untuk tiap kelompoknya.
Penggunaan 7 ekor untuk memperkecil nilai simpangan deviasi akibat
adanya variasi biologis dan kemungkinan kematian dari masing-masing
tikus meskipun data akhir yang dipakai tetap berjumlah 5 tikus.
3.6.4 Penyiapan Bahan Uji invivo Antihipertensi
A. Penyiapan Injeksi Adrenalin
Dosis adrenalin i.p untuk tikus adalah 1 mg/kg. Kekuatan sediaan
adrenalin yang dipakai adalah 1 mg/ml,maka bila bobot tikus 200 gram
maka dosis yang diberikan adalah 0,2 mL menggunakan disposable
syringe 1 mL dengan needle 30 selama 7 hari di periode induksi. Untuk
39
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
mengkonfirmasi induksi dari hipertensi,tekanan darah tikus diukur dan
dibandingkan dengan H-0 nya (Yves et al., 2017)
B. Penyiapan Larutan Propanolol
Dosis lazim propanolol adalah 80 mg/70 kg (Aberg et al., 2009).
Maka dosis hewan yang didapat adalah sebesar 3,964 mg/kg bobot tikus.
Pemberian dilakukan dengan melarutkan propanolol dalam aquadest
secara p.o (peroral) dengan bantuan sonde. Larutan propanolol diberikan
selama 1 kali sehari selama 7 hari selama periode percobaan (Lampiran 7).
C. Penyiapan Larutan Ekstrak
Kelompok ekstrak Z. officinale, Z. purpureum, K. rotunda dan B.
rotunda dengan dosis masing-masing 500 mg/kgBB tiap ekstrak diberikan
secara p.o (peroral) dengan bantuan sonde dalam larutan aquadest. Apabila
bobot tikus 200 gram, maka dengan VAO 2 mL konsentrasi ekstrak yang
adalah 50 mg/mL. Larutan ekstrak diberikan selama 1 kali sehari selama 7
hari selama periode percobaan.
3.6.5 Pemberian Perlakuan Kepada Hewan Uji
Metode uji antihipertensi invivo dilakukan berdasarkan penelitian
Yves et al pada tahun 2017 dengan sedikit modifikasi. Sebanyak 35 ekor
tikus putih jantan galur Sprague Dawley berusia 14 minggu dengan berat
antara 150-250 gram dibagi menjadi 7 kelompok perlakuan yang diinduksi
hipertensi dengan adrenalin i.p 1 mg/kgBB selama 7 hari. Kemudian
diukur parameter uji antara lain tekanan darah sistolik, tekanan darah
diastolik dan heart rate menggunakan alat CODA non invasive blood
pressure system. Pengukuran sebelum diinduksi adrenalin (H0), sebelum
diberikan perlakuan (H7) dan setelah perlakuan (H14) seperti yang tertera
pada tabel 3.2
Tabel 3.2 Jadwal Pengukuran Parameter Uji
Intervensi Induksi adrenalin Perlakuan
Pengukuran
Parameter Uji
Hari ke- 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
40
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
3.7 Analisis Data
Data yang diperoleh seperti tekanan darah sistolik, diastolik dan
heart rate dianalisis dengan uji Kolmogrof-Smirnov untuk melihat
normalitas data dan analisis dengan uji Levene untuk melihat homogenitas
data. Jika data normal dan homogenitas maka dilanjutkan dengan uji Analisa
Varians (ANOVA) one way dengan taraf kepercayaan 95% sehingga dapat
diketahui apakah perbedaan yang diperoleh bermakna atau tidak. Apabila
data berbeda bermakna (p≤0.05), maka diteruskan ke Uji LSD. Namun, Jika
data normal atau tidak homogen dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis dan
diteruskan ke Uji Mann Whitney bila datanya berbeda bermakna (p≤0.05)
(Santoso, 2007).
41 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Determinasi Tanaman
Rimpang Jahe merah, Bangle, Temu putih dan Temu kunci yang
digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari BALITTRO Bogor.
Determinasi dilakukan di Pusat Penelitian Herbarium Bogoriense, Pusat
Penelitian Biologi-LIPI, Cibinong. Tujuan dari determinasi adalah untuk
memastikan bahwa tanaman uji yang digunakan sesuai dengan yang
dimaksud, yaitu Jahe merah, Bangle, Temu putih dan Temu kunci. Hasil
determinasi tumbuhan uji menyatakan benar bahwa tumbuhan yang
dimaksud adalah Jahe merah (Zingiber officinale Roscoe), Bangle
(Zingiber purpureum), Temu kunci (Boesenbergia rotunda) dan Temu
putih (Kaempfria rotunda). Surat pernyataan hasil determinasi tumbuhan
dapat dilihat pada Lampiran 3.
4.1.2 Persen Rendemen Ekstrak
Tabel 4.1 Persen Rendemen Ekstrak
Tumbuhan Rimpang
Segar Simplisia
Ekstrak
Kental Rendemen
Z. officinale 10 kg 1,7 kg 83,19 g 4,93%
Z. purpureum 10 kg 1,9 kg 70,76 g 3,72%
K. rotunda 10 kg 1,85 kg 91 g 5%
B. rotunda 10 kg 1,7 kg 23,9 g 1.4%
4.1.3 Skrining Fitokimia Ekstrak
Tabel 4.2 Hasil Skrining Fitokimia
No Uji
Fitokimia
Hasil Uji
Z. officinale Z. purpureum K. rotunda B.rotunda
1 Saponin - + + +
2 Flavonoid + + + + 3 Steroid + + + +
Triterpenoid - - - -
4 Alkaloid - - - -
5 Tanin - - - - 6 Fenolik + + + +
7 Fitosterol + + + +
42
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
4.1.4 Uji Aktivitas Antihipertensi secara invivo
Penelitian ini telah dinyatakan lulus kaji etik oleh Komite Etik
Penelitian Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
(No.800/UN2.F1/ETIK/2018). Pengukuran 3 parameter uji yakni tekanan
darah sistolik, tekanan darah diastolik dan denyut jantung (heart rate)
dilakukan menggunakan CODA noninvasive blood pressure system. Hasil
kemudian di analisa secara statistik menggunakan software IBM SPSS
versi 20.0
Analisa statistik digunakan untuk menganalisa dan
membandingkan tekanan darah hewan uji pada kelompok kontrol dan
kelompok ekstrak. Uji yang pertama harus dilakukan yaitu uji normalitas
dan homogenitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data
disetiap kelompok uji memiliki sebaran yang normal atau tidak. Uji
normalitas dilakukan menggunakan metode Kolmogrov-Smirnof.
Sedangkan uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah antar
kelompok uji memiliki variasi data yang sama atau tidak. Uji homogenitas
dilakukan dengan metode Levene. Data dikatakan memilih sebaran normal
dan homogen jika memiliki nilai signifikansi ≥0.05 (Dahlan, 2012).
Secara statistika penelitian ini termasuk kedalam analitik
komparatif numerik berpasangan. Analisis yang dilakukan adalah metode
One-Way ANOVA yang dilanjutkan dengan uji LSD bila data terdistribusi
normal dan memiliki varian homogen. Apabila data tidak terdistribusi
normal atau varian tidak homogen, dilakukan analisis dengan uji Kruskal-
Wallis yang dilanjutkan dengan uji Mann-Whitney (Dahlan, 2010).
4.1.4.1 Tekanan Darah Sistolik
Tabel 4.3 Rerata Nilai Tekanan Darah Sistolik
Kelompok
Perlakuan
Rerata Nilai Tekanan Darah Sistolik (mmHg)
H-0
(Normotensif)
H-7
(Adrenalin)
H-14
(Perlakuan)
Kontrol (+) 109.64±13.54 *172.95±17.81 *120.28±20.53
Kontrol (-) 118.13±27.09 *147.98±24.50 143±18.84
Kontrol Normal 106±11.23 103.8±19.38 113.25±6.17
Z. officinale 92.33±16.34 *164.133±29.47 *119.23±15.43
Z. purpureum 82.18±24.19 *141.14±23.30 *115.14±20.58
K. rotunda 112.76±28.59 *155.46±18.91 *117.56±18.86
B. rotunda 94.64±13.64 *135.53±16.93 *100.19±18.83
43
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Data disajikan dalam bentuk rerata±standar deviasi (n=5)
*H-14→p≤0.05 = berbeda bermakna dengan kontrol negatif (hipertensi)
*H-7→p≤0.05 = berbeda bermakna dengan kelompok kontrol normal
Gambar 4.1 Kurva Tekanan Darah Sistolik hari ke-0,7 dan 14
Berdasarkan analisis data tekanan darah sistolik, diketahui bahwa
data yang diperoleh terdisribusi normal pada hari ke-0, 7 dan 14 (Sig
≥0.05). Data juga memiliki varian yang homogen pada hari ke-7 dan ke-
14 (Sig ≥0.05), namun tidak homogen di hari ke-0 (Sig≤0.05). Karena
hari ke-7 dan hari 14 data bervarian homogen dan terdistribusi normal
maka dapat diteruskan ke uji Analisis Varians (ANOVA). Sedangkan
data tekanan darah sistolik pada hari ke-0 yang datanya data tidak
bervarian homogen dan terdistribusi normal maka pengolahan data tidak
bisa dilakukan dengan metode One-Way ANOVA. Pengolahan data
selanjutnya dilakukan dengan metode Kruskal Wallis (uji non parametrik)
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan tekanan darah sistolik. Apabila
terdapat perbedaan tekanan darah sistolik secara bermakna (Sig≤0.05)
maka dilanjutkan dengan melakukan Analisa Post Hoc dengan uji Mann
Whitney untuk menentukan kelompok manakah yang memberikan nilai
berbeda secara bermakna dengan kelompok lainnya.
Berdasarkan hasil analisa tekanan darah sistolik hari ke-0 dengan
metode Kruskal Wallis, diketahui bahwa semua kelompok tidak memiliki
0
20
40
60
80
100
120
140
160
180
200
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Positif Negatif Normal Z. officinale
Z. purpureum K. rotunda B. rotunda
44
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
perbedaan secara bermakna pada waktu sebelum induksi. Sedangkan hasil
analisa tekanan darah sistolik pada hari ke-7 dan ke 14 dengan metode
One Way ANOVA memiliki perbedaan secara bermakna. Sehingga
selanjutnya dilakukan analisis uji Beda Nyata Terkecil (LSD) untuk data
hari ke 7 dan 14 untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan secara
bermakna antar kelompok (Lampiran 10). Hasil uji LSD menunjukkan
Ekstrak etanol 70% Z. officinale, Z. purpureum, K. rotunda dan B.
rotunda memiliki perbedaan yang bermakna dengan kontrol negatif
(Sig≤0.05), sedangkan tidak berbeda bermakna pada hari ke-0 sebelum
perlakuan.
4.1.4.2 Tekanan Darah Diastolik
Tabel 4.4 Rerata Nilai Tekanan Darah Diastolik
Kelompok
Perlakuan
Rerata Nilai Tekanan Darah Diastolik (mmHg)
H-0
(Normotensif)
H-7
(Adrenalin)
H-14
(Perlakuan)
Kontrol (+) 76.13±31.44 *124.4±15.31 75.7±23.68
Kontrol (-) 90.19±25.54 *111.06±12.37 108.14±19.53
Kontrol Normal 57.53±23.73 67.7±13.59 81.01±9.51
Z. officinale 68.93±17.98 *98.53±24.31 *74±7.87
Z. purpureum 58.52±22.47 *99.03±28.90 85.28±23.24
K. rotunda 85.53±26.11 *118.86±34.45 85.57±17.81
B. rotunda 74±18.72 *100.34±9.44 *71.31±10.73 Data disajikan dalam bentuk rerata±standar deviasi (n=5) *H-14→p≤0.05 = berbeda bermakna dengan kontrol negatif (hipertensi)
*H-7→p≤0.05 = berbeda bermakna dengan kelompok kontrol normal
Gambar 4.2 Kurva Tekanan Darah Diastolik
0
20
40
60
80
100
120
140
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Positif Negatif Normal Z. officinale
Z. purpureum K. rotunda B. rotunda
45
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Berdasarkan analisis data tekanan darah diastolik, diketahui bahwa
data yang diperoleh terdisribusi normal pada hari ke-0, 7 dan 14
(Sig≥0.05). Data juga memiliki varian yang homogen pada hari ke 0, 7
dan ke 14 (Sig≥0.05). Karena keseluruhan data tekanan darah diastolik
pada hari ke-0, 7 dan hari 14 bervarian homogen dan terdistribusi normal
maka dapat diteruskan ke uji Analisis Varians (ANOVA). Pengolahan
data selanjutnya dilakukan dengan metode One Way ANOVA untuk
mengetahui ada tidaknya perbedaan pada data tekanan darah diastolik.
Apabila terdapat perbedaan tekanan darah diastolik secara bermakna
(Sig≤0.05) maka dilanjutkan dengan melakukan Analisa Post Hoc dengan
uji Beda Nyata Terkecil (LSD) untuk menentukan kelompok manakah
yang memberikan nilai berbeda secara bermakna dengan kelompok
lainnya.
Berdasarkan hasil analisa tekanan darah diastolik hari ke-0 dan ke 14
dengan metode One Way ANOVA, diketahui bahwa semua kelompok
tidak memiliki perbedaan secara bermakna pada waktu sebelum induksi.
Sedangkan hasil analisa tekanan darah diastolik pada hari ke-7 dan
dengan metode One Way ANOVA memiliki perbedaan secara bermakna.
Sehingga selanjutnya dilakukan analisis uji Beda Nyata Terkecil (LSD)
untuk data hari ke 7 dan 14 untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan
secara bermakna antar kelompok (Lampiran 11).
Sehingga dapat diperoleh kesimpulan dari data LSD bahwa
ekstrak etanol 70% rimpang Z. officinale dan B. rotunda memiliki
aktivitas menurunkan tekanan darah diastolik dikarenakan terdapat
perbedaan yang bermakna dengan kontrol negatif (Sig≤0.05).
46
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
4.1.4.3 Denyut Jantung (Heart Rate)
Tabel 4.5 Rerata Nilai Denyut Jantung (Heart Rate)
Kelompok
Perlakuan
Rerata Nilai Heart Rate (mmHg)
H-0
(Normotensif)
H-7
(Adrenalin)
H-14
(Perlakuan)
Kontrol (+) 212.35±94.17 357.76±49.60 *161.32±53.90
Kontrol (-) 272.73±85.04 376.13±67.13 361.76±99.27
Kontrol Normal 252.06±72.77 288.56±171.5 241.049±96.52
Z. officinale 260.19±48.98 267.69±94.11 *236.2±64.16
Z. purpureum 250.33±140.8 378.06±65.45 *237.266±74.82
K. rotunda 278.83±90.95 315.73±104.85 *199.53±98.24
B. rotunda 258.35±120.3 335.73±64.08 260.66±108.9 Data disajikan dalam bentuk rerata±standar deviasi (n=5)
*H-14→p≤0.05 = berbeda bermakna dengan kontrol negatif (hipertensi) *H-7→p≤0.05 = berbeda bermakna dengan kelompok kontrol normal
Gambar 4.3 Kurva Denyut Jantung hari ke-0,7 dan 14
Berdasarkan analisis data denyut jantung, diketahui bahwa data yang
diperoleh terdisribusi normal pada hari ke-0, 7 dan 14 (Sig≥0.05). Data
juga memiliki varian yang homogen pada hari ke-0 dan 14 (Sig≥0.05),
namun tidak homogen di hari ke-7 (Sig≤0.05). Karena hari ke-0 dan hari
14 data bervarian homogen dan terdistribusi normal maka dapat diteruskan
ke uji Analisis Varians (ANOVA). Sedangkan data denyut jantung pada
hari ke-7 yang datanya data tidak bervarian homogen dan terdistribusi
normal maka pengolahan data tidak bisa dilakukan dengan metode One
0
50
100
150
200
250
300
350
400
0 2 4 6 8 10 12 14 16
Positif Negatif Normal Z. officinale
Z. purpureum K. rotunda B. rotunda
47
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Way ANOVA. Pengolahan data hari ke-0 selanjutnya dilakukan dengan
metode Kruskal Wallis (uji non parametrik) untuk mengetahui ada
tidaknya perbedaan data denyut jantung. Apabila terdapat perbedaan data
denyut jantung secara bermakna (Sig≤0.05) maka dilanjutkan dengan
melakukan Analisa Post Hoc dengan uji Mann Whitney untuk menentukan
kelompok manakah yang memberikan nilai berbeda secara bermakna
dengan kelompok lainnya. Berdasarkan hasil analisa tekanan darah denyut
jantung hari ke-7 dengan metode Kruskal Wallis menghasilkan data tidak
tidak berbeda bermakna (Sig≥0.05) sehingga data ini tidak dapat
dilanjutkan uji Post Hoc Mann Whitney. Sedangkan hasil analisa denyut
jantung pada hari ke-0 dan ke 14 dengan metode One Way ANOVA
memiliki perbedaan secara bermakna sehingga bisa dilanjutkan ke uji
Beda Nyata Terkecil (LSD). Hasil LSD menunjukkan bahwa yang
kelompok Z. officinale, Z. purpureum dan K. rotunda berbeda bermakna
dengan kelompok kontrol negatif (Sig≤0.05).
Sehingga dari analisis data diperoleh kesimpulan bahwa ekstrak
etanol 70% rimpang Z. officinale, Z. purpureum dan K. rotunda memiliki
aktivitas menurunkan denyut jantung atau heart rate.
4.1.4.4 Presentase Penurunan Parameter Uji Antihipertensi
Tabel 4.6 Presentase Penurunan Parameter Uji Antihipertensi
Ket: %Penurunan= [(H14-H7)/H7]x100%
Kelompok
Perlakuan
Dosis
(mg/kgBB)
Parameter Uji Hipertensi
Sistolik Diastolik Denyut
Jantung
Kontrol (+) 8.2 30.35% 38.24% 54.9%
Kontrol (-) Aquadest 3.36% 0.26% 3.82%
Normal Aquadest 0.09% -0.19% 16.4%
Z. officinale 500 27.35% 17.32% 11.76%
Z. purpureum 500 18.42% 13.88% 37.24%
K. rotunda 500 24.37% 28% 36.80%
B.rotunda 500 26.07% 28.87% 22.36%
48
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Gambar 4.4 Diagram Batang Presentase (%) Penurunan Parameter Uji
Antihipertensi (hari ke 7 terhadap hari ke 14)
Perbedaan bermakna yang berbanding lurus dengan presentase
penurunan ini dilihat dari hasil uji paired t-test di hari ke-7 (setelah induksi
adrenalin) terhadap hari ke-14 (setelah pemberian perlakuan) pada data
tekanan darah sistolik. Hasil analisa statistik tekanan darah sistolik dapat
dilihat lampiran 11. Presentase penurunan tekanan darah sistolik pada
kelompok kontrol positif (propranolol) dan 4 kelompok perlakuan ekstrak
lainnya bermakna secara statistik (p≤0.05) terhadap kontrol negatif dimana
penurunan terbesar ditunjukkan oleh kelompok ekstrak etanol 70% rimpang
Z. officinale (27.35%).
Namun perbedaan bermakna pada data presentase penurunan tekanan
darah diastolik tidak berbanding lurus dengan dengan hasil uji paired t-test
di hari ke-7 (setelah induksi adrenalin) terhadap hari ke-14 (setelah
pemberian perlakuan). Hasil analisa statistik tekanan darah diastolik dapat
dilihat lampiran 12. Dimana pada uji LSD penurunan bermakna ditunjukkan
pada ekstrak Z. officinale dan B. rotunda sedangkan pada uji paired t-test
penurunan bermakna ditunjukkan pada ekstrak K. rotunda dan B. rotunda.
Dalam hal ini memang K. rotunda memiliki persen penurunan tekanan darah
diastolik yang lebih besar (28%) terhadap dirinya sendiri dibandingkan
dengan Z. officinale (17.32%), namun hasil LSD menunjukkan bahwa
30.35
3.360.09
27.35
18.42
24.37 26.07
38.24
0.26 -0.19
17.32
13.88
28 28.87
54.9
3.82
16.4
11.7
37.24 36.8
22.36
-10
0
10
20
30
40
50
60
Positif Negatif Normal Z. officinale Z. purpureum K. rotunda B. rotunda
Sistolik Diastolik Heart Rate
49
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
kelompok tersebut tidak bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif.
Sehingga kesimpulan yang dapat ditarik adalah kelompok yang memiliki
penurunan nilai tekanan darah diastolik yang bermakna adalah kelompok
kontrol positif, Z. officinale dan B. rotunda (p≤0.05) terhadap kontrol
negatif dimana penurunan terbesar ditunjukkan oleh kelompok ekstrak
etanol 70% rimpang B. rotunda (28.87%)
Sama halnya dengan data tekanan darah diastolik, perbedaan
bermakna pada data presentase penurunan denyut jantung (heart rate) juga
tidak berbanding lurus dengan dengan hasil uji paired t-test di hari ke-7
(setelah induksi adrenalin) terhadap hari ke-14 (setelah pemberian
perlakuan). Hasil analisa statistik heart rate dapat dilihat lampiran 13.
Dimana pada uji LSD penurunan bermakna ditunjukkan pada kelompok
kontrol positif (propranolol), ekstrak Z. officinale, Z. purpureum dan K.
rotunda, sedangkan pada uji paired t-test penurunan bermakna ditunjukkan
pada ekstrak B. rotunda saja. Dalam hal ini memang B. rotunda memiliki
persen penurunan heart rate yang hampir setara (22.36%) dengan Z.
officinale (11.76%), Z. purpureum (37.24%) dan K. rotunda (36.80%).
Namun hasil LSD menunjukkan bahwa data kelompok B. rotunda tidak
bermakna dibandingkan kelompok kontrol negatif (p≥0.05) atau hanya
berbeda bermakna dengan dirinya sendiri. Sehingga dapat ditarik
kesimpulan bahwa kelompok yang memiliki penurunan nilai heart rate yang
bermakna adalah kelompok kontrol positif, Z. officinale, Z. purpureum dan
K. rotunda terhadap kontrol negatif dimana penurunan terbesar ditunjukkan
oleh kelompok ekstrak etanol 70% rimpang Z. purpureum (37.24%).
4.2 Pembahasan
4.2.1 Penyiapan Ekstrak Uji
Sebanyak 10 kg dari masing- masing rimpang Z. officinale, Z.
purpureum, K. rotunda dan B. rotunda yang sudah dikering anginkan
diserbukkan menggunakan blender. Pembuatan sampel menjadi serbuk
menyebabkan kerusakan sel yang menyebabkan pelarut lebih mudah
50
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
menarik senyawa yang terkandung di dalam sel tersebut sehingga jumlah
ekstrak yang diperoleh optimal (Helfi Gustia, 2016).
Selanjutnya simplisia diekstraksi cara dingin, yakni dengan cara
maserasi. Metode maserasi dipilih karena prosedur dan peralatan yang
digunakan sederhana, tidak terdapat proses pemanasan sehingga lebih aman
untuk senyawa yang bersifat termolabil dan tidak menyebabkan terurainya
senyawa akibat pemanasan (Heinrich, 2004). Maserasi dilakukan dengan
cara merendam serbuk dalam wadah terlindung cahaya.
Etanol 70% digunakan sebagai pelarut dikarenakan ia merupakan
pelarut pilihan utama untuk mengekstraksi metabolit sekunder yang belum
diketahui strukturnya. Pelarut ini juga memiliki extracting power (daya
ekstraksi) yang luas. Sampel uji yang digunakan merupakan simplisia
kering sehingga adanya kandungan air pada etanol 70% dapat
mempermudah penarikan senyawa pada saat ekstraksi (Saifudin, 2014).
Pergantian pelarut dilakukan selama beberapa kali sampai maserat nampak
terlihat pucat. Ketika maserat mulai pucat maka proses dihentikan, hal ini
menandakan bahwa proses ekstraksi telah sempurna dan semua senyawa
terlarut telah tertarik oleh pelarut.
Agar rendemen yang diperoleh maksimal maka dilakukan remaserasi
atau proses pengulangan ekstraksi dengan pelarut yang sama. Untuk
memperoleh ekstrak yang kental, hasil maserasi kemudian disaring dan
diuapkan pelarutnya menggunakan rotary evaporator pada suhu yang tidak
terlalu tinggi yaitu 40-450 C agar senyawa tidak rusak.
Setelah didapat ekstrak kental, selanjutnya dilakukan skrining
fitokimia untuk memberikan gambaran tentang golongan senyawa yang
terkandung dalam ekstrak (Kristanti et al, 2008). Hasil skrining fitokimia
ekstrak etanol rimpang Z. officinale, Z. purpureum, K. rotunda dan B.
rotunda yang diperoleh dapal penelitian ini menunjukkan bahwa senyawa
flavonoid, polifenol, terpenoid, saponin, fitosterol dapat tertarik dalam
pelarut etanol. Hal ini disebabkan karena etanol merupakan pelarut
universal yang memiliki gugus polar (-OH) dan gugus nonpolar (-CH3)
51
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
sehingga dapat menarik analit-analit yang bersifat polar hingga nonpolar
dan memiliki indeks polaritas sebesar 5,2 ( Synder,1997).
4.2.2 Uji Aktivitas Antihipertensi
Uji aktivitas antihipertensi dilakukan terhadap 56 ekor tikus putih
jantan galur Sprague Dawley berusia 2-3 bulan dengan bobot 150-250
gram. Pemilihan tikus sebagai hewan uji dikarenakan tikus memiliki
fisiologi yang menyerupai manusia (National Association for Biomedical
Research (NABR), 2005). Tikus dikelompokkan menjadi 7 kelompok
yang terdiri dari 4 kelompok ekstrak dan 3 kelompok kontrol. Kelompok
kontrol meliputi kelompok kontrol normal, kontrol negatif dan kontrol
positif. Kelompok kontrol pada penelitian ini digunakan untuk
memastikan bahwa perubahan tekanan darah hanya disebabkan oleh
ekstrak uji yang diberikan.
Kelompok kontrol positif merupakan kelompok hewan uji yang
telah diinduksi adrenalin dan diberi obat hipertensi yang beredar di
pasaran yaitu propanolol dari golongan beta bloker. Propanolol bekerja
dengan secara non selektif menghambat stimulus adrenergik dengan
memblokade secara kompetitif reseptor beta adrenergik pada otot jantung,
dalam bronkus dan otot polos pembuluh darah (Aberg, 2009). Hal ini
dimaksudkan untuk melihat dan membandingkan seberapa besar aktivitas
antihipertensi yang dicapai oleh sediaan uji, selain itu diharapkan sediaan
uji dapat menghasilkan aktivitas antihipertensi dari obat yang beredar di
pasaran. Sedangkan kelompok negatif merupakan kelompok hewan uji
yang diberi perlakuan induksi adrenalin tanpa diberi ekstrak ataupun obat
dan hanya diberi aquadest untuk memastikan tekanan darah yang tetap
pada kondisi hipertensi. Untuk kelompok ekstrak terdiri dari 4 kelompok
meliputi larutan ekstrak Z. officinale, Z. purpureum, K. rotunda dan B.
rotunda dengan dosis 500 mg/kgBB. Dosis tersebut dipakai berdasarkan
uji toksisitas masing masing ekstrak yang dinilai masih aman.
Dosis 500 mg/kgBB digunakan sebagai langkah skrining
untuk melihat adanya aktivitas antihipertensi di dosis tersebut. Pemberian
ekstrak etanol rimpang Z. officinale kepada tikus secara intraperitonial
52
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
memberikan nilai LD50 1551±75 mg/kg (Ojewole, 2006). Penelitian
Abdulrazaq et al, di tahun 2012 juga menyebutkan bahwa ekstrak air dari
Z. officinale tidak menunjukan adanya gejala tokisisitas hingga dosis 3200
mg/kgBB tikus. Pada penelitian Pudjiatuti di tahun 2004, Uji LD50 infus
rimpang Z. purpureum diketahui memiliki nilai dosis 31,56 (24,96-39,87)
mg/10 gBB terhadap mencit. Uji Toksisitas akut oral dari ekstrak K.
rotunda serta fraksinya dilakukan pada dosis uji tunggal 2000 mg/kg p.o
dan tidak menunjukkan adanya tanda tanda toksisitas selama penelitian
(Sini et al., 2014). Pada pemberian ekstrak B. rotunda, semua hewan hidup
dan tidak menunjukkan tanda-tanda toksisitas bahkan pada dosis tertinggi
yang digunakan 5 g/kg (Mahmood et al, 2010). Sehingga dapat diambil
kesimpulan bahwa dosis 500 mg/kgBB tikus masih aman untuk digunakan
untuk perlakuan terhadap hewan uji dan tidak menutupi kemungkinan
untuk dilakukan variasi dosis pada penelitian selanjutnya.
Sebelum dilakukan induksi, tikus diaklimatisasi terlebih dahulu
selama 14 hari untuk menyesuaikan dengan lingkungan barunya. Selama
proses aklimatisasi ini, tikus diberi makan dan minum secara ad libitum
serta ditimbang berat badannya setiap 2 kali sehari. Tikus yang digunakan
adalah tikus yang sehat, yaitu selama periode pengamatan tidak
menunjukkan penurunan deviasi berat badan (>10%) serta tidak ada
kelainan dalam tingkah lakunya (Foltz, 1999). Pengelompokan tikus
mengacu pada General Guidelines for Methodologies on Research and
Evaluation of Traditional Medicine (World Health Organization, 2000)
yang menyatakan bahwa untuk pengujian hewan pengerat masing masing
kelompok terdiri dari setidaknya 5 ekor lalu diukur parameter ujinya
meliputi tekanan darah sistolik, tekanan darah diastolik dan nilai heart rate
pada hari ke-0,7 dan 14 menggunakan CODA non invasive tail cuff blood
pressure.
CODA non invasive tail cuff blood pressure merupakan suatu
instrumen pengukur tekanan darah hewan uji yang mempunyai
keuntungan karena hewan uji tidak perlu dibunuh untuk mengetahui
tekanan darahnya, sehingga dapat menghemat waktu percobaan dan juga
53
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
hewan uji yang digunakan. Metode non invasif ini menggunakan tail cuff
yang ditempatkan di ekor tikus untuk memonitor tekanan darah. Sensor
VPR yang terdapat pada alat ini juga memungkinkan adanya pengukuran
non invasif dari volume darah pada ekor tikus (Malkoff, 2011).
Pengkondisian hewan uji pada holder dilakukan sekitar 10-15 menit
sampai suhunya mencapai 30-35° C. Hewan uji yang telah dimasukkan ke
dalam holder kemudian dipasangkan manset ekor, dan diletakkan pada
papan penghangat selama 10-15 menit agar tekanan darah dapat terukur
dengan tepat dan konsisten oleh sistem VPR tail-cuff. Suhu tubuh hewan
uji harus terus dipantau agar tetap stabil, hal ini dapat dilakukan dengan
menggunakan kain lap pada bagian luar holder. Kecuali untuk suhu
lingkungan, diatur agar paling tidak mencapai 26° C. Kondisi hewan uji
juga harus dijaga agar tidak stres, karena hal ini akan mempengaruhi aliran
darah ke ekor.
Penginduksi yang digunakan pada penelitian kali ini adalah
adrenalin. Adrenalin atau epinephrine merupakan suatu hormon yang
merangsang sistem saraf simpatis (adrenergik). Adrenalin bekerja pada
tempat reseptor adrenergik non selektif, yakni pada reseptor α1, β1, dan
β2. Karena sifat non selektifnya, maka adrenalin memiliki fungsi dengan
akibat yang bervariasi pada sistem faal tubuh. Sekresi adrenalin akan
menyebar ke seluruh tubuh dan akan mempengaruhi kerja berbagai
jaringan atau sistem yang memiliki reseptor untuh hormon tersebut
diantaranya adalah: 1) di sepanjang pembuluh darah dan jantung
neurotransmitter noradrenalin akan mengaktivasi peptida nariuretik
vasopresin yang selanjutnya akan mengaktivasi kanal ion Ca2+ pada sel
endotelial sehingga menyebabkan vasokonstriksi; 2) adrenalin akan
memicu pelepasan noradrenalin yang mengikat reseptor beta adrenergik
terutama disepanjang sel jukstaglomerular ginjal sehingga mengaktivasi
sistem renin-angiotensin-aldosteron yang menyebabkan retensi air dan
garam natrium yang berimplikasi hipertensi; 3) meningkatkan efek
konotropik positif (meningkatkan denyut jantung) pada otot jantung yang
memicu peningkatan tahanan tepi dan curah jantung sehingga terjadi
54
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
hipertensi (Verkrijging et al., 1991). Mengacu pada penelitian Yves et al
di tahun 2017, adrenalin diberikan secara intraperitonial selama 7 hari
dengan dosis 1 mg/ml. Dengan waktu induksi yang relatif cepat dan
metode penginduksian yang tidak terlalu sulit maka adrenalin dipilih oleh
penulis sebagai penginduksi hipertensi pada hewan uji.
Induksi hipertensi dilakukan pada kelompok tikus Z. officinale, Z.
purpureum, K. rotunda, B. rotunda, kontrol positif dan kontrol negatif
selama 7 hari secara intraperitonial. Masing-masing kelompok terdiri dari
7 ekor tikus dengan bobot sekitar 150-250 gram. Hewan yang telah
diinduksi adrenalin dinyatakan memenuhi kriteria inklusi apabila
mengalami kenaikan tekanan darah lebih dari 20 mmHg pada hari ke-7
pasca induksi adrenalin. Setelah dinyatakan tekanan darahnya naik, tikus
mulai diberi perlakuan selama 7 hari (hari ke-7 hingga hari ke-14) dan
diperiksa tekanan darahnya kembali di hari ke-14 menggunakan CODA
non invasive tail cuff blood pressure. Selanjutnya data tekanan darah
sistolik, tekanan darah diastolik dan heart rate dianalisa secara statistik.
Hasil uji Paired T Test tekanan darah sistolik (Lampiran 11),
tekanan darah diastolik (Lampiran 12) dan heart rate ( Lampiran 13) pada
kelompok normal tidak berbeda bermakna (p≥0.05) yang artinya pada
kelompok hewan uji yang tidak diberi perlakuan apapun parameter uji ini
tetap sama dan berada pada rentang normal. Sedangkan pada kelompok uji
yang diinduksi adrenalin mengalami peningkatan tekanan darah sistolik
dan diastolik yang bermakna (p≤0.05) setelah diberikan induksi adrenalin
(H-7) dibadingkan dengan kelompok normal, sehingga dapat dipastikan
semua kelompok yang terinduksi adrenalin telah mengalami hipertensi.
Sedangkan pada kelompok kontrol negatif, nilai tekanan darah sistolik,
diastolik tidak berbeda bermakna (p≥0.05) yang artinya hewan uji
kelompok ini tetap dalam kondisi hipertensi hingga hari ke 14 setelah
diberikan aquadest saja. Sedangkan pada kelompok kontrol positif yang
diberikan propanolol 8,2 mg/kgBB memiliki penurunan tekanan darah dan
heart rate yang bermakna (p≤0.05) pada hari ke 14 dibandingkan hari ke
7. Oleh karena itu baik kelompok kontrol normal, kontrol negatif dan
55
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
kontrol positif dapat dijadikan pembanding atas pengaruh pemberian
ekstrak uji terhadap penurunan tekanan darah pada tikus hipertensi namun
tidak untuk nilai heart rate nya.
4.2.3 Pengaruh Pemberian Ekstrak Terhadap Parameter Uji
Hasil analisa statistik menunjukkan presentase penurunan tekanan
darah sistolik pada kelompok kontrol positif (propanolol) dan 4 kelompok
perlakuan ekstrak lainnya bermakna secara statistik (p≤0.05) terhadap
kontrol negatif dimana penurunan terbesar ditunjukkan oleh kelompok
ekstrak etanol 70% rimpang Z. officinale (27.35%).
Penurunan nilai tekanan darah diastolik pada kelompok Z. purpureum
dan K. rotunda tidak berbeda bermakna (p≥0.05) terhadap kelompok
kontrol negatif, sedangkan penurunan tekanan darah diastolik pada
kelompok kontrol positif, kelompok Z. officinale dan B. rotunda berbeda
bermakna secara statistik (p≤0.05) terhadap kontrol negatif.
Presentase penurunan denyut jantung (heart rate) yang bermakna
secara statistik ditunjukkan oleh kelompok kontrol positif, Z. officinale, Z.
purpureum dan K. rotunda (p≤0.05) terhadap kontrol negatif. Ringkasan
pengaruh pemberian ekstrak terhadap parameter uji dapat dilihat pada
tabel 4.7.
Tabel 4.7 Pengaruh pemberian ekstrak terhadap parameter uji
Kelompok Parameter Uji
Sistolik Diastolik Heart Rate
Z.officinale
Z. purpureum
K. rotunda
B. rotunda
Dari hasil analisa data secara statistik, diketahui adrenalin secara
signifikan (p≤0.05) mampu memberikan pengaruh kenaikan tekanan darah
sistolik dan diastolik pada hewan uji setelah 7 hari pemberian adrenalin
namun tidak signifikan (p≥0.05) memberikan pengaruh kenaikan heart
rate pada hewan uji. Hal ini kontradiktif dengan mekanisme kerja dari
adrenalin yang meningkatkan efek konotropik positif (meningkatkan
56
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
denyut jantung) pada otot jantung yang memicu peningkatan tahanan tepi
dan curah jantung sehingga terjadi hipertensi. Hal ini kemungkinan
dipengaruhi variasi biologis dari masing masing individu hewan uji.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tung et al pada tahun
1981) yang menguji pengaruh adrenalin dalam menginduksi hipertensi
pada tikus galur wistar dengan teknik administrasi osmotik mini pump
pada dosis 2,9 nmol/jam menunjukan hasil peningkatan tekanan darah
sistolik dan diastolik secara signifikan (p≤0,001) setelah 7 hari pemberian.
Sementara pemberian adrenalin tersebut tidak menyebabkan perubahan
bermakna pada nilai heart rate hewan uji. Hal ini juga senada dengan
penelitian Majewski di tahun 1986 tentang pengaruh adrenalin dan
pengaruhnya terhadap hipertensi. Setelah 10 dan 12 hari imobilisasi dan
isolasi tikus, tikus-tikus yang mengalami stress tekanan darah secara
signifikan dan tingkat adrenalin jantung yang lebih tinggi, meskipun nilai
heart rate tidak berbeda secara signifikan.
Hal ini mendukung bahwa adrenalin memang memberikan nilai
signifikan pada peningkatan tekanan darah sistolik dan tekanan darah
diastolik yang bersifat menetap namun tidak memberikan pengaruh yang
signifikan kepada peningkatan nilai heart rate yang menetap dalam jangka
waktu induksi 7 hari, sehingga mungkin diperlukan periode induksi yang
lebih lama.
Mekanisme yang mungkin bisa diprediksi pengaruh pemberian ekstrak
terhadap parameter uji adalah perbaikan fungsi endotelial. Sel endotelial
memiliki peran penting pada homeostasis sistem kardiovaskular. Fungsi
endotel diatur dan dipelihara oleh bermacam macam reseptor di
permukaan sel, beberapa diantaranya menginduksi pelepasan zat vasoaktif
untuk mengatur tonus pembuluh darah dan proliferasi sel otot polos
(Drexler dan Hornig, 1999). Terdapat berbagai vasoaktif yang menjadi
isyarat lokal dan bersirkulasi menstimulasi endotelium vaskular untuk
melepaskan vasodilator diantaranya adalah NO (Nitrit Oksida),
prostasiklin, faktor hiperpolarisasi. Sedangkan untuk faktor
57
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
vasokonstriktor terdapat endotelin, tromboksan, dan PDGF (Iglarz dan
Clozel, 2007).
Nitrat oksida diketahui cepat terdegradasi oleh anion superoksida
yang merupakan agen radikal bebas. Hipertensi manusia dikaitkan dengan
penurunan bioavailabilitas NO dan peningkatan stres oksidatif (Touyz,
2004). Peran stres oksidatif sebagai pemain kunci dalam patogenesis
hipertensi juga didukung penelitian serupa (Rodrigo et al, 2011)
(Montezano & Touyz, 2012).
Antioksidan adalah senyawa yang mampu menjebak ROS dan
mengurangi kerusakan oksidatif sehingga diharapkan juga mampu
mengurangi tekanan darah. Antioksidan mengakhiri reaksi rantai ROS
dengan menghilangkan intermediet radikal bebas, dan menghambat reaksi
oksidasi lainnya (Yoshida et al., 2004).
Rimpang Z. officinale, Z. purpureum, B. rotunda dan K. rotunda
diketahui banyak memiliki aktivitas antioksidan. Rimpang Z. officinale
diketahui memiliki aktivitas antioksidan yang tinggi diantaranya dalam uji
1,1-diphenyl-2-picrylhydrazyl (DPPH) radical scavenging actity dan
aktivitas inhibisi oksidasi metil linoleat dengan metode Oil Stability Index
(OSI)(Masuda et al, 2004). Aktivitas antioksidan rimpang Z. purpureum
dengan metode DPPH juga menunjukkan hasil yang positif (Saowaluck &
Paisooksantivatana, 2009) . Ekstrak kloroform rimpang K. rotunda juga
ditemukan memiliki aktivitas antioksidan berdasarkan metode Folin
Cholceau (Sundari, 2013). Penelitian aktivitas antioksidan dari B. rotunda
juga banyak ditemukan (Kim et al, 2012) (Chahyadi et al, 2014).
Salah satu metabolit sekunder yang memiliki aktivitas antioksidan
yang tinggi adalah flavonoid. Senyawa metabolit sekunder ini flavonoid
dan polifenol juga diketahui banyak berperan sebagai penyembuhan
hipertensi (Kooshki & Hoseini, 2014). Secara invitro, flavonoid telah
terbukti mempunyai efek biologis yang kuat, sebagai antioksidan
flavonoid dapat menghambat penggumpalan keping-keping darah,
merangsang produksi NO yang menyebabkan relaksasi pembuluh darah
dan untuk menghambat pertumbuhan kanker (Athiroh, 2000).
58
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Flavonoid mampu berdifusi secara langsung dan mensintesa NO
dalam endotel dan otot polos selanjutnya merangsang guanylate cyclase
untuk membentuk cGMP sehingga terjadi vasodilatasi (McNeill &
Jurgens, 2006). Peran flavonoid pada ekstrak anggur bebas alkohol secara
nyata menurunkan tekanan darah sistol dan diastol jantung pada model
tikus hipertensi (de Moura et al., 2002). Penelitian yang telah dilakukan
oleh Athiroh et al tentang pemberian ekstrak Scurulla oortiana (benalu
teh) dan Macrosolens javanus (benalu jambu mawar) terhadap
kontraktilitas pembuluh darah arteri ekor tikus terpisah dengan atau tanpa
endotel menunjukkan bahwa kedua benalu tersebut mampu menurunkan
kontraksi pembuluh darah arteri secara invitro karena peran endotel
(Permatasari et al., 2016). Hal ini didukung dengan uji skrining fitokimia
(Lampiran 6) yang memberikan nilai positif pada senyawa flavonoid dan
polifenol pada seluruh ekstrak.
Terdapat penelitian yang memaparkan mekanisme lain dari
tumbuhan uji dalam menurunkan hipertensi diantaranya pengaruh
pemberian ekstrak metanol 70% dari Z. officinale dalam menginduksi
penurunan dose dependent tekanan darah arteri pada tikus yang telah
dianastesi. Efek ini kemungkinan di mediasi sistem kanal ion kalsium
(Ghayur & Gilani, 2005). Namun dari mekanisme tumbuhan yang
diperkirakan dapat mengobati hipertensi sebagaimana yang telah
dipaparkan sebelumnya, hendaknya perlu ditinjau kembali dengan
melakukan pengujian secara invitro yang dapat dilakukan pada penelitian
selanjutnya.
58 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa:
a) Pemberian ekstrak etanol 70% rimpang Z. officinale, Z. purpureum, K.
rotunda dan B. rotunda pada dosis 500 mg/kgBB menunjukkan
penurunan tekanan darah sistolik secara bermakna (p≤0.05)
dibandingkan dengan kontrol negatif. Penurunan tekanan darah sistolik
yang paling tinggi ditunjukkan oleh ekstrak Z. officinale dengan persen
penurunan sebesar 27,35%.
b) Pemberian ekstrak etanol 70% rimpang Z. officinale dan B. rotunda
pada dosis 500 mg/kgBB menunjukkan penurunan tekanan darah
diastolik secara bermakna (p≤0.05) dibandingkan dengan kontrol
negatif. Penurunan tekanan darah diastolik yang paling tinggi
ditunjukkan oleh ekstrak B. rotunda dengan persen penurunan sebesar
28,87%.
c) Pemberian ekstrak etanol 70% rimpang Z. officinale, Z. purpureum dan
K. rotunda pada dosis 500 mg/kgBB menunjukkan penurunan heart
rate secara bermakna (p≤0.05) dengan kontrol negatif. Penurunan
tekanan darah diastolik yang paling tinggi ditunjukkan oleh ekstrak K.
rotunda dengan persen penurunan sebesar 36,80%.
5.2 Saran
Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai variasi dosis pada masing
masing ekstrak dengan metode in vivo yang sama
59
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
DAFTAR PUSTAKA
Abdulrazaq, N. B., Cho, M. M., Win, N. N., Zaman, R., & Rahman, M. T. (2012).
Beneficial effects of ginger (Zingiber officinale) on carbohydrate metabolism
in streptozotocin-induced diabetic rats. British Journal of Nutrition, 108(7),
1194–1201. https://doi.org/10.1017/S0007114511006635
Aberg, J.A., Lacy, C.F et al., (2009). Drug Information Handbook 17th edition,
Lexi-Comp for the American Pharmacist Association.
Andrajati, R., Sari, S.P., Bahtiar A., & Syafhan, N.F. (2012). Penuntun Praktikum
Ilmu Biomedik Dasar. Laboraturium Farmakologi dan Farmakokinetika
Departemen Farmasi FMIPA Universitas Indonesia.
Anwar, M. A., Al Disi, S. S., & Eid, A. H. (2016). Anti-hypertensive herbs and
their mechanisms of action: Part II. Frontiers in Pharmacology, 6(MAR), 1–
24. https://doi.org/10.3389/fphar.2016.00050
A.P. Bangun. (2002). Ramuan Tradisional Hipertensi, Jakarta: Agromedia
Pustaka.
Athiroh N. et al., (2000). Tesis: Efek Scurulla oortiana dan Macrosolen javanus
terhadap Kontraktilitas Pembulih Darah Arteri Ekor Tikus Terpisah dengan
atau tanpa Endotel. Universitas Brawijaya: Malang.
Athiroh, Nour. (2012). Mekanisme Kerja Benalu Teh pada Pembuluh Darah.
Jurnal Kedokteran Brawijaya, Vol 27 No. 1. Jurusan Biologi Fakultas
MIPA Universitas Islam Malang
Badyal, D. K., Lata, H., & Dadhich, A. P. (2003). Animal Models of
Hypertension and Effect of Drugs. Indian Journal of Pharmacology, 35,
349–362. https://doi.org/10.1155/2015/528757
Budhi Akbar. (2010). No Title. Tumbuhan dengan Kandungan Senyawa Aktif
yang Berpotensi sebagai Bahan Antifertilitas. Jakarta: Adabia Press.
Chahyadi, A., Hartati, R., & Ruslan, K. (2014). Boesenbergia pandurata Roxb .,
An Indonesian Medicinal Plant : Phytochemistry , Biological Activity , Plant
Biotechnology. Procedia Chemistry, 13, 13–37.
https://doi.org/10.1016/j.proche.2014.12.003
Chirangini, P., Sharma, G. J., & Sinha, S. K. (2004). Sulfur Free Radical
Reactivity with Curcumin as Reference for Evaluating Antioxidant
Properties of Medicinal Zingiberales. Journal of Environmental Pathology,
Toxicology and Oncology, 23(3), 227–236.
https://doi.org/10.1615/JEnvPathToxOncol.v23.i3.60
Dalimarta, S. (2003). Atlas tumbuhan obat Indonesia, jilid 2, Trubus Agriwidya
de Moura, R. S., Viana, F. S. C., Souza, M. A. V., Kovary, K., Guedes, D. C.,
Oliveira, E. P. B., … Correia, M. L. G. (2002). Antihypertensive, vasodilator
and antioxidant effects of a vinifera grape skin extract. Journal of Pharmacy
and Pharmacology, 54(11), 1515–1520.
https://doi.org/10.1211/002235702153
Desmiaty, Y., Winarti, W., Nursih, A. M., Nisrina, H., & Finotory, G. (2018).
Antioxidant and Antielastase Activity of <i>Kaempferia rotunda<i> and
<i>Curcuma zedoaria<i>. Research Journal of Chemistry and Environment,
22(Special Issue 1), 95–98.
60
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Depkes RI. (2001). Inventaris Tanaman Obat Indonesia (I). Jilid 2. Jakarta:
Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial Republik Indonesia. Hal.
348-350.
Depkes RI. (2013). Profil Kesehatan. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik
Indonesia.
Duke J, et al. (2000). Handbook of medicinal Herbs. United State of America:
CRC Press.
Elsik, M., Krum, H. (2007). Hypertension: How Long To Go? Australian
Prescribed .,30 (1), 6.
Francis, S.H., Busch, J.L., Corbin, J.D., dan Sibley, D. (2010). cGMP-dependent
protein kinase and cGMP phosphor diesterase sinnitric oxide and cGMP
action. Pharmacol.Rev. 62,525–563.
Foltz, C. J., Ulman-Cullere, M. (1999). Guidelines for Assesing the Health and
Condition of Mice. Lab Animal Vol. 28 No.4
Ge T, Hughes H, Junquero DC, Wu KK, Vanhoutte PM and Boulanger CM.
(1995). Endothelium- Dependent Contractions are Associated with Both
Augmented Expression of Prostaglandin H Synthase-1 and Hypersensitivity
to Prostaglandin H in the SHR Aorta. Circulation Research.
Ghayur, M. N., & Gilani, A. H. (2005). Ginger Lowers Blood Pressure Through
Blockade of Voltage-Dependent Calcium Channels, 45(1), 74–80.
Gunardi & E Fachriyah. (2002). Isolasi dan analisis komponen senyawa kimia
dalam minyak atsiri rimpang bengle (Zingiber cassumunar Roxb.). Jurnal
Media Medika Indonesia. 3(37):132-136
Gunarti, SRI dan E Mayangsari. (2000). Uji daya antelmintik perasan rimpang
bangle (Zingiber purpureum Roxb) pada cacing Ascaris suum secara in
vitro. Proseding Seminar Nasional XVI Tumbuhan Obat Indonesia.
Semarang 5 – 6 Oktober 1999 : 104 – 108.
Gormer, Beth. (2007). Farmakologi Hipertensi,terj. Diana Lyrawati, 2008
Nugroho Agung Endo.2011. Farmakologi, Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Grynberg, A., Demaison, L.(1996). Fatty Acid Oxidation in the Heart.
JCardiovasc. Pharmacol., 28 (suppl), S 11- S 17.
Grzanna, R., L. Lindmark and C.G. Frondoza. (2005). Ginger – a herbal medicinal
product with broad anti-inflammatory actions. J. Med. Food 8: 125–132.
Habsah, M., Amran, M., Mackeen, M. M., Lajis, N. H., Kikuzaki, H., Nakatani,
N., … Ali, A. M. (2000). Screening of Zingiberaceae extracts for
antimicrobial and antioxidant activities. Journal of Ethnopharmacology,
72(3), 403–410. https://doi.org/10.1016/S0378-8741(00)00223-3
Heinrich, M.; J. Barnes; S. Gibbons; and E.M. Williamson. (2004). Fundamentals
of Pharmacognocy and Phytotheraphy. Churchill Livingston. Edinburgh.
Heyne, K. (1987). Tumbuhan Berguna Indonesia. Terj. Badan Litbang
Kehutanan. Cetakan 1. Koperasi Karyawan Departemen Kehutanan Jakarta
Pusat.
Hoffman, B. B. (2012). Obat-obat pengaktif adrenoseptor dan simpatomimetik
lainnya. In B. G. Katzung, Farmakologi Dasar dan Klinik (pp.123-142).
Jakarta: EGC.
Helfi Gustia. (2016). -1 -1 -1 -1. Jurnal Agrosains Dan Tekhnologi, 1(1), 46.
61
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Ismail D. (2003). Penyakit Jantung Hipertensi: Patogenesis dan Patofisiologi
Terkini, dalam: Simposium Pendekatan Holistik Penyakit kardiovaskular.
Jakarta: Pusat Informasi dan Penerbitan Bagian Ilmu Penyakit Dalam.
ISWANTINI, D., SILITONGA, R. F., MARTATILOFA, E., & DARUSMAN, L.
K. (2011). Zingiber cassumunar, Guazuma ulmifolia, and Murraya paniculata
Extracts as Antiobesity: In Vitro Inhibitory Effect on Pancreatic Lipase
Activity. HAYATI Journal of Biosciences, 18(1), 6–10.
https://doi.org/10.4308/hjb.18.1.6
Jaipetch, T., Reutrakul, V., Tuntiwachwuttikul, P. and Santisuk, T. (1983).
Flavonoids in the Black Rhizomes of Boesenbergia pandurata.
Phytochemistry 22(2): 625-626
James, P. A., Oparil, S., Carter, B. L., Cushman, W. C., Dennison-Himmelfarb,
C., Handler, J., … Ortiz, E. (2014). 2014 Evidence-Based Guideline for the
Management of High Blood Pressure in Adults. Jama, 311(5), 507.
https://doi.org/10.1001/jama.2013.284427
Jantan, I. bin, Yassin, M. S. M., Chin, C. B., Chen, L. L., & Sim, N. L. (2003).
Antifungal Activity of the Essential Oils of Nine Zingiberaceae Species.
Pharmaceutical Biology, 41(5), 392–397.
https://doi.org/10.1076/phbi.41.5.392.15941
Joy, P.P. (1998). Zingiberaceous Medicinal and Aromatic Plants. India: Kerala
Agricultural University
Kang, Y. M., Ma, Y., Zheng, J. P., Elks, C., Sriramula, S., Yang, Z. M., et al.
(2009). Brain nuclear factor-kappa B activation contributes to neurohumoral
excitation in angiotensin II–induced hypertension. Cardiovasc.Res. 82,503–
512.
Kanakasabapathi D, Gopalakrishnan VK. (2015). Evaluation of Antidiabetic
Potential of Aqueous Extract of Passiflora edulis Sims on Alloxan Induced
Diabetes Mellitus in Wistar Albino Rats. Int. J. Pharm. Sci. Rev. Res.
34(1):171–177.
Karyasari, (2011). Kunir Putih. http://www.familyherba.web.id/Kunyit-putihkunir
putih.html diakses tanggal 22 Februari 2018, Jakarta.
Kartikasari, Agnesia N. (2012). Faktor Resiko Hipertensi pada Masyarakat Desa
Kabongan Kidul, Kabupaten Rembang. Jurnal Media Medika Muda.
Semarang: Fakultas Kedokteran Universitas Dipenogoro.
Kee, Joycee L., Hayes, Evelyn R. (1996). Farmakologi Pendekatan Proses
Keperawatan. Jakarta: EGC. Departemen Farmakologi dan Teurapetik
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Keng, H. (1978). Orders and Families of Malayan Seed Plants. Singapore
University Press. Singapore.
Kent Scientific Corporation, (2011), CODA Multi-channel, Computerized,
NonInvasive Blood Pressure system for Mice and Rats, Kent Scientific
Corporation, Torrington, Connecticut.
Kim, D.Y., Lee, M.S., Jo, K., and Lee, K. E. (2011). Therapeutic Potential of
Panduratin A, LKB1-Dependent. AMP-Activated Protein Kinase Stimulator,
With Activation of Pparα/Δ For The Treatment Of Obesity. Diabetes. Obes.
Metab. 13: 584-593
Kim, D., Kim, M., Sa, B., Kim, M., & Hwang, J. (2012). Boesenbergia pandurata
Attenuates Diet - Induced Obesity by Activating AMP - Activated Protein
62
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Kinase and Regulating Lipid Metabolism, 0067, 994–1005.
https://doi.org/10.3390/ijms13010994
Kinnear, P. J. (2011). ADRENALINE ( EPINEPHRINE ) ANAESTHESIA
TUTORIAL OF THE WEEK 226 6 TH JUNE 2011 Correspondence to
[email protected]. AAGBI Tutorials, (June), 1–8.
Klabunde, E. Richard. (2012). Norepinephrine and Acetylcoline-Synthesis,
Release and Metabolism. Diakses dari http://www.cvpharmacology.com
pada 18 Februari 2018
Kooshki, A., & Hoseini, B. B. L. (2014). Phytochemicals and Hypertension.
Shiraz E Medical Journal, 15(1), 1–3. https://doi.org/10.17795/semj19738
Konickal, et al,. (2013). Significance of Zingiberaceae in Indian Systems of
Medicine-Aryuveda: An overview. Anc Sci Life., 2013; 32(4) :253-261
Krinke, J. G. (2000). The Laboratory Rat 1st Edition. United States: Academic
Press
Kristanti, A. N., N. S. Aminah, M. Tanjung, dan B. Kurniadi. (2008). Buku Ajar
Fitokimia. Surabaya: Airlangga University Press. Hal. 23, 47.
Kriswanto, (2011). Asal usul Kunyit
Putih.http://www.madukunyitputih.com/Asal-Usul-kunyit-putih. akses
tanggal 22 Februari 2018. Jakarta
Lanny Sustrani, dkk. (2004). Hipertensi, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Lawrence, G, H, M. (1964). Taxonomi of Vascular Plants. New York: The Macmi
Company.
Larsen, K, Ibrahim, H, Khaw, S.H and Saw, L.G. (1999). Gingers of Peninsula
Malaysia and Singapore. Natural History Publications (Borneo). Kinabalu.
Mahmood, A. A., Mariod, A. A., Abdelwahab, S. I., Ismail, S., & Al-Bayaty, F.
(2010). Potential activity of ethanolic extract of Boesenbergia rotunda (L.)
rhizomes extract in accelerating wound healing in rats. Journal of Medicinal
Plants Research, 4(15), 1570–1576. https://doi.org/10.5897/JMPR10.224
Majewski, H., Alade, P. I., & Rand, M. J. (1986). Adrenaline and stress-induced
increases in blood pressure in rats. Clin.Exp.Pharmacol.Physiol., 13(1 986),
283–288.
Malkoff, J. (2011). Non-Invasive Blood Pressure for Mice and Rats, 1–12.
Marliani, L. (2012). Aktivitas Antibakteri dan Telaah Senyawa Komponen
Minyak Atsiri Rimpang Bangle (Zingiber cassumunar Roxb.). Prosiding
Seminar Nasional Penelitian dan PKM: Sains, Teknologi, dan Kesehatan.
Bandung. Hal. 1-6.
Malole, M. B. M. Dan C.S. Pramono. (1989). Penggunaan Hewan-Hewan
Percobaan Laboraturium. Bogor: Departemen Pendidikan dan
Kebudayaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas
Bioteknologi. Institut Pertanian Bogor.
Masuda, Y., Kikuzaki, H., Hisamoto, M., & Nakatani, N. (2004). Antioxidant
properties of gingerol related compounds from ginger. BioFactors, 21(1–4),
293–296. https://doi.org/10.1002/biof.552210157
McNeill, J. R., & Jurgens, T. M. (2006). A systematic review of mechanisms by
which natural products of plant origin evoke vasodilatation. Canadian
Journal of Physiology and Pharmacology, 84(8–9), 803–821.
https://doi.org/10.1139/y06-028
Montezano, A. C., & Touyz, R. M. (2012). Oxidative stress, Noxs, and
63
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
hypertension: Experimental evidence and clinical controversies. Annals of
Medicine, 44(SUPPL. 1), 2–16.
https://doi.org/10.3109/07853890.2011.653393
Mohan, M. Blalaraman, R. Kasture, SB. (2007). Antihypertensive activity
Zingiber officinale and Korean gingseng in experimentally induced
hypertension in rats. Oriental Pharmacy and Experimental Medicine 7(3),
261-273
Murakami, A., Kondo, A., Nakamura, Y., Ohigashi, H., & Koshimizu, K. (1993).
Possible anti-tumor promoting properties of edible plants from thailand, and
identification of an active constituent, cardamonin, of boesenbergia
pandurata. Bioscience, Biotechnology and Biochemistry, 57(11), 1971–1973.
https://doi.org/10.1080/bbb.57.1971
National Association for Biomedical Research (NABR). (2005). Mice & Rats:
The Essential Need for Animals in Medical Research, 23–24. Retrieved from
http://www.nabr.org/wp-content/uploads/2015/05/Mice-Rats-In-Biomedical-
Research-NABR.pdf
Ningsih, D R., Zusfahair., Kartika, D. (2016). Identifikasi Senyawa Metabolit
Sekunder serta uji Aktivitas Daun Sirsak sebagai Antibakteri. Molekul, Vol.
11 No. 1
Nuratmi, B., D. Sundari, dan L. Widowati. 2005. Uji Khasiat Seduhan Rimpang
Bangle (Zingiber purpureum Roxb.) sebagai Laksansia pada Tikus Putih.
Media Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, XV (3): 8-11
Nurrani, L. 2013. Pemanfaatan Tradisional Tumbuhan Alam Berkhasiat Obat
Oleh Masyarakat Di Sekitar Cagar Alam Tangale. Vol 3. No 1. BPK.
Lokakarya Nasional Tumbuhan Obat indonesia. Apforgen News Letter Edisi
2 Tahun 2010.
Ojewole, John A. O. 2006. Analgesic, Antiinflammatory and Hypoglycemic
Effects of Ethanol Extract of Zingiber officinale (Roscoe) Rhizomes
Zingiberaceae in Mice and Rats. Phytoter. Res. 20, 764-772. DOI:
10.1002/ptr.1952
Oparil, S., Zaman, M.A., dan Calhoun, D.A. (2003). Pathogenesis of
hypertension. Ann.Intern.Med. 139,761–776.
Pai BR., et al. (1970). Occurence of cretopoxida in Kaempfria Rotunda Linn.
Indian J Chem;8-468
Padmasari, P. D., Astuti, K. W., & Warditiani, N. K. (2013). Skrining Fitokimia
Ekstrak Etanol 70% Rimpang Bangle (Zingiber purpureum Roxb.). Jurnal
Farmasi Udayana, 366(4), 1–7. https://doi.org/Bali: Universitas Udayana
Parmley WW. (1998). Evolution of Angiotensin-Converting Enzyme Inhibition in
Hypertension, Heart Failure and Vascular Protection. America Journal of
Medicine: USA
Pathong, A., Tassaneeyakul, W., Kanjanapothi, D., Tuntiwachwuttikul, P.,
Reutrakul, V. (1989). Antiinflammatory Activity Of 5, 7-Dimethoxyflavone.
Planta Med. 55(2): 133-136.
Permatasari, N., Farmakologi, L., Kedokteran, F., Brawijaya, U., Derived, E.,
Factor, R., & Oksida, S. N. (2016). Mekanisme Kerja Benalu Teh pada
Pembuluh Darah Mechanism of Tea Mistletoe Action on Blood Vessels,
27(1), 1–7.
64
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Pinto, Y.M., Paul, M., & Ganten, D. (1998). Lessons from rat models of
hypertension; from goldbatt tom genetic engineering. Cardiovascular
Research.
Pusat data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI a. (2014). Infodatin
Hipertensi. Kementerian Kesehatan RI.
Prashant Tiwari, B., Kumar, M. K., & Gurpreet Kaur, H. K. (2011).
Phytochemical screening and extraction - A review. Internationale
Pharmaceutica Sciencia, 1(1), 98–106.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/B978-0-12-800018-2.00009-1
Rahajeng, Ekowati; Tuminah, Sulistyowati. Prevalensi Hipertensi dan
Determinannya di Indonesia. Pusat Penelitian Biomedis dan Farmasi, Badan
Penelitian Kesehatan: Departemen Kesehatan RI, Jakarta.
Rao, P. Rama; Reddy, M. Narender; Ramakrishna; Sistla, Ramakrishna; Diwan,
Prakash V. (2003) Comparative in vivo evaluation of propranolol
hydrochloride after oral and transdermal administration in rabbits. European
Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics 56: 81–85
Rodrigo, R., González, J., & Paoletto, F. (2011). The role of oxidative stress in the
pathophysiology of hypertension. Hypertension Research, 34(4), 431–440.
https://doi.org/10.1038/hr.2010.264
Rukmana, R. (2000). Usaha Tani Jahe. Yogyakarta: Penerbit Kanisius: 12-17.
Rukmana, R. (2008). Temu-temuan, Apotik Hidup di Pekarangan. Yogyakarta:
Kanisius.
Rohaendi. (2008). Treatment Of High Blood Pressure. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama Pengaruh antihipertensi dan antioksidan.
Saowaluck, B. I., & Paisooksantivatana, Y. (2009). Essential oil and antioxidant
activity of cassumunar ginger (zingiberaceae: Zingiber montanum (koenig)
link ex dietr.) collected from various parts of Thailand. Kasetsart Journal -
Natural Science, 43(3), 467–475.
Silalahi, M., Nisyawati, Walujo, E.B., and Supriatna, J. (2015). Local Knowledge
of Medicinal Plants In Sub-Ethnic Batak Simalungun of North Sumatra,
Indonesia, Biodiversitas 16(1): 44-54
Silalahi, M. (2017). Boesenbergia rotunda ( L .). Mansfeld : Manfaat dan
Metabolit Sekundernya. Jurnal EduMatSains, 1(2), 107–118. Retrieved from
https://www.researchgate.net/publication/313761899_Boesenbergia_rotunda
_L_Mansfeld_Manfaat_dan_Metabolit_Sekundernya
Silva, B. R., Pernomian, L., & Bendhack, L. M. (2012). Contribution of oxidative
stress to endothelial dysfunction in hypertension. Frontiers in Physiology, 3
DEC(December), 1–5. https://doi.org/10.3389/fphys.2012.00441
Sini, S., Latha, P. G., Anilkumar, T. V., Suja, S. R., Raj, G., Rameshkumar, K. B.,
… Rajasekharan, S. (2014). Safety assessment of tuberous rhizome of
Kaempferia rotunda L. by acute and 28-days repeated dose toxicity studies.
Global Journal of Pharmacology, 8(2), 128–139.
https://doi.org/10.5829/idosi.gjp.2014.8.2.82187
Sirirugsa, P. (1998). Thai Zingiberaceae: Species Diversity And Their
Uses.http://www.iupac.org/symposia/proceedings/phuket97/sirirugsa.html.
Sjakoer, N.A.A & Permatasari, N. (2011). Mekanisme deoxycortisone acetate
(DOCA)-garam terhadap peningkatan tekanan darah pada hewan coba. El-
hayah.
65
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Snyder, C. R., J. J. Kirkland, and J. L. Glajach. (1997). Practical HPLC Method
Development, Second Edition. New York: John Wiley and Sons, Lnc. Pp.
722-723.
Suekawa, M, Ishige, A, Yuasa, K, Sudo, K, Aburada, M, Hosoya, E. (1984).
Pharmacological studies on ginger. I. Pharmacological actions of pungent
constitutents, (6)-gingerol and (6)-shogaol. Journal of Pharmacobio-
Dynamics 7: 836-848.
Suekawa, M, Aburada, M, Hosoya, E. (1986). Pharmacological studies on ginger.
II. Pressor action of (6)-shogaol in anesthetized rats, or hindquarters, tail and
mesenteric vascular beds of of rats. Journal of Pharmacobio-Dynamics 9:
842-852
Suparto, I, E. et al., (2000). Kajian awal potensi bangle (Zingiber purpureum
Roxb.) sebagai hepato-protektor. Proseding Seminar Nasional XVI
Tumbuhan Obat Indonesia. Semarang 5 – 6 Oktober 1999 : 116 – 117
Stoclet, J.C., Chataigneau, T ., Ndiaye, M., Iak, M.H., Bedoui, J.E., Chataigneau,
M., & Schini-Kerth, V.B. (2004). Vascular protection by dietary poliphenols.
European journal of Pharmacology.
Sulastri, D., & Liputo, N. I. (2011). pada Penderita Hipertensi Etnik Minangkabau
Antioxidant Consumption and eNOS3 Gene -786T > C Allel Expression in
Hypertension Patients in Minangkabau Ethnicity, 43(1), 1–9.
Syukur, Cheppy Hernani. (2001). Budi Daya Tanaman Obat Komersial. Penebar
Swadaya Jakarta.
Tan Hoan Tjay & Rahardja, K. (2007). Obat-obatan Penting: Khasiat dan Efek
Sampingnya. Edisi 6. Jakarta: Gramedia
Tjitrosoepomo, G. (1988). Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Yogyakarta:
Gajah Mada University Press.
Tjitrosoepomo, G. (1994). Taksonomi Tumbuhan Obat-Obatan. Cetakan 1.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Taweechaisupapong, S., Singhara, S., Lertsatitthanakorn, P., & Khunkitti, W.
(2010). Antimicrobial effects of Boesenbergia pandurata and Piper
sarmentosum leaf extracts on planktonic cells and biofilm of oral pathogens.
Pakistan Journal of Pharmaceutical Sciences, 23(2), 224–231.
https://doi.org/10.1155/2012/473637
Tewtrakul, S., Subhadhirasakul, S., Puripattanavong, J., and Panphadung, T.
(2003). HIV-1 Activities of Panduratin A, an Active Compound From Temu
Kunci (Boesenbergia rotunda). CISAK C4/P38: 1-4
Touyz, R. M. (2004). Reactive oxygen species, vascular oxidative stress, and
redox signaling in hypertension: What is the clinical significance?
Hypertension, 44(3), 248–252.
https://doi.org/10.1161/01.HYP.0000138070.47616.9d
Tung, L. H., Rand, M. J., & Majewski, H. (1981). Adrenaline-induced
hypertension in rats. Clinical Science, 61, 191–193.
Verkrijging, T. E. R., Doctor, V. A. N. D. E. G. V. A. N., Erasmus, A. A. N. D.
E., Rotterdam, U., Gezag, O. P., & Magnificus, V. A. N. D. E. R. (1991).
Adrenaline and hypertension.
Wahdah N. (2011). Menaklukkan Hipertensi dan Diabetes (Mendeteksi,
Mencegah Dan Mengobati Dengan Cara Medis dan Herbal). Yogyakarta:
Penerbit Multipress.
66
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Waynforth, H.B. (1980). Experimental and Surgical Technique in the rat.
London: Academic Press
Winarsi, H. (2007). Antioksidan alami & radikal bebas potensi dan aplikasinya
dalam kesehatan. Yogyakarta: Kanisius
Widodo, MA. (1998). Memahami Struktur dan Fungsi Endotel untuk Menjelaskan
Patogenesa Penyakit Kardiovaskular. Pidato Pengukuhan jabatan Guru
Besar dalam Ilmu Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya.
Malang. Hal 6 10-11
Winarsi H. (2004). Efek Minuman Fungsional yang Disuplementasi Isoflavon
Kedelai dan Zn terhadap Profil Lipid dan Produk MDA Plasma Wanita
Premenopouse. Prosiding Seminal Nasional PBBMI. Peran Biokimia dalam
Biologi Molekuler dalam Eksplorasi dan Pemanfaatan Sumber Daya Hayati.
Wijayakusumah, et al., (1996). Tanaman berkhasiat obat di Indonesia. Pustaka
Kartini. Jilid ke 4 : 166p.
Wijayakusuma M. (2007). Penyembuhan dengan temulawak. Jakarta: Sarana
Pustaka Prima
World Health Organization. (2000). General Guidelines for Methodologies on
Research and Evaluation of Traditional Medicine. WHO-Geneva, 1, 1–74.
https://doi.org/WHO/EDM/TRM/2000.1
Yonata, A., & Pratama, A. S. P. (2016). Hipertensi sebagai Faktor Pencetus
Terjadinya Stroke. Jurnal Majority, 5(3), 17–21. Retrieved from
http://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/1030/824
Yoshida, J., Yamamoto, K., Mano, T., Sakata, Y., Nishikawa, N., Nishio, M., …
Masuyama, T. (2004). AT1 Receptor Blocker Added to ACE Inhibitor
Provides Benefits at Advanced Stage of Hypertensive Diastolic Heart
Failure. Hypertension, 43(3), 686–691.
https://doi.org/10.1161/01.HYP.0000118017.02160.fa
Yves, K., Timothée, O., & Félix, Y. (2017). Evaluation of Antidiabetic Activity of
Aqueous and Etylic alcohol Extracts of Stem Bark of Xylopia villosa Chipp
(Annonaceae). Advances in Diabetes and Metabolism, 5(14712), 1–7.
https://doi.org/10.13189/ijccd.2017.050101
67 UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Alur Pembuatan Ekstrak
Rimpang segar Z. officinale, Z.
purpureum, K. rotunda dan B. rotunda
masing masing 10 kg
Dicuci, dirajang menggunakan pisau ,
dikering anginkan dan
diserbukkan
menggunakan blender
Determinasi
Serbuk simplisia Z. officinale (1,7 kg); Z.
purpureum (1,9 kg); K. rotunda (1,85 kg)
dan B. rotunda (1,7 kg)
Disaring
menggunakan kapas dan kertas
saring
Maserasi dengan etanol 70%
Maserat
Dipekatkan
dengan vacuum
rotary evaporator
Ekstrak Kental
Ekstrak kental
disimpan dalam
desikator
Penetapan
parameter spesifik
dan non spesifik
Pembuatan Larutan Ekstrak
68
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LAMPIRAN 2. Alur Kerja Uji Aktivitas Antihipertensi
Tikus di aklimatisasi selama 1-2 minggu, diberi pakan dan minum secara adlibitum dan diperiksa tekanan
darah sistolik, diastolik dan heart rate pada hari ke-0
Induksi Hipertensi dengan 1 mg/kgBB adrenalin secara i.p selama 7 hari,kecuali kelompok normal
Ukur tekanan darah sistolik, diastolik dan heart rate semua kelompok (Hari ke-7)
Kelompok K. rotunda
7 ekor tikus, induksi adrenalin + ekstrak 500
mg/kgBB dalam larutan aquades selama
7 hari.
Kelompok B.
rotunda
7 ekor tikus, induksi
adrenalin + ekstrak 500 mg/kgBB larutan
aquades selama 7 hari.
Kelompok Z.
purpureum
7 ekor tikus, induksi
adrenalin + ekstrak 500 mg/kgBB dalam larutan aquades tikus
selama 7 hari.
Kelompok Z.
officinale
7 ekor tikus, induksi adrenalin + ekstrak
500 mg/kgBB dalam larutan aquades selama
7 hari.
Kelompok Normal
7 ekor tikus normal + larutan aquades
Kelompok Kontrol
(-)
7 ekor tikus, induksi adrenalin + larutan
aquades
Kelompok Kontrol
(+) propanolol
7 ekor tikus, induksi adrenalin + propanolol dalam larutan aquades
selama 7 hari
Diukur tekanan darah sistolik, diastolik dan heart rate semua kelompok di
periode akhir percobaan (Hari ke-14)
69
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LAMPIRAN 3. Hasil Determinasi Sampel Tumbuhan Uji
70
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LAMPIRAN 4. Surat Keterangan Hewan Uji
71
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LAMPIRAN 5. Surat Keterangan Lolos Kaji Etik Hewan Penelitian
72
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LAMPIRAN 6. Hasil Skrining Fitokimia Ekstrak
No Skrining Metode Ekstrak Ket
1 Flavonoid
Alkaline reagent test: Cuplikan ekstrak pada plat tetes +
beberapa tetes NaOH → kuning intens +
beberapa tetes HCl encer *keterangan: gambar atas (sebelum) dan gambar
bawah (sesudah)
Z. officinale
Positif
Z. purpureum
Positif
K. rotunda
Positif
B. rotunda
Positif
Z. officinale
Positif
Terpenoid
73
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
2
Terpenoid/
steroid
Lieberman-Buchard :
2 ml larutan ekstrak diuapkan dalam
cawan porselen → residu yang terbentuk + 0,5 ml kloroform + 0,5 ml asam asetat
anhidrat + 2 ml H2SO4 pekat melalui
dinding tabung
(+) terpenoid : membentuk cincin kecoklatan atau violet
(+) steroid : membentuk cincin biru
kehijauan
Z. purpureum
Positif
Terpenoid
K. rotunda
Positif
terpenoid
B. rotunda
Positif
terpenoid
Z. officinale
Negatif
Z. purpureum
Negatif
74
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
3 Alkaloid
Meyer Test
Cuplikan ekstrak dilarutkan kedalam 10
ml campuran aquades : HCl 2 N (9:1) + saring filtrat + teteskan pereaksi meyer
→ (+) terbentuk endapan putih
K. rotunda
Negatif
B. rotunda
Negatif
4
Senyawa
Fenol
Ferric Chloride Test :
Kocok cuplikan ekstrak dengan eter
pada tabung reaksi kemudian
pindahkan kedalam plat tetes + 3-4
tetes larutan FeCl3 → (+) apabila
terbentuk warna biru kehitaman
Z. officinale
Positif
Z. purpureum
Positif
K. rotunda
Positif
75
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
B. rotunda
Positif
5 Saponin
Foam test :
0,5 mg ekstrak kental + 2 ml aquades
+ kocok kuat hingga berbusa +
diamkan selama 10 menit → (+)
apabila busa tetap stabil
Z. officinale
Negatif
Z. purpureum
Positif
K. rotunda
Positif
B. rotunda
Positif
76
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
6 Tanin
Ferric Chloride Test
Ekstrak dalam 10 ml aquades
dipanaskan dalam tabung reaksi +
saring + filtrat ditambahkan FeCl3 →
(+) apabila terbentuk warna biru,
hijau, atau biru kehijauan
Z. officinale
Negatif
Z. purpureum
Negatif
K. rotunda
Negatif
B. rotunda
Negatif
7 Fitosterol
Swakowski Test :
Cuplikan ekstrak dilarutkan dalam 5
ml kloroform + beberapa tetes
H2SO4 → (+) apabila terbentuk
cincin warna coklat
Z. officinale
Positif
Z. purpureum
Positif
77
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
K. rotunda
Positif
B. rotunda
Positif
78
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LAMPIRAN 7. Konversi Dosis Hewan
Dosis lazim propanolol untuk hipertensi adalah 80 mg/70 kg. Dengan
VAO 2 mL dan jumlah tikus sebanyak 7 ekor dengan perkiraan BB tikus 200
gram, maka dosis hewan yang dibutuhkan:
Dosis Manusia = Dosis Hewan x 𝐾𝑚 𝑇𝑖𝑘𝑢𝑠
𝐾𝑚 𝑀𝑎𝑛𝑢𝑠𝑖𝑎
80mg/70kg = Dosis Hewan x 6
37
Dosis Hewan = 7,047 mg/kg
Dengan dosis 7,047 mg/kg maka konsentrasi yang dibutuhkan adalah:
VAO = 𝐵𝐵 (𝑘𝑔)𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 (
𝑚𝑔
𝑘𝑔)
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑔
𝑚𝐿)
2 mL = 0,2 𝑘𝑔𝑥 7,047 (
𝑚𝑔
𝑘𝑔𝐵𝐵)
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑔
𝑚𝐿)
Konsentrasi = 0,704 mg/mL
0,704mg/mL x 30 mL = 21,14 mg/hari
= 147,98 mg/7 hari
LAMPIRAN 8. Perhitungan Dosis Ekstrak
Ekstrak Z. officinale
VAO = 𝐵𝐵 (𝑘𝑔)𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 (
𝑚𝑔
𝑘𝑔)
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑔
𝑚𝐿)
2 mL = 0,2 𝑘𝑔𝑥 500(
𝑚𝑔
𝑘𝑔𝐵𝐵)
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑔
𝑚𝐿)
Konsentrasi = 50 mg/mL
50 mg x 20 mL = 1000 mg/hari
79
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Ekstrak Z. purpureum
VAO = 𝐵𝐵 (𝑘𝑔)𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 (
𝑚𝑔
𝑘𝑔)
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑔
𝑚𝐿)
2 mL = 0,2 𝑘𝑔𝑥 500(
𝑚𝑔
𝑘𝑔𝐵𝐵)
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑔
𝑚𝐿)
Konsentrasi = 50 mg/mL
50 mg x 20 mL = 1000 mg/hari
Ekstrak K. rotunda
VAO = 𝐵𝐵 (𝑘𝑔)𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 (
𝑚𝑔
𝑘𝑔)
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑔
𝑚𝐿)
2 mL = 0,2 𝑘𝑔𝑥 500(
𝑚𝑔
𝑘𝑔𝐵𝐵)
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑔
𝑚𝐿)
Konsentrasi = 50 mg/mL
50 mg x 20 mL = 1000 mg/hari
Ekstrak B. rotunda
VAO = 𝐵𝐵 (𝑘𝑔)𝑥 𝐷𝑜𝑠𝑖𝑠 (
𝑚𝑔
𝑘𝑔)
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑔
𝑚𝐿)
2 mL = 0,2 𝑘𝑔𝑥 500(
𝑚𝑔
𝑘𝑔𝐵𝐵)
𝐾𝑜𝑛𝑠𝑒𝑛𝑡𝑟𝑎𝑠𝑖 (𝑚𝑔
𝑚𝐿)
Konsentrasi = 50 mg/mL
50 mg x 20 mL = 1000 mg/hari
80
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LAMPIRAN 9. Dokumentasi Penelitian
A. Penyiapan Simplisia dan Pembuatan Ekstrak
Simplisia Tanaman Z. officinale
Simplisia Tanaman Z. purpureum
Simplisia Tanaman K. rotunda
Simplisia Tanaman B. rotunda
Proses Maserasi
Proses Filtrasi
Pemekatan dengan Vacuum Rotary Evaporator
Ekstrak Z. officinale
Ekstrak Z. purpureum
81
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Ekstrak K. rotunda
Ekstrak B. rotunda
Penimbangan Ekstrak
Pembuatan Larutan Uji
Larutan Uji
82
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
B. Perlakuan Hewan Uji
Aklimatisasi hewan uji
Penimbangan berat badan hewan
uji
Penyuntikan adrenalin ke
hewan uji
Penyiapan larutan uji
Penyodean zat uji
Proses memasukkan tikus ke
dalam holder
Pengukuran tekanan darah hewan
uji
Terminasi Hewan Uji
83
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Lampiran 10. Data Tekanan Darah Sistolik, Diastolik dan Heart Rate
(kontrol normal: aquadest; kontrol positif: adrenalin+propanolol; kontrol negatif:
adrenalin+aquadest; ekstrak: adrenalin+ JM/BL/TP/TK)
Hari KONTROL NORMAL (N) KONTROL POSITIF (+)
Tikus Sistolik Diastolik H. Rate Tikus Sistolik Diastolik H. Rate
H-0
N-1
96 38.333 247
(+)-1
110 92.667 107.333
H-7 98 58 181.5 201.333 141.667 336.667
H-14 103.667 66.333 172 128 93.6 110.333
H-0
N-3
109.667 45 192.667
(+)-2
101 46 220
H-7 90 57.5 546 165.667 132 394
H-14 115.6 86.4 341.333 109 77.667 252.667
H-0
N-5
119 95.333 183.333
(+)-4
102.333 63 339.33
H-7 123 84.667 210.667 161 113.333 281
H-14 120 77.677 233 151.25 106.916 157.33
H-0
N-7
112.67 42.667 178.667
(+)-5
133 123 135
H-7 125.333 80.333 377.333 179 131 400.667
H-14 115.667 91 372.667 97.5 59.25 142
H-0
N-8
92.667 66.333 358
(+)-6
101.875 56 260.125
H-7 82.667 58 127.333 157.75 104 376.5
H-14 111.333 83.667 131.25 115.667 46.667 144.33
RERATA
106.0008 57.5332 252.06
RERATA
109.6416 76.1334 212.35
103.8 67.7 288.56 172.95 124.4 357.76
113.253 81.015 241.04 120.2834 76.82 161.32
Hari KONTROL NEGATIF (-) Z. officinale (JM)
Tikus Sistolik Diastolik H. Rate Tikus Sistolik Diastolik H. Rate
H-0
(-)-1
81 57 172
JM-1
75 52.33 222.667
H-7 149 108 361.333 141.5 98.5 247
H-14 129.333 88.667 188.333 124.57 80.42 253.33
H-0
(-)-2
125.667 98.333 309.333
JM-2
74.667 55.667 304.33
H-7 111 97 403 136.667 92.667 347.333
H-14 127 100.875 381.667 111.25 78.333 281
H-0
(-)-3
105.667 76.333 274.33
JM-3
98.333 79.667 272.667
H-7 142.333 108.333 266.67 205 109 120.667
H-14 136 97 415 102.667 69.667 207
H-0
(-)-4
124 94 216
JM-7
107 95 305
H-7 177 131 411.33 184.5 129.5 351.5
H-14 172.667 138.33 405.33 143 105.875 300
H-0
(-)-5
154.3333 125.3333 392
JM-8
106.667 62 196.33
H-7 160.6 111 421.8 153 63 272
H-14 150 115.833 429 114.667 73 141
RERATA
118.1335 90.19987 272.73
RERATA
92.3334 68.9328 260.19
147.9866 111.0666 376.13 164.1334 98.5334 267.69
143 108.141 361.76 119.2308 81.459 236.2
84
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Hari Z. purpureum (BL) K. rotunda (TP)
Tikus Sistolik Diastolik H. Rate Tikus Sistolik Diastolik H. Rate
H-0
BL-1
104 73.5 371.667
TP-2
123.667 107 255.667
H-7 121.4 90 407.667 173 142.333 350.667
H-14 102 64.667 205.667 118.5 77.5 292.333
H-0
BL-3
61.6 34.8 141.667
TP-4
138.667 101.667 375.667
H-7 134 85.333 358.333 171.667 143.333 353.333
H-14 96.333 66.333 263.333 140.556 102.778 320.667
H-0
BL-4
112.667 89.333 432.333
TP-5
136.5 105 373.333
H-7 177.25 144.5 468.667 161 139 336
H-14 149.25 122.25 121.667 111 93.667 132
H-0
BL-7
68.667 43 172
TP-7
76 57 187.5
H-7 122.667 68.333 291.667 145.667 107.667 404.667
H-14 113 84.667 301 127.6 95.6 131
H-0
BL-8
64 52 134
TP-8
89 57 202
H-7 150.4 107 364 126 62 134
H-14 115.125 88.5 294.667 90.166 58.333 121.667
RERATA
82.186 58.526 250.33
RERATA
112.7668 85.5334 278.83
141.143 99.033 378.06 155.4668 118.8666 315.73
115.141 85.283 237.26 117.5644 85.5756 199.53
Hari B. rotunda (TK)
Tikus Sistolik Diastolik H.Rate
H-0
TK-1
100.333 82.333 302.667
H-7 159.636 111.454 302.667
H-14 118.2 77.8 204.333
H-0
TK-2
92.9 70 177.6
H-7 132 101.3 418
H-14 108 83.667 408.333
H-0
TK-3
75 46.333 231
H-7 124.517 99.142 379.33
H-14 114.778 74.111 344.33
H-0
TK-5
112.5 97.5 443
H-7 132 96.333 275.667
H-14 78.333 57 183.667
H-0
TK-6
92.5 73.5 137.5
H-7 129.5 93.5 303
H-14 81.667 64 162.667
RERATA
94.6466 74 258.35
135.5306 100.3458 335.73
100.1956 71.3156 260.6
85
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LAMPIRAN 11. Hasil Analisa Data Tekanan Darah Sistolik
1.Uji Normalitas
Tujuan
Melihat normal atau tidaknya suatu distribusi data tekanan darah sistolik
diseluruh kelompok tikus uji
Hipotesis
Ho : Data tekanan darah sistolik terdistribusi normal
Ha : Data tekanan darah sistolik tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan
Jika nilai p≥0.05 maka Ho diterima dan jika nilai p≤0.05 maka Ho ditolak
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
h0 h7 h14
N 35 35 35
Normal Parametersa,b Mean 102.24 145.07 117.40
Std. Deviation 22.064 29.296 19.713
Most Extreme Differences Absolute .090 .085 .135 Positive .090 .085 .135
Negative -.072 -.067 -.074 Kolmogorov-Smirnov Z .531 .505 .799 Asymp. Sig. (2-tailed) .941 .961 .545
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Keputusan: Data tekanan darah sistolik pada semua kelompok uji terdistribusi
normal (p≥0.05)
2.Uji Homogenitas
Tujuan
Melihat homogen atau tidaknya suatu distribusi data tekanan darah sistolik
diseluruh kelompok.
Hipotesis
Ho : Data tekanan darah sistolik bervariasi homogen
Ha : Data tekanan darah sistolik tidak bervariasi homogen
Pengambilan keputusan
Jika nilai p>0.05 maka Ho diterima dan jika nilai p<0.05 maka Ho ditolak.
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
h0 2.512 6 28 .045
h7 .714 6 28 .641 h14 1.180 6 28 .345
86
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Keputusan: Data tekanan darah sistolik pada semua kelompok di hari ke-7
dan hari ke-14 bervariasi homogen (p≥0.05) sedangkan pada hari ke-0
tidak bervariasi homogen.
3. Uji Analisis Varias (ANOVA)
Tujuan
Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data tekanan darah sistolik pada
semua kelompok uji.
Hipotesis
Ho: Data tekanan darah sistolik tidak berbeda secara bermakna
Ha: Data tekanan darah sistolik berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan
Jika nilai p≥0.05 maka Ho diterima dan jika nilai p≤0.05 maka Ho ditolak
ANOVA
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
h0
Between Groups 4951.371 6 825.229 1.992 .101
Within Groups 11600.377 28 414.299
Total 16551.749 34
h7 Between Groups 15781.733 6 2630.289 5.497 .001 Within Groups 13398.816 28 478.529
Total 29180.549 34
h14
Between Groups 5035.827 6 839.304 2.874 .026
Within Groups 8176.328 28 292.012
Total 13212.155 34
Keputusan: Data Anova tekanan darah sistolik pada semua kelompok uji memiliki
signifikansi p≤0.05 pada hari ke-7 dan hari ke-14 sehingga Ho ditolak (terdapat
perbedaan). Namun data hari ke-0 menunjukkan signifikansi p≥0.05 sehingga Ho
diterima (tidak terdapat perbedaan).
Kesimpulan: Data tekanan darah sistolik pada semua kelompok uji berbeda secara
bermakna yakni pada hari ke-7 dan hari ke-14, maka dilanjutkan dengan uji LSD.
Uji LSD merupakan uji lanjutan untuk menganalisis Post Hoc yang dilakukan
setelah uji ANOVA
4. Uji Kruskal Wallis
Tujuan
87
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Mengetahui ada tidaknya perbedaan secara bermakna pada data tekanan
darah sistolik tikus uji.
Hipotesis
Ho: Data tekanan darah sistolik tidak berbeda secara bermakna
Ha: Data tekanan darah sistolik berbeda secara bermakna
Pengambilan keputusan
Jika nilai p≥0.05 maka Ho diterima dan jika nilai p≤0.05 maka Ho ditolak
Test Statisticsa,b
h0 h7 h14
Chi-Square 8.863 17.552 11.343
Df 6 6 6
Asymp. Sig. .181 .007 .078
a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Sistolik
Keputusan: Data Uji Kruskal Wallis tekanan darah sistolik pada semua
kelompok uji pada hari ke-0 menunjukkan signifikansi p≥0.05 sehingga
Ho diterima (tidak terdapat perbedaan).
Kesimpulan: Data H0 tidak dapat dilanjutkan ke uji Post Hoc Mann
Whitney.
4. Uji LSD (Beda Nyata Terkecil)
Tujuan
Melihat perbedaan nyata terkecil tekanan darah sistolik antar kelompok
uji.
Hipotesis
Ho: Data tekanan darah sistolik tidak berbeda secara bermakna
Ha: Data tekanan darah sistolik berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan
Jika nilai p≥0.05 maka Ho diterima dan jika nilai p≤0.05 maka Ho ditolak
Multiple Comparisons
LSD SISTOLIK
Dependent
Variable
(I) Sistolik (J) Sistolik Mean
Difference (I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
h7 Jahe Merah
Bangle 22.990 13.835 .108 -5.35 51.33
Temu Putih 9.600 13.835 .493 -18.74 37.94
Temu Kunci 33.168* 13.835 .023 4.83 61.51
Kontrol Positif -8.817 13.835 .529 -37.16 19.52
Kontrol Negatif 16.147 13.835 .253 -12.19 44.49
Normal 60.333* 13.835 .000 31.99 88.67
88
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Bangle
Jahe Merah -22.990 13.835 .108 -51.33 5.35
Temu Putih -13.390 13.835 .341 -41.73 14.95
Temu Kunci 10.178 13.835 .468 -18.16 38.52
Kontrol Positif -31.807* 13.835 .029 -60.15 -3.47
Kontrol Negatif -6.843 13.835 .625 -35.18 21.50
Normal 37.343* 13.835 .012 9.00 65.68
Temu Putih
Jahe Merah -9.600 13.835 .493 -37.94 18.74
Bangle 13.390 13.835 .341 -14.95 41.73
Temu Kunci 23.568 13.835 .100 -4.77 51.91
Kontrol Positif -18.417 13.835 .194 -46.76 9.92
Kontrol Negatif 6.547 13.835 .640 -21.79 34.89
Normal 50.733* 13.835 .001 22.39 79.07
Temu Kunci
Jahe Merah -33.168* 13.835 .023 -61.51 -4.83
Bangle -10.178 13.835 .468 -38.52 18.16
Temu Putih -23.568 13.835 .100 -51.91 4.77
Kontrol Positif -41.985* 13.835 .005 -70.32 -13.64
Kontrol Negatif -17.021 13.835 .229 -45.36 11.32
Normal 27.165 13.835 .060 -1.17 55.51
Kontrol
Positif
Jahe Merah 8.817 13.835 .529 -19.52 37.16
Bangle 31.807* 13.835 .029 3.47 60.15
Temu Putih 18.417 13.835 .194 -9.92 46.76
Temu Kunci 41.985* 13.835 .005 13.64 70.32
Kontrol Negatif 24.963 13.835 .082 -3.38 53.30
Normal 69.150* 13.835 .000 40.81 97.49
Kontrol
Negatif
Jahe Merah -16.147 13.835 .253 -44.49 12.19
Bangle 6.843 13.835 .625 -21.50 35.18
Temu Putih -6.547 13.835 .640 -34.89 21.79
Temu Kunci 17.021 13.835 .229 -11.32 45.36
Kontrol Positif -24.963 13.835 .082 -53.30 3.38
Normal 44.187* 13.835 .003 15.85 72.53
Normal
Jahe Merah -60.333* 13.835 .000 -88.67 -31.99
Bangle -37.343* 13.835 .012 -65.68 -9.00
Temu Putih -50.733* 13.835 .001 -79.07 -22.39
Temu Kunci -27.165 13.835 .060 -55.51 1.17
Kontrol Positif -69.150* 13.835 .000 -97.49 -40.81
Kontrol
Negatif -44.187* 13.835 .003 -72.53 -15.85
h14
Jahe Merah
Bangle -2.759 10.808 .800 -24.90 19.38
Temu Putih -5.182 10.808 .635 -27.32 16.96
Temu Kunci 12.187 10.808 .269 -9.95 34.33
Kontrol Positif -7.901 10.808 .471 -30.04 14.24
Kontrol Negatif -30.618* 10.808 .008 -52.76 -8.48
Normal -.871 10.808 .936 -23.01 21.27
Bangle
Jahe Merah 2.759 10.808 .800 -19.38 24.90
Temu Putih -2.423 10.808 .824 -24.56 19.72
Temu Kunci 14.946 10.808 .178 -7.19 37.08
Kontrol Positif -5.142 10.808 .638 -27.28 17.00
Kontrol Negatif -27.858* 10.808 .016 -50.00 -5.72
Normal 1.888 10.808 .863 -20.25 24.03
Temu Putih
Jahe Merah 5.182 10.808 .635 -16.96 27.32
Bangle 2.423 10.808 .824 -19.72 24.56
Temu Kunci 17.369 10.808 .119 -4.77 39.51
Kontrol Positif -2.719 10.808 .803 -24.86 19.42
Kontrol Negatif -25.436* 10.808 .026 -47.57 -3.30
Normal 4.311 10.808 .693 -17.83 26.45
Temu Kunci
Jahe Merah -12.187 10.808 .269 -34.33 9.95
Bangle -14.946 10.808 .178 -37.08 7.19
Temu Putih -17.369 10.808 .119 -39.51 4.77
Kontrol Positif -20.088 10.808 .074 -42.23 2.05
89
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Kesimpulan:
Hasil LSD tekanan darah sistolik ekstrak etanol 70% Rimpang Z. officinale,
Z. purpureum, K. rotunda dan B. rotunda memiliki perbedaan yang bermakna
dengan kontrol negatif (Sig≤0.05)
Kontrol Negatif -42.804* 10.808 .000 -64.94 -20.67
Normal -13.058 10.808 .237 -35.20 9.08
Kontrol
Positif
Jahe Merah 7.901 10.808 .471 -14.24 30.04
Bangle 5.142 10.808 .638 -17.00 27.28
Temu Putih 2.719 10.808 .803 -19.42 24.86
Temu Kunci 20.088 10.808 .074 -2.05 42.23
Kontrol Negatif -22.717* 10.808 .045 -44.86 -.58
Normal 7.030 10.808 .521 -15.11 29.17
Kontrol
Negatif
Jahe Merah 30.618* 10.808 .008 8.48 52.76
Bangle 27.858* 10.808 .016 5.72 50.00
Temu Putih 25.436* 10.808 .026 3.30 47.57
Temu Kunci 42.804* 10.808 .000 20.67 64.94
Kontrol Positif 22.717* 10.808 .045 .58 44.86
Normal 29.747* 10.808 .010 7.61 51.89
Normal
Jahe Merah .871 10.808 .936 -21.27 23.01
Bangle -1.888 10.808 .863 -24.03 20.25
Temu Putih -4.311 10.808 .693 -26.45 17.83
Temu Kunci 13.058 10.808 .237 -9.08 35.20
Kontrol Positif -7.030 10.808 .521 -29.17 15.11
Kontrol Negatif -29.747* 10.808 .010 -51.89 -7.61
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
90
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PAIRED T TEST SISTOLIK
Paired Samples Test
Paired Differences
t Df Sig. (2-
tailed) Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 JaheMerah_H0 - JaheMerah_H7 -71.800 20.406 9.126 -97.137 -46.463 -7.868 4 .001
Pair 2 JaheMerah_H7 - JaheMerah_H14 44.903 33.597 15.025 3.186 86.619 2.988 4 .040
Pair 3 JaheMerah_H0 - JaheMerah_H14 -26.897 23.749 10.621 -56.386 2.591 -2.532 4 .064
Pair 4 Bangle_H0 - Bangle_H7 -58.957 26.063 11.656 -91.318 -26.596 -5.058 4 .007
Pair 5 Bangle_H7 - Bangle_H14 26.002 11.581 5.179 11.622 40.381 5.020 4 .007
Pair 6 Bangle_H0 - Bangle_H14 -32.955 20.602 9.214 -58.536 -7.374 -3.577 4 .023
Pair 7 TemuPutih_H0 - TemuPutih_H7 -41.767 18.283 8.176 -64.467 -19.066 -5.108 4 .007
Pair 8 TemuPutih_H7 - TemuPutih_H14 36.969 15.383 6.879 17.869 56.069 5.374 4 .006
Pair 9 TemuPutih_H0 - TemuPutih_H14 -4.798 28.414 12.707 -40.078 30.483 -.378 4 .725
Pair 10 TemuKunci_H0 - TemuKunci_H7 -36.319 17.223 7.702 -57.703 -14.934 -4.715 4 .009
Pair 11 TemuKunci_H7 - TemuKunci_H14 30.770 20.275 9.067 5.594 55.945 3.393 4 .027
Pair 12 TemuKunci_H0 - TemuKunci_H14 -5.549 28.550 12.768 -40.998 29.900 -.435 4 .686
Pair 13 Positif_H0 - Positif_H7 -63.308 17.056 7.628 -84.486 -42.131 -8.300 4 .001
Pair 14 Positif_H7 - Positif_H14 52.667 28.409 12.705 17.392 87.941 4.145 4 .014
Pair 15 Positif_H0 - Positif_H14 -10.642 30.270 13.537 -48.227 26.943 -.786 4 .476
Pair 16 Negatif_H0 - Negatif_H7 -29.853 33.822 15.126 -71.849 12.143 -1.974 4 .120
Pair 17 Negatif_H7 - Negatif_H14 4.987 13.131 5.872 -11.318 21.291 .849 4 .444
Pair 18 Negatif_H0 - Negatif_H14 -24.867 25.266 11.299 -56.238 6.505 -2.201 4 .093
Pair 19 Normal_H0 - Normal_H7 2.201 12.678 5.670 -13.541 17.943 .388 4 .718
Pair 20 Normal_H7 - Normal_H14 -9.453 17.065 7.632 -30.642 11.735 -1.239 4 .283
Pair 21 Normal_H0 - Normal_H14 -7.253 6.881 3.077 -15.796 1.291 -2.357 4 .078
91
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LAMPIRAN 12. Hasil Analisa Data Tekanan Darah Diastolik
1.Uji Normalitas
Tujuan
Melihat normal atau tidaknya suatu distribusi data tekanan darah diastolik
diseluruh kelompok tikus uji
Hipotesis
Ho : Data tekanan darah diastolik terdistribusi normal
Ha : Data tekanan darah diastolik tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan
Jika nilai p≥0.05 maka Ho diterima dan jika nilai p≤0.05 maka Ho ditolak
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
H0 H7 H14
N 35 35 35
Normal Parametersa,b Mean 72.97 102.28 84.47
Std. Deviation 24.798 26.252 19.605
Most Extreme
Differences
Absolute .140 .107 .080
Positive .140 .080 .080
Negative -.101 -.107 -.052
Kolmogorov-Smirnov Z .830 .635 .473
Asymp. Sig. (2-tailed) .497 .815 .979
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Keputusan: tekanan darah diastolik pada semua kelompok uji bervariasi normal
(p≥0.05).
2.Uji Homogenitas
Tujuan
Melihat homogen atau tidaknya suatu distribusi data tekanan darah sistolik
diseluruh kelompok.
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
H0 .781 6 28 .592
H7 1.897 6 28 .117
H14 1.005 6 28 .442
Keputusan: tekanan darah diastolik pada semua kelompok uji terdistribusi
homogen (p≥0.05)
92
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Kesimpulan: Tekanan darah diastolik pada semua kelompok uji bervariasi normal
(p≥0.05) dan tekanan darah diastolik pada semua kelompok uji terdistribusi
homogen (p≥0.05) sehingga dapat dilanjtkan dengan Uji ANOVA.
3. Uji Analisis Varians (ANOVA)
Tujuan
Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data tekanan darah diastolik
pada semua kelompok uji.
Hipotesis
Ho: Data tekanan darah diastolik tidak berbeda secara bermakna
Ha: Data tekanan darah diastolik berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan
Jika nilai p≥0.05 maka Ho diterima dan jika nilai p≤0.05 maka Ho ditolak
ANOVA
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
H0
Between Groups 4644.239 6 774.040 1.333 .276
Within Groups 16264.191 28 580.864
Total 20908.429 34
H7
Between Groups 10329.050 6 1721.508 3.679 .008
Within Groups 13101.885 28 467.924
Total 23430.935 34
H14
Between Groups 4037.513 6 672.919 2.087 .087
Within Groups 9029.977 28 322.499
Total 13067.490 34
Keputusan: Data Anova tekanan darah diastolik pada semua kelompok uji
memiliki signifikansi p≤0.05 pada hari ke-7 dan hari ke-14 sehingga Ho ditolak
(terdapat perbedaan). Namun data hari ke-0 menunjukkan signifikansi p≥0.05
sehingga Ho diterima (tidak terdapat perbedaan).
Kesimpulan: Data tekanan darah diastolik pada semua kelompok uji berbeda
secara bermakna yakni pada hari ke-7 dan hari ke-14, maka dilanjutkan dengan
uji LSD. Uji LSD merupakan uji lanjutan untuk menganalisis Post Hoc untuk uji
Anova.
4. Uji LSD (Beda Nyata Terkecil)
Tujuan
Melihat perbedaan nyata terkecil tekanan darah diastolik antar kelompok
uji.
93
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Hipotesis
Ho: Data tekanan darah diastolik tidak berbeda secara bermakna
Ha: Data tekanan darah diastolik berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan
Jika nilai p≥0.05 maka Ho diterima dan jika nilai p≤0.05 maka Ho ditolak
Multiple Comparisons LSD
Dependent Variable
(I) DIASTOLIK
(J) DIASTOLIK
Mean Difference (I-J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound Upper Bound
H7
Jahe Merah
Bangle -.500 13.681 .971 -28.52 27.52 Temu Putih -19.609 13.681 .163 -47.63 8.41
Temu Kunci 1.481 13.681 .915 -26.54 29.51 Kontrol Positif -25.867 13.681 .069 -53.89 2.16 Kontrol Negatif -12.533 13.681 .367 -40.56 15.49
Normal 30.833* 13.681 .032 2.81 58.86
Bangle
Jahe Merah .500 13.681 .971 -27.52 28.52
Temu Putih -19.110 13.681 .173 -47.13 8.91
Temu Kunci 1.981 13.681 .886 -26.04 30.01
Kontrol Positif -25.367 13.681 .074 -53.39 2.66
Kontrol Negatif -12.033 13.681 .387 -40.06 15.99
Normal 31.333* 13.681 .030 3.31 59.36
Temu Putih
Jahe Merah 19.609 13.681 .163 -8.41 47.63
Bangle 19.110 13.681 .173 -8.91 47.13
Temu Kunci 21.090 13.681 .134 -6.93 49.11
Kontrol Positif -6.257 13.681 .651 -34.28 21.77
Kontrol Negatif 7.076 13.681 .609 -20.95 35.10
Normal 50.443* 13.681 .001 22.42 78.47
Temu Kunci
Jahe Merah -1.481 13.681 .915 -29.51 26.54
Bangle -1.981 13.681 .886 -30.01 26.04
Temu Putih -21.090 13.681 .134 -49.11 6.93
Kontrol Positif -27.348 13.681 .055 -55.37 .68
Kontrol Negatif -14.014 13.681 .314 -42.04 14.01
Normal 29.352* 13.681 .041 1.33 57.38
Kontrol
Positif
Jahe Merah 25.867 13.681 .069 -2.16 53.89
Bangle 25.367 13.681 .074 -2.66 53.39
Temu Putih 6.257 13.681 .651 -21.77 34.28
Temu Kunci 27.348 13.681 .055 -.68 55.37
Kontrol Negatif 13.333 13.681 .338 -14.69 41.36
Normal 56.700* 13.681 .000 28.68 84.72
Kontrol Negatif
Jahe Merah 12.533 13.681 .367 -15.49 40.56
Bangle 12.033 13.681 .387 -15.99 40.06
Temu Putih -7.076 13.681 .609 -35.10 20.95
Temu Kunci 14.014 13.681 .314 -14.01 42.04
Kontrol Positif -13.333 13.681 .338 -41.36 14.69 Normal 43.367* 13.681 .004 15.34 71.39
Normal
Jahe Merah -30.833* 13.681 .032 -58.86 -2.81
Bangle -31.333* 13.681 .030 -59.36 -3.31
Temu Putih -50.443* 13.681 .001 -78.47 -22.42
Temu Kunci -29.352* 13.681 .041 -57.38 -1.33
Kontrol Positif -56.700* 13.681 .000 -84.72 -28.68
Kontrol Negatif -43.367* 13.681 .004 -71.39 -15.34
H14
Jahe Merah
Bangle -2.158 11.358 .851 -25.42 21.11
Temu Putih -2.450 11.358 .831 -25.72 20.82
Temu Kunci 11.810 11.358 .307 -11.46 35.08
Kontrol Positif 6.306 11.358 .583 -16.96 29.57
Kontrol Negatif -25.015* 11.358 .036 -48.28 -1.75
Normal 2.110 11.358 .854 -21.16 25.38
Bangle
Jahe Merah 2.158 11.358 .851 -21.11 25.42
Temu Putih -.292 11.358 .980 -23.56 22.97
Temu Kunci 13.968 11.358 .229 -9.30 37.23
Kontrol Positif 8.463 11.358 .462 -14.80 31.73
94
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Kontrol Negatif -22.858 11.358 .054 -46.12 .41
Normal 4.268 11.358 .710 -19.00 27.53
Temu Putih
Jahe Merah 2.450 11.358 .831 -20.82 25.72
Bangle .292 11.358 .980 -22.97 23.56
Temu Kunci 14.260 11.358 .220 -9.01 37.53
Kontrol Positif 8.756 11.358 .447 -14.51 32.02
Kontrol Negatif -22.565 11.358 .057 -45.83 .70
Normal 4.560 11.358 .691 -18.71 27.83
Temu Kunci
Jahe Merah -11.810 11.358 .307 -35.08 11.46
Bangle -13.968 11.358 .229 -37.23 9.30
Temu Putih -14.260 11.358 .220 -37.53 9.01
Kontrol Positif -5.504 11.358 .632 -28.77 17.76
Kontrol Negatif -36.825* 11.358 .003 -60.09 -13.56
Normal -9.700 11.358 .400 -32.97 13.57
Kontrol
Positif
Jahe Merah -6.306 11.358 .583 -29.57 16.96
Bangle -8.463 11.358 .462 -31.73 14.80
Temu Putih -8.756 11.358 .447 -32.02 14.51
Temu Kunci 5.504 11.358 .632 -17.76 28.77
Kontrol Negatif -31.321* 11.358 .010 -54.59 -8.06
Normal -4.195 11.358 .715 -27.46 19.07
Kontrol Negatif
Jahe Merah 25.015* 11.358 .036 1.75 48.28
Bangle 22.858 11.358 .054 -.41 46.12
Temu Putih 22.565 11.358 .057 -.70 45.83
Temu Kunci 36.825* 11.358 .003 13.56 60.09
Kontrol Positif 31.321* 11.358 .010 8.06 54.59
Normal 27.126* 11.358 .024 3.86 50.39
Normal
Jahe Merah -2.110 11.358 .854 -25.38 21.16
Bangle -4.268 11.358 .710 -27.53 19.00
Temu Putih -4.560 11.358 .691 -27.83 18.71
Temu Kunci 9.700 11.358 .400 -13.57 32.97
Kontrol Positif 4.195 11.358 .715 -19.07 27.46
Kontrol Negatif -27.126* 11.358 .024 -50.39 -3.86
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Kesimpulan:
Hasil LSD tekanan darah diastolik ekstrak etanol 70% rimpang Z.
officinale dan B. rotunda memiliki perbedaan yang bermakna dengan
kontrol negatif (Sig≤0.05)
95
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PAIRED T TEST DIASTOLIK
Paired Samples Test
Paired Differences t Df Sig.
(2-
tailed) Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of the
Difference
Lower Upper
Pair 1 JaheMerah_H0 - JaheMerah_H7 -29.601 21.213 9.487 -55.940 -3.261 -3.120 4 .036
Pair 2 JaheMerah_H7 - JaheMerah_H14 17.008 17.784 7.953 -5.074 39.091 2.138 4 .099
Pair 3 JaheMerah_H0 - JaheMerah_H14 -12.592 22.038 9.856 -39.956 14.772 -1.278 4 .270
Pair 4 Bangle_H0 - Bangle_H7 -40.507 18.249 8.161 -63.165 -17.848 -4.963 4 .008
Pair 5 Bangle_H7 - Bangle_H14 13.750 17.041 7.621 -7.409 34.909 1.804 4 .146
Pair 6 Bangle_H0 - Bangle_H14 -26.757 20.277 9.068 -51.934 -1.579 -2.951 4 .042
Pair 7 TemuPutih_H0 - TemuPutih_H7 -32.609 16.787 7.508 -53.454 -11.765 -4.344 4 .012
Pair 8 TemuPutih_H7 - TemuPutih_H14 32.567 24.893 11.132 1.659 63.476 2.925 4 .043
Pair 9 TemuPutih_H0 - TemuPutih_H14 -.042 24.958 11.162 -31.032 30.948 -.004 4 .997
Pair 10 TemuKunci_H0 - TemuKunci_H7 -23.119 19.852 8.878 -47.768 1.530 -2.604 4 .060
.015 Pair 11 TemuKunci_H7 - TemuKunci_H14 25.737 14.164 6.334 8.149 43.324 4.063 4
Pair 12 TemuKunci_H0 - TemuKunci_H14 2.618 25.861 11.565 -29.493 34.728 .226 4 .832
Pair 13 Positif_H0 - Positif_H7 -48.267 27.614 12.349 -82.554 -13.980 -3.908 4 .017
Pair 14 Positif_H7 - Positif_H14 47.580 24.594 10.999 17.042 78.118 4.326 4 .012
Pair 15 Positif_H0 - Positif_H14 -.687 42.075 18.816 -52.929 51.556 -.036 4 .973
Pair 16 Negatif_H0 - Negatif_H7 -20.867 27.496 12.297 -55.008 13.274 -1.697 4 .165
Pair 17 Negatif_H7 - Negatif_H14 2.926 11.742 5.251 -11.654 17.505 .557 4 .607
Pair 18 Negatif_H0 - Negatif_H14 -17.941 21.693 9.701 -44.877 8.994 -1.849 4 .138
Pair 19 Normal_H0 - Normal_H7 -10.167 20.175 9.023 -35.218 14.884 -1.127 4 .323
Pair 20 Normal_H7 - Normal_H14 -13.315 14.488 6.479 -31.304 4.674 -2.055 4 .109
Pair 21 Normal_H0 - Normal_H14 -23.482 25.929 11.596 -55.677 8.712 -2.025 4 .113
96
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
LAMPIRAN 13. Hasil Analisa Data Denyut Jantung (Heart Rate)
1.Uji Normalitas
Tujuan
Melihat normal atau tidaknya suatu distribusi data denyut jantung
diseluruh kelompok tikus uji.
Hipotesis
Ho : Data denyut jantung terdistribusi normal
Ha : Data denyut jantung tidak terdistribusi normal
Pengambilan keputusan : Jika nilai p≥0.05 maka Ho diterima dan jika nilai
p≤0.05 maka Ho ditolak.
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
H0 H7 H14
N 35 35 35
Normal Parametersa,b Mean 252.11 328.07 244.13
Std. Deviation 91.295 96.223 99.731
Most Extreme Differences Absolute .112 .136 .136 Positive .112 .108 .136
Negative -.077 -.136 -.090 Kolmogorov-Smirnov Z .664 .803 .804 Asymp. Sig. (2-tailed) .771 .539 .538
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Keputusan : Data denyut jantung pada semua kelompok uji terdistribusi
normal (p≥0.05)
2. Uji Homogenitas
Tujuan
Melihat homogen atau tidaknya suatu distribusi data denyut jantung
diseluruh kelompok tikus uji.
Hipotesis
Ho : Data denyut jantung bervariasi homogen
Ha : Data denyut jantung tidak bervariasi homogen
Pengambilan keputusan : Jika nilai p≥0.05 maka Ho diterima dan jika nilai
p≤0.05 maka Ho ditolak.
Test of Homogeneity of Variances
Levene Statistic df1 df2 Sig.
H0 1.849 6 28 .126 H7 2.433 6 28 .051
H14 1.420 6 28 .242
97
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Keputusan: data denyut jantung yang bervariasi homogen hanya pada hari ke 0
dan hari ke 14 namun tidak bervariasi homogen di hari ke-7 (p≥0.05).
Kesimpulan: H7 dilanjutkan ke uji Kruskal Wallis sedangkan H0 dan H14
dilanjutkan ke Uji ANOVA.
3. Uji Analisis Varians (ANOVA)
Tujuan
Mengetahui ada atau tidaknya perbedaan data denyut jantung pada semua
kelompok uji.
Hipotesis
Ho: Data denyut jantung berbeda secara bermakna
Ha: Data denyut jantung tidak berbeda secara bermakna
Pengambilan Keputusan
Jika nilai p≥0.05 maka Ho diterima dan jika nilai p≤0.05 maka Ho ditolak
ANOVA
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
H0
Between Groups 16171.895 6 2695.316 .282 .940
Within Groups 267213.222 28 9543.329
Total 283385.118 34
H7 Between Groups 68023.829 6 11337.305 1.286 .295 Within Groups 246776.722 28 8813.454
Total 314800.551 34
H14
Between Groups 117997.711 6 19666.285 2.501 .046
Within Groups 220174.246 28 7863.366
Total 338171.957 34
Keputusan: Data Anova denyut jantung pada semua kelompok uji di hari ke-0
menunjukkan signifikansi p≥0.05 sehingga Ho diterima (tidak terdapat perbedaan
bermakna). Sedangkan H14 menunjukkan signifikansi p≤0.05 sehingga Ho
ditolak (terdapat perbedaan bermakna).
Kesimpulan: Hanya data denyut jantung di hari ke 14 yang dapat dilanjutkan ke
ke uji Post Hoc LSD.
98
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
4. Uji LSD
Multiple Comparisons
LSD
Dependent Variable
(I) HR_Revisi (J) HR_Revisi Mean Difference (I-
J)
Std. Error Sig. 95% Confidence Interval
Lower Bound
Upper Bound
H0
Jahe Merah
Bangle 9.866 61.785 .874 -116.69 136.43
Temu Putih -18.634 61.785 .765 -145.19 107.93
Temu Kunci 1.846 61.785 .976 -124.71 128.41
Kontrol Positif 47.842 61.785 .445 -78.72 174.40
Kontrol Negatif -12.533 61.785 .841 -139.09 114.03
Normal 28.267 61.785 .651 -98.29 154.83
Bangle
Jahe Merah -9.866 61.785 .874 -136.43 116.69
Temu Putih -28.500 61.785 .648 -155.06 98.06
Temu Kunci -8.020 61.785 .898 -134.58 118.54
Kontrol Positif 37.976 61.785 .544 -88.58 164.54
Kontrol Negatif -22.399 61.785 .720 -148.96 104.16
Normal 18.401 61.785 .768 -108.16 144.96
Temu Putih
Jahe Merah 18.634 61.785 .765 -107.93 145.19
Bangle 28.500 61.785 .648 -98.06 155.06
Temu Kunci 20.480 61.785 .743 -106.08 147.04
Kontrol Positif 66.476 61.785 .291 -60.08 193.04
Kontrol Negatif 6.101 61.785 .922 -120.46 132.66
Normal 46.901 61.785 .454 -79.66 173.46
Temu Kunci
Jahe Merah -1.846 61.785 .976 -128.41 124.71
Bangle 8.020 61.785 .898 -118.54 134.58
Temu Putih -20.480 61.785 .743 -147.04 106.08
Kontrol Positif 45.996 61.785 .463 -80.56 172.56
Kontrol Negatif -14.379 61.785 .818 -140.94 112.18
Normal 26.421 61.785 .672 -100.14 152.98
Kontrol Positif
Jahe Merah -47.842 61.785 .445 -174.40 78.72
Bangle -37.976 61.785 .544 -164.54 88.58
Temu Putih -66.476 61.785 .291 -193.04 60.08
Temu Kunci -45.996 61.785 .463 -172.56 80.56
Kontrol Negatif -60.375 61.785 .337 -186.93 66.18
Normal -19.575 61.785 .754 -146.14 106.98
Kontrol Negatif
Jahe Merah 12.533 61.785 .841 -114.03 139.09
Bangle 22.399 61.785 .720 -104.16 148.96
Temu Putih -6.101 61.785 .922 -132.66 120.46
Temu Kunci 14.379 61.785 .818 -112.18 140.94
Kontrol Positif 60.375 61.785 .337 -66.18 186.93
Normal 40.800 61.785 .514 -85.76 167.36
Normal
Jahe Merah -28.267 61.785 .651 -154.83 98.29
Bangle -18.401 61.785 .768 -144.96 108.16
Temu Putih -46.901 61.785 .454 -173.46 79.66
Temu Kunci -26.421 61.785 .672 -152.98 100.14
Kontrol Positif 19.575 61.785 .754 -106.98 146.14
Kontrol Negatif -40.800 61.785 .514 -167.36 85.76
H7
Jahe Merah
Bangle -130.300* 59.375 .037 -251.92 -8.68 Temu Putih -67.967 59.375 .262 -189.59 53.66 Temu Kunci -87.966 59.375 .150 -209.59 33.66 Kontrol Positif -110.000 59.375 .075 -231.62 11.62 Kontrol Negatif -125.060* 59.375 .044 -246.68 -3.44 Normal -40.800 59.375 .498 -162.42 80.82
Bangle
Jahe Merah 130.300* 59.375 .037 8.68 251.92 Temu Putih 62.333 59.375 .303 -59.29 183.96 Temu Kunci 42.334 59.375 .482 -79.29 163.96 Kontrol Positif 20.300 59.375 .735 -101.32 141.92 Kontrol Negatif 5.240 59.375 .930 -116.38 126.86 Normal 89.500 59.375 .143 -32.12 211.12
Temu Putih
Jahe Merah 67.967 59.375 .262 -53.66 189.59 Bangle -62.333 59.375 .303 -183.96 59.29 Temu Kunci -19.999 59.375 .739 -141.62 101.62 Kontrol Positif -42.033 59.375 .485 -163.66 79.59
Kontrol Negatif -57.093 59.375 .344 -178.72 64.53 Normal 27.167 59.375 .651 -94.46 148.79
Temu Kunci Jahe Merah 87.966 59.375 .150 -33.66 209.59 Bangle -42.334 59.375 .482 -163.96 79.29 Temu Putih 19.999 59.375 .739 -101.62 141.62
99
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Kontrol Positif -22.034 59.375 .713 -143.66 99.59 Kontrol Negatif -37.094 59.375 .537 -158.72 84.53 Normal 47.166 59.375 .434 -74.46 168.79
Kontrol Positif
Jahe Merah 110.000 59.375 .075 -11.62 231.62 Bangle -20.300 59.375 .735 -141.92 101.32 Temu Putih 42.033 59.375 .485 -79.59 163.66 Temu Kunci 22.034 59.375 .713 -99.59 143.66 Kontrol Negatif -15.060 59.375 .802 -136.68 106.56 Normal 69.200 59.375 .254 -52.42 190.82
Kontrol Negatif
Jahe Merah 125.060* 59.375 .044 3.44 246.68 Bangle -5.240 59.375 .930 -126.86 116.38 Temu Putih 57.093 59.375 .344 -64.53 178.72 Temu Kunci 37.094 59.375 .537 -84.53 158.72 Kontrol Positif 15.060 59.375 .802 -106.56 136.68 Normal 84.260 59.375 .167 -37.36 205.88
Normal
Jahe Merah 40.800 59.375 .498 -80.82 162.42 Bangle -89.500 59.375 .143 -211.12 32.12 Temu Putih -27.167 59.375 .651 -148.79 94.46 Temu Kunci -47.166 59.375 .434 -168.79 74.46 Kontrol Positif -69.200 59.375 .254 -190.82 52.42 Kontrol Negatif -84.260 59.375 .167 -205.88 37.36
H14
Jahe Merah
Bangle -1.067 56.083 .985 -115.95 113.81
Temu Putih 36.667 56.083 .519 -78.22 151.55
Temu Kunci -24.466 56.083 .666 -139.35 90.42
Kontrol Positif 74.868 56.083 .193 -40.01 189.75
Kontrol Negatif -127.666* 56.083 .031 -242.55 -12.78
Normal -13.849 56.083 .807 -128.73 101.03
Bangle
Jahe Merah 1.067 56.083 .985 -113.81 115.95
Temu Putih 37.733 56.083 .507 -77.15 152.62
Temu Kunci -23.399 56.083 .680 -138.28 91.48
Kontrol Positif 75.935 56.083 .187 -38.95 190.82
Kontrol Negatif -126.599* 56.083 .032 -241.48 -11.72
Normal -12.783 56.083 .821 -127.66 102.10
Temu Putih
Jahe Merah -36.667 56.083 .519 -151.55 78.22
Bangle -37.733 56.083 .507 -152.62 77.15
Temu Kunci -61.133 56.083 .285 -176.01 53.75
Kontrol Positif 38.201 56.083 .501 -76.68 153.08
Kontrol Negatif -164.333* 56.083 .007 -279.21 -49.45
Normal -50.516 56.083 .375 -165.40 64.37
Temu Kunci
Jahe Merah 24.466 56.083 .666 -90.42 139.35
Bangle 23.399 56.083 .680 -91.48 138.28
Temu Putih 61.133 56.083 .285 -53.75 176.01
Kontrol Positif 99.334 56.083 .087 -15.55 214.22
Kontrol Negatif -103.200 56.083 .076 -218.08 11.68
Normal 10.617 56.083 .851 -104.27 125.50
Kontrol Positif
Jahe Merah -74.868 56.083 .193 -189.75 40.01
Bangle -75.935 56.083 .187 -190.82 38.95
Temu Putih -38.201 56.083 .501 -153.08 76.68
Temu Kunci -99.334 56.083 .087 -214.22 15.55
Kontrol Negatif -202.534* 56.083 .001 -317.42 -87.65
Normal -88.717 56.083 .125 -203.60 26.16
Kontrol Negatif
Jahe Merah 127.666* 56.083 .031 12.78 242.55
Bangle 126.599* 56.083 .032 11.72 241.48
Temu Putih 164.333* 56.083 .007 49.45 279.21
Temu Kunci 103.200 56.083 .076 -11.68 218.08
Kontrol Positif 202.534* 56.083 .001 87.65 317.42
Normal 113.817 56.083 .052 -1.07 228.70
Normal
Jahe Merah 13.849 56.083 .807 -101.03 128.73
Bangle 12.783 56.083 .821 -102.10 127.66
Temu Putih 50.516 56.083 .375 -64.37 165.40
Temu Kunci -10.617 56.083 .851 -125.50 104.27
Kontrol Positif 88.717 56.083 .125 -26.16 203.60
Kontrol Negatif -113.817 56.083 .052 -228.70 1.07
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
Kesimpulan:
Hasil data LSD heart rate ekstrak etanol 70% Rimpang Z. officinale, Z.
purpureum dan K. rotunda memiliki perbedaan yang bermakna dengan kontrol
negatif (Sig≤0.05).
100
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
5. Uji Kruskal Wallis
Tujuan: Mengetahui ada tidaknya perbedaan denyut jantung pada tikus uji.
Test Statisticsa,b
H0 H7 H14
Chi-Square 2.710 9.105 11.185 df 6 6 6 Asymp. Sig. .844 .168 .083
a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: Heart_Rate
Keputusan: Data Uji Kruskal Wallis denyut jantung hari ke-7 menunjukkan
signifikansi p≥0.5 sehingga Ho diterima (tidak terdapat perbedaan).
Kesimpulan: Data denyut jantung hari ke-7 tidak berbeda bermakna, sehingga
tidak perlu dilanjutkan ke uji Post Hoc Mann Whitney.
101
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
PAIRED T TEST HEART RATE
Paired Samples Test
Paired Differences t df Sig. (2-
tailed) Mean Std.
Deviation
Std. Error
Mean
95% Confidence Interval of
the Difference
Lower Upper
Pair 1 JaheMerah_H0 - JaheMerah_H7 12.433 92.225 41.244 -102.080 126.945 .301 4 .778
Pair 2 JaheMerah_H7 - JaheMerah_H14 11.567 82.844 37.049 -91.298 114.431 .312 4 .770
Pair 3 JaheMerah_H0 - JaheMerah_H14 23.999 39.496 17.663 -25.041 73.040 1.359 4 .246
Pair 4 Bangle_H0 - Bangle_H7 -127.733 93.810 41.953 -244.214 -11.253 -3.045 4 .038
Pair 5 Bangle_H7 - Bangle_H14 140.800 137.849 61.648 -30.362 311.962 2.284 4 .084
Pair 6 Bangle_H0 - Bangle_H14 13.067 212.411 94.993 -250.676 276.809 .138 4 .897
Pair 7 TemuPutih_H0 - TemuPutih_H7 -36.900 118.211 52.865 -183.678 109.878 -.698 4 .524
Pair 8 TemuPutih_H7 - TemuPutih_H14 116.200 115.779 51.778 -27.559 259.959 2.244 4 .088
Pair 9 TemuPutih_H0 - TemuPutih_H14 79.300 101.013 45.174 -46.124 204.724 1.755 4 .154
Pair 10 TemuKunci_H0 - TemuKunci_H7 -77.379 162.209 72.542 -278.788 124.029 -1.067 4 .346
Pair 11 TemuKunci_H7 - TemuKunci_H14 75.067 52.369 23.420 10.041 140.092 3.205 4 .033
Pair 12 TemuKunci_H0 - TemuKunci_H14 -2.313 189.480 84.738 -237.584 232.958 -.027 4 .980
Pair 13 Positif_H0 - Positif_H7 -145.409 127.157 56.866 -303.295 12.477 -2.557 4 .063
Pair 14 Positif_H7 - Positif_H14 196.435 59.949 26.810 121.999 270.871 7.327 4 .002
Pair 15 Positif_H0 - Positif_H14 51.026 93.057 41.616 -64.520 166.571 1.226 4 .287
Pair 16 Negatif_H0 - Negatif_H7 -100.094 91.688 41.004 -213.940 13.752 -2.441 4 .071
Pair 17 Negatif_H7 - Negatif_H14 8.961 114.097 51.026 -132.709 150.630 .176 4 .869
Pair 18 Negatif_H0 - Negatif_H14 -91.133 72.416 32.386 -181.050 -1.217 -2.814 4 .048
Pair 19 Normal_H0 - Normal_H7 -56.634 227.223 101.617 -338.768 225.500 -.557 4 .607
Pair 20 Normal_H7 - Normal_H14 38.517 93.672 41.892 -77.792 154.827 .919 4 .410
Pair 21 Normal_H0 - Normal_H14 -18.117 171.467 76.682 -231.021 194.787 -.236 4 .825
102
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA