UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI CAIRAN...

94
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI CAIRAN PEMBERSIH LANTAI DARI NAJIS MUGHALLADZAH DENGAN VARIASI KONSENTRASI KAOLIN-BENTONIT DAN VARIASI KONSENTRASI NATRIUM METASILIKAT SKRIPSI FANDI AKHMAD 1113102000039 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN JAKARTA SEPTEMBER 2017

Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA FORMULASI CAIRAN...

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI CAIRAN PEMBERSIH LANTAI DARI

NAJIS MUGHALLADZAH DENGAN VARIASI

KONSENTRASI KAOLIN-BENTONIT DAN VARIASI

KONSENTRASI NATRIUM METASILIKAT

SKRIPSI

FANDI AKHMAD

1113102000039

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JAKARTA

SEPTEMBER 2017

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

FORMULASI CAIRAN PEMBERSIH LANTAI DARI

NAJIS MUGHALLADZAH DENGAN VARIASI

KONSENTRASI KAOLIN-BENTONIT DAN VARIASI

KONSENTRASI NATRIUM METASILIKAT

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi

FANDI AKHMAD

1113102000039

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JAKARTA

SEPTEMBER 2017

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Skripsi ini adalah hasil karya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Fandi Akhmad

NIM : 1113102000039

Tanda Tangan :

Tanggal : 22 September 2017

iv

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING

Nama : Fandi Akhmad

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi Cairan Pembersih Lantai dari Najis

Mughalladzah dengan Variasi Konsentrasi Kaolin-

Bentonit dan Variasi Konsentrasi Natrium Metasilikat

Disetujui oleh:

v

HALAMAN PENGESAHAN

Nama : Fandi Akhmad

NIM : 1113102000039

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi Cairan Pembersih Lantai dari Najis Mughalladzah

dengan Variasi Konsentrasi Kaolin-Bentonit dan Variasi

Konsentrasi Natrium Metasilikat

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima

sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar

Sarjana Farmasi pada Program Studi Farmasi, Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta.

Ditetapkan di : Jakarta

Tanggal : 22 September 2017

vi

ABSTRAK

Nama : Fandi Akhmad

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Formulasi Cairan Pembersih Lantai dari Najis

Mughalladzah dengan Variasi Konsentrasi Kaolin-

Bentonit dan Variasi Konsentrasi Natrium Metasilikat

Syarat seorang muslim diterima atau tidak amal ibadahnya salah satunya adalah

bebas dari segala najis, terutama najis berat atau najis mughalladzah. Paparan najis

tidak hanya melalui kontak langsung namun juga dapat menempel atau menetes di

lantai rumah khususnya liur anjing, oleh sebab itu maka butuh diformulasikan

cairan pembersih lantai yang khusus diformulasikan agar dapat membersihkan

lantai rumah yang terpapar liur anjing. Pada penelitian ini dibuat enam variasi

formula dengan berbagai komposisi variasi tanah kaolin dan bentonit dan variasi

komposisi natrium metasilikat sebagai berikut. Cairan pembersih lantai di evaluasi

sifat fisikokimianya meliputi organoleptik, pH, viskositas, bobot jenis, daya

deterjensi dan uji stabilitas meliputi volume sedimentasi dan redispersi. Formula

terbaik dari pengujian fisik dan stabilitas, dilanjutkan dengan pengujian syarat mutu

cairan pembersih lantai menurut SNI dan pengujian aktivitas antibakteri. Formula

3 (Bentonit 10% dan Natrium Metasilikat 2%) dipilih sebagai formula terbaik

dengan pertimbangan hasil pengujian sifat fisikokimianya dan stabilitas yang lebih

baik dibandingkan formulasi lainnya. Hasil pengujian mutu cairan pembersih lantai

F3 sesuai dengan syarat cairan pembersih lantai SNI. Hasil pengujian aktivitas

antibakteri dengan metode difusi cakram menunjukkan F3 memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Micrococus luteus.

Kata Kunci: Najis mughalladzah, cairan pembersih lantai, kaolin, bentonit,

natrium metasilikat, Escherichia coli, Micrococus luteus.

vii

ABSTRACT

Name : Fandi Akhmad

Study program : Pharmacy

Thesis title : Formulation of Liquid Floor Cleaner from Najis

Mughalldzah with Variation of Kaolin - Bentonite and

Variation Sodium Metasilicate Concentration

Cleanliness is one of terms for moeslem to be accepted for his charity and

worship doing. Especially clean from najis mughalladzah. Exposure to najis not

only through direct contact but it can also stick or drip on the floor of the house,

like dog saliva, hence formulating liquid floor cleaner is needed specifically in order

to clean the floor exposed to the dog saliva. The formulation of liquid floor cleaner

with six variation formula (various consentration of kaolin, bentonite Ana sodium

metasilicate) was conducted. Physicochemical evaluations performed include

organoleptic, pH, viscosity, density, power of detergency and stability test

include sedimentation volume and redispersion test. Formula with the best result

from physicochemical evaluation and stability test is continued for quality test for

liquid floor cleaner based on SNI and test of antibacterial activity.F3 (Bentonite

10% andSodiumMetasilicate 2%) selected as the best formula compared from other

formulation. Quality test of F3 showed that F3 has qualified for liquid floor cleaners

based on SNI. Antibacterial activity test was performed with diffusion

method against F3. The result showed antibacterial activity to Escherichia

coli and Micrococus luteus.

Keywords: Bentonite, Escherichia coli, kaolin, liquidfloor cleaner,

Micrococus luteus, sodium metasilicate, najis mughalladzah

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil aalamiin, puji dan syukur penulis panjatkan atas

kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan rahmat dan karunia

kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tugas akhir skripsi yang

berjudul“FORMULASI CAIRAN PEMBERSIH LANTAI DARI NAJIS

MUGHALLADZAH DENGAN VARIASI KONSENTRASI KAOLIN-

BENTONIT DAN VARIASI KONSENTRASI NATRIUM METASILIKAT”.

Sholawat serta salam tak lupa tercurahkan kepada Rasulullah SAW beserta

keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Skripsi ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN)

Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis menyadari bahwa dalam penelitian sampai

penyusunan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan

dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis secara

khusus mengucapkan terima kasih banyak kepada :

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Muhammad Jusmansyah dan Ibunda

Fauziah Huriah yang senantiasa mencurahkan cinta, kasih sayang, do’a,

nasihat, serta dukungan baik moral maupun materil.

2. Kakak tersayang Nurul Firmansyahdan Muhammad Kemal Ali telah

memberikan doa serta dukungan baik moral maupun materil.

3. Nenek Tersayang nenek Latifah dan Mba Karni yang selalu memberi

support dalam segala hal selama kuliah

4. Bapak Dr. Muhammad Yanis Musdja, M.Sc dan Ibu Yuni Anggraeni,

M.Farm., Apt. selaku pembimbing yang dengan sabar memberikan

bimbingan, ilmu, masukan, dukungan, dan semangat kepada penulis.

5. Dr. Arif Sumantri, M.KM selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Ibu Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt selaku Ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

ix

7. Ibu Nelly Suryani, Ph.D, Apt. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang

telah membimbing dan menerima keluh kesah selama perkuliahan.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan yang telah bersedia memberikan ilmunya kepada penulis selama

masa perkuliahan.

9. Teman-teman Tim Sabun Penyuci Najis Mughalladzah: Ervina Oktaviani,

Fifi Nur Hidayah, Elok Faikoh, Azumari Khairiady yang telah berjuang

bersama dalam penelitian ini, memberikan motivasi dan bantuan selama

penelitian.

10. Teman-teman Pria Farmasi 2013 seperjuangan Ghifaril Aziz, Ahmad

Hasyim Abbas, Hasan Asyari Khatib, Asyrak Fahruzzaman, Muahmmad

Faisal, Muhammad Faris Hadiningrat, Rizal Rosyidi yang selalu sharing

kebahagiaan dan masalah bersama-sama

11. Teman-teman seperjuangan di laboratorium: Aulia Wardahani, Luthfia

Wikhdatul, Ramaza Rizka, Aisyah, Puspa Novadianti, Lisa Fizilalin,

Nurillah Dwi Novarienti, Zakiyatul Munawaroh yang telah memberikan

motivasi dan bantuan selama penelitian.

12. Teman-teman sejawat program studi Farmasi UIN Jakarta angkatan 2013

atas persaudaraan dan kebersamaan yang telah terjalin dan memotivasi

penulis baik selama pengerjaan skripsi ini maupun selama di bangku

perkuliahan.

13. Seluruh laboran Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan UIN Jakarta atas kerjasamanya selama melakukan penelitian di

laboratorium.

14. Semua pihak yang telah membantu selama penelitian dan penyelesaian

naskah skripsi baik secara langsung maupun tidak langsung yang namanya

tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

x

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS

AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIK

Sebagai sivitas akademik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah

Jakarta, Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama : Fandi Akhmad

NIM : 1113102000039

Program Studi : Farmasi

Fakultas : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya menyetujui skripsi/karya ilmiah

saya dengan judul :

FORMULASI CAIRAN PEMBERSIH LANTAI DARI NAJIS

MUGHALLADZAH DENGAN VARIASI KONSENTRASI KAOLIN-

BENTONIT DAN VARIASI KONSENTRASI NATRIUM METASILIKAT

Untuk dapat diakses melalui Digital Library Perpustakaan Universitas Islam

Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta untuk kepentingan akademik sebatas

sesuai dengan Undang-Undang Hak Cipta.

Dengan demikian persetujuan publikasi karya ilmiah ini saya buat dengan

sebenarnya.

Dibuat di : Jakarta

Tanggal : 22 September 2017

(Fandi Akhmad)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i

HALAMAN JUDUL ............................................................................................. ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................ iii

ABSTRAK ............................................................................................................ iv

ABSTRACT ............................................................................................................ v

KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi

DAFTAR ISI ....................................................................................................... viii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ xi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN ...................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ............................................................................ 3

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 4

1.3.1 Tujuan Umum ...................................................................... 4

1.3.1 Tujuan Khusus ..................................................................... 4

1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6

2.1 Thaharah .......................................................................................... 6

2.2 Najis ................................................................................................. 8

2.3 Pembersih Lantai .............................................................................. 9

2.3.1 Pengertian Pembersih Lantai................................................ 9

2.3.2 Komponen Penyusun Syarat Produk Pembersih Lantai..... 11

2.3.3 Mengontrol Kualitas Produk Pembersih Lantai ................. 12

2.3.4 Koefisien Fenol .................................................................. 15

2.3.5 Stabilitas Emulsi dalam Air Sadah ..................................... 16

2.3.6 Daya Deterjensi .................................................................. 16

2.4 Komponen Bahan Pembentuk Cairan Pembersih Lantai .............. 16

2.4.1 Bentonit .............................................................................. 16

2.4.2 Kaolin ................................................................................. 17

2.4.3 Nonilfenol Etoksilat ........................................................... 17

2.4.4 Natrium Metasilikat ........................................................... 18

2.4.5 Cocoamid DEA .................................................................. 19

xii

2.4.6 Triklosan ............................................................................ 19

2.4.7 Isopropil Alkohol ............................................................... 20

2.4.8 Butylated Hydroxytoluene (BHT)...................................... 21

2.4.9 Asam Sitrat ......................................................................... 21

2.4.10 Parfum ................................................................................ 22

2.4.11 Aquadest ............................................................................. 22

2.5 Pengujian Aktivitas Antibakteri ..................................................... 22

2.5.1 Escherichia coli .................................................................. 23

2.5.2 Micrococcus luteus............................................................. 24

BAB 3 METODE PENELITIAN ........................................................................ 25

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................... 25

3.1.1 Lokasi Penelitian ................................................................ 25

3.1.2 Waktu Penelitian ................................................................ 25

3.2 Alat dan Bahan Penelitian .............................................................. 25

3.2.1 Alat Penelitian .................................................................... 25

3.2.2 Bahan Penelitian................................................................. 25

3.3 Prosedur Kerja ................................................................................ 25

3.3.1 Penyiapan Alat dan Bahan ................................................. 25

3.3.2 Formulasi Cairan Pembersih Lantai ................................... 26

3.3.3 Evaluasi Sifat Fisika dan Kimia Cairan Pembersih Lantai

........................................................................................................ 27

3.3.4 Daya Deterjensi .................................................................. 28

3.3.5 Uji Stabilitas Fisik .............................................................. 29

3.3.5 Evaluasi Syarat Mutu Cairan Pembersih Lantai

Berdasarkan SNI. ............................................................... 29

3.3.6 Pengujian Aktivitas Antibakteri Cairan Pembersih Lantai 31

3.3.7 Teknik Analisis Data .......................................................... 32

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................ 33

4.1 Evaluasi Cairan Pembersih Lantai ................................................. 33

4.1.1 Pengamatan Organoleptik .................................................. 33

4.1.2 Viskositas ........................................................................... 34

4.1.3 Pengujian pH ...................................................................... 36

4.1.4 Pengujian Bobot Jenis ........................................................ 37

4.2 Uji Stabilitas ................................................................................... 38

xiii

4.2.1 Volume Sedimentasi .......................................................... 38

4.2.1 Redispersi ........................................................................... 40

4.3 Keputusan Formula Terbaik ........................................................... 40

4.4 Hasil Uji Evaluasi Syarat Mutu Cairan Pembersih Lantai

Berdasarkan SNI ........................................................................... 41

4.4.1 Hasil Pengujian pH ............................................................... 42

4.4.2 Hasil Pengujian Koefisien Fenol ........................................... 42

4.4.3 Hasil Uji STabilitas Air Sadah .............................................. 43

4.4.4 Daya Deterjensi ..................................................................... 44

4.5 Evaluasi Hasil Uji Bakteri ............................................................. 46

BAB 5 KESIMPULAN ........................................................................................ 51

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 52

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Syarat Mutu Cairan Disinfektan Pembersih Lantai Menurut SNI

06-1842-1995 ................................................................................. 10

Tabel 2.2 Sifat-Sifat Fisik Isopropil Alkohol ................................................. 20

Tabel 3.1 Formula Cairan Pembersih Lantai Variasi Konsentrasi Kaolin –

Bentonit ......................................................................................... 26

Tabel 4.1 Sifat Organoleptis Cairan Pembersih Lantai Kaolin-Bentonit ...... 33

Tabel 4.2 Viskositas Cairan Pembersih Lantai Anti Najis ............................ 34

Tabel 4.3 pH Cairan Pembersih Lantai Anti Najis ........................................ 36

Tabel 4.4 Bobot Jenis Cairan Pembersih Lantai Anti Najis .......................... 37

Tabel 4.5 Volume Sedimentasi Cairan Pembersih Lantai Anti Najis ........... 38

Tabel 4.6 Redispersi Cairan Pembersih Lantai Anti Najis ............................ 40

Tabel 4.7 Evaluasi Cairan Pembersih Lantai Anti Najis ................................ 41

Tabel 4.8 Syarat Standar Nasional Indonesia Cairan Pembersih Lantai ....... 41

Tabel 4.9 Daya Deterjensi Cairan Pembersih Lantai Anti Najis.................... 44

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Aktivitas Anti Bakteri ......................................... 46

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Struktur Nonifenol Etoksilat .......................................................... 18

Gambar 2.2 Struktur Kimia Triklosan ............................................................... 19

Gambar 2.3 Struktur Isopropil Alkohol ............................................................. 20

Gambar 2.4 Struktur Kimia BHT ....................................................................... 21

Gambar 2.5 Struktur Kimia Asam Sitrat ............................................................ 21

Gambar 4.1 Grafik Viskositas ........................................................................... 34

Gambar 4.2 Hasil Pengujian Aktivitas Antibakter ............................................ 47

Gambar 4.3 Hasil Analisa Morfologi Bakteri Escherichia coli setelah diberi

perlakuan dengan F3 ...................................................................... 49

Gambar 4.4 Hasil Analisa Morfologi Bakteri Escherichia coli Normal............ 49

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Alur Penelitian ............................................................................... 58

Lampiran 2 Hasil Cairan Pembersih Lantai....................................................... 59

Lampiran 3 Evaluasi dan uji statistic Viskositas Cairan Pembersih Lantai ...... 60

Lampiran 4 Evaluasi dan uji statistic pH Cairan Pembersih Lantai .................. 62

Lampiran 5 Evaluasi dan uji statistic Bobot Jenis Cairan Pembersih Lantai .... 65

Lampiran 6 Evaluasi Volume Sedimentasi Cairan Pembersih Lantai ............... 68

Lampiran 7 Evaluasi dan Uji Statistik Daya Deterjensi Pembersih Lantai ....... 71

Lampiran 8 Laporan Hasil Uji Antibakteri ....................................................... 74

Lampiran 9 Hasil Uji SNI Cairan Pembersih Lantai dari PT. Sucofindo .......... 75

Lampiran 10 Certificate Of Analysis Bentonit ................................................... 76

Lampiran 11 Certificate Of Analysis Kaolin ....................................................... 77

Lampiran 12 Certificate Of Analysis Kokoamid Diethanolamin ....................... 78

1

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Najis menurut mazhab imam Syafi’i didefinisikan sebagai kotoran

yang menghalangi sholat dan dibedakan berdasarkan tingkat kesulitan

dalam mensucikan atau menghilangkannya, dimulai dari najis ringan

(mukhaffafah), najis pertengahan (mutawassithah) sampai najis berat

(mughalladzah). Najis mughalladzah disebut najis berat karena tidak bisa

suci begitu saja dengan mencuci dan menghilangkannya secara fisik, tetapi

harus dilakukan praktek ritual tertentu (Sarwat, 2010).

Mazhab imam Maliki untuk membersihkan najis berat diwajibkan

dicuci tujuh kali sebagai bentuk ritualnya sedangkan menurut mazhab imam

Syafi’i dan Hambali mensucikannya harus dengan mencucinya tujuh kali

dan salah satunya dengan tanah. Menurut mazhab Asy-Syafi’i, najis berat

hanya ada dua saja, yaitu anjing dan babi (Sarwat, 2010).

Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, penggunaan

tanah atau debu secara langsung untuk proses penyucian najis berat dirasa

kurang praktis bagi kehidupan modern. Maka muncullah inovasi untuk

memformulasikan tanah dalam bentuk sediaan sabun pembersih yang lebih

praktis dan mempermudah dalam penggunaanya untuk bersuci sesuai

dengan mazhab imam Syafi’i dan Hambali.

Sabun tanah sebagai alternatif untuk menyucikan diri dari najis berat

sudah pernah diformulasikan oleh beberapa peneliti dalam bentuk sabun

padat dan sabun cair, di antaranya sabun padat An-Mugh oleh mahasiswa

kedokteran hewan IPB yang telah beredar di pasaran (Fizri dkk, 2014) dan

sabun bentonit oleh mahasiswa UGM (Anggraeni, 2014) dan mahasiswa

UIN Jakarta (Mauliana, 2016). Hasil penilitian yang dilakukan (Handi,

2008) dalam formulasi sabun cair tanah steril dengan konsentrasi 10%

dihasilkan daya hambat terhadap bakteri didalam liur anjing sebesar

17,73±0,32 mm. Negara Thailand memproduksi sabun yang mengandung

tanah dan telah dipasarkan sebagai sabun anti najis dengan nilai penjualan

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mencapai 6-7 kali lipat dibandingkan sabun yang tidak mengandung tanah.

Konsentrasi tanah yang digunakan dalam formulasi sabun Dahlan, 2010

berada pada rentang konsentrasi 0,05-95% dan telah mendapatkan

persetujuan dari Komite Islam Bangkok untuk digunakan sebagai penyuci

najis sesuai dengan peraturan Islam.

Paparan najis tidak hanya melalui kontak langsung namun juga

dapat menempel atau menetes di lantai rumah khususnya liur anjing, oleh

sebab itu maka butuh diformulasikan cairan pembersih lantai yang khusus

diformulasikan agar dapat membersihkan lantai rumah yang terpapar liur

anjing.

Masyarakat pada umumnya kurang memperdulikan penyucian najis

berat selain pada area anggota tubuh, seperti halnya najis berat yang terdapat

pada lantai akibat jilatan maupun tetesan air liur dari anjing. Penelitian ini

juga bertujuan untuk memudahkan masyarakat muslim yang memiliki

hewan peliharaan anjing yang biasanya bertujuan untuk menjaga rumahnya.

Pada penelitian ini tanah yang digunakan adalah kaolin dan bentonit.

Berdasarkan penilitian yang dilakukan oleh Angkatavanich, et al. (2009)

sabun yang mengandung tanah kaolin memliki penampilan organoleptis

paling baik dan viskositas lebih rendah dari jenis tanah lainnya. Pada

pengujian stabilitas busa, sabun yang mengandung bentonit memiliki daya

pembusaan yang lebih tinggi dibandingkan sabun kaolin. Dalam penelitian

ini, salah satu formulasinya dilakukan pencampuran kedua jenis tanah diatas

dalam formulasi cairan pembersih lantai. Kaolin dan bentonit juga memiliki

harga yang lebih murah dibanding jenis tanah lainnya yang biasa

diformulasikan dalam sabun tanah.

Bentonit merupakan sejenis tanah lempung yang biasanya dijadikan

sebagai adsorben (Susilawati, 2014). Bentonit merupakan sejenis tanah

karena mempunyai komposisi utama mineral lempung, sekitar 80% terdiri

atas monmorilonit (Gunister et al.,2004). Bentonit di dalam sediaan farmasi

juga dapat digunakan sebagai suspending agent (0,5 – 5%) dan stabilizing

agent (Rowe et al., 2009) Kaolin merupakan jenis clay dengan ukuran

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

partikel paling baik, sehingga dalam penggunaanya akan memiliki luas

permukaan aktif yang besar (Puziah et al.2014).

Formulasi pada penilitian ini menggunakan natrium metasilikat

sebagai builder yang berfungsi meningkatkan efektivitas dari surfaktan dan

senyawa pengalkilasi, bersifat basa sehingga dapat meningkatkan

kemampuan pada membersihkan kotoran. Dalam formulasi cairan

pembersih, konsentrasi natrium metasilikat yang sering digunakan sekitar

1% (OCC, 1997). Dalam penelitian ini, dilakukan variasi konsentrasi

natrium metasilikat yang bertujuan mendapatkan viskositas sediaan yang

stabil karena konsentrasi penggunaan builder dalam suatu sabun dapat

mempengaruhi viskositasnya.

Cairan pembersih lantai yang diformulasikan diharapkan dapat

sesuai dengan persyaratan-persyaratan mutu Standar Nasional Indonesia

(SNI) karena standar ini dapat digunakan untuk menilai dan menguji suatu

produk. Standar ini juga dapat meyakinkan konsumen bahwa produk

tersebut aman, efisien dan tidak berkualitas rendah.

Pada penelitian ini, akan dibuat formulasi cairan pembersih lantai

dengan variasi komposisi penggunaan tanah kaolin dan bentonit untuk

membersihkan lantai dari najis air liur anjing yang mengacu pada mazhab

imam Syafi’i dan Hambali yaitu mensucikan najis besar harus dengan

mencucinya tujuh kali dan salah satunya dengan tanah.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari penelitian sebagai berikut :

1. Apakah pengaruh variasi komposisi campuran bentonit dan kaolin

berpengaruh nyata atau tidak terhadap karakteristik cairan pembersih

lantai yang dihasilkan?

2. Berapa konsentrasi natrium metasilikat yang paling optimum untuk

mendapatkan sifat fiskokimia dan stabilitas sediaan cairan pembersih

lantai yang baik?

3. Apakah formula cairan pembersih lantai yang dipilih dapat memenuhi

syarat mutu cairan pembersih lantai menurut SNI?

4

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Apakah tanah yang digunakan dalam cairan pembersih lantai dapat

mempengaruhi aktivitas antimikroba terhadap Escherichia coli dan

Micrococcus luteus yang biasa terdapat dalam air liur anjing

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk memformulasikan cairan pembersih

lantai sebagai pembersih najis mughalladzah dilantai.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui pengaruh variasi komposisi campuran bentonit dan kaolin

berpengaruh nyata atau tidak terhadap karakteristik cairan pembersih

lantai yang dihasilkan

2. Mengetahui konsentrasi natrium metasilikat yang paling optimum untuk

mendapatkan sifat fiskokimia dan stabilitas sediaan cairan pembersih

lantai yang baik

3. Mengetahui apakah formula cairan pembersih lantai yang dipilih

memenuhi syarat mutu cairan pembersih lantai menurut SNI.

4. Mengetahui apakah tanah yang digunakan didalam cairan pembersih

lantai dapat mempengaruhi aktivitas antimikroba terhadap E. coli dan

M. luteus yang biasa terdapat dalam air liur anjing.

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

mengenai pengaruh variasi konsentrasi dari bentonit dan kaolin

terhadap stabilitas cairan pembersih lantai sesuai dengan syarat mutu

SNI dan mendapatkan variasi konsentrasi dari bentonit dan kaolin yang

memberikan hasil pengujian terbaik..

2. Memberikan solusi mudah mensucikan lantai rumah dari najis

mughalladzah kepada masyarakat Islam secara praktis dan aman.

3. Memberikan peluang kepada produsen produk halal untuk menciptakan

produk cairan pembersih lantai untuk najis mughalladzah.

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Thaharah

Menyucikan najis disebut dengan thaharah (bersuci). Menurut

istilah ahli fiqih, bersuci berarti membersihkan hadast atau najis, yaitu najis

jasmani seperti darah, air kencing dan tinja (Mughniyah, 2002).

Bersuci merupakan syarat sah suatu ibadah (Al-Bugha, 2007).

Bersuci terbagi menjadi dua bagian, yaitu bersuci dari hadast dan bersuci

dari najis. Bersuci dari hadast adalah membersihkan bagian tertentu dari

badan dengan cara berwudhu, tayamum dan mandi. Sedangkan bersuci dari

najis adalah membersihkan najis pada badan, pakaian dan tempat (Zurinal,

2008).

Kesucian dalam ajaran Islam dijadikan syarat sahnya sebuah ibadah,

seperti shalat, thawaf, dan sebagainya. Bahkan manusia sejak lahir hingga

wafatnya juga tidak bisa lepas dari masalah kesucian. Oleh karena itu, para

ulama bersepakat bahwa berthaharah adalah sebuah kewajiban. Sehingga

Allah sangat menyukai orang yang mensucikan diri sebagaimana firman

berikut ini:

ابين ويحب المتطهرين ... يحب التو إن للا

Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai

orang-orang yang bersuci (QS. al-Baqarah/2: 222)

Dalam sebuah hadis dijelaskan pula:

الطهور شطر اإليمان

“Kesucian itu sebagian dari iman.” HR. Muslim (Fadlul Wudlu: 556)

Menurut Abdurrahman dan Bakhri (2006), “Secara bahasa, thaharah

berarti bersih atau suci, sedangkan dalam tinjauan agama berarti mengerjakan

sesuatu yang menyebabkan seseorang diperbolehkan mengerjakan shalat”.

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Makna thaharah adalah bersuci dan membersihkan. Dalam

terminologi Islam, thaharah ada dua macam: thaharah maknawi dan

thaharah hissy. Adapun thaharah maknawi: yaitu mensucikan hati dari syirik

dan bid'ah dalam beribadah kepada Allah Subhanahuwata’alla, dan dari sifat

dendam, hasad, marah, benci dan yang menyerupai hal itu, dalam bergaul

dengan hamba-hamba Allah Subhanahuwata’alladimana mereka tidak

pantas mendapat perlakuan seperti itu. Adapun thaharah hissy: yaitu

mensucikan badan, dan ia ada dua bagian: menghilangkan sifat yang

menghalangi shalat dan semisalnya dari sesuatu yang disyaratkan baginya

bersuci dan menghilangkan najis (Al Utsaimin, 2001).

Adapun jenis lainnya thaharah dari najis, yaitu setiap benda yang

diwajibkan kepada hamba agar menjauhkan diri darinya dan bersuci darinya,

seperti kencing, kotoran dan semisal keduanya yang dijelaskan oleh syari'at

tentang najisnya. (Al Utsaimin, 2001)

Beberapa standar thaharah atau yang menjadi tolak ukur sesuatu

dikatakan suci atau bersih harus terhindar dari tiga sifat, yaitu :

a. Warna. Apabila wujud najis itu sudah tidak terlihat lagi oleh panca

indra.

b. Bau. Apabila aroma bau yang terdapat dalam najis sudah tidak

tercium.

c. Bentuk atau wujudnya.

Maka dari itu, tiga sifat tersebut harus terpenuhi jika seseorang akan

menghilangkan najis yang merupakan tolak ukur dalam bersuci (Khoirunnisa,

2010).

2.2 Najis

Najis secara bahasa adalah kotoran. Kotoran adalah segala sesuatu

yang dianggap menjijikkan, meskipun tidak semua yang menjijikkan dapat

disebut najis. Maka parameter kotoran dianggap najis atau tidak adalah apa-

apa yang disebutkan di dalam al-Qur’an dan as-sunnah. Dari sinilah muncul

qaidah ushul fiqih: bahwa segala sesuatu pada aslinya suci, kecuali ada dalil

yang memberikan kepastian mengenai kenajisannya (Abu Malik Kamal, 2006).

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Terdapat berbagai jenis najis oleh mazhab Asy-syafi’i dibedakan

berdasarkan tingkat kesulitan dalam mensucikan atau menghilangkannya,

diantaranya yaitu (Sarwat, 2010):

a. Najis Mukhaffafah

Najis ringan disebut juga dengan mukhaffafah, dalam hal ini disebut

najis ringan disebabkan cara mensucikannya sangat ringan, tidak perlu

najis tersebut sampai hilang dan cukup dengan memercikkannya

menggunakan air, kemudian benda najis itu berubah menjadi suci.

Contoh dari najis ini satu-satunya yaitu air kencing bayi laki-laki

yang belum makan apa pun kecuali air susu ibu. Jika bayi tersebut

perempuan, maka air kencingnya tidak termasuk ke dalam najis ringan,

namun tetap dianggap najis yaitu najis pertengahan. Demikian juga jika

bayi laki-laki tersebut sudah pernah mengkonsumsi makanan selain air

susu ibu, seperti susu kaleng buatan pabrik, maka air kencingnya sudah

tidak termasuk ke dalam najis ringan.

b. Najis Mutawasithah

Najis pertengahan disebut juga dengan mutawassithah, dalam hal ini

disebut najis pertengahan disebabkan karena posisinya yang ditengah-

tengah antara najis ringan dan najis berat. Cara menyucikan najis

mutawassithah cukup dihilangkan secara fisik 'ain najisnya, hingga 3

indikatornya sudah tidak ada lagi. Ketiga indikator tersebut yaitu: warna,

rasa dan aroma.

c. Najis Mughalladzah

Najis mughalladzah adalah najis berat yang cara membersihkannya

adalah dengan cara diusap dengan tanah, kemudian dicuci dengan air

sebanyak tujuh kali. Contoh yang diberikan Nabi adalah liur anjing

sebagaimana hadis berikut:

إذا ولغ الكلب فى إناء أحدكم فليرقه » -صلى للا عليه وسلم-عن أبى هريرة قال قال رسول للا

«.مرار ثم ليغسله سبع

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

“Apabila anjing minum dalam bejana milik salah seorang di antara

kamu, bersihkanlah dengan tanah, kemudian cucilah dengan air sebanyak

tujuh kali.”HR. Muslim (Hukmun Wulugul Kalbu: 674)

2.3. Pembersih Lantai

2.3.1 Pengertian Pembersih Lantai

Cairan disinfektan pembersih lantai adalah cairan yang mengandung

senyawa fenol atau turunanya maupun senyawa lain yang bersifat antiseptik

dengan atau tanpa bahan pewangi yang digunakan untuk membersihkan

lantai rumah tangga (SNI, 1995).

Desinfektan adalah subsatansi kimia yang dipakai untuk mencegah

pertumbuhan mikroorganisme dengan menghalangi atau merusaknya dan

biasa digunakan pada benda-benda mati (Depkes RI, 1996). Menurut

Environment Protection Agen (EPA), bahan desinfektan adalah “pestisida

antimikroba” dan merupakan substansi yang biasanya digunakan untuk

mengontrol, mencegah, dan menghancurkan mikroorganisme berbahaya

(seperti bakteri, virus, dan jamur) pada permukaan atau benda yang tidak

hidup (Glenda D, 2008).

Penggunaan atau penambahan desinfektan pada produk pembersih

lantai, sebenarnya tidak diperlukan, kecuali untuk pembersihan lantai

diruangan untuk keperluan tertentu seperti ruangan untuk produksi sediaan

steril atau ternyata pada lantai terjadi tumpahan cairan biologis atau feses

dari orang yang menderita penyakit infeksi. Untuk membersihkan lantai,

cukup digunakan sediaan pembersih yang tidak mengandung desinfektan.

(Depkes, 2012)

Pembersih lantai bersifat polar dan nonpolar. Ujung pembersih

lantai yang bersifat polar akan mengikat air sedangkan ujung yang bersifat

nonpolar akan mengikat minyak atau kotoran organik yang bersifat

nonpolar juga. Perbedaan antara pembersih lantai dengan sabun adalah

pembersih lantai lebih keras daya membersihkannya dibanding dengan

sabun (Glenda D, 2008).

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Adapun syarat mutu yang telah ditetapkan Badan Standarisasi

Nasional (BSN) mengenai standarisasi cairan disinfektan pembersih lantai

pada tabel 2.1.

Tabel 2.1. Syarat Mutu Cairan Disinfektan Pembersih Lantai Menurut SNI

06-1842-1995

No Kriteria Uji Satuan

Persyaratan

Fenol dan

Turunanya Senyawa lain

1 pH - 6 – 11 6 – 11

2 Koefisien Fenol - Min 2,50 Min 2,50

3 Stabilitas Emulsi

dalam air sadah:

1 : 100 - Stabil Tidak

membentuk

emulsi

5 : 100 - Stabil Tidak

membentuk

emulsi

4 Daya Membersihkan % - Maks 7

2.3.2 Komponen Penyusun Syarat Produk Pembersih Lantai

a. Surfaktan

Surfaktan (surface active agent) atau zat aktif permukaan adalah

senyawa kimia yang dapat menurunkan tegangan permukaan. Surfaktan

merupakan ampifilik yang mempunyai dua ujung yang berbeda

interaksinya dengan air, yakni kepala yang suka air dan ekor yang tidak

suka dengan air. Surfaktan dapat diklasifikasikan menjadi 4 macam,

yaitu surfaktan anonik, kationik, nonionik, dan amfoterik (Erlita, 2010).

Surfaktan atau bahan aktif permukaan yang umumnya

digunakan sebagai zat pembasah dan pembusa yang berperan sebagai

basis dasar untuk cairan pembersih. Jenis surfaktan anionik, nonionik

dan amfoter yang digunakan merupakan jenis surfaktan yang umumnya

digunakan pada cairan pembersih, sedangkan surfaktan kationik sering

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

digunakan sebagai antimikroba. Konsentrasi surfaktan yang biasa

digunakan dalam cairan pembersih lantai sekitar 0 - 12% (Gary, et al,

1992).

b. Builder

Builder merupakan jenis bahan kimia organik dan anorganik

yang berfungsi untuk meningkatkan kinerja surfaktan. Builder juga

digunakan untuk menyesuaikan dan mempertahankan nilai pH,

menghilangkan kandungan kalsium dan ion logam lainnya dalam air

sadah dan meningkatkan dan menjaga stabilitas busa. Konsentrasi

builder yang biasa digunakan dalam cairan pembersih lantai sekitar 0 –

10% (Gary, et al, 1992).

c. Pelarut dan Antimikroba

Pelarut ditambahkan untuk melarutkan komponen minyak dan

lemak dalam sediaan. Beberapa pelarut pada konsentrasi tertentu dapat

berfungsi sebagai antimikroba. Konsentrasi pelarut yang biasa

digunakan dalam cairan pembersih lantai sekitar 0 – 5%. Antimikroba

adalah senyawa bersifat pestisida yang dapat membunuh bakteri jamur

pada permukaan (Gary, et al, 1992).

d. Misscellaneous

Bahan aditif lainnya yang digunakan termasuk dalam kategori

miscellaneous, yang termasuk dalam katergori ini adalah pewarna (0,05

– 1%), pewangi (0,05 – 1%), hidrotope (0 – 5%) dan pengawet (0 – 2%)

(Gary, et al, 1992).

2.3.3 Mengontrol Kualitas Produk Pembersih Lantai

A. Mengecek Bahan Baku (Incoming Check)

Kualitas bahan mempunyai peran penting pada kualitas produk jadi,

oleh karena itu diperlukan metode pengontrolan bahan baku saat kita

membeli bahan baku. Selain jumlahnya, pengontrolan kualitas bahan

dapat dilakukan dengan cara sampling. Jika jumlah bahan terlalu banyak

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

untuk dicek satu per satu, cukup dilakukan secara visual atau

pengamatan menggunakan mata (Peramono, 2003).

B. Mengecek Selama Proses (In Proses Control)

Langkah-langkah pengontrolan selama proses produksi adalah:

1. Kekentalan

Standar kekentalan ditentukan oleh pembuat produk sendiri,

dimana secara umum, konsumen menyukai produk yang kental

dibanding yang encer. Pengukuran kekentalan dilakukan dengan

menggunakan viskometer, baik viskometer canggih maupun yang

sederhana, yaitu:

a) Viskosimeter canggih, terdiri dari pengaduk (stirer) yang

dihubungkan dengan pencatat viskositas (digital atau meteran).

Prinsip kerjanya dengan cara mengambil sampel produk dalam

gelas, pengaduk dimasukkan ke dalam bahan tersebut, lalu

dihidupkan. Selanjutnya lihat pada display berapa angka

kekentalannya.

b) Viskosimeter sederhana (ford cup), mengukur kekentalan dalam

satuan waktu. Berbentuk wadah yang bagian bawahnya

mengerucut dan berlubang. Pengukuran dilakukan dengan

mengisi cairan pembersih lantai ke dalam alat tersebut sampai

penuh (lubang bagian bawah ditutup dengan ibu jari).

Selanjutnya ujung jari dilepaskan dari lubang sehingga cairan

akan keluar dari lubang tersebut. Catat waktu yang diperlukan

saat cairan mulai keluar sampai habis. Prinsipnya: semakin

kental cairan maka waktunya semakin lama, begitu juga

sebaliknya. Contoh: Anda mendapatkan standar kekentalan

yang dikehendaki 28 – 30 detik.

c) Viskosimeter alternatif, yaitu dengan menggunakan botol bekas

air minum kemasan volume 250 ml, potong jadi dua bagian.

Selanjutnya, lubangi tutupnya dengan garis tengah sekitar 1 mm

menggunakan paku dan beri tanda strip dengan spidol sebagai

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

batas ketinggian saat pengisian. Cara kerjanya sama dengan ford

cup (Peramono, 2003).

Standar Nasional Indonesia tidak mencantumkan nilai viskositas

yang harus dipenuhi oleh cairan pembersih lantai. Stephan Co, yang

merupakan salah satu produsen surfaktan di Amerika menyatakan

nilai viskositas sediaan pembersih cair berada didalam kisaran 500

cp hingga 2000 cp (Fauziah, 2010)

2. pH

Cairan pembersih lantai mempunyai kecenderungan pH basa

(pH > 7, atau sekitar 8 – 9). Dalam penggunaannya, cairan

pembersih lantai masih diberi air dalam jumlah yang cukup besar.

Akibatnya, pH akan berubah mendekati 7. Hal ini baik dan aman

bagi lingkungan (Peramono, 2003). Menurut Badan Standarisasi

Nasional, pembersih lantai yang sesuai dengan SNI berada dalam

rentang pH 6 – 11.

3. Bobot Jenis

Pengukuran bobot jenis erat kaitannya dengan pengemasan

produk cairan pembersih lantai. Satuan pada formula proses

pembuatan, bahan baku dan produk dinyatakan dalam berat (g, kg).

Tetapi, produk cair yang dikemas dan dijual di toko atau swalayan,

satuannya dinyatakan dalam volume (ml, lt), sehingga perlu

dilakukan konversi (Peramono, 2003).

𝐵𝐽 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =𝐶

𝑉 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

Keterangan :

𝐶 = berat sampel dalam piknometer – piknometer

kosong

𝑉 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟 = berat air dalam piknometer kosong – piknometer

kosong

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4. Kenampakan

Tes kenampakan diperlukan karena bisa saja produk

mempunyai viskositas dan pH standar, tetapi secara visual tidak

layak untuk dijual. Misal, masalah homogenitas. Jika saat proses

pelarutan natrosol tidak terbentuk suspensi yang homogen maka

produk hasilnyapun tampak tidak rata. Masalah pewarnaan, cairan

pembersih lantai yang warnanya tidak seragam, dapat menyebabkan

persepsi konsumen terhadap kualitas produk tidak stabil atau bisa

disangka produk stabil (Peramono, 2003).

C. Tes Stabilitas (Stability Test)

Tes ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana daya tahan

produk dari kerusakan sehingga dapat ditentukan waktu atau tanggal

kadaluarsa. Tes Stabilitas dilakukan dengan cara mengambil sampel

cairan pembersih lantai, dimasukkan ke dalam wadah, kemudian

disimpan. Dalam periode tertentu, misal satu minggu, dua minggu, satu

bulan, dua bulan, atau enam bulan, dilakukan cek terhadap pH,

viskositas, kenampakan sampai ditemukan adanya penyimpangan

kualitas (Peramono, 2003). Sediaan berbentuk suspensi juga harus

diujikan volume sedimentasinya dan mampu terdispersi kembali setelah

pengujian volume sedimentasi selesai, kemampuan redispersi baik bila

suspensi terdispersi sempurna dan diberi nilai 100%. Setiap

pengulangan uji redispersi pada sampel yang sama, maka akan

menurunkan nilai redispersi sebesar 5% (Emilia dkk, 2013).

2.3.4 Koefisien Fenol

Koefisien fenol merupakan kemampuan suatu desinfektan dalam

membunuh bakteri dibandingkan dengan fenol. Uji ini dilakukan untuk

membandingkan aktivitas suatu produk (disinfektan) dengan fenol baku

dalam kondisi uji yang sama. Fenol dijadikan standar dalam uji efektivitas

desinfektan karena kemampuannya dalam membunuh jasad renik sudah

teruji. Penentuan koefisien fenol adalah untuk mengevaluasi kekuatan anti

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

mikroba suatu desinfektan dengan memperkirakan efektifitasnya

berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap mikroorganisme

tertentu (Somani, et al., 2011)

Fenol (C6H5OH) merupakan zat pembaku daya antiseptik sehingga

daya antiseptik dinyatakan dengan koefisien fenol. Koefisien fenol

merupakan sebuah nilai aktivitas germisidal suatu antiseptik dibandingkan

dengan efektivitas germisidal fenol. Aktivitas germisidal adalah

kemampuan suatu senyawa antiseptik untuk membunuh mikroorganisme

dalam jangka waktu tertentu. Fenol merupakan salah satu germisidal kuat

yang telah digunakan dalam jangka waktu panjang (Campbell, 2004)

𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐹𝑒𝑛𝑜𝑙 = 𝑎

𝑏

Keterangan :

a = Angka pengenceran terbesar sampel yang membunuh salmonella

typhi dalam 10 menit

b = Angka pengenceran terbesar fenol yang membunuh salmonella

typhi dalam 10 menit

Pembersih lantai yang memenuhi sayarat mutu SNI adalah cairan

pembersih lantai yang memiliki koefisien fenol minimum 2,50 dari yang

berasal dari fenol dan turunanya atau dari senyawa lain (SNI 06-1842-

1995).

2.3.5 Stabiltas Emulsi dalam Air Sadah

Mengukur stabilitas emulsi yang terbentuk dari pencampuran

sampel dengan air sadah dengan perbandingan 1:100 dan 1:500 dan diamati

setelah 6 jam apakah terjadi suatu pemisahan lapisan dan atau apakah terjadi

endapan dari suatu gumpalan (flok). Cairan Pembersih lantai yang

mengandung fenol dan turunanya emulsi dalam air sadah tersebut haruslah

stabil dan untuk senyawa lain tidak membentuk emulsi (SNI 06-1842-

1995).

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.6. Daya Deterjensi

Proses deterjensi menurut Hargreaves (2003) adalah sebagai berikut,

gugus hidrofobik surfaktan akan berikatan dengan kotoran dan gugus

hidrofilik akan berikatan dengan molekul air, sehingga membawa kotoran

larut dalam air. Sedangkan pada konsentrasi tinggi surfaktan akan

membentuk misel dan kotoran akan dihilangkan dari permukaan kain

dengan melarutkannya dalam bentuk mikro emulsi.

2.4 Komponen Bahan Pembentuk Cairan Pembersih Lantai

2.4.1 Bentonit

Salah satu tanah yang digunakan untuk pembuatan cairan pembersih

lantai untuk membersihkan najis mughalladzah yang terpapar di lantai

karena tetesan air liur anjing atau bekas jilatan anjing di lantai. Bentonit

merupakan sejenis tanah karena mempunyai komposisi utama mineral

lempung (tanah liat). Keberadaan bentonit sangat berlimpah di Indonesia

antara lain tersebar di pulau Jawa, pulau Sumatera, sebagian pulau

Kalimantan Timur dan pulau Sulawesi (Puslitbang Tekmira, 2005).

Bentonit berupa kristal mineral seperti tanah liat dan dapat diperoleh

dalam bentuk serbuk tak berbau, kuning pucat, atau krem hingga abu-abu,

yang bebas dari pasir. Bentonit sedikit berasa seperti tanah. Dalam bidang

farmasi, bentonit biasa digunakan untuk memformulasi suspensi, gel, dan

sol. (Rowe et al., 2009).

Bentonit merupakan jenis tanah liat dengan proporsi mineral

montmorillonit mineral tanah liat yang tinggi, yang dihasilkan dari

dekomposisi abu vulkanik. Dengan plastisitas yang tinggi, bentonit sangat

menyerap air dan memiliki susut tinggi dan swelling characteristics (Asad

et al., 2013).

2.4.2 Kaolin

Kaolin, sering disebut tanah liat Cina, adalah sejenis tanah liat

berkualitas tinggi yang merupakan bahan galian industri yang berasal dari

pelapukan mineral feldspar atau pelapukan batuan granit (Komandoko,

2010). Untuk pembentukan kaolin, maka proses pelapukan atau alterasi

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

harus bersih dari ion-ion seperti ion Na, K, Ca, Mg dan Fe. Kaolin tidak

menyerap air, sehingga tidak dapat mengembang ketika kontak dengan air

(Nidya, 2008).

Kaolin adalah alumunium silikat hidrat alam yang telah dimurnikan

dengan pencucian dan telah dikeringkan, mengandung bahan pendispersi.

Kaolin berupa serbuk ringan, putih, bebas dari butiran kasar, tidak berbau,

tidak mempunyai rasa dan licin (Depkes, 1995).

Kaolin secara alami mengandung mineral yang digunakan dalam

formulasi oral dan topikal dibidang farmasi. Kaolin praktis tidak larut dalam

dietil eter, etanol 95%, air, pelarut organik lainnya, asam encer dingin, dan

larutan alkali hidroksida. Kaolin merupakan bahan atau material yang stabil

dan tidak beracun (Rowe et al, 2009).

2.4.3 Nonilfenol Etoksilat

Nonilfenol etoksilat termasuk jenis surfaktan nonionik memiliki

keuntungan tidak beracun dalam larutan karena tidak terionisasi dalam

larutan dan memberikan busa yang lebih rendah dari surfaktan anionik.

Nonifenol etoksilat merupakan zat pembentuk pori (porogen) yang

ditambahkan ke dalam membran dan kemudian dihilangkan kembali dengan

proses perendaman. Nonilfenol etoksilat dengan rumus molekul

C9H19C6H4(OCH2CH2)nOH (n=9), adalah mempunyai gugus polar (kepala)

berupa etoksi (dari etilen oksida) dan gugus nonpolar (ekor) berupa rantai

hidrokarbon (purwanto, 2006). Nonifenol etoksilat memiliki bobot molekul

dan Hiphophilic Liphophilic Balance (HLB) yang berbeda-beda tergantung

setiap jumlah n pada struktur. Nilai KMKnya 0.0006% (b/v), bobot molekul

616 g/mol, berbentuk larutan air berminyak, dan HLB 12.5 (Erlita, 2010).

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.1. Struktur Nonilfenol Etoksilat

(Sumber : Erlita, 2010)

2.4.4 Natrium Metasilikat

Natrium silikat merupakan nama lain dari Natrium metasilikat

(Na2O.SiO2) dan juga dikenal dengan nama water glass atau liquid gass.

Natrium silikat tersedia dalam bentuk larutan encer maupun padatan.

Natrium silikat padatan mempunyai densitas 2,4 g/cm3 dan merupakan

serbuk putih yang larut dalam air membentuk larutan alkali. Sifat fisik

larutan Natrium silikat yang penting adalah ratio berat SiO2 :Na2O yang

secara komersial berkisar antara 1,5 hingga 3,2 (Occidental Chemical

Coorporation).

Natrium metasilikat merupakan bahan yang dapat menurunkan

tegangan permukaan sehingga dapat membersihkan kotoran. Bersifat

sebagai emulsifying dan suspending yang baik. Bersifat basa sehingga dapat

meningkatkan kemampuan pada membersihkan kotoran (Occidental

Chemical Coorporation)

Natrium metasilikat ditambahkan ke dalam formulasi sebagai

builder dan senyawa pengalkali. Builder berfungsi meningkatkan efisiensi

kinerja surfaktan (Sasser, 2001). Menurut Wittcof dan Reuben (2013),

tujuan penambahan builders adalah untuk mengkelat ion-ion Ca2+ dan

Mg2+.

Penambahan senyawa pengalkilasi dapat meningkatkan konsentrasi

ion OH-. Pada dasarnya air memiliki pH 7 (netral), hal itulah yang

menyebabkan terjadinya peningkatan PH pada cairan pembersih menjadi

diatas 7.

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.5 Cocoamid DEA

Merupakan dietanolamida yang terbuat dari minyak kelapa. Dalam

satu sedian kosmetika, DEA berfungsi sebagai surfaktan dan zat penstabil

busa. Dietanolamida merupakan zat penstabil busa yang efektif. DEA tidak

pedih dimata, mampu meningkatkan tekstur kasar busa serta dapat

mencegah proses penghilangan minyak secara berlebihan pada kulit

danrambut (Suryani et al., 2002). Apabila digunakan pada konsentrasi lebih

dari 4%, DEA dapat mengiritasi kulit (Rowe et al., 2009). Rentang

Cocoamid DEA yang digunakan dalam pembuatan sabun antinajis yang

telah diformulasi sebelumnya di Thailand sekitar 0,5-8%.

2.4.6 Triklosan

Triklosan berupa serbuk putih kristal halus, memiliki titik leleh pada

suhu 57oC dan terlindung dari cahaya. Triklosan praktis tidak larut dalam

air, larut dalam alkohol, dalam aseton dan metil alkohol, sedikit larut dalam

minyak. Triklosan adalah antiseptik bisfenol klorinasi, efektif terhadap

bakteri gram positif dan bakteri gram negatif tetapi memiliki aktivitas

rendah terhadap Pseudomonas spp serta aktif juga terhadap jamur.

Triklosan biasa digunakan sebagai antimikroba atau pengawet dalam

produk sabun, krim dan larutan dalam konsentrasi 2% (Sweetman, 2009).

Menurut Badan Pengawas Obat dan Makanan (2008), triklosan digunakan

sebagai pengawet dalam kosmetik dengan konsentrasi maksimal 0,3%.

Gambar 2.2 Struktur Kimia Triklosan

[Sumber : Biochemistry and Molecular Biology of Antimicrobial

Drug Action 6th Edition, 2005]

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.7 Isopropil Alhokohol

Isopropanol atau iso propil alkohol (C3H8O) merupakan bentuk yang

paling sederhana dari alkohol sekunder. Isopropil alkohol merupakan zat

tidak berwarna, dengan titik didih rendah, dan beraroma alkohol. Sifat-sifat

fisik iso propil alkohol dapat dilihat dalam tabel II.5 (Rowe et al., 2009)

Tabel 2.2. Sifat-sifat fisik isopropil alkohol (Rowe et al., 2009)

Sifat-sifat fisik

Titik beku -89,5oC

Titik didih 82,4oC pada 760 mmHg

Densitas 0,7864 pada 20oC

Viskositas (cP) 2,431 pada 20oC

Tegangan permukaan (dyn/cm) 21,7 pada 20oC

Temperatur kritis 234,9oC

Tekanan kritis (atm) 53

Panas spesifik (cal/g.oC) 0,608 pada 20oC

Isopropanol dapat digunakan sebgai anti microba disinfectant

dengan konsentrasi lebih dari 70%. Isopropil alkohol jernih, tidak berwarna,

volatile, cairan mudah terbakar, bau seperti spirtus dan sedikit terasa asam

(Rowe et al., 2009). Isopropanol pada formulasi ini digunakan sebagai

pelarut dari Triklosan.

Gambar 2.3. Struktur Isopropil Alkohol [Sumber : Rowe et al., 2009]

2.4.8 Butylated Hydroxytoluene (BHT)

Berupa serbuk hablur padat, putih, bau khas lemah. BHT praktis

tidak larut dalam air, gliserin, propilen glikol, larutan hidroksida alkali dan

diluete aqueous asam mineral; sangat larut dalam aseton, benzena, etanol

95%, eter, metanol, toluen, fixed oils dan minyak mineral. Digunakan

sebagai antioksidan untuk minyak dan lemak dengan konsentrasi 0,02%

(Rowe et al.,2009). Basis sabun dengan proporsi asam lemak tak jenuh

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tinggi dan adanya aditif sabun tertentu, seperti pengaroma, cenderung

menjadi rentan terhadap perubahan oksidatif atmosfer yang tidak diinginkan

(Barel et al.,2009).

Gambar 2.4 Struktur Kimia BHT [Sumber : Rowe, R.C., Sheskey, P.J., Quinn, M.E., 2009]

2.4.9 Asam Sitrat

Sebagai pengontrol pH dapat digunakan asam sitrat. Asam sitrat

memiliki bentuk berupa hablur tidak berwarna atau serbuk warna putih,

tidak berbau, rasa asam kuat, dalam udara lembab agak higroskopik, dalam

udara kering agak merapuh. Kelarutannya sangat tinggi dalam air dan etanol

95% namun sukar larut dalam eter. Asam sitrat juga berfungsi sebagai

chealting agent (Rowe et al., 2009).

Gambar 2.5 Struktur Kimia Asam Sitrat

[Sumber : Rowe et al., 2009]

2.4.10 Parfum

Parfum merupakan bahan aditif yang penting pada produk cleansing

yang dapat memengaruhi penerimaan konsumen. Penggunaan parfum

umumnya untuk menutupi karakterisitik bau dari asam lemak atau fase

minya. Parfum yang digunakan tidk boleh menyebabkan perubahan

stabilitas atau perubahan produk akhir (Barel et al., 2009).

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.4.11 Aquadest

Aquadest adalah air murni yang diperoleh dengan cara penyulingan.

Air murni ini dapat diperoleh dengan cara penyulingan, pertukaran ion,

osmosis terbalik, atau dengan cara yang sesuai (Rowe et al., 2006).

2.5 Pengujian Aktivitas Antibakteri

Senyawa antibakteri merupakan senyawa alami maupun kimia

sintetik yang dapat membunuh atau menghambat pertumbuhan

mikroorganisme. Senyawa yang dapat membunuh bakteri disebut

bakterisidal. Bahan kimia yang tidak membunuh namun dapat menghambat

pertumbuhan bakteri disebut bakteriostatik (Madigan et al.,2009 dalam

Juariah, 2014).

Suatu zat aktif dikatakan memiliki potensi yang tinggi sebagai

antibakteri jika pada konsentrasi rendah mempunyai daya hambat yang

besar. Kriteria kekuatan antibakteri menurut Nazri et al.,2011 adalah

sebagai berikut:

1. Diameter zona hambat 15-20 mm : Daya hambat kuat

2. Diameter zona hambat 10-14 mm : Daya hambat sedang

3. Diameter zona hambat 0-9 mm : Daya hambat lemah

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Handi (2008)

dihasilkan bahwa diameter daya hambat sabun cair tanah steril dengan

konsentrasi 10% terhadap bakteri Micrococcus sp adalah sebesar 17,73 ±

0,32 mm.

Uji aktivitas antibakteri dapat dilakukan dengan metode difusi dan

metode pengenceran. Disc diffusion test atau uji difusi disk dilakukan

dengan mengukur diameter zona bening yang merupakan petunjuk adanya

respon penghambatan pertumbuhan bakteri oleh suatu senyawa antibakteri.

Syarat jumlah bakteri untuk uji kepekaan atau sensitivitas yaitu 105-108

CFU/mL (Hermawan et al.,2007).

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.5.1 Escherichia coli

Klasifikasi bakteri Escherichia coli sebagai berikut:

Division : Proteobacteria

Class : Gamma Proteobacteria

Ordo : Enterobacteriales

Familia : Enterobacteriaceae

Genus : Escherichia

Spesies : Escherichia coli

Spesies : Escherichia coli

Bakteri E. coli merupakan banteri Gram negatif, bentuk batang,

memiliki ukuran 2,4 mikro 0,4 hingga 0,7 mikro, bergerak, tidak berspora,

positif pada tes indol, glukosa, sukrosa (Greenwood et al., 2007).

Dinding sel bakteri Gram negatif tersusun atas membran luar,

peptidoglikan dan membran dalam. Peptidoglikan yang terkandung dalam

bakteri gram negatif memiliki struktur yang lebih kompleks dibandingkan

gram positif. Membran luarnya terdiri dari lipid, liposakarida dan protein.

Peptidoglikan berfungsi memecah sel lisis, menyebabkan sel kaku dan

memberi bentuk kepada sel (Purwoko, 2007).

2.5.2 Micrococcus luteus

Klasifikasi bakteri Micrococcus luteus sebagai berikut:

Division : Bacteria

Class : Actinobacteria

Subclass : Actinobacteridae

Ordo : Actinomycetes

Familia : Micrococeaceae

Genus : Micrococcus

Spesies : Micrococcus luteus

M. luteus termasuk ke dalam keluarga Micrococcus, bakteri yang

berbentuk kokus atau bola ukurannya berkisar antara 0,5 sampai 3

mikrometer. Bakteri Micrococcus sp adalah bakteri gram positif,

berpasangan, tetrad atau kelompok kecil, aerob dan tidak berspora, bisa

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tumbuh baik pada medium nutrien agar pada suhu 30oC dibawah kondisi

aerob (Schlegel, 1994).

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri gram positif berbentuk bulat

ini biasa disebut micrococcosis. Ciri yang paling umum dari infeksi bakteri

ini adalah timbulnya luka pada kulit dan organ internal seperti otot, liver

dan limpa dengan diikuti penurunan nafsu makan (Aydin dkk., 2005).

Berdasarkan kriteria koloni bakteri menurut Bergey et al. (1984)

didapatkan genus bakteri pada air liur anjing koloni 1, 2, 3 dan 4 adalah

micrococcus sp.

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1. Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratotium Penelitian II dan

Laboratorium Farmakognosi Fitokimia Fakultas Kedokteran dan Ilmu

Kesehatan Universitas Islam Syarif Hidayatullah Jakarta.

3.1.2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tahun 2017

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1. Alat

Neraca Digital (And GH-202 & Kern KB), beaker glass, gelas ukur,

spatula, pH meter (Horiba F-52), magnetic stirrer, labu ukur, termometer,

pipet tetes, batang pengaduk, homogenizer (Ika RW 20 Digital),

piknometer, tabung reaksi, perkamen, alumunium foil, botol plastik,

mikropipet, inkubator, autoklaf, Laminar Air Flow, magnetic stirrer, jarum

ose, pinset dan bunsen.

3.2.2. Bahan

Bahan yang digunakan meliputi Kaolin dan Bentonit (PT Cortico

Mulia Sejahtera, Banyuwangi), nonilfenol etoksilat, cocoamid DEA

kokoamid diethanolamin (Cipta Kimia, Surakarta), natrium metasilikat,

triklosan, isopropil alkohol, BHT, asam sitrat, parfum dan aquadest.

3.3. Prosedur Kerja

3.3.1. Penyiapan Alat dan Bahan

Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk membuat

sediaan cairan pembersih lantai dan pengujian kualitas dari sediaan yang

dihasilkan.

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.2. Formulasi Cairan Pembersih Lantai

Tabel 3.1. Formula Cairan Pembersih Lantai Variasi Konsentrasi Kaolin –

Bentonit dan Variasi Konsentrasi Natrium Metasilikat

Nama Bahan F1 F2 F3 F4 F5 F6

Kaolin* 10% 5% - 10% 5% -

Bentonit* - 5% 10% - 5% 10%

Nonylphenol

Ethoxylate

12% 12% 12% 12% 12% 12%

Cocoamid DEA 2% 2% 2% 2% 2% 2%

Natrium

Metasilikat*

2% 2% 2% 1% 1% 1%

Triklosan 2% 2% 2% 2% 2% 2%

Isopropil

Alkohol

2% 2% 2% 2% 2% 2%

BHT 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02%

Asam Sitrat QS QS QS QS QS QS

Parfum 0,3% 0,3% 0,3% 0,3% 0,3% 0,3%

Aquades Add to

100%

Add to

100%

Add to

100%

Add to

100%

Add to

100%

Add to

100%

Prosedur Pembuatan Sediaan :

a. Menyiapkan alat serta bahan yang diperlukan dan menimbang semua bahan

yang diperlukan dalam gram.

b. Aquadest dipisahkan ke dalam 2 wadah 60% dan 40% bagian. Aquadest

bagian 60% ditambahkan bentonit sedikit demi sedikit sampai

terdispersikan didalam aquadest dengan bantuan alat Homogenizer dengan

kecepatan 200 rpm. Tambahkan kaolin sedikit demi sedikit sampai

terdispersi sempurna kedalam Aquadest. (Massa A)

c. Nonylphenol Ethoxylate dan cocoamid DEA di masukan kedalam satu

wadah beaker glass, homogenkan dengan bantuan alat Homogenizer

dengan kecepatan 200 rpm. Tambahkan natrium metasilikat sedikit demi

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sedikit dengan penambahan aquadest 40% bagian untuk memudahkan

melarutkan Natrium Metasilikat. (Massa B)

d. Larutkan triklosan dan BHT kedalam isopropil alkohol dan masukan

kedalam (Massa B) dan juga parfum sambil tetap di homogenkan

menggunakan Homogenizer sampai semua tercampur dan homogen.

e. Masukan (Massa B) kedalam (Massa A) homogenkan dengan

Homogenizer dengan kecepatan 200rpm.

f. Dilakukan pengujian pH sediaan dengan menggunakan pH indikator. Jika

pH sediaan belum sesuai, ditambahkan asam sitrat secukupnya sampai pH

sesuai dengan SNI yaitu 6 – 11.Cairan pembersih lantai mempunyai

kecenderungan pH basa (pH > 7, atau sekitar 8 – 9) (Peramono, 2003)

3.3.3. Evaluasi Sifat Fisika dan Kimia Cairan Pembersih Lantai

Parameter pengujian meliputi:

a. Pengujian Organoleptis

Pemeriksaan organoleptis dilakukan dengan melihat secara visual

dan mengamati perubahan-perubahan yang terjadi pada sediaan, yakni

meliputi penampilan, warna dan bau (Septiani, 2011).

b. Pengujian Viskositas

Sampel sebanyak 150 gram disiapkan dalam gelas beaker 250 mL,

kemudian spindle dengan nomor tertentu dan kecepatan tertentu (rpm)

disetel, lalu dicelupkan kedalam sediaan sampai alat menunjukkan nilai

viskositas sediaan. Nilai viskositas (cPs) yang ditunjukkan pada alat

viskometer Haake merupakan nilai viskositas sediaan (Suyudi, 2014).

c. Uji pH

Mengukur konsentrasi ion H+ yang terdapat dalam sample. Sample

langsung diukur pH nya dengan terlebih dahulu mengukur pH larutan

standar buffer yang sesuai pada suhu kamar (SNI 06-1842-1995)

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

d. Pengujian Bobot Jenis

Piknometer dibersihkan dan dikeringkan. Piknometer kering

ditimbang dan dicatat beratnya sebagai A, kemudian diisi dengan air

destilasi dan direndam dalam air dingin hingga suhunya mencapai 25oC.

Piknometer berisi air destilasi dikeluarkan dari rendaman dan didiamkan

hingga mencapai suhu ruang untuk ditimbang dan dicatat beratnya sebagai

B. Nilai volume piknometer diperoleh dengan perhitungan berikut:

V piknometer = (B – A)

Hal yang sama dilakukan dengan mengganti air destilasi dengan

sampel uji dan beratnya dicatat sebagai C. Bobot jenis sampel diperoleh

dengan perhitungan berikut:

𝐵𝐽 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =𝐶

𝑉 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

(SNI 06-4075-1996)

3.3.4. Daya Deterjensi

a. Pengujian Daya Deterjensi

Sampel sebanyak 1 ml dilarutkan didalam air 99 ml (1% v/v

deterjen), dan digunakan sebagai larutan perendaman. Pengukuran nilai

kekeruhan dilakukan dengan spektrofotometer pada panjang gelombang

450 nm. Nilai kekeruhan larutan deterjen 1% dicatat sebagai T1, dengan

menggunakan aquades sebagai standar. Kain putih bersih berbentuk bujur

sangkar dengan luas 25 cm2 direndam dalam larutan pencucian selama 30

menit. Setelah perendaman kain bersih, larutan diukur kekeruhannya lalu

dikurangi dengan T1 dan dinyatakan sebagai OD (Original Dirt).

Kain putih dengan ukuran yang sama direndam dalam larutan zat

pengotor (kecap manis) dengan konsentrasi 10% selama 30 menit,

kemudian ditiriskan didalam larutan perendaman selama 30 menit. Nilai

kekeruhan setelah perendaman kain kotor dinyatakan sebagai T2. Nilai daya

daterjensi dinyatakan sebagai nilai kekeruhan yang dihasilkan dalam unit

FTU Turbidity (Formazyn Turbidity Unit). Daya deterjensi dihitung

berdasarkan persamaan :

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Lynn, 2005; Fauziah, 2010)

3.3.5. Uji Stabilitas Fisik

a. Volume Sedimentasi

Cairan Pembersih Lantai dimasukan kedalam gelas ukur 10 mL dan

disimpan pada suhu kamar serta terlindung dari cahaya secara langsung.

Parameter pengendapan dari suatu suspensi dapat ditentukan dengan

mengukur volume sedimentasi (F) yaitu perbandingan volume akhir

endapan (Vu) dengan volume awal sebelum terjadi pengendapan (Vo)

F = Vu / Vo

(Emilia dkk, 2013)

b. Redispersi

Uji Redispersi dilakukan setelah evaluasi volume sedimentasi selesai

dilakukan. Tabung reaksi berisi sampel yang telah di evaluasi volume

sedimentasinya diputar 180 derajat dan dibalikan ke posisi semula.

Kemampuan redispersi baik bila suspensi terdispersi sempurna dan diberi

nilai 100%. Setiap pengulangan uji redispersi pada sampel yang sama, maka

akan menurunkan nilai redispersi sebesar 5% (Emilia dkk, 2013).

3.3.6. Evaluasi Syarat Mutu Cairan Pembersih Lantai Berdasarkan SNI

Pengujian mutu cairan pembersih lantai menurut SNI meliputi

Koefisien Fenol dan Stabilitas Emulsi dalam Air Sadah dilakukan di

Laboratorium PT Sucofindo, Cibitung Bekasi, Indonesia.

Daya deterjensi = T2 – T1 - OD

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

a. Uji pH

Mengukur konsentrasi ion H+ yang terdapat dalam sampel. Sampel

langsung diukur pH nya dengan terlebih dahulu mengukur pH larutan

standar buffer yang sesuai pada suhu kamar (SNI 06-1842-1995).

b. Pengujian Koefisien Fenol

Prinsip dari pengujian koefisien fenol adalah untuk mengukur daya

antiseptik dari cairan pembersih lantai. Sampel diencerkan dengan air steril

5%, masing-masing 1 : 300; 1: 325; 1: 350; 1 : 372; 1 : 400. Diencerkan

dengan air larutan fenol standar 5% masing-masing 1 : 90 dan 1 : 100.

Siapan biakan bakteri Salmonella thyphi. Pipet masing-masing 5 ml larutan

sampel dan larutan fenol standar ke dalam tabung reaksi, inkubasi selama

24 jam pada suhu 35 – 37oC. Tiap 30 detik ke dalam masing-masing tabung

ditambahkan 0,5 ml test culuture. Harap dilakukan langkah-langkah

pengamanan, karena bakteri ini berbahaya. Kocok kuat-kuat supaya bakteri

menyebar. Sesudah 5 menit (4,5 menit dibiarkan, 0,5 menit untuk

pemindahan) diambil satu mata jarum ose, kemudian inokulasi pada

nutrient agar dalam cawan petri. Selanjutnya 5 menit kemudian diambil lagi

dan inokulasi pada nutrient agar (untuk pengamatan 10 menit), 5 menit

setelah itu diambil lagi untuk pengamatan 15 menit. Inkubasi cawan petri

dalam inkubator 37oC, selama 48 jam dan diamati hasil pertumbuhan bakteri

pada 5 menit, 10 menit, dan 15 menit.

Hasil pengujian koefisien fenol menurut SNI 06-1842-1995 adalah:

𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐹𝑒𝑛𝑜𝑙 = 𝑎

𝑏

𝑎 = Angka pengenceran terbesar sampel yang membunuh salmonella

typhi dalam 10 menit

b = Angka pengenceran terbesar fenol yang membunuh salmonella

typhi dalam 10 menit

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Stabilitas Emulsi Air Sadah

Mengukur stabilitas emulsi yang terbentuk dari pencampuran sampel

dengan air sadah. Siapkan larutan standar air sadah dengan konsentrasi 342

mg/liter dihitung sebagai kalsium karbonat (CaCo3) dengan melarutkan

0,304 gram CaCl2 anhidrat dan 0,0319 gram MgCl2. 6 H2O dalam labu ukur

1000 ml dan tepatkan hingga tanda garis dengan air suling. Pipet 1 ml

contoh dan masukkan ke dalam 100 ml air sadah lalu aduk dengan pengaduk

kaca dan biarkan selama 6 jam. Amati apakah terjadi suatu pemisahan

lapisan dan atau apakah terjadi endapan suatu gumpalan (flok). Lakukan

juga untuk perbandingan sampel dan air 5 : 100.

3.3.7. Pengujian Aktivitas Antibakteri Cairan Pembersih Lantai

Pengujian aktivitas antibakteri cairan pembersih lantai dilakukan di

Laboratorium InaCC Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

Cibinong Bogor, Indonesia.

a. Uji Aktivitas Antibakteri

Media uji antibakteri yang digunakan adalah Nutrient Agar (NA)

dua lapis. Lapisan atas merupakan media NA padat sebanyak 15 ml

sedangkan lapisan bawah merupakan media NA semisolid sebanyak 4 ml.

Untuk membuat seed culture, masing-masing sebanyak 1 lup bakteri target

diinokulasikan pada 5 ml media Nutrient Broth (NB) dan diinkubasi pada

suhu 37oC menggunakan shaker incubator selama 21 jam. Selanjutnya

masing-masing sebanyak 0,2% E. coli InaCC B5, 0,5% M .lutei InaCC B4

seed culture ditambahkan pada media lapisan atas sebelum dituang keatas

media lapisan bawah (Miyado, 2003).

Uji antibakteri menggunakan teknik difusi cakram (Sulistiyani,

2006). Sebanyak 30 µl sampel diteteskan pada kertas cakram steril 6 mm

secara bertahap. Kertas cakram tersebut kemudian diletakkan pada media

uji. Media cawan agar tersebut selanjutnya diinkubasi pada suhu 4oC selama

2 jam dan dilanjutkan pada suhu 37oC selama 2 hari. Pengujian dilakukan

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sebanyak tiga ulangan. Sampel yang menghasilkan zona hambat pada media

uji dianggap positif memiliki aktivitas antibakteri

b. Pengamatan dengan Mikroskop Elektron (SEM)

Scanning Electron Microscopy dilakukan untuk mempelajari morfologi

sel akibat penggunaan senyawa antibakteri (Bunduki et al.,1995). Sampel

yang digunakan adalah bagian disekitar zona bening hasil pengujian

antibakteri. Preparasi sediaan dilakukan dalam dua tahap, diantaranya:

Melakukan fiksasi untuk mematikan sel tanpa mengubah struktur sel yang

akan diamati menggunakan cairan glutaraldehid, setelah itu disentrifus lalu

dibuang supernatannya dan ditambahkan glutaraldehid setelah itu direndam

beberapa jam. Cairan disentrifus kembali lalu dibuang supernatannya dan

ditambahkan larutan tannin acid setelah itu direndam beberapa jam. Cairan

disentrifus kembali lalu dibuang supernatannya dan ditambahkan

caccodylate buffer setelah itu direndam selama 10 menit. Cairan disentrifus

kembali lalu dibuang supernatannya dan ditambahkan osmium tetra oksida

setelah itu direndam 1 jam. Tahap selanjutnya adalah pengeringan sampel

dengan cara, cairan disentrifus kembali lalu dibuang supernatannya dan

ditambahkan alkohol 50% setelah itu direndam 10 menit. Selanjutnya

berturut-turut ditambahkan alkohol 70%, alkohol 80%, alokohol 95% dan

alkohol absolut, setelah itu direndam selama 10 menit. Cairan disentrifus

kembali lalu dibuang supernatannya dan ditambahkan t-butanol setelah itu

direndam selama 10 menit. Cairan disentrifus kembali lalu dibuang

supernatannya dan ditambahkan butanol setelah itu buat suspensi dalam

butanol. Selanjutnya buat ulasan pada potongan cover slip (Lyman, 1992).

3.3.8. Teknik Analisis Data

Data dari beberapa hasil evaluasi cairan pembersih lantai kaolin –

bentonit diuji secara statistik dengan analisis varian satu arah (one way

ANOVA) kemudian dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan taraf

kepercayaan 95% (α = 0,05) untuk mengetahui perbedaan yang bermakna

antara formula dan hasil pengujian.

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Evaluasi Cairan Pembersih Lantai Anti Najis

4.1.1. Pengamatan Organoleptik

Tabel 4.1 Sifat Organoleptik Cairan Pembersih Lantai Kaolin – Bentonit

Formulasi Warna Bentuk Bau

F1 Putih Cairan (Homogen) Parfum (Lemon)

F2 Krem Cairan (Homogen) Parfum (Lemon)

F3 Coklat Muda Cairan (Homogen) Parfum (Lemon)

F4 Putih Cairan (terbentuk

2 lapisan bening di

bagian atas)

Parfum (Lemon)

F5 Krem Cairan (terbentuk

2 lapisan bening di

bagian atas)

Parfum (Lemon)

F6 Coklat Muda Cairan (terdapat

endapan dibagian

bawah)

Parfum (Lemon)

Uji organoleptik dilakukan dengan mengamati cairan pembersih

lantai secara visual meliputi warna, bentuk dan bau. Formulasi sediaan

pembersih lantai F1 dan F4 berwarna putih dikarenakan tanah yang

digunakan hanya kaolin. Formulasi sediaan pembersih lantai F2 dan F5

berwarna krem dikarenakan tanah yang digunakan campuran dari kaolin dan

bentonit. Formulasi sediaan pembersih lantai F3 dan F6 berwarna coklat

muda dikarenakan tanah yang digunakan hanya bentonit. Formulasi F4, F5,

dan F6 memiliki homogenitas yang kurang baik, dikarenakan perbedaan

konsentrasi natrium metasilikat yang berfungsi sebagai builder yang dapat

meningkatkan efektifitas dari surfaktan. Pada F4, F5, dan F6 konsentrasi

natrium metasilikat hanya 1% sedangkan pada F1, F2, dan F3 konsentrasi

natrium metasilikat 2% yang menghasilkan bentuk sediaan lebih homogen

dan stabil.

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Menurut Occidental Chemical Coorporation, natrium metasilikat

merupakan bahan yang dapat menurunkan tegangan permukaan sehingga

dapat membersihkan kotoran dan bersifat sebagai emulsifying dan

suspending yang baik oleh karena itu pemilihan konsentrasi natrium

metasilikat 2% lebih tepat karena menghasilkan sediaan yang homogen dan

lebih stabil. Pada F4, F5, dan F6 tidak dilanjutkan ke dalam uji berikutnya

karena tidak memiliki bentuk dan homogenitas yang baik.

4.1.2. Viskositas

Gambar 4.1 Grafik Viskositas F1, F2 dan F3

Tabel 4.2 Viskositas Cairan Pembersih Lantai Anti Najis

Formula Viskositas (Cp)

F1 1030

F2 686

F3 620

Viskositas dapat didefinisikan sebagai shearing stress yang dalam

luasan area tertentu sewaktu kecepatan dalam gradient nominal pada area

tersebut (Suryani et al.,2002). Viskositas dari setiap sediaan cair non-

Newton itu bervariasi pada setiap kecepatan geser sehingga untuk melihat

sifat alirannya dilakukan pengukuran pada berbagai kecepatan geser

0

1000

2000

3000

4000

5000

6000

7000

0 20 40 60 80 100 120

Vis

kosi

tas

(cP

)

Kecepatan perputaran (RPM)

F1

F2

F3

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Martin, 2006). Pada penilitian ini digunakan spindle R3 dan digunakan

kecepatan putar yang berbeda-beda, yaitu mulai dari 5, 6, 10, 12, 20, 30, 50,

60, dan 100 rpm. Grafik hasil pengujian viskositas menunjukkan bahwa

peningkatan kecepatan putar dapat menurunkn nilai viskositas dari cairan

pembersih lantai. Hal ini sesuai dengan literatur bahwa semakin besar

kecepatan (rpm) yang diberikan, maka akan semakin besar pula kecepatan

geser dan tekanan geser, serta semakin kecil viskositasnya (Martin, 2006).

Pengukuran viskositas dilakukan menggunakan viscometer Haakei

dengan kecepatan 60 rpm. Untuk produk cairan pembersih viskositas yang

diharapkan berada dalam rentang 500 – 2000 cP (Stephan.Co.; Fauziah,

2010). Hasil pengujian viskositas menunjukkan bahwa viskositas cairan

pembersih lantai yang dihasilkan berkisar antara 620 – 1030 cP. Hasil

tersebut menunjukkan bahwa viskositas yang dihasilkan dari F1, F2, dan F3

masuk dalam rentang viskositas cairan pembersih yang diharapkan.

Hasil uji statistik Kolmogrov-Smirnov terhadap pengujian

viskositas formula cairan pembersih lantai anti najis menunjukkan data

tidak teristribusi secara normal sehingga dilanjutkan dengan uji Kruskal

Wallis yang menunjukkan nilai significant 0,027 (sig < 0,05) yang berarti

bahwa terdapat perbedaan viskositas yang bermakna antara masing-masing

formula cairan pembersih lantai anti najis.

Komponen asam dalam campuran natrium metasilikat dapat

meningkatkan viskositas campuran (OCC, 1997). Pada penelitian ini jumlah

penambahan asam sitrat pada F1, F2, dan F3 berturut-turut adalah 1,2% ;

1,1%, dan 0,8%. Penambahan asam sitrat yang paling besar terdapat pada

F1 dan yang paling kecil terdapat pada F3. Hal ini juga sesuai dengan hasil

pengujian bobot jenis. Faktor yang mempengaruhi viskositas salah satunya

adalah bobot jenis, semakin besar bobot jenis suatu zat maka semakin besar

pula viskositasnya (Ansel, 1989).

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.1.3. Pengujian pH

Tabel 4.3 pH Cairan Pembersih Lantai Anti Najis

Formula Nilai pH

Nilai pH (setelah

penambahan asam

sitrat

Penambahan

Asam Sitrat

F1 13,473 ± 0,221 8,194 ± 0,014 1,2%

F2 13,560 ± 0,285 8,209 ± 0,067 1,1%

F3 12,628 ± 0,084 7,910 ± 0,039 0,8%

Derajat keasaman atau pH merupakan salah satu sifat fisik yang

penting, sebab dalam formulasi pH dapat mempengaruhi beberapa faktor

salah satunya stabilitas dari sediaan yang dihasilkan (Allen et al., 2005).

Nilai pH cairan pembersih lantai menurut persyaratan SNI adalah 6 – 11.

Cairan Pembersih lantai mempunyai kecenderungan pH basa yaitu 8 – 9.

Dalam penggunaannya, cairan pembersih lantai masih diberi air dalam

jumlah yang cukup besar. Akibatnya, pH akan berubah mendekati 7. Hal ini

baik dan aman bagi lingkungan (Peramono, 2003).

Sebelum penambahan asam sitrat, cairan pembersih lantai yang

mengandung bentonit memiliki pH yang lebih rendah dibandingan cairan

pembersih lantai dengan kaolin. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan pH

dari tanah yang digunakan dalam penelitian ini. Tanah bentonit yang

digunakan memiliki pH 10,1 sedangkan tanah kaolin memiliki pH 7,2

berdasarkan certificate of analysis masing-masing tanah. Namun

berdasarkan hasil pengujian cairan pembersih lantai yang mengandung

bentonit memiliki pH yang lebih rendah dibandingkan carian pembersih

lantai dengan kaolin. Hal ini dikarenakan pada saat bentonit berada pada

lingkungan air, maka ion-ion positif akan meninggalkan matrik bentonit,

karena molekul air bermuatan polar maka molekul air akan tertarik pada

matrik bentonit dan kation akan terlepas dari bentonit (Krisnandi, 2013).

Kation yang terdapat dalam bentonit berasal dari kation basa lemah dan basa

kuat. Kation-kation dari basa lemah merupakan asam yang kuat. Kation ini

mampu menarik ion OH- dari molekul air sehingga menyisakan H+ yang

menyebabkan larutan dapat bersifat lebih asam.

36

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil analisis statistik Kolmogorov-Smirnov terhadap formula

cairan pembersih lantai sebelum ditambahkan asam sitrat menunjukkan data

terdistribusi dengan normal sehingga dilanjutkan dengan uji statistik metode

One way ANOVA yang menghasilkan nilai sig 0,000 (sig. <0,05). Hasil ini

menunjukkan variasi tanah yang digunakan berpengaruh nyata terhadap pH

sediaan cairan pembersih lantai yang dihasilkan. Uji lanjut Tukey HSD,

perbedaan yang bermakna pada nilai pH terjadi antara F1 dengan F3 dan F2

dengan F3 karena nilai sig. < 0,05 sedangkan antara F1 dengan F2 tidak

terjadi perbedaan bermakna karena nilai sig. > 0,05.

4.1.4. Pengujian Bobot Jenis

Tabel 4.4 Bobot Jenis Cairan Pembersih Lantai Anti Najis

Formula Nilai Bobot Jenis (g/ml)

F1 1,087 ± 0,004

F2 1,070 ± 0,002

F3 1,058 ± 0,003

Bobot jenis adalah perbandingan yang dinyatakan dalam desimal,

dari berat suatu zat terhadap berat dari standar dalam volume dan suhu yang

sama. Air digunakan sebagai standar untuk zat cair dan padat. Dalam

farmasi, zat padat dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan

sebagai standar karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (Ansel H.C,

1989).

Nilai bobot jenis suatu bahan dipengaruhi oleh penyusun bahan

tersebut dan sifat fisiknya. Hal tersebut juga berlaku pada cairan pembersih

lantai yang merupakan larutan air dan bahan-bahan lain seperti surfaktan

dan bahan aktif penyusun lainnya. Suatu bahan dilarutkan kedalam air dan

selanjutnya membentuk suatu larutan maka densitasnya mengalami

perubahan (Gaman dan Sherington, 1990).

Hasil dari pengujian bobot jenis ini menentukan tingkat kelarutan

cairan pembersih lantai terhadap air. Semakin mendekati nilai bobot jenis

air 1g/ml, maka akan semakin baik daya kelarutan cairan pembersih tersebut

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(Fauziah, 2010). Bobot jenis yang paling mendekati bobot jenis air adalah

F3 (bentonit) yaitu 1,058 ± 0,003 g/ml.

Salah satu faktor yang mempengaruhi bobot jenis adalah viskositas

atau kekentalan, viskositas berbanding lurus dengan bobot jenis, semakin

besar viskositas suatu zat maka semakin besar pula berat jenisnya (Ansel,

1989). Hal ini sesuai dengan hasil pengujian viskositas sediaan, dimana F3

(bentonit) menunjukkan viskositas yang paling rendah.

Hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov terhadap pengujian bobot

jenis formula cairan pembersih lantai kaolin - bentonit menunjukkan data

terdistribusi secara normal dan hasil uji statistik One way ANOVA

menunjukkan nilai Sig < 0,05 yang berarti bahwa variasi jenis tanah

berperngaruh nyata terhadap bobot jenis sediaan. Uji lanjut Tukey HSD

antara F1, F2 dan F3 memiliki nilai sig < 0,05 yang berarti ada perbedaan

bobot jenis yang bermakna antara ketiga formula tersebut.

4.2. Uji Stabilitas

4.2.1. Hasil Uji Volume Sedimentasi

Tabel 4.5 Volume Sedimentasi Cairan Pembersih Lantai Anti Najis

Formula Volume Sedimentasi (F)

F1 0,99

F2 0,90

F3 0,96

Sedimentasi adalah proses membiarkan materi tersuspensi

mengendap karena gravitasi. Padatan akan mengendap pada cairan yang

densitasnya lebih rendah dibandingkan densitas padatan tersebut.

Karakteristik pengendapan dalam proses sedimentasi salah satunya

dipengaruhi oleh ukuran dan bentuk partikel yang cenderung memiliki

sedikit muatan listrik (Kristijarti, Suharto dan Marienna, 2013).

Pengujian volume sedimentasi dilakukan untuk mengetahui rasio

pengendapan (F) yang terjadi selama penyimpanan dalam waktu tertentu.

Pada akhir dari pengujian sesuai dengan waktu yang telah ditentukan yaitu

empat minggu, semua formulasi yang diujikan tidak menunjukkan endapan

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

atau sedimentasi. Hasil formulasi yang diujikan untuk F2 dan F3

menunjukkan terflokulasi di bagian bawah permukaannya. Flokulasi adalah

proses berkumpulnya partikel-partikel flok mikro membentuk aglomerasi

besar. Sedangkan untuk F1 tidak terflokulasi namun viskositasnya

meningkat sehingga tidak dapat diredispersikan kembali.

Parameter volume sedimentasi ditunjukkan dengan nilai F yaitu

perbandingan volume partikel-partikel yang mengendap terhadap volume

awal suspensi. Formula cairan pembersih lantai dalam penelitan ini

merupakan formula dengan sistem terflokulasi. Sifat dari sistem flokulasi

yang muncul yaitu terbentuk cairan berwarna jernih dibagian atas dan

partikel dibawahnya membentuk agregat longgar sehingga dapat

diredispersi (Suena, 2015).

Hasil pengujian volume sedimentasi dengan nilai F < 1 pada F1, F2,

dan F3 menunjukkan adanya supernatan jernih dan terdapat partikel-partikel

yang terflokulasi. Pada pengujian volume sedimentasi ini, F2 menjadi

formula yang memiliki volume sedimentasi paling buruk (F). Penurunan

nilai volume sedimentasi (F) pada suspensi dengan pelarut air akan

meningkat ketika konsentrasi ion dalam suspensi tersebut meningkat.

Adanya penggabungan kaolin dan bentonit dalam F2 diasumsikan dapat

meningkatkan konsentrasi ion dalam suspensi, hal ini dikarenakan mineral

montmorillonit dari bentonit memiliki kemampuan melakukan pertukaran

ion dan menarik ion dalam air. Kaolin sendiri dikelompokkan dalam

penukar dan penarik ion yang berasal dari luar dengan adanya pengaruh air

(Alfian, 2016).

4.2.2. Hasil Redispersi

Hasil dari uji redispersi menunjukkan bahwa F3 (Bentonit) memiliki

% redispersi yang paling baik yaitu 100% dibandingkan F2 (Bentonit –

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Kaolin) dengan % redispersi 90% dan F1 (Kaolin) yang tidak dapat

diredispersikan karena viskositas yang terlalu tinggi.

Tabel 4.6 Redispersi Cairan Pembersih Lantai Anti Najis

Formula Jumlah Perlakuan % Redispersi

F1 Tidak dapat dilakukan

karena viskositas terlalu

tinggi

-

F2 3 kali 90%

F3 1 kali 100%

Redispersi juga dipengaruhi oleh tingginya viskositas yang

terbentuk dalam suatu sistem suspensi, apabila viskositas terlalu tinggi pada

suspensi, maka akan sulit terdispersi kembali atau % redispersibilitas yang

dihasilkan semakin rendah. Sedangkan pada partikel yang membentuk flok,

sediaan masih dapat terdispersi secara homogen (Popa dan Ghica, 2011).

4.3. Keputusan Formula Terbaik

Formulasi yang diujikan untuk memenuhi syarat mutu cairan

pembersih lantai menurut SNI adalah formula yang terbaik diantara

formulasi lainnya yaitu F3. Pengambilan keputusan dilakukan dengan

mempertimbangkan beberapa parameter bobot jenis, volume sedimentasi,

dan redispersi.

Bobot jenis menentukan kelarutan cairan pembersih lantai terhadap

air ketika ingin digunakan untuk membersihkan lantai. Semakin mendekati

nilai bobot jenis air yaitu 1 g/ml, maka akan semakin baik daya kelarutan

dari deterjen cair tersebut.

Parameter volume sedimentasi ditunjukan dengan nilai F yaitu

perbandingan volume partikel yang mengendap terhadap volume awal

suspensi. Pada penelitian ini volume sedimentasi (F) yang diharapkan

adalah yang paling besar karena suspensi yang ideal memiliki nilai volume

sedimentasi mendekati satu.

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Uji Redispersi dilakukan setelah evaluasi volume sedimentasi

selesai dilakukan. Kemampuan redispersi baik bila suspensi terdispersi

sempurna dan diberi nilai 100%.

Tabel 4.7 Evaluasi Cairan Pembersih Lantai Anti Najis

Parameter

Pengujian F1 F2 F3 Hasil

Terbaik

Bobot Jenis 1,087 1,070 1,058 F3

Volume

Sedimentasi

0,990

(mengeras)

0,900 0,960 F3

Redispersi - 90% 100% F3

4.4. Hasil Uji Evaluasi Syarat Mutu Cairan Pembersih Lantai

Berdasarkan SNI

Tabel 4.8 Syarat Standar Nasional Indonesia Cairan Pembersih Lantai

No Kriteria Uji Satuan

Persayaratan

Hasil

Uji Fenol dan

Turunanya Senyawa lain

1 Mh - 6 – 11 6 – 11 7,80

2 Koefisien

Fenol

- Minimum

2,50

Minimum

2,50

4,17

3 Stabilitas

Emulsi dalam

air sadah:

1 : 100 - Stabil Tidak

membentuk

emulsi

Stabil

5 : 100 - Stabil Tidak

membentuk

emulsi

Stabil

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pengujian mutu cairan pembersih lantai menurut SNI meliputi

Koefisien Fenol dan Stabilitas Emulsi dalam Air Sadah, dilakukan di

Laboratorium PT Sucofindo, Cibitung Bekasi, Indonesia.

4.4.1. Hasil Penguujian pH

Syarat mutu pH cairan pembersih lantai menurut SNI (Standar

Nasional Indonesia) adalah 6 – 11, formulasi pH yang diujikan

menunjukkan hasil 7,80 yang masih sesuai dalam rentang syarat mutu cairan

pembersih lantai SNI.

4.4.2. Hasil Pengujian Koefisien Fenol

Koefisien fenol merupakan kemampuan suatu desinfektan dalam

membunuh bakteri dibandingkan dengan fenol. Uji ini dilakukan untuk

membandingkan aktivitas suatu produk (disinfektan) dengan fenol baku

dalam kondisi uji yang sama. Fenol dijadikan standar dalam uji efektivitas

desinfektan karena kemampuanya dalam membunuh jasad renik sudah

teruji. Penentuan koefisien fenol adalah untuk mengevaluasi kekuatan

antimikroba suatu desinfektan dengan memperkirakan efektivitasnya

berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap mikroorganisme

tertentu (Somani, et al., 2011)

Nilai koefisien fenol dihitung dengan cara membagi hasil uji

pengenceran tertinggi zat antiseptik uji yang tidak ada pertumbuhan

bakterinya pada waktu tercepat dan terlama dengan hasil uji pengenceran

fenol yang tidak ada pertumbuhan bakterinya pada waktu tercepat dan

terlama. Nilai koefisien fenol yang kurang atau sama dengan satu (≤ 1)

menunjukkan bahwa efekivitas senyawa tersebut sama dengan fenol atau

lebih kecil dari fenol. Sedangkan jika nilai koefisien fenolnya lebih dari satu

(> 1) berarti senyawa tersebut lebih efektif dibanding fenol (Sulistyoningsih

dan Haryani, 2010).

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil pengujian koefisien fenol menurut SNI adalah:

𝐾𝑜𝑒𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛 𝐹𝑒𝑛𝑜𝑙 = 𝑎

𝑏

Keterangan :

a = Angka pengenceran terbesar sampel yang membunuh Salmonella

typhi dalam 10 menit

b = Angka pengenceran terbesar fenol yang membunuh Salmonella

typhi dalam 10 menit

Angka pengenceran terbesar sampel yang membunuh Salmonella

typhi dalam 10 menit (a) adalah 1:375 sedangkan Angka pengenceran

terbesar fenol yang membunuh Salmonella typhi dalam 10 menit (b) adalah

1:90.

Hasil pengujian koefisien fenol yang dilakukan menunjukkan hasil

4,17. Hasil tersebut sudah sesuai dengan SNI Cairan Pembersih Lantai yang

menunjukkan standar minimal koefisien fenol dari cairan pembersih lantai

adalah 2,5.

4.4.3. Hasil Uji Stabilitas Air Sadah

Emulsi adalah suatu sediaan yang mengandung dua zat cair yang

tidak tercampur, biasanya air dan minyak cairan yang satu terdispersi

menjadi butir-butir kecil dalam cairan yang lain. Dispersi ini tidak stabil,

butir-butir ini akan bergabung dan membentuk dua lapisan air dan minyak

terpisah. Stabilitas emulsi merupakan sifat fisikokimia yang penting untuk

dianalisa pada suatu sistem emulsi. Stabilitas emulsi dari suatu campuran

menunjukkan tingkat kualitas emulsi tersebut. Prinsip dasar tentang

kestabilan emulsi adalah kesetimbangan antara gaya tarik-menarik dan gaya

tolak menolak yang terjadi antara partikel dalam suatu emulsi (Martin,

2006).

Pengujian stabilitas emulsi dalam air sadah bertujuan untuk

mengetahui kemampuan suatu cairan pembersih pada air dalam keadaan

sadah atau memiliki kandungan mineral tertentu dalam jumlah tertentu.

Kinerja suatu cairan pembersih akan terlihat dari ada tidaknya endapan yang

muncul ketika cairan pembersih dicampur dengan CaCl2 dan MgCl2 (Amal,

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2011). Menurut Adza (2011), kesadahan merupakan kemampuan air untuk

membentuk busa apabila dicampur dengan suatu cairan pembersih. Air

sadah tidak baik digunakan dalam proses pembersihan, karena ion-ion Ca2+

yang tinggi akan menyebabkan air menjadi keruh dan akan membentuk

endapan sehingga cairan pembersih yang digunakan tidak akan berbuih.

Berdasarkan hasil dalam tabel 4.8, pengujian stabilitas emulsi dalam

air sadah dari sediaan cairan pembersih lantai yang diformulasikan telah

menunjukkan hasil yang stabil. Peran natrium metasilikat pada formulasi ini

berperan baik sebagai builders dan senyawa pengalkali, menurut Wittcof

dan Reuben (2013) tujuan penambahan builders untuk mengkelat ion-ion

Ca2+ dan Mg2+, sehingga ion-ion tersebat terikat dan tidak membentuk

endapan. Pembusaan dipengaruhi oleh keberadaan surfaktan dalam suatu

sediaan, dalam penelitian ini salah satu ko-surfaktan yang digunakan adalah

kokoamid dietanolamin yang merupakan jenis dietanolamida dari minyak

kelapa. Keberadaan kokoamid dietanolamin dalam air akan membentuk

suatu emulsi. Kestabilan kokoamid dietanolamin dalam air sadah

merupakan parameter yang penting untuk memastikan bahwa kosurfaktan

yang digunakan dalam sediaan masih berfungsi..

4.4.4. Pengujian Deterjensi

Tabel 4.9 Daya Deterjensi Cairan Pembersih Lantai Anti Najis

Formula Daya Deterjensi (A)

F3 0,728 ± 0,050

Cairan Pembersih Lantai

Komersial 0,861 ± 0,151

Daya deterjensi dilakukan sebagai pengganti uji daya bersih pada

cairan pembersih lantai karena salah satu alat yang digunakan untuk

melakukan daya bersih sulit untuk didapatkan. Daya deterjensi merupakan

analisis untuk mengetahui kemampuan cairan pembersih dalam

mengangkat kotoran. Selain sebagai penyuci najis, cairan pembersih lantai

yang dihasilkan diharapkan dapat membersihkan lantai dari kotoran.

44

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Analisa ini dilakukan dengan cara mencelupkan kain yang telah direndam

dalam pengotor berupa larutan kecap, setelah itu dilakukan pengukuran

terhadap kekeruhan dari air rendaman kain tersebut. Pengukuran dilakukan

menggunakan spektrofotometri UV – Vis pada panjang gelombang 450 nm.

Pengukuran dilakukan pada panjang gelombang 450 nm dikarenakan warna

akhir dari larutan perendaman adalah kuning. Berdasarkan hubungan antara

warna dengan panjang gelombang sinar tampak, cairan berwarna kuning

diamati pada panjang gelombang 450 – 480 nm.

Kekeruhan air cairan pembersih lantai F3 adalah 0,7284 dan untuk

kekeruhan air cairan pembersih lantai komersial adalah 0,861. Kekeruhan

yang didapat diasumsikan sebagai kotoran yang dapat diangkat oleh cairan

pembersih lantai. Hasil uji statistik Kolmogorov-Smirnov antara formula

cairan pembersih lantai F3 dan cairan pembersih lantai komersial

terdistribusi secara normal dan hasil uji K-Independent T-test menunjukkan

nilai Sig < 0,02 yang berarti terdapat perbedaan bermakna antara kedua

cairan pembersih lantai tersebut. Daya deterjensi tergantung dari besar

kecilnya absorbansi yang dihasilkan, absorbansi yang dihasilkan larutan 1%

F3 lebih besar dari larutan 1% cairan pembersih komersial, dikarenakan

pada F3 mengandung tanah bentonit yang dapat mempengaruhi

absorbansinya sehingga daya deterjensi yang dihasilkan juga kurang baik

dibandingkan sediaan cairan pembersih lantai komersial.

Cairan pembersih lantai komersial yang digunakan memiliki bahan

aktif benzalkonium klorida (1,5%) yang merupakan surfaktan kationik dan

sekaligus sebagai disinfektan, benzalkonium klorida memang dikenal

sebagai bahan aktif pembersih lantai yang efektif dan efisien karena

memiliki dua fungsi sebagai surfaktan dan disinfektan dan sudah banyak

digunakan dipasaran.

4.5. Evaluasi Hasil Uji Antibakteri

Hasil uji aktivitas antibakteri cairan pembersih lantai bertujuan

untuk mengetahui pengaruh tanah bentonit yang ditambahkan ke dalam

sampel cairan pembersih lantai dalam menghambat pertumbuhan bakteri E.

coli dan M. luteus. Sediaan yang diujikan merupakan sediaan terbaik yang

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

telah dipilih berdasarkan hasil uji fisikokimia dan stabilitas. Pengujian

aktivitas antibakteri dilakukan dengan membandingkan potensi antibakteri

cairan pembersih lantai yang mengandung tanah bentonit dengan basis

cairan pembersih lantai tanpa tambahan tanah. Basis cairan pembersih lantai

tanpa tanah ini digunakan sebagai pembanding untuk melihat pengaruh

aktivitas antibakteri sampel uji cairan pembersih lantai dengan tambahan

tanah bentonit (F3). Kedua sampel yang diujikan sebelumnya diencerkan

sebesar 1 : 50, hal ini dilakukan karena mengingat penggunaan cairan

pembersih lantai di pasaran yaitu 20 ml cairan pembersih lantai dimasukan

kedalam kurang lebih 1 liter air.

Tabel 4.10 Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri dari F3

Sampel

E. coli InaCC B5 M. luteus InaCC B333

Reaksi

Rata-rata

diameter zona

hambat (cm)

Reaksi

Rata-rata

diameter zona

hambat (cm)

Basis

Sampel

Cairan

Pembersih

Lantai

+ 2,07 - 0

Sampel

Cairan

Pembersih

Lantai F3

(Bentonit)

+ 3,50 + 1,65

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(a) (b)

(c) (d)

(e) (f)

Keterangan: (a) dan (b) Hasil pengujian F3 terhadap bakteri M. luteus; (c) dan (d)

Hasil pengujian F3 terhadap bakteri E. coli; (e) dan (f) Hasil pengujian

Basis Cairan Pembersih Lantai terhadap bakteri E. colli

Gambar 4.2. Hasil Pengujian Aktivitas Antibakteri dari F3 dan Kontrol Basis

Cairan Pembersih Lantai

Berdasarkan hasil pengujian aktivitas antibakteri pada table 4.9,

cairan pembersih lantai yang mengandung bentonit memiliki aktivitas

antibakteri terhadap bakteri E. coli dan M. luteus yang memiliki zona

hambat masing-masing 3,50 cm dan 1,65 cm sedangkan aktivitas antibakteri

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dari basis cairan pembersih lantai tanpa tanah menunjukkan hasil aktivitas

antibakteri hanya pada E. coli sebesar 2,07 cm. Sehingga dapat disimpulkan

bahwa aktivitas antibakteri dari sediaan cairan pembersih lantai yang

mengandung tanah bentonit (F3) lebih baik dibandingkan basis cairan

pembersih lantai yang tanpa penambahan tanah.

Bentonit adalah clay yang sebagian besar terdiri dari montmorillonit

dengan mineral-mineral minor seperti kwarsa, kalsit, dolomit, feldspars dan

mineral minor lainnya. Mineral montmorillonit dalam bentonit dapat

menempel pada permukaan sel bakteri sehingga mengganggu permeabilitas

selnya dalam membunuh sel bakteri tersebut (Dastjerdi, et al., 2010).

Montmorillonit merupakan bagian dari kelompok smectic dengan

komposisi kimia secara umum (Mg,Ca)O.Al2O3.5SiO2.nH2O (Alemdar, et.

Al., 2005). Sitoplasma semua sel hidup dibatasi oleh membran sitoplasma

yang berperan sebagai barrier permeabilitas selektif, membawa fungsi

transpor aktif dan kemudian mengontrol komposis internal sel. Jika fungsi

integritas membran sitoplasma dirusak, makro molekul, dan ion keluar dari

sel kemudian sel rusak atau terjadi kematian. Membran sitoplasma bakteri

mempunyai struktur berbeda disbanding sel binatang dan dapat dengan

mudah dikacaukan oleh agen tertentu (Jawetz, et al.,2005) Sehingga dapat

disimpulkan bahwa sediaan cairan pembersih lantai yang mengandung

tanah bentonit memiliki aktivitas antibakteri.

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 4.3 Hasil analisa morfologi bakteri E. coli yang mengalami

perubahan setelah diberi perlakuan dengan F3 Bentonit (a) E. coli normal

(b) E. coli mengalami plasmolisis

Gambar 4.4 Morfologi E. coli normal

(Sumber : Miloslav, 2008)

Sabun mengurangi tegangan permukaan, karena di dalam sediaan

cairan pembersih lanti F3 terkandung surfaktan salah satunya adalah

kokoamid dietolamin yang diketahui mengandung beberapa asam lemak tak

jenuh. Kandungan asam lemak terbesar dalam kokoamid dietanolamin

adalah asam laurat sekitar 40 – 50% (Rowe et al.,2009). Menurut

Dwidjoseputro (1980), kerusakan bakteri dapat disebabkan depresi dan

tegangan permukaan dari membran bakteri karena adanya surfaktan, oleh

karena itu dapat menyebabkan hancurnya bakteri (Dwidjoseputro, 1980).

Selain itu mineral montmorillonit dalam bentonit yang menempel pada

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

permukaan sel bakteri membantu mengganggu permeabilitas selnya dalam

membunuh sel baktri tersebut.

Penghambatan aktivitas bakteri dapat disebabkan oleh beberapa

faktor antara lain: 1) Gangguan pada senyawa penyusun dinding sel, 2)

Mengganggu permeabilitas membran sel yang menyebabkan kehilangan

komponen penyusun sel, 3) Menginaktifkan enzim metabolik, dan 4)

Destruksi atau kerusakan fungsi material genetik, terjadinya proses tersebut

di atas karena interaksi senyawa bakteri pada permukaan sel bakteri atau

senyawa tersebut berdifusi ke dalam sel. (Fitriana, 2010)

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

BAB V

KESIMPULAN

5.1. Kesimpulan

1. Variasi komposisi tanah yang digunakan dalam formulasi berpengaruh

nyata antara bentonit dan kaolin terhadap sifat fisika kimia cairan

pembersih lantai.

2. Konsentrasi optimum dari natrium metasilikat untuk mendapatkan sifat

fisikokimia dan stabilitas sediaan formulasi cairan pembersih lantai anti

najis yang terbaik adalah 2%.

3. Cairan pembersih lantai F3 sudah memenuhi syarat mutu SNI 06-1842-

1995 yang meliputi pH, koefisien fenol dan stabilitas emulsi air sadah.

4. Cairan pembersih lantai F3 yang mengandung bentoni 10% memiliki

aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli dan Micrococus

luteus.

5.2. Saran

Perlu dilakukan uji daya bersih yang lebih tepat untuk cairan pembersih

lantai

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman,M.Masykuri dan Mokh.Syaiful Bakhri.2006.Kupas Tuntas

Salat.Jakarta : Erlangga

Abu Malik Kamal bin As-Sayyid Salim, Shahih Fikih Sunnah Lengkap, Judul asli:

Shahih Fikih as-Sunnah Wa Adillatuhu wa Taudhih Madzahib Al A’immah,

Jilid 4,cet.pertama, penerjemah, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

Adza, Mohamad. 2011. Pengaruh pH dan Suhu dalam Penurunan Kesadahan.

Semarang: Universitas Muhamadiyah Semarang.

Alemdar, A. et al.2005. Effect of Poliethylimine Adsorption of Rheology of Bentonit

Suspension. Indian Academy of Science. 28,287-291.

Alfian, Putra. 2016. Studi Optimasi Adsorben Kaolin yang Dimodifikasi dengan

Surfaktan dalam Penyisihan Logam Besi (II) dalam Air. Denpasar:

Teknologi Kimia Industri Politeknik Negeri Lhokseumawe

Al-Khin, Musthofa dan musthofa al-Bugha. 2007. Al-Azkaril Kitabi wa Sunati.

Riyadh: Maktab Dakwah dan Bimbingan Jaliyat Rabwah.

Allen, L.V., Ropovich, N.G. dan Ansel H.C. 2005. Ansel’s Pharmaceutical Dosage

Forms and Drug Delivery Systems, Eight Edition. Lippincott Williams and

Wilkins, Baltimore

Al-Utsaimin, M., 2001, “Tuntunan Thaharah dan Shalat”, Cetakan Kedua, PT

Megatama Sofwa Pressindo, Jakarta.

Amal. 2011. Kesadahan. Makasar: UIN Aluidin Makasar

Anggraeni DB. 2013. Optimasi Formula Suspensi Siproflokasasin Menggunakan

Kombinasi Pulvis Gummi Arabici (Pga) dan Hydroxypropyl

Methylcellulose (HPMC) dengan Metode Desain Faktorial. Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak

Angkatavanich et al. 2009. Development of Clay Liquid Detergent for Islamic

Cleansing and the Stability Study. Thailand : International Journal of

Cosmetic Science

Anief, M., 1994. Farmasetika: Gadjah MadaUniversity Press : . Yogyakarta.

Ansel H.C., 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi, Terjemahan Faridah

Ibrahim, Universitas Indonesia Press, Jakarta, 625

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Asad, Md. Abdullah., Shantanu Kar., Mohammad Ahmeduzzaman dan Md.

Raquibul Hassan. 2013. Suitability of Bentonite Clay: an Analytical

Approach, International Journal of Earth Sciemce 2013. Bangladesh :

Science Publishing Group

Aydin, S., A Ciltas, H. Yetim and I. Akyurt. 2005. Cinical, Pathologi and

Haematological Effect of Micrococcus luteus in Rainbow Trout

(oncorhyncus mykiss Walbaum). Journal of Animal and Veterinary

Advances, 4 (2): 167-174.

Barel, A.O., Paye,M., dan Maibaich, H.I. 2009. Handbook of Cosmetics Science

and Technology, 3rd Edition. New York : Informa Healthcare USA, Inc.

Bergey, D.H, et al. 1984. Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology. Volume. 2

Williams and Wilkins. Baltimore. London

Campbell, J. B. Reece, L. G dan Mitchell. 2004. Biologi Edisi Kelima Jilid 3.

Erlangga. Jakarta.

Dahlan, Winai. 2010. Najis Cleansing Clay Liquid Soap. Bangkok : Patent

Cooperation Treaty (PTC).

http://www.freepatentsonline.com/WO2010101534.html, diakses pada

tanggal 27 Januari 2017 pukul 11:00 WIB

Dastjerdi Vahid, M Tashauoei, H. R.; Movahedian Attar, H.; Amin,M. M.;

Kamali, M.; Nikaeen, M.;., (2010). Removal of cadmium and humic acid

from aqueous solutions using surface modified nanozeolite A. Int. J.

Environ. Sci. Tech., 7 (3), 497-508.

Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Depkes RI. 2012. Pedoman Bahan Berbahaya Pada Produk Alat Kesehatan dan

Perbekala Kesehatan Rumah Tangga. Jakarta : Departemen Kesehatan

Republik Indonesia

Dwidjoseputro D., Dr., Prof. 1980. Dasar-dasar Mikrobiologi. Djambatan

Malang.

Emillia, Wintari Taurina dan Andhi Fahrurroji. 2013. Formulasi dan Evaluasi

Stabilitas Fisik Suspensi Ibuprofen dengan Menggunakan Natrosol HBR

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sebagai Bahan Pensuspensi. Fakutlas Kedokterima Universitas

Tanjungpura. Pontianak.

Erlita Oktaviani, 2011. Aplikasi Membran Selulosa Asetat Berporogen Nonilfenol

Etoksilat dalam Pemisahan Larutan Detergen. Skripsi. Departemen Kimia

Fakultas Matematika dan Ilmua Pengetahuan Alam Institut Pertanian

Bogor.

Ernest W. Flick. 1994. Advanced Cleaning Product Formulations. Volume 2

Reprint Edition. Noyes Publications. New Jersey, U.S.A.

Fauziah Ika Nuriyana., 2010. Formulasi Deterjen Cair : Pengaruh Konsentrasi

Dekstrin dan Metil Ester Sulfonat (MES). Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Fitriana, Emy. 2010. Analisis Komponen Kimia Fraksi Minyak Atsiri Daun Sirih

(Piper Bettle Linn) dan Uji Aktifitas Antibakteri terhadap Beberapa Jenis

Bakteri Gram Negatif. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah

Fizri, dkk. 2014. An Mugh (Anti Mughalladzah) Solusi Mudah Bersuci dengan

Aromaterapi. Bogor: PMK Kewirausahaan IPB.

Gary A. Davis, et al,. 1992. Housegold Cleaners: Environmental Evauation and

Proposed Standards for General Purpose Household Cleaners. University

of Tennessee Center of Clean Products and Clean Technologies. Green Seal,

Inc.

Glenda D. Desinfection. The Center for Food Security and Public Health [Internet].

2008 May [cited 2015 May 10]. Available from :www.cfsph.iastate.edu.

Diakses pada tanggal 7 Februari 2017 pukul 10.45 WIB

Greenwood, D., Slack, R., Peutherer, J. and Barer, M. 2007. Medical Microbiology.

Elsevier, China.

Gunister , E. et al. 2004. Effect of Sodium Dodecyl Sulfate on Flow and

Electrokinetic Properties of Na-activated Bentonite Dispersions. Bull.

Mater. Sci 27, (3), 317-322

https://www.researchgate.net/publication/225149098_Effect_of_sodium_d

odecyl_sulfate_on_flow_and_electrokinetic_properties_of_Na-

activated_bentonite_dispersionsdiakses pada tanggal 27 Januari 2017 Pukul

12:45 WIB

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Handi, Abdullah. 2008. Tanah Steril dan Sabun Cair Tanah Steril Sebagai Bahan

Antimikroba Terhadap Air Liur Anjing. Skripsi. Fakultas Kedokteran

Hewan Institut Pertanian Bogor

Hargreaves, T. 2003. Chemical Formulation : An Overview Surfactant-based

Preparation Used in Everyday Life. Cambridge : RSC Paperbacks.

Hermawan, A., Hana, W dan Wiwiek T. 2007. Pengaruh Ekstrak Daun Sirih (Piper

betle L) Terhadap Pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Escherichia

coli dengan Metode Diffusi Disk. Surabaya: Univerisitas Airlangga

Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA. 2005. Mikrobiologi Kedokteran. Salemba

Medika. Jakarta

Juariah, Siti. 2014. Aktivitas Senyawa Antibakteri Bintang Laut (Asteris forbesii)

Terhadap Beberapa Jenis Bakteri Patogen. Tesis. Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara

Khoirunnisa’. 2010. Perilaku Thaharah (Bersuci) Masyrakat Bukit Kemuning

Lampung Utara “Tinjauan Sosiologi Hukum”. Skripsi. Jakarta: Fakultas

Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Komandoko, Gamal. 2010. Ensiklopedia Pelajar dan Umum. Yogyakarta : Pustaka

Widyatama

Krisnandi, dkk. 2013. Bentonit Alam Tapanuli Diinterkalasi Surfaktan Kationik

Benzil Trimetilamonium Klorida (BTM-CI) Sebagai Adsorben p-

Klorofenol dan Fenol. Depok: Departemen Kimia FMIPA UI

Kristijarti Prima, Ign Suharto dan Marieanna (2013) Penentuan Jenis Koagulan

dan Dosis Optimum Meningkatkan Efisiensi Sedimentasi dalam Instalasi

Pengolahan Air Limbah Pabrik Jamu X, Lembaga Penelitian dan

Pengabdian kepada Masyarakat, Universitas Katolik Parahyangan.

Lyman, C. Fiori, and E. Lifshin. 1992.Scanning electron microscopy and X-ray

microanalysis : A text for biologist, materials Scientist, and cytologists, 2nd

ed. Plemun Press, New York, New York, 820 p.

Lynn, J.L. 2005. Detergents and Detergency. Didalam Fereidoon S. (Eds.)

2005.Baileys Industrial Oil and Fat Products From Oil and Fats.New Jersey

: John Wiley & Sons

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Martin, A.N., J. Swarbrick, A. Cammarata. 2006. Physical Pharmacy 5th edition.

Philadelphia: Lea and Febiger

Mauliana. 2016. Formulasi Sabun Padat Bentonit dengan Variasi Konsentrasi

Asam Stearat dan Natrium Lauril Sulfat. Skripsi. Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Miloslav Kalab, Ann-Fook Yang, Denise Chabot. 2008. Conventional Scaning

Electron Microscopy of Bacteria. UK: Infocus

Miyado. 2003. Prosedur karakterisasi dan identifikasi Aktinomisetes. Puspita L:

Penerjemah. Di dalam: Training Course on Identification of Bacteria.

Bogor. 1-5 April 2003.

Mughniyah, Muhammad Jawad. 2015. Fiqih Lima Mazhab. Jakarta : Lentera

Nazri.,et al. 2011. In Vitro Antibacterial and Radical Scavenging Activities of

Malaysian Table Salad. African Journal of Biotechnology

Nidya Chitraningrum. 2008. Sifat Mekanik dan Termal pada Bahan Nonkomposit

Epoxy – Clay Tapanuli. Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam Universitas Indonesia

Occidental Chemical Coorporation. Oxychem. Diakses melalui

http://www.oxy.com/ourbusinesses/chemicals/products/documents/silicate

s/silicate.pdf pada tanggal 11 April 2017 Pukul 19.00 WIB.

Peramono, Ajar. 2003. Membuat Cairan Pembersih Lantai. Jakarta: Penerbit

Swadaya

Popa, L., dan Ghica, M. V., 2011, Ibuprofen Pediatric Suspension and Optimized

by Response Surface, Phys. Colloidal, Chem., 59 (4): 500-506

Pratiwi, S. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Penerbit Erlangga

Purwoko, T. 2007. Fisiologi Mikroba. PT. Bumi Aksara. Jakarta.

Puslitbang Tekmira. 2005. Bentonite (Online). http://www.tekmira.esdm.go.id

Puslitbang Tekmira. 2005. Kaolin (Online). http://www.tekmira.esdm.go.id

Puziah Hashim, Norrahimah Kassim, Dzulkifly Mat Hashim, Hamdan Jol. 2013.

Study on the Requirement of Clay for Islamic Cleansing in Halal Food

Industry, The Online Journal of Science and Technology. Selangor,

Malaysia : Faculty of Agriculture University Putra Malaysia

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

http://connection.ebscohost.com/c/articles/90473257/study-requirement-

clay-islamic-cleansing-halal-food-industry

Rowe, Raymond C.,Paul J Sheskey dan Sian C Owen. 2099. Handbook of

Pharmaceutical Excipients, Sixth Edition. London : Pharmaceutical Press

Sarwat Ahmad, Lc. 2010. Fiqih Thaharah. Seri Fiqih Islami -01. Jakarta: DU

Center Press

Sasser, S.L. 2001. Consumer Design Making Contest 2001-2002 Study Louide

Loundry Detergent. Texas Agriculture Extension Service

Schlegel Hans G,. 1994. Mikrobiologi Umum. Penterjemah Tedjo Baskoro. Edisi

keenam. Gajah Mada University Press. Yogyakarta

Septiani, Shanti., Wathoni, Nasrul., dan Mita, Soraya. 2011. Formulasi Sediaan

Masker Gel Antioksidan dari Ekstrak Etanol Biji Melinjo (Gnetum gnemon

Linn.). Skripsi. Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran

Somani, S.B., Ingole, W.N., and Kulkarni, S.N. (2011). Disinfection of Water by

Using Sodiun Chloride (NaCl) and Sodium Hypochlorite (NaOCl).

Shegaon: Shri Sant Gajanan Maharaj College of Engineering.

Standarisasi Nasional Indonesia. 1995.Cairan Desinfektan Pembersih Lantai, SNI

06-1842-1995. Jakarta: Badan Standarisasi Nasional.

Suena, Ni Made Dharma Shantini. 2015. Evaluasi Fisik Sediaan Suspensi dengan

Kombinasi Suspending Agent PGA dan CMC-Na. Akademia Farmasi

Saraswati Denpasar Bali

Sulistiyani TR. 2006. Isolasi dan karakterisasi antibiotic dari isolate aktinomisetes

tanah. Pulau Timor Bagian Barat (NTT). Bogor: Fakultas Matematika dan

Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Sulistyoningsih dan Hariyani. 2011. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak.

Yogyakarta: Graha Ilmu.

Suryani, A.,I. Sailah, dan E. Hambali. 2000. Teknologi Emulsi. Jurusan Teknologi

Industri Pertanian Institut Pertanian Bogor

Susilawati & Nurul Alam Naqiatuddin. 2014. Chemical Activation of Bentonite

Clay and Its Adsorption Properties of Methylene Blue, Jurnal Natural Vol.

14, No. 2, 7-12, September 2014 ISSN 1141-8513. Banda Aceh : Fakultas

MIPA Universitas Syiah Kuala

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Suyudi, Salsabiela Dwiyudrisa. 2014. Formulasi Gel Semprot Menggunakan

Kombinasi Karbopol 940 dan Hidroksipropil Metilselulosa (HPMC) sebagai

Pembentuk Gel. Skripsi. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sweetman, S et al. 2009. Martindale 36th. The Pharmaceutical, Press, London.

Syaikh Muhammad Al-Utsaimin Rahimahullah, 2011, Hakikat Thaharah,

Indonesia: Islam House.

Wittcoff, H. A., Reuben, B. G., danPlotkin, J. S., 2013, “Industrial Organic

Chemicals”, 3th ed., John Wiley & Sons., New York.

Zurinal, Z. & Aminuddin. 2008. Fiqih Ibadah. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN

Syarif Hidayatullah.

58

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

LAMPIRAN

Lampiran 1. Alur Penilitian

Pengumpulan dan pemilihan bahan

Pembuatan F1, F2, F3, F4, F5, dan F6

Dilakukan Evaluasi Fisik (Organoleptis,

pH, Viskositas, dan Bobot Jenis)

Analisis data dengan One Way ANOVA,

lalu dipilih formula terbaik

Dipilih 1 Formula yang terbaik stabilitasnya untuk diuji mutu

dari Cairan Pember Lantai Menurut SNI

Pengujian aktivitas Antibakteri dan Pengamatan dengan

Scanning Electron Microscopy

Formula yang baik fisiknya akan diuji

stabilitasnya dengan uji Volume Sedimentasi dan

Redispersi

59

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Hasil Cairan Pembersih Lantai Kaolin-Bentonit (F1, F2, F3, F4, F5,

dan F6)

Keterangan : F1 : Kaolin 10% dan Natrium Metasilikat 2%

F2: Kaolin 5%, Benotnit 5% dan Natrium Metasilikat 2%

F3 : Bentonit 10% dan Natrium Metasilikat 2%

F4 : Kaolin 10% dan Natrium Metasilikat 1%

F5 : Kaolin 5%, Benotnit 5% dan Natrium Metasilikat 1%

F6 : Bentonit 10% dan Natrium Metasilikat 1%

F1 F2 F3 F4 F5 F6

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Hasil Evaluasi dan Hasil Uji Statistik Viskositas Cairan Pembersih

Lantai Kaolin-Nanobentonit (F1, F2 dan F3)

Formula RPM Cp % Torque

F1

5 6240 31,2

6 5400 32,4

10 3640 36,5

12 3170 38,1

20 2180 43,7

30 1640 49,2

50 1160 58,2

60 1030 61,9

100 750 75,0

F2

5 4220 21,1

6 3590 21,6

10 2410 24,1

12 2110 25,3

20 1460 29,2

30 1100 33,1

50 780 39,1

60 686 41,7

100 500 50,2

F3

5 3280 16,6

6 2820 16,9

10 1930 19,3

12 1700 20,4

20 1210 24,3

30 950 28,5

50 690 34,5

60 620 37,2

100 450 45,7

Uji Normalitas Viskositas Cairan Pembersih Lantai Kaolin-Bentonit (F1, F2 dan

F3)

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Lanjutan

1. Uji Normalitas One-Sample Kolmogrov Smirnov Test

Tujuan: untuk melihat data viskositasterdistribusi normal atau tidak.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Pengujian_Viskositas ,347 9 ,003 ,721 9 ,003

a. Lilliefors Significance Correction

Kesimpulan : Data dari uji viskositas tidak terdistribusi secara normal maka

dilanjutkan dengan uji Kruskal Wallis

Uji Kruskal Wallis Viskositas Cairan Pembersih Lantai Kaolin-Bentonit

(F1, F2 dan F3)

Test Statisticsa,b

Pengujian_Visk

ositas

Chi-Square 7,200 df 2 Asymp. Sig. ,027

a. Kruskal Wallis Test b. Grouping Variable: formula

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Hasil Evaluasi dan Hasil Uji Statistik pH Cairan Pembersih Lantai

Cair Kaolin-Bentonit (F1, F2 dan F3)

Hasil Pengujian pH Cairan Pembersih Lantai Anti Najis (sebelum penambahan

Asam Sitrat)

Percobaan F1 F2 F3

1 13,473 13,275 12,544

2 13,252 13,560 12,712

3 13,694 13,845 12,628

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Lanjutan

1. Uji Normalitas One-Sample Kolmogrov Smirnov Test

Tujuan: untuk melihat data pH cairan pembersih lantai terdistribusi normal

atautidak.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

pengujianpH .193 9 .200* .907 9 .297

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Kesimpulan : pH cairan pembersih lantai terdistribusi secara normal

2. Uji Homogenitas Levene

Tujuan: untuk melihat homogen atau tidaknya varian data viskositas cairan

pembersih lantai

Test of Homogeneity of Variances

pengujianpH Levene Statistic df1 df2 Sig.

.923 2 6 .447

Kesimpulan: pH memperlihatkan data yang homogen

3. Uji One-Way ANOVA

Tujuan: mengetahui apakah ada atau tidaknya perbedaan pada data pH sabun

cuci piring.

ANOVA

pengujianpH

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 1.590 2 .795 17.396 .003 Within Groups .274 6 .046 Total 1.864 8

Kesimpulan: terjadi perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada pH setiap formula

cairan pembersih lantai

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Lanjutan

4. Uji Tukey

Tujuan: mencari tahu data pH mana yang relatif berbeda.

Multiple Comparisons

Dependent Variable: pengujianpH Tukey HSD

(I) formula (J) formula Mean

Difference (I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1.000 2.000 -.087000 .174561 .875 -.62260 .44860

3.000 .845000* .174561 .007 .30940 1.38060

2.000 1.000 .087000 .174561 .875 -.44860 .62260

3.000 .932000* .174561 .004 .39640 1.46760

3.000 1.000 -.845000* .174561 .007 -1.38060 -.30940

2.000 -.932000* .174561 .004 -1.46760 -.39640

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kesimpulan: perbedaan yang bermakna pada nilai pH terjadi antaraF1 dengan F3

dan F2 dengan F3, sedangkan antara F1 dengan F2 tidak terjadi

perbedaan bermakna.

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Hasil Evaluasi dan Hasil Uji Statistik Bobot Jenis Cairan Pembersih

Lantai Kaolin-Bentonit (F1, F2 dan F3)

𝑅𝑢𝑚𝑢𝑠 𝑃𝑒𝑟ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔𝑎𝑛 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =𝐶

𝑉 𝑝𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

Formula Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3

F1

A 12,698 13,100 12,677

B 23,172 23,309 22,847

Volume

Piknometer 10,474 10,209 10,170

C 11,357 10,767 11,108

Bobot Jenis 1,084 1,086 1,092

F2

A 12,691 12,694 12,500

B 23,226 22,879 22,352

Volume

Piknometer 10,252 10,185 9,852

C 11,535 10,932 10,557

Bobot Jenis 1,068 1,073 1,070

F3

A 12,691 12,694 12,500

B 23,226 22,879 22,352

Volume

Piknometer 10,535 10,185 9,852

C 11,114 10,804 10,456

Bobot Jenis 1,054 1,060 1,061 Keterangan : A = bobot pikno kosong

B = bobot pikno + air

C = bobot sampel (berat pikno sampel – pikno kosong)

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Lanjutan

Perhitungan Bobot Jenis

𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝐽𝑒𝑛𝑖𝑠 = 𝐵𝑜𝑏𝑜𝑡 𝑆𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

𝑉𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 𝑃𝑖𝑘𝑛𝑜𝑚𝑒𝑡𝑒𝑟

Formula Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3

F1 1,084 g/cm3 1,086 g/cm3 1,092 g/cm3

F2 1,068 g/cm3 1,073 g/cm3 1,070 g/cm3

F3 1,054 g/cm3 1,060 g/cm3 1,061 g/cm3

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Lanjutan

1. Uji Normalitas One-Sample Kolmogrov Smirnov Test

Tujuan: untuk melihat data bobot jenis terdistribusi normal atau tidak.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Pengujian_Bobotjenis ,156 9 ,200* ,951 9 ,703

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Kesimpulan: bobot jeniscairan pembersih lantai terdistribusi normal.

2. Uji Homogenitas Levene

Tujuan: untuk melihat homogen atau tidaknya varian data bobot jenis cairan

pembersih lantai

Test of Homogeneity of Variances

Pengujian_Bobotjenis Levene Statistic df1 df2 Sig.

,738 2 6 ,517

Kesimpulan: bobot jenis memperlihatkan data yang homogen.

3. Uji One-Way ANOVA

Tujuan: mengetahui apakah ada atau tidaknya perbedaan pada data bobot jenis

cairan pembersih lantai ANOVA

Pengujian_Bobotjenis

Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

Between Groups ,001 2 ,001 50,289 ,000 Within Groups ,000 6 ,000 Total ,001 8

Kesimpulan: terjadi perbedaan yang bermakna (p<0,05) pada bobot jenis setiap

formula cairan pembersih lantai.

4. Uji Tukey

Tujuan: mencari tahu data bobot jenis mana yang relatif berbeda. Multiple Comparisons

Dependent Variable: Pengujian_Bobotjenis Tukey HSD

(I) formula (J) formula Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval

Lower Bound Upper Bound

1,000 2,000 ,017000* ,002906 ,003 ,00808 ,02592

3,000 ,029000* ,002906 ,000 ,02008 ,03792

2,000 1,000 -,017000* ,002906 ,003 -,02592 -,00808

3,000 ,012000* ,002906 ,015 ,00308 ,02092

3,000 1,000 -,029000* ,002906 ,000 -,03792 -,02008

2,000 -,012000* ,002906 ,015 -,02092 -,00308

*. The mean difference is significant at the 0.05 level.

Kesimpulan: perbedaan yang bermakna pada nilai bobot jenis terjadi antar ketiga

formula.

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Hasil Evaluasi Volume Sedimentasi Cairan Pembersih Lantai

Kaolin – Bentonit (F1, F2 dan F3)

F1, F2 dan F3 pada Uji Stabilitas pada hari ke- 0

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Lanjutan

Uji Stabilitas pada minggu ke – 4

Keterangan: Formula cairan pembersih lantai terjadi pemisahan di bagian

atas antara flokulat dan supernatan, F2 menjadi formula yang

memiliki stabilitas paling buruk

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Lanjutan

Formula Vo Vu F

F1 10 9,9 0,99

F2 10 9,0 0,90

F3 10 9,6 0,96

Perhitungan Volume Sedimentasi

Perhitungan: Volume akhir (Vu)

Volume awal (Vo)

Formula Perhitungan

F1 𝐹 = 9,9

10= 0,99

F2 𝐹 = 9

10= 0,90

F3 𝐹 = 9,6

10= 0,96

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Hasil Evaluasi dan Hasil Uji Statistik Daya Deterjensi Cairan

Pembersih Lantai F3 dan Cairan Pembersih Lantai Komersial

Lampiran 1. Sertifikat Bahan Bentonit

Formula Percobaan 1 Percobaan 2 Percobaan 3

F3

T1 0,316 0,288 0,330

OD 0,181 0,312 0,230

T2 1,282 1,286 1,274

Daya Deterjensi 0,784 0,687 0,713

Komersial

T1 0,034 0,035 0,036

OD 0,024 0,034 0,044

T2 1,286 1,011 1,037

Daya Deterjensi 0,687 0,941 0,957

Rumus Perhitungan Daya deterjensi = T2 – T1 – OD

Keterangan :

T1 : Absorbansi larutan deterjen 1%

OD : Absorbansi larutan deterjen rendaman kain bersih – T1

T2 : Absorbansi larutan deterjen rendaman kain kotor

(Lynn, 2005)

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Lanjutan

1. Uji Normalitas One-Sample Kolmogrov Smirnov Test

Tujuan: untuk melihat data daya deterjensi cairan pembersih lantai terdistribusi

normal atau tidak.

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Daya_Bersih ,261 6 ,200* ,868 6 ,217

*. This is a lower bound of the true significance. a. Lilliefors Significance Correction

Kesimpulan : Hasil Data daya deterjensi dari cairan pembersih lantai terdistribusi

normal

2. Uji Homogenitas Levene

Tujuan: untuk melihat homogen atau tidaknya varian data bobot jenis cairan

pembersih lantai

Uji Homogenitas Daya Deterjensi Cairan Pembersih Lantai F3 dan Cairan

Pembersih Lantai Komersial

Test of Homogeneity of Variances

Dayabersih Levene Statistic df1 df2 Sig.

1,629 1 4 ,271

Kesimpulan : bobot jenis memperlihatkan data yang homogen

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Lanjutan

3. Uji Independent Samples Test

Tujuan: mengetahui apakah ada atau tidaknya perbedaan pada data daya deterjensi cairan pembersih lantai

Daya Bersih Cairan Pembersih Lantai F3 dan Cairan Pembersih Lantai Komersial

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of

Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

Daya deterjensi Equal variances assumed 1,629 ,271 -7,174 4 ,002 -,235933 ,032889 -,327248 -,144618

Equal variances not assumed

-7,174 3,061 ,005 -,235933 ,032889 -,339425 -,132442

Kesimpulan : terdapat perbedaan bermakna antara kedua cairan pembersih lantai tersebut

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8 Laporan Hasil Uji Antibakteri dari LIPI-Cibinong

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 9. Hasil Uji SNI Cairan Pembersih Lantai dari PT. Sucofindo

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Certificate Of Analysis Bentonit

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 11. Certificate Of Analysis Kaolin

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Certificate Of Analysis Kokoamid Diethanolamin