UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS...

149
UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN TANAH BENTONIT DAN KAOLIN TERHADAP BAKTERI AIR LIUR ANJING SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi AULIA WARDAHANI ERIATNA NIM: 1113102000054 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI JAKARTA SEPTEMBER 2017

Transcript of UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS...

Page 1: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN TANAH

BENTONIT DAN KAOLIN TERHADAP BAKTERI

AIR LIUR ANJING

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

AULIA WARDAHANI ERIATNA NIM: 1113102000054

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA SEPTEMBER 2017

Page 2: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

ii

UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

AKTIVITAS ANTIBAKTERI SABUN TANAH

BENTONIT DAN KAOLIN TERHADAP BAKTERI

AIR LIUR ANJING

SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi

AULIA WARDAHANI ERIATNA NIM: 1113102000054

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI FARMASI

JAKARTA SEPTEMBER 2017

Page 3: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

iii

Page 4: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

iv

Page 5: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

v

Page 6: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

vi

ABSTRAK

Nama : Aulia Wardahani Eriatna

Program Studi : Farmasi

Judul Skripsi : Aktivitas Antibakteri Sabun Tanah Bentonit dan Kaolin terhadap Bakteri Air Liur Anjing

Clay (tanah) yang berasal dari alam memiliki kemampuan adsorpsi dan absorpsi yang dapat dimanfaatkan dalam berbagai kosmetik dan formulasi farmasetik.

Bentonit dan kaolin dapat menghilangkan bakteri dengan cara adsorpsi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri sabun clay padat

bentonit dan kaolin terhadap bakteri air liur anjing. Penelitian ini menggunakan air liur tiga jenis anjing yaitu Pitbull, Herder dan Beagle yang diidentifikasi dan dihitung jumlah bakteri dan dilanjutkan dengan uji aktivitas antibakteri dari

sabun padat tanah pada konsentrasi tanah 5%, 10%, 15% dan 20% menggunakan metode uji dilusi padat dan swab. Hasil uji dilusi padat menunjukkan bahwa

penambahan tanah dalam sabun dapat meningkatkan kemampuan sabun menghambat pertumbuhan bakteri. Semakin tinggi konsentrasi tanah maka semakin rendah pertumbuhan bakteri. Hasil uji swab menunjukkan bahwa pada

penyucian ketujuh, sabun yang mengandung tanah dapat menghilangkan seluruh bakteri air liur anjing. Semakin tinggi konsentrasi tanah maka semakin cepat

proses penghilangan bakteri dari tangan.

Kata kunci: Antibakteri, bentonit, kaolin, dan air liur anjing.

Page 7: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

vii

ABSTRACT

Nama : Aulia Wardahani Eriatna

Program Studi : Pharmacy

Judul Skripsi : Antibacterial Activity of Clay Bentonite and Kaolin Soaps to Bacterial of Dog Saliva

Nature clay has an absorption and adsorption ability, that can be used in various cosmetics and pharmaceutical formulations. That adsorption ability of bentonit

and kaolin can remove bacteria. Therefore, this study conducted to determine an antibacterial activity of solid bentonit and kaolin clay soap against bacteria of dog saliva. Pitbull, Herder and Beagle dog saliva was used to identify and calculate

bacteria. Antibacterial activity test was done by swab and solid dilution method, using solid clay soap with 5%, 10%, 15% and 20% concentrations. Solid dilution

test showed that ability of soap to inhibit bacterial growth increase with addition of clay. The higher clay concentration, the lower bacterial growth. Swab test showed that on seven times sanctification, clay soap can removed all bacteria of

dog saliva. The higher clay concentration, the faster removal bacteria process from the hands.

Keywords: Antibacterial, bentonite, kaolin, and dog saliva.

Page 8: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

viii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyusun skripsi ini hingga selesai. Penulisan skripsi yang berjudul “Aktivitas

Antibakteri Sabun Tanah Bentonit dan Kaolin terhadap Air Liur Anjing”

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi di Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif

Hidayatullah Jakarta.

Skripsi ini tidak mungkin terwujud tanpa adanya dorongan, bimbingan,

semangat, motivasi, bantuan baik moral maupun material serta doa dari berbagai

pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima

kasih kepada:

1. Yuni Anggraeni, M.Farm., Apt. dan Ofa Suzanti Betha, M.Si., Apt sebagai

dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, dukungan, dan saran

dalam penelitian hingga menyusun skripsi.

2. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, S.KM., M.Kes., sebagai Dekan Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah

Jakarta.

3. Dr. Nurmeilis, M.Si., Apt. sebagai Ketua Program Studi Farmasi Fakultas

Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

4. Nelly Suryani, Ph.D., Apt. sebagai pembimbing akademik yang telah

membimbing dan memberikan dukungan dalam menghadapi permasalahan

akademik.

5. Bapak dan Ibu staf pengajar, serta karyawan yang telah memberikan

bimbingan dan bantuan selama menempuh pendidikan di Program Studi

Farmasi Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

6. Kedua orang tua, papa tercinta Bapak Yayat Suyatna dan mama tersayang Ibu

Suherni yang selalu memberikan kasih sayang, dukungan secara moril dan

materi, dan doa yang tiada terhenti senantiasa mengiringi perjalanan hidup

penulis. Adik-adik tersayang Azizia Amalia dan Sulthan Maulana yang telah

memberikan doa, dukungan dan semangat dalam menyelesaikan penulisan

skripsi ini berjalan dengan lancar.

7. Bapak Agus Sumantri dan Bapak Nur yang telah memberikan dukungan,

Page 9: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

ix

bantuan, dan kejasamanya selama penelitian di Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor.

8. Seluruh kakak-kakak laboran Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan

Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Kak Eris, Kak

Rahmadi, Kak Yaenap, Kak Rani, Kak Tiwi, dan Kak Walid yang telah

memberikan dukungan dan kerjasamanya dalam penelitian ini.

9. Sahabat-sahabat Fairytale tercinta, Upi, Aisyah, Marrisa, Lisa, dan Gita yang

telah menjadi keluarga kedua, menghabiskan waktu susah senang bersama

dan mendengarkan segala keluh kesah penulis.

10. Ramaza, Berliana, Asyraq, Tewe, Amel, Auliyani, Yaya, Nuril, Puspa, serta

teman-teman laboratorium yang telah banyak memberikan semangat dan

kebesamaannya dalam penelitian ini.

11. Teman sekosan Ervina dan Ria yang selalu memberikan dukungan dan

semangat dalam menyelesaikan penelitian ini.

12. Teman-teman seperjuangan Farmasi 2013 yang selalu memberikan semangat

dan doa selama ini

13. Semua pihak yang telah membantu penulis selama melakukan penelitian dan

penulisan yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik

dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan skripsi ini. Penulis berdoa

semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis mendapat

balasan dari Allah SWT. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat

bagi pengembangan ilmu pengetahuan.

Ciputat, 5 September 2017

Penulis

Page 10: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

x

DAFTAR ISI

JUDUL...................................................................................................................... ii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................................. iii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING....... Error! Bookmark not defined.

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................ v

ABSTRAK............................................................................................................... vi

ABSTRACT ........................................................................................................... vii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... viii

DAFTAR ISI ............................................................................................................ x

DAFTAR TABEL.................................................................................................. xii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xiii

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv

BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ....................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah.................................................................................. 3

1.3. Tujuan penelitian ................................................................................... 3

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................................. 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. 4

2.1. Anjing .................................................................................................... 4

2.1.1. Sejarah Anjing........................................................................... 4

2.1.2. Klasifikasi Anjing ..................................................................... 4

2.1.3. Air Liur Anjing ......................................................................... 6

2.2. Najis dan Cara Bersuci (Thaharah)........................................................ 8

2.2.1. Pengertian Thaharah ................................................................. 8

2.2.2. Klasifikasi Najis ........................................................................ 8

2.2.3. Cara Menghilangkan dan Membersihkan Najis........................ 9

2.3. Sabun ................................................................................................... 10

2.3.1. Pengertian Sabun..................................................................... 10

2.3.2. Klasifikasi Sabun .................................................................... 11

2.3.3. Prinsip Kerja Sabun ................................................................ 12

2.3.4. Reaksi Penyabunan ................................................................. 13

2.3.5. Formula Sabun ........................................................................ 14

2.4. Clay ...................................................................................................... 17

2.4.1. Bentonit ................................................................................... 20

2.4.2. Kaolin...................................................................................... 20

2.5. Mikroorganisme................................................................................... 21

2.6. Bakteri.................................................................................................. 29

2.7. Antibakteri ........................................................................................... 30

Page 11: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

xi

2.7. Metode Pengujian Antibakteri ............................................................. 32

2.7.1. Metode Difusi ......................................................................... 32

2.7.2. Metode Dilusi.......................................................................... 34

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 36

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian.............................................................. 36

3.2. Alat dan Bahan Penelitian ................................................................... 36

3.2.1. Alat Penelitian ......................................................................... 36

3.2.2. Bahan Penelitian ...................................................................... 36

3.3. Metode Penelitian ................................................................................ 37

3.3.1. Preparasi Sampel Uji............................................................... 37

3.3.1.1. Formulasi Sabun Tanah Padat ................................... 37

3.3.1.2. Pembuatan Sabun Tanah Padat.................................. 37

3.3.2. Preparasi dan Identifikasi Bakteri Air Liur Anjing................. 38

3.3.2.1. Preparasi Air Liur Anjing .......................................... 38

3.3.2.2. Identifikasi Air Liur Anjing ....................................... 38

3.3.3. Preparasi Suspensi Bakteri Air Liur Anjing ........................... 41

3.3.4. Perhitungan Jumlah Total Bakteri Air Liur Anjing ................ 42

3.3.5. Preparasi Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Tanah Padat

Bentonit dan Kaolin terhadap Bakteri Air Liur Anjing

Menggunakan Uji Dilusi Padat................................................ 42

3.3.6. Preparasi Uji Swab Sabun Tanah Padat Bentonit dan Kaolin

terhadap Bakteri Air Liur Anjing ............................................ 43

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 44

4.1. Pembuatan Sabun Tanah Padat............................................................ 44

4.2. Identifikasi Bakteri Air Liur Anjing .................................................... 45

4.3. Perhitungan Jumlah Total Bakteri Air Liur Anjing ............................. 50

4.4. Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Tanah Padat Bentonit dan Kaolin

terhadap Bakteri Air Liur Anjing ........................................................ 51

4.5. Uji Swab Sabun Tanah Padat Bentonit dan Kaolin terhadap Bakteri Air

Liur Anjing .......................................................................................... 53

BAB 5 PENUTUP.................................................................................................. 58

5.1. Kesimpulan .......................................................................................... 58

5.2. Saran .................................................................................................... 58

DAFTAR PUSTAKA ................................................. Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN ........................................................................................................... 59

Page 12: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Komponen Bakteri Air Liur Anjing ..................................................... ....7

Tabel 2.2 Fisikokimia Minyak Kelapa ................................................................ ..14

Tabel 3.1 Formulasi Sabun Tanah ....................................................................... ..37

Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar Darah ... ..46

Tabel 4.2 Pewarnaan Gram dan Uji Biokimia Bakteri Air Liur Anjing Pitbull ... ..46

Tabel 4.3 Pewarnaan Gram dan Uji Biokimia Bakteri Air Liur Anjing Herder…47

Tabel 4.4 Pewarnaan Gram dan Uji Biokimia Bakteri Air Liur Anjing Beagle .. ..47

Tabel 4.5 Hasil Identifikasi Bakteri Air Liur Anjing ........................................... ..50

Tabel 4.6 Total Bakteri pada Air Liur Anjing ...................................................... ..50

Tabel 4.7 Hasil Uji Dilusi Padat Sabun Tanah Bentonit dan Kaolin ................... ..52

Tabel 4.8 Hasil Uji Dilusi Padat Tanah Bentonit dan Kaolin .............................. ..52

Tabel 4.9 Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit dan Kaolin .............................. ..54

Tabel 4.10 Hasil Uji Swab Tanah Bentonit dan Kaolin ....................................... ..56

Tabel 4.11 Hasil Uji Swab dengan Akuades Steril .............................................. ..57

Page 13: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Monomer Sufaktan yang Membentuk Misel.................................... ..13

Gambar 2.2 Proses Netralasi pada Sabun ............................................................ ..13

Gambar 2.3 Proses Saponifikasi pada Sabun ...................................................... ..13

Gambar 2.4 Struktur Kimia Natrium Lauril Sulfat .............................................. ..15

Gambar 2.5 Struktur Kimia Gliserin .................................................................... ..16

Gambar 2.6 Struktur Kimia Butylated Hidroxy Toluene..................................... ..17

Gambar 2.7 Struktur Kimia Kokoamidopropil Betain ......................................... ..17

Gambar 4.1 Sabun Tanah Padat Kaolin ............................................................... ..44

Gambar 4.2 Sabun Tanah Padat Bentonit............................................................. ..45

Page 14: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Skema Prosedur Penelitian ............................................................ ..68

Lampiran 2. Sertifikat Bahan Minyak Kelapa................................................... ..69

Lampiran 3. Sertifikat Bahan Natrium Hidoksida ............................................. ..70

Lampiran 4. Sertifikat Bahan Asam Stearat Lampiran ...................................... ..71

Lampiran 5. Sertifikat Bahan Kokoamidopropil Betain .................................... ..72

Lampiran 6. Sertifikat Bahan Kaolin ................................................................. ..73

Lampiran 7. Data Jumlah Total Bakteri Air Liur Anjing ................................... ..74

Lampiran 8. Data Uji Dilusi Padat Sabun Tanah Bentonit dan Kaolin ............. ..75

Lampiran 9. Data Uji Dilusi Padat Tanah Bentonit dan Kaolin ........................ ..75

Lampiran 10. Data Uji Swab Sabun Tanah Bentonit dan Kaolin ........................ ..76

Lampiran 11. Data Uji Swab Tanah Bentonit dan Kaolin ................................... ..77

Lampiran 12. Data Uji Swab dengan Akuades Steril........................................... ..78

Lampiran 13. Anjing yang Digunakan untuk Penelitian ...................................... ..79

Lampiran 14. Isolasi Bakteri Air Liur Anjing yang Ditumbuhkan di Blood

Agar .............................................................................................. ..79

Lampiran 15. Isolasi Bakteri Air Liur Anjing yang Ditumbuhkan di Mac Conkey

Agar .............................................................................................. ..79

Lampiran 16. Identifikasi Bakteri Air Liur Anjing dengan Uji Biokimia............ ..80

Lampiran 17. Identifikasi Bakteri Air Liur Anjing dengan Pewarnaan Gram .... ..81

Lampiran 18. Hasil Uji Dilusi Padat Kontrol Bakteri.......................................... ..82

Lampiran 19. Hasil Uji Dilusi Padat Tanah Bentonit Konsentrasi 2,5% ............ ..82

Lampiran 20. Hasil Uji Dilusi Padat Tanah Kaolin Konsentrasi 2,5% ............... ..82

Lampiran 21. Hasil Uji Dilusi Padat Tanah Bentonit Konsentrasi 5% ............... ..83

Lampiran 22. Hasil Uji Dilusi Padat Tanah Kaolin Konsentrasi 5% .................. ..83

Lampiran 23. Hasil Uji Dilusi Padat Tanah Bentonit Konsentrasi 7,5% ............ ..83

Lampiran 24. Hasil Uji Dilusi Padat Tanah Kaolin Konsentrasi 7,5% ............... ..84

Lampiran 25. Hasil Uji Dilusi Padat Tanah Bentonit Konsentrasi 10% ............. ..84

Lampiran 26. Hasil Uji Dilusi Padat Tanah Kaolin Konsentrasi 10% ................ ..84

Lampiran 27. Hasil Uji Dilusi Padat Sabun tanpa Penambahan Tanah............... ..85

Lampiran 28. Hasil Uji Dilusi Padat Sabun Tanah Bentonit 5% ........................ ..85

Lampiran 29. Hasil Uji Dilusi Padat Sabun Tanah Kaolin 5% ........................... ..85

Lampiran 30. Hasil Uji Dilusi Padat Sabun Tanah Bentonit 10% ...................... ..86

Lampiran 31. Hasil Uji Dilusi Padat Sabun Tanah Kaolin 10% ......................... ..86

Lampiran 32. Hasil Uji Dilusi Padat Sabun Tanah Bentonit 15% ...................... ..86

Lampiran 33. Hasil Uji Dilusi Padat Sabun Tanah Kaolin 15% ......................... ..87

Lampiran 34. Hasil Uji Dilusi Padat Sabun Tanah Bentonit 20% ...................... ..87

Lampiran 35. Hasil Uji Dilusi Padat Sabun Tanah Kaolin 20% ......................... ..87

Lampiran 36. Hasil Uji Swab Sebelum Penyucian............................................... ..88

Page 15: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

xv

Lampiran 37. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 5% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Pitbull ................................................................................. ..88

Lampiran 38. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 5% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Herder................................................................................ ..89

Lampiran 39. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 5% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Beagle ................................................................................ ..90

Lampiran 40. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 5% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Pitbull ................................................................................. ..91

Lampiran 41. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 5% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Herder................................................................................ ..92

Lampiran 42. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 5% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Beagle ................................................................................ ..93

Lampiran 43. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 10% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Pitbull ................................................................................. ..94

Lampiran 44. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 10% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Herder................................................................................ ..95

Lampiran 45. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 10% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Beagle ................................................................................ ..96

Lampiran 46. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 10% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Pitbull ................................................................................. ..97

Lampiran 47. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 10% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Herder................................................................................ ..98

Lampiran 48. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 10% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Beagle ................................................................................ ..99

Lampiran 49. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 15% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Pitbull ................................................................................. 100

Lampiran 50. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 15% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Herder................................................................................ 101

Lampiran 51. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 15% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Beagle ................................................................................ 102

Lampiran 52. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 15% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Pitbull ................................................................................. 103

Lampiran 53. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 15% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Herder................................................................................ 104

Lampiran 54. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 15% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Beagle ................................................................................ 105

Lampiran 55. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 20% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Pitbull ................................................................................. 106

Lampiran 56. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 20% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Herder................................................................................ 107

Lampiran 57. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 20% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Beagle ................................................................................ 108

Page 16: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

xvi

Lampiran 58. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 20% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Pitbull ................................................................................. 109

Lampiran 59. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 20% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Herder................................................................................ 110

Lampiran 60. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 20% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Beagle ................................................................................ 111

Lampiran 61. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 5% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Pitbull ......................................................................... 112

Lampiran 62. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 5% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Herder........................................................................ 113

Lampiran 63. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 5% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Beagle ........................................................................ 114

Lampiran 64. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 5% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Pitbull ......................................................................... 115

Lampiran 65. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 5% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Herder........................................................................ 116

Lampiran 66. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 5% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Beagle ........................................................................ 117

Lampiran 67. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 10% terhadap Bakteri

Air Liur Anjing Pitbull................................................................... 118

Lampiran 68. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 10% terhadap Bakteri

Air Liur Anjing Herder ................................................................. 119

Lampiran 69. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 10% terhadap Bakteri

Air Liur Anjing Beagle .................................................................. 120

Lampiran 70. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 10% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Pitbull ......................................................................... 121

Lampiran 71. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 10% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Herder........................................................................ 122

Lampiran 72. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 10% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Beagle ........................................................................ 123

Lampiran 73. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 15% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Pitbull ......................................................................... 124

Lampiran 74. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 15% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Herder........................................................................ 125

Lampiran 75. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 15% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Beagle ........................................................................ 126

Lampiran 76. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 15% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Pitbull ......................................................................... 127

Lampiran 77. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 15% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Herder........................................................................ 128

Lampiran 78. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 15% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Beagle ........................................................................ 129

Page 17: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

xvii

Lampiran 79. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 20% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Pitbull ......................................................................... 130

Lampiran 80. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 20% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Herder........................................................................ 131

Lampiran 81. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 20% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Beagle ........................................................................ 132

Lampiran 82. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 20% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Pitbull ......................................................................... 133

Lampiran 83. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 20% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Herder........................................................................ 134

Lampiran 84. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 20% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Beagle ........................................................................ 135

Lampiran 85. Hasil Uji Swab Sabun tanpa Penambahan Tanah terhadap

Bakteri Air Liur Anjing Pitbull ...................................................... 136

Lampiran 86. Hasil Uji Swab Sabun tanpa Penambahan Tanah terhadap

Bakteri Air Liur Anjing Herder..................................................... 137

Lampiran 87. Hasil Uji Swab Sabun tanpa Penambahan Tanah terhadap

Bakteri Air Liur Anjing Beagle ..................................................... 138

Lampiran 88. Hasil Uji Swab dengan Akuades Steril terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Pitbull ................................................................................. 139

Lampiran 89. Hasil Uji Swab dengan Akuades Steril terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Herder................................................................................ 140

Lampiran 90. Hasil Uji Swab dengan Akuades Steril terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Beagle ................................................................................ 141

Page 18: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Salah satu alat yang digunakan untuk bersuci dari najis yakni tanah.

Tanah yang digunakan dalam bersuci memiliki syarat sebagai berikut, yaitu:

tidak mengandung unsur najis, bebas dari kotoran, dan bukan tanah yang telah

digunakan untuk tayamum (Jabatan Kemajuan Islam Malaysia, 2013). Bersuci

dengan menggunakan tanah merupakan cara membersihkan dari najis

mughallazah. Najis mughallazah yakni najis berat berupa semua yang berasal

dari babi maupun anjing. Cara mensucikan najis tersebut dengan cara dicuci

menggunakan air bersih sebanyak tujuh kali dan salah satunya dicampur

dengan tanah.

Tanah diformulasikan dalam sediaan farmasi yaitu sabun untuk

memudahkan kegiatan bersuci dari najis berat. Majelis Ulama Indonesia

mengeluarkan fatwa tahun 2008 yang menyatakan bahwa debu atau tanah

yang digunakan untuk menyucikan najis mughallazah dapat diganti dengan

sabun (Zurinal, 2008). Sabun yang mengandung tanah sudah banyak

diproduksi di negara Malaysia dan Thailand. Fatwa Majlis Kebangsaan Bagi

Hal Ehwal Ugama Islam Kali Malaysia Ke-76 menyatakan bahwa sabun yang

mengandung tanah boleh digunakan untuk menyucikan najis mughallazah.

Hal ini membuktikan adanya perkembangan penggunaan sabun tanah di

Malaysia.

Di Indonesia, sudah mulai dikembangkan produk sabun yang

mengandung tanah untuk penyucian najis mughallazah. Peneliti Anggraeni

(2016) membuat formulasi sabun penyuci najis mughallazah dengan

memvariasikan jenis minyak dan tanah. Tanah yang digunakan yaitu bentonit

dan kaolin dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20%. Sabun yang dibuat

berbentuk padat dan berwarna coklat pada sabun bentonit sedangkan sabun

kaolin berwarna puih. Formula yang menunjukkan karakteristik yang paling

baik dari ketiga formula variasi minyak adalah formula sabun yang

menggunakan minyak kelapa food grade. Namun, karena perbedaan

Page 19: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

2

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

karakteristiknya tidak terlalu signifikan maka dipilih yang lebih ekonomis

yaitu formula yang menggunakan minyak kelapa sawit food grade.

Penggunaan sabun tanah diharapkan mampu memiliki kemampuan dalam

menyucikan najis mughallzah. Tanah itu sendiri memiliki peranan penting lain

yaitu membersihkan unsur-unsur najis seperti mikroorganisme, yaitu bakteri,

virus, maupun jamur. Salah satu contohnya terdapat pada air liur anjing yang

membawa mikroorganisme patogen sehingga sangat merugikan manusia yang

berada di lingkungan sekitarnya. Kontak langsung dengan anjing dapat

memudahkan mikroorganisme patogen berpindah ke manusia melalui

sentuhan kulit, gigitannya, urin, maupun air liur.

Patogen yang ditularkan anjing di antaranya bakteri: Bartonella

alsatica, Brucella canis, dan Capnocytophaga canimorsus, cacing:

Cryptosporidium sp., Toxocara canis, Giardia duodenalis, serta virus rabies

(Stull dkk., 2015). Hal ini didukung hasil penelitian Sivakami, dkk. yang

mengidentifikasi air liur anjing liar dari Thiruvottiyur, Chennai, menunjukkan

bahwa air liur hewan tersebut mengandung beberapa patogen diantaranya

yang paling umum yaitu Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis,

Steptococcus sp., Esherichia coli, Corynebacterium sp. (Sivakami dkk., 2015).

Penelitian ini menggunakan air liur anjing dan hanya mengidentifikasi pada

bakteri yang terdapat di dalamnya.

Bentonit dan kaolin dapat menghilangkan bakteri dengan cara adsorpsi.

Hasil penelitian Alekseeva dkk. yang memodifikasikan matriks hidroksietil

selulosa dan bentonit, menunjukkan bahwa semakin tinggi kadar bentonit pada

matriks HOEC maka semakin besar ukuran zona lisis sehingga semakin besar

aktivitas antimikroba dan fungi (Aleseeva dkk., 2015). Penelitian tersebut

didukung oleh penelitian yang dilakukan Hassouna dkk. yang melakukan

evaluasi efikasi antimikroba dari tanah liat kaolin dan dibentuk dalam Carbon

Nanotubes (CNT) dan Silver Nanoparticles (AgNP) terhadap isolat bakteri

dari air yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tinggi

kadar kaolin dalam CNT dan AgNP maka semakin besar aktivitas antibakteri

(Hassouna dkk., 2016).

Page 20: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

3

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Salah satu hal yang penting dari proses penyucian najis (samak) yaitu

hilangnya patogen di daerah yang terkena najis mughallazah. Sabun yang

mengandung tanah diharapkan memiliki kemampuan untuk membilas patogen

tersebut. Berdasarkan latar belakang tersebut, perlu dilakukan pengujian

antibakteri sabun tanah dari bentonit dan kaolin untuk melihat aktivitas

antibakteri.

1.2. Rumusan Masalah

Permasalahan yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah

“Bagaimana aktivitas antibakteri sabun clay padat bentonit dan kaolin

terhadap bakteri air liur anjing dengan menggunakan uji dilusi padat dan uji

swab?”

1.3. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian yang dilakukan adalah untuk mengetahui aktivitas

antibakteri sabun clay padat bentonit dan kaolin terhadap bakteri air liur

anjing dengan menggunakan uji dilusi padat dan uji swab.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi mengenai

aktivitas antibakteri pada bentonit dan kaolin yang telah dirancang sebagai

sediaan sabun padat. Selain itu, diharapkan bermanfaat bagi masyarakat,

khususnya beragama Islam, dalam pensucian terhadap najis Mughallazah

sehingga lebih mudah dibawa, digunakan, dan praktis untuk menghilangkan

najis

Page 21: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Anjing

2.1.1. Sejarah Anjing

Anjing telah berkembang menjadi ratusan ras dengan berbagai variasi,

tinggi anjing dengan beberapa puluh cm seperti Cihuahua hingga lebih dari

satu meter yaitu Irish Wolhound. Warna bulu yang beraneka ragam antara lain

putih, hitam, merah, abu-abu dan coklat. Anjing juga memiliki berbagai macam

bulu, sangat pendek hingga mencapai beberapa sentimeter. Bulu anjing yang

lurus dan keriting, serta bertekstur kasar hingga lembut (American Kennel

Club, 1992).

Berdasarkan UK Wolf Conservation Trust, anjing masih dihitung

sebagai sub spesialis Grey Wolf (Canis lupus familiaris). Grey Wolf ini

diyakini telah berevolusi sekitar 2,7 tahun yang lalu. Bukti faktor morfologi

dan catatan fosil menunjukkan anjing masih dekat dengan family grey wolf

sekitar 14.000 – 15.000 tahun yang lalu, namun beberapa studi genetik

mengatakan perbedaan jauh lebih tua hingga 135000 tahun yang lalu. Di

bawah ini adalah taksonomi anjing (Case, 1999):

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Subfilum : Vertebrata

Kelas : Mamalia

Ordo : Canidae

Genus : Canis

Spesies : Canis lupus

2.1.2. Klasifikasi Anjing

American Kennel Club (1997) mengklasifikasikan anjing dalam 7

kategori berdasarkan fungsi anjing, antara lain:

Page 22: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

5

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

1. Herding

Anjing penggembala ternak ini memiliki keunggulan yaitu

mengatur gerakan hewan-hewan lain. Jenis herding digunakan para

petani dan peternak menjaga ternak dan formasi kawanan ternak. Anjing

kelompok ini seperti Border Collies, Belgian Malinois. German

Shepherd, Welsh Corgi, Canaan, dan Australian Cattle.

2. Hound

Anjing pemburu (gun dog atau bird dog) hanya memburu hewan

yang merugikan manusia. Anjing pointing breed (penunjuk lokasi

buruan), setter (pencari hewan buruan), spaniel dan retriever (pemungut

buman). Kelompok ini antara lain Basenji, Afghan Hound, Beagle,

Basset Hound, dan Harrier.

3. Sporting

Anjing ini memiliki karakteristik hyperactive. Mereka dibesarkan

untuk melihat dan bereaksi terhadap segala sesuatu, bahkan saat

bergerak. Anjing ini membutuhkan latihan sehari-hari yang penuh

semangat, seperti lari. Bejalan-jalan di sekitar blok tidak cukup.

Kelompok anjing sporting yaitu American Water Spaniel, Brittany,

Chesapeake Bay Retriever, Clumber Spaniel, Cocker Spaniel, dan Curly-

Coated Retriever.

4. Non-Sporting

Beberapa anggota kelompok ini memiliki karakteristik kelompok

working (Keeshond dan Schipperke) sementara yang lain memiliki

karakteristik kelompok sporting (Finlandia Spitz, Poodle dan

Dalmatian). Anggota lain dibiakkan secara khusus untuk hewan penjaga

(ChowChow, Cina Shar-Pei dan Llasa Apso) sementara yang lain

dibiakkan untuk menjadi hewan pendamping atau hadiah (Bichon Frise,

Tibet Spaniel, Boston Terrier, Perancis Bulldog dan Tibet Terrier)

5. Working

Beberapa anjing ini mencoba mendominasi pemiliknya jika

pemilik tidak menunjukkan kuat, adil, dan kepemimpinan yang

konsisten. Mereka sangat posesif terhadap benda seperti mainan mereka,

Page 23: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

6

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pemiliknya, atau bahkan daerah favorit mereka di rumah dan halaman.

Kelompok anjing working antara lain Akita, Alaskan Malamute,

Anatolian Shepherd, Bernese Mountain Dog, Black Russian Terrier, dan

Boxer.

6. Toy

Pelatihan lebih sulit di awal karena anjing bertubuh kecil. Banyak

anjing jenis ini tidak menyadari mereka bertubuh kecil sehingga

berperilaku seolah-olah bertubuh besar. Hal ini menyebabkan mereka

sering berani melawan dan bermain dengan anjing yang jauh lebih besar

ukuan tubuhnya. Kelompok anjing ini antara lain Affenpinscher,

Brussels Griffon, Cavalier King Charles Spaniel, Chihuahua, Chinese

Crested, dan English Toy Spaniel.

7. Terrier

Para pengontrol hama berupa hewan pengerat. Anjing ini memiliki

ciri fisik telinga tegak, berukuran tubuh kecil dan memiliki kaki yang

pendek, sehingga dapat mengejar mangsa yang berada di dalam liang.

Kelompok anjing tersebut antara lain Border terrier, Australian terrier,

Bedington terrier, Bull terrier,dan Irish terrier.

2.1.3. Air Liur Anjing

Air liur anjing yang dihasilkan oleh kelenjar saliva termasuk aksesoris

sistem digestivus atau disebut juga apparatus digestorius. Apparatus digestivus

terdiri dari rongga mulut, pharynx, alimentary canal dan kelenjar aksesorius.

Kelenjar aksesorius terdiri dari gigi, lidah, kelenjar ludah, hati, gallbladder,

pankreas dan kantung anal (Evans, 1993).

Saliva merupakan salah satu dari cairan dalam rongga mulut yang

diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar saliva serta dialirkan ke dalam

rongga mulut melalui saluran. Saliva terdiri dari 98% kandungan air dan

sisanya adalah elektrolit, mukus, dan enzim-enzim (Hasibuan, 1998; Winasa,

1995). Kelenjar saliva terbagi menjadi 2 bagian yaitu kelenjar saliva mayor

yang terdiri dari kelenjar parotid, mandibular, sublingual dan kelenjar

zygomaticus, sedangkan kelenjar saliva minor terdapat pada daerah ventral

Page 24: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

7

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

buccalis (Peter, 1997). Peran saliva sangat besar dalam proses mencegah

terjadinya kerusakan gigi, dengan komposisi saliva yang mengandung zat

organik dan anorganik dengan kadar yang berbeda-beda tergantung masing-

masing kelenjar saliva (Almeida, dkk., 2008). Saliva terdiri dari 95% berupa

cairan dan sisanya merupakan komponen – komponen yang larut dibedakan

atas komponen anorganik elektrolit dan bentuk ion, seperti ion natrium (Na⁺),

kalium(K⁺), magnesium(Mg²⁺), klorida(Cl⁻), dan fosfat, serta komponen

organik terutama protein, musin, lipida, asam lemak, dan ureum (Vasudevan,

2011).

Tabel 2.1 Komponen Bakteri Air Liur Anjing

[Sumber: Elliott et al., 2005]

Page 25: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

8

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.2. Najis dan Cara Bersuci (Thaharah)

2.2.1. Pengertian Thaharah

Menurut Ritonga dan Zainuddin, secara terminologi, thaharah adalah

membersihkan diri dari segala kotoran, baik kotoran jasmani maupun kotoran

rohani. Pengertian menurut syara’ yaitu menghilangkan hadats atau najis, atau

perbuatan yang dianggap dan berbentuk seperti menghilangkan hadats atau

najis tetapi tidak berfungsi untuk menghilangkan hadast atau najis,

sebagaimana basuhan yang kedua dan ketiga, mandi sunah, memperbarui

wudlu, tayammum, dan lain-lainnya yang kesemuanya tidak berfungsi

menghilangkan hadats dan najis (Munawwir, 1997).

Pengertian thaharah menurut istilah dalam kitab Al-Fiqhul ala Madzib

mempunyai beberapa definisi sebagaimana dikemukakan oleh para imam

mazhab berikut ini:

1. Hanafiyyah: thaharah adalah membersihkan hadats dan khobats

2. Malikiyyah: thaharah adalah sifat hukum yang diwajibkan agar bisa

melaksanakan shalat, dengan pakaian yang membawanya untuk

melaksanakan shalat, dan pada tempat untuk melaksanakan shalat.

3. Syafi‟iyyah: thaharah adalah suatu perbuatan yang mengarah untuk

memperbolehkan shalat dari berupa wudhu, membasuh, tayamum, dan

menghilangkan najis.

4. Hanabilah: thahaharah adalah menghilangkan hadats dan apa-apa yang

semacamnya, dan menghilangkan najis

Bersuci dari hadats itu ada tiga macam, yaitu thaharah kubra (mandi),

thaharah shugra (wudhu), dan pengganti keduanya manakala keduanya tidak

dapat dilakukan (tayammum). Sedang bersuci dari najis juga ada tiga macam,

membersihkan diri, menyapu dan memercikkan air (Al-Zuhaily, 2004).

2.2.2. Klasifikasi Najis

Menurut Al-Dimyathy, najis adalah sesuatu yang dianggap kotor.

Sedangkan menurut syara’ adalah sesuatu yang dianggap kotor yang

menghalangi keshahihan shalat. Najis menurut istilah adalah sesuatu yang

kotor sehinga harus dihindarkan atau disucikan ketika hendak mengerjakan

Page 26: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

9

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

ibadah terhadap pakaian, badan dan tempat agar ibadah menjadi sah dan

diterima Allah SWT (Mujieb, dkk., 1994).

Bedasarkan Nawawi Al-Jawi Al-Bantani, najis dapat diklasifikasikan

menjadi tiga macam, antara lain:

1. Najis Mukhafaffah merupakan najis yang ringan, seperti pada air

kencing bayi laki-laki yang berumur kurang dari dua tahun dan belum

makan apa-apa kecuali air susu ibunya.

2. Najis Mutawassithah atau najis sedang, seperti kotoran manusia atau

binatang, air kencing, nanah, darah, bangkai (kecuali bangkai ikan,

belalang, mayat manusia) dan najis-najis lain selain najis ringan dan

berat. Adapun najis sedang ini ini dibai menjadi dua, yaitu: (Rifa’i,

1978)

a. Najis ‘Ainiyyah, yaitu najis yang bendanya berwujud, seperti

darah, nanah, air kencing dan sebagainya.

b. Najis Hukmiyyah, yaitu najis yang bendanya tidak berwujud,

seperti bekas kencing, arak yang sudah kering.

3. Najis Mughallazah atau najis yang berat, seperti najis anjing dan babi

serta turunan dari keduanya.

2.2.3. Cara Menghilangkan dan Membersihkan Najis

Cara menyucikan najis bebeda-beda, tergantung jenis najisnya. Cara

yang lebih banyak dilakukan adalah mencuci atau membasuhnya dengan air,

walaupun telah bersuci dengan tiga batu setelah istinja. Besuci dengan

menggunakan air lebih diutamakan karena air lebih bisa menghilangkan benda

dan bekasnya (‘Umairah, 1997).

Sesuatu yang dikenakan najis dapat dibersihkan kembali dengan cara

tertentu sesuai dengan najis yang mengenainya. Dalam hal ini, ada tiga macam

cara membersihkan najis yaitu: (Nasution, 2001)

1. Menurut jumhur ulama, apabila suatu benda terkena najis yang berasal

dari anjing dan babi, seperti kotorannya, air liurnya dan lain-lain, maka

cara menyucikannya adalah benda itu dicuci dengan air sebanyak tujuh

kali, satu kali diantaranya dicampurkan debu/tanah.

Page 27: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

10

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

يه قال رسول هللا صلى هللا عليه وسلم طهور اناء أحدكم اذا ولغ ف عن أبى هريرة قال

ات أوال هن بالتراب الكلب أن يغسله سبع مر

Dari Abu Hurairah r.a. katanya: "Bersabda Rasulullah s.a.w.:

"Membersihkan bekas yang dijilat anjing, adalah dengan membasuhnya

tujuh kali dan basuhan pertama dicampur dengan tanah" (HR. Muslim).

2. Najis Mutawassitah (pertengahan) yaitu najis yang lain selain najis

ringan dan berat.

a. Najis Hukmiyyah, yaiu najis yang tidak nampak. Cara mencuci

najis ini cukup dengan cara menggalirkan air di atas benda yang

terkena najis tersebut. Apabila tidak hilang setelah digosok-gosok,

maka dimaafkan (Hamid, 2002).

b. Najis ‘Ainiyyah yaitu najis yang terlihat zat, warna, dan baunya.

Menurut Khatib Al-Syarbaini, cara mencuci najisnya dengan

menghilangkan zatnya terlebih dahulu, hingga hilang wujud, bau

dan warnanya. Kemudian menyiram dengan air sampai bersih dan

dikeringkan. Bau dan warna yang sangat sukar hilangnya meskipun

sudah digosok-gosok dapat, maka dimaafkan

3. Najis Mukhafaffah atau najis ringan, misalnya pada kencing laki-laki

yang belum memakan apa-apa selain ASI. Cara menghilangkan najis

tersebut hanya dengan memercikan air pada pakaian yang terkena air

kencing bayi laki-laki tersebut. apabila terkena kencing bayi laki-laki

yang sudah mengkonsumsi makanan, maka harus dicuci. Bila terkena

kencing bayi perempuan, maka pakaian yang terkena air kencing tesebut

haus dicuci baik yang belum maupun sudah mengkonsumsi makanan

(Muhammad, 2001).

2.3. Sabun

2.3.1. Pengertian Sabun

Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi,

terdiri dari dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16

dan natrium atau kalium (Ophardt, 2003). Menurut Standar Nasional Indonesia

Page 28: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

11

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(1994), sabun mandi adalah senyawa natrium dan kalium dengan asam lemak

dari minyak nabati dan atau lemak hewani berbentuk padat, lunak atau cair,

berbusa yang digunakan untuk pembersih, dengan menambahkan zat pewangi

dan bahan lainnya yang tidak membahayakan kesehatan.

Sabun yang biasa digunakan dibuat melalui reaksi saponifikasi dari

minyak dan lemak dengan NaOH atau KOH. Sabun yang dibuat menggunakan

NaOH disebut sabun keras sedangkan sabun yang dibuat menggunakan KOH

disebut sabun lembut atau sabun lembek, sabun mandi biasanya termasuk jenis

sabun keras (Mitsui T, 1997).

2.3.2. Klasifikasi Sabun

Dilihat dari kualitasnya, sabun dibagi menjadi tiga jenis, antara lain:

(Ophardt, 2003)

1. Sabun Kualitas A

Sabun yang dibuat dengan menggunakan bahan dari minyak atau

lemak terbaik dan mengandung sedikit alkali atau tidak mengandung

alkali bebas. Umumnya digunakan sebagai sabun mandi.

2. Sabun Kualitas B

Sabun yang dibuat dengan menggunakan bahan dari minyak atau

lemak kualitas lebih rendah dan mengandung sedikit alkali tetapi tidak

menyebabkan iritasi kulit. Umumnya digunakan pada sabun cuci pakaian

atau piring.

3. Sabun Kualitas C

Sabun yang dibuat dengan menggunakan bahan dari minyak atau

lemak kualitas rendah berwarna gelap dan mengandung banyak alkali.

Sedangkan dilihat dari fisiknya, sabun dibagi menjadi dua jenis, antara

lain (Ophardt, 2003):

1. Sabun Padat atau Hard Soap

Sabun terbuat dari NaOH dan asam lemak rantai pendek yang

memiliki ikatan jenuh (Steve, 2008). Berdasarkan tingkat

transparansinya, sabun padat dikelompokkan menjadi beberapa jenis,

sebagai berikut:

Page 29: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

12

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

a. Sabun opaque yang memiliki tampilan tidak transparan.

b. Sabun translucent yang memiliki tampilan agak transparan.

c. Sabun transparan yang memiliki tampilan sangat transparan.

2. Sabun Cair (Soft Soap)

Sabun yang terbuat dari KOH dan asam lemak rantai pendek ikatan

tak jenuh (Steve, 2008). Definisi sabun cair adalah sediaan pembersih

kulit berbentuk cair yang dibuat dari bahan dasar sabun atau deterjen

dengan penambahan bahan lain yang diizinkan dan digunakan tanpa

menimbulkan iritasi kulit (Standar Nasional Indonesia, 1996).

2.3.3. Prinsip Kerja Sabun

Molekul pada sabun terdiri dari sebagian besar hidrokarbon nonpolar

yang bersifat hidrofobik dan ion karboksilat yang bersifat hidrofilik. Apabila

sabun dilarutkan dalam air, maka ujung hidrofilik ditarik ke dalam air dan

melarutkannya tetapi pada bagian hidrofobik ditolak oleh air sehingga lapisan

terbentuk di atas pemukaan air dan menurunkan tegangan permukaan air. Bila

sabun mengenai barang berlemak atau beminyak (sebagian besar kotoran),

maka bagian molekul sabun terorientasi. Bagian hidofobik membalut kotoran

yang bersifat minyak dan bagian hidofilik tetap larut dalam air (Ashar, 2006).

Beberapa kotoran dapat dihilangkan dengan dengan cara tersolubilisasi dalam

misel yang terbentuk oleh sabun (Mitsui, 1997).

Sifat utama dari bahan dasar sabun harus dapat menurunkan tegangan

pemukaan. Bahan yang dapat menurunkan tegangan pemukaan pada air secara

efektif yaitu surfaktan. Surfaktan berperan penting dalam poses membersihkan

yaitu dengan cara menghilangkan bau dan membentuk emulsi serta mengikat

kotoran dalam bentuk suspensi (Kamikaze, 2002).

Page 30: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

13

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan: Kepala surfaktan (hidofilik) diandai dengan lingkaran hitam. Ekor sufaktan

(hidrofobik) ditandai dengan garis hitam (Yagui, 2005)

Gambar 2.1. Monomer Surfaktan yang Membentuk Misel

[Sumber: Yagui, CO Rangel,. Pessoa Jr A., Tavares LC, 2005]

2.3.4. Reaksi Penyabunan

Sabun dapat dibuat dengan dua cara, antara lain: (Spitz, 1996; Ophardt,

2003)

1. Proses Netralisasi

Proses yang terjadi karena reaksi antara asam lemak dengan alkali.

Proses tersebut tidak menghasilkan gliserol.

Gambar 2.2 Proses Netralisasi pada Sabun [Sumber: Mitsui, 1996]

2. Proses saponifikasi.

Proses saponifikasi terjadi karena reaksi antara trigliserida dengan

alkali yang menghasilkan produk samping berupa gliserol.

Gambar 2.3 Proses Saponifikasi pada Sabun [Sumber: Mitsui, 1996]

Page 31: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

14

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2.3.5. Formula Sabun

Bahan-bahan penyusun sabun terdiri dari dua bagian yaiu bahan dasar

dan bahan tambahan. Bahan dasar terdiri dari pelarut sehingga umumnya

menempati volume yang lebih besar dari bahan lainnya. Bahan dasar memiliki

fungsi utama untuk membersihkan dan menurunkan tegangan permukaan air

(Wasiatmadja, 2007 dalam Gandasasmita, 2006). Bahan tambahan merupakan

bahan yang sengaja ditambahkan untuk memberikan efek-efek tertentu yang

diinginkan seperi melembutkan kulit, aseptis, harum, dan lain-lain (Suani, dkk.,

2002 dalam Gandasasmita, 2006).

Bahan-bahan yang digunakan dalam formula sabun tanah, sebagai

berikut:

1. Minyak Kelapa

Minyak kelapa merupakan salah satu minyak nabati yang paling

penting yang digunakan dalam pembuatan sabun. (Barel, dkk., 2009).

Minyak kelapa adalah minyak lemak yang diperoleh dengan pemerasan

endosperm kering Cocos nucifera L (Departemen Kesehatan RI, 1979).

Minyak ini mengandung asam laurat C12 yang berperan dalam

pembentukan sabun dan pembusaan (Mitsui, 1997).

Tabel 2.2 Fisikokimia Minyak Kelapa

Karakteristik Nilai

Indeks Bias (pada 400C) 1,448

1,450

Bilangan Asam (penetapan dilakukan menggunakan 20 g)

Tidak lebih dari 0,2

Bilangan Iodium 7

11

Bilangan Penyabunan 250

264

Zat Tak Tersabunkan

Tidak lebih dari 0,8%

[Sumber: Departemen Kesehatan RI, 1979]

2. Natrium Lauril Sulfat

Natrium Lauril Sulfat berbentuk sebuk putih, berbusa lembut,

banyak dan tebal, surfaktan yang larut dalam air, kinerja baik dan kuat

Page 32: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

15

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang membersihkan kotoran dan minyak, menghasilkan sediaan yang

memiliki wana yang baik tetapi jika digunakan dalam konsentrasi ttinggi

dapat menyebabkan iritasi kulit (Huning, 1983).

Natrium Lauril Sulfat termasuk kedalam golongan surfaktan

anionik. Natrium Lauril Sulfat (NLS) memiliki panjang rantai karbon 12

dan merupakan salah satu surfaktan yang paling umum. Kombinasi

dengan surfaktan lain dapat meningkatkan kompatibilitas NLS terhadap

kulit sekaligus menghasilkan busa yang lebih baik (Paye, dkk., 2006).

Natrium lauril sulfat (NLS) adalah campuran dari natrium alkil sulfat,

natrium dodesil sulfat, C12H25SO4-Na+, sangat larut dalam air pada

suhu kamar (Attwood, dkk., 2012).

Gambar 2.4 Struktur Kimia Natrium Lauril Sulfat [Sumber: ICF Consulting, 2006]

3. NaOH (Natrium Hidroksida)

NaOH adalah alkali yang paling sering digunakan dalam

pembuatan hard soap, jenis sabun yang paling banyak diproduksi dan

dikonsumsi (Shrivastava, 1982). Natrium hidroksida diperoleh dari

proses hidolisis natrium klorida, sering disebut sebagai kaustik soda atau

soda api. NaOH bersifat korosif serta mudah menghancurkan jaringan

organik yang halus. NaOH memiliki bentuk butiran padat, berwarna

putih, dan memilki sifat higroskopis (Wade & Weller, 1994). Berat

molekul NaOH yaitu 40 dan basa kuat yang larut dalam air dan etanol

(Departemen Kesehatan RI, 1979).

4. Asam Stearat

Asam stearat berupa zat padat keras mengkilat yang menunjukkan

susunan hablur, warna putih atau kuning pucat, mirip lemak lilin; larut

dalam 20 bagian etanol (95%) P, 2 bagian kloroform P, dan 3 bagian eter

P (Departemen Kesehatan RI, 1979). Asam stearat memiliki atom

Page 33: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

16

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

karbon C18 yang merupakan asam lemak jenuh serta berfungi untuk

memberikan konsistensi dan kekerasan pada produk (Mitsui, 1997).

Asam stearat memiliki titik cair pada suhu 69,4°C (Ketaren, 1986).

5. Gliserin

Gliserin atau propan-1,2,3-triol memiliki bobot molekul 92,09.

Gliserin memiliki beberapa manfaat diantaranya sebagai pengawet,

antimikroba, kosolven, emolien, humektan, pelarut, pemanis, dan

plasticizer (Nunez & Medina, 2009). Gliserin memiliki bentuk cairan

jernih, tidak berbau, dan memiliki rasa manis. Gliserin diperoleh dari

hasil samping dalam proses pembuatan sabun atau dari asam lemak

tumbuhan dan hewan (Mitsui, 1997). Serta dapat bercampur dengan air

dan dengan etanol 95% P, praktis tidak larut dalamkloroform P, dalam

eter P dan dalam minyak lemak (Departemen Kesehatan RI, 1979).

Gambar 2.5 Struktur Kimia Gliserin [Sumber: USP, 2009]

6. Butylated Hidroxy Toluene (BHT)

Serbuk hablur bewarna putih, hampir putih, atau padat seperti

malam, bewarna putih kekuningan, dan bau aromatic. BHT sangat larut

dalam aseton, benzena, metanol, toluene, fixed oil, minyak mineral, dan

etanol (95%) P; praktis tidak larut dalam air, gliserin, propilen glikol,

larutan hidroksida alkali, dan dilute aqueous asam mineral. BHT

befungsi sebagai antioksidan untuk minyak dan lemak dengan

konsentrasi 0,02% (Wade and Weller, 1994; Rowe, dkk., 2006).

Page 34: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

17

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Gambar 2.6 Struktur Kimia Butylated Hidroxy Toluene [Sumber: Yehye, dkk., 2012]

7. Kokoamidopropil betain

Menurut Guertechin (2009), betain umumnya digolongkan ke

dalam surfaktan amfoterik, tetapi penggolongan ini tidak tepat karena

surfaktan tersebut tidak pernah dalam bentuk anionik tunggal. Alkil

betain bermuatan positif sehingga dikelompokkan sebagai surfaktan

kationik. Tetapi surfaktan ini memiliki gugus bermuatan negatif dalam

kondisi pH netral dan basa sehingga sering dianggap surfaktan amfoter.

Betain adalah surfaktan dengan sifat pembusa, pembasah, dan

pengemulsi yang baik, khususnya dengan keberadaan surfaktan anionic

(Barel, dkk, 2009). Daya busanya tidak dipengaruhi pH dan kompatibel

dengan surfaktan anionik, kationik, ataupun nonionic (Rieger &Rhein,

1997).

Gambar 2.7 Struktur Kimia Kokoamidopropil Betain

[Sumber: Danov, dkk., 2004]

2.4. Clay

Tanah liat atau clay istilah telah digunakan dalam cara yang berbeda.

Umumnya istilah itu diterapkan untuk sedimen berbentuk butiran halus dan

batuan sedimen. Beberapa didefinisikan sebagai partikel yang kurang dari

1/265 mm (0,004 mm) atau kurang dari 0,002 mm. Ukuran itu dipilih karena

partikel-partikel kecil ini atau lebih kecil tidak dapat diidentifikasi dengan

Page 35: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

18

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

metode optik atau fisik konvensional. Sedimen yang dibuat dari partikel-

partikel halus yang konvensional hanya clay (Nesse, 2012).

Pada teknik difraksi x-ray ditemukan bahwa sebagian besar sedimen

clay-sized terdiri dari kumpulan lapisan mineral silikat, sehingga istilah clay

mineral berasal dari lapisan mineral silikat yang berbutir halus (<0,002 mm).

Terminologi yang digunakan di sini adalah berikut: (Nesse, 2012)

1. Clay merupakan sedimen atau batuan (claystone) yang berukuran kurang

dari 0,002 mm.

2. Clay-sized merupakan patikel yang memiiki dimensi kurang dari 0,002

mm.

3. Clay mineral merupakan lapisan mineral silika terjadi pada fraksi clay-

size, sedimen, sedimen batuan, dan batuan yang lapuk.

4. Agillaceous atau berlempung merupakan batuan atau sedimen yang

mengandung jumlah clay mineral signifikan.

Das (1994), menerangkan bahwa tanah lempung merupakan tanah

dengan ukuran mikronis sampai dengan sub-mikronis yang dari pelapukan

unrsur-unsur kimiawi penyusun batuan. Tanah lempung sangat keras dalam

keadaan kering dan bersifat plastis pada kadar air sedang. Pada kadar air lebih

tinggi lempung bersifat lengket (kohesif) dan sangat lunak. Sifat-sifat yang

dimiliki tanah lempung menurut Hardiyatmo (1992) adalah sebagai berikut:

1. Ukuran butir halus, kurang dari 0,002 mm

2. Permebilitas rendah

3. Kenaikan air kapiler tinggi

4. Bersifat sangat kohesif

5. Kadar kembang susut yang tinggi

6. Proses konsolidasi lambat

Susunan umumnya tanah lempung terdiri dari silikat tetrahedral dan

aluminium oktahedral. Silika dan aluminium secara parsial dapat digantikan

dengan elemen lain dalam kesatuannya, hal ini dikenal dengan substitusi

isomorf.

Definisi clay mineral memiliki persyaratan ukuran, yang merupakan

kriteria non-mineralogical. Berikut beberapa mineral yang termasuk sebagi

Page 36: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

19

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

clay mineral, antara lain kaolinit, smektit, illit, vermikulit, dan klorit. Clay

telah digunakan sejak dahulu dan terus digunakan dalam berbagai produk

industri dan komersial. Beberapa kegunaan dari clay antara lain pelapis dan

pengisi kertas, keramik, kosmetik, produk tahan api, produk bangunan, semen

portland, absorben, makanan sebagai aditif makanan, dan obat-obatan (Nesse,

2012). Bahan clay yang digunakan dalam penilitian adalah bentonit dan kaolin.

Mekanisme kerja clay yaitu dengan cara adsorpsi. Sifat seperti ukuran

partikel koloid, struktur kristal, luas permukaan spesifik tinggi, kapasitas tukar

dan swelling memberikan perilaku rheologi yang optimal dan kapasitas

adsorpsi yang sangat baik dari zat anorganik dan organik. Substitusi ion atau

kekosongan lokasi pada lembar tetrahedral dan atau oktahedral menimbulkan

permukaan bermuatan negatif. Kation bertukar antara lapisan muatan negatif

dan dapat dengan mudah ditukar dengan kation logam lainnya. Secara khusus,

permukaan tanah liat yang bermuatan listrik mengendalikan interaksi dengan

ion lingkungan lainnya, molekul, polimer, mikroorganisme dan partikel (Parolo

dkk., 2011; Moore, 1997).

Dua sumber utama bagi asal usul muatan negatif pada permukaan clay

menurut Kim. H.Tan (1991) yaitu:

1. Adanya subtitusi isomorfik. Proses ini merupakan sumber utama muatan

negatif dalam lempung lapis 2:1. Sebagian dari silikon dalam lapisan

tetrahedral dapat diganti oleh ion yang berukuran sama, yang biasanya

Al³⁺ demikian pula sebagian dari aluminium dalam lembar oktahedral

dapat digantikan oleh Mg²⁺ tanpa mengganggu struktur kristal. Muatan

negatif yang dihasilkan dari proses subtitusi isomorfik tersebut dianggap

sebagai muatan permanen karena tidak berubah dengan berubahnya pH.

Kemudahan terjadinya subtitusi isomorfik tergantung dari ukuran dan

valensi ion-ion yang terlibat.

2. Disosiasi gugus hidrosil yang terbuka. Keberadaan gugus -OH pada tepi

kristal dapat juga mengakibatkan muatan negatif khususnya pada pH

tinggi. Hidrogen dari hidroksil (OHˉ) terurai sedikit dari permukaan

lempung menjadi bermuatan negatif dari ion oksigen. Muatan negatif

tipe ini disebut muatan berubah-ubah atau muatan tergantung pH.

Page 37: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

20

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Sebaliknya proton (H⁺) tidak hanya dapat terdisosiasi dari gugus –OH

(hidroksil) yang terbuka tetapi dapat juga menyerap atau memperoleh

proton, proses ini akan tejadi pada media yang sangat asam (pH rendah)

sehingga dapat menghasilkan muatan positif pada permukaan lempung.

Pada mineral lempung kering, muatan negatif pada permukaan akan

dinetralkan oleh kation-kation lain yang mengelilingi partikel tersebut secara

exchangeable cation akibat adanya perbedaan kekuatan muatan dimungkinkan

antar kation yang ada disekeliling partikel lempung bisa saling mendesak posisi

atau bertukar. Kemanapuan mendesak dari kation-kation dapat dilihat dari

besarnya potensi mendesak sesuai urutan berikut:

Al³⁺ > Ca²⁺ > Mg²⁺ > NH₄⁺ > K⁺ > H⁺ > Na⁺ > Li⁺

Kation Li⁺ tidak dapat mendesak kation lain yang berada dikirinya (Kim. H.

Tan, 1982).

2.4.1. Bentonit

Bentonit dibedakan menjadi 2 golongan berdasarkan kandungan

alumunium silikat hydrous yaitu activated clay dan fuller's Earth. Activated

clay yaitu lempung yang kurang memiliki daya pemucat, namun dapat

ditingkatkan dengan pengolahan tertentu. Fuller's earth digunakan dalam

fulling atau pembersih bahan wool dari lemak. Bentonit merupakan koloid

aluminium silikat terhidrasi terutama yang terdiri dari montmorilonit

(Al2O3.4SiO2.H2O), kemungkinan mengandung kalsium, magnesium dan besi.

Bentonit berupa kristal, mineral seperti clay, tidak berbau, kuning pucat hingga

krem keabu-abuan, berbentuk bubuk halus yang bebas dari gift. Terdiri dari

partikel sekitar 1-2 μm. Bentonit dalam bidang farmasi digunakan untuk

memformulasi suspensi, gel dan sol. Selain itu digunakan untuk

mensuspensikan serbuk dalam sediaan cair dan mempersiapkan basis krim

yang mengandung agen pengemulsi minyak dalam air (Rowe, dkk., 2009).

2.4.2. Kaolin

Kaolin atau tanah liat cina adalah sedimen sisa yang terdiri dari kaolinit

murni. Clay mineral dari kelompok aluminosilikat terhidrasi sebagai produk

Page 38: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

21

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

sisa pelapukan kimia feldspar, terutama dari batu granit. Endapan kaolin

biasanya dibentuk oleh endapan kaolinit setelah adanya perpindahan pendek

oleh air dari granit gneiss, terutama di lingkungan lakustrin. Lapisan kaolin

biasanya terletak di sepanjang danau pasir, lumpur dan batu bara atau gambut.

Kaolin adalah bahan baku mineral yang bernilai untuk pembuatan keramik,

terutama porselen, dan bahan baku dalam produksi kertas (Haldar & Tišljar,

2014).

Kaolin adalah aluminium silikat hidrat alam yang telah dimurnikan

dengan pencucian dan dikeringkan, mengandung bahan pendispersi

(Departemen Kesehatan RI, 1979) dengan rumus kimia Al2O3.2SiO2.2H2O

(Rowe, dkk., 2006). Kaolin berbentuk serbuk ringan, putih, bebas dari butiran

kasar, tidak berbau, dan tidak mempunyai rasa dan licin (Departemen

Kesehatan RI, 1979). Kaolin mengandung mineral yang digunakan dalam

formulasi oral dan topikal di bidang farmasi. Kaolin digunakan sebagai diluen

dalam formulasi tablet dan kapsul, digunakan juga sebagai pembawa suspensi.

Kaolin dapat berfungsi sebagai adsorben, agen pensuspensi, diluen tablet dan

kapsul (Rowe, dkk., 2006).

Kaolin praktis tidak larut dalam dietil eter, etanol (95%), air, pelarut

organik lainnya, asam encer dingin, dan larutan alkali hidroksida. Kaolin

merupakan bahan atau material yang stabil dan tidak beracun (Rowe, dkk.,

2006).

2.5. Mikroorganisme

Bentuk umum mikroorganisme terdiri dari satu sel (uniseluler) seperti

pada bakteri, yeast, dan mikroalga. Bentuk lain dapat berupa filamen atau

benang, yaitu rangkaian sel yang terdiri dari dua atau lebih yang menyambung

seperti rantai. Bentuk benang umum terdapat pada fungi (jamur benang) dan

mikroalga. Bentuk filamen pada kenyataannya dapat berupa filamen-semu dan

filamen-benar. Filamen semu adalah apabila hubungan antara sel satu dengan

lainnya tidak menyatu, seperti pada yeast dan streptomyces. Filamen benar

adalah apabila hubungan satu sel dengan sel lainnya menyatu, baik hubungan

secara morfologis (bentuk sel) ataupun hubungan secara fisiologis (fungsi sel),

Page 39: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

22

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

seperti yang ada pada jamur benang dan mikroalga benang. Bentuk lain yang

perlu diperhatikan adalah koloni dan jaringan semu. Koloni merupakan

gabungan dua sel atau lebih di dalam satu ruang, seperti pada mikroalga.

Koloni pada mikroalga berbeda dengan koloni bakteri (Purnomo, 2005).

Berikut ini klasifikasi mikroorganisme, antara lain:

1. Protozoa

Ukuran dan bentuk protozoa sangat beragam. Beberapa bentuk

lonjong atau membola, memanjang, dan polimorfik atau mempunyai

berbagai bentuk morfologi pada tingkat-tingkat yang berbeda dalam

siklus hidupnya. Ukuran protozoa berbeda-beda, mulai dari berdiameter

1 µm sampai beberapa mm. Amoeba proteus hanya berukuran ± 1 µm,

Ciliata ± 2 mm (Purnomo, 2005).

Protozoa dikelompokkan dalam 4 filum berdasarkan tipe

pergerakannya, yaitu (Pratiwi, 2008):

a. Filum Mastigophora (flagellata), bergerak dengan menggunakan

flagela.

b. Filum Sarcodina, bergerak menggunakan pseudopodia.

c. Filum Ciliophora (Ciliata), bergerak dengan menggunakan silia.

d. Filum Sporozoa, tidak memiliki anggota gerak dan mempentuk

spora.

Protozoa berkembang biak melalui berbagai proses seksual

(perkawinan) dan aseksual (tanpa kawin). Reproduksi aseksual dapat

berlangsung melalui proses pembelahan sel (mitosis) dan bertunas,

dengan hasil anak-anak sel yang berukuran sama atau tidak sama.

Pembelahan sel dapat berlangsung secara melintang maupun membujur.

Reproduksi aseksual protozoa yang umum dengan cara membentuk

tunas. Reproduksi seksual terjadi pada berbagai kelompok protozoa yang

berlangsung karena adanya peleburan dua isi sel menjadi satu yang

kemudian dilanjutkan pembelahan miosis. Pada Ciliata terjadi konjugasi,

yaitu penyatuan antara dua individu yang bersamaan dengan pertukaran

bahan nukleus (Purnomo, 2005).

Page 40: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

23

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

2. Alga

Alga adalah sekelompok organisme autotrof. Alga digolongkan

dalam tumbuhan talus. Alga meliputi organisme bersel satu (uniseluler)

maupun bersel banyak (multiseluler). Ganggang memiliki ukuran

beragam dari beberapa mikrometer sampai kepada bermeter-meter

panjangnya. Organisme ini mengandung klorofil untuk melangsungkan

fotosintesis. Umumnya alga berukuran mikroskopis (Hajoeningtijas,

2012).

Penggolongan alga berdasarkan 6 ciri, yaitu : pigmen, produk

makanan cadangan, flagela, dinding sel, organisasi sel dan reproduksi.

Dasar pembedaan pigmen akan membedakan susunan kimia dan

kandungan masing-masing pigmen yang membedakan warna tubuh alga.

Produk makanan cadangan yang berbeda akan menandakan kandungan

kimia yang berbeda (pati, minyak, protein). Flagela dibedakan

berdasarkan jumlah dan morfologinya, sedangkan dinding sel dibedakan

berdasarkan susunan kimia dan sifat fisiknya (Purnomo, 2005).

a. Devisio Chloro-phycophyta: pigmen berwarna hijau, produk

makanan cadangan berupa karbohidrat dan minyak, non motil (

uniseluler & sel reproduksi motil). Terutama hidup di air tawar

(sebagian laut, darat), satu kloroplas per sel, beberapa perenoid

(tempat pembentukan pati) per kloroplas.

b. Devisio Rhodo-phycophyta: pigmen berwarna merah, produk

makanan cadangan berupa glikogen, non motil, dinding sel

mengandung karagenan.

c. Devisio Chryso-phycophyta: pigmen berwarna coklat keemasan,

produk makanan cadangan berupa karbohidrat dan minyak,

flagela 1 atau 2 atau amoeboid, dinding sel mengandung sisik.

d. Devisio Phaeo-phycophyta: pigmen berwarna coklat, produk

makanan cadangan berupa manitol, flagela 2 lateral tak sama,

dinding sel mengandung asam alginate.

Page 41: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

24

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

e. Devisio Xanto-phycophyta; pigmen berwarna hijau kekuningan,

produk makanan cadangan berupa pati dan minyak, flagela 2 tak

sama apikal.

f. Devisio Bacillario-phycophyta (Diatome): produk makanan

cadangan berupa karbohidrat dan minyak, flagela 1 pada gamet

jantan, dinding sel mengandung silika.

g. Devisio Eugleno-phycophyta: produk makanan cadangan berupa

karbohidrat dan minyak, flagela 1,2 atau 3 yang sama agak apikal,

tak berdinding sel, ada kerongkongan.

h. Devisio Crypto-phycophyta: produk makanan cadangan berupa

pati, flagela 2 tak sama terletak lateral, tak berdinding sel,

sebagian berkerongkongan.

i. Devisio Pyro-phycophyta: produk makanan cadangan berupa pati

dan minyak, flagela 2 terletak lateral menyeret dan melilit.

Alga berkembangbiak secara seksual dan aseksual, meskipun

beberapa diantaranya terbatas berkembangbiak hanya menggunakan

salah satu cara. Reproduksi aseksual dapat berlangsung dengan cara

pembelahan biner, fragmentasi organisme multiseluler, dan

pembentukan spora. Spora yang dibentuk dapat berflagela dinamakan

zoospora atau tidak mempunyai alat gerak disebut aplanospora.

Aplanospora biasanya dibentuk oleh alga darat. Akinet merupakan spora

yang dibentuk dari sel vegetatif yang menebal. Semua alga dapat

melakukan reproduksi seksual. Perkawinan terjadi karena terjadi

konjugasi gamet yang menghasilkan zigot. Jika gamet yang melakukan

konjugasi morfologinya serupa maka proses konjugasinya disebut

isogami dan jika berbeda ukuran ataupun morfologinya maka konjugasi

demikian disebut heterogami (Purnomo, 2005).

3. Monera

a. Cyanobakteri

Dulu Cyanobakteri dikenal dengan nama ganggang biru-

hijau, tersebar luas di seluruh dunia, baik di air tawar maupun air

laut. Cyanobakteri memperoleh energi dari kegiatan fotosintesis

Page 42: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

25

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

aerobik seperti alga, tetapi mempunyai organisasi sel prokariotik.

Oleh karena itu, klorofilnya tidak terdapat dalam kloroplas tetapi

dalam lamela khusus yang disebut tilakoid. Fotopigmennya

berupa klorofil dan fikobiliprotein. Beberapa terdapat sebagai sel

tunggal dan yang lain dapat berupa rantaian sel atau filamen yang

lurus atau bercabang. Reproduksi dapat dengan pembelahan biner,

pembelahan ganda, atau dengan membebaskan eksospora secara

berturut-turut. Bentuk-bentuk filamen dapat berkembangbiak

dengan fragmentasi dengan membebaskan ujung rantai pendek

bersifat motil (dapat bergerak). Beberapa cyanobakteri berbentuk

benang yang sel-selnya dapat menebal disebut heterosista.

Heterosista berfungsi untuk mengubah nitrogen dalam atmosfir

menjadi amoniak sehingga nitrogen menjadi tersedia untuk

metabolisme sel (Purnomo, 2005).

b. Bakteri

Komponen utama genom bakteri adalah sebuah molekul

DNA sirkular untai-ganda atau yang sering kita sebut sebagai

kromosom bakteri. Selain kromosom, banyak bekteri juga

memiliki plasmid, lingkaran-lingkaran DNA yang jauh lebih kecil

lagi (Campbell, 2006).

Ada beberapa bentuk dasar sel bakteri, yaitu bulat (coccus),

batang atau silinder (bacillus), dan spiral yaitu berbentuk batang

melengkung atau melingkar (Pratiwi, 2008).

Sebagian besar bakteri berkembangbiak secara aseksual,

dengan cara memanjangkan sel diikuti dengan pembelahan sel

menjadi dua bagian sel anakan. Pembelahan tersebut disebut

pembelahan biner melintang. Pembelahan biner melintang

merupakan suatu proses reproduksi aseksual. Pembelahan biner

lebih banyak terjadi pada bakteri yang berkaitan dengan tumbuh

manusia. Bakteri-bakteri lain dapat berproduksi dengan proses

pembentukan spora, fragmentasi filamen, dan pertunasan.

Page 43: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

26

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Pelajaran ini akan dibahas lebih lanjut pada bab pertumbuhan

mikroorganisme (Purnomo, 2005).

4. Virus

Virus terkecil memiliki diameter hanya 20 nm - lebih kecil dari

ribosom (Campbell, 2006). Ukuran virus panjang sekitar 1400 nm,

kapsidnya sekitar 80 nm, diameter kapsidnya 10nm–30nm.

Supermikroorganisme ini hanya dapat dilihat melalui scanning atau

transmisi mikroskop elektron (Subandi, 2010). Virus hanya memiliki

satu tipe asam nukleat, tidak memiliki sistem metabolisme sehingga

virus tidak dapat tumbuh dan bereproduksi tanpa adanya sel inang

(Hajoeningtijas, 2012). Struktur virus memiliki kapsid tersusun dari

protein merupakan pelindung asam nukleat dari kerusakan yang

disebabkan oleh enzim perusak DNA. Inti asam nukleat merupakan

genom bakteriofag yang mengandung informasi genetik yang perlu

untuk replikasi partikel bakteriofag yang baru. Bagian pangkal dan ekor

merupakan bagian tempat menempelnya bakteriofag pada titik tertentu

pada bakteri (Subandi, 2010).

Ada dua macam cara reproduksi virus yaitu siklus litik atau siklus

lisogenik. Infeksi secara litik melalui fase-fase berikut ini (Campbell,

2006):

a. Fase adsorbsi dan infeksi

Dengan ujung ekornya fag melekat atau menginfeksi

bagian tertentudari dinding sel bakteri. Virus penyerang bakteri

memiliki enzim lisozim yang berfungsi merusak atau melubangi

dinding sel bakteri, maka seluruh isi fag masuk ke dalam sel

bakteri. Fag kemudian merusak dan mengendalikan DNA sel

bakteri.

b. Fase replikasi

DNA fag mengadakan pembentukan DNA (replikasi)

menggunakan DNA bakteri sebagai bahan, serta membentuk

selubung protein. Maka terbentuklah beratus-ratus molekul DNA

baru virus yang lengkap dengan selubungnya.

Page 44: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

27

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

c. Fase pembebasan virus fag-fag baru/fase lisis

Sesudah fag baru terbentuk, sel bakteri akan pecah (lisis),

sehingga keluarlah fag yang baru. Pembentukan partikel

bakterifag memerlukan waktu 20 menit.

Infeksi secara lisogenik melalui fase-fase berikut ini (Campbell,

2006):

a. Fase adsorbsi dan infeksi

Fag menempel pada tempat yang spesifik. Virus melakukan

penetrasi pada bakteri kemudian mengeluarkan DNAnya pada

tubuh bakteri.

b. Fase penggabungan

DNA virus bersatu dengan DNA bakteri membentuk

profag.

c. Fase pembelahan

Bila bakteri membelah diri, profag ikut membelah sehingga

dua sel anakan bakteri juga mengandung profag di dalam selnya.

Hal ini akan berlangsung terus menerus selama sel bakteri

mengandung profag membelah.

5. Fungi

Ciri-ciri organisme yang dikelompokkan ke dalam Regnum Fungi

adalah eukariotik, tidak memiliki klorofil, tumbuh sebagai hifa atau

sebagai sel khamir, memiliki dinding sel yang mengandung kitin,

bersifat heterotrof, menyerap nutrien melalui dinding selnya dan

mengekspresikan enzim-enzim ekstraseluler ke lingkungan,

menghasilkan spora atau konidia, melakukan reproduksi seksual

dan/atau aseksual (Gandjar dkk., 2006).

Mekanisme reproduksi jamur disebut pembentukan spora. Spora

jamur harus dipikirkan sebagai sesuatu yang analog dengan biji pada

tumbuhan yaitu sebagai alat pertumbuhan, meskipun semua bagian

jamur mampu tumbuh. Spora jamur dapat terbentuk karena proses

perkawinan (seksual) maupun tidak (aseksual). Spora seksual diproduksi

dengan terjadinya peleburan (fusi) dua sel, sedangkan spora aseksual

Page 45: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

28

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

dibentuk oleh satu sel tanpa adanya pembuahan (fertilisasi) oleh individu

kedua. Berdasarkan jumlah sel per individunya, jamur dibedakan

menjadi dua golongan, yakni : jamur satu sel atau khamir (yeast) dan

jamur benang atau hanya disebut 'jamur' saja (Purnomo, 2005).

a. Khamir (Yeast)

Tubuh atau talus khamir berupa sel tunggal. Khamir

bersifat mikroskopik sebagai sel bebas yang sederhana. Biasanya

berbentuk bulat atau lonjong, termasuk sel eukariotik.

Berkembang biak secara seksual maupun aseksual. Cara seksual

yang umum dilakukan yaitu dua sel khamir melebur (fusi)

menjadi sel tunggal berbentuk kantong yang disebut askus. Di

dalam askus terbentuk satu sampai delapan spora, yang disebut

askospora. Dalam kondisi yang cocok, askus akan pecah

selanjutnya askospora akan tumbuh membentuk sel khamir baru

(Purnomo, 2005).

Semua kelompok khamir dapat berkembangbiak secara

aseksual, tetapi tidak semua khamir dapat berkembangbiak secara

seksual. Khamir yang hanya berkembangbiak secara aseksual

dikelompokan ke dalam Deuteromycetes, sedangkan khamir yang

membentuk spora seksual dikelompokan sesuai dengan spora

seksual yang dibentuknya (Purnomo, 2005).

b. Jamur Benang

Jamur benang meliputi : kapang (mold), buduk (mildew),

jamur payung dan sejenisnya (mushroom, champhignon), jamur

karat (rust fungi), jamur jelaga (smuts fungi), jamur bola (puff-

ball fungi), dan jamur mangkok (cup fungi). Tubuh atau talus

jamur benang terdiri dari dua bagian, yaitu bagian vegetatif

berupa benang dan bagian generatif berupa spora. Bagian

vegetatif jamur parasit biasanya berupa benang-benang halus yang

bersekat atau tidak bersekat. Bagian yang berupa benang disebut

hifa dan kumpulan dari hifa disebut miselium. Setiap hifa

lebarnya hanya 2 – 10 µm (Purnomo, 2005)..

Page 46: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

29

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Beberapa jamur dapat membentuk rhizomorf, sklerotium

dan klamidospora sebagai alat pertahanan diri. Jamur mempunyai

dua macam alat perkembangbiakan, yakni seksual (dengan kawin)

dan aseksual (tanpa kawin). Perkembangbiakan aseksual pada

Phycomycetes terjadi dengan pembentukan sporangiospora (spora

yang dibentuk di dalam sporangium) yang dapat berupa zoospora

(sporangiospora yang mempunyai alat gerak dan tidak

mempunyai dinding yang jelas), konidium (sporangium yang

hanya membentuk satu spora), klamidospora (pembulatan sel hifa

dan berdinding tebal (Purnomo, 2005).

2.6. Bakteri

Bakteri berasal dari kata bakterion (Yunani= batang kecil). Klasifikasi

bakteri digolongkan dalam divisio Schizomycetes. Bakteri dari kata latin

bacterium (jamak, bacteria), adalah kelompok dari organisme hidup. Bakteri

sangatlah kecil dan umumnya uniseluler, dengan struktur sel yang relatif

sederhana tanpa nukleus/inti sel, sitoskeleton, dan organel lain seperti

mitokondria dan kloroplas (Dwidjoseputro, 2005). Bakteri merupakan

mikroorganime bersel satu dan berkembang biak dengan cara membelah diri

(aseksual). Ukuran bakteri bervariasi baik penampang maupun panjangnya,

tetapi pada umumnya penampan bakteri adalah sekitar 0,7-1,5 μm dan

panjangnya sekitar 1-6 μm (Jawetz, dkk., 2001).

Bakteri dibagi dalam golongan Gram positif dan Gram negatif

berdasarkan reaksinya terhadap pewarnaan Gram. Perbedaan antara bakteri

Gram positif dan Gram negatif dapat dilihat dari perbedaan dinding sel.

Dinding sel bakteri Gram positif sebagian besar terdiri atas beberapa lapisan

peptidoglikan yang membentuk struktur tebal dan kaku. Kekakuan pada

dinding sel bakteri yang disebabkan karena lapisan peptidoglikan dan ketebalan

peptidoglikan ini membuat bakteri Gram positif resisten terhadap lisis osmotik

(Jawetz, dkk., 2001).

Dinding sel bakteri Gram positif mengandung lapisan peptidoglikan

yang tebal dan asam teikoat. Dinding sel bakteri Gram negatif mengandung

Page 47: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

30

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

lapisan peptidoglikan yang tipis, membran luar yang terdiri dari protein,

lipoprotein, fosfolipid dan lipopolisakarida, daerah periplasma dan membran

dalam. Bakteri Gram negatif terdiri atas satu atau sedikit lapisan peptidoglikan

pada dinding selnya. Selain itu dinding sel bakteri Gram negatif ini tidak

mengandung asam teikoat tetapi mengandung polisakarida dan lebih rentan

terhadap kerusakan mekanik dan kimia. (Jawetz , dkk., 2001).

Berdasarkan bentuk morfologinya bakteri dibagi atas tiga golongan

antara lain (Dwidjoseputro,1990):

1. Golongan Basil

Basil berbentuk serupa batang, silindris. Sebagian besar bakteri

berupa basil. Ukuran bakteri basil ada yang lebarnya 0,2 sampai 2,0 μ

sedangkan panjangnya ada yang 1 sampai 15 μ.

2. Golongan Kokus

Kokus adalah bakteri yang bentuknya bulat. Golongan ini tidak

sebanyak golongan basil. Ukuran bakteri kokus ada yang berdiameter

0,5 μ ada pula yang berdiameter sampai 2,5 μ.

3. Golongan Spiral

Spiral adalah bakteri yang bengkok atau berbengkok-bengkok

serupa spiral. Bakteri yang berbentuk spiral ini tidak banyak terdapat

jika dibandingkan dengan golongan kokus maupun golongan basil.

Istilah pertumbuhan umum digunakan untuk bakteri dan mikroorganisme

lain dan biasanya mengacu pada perubahan di dalam hasil panen sel

(Pertambahan total massa sel) dan bukan pertumbuhan individu organisme.

Inokulum hampir selalu mengandung ribuan organisme Pertumbuhan

menyatakan pertambahan jumlah dan atau masa melebihi yang ada didalam

inokulum asalnya (Michael et al, 2008).

2.7. Antibakteri

Antibakteri merupakan bahan atau senyawa yang khusus digunakan

untuk kelompok bakteri. Antibakteri dibedakan berdasarkan mekanisme

kerjanya, antara lain antibakteri yang menghambat pertumbuhan dinding sel,

antibakteri yang mengakibatkan perubahan permeabilitas membran sel atau

Page 48: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

31

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menghambat pengangkutan aktif melalui membran sel, antibakteri yang

menghambat sintesis protein, serta antibakteri yang menghambat sintesis asam

nukleat sel. Aktivitas antibakteri dibagi menjadi 2 macam yaitu aktivitas

bakteriostatik (menghambat pertumbuhan tetapi tidak membunuh patogen) dan

aktivitas bakterisidal (dapat membunuh patogen dalam kisaran luas) (Brooks,

dkk., 2005).

Berdasarkan Pelczar (1988), mekanisme kerja antibakteri sebagai

berikut:

1. Menghambat sintesis dinding sel

Struktur dinding sel dapat dirusak dengan cara menghambat

pembentukannya atau mengubah dinding sel setelah terbentuk.

2. Mengganggu keutuhan dinding sel

Membran sitoplasma mempertahankan bahan-bahan tertentu di

dalam sel dan mengatur aliran keluar-masuknya bahan-bahan lain.

Membran menjaga integritas komponen-komponen selular. Kerusakan

pada membran tersebut akan mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan

sel atau matinya sel.

3. Menghambat sintesis protein sel

Hidupnya suatu sel bergantung pada terpeliharanya molekul-

molekul protein dan asam nukleat dalam keadaan alaminya. Suatu

kondisi atau substansi yang mengubah keadaan tersebut, yaitu

mendenaturasi protein dan asam-asam nukleat dapat merusak sel tanpa

dapat diperbaiki kembali. Suhu tinggi dan konsentrasi pekat beberapa zat

kimia dapat menyebabkan koagulasi/denaturasi ireversible (tidak dapat

balik) komponen-komponen selular yang vital tersebut.

4. Mengganggu metabolisme sel

Setiap enzim dari berbagai enzim berbeda-beda, di dalam sel ada

yang merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu penghambat.

Banyak zat kimia telah diketahui dapat mengganggu reaksi biokimia.

Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme atau

matinya sel.

5. Penghambatan asam nukleat dan protein

Page 49: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

32

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

DNA, RNA, dan protein memegang peranan penting di dalam

proses kehidupan sel normal. Hal tersebut berarti bahwa gangguan yang

akan terjadi pada pembentukan atau pada fungsi zat-zat tersebut dapat

mengakibatkan kerusakan total pada sel.

2.7. Metode Pengujian Antibakteri

2.7.1. Metode Difusi

1. Cakram

Cara ini merupakan cara yang paling sering digunakan untuk

menentukan kepekaan kuman terhadap berbagai macam obat-obatan. Uji

ini dilakukan dengan menggunakan suatu cakram (paper disc) yang

berfungsi sebagai tempat menampung zat antimikroba. Cakram tersebut

kemudian diletakkan pada lempeng agar yang telah diinokulasikan

mikroba uji, kemudian diinkubasi pada waktu tertentu dan suhu tertentu

sesuai dengan kondisi optimum dari mikroba uji. Pada umumnya, hasil

yang diperoleh dapat diamati setelah inkubasi selama 18-24 jam dengan

suhu 37°C. Hasil pengamatan yang diperoleh berupa ada atau tidaknya

daerah bening yang terbentuk di sekeliling kertas cakram yang

menunjukkan zona hambat pada pertumbuhan bakteri.

Kelebihan metode ini adalah pengerjaannya mudah, tidak

membutuhkan peralatan khusus dan relatif murah. Namun memiliki

kelemahan yaitu ukuran zona bening yang terbentuk tergantung pada

kondisi inkubasi, inokulum, predifusi, dan preinkubasi, serta ketebalan

membran. Metode cakram ini tidak dapat diaplikasikan pada

mikroorganisme yang pertumbuhannya lambat dan bersifat anaerob

obligat (Jawetz, dkk., 1995).

2. Cara Parit (Ditch)

Lempengan agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji

dibuat sebidang parit, parit tersebut berisi zat antibakteri, kemudian

diinkubasi pada waktu dan suhu optimum yang sesuai untuk mikroba uji.

Hasil berupa ada atau tidaknya zona hambat yang terbentuk di sekitar

parit (Jawetz, dkk., 1995).

Page 50: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

33

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3. Cara Sumuran (Hole/Cup)

Lempengan agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji

dibuat suatu lubang, lubang tersebut berisi zat antibakteri, kemudian

diinkubasi pada waktu dan suhu optimum yang sesuai untuk mikroba uji.

Hasil berupa ada atau tidaknya zona hambat yang terbentuk di sekitar

lubang (Jawetz, dkk., 1995).

4. E-test

Metode E-test digunakan untuk mengestimasi MIC (Minimum

Inhibitory Concentration) atau KHM (Kadar Hambat Minimum),

merupakan konsentrasi minimal suatu agen antimikroba untuk dapat

menghambat pertumbuhan mikroorganisme. Metode ini digunakan strip

plastic yang mengandung agen antimikroba dari kadar terendah hingga

tertinggi dan diletakkan pada permukaan media Agar yang telah

ditanami mikroorganisme. Pengamatan dilakukan pada area jernih yang

ditimbulkannya yang menunjukkan kadar agen antimikroba yang

menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada media Agar (Pratiwi,

2008).

5. Gradient Plat Technique

Pada metode ini konsentrasi agen antimikroba pada media agar

secara teoritis bervariasi dari 0 hingga maksimal. Media Agar dicairkan

dan diambahkan uji. Campuran kemudian dituangkan ke dalam cawan

petri dan diletakkan dalam posisi miring. Nutrisi kedua selanjutnya

dituangkan di atasnya. Plate diinkubasi selama 24 jam untuk

memungkinkan agen antimikroba berdifusi dan permukaan media

mengering. Mikroba uji (maksimal 6 macam) digoreskan pada arah

mulai dari konsentrasi tinggi ke rendah. Hasil diperhitungkan sebagai

panjang total pertumbuhan mikroorganisme maksimum yang mungkin

dibandingkan dengan panjang pertumbuhan hasil goresan.

Bila :

X = Panjang total pertumbuhan mikroorganisme yang mungkin

Y = Panjang pertumbuhan aktual

Page 51: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

34

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

C = Konsentrasi final agen antimikroba pada total volume media mg/mL

atau μg/mL,

Maka konsentrasi hambat yaitu:

𝑋. 𝑌

𝐶(

mg

mlatau µ

g

ml)

Hal yang perlu diperhatikan adalah hasil perbandingan yang

didapat dari lingkungan padat dan cair, faktor difusi agen antimikroba

dapat mempengaruhi keseluruhan hasil pada media padat (Pratiwi,

2008).

2.7.2. Metode Dilusi

Metode dilusi disebut metode pengenceran. Metode dilusi (dilution

method) menggunakan senyawa antimikroba dengan kadar yang menurun

secara bertahap, baik dengan media cair atau padat. Pada media yang

diinokulasi mikroba uji, dilarutkan senyawa antimikroba dengan menggunakan

beberapa tingkatan konsentrasi senyawa antimikroba, dan kemudian diamati

pada konsentrasi berapakah senyawa antimikrobia tersebut bersifat

menghambat atau mematikan (Jawetz dkk, 2001). Keuntungan metode ini

dibandingkan dengan metode difusi adalah dapat menentukan Kadar Hambat

Minimum (KHM) atau MIC (Minimum Inhibitory Concentration) (Koneman

dkk., 1997).

Metode dilusi dibedakan menjadi dua, sebagai berikut:

1. Metode Dilusi Cair/Broth Dilution Test

Metode ini mengukur MIC (Minimum Inhibitory Concentration)

atau Kadar hambat minimum (KHM) dan MBC (Minimum Bacteridal

Concentration)atau Kadar Bunuh Minimum (KBM). Cara yang

dilakukan yaitu dengan membuat seri pengenceran agen antimikroba

pada medium cair yang ditambahkan dengan mikroba uji. Larutan uji

agen antimikroba pada kadar terkecil terlihat jernih tanpa adanya

pertumbuhan mikroba uji ditetapkan sebagai KHM tersebut selanjutnya

dikultur ulang pada media cair tanpa penambahan mikroba uji ataupun

Page 52: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

35

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

agen antimikroba, dan diinkubasi selama 18-24 jam. Media cair yang

tetap akan terlihat jernih setelah inkubasi ditetapkan sebagai KBM

(Pratiwi, 2008).

2. Metode Dilusi Padat/Solid Dilution Test

Metode ini serupa dengan metode dilusi cair namun menggunakan

media padat (solid). Pada metode agar dilusi digunakan satu seri plate

agar, masing-masing mengandung konsentrasi larutan uji agen

antimikroba yang berbeda. Setelah inkubasi dapat dilihat hasilnya

dengan membaca kekeruhan pada masing-masing konsentrasi sehingga

bisa ditentukan MIC (Koneman dkk., 1997). Keuntungan metode ini

adalah satu konsentrasi agen mikroba yang diuji dapat digunakan untuk

menguji beberapa mikroba uji (Pratiwi, 2008).

Page 53: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

36

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penelitian II dan

Laboratorium Kimia Obat Program Studi Farmasi Fakultas Kedokteran dan

Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Laboratorium Diagnostik

Bagian Mikrobiologi Medik Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan

Masyarakat Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor.

Waktu penelitian dimulai pada Januari hingga Juni 2017.

3.2. Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1. Alat Penelitian

Alat yang digunakan meliputi timbangan analitik, termometer, vortex,

penjepit kayu, magnetic stirrer, hot plate, batang pengaduk, pipet tetes, kaca

arloji, spatula, cetakan sabun, oven, penangas air, pipet tetes, inkubator

(France Etuves), autoklaf (ALP Ogawa Seiki), jarum ose, api Bunsen,

mikropipet (Thermoscientific), gelas ukur (Pyrex), alumunium foil, dan cotton

swab steril.

3.2.2. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan meliputi bentonit, kaolin (Kamin), gliserin,

natrium hidroksida (Chengdo Huaong), asam stearat (Shadong Bio-

technology), natrium lauril sulfat, kokamidopropil betain (Evonik), butylated

hidroxytoluene, minyak kelapa sawit food grade (MKS-FG), parfum (green

tree oil), aquadest, air liur anjing, media Plate Count Agar (HiMedia), NaCl

fisiologis, media Nutrient Broth (Oxoid), Mueller Hinton Agar (Oxoid), Blood

Agar (Oxoid), Nutrient Agar (Oxoid), Mac Conkey Agar (Oxoid), kristal violet,

lugol, aseton alkohol, safranin, KaOH 3%, H₂O₂ 3%, media TSIA (Oxoid),

media urea (International Biotechnologies Inc), media indol (Oxoid), Simmon’s

Citrate Agar (Oxoid), glukosa (Oxoid), sukrosa (Oxoid), laktosa (Oxoid),

Page 54: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

37

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

maltosa (Oxoid), manitol (Oxoid), reagen kovacs dan buffered pepton water

(Liofilchem).

3.3. Metode Penelitian

3.3.1. Preparasi Sampel Uji

3.3.1.1. Formulasi Sabun Tanah Padat

Formula sabun tanah dibuat dalam satu formula dengan empat

konsentrasi tanah yang berbeda. Tanah yang digunakan yaitu bentonit dan

kaolin.

Tabel 3.1 Formula Sabun Tanah Padat

Bahan Formula

FB1 FB2 FB3 FB4 FK1 FK2 FK3 FK4

MKS-FG 17% 17% 17% 17% 17% 17% 17% 17%

NaOH 30% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15% 15%

Asam Stearat 9% 9% 9% 9% 9% 9% 9% 9%

Kokamidopropil

betain

3% 3% 3% 3% 3% 3% 3% 3%

Natrium Lauril

Sulfat

4% 4% 4% 4% 4% 4% 4% 4%

Bentonit 5% 10% 15% 20% - - - -

Kaolin - - - - 5% 10% 15% 20%

Gliserin 17% 17% 17% 17% 17% 17% 17% 17%

Butylated

Hidroxy Toluene

0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02% 0,02%

Aquadest Add

100%

Add

100%

Add

100%

Add

100%

Add

100%

Add

100%

Add

100%

Add

100%

Keterangan: MKS-FG: minyak kelapa sawit food grade

3.3.1.2. Pembuatan Sabun Tanah Padat

Bahan yang digunakan ditimbang sesuai dengan kebutuhan. Asam

stearat, minyak, BHT dilebur di dalam cawan penguap di atas penangas air

pada suhu 70°C, kemudian ditambahkan larutan NaOH 30% pada suhu 70°C,

diaduk hingga terbentuk campuran yang homogen. Campuran yang telah

terbentuk ditambahkan gliserin, natrium lauril sulfat yang telah dilarutkan

dalam air, kokamidopropil betain, tanah, dan sisa air sedikit demi sedikit pada

suhu yang sama, lalu diaduk hingga homogen. Campuran yang terbentuk

didinginkan hingga suhu 40°- 50°C dan diaduk hingga terbentuk massa yang

Page 55: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

38

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

kental. Sediaan dituangkan ke dalam cetakan yang telah diolesi gliserin, lalu

didiamkan hingga mengeras di dalam lemari pendingin. Sediaan yang

dihasilkan dikeluarkan dari cetakan.

3.3.2. Preparasi dan Identifikasi Bakteri Air Liur Anjing

3.3.2.1. Preparasi Air Liur Anjing

Sampel air liur anjing yang digunakan dari tiga jenis anjing yang

berbeda yaitu Pitbull berumur 2 tahun, Herder berumur 4 tahun, dan Beagle

berumur 5 tahun dengan jenis kelamin jantan. Ketiga anjing berasal dari

Rumah Sakit Hewan Pendidikan Institut Pertanian Bogor, Jawa Barat. Air liur

anjing yang dikumpulkan sebanyak 0,5 ml.

3.3.2.2. Identifikasi Air Liur Anjing

1. Isolasi Bakteri

Sampel air liur anjing sebanyak 0,5 ml dilarutkan dengan

NaCL fisiologis sebanyak 4,5 ml sehingga dihasilkan 5 ml

kemudian ditumbuhkan pada media Blood Agar dan MCA,

media agar dibiarkan memadat kemudian dimasukkan ke dalam

inkubator dengan suhu 37°C selama 24 jam. Selanjutnya,

dilakukan pemisahan koloni yang berbeda dengan cara diambil

dan digoreskan pada media NA menggunakan ose steril lalu

diikubasi pada suhu 37°C selama 24 jam (Hakim, 2008 dengan

modifikasi).

2. Pewarnaan Gram

Pewarnaan Gram bertujuan untuk menentukan sampel

bakteri termasuk ke dalam kelompok bakteri Gram positif atau

bakteri Gram negatif (Kismiyati dkk., 2009). Pewarnaan Gram

dilakukan dari isolat pada media NA. Sampel yang sudah diambil

menggunakan jarum ose, diletakkan pada object glass dan

ditetesi dengan akuades steril. Selanjutnya, difiksasi dengan cara

dilewatkan diatas api. Zat warna yang diberikan adalah kristal

violet dan ditambahkan dengan lugol masing-masing selama 1

Page 56: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

39

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

menit lalu dicuci dengan menggunakan air mengalir. Aseton

alkohol ditambahkan dan dibiarkan selama 20 detik dan segera

dicuci dengan air mengalir. Safranin diberikan dan dibiarkan

selama 1 menit, kemudian dicuci dengan air mengalir dan

dikeringkan. Bakteri diamati menggunakan mikroskop dengan

perbesaran 100 x menggunakan minyak emersi (Hakim, 2008

dengan modifikasi).

3. Uji KOH 3%

Uji KOH dilakukan untuk mengetahui Gram strain dari

bakteri. Pengujian ini menggunakan larutan KOH 3%. Isolat

yang sudah diambil dari media NA dengan menggunakan jarum

ose kemudian diletakkan pada kaca objek dan ditetesi KOH 3%.

Hasil positif ditandai dengan lendir pada kaca objek (Hakim,

2008 dengan modifikasi).

4. Uji Katalase

Uji katalase ini dilakukan untuk membedakan

mikroorganisme yang memiliki enzim katalase yang digunakan

untuk mendegredasi hidrogen peroksida yang bersifat toksik.

(Lay, 1994). Uji katalase menggunakan larutan H₂0₂ 3%. Isolat

yang sudah diambil dari media NA dengan menggunakan jarum

ose kemudian diletakkan pada kaca objek dan ditetesi KOH 3%.

Katalase positif ditandai dengan pembentukan gelembung udara

pada koloni dan sekitarnya (Hakim, 2008 dengan modifikasi).

5. Uji Oksidase

Tujuan uji oksidase adalah untuk mengetahui ada tidaknya

enzim oksidase pada bakteri (Kismiyati dkk., 2009). Uji oksidase

dilakukan dengan diteteskan reagen oksidase pada kertas saring

kemudian dioleskan bakteri pada kertas saring yang telah diberi

reagen. Oksidase positif ditandai dengan meninggalkan warna

biru pada kertas saring dalam beberapa menit (Hakim, 2008

dengan modifikasi).

Page 57: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

40

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Uji Fermentasi Karbohidrat

Uji fermentasi karbohidrat bertujuan untuk mengetahui

kemampuan isolat bakteri dalam menghidrolisis karbohidrat

(Lay, 1994). Uji fermentasi karbohidrat menggunakan glukosa,

sukrosa, laktosa, maltosa dan manitol yang menggunakan

indikator Brom Cresol Purple (BPC) atau Phenol Red (PR)

sebagai indikator pH. Isolat bakteri masing-masing diinokulasi

ke tiap karbohidrat meggunakan ose steril secara hati-hati (tidak

menimbulkan gelembung gas dalam tabung Durham). Lima

tabung karbohidrat tersebut diinkubasi dalam inkubator pada

suhu 37°C selama 24 jam. Hasil yang positif menunjukan adanya

perubahan warna dari merah menjadi jingga dan gelembung gas

yang terperangkap pada tabung durham tersebut (Hakim, 2008

dengan modifikasi).

7. Uji Indol

Uji indol digunakan untuk mengetahui apakah dalam proses

pertumbuhannya bakteri dapat membentuk indol dari asam amino

esential triptofan. (Lay, 1994). Uji indol menggunakan media

semi padat yang kaya triptofan dan reagen Kovacs. Isolat

diinokulasikan ke dalam media semi padat dengan cara

menusukkan needle steril hingga kedalaman 1/2 bagian dari

permulaan media, lalu diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 – 48

jam. Hari kedua ditambahkan reagen Kovacs ke dalam agar semi

padat dan diamati setelah beberapa menit. Uji indol positif

ditunjukkan dengan menghasilkan cincin warna merah pada

permukaan media (Hakim, 2008 dengan modifikasi).

8. Uji Sitrat

Uji sitrat digunakan untuk melihat kemampuan

mikroorganisme untuk menggunakan sitrat sebagai satu-satunya

sumber karbon dan energi (Capuccino dan Sherman, 1992). Uji

sitrat menggunakan media Simmon’s citrate agar. Isolat

diinokulasikan ke dalam media dengan menggunakan goresan

Page 58: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

41

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

pada bagian miring lalu diinkubasi pada suhu 37°C selama 48

jam. Uji sitrat positif ditandai dengan perubahan warna media

dari hijau menjadi biru (Hakim, 2008 dengan modifikasi).

9. Uji Urea

Uji ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri

dalam menghidrolisis urea dengan menggunakan enzim urease

dan mengubah pH media dari pH netral menjadi basa (Lay,

1994). Uji urea menggunakan media padat urea. Isolat

diinokulasikan ke dalam media dengan menggunakan goresan

pada bagian miring lalu diinkubasi pada suhu 37°C selama 12-24

jam. Uji urea positif ditandai dengan perubahan warna media

menjadi merah muda (Hakim, 2008 dengan modifikasi).

10. Uji TSIA

Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar) bertujuan untuk

membedakan jenis bakteri berdasarkan kemampuan memecahkan

dekstrosa, laktosa, sukrosa dan pembebasan sulfida. Selain itu,

uji TSIA berfungsi untuk mengetahui kemampuan bakteri

tersebut menghasilkan gas (Kismiyati dkk., 2009). Uji TSIA

menggunakan semi padat agar. Isolat diinokulasikan ke dalam

media semi padat dengan cara menusukkan needle steril hingga

kedalaman 3/4 bagian dari permukaan media dan menggoreskan

pada bagian miring agar, lalu diinkubasi pada suhu 37°C selama

24 – 48 jam. Uji TSIA positif ditunjukkan dengan adanya

pembentukan gas dan endapan H₂S berwarna hitam pada media

(Hakim, 2008 dengan modifikasi).

3.3.3. Preparasi Suspensi Bakteri Air Liur Anjing

Bakteri air liur anjing yang telah tumbuh di media Nutrient Agar

diambil satu ose lalu dimasukkan ke dalam larutan NaCl fisiologis sebanyak 10

ml. Selanjunya dihomogenkan dengan vortex. Campuran tersebut dibandingkan

dengan larutan Mc Farland I yang setara dengan 3x10⁸ cfu/ml (Widyastutik

dkk., 2013).

Page 59: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

42

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.4. Perhitungan Jumlah Total Bakteri Air Liur Anjing

Suspensi bakteri air liur anjing sebanyak 1 ml dilarutkan dengan NaCl

fisiologis sebanyak 9 ml, kemudian didapatkan hasil pengenceran 10-1,

selanjutnya dilakukan pengenceran 1:100 dengan memindahkan 1 ml dari

pengenceran 10-2 ke dalam larutan NaCl fisiologis sebanyak 9 ml dan

dihomogenkan menggunakan vortex dengan cara yang sama (10-3, 10-4, dan

seterusnya hingga 10-8). Media PCA (Plate Count Agar) sebanyak 10-15 ml

dimasukkan ke dalam masing-masing cawan petri pada suhu 40°-50°C

kemudian media agar dibiarkan memadat. Hasil pengenceran (10-1 hingga 10-8)

dimasukkan ke dalam masing-masing cawan petri sebanyak 0,1 ml, kemudian

disebar di atas media. Cawan petri dimasukkan ke dalam inkubator dengan

suhu 37°C selama 24 jam, dilakukan secara duplo dan dihitung jumlah koloni

dengan standart plate count 30-300 cfu/ml pada kedua cawan petri kemudian

dihitung rata-ratanya (Hakim, 2008).

3.3.5. Preparasi Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Tanah Padat Bentonit

dan Kaolin terhadap Bakteri Air Liur Anjing Menggunakan Uji

Dilusi Padat

Sabun tanah (0%, 5%, 10%, 15%, dan 20%) dilarutkan dengan NaCl

fisiologis (1:1), kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi

Nutrient Broth. Suspensi bakteri ditambahkan pada campuran media dan tanah

tersebut. Kontrol media (KM) dan kontrol bakteri (KB) dimasukan ke dalam

tabung lainnya. Seluruh tabung divortex hingga homogen. Selanjutnya

diinkubasi pada suhu 37°C selama 24 jam pada inkubator. Campuran tersebut

dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian media MHA (Mueller Hinton

Agar) sebanyak 10-15 ml dimasukkan ke dalam cawan petri, lalu

dihomogenkan (metode pour plate). Selanjutnya, diinkubasi pada suhu 37°C

selama 24 jam pada inkubator kemudian dihitung jumlah bakteri yang tumbuh.

Selain sabun tanah, dilakukan uji dilusi padat pada kontrol tanah bentonit dan

kaolin dengan konsentrasi 2,5%, 5%, 7,5%, dan 10% (Atikah, 2013; Dewi,

2010 dengan modifikasi).

Page 60: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

43

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

3.3.6. Preparasi Uji Swab Sabun Tanah Padat Bentonit dan Kaolin

terhadap Bakteri Air Liur Anjing

Suspensi bakteri sebanyak dituangkan ke salah satu telapak tangan

kemudian digosokkan pada kedua telapak tangan. Telapak tangan dicuci

menggunakan sabun bentonit dan kaolin dengan konsentrasi 0%, 5%, 10%,

15%, dan 20% masing-masing sebanyak 1 kali pada pada bilasan pertama dan

diswab, kemudian dicuci menggunakan akuades steril dan diswab kembali

menggunakan cotton swab dengan membentuk lingkaran berdiameter 0,5 cm

(bilasan kedua hingga ketujuh). Cotton swab dimasukkan ke dalam tabung

reaksi yang telah berisi larutan 0,1% buffered pepton water dan dihomogen.

Larutan yang berisi cotton swab diambil dan dimasukkan ke dalam 0,1%

buffered pepton water, kemudian didapatkan hasil pengenceran 10-1. Hasil

pengenceran 10-1 dimasukkan ke dalam cawan petri kemudian media PCA

(Plate Count Agar) sebanyak 10-15 ml dimasukkan ke dalam cawan petri pada

suhu 40°-50°C, lalu dihomogenkan (metode pour plate). Selanjutnya,

diinkubasi selama 24 jam (37°C), kemudian dihitung jumlah bakteri yang

bertahan. Selain sabun tanah, dilakukan uji swab pada kontrol tanah bentonit

dan kaolin dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20% (Hakim, 2008 dengan

modifikasi).

Page 61: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

44

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pembuatan Sabun Tanah Padat

Pembuatan sabun tanah dalam penelitian ini menggunakan variasi

konsentrasi tanah yaitu bentonit dan kaolin. Formula sabun yang digunakan

yaitu uji pendahuluan yang dilakukan oleh Anggraeni (2016). Formula sabun

padat bentonit dan kaolin yang dibuat Anggareni (2016) yang memvariasikan

konsentrasi bentonit dan kaolin. Peneliti membuat sebanyak delapan formula

sabun padat menggunakan variasi konsentrasi tanah serta satu formula tanpa

kandungan kaolin dan bentonit sebagai kontrol negatif. Sabun yang

menggunakan bentonit memiliki warna coklat, sedangkan sabun yang

menggunakan kaolin memiliki warna putih. Sabun tanah yang dibuat berbenuk

padat.

Keterangan: FK1 (a); FK2 (b); FK3 (c); FK4 (d).

Gambar 4.1 Sabun Tanah Padat Kaolin

(a)

(b)

(c)

(d)

Page 62: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

45

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Keterangan: FB1 (a); FB2 (b); FB3 (c); FB4 (d).

Gambar 4.2 Sabun Tanah Padat Bentonit

4.2. Identifikasi Bakteri Air Liur Anjing

Isolasi bakteri dilakukan dengan mengunakan media MCA atau

Mac Conkey Agar dan Blood Agar. Mac Conkey Agar digunakan untuk

mendeteksi dan isolasi bakteri Gram negatif. Media agar ini selektif karena

memiliki konsentrasi garam empedu yang dapat menghambat mikroorganisme

Gram positif (HiMedialabs, 2011). Media Blood Agar digunakan untuk

menumbuhkan dan mengisolasi mikroorganisme yang membutuhkan darah

untuk pertumbuhannya. Agar darah juga digunakan untuk mendeteksi dan

membedakan kemampuan hemolisis bakteri (Mims, 1982; Carter, 1986;

Cheesbrough, 1991).

Tabel 4.1 menunjukkan hasil isolasi bakteri dari ketiga anjing.

Berdasarkan tabel di atas, anjing Pitbull, Herder, dan Beagle masing-masing

memiliki 5 isolat bakteri, 4 isolat bakteri, dan 5 isolat bakteri. Isolat bakteri 1,

4, dan 5 pada anjing Pitbull menghasilkan β-hemolisis yang dapat melisiskan

lengkap sel darah merah dan hemoglobin. Isolat bakteri 1 dan 3 pada anjing

Herder menghasilkan γ-hemolisis yaitu tidak dapat melisiskan darah dan isolat

bakteri 1 pada anjing Beagle menghasilkan α-hemolisis yaitu dapat melisiskan

secara parsial atau sebagian sel darah dan hemoglobin. Hal ini menunjukkan

(a)

(b)

(c)

(d)

Page 63: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

46

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bahwa keenam isolat bakteri merupakan bakteri Gram positif. Sebagian besar

isolat bakteri yang dihasilkan, tumbuh pada media MacConkey Agar yang

selektif pada pertumbuhan bakteri Gram negatif.

Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar Darah

Nama

Isolat

Hasil Uji

MCA Agar Darah

Anjing Pitbull

1 Tidak tumbuh β-hemolisis 2 Tumbuh 3 Tumbuh 4 Tidak tumbuh β-hemolisis 5 Tidak tumbuh β-hemolisis

Anjing Herder 1 Tidak tumbuh γ-hemolisis 2 Tumbuh 3 Tidak tumbuh γ-hemolisis 4 Tumbuh

Anjing Beagle

1 Tidak tumbuh α-hemolisis 2 Tumbuh 3 Tumbuh 4 Tumbuh 5 Tumbuh

Tabel 4.2 Pewarnaan Gram dan Uji Biokimia Bakteri Air Liur Anjing Pitbull

No Identifikasi

Bakteri

Nama Isolat Bakteri

1 2 3 4 5

Karakterisasi Morfologi Mikroskopik 1 Bentuk sel Batang Batang Batang Batang Batang 2 Warna Ungu Merah Merah Ungu Ungu 3 Gram + - - + +

Karakterisasi Biokimia 4 KaOH 3% - + + - - 5 Uji Katalase + - - + + 6 Uji Oksidase + - - + + 7 Fermentasi

Karbohidrat

- Glukosa + + + + +

- Laktosa + + + + +

- Maltosa + + + + +

- Manitol + - - + +

- Sukrosa + + + + + 8 Uji Urea - - - - - 9 TSIA - - - - - 10 Uji Indol - - - - - 11 Uji Sitrat - - - - -

Page 64: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

47

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.3 Pewarnaan Gram dan Uji Biokimia Bakteri Air Liur Anjing Herder

No Identifikasi Bakteri

Nama Isolat Bakteri

1 2 3 4 Karakterisasi Morfologi Mikroskopik

1 Bentuk sel Bulat Batang Bulat Bulat 2 Warna Ungu Merah Ungu Merah 3 Gram + - + -

Karakterisasi Biokimia 4 KaOH 3% - + - + 5 Uji Katalase + + + + 6 Uji Oksidase + + + + 7 Uji Fermentasi

Karbohidrat

- Glukosa + + + +

- Laktosa + + + +

- Maltosa + + + +

- Manitol + + + +

- Sukrosa + + + + 8 Uji Urea + - + + 9 TSIA - - - - 10 Uji Indol - - - - 11 Uji Sitrat - - - -

Tabel 4.4 Pewarnaan Gram dan Uji Biokimia Bakteri Air Liur Anjing Beagle

No Identifikasi

Bakteri

Nama Isolat Bakteri

1 2 3 4 5 Karakterisasi Morfologi Mikroskopik

1 Bentuk sel Bulat Batang Bulat Batang Bulat 2 Warna Ungu Merah Merah Merah Merah 3 Gram + - - - -

Karakterisasi Biokimia

4 KaOH 3% - + + + + 5 Uji Katalase + + + + + 6 Uji Oksidase + + + + + 7 Uji Fermentasi

Karbohidrat

- Glukosa + + + + +

- Laktosa + + + + +

- Maltosa + + + + +

- Manitol + + + + +

- Sukrosa + + + + +

8 Uji Urea + - + - + 9 TSIA - - - - - 10 Uji Indol - - - - - 11 Uji Sitrat - - - - -

Page 65: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

48

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hasil pewarnaan Gram dan uji biokimia pada bakteri air liur anjing

Pitbull, Herder, dan Beagle masing-masing ditunjukkan pada tabel 4.2, 4.3,

4.4. Pewarnaan Gram bertujuan untuk menentukan sampel bakteri termasuk

ke dalam kelompok bakteri Gram positif atau bakteri Gram negatif. Bakteri

Gram positif akan mempertahankan zat pewarna kristal violet sehingga

menghasilkan warna ungu tua. Bakteri Gram negatif akan kehilangan kristal

violet ketika dicuci dengan asetil alkohol, kemudian diberi zat pewarna

safranin menghasilkan warna merah (Pelczar & Chan, 2008).

Uji KOH 3% pada bakteri Gram negatif menghasilkan lendir pada

kaca objek sedangkan pada bakteri Gram positif tidak menghasilkan lendir

pada kaca objek. Kelompok bakteri Gram negatif memiliki komponen

peptidoglikan yang tipis sehingga sel bakteri Gram negatif akan mudah pecah

(Waluyo, 2005). Isolat bakteri 1, 4, dan 5 pada anjing Pitbull, 1 dan 3 pada

anjing Herder, serta 1 pada anjing Beagle tidak menghasilkan lendir dan

berwarna ungu sehingga dikategorikan bakteri Gram positif. Isolat bakteri 2

dan 3 pada anjing Pitbull, 2 dan 4 pada anjing Herder, serta 2, 3, 4, dan 5 pada

anjing Beagle menghasilkan lendir dan berwarna merah sehingga

dikategorikan bakteri Gram negatif.

Uji katalase yang positif ditandai dengan terbentuknya gelembung

udara. Gelembung udara terbentuk karena degradasi H2O2 oleh enzim katalase

menjadi oksigen. H2O2 3% sebagai pereaksi besifat toksik karena

menginaktifasikan enzim dalam sel. Uji oksidase yang bernilai positif

ditandai dengan kertas yang berubah menjadi warna biru. Perubahan warna

menunjukkan adanya enzim oksidase pada bakteri. Isolat bakteri 2 dan 3 pada

anjing Pitbull menghasilkan uji oksidase dan katalase negatif sedangkan isolat

bakteri lainnya menghasilkan uji positif.

Fermentasi karbohidrat dilakukan pada media glukosa, laktosa,

maltosa, manitol, dan sukrosa. Hasil yang positif akan menunjukkan

perubahan warna dari merah menjadi jingga maupun kuning. Motil dan non-

motil pada bakteri dapat diuji dengan menggunakan uji indol. Isolat bakteri

melayang di permukaan agar maka menandakan adanya pergerakan atau

motilitas. Isolat bakteri yang berada di atas permukaan agar, menandakan

Page 66: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

49

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

tidak adanya pergerakan. Uji indol yang bernilai positif akan menghasilkan

cincin warna merah pada permukaan media sebagai pembentukan indol. Hasil

uji indol pada ketiga sampel anjing menunjukkan nilai negatif. Isolat bakteri

anjing Herder dan Beagle melayang di permukaan agar sehingga bakteri

tersebut motil atau dapat bergerak.

Uji TSIA dilakukan untuk melihat pembentukan H₂S dan gas pada

isolat bakteri. Hasil yang bernilai positif ditandai dengan endapan warna

hitam. Isolat bakteri air liur ketiga anjing menunjukkan hasil negatif yaitu

tidak adanya endapan hitam dan gas di agar.

Uji sitrat yang bernilai positif ditandai dengan perubahan warna pada

medium Simmon’s Citrate Agar dari warna hijau menjadi warna biru

sedangkan uji yang bernilai negatif tidak ada perubahan warna. Hal ini

menunjukkan adanya penggunaan sitrat sebagai sumber karbon (Anggraini

dkk, 2016). Isolat bakteri 1, 3, dan 4 pada anjing Herder serta 1, 3, dan 5 pada

anjing Beagle menunjukkan hasil positif yang ditandai perubahan warna agar

menjadi biru.

Uji urea yang menghasilkan nilai positif menunjukkan isolat bakteri

memiliki enzim urease yang dapat memecah urea. Hasil uji isolat bakteri yang

benilai positif ditandai dengan adanya perubahan warna kuning menjadi

merah muda pada media. Isolat bakteri 3 dan 4 pada anjing Herder serta 5

pada anjing Beagle menunjukkan hasil yang positif yaitu adanya perubahan

warna menjadi merah muda.

Berdasarkan hasil uji pewarnaan Gram, uji biokimia dan identifikasi

menggunakan buku Bergey’s Manual of Systematic Bacteriology dan Manual

for the Identification of Medical Bacteria terdapat 6 genus bakteri pada ketiga

sampel anjing. Genus bakteri yang teridentifikasi pada anjing Pitbull yaitu

Bacillus sp.dan Shigella sp. Anjing Herder memiliki 3 genus yang berbeda

yaitu Micrococcus sp., Shigella sp., dan Neisseria sp. sedangkan anjing

Beagle memiliki 3 genus yang berbeda yaitu Micrococcus sp., Pseudomonas

sp., dan Neisseria sp. Genus bakteri yang sama belum tentu memiliki spesies

bakteri yang sama.

Page 67: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

50

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.5 Hasil Identifikasi Bakteri Air Liur Anjing

Nama Isolat Bakteri

Anjing Pitbull 1 Bacillus sp. 2 Shigella sp. 3 Shigella sp. 4 Bacillus sp. 5 Bacillus sp.

Anjing Herder

1 Micrococcus sp. 2 Actinobacillus sp. 3 Micrococcus sp. 4 Neisseria sp.

Anjing Beagle 1 Micrococcus sp. 2 Pseudomonas sp. 3 Neisseria sp. 4 Pseudomonas sp. 5 Neisseria sp.

4.3. Perhitungan Jumlah Total Bakteri Air Liur Anjing

Tabel 4.6 Total Bakteri Air Liur Anjing

Nama Sampel

Hasil Total Pengenceran (cfu/ml) Rata-rata

Total Bakteri (cfu/ml)

10ˉ¹ 10ˉ² 10ˉ³ 10ˉ⁴ 10ˉ⁵ 10ˉ⁶ 10ˉ⁷ 10ˉ⁸

A1 242 230 212 122 39 27 0 0 1,6x10⁷ A2 ∞ 232 200 89 53 38 3 1 4,4x10⁷ A3 ∞ ∞ 280 80 54 3 3 0 1,6x10⁶

Keterangan:

A1: Anjing Pitbull; A2: Anjing Herder; A3: Anjing Beagle;

Wasteson dan Hornes (2009) mengemukakan bahwa tujuan pengenceran

bertingkat adalah memperkecil atau mengurangi jumlah mikroba yang

tersuspensi dalam cairan. Penentuan banyaknya tingkat pengenceran

tergantung perkiraan jumlah bakteri dalam sampel. Tabel 4.6 menunjukkan

hasil dari total bakteri air liur anjing pada ketiga anjing. Rata-rata total bakteri

air liur anjing Pitbull, Herder, Beagle masing-masing yaitu 1,6x10⁷, 4,4x10⁷,

dan 1,6x10⁶ cfu/cm². Air liur anjing Herder memiliki jumlah bakteri tertinggi

sedangkan air liur anjing Beagle memiliki jumlah bakteri terendah.

Page 68: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

51

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

4.4. Uji Aktivitas Antibakteri Sabun Tanah Padat Bentonit dan Kaolin

terhadap Bakteri Air Liur Anjing

Uji potensi aktivitas antibakteri pada bentonit dan kaolin dilakukan

dengan menggunakan metode dilusi. Uji dilusi dilakukan untuk mengamati

aktivitas antibakteri yang kontak langsung dengan mikroorganisme. Clay

(tanah) berbentuk koloid sehingga sukar untuk berdifusi ke dalam agar. Koloid

memiliki nilai difusi yang rendah sehingga metode dilusi tepat untuk

digunakan (Yumike, 2014). Mekanisme kerja dari clay (tanah) yaitu adsorpsi

dan pertukaran kation sehingga perlu adanya kontak langsung antara clay

(tanah) dan bakteri (William dan Haydel, 2010; Galimberti, 2011). Pemilihan

metode dilusi padat dibandingkan dengan dilusi cair karena bentonit dan kaolin

sangat keruh sehingga tidak dapat dibaca oleh spektrofotometer UV-Vis.

Tabel 4.7 menunjukkan bahwa sabun tanah padat dan tanpa penambahan

tanah dapat menghambat bakteri air liur anjing. Hasil uji dilusi padat sabun

tanah dan tanpa tanah menunjukkan jumlah bakteri yang tumbuh di media lebih

sedikit dibandingkan dengan hasil dilusi padat tanah bentonit dan kaolin saja.

Hal ini kemungkinan disebabkan adanya bahan-bahan dalam formula sabun

yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Bahan yang dimaksud yaitu

gliserin dan BHT atau Butylated Hidroxytoluene sebagai antioksidan dalam

formula sabun dengan menghambat proses oksidasi (Anggraini, 2007). Bakteri

mendapatkan sumber energi dari proses oksidasi senyawa organik sehingga

apabila proses oksidasi itu dihambat, bakteri akan kehilangan sumber

energinya. Gliserin dapat berfungsi sebagai antimikroba pada tingkat

konsentrasi < 25% (Rowe, dkk., 2009).

Uji dilusi padat sabun tanpa penambahan tanah menghasilkan jumlah

bakteri yang lebih banyak dibandingkan dengan sabun yang ditambahkan tanah

bentonit dan kaolin. Penelitian ini menunjukkan bahwa bahan tanah yang

ditambahkan dalam pembuatan sabun memiliki kemampuan lebih tinggi untuk

mengurangi jumlah bakteri yang tumbuh. Penambahan konsentrasi tanah dapat

meningkatkan kemampuan sabun untuk menahan pertumbuhan bakteri.

Semakin tinggi konsentrasi bentonit dan kaolin maka semakin rendah bakteri

yang tumbuh di media agar.

Page 69: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

52

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.7 Hasil Uji Dilusi Padat Sabun Tanah Bentonit dan Kaolin

Keterangan:

KM: Media yang tidak diberi bakteri; KB: Media yang diberi bakteri; A1:

Anjing Pitbull; A2: Anjing Herder; A3: Anjing Beagle; KM: Kontrol media;

KB: kontrol bakteri; FS0: Sabun tanpa bentonit dan kaolin; FB1: Sabun bentonit

konsentrasi 5%; FK1: Sabun kaolin konsentrasi 5%; FB2: Sabun bentonit

konsentrasi 10%; FK2: Sabun kaolin konsentrasi 10%; FB3: Sabun bentonit

konsentrasi 15%; FK3: Sabun kaolin konsentrasi 15%; FB4: Sabun bentonit

konsentrasi 20%; FK4: Sabun kaolin konsentrasi 20%; ∞: Tidak terhingga.

Tabel 4.8 Hasil Uji Dilusi Padat Tanah Bentonit dan Kaolin

Sampel Jumlah Bakteri (x10⁶ cfu/ml)

A1 A2 A3

KM 0 0 0 KB ∞ ∞ ∞ TB1* ∞ ∞ ∞ TB2* ∞ ∞ ∞ TB3* ∞ ∞ ∞ TB4* ∞ ∞ ∞ TK1* ∞ ∞ ∞ TK2* ∞ ∞ ∞ TK3* ∞ ∞ ∞ TK4* ∞ ∞ ∞

Keterangan:

KM: Media yang tidak diberi bakteri; KB: Media yang diberi bakteri; A1:

Anjing Pitbull; A2: Anjing Herder; A3: Anjing Beagle; TB1*: Tanah bentonit

konsentrasi 2,5%; TK1*: Tanah kaolin konsentrasi 2,5%; TB2*: Tanah bentonit

konsentrasi 5%; TK2*: Tanah kaolin konsentrasi 5%; TB3*: Tanah bentonit

konsentrasi 7,5%; TK3*: Tanah kaolin konsentrasi 7,5%; TB4*: Tanah bentonit

konsentrasi 10%; TK4*: Tanah kaolin konsentrasi 10%; ∞: Tidak terhingga.

Selain sabun tanah dan tanpa penambahan tanah, uji dilusi padat

dilakukan pada kontrol tanah bentonit dan kaolin saja. Tabel 4.8 menunjukkan

hasil uji dilusi padat tanah bentonit dan kaolin. Hasil uji dilusi padat tanah

Sampel Jumlah Bakteri (x10⁶ cfu/ml)

A1 A2 A3 KM 0 0 0 KB ∞ ∞ ∞ F0 172 106 128 FB1 87 77 47 FB2 50 38 47 FB3 26 38 28 FB4 21 20 13 FK1 90 88 116 FK2 38 41 60 FK3 37 40 40 FK4 29 18 17

Page 70: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

53

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

bentonit dan kaolin adalah bakteri yang tumbuh di media berjumlah tidak

terhingga. Penelitian ini menunjukkan bahwa tanah kaolin dan bentonit tidak

dapat menghambat maupun membunuh bakteri air liur anjing. Hal ini sejalan

dengan penelitian Hassouna dkk. (2016) bahwa natural clay tidak dapat

menghambat pertumbuhan bakteri

4.5. Uji Swab Sabun Tanah Padat Bentonit dan Kaolin terhadap Bakteri

Air Liur Anjing

Tabel 4.9 menunjukkan hasil uji swab sabun tanah padat bentonit dan

kaolin. Hasil uji swab sabun tanah sebanyak tujuh kali penyucian menunjukkan

tidak adanya bakteri yang tertinggal di tangan. Penyucian menggunakan sabun

clay bentonit dan kaolin dengan konsentrasi 15% dan 20% dari awal penyucian

dapat menghilangkan seluruh bakteri air liur anjing pada tangan. Standar

perhitungan bakteri menggunakan metode swab didasarkan pada penelitian

yang dilakukan Sneed dkk. (2004), hasil total plate count dikategorikan baik

apabila jumlah cemaran sebanyak < 20 cfu/cm². Sabun tanah padat bentonit

dan kaolin yang digunakan untuk penyucian bakteri air liur anjing

dikategorikan baik karena jumlah bakteri yang tumbuh di media sebanyak < 20

cfu/cm².

Penyucian dengan menggunakan sabun tanpa penambahan clay tidak

mampu membilas seluruh bakteri air liur anjing hingga tujuh kali penyucian.

Ini menunjukkan bahwa penambahan tanah dapat meningkatkan kerja sabun

untuk membilas bakteri. Semakin tinggi konsentrasi tanah maka akan semakin

banyak jumlah bakteri yang hilang pada penyucian awal. Kerja tanah (clay)

yang dapat mengikat bakteri dengan cara adsorpsi dan pertukaran kation,

meningkatkan pembilasan bakteri di tangan.

Sabun yang dibuat pada penelitian ini merupakan sabun berbasis

minyak dan surfaktan. Mekanisme pembersihan sabun adalah dengan

menurunkan tegangan antarmuka antara kotoran dan pemukaan kulit. Surfaktan

akan membentuk misel dengan kotoran yang terjebak di dalamnya, sehingga

ketika pembilasan misel akan terbawa oleh air dan kotoran akan ikut terbawa.

Page 71: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

54

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.9 Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit dan Kaolin

Keterangan:

0*: Tanpa penyucian; ∞: Tidak terhingga; A1: Anjing Pitbull; A2: Anjing

Herder; A3: Anjing Beagle; FS0: Sabun tanpa bentonit dan kaolin; FB1: Sabun

bentonit konsentrasi 5%; FK1: Sabun kaolin konsentrasi 5%; FB2: Sabun

bentonit konsentrasi 10%; FK2: Sabun kaolin konsentrasi 10%; FB3: Sabun

bentonit konsentrasi 15%; FK3: Sabun kaolin konsentrasi 15%; FB4: Sabun

bentonit konsentrasi 20%; FK4: Sabun kaolin konsentrasi 20%.

Sampel Penyucian Jumlah Bakteri (cfu/cm²)

A1 A2 A3

0* - ∞ ∞ ∞ F0 1 2,2x10³ 1,6x10³ 1,3x10³ 3 9,6x10² 1,3x10³ 9,6x10² 5 <300 9,6x10 9,6x10² 7 <300 <300 0

FB1 1 <300 1,6x10³ 1,6x10³ 3 <300 1,3x10³ <300 5 <300 0 0 7 0 0 0 FB2 1 <300 <300 <300 3 <300 0 0 5 0 0 0 7 0 0 0 FB3 1 0 0 0 3 0 0 0 5 0 0 0 7 0 0 0 FB4 1 0 0 0 3 0 0 0 5 0 0 0 7 0 0 0 FK1 1 1,3x10³ 2,6x10³ <300 3 <300 <300 0 5 <300 0 0 7 0 0 0 FK2 1 <300 <300 <300 3 0 <300 0 5 0 0 0 7 0 0 0 FK3 1 0 0 0 3 0 0 0 5 0 0 0 7 0 0 0 FK4 1 0 0 0 3 0 0 0 5 0 0 0 7 0 0 0

Page 72: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

55

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Selain sabun tanah dan tanpa penambahan tanah, uji swab dilakukan

pada kontrol tanah bentonit dan kaolin saja. Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji

swab tanah bentonit dan kaolin terhadap bakteri air liur anjing. Hasil uji swab

tanah bentonit dan kaolin sebanyak tujuh kali penyucian menunjukkan tidak

adanya bakteri yang tertinggal di tangan. Penyucian dengan kaolin konsentrasi

20% pada awal penyucian dapat menghilangkan seluruh bakteri air liur anjing

Beagle.

Tanah bentonit dan kaolin yang digunakan untuk penyucian bakteri air

liur anjing dikategorikan baik karena jumlah bakteri yang tumbuh di media

sebanyak < 20 cfu/cm². Clay atau tanah mampu membilas bakteri dengan cara

adsorpsi dan petukaran kation. Clay atau tanah memiliki kapasitas tukar kation

(KTK) yaitu kemampuan kapasitas tanah untuk menyerap dan mempertukarkan

kation (Galimberti, 2011).

Tanah dengan konsentrasi 15% tanpa diformulasikan menjadi sabun

belum mampu membilas seluruh bakteri air anjing di awal penyucian

sedangkan sabun tanah padat dengan konsentrasi 15% sudah mampu membilas

seluruh bakteri air liur anjing dari awal penyucian. Bahan tanah yang

ditambahkan pada pembuatan sabun memiliki kemampuan lebih tinggi dalam

menghilangkan bakteri dibandingkan dengan tanah tanpa diformulasikan

menjadi sabun. Ini disebabkan adanya surfaktan yang membantu membilas

bakteri pada tangan dan gliserin yang dapat berfungsi sebagai antimikroba pada

konsentrasi < 25% (Rowe, dkk., 2009).

Galimberti (2011) menyatakan bahwa bentonit yang sebagian besar

terdiri dari montmorillonit memiliki KTK sebesar 80 - 120 mek / 100 gram

sedangkan kaolin yang sebagian besar terdiri dari kaolinit memiliki KTK

sebesar 3 - 15 mek / 100 gram. KTK atau kapasitas tukar kation adalah

kemampuan kapasitas tanah untuk menyerap dan mempertukarkan kation.

Semakin besar KTK clay maka semakin besar ikatan ion antara ion negatif

permukaan clay dengan ion positif dinding sel bakteri dan semakin mudah

bertukarnya kation dengan bakteri.

Page 73: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

56

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Tabel 4.10 Hasil Uji Swab Tanah Bentonit dan Kaolin

Keterangan:

0*: Tanpa penyucian; ∞: Tidak terhingga; A1: Anjing Pitbull; A2: Anjing

Herder; A3: Anjing Beagle; TB1: Tanah bentonit konsentrasi 5%; TK1: Tanah

kaolin konsentrasi 5%; TB2: Tanah bentonit konsentrasi 10%; TK2: Tanah

kaolin konsentrasi 10%; TB3: Tanah bentonit konsentrasi 15%; TK3: Tanah

kaolin konsentrasi 15%; TB4: Tanah bentonit konsentrasi 20%; TK4: Tanah

kaolin konsentrasi 20%.

Partikel-partikel tanah lempung atau clay umumnya mempunyai muatan

negatif pada permukaannya (Hardiyatmo, 1992). Interaksi clay (tanah) dan

bakteri adalah dengan gaya elektrostatistik yaitu gaya tarik menarik antara

muatan negatif permukaan clay dan muatan positif dinding sel bakteri. Bakteri

Sampel Penyucian Jumlah Bakteri (cfu/cm²)

A1 A2 A3

0* - ∞ ∞ ∞ TB1 1 9,6x10² 2,6x10³ 2,6x10³ 3 <300 <300 <300 5 <300 <300 0 7 0 0 0 TB2 1 <300 1,3x10³ 1,3x10 3 <300 0 <300 5 0 0 0 7 0 0 0 TB3 1 <300 9,6x10² 9,6x10² 3 0 <300 <300 5 0 0 0 7 0 0 0 TB4 1 <300 <300 <300 3 0 0 <300 5 0 0 0 7 0 0 0

TK1 1 1,2x10³ 3,5x10³ <300 3 <300 <300 <300 5 <300 <300 <300 7 0 0 0 TK2 1 <300 1,3x10³ <300 3 0 <300 0 5 0 0 0 7 0 0 0 TK3 1 1,3x10³ 9,6x10² <300 3 <300 <300 0 5 0 0 0 7 0 0 0 TK3 1 <300 <300 0 3 0 0 0 5 0 0 0 7 0 0 0

Page 74: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

57

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

memiliki ion Ca2+ dan Mg2+ yang berfungsi menghubungkan lipopolisakarida

pada dinding sel bakteri gram negatif, sedangkan pada bakteri gram positif

kation ini berfungsi menghubungkan asam teikoatnya (Nikaido dan Vaara,

1985).

Tabel 4.11 Hasil Uji Swab dengan Akuades Steril Pencucian Jumlah Bakteri (cfu/cm²)

A1 A2 A3 -* ∞ ∞ ∞ 1 ∞ ∞ ∞ 3 2,2x10⁴ 6,4x10³ 1,9x10⁴ 5 1,3x10³ 1,9x10³ <300 7 <300 9,6x10² <300

Keterangan:

0*: Tanpa penyucian; ∞: Tidak terhingga.

Selanjunya, uji swab dilakukan dengan menggunakan kontrol akuades

steril saja tanpa menggunakan tanah pada salah satu penyucian. Tabel 4.11

menunjukkan bahwa penyucian dengan menggunakan akuades steril saja tidak

dapat menghilangkan bakteri yang berasal dari air liur anjing. Jumlah bakteri

yang tertinggal lebih banyak dibandingkan dengan menggunakan tanah, sabun

yang ditambahkan tanah maupun tanpa tanah. Hal ini menunjukkan bahwa

penyucian yang hanya menggunakan air sebanyak tujuh kali tidak cukup untuk

menyuci najis mughallazah. Penggunaan tanah atau clay sangatlah penting

untuk proses pembilasan bakteri. Frekuensi pembilasan membantu mengurangi

jumlah bakteri. Semakin banyak frekuensi pembilasan maka semakin sedikit

bakteri yang tertinggal.

Page 75: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

58

BAB 5

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode dilusi padat

menunjukkan penambahan tanah dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%,

dan 20% dalam sabun dapat mengurangi jumlah pertumbuhan bakteri

air liur anjing. Semakin tinggi konsentrasi tanah maka semakin rendah

pertumbuhan bakteri.

2. Uji swab menunjukkan bahwa sabun yang mengandung tanah dengan

konsentrasi 5%, 10%, 15%, dan 20% hingga tujuh kali penyucian dapat

menghilangkan seluruh bakteri air liur anjing. Semakin tinggi

konsentrasi tanah maka semakin cepat proses pembersihan tangan dari

bakteri.

3. Kemampuan sabun tanah membersihkan bakteri lebih baik daripada

tanah saja dan sabun tanpa tanah.

4. Uji aktivitas antibakteri menggunakan metode dilusi padat dan swab

membuktikan bahwa sabun tanah dapat digunakan sebagai bahan

penyuci najis mughallazah dan dicuci dengan air sebanyak tujuh kali

yang sebagaimana telah dikutip dari Hadist Nabi yang diriwayatkan

oleh Muslim.

5.2. Saran

1. Melakukan pengujian aktivitas antibakteri terhadap DNA bakteri air

liur anjing.

2. Melakukan pengujian aktivitas antibakteri terhadap bakteri lain.

3. Melakukan pengujian aktivitas antibakteri menggunakan jenis tanah

atau clay selain bentonit dan kaolin.

Page 76: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

59

Lampiran 1. Skema Prosedur Penelitian

Pembuatan Sabun

Pengambilan Sampel

Uji Aktivitas

Antibakteri

Identifikasi Bakteri pada

Sampel

Perhitungan Jumlah Total

Bakteri pada Sampel

Uji Dilusi Padat pada

Tanah dan Sabun Clay

Uji Swab pada Tanah

dan Sabun Clay

Pewarnaan Gram Uji Biokimia

Page 77: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

60

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 2. Sertifikat Bahan Minyak Kelapa

Page 78: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

61

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 3. Sertifikat Bahan Natrium Hidroksida

Page 79: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

62

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 4. Sertifikat Bahan Asam Stearat

Page 80: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

63

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 5. Sertifikat Bahan Kokoamidopropil Betain

Page 81: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

64

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 6. Sertifikat Bahan Kaolin

Page 82: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

65

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 7. Data Jumlah Total Bakteri Air Liur Anjing

Pengulangan 1

No Nama Sampel

Hasil Total Pengenceran (cfu per cawan)

10ˉ¹ 10ˉ² 10ˉ³ 10ˉ⁴ 10ˉ⁵ 10ˉ⁶ 10ˉ⁷ 10ˉ⁸ 1 Anjing 1

(Pitbull) 243 230 205 120 39 22 0 0

2 Anjing 2

(Herder) ∞ 235 205 89 54 42 2 1

3 Anjing 3 (Beagle)

∞ ∞ 280 81 56 3 2 0

Pengulangan 2

No Nama

Sampel

Hasil Total Pengenceran (cfu per cawan)

10ˉ¹ 10ˉ² 10ˉ³ 10ˉ⁴ 10ˉ⁵ 10ˉ⁶ 10ˉ⁷ 10ˉ⁸ 1 Anjing 1

(Pitbull) 241 230 219 123 38 31 0 0

2 Anjing 2 (Herder)

∞ 229 195 91 52 34 4 0

3 Anjing 3

(Beagle) ∞ 289 280 78 51 3 3 0

Perhitungan Rata-Rata Total Bakteri Air Liur Anjing

Rumus: (Capuccino dan Sherman, 2008)

K = (𝑎 𝑥 10𝑒)+ (𝑏 𝑥 10𝑓)+ (𝑐 𝑥 10𝑔)+ ….𝑑𝑠𝑡

𝑛

Keterangan:

K : Banyak koloni (cfu/ml)

a,b,c : Jumlah koloni bakteri

e,f,g : Faktor pengenceran

n : Banyaknya data

Contoh Perhitungan rata-rata total bakteri air liur anjing Pitbull pada pengulangan

pertama:

K = (242 𝑥 101 )+ (230 𝑥 102 )+ (212 𝑥 103 )+ (122 𝑥 104 )+ (39 𝑥 101 )

5

= 16. 337. 420 cfu/ ml ≈ 1,6 x 10 ⁷ cfu/ml

Page 83: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

66

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 8. Data Uji Dilusi Padat Sabun Tanah Bentonit dan Kaolin

No Perlakuan

Jumlah Bakteri (x10⁶ cfu per cawan)

A1 A2 A3

Uji 1 Uji 2 Uji 1 Uji 2 Uji 1 Uji 2

1 FS0 170 174 106 105 127 128

2 FB1 86 88 76 78 46 48

FK1 92 88 86 89 116 116

3 FB2 49 50 36 39 50 46

FK2 39 36 41 40 60 60

4 FB3 26 25 38 37 27 28

FK3 35 39 41 39 41 39

5 FB4 20 21 20 18 14 11

FK4 30 28 18 18 18 15 Keterangan :

A1: Anjing Pitbull; A2: Anjing Herder; A3: Anjing Beagle; FS0: Sabun tanpa bentonit dan

kaolin; FB1: Sabun bentonit konsentrasi 5%; FK1: Sabun kaolin konsentrasi 5%; FB2:

Sabun bentonit konsentrasi 10%; FK2: Sabun kaolin konsentrasi 10%; FB3: Sabun bentonit

konsentrasi 15%; FK3: Sabun kaolin konsentrasi 15%; FB4: Sabun bentonit konsentrasi

20%; FK4: Sabun kaolin konsentrasi 20%; ∞: Tidak terhingga.

Lampiran 9. Data Uji Dilusi Padat Tanah Bentonit dan Kaolin

No Perlakuan

Jumlah Bakteri (cfu per cawan)

Uji 1 Uji 2 Uji 1 Uji 2 Uji 1 Uji 2

A1 A2 A3

1 KM 0 0 0 0 0 0

2 KB ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞

3 TB1 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞

TK1 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞

4 TB2 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞

TK2 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞

5 TB3 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞

TK3 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞

6 TB4 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞

TK4 ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ Keterangan :

KM: Media yang tidak diberi bakteri; KB: Media yang diberi bakteri; A1: Anjing Pitbull;

A2: Anjing Herder; A3: Anjing Beagle; TB1*: Tanah bentonit konsentrasi 2,5%; TK1*:

Tanah kaolin konsentrasi 2,5%; TB2*: Tanah bentonit konsentrasi 5%; TK2*: Tanah kaolin

konsentrasi 5%; TB3*: Tanah bentonit konsentrasi 7,5%; TK3*: Tanah kaolin konsentrasi

7,5%; TB4*: Tanah bentonit konsentrasi 10%; TK4*: Tanah kaolin konsentrasi 10% ; ∞:

Tidak terhingga.

Page 84: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

67

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 10. Data Uji Swab Sabun Tanah Bentonit dan Kaolin

Keterangan:

0*: Tanpa penyucian; ∞: Tidak terhingga; A1: Anjing Pitbull; A2: Anjing Herder; A3:

Anjing Beagle; FS0: Sabun tanpa bentonit dan kaolin; FB1: Sabun bentonit konsentrasi 5%;

FK1: Sabun kaolin konsentrasi 5%; FB2: Sabun bentonit konsentrasi 10%; FK2: Sabun

kaolin konsentrasi 10%; FB3: Sabun bentonit konsentrasi 15%; FK3: Sabun kaolin

No Perlakuan Pencucian

Jumlah Bakteri (cfu per cawan) A1 A2 A3

Uji 1 Uji 2 Uji 1 Uji 2 Uji 1 Uji 2 1 0* - ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 2 FS0 1 7 6 5 5 4 5

3 3 3 4 3 3 3

5 3 1 3 2 3 2 7 1 0 1 0 0 0

3 FB1 1 1 1 5 4 5 4 3 1 1 4 3 1 1

5 1 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0

FK1 1 4 4 9 7 2 1

3 1 0 2 1 0 0 5 0 0 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0 4 FB2 1 1 1 1 1 1 1

3 1 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0 FK2 1 1 1 2 1 1 1

3 0 0 1 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0

5 FB3 1 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0 FK3 1 0 0 0 0 0 0

3 0 0 0 0 0 0 5 0 0 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0 6 FB4 1 0 0 0 0 0 0

3 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0

FK4 1 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0

Page 85: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

68

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

konsentrasi 15%; FB4: Sabun bentonit konsentrasi 20%; FK4: Sabun kaolin konsentrasi

20%.

Lampiran 11. Data Uji Swab Tanah Bentonit dan Kaolin

Keterangan:

0*: Bakteri air liur anjing tanpa perlakuan; ∞: Tidak terhingga; A1: Anjing Pitbull; A2:

Anjing Herder; A3: Anjing Beagle; TB1: Tanah bentonit konsentrasi 5%; TK1: Tanah

kaolin konsentrasi 5%; TB2: Tanah bentonit konsentrasi 10%; TK2: Tanah kaolin

konsentrasi 10%; TB3: Tanah bentonit konsentrasi 15%; TK3: Tanah kaolin konsentrasi

15%; TB4: Tanah bentonit konsentrasi 20%; TK4: Tanah kaolin konsentrasi 20% .

No Perlakuan Pencucian

Jumlah Bakteri (cfu per cawan)

A1 A2 A3 Uji 1 Uji 2 Uji 1 Uji 2 Uji 1 Uji 2

1 0* - ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ 2 TB1 1 3 4 6 9 10 6

3 1 1 1 1 1 1

5 0 1 0 1 0 0 7 0 0 0 0 0 0

TK1 1 2 5 10 12 2 2 3 1 1 1 2 1 1

5 1 1 1 2 0 1 7 0 0 0 0 0 0

3 TB2 1 2 1 3 5 5 2

3 1 1 0 0 0 1 5 0 0 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0 TK2 1 1 1 3 4 1 1

3 0 0 0 1 0 0 5 0 0 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0

4 TB3 1 1 2 2 3 2 3 3 0 0 0 1 0 1

5 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0

TK3 1 2 5 2 3 1 0 3 1 1 0 1 0 0

5 0 0 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0 5 TB4 1 1 1 1 2 1 1

3 0 0 0 0 0 1 5 0 0 0 0 0 0

7 0 0 0 0 0 0 TK4 1 1 1 1 2 0 0

3 0 0 0 0 0 0

5 0 0 0 0 0 0 7 0 0 0 0 0 0

Page 86: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

69

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 12. Data Uji Swab dengan Akuades Steril

Pencucian

Jumlah Bakteri (cfu per cawan)

A1 A2 A3

Uji 1 Uji 2 Uji 1 Uji 2 Uji 1 Uji 2

- ∞ ∞ ∞ ∞ ∞ ∞

1 ∞ ∞ 252 ∞ ∞ ∞

3 70 69 10 30 62 58

5 3 5 3 8 1 2

7 2 1 0 3 0 1 Keterangan:

*: tanpa pencucian; ∞: tidak terhingga; A1: Anjing Pitbull; A2: Anjing Herder; A3: Anjing

Beagle.

Perhitungan jumlah bakteri (cfu/cm²) (Nugroho, 2014):

Jumlah Bakteri (cfu/ml) = Jumlah koloni x Faktor pengenceran

Faktor Pengenceran = 1

Tingkat Pengenceran

Jumlah Bakteri (cfu/cm²)= Jumlah Bakteri (cfu/ml)

Luas Daerah (cm²)

Contoh perhitungan jumlah bakteri air liur anjing Pitbull penyucian kelima

dengan akuades steril pada uji pertama:

Jumlah Bakteri (cfu/ml) = 3 x 1

10−1

= 30 cfu/ml

Jumlah Bakteri (cfu/cm²)= 30 𝑐𝑓𝑢/𝑚𝑙

0,0312 𝑐𝑚² , Luas daerah =

1

2 𝑥 0,25 𝑐𝑚 𝑥 0,25 𝑐𝑚 = 0,312 cm²

= 961,53 cfu/cm²

Page 87: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

70

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 13. Anjing yang Digunakan untuk Penelitian

Keterangan: Anjing Pitbull (a); Anjing Herder (b); Anjing Beagle (c).

Lampiran 14. Isolasi Bakteri Air Liur Anjing yang Ditumbuhkan di Blood

Agar

Keterangan: A1: Anjing Pitbull; A2: Anjing Herder; A3: Anjing Beagle; 1, 2, 3, 4, 5: Isolat bakteri

Lampiran 15. Isolasi Bakteri Air Liur Anjing yang Ditumbuhkan di Mac

Conkey Agar

Keterangan: A1: Anjing Pitbull; A2: Anjing Herder; A3: Anjing Beagle; 1, 2, 3, 4, 5: Isolat bakteri

(a) (b) (c)

A1.1

1

A1.4

A1.5

A3.1

A2.1 A2.3

A3.2

A3.3 A3.4

A3.5

A3.1

A2.2

A2.3

A2.4 A2.1 A1.2

A1.3

A1.1 A1.4 A1.5

Page 88: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

71

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 16. Identifikasi Bakteri Air Liur Anjing dengan Uji Biokimia

(A1.1)

(A1.2)

(A2.1)

(A2.2)

(A2.4)

(A3.2)

Keterangan: A1: Anjing Pitbull; A2: Anjing Herder; A3: Anjing Beagle; 1, 2, 3, 4, 5: Isolat bakteri

Page 89: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

72

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 17. Identifikasi Bakteri Air Liur Anjing dengan Pewarnaan Gram

(A1.1)

(A1.2)

(A2.1)

(A2.3)

(A3.1)

(A3.3)

Keterangan: A1: Anjing Pitbull; A2: Anjing Herder; A3: Anjing Beagle; 1, 2, 3, 4, 5: Isolat bak

Page 90: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

73

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 18. Hasil Uji Dilusi Padat Kontrol Bakteri

(a)

(b)

(c)

Keterangan: Hasil uji dilusi padat kontrol bakteri air liur anjing Pitbull (a), Herder (b), dan Beagle

(c).

Lampiran 19. Hasil Uji Dilusi Padat Tanah Bentonit Konsentrasi 2,5%

(a)

(b)

(c)

Keterangan: Hasil uji dilusi padat bakteri air liur anjing Pitbull (a), Herder (b), dan Beagle (c).

Lampiran 20. Hasil Uji Dilusi Padat Tanah Kaolin Konsentrasi 2,5%

(a)

(b)

(c)

Keterangan: Hasil uji dilusi padat bakteri air liur Anjing Pitbull (a), Herder (b), dan Beagle (c).

Page 91: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

74

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 21. Hasil Uji Dilusi Padat Tanah Bentonit Konsentrasi 5%

(a)

(b)

(c)

Keterangan: Hasil uji dilusi padat bakteri air liur anjing Pitbull (a), Herder (b), dan Beagle (c).

Lampiran 22. Hasil Uji Dilusi Padat Tanah Kaolin Konsentrasi 5%

(a)

(b)

(c)

Keterangan: hasil uji dilusi padat bakteri air liur anjing Pitbull (a), Herder (b), dan Beagle (c).

Lampiran 23. Hasil Uji Dilusi Padat Tanah Bentonit Konsentrasi 7,5%

(a)

(b)

(c)

Keterangan: Hasil uji dilusi padat bakteri air liur anjing Pitbull (a), Herder (b), dan Beagle (c).

Page 92: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

75

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 24. Hasil Uji Dilusi Padat Tanah Kaolin Konsentrasi 7,5%

(a)

(b)

(c)

Keterangan: Hasil uji dilusi padat bakteri air liur anjing Pitbull (a), Herder (b), dan Beagle (c).

Lampiran 25. Hasil Uji Dilusi Padat Tanah Bentonit Konsentrasi 10%

(a)

(b)

(c)

Keterangan: Hasil uji dilusi padat bakteri air liur anjing Pitbull (a), Herder (b), dan Beagle (c).

Lampiran 26. Hasil Uji Dilusi Padat Tanah Kaolin Konsentrasi 10%

(a)

(b)

(c)

Keterangan: Hasil uji dilusi padat bakteri air liur anjing Pitbull (a), Herder (b), dan Beagle (c).

Page 93: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

76

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 27. Hasil Uji Dilusi Padat Sabun Padat tanpa Penambahan Tanah

(a)

(b)

(c)

Keterangan: Hasil uji dilusi padat bakteri air liur anjing Pitbull (a), Herder (b), dan Beagle (c).

Lampiran 28. Hasil Uji Dilusi Padat Sabun Padat Tanah Bentonit 5%

(a)

(b)

(c)

Keterangan: Hasil uji dilusi padat bakteri air liur anjing Pitbull (a), Herder (b), dan Beagle (c).

Lampiran 29. Hasil Uji Dilusi Padat Sabun Padat Tanah Kaolin 5%

(a)

(b)

(c)

Keterangan: Hasil uji dilusi padat bakteri air liur anjing Pitbull (a), Herder (b), dan Beagle (c).

Page 94: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

77

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 30. Hasil Uji Dilusi Padat Sabun Padat Tanah Bentonit 10%

(a)

(b)

(c)

Keterangan: Hasil uji dilusi padat bakteri air liur anjing Pitbull (a), Herder (b), dan Beagle (c).

Lampiran 31. Hasil Uji Dilusi Padat Sabun Padat Tanah Kaolin 10%

(a)

(b)

(c)

Keterangan: Hasil uji dilusi padat bakteri air liur anjing Pitbull (a), Herder (b), dan Beagle (c).

Lampiran 32. Hasil Uji Dilusi Padat Sabun Padat Tanah Bentonit 15%

(a)

(b)

(c)

Keterangan: Hasil uji dilusi padat bakteri air liur anjing Pitbull (a), Herder (b), dan Beagle (c).

Page 95: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

78

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 33. Hasil Uji Dilusi Padat Sabun Padat Tanah Kaolin 15%

(a)

(b)

(c)

Keterangan: Hasil uji dilusi padat bakteri air liur anjing Pitbull (a), Herder (b), dan Beagle (c).

Lampiran 34. Hasil Uji Dilusi Padat Sabun Padat Tanah Bentonit 20%

(a)

(b)

(c)

Keterangan: Hasil uji dilusi padat bakteri air liur anjing Pitbull (a), Herder (b), dan Beagle (c).

Lampiran 35. Hasil Uji Dilusi Padat Sabun Padat Tanah Kaolin 20%

(a)

(b)

(c)

Keterangan: Hasil uji dilusi padat bakteri air liur anjing Pitbull (a), Herder (b), dan Beagle (c).

Page 96: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

79

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 36. Hasil Uji Swab Sebelum Penyucian

(a)

(b)

(c)

Keterangan: Hasil uji swab bakteri air liur anjing Pitbull (a), Herder (b), dan Beagle (c).

Lampiran 37. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 5% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Pitbull

(a) (b) (c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 97: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

80

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 38. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 5% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Herder

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 98: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

81

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 39. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 5% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Beagle

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 99: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

82

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 40. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 5% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Pitbull

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 100: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

83

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 41. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 5% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Herder

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 101: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

84

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 42. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 5% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Beagle

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 102: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

85

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 43. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 10% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Pitbull

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 103: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

86

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 44. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 10% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Herder

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 104: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

87

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 45. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 10% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Beagle

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 105: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

88

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 46. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 10% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Pitbull

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

\

Page 106: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

89

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 47. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 10% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Herder

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 107: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

90

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 48. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 10% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Beagle

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 108: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

91

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 49. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 15% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Pitbull

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 109: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

92

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 50. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 15% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Herder

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 110: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

93

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 51. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 15% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Beagle

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 111: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

94

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 52. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 15% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Pitbull

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 112: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

95

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 53. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 15% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Herder

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 113: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

96

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 54. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 15% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Beagle

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 114: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

97

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 55. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 20% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Pitbull

(a)

(b)

(d)

(e)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 115: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

98

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 56. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 20% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Herder

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 116: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

99

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 57. Hasil Uji Swab Tanah Bentonit 20% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Beagle

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 117: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

100

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 58. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 20% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Pitbull

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 118: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

101

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 59. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 20% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Herder

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 119: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

102

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 60. Hasil Uji Swab Tanah Kaolin 20% terhadap Bakteri Air Liur

Anjing Beagle

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 120: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

103

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 61. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 5% terhadap Bakteri

Air Liur Anjing Pitbull

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 121: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

104

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 62. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 5% terhadap Bakteri

Air Liur Anjing Herder

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 122: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

105

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 63. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 5% terhadap Bakteri

Air Liur Anjing Beagle

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 123: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

106

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 64. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 5% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Pitbull

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 124: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

107

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 65. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 5% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Herder

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 125: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

108

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 66. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 5% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Beagle

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 126: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

109

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 67. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 10% terhadap Bakteri

Air Liur Anjing Pitbull

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 127: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

110

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 68. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 10% terhadap Bakteri

Air Liur Anjing Herder

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 128: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

111

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 69. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 10% terhadap Bakteri

Air Liur Anjing Beagle

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 129: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

112

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 70. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 10% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Pitbull

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 130: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

113

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 71. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 10% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Herder

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 131: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

114

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 72. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 10% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Beagle

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 132: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

115

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 73. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 15% terhadap Bakteri

Air Liur Anjing Pitbull

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 133: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

116

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 74. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 15% terhadap Bakteri

Air Liur Anjing Herder

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 134: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

117

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 75. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 15% terhadap Bakteri

Air Liur Anjing Beagle

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 135: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

118

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 76. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 15% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Pitbull

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 136: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

119

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 77. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 15% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Herder

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 137: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

120

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 78. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 15% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Beagle

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 138: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

121

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 79. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 20% terhadap Bakteri

Air Liur Anjing Pitbull

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 139: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

122

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 80. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 20% terhadap Bakteri

Air Liur Anjing Herder

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 140: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

123

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 81. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Bentonit 20% terhadap Bakteri

Air Liur Anjing Beagle

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 141: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

124

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 82. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 20% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Pitbull

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 142: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

125

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 83. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 20% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Herder

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 143: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

126

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 84. Hasil Uji Swab Sabun Tanah Kaolin 20% terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Beagle

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 144: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

127

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 85. Hasil Uji Swab Sabun tanpa Penambahan Tanah terhadap

Bakteri Air Liur Anjing Pitbull

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 145: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

128

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 86. Hasil Uji Swab Sabun tanpa Penambahan Tanah terhadap

Bakteri Air Liur Anjing Herder

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 146: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

129

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 87. Hasil Uji Swab Sabun tanpa Penambahan Tanah terhadap

Bakteri Air Liur Anjing Beagle

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 147: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

130

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 88. Hasil Uji Swab dengan Akuades Steril terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Pitbull

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 148: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

131

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 89. Hasil Uji Swab dengan Akuades Steril terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Herder

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).

Page 149: UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA AKTIVITAS …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/36727/1/Aulia... · Tabel 4.1 Isolasi Bakteri Air Liur Anjing pada Media MCA dan Agar

132

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Lampiran 90. Hasil Uji Swab dengan Akuades Steril terhadap Bakteri Air

Liur Anjing Beagle

(a)

(b)

(c)

(d)

Keterangan: Hasil uji swab pada penyucian pertama (a), ketiga (b), kelima (c), dan ketujuh (d).