UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan...

138

Transcript of UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan...

Page 1: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada
Page 2: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

i

UCAPAN TERIMA KASIH

Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII

dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II

Mengucapkan Terima Kasih kepada

Rektor Universitas Udayana

Badan Bahasa Jakarta,

Dekan FIB Universitas Udayana

Pemerintah Kota Denpasar

Ketua Program Magister (S2) dan Doktor (S3) Linguistik

Balai Bahasa Bali,

Ketua Asosiasi Peneliti Bahasa-Bahasa Lokal

Civitas Akademika FIB Universitas Udayana

Pembicara Kunci

Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra (Walikota Denpasar)

Pembicara Utama

Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum (Kepala Badan Bahasa Jakarta);

Prof. Dr. Jufrizal, M.Hum. (Universitas Negeri Padang).

Pembicara Undangan Dr. Ketut Widya Purnawati, S.S., M.Hum. (Universitas Udayana);

Dr. I Ketut Jirnaya, M.S. (Universitas Udayana); Dr. Dra. Ida Ayu Made Puspani, M.Hum. (Universitas Udayana);

Dr. Ni Ketut Ratna Erawati, M.Hum. (Universitas Udayana); Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum. (Universitas Negeri Solo).

Instruktur LPBI

Prof. Drs. I Made Suastra, Ph.D. (Univesritas Udayana);

Dr. Putu Sutama, M.Hum. (Universitas Udayana).

Segenap Pemakalah dan Peserta SNBI XII dan LPBI II

Seluruh Tim Panitia Pelaksana

atas partisipasi dan dukungannya untuk penyelenggaraan SNBI XII dan LPBI II

FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

Denpasar, 6-7 Februari 2020

Page 3: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, Tuhan Yang Maha

Esa, karena atas berkat dan Rahmat-Nya Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan

Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II dapat menyiapkan dan menyelenggarakan

kegiatan ini. Pertama tama perkenankan kami mengucapkan Selamat Datang di Bali dan

Selamat Datang di Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana kepada seluruh Pemakalah dan

Peserta SNBI dan LPBI 2020.

Kegiatan SNBI dan LPBI ini adalah kegiatan seri seminar nasional tahunan yang

diselenggarakan oleh Program Studi Magister (S2) dan Doktor (S3) Linguistik Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Udayana sebagai satu bagian kegiatan kemahasiswaan. Tujuan

pelaksanaan kegiatan ini adalah sebagai media Pemertahanan dan Pemartabatan Bahasa

Indonesia dan Bahasa Lokal, khusunya Bahasa Bali dalam kancah nasional, yang sekaligus

sebagai ajang reuni tahuan para alumni S2 dan S3 Linguistik. Pelaksanaan kegiatan ini

senantiasa dilakukan setiap Bulan Februari yang bertepatan dengan Pelaksanaan Bulan Bahasa

Lokal dan Bulan Bahasa Bali.

Pada tahun 2020 ini, kami mengambil tema Dokumentasi dan Revitalisasi Bahasa

Lokal sebagai Identitas Lokal di Dunia Global. Hal ini didasrkan atas kenyataan bahwa

perkembangan dunia saat ini sangat pesat dan berbasis IT. Sehingga sangat diperlukan gerakan

Dukumentasi dan Revitalisasi Bahasa Lokal untuk dapat mengikuti arus perkembangan jaman

yang saat ini telah menuju ke era digital 5.0 agar bisa bersaing di dunia global.

Seperti pada pelaksanaan kegiatan tahun 2019, kegiatan SNBI XII dan LPBI II tahun 2020

ini juga merupakan rangkaian kegiatan Bulan Bahasa Bali yang diadakan oleh Pemerintah Kota

Denpasar dalam rangkaian Perayaan HUT Kota Denpasar ke -232, dan oleh karena itu kami

mengucapkan terima kasih kepada Bapak Walikota atas dukungannya. Pada kesempatan ini

pula kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kepala Badan Bahasa Jakarta dan Ketua

Balai Bahasa Bali atas dukungan yang diberikan untuk kegiatan ini. Demikian pula, tak lupa

kami mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada Ibu Rektor, Ibu Dekan, serta

Bapak Koprodi Magister (S2) dan Doktor (S3) Linguistik FIB atas ijin dan dukungan

penuhnya.

Mulai tahun 2020 ini, demi mendukung gerakan keselamatan bumi, maka Buku Panduan

dan Luaran Prosiding bersifat daring (onlline/Paperless) dengan menggunakan jaringan UCS

Universitas Udayana. Demikian halnya dengan gerakan bebas plastik yang dicanangkan oleh

Pemerintah dan Unud serta sesuai dengan Surat Edaran dari Kemendibud yang melarang

penggunaan plastik sekali pakai, maka pada kesempatan kali ini, kami memberikan fasilitas

Tumbler Khusus kepada seluruh pemakalah untuk dapat digunakan selama kegaitan dan bisa

dibawa pulang sebagai kenangan SNBI & LPBI 2020.

Buku Panduan ini merupakan panduan kegiatan SNBI dan LPBI tahun 2020 yang

berisikan informasi penting seputar kegiatan seperti Jadwal Acara, Jadwal Presentasi Pleno dan

Jadwal Presentasi Paralel. Dengan hati gembira kami harapkan semua peserta dapat mengikuti

acara demi acara penuh ketertiban, kesabaran, sehingga acara bersama ini dapat berjalan lancar

dan sukses. Akhirnya tiada gading yang tak retak. Semua kritik dan saran kami terima dengan

tangan terbuka.

Sebagai akhir kata kami mengucapkan SELMAT BERBAGI ILMU DAN

PENGALAMAN kepada seluruh Pemakalah dan Peserta. Semoga kita semua memeperoleh

pengalaman berharga dan indah untuk bisa dibawa pulang

PANITIA SNBI XII DAN LPBI II

Denpasar, 6 – 7 Februari 2020

Page 4: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

1

DAFTAR ISI

UCAPAN TERIMA KASIH....................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI .............................................................................................................................. 1

SUSUNAN KEPANITIAN ....................................................................................................... 8

DAFTAR ISTILAH ................................................................................................................. 11

DENAH.................................................................................................................................... 13

JADWAL KEGIATAN SEMINAR NASIONAL BAHASA IBU XII DAN LOKAKARYA

PELESTARIAN BAHASA IBU II .......................................................................................... 16

Hari / Tanggal: Kamis, 6 Pebruari 2020 ..........................................................................................16

Hari / Tanggal: Jumat, 7 Pebruari 2020 ..........................................................................................18

JADWAL PRESENTASI SESI PARALEL SEMINAR NASIONAL BAHASA IBU XII .... 19 KAMIS, 6 FEBRUARI 2020 ..............................................................................................................19

SESI PARALEL 1 ........................................................................................................... 19 SESI PARALEL 2 ........................................................................................................... 23

JUMAT, 7 FEBRUARI 2020 ............................................................................................................26 SESI PARALEL 3 ........................................................................................................... 26

KUMPULAN ABSTRAK PEMAKALAH KUNCI DAN UNDANGAN ..................................... 30

Tipologi Tataurut Kata Bahasa Minangkabau: Perlukah Dokumentasi dan Revitalisasi Bahasa?

.................................................................................................................................................. 31 Jufrizal ...............................................................................................................................................31

Refleksi Bahasa Jawa Kuna dalam Budaya Bali ..................................................................... 32 Ni Ketut Ratna Erawati 1, Ketut Artawa 2 .........................................................................................32

Berjayakah Bahasa Bali di Kawasan Heritage Kota Denpasar? Sebuah Pendekatan Lanskap

Linguistik ................................................................................................................................. 33 Ketut Widya Purnawati .....................................................................................................................33

Pengenalan Istilah Budaya Lokal Melalui Penerjemahan ....................................................... 34 Ida Ayu Made Puspani ......................................................................................................................34

Local Act Global Impact in Publication .................................................................................. 35 Kundharu Saddhono ..........................................................................................................................35

Implementasi Tattwa dalam Satua: Sebuah Pemudahan Pemahaman untuk Pembangunan

Karakter.................................................................................................................................... 36 I Ketut Jirnaya ...................................................................................................................................36

Mekanisme Penelitian Bahasa Ibu ........................................................................................... 37 I Made Suastra ..................................................................................................................................37

KUMPULAN ABSTRAK PEMAKALAH PARALEL ................................................................ 38

Go’et sebagai Ungkapan Tradisional Manggarai Ditinjau dari Segi Makna dan Fungsi ........ 39 Melita Eufrasia Jewaru 1, Ida Ayu Ari Putri Kartini 2 ......................................................................39

Various Mappings of Verb ‘See’in Manado Malay Language ................................................ 40 Perzeus Don Mario Mangindaan 1, Melisa Elita Salauwe 2 .............................................................40

Page 5: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

2

Analisis Majas Metafora dalam Novel The Giver of Stars Karya Jojo Moyes ........................ 41 Putu Anggita Novarianti 1, Laila Damayanti 2, Erna M.Manafe 3, Tang Ying Min 4........................41

Makna Verba Tindakan “Mengambil” Bahasa Indonesia: Pendekatan Natural Semantik

Metalanguage ........................................................................................................................... 42 Siti Rabiatun Nur Annisa 1, I Made Abdi Sutarmaya 2 ......................................................................42

Analisis Verba Membawa dalam Novel Perahu Kertas melalui Pendekatan Metabahasa

Semantik Alami ....................................................................................................................... 43 Ni Putu Ana Agusthini 1, I Putu Ady Andyka Putra 2 ........................................................................43

Translation Procedure from English into Indonesian in a Motivational Book Entitled “The Art

of not Giving a Fuck” .............................................................................................................. 44 Made Dwi Yuniartati 1, Luh Gede Novita Rahayu 2, Prisma Adi Prawangsa 3, Margaretha Lintar

Melati 4 ..............................................................................................................................................44

Pemanfaatan Video pada Pengajaran Kosa Kata Bahasa Bali (Studi Kasus: Siswa Kelas 3 SD

Tunas Daud) ............................................................................................................................. 45 Ketut Santi Indriani ...........................................................................................................................45

Posisi Bahasa Ibu dalam Penerjemahan ................................................................................... 46 Baharuddin ........................................................................................................................................46

The Meaning of Verb Wash in Javanese Nganjuk: A Natural Semantic Metalanguage Approach

.................................................................................................................................................. 47 Ita Fitriana ........................................................................................................................................47

Makna Metafora pada Judul Berita Media Cetak .................................................................... 48 I Gusti Ngurah Parthama, 1, Ni Ketut Alit Ida Setianingsih 2 ...........................................................48

Penggunaan Leksikon Verba “Membawa” Bahasa Bali (Kajian Linguistik Kebudayaan) ..... 49 Ida Ayu Pristina Pidada 1, Nadya Inda Syartanti 2 ...........................................................................49

Etimon PAN *manuk 'ayam' dalam Dunia Ke-siap-an di Bali ................................................ 50 I Putu Permana Mahardika ...............................................................................................................50

Pergeseran Nilai Honorifik Bahasa Taba di Maluku Utara: Perspektif Ekolinguistik ............ 51 Taib Latif ...........................................................................................................................................51

The Greetings System of Ciacia Language Batuatas Dialect: A Study of Sociopragmatics ... 52 Husni .................................................................................................................................................52

Bahasa dan Aksara Daerah di Ranah Publik Pasca-UU No 24 Th 2009: Kajian Linguistik

Forensik.................................................................................................................................... 53 I Wayan Pastika.................................................................................................................................53

Poliglot: Tantangan Menuju Kedwibahasaan Simetris ............................................................ 54 Ida Bagus Putra Yadnya....................................................................................................................54

Ideologi Penggunaan Bahasa Bali di Kelurahan Ubud ............................................................ 55 Ni Luh Sutjiati Beratha......................................................................................................................55

Pemuliaan Sawah dalam Kuttara Kaṇḍa Dewa Purana Bangsul ............................................. 56 I Ketut Eriadi Ariana 1, I Made Sukma Manggala 2, I Dewa Gde Alit Satria Wibhawa 3 ................56

Bahasa Bali: Kaitannya dengan Maksim Penerimaan dan Maksim Kerendahan Hati ............ 57 I Gusti Ayu Gde Sosiowati.................................................................................................................57

Bahasa Ibu sebagai Fondasi Pembelajaran Bahasa Kedua dalam Masyarakat Multilingual ... 58 Made Budiarsa ..................................................................................................................................58

Pengembangan Kosakata Bahasa Bali untuk Penutur yang Beranjak Modern........................ 59

Page 6: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

3

I Nengah Sudipa ................................................................................................................................59

Interferensi Bahasa Inggris dalam Komunikasi Berbahasa Bali pada Akun Media Sosial Hai

Puja .......................................................................................................................................... 60 Ni Komang Putri Widari 1, Yohanna Venensia Bidi Lua 2, Luh Sitta Devi Wicaksana 3 ..................60

Dinamika Bahasa Tanda Luar Ruang di Lingkungan Sekolah Nasional dan Sekolah

Internasional di Wilayah Banjar Badak Sari Denpasar............................................................ 61 Made Sani Damayanthi Muliawan ....................................................................................................61

Bahasa Ibu dan Generasi Milenial di Era Revolusi Industri 4.0 : Sebuah Kajian Terhadap

Bahasa Minangkabau ............................................................................................................... 62 Oktavianus .........................................................................................................................................62

Dinamika Bahasa Bali dalam Lawakan Clekontong Mas ........................................................ 63 Putu Sandra Putri Astariani 1, Ni Ketut Putri Nila Sudewi 2, Komang Arini 3 .................................63

Cyber Satua: Transformasi Satua Bali Menyambut Revolusi Industri 4.0 .............................. 64 I Gede Gita Purnama Arsa Putra 1, Dewa Ayu Carma Citrawati 2 ..................................................64

The Translation Ideology of Idiomatic Expression in Cantik Itu Luka and in Beauty is a Wound

.................................................................................................................................................. 65 Ni Luh Putu Sisiana Dewi 1, Putu Cindy Aprilia Devi 2, Luh Gde Titah Madriyanthi Utama 3........65

Directive Speech Acts by the Character in Wonder a Novel by R.J. Palacio .......................... 66 Ni Wayan Prami Wahyudiantari .......................................................................................................66

Derivational English Suffixes Forming Nouns in The Novel Mockingjay by Suzanne Collins

.................................................................................................................................................. 67 Ade Novi Antari Putri 1, Luh Nitya Dewi Rupini 2 ............................................................................67

Fenomena Bahasa Ibu dalam Dinamika Kemultibahasaan dan Keanekabudayaan serta

Kemajuan Teknologi Digital: Kasus pada Bahasa Lokal di Pulau Nusa Penida ..................... 68 I Ketut Darma Laksana .....................................................................................................................68

Bahasa Bali Antara Idealisme, Pasar, dan Politik .................................................................... 69 I Wayan Suardiana ............................................................................................................................69

Ketidaksesuaian Ujaran dalam Percakapan Berbahasa Bali Terhadap Prinsip Kooperatif. .... 70 I Dewa Ayu Devi Maharani Santika 1, I Gusti Ayu Vina Widiadnya Putri 2 .....................................70

Morfologi Bahasa Jawa Dialek Tegal yang Berhubungan dengan Kata Ganti ....................... 71 Fahruroji ...........................................................................................................................................71

Balinese Addressing Terms on Satua Bali ............................................................................... 72 I Gusti Ayu Agung Dian Susanthi 1, Anak Agung Istri Manik Warmadewi 2, Dewa Ayu Kadek

Claria 3, I Gusti Ngurah Adi Rajistha 4 .............................................................................................72

Analisis Metabahasa Semantik Alami Verba Membawa dalam Bahasa Nias Selatan ............ 73 Dian Rahmani Putri ..........................................................................................................................73

Kesantunan Berbahasa Bali Perawat Lansia di Buleleng sebagai Wujud Pemertahanan Bahasa

Lokal ........................................................................................................................................ 74 Putu Dewi Merlyna Yuda Pramesti ...................................................................................................74

Struktur Semantik Verba Bahasa Bali dan Bahasa Indonesia ‘Menangkap’:Pendekatan

Metabahasa Semantik Alami (MSA) ....................................................................................... 75 Putu Gede Suarya Natha 1, Ni Made Dian Paramitha Sari 2 ............................................................75

Translating Javanese Lexicons into English in Warung VOA Program of Jawa Timur

Television (JTV) ...................................................................................................................... 76

Page 7: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

4

Putu Desi Anggerina Hikmaharyanti ................................................................................................76

Metonimi Spasial pada Bahasa Bali: Analisis dari Sudut Semantik dan Gramatikal .............. 77 Made Susini 1, Ni Wayan Kasni 2, Nyoman Sujaya 3 .........................................................................77

Sistem Pewarisan Bahasa Ibu: Kasus Pada Diaspora di Desa Angantiga Petang Badung

Provinsi Bali............................................................................................................................. 78 Ni Luh Nyoman Seri Malini 1, Ni Made Dhanawaty 2, Ida Bagus Putra Yadnya 3, Ni Made Wiasti 4

...........................................................................................................................................................78

Fenomena Bahasa Ibu dalam Pendekatan Marketing Komunikasi Produk Sanco dalam

Perspektif Kebangsaan ‘Sumpah Pemuda’ ............................................................................. 79 Ahmad Toni .......................................................................................................................................79

Tradisi Naur Klaci di Desa Pegunungan Bilok Sidan Kecamatan Petang Kabupaten Badung

.................................................................................................................................................. 80 Luh Putu Puspawati ..........................................................................................................................80

Pencarian Tirta Amertha dalam Cerita Adiparwa dan Dewa Ruci .......................................... 81 I Made Suastika .................................................................................................................................81

Peribahasa Bahasa Bali untuk Mengekspresikan Emosi melalui Sudut Pandang Pragmatis .. 82 Dewa Ayu Kadek Claria 1, I Nyoman Kardana 2, I Gusti Ngurah Adi Rajistha 3 .............................82

Diksi dalam Novel Terjemahan Lara Kusapa ......................................................................... 83 Putu Weddha Savitri ..........................................................................................................................83

Penggunaan Bahasa Tabu di Kota Denpasar ........................................................................... 84 I Made Astu Mahayana 1, Anak Agung Gede Suarjaya 2, Dewa Ayu Dyah Pertiwi Putri 3 ..............84

Fungsi dan Makna Pesan dalam Pepatah Bahasa Bali ............................................................. 85 I Nyoman Kardana 1, Dewa Ayu Kadek Claria 2, Made Sri Satyawati 3...........................................85

Metafora Kebahagiaan dalam Bahasa Bali .............................................................................. 86 I Made Rajeg 1, Gede Primahadi Wijaya Rajeg 2 .............................................................................86

Ambiguitas Penggunaan Sufiks –in dan –ang dalam Bahasa Bali pada Mahasiswa Fakultas

Ilmu Budaya Universitas Udayana. ......................................................................................... 87 I Made Agus Atseriyawan Hadi Sutresna 1, Gde Arys Bayu Rewa 2, Dewa Ayu Marta Dewi 3 ........87

Penanganan Perkara di Desa pada Masa Kerajaan di Bali ...................................................... 88 Ida Ayu Wirasmini Sidemen ..............................................................................................................88

Tingkat Pendidikan dalam Eksistensi Bahasa Bali .................................................................. 89 Yohanes Octovianus L. Awololon 1, Komang Satria Wirasa 2, Ni Putu Eka Yani 3 ..........................89

The Use of Code Switching in Twitter .................................................................................... 90 Kadek Gangga Utara 1, Luh Gede Putri Cahyantika Ningrum 2, I Putu Ambara Putra 3 ................90

Etnolinguistik dalam Tradisi Ngaturang Pejati pada Masyarakat Hindu di Bali .................... 91 Made Sri Satyawati ...........................................................................................................................91

Contrasting the semantics of Indonesian -kan & -i verb pairs: A usage-based, constructional

approach ................................................................................................................................... 92 Gede Primahadi Wijaya Rajeg 1, I Made Rajeg 2, I Wayan Arka 3 ...................................................92

Afiks Infleksional dalam Bahasa Uab Meto: Kajian Morfologi Generatif .............................. 93 Efron E. Y Loe ...................................................................................................................................93

Pengaruh Bahasa Inggris Terhadap Pilihan Berbahasa Generasi Milenial .............................. 94 Anak Agung Sagung Shanti Sari Dewi ..............................................................................................94

Page 8: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

5

Makna Implikatur Percakapan Tuturan Wadanan sebagai Manifestasi Melecehkan Muka dalam

Bahasa Osing ........................................................................................................................... 95 Titis Sugiyantiningtyas 1, I Wayan Ardi Sumarta 2............................................................................95

E-learning untuk Mengotimalkan Pembelajaran Bahasa Ibu ................................................... 96 I Dewa Gede Budi Utama .................................................................................................................96

Strategi dan Prosedur Penerjemahan Kata Bermuatan Budaya Bali pada Media Cetak

Berbahasa Jepang ..................................................................................................................... 97 Ladycia Sundayra ..............................................................................................................................97

Pemertahanan Bahasa Bali Melalui Tradisi Nguup di Desa Mundeh Kecamatan Kediri

Kabupaten Tabanan ................................................................................................................. 98 Gek Diah Desi Sentana .....................................................................................................................98

Puitika Pastoral dalam Teks Sajak Dongeng dari Utara Karya Made Adnyana Ole .............. 99 Puji Retno Hardiningtyas ..................................................................................................................99

Pemerolehan Bahasa Ibu: Bahasa Bali Anak Usia Dini “Pra-Sekolah” Kajian Linguistik

Sistemik Fungsional ............................................................................................................... 100 Putu Sutama 1, Maria Arina Liardini 2 ............................................................................................100

Permainan Bahasa Humor dalam Akun Selebgram Puja Astawa: Hai Banana ..................... 101 Komang Dian Puspita Candra 1, I Wayan Sidha Karya 2 ...............................................................101

Pelestarian Bahasa Daerah Bali sebagai Bahasa Ibu bagi Generasi Milenial dengan

Memanfaatkan Kemajuan Teknolgi Digital Khususnya Media Sosial .................................. 102 Komang Adi Maendra 1, Ni Made Pramestia Dewi 2 ......................................................................102

Studi Kasus Ungkapan Makian dalam Bahasa Madura oleh Pekerja Konstruksi Bangunan di

Banjar Kayumas Klod Denpasar ............................................................................................ 103 I Gusti Ayu Nila Wijayanti ..............................................................................................................103

Nomina Bahasa Bali .............................................................................................................. 104 Ni Wayan Suastini ...........................................................................................................................104

Penggunaan Bahasa Bali sebagai Bentuk Pemertahanan Bahasa Ibu pada Media Sosial

Instagram................................................................................................................................ 105 Sang Ayu Isnu Maharani .................................................................................................................105

Pelanggaran Maksim yang Terjadi dalam Percakapan Puja Astawa ..................................... 106 Ida Bagus Gde Nova Winarta 1, Kadek Apriliani 2 .........................................................................106

Verba Membersihkan dalam Bahasa Bima (Mbojo) Kajian Metabahasa Semantik Alami

(MSA) .................................................................................................................................... 107 Rabiyatul Adawiyah ........................................................................................................................107

Bahasa Iklan dalam Buku Teks Siswa Kelas VIII Kurikulum 2013 ..................................... 108 Komang Andri Sani .........................................................................................................................108

Translation: Is It Possible or Impossible? .............................................................................. 109 I Nyoman Aryawibawa ....................................................................................................................109

Explanatory Model dan Rasionalitas Medis Keluarga Orang dengan Gangguan Jiwa (OdGJ) di

Desa Blahbatuh Kabupaten Gianyar, Bali ............................................................................. 110 Bambang Dharwiyanto Putro .........................................................................................................110

Struktur Logis Verba Bersufiks {−ang dan −i} Bahasa Bali Pendekatan Teori Peran dan Acuan

................................................................................................................................................ 111 I Nyoman Sedeng .............................................................................................................................111

Page 9: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

6

Lexical Reprocity in Indonesian ............................................................................................ 112 I Nyoman Udayana ..........................................................................................................................112

Fungsi dan Peran Bahasa Figuratif dalam Karya-Karya Sastra ............................................. 113 Ni Wayan Sukarini 1, Ni Luh Ketut Mas Indrawati 2 .......................................................................113

Intensitas Konflik dalam Teks Geguritan Lunga Ka Jembrana dan Geguritan Mawali Ka

Amlapura Karya Anak Agung Istri Agung ............................................................................ 114 Tjok. Istri Agung Mulyawati R. .......................................................................................................114

Campur Kode: Dilema bagi Kelangsungan Hidup Bahasa Bali ............................................ 115 Ni Made Dhanawaty ........................................................................................................................115

Praktik Pendisplinan Bahasa Ibu Melalui Bahasa Belanda: Pendekakatn Poststrukturalis dalam

Sejarah Kebahasaan di Bali ................................................................................................... 116 I Nyoman Wijaya .............................................................................................................................116

Bahasa Melayu dalam Naskah Ulu Desa Ujanmas Lama ...................................................... 117 Wahyu Rizky Andhifani 1, Ni Ketut Puji Astiti Laksmi 2 ..................................................................117

Pemberdayaan Lingkungan dalam Kumpulan Cerpen Mayonyo Karya Suwita Utami: Kajian

Ekologi Sastra ........................................................................................................................ 118 Ni Nyoman Tanjung Turaeni ...........................................................................................................118

Imaji Kepahlawanan dan Lingkungan dalam Cerita Anak Mutiara Tanah Aron .................. 119 Ni Putu Ekatini Negari ....................................................................................................................119

Kemampuan Menulis Bahasa Bali Dengan Menerapkan Prinsip-Prinsip Penilaian ............. 120 Sang Ayu Putu Eny Parwati ............................................................................................................120

Model Pembelajaran Sastra Bali untuk Sekolah Dasar: Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan

................................................................................................................................................ 121 I Wayan Nitayadnya ........................................................................................................................121

Nilai Pendidikan Karakter Kearifan Lokal Tembang Bali .................................................... 122 Ni Wayan Aryani .............................................................................................................................122

Negara Islam, Islam Nusantara dalam Wacana Visi Misi Capres 2019: Kajian Postmodren123 Kholid ..............................................................................................................................................123

Linguistic Landscapes: Representation of Balinese Letters in Government Building (A Case

Study in Gianyar City, Bali) .................................................................................................. 124 I Wayan Mulyawan 1, Sang Ayu Isnu Maharani 2, I Gede Budiasa 3 ..............................................124

Makna Idiomatis Ungkapan “Mentul-Menceng Mentul-Menceng, Glendang-Glendong

Glendang-Glendong” Dalam Tradisi Mabuug-Buugan Masyarakat Kedonganan-Badung .. 125 Ida Bagus Rai Putra 1, Ida Ayu Putu Aridawati 2 ...........................................................................125

Pemertahanan Bahasa Kaili di Era Milenial melalui Bingkai Sastra ..................................... 126 Yunidar 1, Ulinsa 2 ...........................................................................................................................126

Peggunaan Ungkapan Traditional Bahasa Tae’ dalam Proses Pembelajaran sebagai Wujud

Pemertahanan Bahasa Ibu di Sekolah Dasar Kabupaten Luwu Utara .................................. 127 Sitti Harisah 1, Ulinsa 2 ...................................................................................................................127

Konteks Tuturan Pada Video Humor ‘Turis Apa Turus?” .................................................... 128 Ni Made Ayu Widiastuti ..................................................................................................................128

Sinergi Antara Industri Kreatif dan Ekonomi Kreatif pada Perajin Bambu dalam Mengatasi

Pengangguran di Bali ............................................................................................................. 129 Ketut Darmana ................................................................................................................................129

Page 10: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

7

Sikap Bahasa Penulis dalam Artikel Jurnal Ilmiah ................................................................ 130 Yana Qomariana .............................................................................................................................130

Balinese in Public Spaces in The Context of Tradition and Globalization: A Lingustic

Landscapes Study in Kuta Village ......................................................................................... 131 I Wayan Mulyawan 1, Ketut Artawa 2 ..............................................................................................131

Ragam Bahasa Tulis dalam Komunikasi Antara Dosen dan Mahasiswa di Fakultas Ilmu

Budaya Universitas Udayana ................................................................................................. 132 Ni Ketut Sri Rahayuni......................................................................................................................132

Konflik Sosial dan Resolusinya pada Komunitas Bugis di Pulau Serangan Kota Denpasar. 133 A.A. Ngurah Anom Kumbara 1, Mayske Rinny Liando 2, Ida Bagus Gde Putra 3 ...........................133

Bahasa Figuratif, Nilai Budaya dan Nilai Moral dalam Wayang Cenk Blonk ...................... 134 N.K. Dewi Yulianti...........................................................................................................................134

Page 11: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

8

SUSUNAN KEPANITIAN

Page 12: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

9

Page 13: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

10

Page 14: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

11

DAFTAR ISTILAH

1) Pemakalah dan Peserta

Pemakalah dan peserta SNBI XII dan LPBI ini adalah semua mahasiswa/karyasiswa

Prodi Magister (S2) dan Doktor (S3) Linguistik FIB Universitas Udayana, para dosen, para

guru, jurnalis, sarjana atau diploma kebahasaan dan kebudayaan umumnya, pecinta Bahasa

Ibu, pemerhati dan peneliti bahasa lokal serta khalayak umum. Untuk kegiatan tahun ini, diikuti

oleh 142 Pemakalah SNBI dalam 131 paper, dengan pilihan luaran Prosiding Nasional

sebanyak 48 paper dan Prosiding Scopus 18 paper. Sedangkan untuk LPBI diikuti oleh 60

peserta.

2) Diskusi Pleno

Terdapat tiga diskusi pleno yang diisi oleh pemakalah kunci, pemakalah utama dan

pemakalah undangan. Pertama disampaikan oleh pemakalah kunci usai acara pembukaan yang

dikuti oleh pleno pemakalah utama. Selanjutnya pleno pemakalah undangan yang dibagi ke

dalam dua kesempatan terpisah, pada hari Kamis dan Jumat. Semua peserta SNBI XII maupun

LPBI II mendapatkan kesempatan untuk ikut ambil bagian dalam presentasi, diskusi, dan tanya

jawab pada sidang pleno. Peserta lokakarya mendapat kesempatan mempresentasikan

makalahnya pada hari kedua.

3) Diskusi Pararel

Terdapat 3 (tiga) sesi diskusi pararel, yang terdiri atas 2 (dua) diskusi pararel pada hari

pertama dan 1 (satu) diskusi pararel pada hari kedua. Masing-masing sesi terdiri atas 6 makalah

di setiap ruangan. Peserta dibebaskan mengikuti salah satu diskusi pararel dengan tetap

memperhatikan kapasitas ruangan.

4) Alokasi Waktu Presentasi

Pada sesi pleno, alokasi waktu untuk pemakalah masing-masing 30 menit untuk

presentasi dan diskusi yang disepakati antara pemakalah dan moderator. Pada sesi pararel para

pemakalah memiliki kesempatan untuk presentasi dan diskusi selama 15 menit.

5) Perlengkapan SNBI XII dan LPBI II

Semua peserta yang terdaftar dan telah melakukan registrasi ulang akan mendapatkan

perlengkapan seminar kit yang terdiri atas tas, alat tulis, buku catatan (blocknote), tempat air

(Tumbler) dan kupon konsumsi. Kuitansi pembayaran wajib diserahkan saat registrasi.

6) Kudapan dan Makan Siang

Semua peserta yang terdaftar dan telah melakukan registrasi ulang akan mendapatkan

kudapan dan makan siang.

7) Telepon Seluler

Dimohon kepada para peserta seminar dan lokakarya untuk tidak mengaktifkan telepon

selulernya atau mengaktifkan dengan nada getar. Peserta yang terpaksa menggunakan telepon,

dipersilahkan meninggalkan ruangan untuk sementara waktu.

8) Sertifikat

Seluruh peserta seminar dan peserta lokakarya yang terdaftar akan mendapat piagam

penghargaan. Nama pada piagam disesuaikan dengan nama pada berkas pendaftaran / abstrak

tanpa menggunakan gelar. Piagam dibagikan pada hari kedua, setelah penutupan.

9) Lembar Notulensi

Page 15: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

12

Pemakalah akan mendapatkan lembar notulensi pada saat presentasi. Setiap Pemakalah

diwajibkan untuk menuliskan pertanyaan dan jawaban atas diskusi yang berlangsung pada

saaat yang bersangkutan mendapat giliran presentasi. Data ini akan dipergunakan sebagai

portofolio kegiatan presentasi yang akan di unggah sebagai daftra lampiran Prosiding,

10) Lembar Evaluasi

Peserta akan mendapatkan lembar evaluasi untuk diisi dan diserahkan kembali kepada

panitia di meja pendaftaran, sebelum mengambil piagam pada hari kedua.

11) E-Prosiding

E-Prosiding Nasional akan diterbitkan paling lambat bulan April 2020 secara daring

(online) pada laman UCS SNBI. Prosiding tahun ini akan memuat Paper lengkap pemakalah

yang memesan dan portofolio notulensi presentasi pemakalah.

E-Prosiding terindek Scopus akan diterbitkan secara daring (online) oleh Publisher

EUDL (European Union Digital Library) dalam laman UCS SNBI setelah semua pemakalah

mengumpulkan hasil revisi paper sesaui dengan persyaratan pihak penerbit.

12) Lain-Lain

Hal-hal yang kurang jelas dapat ditanyakan kepada panitia.

Page 16: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

13

DENAH

Lantai 1 (denah ruang goris)

Lantai 2

Page 17: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

14

Lantai 3

Lantai 4

Page 18: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

15

Lantai 4

Gedung Poerbatjaraka

Page 19: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

16

JADWAL KEGIATAN

SEMINAR NASIONAL BAHASA IBU XII

DAN LOKAKARYA PELESTARIAN BAHASA IBU II

Hari / Tanggal: Kamis, 6 Pebruari 2020

Waktu Acara Keterangan

07.30 – 08.30 Registrasi Peserta Panitia 08.30 – 09.15 Pembukaan Acara

- Pembukaan (MC)

- Lagu Indonesia Raya (MC)

- Doa (Panitia)

- Tari Pembukaan

- Laporan Ketua Panitia

- Sambutan Dekan FIB

- Sambutan Rektor Unud dan sekaligus membuka Acara

- Pemukulan Gong oleh Rektor Unud di dampingi Dekan,

Walikota, Kepala Badan Bahasa Jakarta, Kepala Bahasa

Bali, dan Ketua Panitia

Panitia

09.15 – 09.45 Penandatanganan MoU dan PKS : − MoU antara Rektor Unud dengan Kepala Badan Bahasa Jakarta

− PKS antara Dekan FIB dengan Ketua Balai Bahasa Bali dan terkait

kegiatan LPBI sebagai kegiatan rutin tahunan.

Panitia

Page 20: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

17

Waktu Acara Keterangan − PKS antara Dekan FIB dengan Dinas Kebudayaan Kodya

Denpasar terkait pelaksanaan SNBI yang direncanakan akan

dimasukkan sebagai bagian renja HUT Kota Denpasar setiap

tahunnya.

09.45 – 10.45 Pembicara Kunci Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra (Walikota Denpasar)

10.45 – 11.00 Kudapan Panitia 11.00 – 12.00 Pembicara Utama 1. Prof. Dr. Dadang Sunendar, M.Hum (Kepala

Badan Bahasa Jakarta)

2. Prof. Dr. Jufrizal, M.Hum. (Universitas

Negeri Padang)

12.00 – 13.00 Pembicara Undangan 1. Dr. Ketut Widya Purnawati, S.S., M.Hum

(Universitas Udayana) 2. Dr. I Ketut Jirnaya, M.S. (Universitas

Udayana) 13.00 – 14.00 Makan Siang Panitia

14.00 – 15.30 Sesi Paralel 1 Panitia dan Pemakalah

Sesi LPBI 1. Prof. Drs. I Made Suastra, Ph.D.

(Universitas Udayana)

2. Dr. Drs. Putu Sutama, M.S (Universitas

Udayana)

15.30 – 15.45 Kudapan Siang Panitia

15.45 – 17.15 1) Sesi Paralel 2 Panitia

2) Sesi LPBI 1. Prof. Drs. I Made Suastra, Ph.D. (Univesritas Udayana)

2. Dr. Drs. Putu Sutama, M.S (Universitas

Udayana)

Page 21: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

18

Hari / Tanggal: Jumat, 7 Pebruari 2020

Waktu Acara Keterangan

07.30 – 08.30 Registrasi Peserta Panitia

08.30 – 09.30 Pembicara Undangan 1. Dr. Dra. Ida Ayu Made Puspani,

M.Hum.

(Universitas Udayana) 2. Dr. Ni Ketut Ratna Erawati, M.Hum.

(Universitas Udayana) 09.30 – 09.45 Kudapan Panitia

09.45 – 11.15 Sesi Paralel 3 Panitia dan Pemakalah

11.15 – 13.00 Makan Siang Panitia

13.00 – 15.00 Pembicara Undangan Dr. Kundharu Saddhono, M.Hum. (Universitas Negeri Solo)

15.00 – 15.15 Kudapan Panitia 15.15 – 15.45 Penutupan Panitia

Page 22: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

19

JADWAL PRESENTASI SESI PARALEL

SEMINAR NASIONAL BAHASA IBU XII

KAMIS, 6 FEBRUARI 2020

SESI PARALEL 1

Pukul 14.00 – 15.30 WITA

Nama Judul Makalah Room Moderator

NI WAYAN SUKARINI; NI

LUH KETUT MAS

INDRAWATI

FUNGSI DAN PERAN BAHASA FIGURATIF DALAM KARYA-

KARYA SASTRA R1

NI WAYAN SUKARINI

NI LUH SUTJIATI

BERATHA

IDEOLOGI PENGGUNAAN BAHASA BALI DI KELURAHAN

UBUD R1

I MADE RAJEG METAFORA KEBAHAGIAAN DALAM BAHASA BALI R1

I GUSTI AYU NILA

WIJAYANTI

ANALISIS UNGKAPAN MAKIAN DALAM BAHASA MADURA

PADA PEKERJA KONSTRUKSI BANGUNAN DI BANJAR

KAYUMAS DENPASAR: STUDI KASUS

R1

Nama Judul Makalah Room Moderator

MADE SRI SATYAWATI ETNOLINGUISTIK DALAM TRADISI NGATURANG PEJATI

PADA MASYARAKAT HINDU DI BALI R2

LUH PUTU PUSPAWATI

LUH PUTU PUSPAWATI TRADISI NAUR KLACI DI DESA PEGUNUNGAN BILOK SIDAN

KECAMATAN PETANG KABUPATEN BADUNG R2

I MADE SUASTIKA PENCARIAN TIRTA AMERTHA DALAM CERITA ADIPARWA

DAN DEWA RUCI R2

I NYOMAN KARDANA;

DEWA AYU KADEK

CLARIA; MADE SRI

SATYAWATI

FUNGSI DAN MAKNA PESAN DALAM PEPATAH BAHASA

BALI. R2

Page 23: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

20

Nama Judul Makalah Room Moderator

I GUSTI NGURAH

PARTHAMA MAKNA METAFORA PADA JUDUL BERITA MEDIA CETAK R2

Nama Judul Makalah Room Moderator

KETUT SANTI INDRIANI

PEMANFAATAN VIDEO PADA PENGAJARAN KOSA KATA

BAHASA BALI (STUDI KASUS: SISWA KELAS 3 SD TUNAS

DAUD)

R3

OKTAVIANUS

MADE SANI

DAMAYANTHI

MULIAWAN

DINAMIKA BAHASA TANDA LUAR RUANG DI LINGKUNGAN

SEKOLAH NASIONAL DAN SEKOLAH INTERNASIONAL DI

WILAYAH BANJAR BADAK SARI DENPASAR

R3

OKTAVIANUS

BAHASA IBU DAN GENERASI MILENIAL DI ERA REVOLUSI

INDUSTRI 4.0: SEBUAH KAJIAN TERHADAP BAHASA

MINANGKABAU

R3

I GEDE GITA PURNAMA

ARSA PUTRA

CYBER SATUA; TRANSFORMASI SATUA BALI MENYAMBUT

REVOLUSI INDUSTRI 4.0 R3

NI NYOMAN TANJUNG

TURAENI

PEMBERDAYAAN LINGKUNGAN DALAM KUMPULAN CERPEN

MAYONYO KARYA SUWITA UTAMI: KAJIAN EKOLOGI

SASTRA

R3

NI WAYAN ARYANI NILAI PENDIDIKAN KARAKTER KEARIFAN LOKAL TEMBANG

BALI R3

Nama Judul Makalah Room Moderator

I NENGAH SUDIPA PENGEMBANGKAN KOSAKATA BAHASA BALI UNTUK

PENUTUR YANG BERANJAK MODERN R4

SANG AYU PUTU ENY

PARWATI

MOH. YUSRIL

HERMANSYA; DEWI

AYUNINGTYAS

KAJIAN PSIKOLINGUISTIK: PEMEROLEHAN FONEM BAHASA

INDONESIA PADA ANAK USIA 4 TAHUN (STUDI KASUS PADA

RAFA)

R4

NI KETUT SRI

RAHAYUNI

RAGAM BAHASA TULIS DALAM KOMUNIKASI ANTARA

DOSEN DAN MAHASISWA DI FAKULTAS ILMU BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

R4

Page 24: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

21

Nama Judul Makalah Room Moderator

KOMANG ANDRI SANI BAHASA IKLAN DALAM BUKU TEKS SISWA KELAS VIII

KURIKULUM 2013 R4

SANG AYU PUTU ENY

PARWATI

KEMAMPUAN MENULIS BAHASA BALI DENGAN

MENERAPKAN PRINSIP-PRINSIP PENILAIAN R4

I WAYAN NITAYADNYA MODEL PEMBELAJARAN SASTRA BALI UNTUK SEKOLAH

DASAR: INOVATIF, KREATIF, DAN MENYENANGKAN R4

Nama Judul Makalah Room Moderator

I WAYAN PASTIKA BAHASA DAN AKSARA DAERAH DI RANAH PUBLIK PASCA-UU

NO 24 TH 2009: KAJIAN LINGUISTIK FORENSIK R5

I WAYAN SUARDIANA

I WAYAN SUARDIANA BAHASA BALI ANTARA IDEALISME, PASAR, DAN POLITIK R5

PUJI RETNO

HARDININGTYAS

PUITIKA PASTORAL DALAM TEKS SAJAK DONGENG DARI

UTARA KARYA MADE ADNYANA OLE R5

TJOK. ISTRI AGUNG

MULYAWATI R.

INTENSITAS KONFLIK DALAM TEKS GEGURITAN LUNGA KA

JEMBRANA DAN GEGURITAN MAWALI KA AMLAPURA

KARYA ANAK AGUNG ISTRI AGUNG

R5

NI PUTU EKATINI

NEGARI

IMAJI KEPAHLAWANAN DAN LINGKUNGAN DALAM CERITA

ANAK MUTIARA TANAH ARON R5

Nama Judul Makalah Room Moderator

AHMAD TONI

FENOMENA BAHASA IBU DALAM PENDEKATAN MARKETING

KOMUNIKASI PRODUK SANCO DALAM PERSPEKTIF KEBANGSAAN ‘SUMPAH PEMUDA’

R6

I MADE ASTU MAHAYANA

DEWA AYU KADEK

CLARIA; I NYOMAN

KARDANA; I GUSTI

NGURAH ADI RAJISTHA

PERIBAHASA BAHASA BALI UNTUK MENGEKSPRESIKAN

EMOSI MELALUI SUDUT PANDANG PRAGMATIS R6

I MADE ASTU

MAHAYANA; ANAK

AGUNG GEDE

PENGGUNAAN BAHASA TABU DI KOTA DENPASAR R6

Page 25: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

22

Nama Judul Makalah Room Moderator

SUARJAYA; DEWA AYU

DYAH PERTIWI PUTRI

I WAYAN MULYAWAN;

KETUT ARTAWA

BALINESE IN PUBLIC SPACES IN THE CONTEXT OF TRADITION

AND GLOBALIZATION (A LINGUISTIC LANDSCAPES STUDY IN

KUTA VILLAGE

R6

IDA BAGUS PUTRA

YADNYA

POLIGLOT: TANTANGAN MENUJU KEDWIBAHAS AAN

SIMETRIS R6

A.A NGURAH ANOM

KUMBARA; MAYSKE

RINNY LIANDO; IDA

BAGUS GDE PUTRA

KONFLIK SOSIAL DAN RESOLUSINYA PADA KOMUNITAS

BUGIS DI PULAU SERANGAN KOTA DENPASAR R6

Page 26: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

23

SESI PARALEL 2

Pukul 15.45 – 17.15 WITA

Nama Judul Makalah Room Moderator

I GUSTI AYU GDE SOSIOWATI BAHASA BALI: KAITANNYA DENGAN MAKSIM

PENERIMAAN DAN MAKSIM KERENDAHAN HATI R1

I GUSTI AYU GDE SOSIOWATI

NI WAYAN PRAMI

WAHYUDIANTARI

DIRECTIVE SPEECH ACTS BY THE CHARACTER IN

WONDER A NOVEL BY R.J. PALACIO R1

I DEWA AYU DEVI

MAHARANI SANTIKA; I GUSTI

AYU VINA WIDIADNYA PUTRI

KETIDAKSESUAIAN UJARAN DALAM PERCAKAPAN

BERBAHASA BALI TERHADAP PRINSIP KOOPERATIF R1

KOMANG DIAN PUSPITA

CANDRA; I WAYAN SIDHA

KARYA

PERMAINAN BAHASA HUMOR DALAM AKUN

SELEBGRAM PUJA ASTAWA: HAI BANANA R1

IDA BAGUS GDE NOVA

WINARTA; KADEK APRILIANI

PELANGGARAN MAKSIM YANG TERJADI DALAM

PERCAKAPAN PUJA ASTAWA R1

Nama Judul Makalah Room Moderator

IDA BAGUS RAI PUTRA; IDA

AYU PUTU ARIDAWATI

MAKNA IDIOMATIS UNGKAPAN “MENTUL-MENCENG

MENTUL-MENCENG, GLENDANG-GLENDONG

GLENDANG-GLENDONG”

DALAM TRADISI MABUUG-BUUGAN MASYARAKAR

KEDONGANAN-BADUNG

R2

I NYOMAN WIJAYA

IDA AYU WIRASMINI

SIDEMEN

PENANGANAN PERKARA DI DESA PADA MASA

KERAJAAN DI BALI R2

I WAYAN MULYAWAN; SANG

AYU ISNU MAHARANI; I

GEDE BUDIASA

LINGUISTIC LANDSCAPES:

REPRESENTATION OF BALINESE LETTERS IN

GOVERNMENT BUILDING

(A CASE STUDY IN GIANYAR CITY, BALI)

R2

I NYOMAN WIJAYA KONTAMINASI BAHASA IBU DI BALI ZAMAN KOLONIAL

BELANDA R2

Page 27: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

24

Nama Judul Makalah Room Moderator

I NYOMAN WARDI EKOLOGI BAHASA SUBAK DI KAWASAN WORLD

CULTURE HERITAGE CATUR ANGGA BATUKARU DI BALI R2

NI KETUT PUJI ASTITI

LAKSMI; WAHYU RIZKY

ADHIFANI

BAHASA MELAYU DALAM PRASASTI DAN NASKAH

BERAKSARU ULU DI SUMATERA SELATAN R2

Nama Judul Makalah Room Moderator

FAHRUROJI MORFOLOGI BAHASA JAWA DIALEK TEGAL YANG

BERHUBUNGAN DENGAN KATA GANTI R3

NI WAYAN SUASTINI

GEDE PRIMAHADI WIJAYA

RAJEG; I MADE RAJEG; I

WAYAN ARKA

CONTRASTING THE SEMANTICS OF INDONESIAN -KAN

AND -I VERB PAIRS: A USAGE-BASED, CONSTRUCTIONAL

APPROACH

R3

NI WAYAN SUASTINI NOMINA BAHASA BALI R3

I NYOMAN SEDENG STRUKTUR LOGIS VERBA BERSUFIKS {−ANG DAN −I}

BAHASA BALI PENDEKATAN TEORI PERAN DAN ACUAN R3

I NYOMAN UDAYANA LEXICAL REPROCITY IN INDONESIAN R3

Nama Judul Makalah Room Moderator

PUTU DESI ANGGERINA

HIKMAHARYANTI

TRANSLATING JAVANESE LEXICONS INTO ENGLISH IN

WARUNG VOA PROGRAM OF JAWA TIMUR TELEVISION

(JTV)

R4

ANAK AGUNG SAGUNG

SHANTI SARI DEWI

PUTU WEDDHA SAVITRI DIKSI DALAM NOVEL TERJEMAHAN LARA KUSAPA R4

ANAK AGUNG SAGUNG

SHANTI SARI DEWI

PENGARUH BAHASA INGGRIS TERHADAP PILIHAN

BERBAHASA GENERASI MILENIAL R4

LADYCIA SUNDAYRA

STRATEGI DAN PROSEDUR PENERJEMAHAN KATA

BERMUATAN BUDAYA BALI PADA MEDIA CETAK

BERBAHASA JEPANG

R4

I NYOMAN ARYAWIBAWA TRANSLATION: IS IT POSSIBLE OR IMPOSSIBLE? R4

NI MADE DHANAWATY CAMPUR KODE: DILEMA BAGI KELANGSUNGAN HIDUP

BAHASA BALI R4

Page 28: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

25

Nama Judul Makalah Room Moderator

I KETUT DARMA LAKSANA

FENOMENA BAHASA IBU DALAM DINAMIKA

KEMULTIBAHASAAN DAN KEANEKABUDAYAAN SERTA

KEMAJUAN TEKNOLOGI DIGITAL: KASUS PADA BAHASA

LOKAL DI PULAU NUSA PENIDA

R5

DIAN RAHMANI PUTRI

DIAN RAHMANI PUTRI ANALISIS METABAHASA SEMANTIK ALAMI VERBA

MEMBAWA DALAM BAHASA NIAS SELATAN R5

PUTU DEWI MERLYNA YUDA

PRAMESTI

KESANTUNAN BERBAHASA BALI PERAWAT LANSIA DI

BULELENG SEBAGAI WUJUD PEMERTAHANAN BAHASA

LOKAL

R5

SANG AYU ISNU MAHARANI

PENGGUNAAN BAHASA BALI SEBAGAI BENTUK

PEMERTAHANAN BAHASA PADA MEDIA SOSIAL

INSTAGRAM

R5

Nama Judul Makalah Room Moderator

BAMBANG DHARWIYANTO

PUTRO

EXPLANATORY MODEL DAN RASIONALITAS MEDIS

KELUARGA ORANG DENGAN GANGGUAN JIWA (ODGJ)

DI DESA BLAHBATUH KABUPATEN GIANYAR, BALI

R6

NI MADE AYU WIDIASTUTI

YANA QOMARIANA SIKAP BAHASA PENULIS DALAM ARTIKEL JURNAL

ILMIAH R6

NI MADE AYU WIDIASTUTI KONTEKS TUTURAN PADA VIDEO HUMOR “TURIS APA

TURUS?” R6

TAIB LATIF PERGESERAN NILAI HONORIFIK BAHASA TABA DI

MALUKU UTARA

(PERSPEKTIF EKOLINGUISTIK)

R6

N.K. DEWI YULIANTI BAHASA FIGURATIF, NILAI BUDAYA DAN NILAI MORAL

DALAM WAYANG CENK BLONK R6

Page 29: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

26

JUMAT, 7 FEBRUARI 2020

SESI PARALEL 3

Pukul 09.45 – 11.15 WITA

Nama Judul Room Moderator

PERZEUS DON MARIO

MANGINDAAN; MELISA

ELITA SALAUWE

VARIOUS MAPPINGS OF VERB ‘SEE’ IN MANADO MALAY

LANGUAGE

R1 ITA FITRIANA

I MADE ABDI SUTARMAYA;

SITI RABIATUN NUR ANNISA

MAKNA VERBA TINDAKAN "MENGAMBIL" BAHASA

INDONESIA: PENDEKATAN NATURAL SEMANTIK

METALANGUAGE

R1

I PUTU ADY ANDYKA PUTRA;

NI PUTU ANA AGUSTHINI

ANALISIS VERBA MEMBAWA DALAM NOVEL PERAHU

KERTAS MELALUI PENDEKATAN METABAHASA

SEMANTIK ALAMI

R1

ITA FITRIANA MAKNA MENCUCI DALAM BAHASA JAWA DIALEK

NGANJUK PENDEKATAN METABAHASA SEMANTIK

ALAMI

R1

NI MADE DIAN PARAMITHA

SARI; PUTU GEDE SUARYA

NATHA

STRUKTUR SEMANTIK VERBA BAHASA BALI DAN

BAHASA INDONESIA ‘MENANGKAP’: PENDEKATAN

METABAHASA SEMANTIK ALAMI (MSA)

R1

RABIYATUL ADAWIYAH VERBA MEMBERSIHKAN DALAM BAHASA BIMA (MBOJO)

KAJIAN METABAHASA SEMANTIK ALAMI (MSA)

R1

Nama Judul Room Moderator

MELITA EUFRASIA JEWARU;

IDA AYU ARI PUTRI KARTINI

GO'ET SEBAGAI UNGKAPAN TRADISIONAL MANGGARAI

DITINJAU DARI SEGI MAKNA DAN FUNGSI

R2 IDA AYU PRISTINA PIDADA

IDA AYU PRISTINA PIDADA;

NADYA INDA SYARTANTI

PENGGUNAAN LEKSIKON VERBA "MEMBAWA" BAHASA

BALI (KAJIAN LINGUISTIK KEBUDAYAAN)

R2

I MADE SUKMA MANGGALA;

I KETUT ERIADI ARIANA; I

PEMULIAAN SAWAH DALAM KUTTARA KANDA DEWA

PURANA BANGSUL

R2

Page 30: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

27

Nama Judul Room Moderator

DEWA GDE ALIT SATRIA

WIBHAWA

PUTU SANDRA PUTRI

ASTARIANI; NI KETUT PUTRI

NILA SUDEWI; NI KOMANG

ARINI

DINAMIKA BAHASA BALI DALAM LAWAKAN

CLEKONTONG MAS

R2

KHOLID NEGARA ISLAM, ISLAM NUSANTARA DALAM WACANA

VISI MISI CAPRES 2019: KAJIAN POSTMODREN

R2

Nama Judul Room Moderator

PUTU ANGGITA NOVARIANTI;

LAILA DAMAYANTI; ERNA M.

MANAFE; TANG YING MIN

ANALISIS MAJAS METAFORA DALAM NOVEL THE GIVER

OF STARS KARYA JOJO MOYES

R3 EFRON ERWIN YOHANIS

LOE

HUSNI THE GREETINGS SYSTEM OF CIACIA LANGUAGE

BATUATAS DIALECT ( A STUDY OF SOCIOPRAGMATICS)

R3

LUH NITYA DEWI RUPINI;

ADE NOVI ANTARI PUTRI

DERIVATIONAL ENGLISH SUFFIXES FORMING NOUNS IN

THE NOVEL “MOCKINGJAY” BY SUZANNE COLLINS

R3

I MADE AGUS ATSERIYAWAN

HADI SUTRESNA; GDE ARYS

BAYU REWA; DEWA AYU

MARTA DEWI

AMBIGUITAS PENGGUNAAN SUFIKS –IN DAN –ANG

DALAM BAHASA BALI PADA MAHASISWA FAKULTAS

ILMU BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA

R3

EFRON ERWIN YOHANIS LOE AFIKS INFLEKSIONAL DALAM BAHASA UAB METO:

PENDEKATAN MORFOLOGI GENERATIF

R3

TITIS SUGIYANTININGTYAS; I

WAYAN ARDI SUMARTA

MAKNA IMPLIKATUR PERCAKAPAN TUTURAN

WADANAN SEBAGAI MANIFESTASI MELECEHKAN MUKA DALAM BAHASA OSING

R3

Page 31: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

28

Nama Judul Room Moderator

MADE DWI YUNIARTATI;

LUH GEDE NOVITA RAHAYU;

PRISMA ADI PRAWANGSA;

MARGARETHA LINTAR

MELATI

TRANSLATION PROCEDURE FROM ENGLISH INTO

INDONESIAN IN A MOTIVATIONAL BOOK ENTITLED “THE

ART OF NOT GIVING A FUCK”

R4 BAHARUDDIN

BAHARUDDIN POSISI BAHASA IBU DALAM PENERJEMAHAN R4

NI KOMANG PUTRI WIDARI;

YOHANNA VENENSIA BIDI

LUA; LUH SITTA DEVI

WICAKSANA

INTERFERENSI BAHASA INGGRIS DALAM KOMUNIKASI

BERBAHASA BALI PADA AKUN MEDIA SOSIAL HAI PUJA

R4

NI LUH PUTU SISIANA DEWI;

PUTU CINDY APRILIA DEVI;

LUH GDE TITAH

MADRIYANTHI UTAMA

THE TRANSLATION IDEOLOGY OF IDIOMATIC EXPRESSION

IN CANTIK ITU LUKA AND IN BEAUTY IS A WOUND

R4

I PUTU AMBARA PUTRA;

KADEK GANGGA UTARA;

LUH PUTU GEDE PUTRI

CAHYANTIKA NINGRUM

ANALYSIS THE USE OF CODE SWITCHING IN TWITTER R4

NI MADE PRAMESTIA DEWI;

KOMANG ADI MAENDRA

PELESTARIAN BAHASA DAERAH BALI SEBAGAI BAHASA

IBU BAGI GENERASI MILENIAL DENGAN MEMANFAATKAN

KEMAJUAN TEKNOLGI DIGITAL KHUSUSNYA MEDIA

SOSIAL

R4

Nama Judul Room Moderator

I PUTU PERMANA

MAHARDIKA

ETIMON PAN *MANUK 'AYAM' DALAM DUNIA KE-SIAP-AN

DI BALI

R5 I DEWA GEDE BUDI UTAMA

MADE BUDIARSA BAHASA IBU SEBAGAI FONDASI PEMBELAJARAN BAHASA

KEDUA DALAM MASYARAKAT MULTILINGUAL

R5

NI LUH NYOMAN SERI

MALINI

SISTEM PEWARISAN BAHASA IBU : KASUS PADA

DIASPORA DI DESA ANGANTIGA PETANG BADUNG

PROVINSI BALI

R5

Page 32: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

29

Nama Judul Room Moderator

YOHANES OCTOVIANUS L.

AWOLOLON; KOMANG

SATRIA WIRASA; NI PUTU

EKA YANI

TINGKAT PENDIDIKAN DALAM EKSISTENSI BAHASA BALI R5

I DEWA GEDE BUDI UTAMA E-LEARNING UNTUK MENGOPTIMALKAN

PEMBELAJARAN BAHASA IBU

R5

GEK DIAH DESI SENTANA PEMERTAHANAN BAHASA BALI MELALUI TRADISI NGUUP

DI DESA ADAT MUNDEH KECAMATAN KEDIRI

KABUPATEN TABANAN

R5

Nama Judul Room Moderator

YUNIDAR; ULINSA PEMERTAHANAN BAHASA KAILI ERA MILENIAL MELALUI

BINGKAI SASTRA

R6 ULINSA

SITTI HARISAH; ULINSA INOVASI PEMBELAJARAN BAHASA IBU DALAM

KESUSASTRAAN DI ERA TEKNOLOGI DIGITAL

R6

PUTU SUTAMA; MARIA

ARINA LIARDINI

PEMEROLEHAN BAHASA IBU: BAHASA BALI ANAK USIA

"PRA-SEKOLAH" KAJIAN LINGUISTIK

SISTEMIK FUNGSIONAL

R6

I KETUT DARMANA SINERGI ANTARA INDUSTRI KREATIF DAN EKONOMI

KREATIF DALAM MENGATASI PENGANGGURAN DI BALI

R6

MADE SUSINI; NI WAYAN

KASNI; NYOMAN SUJAYA

METONIMI SPASIAL PADA BAHASA BALI: ANALISIS DARI

SUDUT SEMANTIK DAN GRAMATIKAL

R6

I GUSTI AYU AGUNG DIAN

SUSANTHI; A. A. ISTRI MANIK

WAMADEWI

BALINESE ADDRESSING TERMS ON SATUA BALI R6

Page 33: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

30

KUMPULAN ABSTRAK PEMAKALAH KUNCI DAN UNDANGAN

Page 34: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

31

Tipologi Tataurut Kata Bahasa Minangkabau: Perlukah

Dokumentasi dan Revitalisasi Bahasa?

Jufrizal

Fakultas Bahasa dan Seni Univesitas Negeri Padang

[email protected]

Abstrak

Penentuan tipologi tataurut kata untuk satu bahasa melalui uji tipologis – kelaziman muncul,

kebermarkahan, dan kenetralan konteks-pragmatik – tidak selalu dapat dihandalkan karena ada

faktor lain yang perlu diperhatikan, yaitu intuisi kebahasaan penutur asli dan perubahan bahasa.

Penentuan tipologi tataurut kata untuk bahasa-bahasa tertentu “agak” lebih mudah dilakukan

melalui uji tipologis dibandingkan dengan bahasa-bahasa jenis lainnya. Sejarah perubahan

bahasa tidak dapat pula dihindari dalam penentuan tipologi tataurut kata satu bahasa. Hasil

penelitian tipologis BM terdahulu menunjukkan bahwa ada tiga pola tataurut kata yang lazim

dalam pemakaian bahasa sehari-hari, yaitu S-V-O, V-O-S, dan O-S-V. Pertanyaan yang gayut

dengan kenyataan ini adalah: (i) apakah bahasa Minangkabau mempunyai tiga tipologi

tataurut kata?; (ii) apakah ketiga pola tipologi tataurut kata itu mempunyai tingkat keasalian

(keberterimaan) yang sama?; dan (iii) apakah data dari dokumentasi dan revitalisasi bahasa

diperlukan untuk tipologi tataurut kata tersebut? Makalah yang dikembang-lanjutkan dari

sebagian hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2019 dan telaah awal dari penelitian yang

dilakukan tahun 2020 ini berusaha manjawab tiga pertanyaan tersebut. Untuk menjawab tiga

pertanyaan tersebut, tiga bentuk uji tipologis tataurut kata “tidak cukup kuat” digunakan. Oleh

kerenanya, intuisi kebahasa penutur asli dan tipologi diakronis diperlukan. Dua bentuk

pertimbangan terakhir ini lah yang memerlukan data dokumentasi dan revitalisasi bahasa.

Kata kunci: tipologi tataurut kata, uji tipologis, intuisi kebahasaan, dokumentasi bahasa,

revitalisasi bahasa

Page 35: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

32

Refleksi Bahasa Jawa Kuna dalam Budaya Bali

Ni Ketut Ratna Erawati 1, Ketut Artawa 2

FIB Universitas Udayana 1,2

[email protected] 1, [email protected] 2

Abstrak

Secara historis, bahasa Jawa Kuna merupakan bahasa daerah yang dapat menyatukan daerah-

daerah kecil di Nusantara. Bahasa Jawa Kuna berkembang pesat dari abad ke-9 sampai abad

ke-15 ketika masa kejayaan Kerajaan Majapahit di bawah pemerintahan Raja Hayam Wuruk.

Ekspansi Hayam Wuruk ke Bali menyebabkan Bali berkembang dua aliran, jawanisasi dan

balinisasi. Akulturasi dua aliran tersebut melahirkan kebudayaan yang diwarisi sampai

sekarang. Wujud kebudayaan Bali yang dibahas adalah wujud budaya yang bernuansa bahasa

Jawa Kuna. Refleksi tersebut dikaji dengan beberapa konsep yang relevan terutama perspektif

difusi dan akulturasi sebagai wujud nyata pelestarian budaya. Berdasarkan analisis dapat

disimpulkan bahwa Bali adalah pewaris kuat bahasa Jawa Kuna. Hal tersebut dibuktikan

dengan adanya berbagai teks yang berbahasa Jawa Kuna yang diselamatkan di Bali. Teks

bahasa Jawa Kuna di Bali memiliki prestise yang tinggi apabila dikaitkan dengan konteks

budaya Bali. Sebagai warisan budaya, bahasa Jawa Kuna menduduki posisi penting dan

banyak mengilhami perkembangan budaya Bali, dalam wujud, ide, aktivitas, maupun hasil

cipta karya masyarakat Bali. Warisan budaya tersebut mengandung nilai-nilai kearifan lokal

sebagai khazanah kebudayaan Bali. Semua warisan budaya tersebut menjadi akar kekuatan

Bali saat ini sehingga Bali menjadi tujuan wisata manca negara yang berbasis kebudayaan.

Kata kunci: difusi, akulturasi dan asimilasi, warisan budaya, pelestarian budaya.

Page 36: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

33

Berjayakah Bahasa Bali di Kawasan Heritage Kota

Denpasar? Sebuah Pendekatan Lanskap Linguistik

Ketut Widya Purnawati

Universitas Udayana

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini berfokus pada penggunaan bahasa Bali di kawasan heritage Kota Denpasar.

Kawasan heritage kota Denpasar, berdasarkan Peraturan Daerah Kota Denpasar Nomor 27

Tahun 2011 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Denpasar, merupakan kawasan di

Jalan Gajah Mada dan sekitarnya. Kawasan ini menjadi penting karena kawasan ini merupakan

saksi sejarah kota Denpasar. Penduduk kota Denpasar yang berada di Bali, seharusnya sudah

terbiasa dengan bahasa Bali sejak dulu sampai sekarang. Bahasa Bali merupakan salah satu

bahasa daerah di Indonesia yang berstatus sebagai bahasa yang sedang berkembang (Eberhard,

dkk., 2019). Berbagai usaha dilakukan untuk melestarikan bahasa Bali, salah satunya adalah

penerbitan Peraturan Gubernur Bali Nomor 80 Tahun 2018 tentang Perlindungan dan

Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali serta Penyelenggaraan Bulan Bahasa Bali. Jauh

sebelum Peraturan gubernur tersebut diterbitkan, Pemerintah Kota Denpasar telah menata

kawasan heritage kota Denpasar dengan pemasangan papan-papan nama toko dan instansi yang

terdapat di kawasan Jalan Gajah Mada dengan menggunakan aksara Bali dan huruf latin.

Namun, aturan penggunaan aksara Bali tersebut, berdasarkan pendekatan lanskap linguistik,

tidak serta merta membuat bahasa Bali berjaya di kawasan heritage Kota Denpasar. Dalam

penelitian ini dipaparkan bagaimana kondisi penggunaan bahasa-bahasa di ruang publik dengan mengambil studi kasus di kawasan heritage Jalan Gajah Mada dan Pasar Badung.

Kata Kunci: bahasa Bali, kawasan heritage, lanskap linguistik

Page 37: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

34

Pengenalan Istilah Budaya Lokal Melalui Penerjemahan

Ida Ayu Made Puspani

Universitas Udayana

[email protected]/[email protected]

Abstrak

Kajian ini membahas penerjemahan karya sastra dari bahasa Indonesia berlatar budaya Bali ke

dalam bahasa Inggris, di mana karya sastra sarat akan muatan budaya sehingga dalam

menerjemahkan istilah budaya penerjemah mengalami kesulitan dalam mengalihkan makna

yang terdapat dalam istilah budaya tersebut. Penerjemahan merupakan pengalihan makna dari

satu Bahasa ke Bahasa lain, dalam hal ini penerjemah harus mempertahan makna bahasa

sumber (BSu) pada bahasa sasaran (BSa). Walaupun demikian, pengalihan makna BSu ke

dalam BSa dapat dilakukan dengan bebarapa strategi antara lain borrowing /peminjaman (pure

borrrowing dan naturalisasi), dan paraphrase. Melalui penerjemahan karya sastra bermuatan

budaya dapat dipakai sebagai salah satu cara untuk memperkenalkan budaya lokal kepada

bahasa lain; tentunya strategi yang dimanfaatkan oleh penerjemah akan mampu mengalihkan

makna yang terdapat pada BSu ke dalam BSa.

Kata kunci : budaya, borrowing, makna, penerjemahan

Page 38: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

35

Local Act Global Impact in Publication

Kundharu Saddhono

Universitas Sebelas Maret

[email protected]

Abstrak

Dunia publikasi saat ini sangat penting dalam rangka luaran dan sosialisasi hasil penelitian.

Akan tetapi banyak yang tidak memahami maksud dan tujuan dari publikasi yang dilakukan

dan aspek apa saja yang harus dipenuhi. Banyak unsur dan komponen dalam publikasi karya

ilmiah yang harus diikuti oleh penulis atau peneliti. Aspek tersebut adalah sebagai berikut; (1)

Judul, (2) Identitas, (3) Abstrak, (4) Kata Kunci, (5) Isi yang terdiri dari Pendahuluan, Tinjauan

Pustaka, Metode, Hasil dan Pembahasan, Simpulan, (6) Referensi, dan (7) Lampiran. Setiap

komponen tersebut mempunyai karakteristik tersendiri tergantung dari tujuan dan tempat

publikasi. Inti dari tulisan ini bahwa meskipun materi yang ditulis adalah bersifat ‘lokal’ akan

tetapi rasa yang dibangun dalam tulisan tersebut harus berasa “internasional”. Hal ini bisa

dilakukan jika penulis telah membuka diri dengan wacana dan referensi secara global atau

internasional tidak terjebak pada hasil penelitian yang bersifat lokal. Itulah salah satu aspek

penting yang harus dilakukan penulis Indonesia agar tulisan yang masih berbau atau bersifat

lokal harus diubah menjadi sesuatu yang bersifat global dari berbagai aspek.

Kata Kunci: local act, global impact, publikasi, komponen karya ilmiah

Page 39: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

36

Implementasi Tattwa dalam Satua: Sebuah Pemudahan

Pemahaman untuk Pembangunan Karakter

I Ketut Jirnaya

Program Studi Sastra Jawa Kuno, Universitas Udayana

[email protected]

Abstrak

Masyarakat Bali kaya akan cerita-cerita lisan atau satua, baik yang memang lahir sebagai cerita

lisan maupun berasal dari cerita dalam teks tulis yang dilisankan. Pada umumnya satua tersebut

untuk kosumsi anak-anak yang ditekankan pada unsur edukasi. Tujuannya jelas untuk

membangun karakter lebih dini pada anak-anak. Jika demikian halnya, apakah tidak ada

relevansinya untuk pembangunan karakter pada orang dewasa? Untuk menjawab pertanyaan

ini, masalah ini dikaji dengan mengaplikasikan teori tradisi lisan dari Bascom dan Ruth

Finnegan. Kajian bersifat kualitatif, data diperoleh dengan metode simak dan cakap semuka.

Hasil kajian menunjukkan bahwa satua-satua tersebut tidak hanya mengandung nilai edukasi

untuk membangun karakter anak-anak, tetapai sejatinya ada implementasi nilai filsafat (tattwa)

untuk orang dewasa. Pada umumnya filsafat (tattwa) sangat sulit kita pahami, untuk itulah

diselipkan dalam satua yang bahasa dan narasinya lebih mudah dipahami.

Kata kunci: tattwa, satua, karakter, pemudahan pemahaman

Page 40: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

37

Mekanisme Penelitian Bahasa Ibu

I Made Suastra

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana

Abstrak

Kajian ini merupakan sebuah road map penelitian yang terkait dengan keberagaman linguistik

pada masyarakat multibahasa. Road map dan hasil-hasil penelitian tentang keberagaman

bahasa yang dikerjakan oleh Suastra dkk (2016, 2017, 2018 dan 2019), dapat dipakai sebagai

sebuah mekanisme dalam penelitian bahasa Ibu. Ini merupakan langkah strategis dan politis

secara linguistik terhadap keterancaman sebuah bahasa sebagai bahasa ibu. Kalau sebuah

bahasa tidak diperoleh, dikuasai, dan digunakan sejak lahir, maka akan sangat besar

kemungkinan bahasa tersebut diklasifikasikan sebagai “endanger language” atau bahasa yang

dinilai sebagai awal akan keterancaman keberadaanya. Kajian ini berfokus pada mekanisme

penelitian untuk menentukan kedudukan bahasa daerah dalam statusnya sebagai bahasa ibu

pada masyarakat multibahasa. Kajian ini bertujuan untuk menentukan mekanisme penelitian

bahasa ibu yang merupakan sebuah peta jalan yang terdiri atas 1) memetakan bahasa-bahasa

pada masyarakat multilingual; 2) menentukan ranah penggunaan bahasa sasaran; 3)

menentukan tingkat kebertahanan dan tingkat pergeseran bahasa yang disasar; 4)menentukan

tingkat penyusutan dan penyerapan kosa kata bahasa sasaran; 5)menganalisis strategi

pemerolehan, penguasaan dan transmisi bahasa; dan 6) menentukan status bahasa sasaran

apakah sebagai bahasa Ibu/bahasa pertama atau bahasa kedua pada masyarakat multibahasa.

Model penelitian untuk menggambarkan mekanisme ini menggunakan road map dan hasil-

hasil penelitian Suastra. dkk (2016, 2017, 2018 dan 2019) tersebut diatas pada masyarakat

multibahasa di Denpasar yang mencakup; pemetaan bahasa (Givon 2002), penggunaan bahasa

pada ranah pemakaian (Fishman 1980, Holmes 2001); kebertahanan dan pergeseran bahasa

(Holmes 2001, Abtahian et al. 2016, Khadidja 2013); penyusutan dan pengembangan kosa kata

(Kangas 2004, Manzini and Leonardo 2007, Wertheim 2003); pemerolehan, penguasaan dan

transmisi Bahasa pada anak (Chomsky 1965, Fry 1977, Grosjean 1982, Romain 1999, Brown

2000, Saunders 1988); dan penentuan status bahasa daerah sebagai bahasa Ibu atau bahasa

kedua (Salminen 1999, Khati 2011, Calvet 2006). Dengan menerapkan teori-teori

sosiolinguistik diharapkan penelitian-penelitian bahasa daerah atau bahasa etnis dapat segera

dilaksanakan untuk menentukan kedudukan bahasa tersebut masih sebagai bahasa Ibu atau

sudah mulai terancam pada masyarakat multibahasa.

Kata kunci: Keberagaman bahasa, pemetaan bahasa, keterancaman bahasa, Bahasa ibu,

penguasaan Bahasa, transmisi bahasa.

Page 41: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

38

KUMPULAN ABSTRAK PEMAKALAH PARALEL

Page 42: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

39

Go’et sebagai Ungkapan Tradisional Manggarai

Ditinjau dari Segi Makna dan Fungsi

Melita Eufrasia Jewaru 1, Ida Ayu Ari Putri Kartini 2

Program Studi Linguistik Universitas Udayana 1, 2

[email protected] 1, [email protected] 2

Abstrak

Tulisan ini bertujuan menguraikan makna serta fungsi go’ét dalam lingkungan masyarakat

Manggarai. Makna yang dibicarakan dalam tulisan ini adalah makna literal dan makna

figuratif. Makna literal atau makna lugas adalah makna yang harafiah, yaitu makna kata yang

sebenarnya berdasarkan kenyataan. Makna figuratif adalah makna yang menyimpang dari

referennya untuk tujuan etis dan estetis, dalam hal ini termasuk makna idiom dan makna kias.

Penelitian ini menggunakan pendekatan semantik dan pendekatan pragmatik. Pendekatan

semantik digunakan untuk menganalisis jenis-jenis makna yang terdapat dalam go’ét

Manggarai. Pendekatan pragmatik digunakan untuk menganalisis tuturan yang diucapkan

penutur sehingga dapat dipahami oleh mitra tutur. Data diperoleh dengan menggunakan dua

metode yaitu metode simak atau observasi dan metode cakap atau wawancara. Hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa go’ét merupakan salah satu budaya Manggarai berupa ungkapan lisan

yang diwariskan secara turun-temurun. Go’ét tumbuh dan berkembang luas dalam lingkungan

masyarakat Manggarai. Meskipun tumbuh dan berkembang dalam lingkungan masyarakat

Manggarai, hanya segelintir orang Manggarai yang memahami serta menguasai go’ét dengan

sempurna. Umumnya, go’ét Manggarai hanya dipahami serta dikuasai oleh para orang tua

tertentu dalam lingkungan masyarakat (tetua adat dan tokoh masyarakat.

Kata kunci: Go’et, Makna Literal, Makna Figuratif, Fungsi Go’et.

Page 43: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

40

Various Mappings of Verb ‘See’in Manado Malay

Language

Perzeus Don Mario Mangindaan 1, Melisa Elita Salauwe 2

Department of Linguistics, Udayana University 1, 2

[email protected] 1, [email protected] 2

Abstract

The semantic prime SEE which means ‘perceive with the eyes’ known as LIA in Manado

Malay Language. LIA is a verb that has several forms of lexicon and semantics meaning, such

as haga, téngo, hoba, and ba’ uni. In general, these five lexicons denoted the semantic prime

SEE in Manado Malay Language. However, actually, these lexicons have their particular

meaning as well. This paper aims to analyse the differences between those five lexicons

mentioned above using Natural Semantic Metalanguage theory. This theory was proposed by

Anna Wierzbicka in 1972 and developed greatly until today.

Keywords: Semantic Prime SEE, Manado Malay Language, Natural Semantic Metalanguge

Page 44: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

41

Analisis Majas Metafora dalam Novel The Giver of

Stars Karya Jojo Moyes

Putu Anggita Novarianti 1, Laila Damayanti 2, Erna M.Manafe 3, Tang Ying Min 4

Program Studi Ilmu Linguistik, Program Magister, Fakultas Ilmu Budaya,Universitas

Udayana 1 ,2, 3, 4

[email protected] 1, [email protected] 2,

[email protected] 3, [email protected] 4

Abstract

Metafora adalah sebuah majas yang secara ringkas membandingkan dua hal dengan

mengatakan bahwa yang satu adalah yang lain. (Larson, 1998:279). Majas ini dianggap dapat

membantu pembicara atau penulis untuk memberikan deskripsi yang jelas melalui

perbandingan. Makalah ini bertujuan untuk menganalisa kata ataupun sekelompok kata (frasa)

yang dianggap sebagai majas metafora. Sebuah novel berjudul The Giver of Stars karya Jojo

Moyes digunakan sebagai sumber data makalah ini. Metode yang digunakan untuk penelitian

ini adalah metode deskriptif. Dalam mengumpulkan data, penulis fokus pada identifikasi

kalimat, frasa, atau kata-kata. Teori yang diusulkan oleh Bloomsfield dan Wahab digunakan

untuk menganalisa metafora berdasarkan bentuknya yang telah ditemukan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa bentuk-bentuk metafora yang penulis temukan adalah: Nominatif

subyektif, nominative objektif, dan metafora predikatif. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa metafora ini mengandung makna tertentu tergantung pada letak kalimat metafora

tersebut.

Kata kunci: Metafora, Nominatif, Novel.

Page 45: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

42

Makna Verba Tindakan “Mengambil” Bahasa

Indonesia: Pendekatan Natural Semantik Metalanguage

Siti Rabiatun Nur Annisa 1, I Made Abdi Sutarmaya 2

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana 1, 2

[email protected] 1, [email protected] 2

Abstract

The semantic characteristics of each lexicon can be described through in-depth study through

metalanguage. This is due to the metalanguage approach, specifically the Natural Semantic

Metalanguage (NSM). The collected data is analyzed using the theory of NSM The MSA

Theory (Natural Semantic Metalanguage) which is translated from English Natural Semantic

Metal Language (NSM) is designed to explicate all meanings, both lexical meaning,

illocutionary meaning and grammatical meaning. This theory is used to find the similarity of

the lexicon concept, especially the meaning of the action verb. In this analysis five data were

found that had similarities in meaning with similar lexicons, namely ‘memungut’, ‘mengutip’,

‘mencuri’ dan ‘memetik’. Therefore from the existence of the Natural Semantic Grammar

(NSM) theory, it can facilitate the analysis of existing data.

Keywords: Natural Semantic Metalanguage, Meaning, Lexicon

Page 46: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

43

Analisis Verba Membawa dalam Novel Perahu Kertas

melalui Pendekatan Metabahasa Semantik Alami

Ni Putu Ana Agusthini 1, I Putu Ady Andyka Putra 2

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana 1, 2

[email protected] 1, [email protected] 2

Abstrak

Makalah ini bertujuan untuk meneliti kata dalam bahasa Indonesia “membawa” yang memiliki

leksikon lain, yaitu: menyeret, membawa, menenteng, dan mengantar. Keempat leksikon

tersebut memiliki makna yang mirip dengan kata membawa, tetapi terdapat beberapa

perbedaan yang ditemukan walaupun kata tersebut termasuk ke dalam bidang semantik yang

serupa. Data dikumpulkan dari novel berjudul Perahu Kertas (2009) yang ditulis oleh Dewi

Lestari. Bentuk data berupa lima kalimat yang mengandung kata-kata yang telah disebutkan.

Data-data yang telah didapatkan tersebut kemudian dianalisis dengan menggunakan

pendekatan Metabahasa Semantik Alami (MSA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa

menyeret memiliki makna "dipaksa" oleh pelaku, menenteng dan mengangkat memiliki

instrumen yang sama untuk dilakukan oleh aktivitas (tangan), dan mengantar memiliki

kebutuhan dari seluruh pelaku sebagai instrumen.

Kata kunci: Metabahasa Semantik Alami (MSA), Bidang Semantik

Page 47: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

44

Translation Procedure from English into Indonesian in a

Motivational Book Entitled “The Art of not Giving a

Fuck”

Made Dwi Yuniartati 1, Luh Gede Novita Rahayu 2, Prisma Adi Prawangsa 3, Margaretha

Lintar Melati 4

Linguistic Department, Udayana University 1, 2, 3, 4

[email protected] 1, [email protected] 2 [email protected] 3,

[email protected] 4

Abstract

Translation has always been a bridge connecting two languages. Translation is a process of

transferring meaning of a source language into the target language. In the process of

translation, the translator usually uses some techniques in translating the text. This study

entitled “Translation Procedure from English into Indonesian in a Motivational Book Entitled

“The Art of not Giving a Fuck”” is mainly concerned with identifying the types of translation

technique from English into Indonesian in the motivational book.

The data were taken from a motivational book entitled “The Art of not Giving a Fuck”.

Motivational book aims to give a changing to human’s point of view in life i.e. to be more

positive, inspired, diligent, and less complaining. The book was chosen because of its

popularity and there were many data found to be analyzed. Documentation method and note

taking technique were used in collecting the data. Meanwhile, descriptive qualitative was used

in analyzing the data of this study since it did not involve statistic in the analysis.

The main theory used to analyze the problem of this study was proposed by Vinay and

Dalbernet (1995/2004: 128–37). This theory was used to analyze the procedure of translation

in this study. It consists of two strategies and seven procedures. The strategies are direct and

oblique translations, whereas, the direct translation covers three procedure (borrowing, calque,

and literal translation). On the other hand, oblique strategy covers four procedures

(transposition, modulation, equivalence or idiomatic translation, and adaptation).

With regard to the analysis, from two chapters used as data source it was found that the

procedure applied by translator were borrowing, calque, literal, transposition, modulation, and

idiomatic translation, while adaptation was not found.

Keywords: Translation, Procedure of Translation, Motivational Book

Page 48: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

45

Pemanfaatan Video pada Pengajaran Kosa Kata Bahasa

Bali (Studi Kasus: Siswa Kelas 3 SD Tunas Daud)

Ketut Santi Indriani

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana

[email protected]

Abstrak

Pemerintah mendukung pelestarian Bahasa Bali (BB) dengan menetapkan mata pelajaran BB

sebagai bagian dari mata pelajaran muatan lokal sesuai dengan Peraturan Gubernur Bali No.

20 tahun 2013. Pada pelaksanaannya terdapat kesulitan yang dialami dalam pengajaran BB

pada jenajng pendidikan Sekolah Dasar (SD), salah satunya dalam pengajaran kosa kata BB.

Bagi siswa SD di wilayah perkotaan, BB bukan merupakan bahasa ibu yang mereka pelajari

sejak kecil. Berbeda halnya dengan siswa di wilayah pedesaan yang sebagian besar

menggunakan BB sebagai bahasa ibu dalam percakapan sehari.

Tantangan yang dihadapi oleh siswa di daerah perkotaan dalam mempelajari BB akan lebih

besar jika dibandingkan dengan siswa di daerah pedesaan. Selain itu, kosa kata BB yang

diajarkan sangat jarang ditemui oleh siswa di daerarah perkotaan, seperti ron (daun enau yang

sudah tua), ambu (daun enau yang masih muda), bluluk (buah enau), busung (janur kuning),

slepan (daun kelapa yang sudah tua), kakap (daun sirih yang sudah tua), dll. Siswa daerah

perkotaan akan sangat sulit mengingat kosa kata tersebut sebab selain mereka baru pertama

kali mendengar istilah-istilah tersebut, mereka juga tidak mengenal acuan (referent) dari kosa

kata tersebut. Berdasarkan, fenomena tersebut, maka penggunaan media video dapat menjadi

salah satu solusi yang dapat dipilih untuk mengatasi masalah tersebut.

Penelitian ini merupakan sebuah studi kasus yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh

pengajaran BB dengan memanfaatkan video dari situs Youtube pada kemampuan siswa dalam

mengingat dan memahami kosa kata BB. Sumber data pada penelitian ini adalah seorang siswa

kelas 1 SD Tunas Daud Denpasar yang mendapatkan mata pelajaran BB di sekolah. Metode

yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-test dan post-test design. Berdasarkan hasil

analisis ditemukan bahwa pemanfaatan media video yang diunggah dari situs youtube dapat

meningkatkan kemampuan siswa dalam mempelajari kosa kata BB dan peningkatan tersebut

menunjukkan nilai yang sangat signifikan. Hal ini dikarenakan video terebut memperkenalkan

referent dari kosa kata yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya.

Kata kunci: Bahasa Bali, Kosa Kata, Pengajaran Bahasa

Page 49: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

46

Posisi Bahasa Ibu dalam Penerjemahan

Baharuddin

Prodi S3 Lingustik FIB Unud

Abstrak

Bahasa ibu merupakan bahasa pertama yang setiap orang ikut berkontribusi dalam

perkembangannya dan berperan serta dalam menghidupkan budaya yang saling bentuk dan

perkaya dengan bahasa tersebut. Maka bahasa ibu adalah bahasa yang paling dikuasai oelh

setiap orang. Penerjemahan adalah tindakan memindahkan infomasi atau pesan dari bahasa

satu ke bahasa lainnya. Pemindahan atau transfer yang sempurna akan terjadi bila arah transfer

itu dikuasai dan diketahui dengan sangat baik. Dalam hal transfer pesan pada kasus

penerjemahan, terjemahan terbaik tentu merupakan hasil transfer ke bahasa ibu. Untuk itulah

maka asosiasi-asosiasi besar dunia untuk penerjemahan (ITIA, ATA, ITA, ITA, IFT, ATIA)

dalam kode etik maupun rekomendasinya selalu menakankan agar penerjemahan menjadikan

bahasa ibu sebagai target bukan sumber. Bahasa ibu memiliki peran sentral dalam

penerjemahan. IFT (FIT) pada 22 Mei 2011 merilis rekomendasi yang di antara isinya adalah

bahwa seorang penerjemah sebisa mungkin hanya menerjemahkan ke dalam bahasa ibunya

atau ke bahasa yang penguasaanya setera dengan bahasa ibunya.

Kata kunci: Bahasa Ibu, Terjemahan, Peran

Page 50: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

47

The Meaning of Verb Wash in Javanese Nganjuk: A

Natural Semantic Metalanguage Approach

Ita Fitriana

Dept. of Japanese, Jenderal Soedirman University

[email protected]

Abstract

The Javanese verb ngumbah ‘to wash’ can be expressed by several lexicons, namely; raup,

wisuh, umbah-umbah, korah-korah, ngguyang, jamas, ngorek, ados, and wudhu. Through

natural semantic metalanguage (NSM) approach, it can reveal that Javanese lexicons have

slight differences although they are belonging to the similar semantic field, however, carry the

overt semantic differences raup, wisuh, umbah-umbah, korah-korah, ngguyang, jamas, ados

and wudhu. Seem to have similar instruments used to do the activity, specific object such as

the face, hand or leg, clothes, body, and hair to food before doing Moslem activities begin.

This study aims to analyse the lexicon of the verb to wash in Javanese, the Nganjuk dialect.

The type of data in this study is oral data in the form of Javanese utterance from Javanese

speakers, especially in the Nganjuk area, East Java. Data collected using the recording method

then written. Natural Semantic Metalanguage (NSM) is used to analyse data qualitatively

through equivalent methods and sharing methods. The results of data analysis are presented

using formal and informal methods.

Keywords: Natural Semantic Metalanguage, Slight and Overt Different, Semantic Fields.

Page 51: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

48

Makna Metafora pada Judul Berita Media Cetak

I Gusti Ngurah Parthama, 1, Ni Ketut Alit Ida Setianingsih 2

Prodi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana 1, 2

[email protected] 1

Abstrak

Paper ini membahas mengenai makna metafora yang terdapat pada judul berita media cetak.

Metafora digunakan sebagai salah satu alternatif untuk menarik perhatian pembaca. Apalagi

jika dikaitkan dengan media cetak yang setiap hari bahkan setiap saat menginformasikan

berita–berita terbaru. Khususnya pada media cetak, penggunaan metafora menjadi menarik

untuk dicermati. Apalagi metafora mempunyai kekhususan makna dimana terdapat asosiasi–

asosiasi yang mengkaitkannya dengan tindakan yang nyata. Sehingga penggunaan metafora

memberikan efek yang dinamis terhadap pemilihan kata pada suatu judul berita media cetak.

Makna metafora juga dapat dikonstruksi dengan berbagai asosiasi terhadap bentuk kenyataan

seperti konstruksi makna tindakan, kualitas, gerak, dan sifat. Konstruksi makna metafora

tersebut merupakan pemaparan Sukarno (2017) yang mendeskripsikan asosiasi penggunaan

metafora dengan makna leksikalnya dalam bentuk denotasi. Konstruksi makna tersebut

memungkinkan adanya suatu bentuk asosiasi antara makna denotasi dan makna metafora yang

digunakan pada judul berita media cetak. Sumber data diambil dari media cetak yaitu harian

Bali Post dengan data yang dipergunakan adalah judul – judul berita. Judul berita yang dipilih

adalah judul berita terkait kriminalitas, pariwisata, dan olahraga. Metode pengumpulan data

adalah metode dokumentasi yang ditunjang dengan teknik memilah data, teknik membaca

rinci, teknik mencatat, dan teknik klasifikasi data. Selanjutnya data–data terpilih dianalisa

menggunakan metode deskriptif kualitatif berdasarkan pada studi–studi terkait kajian makna

metafora. Simpulan yang diperoleh adalah konstruksi makna kualitas mempunyai

kecenderungan mendominasi penggunaan metafora pada judul berita media cetak. Konstruksi

makna kualitas menjabarkan kemampuan atau kualitas dari suatu leksikal dalam bentuk

denotasi yang diaplikasikan dalam bentuk metafora pada judul berita berita media cetak. Dalam

hal ini terdapat kualitas yang asosiatif antara bentuk denotasi dan bentuk metafora pada pilihan

leksikal yang digunakan.

Kata kunci: Makna, Metafora, Judul Berita Media Cetak

Page 52: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

49

Penggunaan Leksikon Verba “Membawa” Bahasa Bali

(Kajian Linguistik Kebudayaan)

Ida Ayu Pristina Pidada 1, Nadya Inda Syartanti 2

Program Doktor Ilmu Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana 1, 2

[email protected] 1, [email protected] 2

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplikasikan secara jelas verba “membawa” dalam bahasa

Bali di seluruh kabupaten di Bali. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi

terhadap pemahaman kognitif bagi masyarakat Bali khususnya dalam menamai leksikon.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif untuk mengeksplikasikan contoh-

contoh verba “membawa” bahasa Bali yang mengalami pergeseran gerak, cara proses

dilakukannya serta instrumen yang digunakan. Penelitian ini mengacu pada Teori Metabahasa

Semantik Alami (MSA) oleh Wierzbicka (1996) dan didukung dengan pernyataan yang

disampaikan oleh Sapir-Whorf. Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural, semiotik,

dan etik-emik. Lokasi penelitian tersebar di seluruh kabupaten di Bali yang terdiri atas: delapan

kabupaten dan satu kotamadya. Verba “membawa” dalam bahasa Bali dipilih sebagai obyek

penelitian melalui random-sampling dengan menggunakan teknik wawancara kualitatif

terhadap informan. Hasil penelitian verba “membawa” bahasa Bali disajikan berupa foto-foto.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan leksikon verba “membawa” bahasa Bali

memiliki kesamaan dan perbedaan antar kabupaten se-Bali. Salah satu kesamaan leksikon

adalah verba ningting dan nèngtèng yang ditemukan di seluruh kabupaten di Bali. Sedangkan,

verba nenggolong ditemukan di kabupaten Karangasem.

Kata kunci: Bahasa Bali, Leksikon, Membawa, Verba

Page 53: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

50

Etimon PAN *manuk 'ayam' dalam Dunia Ke-siap-an di

Bali

I Putu Permana Mahardika

Dinas Pendidikan Provinsi Bali

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ekologi etimon PAN *manuk dalam bahasa

Bali berdasarkan teori Linguistik Historis Komparatif yang dipadukan dengan Ekolinguistik.

Penelitian ini juga bertujuan untuk mendapatkan pewarisan etimon PAN *manuk dalam dunia

kesiapan pada kebudayaan Bali. Data diperoleh dari penutur bahasa Bali dan kamus bahasa

Proto-Austronesia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pewarisan etimon PAN *manuk

menciptakan bentuk sinonim dan pemajemukan. Selain itu, ditemukan juga bahwa etimon

*manuk merefleksikan interaksi penutur bahasa Bali dengan leksikon siap ‘ayam’ yang

memiliki medan makna yang sama dengan etimon PAN *manuk.

Kata kunci: Etimon PAN, Linguistik Historis Komparatif, Ekolinguistik

Page 54: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

51

Pergeseran Nilai Honorifik Bahasa Taba di Maluku

Utara: Perspektif Ekolinguistik

Taib Latif

Unkhair Ternate

Abstract

Bahasa Taba (BT), sebuah peradaban lokal yang syarat dengan ajaran moral yang tertuang

dalam ungkapan honorifik sapaan kekerabatan dan tingkat tutur yang lebih hormat (specch

levels). Ungkapan honorifik mengajarkan nilai-nilai luhur untuk memanusiakan penutur BT

agar mereka saling: bersikap sopan, menghargai, menghormati, memuliakan, dan menjaga

martabat sehingga kohesi sosial terjalin secara kuat, seimbang, dan harmoni. Nilai-nilai

honorifik tersebut kini terancam punah, karena terdesak perubahan global baik lingkungan fisik

maupun sosial..

Dari perspektif Eko Linguistik, terancam punahnya suatu bahasa disebabkan perubahan

lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Perubahan lingkungan fisik seperti alih fungsi lahan

pertanian menjadi lokasi industri atau perumahan mengakibatkan hilangnya sejumlah kosa kata

tertentu tentang pertanian. Sedangkan perubahan sosial dapat mengubah sikap dan persepsi

penututurnya sehingga meninggalkan bahasanya. Penutur generasi muda menganggap BT

tidak lagi menjamin kehidupan mereka di era globalisasi sehingga bergeser ke Bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris yang dianganggap lebih prestisius dan prospektif dalam

ekonomi, pendidikan, dan karier di masa depan. Perubahan sikap tersebut terlihat ketika

percakapan sesama mereka lebih sering menggunaan Bahasa Indonesia, jarang menggunakan

kosa kata yang lebih hormat, dan sudah sangat langka menggunakan sapaan kekerabatan BT

yang ketat membedakan fungsi/peran mereka menurut garis keturunan bapak (balolo,

kangkutu, dan goa) dan ibu (dadololo, dadokutu, bailolo, dan jojo). Mereka menggunakan

sapaan Bahasa Indonesia OM dan BIBI untuk mengganti semua sapaan kekerabatan BT

sehingga menghilangkan bentuk, fungsi, dan nilai hormat menurut garis turunan bapak dan ibu

dalam budaya orang Makeang.

Kondisi di atas diperpara oleh Bahasa Indonesia sebagai Bahasa Negara yang semakin

menggeser BT dari ruang dan ranahnya sehingga terdesak menuju kepunahannya.. Jika BT

punah maka kebudayaan beserta nilai-nilai luhur dan kearifan lokal di dalamnya ikut punah.

Kekosongan jiwa pemiliknya karena kehilangan nilai memaksa generasi muda Makeang

mengadopsi budaya individualisme dan materialism dunia barat, dan meninggalkan nilai

kolektivisme (kekeluargaan dan gotong royong) dan spiritualisme nilai asli budaya timur

seperpi kandungan sapaan kekerabatan BT.

Page 55: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

52

The Greetings System of Ciacia Language Batuatas

Dialect: A Study of Sociopragmatics

Husni

Dayanu Ikhsanuddin University, Baubau

[email protected]

Abstract

This study aims to present the forms of greeting in Ciacia Language using Batuatas dialect and

the examples used in community. The study focused on the use of Ciacia language using

Batuatas dialect in Batuatas district. The data were obtained through observation and

elicitation. The results indicated various greetings systems based on vertical relationships, such

as ompu (grandmother), ina (mother), ama (father), ungkaka (children), ompu-ompu

(grandchildren), langkolu (he baby), wauje (she baby), and horizontal relationships, such as ai

(younger brother/sister), aka (older mother/sister), dhawo (brother/sister in law), toi (first

cousin), ndua (second cousin), anaure (niece-/nephew), amauré (uncle), inaure (aunt), samponi

(mother/father in-law) and koompu (parents in-law). Other greetings are those used for social

ranks, such as Idha, Papa, La Ode, and Wa Ode, and for people who completed the Islamic

pilgrimage or hajj (haji). The greetings system of Ciacia language using Batuatas dialect

showed distinctive characteristics of the region compared with those in other Ciacia languages.

Keywords: Forms of Greeting, Ciacia Language, Batuatas Dialect.

Page 56: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

53

Bahasa dan Aksara Daerah di Ranah Publik Pasca-UU

No 24 Th 2009: Kajian Linguistik Forensik

I Wayan Pastika

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana

[email protected]

Abstrak

Keberadaan bahasa Indonesia dan bahasa-bahasa daerah telah diatur dalam Undang- Undang

Nomor 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan.

Bab III dari undang-undang ini adalah tentang kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia sebagai

bahasa negara dan bahasa nasional. Undang-undang ini juga memberi perlindungan pada

bahasa daerah sebagai bagian kebudayaan nasional dan semua itu diatur dalam pasal-pasal

tertentu. Undang-undang ini kemudian dijabarkan secara lebih rinci dalam Peraturan Presiden

Nomor 63 tahun 2019. Dalam kaitan dengan urusan bahasa daerah, sejumlah pemerintah

provinsi menerbitkan perda atau pergub yang disemangati oleh keinginan melindungi

keberadaan bahasa, sastra dan aksara daerah. Namun demikian, permasalahan muncul dengan

adanya pasal tertentu dari pergub/perda yang bertolak belakang dengan pasal tertentu dari UU

No. 24 tahun 2009 dan Perpres No. 63 tahun 2019, terutama dalam hal pilihan penggunaan

bahasa dan aksara daerah.

Praktik di lapangan menunjukkan bahwa beberapa pemerintah provinsi, contohnya, Pemprov

Bali dan Pemprov Jawa Tengah, memilih penggunaan bahasa daerah pada hari-hari tertentu di

lingkungan kerja pemerintahan. Padahal, dalam UU No 24 tahun 2009, Pasal 30, dinyatakan

bahwa “Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam layanan publik di instansi pemerintahan.”

Ini juga secara tersurat dijelaskan dalam Perpres No. 63 tahun 2019, Pasal 28, Ayat 1: “Bahasa

Indonesia wajib digunakan dalam komunikasi resmi di lingkungan kerja pemerintahan dan

swasta. Dalam hal penggunaan aksara, sepanjang pengetahuan penulis, tidak ada undang-

undang atau peraturan yang mengaturnya di tingkat nasional, tetapi di tingkat pemerintah

provinsi, keberadaannya diatur oleh pergub/perda bahasa, aksara dan sastra, contohnya,

Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 1 tahun 2018 tentang Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali;

Peraturan Gubernur Jawa Tengah Nomor 55 tahun 2014 tentang Bahasa, Sastra, dan Aksara

Jawa. Dalam praktik di lapangan juga, ditemukan nama kantor lembaga pemerintahan dan

swasta ditulis dalam dua aksara, aksara latin dan aksara daerah. Tetapi, urutan penempatannya

terbalik, aksara daerah ditempatkan di awal sebelum aksara latin yang diakui sebagai huruf

resmi merepresentasikan bahasa nasional.

Dengan pembahasan sejumlah pasal pergub/perda dan undang-undang atau peraturan di tingkat

nasional; juga praktik penerapan penggunaan bahasa dan aksara daerah di lapangan—

penelitian ini diharapkan dapat memberikan solusi akademik, khususnya menyangkut aspek

forensik dan perencanaan kebahasaan, kesastraan dan keaksaraan di tingkat daerah.

Kata kunci: Bahasa Indonesia, Bahasa Daerah, Aksara.

Page 57: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

54

Poliglot: Tantangan Menuju Kedwibahasaan Simetris

Ida Bagus Putra Yadnya

[email protected]

Universitas Udayana

Abstrak

Kebhinekaan bahasa daerah yang dimiliki dan status bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,

serta penguasaan bahasa asing terutama bahasa Inggris yang semakin menjadi kebutuhan

global telah menjadikan masyarakat Indonesia sebagai masyarakat yang nekabahasa

(multilingual). Kehadiran dan penggunaan beragam bahasa (asing, Indonesia dan daerah)

mengindikasikan adanya interaksi antar bahasa dan telah muncul di permukaan sebagai

fenomena situasi kebahasaan yang saling mempengaruhi, (2) poliglot, dan (3) konflik atau

persaingan bahasa. Secara umum paper ini mencoba memberikan gambaran situasi kebahasaan

dilematis dewasa ini akibat interaksi bahasa Indonesia, daerah dan asing terutama Inggris.

Secara khusus kajian ini mencoba mengungkap kepermukaan fenomena kenekabahasaan

(multilungualism), yakni polilgot dalam praktek berbahasa di kalangan masyarakat Indonesia.

Kajian terhadap fenomena berbahasa ini didasarkan atas teori sosiolinguistik melalui studi

pustaka dan pengamatan empiris pada media cetak dan elektroinik. Luaran kajian ini

diharapkan bisa menyadarkan kita semua akan perlunya secara terus menerus mengkaji ulang

perencanaan bahasa sehingga kehadiran bahasa daerah, Indonesia dan asing bisa berdampingan

secara harmonis menuju kondisi kedwibahasaan simetris.

Kata kunci: polyglot, multilingualisme, konflik/persaingan bahasa, bilingualism simetris

Page 58: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

55

Ideologi Penggunaan Bahasa Bali di Kelurahan Ubud

Ni Luh Sutjiati Beratha

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana

[email protected]

Abstrak

Makalah berjudul Ideologi Penggunaan Bahasa Bali di Kelurahan Ubud memiliki tujuan

khusus untuk menjelaskan ideologi yang melatari penggunaan bahasa di kelurahan tersebut.

Pendekatan sosial budaya, terutama dengan menggunakan konsep-konsep ideologi dan

kepentingan yang berkaitan dengan penggunaan bahasa diterapkan dalam makalah ini. Di

samping itu, untuk memperoleh data, pendekatan penelitian kualitatif yang lebih

mengandalkan teknik pengamatan dan wawancara mendalam dalam pengumpulan data dan

informasi juga diterapkan.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ideologi yang melatarinya terdiri atas: penggunaan

bahasa Bali yakni secara umum mengandung ideologi persaudaraan (solidrity), ideologi

kedekatan hubungan kekeluargaan (familiaritas) antara anggota keluarga, serta kekuasaan

(power). Bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara, dan bahasa resmi pada ranah kantor akan

memiliki ideologi sesuai dengan fungsinya, yakni ideologi keresmian atau formal (formality),

serta keserasian. Di samping itu, penggunaan bahasa Indonesia pada ranah transaksi memiliki

ideologi keefektifan dan keefisienan. Bahasa Inggris sebagai bahasa Internasional memiliki

peran yang sangat penting di Kelurahan Ubud karena merupakan kawasan pariwisata yang

tampaknya memiliki ideologi kapitalisme karena berkaitan dengan aspek perekonomian yang

mereka geluti. Penggunaan bahasa campuran mengandung ideologi untuk memperlancar dan

mengefektifkan komunikasi dalam interaksi verbal karena dengan menggunakan bahasa

campuran para pelibat merasa lebih akrab sebab mitra tutur memahami penggunaan bahasa

campuran yang sama

Kata kunci: Ideologi, Persaudaraan, Kekuasaan

Page 59: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

56

Pemuliaan Sawah dalam Kuttara Kaṇḍa Dewa Purana

Bangsul

I Ketut Eriadi Ariana 1, I Made Sukma Manggala 2, I Dewa Gde Alit Satria Wibhawa 3

Magister Linguistik, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana 1, 2, 3

[email protected] 1, [email protected] 2, [email protected]

3

Abstrak

Kajian ini bertujuan mengungkap konsep pemuliaan sawah dalam perspektif teks Kuttara

Kaṇḍa Dewa Purāna Bangsul (KKDPB). Dalam KKDPB, sawah dipandang sebagai unsur

ekologi penting, bahkan sebagai satu dari enam bagian sad kreti –enam tindakan pemuliaan

alam. Cara pandang teks terhadap entitas sawah penting digali kembali untuk dimanfaatkan

sebagai cermin memandang keberadaan sawah dan pertanian di era modern.

Data bersumber dari naskah alihaksara lontar KKDPB koleksi Perpustakaan Universitas Hindu

Indonesia (UNHI) Denpasar. Proses pengumpulan data menggunakan metode simak yang

dibantu dengan teknik baca dan catat. Data kemudian dianalisis dengan metode deskriptif

analisis, dan disajikan secara informal. Sebagai bangunan bahasa yang merupakan simbol,

kajian ini dianlisis menggunakan teori semiotika sebagaimana dinyatakan Roland Barthes.

Hasil kajian menunjukkan KKDPB tidak hanya memahami sawah sebagai wujud ekosistem

semata, namun sebagai bagian tidak terpisah dari Tuhan, sehingga wajib dihormati oleh

manusia.

Kata kunci : Sawah, Kuttara Kaṇḍa Dewa Purāṇa Bangsul, Ekologi Sastra

Page 60: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

57

Bahasa Bali: Kaitannya dengan Maksim Penerimaan

dan Maksim Kerendahan Hati

I Gusti Ayu Gde Sosiowati

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

[email protected]

Abstrak

Artikel yang berjudul “Bahasa Bali: Kaitannya dengan Maksim Kesantunan” bertujuan untuk

meneliti bagaimana kemampuan berbahasa Bali erat kaitannya dengan kesantunan. Bahasa

Bali mengenal tingkat berbahasa yang apabila diaplikasikan memiliki keterkaitan yang erat

dengan maksim penerimaan (Approbation Maxim) yang dikemukakan oleh Leech (1983).

Prinsip utama maksim ini adalah bahwa suatu komunikasi dapat berjalan dengan baik apabila

semua peserta komunikasi merasa dihargai dengan cara si pembicara harus memaksimalkan

rasa hormat kepada lawan bicaranya. Penghargaan kepada lawan bicara sudah pasti harus

dilakukan melalui sikap berbahasa yang salah satunya adalah menentukan pilihan kata. Akan

tetapi, sikap untuk mengargai orang lain tidak dapat dilakukan oleh orang yang menganggap

diri lebih dari orang lain. Oleh karena itu maksim lain yang juga erat kaitannya dengan

kepantasan dalam bahasa Bali adalah maksim kerendahan hati (modesty maksim) . Maksim ini

menentukan agar seseorang meminimalkan keinginan untuk meninggikan diri sendiri atau

menghormati diri sendiri. Oleh karena itu seseorang dapat dikatakan mampu berbahasa Bali

dengan baik apabila orang tersebut mampu menggunakan bahasa Bali dengan baik dan benar.

Sistem kasta di masyarakat Hindu harus benar-benar diperhatikan sebagai salah satu faktor

yang menentukan pilihan bahasa, bukan dengan maksud menjadi masyarakat feudal, akan

tetapi menjadikan para pengguna bahasa Bali menjadi masyarakat yang santun. Data yang

digunakan dalam artikel ini diambil dari contoh kehidupan sehari-hari diiringi dengan

penjelasan mengapa suatu ujaran dianggap santun atau tidak santun. Teori yang digunakan

adalah teori Pragmatik oleh Leech (1983) didukung oleh teori Sosiolinguistik tentang faktor-

faktor yang menentukan pilihan bahasa (Holmes, 2001). Faktor- faktor ini akan membuat

seseorang, sebelum berbicara, mempertimbangkan siapa yang diajak bicara, topic komunikasi,

tujuan komunikasi, dan tempat berkomunikasi.

Kata kunci: Kesantunan; Maksim Penghargaan; Pilihan Bahasa; Sikap Berbahasa

Page 61: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

58

Bahasa Ibu sebagai Fondasi Pembelajaran Bahasa

Kedua dalam Masyarakat Multilingual

Made Budiarsa

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

[email protected]

Abstrak

Studi ini berkaitan dengan pentingnya peran bahasa ibu sebagai fondasi pembelajaran bahasa

kedua. Fondasi di sini maksudnya adalah point of departure atau batu loncatan untuk

pemerolehan dan pembelajaran bahasa kedua. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat

lebih mendalam tentang bagaimana peran bahasa ibu untuk menjembatani pemerolehan dan

pembelajaran bahasa kedua dalam masyarakat multilingual dan multibudaya. Karena dalam

masyarakat multilingual, seperti di Indonesia dan Bali khususnya, terjadinya interaksi

antaretnik yang memiliki latar belakang budaya berbeda-beda amat sangat tinggi, sehingga

memerlukan bahasa kedua untuk memperlancar komunikasi, misalnya Bahasa Indonesia

sebagai bahasa kedua dari hampir seluruh masyarakat Indonesia. Studi ini menggunakan

metode penelitian deskriptif kualitatif dengan model pendekatan eksploratif dalam hal yang

berkaitan dengan pengumpulan data. Banyak masalah yang dihadapi oleh masyarakat dewasa

ini, berkaitan dengan fenomena yang sedang berkembang dalam masyarakat, di mana adanya

kecendrungan para orang tua yang mengabaikan pembelajaran bahasa ibu dan beralih ke

pembelajaran bahasa asing seperti bahasa Inggris. Temuan studi ini membuktikan bahwa tidak

bisa dipungkiri bahwa peran bahasa ibu sangat penting untuk mempelajari bahasa kedua seperti

melalui model terjemahan kosa kata, frasa, dan kalimat bahasa ibu ke bahasa kedua atau bahasa

target. Kecendrungan para orang tua untuk menyekolahkan putra-putri mereka di sekolah-

sekolah yang menggunakan bahasa pengantar bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya. Bahasa

ibu memegang peran strategis dan merupakan fondasi sangat penting dalam pembelajaran

bahasa kedua dalam masyarakat multietnik dengan latar belakang budaya yang bervariasi.

Serta masyarakat multibahasa yang diwarnai dengan berbagai macam bahasa ibu dengan

karakteristiknya masing-masing.

Kata kunci: Bahasa Ibu, Bahasa Kedua, Multilingual, Pembelajarann, Pemerolehan

Page 62: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

59

Pengembangan Kosakata Bahasa Bali untuk Penutur

yang Beranjak Modern

I Nengah Sudipa

[email protected]

Abstrak

Tulisan ini bertujuan untuk membahas bagaimana proses pengembangan kosakata bahasa Bali

yang terjadi dewasa ini. Data berasal dari tulisan pada koran Bali Orti terbitan bulan April 2019

dikumpulkan melalui observasi dan teknik catat. Data yang terkumpul dianalisis dengan teori

linguistik deskriptif, khususnya tentang penyerapan kosakata asing (Indonesia dan Inggris) ke

dalam bahasa Bali. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada dua dari tiga proses serapan yang

terjadi yakni (1) penyesuaian ejaan; dan (2) penyelarasan makna dengan kultur penutur Bahasa

Bali yang beranjak modern. Pada hakekatnya proses penyerapan terjadi berjenjang, mula-mula

kosakata bahasa Inggris ke bahasa Indonesia baru ke Bahasa Bali, seperti : selpi ‘Selfi’

swafoto; , acéné’ACnya’ mesin pengatur suhu udara’, pegetarian ’Vegetarian’ sifat yang hanya

memakan sayur-sayuran’. Ada temuan yang mesti diungkapkan dalam hasil pengamatan data

tulis yakni adanya uraian yang menyerupai pendekatan metabahasa ‘pemetaan makna dengan

bahasa’ dengan bantuan kosakata utawai/wiadin, seperti : “tukar cincin” utawi saling

anggénang bungkung pawiwahan’

Kata kunci : Metabahasa, Penyerapan

Page 63: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

60

Interferensi Bahasa Inggris dalam Komunikasi

Berbahasa Bali pada Akun Media Sosial Hai Puja

Ni Komang Putri Widari 1, Yohanna Venensia Bidi Lua 2, Luh Sitta Devi Wicaksana 3

Program Studi Magister (S-2) Ilmu Linguistik, FIB, Universitas Udayana 1, 2, 3

[email protected] 1, [email protected] 2

[email protected] 3

Abstrak

Berkembangnya teknologi informasi global menyebabkan terjadinya percampuran bahasa

yang digunakan pada media sosial. Percampuran bahasa tersebut menimbulkan interferensi

bahasa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interferensi bahasa yang terjadi pada objek

penelitian. Objek penelitian ini adalah akun media sosial yang menggunakan Bahasa Bali

dalam kontennya yaitu akun @haipuja. Data diperoleh dari hasil tangkapan layar dan video

dari akun Instagram objek penelitian. Data diperoleh dengan teknik simak dan catat. Data

dianalisis dengan teknik padan yang dijabarkan dalam satu teknik dasar dengan alat penentunya

adalah bahasa lain yaitu Bahasa Inggris. Hasil analisis data disajikan dengan metode informal,

yaitu dengan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa interferensi yang

terdapat dalam akun @haipuja terjadi dalam tiga bidang kebahasaan, yaitu fonologi, semantik,

dan leksikologi. Pada bidang fonologi, interferensi terjadi pada perubahan bunyi, interferensi

semantik terjadi pada makna konseptual kalimat, sedangkan untuk bidang leksikologi

terjadinya interferensi diakibatkan karena penggunaan kosakata Bahasa Inggris ke dalam

Bahasa Bali. Interferensi Bahasa Inggris pada Bahasa Bali ini dapat terjadi karena kosakata

Bahasa Inggris tersebut tidak terdapat dalam tatanan Bahasa Bali.

Kata kunci: Interferensi, Bahasa Inggris, Bahasa Bali, Media Sosial, Hai Puja

Page 64: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

61

Dinamika Bahasa Tanda Luar Ruang di Lingkungan

Sekolah Nasional dan Sekolah Internasional di Wilayah

Banjar Badak Sari Denpasar

Made Sani Damayanthi Muliawan

Universitas Warmadewa

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini berjudul dinamika bahasa tanda luar ruang di lingkungan sekolah nasional dan

sekolah internasional di wilayah banjar Badak Sari. Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu

mengetahui apa saja tanda luar ruang yang ada di sekolah nasional dan sekolah international

yang ada di wilayah banjar badak sari, mengetahui penerapan penggunaan bahasa pada tanda

luar ruang yang terdapat di Sekolah internasional dan Sekolah Nasional di Wilayah Banjar

Badak Sari Denpasar dan implementasi Undang-undnag Republik Indonesia No.24 tahun 2009

tentang penggunaan Bahasa Indonesia pada tanda luar ruang yang ada. Teori yang digunakan

yaitu pendekatan linguistik lanskap dan kebijakan Bahasa. Metode yang digunakan dalam

penelitian ini yaitu metode deskriptif dalam bentuk penelitian kualitatif. Data pada penelitian

ini yaitu berupa penggunaan bahasa dan posisi bahasa pada tanda luar ruang. Sumber data

berupa tanda luar ruang yang ada di lingkungan sekolah nasional dan sekolah internasional

yang ada di wilayah Banjar Badak Sari Kota Denpasar yaitu TK Cipta Dharma dan Primary

Regent School. Terkumpul sebanyak 11 tanda luar ruang yang terdiri dari dua tanda luar ruang

yang berada di sekolah TK Cipta Dharma dan Sembilan data tanda luar ruang yang berada di

sekolah Primary Regents School. Berdasarkan hasil penelitian ini, disimpulkan bahwa tanda

luar ruang yang terdapat pada sekolah nasional dan sekolah Internasional berupa tanda papan

nama sekolah, tanda larangan, tanda kegiatan sekolah, dan tanda simbolik. Pengunaan bahasa

yang dominan pada sekolah nasional Tk Cipta Dharma yaitu bahasa Indonesia. Sedangkan

bahasa yang digunakan pada Primary Regents School menggunakan multibahasa yaitu bahasa

Indonesia dan Bahasa Inggris. Implementasi Undang-undang No 24 tahun 2009 tentang

penggunaan bahasa Indonesia pada tanda luar ruang di sekolah nasional Tk Cipta Dharma telah

sesuai dimana kedudukan bahasa Indonesia berada diatas bahasa asing. Namun di sekolah

internasional Primary Regents School, implementasi Undang-undang No 24 tahun 2009 tidak

sesuai karena kedudukan bahasa Indonesia berada dibawah bahasa asing yaitu bahasa Inggris.

Kata kunci : Linguistik Lanskap, Tanda Luar Ruang, Kedudukan Bahasa

Page 65: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

62

Bahasa Ibu dan Generasi Milenial di Era Revolusi

Industri 4.0 : Sebuah Kajian Terhadap Bahasa

Minangkabau

Oktavianus

Dosen Fakultas Ilmu Budaya Universitas Andalas

[email protected]

Abstrak

Bahasa Minangkabau termasuk salah satu bahasa daerah atau bahasa lokal di Indonesia yang

penutur aslinya adalah suku Minangkabau di Sumatera Barat dan yang bermukim di daerah-

daerah perantauan di seluruh dunia. Bahasa Minangkabau memiliki fungsi dan peran yang

sangat strategis dalam kehidupan masyarakat Minangkabau baik sebagai alat komunikasi,

identitas budaya, pengembangan dan penguatan karakter. Keberadaan generasi milenial dan

revolusi industri 4.0 tampaknya juga berdampak pada bahasa Minangkabau. Sehubungan

dengan itu, kajian ini merupakan suatu upaya untuk menelaah eksistensi bahasa Minangkabau

sebagai bahasa ibu di tengah-tengah generasi milenial di era revolusi industri 4.0. Data untuk

keperluan kajian ini diambilkan dari penggunaan bahasa Minangkabau oleh generasi milenial

baik dalam pertuturan sehari-hari maupun penggunaan bahasa Minangkabau di media sosial.

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak libat cakap dan simak bebas

libat cakap. Analisis data dilakukan dengan menggunakan metode pada dan metode agih.

Kajian dilakukan dari sudut pandang lintas bidang linguistik yang terkait dengan hubungan

bahasa dengan berbagai aspek sosial budaya penuturnya. Hasil kajian menunjukkan bahwa

penggunaan bahasa Minangkabau oleh generasi milenial membentuk sebuah format baru

bahasa Minangkabau yang diakibatkan oleh kompleksitas kebutuhan kemunikasi di era

revolusi industri 4.0. Revitalisasi Berkelanjutan secara Terpadu (RBT) perlu diterapkan dalam

upaya pemberdayaan bahasa Minangkabau bagi generasi milenial.

Kata kunci : Bahasa Minangkabau, Bahasa Lokal, Generasi Milenial, dan Kontak Bahasa

Page 66: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

63

Dinamika Bahasa Bali dalam Lawakan Clekontong Mas

Putu Sandra Putri Astariani 1, Ni Ketut Putri Nila Sudewi 2, Komang Arini 3

Program Studi Linguistik, Universitas Udayana 1, 2, 3

[email protected] 1, [email protected] 2, [email protected] 3

Abstrak

Sebagai salah satu bahasa ibu yang digunakan oleh mayoritas masyarakat di Bali, bahasa Bali

memiliki cukup banyak perbendaharaan kata, baik yang berasal dari bahasa Bali itu sendiri,

maupun yang merupakan hasil dari serapan bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Fenomena

ini tentu tidak dapat dipungkiri karena adanya kemajuan teknologi yang mendukung

terbentuknya lingkungan yang multibahasa. Alhasil bahasa Bali pun menjadi semakin dinamis

dan terkesan semakin modern. Berkaca dari fenomena tersebut, bahasa Bali dipilih sebagai

objek dari penelitian ini. Kajian difokuskan pada kata-kata serapan (yang sebagian besar

berasal dari bahasa Inggris). Data-data dianalisis dengan melihat bagaimana perubahan yang

terjadi dan proses apa yang dialami. Perubahan yang terjadi sebagian besar melibatkan proses

penyisipan vokal, netralisasi, dan perubahan vokal. Data diambil dari video komedi yang

dibawakan oleh grup komedi asal Bali, Clekontong Mas. Dalam penyampaian guyonannya,

grup ini menggunakan lebih dari satu bahasa, yakni bahasa Bali dan bahasa Indonesia, bahkan

terkadang ada istilah-istilah bahasa Inggris di dalamnya. Hal inipun menyebabkan adanya kata-

kata bahasa Indonesia atau Inggris yang pengucapannya disesuaikan dengan bahasa Bali,

sehingga perubahan bunyi pun terjadi dan menambah kedinamikaan Bahasa Bali. Dengan

menerapkan metode dokumentasi dan teknik catat serta teori perubahan bahasa, didapatkan

hasil sebagai berikut: terjadi proses penyisipan vokal schwa pada kata speaker yang awalnya

diucapkan [spiːkər] menjadi [sǝpikɤr], kata special yang diucapkan [speʃl] menjadi [sǝpesiyal],

dan kata spectacular yang awalnya diucapkan [spekˈtækjələr] menjadi [sǝpεktakulεr]. Selain

proses penyisipan vokal terdapat proses netralisasi atau arkifonem pada kata tivi yang awalnya

diucapkan [tivi] menjadi [tipi], formalin yang awalnya diucapkan [fᴐrmalɪn] menjadi

[pᴐrmalɪn], dan film yang awalnya diucapkan [fɪlm] menjadi [pilɤm] (terdapat penyisipan

vokal juga pada kata ini). Perubahan juga terdapat pada kata double yang awalnya diucapkan

[dʌbl] menjadi [dobɤl] yang mengalami proses perubahan vokal.

Kata kunci: Bahasa Bali, Perubahan Bahasa, Kemultibahasaan, Bahasa Serapan, Teknologi

Page 67: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

64

Cyber Satua: Transformasi Satua Bali Menyambut

Revolusi Industri 4.0

I Gede Gita Purnama Arsa Putra 1, Dewa Ayu Carma Citrawati 2

Program Studi Sastra Bali, Universitas Udayana 1,

Fakultas Kegururan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Dwijendra 2

[email protected] 1, [email protected] 2

Abstrak

Satua Bali adalah salah satu khasanah tradisi lisan yang dimiliki oleh masyarakat Bali dan

diwariskan secara turun temurun. Sebagai sebuah tradisi lisan, banyak satua Bali yang

mengandung nilai-nilai edukasi, nilai moral, maupun nilai agama, yang penting untuk terus

diwariskan keberadaannya. Secara tradisional, satua Bali seperti halnya berbagai tradisi lisan

di dunia, diwariskan dengan cara menuturkan dari mulut ke mulut. Proses tutur-menuturkan

satua Bali kian hari kian berkurang akibat berubahnya pola budaya di masyarakat Bali, yang

awalnya adalah masyarakat agraris kemudian beralih menjadi masyarakat industri. Pada

masyarakat industri, sistem transfer nilai tentu saja mengalami perubahan, yang berawal dari

oral menjadi digital. Kecenderungan ini kian terasa ketika era industri telah memasuki industri

4.0, dimana setiap elemen kehidupan telah bergantung pada dunia cyber berbasis internet.

Satua Bali dengan berbagai nilai-nilai positifnya juga harus mengikuti pola-pola yang kini

berkembang dalam era daring. Anak-anak sebagai sasaran utama dari satua Bali juga lebih

dominan bermain dan menikmati dunia digital. Keberadaan satua dalam bentuk daring (cyber

satua) adalah salah satu solusi untuk tetap mewariskan nilai-nilai lokal dengan kemasan digital.

Kata kunci: Cyber Satua, Satua Bali, Revolusi Industri, Anak-Anak

Page 68: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

65

The Translation Ideology of

Idiomatic Expression in Cantik Itu Luka and in Beauty

is a Wound

Ni Luh Putu Sisiana Dewi 1, Putu Cindy Aprilia Devi 2,

Luh Gde Titah Madriyanthi Utama 3

Linguistic Study Program, Udayana University 1, 2, 3

[email protected] 1, [email protected] 2, [email protected] 3

Abstract

Idiomatic expressions are the arts and culture in any languages. They can help writers convey

the message to the readers which makes it more interesting and colorful. However, idiomatic

expressions are a part of figurative languages with its complexity in structure and meanings, it

becomes the problem for the translator to transfer the meaning in the exact same amount of

meaning from the source language. Therefore, the figurative language of both languages will

not match perfectly in each language senses although it adopts the same concept. In analyzing

translation ideology, it will show the invisible element of texts behind the translator’s ideology,

whether it is preserving the source language or adopting expressions in target language.

This study used translation technique theory by Vinay and Darbelnet (2004) and Newmark

(1988) for the SL and TL emphasis of translation method. Meaning-based theory by Larson

(1998) is also applied in analyzing the idiomatic expressions in Cantik itu Luka. The result

suggested that the translation of idiomatic expression in Cantik itu Luka and in Beauty is a

Wound is preserving the source language of its idiomatic expression to the target language.

Therefore, it can be concluded that the translator tended to apply the ideology of foreignization

in translating Indonesian idiomatic expression.

Keywords: Translation Ideology, Translation Method, Idiomatic Expressions

Page 69: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

66

Directive Speech Acts by the Character in Wonder a

Novel by R.J. Palacio

Ni Wayan Prami Wahyudiantari

Abstract

This study is aimed to explain the classifications and to explain the contributions of directive

speech acts analysis in “Wonder” a novel by R.J. Palacio to EFL learner. This study used

descriptive qualitative method which the writer interprets of utterance that contain the types of

directive speech acts in this novel and the contribution of this research in EFL Classroom. The

result of the study showed that 141 utterances of the directive speech acts were successfully

identified. It can divided into 55 utterances are command, 37 utterances are request, 43

utterances are suggestion, 4 utterances are reprove and 2 utterances are commemorate. So it

can be concluded that the dominant directive speech is “command”. The result of the study is

suggested for students, teacher as facilitator can use this novel as the media. By reading this

novel, student can learn about directive speech acts.

Keywords: Directives, Speech Act, Command, Request, Suggestion, Reprove, Commemorate.

Page 70: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

67

Derivational English Suffixes Forming Nouns in The

Novel Mockingjay by Suzanne Collins

Ade Novi Antari Putri 1, Luh Nitya Dewi Rupini 2

Linguistics Study Program, Faculty of Arts, Udayana University 1, 2

[email protected] 1, [email protected] 2

Abstract

This study entitled Derivational English Suffixes Forming Nouns in The Novel “Mockingjay”

by Suzanne Collins focusses on derivational English suffixes forming nouns and their derived

nouns’ meaning. The aims of this study are to identify the kinds of derivational English suffixes

forming nouns found in the novel “Mockingjay” by Suzanne Collins and to explain the

meanings of the derived nouns.

The data were taken from Suzanne Collin’s novel entitled Mockingjay which was published in

2010. This study was library research and the data were analyzed by qualitative method.

Theories used in analyzing the data were the theory proposed by McCharty in his book entitled

An Introduction to English Morphology (2002) to identify the kinds of derivational suffixes

forming nouns and the theory proposed by Haspelmath and Sims in their book entitled

Understanding Morphology (2010) to analyze the meanings of derived nouns.

The results of this study found that the suffixes forming nouns from nouns are –let, –ship, –

hood, the suffixes forming nouns from adjectives are suffix –ness, –ity, –er and the suffixes

forming nouns from verbs are –ance, –ment, –ing, –action, –al, –el. The derivational meanings

found in the data denoted by the denominal nouns which are diminutive noun and status noun,

the meaning denoted by deadjective nouns which are quality noun and person noun, and the

meaning denoted by deverbal nouns which are action noun, agent noun and instrument noun.

Keywords: Derivational, Nominal Suffixes, Derived Noun

Page 71: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

68

Fenomena Bahasa Ibu dalam Dinamika

Kemultibahasaan dan Keanekabudayaan serta

Kemajuan Teknologi Digital: Kasus pada Bahasa Lokal

di Pulau Nusa Penida

I Ketut Darma Laksana

Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

[email protected]

Abstrak

Pulau Nusa Penida yang terletak di sebelah tenggara Pulau Bali dengan luas 202,84 km2 dan

penduduk berjumlah 45.110 jiwa menghadapi tantangan akan kepunahannya. Beberapa alasan

yang memungkinkan terjadinya kepunahan bahasa lokal itu adalah: pertama, posisinya sebagai

dialek bahasa Bali, yang lebih dikenal dengan sebutan Dialek Nusa Penida, tidak termasuk

bahasa yang diajarkan di sekolah-sekolah sebagai muatan lokal. Kedua, sikap sebagian penutur

dialek bahasa yang bersangkutan kurang positif yang ditandai oleh peralihan minat untuk

menguasai bahasa Bali sebagai bahasa standar. Ketiga, pengaruh pemakaian bahasa Bali pada

ranah tertentu seperti adat istiadat, agama, dan ruang publik. Keempat, pengaruh bahasa asing

sebagai akibat perkembangan pariwisata di pulau itu. Namun, kemajuan teknologi digital

sangat memengaruhi sikap penutur-muda dewasa ini yang berkeinginan bahasanya dikenal

oleh banyak orang luar. Saat ini, bersamaan dengan makin pesatnya perkembangan pariwisata

di daerah tersebut, penutur-muda itu telah berupaya memperkenalkan bahasa lokalnya di dunia

maya. Setiap saat, di Youtube dapat ditonton dan/atau didengar bagaimana kefasihan mereka

melafalkan bunyi-bunyi, intonasi kalimat, dan pemakaian kosakata yang menjadi ciri khas

bahasa lokal tersebut. Dalam kaitannya dengan fenomena bahasa ibu yang dinamikanya

kompleks tersebut, apa yang dilakukan oleh penutur-muda itu merupakan sebuah kemampuan

dalam meningkatkan efektivitas komunikasi dan strategi wacana. Sehubungan dengan itu,

Analisis Wacana Kritis (AWK) dengan metode Dekonstruksi diperlukan untuk mengungkap

ideologi yang tersembunyi di balik representasi virtual dialek Nusa Penida tersebut akhir-akhir

ini.

Kata kunci: Bahasa Lokal, Budaya, Pariwisata, Teknologi Digital

Page 72: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

69

Bahasa Bali Antara Idealisme, Pasar, dan Politik

I Wayan Suardiana

Prodi Sastra Bali, Fakultas Ilmu Budaya, Unud

[email protected]

Abstrak

Bahasa Bali sebagai salah satu bahasa daerah di Nusantara telah mendapatkan perhatian besar

baik oleh masyarakat penuturnya maupun pemerintah daerah Bali. Masyarakat, bergairah

memakai bahasa ibunya dalam berkomunikasi baik secara oral maupun digital. Di pihak

pemerintah, disambut dengan pembuatan regulasi berupa Perda dan Pergub. Dalam

penggunaan bahasa Bali oleh segenap komponen masyarakatnya, ada hal yang menarik untuk

diteliti, yakni dialektika dan romantika proses penggerakan menuju tujuan ideal, yaitu

“terselamatkannya” warisan leluhur orang Bali di bidang bahasa, aksara, dan sastra Bali secara

menyeluruh serta berkesinambungan. Penelitian ini menggunakan data kualitatif dengan

menggunakan “pisau bedah” Hermeneutika. Objek data disarikan dari beragam sumber seperti

internet, media cetak, dan teks-teks tertulis lainnya. Metode yang digunakan untuk membantu

memperoleh data adalah netnografi dan simak dengan teknik baca dan catat. Dalam proses

pergerakan pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan bahasa Bali sampai

perkembangannya saat ini, ternyata idealisme, tuntutan pasar, dan politik menjadi satu

kesatuan penggeraknya.

Kata kunci: Bahasa Bali, Pemajuan, Idealime, Pasar, dan Politik

Page 73: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

70

Ketidaksesuaian Ujaran dalam Percakapan Berbahasa

Bali Terhadap Prinsip Kooperatif.

I Dewa Ayu Devi Maharani Santika 1, I Gusti Ayu Vina Widiadnya Putri 2

Program Studi Sastra Inggris Fakultas Bahasa Asing Universitas Mahasaraswati Denpasar

[email protected] 1, [email protected] 2

Abstrak

Penelitian ini dimaksudkan untuk membahas ketidaksesuaian ujaran partisipan terhadap

prinsip kooperatif yang terdiri dari 4 maxim yang ditetapkan oleh H.P.Grice (1075) pada

percakapan. Dalam sebuah percakapan, pembicara dan pendengar memegang peranan penting.

Begitu juga dengan konteks situasi yang mempengaruhi makna dari ujaran – ujaran yang di

ucapkan dalam sebuah percakapan. Seringkali pendengar maupun pembicara merespon satu

sama lain dengan ujaran yang diluar konteks ataupun situasi percakapan, sehingga ujaran

peserta percakapan ini dapat disebut melanggar prinsip kooperatif dalam komunikasi. Data

penelitian merupakan ujaran – ujaran yang diambil dari beberapa video yang berisi percakapan

berbahasa Bali. Dengan menggunakan metode kualitatif, analisis tentang kesesuaian ujaran

terhadap prinsip kooperatif ini dijelaskan secara deskriptif. Secara garis besar, penelitian ini

menemukan bahwa partisipan cenderung tidak mengikuti keempat prinsip kooperatif, yaitu

maxim of quantity, maxim of quality, maxim of relevance, dan maxim of manner untuk memberi

respon terhadap sebuah ujaran, terutama merespon pertanyaan karena bermaksud untuk

membuat kesan humoris.

Kata kunci: Prinsip Kooperatif, Maxim, Ujaran

Page 74: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

71

Morfologi Bahasa Jawa Dialek Tegal yang

Berhubungan dengan Kata Ganti

Fahruroji

Universitas Islam Nusantara

[email protected]

Abstrak

Setiap bahasa memiliki keunikannya sendiri yang menurut para penggunanya merupakan hal

yang terbaik. Demikian pula dengan bahasa Jawa yang penggunanya begitu banyak dan dapat

dikatakan sebagai mayoritas penduduk di Nusantara ini. Namun demikian, bahasa Jawa

memiliki bermacam-macam dialek yang kadang-kadang antara dialek yang satu dengan

lainnya memiliki perbedaan yang unik dan memiliki morfem yang jauh berbeda dengan bahasa

Jawa standar (Solo, Yogyakarta). Bahasa Jawa dialek Tegal merupakan bahasa Jawa yang

dipergunakan oleh masyarakat Tegal dan sekitarnya dan yang biasa masuk dalam dialek ini

adalah wilayah Kota Tegal, Kabupaten Tegal dan Kabupaten Brebes. Penelitian ini dibatasi

pada masalah morfem yang berhubungan dengan kata ganti. Metode yang dipergunakan dalam

tulisan ini adalah metode dokumentasi dengan pengumpulan datanya adalah berdasarkan

dokumen-dokumen tertulis. Hasil penelitian menunjukan bahwa bahasa Jawa dialek Tegal

memiliki ciri khas tersendiri yang berbeda dengan bahsa Jawa standar. Kata ganti orang

pertama tunggal: enyong/iyong (Jws: kula; Ind: saya, aku); kata ganti orang pertama jamak:

awake dewek (Jws: kita; Ind: kami, kita); kata ganti orang kedua tunggal: koen (Jws:

kowe/sampeyan; Ind: kamu, engkau); kata ganti orang kedua jamak: koen kabeh; (Jws: kowe

kabeh; Ind: kamu sekalian/kalian); kata ganti orang ketiga tunggal: wong kae (Jws: wong

iki/dheweke; Ind: dia) dan kata ganti orang ketiga jamak: wong-wong kae (Jws: wong-wong

kui/wong-wong iku; Ind: mereka). Melihat kenyataan yang demikian, mungkinkah bahasa

Jawa dialek Tegal dapat berdiri sendiri sebagai bahasa Tegal? Hal inilah yang masih perlu

kajian yang lebih dalam lagi.

Kata kunci: Morfologi Bahasa Jawa, Dialek Tegal, Kata Ganti

Page 75: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

72

Balinese Addressing Terms on Satua Bali

I Gusti Ayu Agung Dian Susanthi 1, Anak Agung Istri Manik Warmadewi 2, Dewa Ayu

Kadek Claria 3, I Gusti Ngurah Adi Rajistha 4

Warmadewa University 1, 2, 3, 4

[email protected] 1

Abstract

Bali has a very unique tradition and culture, one of them is its language. Balinese language has

its own structure and the degree of politeness in using it. It depends on who speaks it to whom

and the certain situation or condition it is being spoken. According to Sor Singgih Basa,

Balinese itself is divided into the politeness level, namely: Basa alus Singgih, Basa Alus madya

and basa Kasar. These politeness level are related to the traditional level of society. This present

research deals with meaning of Balinese addressing terms. The Balinese addressing terms

discussed in this study cover the addressing terms which represent the traditional life of

Balinese society. The componential analysis which related to semantics theory is used in this

study, this theory helps to understand about the meaning of the Balinese addressing terms. The

theories adopted in this present study are semantics component by Larson (1998), the basic

principles of translation by Nida (1975), and the procedure s of translation by Vinay and

Darbelnet (in Venuti, 2000). There are some addressing terms which discussed in this study.

The addressing terms used by the characters on the fable, the addressing terms used by the

traditional society which depends on the level of the society in Bali.

Keywords: Balinese Addressing Terms, Meaning, Componential Analysis

Page 76: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

73

Analisis Metabahasa Semantik Alami Verba Membawa

dalam Bahasa Nias Selatan

Dian Rahmani Putri

Fakultas Teknologi, Institut Teknologi dan Bisnis STIKOM Bali

[email protected] | [email protected]

Abstrak

Penelitian ini menjabarkan tentang penerapan teori metabahasa semantik alami (MSA) pada

verba membawa dalam bahasa Nias Selatan. Verba membawa dalam bahasa Nias ditemukan

sebanyak sembilan kata yang memiliki muatan makna yang berbeda. Metode pengumpulan

data yang digunakan untuk penelitan ini adalah dengan metode cakap secara tertulis yakni

menggunakan teknologi aplikasi Whatsapp pada mobile phone dengan teknik pemancingan

sehingga diperoleh data yang akurat sebelum dilakukan analisis MSA dimaksud. Sembilan data

verba membawa yang diperoleh adalah sebagai berikut: noro delau, noro galisi, noro saoha,

nisalogoi, molu’i, sakhei, salogoi, fanosa’a, fanosa’a mbawi.

Kata kunci: Membawa; Metabahasa Semantik Alami: Nias Selatan

Page 77: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

74

Kesantunan Berbahasa Bali Perawat Lansia di Buleleng

sebagai Wujud Pemertahanan Bahasa Lokal

Putu Dewi Merlyna Yuda Pramesti

Universitas Pendidikan Ganesha

Abstrak

Bahasa bali merupakan bahasa yang memperhitungkan stratifikasi sosial dalam pemakaiannya

sama seperti bahasa daerah lain di Indonesia seperti bahasa Sasak, bahasa Sunda, dan juga

bahasa Jawa. Tujuan penelitian ini adalah melihat kesantunan berbahasa Bali perawat lansia di

Buleleng sebagai upaya pemertahanan bahasa lokal. Subyek penelitian ini terdiri dari 15 orang

perawat lansia yang bekerja di Panti Wredha di wilayah Anturan Buleleng. Penelitian ini

merupakan penelitian lapangan, dengan metode penelitian kualitatif. Data dikumpulkan

dengan cara observasi nonpartisipasi dibantu teknik rekam dan catat. Jenis data penelitian ini

yaitu data tuturan perawat lansia ketika berinteraksi dengan lansia. Proses pengambilan data

dilakukan dengan daily recorded, dengan melakukan perekaman proses komunikasi setiap hari

selama kurun waktu dua bulan yaitu dari awal bulan Oktober sampai awal bulan Desember.

Perekaman dilakukan pada berbagai lokasi pertuturan sehingga akan ditemukan hasil

pembahasan yang komprehensif. Teori kesantunan dari Brown & Levinson (1978;1987)

digunakan untuk menganalisis tuturan perawat lansia dengan melihat jenis strategi kesantunan

yang digunakan pada proses interaksi antara perawat dengan lansia. Hasil dari penelitian ini

adalah perawat di panti wredha Buleleng menggunakan tiga jenis strategi kesantunan yaitu

bald on record, strategi kesantunan negatif, dan strategi kesantunan positif yang dikemas

dengan penggunaan tuturan khas masyarakat Buleleng sebagai upaya dari perawat untuk

mempertahankan bahasa lokal yaitu bahasa Bali. Komunikasi dilakukan dengan pemberian

pujian, dan atau lelucon yang disesuaikan dengan budaya masyarakat Buleleng.

Kata kunci: Kesantunan Berbahasa, Lansia, Bahasa Lokal

Page 78: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

75

Struktur Semantik Verba Bahasa Bali dan Bahasa

Indonesia ‘Menangkap’:Pendekatan Metabahasa

Semantik Alami (MSA)

Putu Gede Suarya Natha 1, Ni Made Dian Paramitha Sari 2

Linguistik, Universitas Udayana 1, 2

[email protected] 1, [email protected] 2

Abstrak

Bahasa Bali sebagai bahasa daerah memiliki banyak keunikan, salah satunya adalah memiliki

banyak leksikon. Leksikon-leksikon tersebut memiliki kemiripan dari segi pemaknaannya,

namun sebenarnya makna yang dikandung setiap leksikon tersebut tidaklah sama. Sehingga,

perlu adanya pembelajaran lebih dalam mengenai hal tersebut. Banyaknya leksikon pada

bahasa Bali bertujuan untuk memudahkan proses komunikasi agar lebih efisien. Namun, sering

kali terjadi kerancuan dalam usaha menerjemahkan suatu leksikon pada bahasa Bali ke dalam

bahasa Indonesia terlebih lagi pada leksikon yang memiliki fitur-fitur mirip. Hal itu dapat kita

lihat pada verba ‘menangkap’. Dalam bahasa Bali terdapat banyak varian dari verba

‘menangkap’ yang digunakan bergantian sesuai dengan keadaannya, sedangkan dalam Bahasa

Indonesia sangat minim ditemukan. Ditemukan lima belas leksikon yang bernosi ‘menangkap’

dalam bahasa Bali, sedangkan dalam bahasa Indonesia hanya ditemukan enam leksikon saja.

Data yang digunakan dalam tulisan ini diperoleh dengan cara mewawancarai informan dan

melakukan studi pustaka. Data dikumpulkan dengan menerapkan metode dokumentasi, yang

dibantu dengan teknik pencatatan. Metode yang juga digunakan dalam menganalisis tulisan ini

adalah metode kualitatif dengan menerapkan teori metabahasa semantik alami (MSA).

Sehingga dapat diketahui sejumlah leksikon yang bernosi ‘menangkap’ dalam bahasa Bali

sebagai berikut: Ngejuk, nakep, meboros, mancing, mencar, nyaring, mubu, nyundih, ngogo,

nyésér, nokal, ngili, mikat, melantik, nyetip. Sedangkan dalam bahasa Indonesia terdapat enam

leksikon antara lain: meringkus, memburu, merangkap, memancing, menjaring, menangguk.

Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa verba ‘menangkap’ dalam bahasa Bali dan bahasa

Indonesia tergolong tipe verba melakukan dan berpolisemi dengan berpindah.

Kata kunci: Bahasa Bali, Bahasa Indonesia, Leksikon, Verba Menangkap

Page 79: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

76

Translating Javanese Lexicons into English in Warung

VOA Program of Jawa Timur Television (JTV)

Putu Desi Anggerina Hikmaharyanti

English Department, Mahasaraswati University

[email protected]

Abstract

This research focused on the translating of Javanese lexicons into English in Warung VOA

Program of Jawa Timur Television (JTV). Two problems concerning the translating of

Javanese, which is a culture bound language were the ways of translating Javanese lexicons

into English and the meaning fidelity of the translation of the Javanese lexicons.

Due to the problems discussed, the theories suggested in this research include translation,

translation processes, meaning shifts, and fidelity. The data of this research were Javanese

lexicons and their English renderings presented in Warung VOA Program of Jawa Timur

Television (JTV).

The method applied in this research was descriptive in nature. Further, the data were collected

by applying library research. The data analysis was performed to search the ways of translating

Javanese lexicons namely, (1) translating the idea of Source Language lexicon and (2) changing

the lexicon with its equivalent in Target Language. Besides, the data analysis was also aimed

to judge the meaning fidelity of the translation of the Javanese lexicons in English.

The total number of the data was 54 Javanese lexicons in 45 sentences. All the data were

analyzed one by one. In other words, total sampling was applied in this research. The result of

the data analysis showed that 22 (40,7%) Javanese lexicons rendered by translating the ideas

of Source Language lexicons; 32 (59,3%) Javanese lexicons translated by changing the

lexicons with their equivalents in Target Language; 26 (48,1%) Javanese lexicons translated

faithfully into English, and 28 (51,9%) Javanese lexicons translated into English with meaning

shifts.

Keywords: Javanese Lexicons, Cultural Terms, Meaning Fidelity

Page 80: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

77

Metonimi Spasial pada Bahasa Bali: Analisis dari Sudut

Semantik dan Gramatikal

Made Susini 1, Ni Wayan Kasni 2, Nyoman Sujaya 3

Fakultas Sastra, Universitas Warmadewa 1, 2, 3

[email protected] 1, [email protected] 2, [email protected] 3

Abstrak

Metonimi merupakan fenomena bahasa yang berkaitan dengan acuan dan hubungan antar

entitas. Satu entitas dipergunakan untuk mengacu pada entitas lain dan pergeseran acuan

disebabkan oleh adanya kontiguitas antara entitas yang diacu dengan entitas yang seharusnya

diacu. Berdasarkan jenis entitasnya, metonimi dibedakan menjadi metonimi spasial, temporal,

dan abstrak. Penelitian ini mengkaji metonimi spasial yang ditemukan pada bahasa Bali yang

dianalisis dari sudut semantik dan gramatikal. Entitas spasial berkaitan dengan entitas fisik

yang mempunyai ekstensi spasial dan dapat berada dalam ruang tiga dimensi. Data penelitian

diambil dari beberapa buku cerita dalam bahasa Bali. Dari sudut semantik, metonimi spasial

yang ditemukan pada bahasa Bali mempunyai tipe acuan sebagai berikut: 1) Tipe keseluruhan-

sebagian (the whole-part type); 2) Tipe wadah-isi (the container-contents type); dan 3) Tipe

hubungan kedekatan lainnya (adjacency type). Tipe keseluruhan-sebagian meliputi: a) Tipe

benda-bagian (object-component type); b) Tipe kelompok-anggota (organization-member

type); dan c) Tipe benda-bahan (object-material type). Dari sudut gramatikal, pergeseran acuan

yang umum ditemukan pada metonimi spasial bahasa Bali adalah pergeseran dari Adverbia

yang merujuk pada tempat menjadi Subjek atau Objek.

Kata kunci: Metonimi Spasial; Acuan; Entitas; Kontiguitas

Page 81: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

78

Sistem Pewarisan Bahasa Ibu: Kasus Pada Diaspora di

Desa Angantiga Petang Badung Provinsi Bali

Ni Luh Nyoman Seri Malini 1, Ni Made Dhanawaty 2, Ida Bagus Putra Yadnya 3, Ni Made

Wiasti 4

Universitas Udayana 1, 2, 3, 4

[email protected] 1

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis bagaimana sistem pewarisan bahasa daerah

antar generasi diaspora. Bahasa merupakan alat pengembangan kebudayaan, jalur penerus

kebudayaan, dan inventaris ciri-ciri kebudayaan. Oleh karena itu, bahasa juga merupakan

faktor penting dalam membentuk identitas kultural dan identitas sosial termasuk di dalamnya

identitas etnis, anggota masyarakat. Terdapat dua faktor penting untuk menentukan butir nilai

kultural seorang dwibahasawan, yaitu butir-butir nilai yang dihasilkan dari kontak kebudayaan

dan lingkungan sosial yang spesifik dan lingkungan keluarga yang membentuk tipe

pengalaman dwibahasawan tersebut. Sumber data penelitian adalah data lisan diaspora di Bali

yang berdomisili dan telah menetap di Kabupaten Karangasem, Jemberana , Buleleng dan

Denpasar .Data dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner, wawancara mendalam,

penyimakan, dan pengamatan langsung terhadap sumber data. Data akan diolah dengan

menggunakan teori etnografi komunikasi (Hymes: 1972, Schiffrin: 1994), akomodasi bahasa

(Giles dan Coupland:1991) dan teori bahasa dan budaya (Bernard:1981) dan dengan metode

padan dan metode agih (Sudaryanto, 1993). Hasil penelitian diharapkan bagaimana sistem

pewarisan bahasa antar generasi yang digunakan diaspora di Bali guna mempertahankan

identitas etnisnya.

Kata kunci : Pewarisan Bahasa, Diaspora.

Page 82: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

79

Fenomena Bahasa Ibu dalam Pendekatan Marketing

Komunikasi Produk Sanco dalam Perspektif

Kebangsaan ‘Sumpah Pemuda’

Ahmad Toni

Program Pascasarjana Ilmu Komunikasi, Universitas Budi Luhur

[email protected]

Abstrak

Pendekatan kebangsaan dalam komunikasi pemasaran yang dilakukan oleh produk minyak

goreng Sunco menggambarkan strategi yang dilakukan perusahaan dalam mendekatan diri

kepada konsumen dengan strategi penggunaan bahasa ibu sebagai sebuah fenomena baru

dalam taktik komunikasi pemasaran melalui ‘sepecial moment’ peringatan hari sumpah

pemuda. Hasil penelitian menunjukkan kaum millennial, terutama kaum berpendidikan tinggi

yang selalu bersentuhan dengan teknologi smartphone masih menggunakan bahasa ibu dengan

baik. Bahasa ibu digambarkan sebagai sebuah konsep gotong royong dalam menggapai tujuan

dengan semangat kebersamaan dalam perspektif kebangsaan yang dimiliki kaum millenial,

mereka bukan generasi instan yang distereotypkan oleh berbagai media dan kalangan, tetapi

cara-cara yang digunakan kaum millenial dalam membangun diri dengan bahasa ibu sangat

unik sesuai dengan kapasitas dan dunia yang dimilikinya.

Kata kunci: Marketing Komunikasi, Perspektif Kebangsaan, Kaum Millenial Indonesia.

Bahasa Ibu

Page 83: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

80

Tradisi Naur Klaci di Desa Pegunungan Bilok Sidan

Kecamatan Petang Kabupaten Badung

Luh Putu Puspawati

Fakultas Ilmu Budaya

[email protected]

Abstrak

Desa Bilok Sidan termasuk desa pegunungan yang terdiri atas desa-desa meliputi: desa

Sekarmukti, desa Pemiket, desa Sidan, desa Sidan Kawan, desa Belok, desa Lawak, desa

Selantang, desa Jempanang. Masing-masing desa memiliki tradisi lisan yang berbeda-beda

dalam hal naur klaci (mahar) dalam sebuah perkawinan. Setiap desa memiliki keunikan

meliputi: desa Sekarmukti dengan babi Bali, desa Pemiket dengan uang, desa Sidan dengan

uang, desa Sidan Kawan dengan babi Bali, desa Bilok dengan babi Bali, desa Lawak dengan

babi Bali, desa Selantang dengan sapi Bali betina, desa Jempanang dengan babi Bali. Dari

masing-masing dalam hal penyerahan klaci (mahar) dilakukan ada yang dilaksanakan di balai

banjar, ada di pura Desa. Demikian pula dalam pelaksanaan upacara ada dilaksanakan di

perempatan jalan, ada di pura desa, dan ada di balai banjar. Dalam hal ritual masing masing

memiliki keunikan seperti bila pengantin laki-laki dari desa yang sama dengan pengatin wanita

harus membayar mahar hanya satu kali saja apakah uang, babi Bali, sapi betina, uang dan

sebagainya. Namun apabila pengantin laki-laki dari luar desa tersebut harus membayar dua kali

lipat sesuai dengan hasil perarem desa-desa tersebut.

Kata kunci: Naur Klaci, Sapi Bali, Babi Bali, Uang

Page 84: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

81

Pencarian Tirta Amertha dalam Cerita Adiparwa dan

Dewa Ruci

I Made Suastika

FIB Unud

[email protected]

Abstrak

Para Dewa berkumpil di puncak Gunung Mahameru (Mahameru Parwata), ketika berkumpul

dan melakukan pemujaan dengan tujuan bagaimana cara untuk mendapatkan tirta Amerta (tirta

Sanjiwani) agar kehidupan kekal abadi. Akhirnya, diberitahukan agar memutar atau mengaduk

Samudra yang bernama Samudra Mautama oleh para Dewa dan raksasa. Cara mengaduknya

dengan cara memotong dan memindahkan Sangkadwipa (pulau siput) dan ditenggelamkan di

dasar Samudra, sehingga Samudra itu bergetar (berputar). Selengkapnya akan dilakukan

pemutaran Sangkadwipa dengan melilitkan Naga basuki, sedangkan di bawahnya sebagai

penyangga Sanghyang Anantaboga, di atasnya para Dewa agar pulau itu tidak terbang ketika

berputar. Di depan dan di ekor Naga basuki ada para Dewa yang menyangga, lalu dilakukan

pemutaran maka keluar panas dari nafas naga itu. Kisah pencarian tirta Amerta juga ada dalam

Dewa Ruci, ketika tokoh Pandawa bernama Bima disuruh mencarinya di dasar laut oleh guru

Drona.

Kata kunci: Tirta Amerta, Para Dewa, Raksasa, Dewa Ruci

Page 85: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

82

Peribahasa Bahasa Bali untuk Mengekspresikan Emosi

melalui Sudut Pandang Pragmatis

Dewa Ayu Kadek Claria 1, I Nyoman Kardana 2, I Gusti Ngurah Adi Rajistha 3

Universitas Warmadewa 1, 2, 3

[email protected] 1, [email protected] 2, [email protected] 3

Abstrak

Peribahasa dalam bahasa Bali memiliki struktur, makna dan fungsi yang sangat unik apabila

ditelaah. Peribahasa merupakan kalimat sederhana yang biasanya berupa perumpamaan yang

mengandung saran dan pelajaran tentang moral. Penelitian ini membahas tentang peribahasa

dalam bahasa Bali yang memiliki fungsi untuk mengekspresikan emosi seseorang yang dilihat

secara pragmatis. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan data yang

diperoleh dari beberapa cerita pendek berbahasa Bali, buku peribahasa Bahasa Bali dan

penggalan wacana yang dipakai oleh masyarakat. Data diperoleh melalui metode simak dan

catat yang kemudian dianalisis berdasarkan teori. Hasil penelitian mengenai peribahasa Bahasa

Bali disajikan dalam bentuk formal dan informal. Peribahasa dalam Bahasa Bali sesuai dengan

teori yang digunakan yaitu teori paribahasa Bahasa Bali oleh Simpen (1980) terdiri dari 16

jenis, namun pada penelitian ini hanya ditemukan 7 jenis peribahasa yang berhubungan dengan

emosi terkait dengan perlambang emosi pada bagian wajah seseorang yang meliputi (1)

sesenggakan (2) sesonggan (3) bebladbadan (4) sloka (5) pepindan (6) sesawangan dan (7)

sesimbing. Klasifikasi Emosi dianalisis menggunakan teori emosi yang dikemukakan oleh

Lazaruz (1991), terdiri dari emosi negatif dan positif. Emosi positif terdiri dari bahagia,

bersyukur, bangga, dan cinta sedangkan emosi negatif terdiri dari benci, cemas, bersalah,

kesedihan, cemburu dan marah.

Kata kunci: Peribahasa Bahasa Bali, Perlambang Emosi, Pragmatis

Page 86: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

83

Diksi dalam Novel Terjemahan Lara Kusapa

Putu Weddha Savitri

Universitas Udayana

[email protected]

Abstrak

Artikel ini bertujuan untuk menganalisis diksi yang ditemukan dalam Novel “Lara Kusapa”

yang merupakan terjemahan sebuah novel Prancis dengan judul “Bonjour Tristesse” karya

François Sagan (1954). Dalam artikel ini akan dideskripsikan keunikan diksi yang digunakan

oleh penerjemah, sekaligus juga akan membahas apakah diksi yang digunakan itu cukup tepat

atau tidak. Data dikumpulkan dengan metode simak dengan teknik catat, sedangkan teknik

analisis data dilakukan secara deskriptif kualitatif.

Hasil penelitian ini dapat disimpukan bahwa penerjemah menggunakan beberapa kata unik

yang terasa asing atau jarang digunakan, kata-kata gaul, kata sifat yang sangat spesifik, dan

juga dengan tetap menggunakan beberapa kata dan frasa dalam bahasa Prancis. Jika dilihat dari

ketepatan atau kesepadanan penggunaan diksi tersebut, beberapa kata tampak kurang tepat

penggunaannya dan sedikit melanggar kaidah bahasa Indonesia dimana seharusnya

penerjemah menggunakan kata yang lebih dapat dimengerti oleh pembaca.

Kata kunci: Diksi, Pilihan Kata, Novel

Page 87: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

84

Penggunaan Bahasa Tabu di Kota Denpasar

I Made Astu Mahayana 1, Anak Agung Gede Suarjaya 2, Dewa Ayu Dyah Pertiwi Putri 3

Program Studi Sastra Inggris, Universitas Warmadewa 1, 2, 3

[email protected] 1, [email protected] 2,

[email protected] 3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji bentuk, fungsi, dan konteks dari penggunaan bahasa

tabu dalam konteks percakapan bahasa Bali sehari-hari. Penelitian ini merupakan penelitian

deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang berbasiskan teori Jay (1992) dan Wardaugh

(1986). Metode yang digunakan dalam proses pengumpulan data adalah metode simak yang

dilanjutkan dengan teknik rekam dan teknik catat. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan

bahwa; (1) berdasarkan bentuknya, data yang ditemukan dapat diklasifikasikan menjadi dua,

yaitu berdasarkan satuan gramatikal yang terdiri atas kata dan frase, dan berdasarkan sumber

referensinya dapat dikelompokkan menjadi enam, yaitu (a) kata atau frase yang berhubungan

dengan orang tua, (b) kata atau frase yang berhubungan dengan binatang, (c) kata atau frase

yang berhubungan dengan hubungan seksual, (d) kata atau frase yang berhubungan dengan

kematian, (e) kata atau frase yang berhubungan dengan ekskresi, dan (f) kata atau frase yang

berhubungan dengan bagian tubuh, (2) berdasarkan fungsinya, data yang ditemukan dibedakan

menjadi lima, yaitu (a) untuk mengekspresikan makian, (b) untuk mengekspresikan kekesalan

atau kemarahan, (c) untuk mengekspresikan sindiran, (d) untuk merendahkan lawan bicara atau

orang ketiga, dan (e) untuk mengolok-olok. Adapun konteks dari kata atau frase tabu yang

telah ditemukan tersebut dapat dibedakan menjadi konteks kemarahan, konteks ejekan, konteks

komentar atau tanggapan, konteks meminta jawaban, dan konteks menanggapi suatu ujaran.

Kata kunci: Bahasa Tabu, Bahasa Bali, Konteks

Page 88: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

85

Fungsi dan Makna Pesan dalam Pepatah Bahasa Bali

I Nyoman Kardana 1, Dewa Ayu Kadek Claria 2, Made Sri Satyawati 3

Universitas Warmadewa 1, 2, Univeritas Udayana 3

[email protected] 1, [email protected] 2, [email protected] 3

Abstrak

Bahasa Bali digunakan sebagai alat komunikasi masyarakat Bali baik yang tinggal di Bali

maupun di luar Bali. Bahasa Bali juga digunakan sebagai sarana untuk mengekspresikan

budaya Bali dalam berbagai bentuknya. Bahasa Bali digunakan pada berbagai ranah bahasa,

baik ranah formal maupun informal. Pada ranah formal, bahasa Bali digunakan dalam

pertemuan yang berhubungan dengan masalah adat dan keagamaan baik yang berlangsung di

rumah-rumah, balai adat (balai banjar) maupun tempat-tepat suci. Bahasa Bali juga digunakan

sebagai sarana untuk menyampaikan pesan-pesan khusus yang berhubungan dengan pujian,

sindiran, saran, dan lainnya. Pesan-pesan tersebut biasanya disampaikan dalam bentuk

peribahasa. Dalam bahasa Bali, peribahasa diklasifikasikan ke dalam beberapa jenis, salah

satunya adalah pepatah. Sehubungan dengan itu, tulisan ini mengkaji pesan yang terdapat pada

pepatah bahasa Bali termasuk melihat makna dan fungsinya. Data yang digunakan dalam

tulisan ini berupa data lisan yang diambil dari informan dan data tulis yang diambil dari bahan

tertulis, seperti cerita berbahasa Bali. Data dikumpulkan dengan menerapkan metode observasi

yang dilengkapi dengan teknik rekan dan catat. Data dianalisis berdasarkan pendekatan praksis

sosial yang meliputi aspek biologis, sosiologis, dan idiologis. Hasil analisis menunjukkan

bahwa dari aspek biologis, nomina yang digunakan dalam pepatah dapat berupa nomina tak

bernyawa dan nomina bernyawa berupa tumbuhan dan binatang. Dilihat dari aspek

sosiologisnya, pepatah bahasa Bali digunakan untuk menyampaikan perintah, permohonan,

sindiran, pujian, dan saran. Sementara itu, dari aspek idiologis, pepatah bahasa Bali

mengandung pesan tertentu yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat tentang sikap

dan perilaku yang baik dan buruk, sopan dan tidak sopan, pantas dan tidak pantas dilakukan.

Kata kunci: Pepatah, Praksis Sosial,Ranah Bahasa

Page 89: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

86

Metafora Kebahagiaan dalam Bahasa Bali

I Made Rajeg 1, Gede Primahadi Wijaya Rajeg 2

Universitas Udayana, Indonesia 1, 2

[email protected] 1

Abstrak

Pengalaman emosi pada manusia tidak sepenuhnya dapat dipahami dan diungkapkan dengan

bahasa literal. Oleh karena itu, diperlukan bahasa-bahasa metaforis untuk memahami dan

mengunkapkannya. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan pola-pola ungkapan metaforis

kebahagiaan, menganalisis metafora konseptual yang mendorong pemakaian ungkapan

metaforis tersebut, dan menentukan model kognitif emosi kebahagiaan dalam bahasa Bali

(BB).

Data diperoleh dari korpus BB yang dikumpulkan sendiri dari teks berbahasa Bali pada koran

mingguan Bali Orti berjejaring. Korpus tersebut mewakili pemakaian bahasa pada ranah berita,

sastra, agama, mitos, legenda, dan lain-lain. Data kebahasaan digali menggunakan seperangkat

mesin penjelajah korpus, Antconc 3.2.4w dengan kata kunci bagia. Selanjutnya, metafora

kebahagian dikenali dengan metode Prosudur Identifikasi Metafora dan dianalisis dengan teori

Metafora Koseptual.

Hasil analisis menunjukkan bahwa sebagian besar emosi kebahagiaan diungkapkan secara

berpola dan dimotivasi oleh sejumlah metafora konseptual seperti KEBAHAGIAAN

SEBAGAI OBJEK YANG DICARI dan KEBAHAGIAAN SEBAGAI MILIK/ KEKAYAAN.

Hasilnya juga menunjukkan model kognitif KEBAHAGIAAN dalam budaya Bali ialah bahwa

KEBAHAGIAAN merupakan objek yang tersembunyi, dicari untuk dimiliki sebagai

kekayaan.

Kata kunci: Kebahagiaan, Pola Metafora, Metafora Konseptual, Linguistik Korpus

Page 90: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

87

Ambiguitas Penggunaan Sufiks –in dan –ang dalam

Bahasa Bali pada Mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya

Universitas Udayana.

I Made Agus Atseriyawan Hadi Sutresna 1, Gde Arys Bayu Rewa 2, Dewa Ayu Marta Dewi 3

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana 1, 2, 3

[email protected] 1, [email protected] 2, [email protected] 3

Abstrak

Penelitian ini mengkaji keambiguan penggunaan sufiks –in dan sufiks –ang dalam bahasa Bali

pada mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana penutur bahasa Bali. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui mahasiswa penutur bahasa Bali dalam menggunakan sufiks –

in dan sufiks –ang dan penyebab keambiguan penggunaanya. Pendekatan sosiolinguistik ragam

baku dan ragam umum digunakan dalam penelitian. Metode simak dengan teknik rekam dan

teknik lanjutan berupa teknik catat digunakan dalam pengumpulan data. Pada tahapan analisis

data digunakan metode padan (Sudaryanto, 1993:13) dengan teknik dasarnya yaitu teknik pilah

unsur penentu (PUP). Metode penyajian hasil analisis data menggunakan metode penyajian

informal dan formal.

Sufiks –in dan –ang merupakan ragam baku dalam bahasa Bali dan sufiks –in sebagai ragam

umum untuk merujuk sufiks –in dan –ang. Ditemukan tiga jenis penutur (1) penutur yang tahu

dengan pasti penggunaan sufiks –in dan –ang, (2) penutur yang tahu perbeda penggunaan

sufiks –in dan -ang namun lebih memilih menggunakan sufiks -in dalam situasi informal, dan

(3) penutur yang tidak tahu atau kurang memahami penggunaan sufiks –in dan –ang. Ada dua

penyebab penutur menganggap sufiks –in sebagai ragam umum yang ditemukan dalam

penelitian ini yaitu, (1) pemerolehan bahasa sejak anak-anak memang tidak dibedakan

penggunaan antara sufiks –in dan –ang dan mengetahui perbedaannya sejak mendapatkan

pendidikan formal di sekolah, (2) penutur yang sering menggunakan sufiks –in karena penutur

merupakan dwibahasawan (bahasa Bali dan bahasa Indonesia), dalam bahasa Indonesia

informal (non baku) sufiks –in selalu digunakan untuk merujuk sufiks –i dan –kan sehingga

penutur terpengaruh menggunakan sufiks –in dalam bahasa Bali.

Kata kunci: Ragam Baku, Ragam Umum, Sufiks, Ambiguitas

Page 91: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

88

Penanganan Perkara di Desa pada Masa Kerajaan di

Bali

Ida Ayu Wirasmini Sidemen

Prodi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

[email protected]

Abstrak

Penanganan perkara pada masa kerajaan di Bali, ditangani oleh lembaga peradilan yang

bernama kerta. Secara struktural, pengadilan hanya ada di pusat kerajaan dan ditingkat

kepunggawaan. Dalam kerta, ada hakim yang pada umumnya dijabat oleh pendeta, dengan

sebutan peranda kerta (lead kerta). Peranda kerta menjabat sebagai kepala pengadilan. Selain

itu ada jaksa penuntut umum yang disebut kanca, panitera yang disebut jejeneng, hakim yang

disebut kerta. Salah satu yang menjadi penting bagi warga desa, adalah penanganan perkara

terutama perkara perdata, untuk mencegah agar tidak berlanjut ke pengadilan tingkat

punggawa atau pengadilan kerajaan. Untuk tujuan itu, aparat desa membuat lembaga khusus

menangani perkara, yang disebut dengan kerta desa. Kerta desa sebagai pengadilan yang

berada ditingkat desa, memegang peranan penting dalam usaha menyelesaikan perkara yang

muncul di desa dan mengarah kepada perdamaian. Istilah puput ring jaba yang tertuang dalam

pipil sebagai bukti bahwa perkara sudah diusut dan diadili oleh pejabat kerta desa dan dapat

diselesaikan ditingkat desa. Setiap perkara yang berhasil didamaikan di desa, harus dibuatkan

bukti tertulis oleh pejabat perbekel atau punggawa, sebagai putusan peradilan berkekuatan

hukum walaupun diputuskan secara damai oleh pejabat desa.

Kata kunci: Kerta Desa, Perkara, Puput ring Jaba

Page 92: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

89

Tingkat Pendidikan dalam Eksistensi Bahasa Bali

Yohanes Octovianus L. Awololon 1, Komang Satria Wirasa 2, Ni Putu Eka Yani 3

Program Pascasarjana Jurusan Linguistik, Universitas Udayana 1, 2, 3

[email protected] 1, [email protected] 2, [email protected] 3

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa jauhkah pengaruh tingkat pendidikan

terahadap mundurnya penggunaan Bahasa Bali. peneliti menggunakan metode kuantitatif

dalam menganalisis data dari sampel sebanyak 100 dari jumlah populasi masyarakat Bali yang

memiliki level pendidikan terakhir yang berbeda dari SD sampai S3. teknik pengambilan

sampel yang digunakan adalah teknik random sampling. peneliti menggunakan kuesioner

(Questionnaire) dalam proses pengumpulan data, kemudian melakukan pengkodean dengan

menggunakan skala likert atas jawaban yang dikodekan dalam bentuk angka. berdasarkan data

yang dikumpulkan maka nilai mean pada variabel x adalah sebesar 12.56 sedangkan nilai y

sebesar 19.76. data nilai hitung varians pada masing-masing data yaitu x sebesar 18 dan y

sebesar 72. dalam menguji hipotesis, peneliti menggunakan teknik uji spearman korelasi atau

uji 'r' menggunakan spss dengan tingkat hubungan masing-masing variabel antara kurang lebih

0,00 sampai 1.00. hasil uji 'r' sebesar 0,55 emnunjukan bahwa terdapat hubungan yang sedang

antara variabel x dan y karena nilai uji 'r' berada di antara 0.41-060. kemudian, hasil uji 't'

sebagai pengujian hipotesis menunjukan bahwa nilai uji 't' sebesar 7,806 dengan derajat

kesalahan 0,01% pada nilai 't' tabel sebesar 2,358 maka dapat dikatakan bahwa nilai 't' hitung

7,806 lebih besar dari pada nilai 't' tabel 2,358. dari perbandingan nilai 't' tersebut maka Ha

diterima dan H0 ditolak yang berarti terdapat pengaruh yang sedang secara signifikan antara

tingkat pendidikan terhadap mundurnya penggunaan bahasa Bali.

Kata kunci: Kemunduran, Bahasa Bali, Tingkat Pendidikan.

Page 93: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

90

The Use of Code Switching in Twitter

Kadek Gangga Utara 1, Luh Gede Putri Cahyantika Ningrum 2, I Putu Ambara Putra 3

Udayana University, Denpasar, Bali 1, 2, 3

[email protected] 1, [email protected] 2,

[email protected] 3

Abstract

The article examines the use of code switching in Twitter. The methods that are used in this

article are collecting data and qualitative descriptive method to analyse data. The writer used

Hoffman’s theory in classify the type of code switching (Intra-sentential, Inter-sentential,

Involving a change of pronunciation, Emblematic switching, Intra-lexical code mixing, and

Establishing continuity switches). The result is all type of code switching could find in Twitter

and the most code switching that found is Intra-sentential and Inter-sentential.

Keyword: Sociolinguistic, Code, Code Switching, Hoffman’s Theory, Twitter

Page 94: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

91

Etnolinguistik dalam Tradisi Ngaturang Pejati

pada Masyarakat Hindu di Bali

Made Sri Satyawati

Universitas Udayana

[email protected]

Abstrak

Kajian terhadap tradisi Ngaturang Pejati dalam masyarakat Hindu di Bali merupakan kajian

yang menarik. Seluruh masyarakat Hindu di Bali melakukan tradisi ini dalam berbagai kegiatan

yang akan dilakukannya. Misalnya akan bepergian jauh untuk memberitahukan kepada Ida

Sang Hyang Widhi Wasa dan leluhur bahwa kita akan bepergian dan sekaligus memohon

keselamatan. Kegiatan seperti ini umumnya disebut matur piuning. Kegiatan matur piuning ini

merupakan produk budaya yang menjadi tradisi turun temurun di masyarakat Hindu di Bali.

Penelitian tentang budaya dengan pendekatan agama sudah sering dilakukan, tetapi kajian

terhadap teks yang dihubungkan dengan simbol-simbol yang digunakan belum pernah

dilakukan.

Objek penelitian dalam tradisi ini adalah mantra dan sarana upakara. Mantra diperoleh melalui

metode wawancara, sedangkan sarana upakara diperoleh melalui wawancara, menyimak

penjelasan dari informan, dan pengamatan terhadap banten pejati tersebut. Data yang diperoleh

akan dikaji dengan teori Linguistik Kebudayan yang disampaikan oleh Hymes dalam buku

Wardhaugh (2006:249). Menurutnya bahasa dan kebudayaan merupakan suatu hal yang sangat

erat kaitannya sehingga menariknya sekali untuk memfokuskan kajian pada bentuk-bentuk

linguitik yang digunakan dalam teks mantra ngaturang pejati hubungan fungsi dan makna

simbol-simbol dalam sarana upakara ngaturang pejati, dan fungsi pejati dalam masyarakat

Hindu di Bali.

Kata kunci: Etnolinguistik. Ngaturang Pejati, Tradisi, dan Simbol.

Page 95: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

92

Contrasting the semantics of Indonesian -kan & -i verb

pairs: A usage-based, constructional approach

Gede Primahadi Wijaya Rajeg 1, I Made Rajeg 2, I Wayan Arka 3

Universitas Udayana 1, 2, 3, Australian National University 3

[email protected] 1

Abstract

Several studies have analysed the role of -kan and -i suffixes as valency-changing mechanisms

(Arka, 1993; Arka et al., 2009; Cole & Son, 2004; Kroeger, 2007). When the semantics of the

-kan/-i verb pairs (i.e. based on the same root) are contrasted, the focus is on the semantic role

of the direct objects (cf., e.g., Arka et al., 2009). Little is known, however, about how specific

-kan/-i pairs are actually used in large collection of text (i.e. linguistic corpora) that (i) may

hint to their common usage patterns, and (ii) is by no means less indicative of their semantic

difference. One hypothesis put forward by Sneddon et al. (2010, p. 101) is that “with a number

of words the distinction between -kan and -i is blurred in common usage. In some cases, both

-i and -kan occur with the same meaning.” One of the illustrating examples is mengenai and

mengenakan, both translated as ‘subject to’ by Sneddon et al. (2010, p. 101).

We present a case study for how the aforementioned theoretical hypothesis can be tested using

a quantitative method in usage-based, Construction Grammar (Goldberg, 2006), namely

Collostructional Analysis (CollAna) (Stefanowitsch, 2013). We test whether mengenai and

mengenakan do have the same meaning as Sneddon et al. (2010) suggest. Adopting the usage-

based approach, the meaning of these verbs is operationalised in terms of the verb’s strongly

attracted collocates, especially one word occurring to the right of the verbs in the corpus (i.e.

R1 collocates), approximating fillers of their direct objects. CollAna is used to measure the

association strength between these verbs and their R1 collocates in one of the corpus files from

the Indonesian Leipzig Corpora (ind_mixed_2012_1M-sentences.txt–15,052,159 word-

tokens). We discovered that mengenakan and mengenai strongly attract different collocate

types (see Table 1), reflecting their distinct semantics and usage patterns.

Table 1 Top-10 attracted R1-collocates for mengenakan (left table) and mengenai (right table)

Collocates Gloss Association

Strength

Collocates Gloss Association

Strength

pakaian clothes Inf hal matter 168.445

baju shirt 195.026 masalah problem; issue 76.852

celana pants 194.002 dampak impact 59.118

gaun dress 107.624 keberadaan existence 38.119

jubah cloak 102.360 hubungan relationship 34.540

seragam uniform 73.422 apa what 34.244

rok skirt 64.238 bagaimana how 33.992

jilbab hijab 62.278 pentingnya the importance (of) 33.294

sepatu shoes 58.038 hal-hal matters 28.602

kaos T-shirt 51.272 sasaran target 26.421

The semantics of the attracted collocates indicate that mengenakan convey the meaning of ‘to

wear (clothes)’, while it is mengenai that closely means ‘subject to’ or ‘concerning to’. These

results do not support Sneddon et al.’s hypothesis that the verbs convey the same meaning.

This case study seeks to highlight the merit of quantitative corpus-based method to the usage-

based, constructional analysis of an aspect of Indonesian grammar. (NB: Slides presentation of

this talk is available open-access at https://doi.org/10.6084/m9.figshare.11758218)

Page 96: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

93

Afiks Infleksional dalam Bahasa Uab Meto: Kajian

Morfologi Generatif

Efron E. Y Loe

STIBA Mentari Kupang

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini berjudul Afiks Infleksional Dalam Bahasa Uab Meto: Kajian Morfologi

Generatif. Adapun tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk menemukan jenis-jenis afiks

infleksional dalam bahasa Uab Meto, dan makna dari afiks infleksional dalam bahasa Uab

Meto. Bahasa Uab Meto yang menjadi obyek penelitian dalam tulisan ini adalah bahasa yang

digunakan di Kabupaten Timor Tengah Selatan TTS. Peneliti memfokuskan penelitiannya di

Desa Bijaepunu, Kecamatan Molo Utara. Pendekatan teori yang digunakan untuk menganalisis

jenis-jenis dan makna dari afiks infleksional dalam bahasa Uab Meto adalah pendekatan teori

morfologi generatif menurut Aronoff, yaitu ‘Word Base Morphology atau Lexeme Base’.

Pendekatan teori yang digunakan karena dapat menjawab permasalahan penelitian yang ada.

Metode pengumpulan data merujuk pada metode simak dan cakap dengan tekniknya masing-

masing. Data penelitian diperoleh langsung dari penutur asli bahasa Uab Meto yang menguasai

bahasa Uab Meto. Data penelitian diperoleh melalui dua sumber data, yaitu data tulisan dan

lisan yang diperoleh langsung dari informan.

Penelitian ini difokuskan pada afiks infleksional dan hasil penelitian ditemukan tiga jenis

varian atau alofon afiks infleksional dalam bahasa Uab Meto. Tiga jenis afiks infleksional

dalam bahasa Uab Meto, yaitu afiks /n/, /in/, dan /sin/ yang ditemukan penggunaannya dalam

leksem dasar nomina dan verba. Dalam penggunaan ketiga afiks tersebut diserati juga dengan

pelesapan dan pergantian tempat fonem. Ketiga jenis afiks infleksional tersebut berfungsi

sebagai sufiks dan digolongkan dalam morfem terikat.

Hasil analisis ketiga jenis afiks infleksional /-in/, /-nin/ dan /-sin/ dalam bahasa Uab Meto,

ditemukan makna gramatikal dari ketiga afiks infleksional tersebut bermakna jamak saat

ditambahkan pada leksem dasar. Makna gramatikaal afiks infleksional /-in/, /-nin/ dan /-sin/

jika ditambahkan pada leksem dasar menjelaskan benda dan pekerjaan yang dilakukan lebih

dari satu.

Kata kunci: Morfologi, Afiks, Afiks Infleksional, Sufiks, Bahasa Uab Meto.

Page 97: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

94

Pengaruh Bahasa Inggris Terhadap Pilihan Berbahasa

Generasi Milenial

Anak Agung Sagung Shanti Sari Dewi

Udayana University

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pilihan berbahasa generasi milenial Indonesia

dewasa ini. Penelitian yang berdasarkan filosofi fenomenologis ini sangat menarik untuk

dilakukan mengingat generasi milineal yang lahir dan tumbuh pada era “internet booming”

(Lyons, 2004) memiliki gaya bahasa yang berbeda dengan generasi sebelumnya. Penelitian ini

secara lebih specifik bertujuan untuk: 1) mengidentifikasi pengaruh bahasa asing, khususnya

bahasa Inggris terhadap pemakaian Bahasa Indonesia generasi milenial; dan 2) menganalisa

alasan generasi milenial tentang pilihan berbahasanya. Sebagai populasi, penelitian ini

melibatkan 200 orang generasi milenial usia 17-25 tahun yang sedang menempuh kuliah di

Universitas Udayana. Metode yang digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dan

pengumpulan data dilakukan melalui tiga teknik yaitu: pengisian kuisioner oleh seluruh

responden, perekaman percakapan sehari-hari antar mahasiswa di lingkungan Universitas

Udayana, serta pencatatan. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa bahasa Inggris telah

memberikan pengaruh besar terhadap pilihan berbahasa generasi milenial dimana mereka

memilih untuk melakukan campur kode antara bahasa Indonesia dan bahasa Inggris serta

menggunakan bahasa Indoglish dalam komunikasinya. Alasan mereka adalah antara lain: a)

untuk keakraban dan pergaulan, b) prestise dan gaya, c) karena tidak mengetahui padanan yang

tepat di bahasa Indonesia serta d) karena istilah-istilah tersebut sudah familiar dan umum

digunakan dalam komunikasi berbahasa Indonesia.

Kata kunci: Generasi Milenial, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Pilihan Berbahasa,

Komunikasi

Page 98: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

95

Makna Implikatur Percakapan Tuturan Wadanan

sebagai Manifestasi Melecehkan Muka dalam Bahasa

Osing

Titis Sugiyantiningtyas 1, I Wayan Ardi Sumarta 2

Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi 1, Universitas Lampung 2

[email protected] 1, [email protected] 2

Abstrak

Penelitian ini mengkaji penggunaan bahasa lisan dalam interaksi sosial di lingkungan

masyarakat. Fokus penelitian adalah pada tuturan wadanan berbahasa Osing. Tuturan wadanan

dalam bahasa Osing ini berfungsi menunjukkan ekspresi kepada orang lain. Tuturan ini

merupakan salah satu manifestasi ketidaksantunan berbahasa yang dapat melecehkan muka

dengan ragam makna implikaturnya. Tujuan dari penelitian ini yaitu; (1) mendeskripsikan

manifestasi melecehkan muka dalam tuturan wadanan pada bahasa Osing; (2)

mendeskripsikan konteks implikatur wadanan sebagai manifestasi melecehkan muka dalam

bahasa Osing.

Kata kunci: Bahasa Osing, Lingusitik, Implikatur

Page 99: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

96

E-learning untuk Mengotimalkan Pembelajaran Bahasa

Ibu

I Dewa Gede Budi Utama

Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia, Universitas Pendidikan Ganesha

[email protected]

Abstrak

Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris mendominasi penggunaan bahasa pada kehidupan sehari-

hari. Penggunaan bahasa daerah pun semakin terdesak. Jumlah penutur bahasa daerah sebagai

bahasa pertama semakin sedikit.

Terkait dengan hal tersebut, pengajaran bahasa daerah harus semakin dioptimalkan baik

melalui jalur formal maupun informal. Salah satu peluang untuk mengoptimalkan

pembelajaran bahasa daerah adalah dengan memanfaatkan teknologi atau pembelajaran

melalui e-learning. Artikel ini bertujuan untuk membahas peluang pemanfaatan e-learning

dalam pembelajaran bahasa ibu, keuntungan pembelajaran bahasa ibu melalui e-learning, dan

tantangan pembelajaran bahasa ibu melalui e-learning.

Peluang pembelajaran melalui e-learning sangat besar karena beberapa alasan seperti:

teknologi dapat dijangkau dengan mudah, internet yang menjadi media untuk e-learning dapat

diakses dengan mudah, teknologi sudah dikuasai oleh guru maupun siswa, sarana dan prasarana

yang ada baik di sekolah maupun pribadi juga telah memadai. Pemanfaatan e-learning dalam

pembelajaran bahasa ibu memberikan sejumlah keuntungan antara lain: pembelajaran menjadi

lebih menarik, pembelajaran dapat dilakukan kapanpun tanpa harus mengandalkan pertemuan

tatap muka di kelas, konteks penggunaan bahasa dapat dihadirkan melalui media pembelajaran

yang lebih variatif, biaya pembelajaran lebih terjangkau, evaluasi dapat dilakukan dengan lebih

mudah.

Pembelajaran melalui e-learning juga memungkinkan hadirnya sejumlah hambatan yang harus

diantisipasi antara lain: diperlukan penguasaan teknologi secara lebih khusus oleh guru untuk

menciptakan lingkungan belajaran dalam jaringan (online), membutuhkan upaya yang lebih

keras dalam menciptakan rancangan dan media pembelajaran agar pembelajaran dapat

dilakukan dengan baik, dan membutuhkan kebijakan pada tingkat sekolah maupun di atasnya

untuk menciptakan sistem pembelajaran dan evaluasi yang lebih komprehensif.

Kata kunci: Bahasa Ibu; Pembelajaran Bahasa; E-Learning, Teknologi Pembelajaran

Page 100: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

97

Strategi dan Prosedur Penerjemahan Kata Bermuatan

Budaya Bali pada Media Cetak Berbahasa Jepang

Ladycia Sundayra

[email protected]

Abstrak

Penelitian berjudul “Strategi dan Prosedur Penerjemahan Kata Bermuatan Budaya Bali pada

Media Cetak Berbahasa Jepang” ini, membahas leksikon-leksikon budaya tradisional Bali pada

media cetak berbahasa Jepang (API Magazine). Tujuan penelitian ini: (1) menganalisis

padanan kata bermuatan budaya Bali dalam bahasa Jepang yang terdapat pada Api Magazine,

(2) memaparkan strategi dan prosedur yang digunakan dalam proses penerjemahan kata

bermuatan budaya Bali ke dalam bahasa Jepang. Khazanah leksikon budaya tradisional Bali

yang relatif banyak dan beragam menjadi kekayaan yang dimiliki oleh masyarakat Bali. Hal

ini berbanding lurus dengan perkembangan kebudayaan dan kesenian Bali yang menunjang

pariwisata Bali, sehingga menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat dunia, khususnya

Jepang. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka dan wawancara. Kata yang

bermuatan budaya Bali yang ditemukan dalam API Magazine, yaitu ngaben, bade, payas

agung, balian, jaba, kulkul, bale, dan meru. Strategi yang digunakan adalah pencarian padanan

melalui penelusuran dokumen, baik cetak maupun online; dan prosedur yang ditempuh adalah

transferensi, pemadanan budaya, dan penerjemahan deskriptif. Dari temuan ini dapat

disimpulkan bahwa dalam penerjemahan kata-kata bermuatan budaya diperlukan pemahaman

yang baik tentang teks sumber, serta istilah-istilah budaya dalam bahasa sumber (BSu) dan

bahasa sasaran (BSa)

Kata kunci: Kata Bermuatan Budaya, Strategi Penerjemahan, Prosedur Penerjemahan

Page 101: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

98

Pemertahanan Bahasa Bali Melalui Tradisi Nguup di

Desa Mundeh Kecamatan Kediri Kabupaten Tabanan

Gek Diah Desi Sentana

Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar

[email protected]

Abstrak

Bahasa Bali diekspresikan secara lisan lewat tradisi lisan nguup. Tradisi lisan nguup adalah

tradisi yang melibatkan tujuh orang anak di Desa Mundeh selama melaksanakan tugasnya

menjadi Jero Permas di Pura Pesamuan. Ketujuh Jero akan berada di Pura Pesamuan selama

sebelas hari (Nutug Solas). Tradisi Lisan nguup adalah tradisi berkeliling desa adat mundeh

untuk membeli beras, gula, ataupun kelapa hasil dari panen masyarakat desa adat Mundeh yang

kemudian diolah menjadi penganan tradisonal berupa jaja laklak. Jero permas berkomunikasi

dengan pengantar bahasa lokal, di Bali ekspresi dan pengantarnya memakai bahasa Bali, yang

oleh Warna (1990) disebut bahasa kapara, bahasa yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat

Bali dalam berkomunikasi, mengenal anggah unggahing bahasa (basa) disebut sor-singgih

(kasar/biasa-halus) yang digunakan oleh masyarakat Bali. Pemertahanan bahasa (language

maintenance) berkaitan dengan masalah sikap atau penilaian terhadap suatu bahasa, untuk tetap

menggunakan bahasa tersebut di tengah-tengah bahasa lainnya. Kridalaksana mengartikan

“usaha agar suatu bahasa tetap dipakai dan dihargai, terutama sebagai identitas kelompok,

dalam masyarakat bahasa yang bersangkutan melalui pengajaran, kesusastraan, media massa,

dan lain-lain.

Pemertahanan Bahasa Bali melalui tradisi lisan nguup merupakan tradisi yang sangat

bermanfaat bagi masyarakat, mengingat desa adat mundeh merupakan daerah tujuan wisata

sehingga pergeseran Bahasa sangat rentan terjadi karena geliat pariwisata. Tradisi nguup

membuat anak-anak yang menjadi jero permas berani untuk berkomunikasi dengan orang lain,

baik teman sebaya bahkan orang dewasa. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan

menggunakan Teori Struktural Fungsional yang menyimpulkan tentang penggunaan bahasa

Bali yang digunakan dalam tradisi lisan Nguup. Mereka dapat bertahan karena hal-hal sebagai

berikut: (1) wilayah yang masih agraris dan berada di pinggiran kota jauh dari wilayah

pemukiman mayoritas Bali, (2) adanya toleransi dari masyarakat Mundeh yang merasa

memiliki dan menjaga bahasa Bali sehingga menggunakan bahasa Bali dalam berinteraksi

dengan jero permas, (3) wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berkunjung ke

Desa Adat Mundeh sangat menghargai budaya lokal, (4) adanya loyalitas tinggi dari anggota

masyarakat Mundeh terhadap bahasa Bali sebagai konsekuensi kedudukan atau status bahasa

ini yang menjadi lambang identitas diri masyarakat Loloan yang beragama Islam, (5) adanya

kesinambungan pengalihan bahasa Bali dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya,

khususnya dalam tradisi lisan nguup.

Kata kunci: Pemertahanan, Bahasa Bali, Tradisi Lisan Nguup

Page 102: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

99

Puitika Pastoral dalam Teks Sajak Dongeng dari Utara

Karya Made Adnyana Ole

Puji Retno Hardiningtyas

Balai Bahasa Bali

[email protected]

Abstrak

Dongeng dari Utara karya Made Adnyana Ole memuat potensi besar teks sastra ekologi sebab

muncul tema lingkungan sebagai orientasi etis teks. Rumusan masalah penelitian ini

difokuskkan pada pendeskripsian bucolic (pengembala), arcadia (cara/tempat hidup yang

ideal), georgig (ragam, keunikan, dan seluk beluk pekerjaan di desa) serta wacana retreat dan

return dalam sajak Dongeng dari Utara. Pengumpulan data penelitian ini digunakan metode

studi pustaka dengan teknik baca catat. Data dianalisis dengan metode analitik deskritif dengan

teknik interpretatif. Teori yang digunakan dalam penelitain ini adalah ekokritik. Hasil dan

pembahasan penelitian ini menunjukkan bahwa estetika pastoral dalam sajak-sajak karya Made

Adnyana Ole dipegaruhi pandangan hidup masyarakat petani. Latar pedesaan, persawahan,

pertanahan, dan pemandangan alam di tempat yang tenang adalah salah satu model estetika

pastoral dalam sajak Dogeng dari Utara. Gambaran kehidupan yang ideal di pedesaan

diuraikan dengan ciri-ciri (a) alam pedesaan yang tenang, statis, dan statis, (b) hubungan

manusia dan alam pedesaan, (c) alam yang menggambarkan kedamaian, keakraban, dan

kesederhanaan pedesaan, (d) lanskap alam pedesaan yang indah dan harmonis, (e) sikap dan

kehidupan perantauan dan kembali kepada alam, (f) adanya sikap yang mengenang masa lalu,

sejarah, dan para leluhur. Dengan demikian, estetika pastoral dalam antologi sajak Dongeng

dari Utara merupakan representasi sikap penghormatan manusia terhadap lingkungan

kosmiknya.

Kata kunci: Sastra Pastoral, Putika, Sajak, Ekokritik

Page 103: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

100

Pemerolehan Bahasa Ibu: Bahasa Bali Anak Usia Dini

“Pra-Sekolah” Kajian Linguistik Sistemik Fungsional

Putu Sutama 1, Maria Arina Liardini 2

Universitas Udayana 1, Universitas Palangkaraya 2

[email protected] 1, [email protected] 2

Abstrak

Pemerolehan Bahasa, khususnya pada Anak Usia Dini merupakan momentum yang sangat

penting dalam kehidupan manusia dalam konteks sebagai masyarakat bahasa. Pemerolehan

Bahasa Ibu atau Bahasa Daerah dewasa ini menjadi semakin penting untuk dikaji seiring

dengan laju merosotnya kualitas penggunaan bahasa ibu pada setiap suku bangsa, khususnya

di Indonesia. Hasil penelitian ini juga mengungkapkan hal yang sama, yaitu minimnya asupan

kosa kata bagi pembentukan kamus mental mereka. Teori yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teori Linguistik Sistemik Fungsional dan ditunjang dengan teori Psikolinguistik.

Metode yang digunakan adalah metode observasi dengan teknik pencatatan. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa rendahnya input leksikon bagi pembentukan kamus mental anak

disebabkan oleh: (1) minimnya pewarisan teks ‘Gending Rare’atau lagu anak-anak, (2)

minimnya pewarisan teks pada permainan anak-anak ‘dolanan’, (3) minimnya pewarisan teks

pada tradisi ‘mesatua’ atau mendongeng, dan (4) beralihnya teks pengasuhan ke Bahasa

Nasional.

Kata kunci: Pemerolehan Bahasa, Anak Usia Dini, Linguistik Sistemik Fungsional

Page 104: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

101

Permainan Bahasa Humor dalam Akun Selebgram Puja

Astawa: Hai Banana

Komang Dian Puspita Candra 1, I Wayan Sidha Karya 2

Fakultas Bahasa Asing, Universitas Mahasarawati Denpasar 1, 2

[email protected] 1, [email protected] 2

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk permainan bahasa humor dan makna

yang terkandung dalam permainan bahasa humor di akun selebgram Puja Astawa. Penelitian

dianalisis secara deskriptif kualitatif menggunakan teori tentang permainan bahasa dari Wijana

(2003) dan teori tentang makna dari Rahardi (2005). Sumber data yang digunakan adalah video

berbahasa bali dari akun selebgram Puja Astawa yang diupload selama bulan Oktober-

Desember 2019. Teknik yang digunakan dalam mengumpulkan data dalam penelitian ini

adalah teknik simak dan teknik catat. Hasil penelitian yang diperoleh yaitu akun selebgram

Puja Astawa menggunakan beberapa bentuk permainan bahasa dalam humor yang

disampaikan melalui akunnya yaitu (1) Permainan bahasa dalam bidang fonologi yang meliputi

substitusi bunyi, permutasi bunyi dan pelesapan bunyi. (2) Permainan bahasa dalam bidang

morfologi. (3) Permainan bahasa dalam bidang semantik meliputi, polisemi dan homonimi. (4)

Permainan bahasa dalam bidang sintaksis dan (5) Permainan bahasa dalam bidang pragmatik.

Makna yang terkandung dalam permainan bahasa humor di akun selebgram Puja Astawa

beragam fungsinya diantaranya untuk memberikan suatu pernyataan, sindiran, perintah,

larangan, peringatan, humor, saran, dan informasi.

Kata kunci: Permainan Bahasa, Humor, Akun, Selebgram, Bahasa Bali

Page 105: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

102

Pelestarian Bahasa Daerah Bali sebagai Bahasa Ibu bagi

Generasi Milenial dengan Memanfaatkan Kemajuan

Teknolgi Digital Khususnya Media Sosial

Komang Adi Maendra 1, Ni Made Pramestia Dewi 2

Program Pascasarjana Linguistik, Universitas Udayana 1, 2

[email protected] 1, [email protected] 2

Abstrak

Judul dari makalah ini adalah Pelestarian Bahasa Daerah Bali sebagai Bahasa Ibu bagi Generasi

Milenial dengan Memanfaatkan Kemajuan Teknolgi Digital Khususnya Media Sosial. Bahasa

ibu merupakan bahasa daerah yang wajib dilestarikan keberadaannya agar terhindar dari

kepunahan karena pengaruh kemajuan teknologi. Dewasa ini, sebagian besar dari generasi

milenial malu untuk menggunakan bahasa daerah mereka sendiri. Makalah ini akan membahas

tentang kurangnya minat generasi milenial menggunakan bahasa daerah Bali untuk

berinteraksi baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Penelitian ini bertujuan

untuk memanfaatkan kemajuan teknologi yang berfokus pada penggunaan sosial media dalam

usaha meningkatkan minat para generasi milenial untuk menggunakan sekaligus melestarikan

Bahasa ibu.

Data pada penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara secara lisan dengan para generasi

milenial di seputaran kota Denpasar. Metode yang digunakan untuk memperoleh semua data

tersebut di atas adalah dengan metode wawancara tidak terstruktur atau wawancara bebas,

dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan-pertanyaan

spesifik, namun hanya membuat poin-poin penting dari masalah yang ingin digali dari

responden.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa memang benar sebagian besar anak-anak muda

di kota Denpasar atau yang sering disebut dengan generasi milenial masih sangat canggung

dan malu untuk memulai suatu topik pembicaraan dengan menggunakan bahasa Bali. Mereka

cenderung akan memulai percakapan dengan bahasa Indonesia. Seiring dengan semakin

pesatnya kemajuan teknologi digital khususnya di bidang media sosial seperti Facebook,

Instagram, dan Twitter bisa dimanfaatkan untuk menjaga kelestarian bahasa daerah Bali

tersebut. Sebagai generasi penerus patutnya tidak malu untuk memakai bahasa Bali dalam

percakapan sehari-hari, hal itu bisa dimulai dengan membuat caption di media sosial dengan

menggunakan bahasa Bali. Dengan melakukan langkah kecil tersebut generasi milenial turut

mengambil andil dalam menjaga kelestarian bahasa daerah Bali seiring dengan kemajuan

teknologi digital.

Kata kunci: Bahasa Ibu, Generasi Milenial, Teknologi Digital, dan Media Sosial.

Page 106: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

103

Studi Kasus Ungkapan Makian dalam Bahasa Madura

oleh Pekerja Konstruksi Bangunan di Banjar Kayumas

Klod Denpasar

I Gusti Ayu Nila Wijayanti

Sekolah Tinggi Desain Bali

[email protected]

Abstrak

Maraknya pembangunan perumahan, villa, ataupun ruko di kota Denpasar menarik minat para

pekerja luar Bali untuk mengadu nasib di pulau Bali. Pekerja bangunan tersebut sebagian besar

datang dari pulau Jawa, yaitu dari banyuwangi, jember, madura dan lain lain. Adapun

penelitian ini mencoba menjawab bentuk dan karakteristik ungkapan makian dalam bahasa

madura serta bertujuan untuk menjelaskan, menganalisa serta mendeskripsikan ungkapan

makian yang sehati harinya digunakan oleh para pekerja yang berasal dari wilayah tersebut.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Objek penelitiannya adalah makian

dalam bahasa madura serta tuturan yang berasal dari penutur asli. Sumber data didapat melalui

data lisan di lapangan. Adapun instrumen yang digunakan guna memperoleh data

menggunakan alat rekam serta alat tulis. Metode dalam pengumpulan data menggunakan

metode simak dan catat serta menggunakan metode analisis makna dalam menganalisis data.

Adapun beberapa bentuk makian dalam bahasa madura yaitu bentuk kekerabatan, keadaan,

binatang dan bagian tubuh. Faktor penyebab munculnya bahasa makian tersebut yaitu faktor

sosial dan situasional.

Kata kunci: Makian, Bahasa Madura, Faktor Sosial, Situasional

Page 107: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

104

Nomina Bahasa Bali

Ni Wayan Suastini

Universitas Mahasaraswati Denpasar

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini membahas tentang nomina yang ditemukan dalam teks berbahasa Bali

berdasarkan variasi bentuk nomina, dan fungsi sintaksis nomina bahasa Bali (BB) dalam

kalimat. Penelitian ini menggunakan data tulis yang dikumpulkan melalui metode simak atau

observasi yang dilakukan pada naskah berbahasa Bali seperti cerpen dan cerita rakyat. Hasil

analisis menunjukkan satuan bentuk nomina bahasa Bali adalah nomina dasar dan nomina

turunan. Nomina turunan dapat terbentuk melalui proses afiksasi, pemajemukan,

penggabungan unsur-unsur leksikal, dll. Selain itu, nomina juga dapat terbentuk melalui

perulangan satuan bahasa, yang dikenal dengan perulangan dwipurwa, yakni perulangan suku

kata pertama pada leksem dengan pelemahan fonem vocal, dan perulangan dwi lingga, atau

perulangan satuan bahasa atau leksem secara utuh. Fungsi sintaksis yang dimiliki oleh nomina

bahasa bali terdiri atas subjek, predikat, objek, pelengkap dan keterangan.

Kata kunci: Nomina, Bahasa Bali, Fungsi Sintaksis.

Page 108: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

105

Penggunaan Bahasa Bali sebagai Bentuk Pemertahanan

Bahasa Ibu pada Media Sosial Instagram

Sang Ayu Isnu Maharani

Prodi Sastra Inggris, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Penggunaan Bahasa Bali sebagai Bentuk Pemertahanan Bahasa Ibu

melalui Media Sosial Instagram”. Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi

penggunaan bahasa Bali pada media sosial Instagram. Selain itu penelitian ini ingin

mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi penggunaan bahasa Bali pada media sosial

instagram. Metode yang akan digunakan untuk penelitian ini adalah metode simak dengan

teknik catat. Hasil analisa data dipresentasikan secara deskriptif kualitatif.

Kata kunci: Penggunaan Bahasa Bali, Pemertahanan Bahasa Ibu, Media Sosial, Instagram

Page 109: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

106

Pelanggaran Maksim yang Terjadi dalam Percakapan

Puja Astawa

Ida Bagus Gde Nova Winarta 1, Kadek Apriliani 2

Fakultas Bahasa Asing Universitas Mahasaraswati Denpasar 1, 2

[email protected] 1, [email protected] 2

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang pelanggaran maksim yang terjadi dalam

percakapan Puja Astawa bersama rekan-rekannya dengan menggunakan Bahasa yang sedikit

kasar yang meupakan ciri khas Bahasa pergaulan yang biasa digunakan di Bali Utara, Buleleng.

Percapakan yang terjadi di antara mereka bersifat humor. Humor dapat dikreasi melalui

pelanggaran maxim dari Prinsip Kerjasama Grice. Karena itu, menarik untuk dikaji bagaimana

pelanggaran maxim Kerjasama Grice dipakai untuk menciptakan humor dalam percakapan

Puja Astawa. Teknik yang digunakan adalah teknik perekaman dan pencatatan. Metode yang

digunakan dalam analisis data adalah metode kualitatif. Metode kualitatif bersifat deskriptif

dan cenderung menggunakan analisis. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah

Prinsip Kerjasama Grice (1975).

Kata kunci: Pelanggaran (Flout) Maksim, Prinsip Kerjasama Grice, Percakapan

Page 110: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

107

Verba Membersihkan dalam Bahasa Bima (Mbojo)

Kajian Metabahasa Semantik Alami (MSA)

Rabiyatul Adawiyah

Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

[email protected]

Abstrak

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui Verba Membersihkan dalam Bahasa Bima

(Mbojo). Kajian ini mengggunakan teori MSA. Ada tiga alasan mengapa teori ini yang dipilih.

Pertama, teori MSA dirancang dan digunakan untuk mengeksplikasi semua makna, baik makna

leksikal, makna ilokusi, maupun makna gramatikal. Teori ini tentunya dapat digunakan untuk

mengeksplikasi makna sebuah verba. Kedua, pendukung teori MSA percaya pada prinsip

bahwa kondisi alamiah sebuah bahasa adalah mempertahankan satu bentuk untuk satu makna

dan satu makna untuk satu bentuk. prinsip tersebut tidak hanya diterapkan pada konstruksi

gramatikal, tetapi juga pada kata. Ketiga, dalam teori MSA eksplikasi makna dibingkai dalam

sebuah metabahasa, yang bersumber dari bahasa alamiah. Eksplikasi tersebut dengan

sendirinya dapat dipahami semua penutur asli bahasa yang bersangkutan. Jenis penelitian

termasuk penelitian etnografi. Adapun metode yang digunakan adalah metode kualitatif.

Sumber data utama kajian ini diperoleh dari tindak tutur oleh informan, yang dipilih

berdasarkan kriteria tertentu, seperti dewasa (berusia di atas 30 tahun), sehat jasmani dan

rohani, dapat berbahasa Indonesia dengan baik, dan sanggup menjadi informan yang

responsive. Untuk menjaring data penelitian digunakan dua metode, yakni metode simak dan

metode cakap. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa verba membersihkan dalam Bahasa Bima

meliputi leksikon waca, bui, karaso, suna, saraso, duba, kanira, cafi, pe, buci kere, Alo, boru,

osa, sarambo, bao, hui, soso, cai, sanca bari, tonto karaso, kanira, Alo, karo, boru, sarinci, hui,

huku, samo, saratu.

Kata kunci: Verba Membersihkan, Bahasa Bima, MSA

Page 111: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

108

Bahasa Iklan dalam Buku Teks Siswa Kelas VIII

Kurikulum 2013

Komang Andri Sani

Karyasiswa Program Studi Doktor Linguistik , Program Pascasarjana Universitas Udayana

[email protected]

Abstrak

Buku Teks Bahasa Indonesia kelas VIII Kurikulum 2013 memuat (1) deskripsi bentuk dan

makna bahasai iklan dan (2) ideologi bahasa iklan. Data diambil dari teks iklan dalam buku

teks pegangan siswa kurikulum 2013. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

menggunakan metode dokumentasi dan metode analisis dengan menggunakan teori AWK dan

Teori Semiotik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam buku teks bahasa Indonesia

pegangan siswa kelas VIII kurikulum 2013 bentuk dan makna bahasa iklan terdiri dari

karakteristik iklan suatu komunitas yang berbayar, nonpersonal komunikasi, menggunakan

media massa sebagai massifikasi pesan, menggunakan sponsor yang teridentifikasi, bersifat

mengajak khalayak dan mengandung ideologi kapitalis yakni untuk meraih audiens sebanyak-

banyaknya. Simpulan artikel ini yaitu (1) bentuk dan makna bahasa iklan yang digunakan

menggunakan kalimat-kalimat persuasif (ajakan) dan (2) Ideologi yang terdapat dalam buku

teks tersebut ingin meraup khalayak (konsumen) sebanyak-banyaknya (ideologi kapitalis).

Pemerintah dan pendidik berperan dalam mencermati buku teks pegangan siswa kelas VIII.

Siswa penting untuk memerhatikan unsur dan kaidah dari bahasa iklan yang ingin ditonjolkan

oleh sebuah iklan sehingga dapat menemukan bentuk dan makna serta ideologi yang terdapat

dalam Buku Teks Bahasa Indonesia.

Kata kunci: Buku Teks, Bahasa Iklan, Ideologi

Page 112: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

109

Translation: Is It Possible or Impossible?

I Nyoman Aryawibawa

Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Udayana

[email protected]

Abstract

It has long been debated if translation is possible or not. This paper reviews several classical

studies on the possibility of translation. The current paper is dedicated to providing a justifiable

answer if translation is possible.

Studies from spatial systems show some evidence that translation is (at least) hard to be done

for the fact that languages share different spatial systems. Even in a language that shares a

system (e.g. relative system), there are many relative systems applicable in the system. The

fact becomes more complicated since not all languages apply the relative system. Instead, they

use an absolute system. Moreover, the application of a certain spatial system in a language is

reflected in its time reference as well, which is different from language to language.

Interestingly, the difference is not only on linguistic surface, rather if affects the cognitive

functions of the speakers. The fact contributes to the fact that translation is difficult to be

practiced. However, there are studies showing that translation is indeed possible. The

objectivism theory, for example, argues that languages share the same concepts, therefore

transferring concepts from one language into another is doable.

Referring to the two arguments, it is likely that translation is realizable for the evidence that

the same objects/concepts are shared across societies and languages.

Keywords: Translation, Relative, Absolute, Objectivism.

Page 113: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

110

Explanatory Model dan Rasionalitas Medis Keluarga

Orang dengan Gangguan Jiwa (OdGJ) di Desa

Blahbatuh Kabupaten Gianyar, Bali

Bambang Dharwiyanto Putro

Program Studi Antropologi FIB Unud

[email protected]

Abstrak

Proses globalisasi dan pesatnya teknologi informasi memberi dampak terhadap nilai sosial dan

budaya masyarakat. Tidak semua orang mempunyai kemampuan sama untuk menyesuaikan

dengan berbagai perubahan tersebut. Data Depkes tahun 2014 pada hasil Riset Kesehatan

Dasar 2013, ada peningkatan jumlah rumah tangga yang didalamnya ada anggota keluarganya

yang mengalami gangguan jiwa. Sebanyak 1,4% dari tahun 2007 ke tahun 2013 atau secara

absolut sebanyak 1.427.610 rumah tangga. Data Medical Record pasien rawat inap Januari -

Desember 2018 Rumah Sakit Jiwa Provinsi Bali menunjukkan, kabupaten/kota Gianyar

menempati urutan ke 2 terbanyak yakni 840 pasien setelah kota Denpasar dan kabupaten/kota

Karangasem yang masing-masing di urutan 1 dan 3 terbanyak dari 9 Kabupaten/Kota seBali.

Banyak orang beranggapan gangguan jiwa merupakan satu noda/aib atau akibat dari dosa-dosa

yang dilakukan manusia. Dengan demikian, masyarakat menanggapi para penderita dengan

rasa takut dan bersikap menghindar. Perlakuan terhadap orang yang menderita gangguan jiwa

yang semena-mena ini biasanya ditentukan oleh persepsi dan konsepsi masyarakat terhadap

gangguan jiwa. Atas dasar tersebut, tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan memahami

secara lebih mendalam pengetahuan dan kepercayaan masyarakat mengenai konsepsi sehat-

sakit dan penyebab (etiologi) gangguan jiwa serta perilaku perawatannya dalam bingkai

explanatory model (model menjelaskan) dan rasionalitas medis keluarga ODGJ. Penelitian

mengggunakan pendekatan etnografi sebagai salah satu varian pendekatan kualitatif.

Pengumpulan data lapangan dengan menggunakan metode wawancara, observasi,

kepustakaan, dan pemeriksaan dokumen.

Kata kunci: Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ), Explanatory Model, Rasionalitas Medis

Page 114: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

111

Struktur Logis Verba Bersufiks {−ang dan −i} Bahasa

Bali Pendekatan Teori Peran dan Acuan

I Nyoman Sedeng

Prodi Sastra Inggris FIB Unud

[email protected]

Abstrak

Penelitian dengan judul Struktur Logis Verba Bersufiks {-Ang Dan –I} Bahasa Bali

Pendekatan Teori Peran Dan Acuan bertujuan untuk menggali lebih dalam perbedaan tipologi

dari kedua verba tersebut. Sebanyak 200 pasang verba yang dikumpulkan melalui observasi

serta sejumlah data intuitif tersebut akan dicermati secara rinci sehingga perbedaan kedua verba

tersebut dapat disimpulkan.

Data didapatkan dari seorang infrorman yang berumur 71 tahun dan memang layak ditatapkan

sebagai informan karena pemahaman bahasa Bali-nya masih kental. Toeri yang diaplikasikan

untuk menganalisis data adalah Teori Tatabahasa Bahasa Prean dan Acuan khususnya teori

mapping. Dalam teri mapping mencakup struktur peran makro (actor-undegoer) yang disertai

dengan peran semantic (pelaku, pengalam, beneficier, lokatif, teme, dan penderita). Formula

yang diaplikasikan untuk menunjukkan perbedaan tipologi kedua verba tersebut ialah

[MELAKUKAN (x, ø)] MENYEBABKAN [MENJADI pred’ (y,z)]. Untuk mengetes

perbedaan tipologi dari pasangan verba bersufik {-ang dan –in} cermati dua data beikut: (a)

Mémé nyelekkang bunga cepaka sig pusunganné “ibu menyuntingkan bunga cempaka di

sanggulnya.” [MELAKUKAN (Mémé, ø)]MENYEBABKAN [MENJADI berada’ (bunga

cempaka, sig pusunganné]. dan (b) Mémé nyelekin pusunaganné bunga cepaka “Ibu

menyuntinging sanggulnya bunga cempaka.” [MELAKUKAN (Mémé, ø)]MENYEBABKAN

[MENJADI berada’ (bunga cempaka, sig pusunganné]. Struktur logis kedua kalimat tersebut

sama Perbedaann kedua verba itu terlihat pada struktur argument masing-masing verba

tersebut; nyelekang (x,y)(z) nyelekin [x,y,z).

Kata kunci: Struktur Logis, Teori Mapping, Tatabahasa Peran dan Acuan

Page 115: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

112

Lexical Reprocity in Indonesian

I Nyoman Udayana

Faculty of Arts, Udayana University

[email protected]

Abstract

Reciprocity in Bahasa Indonesia is marked by the word saling ‘each other’ and the participants

involved, who are syntactically realized by the subject of the clause, must be plural in number.

The satisfaction of number requirement makes the need for the marker saling unnecessary and

the verb instead must take the ber-form. And lexical reciprocity is thus achieved.

The study gathers data found in Leipzig corpus. The data are collected via the corpus related

to concordances that exhibit lexical reciprocity. The collected data are then divided with respect

to their base forms. The verbal bases can be lexically categorized into nouns and verbs. The

base form may take suffix –an to mark plurality. The data are descriptively analyzed based on

the theory of word structure. It is found out that the sense of reciprocity of a ber-form is

lexically constrained. Similar words/verbs related to the base may not equally enter into

reciprocity, which may relate to a blocking effect. The plurality marker –an associated with

reciprocal relations must strictly involve the participants of the eventualities not solely with the

action/state named by the predicate.

Keywords: reciprocity, ber-form, blocking effect, eventuality

Page 116: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

113

Fungsi dan Peran Bahasa Figuratif dalam Karya-Karya

Sastra

Ni Wayan Sukarini 1, Ni Luh Ketut Mas Indrawati 2

Faculty of Arts Udayana University 1, 2

[email protected] 1, [email protected] 2

Abstrak

Bahasa merupakan alat komunikasi terhandal yang digunakan oleh manusia untuk

menyampaikan ide, gagasan, pikiran dan juga perasaan. Dalam menyampaikan ide, gagasan

dan sebagainya salah satu tipe bahasa yaitu bahasa figuratif memiliki fungsi dan peran terutama

pada karya - karya sastra. Penggunaan bahasa figuratif merupakan suatu hal yang umum

dilakukan oleh seorang penulis atau pengarang. Bahasa figuratif mengekspresikan makna

figuratif yang juga disebut dengan makna non literal atau makna konotatif. Pembaca karya

sastra setidaknya harus mampu memahami konteks untuk menginterpretasikan makna non

literal yang terdekat dari bahasa figuratif yang digunakan oleh pengarang. Leech (1981)

membagi makna figuratif menjadi delapan jenis yaitu personifikasi,

simile, metafora, hiperbola, ironi, litotes, metonimi, dan oksimoron. Bahasa figuratif tidak

hanya berfungsi meluaskan makna pada sebuah cerita dalam karya sastra namun juga sebagai

suluh kehidupan atau gambaran bagaimana suatu informasi dikemas oleh penulis agar mampu

diinterpretasikan maknanya oleh pembaca. Strategi penulis untuk memudahkan pembaca

memahami kemasan informasi adalah memanfaatkan semua hal di sekitar yang telah diketahui

oleh pembaca. Hal penting lainnya adalah membantu pembaca memahami dan untuk alasan

tersebut penulis atau pengarang mencoba menggunakan strstegi yang berbeda untuk

menjelaskan berbagai hal dengan menggunakan bahasa figuratif. Seperti pada contoh berikut

Tong kosong nyaring bunyinya ‘tindakan nyata lebih bermakna daripada kata-kata atau

wacana’. Makna non literal pada contoh tersebut bukan bertujuan untuk memberikan suatu

perbandingan yang tidak memadai akan tetapi untuk membantu pembaca atau bahkan

pendengar mampu berimajinasi bahwa bertindak jauh lebih bermakna dari pada hanya

berwacana. Data pada tulisan ini bersumber dari sebuah cerita pendek berbahasa Bali dengan

judul De Nakonang Adan Tiange. Pengumpulan data dilakukan melalui metode dokumentasi

dengan tahapan pemilihan cerita, membaca, menggarisbawahi, dan mencatat. Analisis data

dilakukan secara deskriptif kualitatif menggunakan teori semantik Leech (1981).

Kata kunci: Bahasa Figuratif, Makna Non-Literal, Karya Sastra.

Page 117: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

114

Intensitas Konflik dalam Teks Geguritan Lunga Ka

Jembrana dan Geguritan Mawali Ka Amlapura Karya

Anak Agung Istri Agung

Tjok. Istri Agung Mulyawati R.

Program Studi Sastra Bali Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mengungkapkan intensitas konflik yang terkandung di dalam teks

Geguritan Lunga Ka Jembrana dan Geguritan Mewali ka Amlapura karya Anak Agung Istri

Agung. Kedua geguritan tersebut ceritanya merupakan suatu kesatuan karena isinya

menceritakan tentang pahit getirnya kehidupan pengarang (A.A. Istri Agung) dan suami beliau

yaitu A.A. Ketut Jelantik Gesah, beserta keluarga dan handai taulannya mulai dari perjalanan

ke tempat pengasingan yaitu Jembrana sampai kembali ke Amlapura. Pengasingan ini mereka

jalani selama lebih kurang 12 tahun. Hal ini dialaminya pada masa penjajahan Belanda.

Penelitian ini menggunakan teori konflik. Metode dan teknik yang digunakan terdiri atas tiga

tahapan yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data, dan tahap penyajian hasil analisis

data. Pada tahap penyediaan data digunakan metode simak dibantu dengan teknik mencatat dan

teknik terjemahan. Selanjutnya dalam tahap analisis data digunakan metode kualitatif. Dalam

tahapan ini didukung dengan teknik deskriptif analitik. Pada tahap penyajian hasil analisis data,

metode yang digunakan adalah metode informal yang dibantu dengan teknik deduktif dan

teknik induktif.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa intensitas konflik dalam Geguritan Lunga Ka

Jembrana (GLKJ) dan Geguritan Mewali Ka Amlapura (GMKA) terdiri atas: (1) Konflik

Ekstern yakni meliputi konflik si aku (pengarang) dengan Belanda, konflik A.A. Ketut Jelantik

Gesah dengan Belanda, dan konflik keluarga si aku dengan Belanda. (2) Konflik Intern, yakni

meliputi konflik batin pengarang (si aku), konflik pengarang dengan suami (A.A. Ketut

Jelantik Gesah), dan konflik pengarang dengan anaknya.

Kata Kunci: Intensitas, Konflik, Geguritan

Page 118: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

115

Campur Kode: Dilema bagi Kelangsungan Hidup

Bahasa Bali

Ni Made Dhanawaty

Program Studi Sastra Indonesia, FIB Universitas Udayana

[email protected]

Abstrak

Di tengah era global ini sebagian besar, kalau tidak boleh dikatakan semua, orang menjadi

bilingual, bahkan multilingual. Dengan repertoar verbal seperti itu seseorang dimungkinkan

untuk memasukkan unsur bahasa lain dalam penggunaan sebuah bahasa sehingga lahir

fenomena campur kode. Fenomena ini sering menimbulkan sikap pro dan kontra di kalangan

masyarakat terkait dengan dampak campur kode terhadap kelangsungan hidup bahasanya.

Penelitian ini bertujuan menelaah (1) fungsi campur kode dan (2) dampaknya bagi

kelangsungan hidup bahasa daerah, dalam hal ini bahasa Bali. Data bersumber dari penggunaan

bahasa Bali dalam kehidupan sehari-hari, pada media massa, media sosial, sejumlah informan

dan respoden. Pengumpulan data dilakukan dengan menerapkan metode simak dan metode

cakap, baik cakap semuka maupun tansemuka.

Berdasarkan hasil dan pembahasan diperoleh temuan sebagai berikut. (1) Fungsi campur kode

dapat dipilah atas (a) fungsi kognitif, yakni meningkatkan efektivitas komunikasi dalam

fungsinya sebagai transmisi informasi, (b) fungsi afektif, yakni sebagai strategi komunikasi

yang mendukung peranan komunikasi fungsinya sebagai penata hubungan sosial, misalnya

membangun komunikasi yang egalitar, melakukan konvergensi linguistik guna membangun

harmoni di tengah keberagaman. (2) Campur kode memiliki dampak negatif dan positif bagi

kelangsungan hidup bahasa Bali. Dipandang negatif karena jika fenomena campur kode ini

terbiar, maka banyak kosakata Bali yang terdesak dari penggunaan dan ini merupakan gejala

awal keterdesakan. Dipandang berdampak positif karena justru keleluasaan bercampur kode

merupakan salah satu penyebab generasi muda tetap setia berbahasa Bali, tidak saja di

lingkungan ranah internal Bali, tetapi juga di ranah publik, seperti media massa dan media

sosial. Dalam lagu, misalnya, campur kode menjadi salah satu penyebab lagu berbahasa Bali

diminati oleh anak muda. Kedua dampak campur kode tersebut merupakan dilema bagi

kelangsungan hidup bahasa Bali. Karena itu, perlu dilakukan pengelolaan agar campur kode

dapat menjadi daya dukung pengembangan bahasa Bali

Kata kunci: Campur Kode, Fungsi Kognitif, Fungsi Afektif, Dampak, Kelangsungan Hidup

Bahasa

Page 119: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

116

Praktik Pendisplinan Bahasa Ibu Melalui Bahasa

Belanda: Pendekakatn Poststrukturalis dalam Sejarah

Kebahasaan di Bali

I Nyoman Wijaya

Prodi Ilmu Sejarah FIB Unud

Alumni S1, S2, S3 UGM Yogyakarta

[email protected]

Abstrak

Sekarang ini bahasa Ibu di Bali sudah terkontaminasi oleh bahasa asing, terutama Inggris.

Setelah ditelusuri ke bawah, di zaman kolonial Belanda, bahasa Bali sebagai bahasa Ibu juga

sudah terkontaminasi oleh bahasa Belanda yang masuk melalui bahasa Melayu Indonesia.

Kontaminasi itu juga dipengaruhi oleh munculnya sekolah yang menggunakan bahasa Belanda

sebagai bahasa pengantar [HIS]. Kemajuan teknologi juga ikut memengaruhi kontaminasi

tersebut. Setidaknya sudah ditemukan 2784 kata bahasa Belanda yang masuk melalui bahasa

Melayu Indonesia. Dari jumlah itu ada beberapa di antaranya yang terpakai dalam bahasa Bali,

digunakan saat berkomunikasi. Banyak di antaranya yang terpakai hingga sekarang dan ada

pula yang sekedar dipinjam dan sudah dikembalikan, seiring dengan munculnya kata

pengganti. Atas dasar itu dengan memakai pendekatan poststrukturalis studi ini difokuskan

pada serapan dan pinjaman bahasa Belanda di zaman kolonial Belanda. Sejak meluasnya

pengaruh Belanda [1908] terjadi praktik pendisiplinan bahasa, sehingga masyarakat Bali tidak

lagi sepenuhnya menggunakan kata bahasa daerahnya saat berkomunikasi, melainkan kerap

diselipi kata bahasa Belanda. Pertanyaan penelitiannya, kata bahasa Belanda apa yang pernah

dan masih terpakai dalam bahasa ibu Bali di masa kini. Pertanyaan itu akan dijawab dengan

melihat praktik berbahasa di masa kini lalu diturunkan ke zaman kolonial Belanda untuk

melihat latar belakang sejarahnya.

Kata kunci : teknologi, serapan, pinjaman, bahasa Melayu

Page 120: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

117

Bahasa Melayu dalam Naskah Ulu Desa Ujanmas Lama

Wahyu Rizky Andhifani 1, Ni Ketut Puji Astiti Laksmi 2

Balai Arkeologi Sumatera Selatan 1, Program Studi Arkeologi Universitas Udayana 2

[email protected] 1, [email protected] 2

Abstrak

Naskah Ulu Ujanmas Lama tersimpan dan menjadi koleksi di Kantor Kepala Desa Ujanmas

Lama yang termasuk dalam wilayah administratif Kecamatan Ujanmas, Kabupaten Muara

Enim, Provinsi Sumatera Selatan. Naskah ini menggunakan Bahasa Melayu sebagai bahasa

induk atau bahasa inti, walaupun terdapat dialek-dialek lokal daerah tersebut (dialek

Lematang). Setelah aksara Sumatra Kuno berangsur-angsur hilang, pada abad ke-16 hampir

bersamaan dengan munculnya aksara Jawi (Arab Melayu) yang dibawa oleh Islam di daerah

pesisir timur Sumatra, di wilayah pedalaman muncul aksara lokal yang dikenal dengan sebutan

aksara ulu. Penamaan kata “ulu” dikarenakan aksara tersebut berasal dari wilayah pedalaman

atau dataran tinggi atau hulu sungai yang berkembangnya menuju ke “ilir”.

Kata Kunci: naskah ulu, bahasa melayu

Page 121: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

118

Pemberdayaan Lingkungan dalam Kumpulan Cerpen

Mayonyo Karya Suwita Utami: Kajian Ekologi Sastra

Ni Nyoman Tanjung Turaeni

Balai Bahasa Bali

[email protected]

Abstrak

Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan ekologi sastra pada kumpulan cerpen berbahasa

Bali “Manyonyo” Karya Luh Suwita Utami. Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah

bagaimana pemberdayaan lingkungan digambarkan dalam kumpulan cerpen tersebut. Untuk

memecahkan masalah tersebut digunakan teori ekologi sastra. Penelitian ini menggunakan

metode kualitatif dibantu dengan deskripsi analisis isi. Sebagai sumber data kajian ini adalah

“Manyonyo” kumpulan cerpen Berbahasa Bali. Dari duabelas cerita yang ada dalam kumpulan

cerita tersebut, dipilih dua cerita yang dijadikan objek kajian, yakni “Manyonyo” dan “Sekadi

Lumut”. Melalui pendekatan ekologi sastra, dan kajian struktur formal cerita, hasil penelitian

ini menunjukkan bahwa alam seringkali dimanfaatkan sebagai latar atau objek sebuah karya

sastra. Alam yang dimaksudkan tidak hanya tempat, tetapi juga tumbuh-tumbuhan seperti

bawang, jahe, jenis bunga dan sebagainya. Pemilihan diksi tersebut memperlihatkan bahwa

pengarang memanfaatkan alam atau lingkungan sekitar sebagai latar karyanya

Kata kunci: Analisis Lingkungan, Kumpulan Cerpen Dan Ekologi Sastra

Page 122: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

119

Imaji Kepahlawanan dan Lingkungan dalam Cerita

Anak Mutiara Tanah Aron

Ni Putu Ekatini Negari

Balai Bahasa Bali

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui lebih dalam mengenai tanda-tanda yang digunakan

untuk merepresentasikan nilai-nilai kepahlawanan yang ada dalam cerita anak Mutiara Tanah

Aron. Data dalam penelitian ini diperoleh melalui deskripsi dan dialog-dialog antartokoh yang

di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berkaitan dengan nilai-nilai kepahlawanan, seperti

keberanian, percaya pada kemampuan diri sendiri, pantang menyerah, rela berkorban,

persatuan dan kesatuan, toleransi, dan kesetiakawanan sosial. Dengan mengetahui nilai-nilai

kepahlawanan diharapkan kita dapat meneladani nilai-nilai tersebut. Penelitian ini termasuk

studi deskriptif kualitatif dengan teori semiotika dan ekokritik melalui teknik pembacaan dan

analisis teks. Proses tersebut melahirkan kemampuan pikiran tokoh anak kecil untuk meraih

mimpinya.

Kata kunci: Imaji, Kepahlawanan, Lingkingan, Cerita Anak

Page 123: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

120

Kemampuan Menulis Bahasa Bali Dengan Menerapkan

Prinsip-Prinsip Penilaian

Sang Ayu Putu Eny Parwati

Balai Bahasa Bali

[email protected]

Abstrak

Saat ini, pemerintah Provinsi Bali telah berkomitmen dalam membina, mengembangkan, dan

melestarikan adat, seni, dan budaya Bali hingga ke bidang pendidikan, khususnya untuk tingkat

sekolah dasar dan menengah seperti yang tercantum dalam Pergub Nomor 20 Tahun 2019.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kemampuan berbahasa Bali dalam

pelajaran muatan lokal (bahasa Bali) anak-anak usia sekolah dasar yang ada di wilayah Bali

dalam sebuah latihan menulis. Capaian kemampuan menulis peserta didik dalam penelitian ini

dilakukan melalui penilaian berdasarkan instrumen penilaian. Prinsip-prinsip penilaian

mengandung beberapa aspek yang memiliki bobot penilaian yang telah ditentukan. Dengan

menerapkan metode simak dan catat serta memperoleh data berupa tulisan, selanjutnya data

diolah dengan hitungan statistik sehingga memperoleh data kuantitatif. Analisis data dilakukan

dengan menerapkan teknik deskriptif kualitatif. Berdasarkan metode tersebut, diperoleh

analisis hasil yang menunjukkan gambaran ketercapaian pengajaran bahasa Bali yang

dituangkan dalam bentuk karangan singkat oleh peserta didik dalam upaya pelestarian dan

pembinaan bahasa Bali sejak usia dini di lingkungan sekolah dasar.

Kata kunci: Kemampuan; Perinsip-Prinsip Penilaian; Pembinaan

Page 124: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

121

Model Pembelajaran Sastra Bali untuk Sekolah Dasar:

Inovatif, Kreatif, dan Menyenangkan

I Wayan Nitayadnya

Balai Bahasa Bali

[email protected]

Abstrak

Pembelajaran apresiasi sastra, khususnya sastra Bali untuk jenjang sekolah dasar haruslah

inovatif, kreatif, dan menyenangkan bagi siswa. Untuk itu, kemampuan membuat desain

pembelajaran inovatif, kreatif, dan menyenangkan merupakan kompetensi yang harus dikuasai

guru. Guru diharapkan mampu memilah dan memilih serta menentukan media dan metode

pembelajaran yang paling relevan dengan tujuan dan situasi yang dihadapinya di kelas. Model

pembelajaran sastra Bali yang disajikan dalam tulisan ini meliputi (1) pemilihan materi

pembelajaran,(2) pemilihan metode dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan keadaan

siswa, (3) kegiatan belajar mengajar apreasiasi sastra Bali yang inovatif, kreatif, dan

menyenangkan, dan (4) evaluasi belajar sebagai indikator keberhasilan pembejaran apreasiasi

sastra. Model pembelajaran sastra Bali ini sebagai tawaran atau inspirasi bagi guru sekolah

dasar agar memiliki kemampuan menciptakan pembelajaran yang penuh vitalitas dan tidak

membosankan.

Kata kunci: Model Pembelajaran, Sastra Bali, Inovatif, Kreatif, Menyenangkan.

Page 125: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

122

Nilai Pendidikan Karakter Kearifan Lokal Tembang

Bali

Ni Wayan Aryani

Balai Bahasa Provinsi Bali

[email protected]

Abstrak

Masyarakat Bali memiliki nilai-nilai kearifan lokal yang sangat beragam. Dalam tataran lisan,

ada ungkapan tradisional yang dikenal dengan sebutan paribasa (pribahasa). Selain itu, masih

dalam tataran lisan satua (folklor) Bali juga memiliki tema-tema yang beragam. Keberagaman

tema-tema itu mesti dirumuskan dalam konteks senusantara. Dalam tataran tulis, teks-teks

tradisional yang bersifat susastra (belles letters) seperti geguritan, kakawin, kidung, bahkan

sampai parwa-parwa menorehkan beragam kearifan lokal yang mesti segera disarikan untuk

selanjutnya diinventarisasi sebagai nilai-nilai budaya bangsa.

Di dalam pembelajaran tembang Bali terdapat jenis tembang Bali tradisional dan modern.

Tembang Bali tradisional meliputi: (1) gegendingan (gending raré, gending jangér, gending

sangiang), (2) sekar macapat atau sekar alit seperti pupuh-pupuh, (3) sekar madia atau

tembang tengahan seperti kidung, dan (4) sekar agung atau tembang gedé seperti wirama.

Sementara yang disebut tembang Bali modern dalam tulisan ini adalah lagu-lagu pop Bali.

Berdasarkan hasil pengamatan sepintas terhadap tembang Bali, khususnya tentang tembang

pupuh dan lagu pop Bali dapatlah disimpulkan bahwa karya sastra tembang Bali, baik yang

tradisi maupun yang modern sarat dengan muatan pendidikan karakter yang tentunya

bermanfaat untuk membina generasi muda bangsa ini.

Kata kunci : Tembang Bali Modern, Pendidikan karakter.

Page 126: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

123

Negara Islam, Islam Nusantara dalam Wacana Visi Misi

Capres 2019: Kajian Postmodren

Kholid

Universitas Nahdlatul Wathan Mataram

[email protected]

Abstrak

Tujuan penelitian ini, untuk mendeskripsikan suatu wacana dalam visi misi dari pasangan

capres 2019 tentang Islam nusantara dan negara Islam. Wacana Islam nusantara dan negara

Islam menjadi polemik baik dari kedua pendukung pasangan capres pada situasi kontestasi

demokrasi 2019 saat ini. Penelitian ini menggunakan teori postmodren sebagai pijakan dalam

menganalisis fenomena atau polemik perspektif linguistik, dengan melihat argumentasi dari

pihak kedua yang pro maupun pihak yang kontra atas wacana Islam nusantara dan negara

Islam. Dalam penelitian ini, menggunakan metode deskripitif kualitatif dengan tujuan untuk

memahami dan mendeskripsikan wacana Islam nusantara dan negara Islam. Peneliti dalam

mengumpulkan data dengan mengggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi.

Metode analisis data dengan cara mengklasifikasi beberapa argumentasi dari pihak yang pro

dan kontra atas wacana Islam nusantara dan Negara Islam tersebut, kemudian argumentasi

dideskripsikan oleh peneliti dengan cara memberikan interpretasi berdasarkan perspektif

linguistik.

Kata kunci: Islam Nusantara, Negara Islam, Postmodren

Page 127: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

124

Linguistic Landscapes: Representation of Balinese

Letters in Government Building (A Case Study in

Gianyar City, Bali)

I Wayan Mulyawan 1, Sang Ayu Isnu Maharani 2, I Gede Budiasa 3

English Department, Faculty of Arts, Udayana University 1, 2, 3

[email protected] 1

Abstract

This study is aimed to investigate the effect of the Bali’s Governor Regulation no. 80/2018 that

specifically rules the use of Balinese Letters transcription on every public sign in Bali,

especially on government buildings. This study is a case study report that focuses the research

in Gianyar city. The data were collected by observation method with photographic technique.

The finding showed that there were 76 outdoor signs of government building which 43 signs

used Balinese Letters transcription and 33 signs without Balinese Letters transcription. Out of

43 signs that use Balinese Letters transcription, 31 signs were government local administrative

office, followed by, government school, local temples, banks and park. As for outdoor signs

without Balinese Letters transcription showed that there were 10 signs of government national

office and 6 signs of law enforcement offices. This is very intriguing fact that those who obey

Governor regulation is only local offices that have a direct power coordination with Governor

authorities such as local district office, local school, temples etc. As for national office such

court office, correctional department, military office, police office, etc. did not use Balinese

Letters, because they should look for higher regulation from central government to change their

signs.

Keywords: Linguistic Landscapes, Balinese Language and Letters, Gianyar City.

Page 128: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

125

Makna Idiomatis Ungkapan “Mentul-Menceng Mentul-

Menceng, Glendang-Glendong Glendang-Glendong”

Dalam Tradisi Mabuug-Buugan Masyarakat

Kedonganan-Badung

Ida Bagus Rai Putra 1, Ida Ayu Putu Aridawati 2

FIB UNUD 1, Balai Bahasa Bali 2

Abstrak

‘Mentul-menceng mentul menceng’ ‘Glendang-glendong, glendang-glendong’. Kata-kata ini

merupakan ungkapan yang disampaikan dengan cara dinyanyikan melalui sebait syair lagu

dengan bahasa yang khas dalam rangkaian pelaksanaan tradisi Mabuug-Buugan pada

masyarakat adat di desa Adat Kedonganan, Kecamatabn Kuta Utara, Kabupaten Badung. Kata-

kata singkat itu dalam bahasa daerah Bali kelihatan hanya sebagai pemanis tuturan saat peserta

tradisi Mabuug-Buugan bersenda-gurau dengan saudara dan teman-temannya di tengah-tengah

perjalanannya, dari Segara Kangin menuju Segara Kauh Desa Kedonganan.

Mentul-menceng mentul menceng’ ‘Glendang-glendong, glendang-glendong’ setelah

dilakukan penelusuran entitas teks yang membangun makna konteksnya, dengan metode

Hermeutik dan teori Semiotika didapatkan idiomatika maknanya. Mewakili “penyatuan,

persenggamaan antara purusa dan pradana, kekuatan benih laki-perempuan menjadikan

kehidupan harus berlanjut. Hidup dengan pergumulan duniawi menuju hidup suci di akhirat

nanti. Dalam masyakat Kedonganan traisi ini dilakukan setiap upacara ngembak geni , sehari

sesudah masyarakat Bali melakukan upacara Nyepi.

Kata-kata kunci: ungkapan, mentul-menceng mentul-menceng, glendang-glendomg glendang-

glendong, tradisi mabuug-buugan.

Page 129: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

126

Pemertahanan Bahasa Kaili di Era Milenial melalui

Bingkai Sastra

Yunidar 1, Ulinsa 2

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Tadulako 1,2

[email protected] 1, [email protected] 2

Abstrak

Era digital atau yang lebih populer dengan istilah milenial sering juga disebut kids jaman now

saat ini menjadi tantangan untuk mengadaptasikan diri terhadap derasnya arus informasi dalam

penggunaan bahasa kaum remaja di kota Palu. Komunikasi generasi milenial yang akrab

dengan media dan teknologi digital ini berdampak pada penggunaan bahasa daerah, khususnya

bahasa Kaili. Hal itu terlihat ketika anak remaja sedang berkomunikasi yang cenderung

menyelipkan bahasa gaul atau bahasa asing agar terlihat lebih modern. Bahasa yang digunakan

remaja di kota Palu saat ini sudah mengalami kontaminasi bahasa percampuran antara satu

dengan lainnya sehingga dikhawatirkan akan terjadi pergeseran bahasa. Oleh karena itu, perlu

dilakukan langkah-langkah upaya untuk pemertahanan bahasa sebab jika hal ini dibiarkan akan

terjadi pergeseran penggunaan bahasa khususnya bahasa Kaili. Upaya-upaya yang dilakukan

untuk mempertahankan bahasa Kaili adalah melalui pembelajaran sastra baik di sekolah-

sekolah maupun pada ranah atau domain lainnya. Sastra lisan Kaili yang terdiri atas, pantun,

kayori, dadendate, puisi, lagu, cerita rakyat merupakan media yang dianggap cukup

komunikatif dalam menyampaiakan pesan-pesan moral dengan menggunakan pilihan kata

yang sarat dengan makna. Dalam pemertahanan bahasa Kaili, pemilihan puisi berbahasa Kaili,

lagu Kaili dan pantun Kaili dianggap komunikatif sebab sastra lisan ini sangat digemari oleh

kaum remaja karena sering diperlombakan pada perayaan seni budaya Kaili di kota Palu.

Tujuannya agar generasi milenial bangga pada bahasa daerahnya sendiri. Melalui sastra lisan

Kaili, generasi milenial di kota Palu tetap mempertahankan bahasa Kaili sebagai medium untuk

penyampai pesan kepada masyarakat pemiliknya.

Page 130: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

127

Peggunaan Ungkapan Traditional Bahasa Tae’ dalam

Proses Pembelajaran sebagai Wujud Pemertahanan

Bahasa Ibu di Sekolah Dasar Kabupaten Luwu Utara

Sitti Harisah 1, Ulinsa 2

[email protected] 1; [email protected] 2

Abstrak

Penggunaan ungkapan dalam proses pembelajaran sebagai salah satu wujud pemertahanan

bahasa ibu yang merupakan upaya menjaga khazanah bahasa di Nusantara. Bahasa ibu sebagai

salah satu bagian dari kekayaan Bahasa Indonesia harus dipertahankan sejak dini, terutama di

jenjang sekolah dasar. Jika anak-anak sekolah dasar kehilangan bahasa asli mereka, maka akan

mencabut budaya dan karakter meraka sendiri. Penggunaan ungkapan bahasa ibu pada anak-

anak sebagai pengantar pada saat proses pembelajaran menjadi bukti nyata bahwa

mempertahakan bahasa ibu amat penting. Pemertahanan bahasa ibu selain menguatkan dalam

pembelajaran bahasa juga bisa dilakukan melalui diversitas (keragaman) kultural,

pemeliharaan identitas etnis, adaptabilitas sosial, menambah rasa aman bagi anak dan

meningkatkan kepekaan linguistik. Selain itu perlu dukungan keluarga, lingkungan bahasa di

sekolah, perayaan bahasa dan dukungan media massa sebagai pembentuk bahasa publik

Kata kunci: ungkapan; bahasa tae’; pemertahanan; bahasa ibu

Page 131: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

128

Konteks Tuturan Pada Video Humor ‘Turis Apa

Turus?”

Ni Made Ayu Widiastuti

Universitas Udayana

[email protected]

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan pembentukan humor dan menganalisis konteks

tutur yang terdapat pada video humor dengan durasi pendek berjudul Turis apa Turus? yang

menggunakan bahasa Bali dialek khas Nusa Penida. Ungkapan-ungkapan dalam kalimat

sederhana yang mengandung unsur humor merupakan data dalam penelitian ini. Penelitian

deskriptif-kualitatif menggunakan metode simak dan catat. Data dianalisis menggunakan

pendekatan analisis wacana kritis dan konteks tutur yang meliputi konteks kontekstual, konteks

eksistensial, konteks situasional, konteks aksional, dan konteks psikologis. Hasil menunjukkan

bahwa pembentukan humor pada video tersebut adalah dari tiga kalimat yang menggunakan

nama binatang ‘muring’ dan nama benda ‘bungkalan’ yang disebut dua kali. Sementara itu,

konteks yang ditonjolkan pada video humor tersebut adalah 1) konteks kontekstual:

memengaruhi seseorang untuk merubah jenis pekerjaan; 2) konteks eksistensial: pembantahan

argumen yang ditujukan untuk lawan bicara; 3) konteks situasional: gambaran situasi hidup

seorang petani dan guide; 4) konteks aksional: mengendarai mobil versus bertani; dan 5)

psikologi: mengejek dan menertawakan lawan bicara, serta mempertahankan idealisme.

Kata kunci: konteks tuturan, analisis wacana kritis, pembentukan humor, video humor, bahasa

Bali

Page 132: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

129

Sinergi Antara Industri Kreatif dan Ekonomi Kreatif

pada Perajin Bambu dalam Mengatasi Pengangguran di

Bali

Ketut Darmana

Program Studi Antropologi FIB Unud

[email protected]

Abstrak

Dinamika masyarakat dan kebudayaan, sekarang ini telah memasuki era revolusi industri 4.0

sebagai suatu wujud perubahan peradaban manusia yang sophisticated dengan pemanfaatan

informasi dan teknologi (IT) yang dikembangkan oleh para ilmuwan di dunia ini. Pemerintah

pusat telah mencanangkan revolusi industri 4.0 untuk mendorong pertumbuhan ekonomi secara

nasional. Begitu juga pengimplementasian terhadap revolusi industri 4.0 pada semua

kementrian dan lembaga, baik itu instansi pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Oleh

karena itu, salah satu aspek dalam makalah ini menyoroti tentang industri kreatif dan ekonomi

kreatif, mengingat hal ini berkaitan secara langsung pada revolusi industri 4.0 tersebut. Adapun

isu masalah utama mengenai Sinergi antara Industri Kreatif dan Ekonomi Kreatif pada Perajin

Bambu dalam Mengatasi Pengangguran di Bali. Kemudian yang menjadi rumusan masalah

hanya difokuskan pada 2 aspek, yaitu: (1) Bagaimana bentuk sinergi antara industri kreatif

dengan ekonomi kreatif pada perajin bambu di Bali?, dan (2) Apa implementasinya dalam

mengatasi pengangguran di Bali?. Ke-2 masalah ini perlu didiskusikan lebih mendalam dalam

pertemuan ini, sehingga mendapat masukkan guna pemecahan masalah tersebut lebih

komprehensip. Teori inovasi yang dijadikan sebagai landasan acuan untuk membedah masalah

tersebut, yang didukung oleh data kualitatif dengan analisis data deskrpsi mendalam (indepth

description). Pengumpulan data melalui observasi (pengamatan) lapangan dan studi pustaka.

Kata Kunci: Sinergi, Industri Kreatif, Ekonomi Kreatif, Perajin Bambu dan Pengangguran.

Page 133: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

130

Sikap Bahasa Penulis dalam Artikel Jurnal Ilmiah

Yana Qomariana

Udayana University

[email protected]

Abstrak

Sikap bahasa atau dalam bahasa Inggris disebut sebagai stance adalah topik yang mendapatkan

banyak perhatian dalam penelitian. Sikap bahasa mengacu kepada sikap, perasaan, penilaian,

atau komitmen seorang pembicara atau penulis terhadap suatu pesan (Biber and Finegan dalam

Berman et. All, 2002). Dalam menunjukkan sikapnya, pembicara atau penulis menggunakan

fitur fitur linguistik tertentu, misalnya menggunakan fitur modal, kata kerja ataupun kata sifat

(Dubois, 2007). Fitur-fitur ini menunjukkan salah satu sikap bahasa, antara lain, evaluasi,

ekspektasi dan keterlibatan.

Penelitian ini bertujuan menganalisa sikap bahasa penulis dalam artikel jurnal ilmiah. Secara

lebih spesifik penelitian ini membahas penggunaan fitur-fitur bahasa dalam menunjukkan

sikap penulis terhadap topik dalam tulisannya. Selanjutnya fitur-fitur bahasa ini bisa

menunjukkan tipe-tipe sikap bahasa yang digunakan dalam tulisan ilmiah. Penelitian ini

menunjukkan bahwa fitur-fitur bahasa memegang peranan penting dalam penyampaian pesan

oleh penulis.

Kata kunci: fitur sikap bahasa, stance, artikel jurnal ilmiah,

Page 134: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

131

Balinese in Public Spaces in The Context of Tradition

and Globalization: A Lingustic Landscapes Study in

Kuta Village

I Wayan Mulyawan 1, Ketut Artawa 2

English Department, Faculty of Humanities, Udayana University 1,2

[email protected] 1, [email protected] 2

Abstract

Balinese oral tradition is very strong and unique due to its complexity and sacred. The most

obvious known Balinese oral tradition is mantra, kidung and kakawin. These traditions are

only mastered by those who committed to learn them seriously, because all written sources of

those traditions were originally written in Balinese Letters known as anacaraka.

This study is aimed to investigating the presence of Balinese Letters in public spaces in Kuta

village as part of tradition and globalization. In this globalization era, tourism industry

development has changed the environment face of Kuta into multilingual spaces. But,

unfortunately, it was found that Balinese Letters only use in traditional spaces in which it was

marginalized by others (Mulyawan, 2017). In 2018, in order to preserve the local tradition and

identity, Balinese Government issued a regulation that oblique all outdoor signs in public

spaces should put Balinese Letters transcription above their Latin words.

The research finding showed significance proves that through the power of authority, Balinese

language and letters have begun to gain their position in public signs, not just represented as a

tradition but also as a local identity in international market shares. All traditional signs such as

temples name, cemetery, and local buildings use Balinese language and Letters. Besides,

almost all commercial signs of 4-star and 5-star hotel and restaurant along the main streets used

Balinese Letters transcription above their Latin names. These indicate that Balinese tradition

has survived from globalization in Kuta.

Key words: linguistic landscape, Balinese, Kuta, outdoor signs.

Page 135: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

132

Ragam Bahasa Tulis dalam Komunikasi Antara Dosen

dan Mahasiswa di Fakultas Ilmu Budaya Universitas

Udayana

Ni Ketut Sri Rahayuni

English Department Udayana University, Denpasar, Indonesia

[email protected]

Abstrak

Bahasa menunjukkan cerminan pribadi seseorang. Karakter, watak, atau pribadi seseorang

dapat diidentifikasikan dari perkataan yang ia ucapkan atau tuliskan. Pada proses interaksi

antara dosen dan mahasiswa baik dalam belajar mengajar maupun di luar kelas, muncul

beragam variasi bahasa. Hal ini menjadi penting untuk diteliti mengingat interaksi antara dosen

dan mahasiswa akan berlangsung setiap saat dan terdapat situasi yang beragam diantara

mereka. Kesalahan dalam berkomunikasi bisa berakibat ketersinggungan, kesalahpahaman

ataupun masalah antar kedua belah pihak.

Penelitian ini bertujuan menggambarkan dan menganalisa ragam bahasa tulis dalam interaksi

antara dosen dengan mahasiswa di lingkungan prodi sastra inggris Universitas Udayana dengan

menggunakan teori variasi bahasa. Berdasarkan tingkat keformalannya, Martin Joss (melalui

Abdul Chaer, 2004:70) membedakan variasi bahasa dalam lima bentuk, yaitu ragam beku

(frozen), ragam resmi (formal), ragam usaha (konsultatif), ragam santai (casual), dan ragam

akrab (intimate).

Sumber data pada penelitian ini adalah sejumlah dosen dan mahasiswa di lingkungan prodi

sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Udayana yang terlibat interaksi dan

komunikasi tulis. Metode dalam mengumpulkan data adalah dengan dokumentasi. Komunikasi

tulis antara dosen dan mahasiswa akan didokumentasikan. Dalam menganalisis data, akan

digunakan metode deskriptif kualitatif sehingga diperoleh penjelasan yang lebih mendalam

mengenai variasi bahasa dalam proses interaksi komunikasi tulis antara dosen dan mahasiswa

di prodi sastra inggris universitas udayana. Teori yang akan digunakan dalam menganalisis

data adalah variasi bahasa oleh Martin Joss (melalui Abdul Chaer, 2004).

Kata kunci : ragam bahasa, interaksi, komunikasi

Page 136: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

133

Konflik Sosial dan Resolusinya pada Komunitas Bugis

di Pulau Serangan Kota Denpasar

A.A. Ngurah Anom Kumbara 1, Mayske Rinny Liando 2, Ida Bagus Gde Putra 3

Program Studi Doktor Kajian Budaya FIB Univ. Udayana 1; Program Studi Bahasa dan Seni

Univ. Negeri Manado 2; Program Studi Sejarah FIB Univ. Udayana 3

[email protected] 1; [email protected] 2; [email protected] 3

Abstrak

Komunitas Bugis yang tinggal dan hidup di Pulau Serangan Kota Denpasar berasal dari

Sulawesi Selatan yang bermigrasi sekitar pertengan abad ke-17. Eksistensin komunitas ini

menunjukkan keunikan dan dinamika tersendiri dalam konteks sejarah, politik, ekonomi,

maupun budaya sehingga menarik untuk dikaji secara sosial historis. Secara historis warga

komunitas Bugis ini telah berinteraksi dan beradaptasi harmonis dengan penduduk setempat

yang beragama Hindu. Dalam interaksi yang panjang tersebut menurut catatan sejarah, mereka

hampir tidak pernah berkonflik dengan penduduk setempat. Namun demikian, belakangan ini

kehidupan yang harmoni itu mulai terusik, akibat konflik yang kerap terjadi, baik konflik

antaranggota komunitas Bugis maupun konflik antara orang Bugis dengan pihak luar (investor,

pemerintah, dan warga Hindu setempat). Sehubungan dengan itu, tujuan penelitian ini adalah

1) memahami faktor – faktor penyebab terjadinya konflik sosial pada komunitas Bugis di

Pulau Serangan; 2) memahami proses dan mekanisme resolusi konflik pada komunitas Bugis

di Pulau Serangan , dan 3) menganalisis dampak konflik terhadap kehidupan komunitas Bugis

di Pulau Serangan. Metode pendekatan dan analisis penelitian adalah kualitatif. Teknik

pengumpulan data dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dan dokumentasi.

Berdasarkan metode tersebut penelitian ini menemukan bahwa faktor-faktor penyebab konflik

adalah faktor sengkata tanah dan penolakan atas eksekusi putusan pengadilan negeri dan

Makamah Agung oleh 36 KK warga Bugis yang menempati tanah yang disengketakan.

Resolusi konflik dilakukan dengan dengan cara mediasi, negoisasi dan kohersif. Simpulannya,

dampak konflik bersifat positif dan negatif. Namun dampak negatif lebih dominan dari pada

dampak positifnya, terutama di bidang ekonomi, lingkungan, dan gangguan kesehatan pada

anak-anak keluerga korban konflik.

Kata kunci, komunitas bugis, konflik sosial, resolusi, dampak konflik.

Page 137: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

134

Bahasa Figuratif, Nilai Budaya dan Nilai Moral dalam

Wayang Cenk Blonk

N.K. Dewi Yulianti

Institut Seni Indonesia Denpasar

[email protected]

Abstrak

Tulisan ini akan membahas tentang hubungan antara bahasa figuratif dengan nilai-nilai budaya

dan nilai moral yang akan diungkapkan dalam sebuah teks. Adapun teks yang dimaksud dalam

tulisan ini adalah bebarapa tayangan wayang Cenk Blonk yang ada di youtube. Tulisan ini akan

bermanfaat tidak hanya bagi pengajar bahasa yang menekuni bidang bahasa figuratif namun

juga bagi budayawan dan para penggiat bidang pendidikan karakter.

Dalam tulisan ini akan dibahas dua pokok bahasan yaitu : (1) bahasa figuratif apa saja yang

digunakan dalam wayang Cenk Blonk dan (2) nilai budaya dan nilai moral apa sajakah yang

dikandung dalam bahasa figuratif tersebut. Metode yang akan digunakan adalah metode

kwalitatif dengan menganalisis beberapa tayangan wayang Cenk Blonk di youtube dan juga

melakukan wawancara dengan Jro Dalang Wayan Nardayana untuk mengkaji ulang hasil

analasis awal terhadap makna dan penggunaan bahasa figuratif.

Kata kunci: Bahasa figuratif, nilai budaya, nilai moral, wayang Cenk Blonk

Page 138: UCAPAN TERIMA KASIH · i UCAPAN TERIMA KASIH Panitia Seminar Nasional Bahasa Ibu (SNBI) XII dan Lokakarya Pelestarian Bahasa Ibu (LPBI) II Mengucapkan Terima Kasih kepada

135