UAS Geologi Indonesia

11
Ratika Benita Nareswari 12012086 UAS GEOLOGI INDONESIA Senin, 5 Mei 2015 Take-home Test 1. Jelaskan tentang evolusi jalur magmatisme Pulau Jawa sejak umur Kapur, Paleogen, Neogen, dan Kuarter serta letak perbedaannya dengan pola jalur magmatisme Pulau Sumatra! Magmatisme Pulau Jawa merupakan hasil subduksi Lempeng Indo-Australia dengan Lempeng Eurasia yang mengalami evolusi yang dipengaruhi umur dan kecepatan penunjaman. Berikut merupakan evolusi jalur magmatismenya: Gambar 1. Peta Pulau Jawa yang menunjukkan persebaran busur magmatik yang bergeser ke utara akibat pelandaian sudut penunjaman (Soeria-Atmadja et al, 1994) a. Kapur Tersier Awal Jalur paleosubduksi berupa mola Meratus, disebabkan penunjaman pada arah NE-SW yang dimulai dari Jawa Barat Selatan (Ciletuh), Pegunungan Serayu, Karangsambung (Jawa Tengah), Laut Jawa, menuju tenggara Kalimantan (Pegunungan Meratus). Magmatik berupa asosiasi lempeng samudra yang berada di lepas pantai utara Jawa, ditunjukkan oleh peridotit, gabro, diabas, dan basalt toleitik yang sebagian terubah menjadi metamorf. b. Eosen Akhir-Miosen Awal Pada Eosen Akhir-Miosen Awal, Jalur subduksi mulai berpindah ke selatan dan mengalami perubahan arah relatif W-E. Tegasan NW-SE bergerak relatif N-S menghasilkan pola struktur Sunda. Pada Miosen Akhir, subduksi sudah berarah W-E dan menghasilkan pola struktur Jawa yang berarah W-E yang berlangsung hingga resen. Beloknya jalur magmatik ini disebabkan oleh amalgamasi mikrokontinen Jawa

description

2015 take home test

Transcript of UAS Geologi Indonesia

  • Ratika Benita Nareswari 12012086

    UAS GEOLOGI INDONESIA

    Senin, 5 Mei 2015

    Take-home Test

    1. Jelaskan tentang evolusi jalur magmatisme Pulau Jawa sejak umur Kapur, Paleogen, Neogen,

    dan Kuarter serta letak perbedaannya dengan pola jalur magmatisme Pulau Sumatra!

    Magmatisme Pulau Jawa merupakan hasil subduksi Lempeng Indo-Australia dengan

    Lempeng Eurasia yang mengalami evolusi yang dipengaruhi umur dan kecepatan

    penunjaman. Berikut merupakan evolusi jalur magmatismenya:

    Gambar 1. Peta Pulau Jawa yang menunjukkan persebaran busur magmatik yang bergeser ke utara

    akibat pelandaian sudut penunjaman (Soeria-Atmadja et al, 1994)

    a. Kapur Tersier Awal

    Jalur paleosubduksi berupa mola Meratus, disebabkan penunjaman pada arah NE-SW

    yang dimulai dari Jawa Barat Selatan (Ciletuh), Pegunungan Serayu, Karangsambung

    (Jawa Tengah), Laut Jawa, menuju tenggara Kalimantan (Pegunungan Meratus).

    Magmatik berupa asosiasi lempeng samudra yang berada di lepas pantai utara Jawa,

    ditunjukkan oleh peridotit, gabro, diabas, dan basalt toleitik yang sebagian terubah

    menjadi metamorf.

    b. Eosen Akhir-Miosen Awal

    Pada Eosen Akhir-Miosen Awal, Jalur subduksi mulai berpindah ke selatan dan

    mengalami perubahan arah relatif W-E. Tegasan NW-SE bergerak relatif N-S

    menghasilkan pola struktur Sunda. Pada Miosen Akhir, subduksi sudah berarah W-E

    dan menghasilkan pola struktur Jawa yang berarah W-E yang berlangsung hingga

    resen. Beloknya jalur magmatik ini disebabkan oleh amalgamasi mikrokontinen Jawa

  • Ratika Benita Nareswari 12012086

    Timur. Pada saat ini, jalur magmatik berada di pesisir selatan Pulau Jawa karena

    sudut penunjaman yang lebih curam.

    c. Miosen Akhir-Pliosen dan Kuarter

    Terjadi rollback subduksi selatan Jawa diikuti pelandaian sudut penunjaman sehingga

    zona magmatis bergerak ke utara Jawa. Saat kuarter, jalur subduksi relatif tetap,

    magmatisme muncul sebagai kerucut gunungapi yang menyusun gunungapi resen.

    Perbedaan jalur magmatisme Jawa dan Sumatra

    Gambar 2. Jalur magmatisme Pulau Jawa dan Sumatra (Katili, 1974)

    Perbedaan terletak pada evolusi posisi jalur magmatis. Saat zaman Kapur, jalur magmatik berada

    di barat Sumatra yang menerus hingga pantai utara Jawa kemudian berbelok ke arah Meratus

    (Gambar2). Saat tersier hingga kuarter, jalur magmatik Sumatra relatif tetap, hanya sedikit

    bergeser, namun jalur magmatik Jawa mengalami pembelokan akibat tumbukan mikrokontinen

    Kangean menjadi berarah barat-timur.

    2. Karangsambung merupakan contoh produk tektonik proses subduksi hingga tumbukan. Jelaskan

    sejarah geodinamik berdasarkan tatanan struktur dan stratigrafi sejak umur Kapur Akhir, Tersier,

    hingga Kuarter!

  • Ratika Benita Nareswari 12012086

    Ofiolit Karangsambung terbentuk akibat subduksi Kapur Akhir antara mikrokontinen Jawa Timur

    dan Sundaland yang merupakan bagian dari Eurasia. Subduksi menghasilkan prisma akresi

    dengan endapan mlange. Tumbukan yang terjadi menyebabkan endapan mlange tersingkap,

    yang menjadi basement dari Karangsambung berupa Formasi Luk Ulo.

    Saat Tersier, Karangsambung masih berupa laut. Kolisi menyebabkan pengangkatan akibat

    tektonik, sehingga batuan tersier didominasi endapan turbidit dengan dasar Formasi

    Karangsambung yang merupakan endapan olisostrom. Saat tersier, formasi yang terendapkan

    meliputi Fm. Karangsambung, Fm. Totogan, Fm. Waturanda, Fm. Penosogan, dan Fm. Halang.

    Saat Kuarter, diendapkan endapan alluvial yang terdiri atas Fm. Peniron dan breksi Fm. Serayu.

    Terdapat 3 struktur utama di Karangsambung, yakni arah NE-SW yang ditunjukkan oleh arah

    umum sumbu panjang boudin yang berkembang di batuan Pra-Tersier, arah W-E yang

    ditunjukkan oleh arah umum struktur lipatan yang berkembang di batuan tersier, seta arah N-S

    berupa sesar yang memotong batuan Pra-Tersier dan Tersier.

    Gambar 3. Stratigrafi Daerah Luk Ulo, Karangsambung (Asikin, 1974)

  • Ratika Benita Nareswari 12012086

    3. Batas Sundaland pada zaman Kapur mengikuti arah Meratus (Hamilton, 1979). Namun akhir-

    akhir ini peneliti berhipotesis bahwa batas tersebut terletak kea rah Sulawesi Selatan

    (Bantimala).

    a. Data apa yang menjadi pertimbangan peneliti untuk menjelaskan model geodinamik batas

    Sundaland?

    b. Sketsakan penampang tektonik berarah SE-NW pada Kapur Akhir melalui Sulawesi

    Selatan, Selat Makassar, Pulau Laut, Pulau Kalimantan, dan memotong Pegunungan

    Meratus!

    a. Data umur yang diperoleh dari rijang mengatakan bahwa umur ofiolit Meratus lebih tua

    dibanding ofiolit Ciletuh dan Luk Ulo. Ofiolit Meratus memiliki umur Jura Awal,

    sedangkan ofiolit Bantimala dan Luk Ulo berumur Jura hingga Kapur Awal. Di umur ini,

    asosiasi mlange sangat mirip antara Luk Ulo dan Bantimala. Selain itu, ofiolit Meratus

    memiliki urutan yang lengkap disbanding ofiolit Ciletuh dan Luk Ulo. Meratus

    merupakan suture, sedangkan Ciletuh, Luk Ulo, dan Bantimala bukanlah suture. Dari

    data-data tersebut, para peneliti menemukan opsi baru bahwa batas Sundaland berada di

    Sulawesi.

    b. Penampang Kapur:

    Gambar 4. Penampang NW-SE Kapur (gambar atas) dan Paleosen-Eosen (gambar bawah) pada Pegunungan

    Meratus (Pertamina BPPKA, 1997; Bachtiar, 2006)

  • Ratika Benita Nareswari 12012086

    4. Singkapan kelompok batuan ofiolit meluas di Pegunungan Meratus. Jelaskan proses

    terbentuknya ofiolit tersebut!

    Menurut Satyana (2003), Meratus merupakan hasil ekshumasi dari suture Mesotethys hasil

    kolisi mikrokontinen Schwaner dan Paternosfer saat Kapur Akhir, dengan penempatan berupa

    obduksi detached oceanic slab yang naik ke permukaan akbat ekshumasi Paternosfer di

    bawahnya. Ekshumasi adalah terangkatnya kembali suatu massa yang pernah tenggelam.

    Pegunungan Meratus mulai terangkat saat Miosen Akhir dan membatasi Cekungan Barito

    efektif saat Plio-Pleistosen.

    Ofiolit Pegunungan Meratus merupakan detached oceanic slab yang lepas dari akarnya

    berupa slab induk di depan mikrokontinen Paternosfer dan Schwaner. Detached slab ini

    terobduksi di atas dua mikrokontinen yang berkolisi. Ketika Miosen Awal, kerak Paternosfer

    yang memiliki densitas terendah mengalami break-off dengan kerak samudra di depannya dan

    melaju memasuki astenosfer ke arah barat. Sejak itu, kerak benua Paternosfer yang sempat

    menunjam mengalami ekshumasi oleh tektonik gravitasi yang ikut mengangkat detached

    oceanic slab ofiolit Meratus yang menumpang pasif di atasnya.

    Gambar 5. Proses terbentuknya Pegunungan Meratus (Satyana dan Armandita, 2008)

  • Ratika Benita Nareswari 12012086

    5. Akibat subduksi dan tumbukan Pra-Tersier hingga Tersier di Papua, dihasilkan struktur

    Central Range Fold Belt. Jelaskan model geodinamiknya dan sebutkan juga struktur yang

    berkembang di jalur tersebut!

    Orogenesis Pegunungan Tengah dimulai saat Miosen Tengah. Orogenesis ini dibagi menjadi

    dua tahap, Tahap sebelum tumbukan berkaitan dengan metamorfisme passive margin dan

    tahap tumbukan terjadi ketika buoyancy litosfer Australia menghentikan subduksi.

    Delaminasi menyebabkan aktivitas magma tahap akhir dan pengangkatan pegunungan. Proses

    ini memicu gerak sesar transform sinistral berarah barat-timur. Delaminasi merupakan

    tersobeknya lithospheric mantle dari kerak benua diatasnya. Kecepatan delaminasi ini

    ditentukan oleh viskositas dari astenosfer yang menyebar melalui rekahan (Bird and

    Baumgardner, 1981).

    Gambar 6. Peta tektonik dan penampang cekungan foreland yang menampakkan thin skinned thrust di selatan

    Pegunungan Tengah (Simanjuntak dan Barber, 1996).

    Struktur yang berkembang merupakan thin-skinned thrusting akibat batas konvergen yang

    berinteraksi dengan sesar anjak dangkal yang tidak melibatkan basement. Deformasi ini

    umum pada sabuk lipatan dan zona foreland dari kolisi atau belakang busur vulkanik benua.

    Sebelum kolisi, penunjaman Lempeng Benua Australia di bawah Samudra Pasifik

    menyebabkan pengangkatan endapan passive margin Australia. Tahap kolisi diawali

    pemberhentian penunjaman lempeng ketika menumbuk basement. Perbedaan buoyancy

    membuat pengangkatan vertikal sekaligus penipisan lempeng. Hal ini menyebabkan magma

    astenosfer dapat menerobos ke atas dan menyebabkan magmatisme.

  • Ratika Benita Nareswari 12012086

    6. Pulau Timor merupakan contoh produk tektonik proses subduksi hingga tumbukan antara

    busur kepulauan dan kerak kontinen di Kawasan Timur Indonesia. Jelaskan model

    geodinamik logis berdasarkan data stratigrafi dan strukturnya!

    Pulau Timor merupakan bagian dari Busur Banda Luar yang terdiri atas campuran batuan

    beku, sedimen, dan metamorf dengan struktur geologi kompleks akibat tumbukan Lempeng

    Australia dengan Busur Kepulauan Banda saat Miosen Akhir. Setelah terjadi tumbukan,

    terjadi obduksi lempeng Busur Banda ke atas passive margin lempeng Benua Australia

    sehingga endapan allochthon Banda menutupi endapan paraautochthone Benua Australia.

    Hingga sekarang, tektonik masih aktif yang dicirikan oleh kegempaan aktif dan terobosan

    diapir lempung.

    Gambar 7. Kiri: Tiga model pembentukan Timor, Kanan: Perkembangan Pulau Timor sejak event kolisi

    Terdapat tiga teori pembentukan Pulau Timor, diantaranya:

    a. Model Imbrikasi (Hamilton, 1979)

    Timor merupakan akumulasi material terimbrikasi pada hanging wall zona subduksi.

    Timor merupakan chaotic mlange di mana isostasi menyebabkan pengangkatan zona

    mlange membentuk prisma akresi, yaitu Pulau Timor.

    b. Model Overthrust (Barber, 1981)

    Timor terbentuk oleh batas kontinen Australia yang ditutupi seri overthrust. Unit ini

    melewati zona subduksi akibat tumbukan, yang berisi endapan allochthone Busur Banda

    teranjakan di atas endapan paraautochthone kontinen Australia.

  • Ratika Benita Nareswari 12012086

    c. Model Upthrust

    Batas benua Australia masuk ke dalam subduksi di sekitar Selat Wetar, kemudian subduksi

    berhenti. Lempeng benua terpisah dari lempengsamudra sehingga terjadi pengangkatan

    Timor. Pada model ini, semua unit struktur yang terbentuk hanya berasal dari batas

    kontinen Australia.

    7. Uraikan singkat perbedaan dan persamaan geodinamik Pra-Tersier dan Tersier di Kawasan

    Timur Indonesia dan Kawasan Barat Indonesia berdasarkan data stratigrafi dan strukturnya!

    Gambar 8. Peta Persebaran Kerak di Indonesia yang memperlihatkan dominasi kerak benua di KBI dan zona

    kompleks di KTI (Simandjuntak & Barber, 1996)

    a. Geodinamik KBI

    Saat Pra-Tersier, kawasan barat terbentuk oleh tumbukan mikrokontinen dan hampir tidak

    ada pembentukan cekungan. Amalgamasi mikrokontinen menghasilkan paparan besar yang

    disebut sebagai Sundaland. Saat tersier, terjadi pembelokan arah subduksi dan terbentuknya

    jalur magmatisme Sumatra-Jawa. Hal ini menyebabkan pembukaan cekungan. Lempeng

    besar yang berinteraksi adalah Lempeng Eurasia dan IndoAustralia sehingga pola struktur

    yang terbentuk tidak begitu kompleks. Di kawasan barat Indonesia tidak dijumpai obduksi.

    Selain itu, KBI dipengaruhi tektonik ekstrusi akibat kolisi India dengan Eurasia pada

    Miosen. KBI diisi oleh amalgamasi mikrokontinen dan didominasi kerak benua.

    b. Geodinamik KTI

    Saat Pra-Tersier, kawasan timur terbentuk akibat pecahan mikrofragmen Gondwana yang

    berasal dari Australia. Pembukaan cekungan sudah ada sejak Pra-Tersier dengan beberapa

    paparan seperti Paparan Sahul. Saat tersier, terjadi subduksi yang membentuk jalur

    magmatisme Sulawesi-Halmahera-Nusa Tenggara. Pembukaan cekungan bukan akibat

    subduksi dan rata-rata terbentuk saat Pra-Tersier. Pada Indonesia timur, kolisi terus terjadi

    bada beberapa lokasi, seperti Papua dan Sulawesi. Lempeng yang berinteraksi adalah

  • Ratika Benita Nareswari 12012086

    Lempeng Eurasia, Pasifik, dan Indo-Australia sehingga struktur kompeks. Beberapa daerah

    mengalami obduksi seperti Sulawesi Timur.

    8. Fisiografi Kawasan Timur Indonesia (KTI) memperlihatkan posisi Pulau Sumba yang unik

    padacekungan muka Busur Banda. Umbgrove (1949) menduga adanya masalah geodinamik

    di pulau itu. Sebutkan apa masalahnya ditinjau dari Teori Tektonik Lempeng dan evolusi

    geodinamik Pulau Sumba sejak Kapur hingga Kuarter!

    Permasalahan Pulau Sumba adalah, Pulau Sumba terletak di antara Palung Jawa (bidang

    subduksi) dan Palung Timor (bidang kolisi), namun bukan bagian dari keduanya. Pulau

    Sumba merupakan blok mikrokontinen yang terperangkap terhadap busur kepulauan vulkanik

    aktif (Sumbawa, Flores) dalam cekungan fore arc. Pulau Sumba tidak menunjukkan efek

    kompresi kuat, berbeda dengan pulau-pulau sekitarnya yang merupakan bagian dari Busur

    Luar.

    Pulau Sumba diperkirakan sebagai kepingan kerak benua karena ditemukannya batuan

    granodioritik di beberapa tempat, pola struktur jarang yang menunjukan daerah tersebut

    relatif stabil, serta batuan di sekeliling Sumba yang merupakan bagian dari kerak samudra

    sehingga membuktikan keberadaan Pulau Sumba yang terisolasi sebagai mikrokontinen yang

    kemudian diteliti berasosiasi dengan Sundaland.

    Berikut merupakan evolusi geodinamik Pulau Sumba:

    Gambar 9. Empat tahap evolusi tektonik Pulau Sumba (Abdullah et al., 2000; Abdullah 2010)

  • Ratika Benita Nareswari 12012086

    Kapur: Pada akhir Kapur, lempeng Indo-Australia mengalami penunjaman ke bawah

    lempeng Eurasia akibat pemekaran laut Tethys, membentuk busur vulkanik di tepi Lempeng

    Eurasia.

    Paleogen: Laju subduksi lebih besar dari laju pemekaran sehingga laut Tethys menyempit.

    Rezim ekstensi di belakang busur vulkanik membentuk cekungan belakang busur. Zona

    subduksi mengalami roll back membentuk busur kepulauan vulkanik.

    Miosen Tengah-Pliosen: Benua Australia semakin mendekat, terjadi pelandaian sudut

    penunjaman sehingga magmatisme mundur kea rah Eurasia membentuk Busur Banda. Blok

    Sumba mengalami tumbukan dengan Lempeng Australia. Cekungan Selat Sumba terbentuk di

    antara Busur Banda dan Sumba serta Cekungan Flores di utara Busur Banda.

    Kuarter: Blok Sumba terangkat dan tersingkap sebagai Pulau Sumba. Di daerah timur timbul

    prisma akresi sebagai Pulau Timor. Tumbukan juga menyebabkan Flores Thrust sebagai

    akibat tertahannya lempeng di selatan Sumba.

    9. Sebutkan empat perbedaan utama Busur Barat dan Busur Timur Pulau Sulawesi!

    No Busur Barat Busur Timur

    1 Busur vulkanik memanjang selatan-utara Kompleks ofiolit (non-vulkanik)

    2 Terdiri dari batuan beku granit-granodiorit

    kuarter, sedimen mesozoik-tersier, dan

    metamorf

    Terdiri dari batuan beku basa-ultrabasa,

    sedimen pelagik, dan kompleks melange

    3 Berasal dari kontinen Berasal dari kerak samudra

    4 Struktur sederhana dengan metamorfisme

    derajat tinggi

    Struktur kompleks dengan metamorfisme

    derajat rendah

    Gambar 10. Pembagian Sulawesi

    berdasarkan keraknya (Outline of

    Geology of Indonesia)

  • Ratika Benita Nareswari 12012086

    Referensi:

    Darman, H. dan Sidi, F.H. 2000. An Outline of The Geology of Indonesia. Jakarta: IAGI

    Satyana, A.H., C. Armandita, 2008. On the Origin of the Meratus Uplift, Southeast Kalimantan

    Tectonic and Gravity Constraints: A Model for Exhumation of Collisional Orogen in Indonesia.

    Proceeding 33rd

    IAGI Annual Convention and Exhibition

    Satyana, A.H. 2010. Finding Remnants of The Tethys Oceans in Indonesia: Sutures of The Terranes

    Amalgamation and Petroleum Implications. Proceeding 34th IPA Annual Convention and Exhibition

    Satyana, A.H. dan Margaretha E.M.P. 2011. Sumba Area: Detached Sundaland Terrane and

    Petroleum Implication. Proceeding 35th IPA Annual Convention and Exhibition