UAS Ekonomi Pembangunan

29
Ujian Akhir Semester Ekonomi Pembangunan 1. Apa beda teori pembangunan Rostow’s Stages of Growth dan the Lweis’s Stages of Growth. Jelaskan dengan implikasinya! Teori Rostow Teori Rostow mengemukakan tahapan transisi dari masyarakat tradisional menjadi modern merupakan pentahapan yang harus dilalui oleh setiap negara. Tahapan perkembangan negara tersebut adalah: 1) Tahap I : Perekonomian Tradisional (subsisten dan sektor pertanian adalah sangat penting) 2) Tahap II: Prakondisi Tinggal Landas = Transisi dari agraris ke industri Contoh: Renaissance di Eropa (Industrialisasi dengan tingkat investasi yang tinggi) 3) Tahap III: Tinggal Landas Kenaikan laju investasi produktif, laju pertumbuhan tinggi sektor manufaktur, eskpansi sektor modern di dorong kondisi politik, sosial dan kelembagaan. 4) Tahap IV: Tahap Menuju Kedewasaan Produksi swadaya Penggunaan teknologi modern

description

Ekonomi Pembangunan

Transcript of UAS Ekonomi Pembangunan

Ujian Akhir Semester Ekonomi Pembangunan1. Apa beda teori pembangunan Rostows Stages of Growth dan the Lweiss Stages of Growth. Jelaskan dengan implikasinya! Teori RostowTeori Rostow mengemukakan tahapan transisi dari masyarakat tradisional menjadi modern merupakan pentahapan yang harus dilalui oleh setiap negara. Tahapan perkembangan negara tersebut adalah:1) Tahap I : Perekonomian Tradisional (subsisten dan sektor pertanian adalah sangat penting)2) Tahap II: Prakondisi Tinggal Landas = Transisi dari agraris ke industri Contoh: Renaissance di Eropa (Industrialisasi dengan tingkat investasi yang tinggi)3) Tahap III: Tinggal Landas Kenaikan laju investasi produktif, laju pertumbuhan tinggi sektor manufaktur, eskpansi sektor modern di dorong kondisi politik, sosial dan kelembagaan.4) Tahap IV: Tahap Menuju Kedewasaan Produksi swadaya Penggunaan teknologi modernPerubahan lebih jauh dari industrialisasi5) Tahap V: Tahap Konsumsi Massa Tinggi Perubahan orientasi dari supply side ke demand side (kesejahteraan masyarakat bersama secara luas)Pentahapan pembangunan ekonomi tersebut didasarkan pada karakteristik perubahan ekonomi, sosial dan politik yang terjadi. Dalam kontek ekonomi proses perubahan masyarakat ini dicirikan oleh adanya penurunan peranan sektor pertanian dan peningkatan peranan sektor industri. Jelas sekali bahwa sector pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam teori Rostow ini, karena tanpa adanya pertanian di awal suatu pembangunan maka tidak akan tercapai peningkatan sektor industri.Pada tahap kedua proses pertumbuhan oleh Rostow bahwa sektor industri mulai berkembangnamun sektor pertanian masih sangat dominan dalam masyarakat. Tahap ini sekaligus menjadi tahap dimana masyarakat memasuki tahap persiapan untuk maju ke tahap selanjutnya. Perekonomian bergerak dinamis, industri-industri bermunculan, perkembangan teknologi yang pesat, dan lembaga keuangan sebagai penggerak dana mulai bermunculan.Tahap tinggal landas sebagai suatu revolusi industri yang berhubungan dengan revolusi metode produksi dan didefinisikan sebagai tiga kondisi yang saling berkaitan, sebagai berikut. Kenaikan laju investasi produktif antara 5 10% dari pendapatan nasional. Perkembangan salah satu atau beberapa sektor manufaktur penting dengan laju pertumbuhan tinggi. Hadirnya secara cepat kerangka politik, sosial dan isntitusional yang menimbulkan hasrat ekspansi sektor modern, dan dampak eksternalnya akan memberikan daya dorong pada pertumbuhan ekonomi.Tahap menuju kedewasaan ditandai dengan penerapan teknologi modern secara efektif terhadap sumber daya yang dimiliki. Pada tahap ini terdapat tiga perubahan yang penting : Tenaga kerja berubah dan tidak terdidik menjadi baik Perubahan watak pengusaha dari pekerja dari keras dan kasar berubah menjadi manajer efisien yang halus dan sopan Masyarakat jenuh terhadap indutrialisasi dan menginginkan perubahan lebih jauhTahap konsumsi tinggi merupakan tahap akhir teori pertumbuhan Rostow. Pada tahap ini ditandai dengan migrasi besar-besaran masyarakat pusat perkotaan ke pinggiran kota, akibat dari pusat kota dijadikan sebagai tempat kerja. Juga perubahan orientasi dari pendekatan penwaran (supply side) yang dianut menuju ke pendekatan permintaan (demand side). Lebih lanjut terjadi pergeseran perilaku ekonomi yang awalnya menitikberatkan pada produksi, namun beralih ke konsumsi.Menurut Rostow tiga kekuatan utama yang cenderung meningkatkan kesejahteraan adalah: Pengaruh kebijakan nasional guna meningkatkan kekuasaan dan pengaruh melampaui batas-batas nasional Ingin memiliki satu negara kesejahteraan (walfare state) dengan pemerataan pendapatan nasional yang lebih adil melalui pajak progresif, peningkatam jaminan sosial dan fasilitas hiburan bagi para pekerja Keputusan untuk membangun pusat perdangan dan sektor penting seperti mobil, jaringan rel kereta api, rumah murah, dan berbagai peralatan rumah tangga yang menggunakan listrik.

Teori pembangunan Arthur LewisPembahasannya lebih pada proses pembangunan antara daerah kota dan desa, diikuti proses urbanisasi antara kedua tempat tersebut. Selain itu teori ini juga mengulas model investasi dan sistem penetapan upah pada sistem modern yang juga berpengaruh pada arus urbanisasi yang ada. Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua :1) Perekonomian tradisionalLewis berasumsi bahwa daerah pedesaan dengan perekonomian tradisional mengalami surplus tenaga kerja. Surplus tersebut erat kaitannya dengan basis utama perekonomian tradisional. Kondisi masyarakat berada pada kondisi subsiten akibat perekonomian yang subsisten pula yang ditandai nilai produk marginal dari tenaga kerja yang bernilai nol. Kondisi ini menunjukkan bahwa penambahan tenaga kerja justru akan mengurangi total produksi yang ada, sebaliknya dengan mengurangi tenaga kerja justru tidak mengurangi total produksi yang ada. Dengan demikian, nilai upah riil ditentukan oleh nilai rata-rata produk marginal, dan bukan produk marginal dari tenaga kerja itu sendiri.2) Perekonomian industriSektor industri berperan penting dalam sektor ini dan letaknya pula di perkotaan. Pada sektor ini menunjukkan bahwa tingkat produktivitas sangat tinggi termasuk input dan tenaga kerja yang digunakan. Nilai marginal terutama tenaga kerja, bernilai positif dengan demikian daerah perkotaan merupakan tempat tujuan bagi para pencari kerja dari daerah pedesaan. Jika ini terjadi maka penambahan tenaga kerja pada sektor-sektor industri akan diikuti pula oleh peningkatan output yang diproduksi. Dengan demikian, industri perkotaan masih menyediakan lapangan pekerjaan bagi penduduk desa. Selain lapangan kerja yang tersedia tidak kalah menarik tingkat upah di kota yang mencapai 30%, dan ini kemudian menjadi ketertarikan bagi penduduk desa dalam melakukan urbanisasi.

2. Bagaimana hubungan antara Lorenz Curve dan Gini Coefficient? Berdasarkan kedua indikator tersebut, kondisi ideal yang bagaimana yang diinginkan suatu Negara?Gini Coefficient adalah ukuran yang paling umum digunakan ketidaksetaraan. Koefisien bervariasi antara 0, yang mencerminkan kesetaraan lengkap dan 1, yang menunjukkan ketidaksetaraan lengkap (satu orang memiliki semua pendapatan atau konsumsi, semua yang lain tidak memilikinya). Koefisien Gini biasa dihubungkan dengan Lorenz Curve. Koefisien Gini dapat dengan mudah direpresentasikan oleh daerah antara Lorenz Curve dan garis kesetaraan. Lorenz Curve yaitu suatu kurva yang memperlihatkan hubungan kuantitatif aktual antara persentase penerimaan pendapatan dengan persentase pendapatan total yang benar-benar mereka terima selama suatu periode tertentu misalnya satu tahun Bentuk Lorenz Curve menjukkan derajat ketidak merataan dalam distribusi pendapatan ( Perkins, et.al, 2011). Semakin jauh jarak Lorenz Curve dari garis diagonal 45o, maka semakin timpang atau tidak merata distribusi pendapatannya. Sebaliknya semakin dekat Lorenz Curve dengan garis diagonal 45o (garis kemerataan), maka senakin merata distribusi pendapatannya (Todaro dan Smith, 2003) dengan kata lain Indeks Gini merupakan rasio antara wilayah yang dibatasi oleh Lorenz Curve dan garis diagonal 45o dengan seluruh wilayah antara garis diagonal 45o dan sumbu mendatar, yaitu wilayah A/(A+B) pada gambar berikut :

Keterbatasan dari Gini Coefficient dan Lorenz Curve adalah kedua ukuran ini hanya menunjukkan pemeringkatan parsial (partial ranking) dari distribusi pendapatan, dimana hanya menunjukkan jumlah penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan dan tidak menggambarkan the extent of impoverishment.Kondisi ideal yang diinginkan oleh sebuah negara berdasarkan indikator Gini Coefficient dan Lorenz Curve adalah :1) Kesejahteraan masyakat dengan distribusi pendapatan yang merata untuk penduduknya. 2) Meratanya setiap distribusi untuk konsumsi, serta variabel moneter lainnya dan juga untuk tanah dan variabel-variabel kontinyu dan kardinal lainnya.3. Mengapa kurva Kuznets inverted U-Hypothesis berbentuk seperti huruf U yang terbalik? Apakah bentuk kurva tersebut terbukti untuk kasus Indonesia?Simon Kuznets menemukan adanya suatu relasi antara kesenjangan pendapatan dan tingkat pendapatan perkapita yang berbentuk U terbalik (Kuncoro, 2004). Hasil ini diinterpretasikan sebagai suatu evolusi dari distribusi pendapatan dalam proses transisi dari suatu ekonomi perdesaan menuju ekonomi perkotaan atau dari ekonomi pertanian (tradisional) ke ekonomi industri (modern). Pada awal proses pembangunan, ketimpangan pendapatan bertambah besar sebagai akibat dari proses urbanisasi ke industrialisasi. Namun setelah itu pada tingkat pembangunan yang lebih tinggi atau akhir dari proses pembangunan, ketimpangan menurun yakni pada saat sektor industri sudah dapat menyerap sebagian tenaga kerja yang datang dari perdesaaan (sektor pertanian) atau pada saat pangsa pertanian lebih kecil di dalam produksi dan penciptaan pendapatan.Terdapat bukti kasus di indonesia yaitu seperti pada 35 kabupaten di Jawa Tengah bahwa terdapat adanyadistribusi pendapatan penduduk yang tidak merata ketika terjadi pertumbuhan ekonomi yang tinggi di awal pembangunan juga terjadi di dalam pelaksanaan pembangunan ekonomi daerah Propinsi Jawa Tengah. Kenyataan ini dapat dilihat dari jumlah Kabupaten/Kota yang memiliki polaketerkaitan positif antara tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesenjangan pendapatan penduduk. Pada tahun 2001 Kabupaten/Kota yang memiliki polaketerkaitan positif antara tingkat pertumbuhan ekonomi dan tingkat kesenjanganpendapatan penduduk berjumlah 22 Kabupaten/Kota (62,8 %), pada tahun 2002meningkat menjadi 23 Kabupaten/Kota (65,7 %), pada tahun 2003 meningkat lagi menjadi 26 Kabupaten/Kota (74,3 %) dan pada tahun 2004 menurun menjadi 25 Kabupaten/Kota (71,4 %).

4. Pembangunan pertanian diarahkan untuk mengubah pertanian subsisten menjadi divergen yang kemudian menjadi pertanian yang terspesialisasi. Jelaskan. Bagaimana posisi pertanian di Indonesia?

Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam struktur pembangunan perekonomian nasional. Sektor ini merupakan sektor yang tidak mendapatkan perhatian secara serius dari pemerintah dalam pembangunan bangsa. Mulai dari proteksi, kredit hingga kebijakan lain tidak satu pun yang menguntungkan bagi sektor ini. Program-program pembangunan pertanian yang tidak terarah tujuannya bahkan semakin menjerumuskan sektor ini pada kehancuran. Meski demikian sektor ini merupakan sektor yang sangat banyak menampung luapan tenaga kerja dan sebagian besar penduduk kita tergantung padanya.Perjalanan pembangunan pertanian Indonesia hingga saat ini masih belum dapat menunjukkan hasil yang maksimal jika dilihat dari tingkat kesejahteraan petani dan kontribusinya pada pendapatan nasional. Pembangunan pertanian di Indonesia dianggap penting dari keseluruhan pembangunan nasional. Ada beberapa hal yang mendasari mengapa pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan penting, antara lain: potensi Sumber Daya Alam yang besar dan beragam, pangsa terhadap pendapatan nasional yang cukup besar, besarnya pangsa terhadap ekspor nasional, besarnya penduduk Indonesia yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini, perannya dalam penyediaan pangan masyarakat dan menjadi basis pertumbuhan di pedesaan. Potensi pertanian Indonesia yang besar namun pada kenyataannya sampai saat ini sebagian besar dari petani kita masih banyak yang termasuk golongan miskin. Hal ini mengindikasikan bahwa pemerintah pada masa lalu bukan saja kurang memberdayakan petani tetapi juga terhadap sektor pertanian keseluruhan.Pembangunan pertanian pada masa lalu mempunyai beberapa kelemahan, yakni hanya terfokus pada usaha tani, lemahnya dukungan kebijakan makro, serta pendekatannya yang sentralistik. Akibatnya usaha pertanian di Indonesia sampai saat ini masih banyak didominasi oleh usaha dengan: (a) skala kecil, (b) modal yang terbatas, (c) penggunaan teknologi yang masih sederhana, (d) sangat dipengaruhi oleh musim, (e) wilayah pasarnya lokal, (f) umumnya berusaha dengan tenaga kerja keluarga sehingga menyebabkan terjadinya involusi pertanian (pengangguran tersembunyi), (g) akses terhadap kredit, teknologi dan pasar sangat rendah, (h) pasar komoditi pertanian yang sifatnya mono/oligopsoni yang dikuasai oleh pedagang-pedagang besar sehingga terjadi eksploitasi harga yang merugikan petani. Selain itu, masih ditambah lagi dengan permasalahan-permasalahan yang menghambat pembangunan pertanian di Indonesia seperti pembaruan agraria (konversi lahan pertanian menjadi lahan non pertanian) yang semakin tidak terkendali lagi, kurangnya penyediaan benih bermutu bagi petani, kelangkaan pupuk pada saat musim tanam datang, swasembada beras yang tidak meningkatkan kesejahteraan petani dan kasus-kasus pelanggaran Hak Asasi Petani, menuntut pemerintah untuk dapat lebih serius lagi dalam upaya penyelesaian masalah pertanian di Indonesia demi terwujudnya pembangunan pertanian Indonesia yang lebih maju demi tercapainya kesejahteraan masyarakat Indonesia.

5. Kenapa capital flight merupakan hal buruk bagi negara yang sedang berhutang? Apa hubungannya dengan balance of payment?Capital flight sebenarnya bukan hal yang baru di kalangan para ekonom. Secara teoritis capital flight banyak dibicarakan. Namun sampai saat ini belum ada definisi capital flight yang dapat diterima secara umum. Masing-masing ahli menggunakan konsepnya sendiri dalam membahas dan menunjukkan adanya capital flight. Tetapi beberapa tahun ini penggunaan kata capital flight sering dikaitkan pada negara-negara yang sedang berkembang, dimana terjadi sejumlah besar modal keluar (capital outflow) yang diiringi oleh adanya peningkatan hutang luar negeri (Navik Istikomah: 2003)Hendra Halwani (2005:190) mengemukakan beberapa alasan fundamental mengapa masalah pelarian modal dari suatu negara berdampak negatif terhadap perekonomian nasional.1) Pelarian modal dapat menyebabkan Growt Cost yaitu yang membatasi potensi pertumbuhan ekonomi nasional. Modal yang dialirkan ke luar negeri tidak memberikan kontribusi terhadap investasi dalam negeri yang dibutuhkan untuk membiayai pertumbuhan ekonomi dalam negeri. Dalam hal ini tidak ada keuntungan investasi yang diperoleh negara-negara berkembang terutama yang sedang berhutang yang mengalami pelarian modal. Modal yang dilarikan ke luar negeri menimbulkan dampak negatif terhadap persediaan devisa yang dibutuhkan untuk produksi dalam negeri yang menghasilkan barang-barang ekspor untuk memperoleh devisa yang selanjutnya devisa tersebut dapat digunakan untuk membiayai impor yang dibutuhkan.2) Pelarian modal dapat mengurangi stok kekayaan dan sumber pendapatan dalam sistem ekonomi. Hal ini berarti pelarian modal dapat menimbulkan erosi dalam basis pajak. Situasi ini terutama dihadapi oleh negara-negara yang sedang berkembang yang menganut prinsip tempat asal (origin), bukan prinsip domisili (residence) dalam sistem perpajakannya. Akibatnya menyusutnya basis perpajakan langsung, maka banyak negara berkembang terpaksa mengandalkan pajak yang mudah dihimpun, yaitu pajak yang berupa pajak pertambahan nilai. Pajak tersebut sebagian besar menimpa golongan penduduk berpendapatan rendah.3) Pelarian modal dapat menimbulkan dampak negatif terhadap distribusi pendapatan, karena sebagai akibat pelarian modal yang dibiayai oleh hutang luar negeri yang bertambah sehingga rakyat menjadi penanggung beban hutang luar negeri, maka terjadi proses sosialisasi hutang luar negeri secara tidak wajar kepada rakyat sebagai pemikul beban utama.Hampir tidak mungkin memastikan jumlah capital flight dari suatu negara, terutama bagi negara-negara yang menganut sistem devisa bebas. Bahkan untuk negara yang menganut devisa ketat sekalipun, arus modal tetap saja keluar tanpa diketahui oleh otoritas moneter negara tersebut.Oleh karena itu, metode yang lebih tepat untuk menggrafikkan besarnya capital flight dari suatu negara adalah dengan melakukan estimasi. Secara garis besar terdapat tiga konsep pendekatan yang berdbeda terhadap pengukuran capital flight (Navik Istikomah: 2003), antara lain: Pendekatan Konputasi Neraca Pembayaran (The Balance of Payment Account Approach), pendekatan residual (The Residual Approach), pendekatan deposito bank (Bank Deposits).Pada pendekatan komputasi neraca pembayaran menurut Cuddington dalam mengestimasi capital flight adalah dengan membagi modal dalmdua besaran, yaitu arus modal keluar yang tercatat dan tidak tercatat. Kedua arus modal doatas dikelompokkan sebagai arus modal keluar jangka pendek yang merupakan ciri dari capital flight. Secara agregat, arus keluar jangka pendek ini terdiri dari 3 sektor yaitu : arus modal keluar jangka pendek dari bank-bank komersial,dari instansi pemerintah dalam negeri dan dari sektor lain. Untuk sektor lain ini serig diedentifikasi sebagai sektor swasta dimana pemilikan atas aset luar negeri sangat besar dan diluar kendali bank sentral, maka pos arus modal kluar swasta non bank janka pendek pada balance of payment statistic digunakan untuk mencatat estimasi arus modal keluar jangka pendek yang tercatat digunakan komponen Net Error and Ommission. Capital flight dapat mempengaruhi balance of payment suatu negara karena balance of Payment mencerminkan semua transaksi antara penduduk, pemerintah dan pengusaha dalam negeri dan pihak luar negeri, seperti transaksi eksport dan import, pelaburan portfolio, transaksi antar Bank Sentral dan lain-lain. Oleh karena itu adanya aliran pelaburan asing yang masuk ke dalam negeri dalam bentuk Foreign Direct Investment maupun Portfolio Investment dapat mempengaruhi balance of payment.

6. Mengapa laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dapat menghambat laju pembangunan ekonomi? Apa arti penting penduduk bagi pembangunan suatu negara?Setidaknya terdapat tiga alasan mengapa pertumbuhan penduduk yang tinggi akan memperlambat pembangunan. Pertama, akan mempersulit pilihan antara meningkatkan konsumsi saat ini. Investasi untuk membuat konsumsi di masa mendatang semakin tinggi. Kedua, di negara-negara yang bergantung pada pertanian, pertumbuhan penduduk mengancam keseimbangan sumber daya alam yang langka dan penduduk. Ketiga, semakin sulit meningkatkan perubahan ekonomi dan sosial. Tingginya kelahiran merupakan penyumbang utama bagi pertumbuhan kota yang cepat. Mekarnya kota membawa masalah-masalah baru dalam menata maupun mempertahankan kesejahteraan warga. Arti penting penduduk bagi pembangunan suatu negara bahwa penduduk menjadi subyek dan obyek pembangunan. Sebagai subyek pembangunan maka penduduk harus dibina dan dikembangkan sehingga mampu menjadi penggerak pembangunan. Pembangunan harus dikembangkan dengan memperhitungkan kemampuan penduduk agar seluruh penduduk dapat berpartisipasi aktif dalam dinamika pembangunan tersebut. Sebaliknya, pembangunan tersebut baru dikatakan berhasil jika mampu meningkatkan kesejahteraan penduduk.

7. Mengapa ada negara yang mau member pinjaman dana ke negara lain? Bukankah negara tersebut juga membutuhkan dana domestik untuk pembangunan di negaranya sendiri?Suatu negara atau institusi tersebut yang memberi bantuan mempunyai alasan tertentu, alasan tersebut adalah self interest politik, strategi dan ekonomi. Sekalipun pada umumnya alasan itu berupa motivasi moral, bantuan kemanusiaan ataupun bantuan untuk kesinambungan proses hubungan komplementasi dan pembangunan pihak lain. Namun demikian sulit ditemukan bukti-bukti sejarah perkembangan bantuan luar negeri selama periode tertentu yang menunjukkan bahwa negara donor atau institusi-institusi kredit internasional membantu tanpa mengharapkan keuntungan tertentu. Motivasi politik dan ekonomi sesungguhnya sulit dipisahkan, karena keduanya saling berkaitan. Pertimbangan para pembuat keputusan di negara-negara donor selalu diikuti pula oleh identifikasi mengenai besarnya dedikasi negara debitor dalam hubungan kerjasama maupun keterikatan politis dengan negara debitor. Bantuan negara-negara donor bahkan memberi peluang keterlibatan mereka mendominasi kekuatan politik termasuk dalam investasi yang mereka tanamkan di negara debitor hingga kepada lobi-lobi pembuatan keputusan atau pelaksanaan kebijakan-kebijakan domestik. Motivasi ekonomi merupakan pembenaran yang paling rasional untuk pemberian bantuan, baik untuk negara donor maupun negara debitor. Namun demikian argumentasi yang esensial dari bantuan luar negeri yang secara mendasar, dapat dipahami dari beberapa konsep: Sumberdaya dan kapabilitas keuangan dari luar (untuk pinjaman dan hibah ) sebenarnya dapat memainkan peran yang rasional dalam rangka kepentingan timbal balik ekonomis, seperti harapan untuk mendapatkan berbagai sumber daya dan energi dari negara yang dibantu. Karena itu kebanyakan pinjaman luar negeri dikaitkan dengan konsepsi lainnya, seperti kerjasama perdagangan yang lebih besar antara kreditor dan debitor. Bantuan luar negeri kebanyakan diberikan untuk mempercepat pertumbuhan dan pemerataan di negara-negara debitor, dengan harapan tingkat daya beli masyarakat kian tinggi, sehingga mampu membeli produk-produk industri negara donor. Bantuan luar negeri atau hibah pada umumnya tidak hanya berbentuk modal, tetapi bisa juga tenaga ahli dn manajemen, maupun ahli teknologi. Secara ekonomis, bantuan luar negeri memberikan imbal balik yang lebih besar bagi para tenaga asing (dari negar donor) yang bekerja menjadi teknisi ahli di negara debitor. Mereka ini disamping telah menjadi bagian dari capital flight dari devisa negara, juga memberikan masukan atas sebagian sumber pendapatan devisa melalui pajak penghasilan. Dengan demikian terjadi arus timbal balik pendapatan (imbal balik modal). Pengalihan investasi untuk tujuan mendekati pasar, perluasan industrialisasi internasional di luar negara donor dan pengalihan industri senja, dimana negara-negara donor sudah tidak melakukan produksi dengan teknologi usang, karena kemajuan yang mereka capai dalam teknologi baru. Aliran realis menyatakan bahwa tujuan utama dari bantuan luar negeri adalah bukan untuk menunjukkan idealisme abstrak aspirasi kemanusiaan, tetapi untuk proyeksi power nasional. Bantuan luar negeri merupakan komponen penting bagi kebijakan keamanan internasional. Teori ketergantungan (dependensial) menyatakan bahwa bantuan luar negeri digunakan oleh negara kaya untuk mempengaruhi hubungan domestik dan luar negeri negara penerima bantuan, merangkul elit politik lokal di negara penerima bantuan untuk tujuan komersil dan keamanan nasional. Kemudian melalui jaringan internasional , kuangan internasional danstruktur produksi , bantuan luar negeri ditujukan untuk mengeksploitasi sumberdaya alam negara penerima bantuan. Sehingga para apaenganut teori dependensia, menganggap bahwa bantuan luar negeri dapat digunakan sebagai sebuah instrumen untuk perlindungan dan ekspansi negara kaya ke negara miskin, sebuah sistem untuk mengekalkan ketergantungan. Aliran moralis atau idealis menyatakan bahwa bantuan luar negeri secara esensial merupakan gerakan kemanusiaan yang menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan internasional. Menurut aliran idealis, negara yang lebih kaya memilki tanggung jawab moral untuk mempererat kerjasama Utara Selatan yang lebih besar dan merespon kebutuhan pembangunan ekonomi dan sosial di Selatan. Maka kaum moralis berpendapat bahwa bantuan luar negeri mendorong dukungan yang saling menguntungkan (mutual suportive) dan hubungan menguntungkan sejalan dengan pembangunan ekonomi dan hak asasi manusia, hukum dan ketertibaninternasional. Teori bureaucratic incrementalist menyatakan bahwa bantuan luar negeri sebagai kebijakan publik, produk dan politik domestik yang melibatkan opini publik, kelompok kepentingan, dan institusi pemerintah yang secara langsung terlibat dalam proses pembuatan kebijakan yang mempromosikan kepentingan nasional melalui agenda politik. Teori ini juga menyatakan bahwa tujuan yang dikejar negara donor dalam lingkup kepentingan ekonomi politik internasional, antara lain: kombinasi tujuan kemanusiaan, geopolitik, ideology, kepentingan komersil, masalah lingkungan dan berbagai faktor dalam politik domestik.Negara tersebut juga membutuhkan dana domestik untuk pembangunan di negaranya sendiri, namun dari memberi pinjaman kepada negara lain itu juga dalam rangka menambah dana domestik di dalam negarany (negara yang memberi pinjaman).

8. Apa beda strategi pembangunan inward looking dan outward looking? Strategi apa yang sebaiknya dipakai oleh suatu negara?Outward LookingInward Looking

Perdagangan bebas dan kebijakan ekspansi eksporKebijakan proteksionis dan substitusi impor

Kebijakan ekonomi dalam negeri tipe terbukaKebijakan ekonomi dalam negeri tipe tertutup

Kebijakan pintu terbuka terhadap bantuan luar negeri ke sektor pemerintahKetergantungan pada tabungan dalam negeri dan swasembada sumber daya

Kebijakan terbuka terhadap PMAHambatan terhadap PMA

Kebijakan pintu terbuka terhadap imigrasiHambatan terhadap imigrasi

Strategi yang sebaiknya diterapkan suatu negara adalah Outward Looking karena dengan ekspor, suatu negara akan bisa mandiri. Selain itu, ekspor akan bisa memperkenalkan hasil produksi dalam negeri ke pasar internasional.

9. Salah satu upaya pengembangan industri kecil di Indonesia adalah dengan kemitraan. Kenapa harus kemitraan? Bukankah antara industri besar dan industri kecil masing-masing sudah memiliki pasar/konsumen sendiri-sendiri?Karena kemitraan antara industri kecil dengan industri besar diharapkan dapat saling isi mengisi, saling memperkuat antara usaha yang kecil dan besar dalam rangka pemerataan serta mewujudkan kemakmuran yang sebesar-besarnya bagi seluruh rakyat Indonesia. Melalui kemitraan usaha tersebut diharapkan dapat secara cepat bersimbiose mutualistik sehingga kekurangan dan keterbatasan yang dialami oleh industri besar maupun industri kecil dapat diatasi dan kedua industri tersebut tetap dapat berkembang. Kemitraan dapat memperkuat kemampuan bersaing dan untuk membangun tatanan dunia usaha yang kuat dengan tulang punggung usaha menengah yang tangguh, saling mendukung dengan usaha kecil dan usaha menengah atau besar melalui ikatan-ikatan kerjasama

10. Seiring dengan pelaksanaan otonomi daerah ternyata juga timbul masalah-masalah. Jelaskan masalah apa saja yang timbul. Bagaimana pemerintah pusat harus bersikap untuk mengatasi masalah-masalah tersebut? Bagaimana pemerintah daerah haru bersikap?Implementasi Otonomi daerah bukan tanpa masalah. Ia melahirkan banyak persoalan ketika diterjemahkan di lapangan. Banyaknya permasalahan yang muncul menunjukan implementasi kebijakan ini menemui kendala-kendala yang harus selalu dievakuasi dan selanjutnya disempurnakan agar tujuannya tercapai. Beberapa persoalan itu adalah:1) Kewenangan yang tumpang tindih Pelaksanaan otonomi daerah masih kental diwarnai oleh kewenangan yang tumpang tindih antar institusi pemerintahan dan aturan yang berlaku, baik antara aturan yang lebih tinggi atau aturan yang lebih rendah. Peletakan kewenangan juga masih menjadi pekerjaan rumah dalam kebijakan ini. Apakah kewenangan itu ada di kabupaten kota atau provinsi.2) Anggaran Banyak terjadi keuangan daerah tidak mencukupi sehingga menghambat pembangunan. Sementara pemerintah daerah lemah dalam kebijakan menarik investasi di daerah. Di sisi yang lain juga banyak terjadi persoalan kurangnya transparansi dan akuntabilitas dalam penyusunan APBD yang merugikan rakyat. Dalam otonomi daerah, paradigma anggaran telah bergeser ke arah apa yang disebut dengan anggaran partisipatif. Tapi dalam prakteknya, keinginan masyarakat akan selalu bertabrakan dengan kepentingan elit sehingga dalam penetapan anggaran belanja daerah, lebih cenderung mencerminkan kepentingan elit daripada kepentingan masyarakat.3) Pelayanan Publik Masih rendahnya pelayanan publik kepada masyarakat. Ini disebabkan rendahnya kompetensi PNS daerah dan tidak jelasnya standar pelayanan yang diberikan. Belum lagi rendahnya akuntabilitas pelayanan yang membuat pelayanan tidak prima. Banyak terjadi juga Pemerintah daerah mengalami kelebihan PNS dengan kompetensi tidak memadai dan kekurangan PNS dengan kualifikasi terbaik. Di sisi yang lain tidak sedikit juga gejala mengedepankan Putra Asli Daerah untuk menduduki jabatan strategis dan mengabaikan profesionalitas jabatan.4) Politik Identitas Diri Menguatnya politik identitas diri selama pelaksanaan otonomi daerah yang mendorong satu daerah berusaha melepaskan diri dari induknya yang sebelumnya menyatu. Otonomi daerah dibayang-bayangi oleh potensi konflik horizontal yang bernuansa etnis5) Orientasi Kekuasaan Otonomi daerah masih menjadi isu pergeseran kekuasaan di kalangan elit daripada isu untuk melayani masyarakat secara lebih efektif. Otonomi daerah diwarnai oleh kepentingan elit lokal yang mencoba memanfaatkan otonomi daerah sebagai momentum untuk mencapai kepentingan politiknya dengan cara memobilisasi massa dan mengembangkan sentimen kedaerahan seperti putra daerah dalam pemilihan kepala daerah.6) Lembaga Perwakilan Meningkatnya kewenangan DPRD ternyata tidak diikuti dengan terserapnya aspirasi masyarakat oleh lembaga perwakilan rakyat. Ini disebabkan oleh kurangnya kompetensi anggota DPRD, termasuk kurangnya pemahaman terhadap peraturan perundangan. Akibatnya meski kewenangan itu ada, tidak berefek terhadap kebijakan yang hadir untuk menguntungkan publik. Persoalan lain juga adalah banyak terjadi campur tangan DPRD dalam penentuan karir pegawai di daerah.7) Pemekaran Wilayah Pemekaran wilayah menjadi masalah sebab ternyata ini tidak dilakukan dengan grand desain dari pemerintah pusat. Semestinya desain itu dengan pertimbangan utama guna menjamin kepentingan nasional secara keseluruhan. Jadi prakarsa pemekaran itu harus muncul dari pusat. Tapi yang terjadi adalah prakarsa dan inisiatif pemekaran itu berasal dari masyarakat di daerah. Ini menimbulkan problem sebab pemekaran lebih didominasi oleh kepentingan elit daerah dan tidak mempertimbangkan kepentingan nasional secara keseluruhan.8) Pilkada Langsung Pemilihan kepala daerah secara langsung di daerah ternyata menimbulkan banyak persoalan. Pilkada langsung sebenarnya tidak diatur di UUD, sebab yang diatur untuk pemilihan langsung hanyalah presiden. Pilkada langsung menimbulkan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk pelaksanaan suksesi kepemimpinan ini. Padahal kondisi sosial masyarakat masih terjebak kemiskinan. Disamping itu, pilkada langsung juga telah menimbulkan moral hazard yang luas di masyarakat akibat politik uang yang beredar. Tidak hanya itu pilkada langsung juga tidak menjamin hadirnya kepala daerah yang lebih bagus dari sebelumnya.Sikap pemerintah pusat dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaaan otonomi daerah1) Melalui revitalisasi proses desentralisasi dan otonomi daerah, yang telah dimulai dengan mengganti kedua undang-undang tersebut (Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah) menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah.2) Pemerintah pusat perlu mempermantap rambu-rambu yang jelas, rinci, dan lengkap dalam mengatur otonomi daerah.3) Pemerintah pusat harus tegas dan tidak ragu-ragu dalam mengawasi pelaksanaan otonomi daerah.Setiap pelanggaran harus dikoreksi, dan standar ganda tidak boleh terjadi.4) Pemerintah pusat perlu mengembangkan kelembagaan untuk pembangunan sosial-budaya yang mampu membuat critical analysis yang bersifat holistic dan societal mengenai dampak berbagai macam kebijakan departemen yang bersifat sektoral maupan kebijakan daerah terhadap integrasi nasional,5) Pemerintah pusat perlu menekankan kepada Departemen atau Lembaga non Departemen yang belum menyerahkan urusannya ke daerah segera menyerahkan urusan tersebut ke daerah,mengingat urusan tersebut bukan urusan pangkal pemerintah pusat,6) Perlu ada bimbingan dan pembinaan secara mantap dari pemerintah lebih atas (pusat) kepada Pemda Kab/Kota dalam pembentukan kelembagaan di daerah,7) Pemerintah perlu membuat standart Pelayanan Minimal dan standart pengukuran kinerja yang jelas baik untuk eksekutif maupun untuk legislatif, sehingga capaian pelayanan dan kinerja setiap setiap tahunnya dapat diukur dengan jelas. Dsb.Sikap pemerintah daerah dalam mengatasi masalah-masalah yang timbul dalam pelaksanaaan otonomi daerah:1) Pemerintah daerah harus memenuhi isi undang-undang yang ada dan terbaru mengenai otonomi daerah tersebut.2) Untuk pemerataan sumber daya manusia di Pemerintah Kabupaten/Kota, seyogyanya urusan kepegawaian diserahkan kepada Gubernur.3) Pemerintah daerah perlu melibatkan kontrol dan pengawasan oleh masyarakat yang harus dilakukan secara ketat, bekerja sama dengan penegak hukum.4) Dewan yang melakukan pelanggaran, termasuk yang tingkat absensi tinggi perlu diberi sanksi yang berat, sehingga dapat membuat jera yang bersangkutan dan yang lainya tidak meniru,5) Pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya daerah perlu diarahkan untuk kepentingan rakyat, sebagaimana ditekankan pasal 33 UUD 1945, dengan meperhatikan persatuan dan kesatuan dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.6) Setiap daerah (Kabupaten/Kota) sebaiknya memiliki dokumen Rencana Umum Pembangunan Sosial Budaya, agar permasalahan sosial budaya dapat lebih teridentifikasi dan tujuan lebih terumuskan,7) Di setiap daerah perlu dibentuk Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat, sehingga dapat dideteksi secara dini permasalahan-permasalahan di daerah, dsb.