TUTSIT_pendahuluan s.d DR

38
TANGKI UKUR TETAP SILINDER TEGAK (TUTSIT) Diklat Fungsional Penera Tingkat Ahli Eko Karsono, ST BALAI DIKLAT METROLOGI @ 2013 PENERAAN UKURAN VOLUME :

Transcript of TUTSIT_pendahuluan s.d DR

Page 1: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

TANGKI UKUR TETAP SILINDER TEGAK(TUTSIT)

Diklat Fungsional Penera Tingkat Ahli

Eko Karsono, ST

BALAI DIKLAT METROLOGI@ 2013

PENERAAN UKURAN VOLUME :

Page 2: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

DEFINISI :

Tangki Ukur Tetap Silinder Tegak (TUTSIT) merupakan tangki ukur yang mempunyai penampang melintang berbentuk lingkaran, berdiri tegak di atas pondasi kokoh dan tetap.

Page 3: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

KONSTRUKSI - TUTSIT

Keterangan :

1. Shell 14. Dip plate

2. Bottom of the tank 15. Lower angle-irons

3. Roof 16. Upper angle-irons

4. Manhole 17. Calibration information plate

5. Inlet line 18. Opening

6. Outlet line 19. Vertical measurement axis

7. Drain line 20. Heating coil

8. Gauge hatch PRS Upper reference point

9. Guide pipe PRI Dipping datum point

10. Lid of the guide H Reference height

11. Handrail C Ullage

12. Access ladder with guard rail

h Level of the liquid in the tank

13. Measurement platform

Page 4: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

RUANG LINGKUP PENERAPAN

Ruang Lingkup TUTSIT yg diatur : TUTSIT yg dipergunakan

untuk Cairan BBM , Cairan Nabati, Bahan Bakar Gas yg

dicairkan , Alkohol , Cairan Kimia dan Air, yang

tekanannya mendekati tekanan udara luar.

Page 5: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

PERSYARATAN KEMETROLOGIAN

(SK DIRJEN PDN NO. 25/PDN/KEP/3/2010)1. Jika kemiringan TUTSIT 1 : 70 maka daftar volume tangki harus

dicantumkan koreksi sebesar :

21 mhH

Dimana :H = tinggi sebenarnyah = tinggi yg dibacaR = jarak kemiringan

h

Rm

R

Hh

Page 6: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

2. Batas Kesalahan yang Diijinkan (BKD) untuk tera/tera ulang adalah 0,2% dari volume yang ditunjuk dalam tabel.

3. Penyerahan/penerimaan volume minimum yang diijinkan adalah sejumlah volume yang menimbulkan perubahan tinggi sebesar 2 meter.

Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa kesalahan relatif akibat pembacaan ketinggian cairan 0,1 % dan ketidaktetapan pengukuran ketinggian cairan dianggap 1 mm

%1,0

H

H

V

V

HDV 2

4

1 ; HDV 2

4

1

H

H

HH 1000 ; H = 2 mm

mH 2

Page 7: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

PEMERIKSAAN TUTSIT

1. Pemeriksaan konstruksi dan perlengkapannya dilakukan dengan membandingkannya dengan gambar konstruksi

2. Pemeriksaan kebocoran dilaksanakan dengan memperhatikan sambungan-sambungan pada dinding, keran-keran, lubang masuk, lubang kuras dll. TUTSIT dalam keadaan berisi cairan.

3. Pemeriksaan kemiringan dilakukan dengan mencatat hasil pengujian kemiringan atau fotografi oleh konsultan.

4. Pemeriksaan pada angka 1 hanya dilakukan terhadap TUTSIT baru.

Page 8: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

PENGUJIAN TERA DAN TERA ULANG

Ketentuan Umum

a. Pengujian TUTSIT dilaksanakan dengan 2 metode :

1) Pengujian basah (volumetrik), dilakukan pada TUTSIT dengan volume nominal sampai 50 kL

2) Pengujian kering (geometrik), dilakukan pada TUTSIT dengan volume nominal lebih dari 50 kL

b. Persyaratan untuk diuji :

1) Pada pengujian tera, TUTSIT harus sudah diuji hidrostatis (hydrostatic test/pengujian tekanan dan kebocoran)

2) Selama diuji tera atau tera ulang, TUTSIT harus dalam keadaan tidak dioperasikan

c. Hasil pengujian dicatat dalam cerapan.

Page 9: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

TABEL VOLUME TANGKI

a. Volume TUTSIT yang diuji ditentukan berdasarkan hitungan data pengujian yang disusun dalam tabel volume tangki.

b. TUTSIT yang dilengkapi gelas duga dan plat skala dalam satuan volume, tidak perlu dibuatkan tabel volume tangki.

c. Tabel volume TUTSIT harus memenuhi syarat-syarat yang diatur dalam SK DIRJEN PDN NO. 25/PDN/KEP/3/2010 yang terdiri dari:1) halaman 1, yang merupakan keterangan pengesahan atas

tera/tera ulang TUTSIT yang bersangkutan, memuat gambar serta data TUTSIT;

2) halaman 2, memuat contoh pemakaian tabel volume;3) halaman 3, memuat tabel fraksi (dari 1 mm sampai 10

mm) tiap cincin, mulai cincin nomor 1 (paling bawah) sampai cincin paling atas.

Page 10: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

Khusus untuk cincin nomor 1, karena terdiri dari beberapa lapis, volume liter per mm-nya diambil rata-rata dari tiap lapis dengan cara : (volume cincin nomor 1 dikurangi volume rawa) dibagi (tinggi cincin nomor 1 dikurangi tinggi rawa). Tinggi cincin nomor 1 dimulai dari tinggi rawa.

4) halaman 4, dan seterusnya adalah tabel volume (dalam liter) untuk kenaikan cairan tiap 1 cm tabel terdiri dari 5 kolom dan 50 baris. Tiap kolom dibagi menjadi 2 kolom yaitu kolom “tinggi” dan kolom “volume”. Tiap kolom “tinggi” dibagi lagi menjadi 2 kolom, yaitu kolom satuan “meter” dan kolom satuan “cm”. Tiap 10 baris diberi spasi 1 baris. Pada pojok kiri atas dicantumkan tulisan “Halaman : ….”. Nomor halaman dimulai dari nomor 4 sampai nomor halaman terakhir. Pada pojok kiri atas dicantumkan tulisan : “Tabel volume tangki No. : ….”. Nomor tabel sesuai dengan yang diberikan menurut agenda;

5) ruang kosong TUTSIT ditentukan antara 20 cm sampai dengan 30 cm.

d. Jika TUTSIT direparasi sehingga menyebabkan perubahan volumenya, maka TUTSIT harus ditera ulang untuk membuat tabel volume tangki yang baru.

Page 11: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

Halaman 1 :

Page 12: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

Halaman 2 :

Page 13: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

Halaman 3 :

Page 14: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

Halaman 4 dan seterusnya :

Page 15: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

METODE VOLUMETRIK

1. Pengujian dilaksanakan dengan cara penakaran dengan standar alat ukur volume, baik alat ukur volume statis (bejana ukur) maupun alat ukur volume dinamis (meter arus) dengan air sebagai cairan uji;

2. Pengujian dapat dilaksanakan dengan cara :a. Penakaran masukb. Penakaran keluar

3. Dalam pengujian dengan penakaran keluar yang menggunakan bejana ukur standar harus diingat agar letak bejana ukur lebih rendah daripada letak dasar TUTSIT;

Page 16: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

4. Tiap kali penakaran volume penakaran harus konstan misalnya 1000 liter, kemudian tinggi permukaan cairan uji yang kelihatan pada gelas duga ditandai dengan garis pada plat skala yang masih kosong yang terletak di samping gelas duga;

5. Apabila dalam TUTSIT terdapat benda koreksi maka setinggi benda koreksi tersebut dilaksanakan penakaran khusus yaitu satu kali penakaran atau lebih dengan volume satu kali penakaran berbeda dengan yang dilakukan pada point 4;

6. Skala yang dibuat tiap kali penakaran dibagi rata dalam beberapa skala sehingga tiap skala terkecil bernilai 10 liter;

7. Panjang tiap skala tidak boleh kurang dari 2 mm;8. Pada pelat skala tiap kelipatan lima skala dibuat garis skala

lebih panjang dan kelipatan sepuluh dibubuhkan volume dalam liter.

Page 17: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

METODE GEOMETRIK

Urutan pengujian adalah sebagai berikut :

1. Pengukuran keliling;

2. Pengukuran DR;

3. Pengukuran tinggi;

4. Pengukuran tebal pelat cincin;

5. Pengukuran benda-benda koreksi;

6. Pengukuran isi rawa.

Page 18: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

PENGUKURAN KELILING

1) Sebelum pengukuran keliling dilaksanakan, terlebih dahulu dibuat garis keliling horisontal yang akan digunakan sebagai acuan merentangkan ban ukur sehingga ban ukur terentang benar-benar horisontal mengeliliingi TUTSIT;

2) Garis keliling dipilih pada jarak 30 cm dari sambungan cincin pertama dan kedua. Dipilih yang bebas dari penghalang serta memudahkan merentangkan ban ukur;

3) Ban ukur yang digunakan harus sudah diketahui kesalahannya pada suhu 28C. Umumnya keliling tangki lebih panjang dari pada ban ukur sehingga pengukuran dilaksanakan bersambung dengan tiap pengukuran sepanjang misalnya 10 m;

Page 19: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

30 cm

30 cm

Cincin I

Cincin II

Cincin III

Cincin IV

Page 20: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

Lingkaran yang dibuat dengan garis keliling disebut lingkaran utama, kelilingnya = keliling utama, diameternya = diameter utama, jari-jarinya = jari-jari utama

PERALATAN YG DIBUTUHKAN :

1. Ban ukur yg telah dikalibrasi pada suhu 28C

2. Timbangan pegas tarik

3. Alat penjepit ban ukur

4. Waterpass untuk melihat kedataran

5. Mistar penggaris

6. Peralatan lain : penyiku, tang, kapur tulis, spidol dan pensil

Page 21: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

Pengukuran Keliling Utama :

1. Tentukan 3 titik : A, B, dan C masing-masing berjarak 2 cm pada garis keliling utama dengan menambahkan garis yg dengan keliling utama

A B C A’ B’ C’

A1

B1

C1

CCnCCC

BBnBBB

AAnAAA

.....21

.....21

.....21

Selisih A, B dan C 3 mm untuk setiap 100 m

Page 22: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

MACAM BENTUK RINTANGAN PD PENGUKURAN KELILING :

H

W1. Tempelan Pelat (pada manhole)

W = panjang rintanganH = tinggi rintanganN = jumlah rintangan sejenisd = diameter luar tangki

RUMUS KOREKSI :

d

HNH

d

NHWC

3

82

Page 23: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

2. Material Las atau Keling

H

d

HNHC

3

8RUMUS KOREKSI :

Page 24: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

3. Pelat bertumpuk

H

d

HNHC

23

4RUMUS KOREKSI :

Page 25: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

Apabila TUTSIT yg diuji ditentukan suhu operasional tC maka diameter yang didapat harus dikoreksi dengan :

281 tF

= koefisien muai panjang bahan TUTSITt = suhu operasional TUTSIT

Page 26: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

PENGUKURAN DR

DR adalah selisih jari-jari setiap lingkaran penampang tangki ukur dengan jari-jari utama. Untuk mengukur DR ini digunakan roda ukur dengan perlengkapannya.

Pemberat

Kawat sling

Rc

Ru

DRc

seksi

Page 27: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

CARA MENENTUKAN SEKSI PADA KELILING UTAMA

Seksi merupakan titik ukur pada sekeliling tangki tempat dilakukan pengukuran DR. Menentukan seksi dalam pengukuran DR harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut :

a. minimum 12 seksi;

b. jarak satu seksi dengan seksi lain yang berdekatan tidak lebih dari 4 m;

c. jumlah seksi harus genap;

d. jika satu seksi dengan seksi lain yang berseberangan dihubungkan satu sama lain harus membentuk diameter.

Page 28: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

Cara Menentukan Jarak Seksi :

1. Misalkan keliling utama = C (dalam satuan meter)2. Bagilah dengan bilangan 4, hasilnya misalkan bilangan bulat “A” ditambah

dengan bilangan pecahan “a”

aAC

,4

Akan terdapat 2 kemungkinan :

a. Apabila A genap, maka jarak seksi adalah keliling C dibagi dengan (A+2) sehingga :

b. Apabila A ganjil, maka jarak seksi adalah keliling C dibagi dengan (A+1) sehingga :

21 A

CS Jumlah seksi = (A+2)

12 A

CS Jumlah seksi = (A+1)

Page 29: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

3. Pilihan seksi pertama harus dipangkal atau diujung tangga kemudian seksi kedua, ketiga dan selanjutnya melingkar ke kiri atau ke kanan.

4. Jika pada penentuan seksi tersebut ada yang tepat jatuh pada tihang, pipa, manhole, dsb. Seksi tersebut tetap ditentukan pada tempat tersebut hanya pada pengukuran dengan roda ukur digeser ke kiri atau ke kanan agar bebas dari rintangan tapi seksi yang berseberangan dengan seksi tersebut harus digeser supaya apabila dihubungkan harus membentuk diameter.

Page 30: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

tanggaSeksi 1

23

4

Page 31: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

Pengukuran DR dengan roda ukur :

Roda ukur digantung di atas pagar TUTSIT dengan sebuah katrol/puli sehingga roda ukur tersebut dapat dikerek naik-turun sepanjang dinding dari cincin I sampai ke puncak.

Roda ukur terdiri dari 2 roda utk berjalan dan 1 roda kecil ditengah utk dipasang kawat sling yg digantungi dgn beban, sehingga apabila roda berjalan kawat sling akan bergerak mendekati atau menjauhi dinding tangki tergantung kedudukan kedua roda besarnya.

Pengukuran R dpt dimulai dr sembarang seksi, pilihlah yg mudah dan tidak terganggu angin dsb.

Page 32: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

RC

H

RU

RC

RU

R

R

Ru = jari-jari keliling utamaRc = jari-jari keliling cincinH = jarak dinding tangki

dengan garis singgung roda ukur dgn kawat

X = jarak dari pusat lingkaran ke titik referensi mistar ukur

A = pembacaan skala saat roda pd keliling utama

B = pembacaan skala saat roda pd suatu cincin

Saat roda pada keliling utama :Ru + H = X + A

Saat roda pada keliling cincin:Rc + H = X + B

Rc - Ru = B - A = R

Page 33: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

PENGUKURAN R :1. Tentukan letak seksi dimn dimulai pengukuran, cari yg enak. Gantungkan roda dan

coba naik-turun dgn kawat pemberat sdh terpasang.2. Pasang mistar ukur pd magnetic base dinding cincin I bg bawah pd jarak yg cukup

dekat dgn kawat pemberat, jngn bersinggungan3. Pencatatan pengukuran dimulai dgn menempatkan roda di atas KU ,penunjukan

mistar ukur dicatat, dpt dinolkan tetapi juga dpt tidak dinolkan, asal dicatat.4. Geser roda ukur naik/turun tempatkan pada Ttk Ukur (TU) pd grs keliling tiap

cincin. 1 Cincin 3 TU , bawah, tengah dan atas. Setiap kali roda ukur sampai pd TU catat penunjukan mistar ukur- kurangi dgn penunjukan awal. Jika kawat baja menjauhi tangki dibaca + dan jika mendekati tangki dibaca - .

5. Apabila pembacaan setiap cincin pada satu seksi telah selesai dilaksanakan, dpt dilakukan pengecekan dgn pembacaan turun. Setelah itu baru pindah pada seksi berikutnya, lakukan pembacaan sebagaimana yg dikerjakan di atas.

6. Demikian seterusnya sampai seluruh seksi terukur7. Data pengukuran dari 1 grs keliling dari 1 seksi dijumlahkan dan kemudian

dikurangi dgn penunjukan awal pd keliling utama. Bila penunjuk-an awal KU sdh disetel nol, pengurangan juga = 0. Kemudian angka hasil pengurangan tsb dijumlahkan dan dirata2 kan. Angka rata2 tsb merupakan selisih diameter dari tiap2 cincin dengan diameter utama yg telah diketahui besarnya.

Page 34: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam Pengukuran DR :

1. Selama pengukuran dlm 1 seksi, mistar ukur tdk boleh dipindahkan. Apabila terpaksa harus dipindah, arahnya harus horisontal dan jarak pergeserannya tidak terlalu jauh.

2. Meskipun pembacaan DR wajibnya dilaksanakan hanya 1 kali, demi kesaksamaan hasil pembacaan dianjurkan untuk memeriksa kembali pembacaan tiap Titik Ukur (TU) pada saat roda ukur diturunkan.

3. Pd waktu pembacaan, hindari tiupan angin, agar angka yg diperoleh tdk meragukan.

Page 35: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

4. Apabila jalur roda ukur terhalang oleh tangga dan kawat pemberat tdk dpt lewat sela2 tangga dgn bebas, maka dilakukan cara sbb. :

- Mula2 dilakukan pd ttk2 ukur di bawah tangga s/d TU terdekat dgn tangga.

- Sblm memindahkan mistar ukur di atas tangga, bentangkan kawat ke luar tangga dgn tongkat. Tongkat tsb bertumpu pd dinding dittk dimana akan ditempat mistar ukur. Ukur jarak rentangan ke dinding tangki, misalnya = a

- Pindahkan mistar ukur dan roda ukur di atas tangga, ukur rentangan kawat ke dinding ditempat mistar berada, mislnya = b . Lanjutkan pengukuran dgn pembacaan dikoreksi (a-b).

Page 36: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

Mistar ukur

a0

0

tangga

tongkat

b Mistar ukur

tongkat

R = pembacaan

+ (a – b)

Page 37: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

a

b

d

c

e

a. Ketinggian titik ukur di lubang ukur dari meja ukur.

b. Pengukuran tinggi tangki di luar tangki. Diukur 4 titik ukur keliling atap tangki, 1 dgn ttk ukur yg lain membuat sudut 90o . Hasilnya dirata2

c. Ketinggian maksimum isi cairan tangki yg dipergunakan utk hitungan deformasi.

d. Pengukuran ketinggian letak meja ukur dgn mengukur tinggi lubang ukur ke dasar tangki.

e. Pengukuran tinggi cincin, mulai dr atas ke bawah.

f. Pengukuran tebal plat tiap cincin dgn UTM atau diambil dr gmb konstruksi atau dari data pengukuran yl.

PENGUKURAN TINGGI TANGKI

Page 38: TUTSIT_pendahuluan s.d DR

Terima Kasih ......