Tutorial Contoh Analisis Faktor Dengan Spss

18
Permasalahan: Berdasarkan SDKI 2002-2003 cakupan imunisasi lengkap anak usia 12-23 bulan di Indonesia berdasarkan informasi dari KMS (Kartu Menuju Sehat) atau laporan ibu sebesar 52 persen. Angka ini masih keci bila dibandingkan dengan 80 persen angka cakupan imunisasi lengkap yang ditargetkan oleh UCI ( Universal Chilhood Imunization). Bila dilihat pada cakupan imunisasi lengkap pada tingkat propinsi hanya ada dua propinsi yang telah memenuhi target UCI yaitu Yogyakarta (84 persen) dan Bali (80 persen). Oleh karena itu, ingin diketahui faktor dominan apakah yang mempengaruhi ketidaklengkapan imunisasi anak usia 12-23 bulan di Indonesia. Faktor dominan yang ingin diketahui pengaruhnya dibatasi pada karakteristik ibu dan ayah. Tabel 1. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Ketidaklengkapan Imunisasi Anak Usia 12 23 Bulan di Indonesia Tahun 2003

Transcript of Tutorial Contoh Analisis Faktor Dengan Spss

  • Permasalahan:

    Berdasarkan SDKI 2002-2003 cakupan imunisasi lengkap anak usia 12-23 bulan di

    Indonesia berdasarkan informasi dari KMS (Kartu Menuju Sehat) atau laporan ibu sebesar

    52 persen. Angka ini masih keci bila dibandingkan dengan 80 persen angka cakupan

    imunisasi lengkap yang ditargetkan oleh UCI ( Universal Chilhood Imunization). Bila

    dilihat pada cakupan imunisasi lengkap pada tingkat propinsi hanya ada dua propinsi yang

    telah memenuhi target UCI yaitu Yogyakarta (84 persen) dan Bali (80 persen). Oleh karena

    itu, ingin diketahui faktor dominan apakah yang mempengaruhi ketidaklengkapan

    imunisasi anak usia 12-23 bulan di Indonesia. Faktor dominan yang ingin diketahui

    pengaruhnya dibatasi pada karakteristik ibu dan ayah.

    Tabel 1.

    Faktor Faktor yang Mempengaruhi Ketidaklengkapan Imunisasi Anak Usia 12 23 Bulan di

    Indonesia Tahun 2003

  • Sumber : Survei Demografi dan Kesehetan Indonesia, 2002-2003

    Melakukan Analisis Faktor Menggunakan SPSS

    Langkah-langkahnya :

    1. Buka data yang sudah dimasukkan

    Provinsi Ibu tinggal di desa

    (%)

    Ibu SD ke

    bawah (%)

    Ibu Akses Koran

    (%)

    Ibu Akses Radio

    (%)

    Ibu Akses

    TV (%)

    Ibu Bekerja

    (%)

    Ibu tdkPya

    KMS (%)

    Bapak SD ke

    bawah (%)

    Bapak tidak

    bekerja (%)

    Urutan anak

    (%)

    (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)

    Sumatera Utara 64.7 37.9 52.6 7.8 14.7 53.4 44.8 41.4 6 3.36

    Sumatera Barat 79.6 49 53.1 12.2 30.6 55.1 30.6 44.9 0 2.51

    Riau 53.2 48.9 25.5 8.5 27.7 68.1 40.4 53.2 4.3 2.53

    Jambi 87.9 72.7 36.4 9.1 30.3 72.7 36.4 51.5 0 2.48

    Sumatera Selatan

    74.4 56.4 53.8 15.4 38.5 69.2 28.2 46.2 0 2.9

    Bengkulu 84.6 57.7 61.5 19.2 50 61.5 23.1 46.2 0 2.73

    Lampung 75 54.5 36.4 15.9 61.4 88.6 31.8 45.5 0 2.64

    Bangka Belitung 52.6 63.2 36.8 5.3 31.6 78.9 47.4 73.7 5.3 2.68

    DKI Jakarta 0 44.6 25 19.6 23.2 89.3 16.1 28.6 1.8 1.98

    Jawa Barat 51.8 69.4 21.2 7.1 35.3 78.8 27.1 67.1 1.2 2.69

    Jawa Tengah 35.9 61.5 43.6 12.8 41 74.4 28.2 46.2 2.6 2.36

    DI Yogyakarta 57.1 57.1 64.3 35.7 71.4 71.4 0 21.4 0 2.64

    Jawa Timur 59.4 46.9 25 12.5 12.5 81.3 15.6 56.3 0 2.47

    Banten 51.6 63.7 26.4 22 46.2 72.5 54.9 51.6 1.1 2.38

    Bali 57.9 52.6 42 10.5 68.4 68.4 15.8 42.1 0 2.32

    NTB 68.5 59.3 63 3.7 38.9 50 27.8 46.3 3.7 2.52

    NTT 91.9 67.6 75.7 5.4 27 18.9 21.6 48.6 0 3.16

    Kalimantan Barat

    65.6 59 44.3 18 31.1 63.9 21.3 47.5 3.3 2.39

    Kalimantan Tengah

    67.4 63 21.7 10.9 52.2 63 41.3 63 2.2 2.61

    Kalimantan Selatan

    66.7 61.9 26.2 9.5 42.9 88.1 33.3 64.3 0 1.93

    Kalimantan Timur

    44 64 16 20 32 68 28 32 4 3.16

    Sulawesi Utara 58.6 37.9 13.8 10.3 34.5 69 27.6 34.5 0 2.55

    Sulawesi Tengah 75.6 68.9 51.1 6.7 31.1 62.2 35.6 48.9 2.2 2.82

    Sulawesi Selatan 69.4 61.2 20.4 14.3 44.9 69.4 26.5 61.2 2 2.73

    Sulawesi Tenggara

    74.5 47.1 39.2 5.9 54.9 66.7 23.5 39.2 0 2.51

    Gorontalo 89.5 68.4 23.7 5.3 26.3 36.8 44.7 81.6 0 2.92

  • Karena data memiliki variasi yang besar (karena satuan dan rentang data yang berbeda-beda),

    maka distandardisasi terlebih dahulu dengan mentransformasikan ke dalam bentuk Z-score,

    yaitu dengan klik Descriptive Statistics Descriptives

  • 2. Setelah itu,pada kolom Variable(s) masukkan keenam variabel, lalu centang pilihan Save

    standardized values as variables Pilih Menu Options

    3. Beri tanda cek pada Mean, dengan Dispersion Standard Deviation dan Variance, serta beri

    tanda cek pada Variable List pada Display Order Klik Continue

    4. Lalu Klik OK

  • 5. Kemudian, dari menu pilih Analyze Data Reduction Factor

    6. Maka akan muncul jendela Factor Analysis

  • 7. Pilih kesepuluh variabel sebagai variabel analisis.

    a. Klik Descriptive, pada bagian Correlation Matrix beri tanda cek pada Coefficient,significan

    levels, determinant, invers dan KMO and Bartletts test of sphericity. Klik Continue.

  • b. Kemudian klik pada Extraction dan pastikan pilihan Analyze pada correlation matrix dan

    pada bagian Display beri tanda cek pada kedua pilihan. Sebagai kriteria ekstaksi

    (Extraction) kita akan menggunakan eigenvalue, yaitu Eigenvalues over: 1. Klik Continue.

    c. Klik Rotation lalu pilih Varimax dan pada Display pilih Rotated Solution. Klik Continue

    d. Klik Scores, lalu beri tanda cek Save as Variables dengan Method: Regression dan Display

    factor score coefficient matrix, agar kita bisa melihat nilai variabel/faktor baru yang

    terbentuk. Klik Continue.

  • e. Setelah itu klik OK, akan muncul kumpulan output yang siap diinterpretasi pada file

    Output.spv

    INTERPRETASI OUTPUT SPSS

    Output yang akan diinterpretasi meliputi :

    1. KMO and Bartletts Test

    2. Tabel Anti Image Matrices

    3. Tabel Communalities

    4. Tabel Total Variance Explained

    5. Scree Plot

    6. Tabel Component Matrix

    7. Tabel Rotated Matrix

    8. Tabel Component Transformation Matrix

    A. Deskriptif Variabel

    Factor Analysis

    Descriptives

    [DataSet1] C:\Users\USER\Documents\Analisis Faktor.sav

  • Tabel Descriptive Statistics merupakan table yang berisi deskripsi variabel berupa rata-

    rata(mean) , standar deviasi serta jumlah observasi dalam tiap variabel. Pada table tersebut,

    data telah distandarisasi dengan terlebih dahulu mentransformasikan data ke dalam bentuk Z-

    score. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan bias yang disebabkan satuan dan rentang data

    yang berbeda-beda (variasi besar).

    Tabel Correlation Matrix merupakan tabel matriks korelasi yang berisi nilai-nilai

    korelasi antara variabel-variabel yang akan dianalisis. Pada bagian Correlation dapat dilihat

    besarnya korelasi antarvariabel. Sebagai contoh, korelasi antara variabel ibu tinggal di desa

    dengan ibu yang mengakses TV sebesar -0,573 yang menunjukkan terdapat hubungan yang

    cukup kuat dan negative. Artinya, semakin banyak persentase ibu yang tinggal di desa, maka

    makin sedikit persentase ibu yang mengakses TV.

    Kemudian pada baris sig.(1-tailed) menunjukkan signifikansi korelasi antara variabel-

    variabel tersebut. Korelasi antara variabel ibu tinggal di desa dengan ibu yang mengakses TV

    signifikan, terlihat dari nilai p-value sebesar 0,001(

  • Catatan : Dalam kasus ini, digunakan matriks korelasi untuk keperluan analisis faktor sebab

    data yang digunakan memiliki satuan yang berbeda-beda,sehingga distandarisasi

    menggunakan matriks korelasi untuk menghilangkan bias.

    B. Interpretasi Tabel

    1. KMO and Bartlett's Test

    Berdasarkan Bartletts Tes of Sphericity denagn Chi-Square 94,550 (df 45) dan nilai sig

    = 0,000 < 0,05 menunjukkan bahwa matriks korelasi bukan merupakan matriks identitas

    sehingga dapat dilakukan analisis komponen utama. Di samping itu, Nilai KMO yang

    dihasilkan adalah sebesar 0.574 serta p-value sebesar 0,000 (

  • Selain pengecekan terhadap KMO and Bartlett test, dilakukan juga pengecekan Anti

    Image matrices untuk mengetahui apakah variabel variabel secara parsial layak untuk

    dianalisis dan tidak dikeluarkan dalam pengujian. Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa

    dari sepuluh variabel yang akan dianalisis, terdapat dua variabel yang memiliki nilai MSA

    (dapat dilihat pada output yang bertanda a pada kolom Anti-Image Correlation) < 0,5 yaitu

    variabel ibu tidak bekerja dan variabel bapak yang tidak bekerja. Karena ada variabel yang

    nilai MSA nya < 0,5 , maka variabel tersebut tidak dapat dianalisis lebih lanjut. Meskipun ada

    dua variabel yang nilai MSA nya < 0,5, namun kita tidak harus membuang dua variabel

    sekaligu. Pilih salah satu variabel yang memiliki MSA terkecil, yaitu bapak tidak bekerja

    sebesar 0,356 sehingga variabel tersebut dikeluarkan dan dilakukan pengujian ulang terhadap

    kesembilan variabel lainnya.

    Setelah variabel bapak tidak bekerja dikeluarkan, maka nilai KMO meningkat menjadi

    0,654 dan tingkat signifikansi 0,000.Pengurangan variabel yang tidak layak meningkatkan

    nilai KMO sehingga cukup beralasan untuk melakukan pengurangan tersebut Hal ini dapat

    menunjukkan bahwa kesembilan variabel tersebut lebih dari cukup layak untuk dilakukan

    analisis faktor .

  • 3. Communalities

    Dari keseluruhan nilai dalam table communalities, diperoleh bahwa kesembilan

    variabel awal mempunyai nilai communalities yang besar ( > 0.5). Hal ini dapat diartikan

    bahwa keseluruhan variabel yang digunakan memiliki hubungan yang kuat dengan faktor yang

    terbentuk. Dengan kata lain, semakin besar nilai dari communalities maka semakin baik

    analisis faktor, karena semakin besar karakteristik variabel asal yang dapat diwakili oleh faktor

    yang terbentuk.

  • 1. Keeratan hubungan variabel ibu bekerja terhadap faktor yang terbentuk sebesar

    0,811 artinya hubungan variabel ibu bekerja terhadap faktor yang terbentuk erat.

    Atau dapat juga dikatakan kontribusi variabel ibu bekerja terhadap faktor yang

    terbentuk sebesar 81,1 %.

    2. Kemudian, keeratan hubungan variabel bapak yang pendidikannya SD ke bawah

    sebesar 0,859 artinya hubungan variabel bapak yang pendidikannya SD ke bawah

    terhadap faktor yang terbentuk erat. Atau dapat juga dikatakan kontribusi variabel

    variabel bapak yang pendidikannya SD ke bawah terhadap faktor yang terbentuk

    sebesar 85,9 %.

    4. Tabel Total Variance Explained

    Table Total Variance Explained menunjukkan besarnya persentase keragaman total yang

    mampu diterangkan oleh keragaman faktor - faktor yang terbentuk. Dalam tabel tersebut juga

    terdapat nilai eigenvalue dari tiap-tiap faktor yang terbentuk. Faktor 1 memiliki eigenvalue

    sebesar 2,966, Faktor 2 sebesar 2,143, dan Faktor 3 sebesar 1,326. Untuk menentukan berapa

    komponen/faktor yang dipakai agar dapat menjelaskan keragaman total maka dilihat dari besar

    nilai eigenvaluenya, komponen dengan eigenvalue >1 adalah komponen yang dipakai. Kolom

    cumulative % menunjukkan persentase kumulatif varians yang dapat dijelaskan oleh faktor.

    Besarnya keragaman yang mampu diterangkan oleh Faktor 1 sebesar 32,959 persen, sedangkan

    keragaman yang mampu dijelaskan oleh Faktor 1 dan 2 sebesar 56,764 persen. Ketiga faktor

  • mampu menjelaskan keragaman total sebesar 71,495 persen. Berdasarkan alasan nilai eigen

    value ketiga faktor yang lebih dari 1 dan besarnya persentase kumulatif ketiga faktor sebesar

    71,495 persen, dapat disimpulkan bahwa ketiga faktor sudah cukup mewakili keragaman

    variabel variabel asal.

    Proporsi keragaman data yang dijelaskan tiap komponen setelah dilakukan rotasi terlihat

    lebih merata daripada sebelum dilakukan rotasi. Faktor pertama menerangkan keragaman data

    dengan proporsi terbesar, yaitu 32,959 persen menurut metode ekstraksi dengan analisis faktor

    (sebelum rotasi) dan dengan analisis faktor (setelah rotasi) keragaman data awal dapat

    dijelaskan sebesar 27,423 persen. Kemudian untuk faktor kedua menerangkan keragaman data

    awal dengan proporsi 23,806 persen menurut metode ekstraksi dengan analisis faktor (sebelum

    rotasi) dan dengan analisis faktor (setelah rotasi) keragaman data awal dapat dijelaskan sebesar

    27,047 persen. Sedangkan untuk faktor ketiga menerangkan keragaman sebesar 14,731 persen

    sebelum dilakukan rotasi dan naik menjadi 17,025 persen setelah dirotasi.

    Proporsi keragaman data yang lebih merata setelah dilakukan rotasi menunjukkan

    keseragaman data awal yang dijelaskan oleh masing-masing faktor menjadi maksimum.

    5. Scree Plot

    Scree Plot adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk membantu peneliti

    menentukan berapa banyak faktor terbentuk yang dapat mewakili keragaman peubah peubah

    asal. Bila kurva masih curam, akan nada petunjuk untuh menambahkan komponen. Bila kurva

  • sudah landai, akan ada petunjuk untuk menghentikan penambahan komponen, walaupun

    penilaian curam/landai bersifat subjektif peneliti. Dari scree plot di atas, terlihat pada saat satu

    komponen terbentuk, kurva masih menunjukkan kecuraman, begitu juga pada saat di titik ke-

    2, garis kurva masih tajam, di titik ke-3 garis kurva masih tajam namun sedikit berbeda dari

    pola kedua garis sebelumnya. Setelah melewati titik ke-3, garis kurva sudah mulai landai,

    semakin ke kanan akan semakin landai. Dari penjelasan di atas, dapat kita tarik kesimpulan

    bahwa terdapat tiga komponen atau faktor yang terbentuk.

    6. Tabel Component Matrix

    Table component matrix menunjukkan besarnya korelasi tiap variabel dalam faktor

    yang terbentuk. Nilai nilai koefisien korelasi antara variabel dengan faktor - faktor yang

    terbentuk (loading factor) dapat dilihat pada table Component Matrix. Ketiga faktor tersebut

    menghasilkan matrik loading faktor yang nilai-nilainya merupakan koefisien korelasi antara

    variabel dengan faktor-faktor tersebut. Bila dilihat variabel variabel yang berkorelasi terhadap

    setiap faktornya, ternyata loading faktor yang dihasilkan belum mampu memberikan arti

    sebagaimana yang diharapkan. Hal ini terlihat dari variabel ibu yang tidak punya KMS dimana

    korelasi variabel ini dengan faktor 1 sebesar 0,594, sedangkan dengan faktor 2 sebesar -0,532

    (tanda negative hanya menunjukkan arah korelasi), sehingga kita sulit untuk memutuskan

    apakah variabel ibu tidak punya KMS dimasukkan ke faktor 1 atau faktor 2. Tiap faktor belum

    dapat diinterpretasikan dengan jelas sehingga perlu dilakukan rotasi dengan metode varimax.

    Rotasi varimax adalah rotasi orthogonal yang membuat jumlah varian faktor loading

  • dalam masing-masing faktor akan menjadi maksimum, dimana nantinya peubah asal

    hanya akan mempunyai korelasi yang tinggi dan kuat dengan faktor tertentu saja

    (korelasinya mendekati 1) dan tentunya memiliki korelasi yang lemah dengan faktor

    yang lainnya (korelasinya mendekati 0). Hal yang demikian belum tercapai pada table

    component matrix diatas.

    7. Rotated Component Matrix

    Setelah dilakukan rotasi faktor dengan metode varimax, diperoleh table seperti yang tertera di

    atas yaitu Rotated Component Matrix. Terdapat perbedaan nilai korelasi variabel dengan

    setiap faktor sebelum dan sesudah dilakukan rotasi varimax. Terlihat bahwa loading faktor

    yang dirotasi telah memberikan arti sebagaimana yang diharapkan dan setiap faktor sudah

    dapat diinterpretasikan dengan jelas. Terlihat pula bahwa setiap variabel hanya berkorelasi kuat

    dengan salah satu faktor saja (tidak ada variabel yang korelasinya < 0,5 di ketiga faktor).

    Dengan demikian, lebih tepat digunakan loading faktor yang telah dirotasi sebab setiap faktor

    sudah dapat menjelaskan keragaman variabel awal dengan tepat dan hasilnya adalah sebagai

    berikut

    1. Faktor 1 , beberapa variabel yang memiliki korelasi yang kuat dengan faktor 1

    , yaitu variabel ibu yang mengakses radio, ibu yang mengakses TV, ibu yang

    tidak punya KMS, dan bapak yang pendidikannya SD ke bawah.

  • 2. Faktor 2, terdapat beberapa variabel yang memiliki korelasi yang kuat dengan

    faktor 2 , yaitu variabel ibu yang tinggal di desa, ibu yang mengakses koran, ibu

    yang bekerja dan urutan anak.

    3. Faktor 3, dalam faktor ini tiga variabel yang memiliki korelasi yang kuat dengan

    faktor 3, yaitu variabel ibu yang pendidikannya SD ke bawah.

    8. Component Transformation Matrix

    Tabel Component Transformation Matrix berfungsi untuk menunjukkan apakah faktor

    faktor yang terbentuk sudah tidak memiliki korelasi lagi satu sama lain atau orthogonal. Bila

    dilihat dari table Component Transformation Matrix, nilai nilai korelasi yang terdapat

    pada diagonal utama berada di atas 0,5 yaitu -0,697;0,757;0,934. Hal ini menunjukkan bahwa

    ketiga faktor yang terbentuk sudah tepat karena memiliki korelasi yang tinggi pada diagonal

    diagonal utamanya.

    KESIMPULAN

    Berdasarkan hasil analisis faktor terbentuk tiga faktor/peubah dominan yang mempengaruhi

    ketidaklengkapan imunisasi anak usia 12-23 bulan.

    Faktor dominan 1 adalah faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu yang

    berasal dari media massa yang murah dan mudah dijangkau, dan pendidikan ayah yang

    rendah

    Faktor dominan 2 adalah faktor yang berhubungan dengan pengetahuan ibu yang

    berasala dari televisi, aktivitas atau kesibukan ibu, tempat tinggal ibu dan jumlah anak.

    Faktor dominan 3 adalah pendidikan ibu yang rendah.