Tutorial Bu Sri 22-07-14
-
Upload
erlinda-nerini -
Category
Documents
-
view
17 -
download
1
description
Transcript of Tutorial Bu Sri 22-07-14
TUTORIAL KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi salah satu syarat dalam menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter bagian Ilmu Kesehatan Anak
Di Rumah Sakit Islam Sultan Agung
Pembimbing:dr. Sri Priyantini, Sp.A.
FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG2014
BAB ILAPORAN KASUS STATUS PASIEN
A. IDENTITAS PENDERITANama Penderita : An. AUmur : 5 tahun 2 bulanJenis Kelamin : Laki-lakiPendidikan : -Agama : IslamSuku : JawaAlamat : desa njetak RT : 2/4 Wedung Demak Nama Ayah : Tn. SUmur : 33 tahunPekerjaan : SwastaNama Ibu : Ny. YUmur : 30 tahunPekerjaan : SwastaBangsal : Baitunnisa IMasuk RS : 17 Juli 2014
B. DATA DASARAlloanamnesis dengan Ibu penderita dilakukan pada tanggal 17 Juli 2014 di ruang
Baitunnisa I dan didukung dengan catatan medis Keluhan Utama : demam Riwayat Penyakit Sekarang
- Sejak 5 hari pasien mengeluh panas terus menerus . Kemudian diperiksakan ke dokter umum, diberi penurun panas. Panas kembali turun kemudian naik lagi. Pasien juga merasakan nyeri otot dan nyeri sendi
- Pasien juga merasakan mual, muntah 1 x berupa makanan, pasien merasa lemas. Batuk (-)pilek (-) setiap diberi makan oleh orang tua terjadi muntah.
- Tidak ada bercak kemerahan dikulit, tidak ada perdarahan gusi, tidak ada mimisan.
- Pasien mengeluh belum BAB selama 2 hari, BAK normal.
- Keluhan dirasakan pasien semakin berat sehingga pasien dibawa oleh orang tua nya ke IGD RSI Sultan Agung Semarang.
Riwayat Penyakit DahuluPasien sudah sering mengalami sesak nafas sejak berusia 1 tahun.Penyakit yang pernah diderita anak
Faringitis : pernah Enteritis : disangkalBronkitis : disangkal Disentri basiler : disangkal
Pneumonia : disangkal Disentri amoeba : disangkalMorbili : disangkal Thyp. Abdominalis : usia 5 bulanPertusis : disangkal Cacingan : disangkalVaricella : disangkal Operasi : disangkalDifteri : disangkal Trauma : disangkalMalaria : disangkal Reaksi obat/ alergi : disangkalPolio : disangkal
Riwayat Penyakit KeluargaTidak ada keluarga yang menderita penyakit ini sebelumnya.
Riwayat Sosial EkonomiPasien tinggal bersama kedua orang tuanya. Biaya perawatan oleh asuransi. Kesan ekonomi : cukup
C. DATA KHUSUS1. Riwayat Perinatal
Anak laki-laki lahir dari ibu P1A0 hamil 39 minggu, antenatal care teratur, penyakit kehamilan tidak ada, masa gestasi cukup bulan, lahir di rumah sakit, cara persalinan spontan, anak lahir langsung menangis dan warna kemerahan. Berat badan lahir 3100 gram.
2. Riwayat Makan – Minum Anak diberikan ASI dan tambahan susu formula sejak lahir sampai usia 6 bulan. Umur 7-8 bulan selain ASI dan susu formula, mendapat makanan pendamping berupa bubur susu, umur 8 bulan mendapat makanan pendamping berupa nasi tim dan sayur. Umur 1 tahun hingga sekarang mulai mendapat makanan orang dewasa (nasi, lauk, sayur dan buah). Anak makan 3-4 kali sehari.Kesan : Kualitas dan kuantitas diit baik
3. Riwayat Imunisasi Dasar dan UlangNo Imunisasi Berapa Kali Umur1. BCG 1x 1 bulan (scar (+) di lengan
kanan atas)2. DPT 3x 2,4,6 bulan3. Polio 4x 0,2,4,6 bulan4. Hepatitis B 3x 0,1,6 bulan5. Campak 1x 9 bulan6. MMR - -7. HIB - -8. Tifus Abdominalis - -9. Cacar Air - -
Kesan : Imunisasi dasar lengkap
4. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan- Tersenyum : 2 bulan- Miring dan tengkurap : 3 bulan- Duduk tanpa berpegangan : 7 bulan- Berdiri berpegangan : 9 bulan- Berjalan : 14 bulanKesan pertumbuhan dan perkembangan sesuai dengan usia.
D. PEMERIKSAAN FISIKDilakukan pada tanggal 23 Mei 2014 Umur : 5 tahun 3 bulan Berat badan : 14 kg Panjang Badan : 85 cm Tekanan Darah : 90/60 mmHg Nadi : 128 x/menit regular (isi dan tegangan cukup) Frekuensi Pernafasan : 24 kali/menit Suhu : 36,5 oC (axilla)KEADAAN UMUM : Tampak sakit ringan, sadar, rewelKULIT : Sianosis (-), ikterus (-), edema (-), turgor kembali
lambat (-)KEPALA : mesocephale, UUB menutup.MATA : pupil isokor (3mm/3mm), reflek cahaya (+/+),
konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), strabismus (-/-), cekung (-/-)
HIDUNG : nafas cuping (-), sekret (-/-).TELINGA : discharge (-/-)MULUT : bibir sianosis (-), bibir kering (-), lidah kotor (-)FARING : hiperemis (-)LEHER : simetris, kaku kuduk (-), pembesaran kelenjar getah
bening (-/-)THORAXParu-paru :
Inspeksi : bentuk normal, hemithorax dextra dan sinistra simetris, retraksi (-)Palpasi : stem fremitus sulit dinilaiPerkusi : sonor di seluruh lapangan paruAuskultasi : suara dasar vesikuler, ronkhi basah halus nyaring (-)
Jantung :Inspeksi : ictus cordis tidak tampakPalpasi : ictus cordis teraba tidak kuat angkat
Perkusi : batas jantung sulit dinilaiAuskultasi : bunyi jantung I dan II reguler normal, suara tambahan (-)
ABDOMEN :Inspeksi : cembungAuskultasi : bising usus (+) Perkusi : timpaniPalpasi : supel, nyeri tekan (-), defense muscular (-)
Hati : tidak terabaLimpa : tidak teraba
EKSTREMITASSuperior Inferior
Akral dinginAkral sianosisOedemCapillary refill
-/--/--/-< 2 detik/< 2detik
-/--/--/-< 2 detik/< 2detik
GENITALIA : Laki-laki, dalam batas normalANORECTAL : dalam batas normal, perianal kemerahan (-)
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan laboratorium tanggal 17 – 20 Juli 2014
Pemeriksaan Satuan Nilai Normal
Tgl 17-07-14
Tgl 18-07-14
Tgl 19-07-14
Tgl 20-07-14
HEMATOLOGI
Hemoglobin g/dl 11,7-15,5 13 11,7 11,9 11,8
Hematokrit % 33-45 36,3 33,1 34 33,9
Leukosit ribu/uL 3,6-11,0 12,7 6,1 5,1 7,3
Trombosit ribu/uL 150-440 45 34 59 142
IgM salmonella
+4
Pemeriksaan X-foto thorax pada tanggal 17 Mei 2014. Hasil Pemeriksaan:
- Cor : tidak membesar- Pulmo : corakan bronkovaskular meningkat, tampak bercak pada perihiler kanan
kiri- Tampak kesuraman homogen pada hemithorax kanan bagian lateral.- Diafragma kanan setinggi kosta 8 posterior , sinus kostofrenikus kanan tumpul,
kiri baik. Kesan:- Cor : tidak membesar- Pulmo : infiltrate pada pada perihiler kanan kiri- Efusi pleura kanan PEI = 17,24
F. PEMERIKSAAN STATUS GIZI ( Z SCORE ) :Diketahui:Umur 5 tahun BB : 14 kgTB : 104 cmWAZ = (14 – 19,2) : 2,6 = -2,0 SD (normal)HAZ = (104 – 130,4 ) : 5,5 = -4,8 (sangat pendek)WHZ = (14– 16,9) : 1.5 = -1,9(normal)Kesan : Gizi baik
G. ASSESSMENT1. Demam dengue 2. Gizi baik
H. INITIAL PLANS1. Assesment : Bronkopneumonia
DD : BronkiolitisAspirasi pneumonia
IPDx : S : -O : Darah rutin, kultur sputum
IP Rx : Infus RL o Kebutuhan cairan rumatan:
10 x 100cc = 1000 cc/hari2 x 50cc = 100cc/hariTotal kebutuhan cairan: 1200cc/hari
o Banyaknya tetes per menit:1200× 1524 ×60
=180001440
=12,5tpm → 13 tpm
Paracetamol 10mg/kgbb/kali diberikan 6 jam sekaliAmoksisilin 20mg/KgBB/hari diberikan 8 jam sekaliSalbutamol 0,05mg/KgBB/kali diberikan 8 jam sekali
IP Mx : Evaluasi KU dan TTV ,ulang darah rutin ( Hb, Ht, leuko,Trombo) IP Ex :
2. Assesment : Gizi baikDD : Gizi lebih
Gizi baik IPDx : S:-
O:- IP Tx : - IP Mx : Keadaan umum pasien, Penambahan BB&TB IP Ex : Asupan makanan yang bergizi seimbang
Jangan mengkonsumsi makanan di sembarang tempat Menjaga kebersihan diri dan lingkungan Olah raga yang teratur Menimbang berat badan secara rutin
PERJALANAN PERAWATANWaktu Hari ke-1 perawatan Hari ke-2 perawatan Hari ke-3 perawatan Hari ke-4 perawatan Hari ke-5 perawatan Hari ke-6 perawatan
Tanggal 22 Mei 2014 23 Mei 2014 24 Mei 2014 25 Mei 2014 26 Mei 2014 27 Mei 2014Keluhan Panas 4 hari, batuk (+),
pilek (+), sesak 3 hariPanas (+), sesak (+) Sesak (+), belum mau
makanPanas (+) Panas (+)
Keadaan Umum
Compos mentis, cukup, rewel, tampak gizi cukup
Compos mentis, cukup, rewel, tampak gizi cukup
Compos mentis, cukup, rewel, tampak gizi cukup
Compos mentis, cukup, rewel, tampak gizi cukup
Compos mentis, cukup, tampak gizi cukup
Compos mentis, cukup, tampak gizi cukup
TTV : NadiRRSuhu
110x/mnt isi cukup32x/mnt37,2C(axilla)
136x/mnt isi cukup34x/mnt38,6C(axilla)
120x/mnt isi cukup26x/mnt37,4C(axilla)
120x/mnt isi cukup24 x / mnt38,2C(axilla)
120x/mnt isi cukup24 x / mnt37,8C(axilla)
100x/mnt isi cukup30 x / mnt37,2C(axilla)
Assesment - Bronkopneumonia - Asma
- Bronkopneumonia - Asma
- Bronkopneumonia - Asma
- Bronkopneumonia - Asma
- Bronkopneumonia - Asma
- Bronkopneumonia - Asma
Terapi Infus KAEN 2A ½ NInjcefotaxime 3x250 mgInj amikasin 2x250 mgInj metil prednisolon 2x18,5mg
Per os:Paracetamol syr 3x1cthVastrin syr 3x3/4cthAtarox syr 3x3/4cthIsprinol syr 3x1cth
Nebule:Flexotide 1ABricasma 1ABisolvon 15 tetesDiberikan 2 kali sehari
Infus KAEN 2A ½ NInjcefotaxime 3x250 mgInj amikasin 2x250 mgInj metil prednisolon 2x18,5mg
Per os:Paracetamol syr 3x1cthVastrin syr 3x3/4cthAtarox syr 3x3/4cthIsprinol syr 3x1cth
Nebule:Flexotide 1ABricasma 1ABisolvon 15 tetesDiberikan 2 kali sehari
Infus KAEN 2A ½ NInjcefotaxime 3x250 mgInj amikasin 2x250 mgInj metil prednisolon 2x18,5mg
Per os:Paracetamol syr 3x1cthVastrin syr 3x3/4cthAtarox syr 3x3/4cthIsprinol syr 3x1cth
Nebule:Flexotide 1ABricasma 1ABisolvon 15 tetesDiberikan 2 kali sehari
Fisioterapi:Postural drainageTepottage vibrasi
Infus KAEN 2A ½ NInjcefotaxime 3x250 mgInj amikasin 2x250 mgInj metil prednisolon 2x18,5mg
Per os:Paracetamol syr 3x1cthVastrin syr 3x3/4cthAtarox syr 3x3/4cthIsprinol syr 3x1cth
Nebule:Flexotide 1ABricasma 1ABisolvon 15 tetesDiberikan 2 kali sehari
Fisioterapi:Postural drainageTepottage vibrasi
Infus KAEN 2A ½ NInjcefotaxime 3x250 mgInj amikasin 2x250 mgInj metil prednisolon 2x18,5mg
Per os:Paracetamol syr 3x1cthVastrin syr 3x3/4cthAtarox syr 3x3/4cthIsprinol syr 3x1cth
Nebule:Flexotide 1ABricasma 1ABisolvon 15 tetesDiberikan 2 kali sehari
Fisioterapi:Postural drainageTepottage vibrasi
Program Evaluasi KU dan TTV Evaluasi KU dan TTV Evaluasi KU dan TTV Evaluasi KU dan TTV Evaluasi KU dan TTV Motivasi untuk banyak minum, kontrol ke dokter
BAB IITINJAUAN PUSTAKA
A. DefinisiBronkopneumonia adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa
lobus paru-paru yang ditandai dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda asing.
B. EtiologiPenyebab bronkopneumonia yang biasa dijumpai adalah : Faktor Infeksi
- Pada neonatus : Streptokokus grup B, Respiratory Sincytial Virus (RSV).- Pada bayi :
Virus : Virus parainfluensa, virus influenza, Adenovirus, RSV, Cytomegalovirus.
Organisme atipikal : Chlamidia trachomatis, Pneumocytis. Bakteri : Streptokokus pneumoni, Haemofilus influenza,
Mycobacterium tuberculosa, B. pertusis.- Pada anak-anak :
Virus : Parainfluensa, Influensa Virus, Adenovirus, RSP Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia Bakteri : Pneumokokus, Mycobakterium tuberculosa.
- Pada anak besar – dewasa muda : Organisme atipikal : Mycoplasma pneumonia, C. Trachomatis Bakteri : Pneumokokus, B. Pertusis, M. tuberculosis.
Faktor Non Infeksi.Terjadi akibat disfungsi menelan atau refluks esophagus meliputi :- Bronkopneumonia hidrokarbon :
Terjadi oleh karena aspirasi selama penelanan muntah atau sonde lambung (zat hidrokarbon seperti pelitur, minyak tanah dan bensin).
- Bronkopneumonia lipoid :Terjadi akibat pemasukan obat yang mengandung minyak secara intranasal,
termasuk jeli petroleum. Setiap keadaan yang mengganggu mekanisme menelan seperti latoskizis,pemberian makanan dengan posisi horizontal, atau pemaksaan pemberian makanan seperti minyak ikan pada anak yang sedang menangis. Keparahan penyakit tergantung pada jenis minyak yang terinhalasi. Jenis minyak binatang yang mengandung asam lemak tinggi bersifat paling merusak contohnya seperti susu dan minyak ikan.
Selain faktor di atas, daya tahan tubuh sangat berpengaruh untuk terjadinya Bronkopneumonia. Menurut sistem imun pada penderita-penderita penyakit
yang berat seperti AIDS dan respon imunitas yang belum berkembang pada bayi dan anak, malnutrisi energy protein (MEP), penyakit menahun, pengobatan antibiotik yang tidak sempurna merupakan faktor predisposisi terjadinya penyakit ini.
C. Klasifikasi PneumoniaPembagian pneumonia sendiri pada dasarnya tidak ada yang memuaskan, dan pada umumnya pembagian berdasarkan anatomi dan etiologi. Beberapa ahli telah membuktikan bahwa pembagian pneumonia berdasarkan etiologi terbukti secara klinis dan memberikan terapi yang lebih relevan.Pembagian secara anatomis : Pneumonia lobaris Pneumonia lobularis (bronkopneumonia) Pneumonia interstisialis (bronkiolitis) Pembagian secara etiologi : Bakteri : Pneumococcus pneumonia, Streptococcus pneumonia, Staphylococcus
pneumonia, Haemofilus influenzae. Virus : Respiratory Synctitial virus, Parainfluenzae virus, Adenovirus Jamur : Candida, Aspergillus, Mucor, Histoplasmosis, Coccidiomycosis,
Blastomycosis, Cryptoccosis. Corpus alienum Aspirasi Pneumonia hipostatik
D. PatogenesisDalam keadaan sehat pada paru tidak akan terjadi pertumbuhan mikroorganisme,
keadaan ini disebabkan oleh adanya mekanisme pertahanan paru. Terdapatnya bakteri di dalam paru merupakan ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh, sehingga mikroorganisme dapat berkembang biak dan berakibat timbulnya infeksi penyakit. Masuknya mikroorganisme ke dalam saluran nafas dan paru dapat melalui berbagai cara, antara lain :Inhalasi langsung dari udaraAspirasi dari bahan-bahan yang ada di nasofaring dan orofaring Perluasan langsung dari tempat-tempat lain Penyebaran secara hematogen Mekanisme daya tahan traktus respiratorius bagian bawah sangat efisien untuk mencegah infeksi yang terdiri dari : Susunan anatomis rongga hidung Jaringan limfoid di nasofaring Bulu getar yang meliputi sebagian besar epitel traktus respiratorius dan sekret lain yang dikeluarkan oleh sel epitel tersebut. Refleks batuk. Refleks epiglotis yang mencegah terjadinya aspirasi sekret yang terinfeksi. Drainase sistem limfatis dan fungsi menyaring kelenjar limfe regional. Fagositosis aksi limfosit dan respon imunohumoral terutama dari Ig A. Sekresi enzim – enzim dari sel-sel yang melapisi trakeo-bronkial yang bekerja sebagai antimikroba yang non spesifik. Bila pertahanan tubuh tidak kuat maka mikroorganisme dapat melalui jalan nafas sampai ke alveoli yang menyebabkan
radang pada dinding alveoli dan jaringan sekitarnya. Setelah itu mikroorganisme tiba di alveoli membentuk suatu proses peradangan yang meliputi empat stadium, yaitu : A. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti) Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi.
Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan. Mediator-mediator tersebut mencakup histamin dan prostaglandin. Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen. Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin. B. Stadium II (48 jam berikutnya) Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan bertambah sesak, stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48 jam. C. Stadium III (3 – 8 hari) Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat kelabu dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti. D.
Stadium IV (7 – 11 hari) Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
E. Gambaran KlinisBronkopneumonia biasanya didahului oleh infeksi saluran nafas bagian atas
selama beberapa hari. Suhu dapat naik secara mendadak sampai 39-40˚C dan mungkin disertai kejang karena demam yang tinggi. Anak sangat gelisah, dispnea, pernafasan cepat dan dangkal disertai pernafasan cuping hidung dan sianosis di sekitar hidung dan mulut. Batuk biasanya tidak dijumpai pada awal penyakit,anak akan mendapat batuk setelah beberapa hari, di mana pada awalnya berupa batuk kering kemudian menjadi produktif.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan : Inspeksi : pernafasan cuping hidung (+), sianosis sekitar hidung dan mulut, retraksi sela iga. Palpasi : Stem fremitus yang meningkat pada sisi yang sakit. Perkusi : Sonor memendek sampai beda Auskultasi : Suara pernafasan mengeras (vesikuler mengeras) disertai ronki basah gelembung halus sampai sedang.
Pada bronkopneumonia, hasil pemeriksaan fisik tergantung pada luasnya daerah yang terkena.Pada perkusi toraks sering tidak dijumpai adanya kelainan.Pada auskultasi mungkin hanya terdengar ronki basah gelembung halus sampai sedang. Bila sarang bronkopneumonia menjadi satu ( konfluens ) mungkin pada perkusi terdengar suara yang meredup dan suara pernafasan pada auskultasi terdengar mengeras. Pada stadium resolusi ronki dapat terdengar lagi.Tanpa pengobatan biasanya proses penyembuhan dapat terjadi antara 2-3 minggu.
F. Pemeriksaan laboratoriuma. Gambaran darah menunjukkan leukositosis, biasanya 15.000 – 40.000/ mm3
dengan pergeseran ke kiri. Jumlah leukosit yang tidak meningkat berhubungan
dengan infeksi virus atau mycoplasma.
b. Nilai Hb biasanya tetap normal atau sedikit menurun
c. Sinar x : mengidentifikasi distribusi struktural; dapat juga menyatakan abses
luas/infiltrat, empiema(stapilococcus); infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial); atau penyebaran /perluasan infiltrat nodul (virus). Pneumonia
mikoplasma sinar x dada mungkin bersih.
d. Analisa gas darah( AGDA ) menunjukkan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada
stadium lanjut dapat terjadi asidosis metabolik.
e. Pemeriksaan gram/kultur sputum dan darah : diambil dengan biopsi jarum,
aspirasi transtrakeal, bronkoskopifiberotik atau biopsi pembukaan paru untuk
mengatasi organisme penyebab. Kultur dahak dapat positif pada 20 – 50%
penderita yang tidak diobati.
f. JDL : leukositosis biasanya ada, meski sel darah putih rendah terjadi pada
infeksi virus, kondisi tekanan imun memungkinkan berkembangnya pneumonia
bakterial.
g. Pemeriksaan serologi : titer virus atu legionella, aglutinin dingin.
h. LED : meningkat
i. Pemeriksaan fungsi paru : volume mungkin menurun (kongesti dan kolaps
alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain menurun,
hipoksemia.
j. Elektrolit : natrium dan klorida mungkin rendah
k. Bilirubin : mungkin meningkat
l. Aspirasi perkutan/biopsi jaringan paru terbuka :menyatakan intranuklear tipikal
dan keterlibatan sitoplasmik (CMV).
G. DiagnosisDiagnosis ditegakkan berdasarkan riwayat penyakit dan pemeriksaan fisik yang
sesuai dengan gejala dan tanda yang diuraikan sebelumnya disertai pemeriksaan
penunjang. Pada bronkopneumonia, bercak-bercak infiltrat didapati pada satu atau
beberapa lobus. Foto rontgen dapat juga menunjukkan adanya komplikasi seperti
pleuritis, atelektasis, abses paru, pneumotoraks atau perikarditis. Gambaran ke arah
sel polimorfonuklear juga dapat dijumpai. Pada bayi-bayi kecil jumlah leukosit dapat
berada dalam batas yang normal. Kadar hemoglobin biasanya normal atau sedikit
menurun.
Diagnosis etiologi dibuat berdasarkan pemeriksaan mikrobiologi serologi, karena
pemeriksaan mikrobiologi tidak mudah dilakukan dan bila dapat dilakukan kuman
penyebab tidak selalu dapat ditemukan. Oleh karena itu WHO mengajukan pedoman
diagnosa dan tata laksana yang lebih sederhana. Berdasarkan pedoman tersebut
bronkopneumonia dibedakan berdasarkan :
Bronkopneumonia sangat berat :
Bila terjadi sianosis sentral dan anak tidak sanggup minum,maka anak harus
dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
Bronkopneumonia berat :
Bila dijumpai adanya retraksi, tanpa sianosis dan masih sanggup minum,maka
anak harus dirawat di rumah sakit dan diberi antibiotika.
Bronkopneumonia :
Bila tidak ada retraksi tetapi dijumpai pernafasan yang cepat :
> 60 x/menit pada anak usia < 2 bulan
> 50 x/menit pada anak usia 2 bulan – 1 tahun
> 40 x/menit pada anak usia 1 - 5 tahun.
Bukan bronkopenumonia :
Hanya batuk tanpa adanya tanda dan gejala seperti diatas, tidak perlu dirawat
dan tidak perlu diberi antibiotika. Diagnosis pasti dilakukan dengan identifikasi
kuman penyebab:
1. Kultur sputum atau bilasan cairan lambung
2. Kultur nasofaring atau kultur tenggorokan (throat swab), terutama virus
3. Deteksi antigen bakteri
H. Komplikasi Otitis media Bronkiektase Abses paru Empiema
I. Tata LaksanaSebaiknya pengobatan diberikan berdasarkan etiologi dan uji resistensi tetapi hal
ini tidak dapat selalu dilakukan dan memakan waktu yang cukup lama, maka dalam praktek diberikan pengobatan polifarmasi maka yang biasanya diberikan:a. Penisilin 50.000 U/kgBB/hari,ditambah dengan kloramfenikol 50-70
mg/kgBB/hari atau diberikan antibiotik yang mempunyai spektrum luas seperti ampisilin. Pengobatan ini diteruskan sampai bebas demam 4-5 hari.
b. Pemberian oksigen dan cairan intravena, biasanya diperlukan campuran glukose 5% dan Nacl 0.9% dalam perbandingan 3:1 ditambah larutan KCL 10 mEq/500 ml/botol infus.
c. Karena sebagian besar pasien jatuh kedalam asidosis metabolik akibat kurang makan dapat diberikan koreksi sesuai denagn hasil analisa gas darah arteri.
d. Pasien bronkopnemonia ringan tidak usah dirawat dirumah sakit.
BAB IIIPEMBAHASAN
Pada pasien An. D yang berusia 2 tahun 6 bulan didiagnosa bronkopnrumonia adalah kurang tepat, karena dari anamnesa awal ditemukan data-data yang dapat mengarah pada diagnosa bronkopnrumonia, antara lain : sesak nafas disertai dengan pernafasan cuping hidung dan tarikan dinding dada, demam, ronkhi basah, dan terdapat infiltrat pada gambaran foto thorax.
Pada pemeriksaan penunjang, pemeriksaan darah rutin hematokrit dan trombosit. Hasil yang didapat pada pemeriksaan yaitu hematokritnya 31,5 % , trombositnya 449000/ml (N =150000-450000).
Penatalaksanaan yang diberikan berupa cairan dan medikamentosa sudah sesuai teori yang ada. Selama pasien dirumah sakit, yang perlu dimonitoring keadaan umum, dan tanda-tanda vital.
NB:Anamnesis: batuk, sesak nafasPF: nafas cuping hidung, retraksi dinding dada,PP: X foto: bercak2 di pulmoISPA
BAB IVKESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULANPada pasien An. D yang berusia 2 tahun 6 bulan didiagnosa bronkopnrumonia karena
dari hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratoris terdapat tanda-tanda yang termasuk kriteria diagnosis bronkopneumonia. Terapi yang meliputi aspek cairan dan medikamentosa sudah sesuai.
SARAN1. Menjaga daya tahan tubuh tetap prima 2. Makan makanan bergizi dan teratur 3. Menjaga kebersihan diri dan lingkungan4. Beristirahat yang cukup
Untuk mengurangi kemungkinan terinfeksi dapat melakukan pencegahan dengan cara: 1. Vaksinasi Pneumokokus2. Vaksinasi H. influenza3. Vaksinasi Varisela yang dianjurkan pada anak dengan daya tahan tubuh rendah4. Vaksin influenza yang diberikan pada anak sebelum anak sakit.