Tut 2

5
Analisis SWOT Analisis Data / Faktor / Kajian Eksterna dan Interna Analisis Eksterna : Lingkungan, masyarakat, asuransi kesehatan yang diajak bekerja sama, persaingan antar rumah sakit Di skenario 4 lebih ke Analisis Internal: ANALISIS INTERNA Analisis internal bertujuan untuk menilai kekuatan STRENGHT dan kelemahan WEAKNESS rumah sakit. Dalam menilai keadaan internal untuk menghasilkan analisis berupa kekuatan dan kelemahan, dapat dilakukan dengan mengamati kultur organisasi dan berbagai subsistem seperti subsistem klinik, keuangan, manajemen umum, administrasi, pemasaran, fasilitas fisik, informasi. Pada tiap pengamatan akan dilakukan perumusan kekuatan maupun kelemahan. Subsistem klinik merupakan kegiatan inti rumah sakit. Dalam subsistem ini bekerja para tenaga kesehatan seperti dokter, dokter spesialis, perawat, ahli farmasi, ahli gizi, dan berbagia jenis profesi lain. Subsistem klinik merupakan dunia yang rumit dengan cabang-cabang ilmu kedokteran dan perawatan yang cepat berkembang teknologinya. Di samping itu, faktor tersedianya peralatan dan teknologi kedokteran yang dipakai mempengaruhi proses subsistem klinik. Kekuatan dan kelemahan subsistem klinik dapat diamati dengan berbagai cara misalnya, menggunakan analisis input tenaga, peralatan, fasilitas, mutu proses pelayanan, hasil pencapaian, hingga pada nilai akreditasi berdasarkan pengukuran pihak luar. Kekuatan dan kelemahan subsistem klinik dapat dibandingkan dengan standar, nilai akreditasi yang diharapkan, sampai pada perbandingan dengan rumah sakit pesaing. Subsistem keuangan dapat dinilai dari kekuatan atau kelemahan sistem keuangan yang dipergunakan, keadaan staf keuangan, model akuntansi yang digunakan, peralatan yang dipakai hingga pada kemampuan teknis mendeteksi kebocoran-kebocoran dalam sumber keuangan, juga kemampuan proses pembayaran pasien secara cepat dan tepat. Subsistem Manajemen Umum mencakup keadaan rumah sakit dalam melakukan perencanaan program dan penganggaran, pelaksanaan kegiatan, dan sistem pengendalian kegiatan. Subsistem fasilitas fisik mencakup letak rumah sakit, keadaan bangunan, pembuangan limbah, tersedianya fasilitas-fasilitas fisik seperti parkir, taman, ruang tunggu yang nyaman, kafetaria yang bersih, musholla atau tempat sembahyang, dan berbagai hal lain. Subsistem Pemasaran merupakan aspek internal yang relatif baru untuk rumah sakit. Rumah sakit dalam situasi yang kompetitif perlu mempunyai untui

description

Tut 2

Transcript of Tut 2

Analisis SWOTAnalisis Data / Faktor / Kajian Eksterna dan InternaAnalisis Eksterna : Lingkungan, masyarakat, asuransi kesehatan yang diajak bekerja sama, persaingan antar rumah sakitDi skenario 4 lebih ke Analisis Internal:ANALISIS INTERNAAnalisis internal bertujuan untuk menilai kekuatan STRENGHT dan kelemahan WEAKNESS rumah sakit.Dalam menilai keadaan internal untuk menghasilkan analisis berupa kekuatan dan kelemahan, dapat dilakukan dengan mengamati kultur organisasi dan berbagai subsistem seperti subsistem klinik, keuangan, manajemen umum, administrasi, pemasaran, fasilitas fisik, informasi. Pada tiap pengamatan akan dilakukan perumusan kekuatan maupun kelemahan.

Subsistem klinik merupakan kegiatan inti rumah sakit. Dalam subsistem ini bekerja para tenaga kesehatan seperti dokter, dokter spesialis, perawat, ahli farmasi, ahli gizi, dan berbagia jenis profesi lain. Subsistem klinik merupakan dunia yang rumit dengan cabang-cabang ilmu kedokteran dan perawatan yang cepat berkembang teknologinya. Di samping itu, faktor tersedianya peralatan dan teknologi kedokteran yang dipakai mempengaruhi proses subsistem klinik. Kekuatan dan kelemahan subsistem klinik dapat diamati dengan berbagai cara misalnya, menggunakan analisis input tenaga, peralatan, fasilitas, mutu proses pelayanan, hasil pencapaian, hingga pada nilai akreditasi berdasarkan pengukuran pihak luar. Kekuatan dan kelemahan subsistem klinik dapat dibandingkan dengan standar, nilai akreditasi yang diharapkan, sampai pada perbandingan dengan rumah sakit pesaing.

Subsistem keuangan dapat dinilai dari kekuatan atau kelemahan sistem keuangan yang dipergunakan, keadaan staf keuangan, model akuntansi yang digunakan, peralatan yang dipakai hingga pada kemampuan teknis mendeteksi kebocoran-kebocoran dalam sumber keuangan, juga kemampuan proses pembayaran pasien secara cepat dan tepat. Subsistem Manajemen Umum mencakup keadaan rumah sakit dalam melakukan perencanaan program dan penganggaran, pelaksanaan kegiatan, dan sistem pengendalian kegiatan.

Subsistem fasilitas fisik mencakup letak rumah sakit, keadaan bangunan, pembuangan limbah, tersedianya fasilitas-fasilitas fisik seperti parkir, taman, ruang tunggu yang nyaman, kafetaria yang bersih, musholla atau tempat sembahyang, dan berbagai hal lain.

Subsistem Pemasaran merupakan aspek internal yang relatif baru untuk rumah sakit. Rumah sakit dalam situasi yang kompetitif perlu mempunyai untui pendukung untuk meningkatkan citra dan peran rumah sakit di masyarakat.

Subsistem Informasi merupakan fungsi penting agar berjalannya rumah sakit dapat efektif dan efisien.

Pernyataan misi, visi, pedoman nilai, dan tujuan perlu dikaji secara mendalam dengan analisis lingkungan eksternal dan internal rumah sakit. Pengkajian ini pada hakekatnya menilai apakah rumah sakit mempunyai kemampuan dan peluang untuk melaksanakan misinya. Sebagai konsekuensinya parapemimpin diharapkan memutuskan arah rumah sakit dan tindakan-tindakan yang perludilakukan. Hasil analisis lingkungan ini mungkin mempengaruhi kembali pernyataan misi dan visi. Dengan demikian, bukan keharusan bahwa pernyataan misi dan visi dilakukan sebelum analisis internal dan eksternal. Kemungkinan pernyataan visi dan misi akan diubah setelah melakukan analisis eksternal dan internal.

Menentukan perumusan hasil merupakan hal yang sulit karena membutuhkan kejujuran terhadap diri sendiri dan kemungkinan hal ini mengundang konflik internal. Oleh karena itu, peranan konsultan sering dibutuhkan dalam hal mengurangi kesulitan dan meningkatkan obyektivitas dalam penilaian. Di samping itu, konsultan yang baik dapat membandingkan keadan internal dengan standar yang berlaku.

WAKIL DIREKTUR RUMAH SAKIT A. Tugas dan Tanggung Jawab Khusus

Bertanggung jawab langsung bersama Direktur atau Pemilik Rumah Sakit (Direktur PT) Diangkat dan dipekerjakan langsung oleh Rumah Sakit / oleh Direktur PT. Bersama dengan Direktur mengangkat kepala bagian RS Wakil Direktur merupakan penanggung jawab penuh operasional manajemen Rumah sakit Membantu direktur membuat RPK (Rencana Pelaksanaan Kegiatan) Bertanggung jawab bersama direktur atas pelayanan, administrasi, keuangan, evaluasi, dan pelaporan meliputi pelaksanaan visi, misi, dan strategi kepada seluruh jajaran manajemen RS Memiliki wewenang penuh untuk memerintah dan mengarahkan bagian-bagian yang ada di rumah sakit Bertanggung jawab bersama direktur terhadap pembuatan rencana kegiatans emesteran dan tahunan dan pengawasan terhadap pelaksanaannya. Menetapkan bersama wakil direktur dalam usulan strategis untuk pengembangan rumah sakit sesuai dengan ilmu pengetahuan, Merancang sumber pendapatan dan belanja rumah sakit dibantu jajaran manajemen RS Bertanggung jawab bersama direktur terhadap kinerja, laporan-laporan pertanggung jawaban kerja terhadap bagian-bagian pelayanan di rumah sakit Bertanggung jawab bersama terhadap kemajuan, kelangsungan, keuangan, dan operasional rumah sakit secara menyeluruh Bertanggung jawab bersama direktur sebagai pengambil keputusan-keputusan strategis dalam rumah sakit (Decission Maker) Mampu menjalankan bersama direktur, menterjemahkan keinginan dan perintah dari pemilik Rumah Sakit / direktur PT serta mampu memadukan ide-ide pribadi yang akan menjadi operasional Rumah Sakit ke depan

Membuat laporan-laporan bersama direktur rutin pada pemilik dan membuat laporan pertanggung jawaban setiap periode, yang periodenya ditentukan oleh rumah dakit.

PEDOMAN TEKNIS BANGUNAN RUMAH SAKIT RUANG RAWAT INAP Dari Direktorat Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan Kementerian Kesehatan RIDenah. (a) Persyaratan umum. (1). Pengelompokan ruang berdasarkan kelompok aktivitas yang sejenis hingga tiap kegiatan tidak bercampur dan tidak membingungkan pemakai bangunan. (2) Perletakan ruangannya terutama secara keseluruhan perlu adanya hubungan antar ruang dengan skala prioritas yang diharuskan dekat dan sangat berhubungan/membutuhkan. (3) Akses pencapaian ke setiap blok/ruangan harus dapat dicapai dengan mudah. (4). Kecepatan bergerak merupakan salah satu kunci keberhasilan perancangan, sehingga blok unit sebaiknya sirkulasinya dibuat secara linier/lurus (memanjang) (5) Jumlah kebutuhan ruang harus disesuaikan dengan kebutuhan jumlah pasien yang akan ditampung. (6) Sinar matahari pagi sedapat mungkin masuk ke dalam ruangan. (7). Alur petugas dan pengunjung dipisah. (8) Besaran ruang dan kapasitas ruang harus dapat memenuhi persyaratan minimal

(b). Persyaratan khusus. (1) Tipe ruang rawat inap, terdiri dari : a) Ruang rawat inap 1 tempat tidur setiap kamar (VIP). b) Ruang rawat inap 2 tempat tidur setiap kamar (Kelas 1) c) Ruang rawat inap 4 tempat tidur setiap kamar (Kelas 2) d) Ruang rawat inap 6 tempat tidur atau lebih setiap kamar (kelas 3). (2). Khusus untuk pasien-pasien tertentu harus dipisahkan (Ruang Isolasi), seperti : a) Pasien yang menderita penyakit menular. b) Pasien dengan pengobatan yang menimbulkan bau (seperti penyakit tumor, ganggrein, diabetes, dan sebagainya). c) Pasien yang gaduh gelisah (mengeluarkan suara dalam ruangan). Keseluruhan ruang-ruang ini harus terlihat jelas dalam kebutuhan jumlah dan jenis pasien yang akan dirawat.

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 971/MENKES/PER/XI/2009 TENTANG STANDAR KOMPETENSI PEJABAT STRUKTURAL KESEHATAN

Kompetensi Wakil Direktur Pasal 11 (1) Wakil Direktur yang membidangi Pelayanan Medis Rumah Sakit yang menyelenggarakan pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya berlatar belakang pendidikan Dokter Spesialis atau Dokter dengan pendidikan Sarjana Strata 2 (dua) bidang kesehatan. (2) Wakil Direktur yang membidangi Pelayanan Medis Rumah Sakit yang tidak menyelenggarakan pendidikan profesi kedokteran, pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan lainnya berlatar belakang pendidikan tenaga medis dengan pendidikan Sarjana Strata 2 (dua) bidang kesehatan. (3) Wakil Direktur telah mengikuti pelatihan perumahsakitan meliputi Kepemimpinan, Kewirausahaan, Rencana Strategis Bisnis, Rencana Aksi Strategis, Rencana Implementasi dan Rencana Tahunan, Tatakelola Rumah Sakit, Standar Pelayanan Minimal, Sistem Akuntabilitas, Sistem Remunerasi Rumah Sakit, dan Pengelolaan Sumber Daya Manusia. (4) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus dipenuhi sebelum atau paling lama 1 (satu) tahun pertama setelah menduduki jabatan struktural. (5) Wakil Direktur diutamakan memiliki pengalaman jabatan paling singkat 3 (tiga) tahun di bidang pelayanan medik/ kesehatan.

Pasal 13 (1) Wakil Direktur Keuangan berlatar belakang pendidikan paling sedikit Sarjana Ekonomi atau Akuntansi. (2) Wakil Direktur Keuangan telah mengikuti pelatihan Rencana AksiStrategi, Rencana Implementation dan Rencana Tahunan, Laporan Pokok Keuangan, Akuntansi, Rencana Bisnis Anggaran, dan Sistem Informasi. (3) Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dipenuhi sebelum atau paling lama 1 (satu) tahun pertama setelah menduduki jabatan struktural. (4) Wakil Direktur Keuangan diutamakan memiliki pengalaman jabatan paling singkat 3 (tiga) tahun dalam bidang keuangan.

2004: