Tuna Daksa

17
1 BAB I KONSEP DASAR MEDIS A. DEFINISI Anak tuna daksa adalah anak yang mempunyai kelainan ortopedik atau salah satu bentuk berupa gangguan dari fungsi normal pada tulang, otot, dan persendian yang mungkin karena bawaan sejak lahir, penyakit atau kecelakaan, sehingga apabila mau bergerak atau berjalan memerlukan alat bantu. Tuna daksa adalah individu yang lahir dengan cacat fisik bawaan, kehilangan anggota badan, kelainan motorik karena kerusakan syaraf dan kekurangan yang menetap pada alat gerak sehingga untuk berhasilnya pendidikan mereka perlu mendapatkan perlakuan khusus. B. ETIOLOGI Ada beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada anak sehingga menjadi tunadaksa. Kerusakan tersebut ada yang terletak di jaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang, serta pada sistem musculus skeletal. Terdapat keragaman jenis tunadaksa, dan masing-masing timbulnya kerusakan berbeda-beda. Dilihat dari waktu

description

dsfds

Transcript of Tuna Daksa

DEMAM TIFOID

12

BAB IKONSEP DASAR MEDIS

A. DEFINISIAnak tuna daksa adalah anak yang mempunyai kelainan ortopedik atau salah satu bentuk berupa gangguan dari fungsi normal pada tulang, otot, dan persendian yang mungkin karena bawaan sejak lahir, penyakit atau kecelakaan, sehingga apabila mau bergerak atau berjalan memerlukan alat bantu. Tuna daksa adalah individu yang lahir dengan cacat fisik bawaan, kehilangan anggota badan, kelainan motorik karena kerusakan syaraf dan kekurangan yang menetap pada alat gerak sehingga untuk berhasilnya pendidikan mereka perlu mendapatkan perlakuan khusus.B. ETIOLOGIAda beberapa macam sebab yang dapat menimbulkan kerusakan pada anak sehingga menjadi tunadaksa. Kerusakan tersebut ada yang terletak di jaringan otak, jaringan sumsum tulang belakang, serta pada sistem musculus skeletal. Terdapat keragaman jenis tunadaksa, dan masing-masing timbulnya kerusakan berbeda-beda. Dilihat dari waktu terjadinya, kerusakan otak dapat terjadi pada masa sebelum lahir, saat lahir, dan sesudah lahir.1. Sebelum lahir (fase prenatal) Kerusakan terjadi pada saat bayi saat masih dalam kandungandisebabkan:a. Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu mengandung sehinggamenyerang otak bayi yang sedang dikandungnya.b. Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran terganggu, tali pusar tertekan, sehingga merusak pembentukan syaraf-syaraf di dalam otak.c. Bayi dalam kandungan terkena radiasi yang langsung mempengaruhi sistem syarat pusat sehingga struktur maupun fungsinya terganggu.

d. Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma yang dapat mengakibatkan terganggunya pembentukan sistem syaraf pusat. Misalnya, ibu jatuh dan perutnya terbentur dengan cukup keras dan secara kebetulan mengganggu kepala bayi, maka dapat merusak sistem syaraf pusat.2. Saat kelahiran (fase natal/perinatal)Hal-hal yang dapat menimbulkan kerusakan otak bayi pada saat bayi dilahirkan antara lain: a. Proses kelahiran yang terlalu lama karena tulang pinggang yang kecil padaibu sehingga bayi mengalami kekurangan oksigen. Hal ini kemudian menyebabkan terganggunya sistem metabolisme dalam otak bayi sehingga jaringan syaraf pusat mengalami kerusakan.

b. Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran yang mengalami kesulitan sehingga dapat merusak jaringan syaraf otak pada bayi.

c. Pemakaian anestesi yang melebihi ketentuan. Ibu yang melahirkan karena operasi dan menggunakan anestesi yang melebihi dosis dapat mempengaruhi sistem persyarafan otak bayi sehingga otak mengalami kelainan struktur ataupun fungsinya.

3. Setelah proses kelahiran (fase post natal)Fase setelah kelahiran adalah masa di mana bayi mulai dilahirkan sampai masa perkembangan otak dianggap selesai, yaitu pada usia lima tahun. Hal-hal yang dapat menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah:a. Kecelakaan/trauma kepala, amputasi.b. Infeksi penyakit yang menyerang otak.C. PATOFISIOLOGIInfeksi virus post natal mengakibatkan gangguan pada metabolisme tubuh, malformasi pada vaskuler atropi dan hilangnya neuron, stadium organisasi terjadi pada masa gestasi bulan ke 6 sampai beberapa tahun pascanatal. Gangguan pada stadium ini akan mengakibatkan translokasi genetik, gangguan metabolisme. Pada stadium ini terjadi proliferasi sd neuron, dan pembentukan selubung mialin, kelainan neuropatologik yang terjadi tergantung pada berat dan ringannya kerusakan , jadi kelainan neuropatologik yang terjadi sangat kompleks dan difus yang bisa mengenai korteks motorik traktus piramidalis daerah paraventnkuler ganglia basalis, batang otak dan serebelum. Anoksia serebri sering merupakan komplikasi perdarahan intraventrikuler dan subependim asfiksia perinatal sering ber- kombinasi dengan iskemi yang bisa menyebabkan nekrosis Kerniktrus secara klinis memberikan gambaran kuning pada seluruh tubuh dan akan menempati ganglia basalis, hipokampus, sel-sel nukleus batang otak; bisa menyebabkan cerebral palsy mengakibatkan kerusakan sistem saraf UMN sehingga terjadi penurungan koordinasi saraf motorik yang mengakibatkan kelumpuhan.D. MANIFESTASI KLINIKCiri-ciri anak tunadaksa :1. Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh 2. Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna,tidak lentur/tidak terkendali)3. Terdapat bagian angggota gerak yang tidak lengkap/tidak sempurna/lebihh kecil daribiasanya 4. Terdapat cacat pada alat gerak 5. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam 6. Kesulitan pada saat berdiri/berjalan/duduk, dan menunjukkan sikap tubuh tidaknormal7. Hiperaktif/tidak dapat tenangCiri-ciri fisik:1. Anak memiliki keterbatasan atau kekurangan dalam kesempurnaan tubuh. Misalnyatangannya putus, kakinya lumpuh atau layu, otot atau motoriknya kurang terkoordinasi dengan baik.Ciri-ciri mental:2. Anak memiliki kecerdasan normal bahkan ada yang sangat cerdas.3. Depresi, kemarahan dan rasa kecewa yang mendalam disertai dengan kedengkian dan permusuhan. Orang tersebut begitu susah dan frustasi atas cacat yang dialami4. Penyangkalan dan penerimaan, atau suatu keadaan emosi yang mencerminkan suatu pergumulan yang diakhiri dengan penyerahan. Ada saat-saat di mana individu tersebut menolak untuk mengakui realita cacat yang telah terjadi meskipun lambat laun ia akan menerimanya.5. Meminta dan menolak belas kasihan dari sesama. Ini adalah fase di mana individu tersebut mencoba menyesuaikan diri untuk dapat hidup dengan kondisinya yang sekarang. Ada saat-saat ia ingin tidak bergantung, ada saat-saat ia betul-betul membutuhkan bantuan sesamanya. Keseimbangan ini kadang-kadang sulit dicapaiE. PENATALAKSANAAN Terapi Untuk Tuna Daksa1. FisioterapiTerapi ini berguna untuk melatih otot-oto t bagian badan yang mengalami kelainan.2. Okupasi terapiBentuk usaha atau aktivitas bersifat fisik dan psikis denagn tujuan membantu penderita agar menjadi lebih kuat dari kondisi sebelunya melalui sejumlah aktivitas atau pekerjaan tertentu.3. Activities Daily Living(ADL)adalah latihan dengan berbagai kegiatan sehari-hari,dengan maksud untuk melatih pender itanya agar mampu melakukan gerakan atau perbuatan menurut keterbatasan fisiknya.4. Pemberian ProsteseDengan memberi perangkat tiruan untuk mengganti bagian-bagian yang hilang5. Perangkat OrthopediPerangkat yang berfungsi menguatkan bagian-bagian tubuh yang lemah atau layuF. KOMPLIKASI1. Kontraktur sendi (sendi paha melipat ke depan, sendi lutut melipat ke belakang, sendi telapak kaki jinjit, ke depan, sendi lutut melipat ke belakang, sendi telapak kaki jinjit, melipat ke atas, ke luar, ke dalam, sendi tulang belakang skoliosis).

2. Atropi otot (kekuatan otot hilang).

3. Pemendekan urat di sekitar sendiG. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK1. Pemeriksaan mata dan pendengaran segera dilakukan setelah diagnosis cerebral palsy ditegakkan.2. Pungsi lumbal harus dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan penyebabnya suatu proses degeneratif. Pada cerebral palsy CSS normal.3. Pemeriksaan EEG dilakuakan pada penderita kejang atau pada golongan hemiparesis baik yang disertai kejang maupunyang tidak.4. Foto rontgen kepala.5. Penilaian psikologis perlu dikerjakan untuk tingkat pendidikan yang dibutuhkan.6. Pemeriksaan metabolik untuk menyingkirkan penyebab lain dari retardasi mental.H. PROGNOSIS

Prognosis penderita dengan gejala motorik yang ringan adalah baik, makin banyak gejala penyertanya dan makin berat gejala motoriknya, makin buruk prognosis.buruk.I. PENCEGAHAN

Untuk mencegah terjadinya kelainan ini perlu dilakukan pemeriksaan sebelum perkawinan, perkawinan yang tidak terlalu tua atau terlalu muda, hindarkan ibu yang hamil dari tekanan darah tinggi, jangan minum obat sembarangan, jangan minum obat kontrasepsi kalau sudah jelas positif terjadi kehamilan, selalu hati-hati waktu hamil muda. Pemeriksaan bayi secara rutin untuk obat-obatan kekebalan, imunisasi lengkap.BAB IIASUHAN KEPERAWATANA. PENGKAJIAN

1. Identitas klien

Tanggal dan waktu pengkajian harus dicantumkan guna mengetahui perkembangan penyakit. Anamnesis/wawancara yang dilakukan meliputi: Biodata (Nama, Umur (penting untuk mengetahui angka prevalensi), Jenis kelamin, Pekerjaan (pada beberapa kasus penyakit kulit, banyak terkait dengan faktor pekerjaan)2. Keluhan utama: Klien biasanya mengeluh terdapat hambatan dalam pergerakan.3. Riwayat kesehatan, yang harus dikaji meliputi:a. Riwayat keluhan utama: hambatan dalam pergerakan, kecacatan pada fisik, tidak mampu berbicara dengan jelas, susah berkonsentrasi, hiperaktif.b. Riwayat kesehatan keluarga; adanya keluarga yang menderita tuna daksa sebelumnya.c. Riwayat kesehatan dahulu: klien saat dilahirkan tidak dalam proses kelahiran yang normal dan proses kelahiran terlalu lama.4. Keadaan saat ini saat iniKesadaran: compos mentis, spoor, delirium .Orang tua klien paham tentang penyakitn anak atau tidak.5. Pengkajian Kebutuhan Dasara. Rasa nyaman nyeriGejala :Nyeri/nyeri sebagian ektremitas yang diganakan sebagai tumpuhan saat melakukan pergerakanTanda :Nyeri b. NutrisiGejala : pada umumnya anak dengan tuna daksa mempunyai nafsu makan yang baikTanda : turgor kulit bai, membran mukosa tidak pucat, tidak terdapat inflamasi rongga mulut.c. Kebersihan perorangan

Ketidakmampuan mempertahankan perawatan diri.1) Keadaan kulit : apabila klien tidak mempertahankan perawatan diri maka keadaan kulit kurang bersih dan bau badan

2) Keadaan kuku : apabila klien tidak mempertahankan perawatan diri maka keadaan kuku terlihat kurang bersih/kotor3) Keadaan rambut: apabila klien tidak mempertahankan perawatan diri maka keadaan rambut terlihat kurang bersih/kotord. CairanKulit/membran mukosa : turgor baik, lembab, lidah merah muda (normal).e. Aktivitas dan latihan

Pemenuhan aktivitas sehari-hari terganggu karena klien dengan kecatatan fisik atau kelemahan pada sebagian ekstremitasnyaf. EliminasiTidak ada gangguan pada pola eliminasig. Oksigenasi

Tidak ada gangguan pada oksigenasih. Tidur dan istirahat

Kelemahan, kelelahan, malaise, hiperaktif, Insomnia, tidak tidur semalaman karena tidak bisa diam. Merasa gelisah dan ansietas. Pembatasan aktivitas/kerja sehubungan dengan efek proses penyakit.i. Neurosensoris

Adanya gangguan neurosensori akibat cerebral palsy yang diakibatkan karena kelainan pada otak akibat infeksi virus.j. Keamanan Gejala : penglihatan kabur, atau kurang fokus ,tidak terdapat alergi pada makanan.Tanda :Lesi kulit mungkin ada akibat penekanan secara terus menerus pada satu tempay ekstremitas yang dijadikan tumpuhan pergerakan tubuhk. SeksualitasGejala :Frekuensi menurun/menghindari aktivitas seksual.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Gangguanmobilitasfisikberhubungandenganspasmedan kelemahan otot-otot2. Risikoinjury berhubungan dengan spasme, pergerakan yangtidak terkontrol dan kejang3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan serebral injury, ketidakmampuan belajar4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan spasmeotot, meningkatnya aktivitas, perubahan kognitif5. Gangguanintegritaskulitberhubungandenganpenggunaanatau alat penyokong6. kurang pengetahuan b/d dengan kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat dan tidak mengenal sumber informasiC. INTERVENSI KEPERAWATAN1. Gangguanmobilitasfisikberhubungandenganspasmedan kelemahan otot-ototTujuan: Anak akan memilikikemampuan pergerakanyang maksimumdan tidak mengalami kontraktur.Intervensi:

a. Kaji pergerakan sendi dan tonus ototRasional: mengetahui kondisi sendi membantu dalam memberikan latihan gerakb. Ajarkan untuk latihan yang berbeda-beda pada ekstremitasRasional: mencegah kontraktur dan deformitas pada ekstremitas

c. Lakukan terapi fisik

Rasional: mencegah atrofi otot dan meningkatkan kemampuan gerak

d. Evaluasi kebutuhan alat-alat khusus untuk makan, menulis, membaca dan aktivitas

Rasional: mengetahui dalam menentukan pemberian latihan gerak2. Risikoinjury berhubungan dengan spasme, pergerakan yangtidak terkontrol dan kejangTujuan: anak terhindar dari resiko injurya. Kaji aktivitas dan pergerakan anak

Rasional: mengetahui sejauh mana masalah yang dihadapi

b. Beri pengarahan agar anak tidak menggunakan benda yang membahayakan

Rasional: mencegah terjadinya bahaya

c. Perhatikan anak saat beraktivitas

Rasional: mengontrol aktivitas dan pergerakan anak

d. Anjurkan istirahat bila anak lelahRasional: mengurangi resiko injury

e. Gunakan alat pengaman bila diperlukanRasional: membantu dalam pergerakan, meminimalkan terjadinya resiko

3. Perubahan proses pikir berhubungan dengan serebral injury, ketidakmampuan belajarTujuan: Anak akan menunjukkan tingkat kemampuan belajar yang sesuai.a. 4. Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan spasmeotot, meningkatnya aktivitas, perubahan kognitifTujuan: Orangtua/keluarga menunjukkan pemahaman terhadap kebutuhan perawatan anak yang ditandai dengan ikutberperan aktif dalam perawatan anak.a. 5. Gangguanintegritaskulitberhubungandenganpenggunaanatau alat penyokongTujuan: Anaktidakmenunjukkangangguanintegritaskulityangditandai dengan kulit tetap utuh.a. 6. kurang pengetahuan b/d dengan kesalahan interpretasi informasi, kurang mengingat dan tidak mengenal sumber informasi

tujuan:DAFTAR PUSTAKAAbdoerrachman, Dkk. 2010 Ilmu kesehatan anak, Buku 2 jakarta: Bagian kesehatan anak UIBrunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah edisi 8 vol. 3. Jakarta: EGC Latief, abdul dkk. 2007. Ilmu kesehatan anak. Jakarta : bagian ilmu kesahatan anak fakultas kedokteran universitas IndonesiaSoemantri,S .2010. Psikologi Anak Luar Biasa.Jakarta.Departemen Pendidikan dan KebudayaanWilkinson, Judith M & Nancy R Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Nanda Nic Noc. Jakarta: EGC

Perubahan neuropatologik pada CP bergantung pada patogenesis, derajat dan lokalisasi kerusakan dalam susunan saraf pusat (SSP). Semua jaringan SSP peka terhadap kekurangan oksigen. Kerusakan yang paling berat terjadi pada neuron, kurang pada neuroglia dan jaringan penunjang (supporting tissue) dan paling minimal pada pembuluh darah otak. Derajat kerusakan ada hubungannya acute neuronal necrosis tanpa kerusakan pada neuroglia. Penyembuhan terjadi dengan fagositosis bagian yang nekrotik, proliferasi neuroglia dan pembentukan jaringan parut yang diikuti dengan retraksi sekunder. Pada hipoksia yang lebih berat, terjadi kerusakan baik pada neuron maupun neuroglia, mengakibatkan terjadinya daerah dengan perlunakan, penyembuhan yang lambat, atrofi dan pembentukan jaringan parut yang luas. Kerusakan-kerusakan yang paling berat terjadi pada bagian SSP yang sangat peka terhadap hipoksia yaitu korteks serebri, agak kurang pada ganglia basalis dan serebelum, sedangkan batang otak dan medula spinalis mengalami kerusakan yang lebih ringan. Perdarahan ringan oleh trauma persalinan biasanya diabsorpsi tanpa kerusakan yang menetap. Hematoma subdural yang biasanya unilateral tersering ditemukan pada bagian verteksi dekat sinus longitudinalis, menyebabkan kerusakan jaringan otak yang berada di bawahnya oleh karena nekrosis tekanan, menghasilkan ensefalo malaria yang akhirnya terjadi atrofi dan pembentukan jaringan parut. Perdarahan intraserebral jarang menghasilkan porencephalic cavity.