Tumor Mediastinum

39
LAPORAN KASUS TUMOR MEDIASTINUM PENYUSUN: 1. ABDUL HAMID AMIR LUBIS (110100190) 2. WYNNE PUTRADANA (110100293) 3. DEVINQA ADHIMAH AMANDA (110100155) 4. DAHLIANA JESSICA ARISTY (110100196) 5. ABDURRAHMAN HUZAIFI LUBIS (110100021) 6. JESSELYN ANGELLEE (110100054) 7. IDA KATARINA (110100059) 8. HELENA HOTMONICA HASTUTI (110100268) 9. RONI ABIMANYU (110100181) DEPARTEMEN PULMONOLOGI DAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASI

description

Laporan Kasus RSUP HAM

Transcript of Tumor Mediastinum

LAPORAN KASUS

TUMOR MEDIASTINUM

PENYUSUN:1. ABDUL HAMID AMIR LUBIS(110100190)2. WYNNE PUTRADANA(110100293)3. DEVINQA ADHIMAH AMANDA(110100155)4. DAHLIANA JESSICA ARISTY(110100196)5. ABDURRAHMAN HUZAIFI LUBIS(110100021)6. JESSELYN ANGELLEE(110100054)7. IDA KATARINA(110100059)8. HELENA HOTMONICA HASTUTI(110100268)9. RONI ABIMANYU(110100181)

DEPARTEMEN PULMONOLOGIDAN ILMU KEDOKTERAN RESPIRASIFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARARSUP H. ADAM MALIK MEDAN2015KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingaa penulis dapat menyelesaikan laporan kasus yang berjudul Tumor Mediastinum.Selama penulisan laporan kasus ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan arahan oleh berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Delores atas bimbingan dan ilmu yang diberikan kepada penulis selama penyelesaian Laporan Kasus ini.Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi materi aupun tata cara penulisannya. Oleh karena itu, penulis memohon maaf dan mengharapkan saran dan kritik yang dapat membangun untuk menyempurnakan Laporan Kasus ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga Laporan Kasus ini dapat berguna bagi kemajuan ilmu kedokteran kedepannya.

Medan, April 2015

Penulis

ii

DAFTAR ISI

Halaman JuduliKata PengantariiDaftar Isiiii

BAB I PENDAHULUAN1BAB II TINJAUAN PUSTAKA22.1.Anatomi22.2.Epidemiologi22.3.Etiologi32.4.Diagnosis32.5.Klasifikasi Tumor Mediastinum72.6.Penatalaksanaan82.7.Evaluasi Pengobatan122.8.Prognosis13BAB III LAPORAN KASUS14BAB IV KESIMPULAN24DAFTAR PUSTAKA25iii

BAB 1PENDAHULUAN

Tumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di dalam mediastinum. Mediastinum berisi jantung, pembuluh darah besar, trakea, timus, kelenjar getah bening dan jaringan ikat. Rongga ini sempit dan tidak dapat diperluas, sehingga pembesaran tumor akan menekan organ di sekitarnya dan dapat menimbulkan kegawatan yang mengancam jiwa.1Tumor mediastinum disebabkan oleh berbagai variasi kista dan tumor, dan bervariasi tergantung usia dan lokasi tumor di rongga mediastinum. Pada orang dewasa, timoma dan limfoma merupakan jenis tumor paling sering pada lesi anterior, pembesaran KGB dan tumor vascular paling sering pada lesi medial, dan tumor neurogenik dan abnormalitas esofagus adalah yang paling sering di posterior. Pada anak-anak, tumor mediastinum paling sering adalah tumor neurogenik dan kista. 10Data frekuensi tumor mediasinum di Indonesia antara lain didapat dari SMF Nedah Toraks RS Persahabatan Jakarta dan RSUD Dr. Sutomo Surabaya. Pada tahun 1970-1990 di RS Persahabatan dilakukan operasi terhadap 137 kasus, jenis tumor yang ditemukan adalah 32,2% teratoma, 24% timoma, 8% tumor syaraf, 4,3% limfoma. Data RSUD Dr. Soetomo menjelaskan lokasi tumor pada mediastinum anterior 67% kasus, mediastinum medial 29% dan mediastinum posterior 25,5%. Dari kepustakaan luar negeri diketahui bahwa jenis yang banyak ditemukan pada tumor mediastinum anterior adalah limfoma, timoma dan germ cell tumor.3

24

BAB 2TINJAUAN PUSTAKA TUMOR MEDIASTINUM

2.1. AnatomiTumor mediastinum adalah tumor yang terdapat di mediastinum yaitu rongga imaginer di antara paru kiri dan kanan. Mediastinum berisi jantung, pembuluh darah besar, trakea, timus, kelenjar getah bening dan jaringan ikat. Rongga mediastinum terbagi atas 3 bagian, yaitu mediastinum anterior, medial, dan superior.

Gambar 2.1. Pembagian Rongga Mediastinum1

2.2. EpidemiologiDari data RS Persahabatan tahun 1970 1990 telah dilakukan operasi tumor mediastinum sebanyak 137 penderita, dengan jenis teratoma 44 kasus (32,1%), timoma 33 (24%) dan tumor saraf 11 kasus (8%).2 Dari 103 penderita tumor mediastinum, timoma ditemukan pada 57,1% kasus, tumor sel germinal 30%, limfoma, tumor tiroid dan karsinoid masing-masing 4,2%.3Bacha dkk4 dari Perancis, melakukan pembedahan terhadap 89 pasien tumor mediastinum dan terdiri dari 35 kasus timoma invasif, 12 karsinoma timik, 17 sel germinal, 16 limfoma, 3 tumor saraf, 3 karsinoma tiroid, 2 radiation induced sarcoma dan 1 kasus mesotelioma mediastinum. Penelitian retrospektif dari tahun 1973 sampai dengan 1995 di New Mexico, USA mendapatkan 219 pasien tumor mediastinum ganas yang diidentifikasi dari 110.284 pasien penyakit keganasan primer, jenis terbanyak adalah limfoma 55%, sel germinal 16%, timoma 14%, sarkoma 5%, neurogenik 3% dan jenis lainnya 7%. Berdasarkan gender ditemukan perbedaan yang bermakna. Sembilan puluh empat persen tumor sel germinal adalah laki-laki, 66% tumor saraf berjenis kelamin perempuan, sedangkan jenis tumor lainnya 58% ditemukan pada laki-laki. Berdasarkan umur, penderita limfoma dan timoma ditemukan pada penderita umur dekade ke-5, tumor saraf pada dekade pertama, sedangkan sel germinal ditemukan pada umur dekade ke-2 sampai ke-4.5 Evaluasi selama 25 tahun terhadap 124 pasien tumor mediastinum didapatkan umur tengah pasien adalah 35 tahun. Pasien yang datang dengan keluhan 66% dan 90% dari kasus adalah tumor ganas dengan jenis terbanyak timoma yaitu 38 dari 124 (31%), sel germinal 29/124 (23%), limfoma 24/124 (19%) dan tumor saraf 15/124 (12%).Empat puluh tujuh kasus dari 91 kasus mengalami kekambuhan (recurrence) setelah reseksi komplet atau respons terhadap terapi, dengan masa tengah kekambuhan 10 bulan.6 Marshal menganalisis 24 kasus tumor mediastinum yang dibedah di RS Persahabatan tahun 2000 2001, mendapatkan laki-laki lebih banyak daripada perempuan (70,8% dan 29,2%) dengan jenis terbanyak adalah timoma , 50% dari 24 penderita.7 Timoma merupakan kasus terbanyak di mediastinum anterior 8 sedangkan limfoma dan tumor saraf biasanya pada mediastinum medial dan posterior. 9

2.3. EtiologiJenis tumor mediastinum sering berkaitan dengan lokasi tumor dan usia penderita. Pada anak-anak tumor mediastinum yang sering ditemukan berlokasi di mediastinum posterior dengan jenis terbanyak tumor saraf (neurogenic tumor). Sedangkan pada orang dewasa lokasi tumor banyak ditemukan di mediastinum anterior dengan jenis terbanyak limfoma atau timoma, jenis tumor terbanyak pada mediastinum medial adalah tumor vascular dan pembesaran KGB. Tumor neurogenik dan abnormalitas esofagus adalah jenis terbanyak tumor pada mediastinum posterior.1

2.4. Diagnosis10,11Secara umum diagnosis tumor mediastinum ditegakkan sebagai berikut:A. Gambaran Klinis1. AnamnesisTumor mediastinum sering tidak memberi gejala dan terdeteksi pada saat dilakukan foto toraks. Untuk tumor jinak, keluhan biasanya mulai timbul bila terjadi peningkatan ukuran tumor yang menyebabkan terjadinya penekanan struktur mediastinum, sedangkan tumor ganas dapat menimbulkan gejala akibat penekatan atau invasi ke struktur mediastinum.Gejala dan tanda yang timbul tergantung pada organ yang terlibat, batuk, sesak atau stridor muncul bila terjadi penekanan atau invasi pada trakea dan/atau bronkus utama, disfagia muncul bila terjadi penekanan atau invasi ke esofagus sindrom vena kava superior (SVKS) lebih sering terjadi pada tumor mediastinum yang ganas dibandingkan dengan tumor jinak, suara serak dan batuk kering muncul bila nervus laringel terlibat, paralisis diafragma timbul apabila penekanan nervus frenikus nyeri dinding dada muncul pada tumor neurogenik atau pada penekanan sistem syaraf.2. Pemeriksaan FisikPemeriksaan fisik akan memberikan informasi sesuai dengan lokasi, ukuran dan keterbatasan organ lain, misalnya telah terjadi penekanan ke organ sekitarnya. Kemungkinan tumor mediastinum dapat dipikirkan atau dikaitkan dengan beberapa keadaan klinis lain, misalnya miastenia gravis mungkin menandakan timoma atau limfadenopati mungkin menandakan limfoma.B. Prosedur RadiologiKomponen massa jaringan, tingkat vaskularisasi, dan hubungan dengan struktur mediastinal dinilai oleh computed tomography (CT) atau magnetic resonance imaging (MRI) adalah ujung tombak diagnosis radiologi. Aplikasi khusus di MRI telah dikembangkan selama beberapa tahun terakhir dalam rangka untuk mengidentifikasi secara akurat komponen dari massa mediastinum. Kemungkinan keganasan dari massa mediastinum dipengaruhi oleh simtomatologi dan usia pasien, dengan mempertimbangkan riwayat klinis dan manifestasi, posisi anatomi dan rincian tertentu.Berikut ini adalah berbagai prosedur radiologi yang dapat digunakan.1. Foto toraksDari foto toraks PA/ lateral sudah dapat ditentukan lokasi tumor, anterior, medial atau posterior, tetapi pada kasus dengan ukuran tumor yang besar sulit ditentukan lokasi yang pasti.2. TomografiSelain dapat menentukan lokasi tumor, juga dapat mendeteksi klasifikasi pada lesi, yang sering ditemukan pada kista dermoid, tumor tiroid dan kadang-kadang timoma. Teknik ini semakin jarang digunakan.3. CT-Scan toraks dengan kontrasSelain dapat mendeskripsi lokasi juga dapat mendeskripsi kelainan tumor secara lebih baik dan dengan kemungkinan untuk menentukan perkiraan jenis tumor, misalnya teratoma dan timoma. CT-Scan juga dapat menentukan stage pada kasus timoma dengan cara mencari apakah telah terjadi invasi atau belum. Perkembangan alat bantu ini mempermudah pelaksanaan pengambilan bahan untuk pemeriksaan sitologi. Untuk menentukan luas radiasi beberapa jenis tumor mediastinum sebaiknya dilakukan CT-Scan toraks dan CT-Scan abdomen.4. FlouroskopiProsedur ini dilakukan untuk melihat kemungkinan aneurisma aorta.5. EkokardiografiPemeriksaan ini berguna untuk mendeteksi pulsasi pada tumor yang diduga aneurisma.6. AngiografiTeknik ini lebih sensitif untuk mendeteksi aneurisma dibandingkan flouroskopi dan ekokardiogram.7. EsofagografiPemeriksaan ini dianjurkan bila ada dugaan invasi atau penekanan ke esofagus.8. USG, MRI dan Kedokteran NuklirMeski jarang dilakukan, pemeriksaan-pemeriksaan terkadang harus dilakukan untuk beberapa kasus tumor mediastinum.C. Prosedur Endoskopi1. Bronkoskopi harus dilakukan bila ada indikasi operasiTindakan bronkoskopi dapat memberikan informasi tentang pendorongan atau penekanan tumor terhadap saluran napas dan lokasinya. Di samping itu melalui bronkoskopi juga dapat dilihat apakah telah terjadi invasi tumor ke saluran napas. Bronkoskopi sering dapat membedakan tumor mediastinum dari kanker paru primer.2. MediastinokopiTindakan ini lebih dipilih untuk tumor yang berlokasi di mediastinum anterior.3. Esofagoskopi4. Torakoskopi diagnostikD. Prosedur Patologi AnatomiBeberapa tindakan, dari yang sederhana sampai yang kompleks perlu dilakukan untuk mendapatkan jenis tumor antara lain:1. Pemeriksaan SitologiProsedur diagnostik untuk memperoleh bahan pemeriksaan untuk pemeriksaan sitologi ialah : biopsi, jarum halus (BJH) atau fine needle aspiration biopsy (FNAB), dilakukan bila ditemukan pembesaran KGB atau tumor supervisial. punksi pleura bila ada efusi pleura bilasan atau sikatan bronkus pada saat bronkoskopi biopsi aspirasi jarum, yaitu pengambilan bahan dengan jarum yang dilakukan bila terlihat masa intrabronkial pada saat prosedur bronkoskopi yang amat mudah berdarah, sehingga biopsi amat berbahaya biopsi transtorakal atau transthoracal biopsy (TTB) dilakukan bila massa dapat dicapai dengan jarum yang ditusukkan di dinding dada dan lokasi tumor tidak dekat pembuluh darah atau tidak ada kecurigaan aneurisma. Untuk tumor yang kecil (, memiliki banyak pembuluh darah dan dekat organ yang berisiko dapat dilakukan TTB dengan tuntunan flouroskopi atau USG atau CT Scan.2. Pemeriksaan HistologiBila BJH tidak berhasil menetapkan jenis histologis, perlu dilakukan prosedur di bawah ini: Biopsi KGB yang teraba di leher atau supraklavikulaBila tidak ada KGB yang teraba, dapat dilakukan pengangkatan jaringan KGB yang mungkin ada di sana. Prosedur ini disebut biopsi Daniels. Biopsi mediastinal, dilakukan bila dengan tindakan di atas hasil belum didapat Biopsi eksisional pada massa tumor yang besar Torakoskopi diagnostik Video-assisted thoracic surgery (VATS)Dilakukan untuk tumor di semua lokasi, terutama tumor di bagian posterior.E. Prosedur LaboratoriumHasil pemeriksaan laboratorium rutin sering tidak memberikan informasi yang berkaitan dengan tumor. LED kadang meningkat pada limfoma dan TB mediastinum. Uji tuberkulin dibutuhkan bila ada kecurigaan limfadenitis TB Pemeriksaan kadar T3 dan T4 dibutuhkan untuk tumor tiroid. Pemeriksaan a-fetoprotein dan b-HCG dilakukan untuk tumor mediastinum yang termasuk kelompok tumor sel germinal, yakni jika ada keraguan antara seminoma atau nonseminoma. Kadar a-fetoprotein dan b-HCG tinggi pada golongan nonseminoma.F. Tindakan BedahTorakotomi eksplorasi untuk diagnostik bila semua upaya diagnostik tidak berhasil memberikan diagnosis histologis.G. Pemeriksaan LainEMG adalah pemeriksaan penunjang untuk tumor mediastinum jenis timoma atau tumor-tumor lainnya. Kegunaan pemeriksaan ini adalah mencari kemungkinan myastenia gravis atau myesthenic reaction.

2.5. Klasifikasi Tumor Mediastinum10Klasifikasi tumor mediastinum dikemukakan oleh Rosenberg menurut organ asal dan jenis histologinya sebagai berikut.

Tabel 2.1. Klasifikasi Tumor Mediastinum

2.6. PenatalaksanaanPenatalaksanaan untuk tumor mediastinum yang jinak adalah pembedahan sedangkan untuk tumor ganas, tindakan berdasarkan jenis sel kanker. Tumor mediastinum jenis limfoma Hodgkin's maupun non Hondgkin's diobati sesuai dengan protokol untuk limfoma dengan memperhatikan masalah respirasi selama dan setelah pengobatan. Penatalaksanaan tumor mediastinum nonlimfoma secara umu adalah multimodality meski sebagian besar membutuhkan tindakan bedah saja, karena resisten terhadap radiasi dan kemoterapi tetapi banyak tumor jenis lain membutuhkan tindakan bedah, radiasi dan kemoterapi, sebagai terapi adjuvant atau neoadjuvan.Syarat untuk tindakan bedah elektif adalah syarat umum, yaitu pengukuran toleransi berdasarkan fungsi paru, yang diukur dengan spirometri dan jika mungkin dengan body box. Bila nilai spirometri tidak sesuai dengan klinis maka harus dikonfirmasi dengan analis gas darah. Tekanan O2 arteri dan Saturasi O2 darah arteri harus >90%.Syarat untuk radioterapi dan kemoterapi adalah: Hb > 10 gr% leukosit > 4.000/dl trombosit > 100.000/dl Tampilan (performance status) >70 KarnofskyJika digunakan obat antikanker yang bersifat radiosensitaizer maka radio kemoterapi dapat diberikan secara bersamaan (konkuren). Jika keadaan tidak mengizinkan, maka kombinasi radiasi dan kemoterapi diberikan secara bergantian (alternating: radiasi diberikan di antara siklus kemoterapi) atau sekuensial (kemoterapi > 2 siklus, lalu dilanjutkan dengan radiasi, atau radiasi lalu dilanjutkan dengan kemoterapi). Selama pemberian kemoterapi atau radiasi perlu diawasi terjadinya melosupresi dan efek samping obat atau toksisitas akibat tindakan lainnya.A. Tumor Timus1. Klasifikasi Histologis10a. Timoma (klasifikasi Muller Hermelink) Tipe medular Tipe campuran Tipe kortikal predominan Tipe kortikalKarsinoma timik Derajat rendah (Low grade) Derajat tinggi (High grade)b. Karsinoma timik dan Oat Cell Carcinoma2. Staging berdasarkan Sistem Masanoka12Stage IMakroskopik:berkapsulMikroskopik:tidak tampak invasi ke kapsulStage IIInvasi secara makroskopik ke jaringan lemak sekitar pleura mediastinal atau invasi ke kapsul secara mikroskopikStage IIIInvasi secara makroskopik ke organ sekitarnyaStage IVAPenyebaran ke pleura atau perikardStage IVBMetastasis limfogen atau hematogen3. Penatalaksanaan Timoma10Stage IExtended thymo thymecthomy (ETT) sajaStage IIETT, dilanjutkan dengan radiasi, untuk radiasi harus diperhatikan batas-batas tumor seperti terlihat pada CT sebelum pembedahanPenatalaksanaan timoma tipe medular stage I - II lebih dahulu dibedah, selanjutnya kemoterapi.Stage IIIETT dan extended resection dilanjutkan radioterapi dan kemoterapiPada stage III diberikan kemo/radioterapi neoadjuvant.Stage IVADebulking dilanjutkan dengan kemoterapi dan radioterapiPenatalaksanaan timoma tipe medular stage IVA dapat diberikan kemoradioterapi adjuvant 2 siklus dilanjutkan radiasi 4000 cGy, diikuti debulking dan kemoterapi siklus berikutnya.Stage IVBKemoterapi dan radioterapi dilanjutkan dengan debulkingPenatalaksanaan timoma tipe medular stage IVB bersifat paliatif, yaitu kemoterapi dan radioterapi paliatif.Pada timoma tipe campuran, penatalaksanaan disesuaikan dengan tipe histologik yang dominan.4. Penatalaksanaan Karsinoma TimikPenatalaksanaan untuk tumor ini adalah multi-modaliti sama dengan penatalaksanaan untuk kanker di paru.5. Penatalaksanaan Karsinoid Timik dan Oat Cell CarcinomaPenatalaksaan untuk tumor ini adalah pembedahan, dan karena sering invasif maka direkomendasikan radiasi pascabedah untuk kontrol local. Akan tetapi, karena tingginya kekerapan metastasis, kemoterapi diharapkan dapat meningkatkan angka ketahanan hidup. Kemoterapi yang diberikan hampir sama dengan kemoterapi untuk kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK), yakni cisplatin + etoposid sebanyak 6 siklus.Oat cell carcinoma di mediastinum mempunyai prognosis lebih baik dibandingkan dengan oat cell carcinoma di paru.Pada setiap kasus timoma, sebelum bedah harus terlebih dahulu dicari tanda myastenia gravis atau myestenic reaction. Apabila sebelum tindakan bedah ditemukan, dilakukan plasmaferesis terlebih dahulu dengan tujuan mencuci antibodi pada plasma darah penderita, paling cepat seminggu sebelum operasi. Kesan yang menampakkan myesthenic reaction sebelum pembedahan harus terlebih dahulu diobati sebagai myastenia gravis.B. Tumor Sel Germinal1. Klasifikasi Histologi10a. Seminomab. Nonseminoma Karsinoma embrional Koriokarsinoma Yolk sac carcinomac. Teratoma Jinak (benign) Ganas (malignant) Dengan unsur sel germinal Dengan unsur nongerminal Immature2. Penatalaksanaan SeminomaSeminoma adalah tumor yang sensitif terhadap radiasi dan kemoterapi. Tidak ada indikasi bedah untuk tumor jenis ini. Kemoterapi diberikan setelah radiasi selesai tetapi respons terapi akan lebih baik dengan cara kombinasi radio-kemoterapi. Bila ada kegawatan napas, radiasi diberikan secara cito, dilanjutkan dengan kemoterapi cisplatin based.3. Penatalaksanaan Tumor Mediastinum NonseminomaTumor-tumor yang termasuk kedalam kelompok nonseminoma bersifat radioresisten, sehingga tidak direkomendasikan untuk radiasi. Pilihan terapi adalah kemoterapi 6 siklus. Evaluasi dilakukan setelah 3 - 4 siklus menggunakan petanda tumor b-HCG dan a-fetoprotein serta foto toraks PA dan lateral, kemudian menjaga algoritma pada gambar 2.2. berikut.

Gambar 2.2. Penatalaksanaan Tumor Sel Germinal Nonseminoma

4. Penatalaksanaan Teratoma JinakPenatalaksanaan teratoma jinak adalah pembedahan, tanpa adjuvant. Pemeriksaan batas reseksi harus menyeluruh, agar tidak ada tumor yang tertinggal dan kemungkinan akan berkembang menjadi ganas.5. Penatalaksanaan Teratoma GanasKarena teratoma ganas terkadang mengandung unsur lain maka terapi multimodaliti (bedah+kemoterapi+radioterapi) memberikan hasil yang lebih baik. Pemilihan terapi didasarkan pada unsur yang terkandung di dalamnya dan kondisi penderita. Regimen kemoterapi untuk teratoma ganas antara lain cisplatin, vinkristin, bleomisin dan methotrexate, etoposid, daktinomisin dan siklofosfamid. Penatalaksanaan teratoma ganas dengan unsur germinal sama dengan penatalaksanaan seminoma.Pada teratoma, perlu diingat beberapa hal penting:a. Teratoma matur pada orang tua tidak selalu berarti jinakb. Teratoma immatur pada anak-anak tidak selalu ganasc. Teratoma matur pada anak-anak sudah pasti jinakd. Teratoma imatur pada orang tua sudah pasti ganas

C. Tumor Neurogenik1. Klasifikasi Histologia. Berasal dari saraf tepi (peripheral nerves) Neurofibroma Neurilemoma (Schwannoma) Neurosarkomab. Berasal dari ganglion simpatik (symphatetic ganglia) Ganglioneuroma Ganglioneuroblastoma Neuroblastomac. Berasal dari jaringan paraganglionik Fakreomasitoma Kemodektoma (paraganglioma)2. PenatalaksanaanPenatalaksanaan untuk semua tumor neurogenik adalah pembedahan, kecuali neuroblastoma. Tumor ini radiosensitif sehingga pemberian kombinasi radio kemoterapi akan memberikan hasil yang baik. Pada neurilemona (Schwannoma), mungkin perlu diberikan kemoterapi adjuvan, untuk mencegah rekurensi.D. Tumor Mesenkimal dan Tumor EndokrinTumor jenis ini jarang ditemukan sehingga penatalaksanaannya sangat spesifik.Catatan : Pada semua tindakan debulking, tumor mediastinum harus disiapkan pemasangan stent trakeobronkial, untuk mencegah terjadinya kolaps bronkus setelah pembedah selesai.

2.7. Evaluasi Pengobatan10Evaluasi efek samping kemoterapi dilakukan setiap akan memberikan siklus kemoterapi berikut dan/atau setiap 5 fraksi radiasi (1000 cGy). Evaluasi untuk respons terapi dilakukan setelah pemberian 2 siklus kemoterapi pada hari pertama siklus ke-3 atau setelah radiasi 10 fraksi (200cGy) dengan atau foto toraks. Jika ada respons sebagian partial response (PR) atau stable disease (SD), kemoterapi dan radiasi masih dapat dilanjutkan. Pengobatan dihentikan bila terjadi progressive disease (PD).

2.8. PrognosisBanyak faktor yang menentukan prognosis penderita timoma. Masaoka menghitung umur tahan hidup 5 tahun berdasarkan staging penyakit, 92,6% untuk stage I, 85,7% untuk stage II, 69,6% untuk stage III dan 50% untuk stage IV.13 Bambang dkk mendapatkan faktor-faktor yang bermakna mempengaruhi prognosis penderita timoma pascareseksi di RS. Persahabatan yaitu staging, jenis tindakan, histopatologi dan reaksi myastenia. Dari 31 penderita timoma yang dibedah di RS Persahabatan didapatkan umur tahan hidup (year survival) untuk tahun pertama sebesar 58,44%, tahun kedua 43,29%, tahun ketiga sampai dengan tahun kelima 30,9%, sedangkan median survival adalah 16,2 bulan. Penderita dengan reaksi myastenia mempunyai angka tahan hidup 5 tahun (74%) sedangkan yang tidak hanya mempunyai umur tahan hidup 2 tahun (11,8%).14

BAB 3 LAPORAN KASUS

Status PasienAnamnese Pribadi

Nama: ZainabunUmur: 77 tahunJenis Kelamin: PerempuanStatus Perkawinan: JandaPekerjaan: PensiunanSuku: -Agama: IslamAlamat: Jalan Selimakuta No.32 Pematang SiantarTanggal Masuk: 10 April 2015

Anamnese PenyakitKeluhan Utama:Sesak nafasKeluhan Tambahan:Nyeri dada kananTelaah:Os mengalami sesak nafas (+) sejak 1 bulan ini, memberat dalam 1 minggu terakhir. DOE (+), PND (-), OP (+). Sesak napas disertai nyeri seperti tertusuk di dada kanan sejak 1 bulan ini, VAS 3, durasi 2 menit, frekuensi 2x1. Oleh karena kedua keluhan ini, os mengaku tidak dapat tidur telentang dalam 1 bulan terakhir. Kaki bengkak (+) sejak 2 bulan ini. Dijumpai lemah tungkai bagian kanan. Os memiliki riwayat hipertensi sejak 5 tahun terakhir dan riwayat stroke 6 tahun yang lalu. Os memiliki riwayat merokok dengan jumlah 1 bungkus per hari.Riwayat Penyakit Terdahulu:Hipertensi (+), DM (+), Hiperkolesterolemia (-), Stroke (+)Riwayat Penggunaan Obat:Tidak jelas

Pemeriksaan Fisik DiagnostikStatus PresensKeadaan UmumKeadaan PenyakitSensorium:CM lemahDispnoe: (+)Tekanan Darah:140/90 mmHgAnemia: (-/-)Nadi:106 x/iOedema: (+/+) di kakiPernafasan:24 x/iSianosis: (-/-)Temperature:37CIkterus: (-/-)Keadaan GiziRBW= 50/ (1,61)2TB= 161cm= 19,29 kg/m2BB= 50kgKesan:NormoweightKU/KP/KG : Baik/Sedang/Normoweight

Status LokalisataKepalaMata: Dalam batas normalTelinga: Dalam batas normalHidung: Dalam batas normalMulut: Dalam batas normalLeherTVJ: R+2 cmH2OPembesaran KG: (-)

Toraks DepanInspeksiBentuk: SimetrisPergerakan: FusiformisPalpasiLap. Paru Atas: SF kiri > kananLap. Paru Tengah: SF kiri > kananLap. Paru Bawah: SF kiri > kananPerkusiLap. Paru atas: sonor kiri dan kananLap. Paru Tengah: sonor kiri dan kananLap. Paru Bawah: sonor kiri dan kananParuBatas Paru Hati: kosta 5 dan 6Peranjakan: (-)JantungBatas Atas Jantung: ICS IIBatas Kiri Jantung: Linea Axillaris Anterior SinistraBatas Kanan Jantung: Linea Parasternal DextraAuskultasiLap. ParuKananKiriAtasSP: Vesikuler melemahSP: VesikulerST: Wheezing (+)ST: Wheezing (+)TengahSP: Vesikuler melemahSP: VesikulerST: Wheezing (+)ST: Wheezing (+)BawahSP: Vesikuler melemahSP: VesikulerST: Wheezing (+)ST: Wheezing (+)Toraks BelakangInspeksiBentuk: SimetrisPergerakan: FusiformisPalpasiLap. Paru Atas: SF kiri > kananLap. Paru Tengah: SF kiri > kananLap. Paru Bawah: SF kiri > kananPerkusiLap. Paru Atas: sonor kiri = kananLap. Paru Tengah: sonor kiri = kananLap. Paru Bawah: sonor kiri = kanan

AuskultasiLap. ParuKananKiriAtasSP: Vesikuler melemahSP: VesikulerST: Wheezing (+)ST: Wheezing (+)TengahSP: Vesikuler melemahSP: VesikulerST: Wheezing (+)ST: Wheezing (+)BawahSP: Vesikuler melemahSP: VesikulerST: Wheezing (+)ST: Wheezing (+)AbdomenHepar/Lien/Renal: tidak terabaAnggota gerak atas/bawah: akral hangat, oedema pada kedua-dua kaki

Pemeriksaan Penunjang

Foto Toraks

Kesan : Sinus costophrenicus kanan lancip, dan sisi kiri tertutup oleh LV Diafragma kanan licin dan sisi kiri tertutup oleh LV Tampak konsolidasi homogen di lapangan paru bagian medial kanan Tampak infiltrat di kedua lapangan paru (kanan>kiri) CTR > 50% (Kardiomegali, LVH) dengan aorta elongasi Trakea di tengah Tulang-tulang dan soft tissue baik

Differential Diagnosis: Susp. Tumor mediastinum + HTN Stage I+Post stroke Susp. Tumor paru kanan+HTN Stage I+Post Stroke Medikamentosa: O2 2-3 L/I nasal kanul IVFD NaCl 0,9% 20 gtt/i Inj.Ceftriaxone 1 g/12 jam Inj.Ketorolac 30 mg/8 jam Inj. Furosemid 20mg/12 jam Valsartan 1x80mg Neb.Combivent 2,5 mg/8 jam Neb.Pulmicort 1 mg/8 jam

Rencana Penjajakan Diagnostik: USG Abdomen, Spirometri, CT Scan Thorax

Hasil Pemeriksaan Lab1. Darah Lengkap : Hemoglobin11,4 g% Hematokrit5,2 % Leukosit10,81 x 103/mm3 Trombosit325 x 103/mm3 Hitung Jenis63/26/9/4/1 (N)37-80/(L)20-40/(M)2-8/(E)1-6/(B)0-1)2. Elektrolit: Na/K/Cl 141/3,7/110 mEq/L (N: 135-155/3,6-5,5/96-106)3. RFT: Ureum 82,83 mg/dL (N: