Tumor Kolon

48
TUMOR KOLON (Referat) Oleh : Deby Purwanto 0418011010 Pembimbing : dr. Haryadi, Sp.Rad SMF RADIOLOGI RSUD. Dr. Hi. ABDUL MOELOEK

Transcript of Tumor Kolon

Page 1: Tumor Kolon

TUMOR KOLON(Referat)

Oleh :

Deby Purwanto

0418011010

Pembimbing :

dr. Haryadi, Sp.Rad

SMF RADIOLOGI

RSUD. Dr. Hi. ABDUL MOELOEK

BANDAR LAMPUNG

JULI 2012

Page 2: Tumor Kolon

TUMOR KOLON

1 DEFINISI 

Karsinoma kolon merupakan keganasan yang mengenai sel-sel

epitel di mukosa kolon. Dasar penting dari keganasan kolon ini adalah

proses perubahan secara genetik pada sel-sel epitel di mukosa kolon yang

timbul akibat beberapa hal, antara lain dietetik, kelainan di kolon sebelumnya

dan faktor herediter

2 ETIOLOGI DAN FAKTOR PREDISPOSISI

Secara umum karsinoma selalu dihubungkan dengan: bahan-bahan kimia, bahan-

bahan radioaktif, dan virus. Umumnya karsinoma kolon terjadi dihubungkan

dengan factor genetic dan lingkungan. Serta dihubungkan juga dengan factor

predisposisi diet rendah serat, kenaikan berat badan, intake alkohol.

3 EPIDEMIOLOGI

Karsinoma kolon adalah penyebab kematian kedua akibat karsinoma.

Kemungkinan mengidapnya adalah 1 dalam 17. Insidennya berkurang 2 peratus

setahun sejak 1985 hingga 1995 tetapi baru-baru ini peratusannya meningkat

kembali. Ini menunjukkan keberhasilan deteksi awal melalui program skrining.

Tumor terjadi ditempat yang berada dalam colon, kira-kira pada bagian :

 26 % pada caecum dan ascending colon

 10 % pada transfersum colon

 15 % pada desending colon

 20 % pada sigmoid colon

Page 3: Tumor Kolon

 30 % pada rectum

Insiden karsinoma kolon menunjukkan variasi geografik. Negara industri

kecuali Jepang mempunyai insiden tertinggi. Manakala Negara Amerika Selatan

dan China mempunyai angka kejadian yang relative rendah. Ini disebabkan oleh

perbedaan diet antara negara berkenaan dan faktor lingkungan 

Di Indonesia dari berbagai laporan terdapat kenaikan jumlah kasus tetapi

belum ada angka yang pasti berapa insiden karsinoma kolon. Sjamsuhidajat

(1986) dari evaluasi data-data di Departemen Kesehatan mendapatkan 1,8 per

100.000 penduduk.2 Tirtosugondo (1986) untuk Kodya Semarang. Kira-kira

152.000 orang di amerika serikat terdiagnosa karsinoma Colon pada tahun 1992

dan 57.000 orang meninggal karena karsinoma ini pada tahun yang sama (ACS

1993). Sebagian besar klien pada karsinoma Colon mempunyai frekuensi yang

sama antara laki-laki dan perempuan. Karsinoma pada colon kanan biasanya

terjadi pada wanita dan Ca pada rektum biasanya terjadi pada laki-laki. Insidennya

meningkat sesuai dengan usia (kebanyakan pada pasien yang berusia lebih dari 55

tahun) dan makin tinggi pada individu dengan riwayat keluarga yang mengalami

karsinoma kolon.

4 TIPE KARSINOMA KOLON DAN REKTUM 

Secara makroskopis terdapat tiga tipe karsinoma kolon dan rektum, yaitu

 Tipe polipoid atau vegetatif

Pada tipe ini tumor tumbuh menonjol ke dalam lumen usus, berbentuk bunga kol

dan ditemukan terutama di sekum dan kolon ascendens.

 Tipe skirus atau infiltratif,

Page 4: Tumor Kolon

Pada tipe ini biasanya mengakibatkan penyempitan sehingga terjadi stenosis dan

gejala obstruksi, terutama ditemukan pada kolon descendens, sigmoid dan

rektum.

 Tahap ulserasi

Pada tipe ini terjadi karena nekrosis di bagian sentral dan terletak di daerah

rektum. Pada tahap lanjut, sebagian besar tumor kolon akan mengalami

ulcerasi menjadi tukak yang maligna.

5 ANATOMI

Gambar 1. Anatomi kolon dan rectum

Gambar 1. Anatomi kolon dan rectum

Page 5: Tumor Kolon

Kolon memanjang dari ujung ileum ke rektum. Sekum, kolon ascending

dan kolon transversum proksimal adalah bagian dari kolon sebelah kanan. Kolon

transversum distal, fleksura lienalis, kolon descending, kolon sigmoid, dan terdiri

dari rectosigmoid kolon sebelah kiri. Kolon transversum dan kolon sigmoid

bergantungan di rongga peritoneal. Dinding kolon memiliki empat lapisan:

mukosa, submucosa, muscularis, dan serosa. Muscularis propria yang terdiri dari

lapisan sirkular dalam dan satu lapisan longitudinal luar. Otot longitudinal kolon

mengelilingi sepenuhnya dalam lapisan yang sangat tipis, dan di tiga titik di

sekitar lingkar itu dikumpulkan ke dalam band tebal disebut taeniae coli. Haustra

adalah hasil pemendekan usus oleh taeniae dan kontraksi otot melingkar

Terdapa lemak pelengkap pada permukaan serosal. Dinding kolon begitu tipis

sehingga membengkak apabila terjadi obstruksi.

Rektum berukuran 12-15 cm. Taeniae coli yang menyebar di

persimpangan rectosigmoid. Massa tumor atau abses di lokasi ini dengan mudah

teraba pada dubur digital atau pemeriksaan panggul. Dubur biasanya luas dan dpt

dilembungkan. Pada pria, kelenjar prostat, vesikula seminalis, dan saluran

seminalis terletak di sebelah anterior rektum. Biasanya prostat mudah dirasakan,

tapi vesikula seminalis tidak teraba kecuali menggembung, Pada rektovaginal

toucher, struktur mudah teraba dengan satu jari di vagina dan satu di anus.

6 METASTASIS

Metastase ke kelenjar limfa regional ditemukan pada 40-70% kasus pada

saat direseksi. Invasi ke pembuluh darah vena ditemukan pada lebih 60% kasus.

Metastase sering ke hepar, cavum peritoneum, paru-paru, diikuti kelenjar adrenal,

ovarium dan tulang. Metastase ke otak sangat jarang, dikarenakan jalur limfatik

dan vena dari rektum menuju vena cava inferior, maka metastase karsinoma

rektum lebih sering muncul pertama kali di paru-paru. Berbeda dengan kolon

dimana jalur limfatik dan vena menuju vena porta, maka metastase karsinoma

kolon pertama kali paling sering di hepar

Page 6: Tumor Kolon

7 KLASIFIKASI TUMOR 

Derajat keganasan karsinoma kolon dan rektum dibagi berdasarkan

gambaran histologik menurut klasifikasi Dukes. Dukes membagi karsinoma

berdasarkan dalamnya infiltrasi karsinoma di dinding usus.

Klasifikasi karsinoma rektum menurut Dukes:

 Tahap A: Infiltrasi karsinoma terbatas pada dinding usus (survive for 5 years 97

%)

 Tahap B: Infiltrasi karsinoma sudah menembus lapisan muskularis mukosa (80

%)

 Tahap C: Terdapat metastasis ke dalam kelenjar limfe

 C1: Beberapa kelenjar limfe dekat tumor primer (65 %)

 C2: Dalam kelenjar limfe jauh (35 %)

 Tahap D: Metastasis jauh (< 5 %)

Klasifikasi TNM 

T – Tumor primer

Tx - Tumor primer tidak dapat dinilai

T0 - Tidak ada tumor primer

T1 - Invasi tumor di lapisan sub mukosa

Page 7: Tumor Kolon

T2 - Invasi tumor di lapisan otot propria

T3 - Invasi tumor melewati otot propria ke subserosa atau masuk ke

perikolik yang tidak dilapisi peritoneum atau perirektal

T4 - Invasi tumor terhadap organ atau struktur sekitarnya atau peritoneum

viseral

N – Kelenjar limfe regional

Nx - Kelenjar limfe regional tidak dapat dinilai

N1 - Metastasis di 1-3 kelenjar limfe perikolik atau perirektal

N2 - Metastasis di ≥ 4 kelenjar limfe perikolik atau perirektal

N3 - Metastasis pada kelenjar limfe sesuai nama pembuluh darah atau pada

kelenjar apikal

M – Metastasis jauh

Mx - Metastasis jauh tidak dapat dinilai

M0 - tidak ada metastasis jauh

M1 - terdapat metastasis jauh

8 GEJALA KLINIS 

P a s i e n d e n g a n k a r s i n o m a k o l o r e k t a l u m u m n y a

m e m b e r i k a n k e l u h a n   b e r u p a g a n g g u a n p r o s e s d e f e k a s i

( C h a n g e o f b o w e l h a b i t ) , b e r u p a k o n s t i p a s i a t a u

d i a r e ,  perdarahan segar lewat anus (rectal bleeding), perasaan tidak puas setelah

Page 8: Tumor Kolon

buang air besar (tenesmus), buang air besar berlendir (mucoid diarrhea), anemia

tanpa sebab yang jelas,dan penurunan berat badan.  Adanya suatu massa

yang dapat teraba dalam perut jugadapat menjadi keluhan yang

dikemukakan.

Manifestasi klinik karsinoma kolon tergantung dari bentuk makroskopis

dan letak tumor. Bentukpolipoid (cauli flower) dan koloid (mukoid) menghasilkan

banyak mukus, bentuk anuler menimbulkan obstruksi dan kolik, sedangkan

bentuk infiltratif (schirrhus) t u m b u h   l o n g i t u d i n a l s e s u a i s u m b u

p a n j a n g d i n d i n g r e k t a l d a n b e n t u k u l s e r a t i f   menyebabkan

ulkus ke dalam dinding lumen.Karsinoma yang terletak di kolon asenden

menimbulkan gejala perdarahan samar sedangkan tumor yang terletak di rektum

memanifestasikan perdarahan yang masih segar dan muncul gejala diare

palsu. Di kolon desenden, karsinoma ini menyebabkan kolik  yang nyata

karena lumennya lebih kecil dan feses sudah berbentuk solid.

9 Diagnosis 

Diagnosis karsinoma kolon ditegakkan melalui anamnesa,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan

laboratoris, radiologis, kolonoskopi, danhistopatologis.

A. Anamnesis

Pada stadium dini, karsinoma kolon tidak memberikan

gejala. Gejala biasanyamuncu l s aa t pe r j a l anan penyak i t sudah

l an ju t . Pa s i en dengan ka r s i noma ko lon biasanya mengeluh

rasa tidak enak, kembung, tidak bisa flatus, sampai rasa nyeri

dipe ru t . D idapa t kan juga pe rubahan keb i a saan buang a i r

be sa r be rupa d i a r e a t au sebaliknya, obstipasi, kadang disertai darah

dan lendir. Buang air besar yang disertaidengan darah dan lendir

biasanya dikeluhkan oleh pasien dengan karsinoma kolon  bag i an

p roks ima l . Ha l i n i d i s ebabkan ka rena da r ah yang

d ike lua rkan o l eh ka r s i noma   tersebut sudah bercampur dengan

Page 9: Tumor Kolon

feses. Ge j a l a umum l a in yang d ike luhkan o l eh  pasien berupa

kelemahan, kehilangan nafsu makan dan penurunan berat badan.

B. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan fisik mungkin tidak banyak menolong dalam

menegakkan diagnosis.T u mor kecil pada tahap dini tidak teraba pada

palpasi abdomen, bila teraba menunjukkan keadaan yang sudah lanjut. Bila

tumor sudah metastasis ke hepar akan teraba hepar yang noduler dengan

bagian yang keras dan yang kenyal. Asites biasa didapatkan jika tumor

sudah metastasis ke peritoneal. Perabaan limfonodi inguinal, iliaka,

dan supraklavikular penting untuk mengetahui ada atau tidaknya metastasis

ke limfonodi tersebut. Pada pasien yang diduga menderita karsinoma

kolorektal harus dilakukan rectal toucher. B i l a l e t a k t u m o r a d a

d i r e k t u m a t a u r e k t o s i g m o i d , a k a n teraba massa maligna

(keras dan berbenjol-benjol dengan striktura) di rektum atau

rektosigmoid teraba keras dan kenyal. Biasanya pada sarung

tangan akan terdapat lendir dan darah.

C. Pemeriksaan penunjang 

Pemeriksaan laboratorium tidak dapat menentukan diagnosis. Walau

demikian, setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu diperiksa kadar

hemoglobin.Pemeriksaan radiologis yang dapat dikerjakan berupa foto polos

abdomen,barium enema dengan single contrastmaupun double contrast dan

foto thoraks

a. Pemeriksaan Laboratotium 

1. Anemia dapat dibuktikan dengan pemeriksaan laboratorium

darah (hemoglobin dan hematokrit).

2. Test guaiac pada feses

3. Carcinoembryonic antigen (CEA)

Page 10: Tumor Kolon

b. Pemeriksaan Radiologi

1. Ultrasonografi (USG)

Ultrasonografi (USG) merupakan salah satu imaging diagnostik

(pencitraan diagnostik) untuk pemeriksaan alat alat dalam tubuh

manusia,dimana kita dapat mempelajari bentuk, ukuran anatomis, gerakan

serta hubungan dengan jaringan sekitarnya. Pemeriksaan ini bersifat non-

invasif, tidak menimbulkan rasa sakit pada penderita, dapat dilakukan dengan

cepat, aman dan data yang diperoleh mempunyai nilai diagnostik yang tinggi.

Tidak ada kontra indikasinya, karena pemeriksaan ini sama sekali tidak akan

memperburuk penyakit penderita. Dalam 20 tahun terakhir ini, diagnostik

ultrasonik berkembang dengan pesatnya, sehingga saat ini USG mempunyai

peranan penting untuk meentukan kelainan berbagai organ tubuh.

Prinsip USG

Ultrasonik adalah gelombang suara dengan frekwensi lebih tinggi daripada

kemampuan pendengaran telinga manusia, sehingga kita tidak bisa

mendengarnya sama sekali. Suara yang dapat didengar manusia mempunyai

frekwensi antara 20 – 20.000 Cpd (Cicles per detik- Hertz).. Sedangkan

dalam pemeriksaan USG ini mengunakan frekwensi 1- 10 MHz ( 1- 10 juta

Hz). Gelombang suara frekwensi tingi tersebut dihasilkan dari kristal-kristal

yang terdapat dalam suatu alat yang disebut transducer. Perubahan bentuk

akibat gaya mekanis pada kristal, akan menimbulkan teganganlistrik.

Fenomena ini disebut efek Piezo-electric, yang merupakan dasar

perkembangan USG selanjutnya. Bentuk kristal juga akan berubah bila

dipengaruhi oleh medan listrik. Sesuai dengan polaritas medan listrik yang

melaluinya, kristal akan mengembang dan mengkerut, maka akan dihasilkan

gelombang suara frekwensi tingi.

Display Mode’s

Echo dalam jaringan dapat diperlihatkan dalam bentuk :

Page 11: Tumor Kolon

1. A- mode L : Dalam sistem ini, gambar yang berupa defleksi vertikal pada

osiloskop. Besar amplitudo setiap defleksi sesuai dengan energy eko

yang diterima transducer.

2. B- mode : Pada layar monitor (screen) eko nampak sebagai suatu titik dan

garis terang dan gelapnya bergantung pada intensitas eko yang

dipantulkan dengan sistem ini maka diperoleh gambaran dalam dua

dimensi berupa penampang irisan tubuh, cara ini disebut B Scan.

3. M- mode : Alat ini biasanya digunakan untuk memeriksa jantung.

Tranducer tidak digerakkan. Disini jarak antara transducer dengan organ

yang memantulkan eko selalu berubah, misalnya jantung dan katubnya.

Kekurangan

Kekurangan yang umum pada pemeriksaan USG disebabkan karena

USG tidak mampu menembus bagian tertentu badan. Tujuh puluh persen

gelombang suara yang mengenai tulang akan dipantulkan, sedang pada

perbatasan rongga-rongga yang mengandung gas 99% dipantulkan. Dengan

demikian pemeriksaan USG paru dan tulang pelvis belum dapat dilakukan.

Dan diperkirakan 25% pemeriksaan di abdomen diperoleh hasil yang kurang

memuaskan karena gas dalam usus. Penderita gemuk agak sulit, karena lemak

yang banyak akan memantulkan gelombang suara yang sangat kuat.

Pemakaian Klinis

USG digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dalam

berbagai kelainan organ tubuh. USG digunakan antara lain menemukan dan

menentukan letak massa dalam rongga perut dan pelvis. membedakan kista

dengan massa yang solid. mempelajari pergerakan organ (jantung, aorta, vena

kafa), maupun pergerakan janin dan jantungnya. Pengukuran dan penetuan

volum. Pengukuran aneurisma arterial, fetalsefalometri, menentukan

kedalaman dan letak suatu massa untuk bioksi. Menentukan volum massa

ataupun organ tubuh tertentu (misalnya buli-buli, ginjal, kandung empedu,

ovarium, uterus, dan lain-lain). Bioksi jarum terpimpin. Arah dan gerakan

jarum menuju sasaran dapat dimonitor pada layar USG. Menentukan

perencanaan dalam suatu radioterapi. Berdasarkan besar tumor dan posisinya,

Page 12: Tumor Kolon

dosis radioterapi dapat dihitung dengan cepat. Selain itu setelah radioterapi,

besar dan posisi tumor dapat pula diikuti.

2. CT-Scan Colon

Pemanfaatan alat CT scan dalam melakukan pemeriksaan Colon

merupakan teknik yang baru dan dapatkita lakukan dengan sangat cepat dan dapat

meniadakan radiasi yang diterima oleh pekerja radiasi. Dengan pemeriksaan CT

Colon ini dapat dilihat gambaran Colon baik dalam maupun luarnya sebagaimana

kita melakukan Colonoskopi.

CT-Scan colon dapat dilakukan dengan 2 cara, antara lain :

1. Dengan memasukkan kontras media positif.

2. Dengan memasukkan kontras media negative.

CT Colon adalah pemeriksaan Colon dengan memanfaatkan alat CT Scan

untuk menperlihatkan gambaran Colon dan menggunakan kontras media negative

yaitu udara yang dipompakan kedalam colon. Tujuan pemeriksaan ini sama

halnya dengan pemeriksaan Colon biasa , hanya disini kita tak perlu melakukan

fluoroskopi dan juga tidak memasukkan Barium kedalam usus sipenderita. Jadi

pemeriksaannya jauh lebih nyaman dari pemeriksaan Colon yang biasa kita

lakukan , serta waktu yang dibutuhkan jauh lebih cepat. Pada CT Colon kita dapat

mengevaluasi permukaan luar (3D Colon) dan structure dalam dari Colon dengan

Navigator ,seperti divertikuli , dokter dapat juga mengevaluasi bagian dari

structure abdomen lainnya, seperti liver, ginjal, dll. Setelah dilakukan pemotretan

dalam posisi supine dan prone dengan mempergunakan Helical dan ketebalan

irisan 3 - 5 mm , pasien diperbolehkan keluar dari ruangan pemeriksaan, dan

selanjutnya kita lakukan prosesing gambar pada operator console. Untuk melihat

Colon dengan penampilan tiga dimensi, cukup kita klik Built model, terus 3D

Colon , dengan sekejap kita dapatkan gambaran Colon. Dengan jalan memutar-

mutar gambar sedemikian rupa , kita dapatkan gambaran Colon yang kita

kehendaki. Gambar Colon 3D yang sudah kita dapatkan kita ubah lagi menjadi

gambaran colon seperti yang biasa kita buat dengan alat Rontgen konvensionil.

Page 13: Tumor Kolon

Dengan menggunakan alat (Navigator) yang dapat kita gerakkan sepanjang

gambaran Colon , dimana kita sudah mempunyai gambaran Colon dalam

potongan axial , sagital dan coronal sebagai panduan., maka kita dapatkan

gambaran permukaan dalam dari Colon , dimana gambar yang kita lihat adalah

gambaran seperti yang dihasilkan dengan alat Colonoskopi yang selama ini kita

lihat. Bila dokter memerlukan visualisasi dari Colon itu sendiri dapat dengan

mudah dilakukan, walaupun pasien sudah keluar dari bagian Radiologi.

Tujuan pemeriksaan : untuk melihat kelainan-kelainan pada daerah kolon.

Indikasi Pemeriksaan :

1. Colitis

2. Polip

3. Tumor

4. Invaginasi

5. Hemoroid

Kontra indikasi :

1. Perforasi

2. Keadaan umum pasien jelek

3. Diare

Persiapan Pasien :

1. Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien dianjurkan makanan lunak / bubur kecap

dan disarankan banyak minum air

2. Jika kita lakukan pagi maka makan bubur kecap yg terakhir jam 19.00 wib. Dan

jika pemeriksaan dilakukan siang, makan terakhir jam 07.00 wib.

Page 14: Tumor Kolon

3. Jika kita lakukan pemeriksaan pagi, maka pasien minum garam inggris 1 bks

dicmpur dgn air 1 gelas jam20.00 wib. Utk pemeriksaan siang maka minum

garam inggris dicampur air 1 gelas jam 07.00 wib.

4. Jika dilakukan pemeriksaan pagi maka mulai puasa jam24.00 wib dan jika

dilakukan siang, puasa jam07.00, pasien dianjurkan tdk merokok dan tdk

boleh bnyak bicara.

5. Besok pagi / siang pasien dtg ke radiologi dlm keadaan puasa.

6. Sebaiknya sebelum pemeriksaan pasien dilakukan klisma.

Persiapan Alat dan Bahan :

1. Cateter

2. Gunting klem

3. Spuit 20cc

4. Jelly

5. Spuit cateter

6. Handscone

7. Bahan Kontras dan gelas

Persiapan pasien : 

1. Petugas radiologi menjelaskan tentang yg akan diperiksa ke pasien.

2. Petugas radiologi meminta ke pasien mengganti pakaian dgn pakaian yg telah

disiapkan / baju pasien.

3. Pasien diminta naik ke atas meja pemeriksaan.

Dengan memakai CT Scan dual slice saja kita bisa menghasilkan

gambaran CT Colon dengan baik, apalagi apabila kita pakai CT multi slice , pasti

gambarannya akan jauh lebih baik , sebab resolusinya akan semakin halus.

Keuntungan pemeriksaan ini adalah mengurangi radiasi yang diterima pekerja

radiasi. Dapat memperlihatkan struktur Colon baik lapisan luar maupun lapisan

dalamnya. Kita bisa melihat gambaran Colonoskopi tanpa menunggu dokter ahli

Penyakit dalam untuk melakukannya. Kelemahannya kita tak bisa mengambil

cuplikan bahan yang akan diperiksa dilaboratorium, apabila ada hal-hal yang

mencurigakan. Kerugian–kerugiannya adalah boleh dikatakan tidak ada.

Page 15: Tumor Kolon

CT telah menjadi standar untuk gambar modalitas abdomen pada pasien

dengan karsinoma kolorektal.CT scan dapat mengevaluasi abdominal

cavity dari pasien kanker kolon pre operatif. CT scan bisa mendeteksi

metastase ke hepar, kelenjar adrenal, ovarium, kelenjar limfa dan organ lainnyadi

pelvis. CT scan sangat berguna untuk mendeteksi rekurensi pada

pasien dengan nilai CEAyang meningkat setelah pembedahan kanker kolon.

Sensitifitas CT scan mencapai 55%. CT scan memegang peranan penting pada

pasien dengan kanker kolon dalam menentukan stage dari lesi sebelum tindakan

operasi. Pelvic CT scan dapat mengidentifikasi invasi tumor kedinding usus

dengan akurasi mencapai 90 %, dan mendeteksi pembesaran kelanjar getah

bening> 1 c m p a d a 7 5 % p a s i e n . P e n g g u n a a n C T d e n g a n

k o n t r a s d a r i a b d o m e n d a n p e l v i s d a p a t   mengidentifikasi metastase

pada hepar dan daerah intraperitoneal.

Gambar. CT Scan Ca kolon

Page 16: Tumor Kolon

Gambar. Metastasis ke hati

Kerugian CT Scan adalah

Karena CT Scan menggunakan sinar x untuk menghasilkan gambar potongan

tubuh ,maka tentu saja pasien yang sedang dalam pemeriksaan CT Scan akan

terpapar dengan sinar x. CT Scan dengan teknologi saat ini hanya akan

memaparkan 4% saja dari radiasi sinar x yang dipaparkan oleh alat Rontgen sinar

x biasa. Oleh karena itu ibu hamil tak dapat melakukan pemeriksaan CT Scan ,

oleh karena itu ibu hamil wajib memeberitahukan kondisi kehamilannya pada

dokter sebelum dokter merekomendasikan pemeriksaan CT Scan. Munculnya

gambaran artefak (gambaran yang seharusnya tidak ada tapi terekam). Hal ini

biasanya timbul karena pasien bergerak selama perekaman CT Scan berlangsung,

pasien yang menggunakan tambalan gigi amalgam atau sendi palsu dari logam,

atau kondisi jaringan tubuh tertentu yang mengakibatkan timbulnya gambaran

artefak. Demikian penggunakan CT Scan sejak awal sampai saat ini setelah

banyak sekali kemajuan teknologi yang dicapai ,kemajuan ini dapat sangat

bermanfaat untuk dunia kedokteran dan kesehatan.

3. Foto Polos Abdomen

Page 17: Tumor Kolon

Foto polos abdomen merupakan pemeriksaan awal untuk melakukan

pemeriksaan barium enema. Apabila pada pemeriksaan foto polos abdomen

ditemukan tanda-tanda perforasi, maka pemeriksaan barium enema merupakan

kontra indikasi.7

Foto polos abdomen sedapat mungkin dibuat pada posisi tegak dengan

sinar horizontal. Posisi supine perlu untuk melihat distribusi gas, sedangkan di

sikap tegak untuk melihat batas udara-air dan letak obstruksi karena massa.

Page 18: Tumor Kolon

Gambar. polos abdomen

Page 19: Tumor Kolon

Gambar. foto abdomen left lateral decubitus

GAMBAR. Foto polos abdomen-Left lateral decubitus

Pada foto BOF/LLD tampak adanya peumoperitoneum (udara bebas diatas hepar

pada foto LLD) menunjukan adanya perforasi usus.

Page 20: Tumor Kolon

Sebaiknya pemotretan dibuat dengan memakai kaset film yang dapat

mencakup seluruh abdomen beserta dindingnya. Perlu disiapkan ukuran kaset dan

film ukuran 35 x 43 cm.

Adanya dilatasi dari usus disertai gambaran “step ladder” dan “air fluid

level” pada foto polos abdomen dapat disimpulkan bahwa adanya suatu obstruksi.

Foto polos abdomen mempunyai tingkat sensitivitas 66% pada obstruksi usus

halus, sedangkan sensitivitas 84% pada obstruksi kolon.

Pada foto polos abdomen dapat ditemukan gambaran “step ladder dan air

fluid level” terutama pada obstruksi bagian distal. Pada kolon bisa saja tidak

tampak gas. Jika terjadi stangulasi dan nekrosis, maka akan terlihat gambaran

berupa hilangnya mukosa yang reguler dan adanya gas dalam dinding usus. Udara

bebas pada foto thoraks tegak menunjukkan adanya perforasi usus. Penggunaan

kontras tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan peritonitis akibat adanya

perforasi.

4. Barium Enema

Tujuan Pemeriksaan :

· Membantu menegakkan diagnosis dari carcinoma colon dan penyakit inflamasi

colon.

· Mendeteksi adanya polip, inflamasi dan perubahan struktural pada colon.

Resiko dan Tindakan Pencegahan :

 Pemeriksaan ini berbahaya jika dikerjakan pada penderita tachycardia atau

colitis berat.

 Pemeriksaan ini dapat dilakukan dengan hati-hati pada penderita ulcerative

colitis, diverticulitis, berak darah akut atau kecurigaan pneumatosis cytoides

intestinalis.

Page 21: Tumor Kolon

Nilai Normal :

 Barium akan mengisi colon secara rata dan menunjukkan contour, patency

(bebas terbuka) dan posisi bowel yang normal.

INDIKASI :

1. Gangguan pola buang air besar

2. Nyeri daerah colon

3. Kecurigaan massa daerah colon

4. Melena

5. Kecurigaan obstruksi colon

KONTRA INDIKASI :

1. Absolute

 toxic megacolon

 pseudo membranous colitis

 post biopsy colon (sebaiknya menunggu setelah 7 hari)

2. Relatif

 persiapan colon kurang baik

 baru saja mengalami pemeriksaan GI tract bagian atas dengan kontras

KOMPLIKASI :

1. Perforasi usus

2. Extraluminasi ke venous

3. Water intoxication

4. Intramural barium

Page 22: Tumor Kolon

5. Cardiac arithmia

6. Transient bactericemia

7. ES obat-obatan yang dipergunakan (buscopan, dll)

Persiapan Pemeriksaan

Persiapan Pasien

o 48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah serat

o 18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax

o 4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi dulkolak kapsul per

anus selanjutnya dilavement

o Seterusnya puasa sampai pemeriksaan

o 30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 – 1 mg / oral

untuk mengurangi pembentukan lendir

o 15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan untuk

mengurangi peristaltic usus.

Prosedur

1. Catat tanda-tanda vital pasien, tekanan darah, denyut nadi dan hasil

laboratorium bila ada.

2. Dilakukan plain foto Abdomen polos/ BNO Pendahuluan, menggunakan

kaset ukuran 30 x 40 cm, bila pasien berukuran besar menggunakan kaset ukuran

43 x 35 cm. Teknik Foto Plain Abdomen polos/ BNO Pendahuluan

3. Posisi Pasien Supine diatas meja pemeriksaan, kedua lengan disamping

tubuh, kaki lurus dengan lutul sedikit fleksi untuk mobilisasi.

4. Posisi objek Mid Sagital Plane pada pertengahan meja, batas atas

processus xyphoideus dan batas bawah sympisis pubis. 6.2.3. Central Ray:

Vertical, Center point : umbilikus, FFD : 90 cm Kv : 70 , MAS. 6.2.4. Eksposi:

Page 23: Tumor Kolon

sekspirasi dan tahan nafas supaya abdomen lebih tipis, diafragma keatas sehingga

abdomen terlihat jelas.

5. Siapkan media kontras barium sulfat yang dicampur dengan air dengan

perbandingan 1:8.

6. Masukkan ke tabung irigator yang telah tersambung dengan selang

irigator. Letakkan pada ketinggian 1 meter dari tempat tidur pasien.

7. 6.5. Masukkan kanula yang telah diolesi vaselin ke anus pasien, diklem

dengan gunting klem. 6.6. Buka gunting klem sehingga barium masuk ke colon

sigmoid (±5 menit). Tutup gunting klem pada selang irigator. Lakukan pemotretan

dengan kaset 24 x 30 cm.

8. Buka kembali klem alirkan barium kira-kira sampai mengisi rectum (± 10

menit). Lakukan pemotretan AP dengan menggunakan kaset 30 x 40 cm.

Kemudian dilanjutkan dengan pemotretan posisi obliq kanan dan kiri dengan

menggunakan kaset 30 x 40 cm.

9. Pasien dipersilahkan BAB.

10. Setelah itu dimasukkan media kontras negatif melalui anus pasien dengan

spuit. (double kontras). Kemudian dilakukan pemotretan dengan posisi AP.

11. Pemeriksaan Colon in loop selesai. Pasien diantar keluar ruang

pemeriksaan.

12. Kelebihan dalam menegakan diagnosa pemeriksaan usus besar / colon in

loop bahwa radiolog dapat memonitor secara real time. Pergerakan peristaltic

pada saat dilakukan pemeriksaan colon in loop, dengan catatan bahwa dalam

pemeriksaan ini menggunakan flouroscopi.

Setelah Pemeriksaan

Perawatan Langsung Setelah Pemeriksaan :

· Jika X-ray lebih lanjut tidak dimintakan , maka penderita dapat kembali

makan secara normal.

· Minum banyak cairan karena pemeriksaan dapat menyebabkan dehydrasi.

Page 24: Tumor Kolon

Aktivitas Setelah Pemeriksaan :

· Kotoran penderita akan berwarna keputihan hingga 24 – 72 jam ( 1 – 3 hari ).

Teknik Pemasukan Media Kontras

1. Metode Kontras Tunggal

1. Pemeriksaan hanya menggunakan BaSO4 sebagai media kontras.

2. Kontras dimasukkan ke kolon sigmoid, desenden, transversum,

ascenden sampai daerah seikum.

3. Dilakukan pemotretan full fillng

4. Evakuasi, dibuat foto post evakuasi

2. Metode Kontras Ganda

1. Kontras Ganda Satu Tingkat

Kolon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan udara

untuk mendorong barium melapisi kolon

Selanjutnya dibuat foto full filling

2. Kontras Ganda Dua Tingkat

1. Tahap pengisian

 Kolon diisi BaSO4 sampai kira 2 fleksura lienalis

atau pertengahan kolon transversum

 Pasien disuruh merubah posisi agar barium masuk ke

seluruh kolon

2. Tahap pelapisan

 Menunggu 1 – 2 menit supaya barium melapisi

mukosa kolon

3. Tahap pengosongan

Page 25: Tumor Kolon

 Pasien disuruh BAB

4. Tahap pengembangan

 Dipompakan udara ke dalam kolon = 1800 – 2000

ml, tidak boleh berlebihan karena akan timbul

komplikasi : reflex fagal (wajah pucat, bradikardi,

keringat dingin dan pusing )

5. Tahap pemotretan

 Pemotretan dilakukan apabila yakin seluruh kolon

mengembang semua

 Posisi pemotretan tergantung dari bentuk dan

kelainan serta lokasinya.

 Proyeksi PA, PA oblig & lateral ( rectum )

 Proyeksi AP, AP oblig ( kolon transversum termasuk

fleksura)

 Proyeksi PA, PA oblig pasien berdiri ( fleksura

lienalis dan hepatica)

Page 26: Tumor Kolon

Gambar. Karsinoma kolon-apple core

Page 27: Tumor Kolon

Gambar. Barium enema

Gambar. Karsinoma kolon

Page 28: Tumor Kolon
Page 29: Tumor Kolon

Gambar. Colorecral cancer.

Memberikan keuntungan sebagai berikut :

 sensitivitasnya untuk mendiagnosis karsinoma kolon-rektum: 65 – 95 %,

 aman,

 tingkat keberhasilan prosedur sangat tinggi,

 tidak memerlukan sedasi,

 telah tersedia di hampir seluruh rumah sakit.

Terdapat kelemahan pemeriksaan enema barium yaitu:

 lesi T1 sering tak terdeteksi,

 rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi di rekto-sigmoid dengan

divertikulosis dan di sekum,

 rendahnya akurasi untuk mendiagnosis lesi tipe datar,

 rendahnya sensitivitas (70–95 %) di dalam mendiagnosis polip < 1 cm,

 menda/pat paparan radiasi.

5. Kolonoskopi 

Kolonoskopi dianjurkan untuk memeriksa pasien lebih dari 50 tahun 

rata-rata berusia risiko karsinoma kolon atau polip kolon. Karsinoma usus 

jarang tidak dapat dideteksi pada kolonoskopi karena ia cenderung lebih besar

daripada adenomatosa polip. Kolonoskopi adalah tes yang sangat spesifik. Pada

kolonoskopi, massa dibiopsi untuk diagnosis patologis.

Kolonoskopi adalah cara paling akurat mengevaluasi mukosa kolon, dan

memungkinkan biopsi lesi. Pemeriksaan lengkap ke sekum kolon dapat dicapai

dalam lebih dari 95% pasien. Potensi ketidaknyamanan dari prosedur agak

tergantung pada operator, tetapi dalam banyak kasus prosedur dapat dilakukan

dengan nyaman intravena sederhana sedasi sadar.. Kolonokopi adalah sekitar 12%

Page 30: Tumor Kolon

lebih akurat daripada udara kontras barium enema, terutama dalam mendeteksi

lesi kecil seperti adenomas. Pemeriksaan ini paling akurat dan sangat efektif. 

Kolonoskopi memberikan keuntungan sebagai berikut:

tingkat sensitivitas di dalam mendiagnosis adenokarsinoma atau poli

kolorektal adalah 95%,

kolonoskopi berfungsi sebagai alat diagnostik melalui biopsi dan

terapipada polipektomi,

 kolonoskopi dapat mengidentifikasi dan melakukan reseksi synchronous

polyp,

 tidak ada paparan radiasi.

Kerugian kolonoskopi adalah :

 pada 5 – 30 % pemeriksaan tidak dapat mencapai sekum,

 sedasi intravena selalu diperlukan,

 lokalisasi tumor dapat tidak akurat,

 tingkat mortalitas adalah 1 : 5000 kolonoskopi.

c. Pemeriksaan Histopatologi

Pemeriksaan histopatologi melalui biopsi merupakan diagnosis pasti dari

karsinoma. Klinisi harus mereview penemuan hasil pemeriksaan ini untuk

mengkonfirmasi diagnosis dan dapat segera memberikan terapi yang tepat. Dalam

kedokteran onkologi, ini merupakan prinsip dasar dalam menegakkan diagnosis

keganasan.

9 DIAGNOSA BANDING 

Gejala dari tumor kolon dapat menyerupai beberapa penyakit seperti :

Page 31: Tumor Kolon

1. Divertikulitis

Terutama divertikulitis yang terjadi di daerah sigmoid atau kolon descendens,

dimana pada kolon dan divertikulitis sama-sama ditemukan feces yang

bercampur dengan darah dan lendir.

2. Colitis Ulcerative

Pada colitis ulcerativa juga ditemukan feces yang berdarah dan berlendir,

tenesmus, mules dan nyeri perut. Tetapi pada colitis ulserativa terdapat diare

sedangkan pada tumor kolon biasanya feces berbentuk kecil-kecil seperti

kotoran kambing.

3. Appendicitis Infiltrat

Pada appendicitis infiltrat terasa nyeri dan panas yang mirip dengan tumor

sekum stadium lanjut (tumor sekum pada stadium awal bersifat mobile).

4. Haemoroid

Pada haemoroid, feces juga bercampur darah namun pada haemoroid darah

keluar sesudah feces keluar baru kemudian bercampur. Sedangkan pada tumor

kolon darah keluar bersamaan dengan feces.

5. Tumor Ovarium

Pada tumor ovarium dan tumor kolon kiri sama-sama sering ditemukan

gangguan konstipasi. Pada tumor ovarium, juga didapati pembesaran abdomen

namun tumor ini tidak menyebabkan keluarnya darah bersama feces. Selain

itu tumor ovarium menyebabkan gangguan pada miksi berupa peningkatan

frekuensi di mana hal ini tidak dijumpai pada tumor kolon.

Kolon kanan Kolon tengah Kolon kiri Rektum

Abses apendiks Tukak peptik Kolitis ulserosa Polip

Massa Karsinoma lambung Polip Proktitis

Page 32: Tumor Kolon

apendikular

Amuboma Abses hati Divertikulitis Fisura ani

Enteritis

regionalis

Karsinoma hati Endometriosis Karsinoma ani

- Kolesitiasis - Hemoroid

- Kelainan pankreas - -

- Kelainan saluran

empedu

- -

10 PENATALAKSANAAN 

Satu-satunya kemungkinan terapi kuratif adalah tindakan bedah. Tujuan

utama tindakan bedah adalah memperlancar saluran cerna baik bersifat kuratif

maupun non kuratif dengan mengangkat karsinoma dan kemudian memulihkan

kesinambungan usus. Kemoterapi dan radiasi bersifat paliatif dan tidak

memberikan manfaat kuratif. Tindakan bedah terdiri dari reseksi luas karsinoma

primer dan kelenjar limfe regional. Bila sudah terjadi metastase jauh, tumor

primer akan direseksi juga dengan maksud mencegah obstruksi, perdarahan,

anemia, inkontinensia, fistel dan nyeri.

1. Terapi primer

Terapi utama untuk tumor kolon adalah operatif. Tindakan operatif yang

dilakukan tergantung dari letak tumor kolon tersebut. Tehnik pembersihan

mesenterium dan keadaan patologi (benigna atau maligna) menentukan berapa

panjang kolon yang harus direseksi.

2. Terapi paliatif 

Reseksi tumor secara paliatif dilakukan untuk mencegah atau mengatasi

obstruksi atau menghentikan pendarahan supaya kualitas hidup penderita lebih

baik. Jika tumor tidak dapat diangkat, dapat dilakukan bedah pintas atau anus

preternaturalis.

Page 33: Tumor Kolon

Pada metastasis di hepar yang tidak lebih dari 2 atau 3 nodul dapat

dipertimbangkan eksisi metastasis. Pemberian sitostatik melalui arteri

hepatika, yaitu perfusi secara selektif, kadang lagi disertai terapi embolisasi,

dapat berhasil menghambat pertumbuhan sel ganas.

11 KOMPLIKASI

1. Anemia

Anemia pada tumor kolon terutama disebabkan akibat adanya perdarahan.

Anemia yang terjadi adalah anemia hipokrom mikrositik.

2. Perforasi

Perforasi terjadi karena adanya sumbatan oleh tumor yang akan mengganggu

pasase dari feses.

3. Ileus obstruksi

4. Metastasis

Terutama ke hepar, paru, tulang, dan otak.

12 PROGNOSIS 

Prognosis tergantung dari ada atau tidaknya metastasis jauh, yaitu

klasifikasi penyebaran tumor dan tingkat keganasan sel tumor. Bila disertai

dengan diferensiasi sel tumor buruk, prognosisnya sangat buruk.

Page 34: Tumor Kolon

DAFTAR PUSTAKA

1.Karsinoma kolon. Available

from http://web.squ.edu.om/med-Lib/MED_CD/E_CDs/Cancer%20of

%20the%20Lower%20Gastrointinal%20Tract/DOCS/Ch7.pdf. 

2. National Cancer Institute U.S National Intitute of Health (2009) Cancer colon

treatment. Available from www.cancer.org

3. De jong W, Sjamsuhidajat R. Buku Ajar Ilmu Penyakit Bedah Edisi 2: Bab 35

Usus Halus, Apendiks, Kolon, dan Rektum.Jakarta: EGC. 2005.

4. Halpert, RD. Gastrointestinal Imaging 3rd ed: Chapter 7 Colon and Rectum.

Philadelphia: Mosby Elsevier. 2006. 261-300.

5. Deteksi dini , diagnose dan penatalaksanaan karsinoma kolon. Available

fro

mhttp://repository.unand.ac.id/12202/1/Deteksi_Dini,_Diagnosa_dan_Pen

atalaksanaan_Karsinoma_Kolon_dan_Kerektum.pdf 

6. Zieve, D. (2009) Colon cancer. Available

fromwww.nlm.nih.gov/medlineplus/colorectalcancer.html.  7. Keuntungan

kolonoskopi dengan barium enema. Available

from http://books.google.com/books?

id=GTqUHHF4A6oC&pg=PA91&lpg=PA91&dq=kelebihan+kolonoskopi

&source=bl&ots=rqG8SF8GG4&sig=kXhFVJNRwKMsvciNcW9YwdIk

UNY&hl=en&ei=lxcbTv2QKMzHrQfo0tnPAQ&sa=X&oi=book_result&

ct=result&resnum=4&ved=0CDAQ6AEwAw#v=onepage&q=kelebihan

%20kolonoskopi&f=false

Page 35: Tumor Kolon

8. Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik Edisi 2: Traktus Digestivus dan

Biliaris. Jakarta: EGC. 2005. 256-268

9. Gontar Alamsyah Siregar. Deteksi dini dan penatalaksanaan karsinoma kolon,

2007.

10. COLORECTAL CANCER HEALTH CENTRE (2010) LAPAROSCOPIC

PROCTOSIGMOIDECTOMY AND COLORECTAL CANCER.

AVAILABLE FROMWWW.WEBMD.COM/COLORECTAL-

CANCER/DEFAULT.HTM

11. Colorectal Cancer Center of Cedars-Sinai Hospital (2010) Treatments for

Sigmoid Colon Cancer . Available fromwww.csmc.edu/6408.html.