Tumor Dan Kanker Esofagus

41
TUMOR DAN KANKER ESOFAGUS A. Pendahuluan Tumor esofagus merupakan jenis tumor yang paling sering terjadi di dalam sel yang melewati dinding kerongkongan. Tumor esofagus ada yang bersifat jinak dan ada yang bersifat ganas. Tumor jinak yang paling sering terdapat pada esofagus adalah tumor yang berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan leiomioma. Sedangkan tumor yang bersifat ganas sering dikenal dengan kanker esofagus. Jenis yang paling sering terjadi pada kanker kerongkongan adalah squamous sel carcinoma dan adenokarsinoma, Dari kedua tumor tersebut sekitar 95% tumor yang ada di esofagus adalah tumor yang bersifat ganas. 1 Kanker esofagus merupakan jenis kanker yang sering ditemukan di daerah yang dikenal dengan julukan Asian Esophageal Cancer Belt yang terbentang dari tepi selatan laut Kaspia di sebelah barat sampai ke utara Cina meliputi Iran, Asia Tengah, Afganistan, Siberia, dan Mongolia. 1,2 Kanker esofagus merupakan peringkat ke enam penyebab kematian yang disebabkan oleh kanker. Sekitar 80 persen kematian terjadi di negara berkembang seperti Afrika Selatan dan Cina. Insidens karsinoma esofagus sangat bervariasi diberbagai negara, banyak ditemukan di China, Jepang, Rusia, Hongkong, Skandinavia, dan Iran. Di negara-

description

Asuhan keperawatan

Transcript of Tumor Dan Kanker Esofagus

TUMOR DAN KANKER ESOFAGUS

A. Pendahuluan

Tumor esofagus merupakan jenis tumor yang paling sering terjadi di dalam sel yang

melewati dinding kerongkongan. Tumor esofagus ada yang bersifat jinak dan ada yang

bersifat ganas. Tumor jinak yang paling sering terdapat pada esofagus adalah tumor yang

berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan leiomioma. Sedangkan tumor yang bersifat

ganas sering dikenal dengan kanker esofagus. Jenis yang paling sering terjadi pada

kanker kerongkongan adalah squamous sel carcinoma dan adenokarsinoma, Dari kedua

tumor tersebut sekitar 95% tumor yang ada di esofagus adalah tumor yang bersifat

ganas.1

Kanker esofagus merupakan jenis kanker yang sering ditemukan di daerah yang

dikenal dengan julukan Asian Esophageal Cancer Belt yang terbentang dari tepi selatan

laut Kaspia di sebelah barat sampai ke utara Cina meliputi Iran, Asia Tengah,

Afganistan, Siberia, dan Mongolia.1,2

Kanker esofagus merupakan peringkat ke enam penyebab kematian yang disebabkan

oleh kanker. Sekitar 80 persen kematian terjadi di negara berkembang seperti Afrika

Selatan dan Cina. Insidens karsinoma esofagus sangat bervariasi diberbagai negara,

banyak ditemukan di China, Jepang, Rusia, Hongkong, Skandinavia, dan Iran. Di negara-

negara barat seperti Amerika dan Inggris jarang ditemukan karsinoma esofagus.

Dilaporkan di China insiden karsinoma esofagus 19,6/100.000 pada laki-laki dan

9,8/100.000 pada wanita, bahkan pada propinsi Hunan, Shanxi dan Hebey insiden

mencapai 100/100.000 penduduk. Sedang Di Amerika dilaporkan insiden 6/100.000 pada

laki-laki dan 1.6/100.000 pada wanita.1,3

B. Anatomi dan Fisiologi Esofagus

Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang menghubungkan

dan menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari perjalanannya dari faring

menuju gaster, esofagus melalui tiga kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen

tersebut, yaitu leher (pars servikalis), sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea dan

kolumna vertebralis. Dada (pars thorakalis), setinggi manubrium sterni berada di

mediastinum posterior mulai di belakang lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri,

lalu membelok ke kanan bawah di samping kanan depan aorta thorakalis bawah. Abdomen

(pars abdominalis), masuk ke rongga perut melalui hiatus esofagus dari diafragma dan

berakhir di kardia lambung, panjang berkisar 2-4 cm.4

1. Cervikal, dimulai dari bagian bawah kartilago cricoid (settinggi C6) sampai suprasternal

notch

2. Upper Thoracis, dari suprasternal notch sampai carina (setinggi T4-T5)

3. Mid Thoracis, dari bifurcatio trakea sampai esofagus punction

4. Lower Thoracis, 8 cm panjangnya, meliputi abdominal esophagus

Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior ke otot

krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke v. pulmonalis inferior, 30-35

cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih 40-45 cm. Bagian atas esofagus yang berada di

leher dan rongga dada mendapat darah dari a. thiroidea inferior beberapa cabang dari arteri

bronkialis dan beberapa arteri kecil dari aorta. Esofagus di hiatus esofagus dan rongga perut

mendapat darah dari a. phrenica inferior sinistra dan cabang a. gastrika sinistra.3,4

Pembuluh vena dimulai sebagai pleksus di submukosal esofagus. Di esofagus bagian

atas dan tengah, aliran vena dari plexus esofagus berjalan melalui vena esofagus ke v. azigos

dan v. hemiazigos untuk kemudian masuk ke vena kava superior. Di esofagus bagian bawah,

semua pembuluh vena masuk ke dalam vena koronaria, yaitu cabang vena porta sehingga

terjadi hubungan langsung antara sirkulasi vena porta dan sirkulasi vena esofagus bagian

bawah melalui vena lambung tersebut. Pembuluh limfe esofagus membentuk pleksus di

dalam mukosa, submukosa, lapisan otot dan tunika adventitia. Di bagian sepertiga kranial,

pembuluh ini berjalan seara longitudinal bersama dengan pembuluh limfe dari faring ke

kelenjar di leher sedangkan dari bagian dua per tiga kaudal dialirkan ke kelenjar seliakus,

seperti pembuluh limfe dari lambung. Duktus thorakikus berjalan di depan tulang belakang.

Esofagus dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis. N. vagus bersifat saraf

parasimpatis bagi esofagus, meskipun di bawah leher n. vagus membawa gabungan saraf

simpatis dan parasimpatis. Esofagus pars servikalis dipersarafi oleh n. laringeus rekuren yang

berasal dari n. vagus. Cabang n.vagus dan n. laringeus rekurens kiri mempersarafi esofagus

thorakalis atas. N. vagus kiri dan kanan berjalinan dengan serabut simpatis membentuk

pleksus esofagus. Persarafan simpatis berasal dari ganglion servikal superior rantai simpatis,

n. splanikus mayor, pleksus aortik thorasikus dan ganglion seliakus.3,4

Secara histologis dinding esofagus terdiri atas 4 lapis, yaitu:

1. Mukosa

Terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut ke faring bagian atas,

dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi lambung yang sangat asam.

2. Submukosa

Mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mukus yang dapat mempermudah

jalannya makanan sewaktu menelan dan melindungi mukosa dari cedera akibat zat kimia.

3. Muskularis

Otot bagian esofagus, merupakan otot rangka. Sedangkan otot pada separuh bagian bawah

merupakan otot polos, bagian yang diantaranya terdiri dari campuran antara otot rangka dan

otot polos.

4. Serosa

Terdiri dari jaringan ikat yang jarang menghubungkan esofagus dengan struktur-struktur

yang berdekatan, tidak adanya serosa mengakibatkan penyebaran sel-sel tumor lebih cepat

(bila ada kanker esofagus) dan kemungkinan bocor setelah operasi lebih besar.

Fungsi dasar esofagus adalah membawa material yang ditelan dari faring ke

lambung. Refluks gastrik ke esofagus dicegah oleh sfingter bawah esofagus dan masuknya

udara ke esofagus pada saat inspirasi dicegah oleh sfingter atas esofagus, sfingter atas

normalnya selalu tertutup akibat kontraksi tonik otot krikofaringeus.

Ketika makanan mencapai esofagus, makanan akan didorong ke lambung oleh

gerakan peristaltik. Kekuatan kontraksi peristaltik tergantung kepada besarnya bolus

makanan yang masuk ke esofagus. Gerakan peristaltik esofagus terdiri dari

gerakan peristaltik primer dan gerakan peristaltik sekunder. Gerak peristaltik primer adalah

gerak peristaltik yang merupakan lanjutan dari gerakan peristaltik pada faring yang menyebar

ke esofagus. Gerakan ini berlangsung dengan kecepatan 3-4 cm/ detik, dan membutuhkan

waktu 8-9 detik untuk mendorong makanan ke lambung. Gerakan peristaltik sekunder terjadi

oleh adanya makanan dalam esofagus. Sesudah gerakan peristaltik primer dan masih ada

makanan pada esofagus yang merangsang reseptor regang pada esofagus, maka akan terjadi

gelombang peristaltik sekunder. Gelombang peristaltik sekunder berakhir setelah semua

makanan meninggalkan esofagus. Esofagus dipisahkan dari rongga mulut oleh sfingter

esofagus proksimal atau sfingter atas esofagus (upper esopaheal spinchter/ UES), dan

dipisahkan dengan lambung oleh sfingter esofagus distal atau sfingter bawah esofagus (lower

esophageal spinchter/ LES). Sfingter esofagus proksimal terdiri dari otot rangka dan diatur

oleh n. vagus. Tonus dari otot ini dipertahankan oleh impuls yang berasal dari neuron post

ganglion n. vagus yang menghasilkan asetilkolin.3,4

Sfingter esofagus distal yang terletal 2-5 cm di atas hubungan antara esofagus dan

lambung merupakan otot polos. Secara anatomis, strukturnya tidak berbeda dengan esofagus

tetapi secara fisiologis berbeda oleh karena dalam keadaan normal sfingter selalu konstriksi.

Proses menelan dapat di bagi menjadi 3 tahap yaitu :

1. Fase oral, yang mencetuskan proses menelan. Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang

telah dikunyah dan bercampur dengan liur akan membentuk bolus makanan melalui dorsum

lidah ke orofaring akibat kontraksi otot intrinsik lidah. Kontraksi m. levator veli palatini

mengakibatkan rongga pada tekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole dan bagian atas

dinding posterior faring (Passavant’s ridge) terangkat penutupan nasofaring akibat kontraksi

m. levator veli palatine, kontraksi m. Palatoglosus, ismus fausium tertutup, kontraksi m.

palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut.

2. Fase faringeal, terjadi secara refleks pada akhir fase oral, membantu jalannya makanan dari

faring kedalam esophagus. Faring dan taring bergerak ke atas oleh kontraksi m.stilofaring, m.

salfingofaring, m.tirohioid dan m. palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglotis,

sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika

vokalis tertutup karena kontraksi m. ariepiglotika dan m. aritenoid obligesàpenghentian aliran

udara ke laring karena refleks yang menghambat pernapasan (bolus tidak akan masuk ke

saluran nafas meluncur ke arah esofagus.

3. Fase esofageal, fase involunter lain yang mempermudah jalannya makanan dari esofagus

ke lambung. Rangsangan makanan pada akhir fase faringealàrelaksasi m. krikofaringà

introitus esofagus terbuka dan bolus makanan masuk kedalam esofagus. Sfingter

berkontraksi, tonus introitus esofagus saat istirahat,àrefluks dapat dihindari. Akhir fase

esofageal sfingter ini akan terbuka secara refleks ketika dimulainya peristaltik esofagus

servikal untuk mendorong bolus makanan ke distal. Selanjutnya setelah bolus makanan lewat,

maka sfingter ini akan menutup kembali.

C. Definisi dan Klasifikasi

Tumor esofagus terdiri dari tumor yang bersifat jinak dan tumor yang bersifat ganas

(kanker). Berbagai jenis tumor yang bermassa jinak dapat tumbuh dan berkembang dari

lapisan dinding yang berbeda yang ada di esofagus. Tumor jenis ini biasanya tanpa gejala

dan tumbuh secara lambat, bahkan tumor jinak ini sering tercatat hanya sebagai temuan

insidentil selama radiografi rutin atau endoskopi. Tumor jinak yang paling sering terdapat

pada esofagus adalah tumor yang berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan

leiomioma. Karena tumor berasal dari propria muskularis, tumor tersebut ditutupi oleh

submukosa yang utuh dan mukosa, sehingga sulit untuk dilakukan biopsi secara

endoskopi. Sedangkan tumor yang bersifat ganas sering dikenal dengan kanker esofagus.1,5

Kanker esofagus adalah karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng yg

melapisi lumen esofagus. Kanker esofagus dimulai dari lapisan dalam (mukosa) dan

tumbuh hingga ke submukosa dan lapisan otot. Dari kedua tumor tersebut hampir 95%

tumor yang ada di esofagus adalah tumor yang bersifat ganas.5

Berdasarkan histopatologinya, kanker esofagus dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:

1. Tumor epitel

Merupakan jenis tumor yang berasal dari lapisan epitel esofagus. Tumor

jenis ini merupakan tumor uang paling sering didapatkan pada esofagus. Tumor

epitel dibagi menjadi squamous cell carcinomadan adenokarsinoma.5

2. Tumor metastase

3. Limfoma

Jenis tumor yang berasal dari sel kekebalan tubuh yang ada di esofagus.

4. Sarcoma

Merupakan jenis tumor yang berasal dari dinding muscular esofagus.

Berdasarkan jenis sel yang melapisi esofagus, maka kanker esofagus dibagi menjadi

epitel berlapis gepeng (squamous cell carcinoma) dan adenokarsinoma. Squamous cell

carcinoma dapat terjadi disepanjang esofagus. Jenis kanker ini meliputi 95% kejadian

kanker esofagus di Amerika Serikat. Kanker yang terjadi di sel kelenjar disebut

adenokarsinoma. Jenis sel ini bukanlah sel yang biasanya ada dan menjadi bagian di

lapisan dalam esofagus. Sebelum menjadi adenokarsinoma, sel glandular menggantikan

posisi sel squamous, dan inilah yang sering disebut dengan Barrett’s esophagus. Kanker

tipe ini sering terjadi di bagian yang lebih bawah dari esofagus, yang merupakan tempat

terbanyak kejadian adenokarsinoma.5

D. Faktor Risiko

Penyebab kanker esofagus belum diketahui dengan pasti akan tetapi para peneliti

percaya bahwa beberapa faktor resiko seperti merokok dan alkohol, dapat menyebabkan

kanker esofagus dengan cara merusak DNA sel yang melapisi bagian dalam esofagus,

akibatnya DNA sel tersebut menjadi abnormal. Iritasi yang berlangsung lama pada dinding

esofagus, seperti yang terjadi pada GERD, Barrett’s esophagus dan akhalasia dapat

memicu terjadinya kanker. Beberapa faktor resiko yang dapat mempertinggi kejadian

kanker esofagus diantaranya adalah :

1. Merokok dan Konsumsi Alkohol

Konsumsi alkohol dan merokok berkaitan dengan kejadian kanker esofagus.

Alkohol dan rokok dapat menyebabkan iritasi kronik pada mukosa esofagus.

Orang yang merokok 1 bungkus perhari memiliki resiko 2 kali lebih tinggi untuk

menderita adenokarsinoma esofagus dibandingkan dengan yang tidak merokok.

2. Obesitas

Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki resiko tinggi untuk

menderita adenokarsinoma esofagus. Hal ini berkaitan dengan peningkatan

tekanan intra abdomen dan refluk esofagus.

3. Gastro-esophageal Reflux Disease (GERD)

Orang yang menderita GERD, beresiko 2 hingga 16 kali lebih tinggi untuk

menderita adenokarsinoma esofagus dibandingkan dengan orang normal. Resiko

bergantung pada seberapa panjang refluk dan gejala yang terjadi. Sekitar 30 %

kejadian kanker esofagus dikaitkan dengan kejadian GERD.

4. Barrett’s esophagus

Jika refluk di bagian lower esophagus berlangsung terus menerus dan dalam

jangka waktu yang lama, maka refluk ini akan menyebabkan kerusakan pada

dinding esofagus. Hal ini dapat mengakibatkan sel skuamous yang melapisi

esofagus menjadi nhilang dan digantikan oleh sel glandular. Sel glandular ini

biasanya terlihat seperti sel yang melapisi dinding lambung dan usus halus, dan

lebih resisten terhadap asam lambung. Kondisi ini dinamakan Barrett’s

esophagus. Sekitar 10 % orang dengan gejala GERD menderita Barrett’s

esophagus. Semakin lama seseorang mngalami GERD , maka semakin beresiko

untuk menderita Barrett’s esophagus. Kebanyakan orang yang menderita

Barrett’s esophagus memiliki gejala dada terasa terbakar. Penyakit ini memiliki

resiko 30 hingga 125 kali lebih besar untuk menyebabkan terjadinya kanker

esofagus dibandingkan dengan orang normal. Hal ini dikarenakan sel glandular

pada Barrett’s esophagus menjadi abnormal hingga menjadi displasia, kondisi

prekanker.7

5. Diet

Makan makanan yang banyak mengandung buah-buahan dan sayur-sayuran,

berkaitan dengan berkurangnya angka kejadian kanker esofagus. Buah-buahan

dan sayur-sayuran mengandung banyak vitamin dan mineral yang membantu

dalam mencegah terjadinya kanker. Sekitar 15 5 kanker esofagus dikaitkan

dengan rendahnya asupan buah-buahan dan sayuran. Makan makanan yang

sedikit mengandung buah-buahan dan sayur-sayuran dapat meningkatkan

kejadian kanker esofagus.

6. Akhalasia

Pada penyakit ini, otot pada bagian bawah esofagus tidak berfungsi dengan

baik. Makanan dan cairan yang yang masu ke dalam lambung menjadi tertahan

dan cenderung berkumpul di esofagus. Akibatnya esofagus mengkompensasi

dengan melakukan dilatasi. Orang dengan akhalasia memiliki resiko untuk

mengalami kanker esofagus 15 kali lebih besar dibandingkan dengan orang

normal. Sekitar 6% (1 dari 20 orang) dari semua kasus akhalasia berkembang

menjadi kanker squamous cell carcinoma. Pada umumnya, kanker terjadi sekitar

17 tahun setelah pasien didiagnosa akhalasia.

7. Bakteri Lambung

Bakteri lambung, helicobacter pylori dapat menyebabkan masalah lambung,

termasuk ulserasi dan beberapa jenis kanker lambung. Infeksi karena nakteri ini

dapat diobati dengan antibiotic dan tambahan obat yang mengurangi asam

lambung. Orang yang mendapat terapi H.Pylori beresiko untuk mengalami kanker

esofagus dibandingkan dengan orang yang tidak mendapatkan terapi. Hal ini

dikarenakan infeksi H.Pylori, menyebabkan lambung memproduksi sedikit asam

lambung. rendahnya kadar asam lambung berdampak apad rendahnya refluks ke

esofagus. Jadi infeksi dapat menyebabkan banyak masalah di lambung, tetapi di

lain pihak hal ini infeksi tersebut membantu melindungi esofagus.

E. Manifestasi Klinis

Keterlambatan antara awitan gejala-gejala dini serta waktu ketika pasien mencari

bantuan medis seringkali antara 12-18 bulan, biasanya ditandai dengan lesi ulseratif

esofagus tahap lanjut.

1. Disfagia

Gejala utama dari kanker esofagus adalah masalah menelan, sering dirasakan

oleh penderita seperti ada makanan yang tersangkut di tenggorokan atau dada.

Ketika menelan menjadi sulit, maka penderita biasanya mengganti makanan dan

kebiasan makannya secara tidak sadar. Penderita makan dengann jumlah gigitan

yang lebih sedikit dan mengunyah makanan dengan lebih pelan dan hati-hati.

seiring dengan pertumbuhann kanker yang semakin besar, penderita mulai makan

makanan yang lebih lembut dengan harapan makanan dapat dengan lebih mudah

masuk melewati esofagus, hingga akhirnya penderita berhenti mengkonsumsi

makanan padat dan mulai mengkonsumsi makanan cair. Akan tetapi, jika kanker

tetap terus tumbuh, bahkan makanan cair pun tidak bisa melewati esophagus.

Untuk membantu makanan melewati esophagus biasanya tubuh mengkompensasi

dengan menghasilkan saliva luarkan Hal ini juga yang menyebabkan orang yang

menderita kanker esofagus sering mengeluh mengeluh banyak mengeluarkan

mukus atau saliva.1,5,8

2. Merasakan benjolan dan nyeri pada saat menelan

3. Nyeri pada dada,regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau nafas dan

akhirnya cegukan

Nyeri dada sering dideskripsikan dengan perasaan tertekan atau terbahkar di

dada. gejala ini sering sekali diartikan dengan gejala yang berkaitan dengan organ

lain, seperti jantung, sehingga sering kali orang tidak menyadari kalau gejala

tersebut adalah salah satu gejala yang sering dikeluhkan pada penderita kanker

esofagus.

4. Hemoragi, kehilangan berat badan dan kekuatan secara progresif akibat kelaparan

Sekitar sebagian dari pasien yang menderita kanker esofagus mengalami

penurunan berat badan. Hal ini terjadi karena masalah menelan sehingga

penderita mendapat masukan makanan yang kurang untuk tubuhnya. Penyebab

lain dikarenakan berkurangnya nafsu makan dan meningkatnya proses

metabolisme kanker yang diderita oleh pasien.1

Pendarahan juga bisa terjadi pada pasien kanker esofagus. Sel tumor mampu

tumbuh keluar aliran darah, menyebabkan terjadinya nekrosis dan ulserasi pada

mukosa dan menghasilkan pendarahan di daerah gastrontestinal. Jika pendarahan

terjadi dalam jumlah yang banyak, maka feses juga bisa berubah menjadi warna

hitam tapi hal ini bukan berarti tanda bahwa kanker esofagus pasti ada.

5. Pada pemeriksaan fisik tampak pasien menjadi kurus karena gangguan menelan

dan anoreksia Jika telah lanjut, terdapat pembesaran kelenjar getah bening daerah

supraklavikula dan aksila, serta hepatomegali.

F. Penegakan Diagnostik

Diagnosis kanker esofagus dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan

penunjang termasuk didalamnyaimaging studies dan endoskopi.9

1. Laboratorium

Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat,

terdapat gangguan faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT, ureum dan

creatinin yang mengalami peningkatan.

2. Imaging Studies

a. Barrium Swallow

Pada uji ini, cairan yang disebut barium di telan. Barium akan melapisi

dinding esofagus. Ketika dilakukan penyinaran (sinar X), barium akan

membentuk esofagus dengan jelas. Tes ini dapat digunakan untuk melihat

apakah ada kelainan pada permukaan dinding esofagus. Tes barium biasanya

menjadi pilihan utama untuk melihat penyebab disfagia. Bahkan sebagian

kecil tumor, dapat terlihat dengan menggunakan tes ini. Tes barium tidak dapat

digunakan untuk menentukan seberapa jauh kanker telah bermetastase.9

b. CT Scan

CT Scan biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker esofagus,

tetapi CT Scan dapat membantu dalam menentukan penyebaran dari kanker

esofagus. CT Scan dapat menunjukkan lokasi dimana kanker esofagus berada

dan dapat membantu dalam menentukan apakah pembedahan merupakan

tatalaksana terbaik untuk kanker esofagus. Sebelum gambar diambil, pasien

diminta untuk minum cairan kontras, sehingga esofagus dan bagian usus dapat

terlihat jelas sehingga tidak terjadi pembiasan pada daerah sekitarnya.

c. Upper Endoscopy

Endoskopi merupakan uji diagnostic yang paling utama untuk

mendiagnosis kanker esofagus. Dengan bantuan endoskopi, dokter dapat

melihat kanker melalui selang dan melakukan biopsy terhadap jaringan kanker

maupun jaringan lain yang ada di sekitar kanker yang tampak tidak normal.

Contoh jaringan yang telah diambil kemudian dikirim ke laboratorium, dan

dengan bantuan mikroskop dapat ditentukan apakah jaringan tersebut

merupakan jaringan yang bersifat ganas (kanker). Jika kanker esophagus

menutupi lumen esophagus, maka lumen tersebut dengan bantuan alat dan

endoskopi dapat dilebarkan sehingga makanan dan cairan dapat melaluinya.9

d. Endoscopic Ultrasound

Merupakan jenis endoskopi yang menggunakan gelombang suara untuk

melihat gambar bagian dalam tubuh. Endoskopi jenis ini sangat berguna untuk

menentukan ukuran dari kanker esofagus dan seberapa jauh kanker tersebut

telah menyebar ke jaringan lain. Uji ini tidak memiliki dampak radiasi,

sehingga aman untuk digunakan.

e. Bronkoskopi dan Mediastinoskopi

Bronkoskopi biasanya dilakukan, khususnya pada tumor pada sepertiga

tengah dan atas esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan

untuk membantu dalam menentukan apakah lesi dapat diangkat. Sedangkan

mediastinoskopi digunakan untuk menentukan apakah kanker telah menyebar

ke nodus dan struktur mediastinal lain.

G. Penatalaksanaan dan Prognosis

Sebelum merencanakan dan memberikan terapi pada tumor atau karsinoma

esofagus, perlu dilakukan penentuan stadium (staging) dan pengelompokan stadium

tumor. Penentuan tingkatan tumor ini dimulai dengan anamnesis dan pemeriksaan jasmani

yang teliti, dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium. Prosedur dilanjutkan dengan

esofagografi memakai suspensi barium, foto dada, CT Scan dada dan abdomen. Pada

kasus-kasus tertentu perlu dilakukan bronkoskopi, mediastinoskopi, atau sidik tulang.

Ada beberapa pilihan yang dapat digunakan untuk terapi kanker esofagus.

Pilihannya adalah pembedahan, terapi radiasi, kemoterapi, atau kombinasi dari ketiga jenis

pilihan. Sebagai contoh, terapi radiasi dan kemoterapi dapat diberikan sebelum atau

setelah operasi. Pilihan terapi bergantung pada beberapa hal, diantaranya :

1. Lokasi kanker di dalam esofagus

2. Apakah kanker telah menyerang struktur di sekitarnya

3. Apakah kanker telah menyebar ke kelenjar getah bening atau organ tubuh lainnya

4. Gejala dan kondisi kesehatan secara umum

Ada beberapa jenis operasi untuk kanker kerongkongan.. jenis tergantung terutama

di mana kanker itu berada.Untuk pembedahan harus ditentukan apakah dapat dioperasi

atau tidak berdasarkan keadaan umum pasien secara klinis, tidak adanya fiksasi tumor ke

jaringan sekitar, atau tidak adanya metastasis ke organ lain. Pembedahan dapat

dikombuinasikan dengan terapi lain seperti kemoterapi dan radioterapi. Pada stadium dini,

di mana besar tumor kurang dari 2 cm, dilakukan pembedahan enbloc esophagectomy.

Penderita akan merasakan nyeri pada masa awal setelah operasi. Namun obat-obatan akan

membantu dalam mengurangi rasa sakit tersebut. Efek samping yang ditimbulkan dari

tindakan pembedahan diantaranya adalah meningkatnya resiko infeksi termasuk

pneumoni, pandarahan setelah pembedahan dan gangguan pernafasan.1,3,9

Esofagektomi merupakan tindakan pembedahan untuk mengangkat semua bagian

dari esofagus, termasuk sebagaian kecil dari lambung. Saat esofagus diangkat maka limfa

nodus yang berada dekat dengan esophagus juga terangkat. Bagian atas esofagus sering

dihubungkan dengan bagian lambung yang tersisa, bagian lambung tersebut ditarik ke arah

dada atau leher menjadi bagian baru dari esofagus. Banyaknya esofagus yang diangkat,

bergantung pada staging tumor dan lokasi tumor berada. Jika tumor terletak di bagian

distal esofagus, maka bagian esofagus yang diangkat bisa mencapai 8 hingga 10 cm dari

normal esofagus.4,8,9

Terapi radiasi (juga disebut radioterapi) menggunakan sinar berenergi tinggi untuk

membunuh sel-sel kanker. Sinar tersebut hanya mempengaruhi sel-sel kanker, tidak untuk

sel-sel disekitarnya. Terapi radiasi dapat digunakan sebelum atau setelah operasi. Bahkan

dapat digunakan sebagai terapi tunggal, pengganti operasi. Terapi radiasi biasanya

dikombinasi dengan kemoterapi untuk mengobati kanker kerongkongan. Ada dua jenis

terapi radiasi dalam pengobatan kanker kerongkongan.1,3,9

Efek samping dari terapi radiasi bergantung pada dosis dan tipe radiasi. Terapi

radiasi eksternal yang dilakukan pada daerah dada dan abdomen dapat menyebabkan

radang tenggorokan, atau nyeri pada perut dan usus. Efek samping lainnya yaitu mual dan

muntah. Selain itu, kulit di daerah yang mendapat terapi dapat menjadi merah, kering, dan

nyeri. Terapi radiasi dapat menyebabkan masalah dalam proses menelan. Misalnya,

kadang-kadang terapi radiasi dapat melukai esofagus dan menyebabkan kesulitan dalam

menelan. Atau, radiasi juga dapat menyebabkan esofagus menjadi sempit. Oleh karena itu,

Sebelum terapi biasanya sebuah tabung plastik dimasukkan ke dalam esofagus untuk

menjaga agar esofagus tetap terbuka.

Kebanyakan orang dengan kanker esofagus mendapatkan kemoterapi. Kemoterapi

menggunakan obat untuk menghancurkan sel-sel kanker. Obat-obat untuk kanker

kerongkongan biasanya diberikan melalui pembuluh darah (intravena). Kemoterapi

biasanya diberikan dalam beberapa siklus. Setiap siklus memiliki masa perawatan diikuti

oleh masa istirahat.9 Efek samping tergantung terutama pada obat yang diberikan dan

berapa banyak dosis yang digunakan. Kemoterapi dapat membunuh sel kanker dengan

cepat, akan tetapi obat tersebut juga dapat membahayakan sel-sel normal yang ada di

dalam tubuh yang membelah dengan cepat.

Terapi paliatif bisa dilakukan adalah dilatasi mekanik dan terapi yag laser. Dilatasi

mekaniuk digunakan ketika tindakan pembedahan dan radioterapi bersifat kontraindikasi.

Teknik dilatasi ini menggunkan balon dilatators yang dimasukkan ke esofagus dengan

bantuan endoskopi. Karena resiko perforasi esofagus cukup tinggi pada tindakan ini, maka

dilatasi mekanik harus dilakukan secara perlahan dan hati-hati.1,3,7,9

Terapi yag laser ini cukup efektif untuk mengobati obstruksi yang disebabkan oleh

tumor esofagus. Massa tumor dapat dihancurkan dengan menggunakan laser sehingga

lumen bebas dari massa.

Jika terdiagnosis secara dini, secara keseluruhan tumor esofagus memiliki prognosis

yang baik. Sebanyak 70% penderita mengalami metastase pada kelenjar limfa nodus. Jika

tidak ada keterlibatan limfa nodus, maka 50 % pasien dapat bertahan hidup selama 5

tahun. Jika sudah terjadi metastase, maka hanya 1 dari 8 penderita yang mampu bertahan

hingga 5 tahun.1,5,9

DAFTAR PUSTAKA

1. Chou J.C., Gress F.G. 2006. Benign Esophageal Tumors.http://www.health.am/cr/benign-

esophageal-tumors/ (4 November 2011)

2. Livestone E.M. 2007. Esophageal

Cance

r.http://www.merckmanuals.com/home/digestive_disorders/tumors_of_the_digestive_system/

esophageal_cancer.html (4 November 2011)

3. National Cancer Institute. 2008. Esophageal Cancer (Esophageal

Tumor)

.http://my.clevelandclinic.org/disorders/esophageal_cancer/hic_esophageal_cancer.aspx (4

November 2011)

4. Califano J., Leong P.L., Koch W.M., Eisenberger C.F., Sidransky D., Westra W.H.

1999. Second Esophageal Tumors in Patients with Head and Neck Squamous Cell

Carcinoma: An Assessment of Clonal Relationships. Clin Cancer Res July 1999 5; 1862.

5. Ozan E., Oztekin O., Alacacioglu A., Aykas A., Postaci H., Adibelli Z. 2010. Esophageal

gastrointestinal stromal tumor with pulmonary and bone metastases. Diagn Interv

Radiol 2010; 16:217–220.

6. Sejpal S.V., Mulcahy M.F., Small W. 2010. The Role of Combined Radiation and

Chemotherapy in the Treatment of Esophageal

Cancer. http://www.cancernews.com/data/Article/305.asp (4 November 2011)

7. Reed C.E. 1999. Surgical Management of Esophageal Carcinoma. The Oncologist April

1999 vol. 4 no. 2 95-105.

8. Smith R.P., Shinohara E.T. 2008. Esophageal Cancer: The

Basics.http://www.oncolink.org/types/article.cfm?

c=5&s=12&ss=769&id=9465&CFID=36146701&CFTOKEN=25566200 (4 November

2011)

9. American Joint Committee on Cancer. 2011. Esophageal

Cancer.http://www.cancer.net/patient/Cancer+Types/Esophageal+Cancer?

sectionTitle=Staging (4 November 2011)

10. Paik N.J. 2011. Dysphagia.http://emedicine.medscape.com/article/324096-overview (4

November 2011)

11. DiMarino M.C.

2009. Dysphagia.http://www.merckmanuals.com/professional/gastrointestinal_disorders/

esophageal_and_swallowing_disorders/dysphagia.html (4 November 2011)

12. Stoppler M.C. 2011. Dysphagia (Difficulty

Swallowing).http://www.emedicinehealth.com/dysphagia_swallowing_problems/

article_em.htm (4 November 2011)

13. Muir A.J. 2010. Swallowing Rehabilitation

Techniques.http://www.dukehealth.org/services/speech_and_audiology/care_guides/

swallow_center/swallowing_rehabilitation_techniques (4 November 2011)

14. The Voice and Swallowing Institute. 2011. Voice and Swallowing Rehabilitation after

Head & Neck Cancer. http://www.nyee.edu/cfv-hn.html (4 November 2011)

15. Crary M.A., Mann G.D.C., Groher M.E. 2005. Initial Psychometric Assessment of a

Functional Oral Intake Scale for Dysphagia in Stroke Patients. Arch Phys Med Rehabil Vol

86, August 2005.

16. Balentine J.R. 2010. Encephalitis and

Meningitis.http://www.medicinenet.com/encephalitis_and_meningitis/article.htm (4

November 2011)

Steiner I., Budka H., Chaudhuri A., Koskiniemi M., Sainio K., Salonen O., Kennedy P.G.E.

2010. Viral meningoencephalitis: a review of diagnostic methods and guidelines for

management.European Journal of Neurology 2010, 17: 999–1009.

A. Pendahuluan

Tumor esofagus merupakan jenis tumor yang paling sering terjadi di dalam sel yang

melewati dinding kerongkongan. Tumor esofagus ada yang bersifat jinak dan ada yang

bersifat ganas. Tumor jinak yang paling sering terdapat pada esofagus adalah tumor yang

berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan leiomioma. Sedangkan tumor yang bersifat

ganas sering dikenal dengan kanker esofagus. Jenis yang paling sering terjadi pada kanker

kerongkongan adalah squamous sel carcinoma dan adenokarsinoma, Dari kedua tumor

tersebut sekitar 95% tumor yang ada di esofagus adalah tumor yang bersifat ganas.1

Kanker esofagus merupakan jenis kanker yang sering ditemukan di daerah yang

dikenal dengan julukan Asian Esophageal Cancer Belt yang terbentang dari tepi selatan laut

Kaspia di sebelah barat sampai ke utara Cina meliputi Iran, Asia Tengah, Afganistan, Siberia,

dan Mongolia.1,2

Kanker esofagus merupakan peringkat ke enam penyebab kematian yang disebabkan

oleh kanker. Sekitar 80 persen kematian terjadi di negara berkembang seperti Afrika Selatan

dan Cina. Insidens karsinoma esofagus sangat bervariasi diberbagai negara, banyak

ditemukan di China, Jepang, Rusia, Hongkong, Skandinavia, dan Iran. Di negara-negara barat

seperti Amerika dan Inggris jarang ditemukan karsinoma esofagus. Dilaporkan di China

insiden karsinoma esofagus 19,6/100.000 pada laki-laki dan 9,8/100.000 pada wanita, bahkan

pada propinsi Hunan, Shanxi dan Hebey insiden mencapai 100/100.000 penduduk. Sedang Di

Amerika dilaporkan insiden 6/100.000 pada laki-laki dan 1.6/100.000 pada wanita.1,3

B. Anatomi dan Fisiologi Esofagus

Esofagus merupakan sebuah saluran berupa tabung berotot yang menghubungkan dan

menyalurkan makanan dari rongga mulut ke lambung. Dari perjalanannya dari faring menuju

gaster, esofagus melalui tiga kompartemen dan dibagi berdasarkan kompartemen tersebut,

yaitu leher (pars servikalis), sepanjang 5 cm dan berjalan di antara trakea dan kolumna

vertebralis. Dada (pars thorakalis), setinggi manubrium sterni berada di mediastinum

posterior mulai di belakang lengkung aorta dan bronkus cabang utama kiri, lalu membelok ke

kanan bawah di samping kanan depan aorta thorakalis bawah. Abdomen (pars abdominalis),

masuk ke rongga perut melalui hiatus esofagus dari diafragma dan berakhir di kardia

lambung, panjang berkisar 2-4 cm.4

1. Cervikal, dimulai dari bagian bawah kartilago cricoid (settinggi C6) sampai suprasternal

notch

2. Upper Thoracis, dari suprasternal notch sampai carina (setinggi T4-T5)

3. Mid Thoracis, dari bifurcatio trakea sampai esofagus punction

4. Lower Thoracis, 8 cm panjangnya, meliputi abdominal esophagus

Pada orang dewasa, panjang esofagus apabila diukur dari incivus superior ke otot

krikofaringeus sekitar 15-20 cm, ke arkus aorta 20-25 cm, ke v. pulmonalis inferior, 30-35

cm, dan ke kardioesofagus joint kurang lebih 40-45 cm. Bagian atas esofagus yang berada di

leher dan rongga dada mendapat darah dari a. thiroidea inferior beberapa cabang dari arteri

bronkialis dan beberapa arteri kecil dari aorta. Esofagus di hiatus esofagus dan rongga perut

mendapat darah dari a. phrenica inferior sinistra dan cabang a. gastrika sinistra.3,4

Pembuluh vena dimulai sebagai pleksus di submukosal esofagus. Di esofagus bagian

atas dan tengah, aliran vena dari plexus esofagus berjalan melalui vena esofagus ke v. azigos

dan v. hemiazigos untuk kemudian masuk ke vena kava superior. Di esofagus bagian bawah,

semua pembuluh vena masuk ke dalam vena koronaria, yaitu cabang vena porta sehingga

terjadi hubungan langsung antara sirkulasi vena porta dan sirkulasi vena esofagus bagian

bawah melalui vena lambung tersebut. Pembuluh limfe esofagus membentuk pleksus di

dalam mukosa, submukosa, lapisan otot dan tunika adventitia. Di bagian sepertiga kranial,

pembuluh ini berjalan seara longitudinal bersama dengan pembuluh limfe dari faring ke

kelenjar di leher sedangkan dari bagian dua per tiga kaudal dialirkan ke kelenjar seliakus,

seperti pembuluh limfe dari lambung. Duktus thorakikus berjalan di depan tulang belakang.

Esofagus dipersarafi oleh saraf simpatis dan parasimpatis. N. vagus bersifat saraf

parasimpatis bagi esofagus, meskipun di bawah leher n. vagus membawa gabungan saraf

simpatis dan parasimpatis. Esofagus pars servikalis dipersarafi oleh n. laringeus rekuren yang

berasal dari n. vagus. Cabang n.vagus dan n. laringeus rekurens kiri mempersarafi esofagus

thorakalis atas. N. vagus kiri dan kanan berjalinan dengan serabut simpatis membentuk

pleksus esofagus. Persarafan simpatis berasal dari ganglion servikal superior rantai simpatis,

n. splanikus mayor, pleksus aortik thorasikus dan ganglion seliakus.3,4

Secara histologis dinding esofagus terdiri atas 4 lapis, yaitu:

1. Mukosa

Terbentuk dari epitel berlapis gepeng bertingkat yang berlanjut ke faring bagian atas,

dalam keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi lambung yang sangat asam.

2. Submukosa

Mengandung sel-sel sekretoris yang menghasilkan mukus yang dapat mempermudah

jalannya makanan sewaktu menelan dan melindungi mukosa dari cedera akibat zat kimia.

3. Muskularis

Otot bagian esofagus, merupakan otot rangka. Sedangkan otot pada separuh bagian

bawah merupakan otot polos, bagian yang diantaranya terdiri dari campuran antara otot

rangka dan otot polos.

4. Serosa

Terdiri dari jaringan ikat yang jarang menghubungkan esofagus dengan struktur-

struktur yang berdekatan, tidak adanya serosa mengakibatkan penyebaran sel-sel tumor lebih

cepat (bila ada kanker esofagus) dan kemungkinan bocor setelah operasi lebih besar.

Fungsi dasar esofagus adalah membawa material yang ditelan dari faring ke lambung.

Refluks gastrik ke esofagus dicegah oleh sfingter bawah esofagus dan masuknya udara ke

esofagus pada saat inspirasi dicegah oleh sfingter atas esofagus, sfingter atas normalnya

selalu tertutup akibat kontraksi tonik otot krikofaringeus.

Ketika makanan mencapai esofagus, makanan akan didorong ke lambung oleh

gerakan peristaltik. Kekuatan kontraksi peristaltik tergantung kepada besarnya bolus

makanan yang masuk ke esofagus. Gerakan peristaltik esofagus terdiri dari

gerakan peristaltik primer dan gerakan peristaltik sekunder. Gerak peristaltik primer adalah

gerak peristaltik yang merupakan lanjutan dari gerakan peristaltik pada faring yang menyebar

ke esofagus. Gerakan ini berlangsung dengan kecepatan 3-4 cm/ detik, dan membutuhkan

waktu 8-9 detik untuk mendorong makanan ke lambung. Gerakan peristaltik sekunder terjadi

oleh adanya makanan dalam esofagus. Sesudah gerakan peristaltik primer dan masih ada

makanan pada esofagus yang merangsang reseptor regang pada esofagus, maka akan terjadi

gelombang peristaltik sekunder. Gelombang peristaltik sekunder berakhir setelah semua

makanan meninggalkan esofagus.

Esofagus dipisahkan dari rongga mulut oleh sfingter esofagus proksimal atau sfingter

atas esofagus (upper esopaheal spinchter/ UES), dan dipisahkan dengan lambung oleh

sfingter esofagus distal atau sfingter bawah esofagus (lower esophageal spinchter/ LES).

Sfingter esofagus proksimal terdiri dari otot rangka dan diatur oleh n. vagus. Tonus dari otot

ini dipertahankan oleh impuls yang berasal dari neuron post ganglion n. vagus yang

menghasilkan asetilkolin.3,4

Sfingter esofagus distal yang terletal 2-5 cm di atas hubungan antara esofagus dan

lambung merupakan otot polos. Secara anatomis, strukturnya tidak berbeda dengan esofagus

tetapi secara fisiologis berbeda oleh karena dalam keadaan normal sfingter selalu konstriksi.

Proses menelan dapat di bagi menjadi 3 tahap yaitu :

1. Fase oral, yang mencetuskan proses menelan. Fase oral terjadi secara sadar. Makanan yang

telah dikunyah dan bercampur dengan liur akan membentuk bolus makanan melalui dorsum

lidah ke orofaring akibat kontraksi otot intrinsik lidah. Kontraksi m. levator veli palatini

mengakibatkan rongga pada tekukan dorsum lidah diperluas, palatum mole dan bagian atas

dinding posterior faring (Passavant’s ridge) terangkat penutupan nasofaring akibat kontraksi

m. levator veli palatine, kontraksi m. Palatoglosus, ismus fausium tertutup, kontraksi m.

palatofaring, sehingga bolus makanan tidak akan berbalik ke rongga mulut.

2. Fase faringeal, terjadi secara refleks pada akhir fase oral, membantu jalannya makanan dari

faring kedalam esophagus. Faring dan taring bergerak ke atas oleh kontraksi m.stilofaring, m.

salfingofaring, m.tirohioid dan m. palatofaring. Aditus laring tertutup oleh epiglotis,

sedangkan ketiga sfingter laring, yaitu plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan plika

vokalis tertutup karena kontraksi m. ariepiglotika dan m. aritenoid obligesàpenghentian aliran

udara ke laring karena refleks yang menghambat pernapasan (bolus tidak akan masuk ke

saluran nafas meluncur ke arah esofagus.

3. Fase esofageal, fase involunter lain yang mempermudah jalannya makanan dari esofagus

ke lambung. Rangsangan makanan pada akhir fase faringealàrelaksasi m. krikofaringà

introitus esofagus terbuka dan bolus makanan masuk kedalam esofagus. Sfingter

berkontraksi, tonus introitus esofagus saat istirahat,àrefluks dapat dihindari. Akhir fase

esofageal sfingter ini akan terbuka secara refleks ketika dimulainya peristaltik esofagus

servikal untuk mendorong bolus makanan ke distal. Selanjutnya setelah bolus makanan lewat,

maka sfingter ini akan menutup kembali.

C. Definisi dan Klasifikasi

Tumor esofagus terdiri dari tumor yang bersifat jinak dan tumor yang bersifat ganas

(kanker). Berbagai jenis tumor yang bermassa jinak dapat tumbuh dan berkembang dari

lapisan dinding yang berbeda yang ada di esofagus. Tumor jenis ini biasanya tanpa gejala dan

tumbuh secara lambat, bahkan tumor jinak ini sering tercatat hanya sebagai temuan insidentil

selama radiografi rutin atau endoskopi. Tumor jinak yang paling sering terdapat pada

esofagus adalah tumor yang berasal dari lapisan otot, yang disebut dengan leiomioma. Karena

tumor berasal dari propria muskularis, tumor tersebut ditutupi oleh submukosa yang utuh dan

mukosa, sehingga sulit untuk dilakukan biopsi secara endoskopi. Sedangkan tumor yang

bersifat ganas sering dikenal dengan kanker esofagus.1,5

Kanker esofagus adalah karsinoma yang berasal dari epitel berlapis gepeng yg

melapisi lumen esofagus. Kanker esofagus dimulai dari lapisan dalam (mukosa) dan tumbuh

hingga ke submukosa dan lapisan otot. Dari kedua tumor tersebut hampir 95% tumor yang

ada di esofagus adalah tumor yang bersifat ganas.5

Berdasarkan histopatologinya, kanker esofagus dibagi menjadi 4 jenis, yaitu:

1. Tumor epitel

Merupakan jenis tumor yang berasal dari lapisan epitel esofagus. Tumor jenis ini merupakan

tumor uang paling sering didapatkan pada esofagus. Tumor epitel dibagi menjadi squamous

cell carcinomadan adenokarsinoma.5

2. Tumor metastase

3. Limfoma

Jenis tumor yang berasal dari sel kekebalan tubuh yang ada di esofagus.

4. Sarcoma

Merupakan jenis tumor yang berasal dari dinding muscular esofagus.

Berdasarkan jenis sel yang melapisi esofagus, maka kanker esofagus dibagi menjadi

epitel berlapis gepeng (squamous cell carcinoma) dan adenokarsinoma. Squamous cell

carcinoma dapat terjadi disepanjang esofagus. Jenis kanker ini meliputi 95% kejadian kanker

esofagus di Amerika Serikat. Kanker yang terjadi di sel kelenjar disebut adenokarsinoma.

Jenis sel ini bukanlah sel yang biasanya ada dan menjadi bagian di lapisan dalam esofagus.

Sebelum menjadi adenokarsinoma, sel glandular menggantikan posisi sel squamous, dan

inilah yang sering disebut dengan Barrett’s esophagus. Kanker tipe ini sering terjadi di

bagian yang lebih bawah dari esofagus, yang merupakan tempat terbanyak kejadian

adenokarsinoma.5

D. Faktor Risiko

Penyebab kanker esofagus belum diketahui dengan pasti akan tetapi para peneliti

percaya bahwa beberapa faktor resiko seperti merokok dan alkohol, dapat menyebabkan

kanker esofagus dengan cara merusak DNA sel yang melapisi bagian dalam esofagus,

akibatnya DNA sel tersebut menjadi abnormal. Iritasi yang berlangsung lama pada dinding

esofagus, seperti yang terjadi pada GERD, Barrett’s esophagus dan akhalasia dapat memicu

terjadinya kanker. Beberapa faktor resiko yang dapat mempertinggi kejadian kanker esofagus

diantaranya adalah :

1. Merokok dan Konsumsi Alkohol

Konsumsi alkohol dan merokok berkaitan dengan kejadian kanker esofagus. Alkohol

dan rokok dapat menyebabkan iritasi kronik pada mukosa esofagus. Orang yang merokok 1

bungkus perhari memiliki resiko 2 kali lebih tinggi untuk menderita adenokarsinoma

esofagus dibandingkan dengan yang tidak merokok.

2. Obesitas

Orang yang kelebihan berat badan atau obesitas memiliki resiko tinggi untuk

menderita adenokarsinoma esofagus. Hal ini berkaitan dengan peningkatan tekanan intra

abdomen dan refluk esofagus.

3. Gastro-esophageal Reflux Disease (GERD)

Orang yang menderita GERD, beresiko 2 hingga 16 kali lebih tinggi untuk menderita

adenokarsinoma esofagus dibandingkan dengan orang normal. Resiko bergantung pada

seberapa panjang refluk dan gejala yang terjadi. Sekitar 30 % kejadian kanker esofagus

dikaitkan dengan kejadian GERD.

4. Barrett’s esophagus

Jika refluk di bagian lower esophagus berlangsung terus menerus dan dalam jangka

waktu yang lama, maka refluk ini akan menyebabkan kerusakan pada dinding esofagus. Hal

ini dapat mengakibatkan sel skuamous yang melapisi esofagus menjadi nhilang dan

digantikan oleh sel glandular. Sel glandular ini biasanya terlihat seperti sel yang melapisi

dinding lambung dan usus halus, dan lebih resisten terhadap asam lambung. Kondisi ini

dinamakan Barrett’s esophagus. Sekitar 10 % orang dengan gejala GERD menderita Barrett’s

esophagus. Semakin lama seseorang mngalami GERD , maka semakin beresiko untuk

menderita Barrett’s esophagus. Kebanyakan orang yang menderita Barrett’s esophagus

memiliki gejala dada terasa terbakar. Penyakit ini memiliki resiko 30 hingga 125 kali lebih

besar untuk menyebabkan terjadinya kanker esofagus dibandingkan dengan orang normal.

Hal ini dikarenakan sel glandular pada Barrett’s esophagus menjadi abnormal hingga menjadi

displasia, kondisi prekanker.7

5. Diet

Makan makanan yang banyak mengandung buah-buahan dan sayur-sayuran, berkaitan

dengan berkurangnya angka kejadian kanker esofagus. Buah-buahan dan sayur-sayuran

mengandung banyak vitamin dan mineral yang membantu dalam mencegah terjadinya

kanker. Sekitar 15 5 kanker esofagus dikaitkan dengan rendahnya asupan buah-buahan dan

sayuran. Makan makanan yang sedikit mengandung buah-buahan dan sayur-sayuran dapat

meningkatkan kejadian kanker esofagus.

6. Akhalasia

Pada penyakit ini, otot pada bagian bawah esofagus tidak berfungsi dengan baik.

Makanan dan cairan yang yang masu ke dalam lambung menjadi tertahan dan cenderung

berkumpul di esofagus. Akibatnya esofagus mengkompensasi dengan melakukan dilatasi.

Orang dengan akhalasia memiliki resiko untuk mengalami kanker esofagus 15 kali lebih

besar dibandingkan dengan orang normal. Sekitar 6% (1 dari 20 orang) dari semua kasus

akhalasia berkembang menjadi kanker squamous cell carcinoma. Pada umumnya, kanker

terjadi sekitar 17 tahun setelah pasien didiagnosa akhalasia.

7. Bakteri Lambung

Bakteri lambung, helicobacter pylori dapat menyebabkan masalah lambung, termasuk

ulserasi dan beberapa jenis kanker lambung. Infeksi karena nakteri ini dapat diobati dengan

antibiotic dan tambahan obat yang mengurangi asam lambung. Orang yang mendapat terapi

H.Pylori beresiko untuk mengalami kanker esofagus dibandingkan dengan orang yang tidak

mendapatkan terapi. Hal ini dikarenakan infeksi H.Pylori, menyebabkan lambung

memproduksi sedikit asam lambung. rendahnya kadar asam lambung berdampak apad

rendahnya refluks ke esofagus. Jadi infeksi dapat menyebabkan banyak masalah di lambung,

tetapi di lain pihak hal ini infeksi tersebut membantu melindungi esofagus.

E. Manifestasi Klinis

Keterlambatan antara awitan gejala-gejala dini serta waktu ketika pasien mencari

bantuan medis seringkali antara 12-18 bulan, biasanya ditandai dengan lesi ulseratif esofagus

tahap lanjut.

1. Disfagia

Gejala utama dari kanker esofagus adalah masalah menelan, sering dirasakan oleh

penderita seperti ada makanan yang tersangkut di tenggorokan atau dada. Ketika menelan

menjadi sulit, maka penderita biasanya mengganti makanan dan kebiasan makannya secara

tidak sadar. Penderita makan dengann jumlah gigitan yang lebih sedikit dan mengunyah

makanan dengan lebih pelan dan hati-hati. seiring dengan pertumbuhann kanker yang

semakin besar, penderita mulai makan makanan yang lebih lembut dengan harapan makanan

dapat dengan lebih mudah masuk melewati esofagus, hingga akhirnya penderita berhenti

mengkonsumsi makanan padat dan mulai mengkonsumsi makanan cair. Akan tetapi, jika

kanker tetap terus tumbuh, bahkan makanan cair pun tidak bisa melewati esophagus. Untuk

membantu makanan melewati esophagus biasanya tubuh mengkompensasi dengan

menghasilkan saliva luarkan Hal ini juga yang menyebabkan orang yang menderita kanker

esofagus sering mengeluh mengeluh banyak mengeluarkan mukus atau saliva.1,5,8

2. Merasakan benjolan dan nyeri pada saat menelan

3. Nyeri pada dada,regurgitasi makanan yang tak tercerna dengan bau nafas dan akhirnya

cegukan

Nyeri dada sering dideskripsikan dengan perasaan tertekan atau terbahkar di dada. gejala ini

sering sekali diartikan dengan gejala yang berkaitan dengan organ lain, seperti jantung,

sehingga sering kali orang tidak menyadari kalau gejala tersebut adalah salah satu gejala yang

sering dikeluhkan pada penderita kanker esofagus.

4. Hemoragi, kehilangan berat badan dan kekuatan secara progresif akibat kelaparan

Sekitar sebagian dari pasien yang menderita kanker esofagus mengalami penurunan berat

badan. Hal ini terjadi karena masalah menelan sehingga penderita mendapat masukan

makanan yang kurang untuk tubuhnya. Penyebab lain dikarenakan berkurangnya nafsu

makan dan meningkatnya proses metabolisme kanker yang diderita oleh pasien.1

Pendarahan juga bisa terjadi pada pasien kanker esofagus. Sel tumor mampu tumbuh keluar

aliran darah, menyebabkan terjadinya nekrosis dan ulserasi pada mukosa dan menghasilkan

pendarahan di daerah gastrontestinal. Jika pendarahan terjadi dalam jumlah yang banyak,

maka feses juga bisa berubah menjadi warna hitam tapi hal ini bukan berarti tanda bahwa

kanker esofagus pasti ada.

5. Pada pemeriksaan fisik tampak pasien menjadi kurus karena gangguan menelan dan

anoreksia Jika telah lanjut, terdapat pembesaran kelenjar getah bening daerah supraklavikula

dan aksila, serta hepatomegali.

F. Penegakan Diagnostik

Diagnosis kanker esofagus dapat ditegakkan dengan anamnesis dan pemeriksaan penunjang

termasuk didalamnyaimaging studies dan endoskopi.9

1. Laboratorium

Pada pemeriksaan darah rutin didapatkan diantaranya LED meningkat, terdapat gangguan

faal hati dan ginjal, dilihat dari nilai SGOT, SGPT, ureum dan creatinin yang mengalami

peningkatan.

2. Imaging Studies

a. Barrium Swallow

Pada uji ini, cairan yang disebut barium di telan. Barium akan melapisi dinding esofagus.

Ketika dilakukan penyinaran (sinar X), barium akan membentuk esofagus dengan jelas. Tes

ini dapat digunakan untuk melihat apakah ada kelainan pada permukaan dinding esofagus.

Tes barium biasanya menjadi pilihan utama untuk melihat penyebab disfagia. Bahkan

sebagian kecil tumor, dapat terlihat dengan menggunakan tes ini. Tes barium tidak dapat

digunakan untuk menentukan seberapa jauh kanker telah bermetastase.9

b. CT Scan

CT Scan biasanya tidak digunakan untuk mendiagnosis kanker esofagus, tetapi CT Scan

dapat membantu dalam menentukan penyebaran dari kanker esofagus. CT Scan dapat

menunjukkan lokasi dimana kanker esofagus berada dan dapat membantu dalam menentukan

apakah pembedahan merupakan tatalaksana terbaik untuk kanker esofagus. Sebelum gambar

diambil, pasien diminta untuk minum cairan kontras, sehingga esofagus dan bagian usus

dapat terlihat jelas sehingga tidak terjadi pembiasan pada daerah sekitarnya.

c. Upper Endoscopy

Endoskopi merupakan uji diagnostic yang paling utama untuk mendiagnosis kanker esofagus.

Dengan bantuan endoskopi, dokter dapat melihat kanker melalui selang dan melakukan

biopsy terhadap jaringan kanker maupun jaringan lain yang ada di sekitar kanker yang

tampak tidak normal. Contoh jaringan yang telah diambil kemudian dikirim ke laboratorium,

dan dengan bantuan mikroskop dapat ditentukan apakah jaringan tersebut merupakan

jaringan yang bersifat ganas (kanker). Jika kanker esophagus menutupi lumen esophagus,

maka lumen tersebut dengan bantuan alat dan endoskopi dapat dilebarkan sehingga makanan

dan cairan dapat melaluinya.9

d. Endoscopic Ultrasound

Merupakan jenis endoskopi yang menggunakan gelombang suara untuk melihat gambar

bagian dalam tubuh. Endoskopi jenis ini sangat berguna untuk menentukan ukuran dari

kanker esofagus dan seberapa jauh kanker tersebut telah menyebar ke jaringan lain. Uji ini

tidak memiliki dampak radiasi, sehingga aman untuk digunakan.

e. Bronkoskopi dan Mediastinoskopi

Bronkoskopi biasanya dilakukan, khususnya pada tumor pada sepertiga tengah dan atas

esofagus, untuk menentukan apakah trakea telah terkena dan untuk membantu dalam

menentukan apakah lesi dapat diangkat. Sedangkan mediastinoskopi digunakan untuk

menentukan apakah kanker telah menyebar ke nodus dan struktur mediastinal lain.

G. Penatalaksanaan dan Prognosis