Tumbuh Kembang Balita

21
Tumbuh Kembang Balita Pengertian Balita Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006). Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY (2010), Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun kemampuan lain masih terbatas. Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia. Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan. Karakteristik Balita

Transcript of Tumbuh Kembang Balita

Page 1: Tumbuh Kembang Balita

Tumbuh Kembang Balita

Pengertian Balita

Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun atau lebih

popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun (Muaris.H, 2006).

Menurut Sutomo. B. dan Anggraeni. DY (2010), Balita adalah istilah umum bagi anak

usia 1-3 tahun (batita) dan anak prasekolah (3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih

tergantung penuh kepada orang tua untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang

air dan makan. Perkembangan berbicara dan berjalan sudah bertambah baik. Namun

kemampuan lain masih terbatas.

Masa balita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang manusia.

Perkembangan dan pertumbuhan di masa itu menjadi penentu keberhasilan pertumbuhan dan

perkembangan anak di periode selanjutnya. Masa tumbuh kembang di usia ini merupakan

masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah terulang, karena itu sering disebut golden

age atau masa keemasan.

Karakteristik Balita

Menurut karakteristik, balita terbagi dalam dua kategori yaitu anak usia 1 – 3 tahun

(batita) dan anak usia prasekolah (Uripi, 2004). Anak usia 1-3 tahun merupakan konsumen

pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang disediakan ibunya. Laju pertumbuhan

masa batita lebih besar dari masa usia pra-sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang

relatif besar. Namun perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan yang

mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil dari anak yang usianya lebih besar. Oleh

karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil dengan frekuensi sering.

Pada usia pra-sekolah anak menjadi konsumen aktif. Mereka sudah dapat memilih

makanan yang disukainya. Pada usia ini anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau

bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam perilaku. Pada

Page 2: Tumbuh Kembang Balita

masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes sehingga mereka akan mengatakan

“tidak” terhadap setiap ajakan. Pada masa ini berat badan anak cenderung mengalami

penurunan, akibat dari aktivitas yang mulai banyak dan pemilihan maupun penolakan

terhadap makanan. Diperkirakan pula bahwa anak perempuan relatif lebih banyak mengalami

gangguan status gizi bila dibandingkan dengan anak laki-laki (BPS, 1999).

Tumbuh Kembang Balita

1 .Pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita umur motorik kasar motorik halus

komunikasi/bicara sosial/kemandirian:

a. 1 bulan tangan & kaki bergerak aktif kepala menoleh ke samping kanan dan kiri Bereaksi

terhadap bunyi lonceng menatap wajah ibu/pengasuh.

b. 2 bulan mengangkat kepala ketika tengkurap bersuara tersenyum spontan

c. 3 bulan kepala tegak ketika didudukan memegang mainan, tertawa/berteriak memandang

tangannya

d. 4 bulan tengkurap-terlentang sendiri

e. 5 bulan meraih, menggapai menoleh ke suara meraih mainan

f. 6 bulan duduk tanpa berpegangan memasukkan biskuit ke mulut

g. 7 bulan mengambil mainan dengan tangan kanan dan kiri bersuara ma, ma…

h. 8 bulan berdiri berpegangan

i. 9 bulan menjimpit melambaikan tangan

j. 10 bulan memukul mainan di kedua tangan bertepuk tangan

k. 11 bulan memanggil mama, papa menunjuk, meminta

l. 12 bulan berdiri tanpa berpegangan memasukkan mainan ke cangkir bermain dengan orang

lain

m. 15 bulan berjalan mencoret-coret berbicara 2 kata minum dari gelas

Page 3: Tumbuh Kembang Balita

n. 1,5 tahun lari naik tangga menendang bola menumpuk 2 mainan berbicara beberapa kata

(mimik, pipis) memakai sendok, menyuapi boneka

o.   2 tahun menumpuk 4 mainan menunjuk gambar (bola,kucing) menggabungkan beberapa

kata (mama pipis) menunjuk bagian tubuh (mata, mulut) melepas pakaian, memakai

pakaian, menyikat gigi

p. 2,5 tahun melompat mencuci tangan dan mengeringkan tangan

q.  3 tahun menggambar garis tegak menyebutkan warna benda, menyebutkan penggunaan

benda (gelas untuk minum) menyebutkan nama teman memakai baju kaos

r. 3,5 tahun berdiri 1 kaki menggambar lingkaran, menggambar tanda tambah, menggambar

manusia (kepala,badan, kaki)

s. 4 tahun memakai baju tanpa dibantu

t.  4,5 tahun bermain kartu, menyikat gigi tanpa dibantu

u. 5 tahun menghitung mainan

2. Fase psikoseksual

Balita memasuki fase anal dan perlu untuk diajari tentang toilet training

3. Fase psikososial:

Otonomi vs ragu – ragu. Negativisme dari otonomi adalah tempertantrum dan Sibling.

4. Fase kognitif

Balita memasuki fase prekonseptual dan bersifat egosentris

Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang, antara lain :

1.   Faktor Genentik (berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin, suku

bangsa atau bangsa

Page 4: Tumbuh Kembang Balita

2.   Faktor Lingkungan

a.   Faktor Pranatal meliputi gizi pada waktu hamil, mekanis, toksin, endokrin, radiasi,

infeksi, stress, imunitas, anoksia embrio

b.   Faktor Postnatal meliputi faktor lingkungan biologis (ras, jenis kelamin, umur, gizi,

kepekaan terhadap penyakit, perawatan kesehatan, penyakit kronis, dan hormon), faktor

lingkungan fisik (cuaca, musim, sanitasi, lingkungan rumah), faktor lingkungan sosial

(stimulasi, motivasi belajar, stress, kelompok sebaya, ganjaran atau hukuman yang wajar,

cinta dan kasih sayang).

Page 5: Tumbuh Kembang Balita

Konsep Gizi Balita

Pengertian Gizi

Istilah “gizi” dan “ilmu gizi” di Indonesia baru dikenal sekitar tahun 1952-1955

sebagai terjemahan kata bahasa Inggris nutrition. Kata gizi berasal dari bahasa Arab “ghidza”

yang berarti makanan. Menurut dialek Mesir, ghidza dibaca ghizi. Selain itu sebagian orang

menterjemahkan nutrition dengan mengejanya sebagai ”nutrisi”. Terjemahan ini terdapat

dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia Badudu-Zain tahun 1994.

WHO mengartikan ilmu gizi sebagai ilmu yang mempelajari proses yang terjadi pada

organisme hidup. Proses tersebut mencakup pengambilan dan pengolahan zat padat dan cair

dari makanan yang diperlukan untuk memelihara kehidupan, pertumbuhan, berfungsinya

organ tubuh dan menghasilkan energi.

Zat gizi (nutrien) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan

fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur

proses-proses kehidupan. Makanan setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan. Bahan

makanan diuraikan menjadi zat gizi atau nutrien. Zat tersebut selanjutnya diserap melalui

dinding usus dan masuk kedalam cairan tubuh.

Manfaat Gizi Bagi Tumbuh Kembang

Fungsi zat gizi atau zat makanan:

1)     Sebagai sumber energi atau tenaga

2)     Menyokong pertumbuhan badan

3)     Melihara jaringan tubuh, mengganti yang rusak terpakai

4)     Mengatur metabolisme dan mengatur barbagai keseimbangan missal cairannya keseimbangan

air, keseimbangan asam basa, dan keseimbangan mineral di dalam tubuh.

5)    Berperan dalam mekanisme pertahanan tubuh terhadap berbagai penyakit, misalnya sebagai

anti tiksin dan anti bodi.

Page 6: Tumbuh Kembang Balita

Fungsi zat gizi tersebut dapat dipenuhi dengan melengkapi berbagai jenis zat gizi anara lain:

1)      Hidrat arang atau karbohidrat

Di dalam tubuh, karbohidrat merupakan sumber energy, dari tiga sumber utama yaitu

karbohidrat, lemak, dan protein, karbohidrat merupakan sumber energy yang paling murah,

terdiri dari dua jenis yaitu karbohidrat sederhana seperti tepung, beras, jagung, dan gandum.

2)      Protein

Merupakan zat gizi yang sangat penting, karena yang sangat erat hubunganya dengan proses-

proses kehidupan yaitu dibutuhkan untuk pertumbuhan. Sumber protein terdapat dalan ikan,

susu, telur, kacangkacangan, tahu, tempe.

3)      Lemak

Lemak merupakan ikatan organik yang terdiri dari unsur-unsur carbon (C), Hidrogen (H), san

Oksigen (O) yang mempunyai sifat larut dalam zat-zat pelarut tertentu (zat pelarut lemak)

seperti protein benzene, ether. Jaringan lemak didalan tubuh merupakan simpanan atau

cadangan energy yang kelebihan dan tidak dsipakai. Lemak juga merupakan vitamin A, D, E,

K dan sumber tersebut terdapat dalam minyak goring, margarine, mentega dan lemak hewan

atau lemak tumbuhan.

4)      Vitamin (sumber zae pengatur)

Fungsi vitamin secara umum berhubungan erat dengan enzim terutama kelompok vitamin B.

enzim merupakan katalidator organic yang menjalankan dan mengatur reaksi-reaksi biokimia

si salam tubuh. Masing-masing vitamin badan dalam jumlah tertentu. Terlalu banyak maupun

terlalu banyak maupun terlalu sedikit vitamin yang tersedia bagi badan memberikan tingkatan

kesehatan yang kutang.

5)      Mineral

Sekitar 4% dari tubuh kita terdiri dari mineral, mineral tersebut berguna untuk menumbuhkan

dan memperkuat jaringan serta mengatur keseimbangan cairan tubuh.

Page 7: Tumbuh Kembang Balita

Penilaian Status Gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan

zat-zat gizi. Status gizi ini menjadi penting karena merupakan salah satu faktor risiko untuk

terjadinya kesakitan dan kematian. Status gizi yang baik bagi seseorang akan berkontribusi

terhadap kesehatannya dan juga terhadap kemampuan dalam proses pemulihan. Status gizi

masyarakat dapat diketahui melalui penilaian konsumsi pangannya berdasarkan data

kuantitatif maupun kualitatif.

Menurut Depkes (2002), status gizi merupakan tanda-tanda penampilan seseorang

akibat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan

yang dikonsumsi pada suatu saat berdasarkan pada kategori dan indikator yang

digunakan.Dalam menetukan klasifikasi status gizi harus ada ukuran baku yang sering

disebut reference. Baku antropometri yang sering digunakan di Indonesia adalah World

Health Organization – National Centre for Health Statistic (WHO-NCHS). Berdasarkan baku

WHO - NCHS status gizi dibagi menjadi empat : Pertama, gizi lebih untuk over weight,

termasuk kegemukan dan obesitas. Kedua, Gizi baik untuk well nourished. Ketiga, Gizi

kurang untuk under weight yang mencakup mild dan moderat, PCM (Protein Calori

Malnutrition). Keempat, Gizi buruk untuk severe PCM, termasuk marasmus, marasmik-

kwasiorkor dan kwasiorkor.

Status gizi ditentukan oleh ketersediaan semua zat gizi dalam jumlah dan kombinasi

yang cukup serta waktu yang tepat. Dua hal yang penting adalah terpenuhi semua zat gizi

yang dibutuhkan tubuh dan faktor-faktor yang menentukan kebutuhan, penyerapan dan

penggunaan zat gizi tersebut.

Ada beberapa cara mengukur status gizi anak, yaitu dengan pengukuran

antropometrik, klinik, laboratorik. Diantara ketiganya, pengukuran antropometrik adalah

yang paling relatif sederhana dan banyak dilakukan. Kata antropometri berasal dari bahasa

Page 8: Tumbuh Kembang Balita

latin antropos dan metros. Antropos artinya tubuh dan metros artinnya ukuran. Jadi

antropometri adalah ukuran dari tubuh. Pengertian dari sudut pandang gizi, antropometri

adalah berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh

dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis ukuran tubuh antara lain : berat

badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit. Dari beberapa

pengukuran tersebut berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan sesuai dengan usia adalah

yang paling sering dilakukan dalam survei gizi. Untuk keperluan perorangan dan keluarga,

pengukuran Berat Badan (BB) dan kadang-kadang Tinggi Badan (TB) atau Panjang Badan

(PB) adalah pengukuran yang paling banyak dilakukan. Indeks antropometri adalah

pengukuran dari beberapa parameter. Indeks antropometri bisa merupakan rasio dari satu

pengukuran terhadap satu atau lebih pengukuran atau yang dihubungkan dengan umur. Ada

beberapa indeks antropometri yang umum dikenal yaitu Berat Badan menurut Umur (BB/U),

Tinggi Badan menurut Umur (TB/U), Berat Badan menurut Tinggi Badan (BB/TB). Indikator

BB/U menunjukkan secara sensitif status gizi saat ini (saat diukur) karena mudah berubah.

Namun indikator BB/U tidak spesifik karena berat badan selain dipengaruhi oleh U juga

dipengaruhi oleh TB. Indikator TB/U menggambarkan status gizi masa lalu, dan indikator

BB/TB menggambarkan secara sensitif dan spesifik status gizi saat ini. Untuk mengetahui

apakah berat badan dan tinggi badan normal, lebih rendah atau lebih tinggi dari yang

seharusnya, dilakukan perbandingan dengan suatu standar internasional yang ditetapkan oleh

WHO. Pada dasarnya perhitungan BB/U, TB/U seorang anak didasari pada nilai Z-nya

(relatif deviasinya). Cut off point (nilai ambang batas) untuk tiap indikator status gizi baik

adalah +2 SD dan status gizi < - 3SD dikategorikan sebagai kurang gizi berat.

a. Indikator Berat Badan Menurut Umur (BB/U)

Indikator BB/U dapat normal, lebih, rendah, atau lebih tinggi setelah dibandingkan dengan

standar WHO. Apabila BB/U normal, digolongkan pada status gizi baik, BB/U rendah dapat

Page 9: Tumbuh Kembang Balita

berarti status gizi kurang atau buruk. Sedang BB/U tinggi dapat digolongkan status gizi lebih.

Baik status gizi kurang maupun status gizi lebih kedua-duanya mengandung resiko yang tidak

baik bagi kesehatan. Status gizi kurang yang diukur dengan indikator BB/U di dalam ilmu

gizi dikelompokkan kedalam kelompok “berat badan rendah” (BBR) atau underweight.

Menurut tingkat keparahannya BBR dikelompokkan lagi kedalam kategori BBR tingkat

ringan (mild), sedang (moderate), dan berat (severe). BBR tingkat berat atau sangat buruk.

Menurut standar WHO-NCHS maka indikator BB/U dikelompokkan atas gizi lebih jika nilai

Z score > + 2 SD, gizi baik jika nilai Z score diantara - 2 SD s/d + 2 SD, gizi kurang jika nilai

Z score diantara > - 3SD s/d < - 2 SD dan gizi buruk jika nilai Z score < - 3 SD. Penggunaan

indikator BB/U sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan

indikator BB/U yaitu dapat dengan mudah dan cepat dimengerti oleh masyarakat umum,

sensitif untuk melihat perubahan status gizi dalam jangka waktu pendek, dapat mendeteksi

kegemukan. Sedangkan kelemahan indikator BB/U yaitu interpretasi status gizi dapat keliru

apabila terdapat pembengkakan atau oedema, data umur yang akurat sering sulit diperoleh

terutama di negara-negara yang sedang berkembang, kesalahan pada saat pengukuran karena

pakaian anak yang tidak dilepas/dikoreksi dan anak yang bergerak terus, masalah sosial

budaya setempat yang mempengaruhi orang tua untuk tidak mau menimbang anaknya karena

dianggap sebagai barang dagangan.

b. Indikator Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)

TB/U dapat digunakan sebagai indeks status gizi populasi karena merupakan estimasi

keadaan yang telah lalu atau status gizi kronik. Seorang yang tergolong pendek “pendek tak

sesuai umurnya” (PTSU) kemungkinan keadaan gizi masa lalu tidak baik. Dalam keadaan

normal tinggi badan tumbuh bersamaan dengan bertambahnya umur. Pertambahan tinggi atau

panjang badan relatif kurang sensitif terhadap kurang gizi dalam waktu singkat. Pengaruh

kurang gizi terhadap pertumbuhan tinggi badan baru terlihat dalam waktu yang cukup lama.

Page 10: Tumbuh Kembang Balita

Menurut standar WHO-NCHS indikator TB/U dikelompokkan atas normal jika nilai Z score

> 2 SD dan pendek/stunted jika nilai Z score < - 2 SD. Penggunaan indikator TB/U sebagai

indikator status gizi memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan indikator TB/U yaitu

dapat memberikan gambaran riwayat keadaan gizi masa lampau dan dapat dijadikan indikator

keadaan sosial ekonomi penduduk. Sedangkan kelemahan indikator TB/U yaitu kesulitan

dalam melakukan pengukuran panjang badan pada kelompok usia balita, tidak dapat

menggambarkan keadaan gizi saat ini, memerlukan data umur yang sering sulit diperoleh di

negara-negara berkembang, kesalahan sering dijumpai pada pembacaan skala ukur, terutama

bila dilakukan oleh petugas non profesional.

c. Indikator Berat Badan Menurut Tinggi Badan (BB/TB)

Pengukuran antropometrik yang terbaik adalah menggunakan indikator BB/TB. Ukuran ini

dapat menggambarkan status gizi saat ini dengan lebih sensitif dan spesifik.Menurut standar

WHO-NCHS indikator BB/TB dikelompokkan atas gemuk jika nilai Z score > + 2 SD,

normal jika nilai Z score > - 2SD s/d + 2 SD, kurus/wasted jika nilai Z score diantara < - 2

SD s/d > - 3 SD, dan sangat kurus jika nilai Z score < - 3 SD. Penggunaan indikator BB/TB

sebagai indikator status gizi memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan indikator BB/TB

yaitu independen terhadap umur dan ras dan dapat menilai status kurus dan gemuk dan

keadaan marasmus atau KEP berat lain. Sedangkan kelamahan indikator BB/TB yaitu

kesalahan pada saat pengukuran karena pakaian anak yang tidak dilepas/dikoreksi dan anak

bergerak terus, masalah sosial budaya setempat yang mempengaruhi orang tua untuk tidak

mau menimbang anaknya karena dianggap seperti barang dagangan, kesulitan dalam

melakukan pengukuran panjang badan pada kelompok usia balita, kesalahan sering dijumpai

pada pembacaan skala ukur, terutama bila dilakukan oleh petugas non profesional, tidak

dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek, normal atau jangkung.

Page 11: Tumbuh Kembang Balita

Dampak Kekurangan Gizi

Anak yang kekurangan gizi pada usia balita akan tumbuh pendek, dan mengalami

gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak yang berpengaruh pada rendahnya tingkat

kecerdasan, karena tumbuh kembang otak 80 % terjadi pada masa dalam kandungan sampai

usia 2 tahun. Risiko meninggal dari anak yang bergizi buruk 13 kali lebih besar dibandingkan

anak yang normal. WHO memperkirakan bahwa 54% penyebab kematian bayi dan balita

didasari oleh keadaan gizi anak yang jelek. Gizi buruk dapat berpengaruh kepada

pertumbuhan dan perkembangan anak, juga kecerdasan anak. Pada tingkat yang lebih parah,

jika dikombinasikan dengan perawatan yang buruk, sanitasi yang buruk, dan munculnya

penyakit lain, gizi buruk dapat menyebabkan kematian (Sinaga, 2007).

Pencegahan Masalah Gizi

a. Pencegahan Tingkat Pertama (Primary Prevention)

Pencegahan tingkat pertama mencakup promosi kesehatan dan perlindungan khusus

dapat dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat terhadap hal-hal

yang dapat mencegah terjadinya kekurangan gizi. Tindakan yang termasuk dalam

pencegahan tingkat pertama :

a)      Hanya memberikan ASI saja kepada bayi sejak lahir sampai umur 6 bulan.

b)      Memberikan MP-ASI setelah umur 6 bulan.

c)      Menyusui diteruskan sampai umur 2 tahun.

d)     Menggunakan garam beryodium

e)      Memberikan suplemen gizi (kapsul vitamin A, tablet Fe) kepada anak balita.

f)       Pemberian imunisasi dasar lengkap.

b. Pencegahan Tingkat Kedua (Secondary Prevention)

Pencegahan tingkat kedua lebih ditujukan pada kegiatan skrining kesehatan dan

deteksi dini untuk menemukan kasus gizi kurang di dalam populasi. Pencegahan tingkat

Page 12: Tumbuh Kembang Balita

kedua bertujuan untuk menghentikan perkembangan kasus gizi kurang menuju suatu

perkembangan ke arah kerusakan atau ketidakmampuan. Tindakan yang termasuk dalam

pencegahan tingkat kedua :

a)      Pemberian makanan tambahan pemulihan (MP-ASI) kepada balita gakin yang berat

badannya tidak naik atau gizi kurang.

b)      Deteksi dini (penemuan kasus baru gizi kurang) melalui bulan penimbangan balita di

posyandu.

c)      Pelaksanaan pemantauan wilayah setempat gizi (PWS-Gizi).

d)     Pelaksanaan sistem kewaspadaan dini kejadian luar biasa gizi buruk.

e)      Pemantauan Status Gizi (PSG)

c. Pencegahan Tingkat Ketiga (Tertiary Prevention)

Pencegahan tingkat ketiga ditujukan untuk membatasi atau menghalangi

ketidakmampuan, kondisi atau gangguan sehingga tidak berkembang ke arah lanjut yang

membutuhkan perawatan intensif. Pencegahan tingkat ketiga juga mencakup pembatasan

terhadap segala ketidakmampuan dengan menyediakan rehabilitasi saat masalah gizi sudah

terjadi dan menimbulkan kerusakan. Tindakan yang termasuk dalam pencegahan tingkat

ketiga :

a)      Konseling kepada ibu-ibu yang anaknya mempunyai gangguan pertumbuhan.

b)      Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu dalam memberikan asuhan gizi kepada

anak.

c)      Menangani kasus gizi buruk dengan perawatan puskesmas dan rumah sakit.

d)     Pemberdayaan keluarga untuk menerapkan perilaku sadar gizi.

e)      Melakukan pencegahan meluasnya kasus dengan koordinasi lintas program dan lintas

sektor dengan cara memberikan bantuan pangan, pengobatan penyakit, penyediaan air

bersih, dan memberikan penyuluhan gizi.

Page 13: Tumbuh Kembang Balita
Page 14: Tumbuh Kembang Balita