Tulisan Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

24
Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

Transcript of Tulisan Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

BAB I PENDAHULUAN1.1 Latar Belakang Dalam pelaksanaan proyek konstruksi terdapat tiga target utama yang menjadi cerminan tingkat kesuksesan management proyek yakni Biaya , Mutu dan Waktu. Ketiga target ini dalam pencapaiannya memerlukan pengendalian dan monitoring yang dilakukan secara continue . Dalam hal monitoring, perlu evaluasi mengenai produktifitas tiap komponen pekerjaan. Salah satu komponen utama dalam pekerjaan proyek konstruksi adalah material bekisting , dimana dalam pengadaannya perlu perencanaan yang antara lain : a. Schedule pendatangan, Berkaitan dengan ketersediaan lahan untuk stock material, waktu pabrikasi , waktu pemakaian, dan pertimbangan jarak dengan lokasi proyek. b. Jumlah bekisting, Jumlah penyediaan bekisting terkait dengan penentuan zone pengecoran , siklus bongkar pasang bekisting dan durasi pelaksanaan pekerjaan . Semakin besar sediaan bekisting , maka durasi pelaksanaan semakin singkat begitu pula sebaliknya, Namun yang perlu dihindari adalah jika penyediaan material bekisting terlalu banyak ketimbang siklus bongkar pasang tapi waktu pelaksanaan tidak semakin berkurang. Hal ini berarti adanya jumlah penyediaan optimum untuk material bekisting, yang mana jika berlebihan menyebabkan biaya produksi proyek yang membengkak akibat adanya biaya yang berlebihan.Dengan kata lain , volume sediaan bekisting akan optimum , jika volume sediaan sekecil mungkin namun dengan waktu pelaksanaan sesuai target. Beberapa biaya produksi proyek yang timbul tanpa diperkirakan sebelumnya ( hidden cost ) akibat kesalahan dalam perhitungan jumlah penyediaan bekisting antara lain : 1. Biaya harian tenaga harian untuk mengeliminasi material sisa yang berlebih dari area proyek. 2. Biaya ongkos angkut untuk membuang material sisa yang berlebih. 3. Biaya izin pembuangan ke TPA.

Rumusan Umum untuk menentukan Volume penyediaan bekisting;

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

V =

Ct Tf

; dimana

: V , adalah volume sediaan bekisting Ct, adalah Cycle time 1 zone pengecoran Tf, adalah kecepatan pelaksanaan floor to floor

c. Type bekisting Penentuan type bekisting sangat menentukan dalam hal produktifitas dan kecepatan pelaksanaan ,begitu pula dalam hal efisiensi biaya. Dalam hal ini type bekisting yang yang dimaksud adalah type konvensional dan pabrikan yang berupa system. Type konvensional disini adalah bekisting dengan material berupa kayu dan yang dimaksud dengan pabrikan adalah bekisting dengan system, yang salah satunya adalah dengan system Peri. d. Langkah pelaksanaan / Urutan Pekerjaan. Dalam pelaksanaan proyek konstruksi urutan pekerjaan sangat penting, jika satu item pekerjaan salah dalam urutan pelaksanaan maka akan mengganggu pekerjaan berikutnya yang dalam satu lintasan kritis pada net work planning. Jika urutan pelaksanaan salah, maka produktifitas akan menurun.Yang tentu akan berpengaruh terhadap Biaya Produki Proyek. Dengan latar belakang hal hal tersebut diatas , maka tinjauan mengenai produktifitas pekerjaan khususnya pekerjaan bekisting sangat perlu.

1.2

Maksud dan Tujuan

Maksud dan Tujuan dalam tinjauan Stategi peningkatan produktifitas pekerjaan bekisting ini antara lain : a. Memenuhi target Biaya , Mutu dan Waktu b. Efisiensi waktu dan Biaya pelaksanaan c. Strategic dalam pengendalian dan monitoring pekerjaan bekisting. d. Pengendalian dalam volume material bekisting e. Tepat dalam menentukan tenaga kerja dan type bekisting yang digunakan dalam proyek.

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

BAB II TINJAUAN TEKNISBeberapa hal yang berpengaruh besar dalam peningkatan produktifitas pekerjaan bekisting antara lain: a. Tenaga Kerja b. Schedule Pengadaan Material Bekisting c. Type Bekisting yang digunakan d. Ketersediaan Volume Bekisting e. Metode Pelaksanaan

2.1

Tenaga Kerja

Sebagaimana diketahui bahwa dalam produktifitas pekerjaan terdiri dari komponen upah, material dan alat. Dimana upah memiliki peran yang cukup besar dalam peningkatan produktifitas. Jika digambarkan dalam persamaan ,produktifitas tenaga kerja adalah sebagai berikut : y = f( Jumlah, durasi waktu)

Jumlah tenaga kerja berkaitan dengan jumlah penyediaan volume bekisting, volume penyediaan yang semakin kecil akan membuat frekuensi pengulangan semakin besar , semakin banyak pengulangan maka semakin sering terjadi kejadian dimana tenaga kerja tidak bekerja . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa jika load pekerjaan kurang merata dan sediaan bekisting kecil, maka kejadian inefisiensi akan semakin besar. Berikut ini gambaran schedule dengan penyediaan material 1 lantai.

Gambar 2.1

Schedule Pekerjaan Dengan Penyediaan Material Bekisting 1 Lantai

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

Dari gambaran diatas, pada waktu tunggu tenaga kerja menjadi tidak bekerja, frekuensi pengulangan material menjadi besar , banyak kondisi pekerja tidak bekerja sehingga load pekerjaan kurang merata. Berikut ini gambaran schedule dengan penyediaan material 2 lantai.

Gambar 2.2

Schedule Pekerjaan Dengan Penyediaan Material Bekisting 2 Lantai

Dari gambaran diatas, pada masa tunggu umur beton , pekerjaan lantai 2 sudah bisa dikerjakan dan material bongkaran lantai 1 dapat digunakan untuk lantai 3 , demikian seterusnya. Sehingga Load pekerjaan menjadi lebih merata , namun sedian material menjadi lebih banyak. Dengan demikian , perlu adanya evaluasi mengenai tingkat produktifitas load tenaga vs biaya sediaan bekisting. Kedua komponen diatas yakni jumlah dan waktu sangat erat kaitannya dengan produktifitas tenaga. Semakin produktif tenaga kerja maka jumlah dan durasi waktu akan semakin sedikit. Dengan demikian , jika dikaitkan produktifitas dengan biaya maka, jika semakin produktif tenaga kerja , maka semakin rendah biaya yang dikeluarkan. Pada dasarnya jika upah diborongkan dengan harga satuan tertentu tidak ada pengaruh antara jumlah sediaan bekisting dengan biaya upah karena biaya upah tetap. Namun untuk lokasi proyek di luar Jawa yang membutuhkan biaya mobilisasi dan demobilisasi, akan muncul evaluasi terhadap produktifitas dibandingkan dengan mobilisasi dan demobilisasi. Contoh kasus: 1. Proyek A melaksanakan pekerjaan struktur dengan tenaga kerja sejumlah 100 orang dalam jangka waktu 100 hari kerja , harga satuan upah adalah Rp.50.000/m2 dengan volume 1.000 m2.Biaya mobilisasi 1 kali berangkat adalah Rp.500.000,-

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

Analisa :

prosentase =

100orgxRp.500.000, x 2 ( Rp.50.000, / m2 x1000 m2) + (100orgxRp.500.000, x 2)= 0,67% , nilai ini adalah dengan kondisi normal kerja 100 hari

Namun dalam realisasi , pembagian beban kerja terkadang tidak merata sehingga untuk memenuhi waktu pelaksanaan dilakukan lembur, dimana dalam pelaksanaan lembur terdapat biaya konsumsi lembur per orang Rp.12.000,- , yang mana dalam 1 hari lembur memerlukan tambahan biaya yang tidak disadari ( hidden cost ) sebesar Rp. 1.200.000,- . Dapat hitung jika penyimpangan produktifitas hingga satu bulan , hidden cost mencapai Rp. 36.000.000,-

makan = 30harixRp.1.200.000,= Rp.36.000.000,- ( hidden cost dalam 1 bulan ) Dengan demikian dapat tarik kesimpulan bahwa produktifitas tenaga kerja sangat menentukan dalam produktifitas pekerjaan bekisting baik dalam hal waktu maupun biaya. 2.2 Schedule Pengadaan Material Bekisting

Sebagaimana perencanaan dalam pengadaan material lainnya, material bekisting pun perlu dilakukan tracking , mulai dari Surat Permintaan Pembelian , Purchase Order , produksi hingga delivery perlu dilakukan tracking sehingga pendatangan material dapat tepat waktu atau minimal mengalami penyimpangan yang kecil. Schedule material sangat diperlukan khususnya untuk area proyek yang diluar Jawa karena proses delivery yang melewati laut dan menghindari adanya demorate.Schedule pendatangan material harus disesuaikan dengan schedule pendatangan tenaga , untuk menghindari inefisiensi tenaga kerja perlu ketepatan dalam pendatangan material . Jangan sampai terjadi kejadian dimana tenaga kerja menunggu kedatangan material dalam waktu lama sehingga tidak bekerja. Idle time akibat menunggu ini jelas mengurangi produktifitas kerja. 2.3 Type Bekisting yang Digunakan

Penentuan Type bekisting sangat berpengaruh terhadap produktifitas kerja. Type bekisting yang dimaksud adalah bekisting konvensional dengan menggunakan kayu dan bekisting pabrikan dengan menggunakan sistem , yang umum digunakan saat ini adalah bekisting Peri. Berbicara mengenai efisiensi biaya , Nugroho Hari Anggoro Suyono FTUGM 2009 telah melakukan penelitian tentang Analisa Perbandingan Bekisting Metode Konvensional dengan Metode Sistem Peri dan Hory Beam, hasilnya pada bekisting sistem dapat menekan 51,38% biaya kebutuhan kayu bekisting konvensional dan biaya total bekisting sistem 33,35% lebih rendah dibanding dengan bekisting konvensional studi penelitian adalah Gedung International School di Surakarta.Sedangkan Astri Novita , FTUI 2007, telah melakukan penelitian serupa pada Apartement Salemba

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

Residence dengan hasil bahwa bekisting sistem lebih efisien dari segi biaya sebesar 21,8%. Hal ini dapat disimpulkan bahwa secara biaya , bekisting sistem lebih murah dibandingkan dengan sistem konvensional.

Gambar 2.3 Sistem Pelat Dengan Metal Deck

Efisiensi biaya diperoleh antara lain dari ; a. Kecepatan Kerja Dengan bekisting sistem kemudahan pekerjaan dapat dicapai , karena merupakan sistem yang sudah dirancang maka dengan mudah bekisting dapat dibongkar dan dipasang. Selain itu, material yang dibutuhkan oleh bekisting sistem pun relatif lebih sedikit dibanding dengan metode konvensional untuk volume dan waktu pelaksanaan yang sama.Sehingga waktu pelaksanaan jauh lebih cepat. b. Waste Material Dari sisi K3 , penggunaan kayu yang relatif sedikit tentu dapat dikatakan ramah lingkungan, pada bekisting sistem menggunakan Girder GT yang tidak mungkin dipotong oleh pekerja jika dibandingkan dengan menggunakan kayu 6/12 yang akan langsung dipotong oleh pekerja pada saat pemasangan bekisting. Sehingga waste material untuk bekisting konvensional sulit untuk dikendalikan , sedangkan waste material untuk bekisting sistem dapat dikatakan hampir nol jika tidak ada yang hilang. c. Besar Hidden Cost yang dapat ditekan Jika schedule pendatangan material tepat waktu maka hidden cost pada bekisting sistem dapat ditekan sedikit mungkin dengan pengendalian dan monitoring yang rutin. Kelemahan pada bekisting sistem hanya pada keterampilan tenaga kerja , pada bekisting sistem ini diperlukan keahlian dari tenaga kerjanya tidak bisa menggunakan tenaga kerja biasa.Oleh karena itu, faktor keahlian perlu menjadi pertimbangan dalam seleksi dan evaluasi Mandor Bekisting.

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

Gambar 2.4 Bekisting Dengan Sistem Peri

2.3

Ketersediaan Volume Bekisting

Ketersediaan volume bekisting harus mempertimbangkan jumlah zone pengecoran dan lama waktu pelaksanaan lantai ke lantai. Untuk jumlah tenaga kerja harus bisa mengikuti target kapasitas produksi. Dasar dalam perencanaan jumlah volume bekisting adalah bekisting elemen horizontal ( balok dan plat ) karena untuk bekisting elemen vertikal ( kolom dan shear wall ) pada prakteknya lebih flexible untuk mengikuti bekisting elemen horizontal. Volume sediaan bekisting berkaitan dengan siklus 1 zone. Siklus 1 zone jika dijabarkan terdiri dari variabel sebagai berikut : a. Durasi pemasangan Perancah Balok b. Durasi pemasangan Perancah Pelat c. Durasi Pemasangan Bodeman bekisting balok d. Durasi Pemasangan Tembereng Balok e. Durasi Pemasangan Bekisting Pelat f. Durasi Pemasangan Besi Balok

g. Durasi Pemasangan Besi Pelat h. Durasi Pengecoran i. j. Durasi umur beton hingga mencapai kekuatan yang dibutuhkan. Durasi bongkar tembereng

k. Durasi bongkar Perancah Pelat l. Durasi bongkar bekisting pelat

m. Durasi bongkar perancah balok n. Durasi bongkar bekisting bodeman o. Durasi pemindahan perancah dan bekisting Sediaan bekisting akan efektif jika durasi total tersebut diatas dapat dipersingkat.

2.4

Metode Pelaksanaan

Perlu diperhitungkan efektifitas bekisting dengan menggunakan metode precast, karena penggunaan material yang relatif sedikit, dan pada elemen horizontal , penggunaan perancah, volumenya dapat di eliminir hingga sedikit. Namun dalam metode precast ini perlu diperhitungkan tulangan yang ada , karena pada saat belum

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

monolit , maka sistem penumpuannya adalah sendi roll , sehingga bentangnya lebih besar dan momen yang terjadi pun cukup besar .Diusahakan dalam perhitungan agar tulangan desain cukup mampu menahan momen dengan sistem sendi roll. Terkait dengan produktifitas bekisting , karena pelaksanaannya di stock area maka pelaksanaannya pun cukup mudah sehingga produktifitasnya pun cukup tinggi.namun yang perlu diperhatikan juga mengenai ketersediaan alat angkut untuk setting elemen precast. Jadi untuk produktifitas, sistem precast sangat tergantung dengan ketersediaan alat angkut untuk setting , hal ini yang mesti dibandingkan dengan penyediaan material jika dilakukan perbandingan terhadap biaya.

Gambar 2.5 Pekerjaan Dengan Metode Precast

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

BAB III STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIFITAS PEKERJAAN BEKISTINGPeningkatan produktifitas pekerjaan bekisting sudah memasuki tahapan Strategis dalam perencanaan proyek. Langkah langkah strategis tersebut sudah harus mulai dilakukan mulai dari seleksi dan negosiasi Tenaga Kerja hingga perencanaan pemilihan struktur yang digunakan. Berikut ini adalah beberapa langkah strategis dalam peningkatan produktifitas Pekerjaan Bekisting :

1. Dalam seleksi dan Negosiasi calon Mandor ( penyediaan tenaga kerja ) gunakan tenaga kerja dengan tingkat produktifitas yang tinggi. Dalam perjalanan proyek dapat dilakukan evaluasi terhadap produktifitas masing masing tenaga kerja, salah satu langkah evaluasi adalah dengan system penomoran helm. Langkahnya adalah tim K3 proyek memberikan nomor pada helm masing masing pekerja , dan helm tersebut tidak boleh ditukar pakai dengan pekerja lainnya. Sehingga Supervisor dapat menilai masing masing pekerja produktifitasnya, jadi jika ada pengurangan tenaga kerja , tenaga kerja yang tidak produktif sesuai nomor helmnya dapat dipulangkan. Secara praktis penilaian produktifitas tenaga kerja salah satunya adalah dari keuletannya, dan berdasarkan pengalaman bunyi ketukan palu dapat menjadi indikasi tingkat produktifitas pekerja , sebagai contoh : Bandingkan!! Pekerja A dan B melakukan pekerjaan pemasangan bekisting, bunyi palu dari pekerja A adalah : tok..tok..tok, sedangkan bunyi palu dari pekerja B adalah TOK.TOK.TOK.TOK Tentu pekerjaan yang lebih cepat selesai adalah pekerjaan Pekerja B dengan porsi volume pekerjaan yang sama dengan Pekerja A, maka jika ada pengurangan tenaga kerja Pekerja A dapat dipulangkan. Dan untuk pekerjaan berikutnya , pekerja B dapat diusulkan digunakan terus , evaluasi system penomoran helm ini memang sederhana namun cukup efektif dalam evaluasi pekerja dalam perjalanan Proyek. Selain untuk evaluasi pekerja , system penomoran ini juga memberikan tanggung jawab kepada pekerja terhadap APD, sehingga APD yang biasanya selalu hilang , dengan pemberian tanggung jawab tersebut dapat diminimalisir tingkat kehilangannya.

2. Minimalisir inefisiensi waktu kerja, Langkah strategic untuk meminimalisir inefisiensi waktu kerja antara lain ;

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

a. Mess pekerja dicari yang jaraknya tidak jauh dari proyek , sehingga tidak membuang waktu dan tenaga , sehingga tenaga kerja ketika sampai diproyek sudah siap untuk bekerja. b. Tempat istirahat pada masing masing lantai diusahakan ada dan bersifat mudah dipindahkan dan ditempatkan pada lokasi pekerjaan , sehingga pekerja selepas istirahat dapat langsung menuju are kerja dengan waktu kerja hilang yang sangat sedikit.

3. Penyediaan jumlah bekisting dalam jumlah yang cukup Penyediaan jumlah bekisting diusahakan seefektif mungkin , jadi secara biaya dapat terkontrol namun tidak mengganggu ritme pekerjaan. Ritme pekerjaan bekisting antara lain sebagai berikut : a. Pemasangan bekisting ( tenaga kerja bekerja ) b. Pemasangan besi ( tenaga kerja bekerja ) c. Pengecoran ( tenaga kerja bekerja ) d. Waktu tunggu hingga umur beton tercapai ( tenaga kerja menunggu atau bekerja di zone lain ) e. Bongkar bekisting ( tenaga kerja bekerja ) Pada saat waktu tunggu ini kemungkinan terjadi loss time yang cukup besar karena adanya syarat mengenai umur beton , pada dasarnya pembongkaran bekisting bukan berkaitan dengan umur beton , namun berhubungan dengan kekuatan beton.Berikut ini merupakan grafik umur beton dengan tegangan beton.

Gambar 3.1 Grafik Umur Beton vs Tegangan Beton

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

Berdasarkan grafik diatas, bahwa pada umur 7 hari kekuatan beton mampu mencapai 70% dari kekuatan rencana , dengan demikian dapat dihitung kekuatan kapasitas struktur terhadap beban yang terjadi , jika kapasitas struktur beton dengan kekuatan 70% lebih kuat dari beban yang terjadi maka bekisting aman untuk dibongkar. Pada kasus kekuatan struktur beton tidak cukup kuat terhadap beban yang bekerja maka ada dua alternative , yang pertama tambah waktu tunggunya dan yang kedua penambahan zat additive untuk mempercepat proses penambahan kekuatan beton ( pengeringan beton dipercepat ). Untuk menghindari inefektifitas pekerjaan pada masa tunggu ini juga adalah dengan penambahan jumlah material bekisting , namun dengan penambahan jumlah material ini harus diimbangi dengan kecepatan masa pelaksanaan. Sehingga efektifitas penambahan volume bekisting ini juga tetap terkontrol , sebagai contoh adalah penambahan volume bekisting Gedung 10 lantai yang awalnya direncanakan 1 lantai dengan waktu pelaksanaan 5 bulan menjadi penyediaan bekisting 2 lantai dengan waktu pelaksanaan 2,5 bulan.Perhitungan siklus bekisting mesti selalu dikontrol terhadap pelaksanaan dilapangan sehingga sesuai dengan perencanaan. 4. Pemilihan type bekisting yang mudah dalam pelaksanaan bongkar pasang bekisting. Pemilihan type bekisting yang mudah dalam hal bongkar pasang bekisting, seperti yang dijelaskan diatas bahwa dengan menggunakan bekisting system akan lebih mudah , dan hal yang tidak kalah pentingnya adalah minyak bekisting / pelumas bekisting, sehingga proses pembongkaran tidak mengalami hambatan. Dalam memlih bekisting system beberapa hal yang perlu dipertimbangkan adalah : a. Pengalaman mengerjakan proyek dari supplier bekisting system b. Spesifikasi perancah dan bekisting c. Gambar detail Bekisting , jangan mengandalkan dari brosur saja d. Jumlah penyediaan e. Metode bongkar bekisting f. Waktu bongkar bekisting

5. Persingkat Durasi Waktu Kerja 1 Siklus Bekisting. Sebagaimana yang dijelaskan diatas bahwa durasi waktu 1 siklus bekisting meliputi antara lain :

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

a. Durasi pemasangan Perancah Balok b. Durasi pemasangan Perancah Pelat c. Durasi Pemasangan Bodeman bekisting balok d. Durasi Pemasangan Tembereng Balok e. Durasi Pemasangan Bekisting Pelat f. Durasi Pemasangan Besi Balok

g. Durasi Pemasangan Besi Pelat h. Durasi Pengecoran i. j. Durasi umur beton hingga mencapai kekuatan yang dibutuhkan. Durasi bongkar tembereng

k. Durasi bongkar Perancah Pelat l. Durasi bongkar bekisting pelat

m. Durasi bongkar perancah balok n. Durasi bongkar bekisting bodeman o. Durasi pemindahan perancah dan bekisting Strategi untuk peningkatan produktifitas bekisting salah satunya adalah dengan mempersingkat durasi 1 siklus bekisting tersebut . beberapa langkah strategic dalam mempersingkat durasi siklus tersebut antara lain : a. Waktu pasang perancah segera setelah lantai tercor , jika memungkinkan rakit perancah menjadi frame yang lebih besar sehingga waktu pemasangan lebih cepat. b. Gunakan system bekisting dimana pemakaian perancah dapat sesedikit mungkin. Pada system peri dapat digunakan horry beam, untuk bentang bentang tertentu horry beam dapat digunakan dan system ini tidak memerlukan perancah pada bekisting pelat, hanya berupa shoring saja.Perancah hanya digunakan pada bekisting balok saja. c. Maksimalkan system prefabrikasi , mulai dari prefabrikasi bekisting kolom , prefabrikasi besi kolom dan balok d. Gunakan penulangan pelat yang pemasangannya jauh lebih cepat Penggunaan penulangan pelat dengan wire mesh akan mempercepat waktu pemasangan tulangan dan dari sisi biaya pun jauh lebih murah.Yang perlu

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

diperhatikan dalam perhitungan penulangan wire mesh adalah kekuatan tariknya lebih besar dari baja tulangan biasa . Untuk wire mesh fy= 50 Mpa , sehingga kebutuhan diameter dan jarak nya dapat sesuai dengan ratio penulangan minimum. e. Apabila pemilik proyek berkenan, dapat diusulkan penggunaan system struktur dengan bondeck. Dengan system struktur ini mampu mengeliminasi waktu bongkar bekisting pelat , karena material bondeck berfungsi sebagai tulangan positif pelat pada saat struktur sudah monolit , dan juga sebagai bekisting saat pelaksanaan. Kelemahan dari system ini antara lain , karena tebalnya yang relative lebih tipis dari pelat konvensional pada bentang yang cukup besar akan terasa adanya getaran , dan system frame secara beban akan berubah karena merupakan system pembebanan pelat satu arah dan memerlukan adanya balok anak. f. Kondisi alat angkut baik tower crane atau universal lift harus selalu di check kondisinya, sehingga pengangkutan material hasil bongkaran bekisting dapat lancer dan sesuai dengan rencana.

BAB IV CONTOH KASUS4.1 Penyediaan Jumlah Bekisting

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

Penyediaan jumlah bekisiting yang efektif perlu diperhitungkan secara detail, sehingga penyediaan dalam jumlah yang optimum. Secara praktis berdasarkan schedule direncanakan penyediaan material bekisting adalah 2 lantai ( yang menjadi dasar perencanaan adalah bekisting horizontal ). Namun sebenarnya jika ditelusuri bekisting yang bersifat vertical dapat dibongkar lebih dahulu sehingga penyediaan material tidak full .Untuk jelasnya berikut contoh : Gedung direncanakan siklus 1 zone nya 18 hari dengan target waktu pelaksanaan lantai ke lantai adalah 7 hari. Secara praktis perhitungan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Hasil perhitungan adalah pendatangan material 2,5 lantai. Secara detail perhitungan adalah sebagai berikut :

Dengan memperhatikan perhitungan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa penyedian material yang full sesuai dengan perhitungan praktis hanya perancah balok, sedangkan yang lain penyediaannya tidak sebanyak hasil perhitungan praktis. Dari contoh kasus diatas ditarik kesimpulan bahwa dengan mendetailkan perhitungan maka kebutuhan dan penyediaan material akan optimum sehingga biaya menjadi lebih efisien, namun produktifitas pekerjaan tetap terjaga sesuai rencana. 4.2 Pemilihan type bekisting Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa penentuan type bekisting antara konvensional atau bekisting system perlu mempertimbangkan sisi kemudahan pelaksanaan, kecepatan dan sisi biaya namun yang juga penting adalah dari sisi kekuatan struktur. Contoh Kasus : Pembangunan Hotel dengan kondisi pekerjaan pondasi sudah dilaksanakan namun ternyata kekuatan dari pondasi tersebut berkurang dari perencanaan.Berikut merupakan matriks perbandingan system struktur .

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

Secara biaya perbandingannya adalah sebagai berikut :

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

Berdasarkan matriks perbandingan tersebut dipilih system struktur dengan plat konvensional namun menggunakan penulangan wire mesh karena dari sisi biaya , plat konvensional dengan penulangan wiremesh lebih baik daripada system konvensional . 4.3 Urutan Pelaksanaan Pekerjaan

Urutan pelaksanaan perlu diperhatikan dalam strategi peningkatan produktifitas pekerjaan bekisting , sebagai contoh ;

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

Suatu proyek , dengan kondisi tanah berupa soft soil dan schedule yang ada adalah crash program. Pelaksanaan dilapangan dilakuakan beberapa alternative yakni : 1. Pekerjaan dilakukan dengan mendahulukan pekerjaan lantai atas namun meninggalkan lantai dasar. 2. Pekerjaan dilakukan dengan urutan lantai dasar didahulukan berikutnya lantai 1 dan demikian seterusnya.

Gambar 4.1 Alternatif 1 vs Alternatif 2

Dari alternative yang pertama , pekerjaan ke struktur atas memang lebih cepat , namun yang mesti menjadi pertimbangan adalah sebagai alas Jack Base untuk perancah dengan kondisi tanah yang soft soil akan membutuhkan kayu 6/12 yang sangat besar untuk area yang luas. Dan dengan kondisi tanah soft soil, kayu 6/12 sebagai alas juga menjadi tidak terpakai karena kotor dan kemungkinan rusak. Dengan penggunaan metode pelaksanaan seperti alternative pertama akan banyak membuang material dan konsekuensinya adalah biaya yang besar dan pada pekerjaan perancah lantai 1 akan memerlukan waktu pelaksanaan yang lebih lama akibat proses penataan alas jack base tersebut , dan juga akan memerlukan waktu dalam proses pendatangan dan keperluan perhitungannya. Pada alternative kedua , lantai dasar dikerjakan lebih dahulu sehingga menghilangkan potensi biaya akibat keperluan alas jack base.Pada dasarnya kondisi tanah soft soil jangan dijadikan kendala dalam pelaksanaan pekerjaan proyek. Dengan pekerjaan dilakukan dengan alternative pertama akan mengurangi produktifitas.Secara umum produktifitas dapat diperhitungkan dengan rumusan :

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

Q=

P ; T

dimana Q = Produktifitas P = Produksi T = waktu Pelaksanaan

Jadi, untuk memperhitungkan peningkatan Produktifitas maka gunakan metode pelaksanaan yang membutuhkan waktu pelaksanaan yang sedikit dan hasil produksi yang besar. 4.4 Sistem Struktur

Penentuan system struktur dalam pelaksanaan jika setelah dilakukan review secara biaya Real Cost menyebabkan Biaya Produksi meningkat maka perlu dilakukan langkah langkah teknis. Strategi yang perlu dilakukan adalah review desain system struktur dengan memperkecil proporsi item rugi yang jika memungkinkan dihilangkan dan menambah proporsi item untung.Item pekerjaan yang secara produksi memerlukan waktu pelaksanaan yang lama juga jika memungkinkan dihilangkan. Review Desain yang memungkinkan adalah dengan beton bertulang, oleh karena itu tingkat produktifitas pekerjaan beton bertulang harus benar benar dikuasai , khususnya produktifitas pekerjaan bekisting. Sebagai contoh ; Pekerjaan pembangunan Gedung Bertingkat 10, dengan lokasi di Kalimantan Selatan. Struktur awal adalah dengan Struktur Baja yang menggunakan Shear Wall di lokasi Lift. Namun setelah dilakukan review secara biaya , nilai Biaya Produksi menjadi tinggi , karena material baja olahan ( baja frame dan baja tulangan ) mengalami kenaikan harga .Dengan demikian dilakukan review terhadap system struktur tersebut , antara lain ; a. Sistem struktur Baja , diganti dengan menggunakan beton bertulang b. Struktur beton bertulang secara keseluruhan diusahakan menggunakan ratio seefektif mungkin. c. Struktur awal yang dipertimbangkan memiliki produktifitasnya lambat diperkecil atau dihilangkan. d. Dalam perhitungan Review Desain perlu dirangkul Konsultan Perencana yang kompeten dan juga bersertifikat. Berdasarkan hasil review tersebut diputuskan antara lain; a. Dengan pertimbangan area lokasi pekerjaan di Kalimantan , yang dalam pembagian wilayah zone gempa berada di zone yang aman dari gempa , maka Struktur Shear Wall dihilangkan. Sebagai gantinya adalah dimensi Kolom di maksimalkan.Dengan pengurangan struktur shear wall diharapkan produktifitas pekerjaan dapat lebih besar karena pekerjaan bekisting shear wall cukup memakan waktu.

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

Gambar 4.2 Struktur Portal Baja dengan Shear Wall VS Struktur Beton tanpa Shear Wall

Gambar 4.3 Peta Tektonik Kepulauan Indonesia

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

Gambar 4.4 Peta Zona Gempa Indonesia

b. Untuk Struktur Pelat digunakan penulangan wire mesh karena pemasangan lebih cepat dan volume yang dibutuhkan pun secara ratio penulangan menjadi lebih kecil karena nilai fy wire mesh lebih besar daripada baja tulangan biasa.Untuk bekisting pelat digunakan horry beam dengan pertimbangan kemudahan pelaksanaan dan menghemat volume pekerjaan perancah sehingga produktifitas pekerjaan menjadi tinggi. c. Pemaksimalan momen inertia banguna dengan system tata letak kolom. Jika bangunan memanjang kea rah sumbu X , maka dimensi kolom menjang kearah sumbu Y.

d. Didesain untuk mutu beton elemen horizontal ( balok dan plat ) disamakan dengan mutu beton struktur tangga, dengan demikian maka pekerjaan pengecoran elemen horizontal dapat dibarengi dengan pengecoran tangga. Karena volume struktur tangga yang kecil , jika mutunya berbeda dengan elemen horizontal , maka pengecorannya akan menunggu hingga waktu pengecoran elemen dengan mutu yang sama dengan tangga.Jika hal ini terjadi maka waktu tunggu hingga pengecoran tangga akan lama dan produktifitas bekisting tangga menjadi kecl.

BAB V KESIMPULAN

Berdasarkan penjabaran diatas dapat ditarik kesimpulan antara lain ; a. Strategi peningkatan produktifitas pekerjaan bekisting harus dilakukan dari Tahap Perencanaan atau Tahap Persiapan. b. Hal hal yang mempengaruhi produktifitas pekerjaan bekisting antara lain ;

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

-

Tenaga Kerja Jadwal pengadaan material bekisting Ketersediaan volume bekisting Type bekisting yang digunakan Metode Pelaksanaan Urutan Pelaksanaan pekerjaan

c. Penerapan strategi produktifitas tersebut harus dimonitor secara continue sehingga impelementasi dilapangan dapat sesuai dengan perencanaan , dan seandainya terjadi penyimpangan, besar penyimpangan tersebut dapat ditoleransi. d. Dalam pemilihan system struktur , selain pertimbangan biaya mempertimbangkan segi kekuatan struktur dan kemudahan pelaksanaan. juga harus

e. Dalam pemilihan metode pelaksanaan , gunakan metode dengan waktu pelaksanaan yang sedikit dan hasil produksi yang besar.

REFERENSI / DAFTAR PUSTAKA1. Suanda, Budi.,2012, Langkah langkah Sediaan Bekisting High Rise Building yang Efisien,Manajemen Proyek Indonesia, Indonesia 2. Suanda, Budi.,2012, Pengaruh Jumlah Sediaan Bekisting Terhadap Biaya Total Bekisting, manajemen Proyek Indonesia, Indonesia 3. Rai, Dayu,. 2010, Analisa Biaya Pelaksanaan Antara Pelat Konvensional Dan Sistem Pelat Menggunakan Metal Deck , Jurnal Ilmiah Teknik Sipil Universitas Udayana, Indonesia

Strategi Peningkatan Produktifitas Bekisting

4. Suyono, Nugroho Hari Anggoro, 2009, Analisa Perbandingan Bekisting Metode Konvensional dengan Metode Sistem,Teknik Sipil UGM, Indonesia 5. Panitia Teknik Standarisasi Bidang Konstruksi dan Bangunan,2009, Pedoman Teknis Rumah dan Bangunan Tahan Gempa, Indonesia 6. ACI 318 Chapter 6, Removal of form, shores and reshoring, Amerika