Tukang Sepatu Yang Berbahagia

5
Tukang Sepatu yang Berbahagia Para Pemain 1. Ibunya Audino 2. Audino 3. Gadis I 4. Putri Mahkota Klaudina Babak I Di sebuah rumah kecil serta reyot, hiduplah seorang ibu yang sudah tua dengan anaknya yang bernama Audino. Meskipun audino anak miskin, tetapiemuda ini gagah, tampan dan pintar sekali. Jadi banyak sekali gadis – gadis yang ingin menjadi istrinya. Hanya si Audino tidak pernah mempedulikannya. Ibu : “ Audino, umurmu sudah 28 tahun.” Audino : “ Memangnya kenapa, bu?” Ibu : “ Itu sudah melebihi cukup untuk berumah tangga. Apa lagi yang kau harapkan?” Audino : “Ah, ibu. Aku belum memikirkan mengenai pernikahan.” Ibu : “ Kau itu lucu Audino. Kalau ada gadis yang bertandang ke sini, apalagi menyapa, melirik saja kau tidak mau.” Audino : “ Habis aku tidak suka.” Ibu : “ Kau boleh tidak suka, tapi kau juga harus memikirkan masa depanmu (gadis – gadis itu merendahkan diri). Ia yang melamarmu.” Audino : “ Sudahlah bu, nanti kalau aku sudah mau, tentu akan kulamar seorang gadis calon istriku,” Ibu : “ Pokoknya jangan lama lama. Nanti keburu tua.” Gadis I : “Permisi ibu.” Ibu : “Oh anak manis. Ayo masuk. Audino, ayo berhenti dulu. Ini kenalan dulu dengan gadis yang cantik. ( Audino seperti biasa, dia tidak berbicara sepatah kata pun dan terus melanjutkan pekerjaannya ) Ibu : “ Anak ini dari mana? Pagi pagi sudah sampai disini.” Gadis I : “ Saya tidak kemana mana bu, dari rumah tujuan saya ke tempat ibu. Mungkin saya ini dapat menarik hati kakak Audino. Siapa tau, saya jadi calon menantu ibu. Tapi sayang nya saya belum pernah ditegur sapa sepatah katapun. Dilirik saja belum pernah.” Tidak disangka sangka masuklah seorang putri yang sangat cantik dengan pakaian serba gemerlapan. Dan di depan rumah Audino ada kereta kerajaan. Ibu dan gadis itu jongkok menyembah Putri Mahkota. Bagaimana si Audino. Ia tidak bergeming sedikitpun, terus bekerja tanpa melihat atau memperhatikan Putri Klaudina.

description

Drama

Transcript of Tukang Sepatu Yang Berbahagia

Tukang Sepatu yang Berbahagia

Tukang Sepatu yang Berbahagia

Para Pemain

1. Ibunya Audino

2. Audino

3. Gadis I

4. Putri Mahkota Klaudina

Babak I

Di sebuah rumah kecil serta reyot, hiduplah seorang ibu yang sudah tua dengan anaknya yang bernama Audino. Meskipun audino anak miskin, tetapiemuda ini gagah, tampan dan pintar sekali. Jadi banyak sekali gadis gadis yang ingin menjadi istrinya. Hanya si Audino tidak pernah mempedulikannya.Ibu

: Audino, umurmu sudah 28 tahun.

Audino: Memangnya kenapa, bu?

Ibu

: Itu sudah melebihi cukup untuk berumah tangga. Apa lagi yang kau harapkan?Audino: Ah, ibu. Aku belum memikirkan mengenai pernikahan.

Ibu

: Kau itu lucu Audino. Kalau ada gadis yang bertandang ke sini, apalagi menyapa, melirik saja kau tidak mau.

Audino: Habis aku tidak suka.

Ibu

: Kau boleh tidak suka, tapi kau juga harus memikirkan masa depanmu (gadis gadis itu merendahkan diri). Ia yang melamarmu.

Audino: Sudahlah bu, nanti kalau aku sudah mau, tentu akan kulamar seorang gadis calon istriku,

Ibu

: Pokoknya jangan lama lama. Nanti keburu tua.Gadis I: Permisi ibu.Ibu

: Oh anak manis. Ayo masuk. Audino, ayo berhenti dulu. Ini kenalan dulu dengan gadis yang cantik. ( Audino seperti biasa, dia tidak berbicara sepatah kata pun dan terus melanjutkan pekerjaannya )Ibu

: Anak ini dari mana? Pagi pagi sudah sampai disini.

Gadis I: Saya tidak kemana mana bu, dari rumah tujuan saya ke tempat ibu.

Mungkin saya ini dapat menarik hati kakak Audino. Siapa tau, saya jadi calon menantu ibu. Tapi sayang nya saya belum pernah ditegur sapa sepatah katapun. Dilirik saja belum pernah.

Tidak disangka sangka masuklah seorang putri yang sangat cantik dengan pakaian serba gemerlapan. Dan di depan rumah Audino ada kereta kerajaan.

Ibu dan gadis itu jongkok menyembah Putri Mahkota. Bagaimana si Audino. Ia tidak bergeming sedikitpun, terus bekerja tanpa melihat atau memperhatikan Putri Klaudina.

Gadis I

: Silahkan Duduk tuan Putri dan saya permisi pulang.

Ibu: He Audino. Berhentilah bekerja. Lihatlah, siapa yang berkunjung kerumah kita. Beliau putri mahkota negri kita. Ayolah minta ampun dan menyembahlah.

Putri Mahkota: Audino. Duduklah di dekatku.

( Audino diam saja, terus melanjutkan pekerjaannya )

Putri Mahkota: Audino, kau dengar kata kataku. Berhentilah sebentar.Ibu: Audino, berhentilah sebentar Nak. Ayo, tinggalkan sepatu itu.

( Audino masih diam saja. Apalagi menoleh, melirik saja tidak. )Putri Mahkota: (marah) Audino. Kau menghina aku. (Sang putri langsung berdiri dan meninggalkan rumah)

Babak II

Kemarahan Putri Mahkota membuat hati Ibu Audino cemas. Jangan jangan Ibu dan Audino diseret kepenjara. Tapi bukan itu yang terjadi, malah sebaliknya. Putri mahkota sebetulnya jatuh cinta pada Audino. Dengan kegagahan, Ketampanan, serta kepandaian Audino menimbulkan cahaya yang membuat Putri Mahkota melupakan darah birunya.

Putri tidak patah semangat. Keesokan harinya putri mengenakan baju sutera putih yang sangat indah. Putri Mahkota kelihatan lebih cantik dari pada hari pertama.Putri Mahkota: Selamat pagi Audino, selamat pagi, bu.

Ibu

: Oh, tuan putri, selamat pagi tuan putri.

Tuan putri kami minta maaf mengenai perlakuan kami kemarin. Kami jangan dihukum tuan putri.Putri Mahkota: Tidak, tidak. Seharusnya aku minta maaf telah mengganggu kalian.

Ibu: Terima kasih. Terima kasih tuan putri.

Putri Mahkota: Sudah, sudah. Lupakan yang telah lalu.

Sekarang aku kesini mau berbincang bincang dengan Audino.

Ibu: Audino, dari tadi engkau masih diam saja. Ayolah, hal seperti kemarin jangan sampai terulang kembali.

Putri Mahkota: (putri mahkota dengan sabar berkata) Audino, engkau jangan takut. Ke sini!

Ibu: Kau dengar Audino, Putri Mahkota ingin mengajak engkau ngobrol. Sudah, letakkan semua alat alat dan duduklah disini.

Tiba tiba Audino mendekati putri mahkota dan terus mengulurkan tangan. Putri Mahkota mengira bahwa Audino ingin berkenalan. Tetapi...

Audino: Tuan Putri, aku melamarmu. Maukah tuan Putri menjadi istri saya.

Ibu

: Audino, engkau jangan kurang ajar. Engkau berkata dengan siapa?

Putri Mahkota: Biarlah ibu. Coba kau ulangi lagi kata kata mu tadi!Audino: Betul Tuan Putri, saya melamar tuan Putri. Maukah tuan Putri menjadi istri saya?

Serentak Putri mahkota dan Ibu Audino tertawa terpingkal pingkal. Mereka heran dan geli dengan cara yang diperbuat oleh audino. Lain halnya dengan Audino, ia tersinggung.Audino: Aku sudah menyangka bahwa tuan Putri akan menolak. Aku tidak pantas berdampingan dengan tuan Putri. Sudah, aku mau pergi!

Ibu

: Ke mana?

Audino: Tidak perlu Tanya. Selamat tinggal (terus pergi).

Ibu

: (sambil menangis) Audino. Kembali, kembalilah anakku! Tanpa engkau aku akan kesepian. Nak. Tuan Putri, bagaimana ini?

Putri Mahkota: Ibu, aku juga heran mengapa ini dapat terjadi. Untuk mengusir kesepian, aku setiap hari akan kesini.

Ibu

: Terima kasih tuan Putri, semoga tuan Putri berkenan di rumah saya yang reyot ini.Babak III

Setiap hari Putri dating kerumah Audino. Selain menghibur Ibu Audino, juga belajar menjadi tukang sepatu. Putri kludina bertekad untuk menjadi tukang sepatu sampai Audino kembali.Ibu

: Tuan Putri, hari sudah siang. Sebaiknya tuan Putri santap lebih dahulu.

Putri Mahkota: Ibu, aku belum lapar. Nanti kalau aku sudah lapar tentu aku minta pada ibu. Sudah satu tahun lebih Audino pergi tapi sampai hari ini dia belum kembali.

Ibu: Tuan Putri, mengapa sekarang tuan Putri menekuni membuat sepatu seperti Audino?

Putri Mahkota: Setiap hari aku merindukan Audino. Kalau aku melakukan pekerjaan seperti yang dikerjakan Audino maka berkurang lah rasa pedih dihatiku.Ibu: saya baru tahu, sebetulnya tuan Putri mau menerima lamaran Audino.

Putri Mahkota: Betul ibu, aku sangat menyayanginya. Dengan membuat sepatu, dentangan dentangan dari palu paluku mengundang Audino untuk kembali.

Ibu: Terima kasih tuan Putri. Semoga Audino mendengar dentangan dentangan palu tuan Putri, Audino cepat kembali.

Tiba tiba diambang pintu muncul seorang pemuda gagah, tampan dan berwibawa. Pemuda itu tidak lain, Audino.

Audino: Ibu, Siapa yang berani ikut ikutan membuat sepatu di rumahku? Dentangan dentangan palunya sampai ke sudut sudut desa.

Ibu: Oh Audino, Anakku. Kemana saja kau selama ini?

Audino: Ibu, saya mau Tanya. Siapa yang berani membuat sepatu dengan merk Audino. Itu namanya penghinaan bagiku.Audino: (semakin marah) Ibu, siapa yang berani memakai alat alat ku?. Hai pemuda (Putri Mahkota kalau sedang membuat sepatu memakai pakaian laki laki).

Audino: Siapa yang memberi izin engkau memakai alat alat ku?

Ibu: Audino. Bersabarlah. Aku yang telah memberi izin.

Audino: Ibu. Mengapa ibu juga tidak bersabar untuk menanti saya pulagn, sehingga alat alatku ibu pinjamkan kepada orang lain.

Putri Mahkota: Hai pemuda mengapa kau tidak berani memandang aku? Audino, lupakah kau kepdaku?

Audino: Oh tuan Putri. Tuan Putri jangan mengganggu saya lagi. Saya sudah sadar bahwa saya tidak pantas menjadi suami tuan Putri.Putri Mahkota: Audino. Aku membuat sepatu dan menemani ibumu di rumah ini, karena aku menerima lamaranmu.

Audino: Bagaimana tuan Putri?

Ibu: Iya Audino, tuan Putri menerima lamaranmu. Beliau selalu menunggumu di rumah ini.

Putri Mahkota: Betul Audino. Aku sanggup menjadi istri mu.

Audino: saya tidak akan meninggalkanmu juga meninggalkan ibu lagi.

Tidak lama setelah pertemuan itu maka pernikahan dilangsungkan dengan meriah. Selanjutnya, meskipun Audino hidup dalam kecukupan,tetapi tetap melaksanakan pekerjaan lama, yaitu membuat sepatu. Hanya bedanya dulu bekerja sendiri, tetapi sekarang banyak temannya yaitu ribuan pegawai yang membantunya. Raja Audino dan Putri Klaudina sebagai perancang model modelnya