Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

33

Click here to load reader

Transcript of Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

Page 1: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

Tujuh karunia Roh Kudus yang menuntun manusia ke Surga PEMBAHASAN

1. Roh Kudus, nyata sekaligus misterius 2. Hubungan antara kebajikan ilahi (theological virtues), kebajikan kardinal (cardinal

virtues) dan karunia roh kudus (gifts of the Holy Spirit) 3. Tentang karunia Roh Kudus secara umum 4. Tentang tujuh karunia Roh Kudus

o a. Karunia takut akan Tuhan (fear of the Lord)o b. Karunia keperkasaan (fortitude)o c. Karunia kesalehan (piety)o d. Karunia nasihat (Counsel)o e. Karunia pengenalan (knowledge)o f. Karunia pengertian (understanding)o g. Karunia kebijaksanaan (wisdom)

5. Mempersiapkan diri menjelang Pentakosta

1. Roh Kudus, nyata sekaligus misterius

Banyak umat Katolik dapat menjelaskan dengan baik tentang dua Pribadi dalam Trinitas, yaitu Allah Bapa dan Allah Putera. Namun, kalau diminta untuk menjelaskan tentang Allah Roh Kudus, ada banyak orang mungkin mengalami kesulitan. Ada orang yang mengidentifikasikan Roh Kudus dengan kelompok-kelompok tertentu saja, seperti kelompok karismatik, karena manifestasi Roh Kudus dianggap lebih nyata terjadi di kelompok ini. Sementara kelompok lain sering memandang Roh Kudus sebagai Pribadi yang  misterius dan tidak dapat dimengerti. Namun, sesungguhnya semua umat beriman yang telah dibaptis telah mempunyai Roh Kudus dan ketujuh karunia Roh Kudus. Yang menjadi masalah adalah, apakah karunia Roh Kudus ini disadari dan mewarnai kehidupan umat beriman, sehingga dapat dikatakan bahwa  manifestasi Roh Kudus sungguh nyata di dalam kehidupan mereka.

Page 2: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

Dalam menyambut Pentakosta, yaitu perayaan turunnya Roh Kudus atas para rasul, kami mencoba untuk mengupas tujuh karunia Roh Kudus, seperti yang disebutkan dalam Yesaya 11:2 ” (a) kebijaksanaan / wisdom, (b) pengertian / understanding, (c) nasihat / counsel (4) keperkasaan / fortitude, (5) kesalehan / piety, (6) pengenalan / knowledge, (7) takut akan Tuhan / fear of the Lord“. Harapannya adalah kita semua merindukan bahwa karunia Roh Kudus ini dapat bekerja secara lebih bebas dalam kehidupan kita.

2. Hubungan antara kebajikan ilahi (theological virtues), kebajikan kardinal (cardinal virtues) dan karunia roh kudus (gifts of the Holy Spirit)

Untuk lebih memahami tentang karunia Roh Kudus, maka kita perlu melihatnya dalam hubungannya dengan kebajikan ilahi maupun dalam hubungannya dengan kebajikan kardinal. Kebajikan kardinal (poros) adalah kebajikan manusia, yang merupakan poros kehidupan moral, yang terdiri dari: kebijaksanaan (prudence), keadilan (justice), keberanian (fortitude), dan penguasaan diri (temperance). Kebijaksanaan membuat seseorang untuk memahami tentang kebaikan yang benar dan memilih sarana yang tepat untuk mencapainya(KGK, 1835); keadilan memberikan apa yang menjadi hak Allah dan sesama (KGK, 1836); keberanian, mengejar kebaikan dengan teguh dan tidak takut menghadapi kesulitan (KGK, 1837); penguasaan diri dapat mengekang kenikmatan jasmani dan melakukannnya dalam batas-batas kewajaran (KGK, 1838). Untuk mencapai kesempurnaan dalam kebajikan ini, diperlukan latihan dan kerja keras. Namun, latihan dan kerja keras ini menjadi lebih mudah dan memberikan hasil yang lebih sempurna, kalau kita membiarkan Tuhan mengubah kita, baik melalui kebajikan ilahi maupun melalui karunia-karunia Roh Kudus.

Kebajikan-kebajikan manusia di atas berakar dalam kebajikan ilahi. Kebajikan ilahi, terdiri dari iman, pengharapan dan kasih. Kebajikan ilahi memungkinkan seseorang untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi (lih. 2 Ptr 1:4), karena Allah menjadi asal, sebab, dan tujuan (lih. KGK, 1812). Ini adalah cara Allah agar manusia dapat mencapai tujuan akhir, Sorga, yang melebihi kodrat manusia. Iman memberikan penerangan kepada akal budi kita dengan kebenaran ilahi; pengharapan mengarahkan keinginan kita untuk mencapai tujuan akhir; kasih mempersatukan keinginan kita dengan Tuhan, yang menjadi tujuan akhir dan sasaran. [1]

Dengan kata lain, kebajikan Ilahi memungkinkan kita untuk mengambil bagian dalam kehidupan Allah yang tidak mungkin dicapai oleh kebajikan moral. Kebajikan moral dapat mengarahkan seseorang untuk membentuk masyarakat yang baik, namun tidak dapat membuat seseorang berpartisipasi dalam kehidupan Allah, karena kehidupan Allah adalah di luar kodrat manusia. Dengan kebajikan ilahi, Tuhan sendiri menorehkan iman, pengharapan dan kasih dalam diri manusia, sehingga manusia dapat mencapai Sorga. Dengan perkataan lain, kebajikan moral mempunyai materai manusia, namun kebajikan ilahi mempunyai materai Allah sendiri.

Namun demikian, ada begitu banyak hal terjadi di dalam kehidupan kita, baik penderitaan, pencobaan dan berbagai macam glamor dunia ini yang dapat menjauhkan kita dari tujuan akhir, yaitu Sorga. Ditambah lagi dengan kelemahan-kelemahan kita karena dosa asal. Oleh karena itu, walaupun Tuhan telah memberikan kebajikan ilahi serta rahmat pengudusan, yang menjadi

Page 3: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

modal utama dan syarat utama untuk mencapai keselamatan, manusia memerlukan Penolong lain, sehingga manusia dapat bertahan dalam kehidupan ini untuk mencapai Sorga.[2] Bukan hanya bertahan, namun lebih tepatnya untuk mencapai kesempurnaan kehidupan kristiani. Inilah yang dijanjikan oleh Kristus sendiri, ketika Dia mengatakan akan mengirimkan Roh Kudus, yang akan terus menyertai seluruh umat beriman. Dia memberikan Roh Kudus sendiri yang akan tinggal di tengah- tengah umat beriman. Roh Kudus yang tinggal di dalam hati manusia mewarnai dan mengubah jiwa manusia menjadi semakin bertumbuh dalam kekudusan, sehingga menjadi semakin serupa dengan Yesus.

Roh Kudus memberikan inspirasi kepada umat manusia lewat karunia-karunia Roh Kudus. Di atas, kita telah mengenal tujuh karunia Roh Kudus seperti yang dituliskan oleh nabi Yesaya. Katekismus Gereja Katolik mendefinisikan “Ketujuh karunia Roh Kudus yang diberi kepada orang Kristen adalah: kebijaksanaan, pengertian, nasihat, keperkasaan, pengenalan, kesalehan, dan rasa takut kepada Allah.” (KGK, 1845). Mengapa umat Allah memerlukan tujuh karunia Roh Kudus? Jawabannya sederhana, yaitu karena karunia Roh Kudus ini diperlukan sehingga kita dapat mencapai tujuan akhir kita, yaitu Sorga.[3] Karena Sorga berada di luar kodrat manusia (supernatural end), maka kita memerlukan Roh Kudus untuk mencapai tujuan akhir ini. Sama seperti bayi tidak bisa pergi ke suatu tempat tanpa bantuan orang tuanya, maka kita tidak dapat mencapai Sorga tanpa bantuan Roh Kudus.

St. Thomas Aquinas menjelaskan lebih lanjut bahwa akal budi dan tentu saja kebajikan ilahi (iman, pengarapan dan kasih) diperlukan untuk mencapai tujuan akhir. Namun, karunia Roh Kudus inilah yang membuat jiwa kita siap dan mengikuti gerakan rahmat Allah.[4] Dapat diibaratkan bahwa karunia Roh Kudus merupakan layar dari sebuah kapal, yang memungkinkan kapal bergerak di laut lepas menuju tujuan akhir tanpa adanya usaha yang begitu besar dari awak kapal. Dengan layar yang berkembang secara bebas, maka kapal tersebut dapat mencapai tujuan akhir dengan selamat.

Jika dikatakan bahwa kebajikan moral mempunyai materai manusia, maka dapat diibaratkan karunia-karunia Roh Kudus mempunyai materai Allah. Rahmat pengudusan dan kebajikan ilahi memberikan gambaran akan Kristus. Ibaratnya, dengan kebajikan moral, manusia dengan tangannya sendiri dapat menorehkan garis atau coretan untuk membentuk lukisan, namun tidaklah terlalu sempurna. Dengan karunia Roh Kudus, jika kebajikan moral adalah kuasnya, dan karunia Roh Kudus adalah tangan dari Allah sendiri yang dapat menorehkan garis atau coretan, maka gambar Yesus akan dapat dilukiskan dengan sangat sempurna. Inilah sebabnya, karunia Roh Kudus diperlukan oleh umat beriman dalam mencapai kesempurnaan kehidupan kristiani.

3. Tentang karunia Roh Kudus secara umum

Seperti yang telah dijelaskan, tujuh karunia Roh Kudus adalah “kebijaksanaan, pengertian, nasihat, keperkasaan, pengenalan, kesalehan, dan rasa takut kepada Allah.” Empat dari karunia ini menyempurnakan akal budi, yaitu: kebijaksanaan, pengertian, nasihat dan pengenalan. Pengertian memberikan kedalaman kebenaran Allah dan ketiga yang lain memberikan pertimbangan dalam mengambil keputusan: kebijaksanaan menimbang hal-hal yang berkaitan dengan Allah; pengenalan menimbang hal- hal sehubungan dengan ciptaan; nasihat mengarahkan tindakan kita. Sedangkan kesempurnaan keinginan (will) ditopang dengan kesalehan, yang

Page 4: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

membimbing manusia dalam hubungan antara Allah dan manusia. Sedangkan untuk menopang “senses“, maka Roh Kudus memberikan keperkasaan dan rasa takut akan Tuhan. Keperkasaan memberikan kekuatan sehingga seseorang tidak menghindar dari kesulitan untuk mencapai kesempurnaan spiritual; sedangkan rasa takut akan Tuhan memberikan relasi yang seharusnya antara Sang Pencipta dan ciptaan, serta membatasi keinginan hal-hal yang bersifat duniawi. Dari semua karunia Roh Kudus, yang tertinggi adalah kebijaksanaan. Kalau kita melihat tingkatannya, maka urutannya dari yang paling tinggi adalah: kebijaksanaan, pengertian, pengenalan, nasihat, kesalehan, keperkasaan dan takut akan Tuhan. Sekarang, mari kita lihat karunia-karunia ini satu persatu, mulai dari yang paling bawah.

4. Tentang tujuh karunia Roh Kudus

a. Karunia takut akan Tuhan (fear of the Lord)

Ada ketakutan yang baik dan ada ketakutan yang tidak baik. Ketakutan yang bersumber pada keduniaan atau penderitaan fisik di atas segalanya tidaklah baik.[5]. Ketakutan seperti ini adalah ketakutan kehilangan kenyamanan fisik dan kenikmatan dunia melebihi ketakutan kehilangan iman. Pada waktu iman dan Gereja dianggap menjadi penghalang, maka orang ini siap meninggalkan iman maupun Gereja, sehingga kenyamanan akan hal-hal duniawi dapat dipertahankan. Ketakutan seperti ini dapat membawa seseorang pada penderitaan abadi di neraka. Namun demikian, ada ketakutan yang baik, yaitu takut akan Tuhan ( fear of the Lord). St. Teresa mengatakan bahwa Tuhan telah memberikan obat bagi manusia untuk menghindari dosa, yaitu takut akan Tuhan dan kasih. Takut akan Tuhan adalah takut akan penghukuman Tuhan, takut bahwa dirinya akan terpisah dari Tuhan untuk selamanya di neraka. Ketakutan seperti ini disebut “servile fear“. Ketakutan pada tahap ini membantu seseorang dalam pertobatan awal. Namun, bukankah Rasul Yohanes mengatakan bahwa dalam kasih tidak ada ketakutan? (lih. 1Yoh 4:18) Takut akan penghukuman Tuhan akan berubah menjadi takut menyedihkan hati Tuhan, kalau didasarkan pada kasih. Inilah yang disebut takut karena kasih (filial fear), seperti anak yang takut menyedihkan hati bapanya.

Karunia Roh Kudus ini menyadarkan bahwa satu-satunya yang memisahkan seseorang dari Tuhan adalah dosa. Oleh karena itu, manifestasi dari karunia ini adalah kesedihan karena dosa, yang diikuti dengan kebencian akan dosa. Orang yang membenci dosa tidak hanya menghindari dosa berat, namun juga ia tidak mau melakukan dosa ringan. Ia akan lari dari peluang dan kondisi yang dapat membuat dia berbuat dosa. Ia akan sadar bahwa meskipun ia sudah berusaha menghindari dosa, ia kerap tetap jatuh di dalam dosa, termasuk dosa ringan. Dengan demikian, ia menjadi sadar akan dirinya yang tidak berarti apa-apa dan pada saat yang bersamaan ia sadar bahwa Tuhan adalah segalanya. Sikap seperti inilah yang  menuntunnya kepada kerendahan hati. Jika kita belajar dari kesalahan kita bahwa yang sering memisahkan diri kita dari Tuhan adalah godaan duniawi, maka kita belajar untuk membatasi diri dari kenikmatan duniawi. Inilah yang disebut sebagai kebajikan penguasaan diri (temperance).

b. Karunia keperkasaan (fortitude)

Dalam kebajikan moral, kebajikan keperkasaan adalah keberanian untuk mengejar yang baik dan tidak takut dalam menghadapi kesulitan-kesulitan yang menghalangi tercapainya kebaikan

Page 5: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

tersebut. Karunia keperkasaan dari Roh Kudus adalah keberanian untuk mencapai misi yang diberikan oleh Tuhan, bukan berdasarkan pada kemampuan diri sendiri, namun bersandar pada kemampuan Tuhan. Inilah yang dikatakan oleh rasul Paulus, “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.” (Fil 4:13). Juga, “Jika Allah dipihak kita, siapakah yang akan melawan kita?” (Rom 8:31) Melalui karunia ini, Roh Kudus memberikan kekuatan kepada kita untuk yakin dan percaya akan kekuatan Allah. Allah dapat menggunakan kita yang terbatas dalam banyak hal untuk memberikan kemuliaan bagi nama Tuhan. Sebab Allah memilih orang-orang yang bodoh, yang lemah, agar kemuliaan Allah dapat semakin dinyatakan dan agar tidak ada yang bermegah di hadapan-Nya (lih. 1Kor 1:27-29).

Orang yang dipenuhi dengan karunia keperkasaan bukannya tidak pernah merasa takut, namun mereka dapat mengatasi ketakutannya karena mereka percaya pada Allah yang dapat melakukan segalanya. Bunda Teresa yang berani melaksanakan kehendak Allah untuk melayani orang-orang yang miskin di tengah-tengah pelayanannya sebagai biarawati yang menjadi guru adalah contoh bagaimana karunia keperkasaan menjadi nyata. Dan dalam derajat yang sempurna, karunia Roh Kudus ini dinyatakan oleh para martir. Namun, apakah dalam kehidupan sehari-hari kita tidak menjalankan karunia ini?

Dalam keseharian kita, kita juga dituntut untuk mati terhadap keinginan diri sendiri, dan berjuang dalam kekudusan. Dan orang yang secara sadar berjuang dalam kekudusan akan merasakan bahwa ini adalah tantangan yang sungguh berat. Keinginan dan perjuangan untuk hidup dalam kekudusan adalah karunia Roh Kudus. Roh Kudus memberikan kekuatan sehingga dapat memberikan keberanian untuk terus melakukan karya kerasulan walaupun ada banyak kekurangan, keberanian untuk menanggung sakit penyakit dan penderitaan, keberanian untuk mengutamakan orang lain dibandingkan diri sendiri, ataupun keberanian untuk mewartakan Kristus dan Gereja-Nya di tengah-tengah dunia yang dipenuhi dengan pandangan relativisme dan keacuhan terhadap hal- hal rohani. Karunia keperkasaan diperoleh dengan kerendahan hati, yaitu dengan bertekun dalam doa dan sakramen. Sakramen Penguatan memberikan kekuatan kepada kita untuk menjadi tentara Kristus; Sakramen Ekaristi memberikan makanan spiritual yang akan menguatkan kita dalam perjuangan rohani; Sakramen Tobat memberikan kekuatan pada kita untuk melawan godaan; Sakramen Perminyakan memberikan kekuatan kepada kita dalam perlawanan terakhir.

c. Karunia kesalehan (piety)

Karunia kesalehan adalah karunia Roh Kudus yang membentuk hubungan kita dengan Allah seperti anak dengan bapa; dan pada saat yang bersamaan, membentuk hubungan persaudaraan yang baik dengan sesama. Karunia ini menyempurnakan kebajikan keadilan, yaitu keadilan kepada Allah – yang diwujudkan dengan agama (religion) – dan keadilan kepada sesama. Karunia kesalehan memberikan kita kepercayaan kepada Allah yang penuh kasih, sama seperti seorang anak percaya kepada bapanya. Hal ini memungkinkan karena kita telah menerima Roh yang menjadikan kita anak-anak Allah, yang dapat berseru “Abba, Bapa!” (lih. Rom 8:15). Dengan hubungan kasih seperti ini, seseorang dapat mengerjakan apa yang diminta oleh Allah dengan segera, karena percaya bahwa Allah mengetahui yang terbaik. Dalam doa, orang ini menaruh kepercayaan yang besar kepada Allah, karena percaya bahwa Allah memberikan yang terbaik, sama seperti seorang bapa akan memberikan yang terbaik bagi anak- anaknya. St.

Page 6: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

Theresa kanak-kanak Yesus mempunyai karunia ini secara nyata, karena dia menempatkan dirinya sebagai seorang anak, yang mengerjakan hal-hal kecil dengan kasih yang besar. Dia ingin naik dalam tingkat kerohaniannya seperti naik dengan lift, yaitu dengan tangan Tuhan yang menopangnya.

Mereka yang menerima karunia kesalehan akan memberikan penghormatan kepada Bunda Maria, para malaikat, para kudus, Gereja, sakramen, karena mereka semua berkaitan dengan Allah. Juga, mereka yang diberi karunia ini, juga akan membaca Kitab Suci dengan penuh hormat dan kasih, karena Kitab Suci merupakan surat cinta dari Allah kepada manusia. Dalam hubungannya dengan sesama, karunia kesalehan dapat menempatkan sesama sebagai saudara/i di dalam Kristus, karena Allah mengasihi seluruh umat manusia dan menginginkan agar mereka juga mendapatkan keselamatan. Mereka yang  saleh ini akan menjadi lebih bermurah hati kepada sesama. Dan dalam derajat yang lebih tinggi, mereka bersedia memberikan dirinya demi kebaikan bersama.

d. Karunia nasihat (Counsel)

Mazmur 32:8 menuliskan, “Aku hendak mengajar dan menunjukkan kepadamu jalan yang harus kautempuh; Aku hendak memberi nasihat, mata-Ku tertuju kepadamu.” Roh Kudus inilah yang menunjukkan jalan kepada kita melalui karunia nasihat. Karunia adi kodrati ini adalah karunia yang memberikan petunjuk jalan mana yang harus ditempuh untuk dapat memberikan kemuliaan yang lebih besar bagi nama Tuhan. Karunia ini menerangi kebajikan kebijaksanaan (prudence), yang dapat memutuskan dengan baik, pada waktu, tempat dan keadaan tertentu. Dengan demikian, karunia adi kodrati ini senantiasa menerangi jalan orang- orang yang dengan sungguh- sungguh mendengarkan Roh Kudus.

Yang terpenting sehubungan dengan karunia nasihat adalah kesediaan dan kerjasama kita dalam menjalankan dorongan Roh Kudus. Kita tidak boleh menempatkan penghalang sehingga Roh Kudus tidak dapat bekerja secara bebas. Penghalang karunia Roh Kudus ini dapat berasal dari diri kita sendiri, seperti keterikatan pada pertimbangan kita sendiri, tergesa-gesa dalam mengambil keputusan, dan juga kurangnya kerendahan hati.

Dengan terus membiarkan Roh Kudus memimpin  jalan kita secara bebas, kita terus dimurnikan oleh Roh Kudus, sehingga lama kelamaan, kita mempunyai intuisi akan jalan mana yang harus diambil sesuai dengan apa yang diinginkan Allah. Karunia ini diperlukan bagi orang-orang yang memberikan bimbingan rohani, sehingga mereka dapat memberikan petunjuk sesuai dengan apa yang diinginkan Allah dalam kehidupan mereka.

e. Karunia pengenalan (knowledge)

Karunia pengenalan memberikan kemampuan kepada seseorang untuk menilai ciptaan dengan semestinya dan melihat kaitannya dengan Sang Penciptanya. Kebijaksanaan 13:1-3 menggambarkan karunia ini dengan indahnya: “1 Sungguh tolol karena kodratnya semua orang yang tidak mengenal Allah sama sekali; dan mereka tidak mampu mengenal Dia yang ada dari barang-barang yang kelihatan, dan walaupun berhadapan dengan pekerjaan-Nya mereka tidak mengenal Senimannya. 2 Sebaliknya, mereka mengganggap sebagai allah yang menguasai jagat

Page 7: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

raya ialah api atau angin ataupun udara kencang, lagipula lingkaran bintang-bintang atau air yang bergelora ataupun penerang-penerang yang ada di langit. 3 Jika dengan menikmati keindahannya mereka sampai menganggapnya allah, maka seharusnya mereka mengerti betapa lebih mulianya Penguasa kesemuanya itu. Sebab Bapa dari keindahan itulah yang menciptakannya.” Dengan kata lain, karunia ini memberikan kedalaman makna dari ciptaan dan menunjuk kepada Sang Pencipta, yaitu Tuhan.

Dengan karunia ini, seseorang dapat memberikan makna akan hal-hal sederhana yang dilakukannya setiap hari dan mengangkat ke tingkat yang lebih tinggi, yaitu sebagai jalan kekudusan. Ini berarti semua profesi harus dilakukan dengan jujur dapat menjadi cara untuk bertumbuh dalam kekudusan. Semua hal  di dunia ini apat dilihat dengan kaca mata Allah, dan dihargai sebagaimana Allah menghargai masing-masing ciptaan-Nya.

f. Karunia pengertian (understanding)

Karunia pengertian adalah adalah karunia yang memungkinkan seseorang untuk mengerti kedalaman misteri iman. Ini adalah seumpama sinar yang menerangi akal budi kita, sehingga kita dapat mengerti apa yang sebenarnya diajarkan oleh Kristus dan misteri iman seperti apakah yang harus kita percayai. Raja Daud memahami karunia ini, sehingga dengan penuh pengharapan dia menuliskan, “Buatlah aku mengerti, maka aku akan memegang Taurat-Mu; aku hendak memeliharanya dengan segenap hati.” (Mzm 119:34). Karunia ini memberikan kedalaman pengertian akan Kitab Suci, kehidupan rahmat, pertumbuhan dalam sakramen-sakramen, dan juga kejelasan akan tujuan akhir kita, yaitu Surga.

Kejelasan akan misteri iman, menguak tujuan akhir dari umat manusia, yaitu Surga. Oleh karena itu, karunia ini memberikan gambaran yang jelas akan tujuan akhir kita, sehingga apapun yang kita lakukan akan mengarah pada tujuan akhir ini.

g. Karunia kebijaksanaan (wisdom)

Karunia kebijaksanaan adalah karunia yang memungkinkan manusia untuk mengalami pengetahuan akan Tuhan dan segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Karunia ini berhubungan erat dengan kasih. Karunia ini bukan hanya merupakan pengetahuan belaka, namun merupakan satu pengalaman ilahi yang didapat melalui kasih. Roh Kudus mengisi jiwa orang- orang yang sederhana dan penuh kasih dengan karunia ini, sehingga seolah-olah mereka memakai kacamata ilahi dalam melihat segalanya. Seseorang dapat menjelaskan tentang rasa buah durian dengan berbagai macam kata dan susunan kalimat. Namun, tidak ada yang dapat menjelaskan dengan baik rasa buah durian selain dengan mencobanya sendiri. Atau sama seperti seorang ibu yang mengenal anaknya bukan dari buku, namun dari kasihnya kepada anaknya. Demikian juga, karunia ini akan menjadi semakin dalam sesuai dengan besarnya kasih yang dinyatakan oleh mereka yang menerimanya, kepada Tuhan. Santo Thomas Aquinas mengatakan bahwa lebih baik hanya mengetahui sesuatu yang lebih rendah dari kita daripada mencintainya, tapi adalah lebih baik mencintai sesuatu yang lebih tinggi dari kita daripada hanya mengenalnya[6]. Karena Tuhan lebih tinggi secara tak terbatas dari diri kita, maka adalah lebih baik kita mendapatkan pengetahuan akan Tuhan dengan cara mengasihi-Nya secara tak terbatas. Dengan demikian, seseorang dapat mengalami kemanisan akan Tuhan[7].

Page 8: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

Karena karunia kebijaksanaan ini memungkinkan seseorang melihat dari kacamata Tuhan, maka orang ini dapat menimbang segala sesuatunya dengan tepat, mempunyai perspektif yang jelas akan kehidupan, melihat segala yang terjadi dalam kehidupan dengan baik tanpa adanya kepahitan, dan dapat bersukacita di dalam penderitaan. Semua yang terjadi dilihat secara jelas dalam kaitannya dengan Tuhan. Karunia ini memungkinkan seseorang menjalani kehidupan sehari-hari dengan pandangan terfokus kepada Tuhan. Karunia ini membuat seseorang menjadi refleksi akan Kristus, seperti yang dituliskan oleh rasul Paulus “Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak berselubung. Dan karena kemuliaan itu datangnya dari Tuhan yang adalah Roh, maka kita diubah menjadi serupa dengan gambar-Nya, dalam kemuliaan yang semakin besar.” (1Kor 3:8)

5. Mempersiapkan diri menjelang Pentakosta

Dari penjelasan di atas, kita mengetahui bahwa ketujuh karunia Roh Kudus telah kita terima dalam baptisan, dan karunia ini begitu penting dalam kehidupan kita untuk mengemban misi yang diberikan oleh Tuhan kepada kita, serta mengantar kita kepada keselamatan. Oleh karena itu, di hari-hari menjelang Pentakosta ini, kita pergunakan untuk semakin memberikan kesempatan kepada Roh Kudus yang telah ada di dalam hati kita untuk semakin bertumbuh dan berkarya secara bebas, sehingga karunia-Nya akan semakin nyata dalam kehidupan kita.

Semoga seluruh akal budi, keinginan dan perasaan kita dikuasai dengan karunia Roh Kudus: kebijaksanaan, pengertian, pengenalan, nasihat yang menyempurnakan akal budi; kesalehan yang menyempurnakan keinginan (will); keperkasaan dan takut akan Tuhan yang menyempurnakan indera (sense). Dengan demikian, maka kita dapat menuju kepada kesempurnaan hidup kristiani, yang dengan bebas menyediakan keseluruhan diri kita untuk mengemban misi yang diberikan oleh Tuhan dalam kehidupan kita. Untuk itu, mari kita memohon kepada Tuhan agar memberikan kepada kita kerendahan hati, dan agar kita dapat terus bertumbuh dalam kasih, sehingga kita semakin dapat menanggapi inspirasi Roh Kudus yang terjadi dalam kehidupan kita. Semoga kita semua mengalami Pentakosta yang baru.

“Datanglah Roh Kudus, penuhilah hati umat-Mu, dan nyalakanlah di dalamnya Api cinta-Mu. Utuslah Roh-Mu, maka semua akan dijadikan baru….”

Doa Mohon Tujuh Karunia Roh Kudus (Puji Syukur, no.93)

Datanglah, ya Roh Hikmat, turunlah atas diri kami, ajarlah kami menjadi orang bijak, terutama agar kami dapat menghargai, mencintai, dan mengutamakan cita-cita surgawi. Semoga kami Kau lepaskan dari belenggu dosa dunia ini.

Datanglah, ya Roh Pengertian, turunlah atas diri kami. Terangilah budi kami, agar dapat memahami ajaran Yesus, Sang Putra, dan melaksanakannya dalam hidup sehari-hari.

Datanglah, ya Roh Nasihat, dampingilah kami dalam perjalanan hidup yang penuh gejolak ini. Semoga kami melakukan yang baik dan menjauhi yang jahat.

Page 9: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

Datanglah, ya Roh Keperkasaan, kuatkanlah hamba-Mu yang lemah ini, agar tabah menghadapi segala kesulitan dan derita. Semoga kami Kau kuatkan dengan memegang tangan-Mu yang senantiasa menuntun kami.

Datanglah, ya Roh Pengenalan akan Allah. Ajarlah kami mengetahui bahwa semua yang ada di dunia ini sifatnya sementara saja. Bimbinglah kami agar dapat menggunakan hal-hal duniawi untuk kemulian-Mu.

Datanglah, ya Roh Kesalehan, bimbinglah kami untuk terus berbakti kepada-Mu. Ajarlah kami untuk menjadi orang yang tahu berterima kasih atas segala kebaikan-Mu dan berani menjadi teladan kesalehan bagi orang-orang di sekitar kami.

Datanglah, ya Roh Takut akan Allah, ajarlah kami untuk takut dan tunduk kepada-Mu dimana pun kami berada. Tegakkanlah kami agar selalu berusaha melakukan hal-hal yang berkenan kepada-Mu. Amin.

Page 10: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

Apakah Arti EENS (Extra Ecclesiam Nulla Salus)? PEMBAHASAN

Dasar dari Kitab Suci: Dasar dari Tradisi Suci: Dasar dari Magisterium: Diskusi lebih lanjut ada di:

Terjemahan EENS (Extra Eccesiam nulla salus) adalah: di luar Gereja Katolik tidak ada keselamatan. Banyak orang salah paham dengan ajaran ini, dan menganggap Gereja Katolik ‘arogan‘ karena mengajarkan EENS. Namun sebenarnya kalau kita memahami alasannya, maka kita melihat bahwa Kristuslah yang sesungguhnya memberikan prinsip EENS ini, yaitu: (1) Gereja tidak pernah terlepas dari Kristus; (2) Ajaran iman dan baptisan yang diperlukan untuk keselamatan dipercayakan kepada Gereja; (3) Gereja menjadi sarana keselamatan.

Kristus menyatakan bahwa Dia adalah kepala dan Gereja adalah Tubuh mistik Kristus, serta Dia adalah mempelai pria dan Gereja adalah mempelai wanita (lih. Kol 1:18; Ef 5:22-33). Dengan demikian, kalau Kristus sendiri mendirikan Gereja di atas rasul Petrus (lih. Mat 16:16-19) dan Kristus sendiri mengajarkan monogami – satu pria dan satu wanita dalam perkawinan (lih. Ef 5:31; bdk. Why 21:9) – maka Gereja hanya mungkin satu dan tidak mungkin terpisahkan dari Kristus, sama seperti tubuh tidak terpisahkan dari kepalanya (lih. Ef 5:23).

Kristus mengajarkan perlunya iman dan Pembaptisan untuk keselamatan (lih. Mrk 16:16, Yoh 3:5, Mat 28:19). Dengan demikian Kristus menegaskan perlunya Gereja -yaitu Gereja yang didirikan oleh-Nya di atas Rasul Petrus- yang melaluinya kita memperoleh ajaran iman, baptisan dan mengambil bagian dalam kehidupan-Nya serta menjadi anggota-anggota Tubuh-Nya. Namun demikian, ajaran ini tidak untuk dipertentangkan dengan kehendak Allah untuk menyelamatkan semua umat manusia (lih. 1 Tim 2:4).

Kita melihat bahwa Kristus ingin menjadikan Gereja menjadi sarana keselamatan. Namun demikian, EENS ini juga harus dimengerti dengan benar, yaitu seperti yang dimengerti oleh Gereja: (a) kemungkinan yang nyata akan keselamatan di dalam Kristus untuk semua umat manusia; dan (b) pentingnya Gereja untuk keselamatan manusia (lih. Dominus Iesus 20). Selengkapnya tentang Deklarasi Dominus Iesus (http://katolisitas.org/3482/dominus-iesus) serta ringkasan penjelasannya di sini: http://katolisitas.org/3489/penjelasan-tentang-deklarasi-dominus-iesus.

Dua hal tersebut harus dimengerti secara seimbang, karena menekankan yang satu dan melupakan yang lain dapat menyebabkan pengertian yang salah. Di satu sisi, memang kita harus melihat bahwa Kristus menginginkan keselamatan bagi seluruh umat manusia (lih. 1Tim 2:4), namun di sisi yang lain, Kristus menghendaki agar keselamatan itu disampaikan kepada semua bangsa oleh Gereja-Nya (lih. Mat 28:1-20). Keselamatan itu diperoleh karena kasih karunia

Page 11: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

Allah, oleh iman (Ef 2:8) yang bekerja oleh kasih (Gal 5:6); sebab tanpa iman, tidak ada seorangpun yang dapat menyenangkan Allah (lih. Ibr 11:1). Iman yang menjadi syarat mutlak keselamatan ini adalah iman yang adikodrati, yaitu percaya akan adanya Tuhan, yang memberi upah bagi orang yang dengan tulus mencari Dia (lih. Ibr 11:6). Maka orang yang dengan tulus seturut hati nuraninya mencari Allah -yang bukan karena kesalahannya sendiri tidak sampai kepada pengenalan akan Kristus dan Gereja-Nya, namun hidup dalam kasih yang sempurna – dapat diselamatkan oleh jasa Kristus, karena orang tersebut juga tergabung dalam Gereja-Nya, dalam keinginan (lih. KGK 847; bdk. LG 16).

Namun demikian kita menyadari bahwa Gereja, sebagai Tubuh mistik Kristus – diperlukan untuk keselamatan, karena persatuannya dengan Kristus. Oleh karena itu, bagi orang yang mengetahui bahwa Gereja Katolik didirikan oleh Kristus dan diperlukan untuk keselamatan, namun tidak mau masuk atau tinggal di dalamnya, maka ia tidak dapat diselamatkan (lih. KGK 846; bdk. LG 14).

Maka Konsili Vatikan II tidak mengubah ajaran EENS (Di luar Gereja tidak ada keselematan) yang sudah berakar sejak abad- abad awal. Namun Konsili Vatikan II menyampaikan rumusan ajaran tersebut dengan kalimat yang berbeda, yaitu dengan kalimat positif, sebagaimana disebutkan dalam Katekismus Gereja Katolik:

“Di luar Gereja tidak ada keselamatan”

KGK 846    Bagaimana dapat dimengerti ungkapan ini yang sering kali diulangi oleh para bapa Gereja? Kalau dirumuskan secara positif, ia mengatakan bahwa seluruh keselamatan datang dari Kristus sebagai Kepala melalui Gereja, yang adalah Tubuh-Nya:“Berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi, konsili mengajarkan, bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam Tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan baptis, Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang melalui baptis bagaikan pintunya. Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan” (Lumen Gentium 14).

KGK 847    Penegasan ini tidak berlaku untuk mereka, yang tanpa kesalahan sendiri tidak mengenal Kristus dan Gereja-Nya:“Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal” (Lumen Gentium 16; Bdk. DS 3866 – 3872).

KGK 848    “Meskipun Allah melalui jalan yang diketahui-Nya dapat menghantar manusia, yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil, kepada iman yang merupakan syarat mutlak untuk berkenan kepada-Nya, namun Gereja mempunyai keharusan sekaligus juga hak yang suci, untuk mewartakan Injil” (Ad Gentes 7) kepada semua manusia.

Page 12: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

Ajaran tentang EENS inilah yang mendorong Gereja Katolik untuk melakukan karya-karya misi ke seluruh dunia.

Selanjutnya, yang tergabung di dalam Gereja Katolik adalah: 1) Semua orang yang dipanggil ke dalam kesatuan katolik umat Allah; 2) Mereka yang tergabung sepenuhnya dalam serikat Gereja; 3) Mereka yang disebut Kristen walaupun tidak mengakui iman Katolik secara keseluruhan, atau tidak memelihara kesatuan di bawah kepemimpinan Paus sebagai penerus Rasul Petrus.

Selengkapnya, hal ini dijabarkan dalam Katekismus sebagai berikut:

KGK 836    “Jadi kepada kesatuan katolik Umat Allah itulah, yang melambangkan dan memajukan perdamaian semesta, semua orang dipanggil. Mereka termasuk kesatuan itu atau terarah kepadanya dengan aneka cara, baik kaum beriman katolik, umat lainnya yang beriman akan Kristus, maupun semua orang tanpa kecuali, yang karena rahmat Allah dipanggil kepada keselamatan” (LG 13).

KGK 837    Dimasukkan sepenuhnya ke dalam serikat Gereja mereka, yang mempunyai Roh Kristus, menerima baik seluruh tata susunan Gereja serta semua upaya keselamatan yang diadakan di dalamnya, dan dalam himpunannya yang kelihatan digabungkan dengan Kristus yang membimbingnya melalui Imam Agung dan para Uskup, dengan ikatan-ikatan ini, yakni: pengakuan iman, Sakramen-sakramen dan kepemimpinan gerejani serta persekutuan. Tetapi tidak diselamatkan orang, yang meskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalam cinta kasih; jadi yang dengan badan memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak dengan hatinya” (LG 14).

KGK 838    “Gereja tahu, bahwa karena banyak alasan ia berhubungan dengan mereka, yang karena dibaptis mengemban nama Kristen, tetapi tidak mengakui ajaran iman seutuhnya atau tidak memelihara kesatuan persekutuan di bawah pengganti Petrus” (LG 15). “Siapa yang percaya kepada Kristus, dan menerima Pembaptisan dengan baik, berada dalam semacam persekutuan dengan Gereja Katolik, walaupun tidak sempurna” (UR 3). Persekutuan dengan Gereja-gereja Ortodoks begitu mendalam “bahwa mereka hanya kekurangan sedikit saja untuk sampai kepada kepenuhan yang membenarkan satu perayaan bersama Ekaristi Tuhan” (Paulus VI, Wejangan 14 Desember 1975 Bdk. UR 13-18).

Dasar dari Kitab Suci:

Mrk 16:16- Yesus mengajarkan syarat agar orang dapat diselamatkan, yaitu percaya dan dibaptis.

Mat 28: 19-20- Yesus memerintahkan para murid-Nya untuk mewartakan Injil dan membaptis segala bangsa, dengan demikian menunjukkan peran Gereja sebagai sarana keselamatan.

Mat 16:16-19: Yesus mendirikan Gereja di atas rasul Petrus Luk 10:16 – Yesus mengajarkan pentingnya mendengarkan utusan Kristus, yang diwakili

oleh Gereja. Ef 5; Ef 5:23 – Gereja adalah tubuh mistik Kristus dan mempelai wanita dengan Kristus

sebagai kepala dan mempelai pria.

Page 13: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

Yoh 3:5- Yesus mengajarkan pentingnya Baptisan untuk keselamatan. 1Tim 2:4- Allah menghendaki semua orang diselamatkan Ibr 11:6- Hanya dengan iman orang dapat berkenan kepada Allah, yaitu iman akan

adanya Allah yang memberi upah pada orang yang sungguh mencari Dia

Dasar dari Tradisi Suci:

St. Ignatius dari Antiokhia (-67):

“Jangan tertipu, saudara-saudaraku: jika seseorang mengikuti seorang pembuat skisma, ia tidak memperoleh Kerajaan Allah; jika seseorang berjalan di dalam ajaran yang aneh ia tidak mengambil bagian di dalam kisah sengsara (Passio) Kristus.” (Letter to Philadelphians 3:3)

“…Jika seseorang tidak berada di dalam tempat kudus (gereja), ia kekurangan roti Tuhan. Dan jika doa satu atau dua orang sangat besar kuasanya, betapa lebih lagi doa uskup dan seluruh Gereja. Barangsiapa yang gagal bergabung dalam penyembahanmu menunjukkan kesombongannya, dengan kenyataan bahwa ia menjadi seorang skismatik. Ada tertulis, “Tuhan menolak orang yang sombong”. Mari kita, dengan sungguh menghindari melawan uskup sehingga kita dapat tunduk kepada Tuhan.” (Letter to Ephesians, 3-5)

Origen (184-254):

“Bahkan jika seseorang dari mereka [yang di luar Gereja] ingin diselamatkan, biarlah ia datang ke rumah ini, sehingga ia dapat memperoleh keselamatan. Biarlah ia datang ke rumah ini, yang di dalamnya darah Kristus adalah tanda penebusan…. biarlah tak seorangpun menipu dirinya sendiri: [sebab] di luar rumah ini, yaitu di luar Gereja, tak seorangpun diselamatkan. Sebab mereka yang pergi ke luar, ia bertanggungjawab terhadap kematiannya sendiri.” (Homiliae in Jesu Nave 3:5; PG 12:841-42). 

St. Cyprian (-258):

“Bagaimana mungkin seorang yang tidak bersama dengan Mempelai Kristus dan di dalam Gereja-Nya dapat ada bersama dengan Kristus?” (Epistle 52:1).

“Salus extra ecclesiam non est” /Tidak ada keselamatan di luar Gereja) (Epistle 72:21).

“Tidak, meskipun mereka harus menderita wafat demi pengakuan Nama-Nya, kesalahan orang-orang tersebut [yang memisahkan diri] tidak terhapus bahkan oleh darah mereka; dosa berat yang tak terhapuskan dari skisma tidak dapat dihapuskan bahkan oleh kemartiran… Tak seorangpun dapat mengklaim nama martir, mereka yang telah mematahkan kasihnya kepada saudara-saudaranya. Ini adalah ajaran Rasul Paulus, “Jika aku menyerahkan tubuhku untuk dibakar, namun aku tidak memiliki kasih, aku sama sekali tidak berguna.” (The Unity of the Catholic Church, 14)

“Ia tak dapat lagi memiliki Tuhan sebagai Bapa-Nya, yang tidak mempunyai Gereja sebagai ibunya; …. Siapapun yang menghancurkan damai dan harmoni Kristus, bertindak melawan

Page 14: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

Kristus; barang siapa mengumpulkan di tempat lain di luar Gereja, mencerai beraikan Gereja Kristus…. Jika seseorang tidak menjaga kesatuan ini, ia tidak menjaga hukum Tuhan, ia telah kehilangan iman akan Bapa, Putera dan ia telah kehilangan hidupnya dan jiwanya.” (The Unity of the Catholic Church, 6)

St. Agustinus (354-431)

“Kasih yang dibicarakan oleh Rasul Paulus: “Kasih Tuhan dicurahkan kepada kita oleh Roh Kudus yang dikaruniakan kepada kita” (Rom 5:5) adalah kasih yang tidak dimiliki oleh orang-orang yang terpisah dari persekutuan Gereja Katolik. Dan untuk alasan ini meskipun mereka dapat “berbicara dengan bahasa-bahasa manusia maupun malaikat” (1Kor 13:1-3), hal itu tak berguna baginya. Sebab orang yang tidak mengasihi kesatuan Gereja tidaklah memiliki kasih Tuhan…” (De Baptismo 3:10,13; CSEL 51:212)

“Seseorang tidak dapat memperoleh keselamatan, kecuali di dalam Gereja Katolik. Di luar Gereja Katolik ia dapat memperoleh apapun kecuali keselamatan. Ia dapat memperoleh kehormatan, sakramen-sakramen, ia dapat menyanyikan alleluia, ia dapat menjawab amen, ia dapat memiliki Injil, ia dapat berkhotbah tentang iman di dalam nama Allah Bapa dan Putera dan Roh Kudus, tetapi tidak ada tempat lain selain di dalam Gereja Katolik ia dapat menemukan keselamatan.” (Discourse to the People of the Church at Caesarea, 6)

“Kenyataan [bahwa seseorang] wafat di luar Gereja membuktikan bahwa ia tidak memiliki kasih.” (De Baptismo 4:17,24; CSEL 51:250)

“Mereka yang karena ketidaktahuannya, dibaptis di sana [di kelompok skismatik], dengan berpikir bahwa kelompok itu adalah gereja Kristus, melakukan kesalahan serius yang derajatnya lebih rendah jika dibandingkan dengan mereka [yang menyebabkan skisma]; namun demikian mereka juga terluka oleh sakrilegi skisma….” (De Baptismo 1:5,6; CSEL 51:152)

“Rasul Paulus mengatakan: “Seorang bidat yang sudah satu dua kali kaunasihati, hendaklah engkau jauhi.” (Tit 3:10). Tetapi mereka yang mempertahankan pandangan mereka, bagaimanapun salah dan menyimpangnya, namun tanpa berkeras dengan kehendak yang jahat, terutama mereka yang tidak memulai kesalahan [ajaran sesat] itu dengan praduga yang menentang ketentuan, tetapi yang menerimanya dari orang tua yang telah disesatkan dan telah menyimpang …. mereka yang mencari kebenaran dengan usaha yang sungguh-sungguh dan siap untuk dikoreksi ketika mereka telah menemukannya, tidak termasuk dalam golongan heretik/ bidat.” (Epistle 43:1; CSEL 34,2:85)

“Bukanlah masalah bahaya kehilangan emas atau perak, tanahmu atau peternakanmu atau kesehatan tubuhmu; kami memanggil jiwamu untuk meraih kehidupan kekal dan menghindari kematian kekal.” (Epistle 43:3,6; CSEL 34,2:88-89)

“Tetapi dapat terjadi beberapa dari orang-orang itu [yang sekarang terpisah] menjadi anggota kita di dalam rahasia pengetahuan Allah; adalah penting bahwa mereka harus kembali kepada kita. Betapa banyak mereka yang tidak menjadi anggota kita yang kelihatannya masih ‘di dalam’ dan betapa banyak orang yang menjadi anggota kita yang kelihatannya seperti ‘di luar’ kita. Dan

Page 15: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

mereka yang di dalam kita namun bukan anggota kita, ketika suatu kejadian terjadi, akan keluar; dan mereka yang menjadi anggota kita, tetapi sekarang berada ‘di luar’, ketika mereka memperoleh kesempatan, akan kembali.” (Enarr. in Psalms 106:14, CCL 40:1581)

Dasar dari Magisterium:

Paus St. Gregorius Agung (590-604), Moralia: “Kini Gereja universal yang kudus menyatakan bahwa Tuhan tidak dapat benar-benar disembah kecuali di dalam diri Gereja sendiri, sambil meneguhkan bahwa mereka semua yang tanpa Gereja tidak pernah dapat diselamatkan.”

Paus Sylvester II, Pernyataan Iman, 991: “Aku percaya bahwa di dalam Baptisan semua dosa diampuni, dosa asal maupun dosa pribadi, dan aku mengakui bahwa di luar Gereja Katolik tidak ada seorangpun diselamatkan.” 

Paus Innocentius III, Konsili Lateran ke 4, 1215: “Hanya ada satu Gereja universal bagi umat beriman, yang di luarnya tak ada seorangpun diselamatkan.”

Paus Bonifasius VIII, Bulla Unam Sanctam, 1302: “Kami diharuskan karena iman kita untuk percaya dan melestarikan bahwa hanya ada satu Gereja Katolik yang kudus, dan [Gereja] itu bersifat apostolik. Ini kami percaya dengan teguh dan kami maklumkan tanpa kondisi persyaratan. Di luar Gereja ini tidak ada keselamatan dan penghapusan dosa…. [Gereja] yang menyatakan satu tubuh mistik yang kepalanya adalah Kristus, sungguh milik Kristus, sebagai Tuhan. Dan di dalam ini, “satu Tuhan, satu iman, satu baptisan (Ef 4:5). Tentulah Nabi Nuh mempunyai satu bahtera pada zaman air bah, yang melambangkan satu Gereja yang sempurna dalam satu ukuran dengan mempunyai seorang pengatur dan pembimbing, yaitu Nabi Nuh, yang di luarnya kita semua membaca, semua mahluk hidup dihancurkan …. Kami menyatakan, mengatakan, menetapkan, dan mengumumkan bahwa adalah mutlak penting bagi keselamatan setiap manusia untuk berada di bawah pengaturan Imam Agung Roma.”

Konsili Florence (1439): “Semua yang ada di luar Gereja Katolik … tidak dapat mengambil bagian di dalam kehidupan kekal …. kecuali mereka bergabung dengan Gereja Katolik sebelum hidup mereka berakhir…. tak seorangpun dapat diselamatkan, tak peduli berapa banyak ia memberi derma dan bahkan jika ia menumpahkan darahnya di dalam nama Kristus, kecuali ia tetap bertahan di dalam pangkuan dan kesatuan dalam Gereja Katolik.”

Paus Leo XII (1823-1829), surat ensiklik Ubi Primum: “Adalah tidak mungkin bagi Tuhan yang sangat benar –yang adalah Kebenaran itu sendiri, yang terbaik, Penyelenggara yang paling bijaksana, dan pemberi upah kepada orang-orang baik– untuk menyetujui semua sekte yang mengajarkan ajaran-ajaran sesat yang seringnya tidak konsisten satu sama lain dan saling bertentangan, dan untuk memberikan penghargaan kekal kepada anggota-anggotanya. Sebab kita mempunyai perkataan yang lebih pasti dari sang nabi, dan dengan menulis kepadamu, Kami membicarakan kebijaksanaan di antara yang sempurna; bukan kebijaksanaan dunia ini, tetapi kebijaksanaan Tuhan di dalam msiteri. Olehnya kami diajarkan dan oleh iman ilahi kami berpegang kepada satu Tuhan, satu iman, satu baptisan dan bahwa tidak ada nama lain di bawah kolong langit yang diberikan kepada manusia kecuali nama Yesus Kristus dari Nasareth yang di dalamnya kita diselamatkan. Inilah mengapa kami menyatakan bahwa tidak ada keselamatan di luar Gereja …. Sebab Gereja adalah tiang penopang dan dasar kebenaran. Dengan acuan

Page 16: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

kepada perkataan-perkataan St. Agustinus: “Jika seseorang ada di luar Gereja, ia tidak akan termasuk dalam bilangan anak-anak, dan tidak akan mempunyai Tuhan sebagai Bapa, sebab ia tidak mempunyai Gereja sebagai ibu.”

Paus Gregorius XVI (1831-1846), ensiklik Summo Jugiter Studio, 1832, “Kamu mengetahui betapa bersemangatnya para pendahulu Kami mengajarkan tentang artikel iman itu yang dengan beraninya orang-orang ini mengingkari, yaitu pentingnya iman Katolik dan kesatuan bagi keselamatan. Perkataan seorang murid para Rasul, St. Ignatius Martir, dalam suratnya kepada jemaan di Filadelfia menjadi relevan dalam hal ini. “Jangan sampai tertipu, saudaraku; jika seseorang mengikuti skismatik, ia tidak akan memperoleh warisan Kerajaan Allah.” Lebih lanjut St. Agustinus dan para uskup Afrika lainnya yang bertemu di Konsili Cirta tahun 412, menjelaskan hal yang sama dengan lebih panjang, “Barangsiapa telah memisahkan diri dari Gereja Katolik, tak peduli betapa patut dipuji kehidupannya, tidak akan memperoleh hidup kekal ….sebab ia telah meninggalkan kesatuannya dengan Kristus’ (Epistle 141)….. Kita patut memuji St. Gregorius Agung, yang memberi kesaksian bahwa ini adalah sungguh ajaran Gereja Katolik…: “Gereja universal yang kudus mengajarkan bahwa tidaklah mungkin untuk menyembah Tuhan dengan benar, kecuali di dalam Gereja, dan menyatakan bahwa semua yang di luar Gereja tidak akan diselamatkan.” (Moral in Job, 16.5). Akte-akte resmi Gereja memaklumkan dogma yang sama. Maka, di dalam dekrit iman yang dipublikasikan oleh Paus Innocentius III dan Sinoda Lateran IV, ….”Hanya ada satu Gereja universal orang beriman, yang di luarnya tak ada seoranpun diselamatkan.” Akhirnya, dogma yang sama disebutkan di dalam pernyataan iman… tak hanya yang digunakan oleh Gereja-gereja Latin (Credo Konsili Trente), tetapi yang juga digunakan oleh Gereja Ortodoks Yunani… dan yang digunakan oleh Gereja Katolik Timur …. Kami sangat prihatin tentang dogma yang serius dan telah dikenal ini, yang telah diserang dengan keberanian yang sedemikian mengagumkan, bahwa Kami tidak dapat menahan pena Kami untuk meneguhkan kembali kebenaran ini dengan banyak kesaksian.”

Paus Pius IX (1846-1878), Singulari Quadam, 1854: “Bukannya tanpa duka cita kami telah mengetahui bahwa kesalahan yang lain,…. telah diyakini oleh sebagian dunia Katolik, dan telah mengambil tempat kediaman di jiwa banyak umat Katolik, yang berpikir bahwa seseorang telah mempunyai pengharapan keselamatan kekal akan semua orang yang tidak pernah hidup di dalam Gereja Kristus yang sejati …. Tetapi sebagai tugas Apostolik Kami, kami mengharapkan agar kewaspadaan episkopal dibangkitkan, sehingga kamu akan bekerja keras semampumu, untuk mengenyahkan dari pikiran orang-orang yang tidak saleh dan pikiran yang sama fatalnya, yaitu bahwa jalan keselamatan kekal dapat ditemukan di agama manapun juga. Semoga kamu dapat membuktikan dengan kemampuan dan pengetahuan yang kamu sungguh kuasai, kepada orang-orang yang dipercayakan kepadamu, bahwa dogma iman Katolik tidaklah bertentangan dengan belas kasihan ilahi dan keadilan ilahi.”“Sebab harus dipegang oleh iman bahwa di luar Gereja Roma yang Apostolik, tak seorangpun dapat diselamatkan; bahwa ini adalah satu-satunya bahtera keselamatan… tetapi, di sisi lain, juga perlu dipegang dengan yakin, bahwa mereka yang berkerja keras di dalam ketidaktahuan akan agama yang sejati, jika ketidaktahuan ini tidak terhindarkan (invincible), tidak akan dianggap bersalah tentang ini di mata Tuhan. Kini kenyataannya, siapa mau mengasumsikan begitu banyak menurut dirinya sendiri untuk menentukan batas-batas ketidaktahuan itu, oleh karena kodrat dan keberagaman bangsa, daerah, sikap

Page 17: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

batin, dan tentang begitu banyak hal lainnya? Sebab kenyataannya, ketika dibebaskan dari belenggu kesementaraan dunia, “kita akan melihat Tuhan sebagaimana adanya Ia” (1 Yoh 3:2), kita akan dengan sempurna memahami betapa dekat dan indahnya ikatan belas kasihan dan keadilan ilahi disatukan; tetapi selama kita berada di dunia, terbeban oleh  tubuh yang fana yang menumpulkan jiwa, biarlah kita memegang dengan sangat teguh bahwa sesuai dengan ajaran Katolik, terdapat “satu Tuhan, satu iman, satu baptisan” (Ef 4:5); adalah bertentangan dengan hukum untuk melanjutkan penyelidikan lebih jauh.”“Tapi, seperti tuntutan jalan cinta kasih, marilah kita terus mengajukan doa-doa agar semua bangsa di manapun dapat menerima Kristus; dan mari kita mengarahkan perhatian kepada keselamatan bersama bagi manusia sesuai dengan kekuatan kita, “sebab tangan Tuhan tidak terlalu pendek” (Yes 9:1) dan karunia-karunia rahmat ilagi tidak akan kurang bagi mereka yang dengan tulus mengharapkan dan memohon agar disegarkan oleh terang ini.”

Paus Pius IX, Singulari Quidem, 1856: “Ajarkan bahwa sepertihalnya hanya ada satu Tuhan, satu Kristus dan satu Roh Kudus, maka hanya ada satu kebenaran yang diwahyukan secara ilahi. Hanya ada satu iman ilahi yang menjadi awal keselamatan bagi umat manusia dan dasar bagi semua justifikasi, iman yang olehnya orang benar hidup dan yang tanpanya tidak mungkin [seseorang] menyenangkan Tuhan dan masuk dalam komunitas anak-anak-Nya (Rom 1, Ibr 11, Konsili Trente, sesi 6, bab 8). Hanya ada satu Gereja yang sejati, kudus, Katolik, yaitu Gereja Roma yang Apostolik. Hanya ada satu Tahta yang didirikan di atas Petrus oleh sabda Tuhan (St. Cyprian, Epistle 43), yang di luarnya kita tidak dapat menemukan baik iman yang sejati ataupun keselamatan kekal. Ia yang tidak mempunyai Gereja sebagai ibu tidak dapat mempunyai Tuhan sebagai bapa dan siapapun yang mengabaikan Tahta Petrus yang di atasnya Gereja didirikan, salah percaya bahwa ia ada di dalam Gereja (ibid, On Unity of the Catholic Church)…. Di luar Gereja, tak seorangpun dapat berharap untuk hidup atau keselamatan, kecuali ia dibenarkan (excused) melalui ketidaktahuan yang di luar kendalinya.”

Paus Pius IX (1846-1878) Ensiklik Quanto conciamur moerore, 1863: “Dan di sini,…. Kami harus menyebutkan lagi dan mengecam kesalahan yang sangat berat di mana beberapa umat Katolik telah dengan salah memahami, yang percaya bahwa orang-orang yang hidup dalam kesesatan dan terpisah dari iman yang sejati dan kesatuan Katolik, dapat mencapai kehidupan kekal. Sungguh, ini jelas bertentangan dengan ajaran Katolik. Telah diketahui oleh Kami dan oleh kamu bahwa mereka yang berkerja keras di dalam ketidaktahuan yang tak terhindari (invincible ignorance) tentang agama kita yang tersuci dan yang dengan sungguh-sungguh menaati hukum kodrat dan ketentuannya yang diukirkan di dalam hati semua orang oleh Tuhan, dan yang siap sedia menaati Tuhan, yang hidup dalam kehidupan yang jujur dan lurus, dapat, dengan kuasa terang ilahi dan rahmat ilahi yang bekerja, memperoleh kehidupan kekal, sebab Tuhan yang dengan jelas melihat, menyelidiki, dan mengetahui pikiran-pikiran, jiwa, kebiasaan-kebiasaan semua manusia, oleh karena kebaikan-Nya dan belas kasih-Nya yang besar, tidak akan membuat seorangpun menderita untuk dihukum dengan siksa abadi, ia yang tidak bersalah karena dosa yang disengaja. Tetapi, dogma Katolik bahwa tak seorangpun dapat diselamatkan di luar Gereja Katolik telah dengan baik dikenal; dan juga bahwa mereka yang berkeras melawan otoritas dan ajaran-ajaran definitif Gereja yang sama, dan yang dengan keras kepala memisahkan diri mereka dari kesatuan dengan Gereja, dan dari Imam Agung Roma –penerus Rasul Petrus yang kepadanya ‘penjagaan pokok anggur telah

Page 18: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

dipercayakan oleh Sang Penyelamat’ (Konsili Kalsedon, Letter to Pope Leo I)– tidak dapat memperoleh keselamatan kekal. Perkataan Kristus cukup jelas, “Dan jika ia tidak mendengarkan jemaat, perlakukanlah ia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai’ (Mat 18:17); ‘Ia yang mendengarkan kamu, mendengarkan Aku, dan ia yang menolak kamu, ia menolak Aku dan ia yang menolak Aku, menolak Bapa yang mengutus Aku’ (Luk 10:16); ‘Ia yang percaya tidak akan dihukum (Mrk 16:16); ‘Ia yang tidak percaya telah berada di bawah hukuman (Yoh 3:18)’ ‘Ia yang tidak bersama Aku, ia melawan Aku; dan ia yang tidak mengumpulkan bersama Aku, ia menceraiberaikan’ (Luk 11:23). Rasul Paulus mengatakan bahwa orang-orang seperti ini adalah ‘sesat dan dengan dosanya menghukum dirinya sendiri (Tit 3:11); Pemimpin para Rasul menyebutnya sebagai “nabi-nabi palsu … yang memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, dan menyangkal Tuhan yang menebus mereka: dan dengan jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.” (2 Pet 2:1)

Konsili Vatikan I (1868-1870) – sebagaimana dikutip kembali dalam KGK 161: “Percaya akan Yesus Kristus dan akan Dia yang mengutus-Nya demi keselamatan kita adalah perlu supaya memperoleh keselamatan (Bdk. misalnya Mrk 16:16; Yoh 3:36; 6:40). “Karena tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah (Ibr 11:6) dan sampai kepada persekutuan anak-anak-Nya, maka tidak pernah seorang pun dibenarkan tanpa Dia, dan seorang pun tidak akan menerima kehidupan kekal, kalau ia tidak ‘bertahan sampai akhir’ (Mat 10:22; 24:13) dalam iman” (Konsili Vatikan I, Dei Filius 3, DS 3012, Bdk. Konsili Trente: DS 1532 )

Paus Leo XIII (1878-1903), Ensiklik Annum Ingressi Sumus: “Ini adalah pengajaran terakhir kami kepadamu; terimalah ini, ukirkanlah di dalam sanubarimu, semua dari kamu: oleh perintah Tuhan, keselamatan harus ditemukan tidak di manapun kecuali di dalam Gereja.”

Paus St. Pius X (1903-1914), Ensiklik Jucunda Sane: “Adalah tugas kami untuk mengingatkan setiap orang… sebagaiman dilakukan oleh Paus Gregorius di abad-abad lalu, kepentingan yang mutlek yang adalah milik kita, untuk berlindung di bawah Gereja ini untuk memperoleh keselamatan kekal kita.”

Paus Pius XI (1922-1939), Ensiklik Mortalium Animos: “Hanya Gereja Katolik yang melestarikan penyembahan yang sejati. Ini adalah mata air kebenaran, ini adalah rumah iman, ini adalah bait kediaman Allah; jika seseorang tidak masuk ke sini, atau pergi meninggalkannya, ia menjadi orang asing bagi harapan akan hidup ilahi dan keselamatan …. Selanjutnya, di dalam satu Gereja Kristus, tak seorangpun dapat atau tetap tinggal [di dalamnya], yang tidak menerima atau mengenali dan menaati otoritas dan keutamaan Petrus dan para penerusnya yang sah.”

Paus Pius XII, 1943, menjelaskan maksud pernyataan Paus Bonifasius VIII ini dalam surat ensikliknya Mystici Corporis, demikian: “Tapi kita tidak boleh berpikir bahwa Ia [Kristus] memerintah hanya secara tersembunyi atau hanya dengan cara yang luar biasa. Sebaliknya, Penebus kita juga memerintah Tubuh Mistik-Nya di dalam cara yang kelihatan dan normal melalui Wakil-Nya di dunia. Kamu mengetahui, saudara-saudaraku yang terhormat, bahwa setelah Ia sendiri memerintah “kawanan kecil” sepanjang perjalanan hidupnya di dunia, Kristus Tuhan kita, ketika hampir meninggalkan dunia ini dan kembali kepada Bapa, mempercayakan kepada Pimpinan para Rasul pemerintahan yang kelihatan akan keseluruhan komunitas yang telah didirikan-Nya. Karena Ia

Page 19: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

sepenuhnya bijaksana, Ia tidak dapat meninggalkan tubuh Gereja yang didirikan-Nya sebagai perkumpulan manusia tanpa kepala yang kelihatan (visible head). Tidak juga melawan ini, seseorang dapat berargumen bahwa keutamaan otoritas kepemimpinan yang didirikan di Gereja, memberikan kepada Tubuh Mistik Kristus dua buah kepala. Sebab keutamaan Petrus adalah hanya [sebagai] wakil Kristus; sehingga hanya ada satu Kepala pemimpin di dalam Tubuh ini, yaitu Kristus, yang tidak pernah berhenti untuk membimbing Gereja secara tidak kelihatan, meskipun pada saat yang sama Ia mengatur secara kelihatan, melalui dia yang menjadi wakil-Nya di dunia. Setelah Kenaikan-Nya yang mulia ke Surga, Gereja ini tidak hanya berdiri di atas Dia sendiri, tetapi di atas Petrus, juga, sebagai batu pondasi yang kelihatan. Bahwa Kristus dan wakil-Nya membentuk hanya satu Kepala adalah ajaran agung dari Pendahulu Kami yang kenangannya tetap hidup, Paus Bonifasius VIII dalam surat Apostoliknya Unam Sanctam, dan para penerusnya telah tidak berhenti mengulangi yang sama (Mystici Corporis 40).Oleh karena itu, mereka berjalan di jalur kesalahan yang berbahaya, [yaitu mereka] yang percaya bahwa mereka dapat menerima Kristus sebagai Kepala Gereja, namun tidak melekat secara setia kepada Wakil-Nya di dunia. Mereka telah mengesampingkan kepala yang kelihatan, memecahkan ikatan-ikatan kesatuan yang kelihatan dan meninggalkan Tubuh Mistik Sang Penebus sedemikian samar-samar dan cacat, sehingga mereka yang mencari tempat pelabuhan keselamatan kekal tidak dapat melihatnya ataupun menemukannya….” (Mystici Corporis 41)“…. mereka yang tidak menjadi bagian dalam Tubuh Gereja Katolik yang kelihatan…. Kami memohon kepada setiap orang dari mereka untuk menanggapi gerakan-gerakan rahmat di dalam batin, dan untuk menarik diri dari keadaan tersebut, di mana mereka tidak dapat menjamin keselamatan mereka (lih. Pius XI, Iam Vos Omnes, 1868). Sebab meskipun oleh hasrat yang tak disadari dan kerinduan untuk memiliki hubungan tertentu dengan Tubuh Mistik Penebus, mereka tetap kurang dapat memperoleh banyaknya karunia dan pertolongan surgawi yang dapat diterima hanya di dalam Gereja Katolik.” (Mystici Corporis, 103)

Katekismus Gereja Katolik: KGK 846-848, 836-838 :

KGK 846    Bagaimana dapat dimengerti ungkapan ini yang sering kali diulangi oleh para bapa Gereja? Kalau dirumuskan secara positif, ia mengatakan bahwa seluruh keselamatan datang dari Kristus sebagai Kepala melalui Gereja, yang adalah Tubuh-Nya:“Berdasarkan Kitab Suci dan Tradisi, konsili mengajarkan, bahwa Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam Tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan baptis, Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang melalui baptis bagaikan pintunya. Maka dari itu andaikata ada orang, yang benar-benar tahu, bahwa Gereja Katolik itu didirikan oleh Allah melalui Yesus Kristus sebagai upaya yang perlu, namun tidak mau masuk ke dalamnya atau tetap tinggal di dalamnya, ia tidak dapat diselamatkan” (Lumen Gentium 14).

KGK 847    Penegasan ini tidak berlaku untuk mereka, yang tanpa kesalahan sendiri tidak mengenal Kristus dan Gereja-Nya:

Page 20: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

“Sebab mereka yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil Kristus serta Gereja-Nya, tetapi dengan hati tulus mencari Allah, dan berkat pengaruh rahmat berusaha melaksanakan kehendak-Nya yang mereka kenal melalui suara hati dengan perbuatan nyata, dapat memperoleh keselamatan kekal” (Lumen Gentium 16; Bdk. DS 3866 – 3872).

KGK 848    “Meskipun Allah melalui jalan yang diketahui-Nya dapat menghantar manusia, yang tanpa bersalah tidak mengenal Injil, kepada iman yang merupakan syarat mutlak untuk berkenan kepada-Nya, namun Gereja mempunyai keharusan sekaligus juga hak yang suci, untuk mewartakan Injil” (Ad Gentes 7) kepada semua manusia.

KGK 836    “Jadi kepada kesatuan katolik Umat Allah itulah, yang melambangkan dan memajukan perdamaian semesta, semua orang dipanggil. Mereka termasuk kesatuan itu atau terarah kepadanya dengan aneka cara, baik kaum beriman katolik, umat lainnya yang beriman akan Kristus, maupun semua orang tanpa kecuali, yang karena rahmat Allah dipanggil kepada keselamatan” (LG 13).

KGK 837    Dimasukkan sepenuhnya ke dalam serikat Gereja mereka, yang mempunyai Roh Kristus, menerima baik seluruh tata susunan Gereja serta semua upaya keselamatan yang diadakan di dalamnya, dan dalam himpunannya yang kelihatan digabungkan dengan Kristus yang membimbingnya melalui Imam Agung dan para Uskup, dengan ikatan-ikatan ini, yakni: pengakuan iman, Sakramen-sakramen dan kepemimpinan gerejani serta persekutuan. Tetapi tidak diselamatkan orang, yang meskipun termasuk anggota Gereja namun tidak bertambah dalam cinta kasih; jadi yang dengan badan memang berada dalam pangkuan Gereja, melainkan tidak dengan hatinya” (LG 14).

KGK 838    “Gereja tahu, bahwa karena banyak alasan ia berhubungan dengan mereka, yang karena dibaptis mengemban nama Kristen, tetapi tidak mengakui ajaran iman seutuhnya atau tidak memelihara kesatuan persekutuan di bawah pengganti Petrus” (LG 15). “Siapa yang percaya kepada Kristus, dan menerima Pembaptisan dengan baik, berada dalam semacam persekutuan dengan Gereja Katolik, walaupun tidak sempurna” (UR 3). Persekutuan dengan Gereja-gereja Ortodoks begitu mendalam “bahwa mereka hanya kekurangan sedikit saja untuk sampai kepada kepenuhan yang membenarkan satu perayaan bersama Ekaristi Tuhan” (Paulus VI, Wejangan 14 Desember 1975 Bdk. UR 13-18).

Konsili Vatikan II, Konstitusi tentang Gereja, Lumen Gentium: LG 14 dan 16, sebagaimana telah disampaikan di kutipan Katekismus di atas.

Konsili Vatikan II, Dekrit tentang Ekumenisme, Unitatis Redintegratio, 3, “Dalam satu dan satu-satunya Gereja Allah itu sejak awal mula telah timbul berbagai perpecahan, yang oleh Rasul dikecam dengan tajam sebagai hal yang layak di hukum. Dalam abad-abad sesudahnya timbullah pertentangan-pertentangan yang lebih luas lingkupnya, dan jemaat-jemaat yang cukup besar terpisahkan dari persekutuan sepenuhnya dengan Gereja Katolik, yang seringnya karena kesalahan orang- orang di kedua belah pihak. Tetapi mereka, yang sekarang lahir dan di besarkan dalam iman akan Kristus di jemaat-jemaat itu, tidak dapat dipersalahkan dan dianggap berdosa karena memisahkan diri. Gereja Katolik merangkul mereka dengan sikap bersaudara penuh hormat dan cinta kasih. Sebab

Page 21: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

mereka itu, yang beriman akan Kristus dan dibaptis secara sah, berada dalam suatu persekutuan dengan Gereja Katolik, meskipun persekutuan ini tidak sempurna. Perbedaan- perbedaan yang ada dalam derajat yang berbeda di antara mereka dan Gereja Katolik-  baik perihal ajaran dan ada kalanya juga dalam tata-tertib, maupun mengenai tata-susunan Gereja, memang menciptakan banyak hambatan, kadang menjadi hambatan yang serius, terhadap persekutuan gerejawi yang penuh. Gerakan ekumenis bertujuan mengatasi hambatan-hambatan itu. Sungguhpun begitu, karena mereka dalam Baptis dibenarkan berdasarkan iman, mereka disaturagakan dalam Kristus. Oleh karena itu mereka memang dengan tepat menyandang nama Kristen, dan tepat pula oleh putera-puteri Gereja katolik diakui selaku saudara-saudari dalam Tuhan.Kecuali itu, dari unsur-unsur atau nilai-nilai, yang keseluruhannya ikut berperanan dalam pembangunan serta kehidupan Gereja sendiri, beberapa bahkan banyak sekali yang sangat berharga, yang dapat ditemukan diluar kawasan Gereja katolik yang kelihatan: Sabda Allah dalam Kitab suci, kehidupan rahmat, iman, harapan dan cinta kasih, begitu pula kurnia-kurnia Roh kudus lainnya yang bersifat batiniah dan unsur-unsur lahiriah. Itu semua bersumber pada Kristus dan mengantar kepada-Nya, dan memang selayaknya menjadi milik Gereja Kristus yang tunggal.Tidak sedikit pula upacara-upacara agama kristen, yang diselenggarakan oleh saudara-saudari yang tercerai dari kita. Upacara-upacara itu dengan pelbagai cara dan menurut bermacam-ragam situasi masing-masing gereja dan jemaat sudah jelas memang dapat menyalurkan hidup rahmat yang sesungguhnya, dan harus diakui dapat membuka pintu memasuki persekutuan keselamatan.

Oleh karena itu Gereja-Gereja dan Jemaat-Jemaat yang terpisah, walaupun menurut pandangan kita diwarnai oleh kekurangan-kekurangan, sama sekali bukannya tidak berarti atau bernilai dalam misteri keselamatan. Sebab Roh Kristus tidak menolak untuk menggunakan mereka sebagai upaya-upaya keselamatan, yang kekuatannya bersumber pada kepenuhan rahmat serta kebenaran dalam arti yang sepenuhnya, yang dipercayakan kepada Gereja Katolik.

Akan tetapi saudara-saudari yang tercerai dari kita, baik secara perorangan maupun sebagai komunitas dan Gereja, tidak menikmati kesatuan, yang oleh Yesus Kristus hendak dikurniakan kepada mereka semua, yang telah dilahirkan-Nya kembali dan dihidupkan-Nya untuk menjadi satu tubuh, bagi kehidupan yang serba baru, menurut kesaksian Kitab suci dan tradisi Gereja yang terhormat. Sebab hanya melalui Gereja Kristus yang Katoliklah, yakni upaya umum untuk keselamatan, dapat dicapai seluruh kepenuhan upaya-upaya penyelamatan. Sebab kita percaya, bahwa hanya kepada Dewan Para Rasul yang diketuai oleh Petruslah Tuhan telah mempercayakan segala harta Perjanjian Baru, untuk membentuk satu Tubuh kristus di dunia. Dalam tubuh itu harus disaturagakan sepenuhnya siapa saja, yang dengan suatu cara telah termasuk umat Allah. Selama berziarah di dunia, umat itu, meskipun dalam para anggotanya tetap tidak terluputkan dari dosa, berkembang dalam Kristus, dan secara halus dibimbing oleh Allah, menurut rencana-Nya yang penuh rahasia, sampai akhirnya penuh kegembiraan meraih seluruh kepenuhan kemuliaan kekal di kota Yerusalem sorgawi.”

Paus Yohanes Paulus II, dengan otoritas apostolik menyetujui Deklarasi Dominus Iesus, 2000, yang menyimpulkan:

Page 22: Tujuh Karunia Roh Kudus Yang Menuntun Manusia Ke Surga

“Di atas segalanya, haruslah diimani dengan teguhbahwa “Gereja yang sedang mengembara ini perlu untuk keselamatan. Sebab hanya satulah Pengantara dan jalan keselamatan, yakni Kristus. Ia hadir bagi kita dalam tubuh-Nya, yakni Gereja. Dengan jelas-jelas menegaskan perlunya iman dan baptis (lih. Mrk 16:16; Yoh 3:5). Kristus sekaligus menegaskan perlunya Gereja, yang dimasuki orang-orang melalui baptis bagaikan pintunya’. Ajaran ini harus tidak ditempatkan berlawanan dengan kehendak keselamatan Tuhan yang bersifat universal: Gereja yang satu adalah pengantara dan jalan keselamatan (cf. 1 Tim 2:4); “Adalah penting untuk menjaga dua kebenaran ini bersama-sama, yaitu, kemungkinan yang nyata akan keselamatan di dalam Kristus untuk semua umat manusia dan pentingnya Gereja untuk keselamatan ini.”Gereja adalah “sakramen keselamatan bagi semua orang”, karena, selalu bersatu secara misterius dengan Sang Juru Selamat Yesus Kristus, Kepalanya, dan tunduk kepada-Nya, ia mempunyai, di dalam rencana Tuhan, sebuah hubungan yang sangat diperlukan dengan keselamatan setiap manusia. Bagi mereka yang bukan merupakan anggota resmi dan yang kelihatan (visible) dari Gereja, “keselamatan di dalam Kristus dicapai dengan kebajikan rahmat, yang ketika mempunyai hubungan yang misterius dengan Gereja, tidak membuat mereka secara resmi bagian dari Gereja, tetapi [rahmat ini] menerangi mereka di dalam cara yang diakomodasikan dengan situasi rohani dan jasmani mereka. Rahmat ini datang dari Kristus; rahmat ini adalah hasil dari kurban-Nya dan disampaikan oleh Roh Kudus”; ia [rahmat ini] mempunyai sebuah hubungan dengan Gereja, yang “berasal dari perutusan Putera dan perutusan Roh Kudus menurut rencana Allah Bapa” (Dominus Iesus, 20)