Tujuh Ciri Mukmin yang Beruntung

3
“ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang- orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan ) yang tiada berguna…” (QS al-Mukminun: 1-11). 7 (Tujuh) Ciri Mukmin yang Beruntung Dari ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa mukmin yang beruntung adalah yang memiliki tujuh sifat atau ciri yang harus kita miliki dalam hidup ini. Karenanya menjadi penting untuk kita pahami dengan sebaik-baiknya. 1. Khusyuk dalam shalat, yakni shalat yang disertai rasa takut kepada Allah SWT dan ia yakin akan berjumpa dengan-Nya sehingga shalatnya dilaksanakan dengan penuh konsentrasi dan akan membekas dalam kehidupan sesudah shalat. Allah SWT berfirman, “ Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya, ” (Al- Baqarah; 45-46). 2. Meninggalkan segala bentuk kesia-siaan, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan. Hal ini karena keberadaan seorang Mukmin tentu saja harus memberi manfaat bagi manusia sehingga akan membuatnya menjadi manusia yang terbak di dunia maupun di akhirat. Rasulullah saw bersabda, “ Sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain, ” (HR Muslim). Begitu pula bila memiliki ilmu, seorang mukmin akan memanfaatkan ilmunya dengan baik agar ia tidak diazab. Rasulullah saw bersabda, “ Orang yang paling keras siksanya pada hari kiamat adalah orang yang berilmu tapi tidak memanfaatkannya, ” (HR Thabrani). 3. Menunaikan zakat sehingga hartanya bersih dari segala kemungkinan yang haram dan hatinya juga bersih dari sifat- sifat yang tercela dalam kaitan dengan harta, seperti kikir, terlalu cinta harta dan sebagainya. Zakat, infak dan sedekah merupakan bentuk-bentuk mengeluarkan harta di jalan kebaikan sebagai ciri orang yang beriman, sehingga mereka pun mendapat jaminan surga dari Allah SWT. Firman Allah, “ Sesungguhnya Allah

Transcript of Tujuh Ciri Mukmin yang Beruntung

Page 1: Tujuh Ciri Mukmin yang Beruntung

“ Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam shalatnya, dan orang-orang yang

menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan ) yang tiada berguna…”(QS al-Mukminun: 1-11).

7 (Tujuh) Ciri Mukmin yang Beruntung

Dari ayat di atas, dapat disimpulkan bahwa mukmin yang beruntung adalah yang memiliki tujuh sifat atau ciri yang harus kita miliki dalam hidup ini. Karenanya menjadi penting untuk kita pahami dengan sebaik-baiknya.

1. Khusyuk dalam shalat, yakni shalat yang disertai rasa takut kepada Allah SWT dan ia yakin akan berjumpa dengan-Nya sehingga shalatnya dilaksanakan dengan penuh konsentrasi dan akan membekas dalam kehidupan sesudah shalat.Allah SWT berfirman, “ Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali orang-orang yang khusyu’, (yaitu) orang-orang yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan kembali kepada-Nya, ” (Al-Baqarah; 45-46).

2. Meninggalkan segala bentuk kesia-siaan, baik dalam bentuk perkataan maupun perbuatan. Hal ini karena keberadaan seorang Mukmin tentu saja harus memberi manfaat bagi manusia sehingga akan membuatnya menjadi manusia yang terbak di dunia maupun di akhirat. Rasulullah saw bersabda, “ Sebaik-baik orang adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain, ” (HR Muslim).Begitu pula bila memiliki ilmu, seorang mukmin akan memanfaatkan ilmunya dengan baik agar ia tidak diazab. Rasulullah saw bersabda, “ Orang yang paling keras siksanya pada hari kiamat adalah orang yang berilmu tapi tidak memanfaatkannya, ” (HR Thabrani).

3. Menunaikan zakat sehingga hartanya bersih dari segala kemungkinan yang haram dan hatinya juga bersih dari sifat-sifat yang tercela dalam kaitan dengan harta, seperti kikir, terlalu cinta harta dan sebagainya. Zakat, infak dan sedekah merupakan bentuk-bentuk mengeluarkan harta di jalan kebaikan sebagai ciri orang yang beriman, sehingga mereka pun mendapat jaminan surga dari Allah SWT. Firman Allah, “ Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang Mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka, ” (QS at-Taubah: 111).

4. Menjaga kemaluan sehingga terhindar dari zina, yakni melakuakn hubungan seksual kepada orang yang bukan istri atau suaminya. Karena zina merupakan perbuatan tercela yang tidak mungkin dilakukan seorang mukmin sejati, karenanya hukuman untuk pezina sangat berat.

5. Memelihara amanah atau kepercayaan yang diberikan kepadanya. Mukmin yang beruntung menyadari bahwa jika diberi kercayaan dalam berbagai bentuk itu merupakan sesuatau yang akan selalu dijaga dan dipelihara. Sebab, hal itu merupakan sesuatau yang dipahami pertanggung jawabannya dihadapan Allah SWT. Firman-Nya, “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu

Page 2: Tujuh Ciri Mukmin yang Beruntung

menghianati amanat-amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui, ” (QS al-Anfal: 27).Karena begitu penting memelihara amanah sebagai salah satu kunci untuk mendapatkan keberuntungan, maka amanah itu tidak bisa dipisahkan dari iman sehingga bisa dipastikan ketiadaan iman bagi orang yang tidak mampu memelihara amanah, Rasulullah saw bersabda, “ Tidak (sempurna) iman seseorang yang tidak amanah, dan tidak (sempurna) agama seseorang yang tidak menunaikan janji, ” (HR Ahmad).

6. Memenuhi janji, baik janji kepada Allah SWT maupun kepada sesama manusia. Ketika manusia berjanji kepada Allah, seorang Mukmin akan memenuhinya, yakni selalu beribadah kepada-Nya. Allah SWT berfirman, “ Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan, ” (QS al-Fatihah: 5).Begitu juga dengan janji kepada sesama manusia yang nantinya akan dimintai pertanggung jawaban. Allah SWT berfirman, “ Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) samapi ia dewasa dan penuhilah janji itu pasti diminta pertanggung jawabnya, ” (QS al-Isra: 34).

7. Memelihara shalat sehingga ia selalu menunaikan shalat dengan sebaik-baiknya yang telah diwajibkan kepadanya. Dari shalat yang ditunaikan dengan baik inilah, akan lahir dari dirinya kepribadian yang shalih yang selalu menunjukkan prinsip-prinsip shalat dalam kehidupan sesudah shalat, sehingga shalat tidak sekedar dikerjakan, tapi didirikan yang pengaruhnya bisa mencegah dirinya dari perbuatan keji dan munkar. Allah SWT berfirman, “ Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu al-Kitab (al-Qur’an) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar. Dan sesungguhnya mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadah-ibadah yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan, ” (QS al-Ankabut: 45).