Tugas UAS _ Elfadhanadya _ 150610120043 - Benchmarking

download Tugas UAS _ Elfadhanadya _ 150610120043 - Benchmarking

of 30

description

mm

Transcript of Tugas UAS _ Elfadhanadya _ 150610120043 - Benchmarking

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbil alamin, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya sehingga kami berhasil menyusun makalah ini sesuai dengan kemampuan yang kami miliki.

Adapun dalam makalah ini, kami membahas mengenai Benchmarking & Contoh Kasusnya dalam Pengaplikasian Jurnal Internasional yang didalamnya menjelaskan mengenai analisis definisi benchmarking, proses benchmarking, hubungan benchmarking dengan manajemen strategi, kelebihan dan kekurangan benchmarking, dan lainnya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun akan kami terima dengan tangan terbuka demi kesempurnaan penyusunan makalah kami yang selanjutnya. kami berharap penyusunan makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kami semua. Amin.

Jatinangor, 22 Desember 2015PenyusunDAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................1DAFTAR ISI..............................................................................................................................2BAB I: PENDAHULUAN...................................................................................................3 4 I.I. LATAR BELAKANG.................................................................................................3I.II. TUJUAN......................................................................................................................3I.III. RUMUSAN MASALAH ............................................................................................4BAB II : PEMBAHASAN .................................................................................................5 - 21II.I. SEJARAH DAN DEFINISI BENCHMARKING.......................................................5II.II. TUJUAN BENCHMARKING ....................................................................................8II.III. CARA MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BENCHMARKING ..............................8II.IV. PROSES BENCHMARKING ....................................................................................9II.V. HAMBATAN DAN KELEBIHAN BENCHMARKING ........................................13II.VI. JENIS-JENIS BENCHMARKING ..........................................................................15II.VII. GOAL STRATEGI BENCHMARKING ..................................................................17II.VIII. PERANAN BENCHMARKING SEBAGAI MANAGEMENT TOOLS.................19II.IX. CONTOH KASUS: PERANAN BENCHMARKING DALAM MANAJEMEN STRATEGI................................................................................................................21BAB II: PENUTUP..................................................................................................................27III.I. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................27DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................28LAMPIRAN JURNAL............................................................................................................30BAB IPENDAHULUAN

I.I. LATAR BELAKANG

Bagaimana suatu perusahaan mengukur pencapaian kinerjanya dengan baik, khususnya agar mampu bersaing dalam industri, kalau tidak melakukan studi perbandingan dengan aktivitas bisnis pada perusahaan lain yang sejenis. Benchmark adalah sebuah metode peningkatan kinerja secara sistematis dan logis melalui pengukuran dan perbandingan kinerja dan kemudian menggunakannya untuk meningkatkan kinerja.

Best practices merujuk pada praktik bisnis yang dilakukan dengan sangat baik melebihi apa yang dapat dilakukan perusahaan lain dalam suatu industri tertentu. Dengan kata lain, tak ada perusahaan lain yang melakukannya lebih baik. Best practices dapat diraih melalui inovasi di dalam perusahaan. Namun, kalau kita perhatikan akan ada banyak sekali inovasi yang dilakukan dan diterapkan oleh banyak perusahaan di mana saja.

Karenanya untuk mencapai best practices di dalam suatu industri, sebaiknya kita melihat ke luar dinding perusahaan untuk melihat apa yang sesungguhnya sedang terjadi. Di makalah ini kami akan bicara tentang definisi dan konsep dari Strategi Benchmarking yang merupakan salah satu metodologi yang membantu untuk melakukan seperti itu, benchmarking mengukur proses atau praktik yang sangat penting bagi peningkatan kinerja Perusahaan, dan melakukan hal itu di seluruh industri. Disamping itu makalah ini menjelaskan juga tentang peranan serta contoh-contoh penerapan konsep tersebut.

Benchmarking ini mengidentifikasi best practices yang digunakan, lepas dari posisi Anda di dalam industri, dan selanjutnya mempelajari dengan sungguh-sungguh proses tersebut dan menerapkan proses terbaik itu di perusahaan Anda. Benchmarking bukanlah suatu pekerjaan yang mudah dilakukan. Pengalaman beberapa perusahaan menunjukkan hanya kalau direncanakan dan dilakukan dengan baik, ia dapat berhasil membuka perusahaan terhadap metode dan ide-ide baru.I.II. TUJUAN

Makalah ini disusun untuk mengetahui pola definisi dan konsep dari benchmarking dalam suatu manajemen bisnis, khususnya manajemen pemasaran jasa.

I.III. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan benchmarking?

2. Bagaimana konsep benchmarking dalam pemasaran?

3. Bagaimana proses benchmarking?

4. Apa saja jenis-jenis benchmarking?

5. Bagaimana implementasi benchmarking dalam bisnis?

6. Apa saja contoh-contoh penerapan konsep benchmarking tersebut?

BAB II

PEMBAHASANII.I. SEJARAH DAN DEFINISI BENCHMARKINGSecara singkat dapat dikatakan bahwa pada mulanya konsep benchmarking berkembang di bidang perindustrian. Awal tahun 1950-an banyak pengusaha Jepang mengunjungi beberapa perusahan di Amerika Serikat dan negara-negara Eropa barat. Tujuan kunjungan mereka adalah berusaha mendapatkan dua masukan, yaitu teknologi dan penerapan bisnis atau praktik baik. Masukan itu dikemas dalam bentuk perjanjian kerja. Dari tahun 1952 hingga tahun 1984 tidak kurang dari 42.000 perjanjian kerja telah ditandatangani. Hampir semua perjanjian itu berkisar tentang alih teknologi terbaik dan segala sesuatu (know-how) yang dimiliki negara barat. Jepang menggunakan proses mengambil dan memanfaatkan untuk kemajuan industrinya. Pada tahun 1960-an industri-industri Jepang telah menyamai industri-industri barat. Keberhasilan Jepang dalam menggunakan teknologi barat untuk melakukan benchmarking terhadap kinerja mereka sendiri, merupakan bukti reputasi mereka di dalam kancah perdagangan.

Istilah benchmarking baru muncul pada permulaan tahun 1980-an dan menjadi trend dalam manajemen sebagai alat untuk meningkatkan kinerja perusahaan pada tahun 1990-an. Bahkan pada tahun 1990 separuh dari perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam Fortune 500 menggunakan teknik benchmarking. Benchmarking adalah pendekatan yang secara terus menerus mengukur dan membandingkan produk barang dan jasa, dan proses - proses dan praktik-praktiknya terhadap standar ketat yang ditetapkan oleh para pesaing atau mereka yang dianggap unggul dalam bidang tersebut. Benchmarking sebagai tolak ukur dalam suatu perusahaan Benchmarking adalah suatu proses yang biasa digunakan dalam manajemen atau umumnya manajemen strategis, dimana suatu unit/bagian/organisasi mengukur dan membandingkan kinerjanya terhadap aktivitas atau kegiatan serupa unit/bagian/organisasi lain yang sejenis baik secara internal maupun eksternal. Dari hasil benchmarking, suatu organisasi dapat memperoleh gambaran dalam (insight) mengenai kondisi kinerja organisasi sehingga dapat mengadopsi best practice untuk meraih sasaran yang diinginkan

Hal yang sangat penting dan bernilai manfaat tinggi dalam benchmarking adalah bahwa dengan aktivitas ini memungkinkan korporasi untuk melihat jauh ke depan melampaui paradigma berfikir terkait dengan kinerja proses bisnis. Dengan melakukan benchmark terhadap perusahaan lain, korporasi dapat secara nyata meningkatkan kesesuaian solusi masa depan terhadap permasalahan saat ini. Dengan proses benchmark, korporasi dapat melakukan loncatan kuantum dalam kinerja dengan terjadinya penurunan waktu siklus belajar dan penetapan tujuan manajemen yang baru berdasar pada pengalaman dan praktek baik yang ada pada perusahaan pesaing yang diakui terbaik dalam bidangnya. Benchmarking adalah alat bantu untuk memperbaiki kualitas dengan aliansi antar partner untuk berbagi informasi dalam proses dan pengkuruan yang akan menstimulasi praktek inovatif dan pemperbaiki kinerja. Dalam aktivitas ini akan dapat ditemukan dan diterapkan praktek terbaik yang mempercepat laju perbaikan dengan memberikan model nyata dan merealisasikan perbaikan tujuan; sehingga praktek baik ini akan mendorong proses yang bersifat positif, proaktif, terstruktur yang mempengaruhi perubahan operasi organisasi. Dengan benchmarking, korporasi melakukan pengukuran produk, layanan, dan praktek bisnisnya dengan membandingkan terhadap pesaing utama maupun korporasi yang diakui sebagai pemimpin dalam bisnisnya. Untuk dapat meningkatkan kinerjanya, korporasi perlu secara terus menerus mencari ide baru melalui metode, praktek, proses dengan mengadopsi fitur-fitur terbaik korporasi lain untuk menjadi best of the best.Benchmarking adalah suatu proses Studi Banding dan mengukur suatu kegiatan perusahaan/organisasi terhadap proses operasi yang terbaik dikelasnya sebagai inspirasi dalam meningkatkan kinerja (performance) perusahaan/organisasi.

Benchmarking juga digunakan sebagai alat mengukur manajemen, walaupun sumber daya pada benchmarking beragam, tetapi pendekatan benchmarking fokus pada produk dan juga prosesnya, juga benchmarking hanya fokus pada aspek teknis dan kuantitatif. Selain itu, benchmarking di sebut juga Patok Duga yang dapat mendorong perusahaan/ organisasi untuk menyiapkan suatu dasar untuk membangun rencana operasional praktek terbaik perusahaan dan menganjurkan meningkatkan perbaikan bagi seluruh komponen lingkungan perusahaan/organisasi.

Benchmarking dapat diartikan sebagai inti teknis dari Total Quality Management (TQM), subjek ini di ditandai dengan adanya perbaikan dalam budaya manajemennya secara terus-menerus. Benchmarking termasuk didalamnya sebagai proses pembelajaran manajemen yang memerkukan keberlanjutan secara konstan dan terus-menerus dimana kineja secara teratur dibandingkan dengan pelaku pekerja yang dapat ditemukan. Kunci filosofi dari benchmarking itu sendiri adalah kemampuan untuk mengenali kekurangan akan sesuatu dan mengakui akan pekerjaan seseorang yang lebih baik lagi, bagaimana kita mempelajarinya mengapa itu bisa terjadi dan mengimplementasikannya pada suatu bisnis. Benchmarking bukan berarti menyalin atau mengimitasi karya seseorang, tetapi lebih kepada mengadaptasi pelajaran yang diambil dari suatu kekurangan untuk perkembangan perbaikan suatu organisasi atau kinerja pekerjaan.

Dalam praktek pengukurannya, ada 4 jenis benchmarking yang dikenal selama ini, yaitu:

Internal benchmarking memberikan pembandingan antara operasi atau proses yang sejenis dalam korporasi.

Competitive benchmarking memberikan pembandingan antar pesaing untuk produk atau layanan tertentu (spesifik).

Functional benchmarking memberikan pembandingan untuk fungsi sejenis dengan industri yang sama.

Generic benchmarking memberikan pembandingan proses-proses yang independen pada industri atau fungsi secara keseluruhan. Benchmarking digunakan ketika:

Proses yang ditargetkan adalah kritis bagi keberhasilan organisasi.

Hasil analisis menunjukkan bahwa kinerja korporasi tidak terlalu kompetitif. Peluang pertumbuhan yang signifikan terjadi dalam bisnis, namun korporasi tidak mampu mengambil keuntungan tersebut. Organisasi memahami proses saat ini dan ukuran kinerjanya Pemilik proses memiliki komitmen untuk perubahan meski secara radikal.

Stakeholders akan menjadi bagian dalam team benchmarking.

Benchmarking tidak digunakan ketika:

Organisasi tidak memahami proses yang ditargetkan Manajemen tidak mengetahui bagaimana kinerja organisasi dibandingkan dengan pesaingnya Manajemen tidak memahami apa yang dibutuhkan pelanggan dari proses ini Manajemen belum melakukan pemetaan proses dan tidak memiliki ukuran kinerjanya

Ada risistensi yang kuat untuk terjadinya perubahan organisasi Hanya diinginkan oleh beberapa orang yang akan melakukan studi.Pengertian dari benchmarking itu sendiri mengungkapkan bahwa branchmarking tidak hanya sebatas pengukuran akan sebuah proses yang mana hasilnya dalam pengukuran kinerja yang komparatif, tetapi ia juga mendeskripsikan bagaimana kinerja yang luar biasa dapat di capai. Kinerja ini yang nantinya diidentifikasi sebagai indikator pengukuran kinerja, yang biasa dinamai dengan benchmarks (pembanding) dan kegiatan yang biasa memfasilitasi disebut enabler. II.II. TUJUAN BENCHMARKING

Menentukan kunci atau rahasia sukses dari perusahaan pesaing yang paling unggul, kemudian mengadaptasikan dan memperbaikinya secara lebih baik untuk diterapkan, yang akhirnya akan mengungguli pesaing yang di benchmarking.

Prasyarat Benchmarking :

Kemauan dan Komitmen

Keterkaitan Tujuan Strategik

Tujuan Untuk Menjadi Terbaik, Bukan Hanya Untuk Perbaikan

Keterbukaan Terhadap Ide-Ide

Pemahaman Terhadap Proses, Produk dan Jasa Yang Ada

Proses Terdokumentasi, karena :Dokumentasi sebelum adanya perubahan berguna dalam pengukuran peningkatan kinerja setelah dilaksanakannya benchmarking

Ketrampilan Analisis Proses

Ketrampilan riset, komunniksi, dan pembetukan tim

II.III. CARA MENCIPTAKAN LINGKUNGAN BENCHMARKING1. Manajemen Komitmen

Langkah pertama yang diambil terhadap memulai suatu benchmarking adalah dengan menciptakan manajemen komitmen yang baik. Komitmen ini nantinya sangat penting untuk memastikan produk atau hasil benchmarking itu sendiri, dimana rekomendasi proses akan diimplementasikan. Manajemen senior harus mendukung projek atau pekerjaan dengan komitmen terhadap waktu, mengalokasikan sumberdaya yang cukup, mengurangi hambatan yang ada, mengembangkan komunikasi, dan memberikan manfaat yang dapat diambil.2. Project SponsorshipSetiap projek benchmarking yang berhasil memerlukan sponsor untuk proyeknya. Sponsor ini adalah seseorang atau suatu organisasi yang berminat dalam mengimplementasikan rekomendasi proses itu. Sponsor ini juga berhubungan dengan pembiayaan projek.

II.IV. PROSES BENCHMARKINGAda beberapa model yang berbeda dari brenchmarking proses (mereka membedakanannya melalui nomer atau nama dari beberapa fase benchmarking) tetapi semua model benchmarking mempunyai arti yang sama atau mengarah pada tujuan yang sama. Proses benchmarking biasanya terdiri dari enam langkah yaitu:

Fase Pre-Benchmarking

3. Menentukan Apa yang Akan Di-benchmark

Hampir segala hal dapat di-benchmark: suatu proses lama yang memerlukan perbaikan; suatu permasalahan yang memerlukan solusi;suatu perancangan proses baru; suatu proses yang upaya-upaya perbaikannya selama ini belum berhasil. Perlu dibentuk suatu Tim Peningkatan Mutu yang akan menyelidiki proses dan permasalahannya. Tim ini akan mendefinisikan proses yang menjadi target, batas-batasnya, operasi-operasi yang dicakup dan urutannya, dan masukan (input) serta keluarannya (output).4. Menentukan Apa yang Akan Diukur

Ukuran atau standar yang dipilih untuk dilakukan benchmark-nya harus yang paling kritis dan besar kontribusinya terhadap perbaikan dan peningkatan mutu. Tim yang bertugas me-review elemen-elemen dalam proses dalam suatu bagan alir dan melakukan diskusi tentang ukuran dan standar yang menjadi fokus. Contoh-contoh ukuran adalah misalnya durasi waktu penyelesaian, waktu penyelesaian untuk setiap elemen kerja, waktu untuk setiap titik pengambilan keputusan, variasi-variasi waktu, jumlah aliran balik atau pengulangan, dan kemungkinankemungkinan terjadinya kesalahan pada setiap elemennya. Jika memang ada pihak lain (internal dan eksternal) yang berkepentingan terhadap proses ini maka tuntutan atau kebutuhan (requirements) mereka harus dimasukkan atau diakomodasikan dalam tahap ini. Tim yang bertugas dapat pula melakukan wawancara dengan pihak yang berkepentingan terhadap proses tersebut (dapat pula dipandang sebagai pelanggan) tentang tuntutan dan kebutuhan mereka dan menghubungkan atau mengkaitkan tuntutan tersebut kepada ukuran dan standar kinerja proses. Tim kemudian menentukan ukuran-ukuran atau standar yang paling kritis yang akan secara signifikan meningkatkan mutu proses dan hasilnya. Juga dipilih informasi seperti apa yang diperlukan dalam proses benchmarking ini dari organisasi lain yang menjadi tujuan benchmarking.5. Menentukan kepada Siapa akan Dilakukan Benchmark

Kemudian menentukan organisasi yang akan menjadi tujuan benchmarking ini. Pertimbangan yang perlu adalah tentunya memilih organisasi lain tersebut yang memang dipandang mempunyai reputasi baik bahkan terbaik dalam kategori ini.

Fase Benchmarking

6. Pengumpulan Data/Kunjungan

Tim mengumpulkan data tentang ukuran dan standar yang telah dipilih terhadap organisasi yang akan di-benchmark. Pencarian informasi ini dapat dimulai dengan yang telah dipublikasikan: misalkan hasil-hasil studi, survei pasar, survei pelanggan, jurnal, majalah dan lain-lain. Tim dapat juga merancang dan mengirimkan kuesioner kepada lembaga yang akan di-benchmark, baik itu merupakan satu-satunya cara mendapatkan data dan informasi atau sebagai pendahuluan sebelum nantinya dilakukan kunjungan langsung. Pada saat kunjungan langsung (site visit), tim benchmarking mengamati proses yang menggunakan ukuran dan standar yang berkaitan dengan data internal yang telah diidentifikasi dan dikumpulkan sebelumnya. Tentu akan lebih baik jika ada beberapa obyek atau proses yang dikunjungi sehingga informasi yang didapat akan lebih lengkap. Asumsi yang perlu diketahui adalah bahwa organisasi atau lembaga yang dikunjungi mempunyai keinginan yang sama untuk mendapatkan informasi yang sejenis dari lembaga yang mengunjunginya yaitu adanya keinginan timbal balik untuk saling mem-benchmark. Para pelaku benchmarking telah dapat menyimpulkan bahwa kunjungan langsung kepada organisasi dengan praktik terbaik dapat menghasilkan pandangan dan pemahaman yang jauh lebih dalam dibandingkan dengan cara-cara pengumpulan data yang manapun. Kunjungan ini memungkinkan kita untuk secara langsung berhubungan dengan pemilik proses yaitu orang-orang yang benar-benar menjalankan atau mengelola proses tersebut.

Fase Post-Benchmarking

7. Analisis Data

Tim kemudian membandingkan data yang diperoleh dari proses yang di-benchmark dengan data proses yang dimiliki (internal) untuk menentukan adanya kesenjangan (gap) di antara mereka. Tentu juga perlu membandingkan situasi kualitatif misalnya tentang sistem, prosedur, organisasi, dan sikap. Tim mengindentifikasi mengapa terjadi kesenjangan (perbedaan) dan apa saja yang dapat dipelajari dari situasi ini. Satu hal yang sangat penting adalah menghindari sikap penolakan; jika memang ada perbedaan yang nyata maka kenyataan itu harus dapat diterima dan kemudian disadari bahwa harus ada hal-hal yang diperbaiki.

8. Merumuskan Tujuan dan Rencana TindakanTim menentukan target perbaikan terhadap proses. Target-target ini harus dapat dicapai dan realistis dalam pengertian waktu, sumber daya, dan kemampuan yang ada saat ini; juga sebaiknya terukur, spesifik, dan didukung oleh manajemen dan orang-orang yang bekerja dalam proses tersebut. Kemudian tim dapat diperluas dengan melibatkan multidisiplin yang akan memecahkan persoalan dan mengembangkan suatu rencana untuk memantapkan tindakan spesifik yang akan diambil, tahapan-tahapan waktunya, dan siapa-siapa yang harus bertanggung jawab. Hasil ini akan diserahkan kepada para pelaksana penjaminan mutu (executive) untuk kemudian memantau kemajuan dan mengidentifikasi persoalan-persoalan yang timbul. Kesenjangan standar mungkin saja tidak dapat dihilangkan karena target organisasi terus saja berkembang dan memperbaiki diri. Yang lebih penting dari semata-mata mengejar kesenjangan adalah menjadikan benchmarking sebagai suatu kebiasaan, yang akan mendorong untuk terus memperbaiki diri. Jika perlu bahkan dapat dibuat atau dibentuk suatu departemen atau divisi tersendiri yang bertanggung jawab melaksanakan benchmarking secara terus menerus (berkelanjutan). Fase Pengulangan

Memberikan feedback sebagai dasar pengambilan keputusan untuk masa depan sangat penting pada fase ini, ulasan dari strategi yang ada, mengulang dan mereset tujuan dan perencaan perkebaikan secara berkesinambungan pada fase ini mengarah kembali pada langkah pertama yaitu pra-benchmarking.Adapun konsep lain mengenai proses dari benchmarking yang diadaptasi dari AT&Ts Nine Step Benchmarking Process dan Xerox Process:

II.V. HAMBATAN DAN KELEBIHAN BENCHMARKING Hambatan Benchmarking

Ada beberapa hambatan atau kendala yang di dapat dan secara riil, yang mana mencegah suatu bisnis mengimplementasikan proses benchmarking. Jenis-jenis kendala atau hambartan disesuaikan dengan tingkat dan ukuran suatu bisnis. Bisnis yang besar melakukan benchmarking untuk mendapatkan dan mempertahankan keunggulan komparatif bisnisnya. Sedangkan bisnis yang kecil lebih lambat untuk mengoperasionalkan benchmarking pada sistem operasionalnya sendiri

Berhubung proses identifikasi dan transfer praktek bisnis cenderung memakan waktu (time consuming), maka kendala yang terutama dalam melakukan benchmarking adalah kurangnya motivasi untuk mengadopsi praktek bisnis, kurangnya informasi yang memadai mengenai cara adaptasi dan penggunaannya secara efektif dan kurangnya kapasitas (sumberdaya ataupun keterampilan) dalam penyerapan praktek bisnis. Adapun hambatan lainnya yaitu: 1. Buruknya perencanaan dan evaluasi

Bisnis yang kecil biasanya mempunyai strategi perencanaan yang buruk dan sering kali tidak konsisten untuk mengevaluasi dan review kembali kinerja perusahaannya. (Cassar & Gibson, 1999; Glen & Weerawardena, 1996). Monkhouse (1995) menemukan bahwa SME hampir tidak menggunakan pengukuran non-finansial

2. Biaya

Bisnis yang kecil jarang sekali memperkerjakan konsultan untuk mendampingi proses benchmarking. Biaya juga mencegah bisnis kecil atau perusahaan kecil dari pengambilan suatu membership untuk asosiasi yang mana aktif mengedepankan membernya dengan data-data benchmarking.

3. Kurangnya kesadaran dan pemahaman tentang benchmarking

Banyak pelaku pengusaha yang masih bingung tentang apa sebenarnya arti dari benchmarking itu sendiri dan pemahaman yang sedikit tentang bagaimana memanfaatkan data yang ada untuk perbaikan bisnisnya

4. Staff issues

Perusahaan kecil banyaknya dikategorigak sebagai usaha mikro, yang mana hanya memperkerjakan kurang dari 5 orang. Staff mungkin di butuhkan untuk hanya pada beberapa jenis pekerjaan atau peran seperti administrasi, marketing, finance, dan operasional. Sehingga menjadikan perusahaan kecil mempunyai keterbatasan sumberdaya dan waktu.

5. Ketidakmampuan sumber daya benchmarking

Perusahaan kecil biasanya enggan untuk mendekati kompetitornya untuk tujuan tertentu.

6. Kurangnya data yang akurat

7. Kurangnya skill dan atitut pekerja

Kurangnya skill dalam komunikasi, ketakutan akan perubahan, ketidakcakapan dalam training, fokus hanya pada jumlah bukan pada proses, kehilangan fokus pada konsumen dan bertentangan dengan beberapa pekerja termasuk kedalam hambatan kurangnya skill dan atitut pekerja dalam perusahaan Kelebihan benchmarking

Benchmarking yang sebenarnya akan mendorong kita untuk melihat jauh ke dalam proses-proses di pesaing kita (atau sejawat kita) yang sejenis, yang barangkali diimplementasikan dengan lebih baik dan terbukti memberikan kualitas hasil atau keluaran yang lebih baik. Juga benchmarking ini dapat membantu untuk mendapatkan jalan pintasuntuk mencapai tujuan (target), dengan meniru maka banyak hal dapat dihemat, antara lain kita dapat lebih mempersingkat proses pembelajaran (learning process), mengurangi kemungkinan kegagalan karena bisa belajar dari kegagalan dan kesalahan orang lain. Adapun kelebihan benchmarking yang lain adalah: 1. Meminimalisir biaya dan juga waktu untuk mengadaptasi cara yang terbaik dari perusahaan lain daripada melakukan R&D secara mandiri

2. Membantu dalam mengimplementasi dari perubahan yang akan datang misalnya dari segi perbaikan teknologi, dan lainnya.

3. Menjembatani gaps yang kompetitif antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya. 4. Memulai formulasi strategi untuk mencapai tujuan dan secara objektif bedasarkan pada model external untuk memperbaiki proses dan aktivitas dalam organisasi II.VI. IMPLEMENTASI BENCHMARKING

Pencarian Informasi :

1. Identifikasi proses dan pemanufakturan serta operasi lainnya di dalam perusahaan yang membutuhkan perbaikan2. Mencari perusahaan lain yang sukses dalam melakukan aktivitas dan proses operasinyaDalam rangka mengubah benchmarking, persyaratan untuk menganalisisnya terbagi menjadi 2 tipe output, beberapa model, dan metode yang diadaptasi dari The Original Ten Step Four Phase Model oleh Xerox, untuk menjelaskan dan memandu proses dari benchmarking itu sendiri. Seperti halnya diagram dibawah ini:

Secara umum yang harus kita implementasikan sebagai unsur perusahaan adalah: Mengukur Kinerja perusahaaan yang di bandingkan dengan perusahaan yang paling terbaik di kelasnya. Membandingkan bukan berarti MENJIPLAK atau mencuri tanpa rasa malu, hanya karena saat perusahaan mendapatkan bantuan ide-ide untuk mempercepat peningkatn kinerja dari perusahaan yang terbaik. bahwa Implementasi Strategic Benchmarking adalah bukan langkah ADOPSI melainkan murni sebagai langkah ADAPTASI, sehingga dapat membantu mempercepat proses Reformasi peningkatan kerja.

Urutan Kerja yang di Implementasikan

NoKRITERIA KINERJAUNIT PENGUKURAN

1Pangsa pasar Unit Rupiah

2ProfitabilitasMargin contribution,Return on total capital or equity

3Pertumbuhan pesaing Pangsa pasar setiap segmen

4Bahan baku (material) Proporsinya terhadap biaya total, Harga/ volume, Biaya Pengangkutan

5Biaya tenaga kerja langsung/ tidak langsungJumlah karyawan pada setiap fungsi, Pangsa gaji tiap/ variabel, Jam kerja produktif setiap karyawan, Profil karyawan

6Biaya modal Tingkat turn over : Total asset, Fixed asset, Inventory

7Karakteristik produkKebijakan depresiasi

8KinerjaoutputPer utility

9PelayananWaktu rata-rata tiap pelayanan, Pemrosesan pesanan rutin, Perencanaan produksi

10Citra (image) Customer awareness, Intensitas dan biaya pemasaran, Reaksi pelanggan terhadap kampaye pemasaran,

Indikator Keberhasilan Benchmarking

Komitmen yang aktif untuk benchmarking dari manajemen

Pemahaman yang jelas dan komprehensif bagaimana pekerjaan dilakukan sebagai dasar perbandingan terhadap praktik yang terbaik

Keinginan untuk berubah dan beradaptasi berdasarkan temuan benchmarking

Kesadaran bahwa kompetisi selalu berubah dan perlu mendahuluinya

Keinginan membagi informasi dengan mitra benchmark

Konsentrasi pada perusahaan terkemuka dalam bidang yang diakui oleh pemimpin

Ketaatan pada proses benchmarking

Usaha yang berkesinambungan

Institusionalisasi benchmarkingII.VII. TIPE-TIPE BENCHMARKING

Benchmarking adalah bagaimana membandingkan proses, praktik, dan juga prosedur. Prosesnya mungkin dibandingkan dalam sebuah organisasi terhadap kerja operasionalnya secara internal atau dengan mitra diluar organisasi tersebut. Ada beberapa cara untuk mengklasifikasi tipe-tipe dari benchmarking, tergantung pada proses benchmarking itu sendiri. Jenis-jenis benchmarking ini mencerminkan tentang apa yang akan dibandingkan dan terhadap apa perbandingan dilakukan. Jenis-Jenis Definisi

Performance BenchmarkingMenjelaskan tentang bagaimana suatu kinerja diukur yang bertujuan untuk menentukan sebaik apa organisasi itu di bandingkan dengan yang lainnya

Process BenchmarkingMenjelaskan tentang perbandingan beberapa metode dan proses sebagai upaya untuk memperbaiki proses dalam suatu organisasi

Strategic BenchmarkingMenjelaskan tentang perbandingan strategi suatu organisasi dengan organisasi lain yang mempunyai strategi yang telah sukses untuk memperbaiki kemampuan untuk berhubungan dengan lingkungan eksternal yang berubah-ubah.

Internal BenchmarkingMenjelaskan tentang perbandingan kinerja antara suatu departemen atau divisi dalam industri atau bisnis dalam organisasi yang sama hanya untuk menemukan dan mengaplikasikan informasi kegiatan yang paling baik.

Competitive BenchmarkingMenjelaskan tentang perbandingan yang dilakukan terhadap kompetisi terbaik dalam pasar yang sama untuk membandingkan kinerja dan hasilnya.

Functional BenchmarkingMenjelaskan tentang perbandingan fungsional yang khusus dalam suatu industri. Tujuan dari jenis benchmarking ini untuk dijadikan sebagai fungsional yang baik.

Generic BenchmarkingMenjelaskan tentang perbandingan proses terhadap proses operator yang terbaik yang terlepas dari suatu industri.

Jenis-jenis benchmarking diatas dapat di pilih dan di gabungkan untuk tujuan yang lebih spesifik. Penggabungan ini bedasarkan pada relevansi dari jenis benchmarking diatas untuk konteks yang lebih spesifik. Tabel dibawah ini menjelaskan bagaimana kombinasi jenis-jenis benchmarking yang di desain oleh Bhutta dan Huq.

Dari apa yang bisa kita lihat dari kombinasi-kombinasi tersebut, beberapa jenis dari benchmarking lebih relevan dibandingkan dengan konteks khusus lainnya. Sebagai contoh, internal benchmarking diberikan relevan yang rendah bila di hubungkan dengan strategic benchmarking. Namun, competitive benchmarking diberikan sebagai relevan yang cukup tinggi bila di hubungkan dengan strategic benchmarking, dimana itu dapat memperlihatkan informasi yang cukup banyak dan menyediakan banyak cara dalam hal perbaikan. Apa yang akan di benchmarkingTerhadap internalKompetitif BenchmarkFungsionalGneeric

KinerjaMediumHighMediumLow

ProsesMediumLowHighHigh

StrategiLowHighLowLow

Watson G.H (1993) dalam bukunya menyatakan tentang benchmarking sebagai pengembangan ilmu pengetahuan diagram dibawah ini menjelaskan bagaimana generasi pertama dari benchmarking. Generasi ini bisa dibilang sebagai benchmarking yang diputarbalikan yang melibatkan perbandingan dari proses dengan beberapa kompetitor. Dan generasi-generasi seterusnya.

II.VIII. GOAL STRATEGI BENCHMARKINGManfaat yang diperoleh dari benchmarking dapat dikelompokkan menjadi

1. Perubahan Budaya:

Memungkinkan perusahaan untuk menetapkan target kinerja baru yang realisitis berperan meyakinkan setiap orang dalam organisasi akan kredibilitas target

A. Perbaikan Kinerja

a) Proses atau prosedur yang baru untuk standar atau target yang tetap/lama: situasi ini dapat terjadi apabila target atau standar yang telah ditetapkan ternyata sulit untuk dicapai atau proses/ metodenya gagal terus mencapai standar tersebut.b) Standar baru yang lebih baik: keadaan ini dapat terjadi dalam upaya meningkatkan mutu dengan memperbaiki atau meningkatkan standar yang telah tercapai.c) Proses atau prosedur baru dan standar baru: hal ini dapat terjadi saat belum pernah dibuat standar atau prosedur sebelumnya, jadi merupakan suatu kegiatan atau tolok ukur yang baru.B. Peningkatan Kemampuan Sumber Daya Manusia :

Memberikan dasar bagi pelatihan Karyawan menyadari adanya gap antara yang mereka kerjakan dengan apa yang dikerjakan karyawan lain diperusahaan lain.Keterlibatan karyawan dalam memecahkan permasalahan sehingga karyawan mengalami peningkatan keampuan dan keterampilanII.IX. PERANAN BENCHMARKING SEBAGAI MANAGEMENT TOOLBenchmarking adalah alat manajemen yang sangat efektif untuk mengidentifikasi perubahan ide dan membawa perubahan untuk mendapatkan perbaikan secara berkelanjutan dengan cara yang sudah adam fungsi, atau proses yang sudah dilaksanakan. Hal ini sangat dasar atau basic dari proses perbaikan strategi bisnis. Kegiatan ini membantu perusahaan tidak hanya menilai kinerja perusahaan sekarang ini dengan perusahaan lain, tetapi juga bagaimana belajar dari perusahaan lain dan menghasilkan ide yang baru, metode, dan kebiasaan untuk mengubah dan memperbaiki fungsional. Dengan demikian, produktivitas dan pengurangan biaya dapat ditingkatkan dan target kinerja yang baru yang mana dapat diatur dan dicapai memberikan keunggulai yang kompetitif (Wheelen dkk, 2006).

McCormack mengatakan bahwa Semua istilah-istilah dalam manajemen dari dua dekade terakhir satu-satunya yang membuat saya penasaran adalah Benchmarking. Sebab dalam pasar yang ada benchmarking merupakan bagaimana caranya mencocokan dan bagaimana cara perusahaan kita dapat melebihi pesaing. Suatu manajer perusahaan melakukan benchmark ketika:

1. Mereka memuji seorang manajer yang bekerja sangat baik pada publik dan bekerja sangat kredibel

2. Mereka yang pekerja keras dan cerdas

3. Mereka yang berbagi pengalaman tentang keberhasilan organisasinya atau perusahaannya dan apa yang mereka dapat (Mark McCormack, 1997)

Beberapa contoh perusahaan yang mengadaptasi manajemen tersebut adalah:

A. Microsoft kreatifitas dan inovasi, globalisasi, dan kewirausahaan

B. 3M pengembangan produk baru, dan jiwa kewirausahaan yang tinggi

C. Motorola 6 Sigma Budaya Kualitas

D. Mc Kinsey level yang tinggi terhadap servis konsultan

E. Johnson & Johnson Mengedepankan etika bisnis.

II.X. ANALISIS PERBANDINGAN KOMPETITIF VS BENCHMARKING

Proses analisis perbandingan kompetitif dan benchmarking dibedakan Bagaimana former mengumpulkan informasi tentang hasil yang dicapai perusahaan sedangkan yang kedua mengumpulkan informasi tentang bagaimana perusahaan mencapai hasil-hasil tersebut (Smith, Ritter, & Tuggle, P.43)

Analisis Perbandingan KompetitifBenchmarking

Melihat hasilMelihat proses

Mengecek apa yang terjadiMengecek bagaimana semuanya terselesaikan

Perbandingan dengan industri Kemungkinan membandingkan dengan industri lain

Penelitian tanpa dilakukan bersama-samaPenelitian secara bersama-sama

Selalu kompetitifMungkin tidak kompetitif

MandiriKooperatif

Biasanya melihat kompetisiBiasanya untuk mendapatkan perbaikan dalam mencapai tujuan

Tujuan adalah pengetahuan dalam perusahaanTujuan adalah suatu proses pengetahuan

Fokus pada kebutuhan perusahaanFokus pada kebutuhan konsumen

Benchmarking adalah alat manajemen yang kuat dan bisa menjadi suatu kunci keberhasilan untuk bisnis yang kecil yang seharusnya dilakukan hubungannya dengan orang-orang dalam suatu organisasi khususnya untuk menspesifikasi kebutuhan perusahaan tersebut. II.XI. JURNAL: PERANAN BENCHMARKING DALAM MANAGEMEN STRATEGIFungsi strategi manajemen adalah aspek dalam suatu manajemen yang mana memperlihatkan kewirausahaan yang jelas. Proses manajemen strategi mempunyai beberapa komponen dibawah ini:

1. Mendefinisikan misi dari organisasi atau perusahaan sebagai dasar untuk apa yang harus dikerjakan oleh perusahaan dan apa yang tidak boleh dikerjakan perusahaan

2. Membangun strategi yang objektif dan target kinerja.

3. Memformulasikan strategi untuk mendapatkan strategi yang objektid dan hasil yang sudah ditarget sebelumnya

4. Mengimplementasi dan mengeksekusi strategi

5. Mengevaluasi kinerja strategi dan membuat penyesuaian yang korektif.

Manajemen strategi juga memiliki proses yang di bagi menjadi tiga bagian yaitu:

1. Perencanaan ini mencakup segala kegiatan untuk mempersiapkan rencana aktivitas kedepannya dan mengantisipasi efek yang ditimbulkan

2. Implementasi melaksanakan kegiatan yang sudah direncanakan yang mana mempin untuk hasil bisnis yang aktual

3. Kontrol memonitor segala penyimpangan pada hasil yang aktual dari beberapa perencanaan.

Ketika mengambil suatu keputusan, perusahaan menggunakan informasi bisnis dari perencanaan dan kontrol proses manajemen strateginya dan dihubungkan pada implementasi kegiatannya. Dengan tambahan kegiatan seperti benchmarking maka perusahaan dapat memperbaiki kualitas pengambilan keputusan dalam perencanaan strategi, hal ini juga mempengaruhi perbaikan kualitas pengambilan keputusan untuk kontrol kegiatan perusahaan, membimbing untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Maka dari itu, hal ini sangat rasional untuk membangun jiwa benchmarking dalam perusahaan pada perencanaan dan kontrol pekerjaan. Dibawah ini gambar dari integrasi Benchmarking dan manajemen strategi:

Keuntungan yang didapatkan dari benchmarking dalam manajemen strategi dapat dilihat dari beberapa poin, yaitu:

1. Memungkinkan perencanaan strategi yang lebih efektif dan terkendali

2. Mengurangi biaya terhadap keputusan bisnis yang salah 3. Memungkinkan efisiensi perusahaan untuk meningkatkannya melalui desain yang baik dan implementasi atau pelaksanaan dari proses bisnis restrukturisasi dan perbaikannya secara terus-menerus

4. Membantu dalam memecahkan permasalahan perusahaan

5. Menambah sebuah poin penting untuk pendidikan yang berkelanjutan kepada karyawan, mendorong inovasi karyawan, kreatifitas, dan kontribusi karyawan dalam menciptakan ide-ide baru

Penggunaan Balanced Score Card (BSC) Balance Scorecard (BSC) adalah suatu kerangka kerja manajemen yang secara luas digunakan untuk pengukuran kinerja organisasi. BSC didalamnya berkonsep yang menunjukkan bahwa suatu keadaan proses dalam organisasi dapat dinilai baik dengan mengambil keseimbangan dalam pengukuran kerja.

BSC dikembangkan oleh Kaplan dan Norton (1996), sebagai pemimpin dalam pengukuran kinerja dan manajemen perusahaan. Melalui BSC, organisasi atau perusahaan dapat memonitor kinerjanya saat ini, upaya untuk meningkatkan kinerja, upaya meningkatkan proses, memotivasi dan mendidik karyawan, dan meningkatkan sistem informasi. Dibawah ini contoh BSC dan perkembangan prosesnya:

Mengintegrasikan Benchmarking, BSC, dan Manajemen StrategiUntuk mengusulkan model yang terintegrasi dari benchmarking, BSC, dan manajemen strategi, Proses pengembangan BSC dibandingkan dengan model integrasi dari manajemen strategi dan benchmarking diperlihatkan dikolom bawah ini. Pada perbandingan antara elemen yang terdapat dalam manajemen strategi (misi, objektif, strategi, hasil bisnis usaha) dan diantaranya pengembangan proses BSC (visi, perspektif, strategi, dan lainnya) konsistensi di temukan dan di garis bawahi dibawah ini. Konsistensi diringkasi pula pada tabel di bawah ini:

Hal diatas menyimpulkan bahwa penggunaan BSC menyediakan sarana dekomposisi vertikal dari sebuah visi untuk merencanakan aksi dan menerapkan benchmarking yang menyiratkan integrasi horizontal elemen BSC yang kompatibel terhadap evaluasi model manajemen strategi. Dibawah ini integrasi ketiga elemen tersebut (benchmarking, BSC, dan Manajemen Strategi):

KesimpulanPada contoh kasus jurnal ini digambarkan metodologi yang baru yang di buat untuk mengintegrasi strategi manajemen, benchmarking, dan BSC (Balanced Score Card). Untuk tujuan kali ini, pendekatannya masing-masing sudah dijelaskan secara terpisah.

Disamping beberapa perbedaan antara benchmarking, klasifikasi benchmarking yang terkenal lainnya dapat di aplikasikan di dalam metode ini agar metode ini lebih komprehensif. Klasifikasinya mencakup internal, eksternal, kompetitif, industri dan generic benchmarking. BAB III

PENUTUP

III.I. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Benchmarking merupakan kiat untuk mengetahui tentang bagimana dan mengapa suatu perusahaan yang memimpin dalam suatu industri dapat melaksanakan tugas-tugasnya secara lebih baik dibandingkan dengan yang lainnya.

2. Fokus dari kegiatan benchmarking diarahkan pada praktik terbaik dari perusahaan lainnya. Ruang lingkupnya makin diperluas yakni dari produk dan jasa menjalar kearah proses, fungsi, kinerja organisasi, logistik, pemasaran, dll. Benchmarking juga berwujud perbandingan yang terus-menerus, jangka panjang tentang praktik dan hasil dari perusahaan yang terbaik dimanapun perusahaan itu berada.

3. Praktik banchmarking berlangsung secara sistematis dan terpadu dengan praktik manajemen lainnya, misalnya TQM, corporate reengineering, analisis pesaing, dll

4. Kegiatan benchmarking perlu keterlibatan dari semua pihak yang berkepentingan, pemilihan yang tepat tentang apa yang akan di- benchmarking-kan, pemahaman dari organisasi itu sendiri, pemilihan mitra yang cocok dan kemampuan untuk melaksanakan apa yang ditemukan dalam praktik bisnis

DAFTAR PUSTAKA

Shahin, Arash dan Professor Mohamed Zairi. Dalam jurnal internasional Strategic Management, Benchmarking, and The Balanced Score Card (BSC): An Integrated Methodology

Salem, Mohamed. Dalam jurnal internasional A Review of Benchmarking Implementation Problems: The Case of UASE Industrial Companies.

Raa, Thijs ten. 2009. Benchmarking and Industry Performance.

Markovic, Ljubo, Velimir Dutina, Miljan Kovacevic. Dalam jurnal internasional: Application of Benchmarking Method In The Construction Companies

Ajelabi, Ifeoluwa dan Yinshang Tang. Dalam jurnal internasional The Adoption of Benchmarking Principles for Project Management Performance Improvement

Sekhar, Savanam Chandra. Dalam jurnal internasional Benchmarking

Bergin, Sue. Dalam jurnal internasional Benchmarking Small Business Performance: Barriers and Benefits

Hemme, Torsten, Mohammad Mohi Uddin, dan Oghaiki Asaah Ndambi. Dalam jurnal internasional Benchmarking Cost of Milk Production in 46 Countries

Liroff, Richard. Dalam jurnal internasional Benchmarking Corporate Management Safer Chemicals in Consumer Production A Tool for Investors and Senior Executive

Suttapong, Ketsaraporn dan Zhilong Tian. Dalam jurnal internasional Performance Benchmarking for Building Best Practice in Small and Medium Enterprises (SMEs)

Kelessidis, Vassilis. 2000. Dalam bukunya Benchmarking

Matthews, Scott dan Lester B. Lave dalam jurnal internasional Using input-output analysis for corporate benchmarkingLAMPIRAN

JURNAL

INTERNASIONAL

Merinci/

mengadaptasi/

memodifikasi (menyempurnakan)

Merencanakan

studi yang bersangkutan

Menganalisis

data

Mengumpulkan data

Bertindak

Pengecekan

Merencanakan

Laksanakann

1