Tugas Terstruktur Tpts Kelompok

20
TUGAS TERSTRUKTUR TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN SEMUSIM PASCA PANEN JAHE DAN PENANGANANNYA Disusun oleh : Muhammad Azka Fardani A1L01415 3 Dini Rahmawati A1L01416 5 Dena Setyo Utomo A1L01416 6

description

jahe

Transcript of Tugas Terstruktur Tpts Kelompok

Page 1: Tugas Terstruktur Tpts Kelompok

TUGAS TERSTRUKTUR

TEKNOLOGI PRODUKSI TANAMAN SEMUSIMPASCA PANEN JAHE DAN PENANGANANNYA

Disusun oleh :

Muhammad Azka Fardani A1L014153

Dini Rahmawati A1L014165

Dena Setyo Utomo A1L014166

KEMENTRIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGIUNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS PERTANIANPROGRAM STUDI STRATA 1 AGROTEKNOLOGI

PURWOKERTO2016

Page 2: Tugas Terstruktur Tpts Kelompok

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman jahe (Zingiber offichinale) merupakan salah satu tanaman rempah-

rempah yang diperdagangkan di dunia. Jahe diekspor dalam bentuk jahe segar,

jahe kering, jahe olahan dan minyak atsiri. Semakin berkembangnya perusahaan

jamu dalam negeri bahkan telah melakukan ekspor ke manca Negara, maka

peluang pengembangan jahe sebagai salah satu bahan baku pembuatan jamu

sangat terbuka.

Sebagai salah satu komoditas perkebunan yang sangat dibutuhkan oleh

masyarakat terutama sebagai bahan rempah-rempah dan obat-obatan tradisional,

sesungguhnya jahe mempunyai prospek pemasaran yang cukup baik untuk

dikembangkan. Dewasa ini jahe telah menjadi salah satu komoditas ekspor yang

permintaannya cukup tinggi dengan harga yang cukup tinggi dibandingkan

dengan biaya produksi. Adapun negara-negara tujuan ekspor adalah Amerika

Serikat, Belanda, Uni Emirat Arab, Pakistan, Jepang, Hongkong.

Melihat peluang pasar tersebut, peningkatan produksi jahe untuk memenuhi

kebutuhan lokal dan ekspor akan sangat baik, dengan syarat peningkatan produksi

ini harus memenuhi standar mutu yang ditetapkan pasar. Teknik budidaya dan

pengolahan pasca panen yang baik akan menghasilkan jahe yang bermutu baik

pula. Pengelolaan pasca panen yang baik dapat menekan kerusakan jahe dalam

pengiriman dan penyimpanan kualitas jahe tersebut dapat dipertahankan.

B. Tujuan

Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah :

1. Mengetahui tanaman jahe dan produksi jahe di Indonesia.

2. Mengetahui pasca panen jahe dan penanganannya.

Halaman | 1

Page 3: Tugas Terstruktur Tpts Kelompok

II. PEMBAHASAN

A. Tanaman Jahe dan Produksi Jahe di Indonesia

Jahe (Zingiber officinalis), adalah tanaman rimpang yang sangat populer

sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang

menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa

keton bernama zingeron. Jahe termasuk suku Zingiberaceae (temu-temuan).

Nama ilmiah jahe diberikan oleh William Roxburgh dari kata Yunani zingiberi,

dari bahasa Sansekerta “singaberi”. Tanaman jahe memiliki klasifikasi sebagai

berikut menurut Wiyanto et, al. (2014) :

Kingdom : Plantae

Filum : Spermatophyta

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Zingiber

Spesies : Zingiber officinale

Batang jahe merupakan batang semu dengan tinggi 30 hingga 100 cm.

Akarnya berbentuk rimpang dengan daging akar berwarna kuning hingga

kemerahan dengan bau menyengat. Daun menyirip dengan panjang 15 hingga 23

mm dan lebar 8 hingga 15 mm. Tangkai daun berbulu halus. Bunga jahe tumbuh

dari dalam tanah berbentuk bulat telur dengan panjang 3,5 hingga 5 cm dan lebar

1,5 hingga 1,75 cm. Gagang bunga bersisik sebanyak 5 hingga 7 buah. Bunga

berwarna hijau kekuningan. Bibir bunga dan kepala putik ungu. Tangkai putik

berjumlah dua (Bustan, Ria dan Halomoan, 2008). Jahe dapat dipanen setelah

berumur 8 bulan untuk dijual atau industri, akan tetapi umur panen yang paling

optimal yaitu 10-12 bulan (Ruhnayat, 1995).

Pasar jahe di Indonesia sangat potensial. Permintaan terhadap komoditas

jahe masih lebih banyak dibandingkan hasil produksi jahe sehingga harga jualnya

Halaman | 2

Page 4: Tugas Terstruktur Tpts Kelompok

bagus. Sejak tahun 2004 luas lahan untuk budidaya jahe di Indonesia menurun.

Namun dari tahun ke tahun produksinya justru terus meningkat, kecuali untuk

tahun 2010 dan 2011 produksinya sempat anjlok. Berikut ini tersaji data produksi

jahe dari tahun 2006-2014 (Tabel. 1).

Tabel 1. Produksi Jahe di Indonesia

Tahun Jumlah Produksi Jahe (Kg)2006 177 137 9492007 174 556 5892008 154 963 0792009 122 181 0842010 107 734 6082011 94 743 1392012 114 537 6582013 155 286 2882014 274 566 184

Sumber : http://bps.go.id

B. Pasca Panen Jahe dan Penanganannya

Jahe yang baru dipanen belum bisa dikatakan siap jual, sebab

penampilannya masih kotor. Untuk itulah perlu penanganan khusus agar jahe

menjadi bentuk yang siap jual. Jahe biasanya dipasarkan dalam bentuk jahe segar,

jahe kering, jahe asinan, jahe dalam sirup, jahe kristal, minyak atsiri (minyak

jahe), dan oleoresin (Paimin B. F., 1991). Uraian secara lebih terperinci tentang

pengolahan masing-masing bentuk di atas disajikan di bawah ini sebagai berikut.

1. Jahe segar

Jahe segar merupakan jahe yang baru dipanen tanpa ada perlakuan

khusus. Jahe setalah dipanen, sisa batang semu dan akar-akar serabutnya

dibersihkan (Pamuji dan Busri Saleh, 2010). Pencucian rimpang ini dapat

dilakukan dengan air bertekanan, disemprot ataupun direndam dalam air

sambil disikat pelan-pelan supaya kulitnya tidak terkelupas. Apabila

pencucian terlambat dilakukan, sebagian tanah akan melekat pada rimpang

sehingga cukup sulit membersihkan sekaligus mempengaruhi warna

Halaman | 3

Page 5: Tugas Terstruktur Tpts Kelompok

rimpangnya. Rimpang jahe yang sudah dibersihkan dikeringkan dalam

rak-rak bangsal selama 1-2 hari.

Rimpang akan tetap baik selama 6 bulan atau lebih bila disimpan pada

temperatur 25oC dan kelembaban relatif 65%. Jahe segar tidak dapat

disimpan lama karena akan menyusut dan busuk. Kemasan yang

digunakan untuk packing jahe segar adalah karung plastik, jala nilon dan

kertas karton berlapis lilin tipis.

2. Jahe Kering

Bentuk olahan jahe kering umumnya dipersiapkan untuk ekstraksi

minyak asiri dan oleoresin. Tujuan utama dari olahan jahe kering ialah

untuk menghindari atau meminimalisir kerusakan jahe sekecil mungkin.

Mengingat sifat jahe yang mudah rusak, baik bentuk maupun struktur

kimianya bila disimpan terlalu lama (Januwati, M 2000). Sehingga akan

lebih baik jika jahe diawetkan melalui proses pengeringan.

Jenis jahe kering yang diperdagangkan sebagai rempah-rempah ada

empat, yaitu ; Scraped ginger, jahe dikupas seluruhnya, diiris, lalu

dikeringkan, mutu yang bagus dihasilkan oleh Jamaikan dan Cochine,

Coated ginger, irisan jahe dikeringkan hingga kulitnya coklat, Bleached

ginger, proses pembuatannya dengan pencelupan pada air kapur, Black

ginger, diperoleh dari pengeringan jahe segar yang dicelupkan pada air

panas selama 10-15 menit.

Sebagai produk olahan, jahe kering harus memenuhi standar mutu.

Standar mutu jahe kering berdasarkan Canadian Government Standar

Ginger sebagai berikut: 1) Jahe harus dicuci, dibersihkan, dan dikeringkan.

2) Kandungan air tidak boleh melebihi 10%. 3) Basis kering tidak boleh

kurang dari 45% pati jahe, 13.3% cold water extractive diperhitungkan

dengan cara yang umum dan 2% abu yang larut dalam air. 4) Mengandung

unsur yang tidak boleh lebih daripada 9% serat kasar, 1% Ca

diperhitungkan sebagai Oksida Ca, 7.5% abu total dan 2% abu tak larut

dalam HCL.

Halaman | 4

Page 6: Tugas Terstruktur Tpts Kelompok

Jahe kering yang dikenal dalam perdagangan ada dua, yaitu berbentuk

slice dan bentuk split. Jahe bentuk slice, dipotong secara melintang dengan

ukuran tebal 3-4 mm. Jahe bentuk split dipotong hanya dengan membelah

atau meniris jahe sejajar dengan permukaan yang datar. Berdasarkan cara

pengupasannya dibedakan menjadi jahe kering tanpa dikuliti, setengah

dikuliti dan dikuliti seluruhnya. Prosesnya berbeda sesuai cara

pengupasannya.

a. Tanpa dikuliti

Setelah panen, jahe dibersihkan lalu diiris. Suhu yang digunakan untuk

proses pengeringan diatur sesuai kebutuhan. Jika digunakan sebagai

rempah suhu anjurannya sebesar 57ºC. jika digunakan untuk pengambilan

atau penyulingan minyak asiri dan oleoresin suhunya 80ºC. Rendemen

jahe kering tanpa dikuliti ini berkisar antara 60-70 % dengan kadar air

antara 10-12 %. Jahe kering tanpa dikuliti dikenal sebagai jahe kering

hitam atau gaplek jahe hitam. Hasil yang diperoleh dari proses ini biasanya

sebesar 70% dari bahan basah.

b. Setengah dikuliti

Jahe yang setengah dikuliti hanya permukaan datarnya saja yang

dikupas. Jahe yang telah dikupas diiris sesuai dengan ukuran dan bentuk

yang diminta. Selanjutnya didihkan selam 15 menit. Rendam jahe dalam

air kurang lebih semalaman. Jahe ini disebut juga jahe kasar.

c. Dikuliti seluruhnya

Jahe dikupas seluruhnya hingga daging rimpang jahe yang berwarna

putih kekuningan terlihat. Pengupasan dilakukan secara hati-hati agar

lapisan dibawah kulit tidak banyak yang terkupas dan terbuang. Agar jahe

kering ini putih bersih, irisan jahe direndam air kapur yang jernih dengan

kadar CaO 1% selama semalam. Proses pembuatan jahe kering ini, sesaat

setelah dikuliti beratnya kira-kira 80% bahan asalnya, bahan keringnya

antara 50-60% bahan asalnya. Kadar yang baik untuk jahe kering ini

antara 7-12%.

3. Jahe Awet atau Jahe Olahan

Halaman | 5

Page 7: Tugas Terstruktur Tpts Kelompok

Ditinjau dari bentuk olahannya, jahe awet biasanya berujud asinan jahe,

jahe dalam sirup, dan kristal jahe. Pasar terbesar jahe awet adalah Jepang

dan Timur Tengah.

a. Asinan jahe

Proses pembuatan asinan jahe diawali dengan pemotongan jahe

sesuai bagian-bagiannya, dikupas, dan dibentuk menurut kelas mutu.

Kemudian potongan ini dicampur garam dengan perbandingan 18 kg

garam untuk 60 kg jahe. Adonan campuran dimasukan ke dalam

wadah, kemudian ditutup rapat. Adonan didiamkan selama 24 jam

hingga terbentuk cairan garam. Cairan yang terbentuk dibuang dan

ditambahkan garam dan cuka lagi dengan perbandingan sama, yaitu 18

kg. Adonan ini didiamkan selama 7 hari dalam wadah yang tertutup

rapat. Di pasar dunia, produk asinan jahe dikelompokkan dalam kelas-

kelas mutu sebagai berikut :

Kelas satu : Young Stem Ginger, merupakan jahe awet kuaitas

terbaik daro jahe dibentuk oval sebesar telur ayam

Kelas dua : Choise Selected Stem Ginger, terdiri atas potongan-

potongan rimpang, tetapi lebih kecil dari kelas satu

Kelas tiga : Fingers, terdiri atas potongan yang lebih kecik dari

kelas dua

Kelas empat : Cargo Ginger, terbuat dari rimpang utama dan

terdiri atas tiga kelas subkelas : bold, medium, dan small-

medium,

Kelas lima : terbuat dari sisa rimpang yang sudah dipilih untuk

kelas yang lebih tinggi. Biasanya diberi nama Skins, Shavings,

Tops, dan Tails.

b. Jahe Dalam Sirup

Secara domestik, jahe asin diawekan dalam sirup. Cara

pengolahannya adalah jahe asin dipindahkan dari larutan garam asam

dan dicuci bersih. Jahe asin direndam di dalam air selama 2 hari

Halaman | 6

Page 8: Tugas Terstruktur Tpts Kelompok

hingga airnya berubah. Tujuan perendaman untuk melarutkan garam

dam asam yang diserap oleh jahe. Perlakuan selanjutnya, jahe

dididihkan dalam air selama 10 menit. Setelah itu, potongan jahe

ditusuk-tusuk dengan garpu untuk memudahkan peresapan larutan gula

pada jahe. Setiap 60 kg jahe diberi 48 kg gula, lalu ditambah air

secukupnya hingga jahe terendam dalam air. Didihkan campuran itu

selama kurang lebih 45 menit (pendidihan pertama). Setelah

pendidihan pertama selesai, jahe dibiarkan terendam dalam larutan

sirup selama 2 hari atau lebih. Setelah ini, baru jahe dididihkan kedua

kalinya dengan menggunakan larutan sirup pertama selama 45 menit.

Setelah dingin, jadilah jahe awet dalam sirup yang siap untuk

dipasarkan.

c. Jahe Kristal

Jahe kristal merupakan perlakuan lanjutan dari jahe dalam sirup.

Setelah perlakuan jahe dalam sirup, jahe langsung ditiriskan kemudian

direndam dalam larutan gula pekat agar jahe terlapisi oleh gula.

Sesudah itu, jahe dilapisi dengan gula sukrosa dan dikeringkan dalam

dehydrator pada suhu 50oC selama 1-2 jam. Jahe ini biasanya dikemas

dalam tong, tetapi ada juga yang dikemas dalam peti yang berisi 24

guci atau 96 kaleng dengan isi 0,5 lb atau 227 gr jahe.

4. Minyak asiri

Minyak asiri merupakan minyak jahe yang berwarna kuning coklat

hingga kemerah-merahan. Berat jenisnya lebih kecil daripada air. Tiap

rimpang jahe mengandung 1-3% minyak asiri yang dapat diperoleh

dengan proses penyulingan. Proses penyulingan dapat dilakukan dengan

tiga cara yaitu penyulingan dengan air, penyulingan dengan air dan uap,

serta penyulingn dengan uap.

Proses penyulingan untuk jahe sebaiknya menggunakan jahe yang

tanpa dikuliti karena kandungan minyak atsisri banyak terdapat pada

jaringan dibawah kulit jahe. Jahe hanya dipotong-potong saja dalam

bentuk slice atau split. Agar mendapatkan minyak asiri yang baik, maka

Halaman | 7

Page 9: Tugas Terstruktur Tpts Kelompok

jahe harus dibersihkan dari akar dan tanah (Djafar, 2010). Selanjutnya

digiling kasar atau digeprak dan dimasukkan dalam tangki atau ketel

penyulingan. Ketel diisi jangan terlalu penuh untuk memudahkan

terjadinya penguapan. Ketel kemudian ditutup rapat dan dijaga jangan

sampai bocor. Penyulingan yang terbaik adalah dengan menggunakan

penyulingan uap panas. Uap panas dialirkan ke dalam ketel yang berisi

gilingan umbi jahe. Uap terbentuk melalui ketel uap yang dididihkan.

Tekanan uap yang digunakan sebaiknya 8 atmosfer. Pengontrolan tekanan

dilihat dengan menggunakan manometer ketel uap, yang umumnya sudah

terdapat pada alat. Sebelum tekanan uap mencapai 8 atmosfir, kran

pengeluaran uap tetap tertutup. Lama proses penyulingan antara 16-36

jam, tergantung pada kapasitas tangki penyulingan.

Minyak jahe antara serat gilingan akan menguap karena terjadi aliran

uap panas dalam ketel penyuling, kemudian masuk pipa pendingin.

Pendinginan terjadi karena ada aliran air dingin di luar pipa yang terus

mengalir, uap tersebut mengembun dan menetes masuk ke dalam silinder

penampung yang juga sebagai pemisah minyak dan air. Minyak asiri akan

mengapung di atas air. Setelah uap yang mengembun tertampung banyak,

minyak yang terpisah akan mencapai lubang pengeluaran dan mengalir

keluar dari silinder penampung. Air yang terpisah dari minyak akan keluar

dari lubang yang letaknya lebih rendah dari lubang pengeluaran minyak.

Kadar minyak yang baik untuk mendapatkan minyak asiri dengan

rendemen yang tinggi sebesar 2.6-3 % adalah 10-12%. Kualitas minyak

jjahe haruslah berwarna kuning kecoklat-coklatan, berat jenisnya 0.876-

0.892 pada suhu 25ºC.

5. Oleoresin

Kegiatan ekspor jahe sering kali mengalami masalah. Jahe dapat

mengalami penurunan kualitas saat diolah, penyimpanan, bahkan

pengemasan sebelum dan sewaktu ekspor (Fakhrudin, 2008). Biasanya hal

Halaman | 8

Page 10: Tugas Terstruktur Tpts Kelompok

ini terjadi karena penangan yang tidak baik. Sehingga kadar minyak jahe

turun, jahe menjadi keriput karena disimpan di suhu tinggi, atau

berkecambah dan berjamur akibat kelembaban yang terlalu tinggi.

Terlepas dari masalah tersebut, biaya pengiriman jahe, misalnya jahe segar

cukup mahal karena harus menggunakan kemasan yang besar, dan juga

tempat yang besar.

Oleoresin merupakan minyak berwarna coklat tua dan mengandung

kadar minyak asiri 15-35% yang diekstraksi dari bubuk jahe dengan aroma

dan cita rasa yang sama (Amir, 2013). Setiap 1 kg oleoresin sebanding

dengan 28 kg bubuk jahe. Melihat keuntungan ini, banyak pengusaha yang

lebih memilih usaha pengolahan oleoresin disbanding bubuk jahe dan jahe

kering.

Proses pengolahan oleoresin

Jahe kering yang akan digunakan lebih baik jika tidak dikuliti, namun

jahe kering yang dikuliti sebagian atau seluruhnya dapat pula digunakan.

Jahe kering dibuat bubuk dengan cara menggiling jahe hingga 40-60 mesh.

Pengolahan oleoresin, akan meningkatkan daya guna dan nilai ekspor jahe.

Hasil oleoresin dapat dipengarui oleh proses ekstraksi, peranan pelarut,

lamanya ekstraksi, dan kehalusan partikel. Pelarut yang biasa digunakan

untuk mengekstraksi jahe adalah etanol, aseton, etilene dikhlorida,

isopropanol, petroleum eter, dan heksana (Septiana, 2002).

Ekstraksi dilakukan secara batch berlawanan arah, dimana bubuk jahe

dimasukkan daam tangki ekstraksi dan pelarutnya dialirkan dari bawah.

Bubuk jahe yang mudah padat menyebabkan aliran pelarut menjadi

lambat, untuk mempercepat ekstraksi maka ukuran bubuk, bulk density,

tinggi kolom, dan luasnya harus diperhitungkan. Jika ekstrak telah

mengandung 10%bahan terlarut, diambil dan pelarutnya diuapkan dengan

penyulingan fraksi pada tekanan rendah. Hasil penyulingan ini adalah

oleoresin kasar (concrete) (Anam, 2010).

Halaman | 9

Page 11: Tugas Terstruktur Tpts Kelompok

III. PENUTUP

Jahe (Zingiber officinalis), merupakan tanaman rimpang yang populer

sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari,

menggembung di ruas-ruas tengah. Jahe memiliki rasa dominan pedas dan bau

yang khas. Permintaan terhadap komoditas jahe di Indonesia masih lebih banyak

dibandingkan hasil produksi jahe, maka harga jualnya sangat bagus. Sehingga

dapat dikatakan bahwa budidaya jahe di Indonesia sangat potensial. Jumlah

produksi jahe di Indonesia, fluktuative. Berdasarkan data BPS, pada tahun 2014

jumlah produksi jahe Indonesia sebanyak 274 566 184 kg.

Jahe yang telah dipanen dapat dikatakan siap jual jika telah melalui

penanganan atau pengolahan khusus. Jahe yang telah diolah dan beredar dipasaran

biasanya dalam bentuk jahe segar, jahe kering, jahe asin, jahe dalam sirup, jahe

kristal, minyak asiri (minyak jahe) dan oleoresin.

Halaman | 10

Page 12: Tugas Terstruktur Tpts Kelompok

DAFTAR PUSTAKA

Amir, A.N., dan Puspita. 2013. Pengambilan Oleoresin dari Limbah Ampas Jahe Industri Jamu (PT. Sido Muncul) dengan Metode Ekstraksi. Jurnal Teknologi Kimia dan Industri. Vol. 2, no. 3 : 88-95.

Anam, Choirul. 2010. Ekstraksi Oleoresin jahe (Zingiber officinale) Kajian dari Ukuran, Bahan, Pelarut, Waktu dan Suhu. Jurnal Pertanian MAPETA. Vol. XII, No. 2 : 72-144.

Astriani, D., Wafit Dinarto, dan Warmanti Mildaryani. 2013. Penerapan

Agroteknologi Tanaman Jahe dan Pengolahan Rimpangnya Sebagai Upaya Peningkatan Kesejahteraan Petani di Dusun Sorogaten dan Kaliberot. Jurnal AgriSains. Vol. 4, No. 7 : 56-64.

BPS. 2016. [online] http://bps.go.id/ . diakses tanggal 24 Mei 2016, Pukul 14:08 WIB.

Bustan, M. Djoni, Ria Febriyani dan Halomoan Pakpahan. 2008. Pengaruh Waktu Ekstraksi dan Ukuran Partikel Terhadap Berat Oleoresin Jahe yang Diperoleh dalam Berbagai Jumlah Pelarut Organik (Methanol). Jurnal Teknik Kimia. Vol. 15, No. 4.

Djafar, F., M. Dani Supardan, dan Asri Gani. 2010. Pengaruh Ukuran Partikel, Sf Rasio dan Waktu Proses Terhadap Rendemen pada Hidrodistilasi Minyak Jahe. Jurnal Hasil Penelitian Industri. Vol. 23, No. 2 : 47-54.

Fakhrudin, M. Irfan. 2008. “Kajian Karakteristik Oleoresin Jahe Berdasarkan Ukuran dan Lama Perendaman Serbuk Jahe dalam Etanol”. Skripsi, fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret.

Januwati, M., N. Heryana dan H.T. Luntungan. 2000. Pertumbuhan dan Produksi Jahe Gajah (Zingiber officinale Rosc) sebagai Tanaman Sela di antara Tegakan Pohon Kelapa (Cocos mucifera L.). Habitat. Vol. 2, No. 3 : 65-70.

Paimin, B.F, dan Murhananto. 1991. Budidaya, Pengolahan, Perdagangan Jahe. Penebar Swadaya : Jakarta.

Pamuji, S., dan Busri Saleh. 2010. Pengaruh Intensitas Naungan Buatan dan Dosis Pupuk K Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Jahe Gajah. Akta Agrosia. Vol. 13, No. 1 : hlm 62-69.

Halaman | 11

Page 13: Tugas Terstruktur Tpts Kelompok

Ruhnayat. 1995. Peranan Unsur Kalium dalam Meningkatkan Pertumbuhan, Hasil dan Daya Tahan Tanaman Rempah dan Obat. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Vol. 1, No. 14 : 25-29.

Septiana, A.T., Deddy Muchdi, dan Fransiska R. Zakaria. 2002. Aktivitas Antioksidan Ekstrak Dikhlorometana dan Air Jahe (Zingiber officinale Roscoe) pada Asam Linoleat. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Vol. XIII, No. 2.

Wiyanto, G., Amar Ma’ruf, Erlina Savitri Puspaningrum. 2014. Penen Rupiah dari Ladang Jahe. Bhafana publishing : Yogyakarta.

Halaman | 12