Tugas Teknologi Pengolahan Limbah

19
PENGOLAHAN LIMBAH OLI INDUSTRI KELAPA SAWIT PT.MUSIM MAS PT MUSIM MAS ( INDUSTRI KELAPA SAWIT) Musim Mas, yang memiliki asal bisnisnya di Nam Pabrik Sabun Cheong, didirikan pada tahun 1972 oleh pendiri terlambat, Pak Anwar Karim.Selama tiga dekade terakhir, visi dan komitmen terhadap kualitas membuat Grup pemain dominan di bidang itu beroperasi masuk Hari ini, Musim Mas telah berkembang pesat menjadi sebuah corporation palm besar sepenuhnya terpadu minyak. Tumbuh dari kekuatan ke kekuatan, Musim Mas adalah salah satu dari kelompok Indonesia yang paling dinamis, dengan portofolio diversifikasi produk dan aset. Kegiatannya dipusatkan pada bisnis intinya budidaya sawit dan pengolahan kelapa sawit. Ini adalah pemimpin pasar dalam pembuatan kelapa sawit, sabun, margarin dan memiliki kapal, tanker, terminal gandum dan terminal tangki massal. Prestasi tengara Group termasuk memiliki salah satu kilang minyak kelapa sawit terbesar di dunia. Indonesia adalah pasar asli Grup Musim Mas dan peringkat di antara produsen terbesar di Indonesia penyulingan minyak nabati dan industri manufaktur sabun. Hal ini bangga operasinya sinergis dan sangat terintegrasi yang telah menetapkan patokan baru dalam industri.Sebagai cerminan dari keberhasilannya, Musim Mas telah diberikan

Transcript of Tugas Teknologi Pengolahan Limbah

Page 1: Tugas Teknologi Pengolahan Limbah

PENGOLAHAN LIMBAH OLI INDUSTRI KELAPA SAWIT

PT.MUSIM MAS

PT MUSIM MAS ( INDUSTRI KELAPA SAWIT)

Musim Mas, yang memiliki asal bisnisnya di Nam Pabrik Sabun Cheong, didirikan pada

tahun 1972 oleh pendiri terlambat, Pak Anwar Karim.Selama tiga dekade terakhir, visi dan

komitmen terhadap kualitas membuat Grup pemain dominan di bidang itu beroperasi masuk Hari

ini, Musim Mas telah berkembang pesat menjadi sebuah corporation palm besar sepenuhnya

terpadu minyak.

Tumbuh dari kekuatan ke kekuatan, Musim Mas adalah salah satu dari kelompok

Indonesia yang paling dinamis, dengan portofolio diversifikasi produk dan aset. Kegiatannya

dipusatkan pada bisnis intinya budidaya sawit dan pengolahan kelapa sawit. Ini adalah pemimpin

pasar dalam pembuatan kelapa sawit, sabun, margarin dan memiliki kapal, tanker, terminal

gandum dan terminal tangki massal.

Prestasi tengara Group termasuk memiliki salah satu kilang minyak kelapa sawit terbesar

di dunia. Indonesia adalah pasar asli Grup Musim Mas dan peringkat di antara produsen terbesar

di Indonesia penyulingan minyak nabati dan industri manufaktur sabun. Hal ini bangga

operasinya sinergis dan sangat terintegrasi yang telah menetapkan patokan baru dalam

industri.Sebagai cerminan dari keberhasilannya, Musim Mas telah diberikan Penghargaan

Eksportir Terbaik di Indonesia oleh Pemerintah delapan dari sepuluh kali penghargaan ini telah

diberikan.

LIMBAH PT MUSIM MAS

limbah dari pabrik kelapa sawit terdiri atas tiga macam yaitu limbah cair, padat dan gas.

Limbah cair pabrik kelapa sawit berasal dari unit proses pengukusan (sterilisasi), proses

klarifikasi dan buangan dari hidrosiklon. Pada umumnya, limbah cair industri kelapa sawit

mengandung bahan organik yang tinggi sehingga potensial mencemari air tanah dan badan air.

Sedangkan limbah padat pabrik kelapa sawit dikelompokan menjadi dua yaitu limbah yang

Page 2: Tugas Teknologi Pengolahan Limbah

berasal dari proses pengolahan dan yang berasal dari basis pengolahan limbah cair. Limbah padat

yang berasal dari proses pengolahan berupa Tandan Kosong Kelapa Sawit (TKKS), cangkang

atau tempurung, serabut atau serat, sludge atau lumpur, dan bungkil. TKKS dan lumpur yang

tidak tertangani menyebabkan bau busuk, tempat bersarangnya serangga lalat dan potensial

menghasilkan air lindi (leachate). Limbah padat yang berasal dari pengolahan limbah cair berupa

lumpur aktif yang terbawa oleh hasil pengolahan air limbah.

1. LIMBAH CAIR

limbah yang menjadi permasalahan adalah limbah cair karena jumlahnya cukup

banyak. Apabila kandungan bahan organik dalam air limbah kelapa sawit sangat tinggi

dengan angka perbandingan BOD dan COD cukup besar menunjukan bahwa air limbah

kelapa sawit tidak megandung komponen-komponen organik yang sukar didegradasi

(Chin, et al 1985) Oleh sebab itu bila air limbah minyak kelapa sawit tidak langsung

diolah akan mengakibat terjadinya proses pembusukan di badan air penerima. Proses

pembusukan mengakibatkan berkurangnya kadar oksigen terlaut dalam air, sehingga akan

mengangu kehidupan biodata air (Arjuna, 1990)

Limbah cair industri minyak kelapa sawit mengandung bahan organik yang sangat

tinggi yaitu BOD 25.500 mg/l, dan COD 48.000 mg/l, sehingga kadar bahan pencemaran

akan semakin tinggi.

Salah satu bentuk teknik pengendalian dan pengeporasian limbah pabrik kelapa

sawit ialah dengan melakukan bio degradasi terhadap komponen organik menjadi

senyawa organik sederhana dalam kondisi anaerob sehingga baku mutu limbah cair dapat

disesuaikan dengan daya dukung lingkungan. Dengan demikian aspek pengendalian

pengolahan secara optimal dapat :

1. Mengurangi dampak negatip atau tingkat pencemaran yang ditimbulkan dapat

dikendalikan.

2. tercapainya standar/baku mutu limbah cair pabrik kelapa sawit yang dapat disesuaikan

dengan daya dukung lingkungan, terutama terhadap media air.

Page 3: Tugas Teknologi Pengolahan Limbah

Selanjutnya limbah cair ini sebelum dibuang ke badan sungai harus mendapat perlakuan

terlebih dahulu. Limbah cair ini akan masukkan ke IPAL sebelum dibuang ke badan

sungai.

2. LIMBAH PADAT

Limbah padat yang perlu perlakuan khusus yaitu limbah padat yang berasal dari

slug IPAL. Limbah ini harus melewati uji TCLP, uji TCLP dilakukan oleh Laboratorium

Puspitek Serpong. Hasil dari uji TCLP yaitu limbah padat dari slug IPAL dibawah baku

mutu. Karena uji TCLP tidak terlampaui maka penghasil limbah masih tetap diharuskan

melakukan uji toksisitas akut maupun kronis.

Sesuai dengan pasal 7 ayat 3 dan pasal 8 ayat 3 Peraturan Pemerintah No 85 Tahun 1999

Tentang pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun yang menyebutkan bahwa :

Pasal 7 ayat 3

Daftar limbah dengan kode limbah D220, D221, D222, dan D223 dapat dinyatakan

limbah B3 setelah dilakukan uji karakteristik dan atau uji toksikologi.

Pasal 8 ayat 3

Pembuktian secara ilmiah dilakukan berdasarkan:

a. Uji karakteristik limbah B3;

b. Uji toksikologi; dan atau

Hasil studi yang menyimpulkan bahwa limbah yang dihasilkan tidak menimbulkan

pencemaran dan gangguan kesehatan terhadap manusia dan makhluk hidup lainnya.

3. LIMBAH OLI BEKAS

Oli bekas yang merupakan salah satu limbah bahan berbahaya dan beracun (B3)

banyak dihasilkan dari bengkel mobil atau motor. Oli banyak digunakan sebagai pelumas

mesin mobil dan kebanyakan penghasilnya banyak yang masih sembarangan menampung

oli bekas. Oleh karena itu, karena disinyalir mengandung limbah B3,maka dikeluarkan

Page 4: Tugas Teknologi Pengolahan Limbah

surat BLH No. 458.41/PPL-B3/2009 tentang imbauan pengelolaan oli bekas agar semua

pemilik atau pengusaha bengkel kendaraan bermotor bisa mengelola limbah dengan baik.

Penyimpanan Oli Bekas

Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan jika limbah B3 tersebut belum dapat diolah

dengan segera. Kegiatan penyimpanan limbah B3 dimaksudkan untuk mencegah

terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan

lingkungan dapat dihindarkan. Untuk meningkatkan pengamanannya, maka sebelum

dilakukan penyimpanan limbah B3 harus terlebih dahulu dikemas. Mengingat keragaman

karakteristik limbah B3, maka dalam pengemasannya perlu pula diatur tata cara yang

tepat sehingga limbah dapat disimpan dengan aman.

Menurut Keputusan Kepala Bapedal No. 255 Tahun 1996 tentang Tata Cara dan

Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas pasal 1(1), oli

bekas atau minyak pelumas bekas (selanjutnya disebut minyak pelumas bekas) adalah

sisa pada suatu kegiatan dan/atau proses produksi. Berdasarkan kriteria limbah yang

dikeluarkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup, minyak pelumas bekas termasuk

kategori limbah B3. Meski minyak pelumas bekas masih bisa dimanfaatkan, bila tidak

dikelola dengan baik, ia bisa membahayakan lingkungan.

Menurut Keputusan Kepala Bapedal No. 1 Tahun 1995 tentang Tata Cara dan

Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan

Beracun, ukuran tempat penyimpanan minyak pelumas bekas berukuran 2m x 2m.

Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP, atau PVC) atau bahan logam

(teflon, baja karbon, SS304, SS316 atau SS440) dengan syarat bahan kemasan yang

dipergunakan tersebut tidak bereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya. Kemasan

(drum, tong, atau bak kontainer)yang digunakan harus:

a) Dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat, atau rusak;

b) Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang akan disimpan;

c) Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya;

Page 5: Tugas Teknologi Pengolahan Limbah

d) Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinya tumpahan saat dilakukan

pemindahan atau pengangkutan.

Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan sesuai dengan

ketentuan yang berlaku dan disimpan dengan memenuhi ketentuan tentang tata cara dan

persyaratan bagi penyimpanan limbah B3. Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya

selama penyimpanan, maka jumlah pengisian limbah dalam kemasan harus

mempertimbangkan kemungkinan terjadinya pengembangan volume limbah,

pembentukan gas, atau terjadinya kenaikan tekanan. Terhadap drum/tong atau bak

kontainer yang telah berisi limbah B3 dan disimpan di tempat penyimpanan harus

dilakukan pemeriksaan kondisi kemasan sekurang-kurangnya satu minggu satu kali.

Pemeriksaan tersebut meliputi:

a) apabila diketahui ada kemasan yang mengalami kerusakan (karat atau bocor), maka

isi limbah B3 tersebut harus segera dipindahkan ke dalam drum/tong yang baru,

sesuai dengan ketentuan,

b) apabila terdapat ceceran atau bocoran limbah, maka tumpahan limbah tersebut harus

segera diangkat dan dibersihkan, kemudian disimpan dalam kemasan limbah B3

terpisah.

Page 6: Tugas Teknologi Pengolahan Limbah

Untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan, tangki wajib dilengkapi

dengan penampungan sekunder. Penampungan sekunder dapat berupa satu atau lebih

dari ketentuan berikut : pelapisan (di bagian luar tangki); tanggul (vault;berm) dan

atau tangki berdinding ganda, dengan ketentuan bahwa penampungan sekunder

tersebut harus:

a) dibuat atau dilapisi dengan bahan yang saling cocok dengan limbah B3 yang

disimpan serta memiliki ketebalan dan kekuatan memadai untuk mencegah kerusakan

akibat pengaruh tekanan;

b) ditempatkan pada pondasi atau dasar yang dapat mendukung ketahanan tangki

terhadap tekanan dari atas dan bawah dan mampu mencegah kerusakan yang

diakibatkan karena pengisian, tekanan, atau uplift;

c) dilengkapi dengan sistem deteksi kebocoran yang dirancang dan dioperasikan 24 jam

sehingga mampu mendeteksi kerusakan pada struktur tangki primer dan sekunder,

atau lepasnya limbah B3 dari sistem penampungan sekunder;

d) penampungan sekunder dirancang untuk dapat menampung dan mengangkat cairan-

cairan yang berasal dari kebocoran,ceceran, atau presipitasi.

Limbah yang disimpan tidak melebihi waktu 90 hari dan wajib diupayakan langsung

diangkut/dibawa oleh perusahaan pengumpul dan atau ke fasilitas pengolahan,

diupayakan 3R, dimanfaatkan oleh pihak lain yang telah mempunyai izin pemanfaatan

dari KLH-RI.

Berdasarkan Keputusan Kepala Bapedal No. 255 Tahun 1996 tentang Tata Cara dan

Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas, tatacara

penyimpanan minyak pelumas bekas harus memperhatikan :

a) karakteristik pelumas bekas yang disimpan;

b) kemasan harus sesuai dengan karakteristik pelumas bekas dapat berupa drum atau

tangki;

c) pola penyimpanan dibuat dengan sistem blok, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan

menyeluruh terhadap setiap kemasan jika terjadi kerusakan dan apabila terjadi

kecelakaan dapat segera ditangani;

Page 7: Tugas Teknologi Pengolahan Limbah

d) lebar gang antar blok harus diatur sedemikian rupa, sehingga dapat digunakan untuk

lalu lintas manusia, dan kendaraan pengangkut (forklift);

e) penumpukan kemasan harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan kemasan. Jika

berupa drum (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis

dialasi dengan palet dan bila tumpukan lebih dan 3 (tiga) lapis atau kemasan terbuat

dan plastik, maka harus dipergunakan rak;

f) lokasi peyimpanan harus dilengkapi dengan tanggul di sekelilingnya dan dilengkapi

dengan saluran pembuangan meriuju bak penampungan yang kedap air. Bak

penampungan dibuat mampu menampung 110 % dari kapasitas volume drum atau

tangki yang ada di dalam ruang penyimpanan, serta tangki harus diatur sedemikian

sehingga bila terguling tidak akan menimpa tangki lain;

g) mempunyai tempat bongkar muat kemasan yang memadai dengan lantai yang kedap

air.

Adapun persyaratan untuk bangunan pengumpulan antara lain:

a) lantai harus dibuat kedap terhadap minyak pelumas bekas, tidak bergelombang, kuat,

dan tidak retak;

b) konstruksi lantai dibuat melandai turun ke arah bak penampungan dengan kemiringan

maksimum 1 %;

c) bangunan harus dibuat khusus untuk fasilitas pengumpulan minyak pelumas bekas;

d) rancang bangun untuk penyimpanan/pengumpulan dibuat beratap yang dapat

mencegah terjadinya tampias air hujan ke dalam tempat penyimpanan atau

pengumpulan;

e) bangunan dapat diberi dinding atau tanpa dinding, dan apabila bangunan diberi

dinding bahan bangunan dinding dibuat dari bahan yang mudah didobrak.

Pengangkutan Oli Bekas

Sistem pengangkutan yang akan dijelaskan adalah sistem yang mengacu pada sistem

pengangkutan yang diterapkan di Amerika Serikat. Sebagai pengangkut dari oli bekas,

yang harus dilakukan pertama-tama adalah mendaftarkan diri kepada Kementrian

Lingkungan Hidup (Department of Environmental Protection) untuk mendapatkan nomor

Page 8: Tugas Teknologi Pengolahan Limbah

identifikasi EPA (Environmental Protection Agency). Setelah itu, calon pengangkut harus

menentukan apakah oli bekas yang akan diangkut mengandung 100 ppm total halogen

atau tidak (hasil penelitian oli bekas ini harus berlaku selama 3 tahun). Uji protokol yang

dapat dilakukan adalah metode uji SW-846 9075, 9076, dan 9077.

Tujuan pengangkutan oli bekas juga hanya bisa kepada pengangkut oli bekas yang lain,

prosesor oli bekas, dan perusahaan pembakaran oli bekas.

Setelah itu, semua dokumen pengangkutan dan pengiriman harus valid selama kurang

lebih 3 tahun. Informasi yang ada mencakup:

- Nama dan alamat dari penerima oli bekas

- Nomor identifikasi U.S EPA

- Tanggal pengiriman

- Tanda tangan dari penerima atau penyedia oli bekas

Apabila selama pengangkutan terjadi kebocoran oli bekas, maka hal-hal yang harus

dilakukan untuk mengatasinya adalah dengan segera melakukan pencegahan terhadap

kesehatan manusia dan lingkungan, misalnya dengan cara mengumpulkan kebocorannya

atau dengan mengontak pihak berwajib.

Untuk perusahaan pengangkutan yang menyimpan oli bekasnya dalam jangka waktu

tertentu, diperlukan pengaturan-pengaturan khusus untuk mencegah pengaruh kimiawi oli

bekas terhadap kesehatan dan lingkungan, yaitu:

- Oli bekas hanya boleh disimpan di dalam tangki atau kontainer yang berada dalam

kondisi bagus dan tidak bocor

- Area penyimpanan kontainer oli bekas harus dilengkapai dengan sistem penyimpanan

sekunder sedemikian rupa guna mencegah oli bekas terserap ke dalam tanah, air tanah

maupun air permukaan

- Tangki penyimpanan yang berada di atas permukaan tanah harus dilengkapi dengan

sistem penyimpanan sekunder sedemikian rupa guna mencegah oli bekas terserap ke

dalam tanah, air tanah, maupun air permukaan (apabila tangki penyimpanan dipasang

setelah tanggal 20 Oktober 1998 maka lantainya harus menutupi tanah yang berada di

Page 9: Tugas Teknologi Pengolahan Limbah

bawah tangki. Apabila pemasangan dilakukan sebelum tanggal 20 Oktober 1998,

maka lantainya hanya harus diperbesar sampai titik di mana tangkinya bertemu

dengan tanah).

- Semua tangki oli bekas harus diberi label, termasuk pipa input oli bekas, dan

kontainer harus diberi label juga.

Apabila terjadi tumpahan ke lingkungan, maka yang harus dilakukan adalah:

- Menghentikan tumpahan

- Mengumpulkan oli bekas yang tumpah di dalam suatu wadah

- Membersihkan dan mengatasi oli bekas yang tumpah

- Membenarkan atau mengganti kontainer atau tangki yang rusak sehingga dapat

digunakan kembali

Apabila oli bekas disimpan dalam waktu lebih dari 35 hari, maka perusahan pengangkut

akan dikenai tuntutan sebagai prosesor oli bekas. Tuntutan-tuntutan ini lebih mengikat

daripada standar fasilitas pengangkutan. Perusahaan pengangkut harus mengikuti

serangkaian rencana pencegahan, termasuk rencana pengembangan dan rencana

perawatan serta distribusi rencana sampingan untuk fasilitas perusahaan pengangkut.

Selain itu, perusahaan pengangkut juga akan dikenai tuntutan untuk menutup area

penyimpanan oli bekasnya.

Berikut adalah contoh sistem pengangkutan dan pengiriman yang dilakukan oleh salah

satu perusahan pengangkutan limbah B3 :

Page 10: Tugas Teknologi Pengolahan Limbah

Gambar 1. Sistem Pengangkutan Oli Bekas

1) Melakukan pemeriksaan fisik dan pengambilan sample limbah yang dihasilkan oleh

industri untuk di uji kesesuaian (laboratorium)

2) Memberikan penawaran harga sesuai klasifikasi dan karakteristik limbah dan biaya

pengangkutan dan pembersihan.

3) Mempersiapkan jadwal pengangkutan setelah menerima order dari perusahaan.

4) Melakukan penempatan yang sesuai jenis limbah yang diterima dari penghasil

limbah.

5) Membuat perjanjian kerjasama antara kedua belah pihak secara tertulis.

6) Didalam perjanjian kerjasama khususnya pengangkutan limbah yang berasal dari

perairan laut / kapal, perusahaan pengangkut akan memberikan tanggung jawab

sepenuhnya terhadap resiko apapun setelah limbah diterima dari kapal laut sampai

dengan tujuan perusahaan pengangkut.

Pembuangan dan Penimbunan Oli Bekas

Pembuangan oli bekas secara sembarangan akan merusak lingkungan, khususnya akan

mencemari tanah. Jika kita bicara material oli pelumas bekas, maka itu tidak hanya

berurusan dengan olinya sendiri, melainkan juga wadah dan saringan oli. Ketiganya, bila

dibuang sembarangan akan menimbulkan masalah lingkungan. Oli bekas mengandung

sejumlah zat yang bisa mengotori udara, tanah dan air. Oli bekas itu mungkin saja

mengandung logam, larutan klorin, dan zat-zat pencemar lainnya. Satu liter oli bekas bisa

merusak jutaan liter air segar dari sumber air dalam tanah.

Demikian pula dengan wadah plastik yang biasa digunakan untuk wadah oli. Plastik yang

tak dapat terurai secara biologis itu jelas akan mencemari tanah dan memakan ruang di

tempat sampah. Sedangkan saringan oli selain masih mengandung residu oli, juga terbuat

dari bahan metal yang tidak mudah terurai secara biologis. Karena itulah limbah dari

ketiga komponen itu mesti dikelola dengan baik. Bukanlah hal yang sulit untuk

mendaurulang ketiga komponen itu, sehingga menjadi produk yang bermanfaat dan tidak

lagi menjadi ancaman lingkungan.

Page 11: Tugas Teknologi Pengolahan Limbah

Oleh sebab itu, oli bekas serta wadahnya sebaiknya diolah terlebih dahulu sebelum

dibuang ke lingkungan agar tidak berbahaya dan mencemari lingkungan.

Berdasarkan PP no.18 1999 tentang Pengelolaan limbah B3, maka dalam melakukan

penimbunan sebaiknya :

1. Penimbunan limbah B3 wajib menggunakan sistem pelapis yang dilengkapi dengan

saluran untuk pengaturan aliran air permukaan, pengumpulan air lindi dan

pengolahannya, sumur pantau dan lapisan penutup akhir yang telah disetujui oleh

instansi yang bertanggung jawab.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan penimbunan limbah B3

ditetapkan oleh Kepala instansi yang bertanggung jawab.

Lokasi penimbunan limbah B3 wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut:

a. Bebas dari banjir;

b. Permeabilitas tanah maksimum 10 pangkat negatif 7 centimeter per detik;

c. Merupakan lokasi yang ditetapkan sebagai lokasi penimbunan limbah B3

berdasarkan rencana tata ruang;

d. Merupakan daerah yang secara geologis dinyatakan aman, stabil tidak rawan

bencana dan di luar kawasan lindung;

e. Tidak merupakan daerah resapan air tanah, khususnya yang digunakan untuk air

minum.

Terhadap lokasi penimbunan limbah B3 yang telah dihentikan kegiatannya wajib

memenuhi hal-hal sebagai berikut:

a. Menutup bagian paling atas tempat penimbunan dengan tanah setebal minimum 0,60

meter;

b. Melakukan pemagaran dan memberi tanda tempat penimbunan limbah B3;

c. Melakukan pemantauan kualitas air tanah dan menanggulangi dampak negatif yang

mungkin timbul akibat keluarnya limbah B3 ke lingkungan, selama minimum 30

tahun terhitung sejak ditutupnya seluruh fasilitas penimbunan limbah B3;

d. Peruntukan lokasi penimbun yang telah dihentikan kegiatannya tidak dapat dijadikan

pemukiman atau fasilitas umum lainnya.

Page 12: Tugas Teknologi Pengolahan Limbah

CRADLE TO GRAVE PT MUSIM MAS ( INDUSTRI KELAPA SAWIT)

Page 13: Tugas Teknologi Pengolahan Limbah

PROPER PERUSAHAAN PT MUSIM MAS (INDUSTRI KELAPA SAWIT)

PT Musim Mas periode 2009-2010 mendapatkan proper merah, dikarenakan upaya

pengelolaan lingkungan yang dilakukan belum sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur

dalam peraturan perundang-undangan dan dalam tahapan melaksanakan sanksi administrasi.

Ketidak sesuain pengelolan lingkungan PT Musim Mas yaitu belum adanya TPS (Tempat

Pembuangan Sementara) limbah B3, dan pada IPAL belum ada flow meter.

Tahun 2012 PT Musim Mas sudah mendapat proper biru dikarenakan PT Musim Mas

telah melakukan upaya pengelolaan lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan

dan/atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.