tugas referat radiologi

41
REFERAT PEMERIKSAAN RADIOLOGI COLON IN LOOP BAB I PENDAHULUAN Perkembangan ilmu di bidang kesehatan pada masa sekarang ini semakin meningkat. Pada cabang ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang sangat pesat diantaranya adalah dibidang radiodiagnostik yang perkembangannya diawali dengan ditemukannya sinar-X oleh seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman yang bernama Prof. Dr. Wilhelm Conrad Rontgen pada tanggal 8 November 1895. Pemeriksaan secara radiologi mampu memberikan informasi secara radiografi yang optimal baik keadaan anatomis maupun fisiologis dari suatu organ di dalam tubuh yang tidak dapat di raba dan di lihat oleh mata secara langsung serta mampu memberikan informasi mengenai kelainan-kelainan yang mungkin dijumpai pada organ-organ yang akan diperiksa. Pada saat ini hampir semua organ dan sistem di dalam tubuh kita dapat diperiksa secara radiologis, bahkan setelah ditemukan kontras media yang berguna memperlihatkan jaringan organ yang mempunyai nomor atom yang lebih kecil sehingga kelainan pada organ tersebut dapat didiagnosa. Salah satu 1

description

colon in loop

Transcript of tugas referat radiologi

REFERAT

PEMERIKSAAN RADIOLOGI COLON IN LOOPBAB IPENDAHULUANPerkembangan ilmu di bidang kesehatan pada masa sekarang ini semakin meningkat. Pada cabang ilmu kedokteran mengalami kemajuan yang sangat pesat diantaranya adalah dibidang radiodiagnostik yang perkembangannya diawali dengan ditemukannya sinar-X oleh seorang ahli fisika berkebangsaan Jerman yang bernama Prof. Dr. Wilhelm Conrad Rontgen pada tanggal 8 November 1895.Pemeriksaan secara radiologi mampu memberikan informasi secara radiografi yang optimal baik keadaan anatomis maupun fisiologis dari suatu organ di dalam tubuh yang tidak dapat di raba dan di lihat oleh mata secara langsung serta mampu memberikan informasi mengenai kelainan-kelainan yang mungkin dijumpai pada organ-organ yang akan diperiksa.

Pada saat ini hampir semua organ dan sistem di dalam tubuh kita dapat diperiksa secara radiologis, bahkan setelah ditemukan kontras media yang berguna memperlihatkan jaringan organ yang mempunyai nomor atom yang lebih kecil sehingga kelainan pada organ tersebut dapat didiagnosa. Salah satu pemeriksaan radiodiagnostik yang sering dilakukan untuk mendiagnosa adanya kelainan atau penyakit pada penderita yang mengalami gangguan pencernaan pada usus besar (colon) dikenal dengan pemeriksaan Colon In Loop. Pemeriksaan Colon In Loop adalah pemeriksaan secara radiologis sistim pencernaan dengan memasukkan bahan kontras kedalam usus besar (Colon), Kelainan-kelainan yang biasa terjadi pada colon ini adalah carsinoma (keganasan), divertikel, megacolon, obstruksi atau illeus, stenosis, volvulus, atresia dan colitis

Pemeriksaan colon in loop adalah pemeriksaan secara radiologi yang menggunakan bahan kontras positif yaitu Barium Sulfat dan bahan kontras negatif yaitu udara dengan tujuan untuk mengvisualisasikan keadaan colon atau usus besar yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui anus.Adapun teknik-teknik yang rutin dilakukan pada pemeriksaan colon in loop yaitu dengan menggunakan proyeksi antero-posterior, postero-anterior, lateral, obliq kanan dan kiri. BAB IIMENJELASKAN TENTANG COLON2.1ANATOMI DAN FISIOLOGIUsus besar atau colon adalah sambungan dari usus halus yang merupakan tabung berongga dengan panjang kira-kira 1,5 meter, terbentang dari caecum sampai canalis ani. Diameter usus besar lebih besar daripada usus halus. Diameter rata-ratanya sekitar 2,5 inchi. Tetapi makin mendekati ujungnya diameternya makin berkurang. Usus besar ini tersusun atas membran mukosa tanpa lipatan, kecuali pada daerah distal colon.1Usus besar dibagi menjadi ; caecum, appendiks vermivormis, colon ascendens, colon transversal, colon descendens, colon sigmoideum (colon pelvicum), rectum dan anus. 11. Caecum

Caecum merupakan kantong dengan ujung buntu yang menonjol ke bawah pada regio iliaca kanan, di bawah junctura ileocaecalis. Appendiks vermiformis berbentuk seperti cacing dan berasal dari sisi medial usus besar. Panjang caecum sekitar 6 cm dan berjalan ke caudal. 1Caecum berakhir sebagai kantong buntu yang berupa processus vermiformis (apendiks) yang mempunyai panjang antara 8-13 cm. 1

2. Colon ascendens

Colon asenden berjalan ke atas dari caecum ke permukaan inferior lobus kanan hati, menduduki regio illiaca dan lumbalis kanan. Setelah sampai ke hati, colon asenden membelok ke kiri, membentuk fleksura coli dekstra (fleksura hepatik). Colon ascendens ini terletak pada regio illiaca kanan dengan panjang sekitar 13 cm. 13. Colon transversum

Colon transversum menyilang abdomen pada regio umbilikalis dari fleksura coli dekstra sampai fleksura coli sinistra. Colon transversum membentuk lengkungan seperti huruf U. Pada posisi berdiri, bagian bawah U dapat turun sampai pelvis. Colon transversum, waktu mencapai daerah limpa, membelok ke bawah membentuk fleksura coli sinistra (fleksura lienalis) untuk kemudian menjadi Colon descendens.24. Colon descendens

Colon descendens terletak pada regio illiaca kiri dengan panjang sekitar 25 cm. Colon descendens ini berjalan ke bawah dari fleksura lienalis sampai pinggir pelvis membentuk fleksura sigmoideum dan berlanjut sebagai colon sigmoideum. 25. Colon sigmoideum

Colon sigmoideum mulai dari pintu atas panggul. Colon sigmoideum merupakan lanjutan kolon desenden dan tergantung ke bawah dalam rongga pelvis dalam bentuk lengkungan. Colon sigmoideum bersatu dengan rectum di depan sakrum. 26. Rectum

Rectum menduduki bagian posterior rongga pelvis. Rektum merupakan lanjutan dari kolon sigmoideum dan berjalan turun di depan caecum, meninggalkan pelvis dengan menembus dasar pelvis. Setelah itu rektum berlanjut sebagai anus dalam perineum. Menurut Pearce (1999), rektum merupakan bagian 10 cm terbawah dari usus besar, dimulai pada colon sigmoideum dan berakhir ke dalam anus yang dijaga oleh otot internal dan eksternal. 2

Gambar 1. Usus Besar / colon Fungsi usus besar adalah :

1). Absorbsi air dan elektrolit

Penyerapan air dan elektrolit sebagian besar berlangsung di separuh atas colon. Dari sekitar 1000 ml kimus yang masuk ke usus setiap hari, hanya 100 ml cairan dan hampir tidak ada elektrolit yang diekskresikan. Dengan mengeluarkan sekitar 90 % cairan, colon mengubah 1000-2000 ml kimus isotonik menjadi sekitar 200-250 ml tinja semi padat). Dalam hal ini colon sigmoid berfungsi sebagai reservoir untuk dehidrasi masa feases sampai defekasi berlangsung.22). Sekresi mukus.

Mukus adalah suatu bahan yang sangat kental yang membungkus dinding usus. Fungsinya sebagai pelindung mukosa agar tidak dicerna oleh enzim-enzim yang terdapat didalam usus dan sebagai pelumas makanan sehingga mudah lewat. Tanpa pembentukan mukus, integritas dinding usus akan sangat terganggu, selain itu tinja akan menjadi sangat keras tanpa efek lubrikasi dari mukus. 2Sekresi usus besar mengandung banyak mukus. Hal ini menunjukkan banyak reaksi alkali dan tidak mengandung enzim. Pada keadaan peradangan usus, peningkatan sekresi mukus yang banyak sekali mungkin bertanggung jawab dan kehilangan protein dalam feses. 23). Menghasilkan bakteri

Bakteri usus besar melakukan banyak fungsi yaitu sintesis vitamin K dan beberapa vitamin B. Penyiapan selulosa yang berupa hidrat karbon di dalam tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, sayuran hijau dan penyiapan sisa protein yang belum dicernakan merupakan kerja bakteri guna ekskresi. 2Mikroorganisme yang terdapat di colon terdiri tidak saja dari eschericia coli dan enterobacter aerogenes tetapi juga organisme-organisme pleomorfik seperti bacteriodes fragilis. Sejumlah besar bakteri keluar melalui tinja. Pada saat lahir colon steril, tetapi flora bakteri usus segera tumbuh pada awal masa kehidupan. 24). Defekasi (pembuangan air besar)

Defekasi terjadi karena kontraksi peristaltik rektum. Kontraksi ini dihasilkan sebagai respon terhadap perangsangan otot polos longitudinal dan sirkuler oleh pleksus mienterikus. Pleksus mienterikus dirangsang oleh saraf parasimpatis yang berjalan di segmen sakrum korda sinalis. Defekasi dapat dihambat dengan menjaga agar spingter eksternus tetap berkontraksi atau dibantu dengan melemaskan spingter dan mengkontraksikan otot-otot abdomen. 22.2ETIOLOGI DAN PATOLOGI

1. Obstruksi Usus Besar

Obstruksi usus besar biasanya disebabkan oleh karsinoma kolon (biasanya rektosigmoid) atau penyakit diverticular. 3

Penyebab3 Lumen : impaksi fekal.

Dinding usus :

Neoplastik : karsinoma

Inflamasi : penyakit Crohn, colitis ulseratif, penyakit divertikular

Ekstrinsik

Massa keganasan (pada kandung kemih atau pelvis)

Volvulus

Hernia

Gambaran Radiologis

Prinsip dasar dalam mendiagnosis obstruksi pada usus besar adalah mendeteksi dilatasi usus hingga satu level di atas usus yang mengalami kolaps. Lokasi titik transisi ini tidak selalu mudah diidentifikasi. Usus besar mengalami distensi dengan penyebaran ke perifer disertai gambaran haustrae yang jelas. Batas cairan yang terlihat pada posisi tegak cenderung panjang, jika dibandingkan dengan letaknya yang pendek pada obstruksi usus halus. 3

Gambar 2. Obstruksi usus besar dengan kolon yang mengalami distensi hingga flexura splenikus (tanda panah).

2. Kolitis Ulseratif

Kolitis ulseratif, suatu penyakit inflamasi pada usus besar, ditandai oleh kerusakan mukosa difus yang disertai ulserasi. Reaksi inflamasi terbatas pada mukosa dan submukosa. Keadaan autoimun tampaknya merupakan faktor penyebab, namun etiologi pasti dari penyakit ini tetap belum diketahui. 3Pemeriksaan Penunjang Radiologis

Suatu film polos abdomen kadang-kadang menunjukkan segmen yang abnormal pada usus besar, terutama jika terdapat komplikasi megakolon toksik. Kolonoskopi lebih akurat untuk menilai penyakit, namun evaluasi dengan barium enema tetap banyak dilakukan. 3Gambaran Radiologis Kolon yang terkena, hamper selalu melibatkan rectum dan sigmoid, memperlihatkan pengaburan batas yang pada keadaan normalnya tampak tegas. Mukosa tampak granular disertai ulserasi yang dangkal dan berlanjut dari rectum hingga kejauhan yang bervariasi dari kolon proksimal, dan mungkin melibatkan seluruh kolon (pankolitis). Hilangnya pola haustrae yang diakibatkannya dengan perubahan fibrotic dapat menimbulkan gambaran menyerupai tuba pada usus, disebut dengan kolon lead pipe / pipa timah atau hose pipe / pipa karet. 3Komplikasi

Kolon : 3 Megakolon toksik : suatu film polos abdomen dapat mendemostrasikan distensi usus yang jelas dengan batas iregular, terutama pada kolon transversa. Barium enema merupakan kontraindikasi jika terdapat komplikasi ini.

Perforasi usus : baik pada penyakit yang parah maupun sekunder akibat megakolon toksik.

Perdarahan : sering hebat.

Karsinoma : insidensinya meningkat terutama jika terdapat pankolitis dan penyakit telah terjadi lebih dari 10 tahun.

Pembentukan struktur : dapat multiple dengan tepi yang rata.

Ekstrakolon : 3 Sakroilitis

Arteritis

Uveitis

Kolangitis sklerosaTerapi 3 Medis : steroid, pemberian secara sistemik dan local pada usus besar; sulfasalazine dan obat-obat yang terkait.

Pembedahan : proktokolektomi total dengan anastomosis ileoanal pada penyakit yang parah yang disertai gejala berulang.3. Polip Kolon

Polip kolon merupakan lesi massa terlokalisasi yang berasal dari mukosa kolon dan menonjol ke dalam lumen. Polip ini dapat memiliki dasar yang luas (sesile) atau bertangkai (pedunculated) dan dapat terjadi di mana saja pada kolon. Mayoritas polip merupakan adenoma jinak, terutama yang memiliki tangkai yang kurus dan panjang. 3Gambaran RadiologisSediaan usus metikulosa diperlukan karena sisa feses dan mucus sangat mempengaruhi diagnosis yang tepat dari lesi-lesi kolon. Pemeriksaan dengan barium enema kontras ganda dapat memperlihatkan polip sebagai defek pengisian pada proyeksi daerah yang terisi barium, atau polip dapat dibatasi oleh barium pada proyeksi bagian yang terisi udara. 3Komplikasi

Keganasan pada kasus polip harus selalu dipikirkan jika terdapat : 3 Iregularitas pada bagian dasar atau perifer

Lesi yang datar dengan dasar yang lebih luas dibandingkan tingginya

Bertumbuh pada pemeriksaan serial

Ukuran polip > 10 mm

Terapi

Polip yang kecil dapat dipotong dan diangkat saat kolonoskopi; perforasi dan perdarahan merupakan komplikasi yang jarang dari prosedur ini; lesi yang lebih besar membutuhkan reseksi pembedahan formal. 3

Gambar 3. Polip kolon bertangkai

Gambar 4. Polip sessile dengan dasar yang luas

Gambar 5. Polip sessile pada proyeksi yang berisi barium

4. Karsinoma KolonKarsinoma kolon, biasanya suatu adenokarsinoma, merupakan keganasan saluran pencernaan yang paling umum, dengan lesi yang lebih besar pada daerah rektosigmoid. Factor-faktor predisposisi meliputi sindrom polyposis herediter, penyakit usus inflamasi kronis, riwayat karsinoma kolon dalam keluarga, dan kemungkinan penyakit akibat kebiasaan makan. 3Pemeriksaan Penunjang Radiologis3 Sinar X dada

Film polos abdomen

Barium enema atau kolonoskopi

Urografi intravena (IVU) jika terdapat kecurigaan adanya keterlibatan ureter

Ultrasonografi untuk mengetahui metastasis ke hati

CT/MRI untuk menentukan staging dan pemeriksaan praoperasi

Gambaran RadiologisBarium enema dapat memperlihatkan polip yang bersifat ganas. Gambaran untuk tumor lanjut adalah : 3 Karsinoma anular : secara dominan menginfiltrasi dinding usus secara melingkar dan menyebabkan penyempitan lumen yang ireguler, disertai deformitas bentuk apple core. Tepi yang bergantungan menimbulkan defek berbentuk bahu.

Massa polipoid : menghasilkan defek pengisisan intralumen, paling sering pada caecum. Komplikasi3 Obstruksi : kadang-kadang merupakan gejala yang dikeluhkan pasien. Film polos abdomen dapat melokalisasi ketinggian obstruksi. Pada kasus yang tidak jelas, enema dengan kontras yang larut air dapat menunjukkan obstruksi sebelum dilakukan pembedahan.

Perforasi : sekunder akibat distensi usus yang disebabkan oleh obstruksi tumor; dapat disertai peritonitis.

Pembentukan fistula : akibat infiltrasi keganasan dari struktur didekatnya.

Diagnosis Banding 3 Penyakit diverticular : biasanya pada kolon sigmoid

Penyakit Crohn : striktur dapat tunggal atau multiple

Kolitis ulseratif ; striktur yang jinak atau ganas berkembang setelah terdapat keterlibatan usus dalam waktu yang lama

Ekstrinsik : infiltrasi inflamasi atau neoplastic

Radioterapi

Tuberculosis

Iskemia

Gambar 6. Karsinoma kolon asenden

5. Penyakit DivertikularPenyakit diverticular merupakan kelainan umum yang ditandai oleh hipertrofi otot polos kolon yang menyebabkan terbentuknya penonjolan menyerupai kantung diantara serat-serat otot yang menebal. Terdapat herniasi pada mukosa dan submukosa pada tempat-tempat yang lemah pada dinding usus. Sigmoid merupakan daerah yang paling sering terkena (> 90%) namun dapat terbentuk diverticula dari setiap bagian kolon. Diet rendah serat tampaknya merupakan penyebab dari keadaan ini. 3Pemeriksaan Penunjang Radiologis3 Barium enema

Ultrasonografi, CT, dan angiografi mesentrika untuk mengetahui komplikasi

Gambaran Radiologis

Pemeriksaan barium enema akan memperlihatkan kantung yang keluar seperti penonjolan bulat yang rata dari dinding usus. Divertikula memiliki ukuran yang bervariasi, dari mulai hanya terlihat hingga berupa kantung oval atau bulat berdiameter beberapa sentimeter. Barium dapat menetap pada diverticula untuk beberapa minggu karena tidak adanya mekanisme pengosongan. Kolon sigmoid dapat sempit dan irregular, dan kadang-kadang penampakannya sangat sulit dibedakan dari karsinoma.3

Komplikasi 3 Diverticulitis : proses inflamasi yang menyebabkan serangan nyeri abdomen dan demam. Abses perikolik : perforasi pada diverticulum sering menyebabkan abses perikolik terlokalisasi. Barium enema dapat menunjukkan jalur sinus yang berasal dari sigmoid hingga ke abses. Ultrasonografi atau CT dapat menunjukkan pengumpulan cairan terlokalisasi, yang dapat didrainase secara perkutan. Perforasi : perforasi bebas pada diverticulum atau abses ke dalam rongga peritoneum dapat menyebabkan peritonitis fekal. Pembentukan fistula : dapat disebabkan oleh abses yang rupture atau diverticulum yang meradang ke dalam organ terdekat, yang paling sering adalah kandung kemih (fistula vesikokolik), dengan pneumaturia sebagai keluhan gejala. Fistula dapat mengarah ke vagina, ureter, usus halus, kolon, atau kulit. Perdarahan : kemungkinan akibat erosi pada arteri dinding usus halus, sering dari diverticulum sebelah kanan.

Gambar 7. Pembentukan abses yang disebabkan oleh penyakit divertikular

6. Volvulus VolvulusVolvulus merupakan terpuntirnya segmen usus yang kemudian menyebabakan obstruksi. 3Torsi

Torsi menunjukkan adanya segmen yang terpuntir tanpa disertai obstruksi. 3Volvulus lambung

Rotasi pada lambung terjadi baik pada bidang vertical atau organoaksial (dari pylorus sampai ke kardia). 3Volvulus usus halus

Berbagai keadaan mesentrika dengan usus yang bergerak memungkinkan rotasi dan puntiran yang abnormal, menyebabkan obstruksi mekanis dengan kemungkinan terjadi gangguan vascular. 3Volvulus caecal

Caecum terpuntir pada aksis panjangnya. Caecum yang terdistensi dan terisi gas secara khas berubah posisi ke arah atas dan ke kuadran atas kiri, dengan fossa iliaka kanan yang kosong. Kolon distal yang sama sekali tidak terisi udara dan dilatasi caecal dapat menimbulkan ancaman perforasi. 3Volvulus sigmoid

Volvulus sigmoid terjadi ketika terdapat rotasi pada sigmoid di sekitar aksisnya, terutama pada lingkar (loop) yang sangat panjang, yang menyebabkan obstruksi lingkar tertutup. Obstruksi yang tidak dibebskan dapat menyebabkan gangguan vascular, infark usus, atau perforasi. Pasien langka dan psikistrik jangka panjang sangat rentan terhadap keadaan ini. 3Gambaran Radiologis

Lingkar (loop) sigmoid dapat menjadi sangat melebar hingga mengisi seluruh abdomen. Sigmoid terlihat sebagai U terbalik dengan tiga garis yang tampak jelas, dua garis di dinding lateral dan sebuah garis di bagian tengah yang dihasilkan oleh dua dinding dalam yang ada di dekatnya, semua berkumpul ke dalam akar mesentrika usus besar di pelvis. Barium enema menunjukkan adanya obstruksi setinggi volvulus, dengan lumen usus yang semakin mengecil dan memeberikan gambaran birds beak. 3Terapi

Dekompresi melalui tuba rektal melewati segmen yang terpuntir. Angka rekuirensi yang tinggi hingga 80% sering membutuhkan reseksi pembedahan pada lingkar usus yang berlebihan. 3

Gambar 8. Volvulus sigmoid yng disertai distensi sigmoid yang luasBAB III

PEMERIKSAAN COLON

3.1DefinisiPemeriksaan radiografi dari usus besar ( colon ) dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukkan per anal. Pemeriksaan ini termasuk barium enema.dan memerlukan persiapan pasien.43.2Tujuan Untuk menggambarkan usus besar yang berisi kontras media,sehingga dapat memperlihatkan anatomi dan kelainan-kelainan yang terjadi baik pada mucosanya maupun yang terdapat pada lumen sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada colon. 43.3 Indikasi dan kontras indikasiIndikasi

a). Colitis, adalah penyakit-penyakit inflamasi pada colon, termasuk didalamnya colitis ulseratif dan colitis crohn.

b). Carsinoma atau keganasan.

c). Divertikel, merupakan kantong yang menonjol pada dinding colon, terdiri atas lapisan mukosa dan muskularis mukosa.

d). Mega colon adalah suatu kelainan konginetal yang terjadi karena tidak adanya sel ganglion dipleksus mienterik dan sub mukosa pada segmen colon distal. Tidak adanya peristaltic menyebabkan feases sulit melewati segmen agangglionik, sehingga memungkinkan penderita untuk buang air besar 3 minggu sekali.

e). Obstruksi atau Illeus adalah penyumbatan pada daerah usus besar.

f). Invaginasi adalah melipatnya bagian usus besar ke bagian usus itu sendiri.

g). Stenosis adalah penyempitan saluran usus besar.

h). Volvulus adalah penyumbatan isi usus karena terbelitnya sebagian usus ke bagian usus yang lain.

i). Atresia adalah tidak adanya saluran dari colon yang seharusnya ada.

j). Intussusepsi adalah gangguan mekanis pada bayi yang sering disebabkan oleh cacat kelahiran dimana adanya pembesaran saluran usus didaerah distal, biasanya didaerah illeus.

Kontra Indikasi

a).Perforasi, terjadi karena pengisian media kontras secara mendadak dan dengan tekanan tinggi, juga terjadi karena pengembangan yang berlebihan.

b).Obstruksi akut atau penyumbatan.

3.4Persiapan Pemeriksaan

Persiapan Pasien4 48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah serat

18 jam sebelum pemeriksaan ( jam 3 sore ) minum tablet dulcolax

4 jam sebelum pemeriksaan ( jam 5 pagi ) pasien diberi dulkolak kapsul per anus selanjutnya dilavement

Seterusnya puasa sampai pemeriksaan

30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25 1 mg / oral untuk mengurangi pembentukan lendir

15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan untuk mengurangi peristaltic usus Persiapan Alat 4 Pesawat sinar x yang dilengkapi fluoroscopy

Kaset dan film sesuai kebutuhan

Marker

Standart irigator dan irigator set lengkap dengan kanula dan rectal tube

Sarung tangan

Penjepit atau klem

Spuit

Kain pembersih

Apron

Tempat mengaduk media kontras

Kantong barium disposable Persiapan BahanBahan kontras yang digunakan dalam pemeriksaan colon ini menggunakan barium sulfat dan air sebagai pelarut, dengan perbandingan antara barium sulfat yang digunakan adalah 1 : 8 dengan jumlah larutan sebanyak 800 ml. Pada pemeriksaan ini menggunakan metode kontras ganda dua tahap.53.5 Cara Pemeriksaan

A. Metode pemasukan media kontras

1). Metode kontras tunggal

Barium dimasukkan lewat anus sampai mengisi daerah caecum. Pengisian diikuti dengan fluoroskopi. Untuk keperluan informasi yang lebih jelas pasien dirotasikan ke kanan dan ke kiri serta dibuat radiograf full filling untuk melihat keseluruhan bagian usus dengan proyeksi antero posterior. Pasien diminta untuk buang air besar, kemudian dibuat radiograf post evakuasi posisi antero posterior. 52). Metode kontras ganda

a. Pemasukan media kontras dengan metode satu tingkat.

Merupakan pemeriksaan Colon in Loop dengan menggunakan media kontras berupa campuran antara BaSO4 dan udara. Barium dimasukkan kira-kira mencapai fleksura lienalis kemudian kanula diganti dengan pompa. Udara dipompakan dan posisi pasien diubah dari posisi miring ke kiri menjadi miring ke kanan setelah udara sampai ke fleksura lienalis. Tujuannya agar media kontras merata di dalam usus. Setelah itu pasien diposisikan supine dan dibuat radiograf. 5b. Pemasukan media kontras dengan metode dua tingkat.

(1). Tahap pengisian

Pada tahap ini dilakukan pengisian larutan BaSO4 ke dalam lumen colon, sampai mencapai pertengahan kolon transversum. Bagian yang belum terisi dapat diisi dengan mengubah posisi penderita.5(2). Tahap pelapisan

Dengan menunggu kurang lebih 1-2 menit agar larutan BaSo4 mengisi mukosa colon.5(3). Tahap pengosongan

Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu dibuang sebanyak yang dapat dikeluarkan kembali.5(4). Tahap pengembangan

Pada tahap ini dilakukan pemompaan udara ke lumen kolon. Pemompaan udara tidak boleh berlebihan (1800- 2000 ml) karena dapat menimbulkan kompikasi lain, misalnya refleks vagal yang ditandai dengan wajah pucat, pandangan gelap, bradikardi, keringat dingin dan pusing.5(5). Tahap pemotretan

Pemotretan dilakukan bila seluruh colon telah mengembang sempurna.5B. Proyeksi Radiograf

1). Proyeksi Antero posterior (AP)/postero inferior (PA)

Posisi pasien: Pasien diposisikan supine/prone di atas meja pemeriksaan dengan MSP (Mid Sagital Plane) tubuh berada tepat pada garis tengah meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah.6Posisi objek:Objek diatur dengan menentukan batas atas processus xypoideus dan batas bawah adalah symphisis pubis. 6Central point:Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca . 6Central ray:Vertikal tegak lurus terhadap kaset. 6Eksposi:Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas. 6FFD:100 cm. 6Kriteria radiograf :Menunjukkan seluruh colon terlihat, termasuk fleksura dan colon sigmoid. 6

Gambar 2. Posisi pasien AP dan PA dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop2). Proyeksi Right Anterior Obliq (RAO)

Posisi pasien :Posisi pasien telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35- 45 terhadap meja pemeriksaan. Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit di tekuk untuk fiksasi.6Posisi objek:MSP pada petengahan meja. 6Cenral Point:Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah kedua crista illiaca. 6Central ray:Vertikal tegak lurus terhadap kaset. 6Eksposi:Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.6FFD:100 cm. 6Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura hepatika kanan terlihat sedikit superposisi bila di bandingkan dengan proyeksi PA dan tampak juga daerah sigmoid dan colon asenden.6

Gambar 3. Posisi pasien RAO dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop

3). Proyeksi LAO

Posisi pasien :Pasien ditidurkan telungkup di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan kurang lebih 35 - 45 terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri di samping tubuh dan tangan di depan tubuh berpegangan pada meja pemeriksaan, kaki kanan ditekuk sebagai fiksasi, sedangkan kaki kiri lurus. 6 Posisi objek:MSP pada petengahan meja, lutut fleksi. 6Central point:Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua crista illiaca. 6Central ray: sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. 6Eksposi:Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.6FFD:100 cm. 6Kriteria : menunjukkan gambaran fleksura lienalis tampak sedikit superposisi bila dibanding pada proyeksi PA, dan daerah colon descendens tampak. 6

Gambar 4. Posisi pasien LAO dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop4). Proyeksi LPO

Posisi pasien :Pasien diposisikan supine kemudian dirotasikan kurang lebih 35( - 45( terhadap meja pemeriksaan. Tangan kiri digunakan untuk bantalan dan tangan kanan di depan tubuh berpegangan pada tepi meja pemeriksaan. Kaki kiri lurus sedangkan kaki kanan ditekuk untuk fiksasi. 6Posisi objek:MSP pada petengahan meja, lutut fleksi. 6Central ray:Titik bidik 1-2 inchi ke arah lateral kanan dari titik tengah kedua crista illiaca. 6Central point:sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. 6Eksposi:Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.6FFD:100 cm. 6

Gambar 5. Posisi pasien LPO dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop

5). Proyeksi RPOPosisi pasien :Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan kemudian dirotasikan ke kanan kurang lebih 35( - 45( terhadap meja pemeriksaan.Tangan kanan lurus di samping tubuh dan tangan kiri menyilang di depan tubuh berpegangan pada tepi meja. Kaki kanan lurus ke bawah dan kaki kiri sedikit ditekuk untuk fiksasi. 6Posisi objek:MSP pada petengahan meja, lutut fleksi. 6Central point:Titik bidik pada 1-2 inchi ke arah lateral kiri dari titik tengah kedua crista illiaca. 6Central ray:Sinar vertikal tegak lurus terhadap kaset. 6Eksosi:Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas. 6FFD:100 cm. 6Kriteria:Menunjukkan tampak gambaran fleksura lienalis dan colon ascendens.6

Gambar 6. Posisi pasien RPO dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop

6). Proyeksi LateralPosisi pasien :Pasien diposisikan lateral atau tidur miring. 6

Posisi Objek:Mid Coronal Plane (MCP) diatur pada pertengahan grid, genu sedikit fleksi untuk fiksasi. 6Cenral Ray:Arah sinar tegak lurus terhadap film. 6Central Point:Pada Mid Coronal Plane setinggi spina illiaca anterior superior (SIAS). 6Eksposi:Dilakukan saat pasien ekspirasi dan tahan nafas. 6FFD:100cm. 6Kriteria : Daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, rectosigmoid pada pertengahan radiograf. 6

Gambar 7. Posisi pasien Lateral dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop

7). Proyeksi Left Lateral Dicubitus (LLD)

Posisi pasien :Pasien diposisikan ke arah lateral atau tidur miring ke kiri dengan bagian abdomen belakang menempel dan sejajar dengan kaset. 6Posisi objek:MSP tubuh berada tepat pada garis tengah grid. 6

Cenral point:Sinar horisontal dan tegak lurus terhadap kaset. 6Central ray:Titik bidik diarahkan pada pertengahan kedua crista illiaka. 6Eksposi:Dilakukan pada saat pasien ekspirasi dan tahan napas.. 6FFD:100 cm. 6Kriteria :Menunjukkan bagian atas sisi lateral dari colon ascendens naik dan bagian tengah dari colon descendens saat terisi udara. 6

Gambar 8. Posisi pasien LLD dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop8). Proyeksi Antero Posterior AksialPosisi pasien:Posisi pasien supine di atas meja pemeriksaan. 6Posisi objek:MSP tepat pada garis tengah meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus di samping tubuh dan kedua kaki lurus ke bawah. Atur pertengahan kaset dengan menentukan batas atas pada puncak illium dan batas bawah symphisis pubis. 6Central Point:Titik bidik pada 5 cm di bawah pertengahan kedua crista illiaca. 6Central ray:Arah sinar membentuk sudut 30( - 40( kranial. 6

Eksposi:Dilakukan saat pasien ekspirasi penuh dan tahan nafas. 6FFD:100cm. 6Kriteria: menunjukkan rektosigmoid di tengah film dan sedikit mengalami superposisi dibandingkan dengan proyeksi antero posterior, tampak juga kolon transversum. 6

Gambar 9. Posisi pasien AP Aksial dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop9). Proyeksi Postero Anterior AksialPosisi pasien:Pasien tidur telungkup di atas meja pemeriksaan6Posisi objek:MSP tubuh berada tepat pada garis tengah meja pemeriksaan. Kedua tangan lurus disamping tubuh dan kaki lurus kebawah. MSP objek sejajar dengan garis tengah grid, pertengahan kaset pada puncak illium.6Cenral point:Titik bidik pada pertengahan kedua crista illiaca. 6

Cenral ray:Arah sinar menyudut 30( - 40( kaudal. 6Eksposi:Eksposi pada saat ekspirasi dan tahan nafas. 6FFD:100cm. 6Kriteria : Tampak rektosigmoid ditengah film, daerah rektosigmoid terlihat lebih sedikit mengalami superposisi dibandingkan dengan proyeksi PA, terlihat colon transversum dan kedua fleksura. 6

Gambar 10. Posisi pasien PA Aksial dan hasil radiograf pada pemeriksaan Colon In Loop

BAB IV

PENUTUP

4.1KESIMPULANPemeriksaan Colon In Loop adalah pemeriksaan secara radiologis sistim pencernaan dengan memasukkan bahan kontras kedalam usus besar (Colon). Tujuan pemeriksaan Colon in Loop adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis dari colon sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada colon.

Pemmeriksaan colon in loop diindikasikan pada pasien dengan Colitis, Carsinoma atau keganasan colon, Divertikel, Mega colon, Illeus, Invaginasi, Volvulus dan atresia. dan tidak boleh dilakukan pada pasien dengan perforasi serta obtruksi akut.

Pada pemeriksaan colon in loop diperlukan persiapan pada pasien serta alat untu pemeriksaan, persiapan pasien meluputi : mengubah pola makanan pasien (Makanan konsistensi lunak, rendah serat dan rendah lemak) Minum sebanyak-banyaknyadan pemberian obat pencahar. Tujuan dari persiapan pasien ini adalah untuk membersihkan colon dari feases, karena bayangan dari feases dapat mengganggu gambaran dan menghilangkan anatomi normal sehingga dapat memberikan kesalahan informasi dengan adanya filling defect. DAFTAR PUSTAKA1. Snell, R.S, 1998, Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran, Bagian ke-2, Edisi ke-3, Alih Bahasa : Pharma (dkk), Editor : Oswari, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta2. Sloane, Ethel, 2004, Anatomi dan Fisiologi, EGC Penerbit Buku Kedokteran, Jakarta.

3. Patel, Pradip.R., 2005, Lecture Notes Radiologi, Penerbit Erlangga, Jakarta.

4. Malueka, Rusdy.G., 2007, Radiologi Diagnostik, Pustaka Cendekia Press Yogyakarta, Yogyakarta.

5. Rasad, S., 1992, Radiologi Diagnostik, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.

6. Bontrager, 2001., Text Book of Radiographic Positioning and Related Anatomy, Edisi ke-5, Mosby Inc, St. Louis, Amerika.

Keterangan :

Appendiks

Caecum

Persambungan ileosekal

Apendises epiploika

Colon ascendens

Fleksura hepatika

Colon transversal

Fleksura lienalis

Haustra

Colon descendens

Taenia koli

Colon sigmoid

Canalis Ani

Rectum

Anus

3