Tugas Psikologi FUAD

27
Sebagai alat interaksi verbal, bahasa dapat dikaji secara internal maupun secara eksternal. Secara internal kajian dilakukan terrhadap struktur internal bahasa itu, mulai dari struktur internal bahasa itu, mulai dari strukutur fonologi, morfologi, sintaksis, sampai wacana. Kajian secara eksternal berkaitan dengan hubungan bahasa itu dengan faktor-faktor atau hal-hal yang ada diluar bahasa, seperti faktor sosial, psikologi, etnis, seni, dan sebagainya. Kajian eksternal bahasa melahirkan disiplin baru yang merupakan kajian antara dua bidang ilmu atau lebih. Umpamanya sosiolinguistik yang merupakan kajian antara sosiolinguistik dan linguistik, psikolinguistik yang merupakan kajian antara psikolinguistik dan linguistik, dan neurolinguistik yang merupakan kajian antara neurologi dan linguistik. Dewasa ini tuntutan kebutuhan dalam kehidupan telah menyebabkan perlunya dilakukan kajian bersama antara dua disiplin ilmu atau lebih. Kajian antara disiplin ini diperlukan untuk mengatasi berbagai persoalan dalam kehidupan manusia yang semakin kompleks. Pembelajaran bahasa, sebagai salah satu masalah kompleks manusia, selain berkenaan dengan masalah bahasa, juga berkenaan dengan masalah kegiatan berbahasa. Sedangkan kegiatan berbahasa itu bukan hanya berlangsung secara

Transcript of Tugas Psikologi FUAD

Page 1: Tugas Psikologi FUAD

Sebagai alat interaksi verbal, bahasa dapat dikaji secara internal maupun secara

eksternal. Secara internal kajian dilakukan terrhadap struktur internal bahasa itu, mulai dari

struktur internal bahasa itu, mulai dari strukutur fonologi, morfologi, sintaksis, sampai

wacana. Kajian secara eksternal berkaitan dengan hubungan bahasa itu dengan faktor-faktor

atau hal-hal yang ada diluar bahasa, seperti faktor sosial, psikologi, etnis, seni, dan

sebagainya.

Kajian eksternal bahasa melahirkan disiplin baru yang merupakan kajian antara dua

bidang ilmu atau lebih. Umpamanya sosiolinguistik yang merupakan kajian antara

sosiolinguistik dan linguistik, psikolinguistik yang merupakan kajian antara psikolinguistik

dan linguistik, dan neurolinguistik yang merupakan kajian antara neurologi dan linguistik.

Dewasa ini tuntutan kebutuhan dalam kehidupan telah menyebabkan perlunya dilakukan

kajian bersama antara dua disiplin ilmu atau lebih. Kajian antara disiplin ini diperlukan untuk

mengatasi berbagai persoalan dalam kehidupan manusia yang semakin kompleks.

Pembelajaran bahasa, sebagai salah satu masalah kompleks manusia, selain

berkenaan dengan masalah bahasa, juga berkenaan dengan masalah kegiatan berbahasa.

Sedangkan kegiatan berbahasa itu bukan hanya berlangsung secara mekanistik, tetapi juga

berlangsung secara mentalistik. Artinya, kegiatan berbahasa itu berkaitan juga dengan proses

atau kegiatan mental (otak). Oleh karena itu, dalam kaitannya dengan pembelajaran bahasa,

studi linguistik perlu dilengkap dengan studi antardisiplin antara linguistik dan psikologi,

yang lazim disebut psikolinguistik. Untuk memahami dengan lebih baik apa psikolingusitik

itu terlebih dahulu perlu dibicarakan apa studi psikologi dan apa studi linguistik itu meskipun

secara singkat.

1. Psikologi

Secara etimologi kata psikologi berasal dari bahasa Yunani Kuno psyche dan logos.

Kata psyche berarti “jiwa, roh, atau sukma”, sedangkan kata logos berarti ilmu. Jadi

psikologi, secara harfiah berarti ilmu jiwa, atau ilmu yang objek kajiannya adalah jiwa. Dulu

Page 2: Tugas Psikologi FUAD

ketika psikologi masih berada atau merupakan bagian dari ilmu filsafat, definisi bahwa

psikologi adalah ilmu yang mengkaji jiwa masih bisa dipertahankan. Dalam kepustakaan kita

pada tahun lima puluhan pun nama ilmu jiwa lazim digunakan sebagai padanan kata psikogi.

Namun, kini istilah ilmu jiwa tidak digunakan lagi karena bidang ilmu ini memang tidak

meneliti jiwa atau roh atau sukma, sehingga istilah itu kurang tepat.

Dalam perkembangan lebih lanjut, psikologi lebih membalas atau mengkaji sisi-sisi

manusia dari segi yang bisa diamati. Mengapa? Karena jiwa itu bersifat abstrak, sehingga

tidak dapat diamati secara empiris, padahal objek kajian setiap ilmu harus dapat diobservasi

secara indrawi. Dalam hal ini jiwa atau keadaan jiwa hanya bisa diamaati melalui gejala-

gejalanya seperti orang yang sedang sedih akan berlaku murung, dan orang yang gembira

tampak dari gerak-geriknya yang riang atau dari wajahnya yang berbinar-binar. Meskipun

demikian, kita juga sering mendapat kesulitan untuk mengetahui keadaan jiwa seseorang

dengan hanya melihat tingkah lakunya saja. Tidak jarang kita jumpai seseorang yang

sebenarnya sedih tetapi tetap tersenyum. Atau seseorang yang sebenarnya jengkel atau marah

tetapi tetap tenang atau malah tertawa.

Walai besar kemungkinan gerak-gerik lahir seseorang belum tentu menggambarkan

keadaan jiwa yang sebenarnya, namun, secara tradisional, psikologi lazim diartikan sebagai

satu bidang ilmu yang mencoba mempelajari perilaku manusia. Caranya adalah dengan

mengkaji hakikat rangsangan, hakikat reaksi terhadap rangsangan itu, dan mengkaji hakikat

proses-proses akal yang berlaku sebelum reaksi itu terjadi. Para ahli psikologi belakangan ini

juga cenderung untuk menganggap psikologi sebagai suatu ilmu yang mencoba mengkaji

proses akal manusia dan segala menifestasinya yang mengatur perilaku manusia itu. Tujuan

pengkajian akal ini adalah untuk menjelaskan, memprediksikan, dan mengontrol perilaku

manusia.

Dalam perkembangannya, psikologi telah terbagi menjadi beberapa aliran sesuai

dengan paham filsafat yang dianut. Karena itulah dikenal adanya psikologi yang mentalistik,

Page 3: Tugas Psikologi FUAD

yang behavioristik dan kognitifistik. Psikologi yang mentalistik melahirkan aliran yang

disebut psikologi kesadaran. Tujuan utama psikologi kesadaran adalah mencoba mengkaji

proses-proses akal manusia dengan cara mengintrospeksi atau mengkaji diri. Oleh karena itu,

psikologi kesadaran lazim juga disebut psikologi introspeksionisme. Psikologi ini merupakan

suatu proses akal dengan cara melihat ke dalam diri sendiri setelah suatu rangsangan terjadi.

Psikologi yang kognifistik dan lazim disebut psikologi kognitif mencoba mengkaji

proses-proses kognitif manusia secara ilmiah. Yang dimaksud proses kognitif adalah proses-

proses akal (pikiran, berfikir) manusia yang bertanggung jawab mengatur pengalaman dan

perilaku manusia. Hal utama yang oleh psikologi kognitif adalah bagaimana cara manusia

memperoleh, menafsirkan, mengatur, menyimpan, mengeluarkan, dan menggunakan

pengetahuannya, termasuk perkembangan dan penggunaan pengetahuan bahasa.

Perbedaannya dengan psikologi kesadaran (yang bersandar pada mentalisme tradisional)

adalah bahwa menurut paham mentalisme proses-proses akal itu berlangsung setelah

terjadinya rangsangan. Sedangkan menurut psikologi kognitif (yang merupakan mentalisme

modern) proses-proses akal itu dapat terjadi karena adanya kekuatan dari dalam, tanpa

adanya rangsangan terlebih dahulu. Perilaku yang muncul sebagai hasil proses akal seperti

ini disebut perilaku atau tindakan bertujuan sebagai hasil kreativitas organisme manusia itu

sendiri.

2. Linguistik

Secara umum linguistik lazim diartikan sebagai ilmu bahasa atau ilmu yang

mengambil bahasa sebagai objek kajiannya. Pakar lingustik disebut linguis. Namun, perlu

dicatat kata linguis dalam bahasa Inggris juga berarti orang yang mahir menggunakan

beberapa bahasa, selain bermakna pakar linguistic. Seorang linguis mempelajari bahasa

bukan dengan tujuan utama untuk mahir menggunakan bahasa itu, melainkan untuk

mengetahui secara mendalam mengenai kaidah-kaidah struktur bahasa, beserta dengan

berbagai aspek dan segi yang menyangkut bahasa itu. Andaikata si linguis ingin memahirkan

Page 4: Tugas Psikologi FUAD

penggunaan bahasa itu tentu juga tidak ada salahnya. Bahkan akan membuat lebih baik.

Sebaliknya, seseorang yang mahir dan lancar dalam menggunakan beberapa bahasa belum

tentu dia seorang linguis kalau dia tidak mendalami teori tentang bahasa. Orang seperti ini

lebih tepat disebut seorang pologlot “berbahasa banyak”, sebagai dikotomi dari monoglot

“berbahasa satu”.

Menurut objek kajiannya, kajian linguistik dapat dibagi atas dua cabang besar, yaitu

linguistic mikro dan linguistic makro. Objek kajian linguistic mikro adalah struktur internal

bahasa itu sendiri, mencakup struktur fonologi, morfologi, sintaksis dan leksikon. Sedangkan

objek kajian linguistik makro adalah dalam hubungannya dengan faktor-faktor diluar bahasa

seperti faktor sosiologis, psikologis, antropologi dan neurologi. Berkaitan dengan faktor-

faktor diluar bahasa itu muncullah bidang-bidang seperti sosiolinguistik, psikolinguistik,

neurolinguistik, dan etnolinguistik. Linguistik disini dipandang sebagai disiplin ilmu

sedangkan ilmu-ilmu lain sebagai disiplin bawahan.

Menurut tujuannya kajiannya, linguistik dapat dibedakan atas dua bidang besar yaitu

linguistik teoritis dan linguistik terapan. Kajian teoritis hanya ditujukan untuk mencari atau

menemukan teori-teori linguistik belaka. Hanya untuk membuat kaidah-kaidah linguistik

secara deskriptif. Sedangkan kajian terapan ditujukan untuk menerapkan kaidah-kaidah

linguistik dalam kegiatan praktis, seperti dalam pengajaran bahasa penerjemah, penyusunan

kamus, dan sebagainya.

Adanya yang disebut linguistik sejarah dan sejarah linguistik. Yang pertama

linguistik sejarah, mengkaji perkembangan dan perubahan suatu bahasa atau sejumlah

bahasa, baik dengan diperbandingkan maupun tidak. Yang kedua sejarah linguistik,

mengkaji perkembanagn ilmu linguistik baik mengenai tokoh-tokohnya, aliran-aliran

teorinya, maupun hasil-hasil kerjanya.

Dalam kaitannya dengan psikologi, linguistik lazim diartikan sebagai ilmu yang

mencoba mempelajari hakikat bahasa, struktur bahasa, bagaimana bahasa itu diperoleh,

Page 5: Tugas Psikologi FUAD

bagaimana bahasa itu bekerja, dan bagaimana bahasa itu berkembang. Dalam konsep ini

tampak yang namanya psikolinguistik dianggap sebagai cabang dari linguistik, sedangkan

linguistik itu sendiri dianggap sebagai cabang dari psikologi.

3. Psikolinguistik

Secara etimologi kata psikolinguistik terbentuk dari kata psikologi dan linguistik,

yakni dua bidang ilmu yang berbeda, yang masing-masing berdiri sendiri, dengan prosedur

dan metode yang berlainan. Namun keduanya sama-sama meneliti bahasa sebagai objek

formalnya. Hanya objek materialnya yang berbeda, linguistik mengkaji struktur bahasa.

Sedangkan psikologi mengkaji perilaku berbahasa atau proses berbahasa. Maka cara dan

tujuannya juga berbeda.

Kerja sama antara kedua disiplin itu disebut linguistic psychology dan ada juga yang

menyebutnya psychology of language. Kemudian sebagai hasil kerja sama yang lebih baik,

lebih terarah, dan lebih sistematis di antara kedua ilmu itu, lahirlah satu disiplin ilmu baru

yang disebut psikolinguistik, sebagai ilmu antardisiplin antara psikologi dan linguistik.

Istialh psikolinguistik itu sendiri baru lahir tahun 1954, yakni tahun terbitnya buku

Psycholinguistic : A Survey of Theory dan Research Problems yang disunting oleh Charles

E. Osgood dan Thomas A. Sebeok, di Bloomington, Amerika Serikat.

Psikolinguistik mencoba menguraikan proses-proses psikologi yang berlangsung jika

seseorang mengucapkan kalimat-kalimat yang didengarnya pada waktu berkomunikasi, dan

bagaimana kemampuan berbahasa itu diperoleh oleh manusia. Maka secara teoritis tujuan

utama psikolinguistik adalah mencari satu teori bahasa yang secara linguistik bisa diterima

dan secara lengkap bisa diterima dan secara psikologi dapat menerangkan hakikat bahasa dan

pemerolehannya. Dengan kata lain psikolinguistik mencoba menerangkan hakikat strukutr

bahasa, dan bagaimana struktur ini diperoleh, digunakan pada waktu bertutur, dan pada

waktu memahami kalimat-kalimat dalam penuturan itu. Dalam prakteknya

psikolinguistikmencoba menerapkan pengetahuan linguistik dan psikologi pada masalah-

Page 6: Tugas Psikologi FUAD

masalah seperti pengajaran dan pembelajaran bahasa, pengajaran membaca permulaan dan

membaca lanjut, kedwibahasaan dan kemultibahasaan, penyakit bertutur seperti afasia,

gagap, dan sebagainya; serta masalah-masalah sosial lain yang menyangkut bahasa, seperti

bahasa dan pendidikan, bahasa dan pembangunan nusa dan bangsa.

4. Subdisiplin Psikolinguistik

a. Psikolinguistik Teoritis

Subdisiplin ini membahas teori-teori bahasa yang berkaitan dengan proses-proses mental

manusia dalam berbahasa, misalnya dalam rancangan fonetik, rancangan pilihan kata,

rancangan sintaksis, rancangan wacana dan rancangan intonasi.

b. Psikolingistik perkembangan

Subdisiplin ini berkaitan dengan proses pemerolehan bahasa, baik pemerolehan bahasa

pertama maupun pemerolehan bahasa kedua. Subdisiplin ini mengkaji proses pemerolehan

fonologi, proses pemerolehan semantik, dan proses pemerolehan sintaksis secara berjenjang,

bertapah dan terpadu.

c. Psikolinguistik Sosial

Subdisiplin ini berkenaan dengan aspek-aspek sosial bahasa. Bagi suatu masyarakat

bahasa, bahasa itu bukan hanya merupakan satu gejala dan identitas sosial saja, tetapi juga

merupakan suatu ikatan batin dan nurani yang sukar ditinggalkan.

d. Psikolinguistik Pendidikan

Subdisiplin ini mengkaji aspek-aspek pendidikan secara umum dalam pendidikan formal di

sekolah. Umpamanya peranan bahasa dalam pengajaran membaca, pengajaran kemahiran

berbahasa dalam pengetahuan mengenai peningkatan kemampuan berbahasa dalam proses

memperbaiki kemampuan menyampaikan pikiran dan perasaan.

e. Psikolinguistik-Neurologi (Neuropsikolinguistik)

Subdisiplin ini mengkaji hubungan antar bahasa, berbahasa, dana otak manusia. Para pakar

nurologi telah berhasil menganalisis struktur otak itu.

Page 7: Tugas Psikologi FUAD

f. Psikolinguistik Eksperiman

Subdisiplin ini meliput dan melakukan eksperiman dalam semua kegiatan bahasa dan

berbahaya pada suatu pihak dan perilaku berbahasa dan akibat berbahasa pada orang lain.

g. Psikolinguistik Terapan

Subdisiplin ini berkaitan dengan penerapan dati teman-temannya enam subdisiplin

psikolinguistik di atas kedalam bidang-bidang tertentu yang memerlukannya. Yang termasuk

sub disiplin ini adalah psikologi, linguistik, pertuturan dan pemahaman, pembelajaran

bahasa, pengajaran membaca neurologi, psikiatri, komunikasi, dan susastra.

Induk Disiplin Psikolinguistik

Karena nama psikolinguistik merupakan gabungan dari psikologi dan linguistik,

maka muncul pertanyaan : apa induk disiplin psikolinguistik itu, linguistik atau psikologi.

Beberapa pakar berpendapat, psikolinguistik berinduk pada psikologi karena istilah itu

merupakan nama baru dari psikologi bahasa yang telah dikenal beberapa waktu sebelumnya.

Namun, di Amerika Serikat pada umumnya, psikolinguistik dianggap sebagai cabang

dari linguistik, meskipun Noam Chomsky, tokoh ;inguistik generatif transformasi yang

terkenal itu, cenderung menempatkan psikolinguistik sebagai cabang psikologi. Di Perancis

pada tahun enam puluhan psikolinguistik dikembangkan oleh pakar psikologi, sedangkan di

Inggris psikolinguistik dikembangkan oleh pakar linguistik yang bekerja sama dengan

beberapa pakar psikologi dari Inggris dan Amerika Serikat. Di Rusia psikolinguistik telah

dikembangkan oleh pakar linguistik pada Institut Linguistik Moskow sebagai suatu ilmu

disiplin mandiri, tetapi penerapannya lenih banyak diambil oleh linguistik. Di Indonesia

psikolinguistik dikembangkan di bidang linguistik pada fakultas-fakultas pendidikan bahasa,

dan belum pada program nonkependidikan bahasa.

Page 8: Tugas Psikologi FUAD

Sejarah Perkembangan Psikolinguistik

Pada abad yang silam terdapat dua aliran dilsafat yang saling bertentangan dan yang

sangat mempengaruhi perkembangan linguistik dan psikologi. Yang pertama adalah aliran

empirisme yang erat kaitannya dengan psikologi asosiasi. Aliran empirisme melakukan

kajian terhadap data empiris atau objek yang dapat diobservasi dengan cara menganalisis

unsur-unsur pembentukannya sampai yang sekecil-kecilnya. Maka aliran ini disebut bersifat

atomistik, dan lazim dikaitkan dengan asosianisme dan positivisme. Aliran kedua dikenal

dengan nama rasionalisme. Aliran ini mengkaji akal sebagai satu keseluruhan dan

menyatakan bahwa faktor-faktor yang ada didalam akal inilah yang patut diteliti untuk bisa

memahami perilaku manusia itu. Oleh karena itu, aliran ini disebut bersifat holistik, dan

biasa dikaitkan dengan paham nativisme, idealisme, dan mentalisme.

Psikolinguistik dalam Linguistik

Von Humboldt (1767-1835), pakar linguistik berkebangsaan Jerman telah mencoba

mengkaji hubungan antara bahasa (linguistik) dengan pemikiran manusia psikologi. Caranya

dengan membandingkan tata bahasa dari bahasa-bahasa yang berlainan dengan tabiat-tabiat

bangsa-bangsa penutur bahasa itu (bandingkan dengan pendapat Edward sapir pada uraian

berikutnya). Dari perbandingan itu diperoleh kesimpulan bahwa bahasa (tata bahasa) suatu

masyarakat menentukan pandangan hidup masyarakat menentukan pandangan hidup

masyarakat penutur bahasa itu. Tampaknya, Von Humboldt sangat dipengaruhi oleh aliran

rasionalisme. Dia menganggap bahasa bukanlah sesuatu yang sudah siap untuk dipotong-

potong dan diklasifikasikan seperti aliran empirisme. Menurut Von Humboldt bahasa itu

merupakan satu kegiatan yang memiliki prinsip-prinsip sendiri.

Ferdinand de Saussure (1858-1913, pakar linguistik berkebangsaan Swiss, telah

berusaha menerangkan apa sebenarnya bahasa itu (linguistik), dan bagaimana keadaan

bahasa itu di dalam otak (psikologi). Beliau memperkenalkan tiga istilah tentang bahasa

yaitu langage (bahasa pada umumnya yang bersifat abstrak), langue (bahasa tertentu yang

Page 9: Tugas Psikologi FUAD

bersifat abstrak), dan parole (bahasa sebagai tuturan yang bersifat konkret). Dia menegaskan

objek kajian linguistik adalah langue, sedangkan objek kajian psikologi, maka kedua disiplin,

yakni linguistik, yakni linguistik dan psikologi harus digunakan. Hal inilah dikatakannya

karena dia beranggapan segala sesuatu yang ada dalam bahasa itu pada dasarnya bersifat

psikologis.

Edward Sapir (1884-1939), pakar linguistik dan antropologi bangsa Amerika, telah

mengikutsertakan psikologi dalam pengkajian bahasa. Menurut Sapir, psikologi dapat

memberikan dasar ilmiah yang kuat dalam pengkajian bahasa. Beliau juga mencoba

mengkaji hubungan bahasa (linguistik) dengan pemikiran (psikologi). Dari kajian itu beliau

berkesimpulan bahwa bahasa, terutama strukturnya, merupakan unsur yang menentukan

struktur pemikiran manusia (bandingkan dengan Von Humboldt di atas). Beliau juga

menekankan bahwa linguistik dapat memberikan sumbangan yang penting kepada psikologi

Gestalt, dan sebaliknya psikologi Gestalt dapat membantu disiplin linguistik.

Leonard Bloomfield (1887-1949), pakar linguistik bangsa Amerika, dalam usahanya

menganalisis bahasa telah dipengaruhi oleh dua aliran psikologi yang saling bertentangan,

yaitu mentalisme dan behaviorisme. Pada mulanya beliau menganalisis bahasa menurut

prinsip-prinsip mentalisme (yang sejalan dengan teori psikologi Wundt). Di sini beliau

berpendapat bahwa berbahasa dimulai dari melahirkan pengalaman yang luar biasa, terutama

sebagai penjelmaan dari adanya tekanan emosi yang sangat kuat. Jika melahirkan

pengalaman dalam bentuk bahasa ini karena adanya tekanan emosi yang sangat kuat, maka

muncullah ucapan (kalimat) ekslamasi. Jika pengalaman ini lahir oleh keinginan

berkomunikasi ini bertukar menjadi keinginan untuk mengetahui maka muncullah ucapan

(kalimat) interogasi. Kemudian, sejak 1925, Bloomfield meninggalkan psikologi mentalisme

Wundth, lalu menganut paham psikologi behaviorisme dalam teori bahasanya yang kini

dikenal sebagai linguistik struktural atau linguistik taksonomi.

Page 10: Tugas Psikologi FUAD

Otto Jesperson, pakar linguistik berkebangsaan Denmark telah menganalisis bahasa

menurut psikologi mentalistik yang juga sedikit berbau behaviorisme. Jesperson berpendapat

bahwa bahasa bukanlah satu wujud dalam pengertian satu benda seperti sebuah meja atau

seekor kucing, melainkan satu fungsi manusia sebagai lambang-lambang didalam otak yang

melambangkan pikiran atau yang membangkitkan pikiran itu. Dia juga berpendapat bahwa

berkomunikasi harus dilihat dari sudut perilaku.

Kerja Sama Psikologi dan Lingustik

Kerja sama secara langsung antara disiplin linguistik dan psikologi sebenarnya sudah

dimulai sejak 1860, yaitu oleh Heyman Steinthal, seorang ahli psikologi yang beralih

menjadi ahli linguistik dan Moritz Lazarus seorang ahli linguistik yang beralih menjadi ahli

psikologi dengan menerbitkan sebuah jurnal yang khusus membicarakan masalah psikologi

bahasa dari sudut linguistik dan psikologi. Jurnal tersebut berjudul Zeithschrift fur

Volkerpsychologiee und Sprach Wissenschaft (jurnal psikologi sosial dan linguistik.

Dasar-dasar psikolinguistik menurut beberapa pakar di dalam buku yang disunting

oleh Osgood dan Sebeok adalah:

1. Psikolinguistik adalah satu teori linguistik berdasarkan bahasa yang dianggap sebagai

sebuah sistem elemen yang saling berhubungan erat.

2. Psikolinguistik adalah suatu teori pembelajaran (menurut teori behaviorisme) berdasarkan

bahasa yang dianggap sebagai satu sistem tabiat dan kemampuan yang menghubungkan

isyarat dengan perilaku.

3. Psikolinguistik adalah suatu teori informasi yang menganggap bahasa sebagai sebuah alat

untuk menyampaikan suatu benda.

Page 11: Tugas Psikologi FUAD

Bahasa dan Berbahasa

Bahasa adalah alat verbal yang digunakan untuk berkomunikasi, sedangkan berbahasa adalah

proses penyampaian informasi dalam komunikasi itu.

1. Hakikat Bahasa

Para pakar linguistik biasanya mendefinisikan bahasa sebagai satu sistem lambang

bunyi yang bersifat arbitrer, yang kemudian lazim ditambah dengan yang digunakan oleh

sekelompok anggota masyarakat untuk berinteraksi dan mengidentifikasikan diri (Chaer,

1994). Bagian utama dari definisi di atas menyatakan hakikat bahasa itu, dan bagian

tambahan menyatakan apa fungsi bahasa itu.

2. Asal-Usul Bahasa

F.B Condillac seorang filsuf bahasa Perancis berpendapat bahwa bahasa itu berasal

dari teriakan-teriakan dan gerak-gerik badan yang bersifat naluri yang dibangkitkan oleh

perasaan atau emosi yang kuat.. Sebelum adanya teori Condillac, orang (terutama ahli

agama) percaya bahwa bahasa itu berasal dari Tuhan. Namun teori Condillac dan

kepercayaan kaum agama ini ditolak oleh Von Herder, seorang ahli filsafat bangsa Jerman,

yang mengatakan bahwa bahasa adalah tidak mungkin berasal dari Tuhan karena bahasa itu

sedemikian buruknya dan tidak sesuai dengan logika karena Tuhan Maha Sempurna.

Menururt Von Herder bahasa itu terjadi dari proses onomatope, yaitu peniruan bunyi alam.

Bunyi-bunyi alam yang ditiru ini merupakan benih yang tumbuh menjadi bahasa sebagai

akibat dari dorongan hati yang sangat kuat untuk berkomunikasi.

3. Fungsi-Fungsi Bahasa

Jawaban tradisional tentang fungsi bahasa adalah bahwa bahasa itu adalah alat

interaksi sosial, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan konsep, atau juga

perasaan (Chaer, 1995). Menurut Wardhaugh (1972) seorang pakar sosiolinguistik fungsi

bahasa adalah alat komunikasi manusia, baik lisan maupun tulisan. Karena bahasa digunakan

manusia dalam segala tindak kehidupan, sedangkan perilaku dalam kehidupan itu sangat luas

Page 12: Tugas Psikologi FUAD

dan beragam, maka fungsi-fungsi bahasa itu bisa menjadi sangat banyak sesuai dengan

banyaknya tindak dan perilaku serta keperluan manusia dalam kehidupan.

4. Struktur Bahasa

Struktur menyagkut masalah hubungan antara unsur-unsur didalam satuan ujaran,

misalnya antara fonem dengan fonem di dalam kata, antara kata-kata dengan kata di dalam

frase, atau juga antara frase dengan frase di dalam kalimat. Sedangkan sistem berkenaan

dengan hubungan antara unsur-unsur bahasa pada satuan-satuan ujaran yang lain. Fakta

bahwa predikat terletak di belakang subjek dalam bahasa Indonesia adalah masih struktur,

sedangkan fakta adanya verba aktif dan verba pasif adalah masalah sistem (Chaer, 1994).

Hubungan Berbahasa, berfikir, dan berbudaya

Berbahasa adalah penyampaian pikiran atau perasaan dari orang yang berbicara

mengenai masalah yang dihadapi dalam kehidupan budayanya.

Wilhelm Von Humboldt, sarjana Jerman abad ke-19, menekankan adanya

ketergantungan pemikiran manusia pada bahasa. Maksudnya, pandangan hidup dan budaya

suatu masyarakat ditentukan oleh bahasa masyarakat itu sendiri. Mengenai bahasa itu sendiri

Von Humboldt berpendapat bahwa substansi bahasa itu sendiri dari dua bagian. Bagian

pertama berupa bunyi, dan bagian lainnya berupa pikiran yang belum terbentuk oleh

ideenform atau innereform.

Edward Sapir (1884-1939) linguis Amerika memiliki pendapat yang hampir sama

dengan Von Humboldt. Sapir mengatakan bahwa manusia hidup di dunia ini di bawah belas

kasih bahasanya yang telah menjadi alat pengantar dalam kehidupannya bermasyarakat.

Menurut Sapir telah menjadi fakta bahwa kehidupan suatu masyarakat sebagian didirikan di

atas tabiat-tabiat dan sifat-sifat bahasa itu. Karena itulah, tidak ada dua buah bahasa yang

sama sehingga dapat dianggap mewakili satu masyarakat yang sama.

Page 13: Tugas Psikologi FUAD

Jean Piaget, sarjana Perancis berpendapat justru pikiranlah yang membentuk bahasa.

Tanpa pikiran bahasa tidak akan ada. Pikiranlah yang menentukan aspek-aspek sintaksis dan

leksikon bahasa; bukan sebaliknya.

L.S. Vygotsky, sarjana berkebangsaan Rusia berpendapat bahwa adanya satu tahap

perkembangan bahasa sebelum adanya pikiran, dan adanya satu tahap perkembangan pikiran

sebelum adanya bahasa. Kemudian, kedua garis perkembangan ini saling bertemu, maka

terjadilah secara serentak pikiran berbahasa dan bahasa berpikir. Pikiran berbahasa

berkembang melalui beberapa tahap. Mula-mula kanak-kanak harus mengucapkan kata-kata

untuk dipahami. Kemudian bergerak ke arah kemampuan mengerti atau berpikir tanpa

mengucapkan kata-kata itu. Lalu, dia mampu memisahkan kata-kata yang berarti dan yang

tidak berarti.

Noam Chomsky mengajukan kembali teori klasik yang disebut hipotesis nurani.

Sebenarnya teori ini tidak secara langsung membicarakan hubungan bahasa dengan

pemikiran, tetapi kita dapat menarik kesimpulan mengenai hal itu karena Chomsky sendiri

menegaskan bahwa pengkajian bahasa membukakan persfektif yang baik dalam pengkajian

proses mental manusia. Hipotesis nurani mengatakan bahwa struktur bahasa-dalam adalah

nurani. Artinya, rumus-rumus itu dibawa sejak lahir. Pada waktu seorang kanak-kanak mulai

mempelajari bahasa ibu, dia telah dilengkapi sejak lahir dengan satu peralatan konsep

dengan struktur bahasa-dalam yang bersifat universal. Peralatan konsep ini tidak ada

kaitannya dengan belajar atau pembelajaran, misalnya dengan aksi atau perilaku seperti yang

dikatakan Piaget, dan tidak ada hubungannya dengan apa yang disebut kecerdasan. Jadi

bahasa dan pemikiran adalah dua buah sistem yang berasingan, dan mempunyai otonomi

masing-masing. Seorang anak yang dungu pun akan lancar berbahasa hampir pada jangka

waktu yang sama dengan seorang kanak-kanak yang normal.

Eric Lennerberg mengajukan teori yang disebut Teori Kemampuan Bahasa Khusus.

Menurut Lennerberg banyak bukti yang menunjukkan bahwa manusia menerima warisan

Page 14: Tugas Psikologi FUAD

biologi asli berupa kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bahasa yang khusus

untuk manusia, dan yang tidak ada hubungannya dengan kecerdasan dan pemikiran.

Bukti bahwa manusia telah dipersiapkan secara biologis untuk berbahasa menurut

Lennerberg adalah sebagai berikut:

1. Kemampuan berbahasa yang sangat erat hubungannya dengan bagian-bagian anatomi dan

fonologi manusia, seperti bagian-bagian otak tertentu yang mendasari bahasa.

2. Jadwal perkembangan bahasa yang sama yang berlaku bagi semua kanak-kanak normal.

Semua kanak-kanak bisa dikatakan mengikuti strategi dan waktu pemerolehan bahasa yang

sama, yaitu lebih dahulu menguasai prinsip-prinsip pembagian dan pola persepsi.

3. Perkembangan bahasa tidak dapat dihambat meskipun pada kanak-kanak yang mempunyai

cacat tertentu seperti buta, tuli atau memiliki orang tua pekak sejak lahir. Namun, bahasa

kanak-kanak ini tetap berkembang dengan hanya sedikit kelambatan.

4. Bahasa tidak dapat diajarkan pada makhluk lain. Hingga saat ini belum pernah ada

makhluk lain yang mampu menguasai bahasa, sekalupun telah diajar dengan cara-cara yang

luar biasa.

5. Setiap bahasa, tanpa terkecuali, didasarkan pada prinsip-prinsip semantik, sintaksis, dan

fonologi yang universal.

Brunner memperkenalkan teori yang disebut Teori Instrumentalisme yaitu bahasa

adalah alat pada manusia untuk mengembangkan dan menyempurnakan pemikiran itu.

Bahasa dapat membantu pemikiran manusia supaya dapat berpikir lebih sistematis. Brunner

berpendapat bahwa bahasa dan pemikiran berkembang dari sumber yang sama. Oleh karena

itu keduanya mempunyai bentuk yang sangat serupa, maka keduanya dapat saling

membantu. Selanjutnya bahasa dan pikiran adalah alat untuk berlakunya aksi.

Page 15: Tugas Psikologi FUAD

Teori-Teori Linguistik

Teori Ferdinand De Saussure menjelaskan bahwa perilaku bertutur atau tindak tutur

(speech act) sebagai satu hubungan antara dua orang atau lebih, seperti antara A dengan B.

Perilaku bertutur ini terdiri dari dua orang bagian kegiatan yaitu bagian luar dan bagian

dalam. Bagian luar dibatasi oleh mulut dan telinga sedangkan bagian dalam oleh jiwa atau

akal yang terdapat dalam otak pembicara dan pendengar.. Jika A berbicara maka B

pendengar, dan B jika berbicara maka A menjadi pendengar.

Menurut De Saussure linguistik murni mengkaji langue, bukan parole maupun

langage. Teori linguistik De Saussure telah mengikutsertakan parole. Alasan De Saussure

mengkaji parole adalah:

1. Langue bersifat sosial sedangkan parole bersifat individual. Kedua sifat ini saling

bertentangan. Langue berada di dalam otak. Belajar langue bersifat sosial dalam pengertian

sinkronik, sedangkan parole bersifat idiosinkronik karena ditentukan secara perseorangan.

2. Langue itu bersifa abstrak dan tersembunyi di dalam otak sedangkan parole selalu

bergantung pada kemauan penutur dan bersifat intelektual.

3. Langue adalah pasif sedangkan parole adalah aktif.

Teori Noam Chomsky

Menurut Chomsky untuk dapat menyusun tata bahasa dari suatu bahasa yang masih

hidup (masih digunakan dan ada penuturnya) haruslah ada satu teori mengenai apa yang

membentuk tata bahasa itu. Teori umum itu adalah satu teori ilmiah yang disusun

berdasarkan satu korpus ujaran yang dihasilkan oleh para bahasawan asli bahasa itu.

Menurut Chomsky perkembangan teori linguistik dan psikologi yang sangat penting dan

perlu diingat dalam pengajaran bahasa adalah sebagai berikut:

1. Aspek kreatif penggunaan bahasa

2. Keabstrakan lambang-lambang linguistik

3. Keuniversalan struktur dasar linguistik

Page 16: Tugas Psikologi FUAD

Teori Pembelajaran Dalam Psikologi

Teori stimulus-respons adalah teori yang memiliki dasar pandangan bahwa perilaku

itu, termasuk perilaku berbahasa, bermula dengan adanya stimulus (rangsangan, aksi) yang

segera menimbulkan respons (reaksi, gerak balas). Teori ini berasal dari hasil eksperimen

Ivan. P. Pavlop, seorang psikologi Rusia terhadap seekor anjing.

Menurut teori Pembiasaan Klasik kemampuan seseorang untuk membentuk respons-

respons yang dibiasakan berhubungan erta dengan jenis sistem yang digunakan. Teori ini

percaya adanya perbedaan-perbedaan yang dibawa sejak lahir dalam kemampuan belajar.

Teori penghubungan (connection theory) diperkenalkan oleh Edward L. Thorndike

(1874-1919), seorang ahli psikologi berkebangsaan Amerika. Thorndike membuat

eksperimen dengan menempatkan seekor kucing di dalam sebuah sangkar besar , sangkar itu

dapat dibuka dari dalam dengan menekan sebuah engsel. Dalam usahanya untuk keluar

kucing itu mencakar-cakar ke sana ke mari; lalu secara kebetulan kakinya menginjak engsel

sehingga pintu sangkar pun terbuka dan dia bisa keluar. Eksperimen ini diulang dan kucing

itu berperangai yang sama. Setelah eksperimen itu dilakukan berturut-turut jumlah waktu

yang diperlukan oleh kucing untuk membuka pintu sangkar itu semakin sedikit; dan akhirnya

dia dapat membuka pintu sangkar itu dengan segera tanpa harus mencakar dulu ke sana ke

mari. Dari eksperimen dengan kucing itu, Thorndike berpendapat bahwa pembelajaran

merupakan suatu proses menghubung-hubungkan di dalam sistem dan tidak ada

hubungannya dengan insight atau pengertian.

Menurut behaviorisme yang dianut oleh Watson tujuan utama psikologi adalah

membuat prediksi dan pengendalian terhadap perilaku; dan sedikitpun tidak ada kaitannya

dengan kesadaran. Yang dapat dikaji oleh psikologi menurut teori ini adalah benda-benda

atau hal-hal yang dapat diamati secara langsung, yaitu rangsangan (stimulus) dan gerak balas

(respons); sedangkan hal-hal yang terjadi dalam otak tidak berkaitan dengan kajian. Maka

dalam hal pembelajaran menurut Watson tidak ada perbedaan antara manusia dan hewan.