Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

40
Gangguan Kecemasan Gangguan kecemasan adalah suatu gangguan yang paling diperngaruhi oleh kriteri diagnostik di dalam diagnostic and stastitical manual of mental disorder edisi 3 (DSM III), edisi ke 3 yang direvvisi (DSM III-R), dan edisi ke 4 (DSM-IV), dan oleh tumbuhnya pengetahuan tentang biologi kecemasan. Kecemasan ada 2, kecemasan normal dan kecemasan patologis. Penilaian tersebut didasarkan pada laporan keadaan internal pasien, perilakunya, dan kemampuan pasien untuk berfungsi. Seorang pasien dengan kecemasan patogis memerlukan pemeriksaan neuropsikiatri yang menyeluruh dan suatu rencana pengobatan yang disusun secara individual. Klinisi juga harus menyadari bahwa kecemasan mungkin merupakan komponen dari banyak kondisi medis dan gangguan mental lainyya, khusunya gangguan depresif. Kecemasan adalah suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman sesuatu yang baru dan belum dicoba, dan dari penemuan identitas sendiri dan arti hidup. Sedangkan kecemasan patologis adalah respon yang tidak sesuai terhadap stiumulus yang diberikan berdasarkan pada intensitas atau durasinya. Kecemasan Normal Suatu perasaan yang ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan dan samar, seringkali disertai oleh gejala otonomik seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi, kekakuan pada dada dan gangguan lambung ringan.

Transcript of Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

Page 1: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

Gangguan Kecemasan

Gangguan kecemasan adalah suatu gangguan yang paling diperngaruhi oleh kriteri

diagnostik di dalam diagnostic and stastitical manual of mental disorder edisi 3 (DSM III), edisi

ke 3 yang direvvisi (DSM III-R), dan edisi ke 4 (DSM-IV), dan oleh tumbuhnya pengetahuan

tentang biologi kecemasan. Kecemasan ada 2, kecemasan normal dan kecemasan patologis.

Penilaian tersebut didasarkan pada laporan keadaan internal pasien, perilakunya, dan

kemampuan pasien untuk berfungsi. Seorang pasien dengan kecemasan patogis memerlukan

pemeriksaan neuropsikiatri yang menyeluruh dan suatu rencana pengobatan yang disusun secara

individual. Klinisi juga harus menyadari bahwa kecemasan mungkin merupakan komponen dari

banyak kondisi medis dan gangguan mental lainyya, khusunya gangguan depresif. Kecemasan

adalah suatu penyerta yang normal dari pertumbuhan, dari perubahan, dari pengalaman sesuatu

yang baru dan belum dicoba, dan dari penemuan identitas sendiri dan arti hidup. Sedangkan

kecemasan patologis adalah respon yang tidak sesuai terhadap stiumulus yang diberikan

berdasarkan pada intensitas atau durasinya.

Kecemasan Normal

Suatu perasaan yang ditandai oleh rasa ketakutan yang difus, tidak menyenangkan dan

samar, seringkali disertai oleh gejala otonomik seperti nyeri kepala, berkeringat, palpitasi,

kekakuan pada dada dan gangguan lambung ringan.

Ketakuatan Dan Kecemasan

Kecemasan adalah suatu sinyal yang menyadarkan, ia memperingatkan adanya bahaya

yang mengancam dan memungkinkan seseorang mengambil tindakan untuk mengatasi ancaman.

Ketakutan, suatu sinyal serupa yang menyadarkan, harus dibedakan dari kecemasan. Rasa takut

adalah respon dari ancaman yang asalnya diketahui, eksternal, jelas, atau bersifat konflik;

kecemasan adalah respon terhadap suatu ancaman yang sumbernya tidak diketahui, internal,

samar, atau konfliktual.

Fungsi Adaptif Dari Kecemasan

Page 2: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

Jika dianggap semata-mata sebagai suatu sinyal peringatan, kecemasan dapat dianggap

pada dasarnya merupakan emosi yang sama seperti ketakutan. Kecemasan memperingatkan

adanya ancaman eksternal dan internal dan memiliki kualitas mengancam hidup.

Gejala Psikologis Dan Kognitif

Pengalaman kecemasan memiliki 2 komponen: (1) kesadaran adanya sensasi fisiologis

(seperti berdebar-debar dan berkeringat) dan (2) kesadaran sedang gugup atau ketakutan.

Disamping efek motorik dan visceral, kecemasan mempengaruhi befikir persepsi dan belajar.

Aspek penting dari emosi adalah efeknya pada selektivitas perhatian. Orang yang kecemasan

cenderung memilih benda tertentu dalam lingkungannya dan tidak melihat yang lainnya untuk

membuktikan bahwa mereka benar-benar berada dalam situasi yang menakutkan dan berespon

dengan tepat.

KECEMASAN PATOLOGIS

Teori Psikologis

Tiga bidang utama teori psikologis (psikoanalitik, perilaku dan ekstensial) telah

menyumbangkan teori tentang penyebab kecemasan.

Teori Psikoanalitik

Freud menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu sinyal kepada ego bahwa suatu

dorongan yang tidak tidak dapat diterima menekan untuk mendapatkan perwakilan dan

pelepasan sadar. Di dalam teori psikoanalitik, kecemasan dapat dipandang sebagai masuk ke

dalam empat katagori utama, tergantung pada sifat akibat yang ditakutinya : kecemasan id atau

impuls, kecemasan kastrasi, dan kecemasan superego.

Teori Perilaku

Teori perilaku menyatakan bahwa kecemasan adalah suatu respon yang dibiasakan

terhadap stimuli lingkungan spesifik.

Teori Ekstensial

Teori ekstensial tentang kecemasan memberikan model untuk gangguan kecemasan

umum (generalized anxiety disorder) dimana tidak terdapat stimulus yang dapat diidentifikasi

secara spesifik untuk suatu perasaan yang kronis. Kecemasan adalah respon seesorang terhadap

kehampaan eksistansi dan arti yang berat tersebut.

Page 3: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

Teori Biologis

Sistem Saraf Otonom

Stimulasi sistem saraf otonom menyebabkan gejala tertentu-kardiovaskular (sebagai

contoh takikardia), muskular (sebagai contoh nyeri kepala), gastrointestinal (sebagai contoh

diare) dan pernafasan (sebagai contohnya, nafas cepat). Manifestasi kecemasan perifer tersebut

tidak selalu berubungan dengan pengalaman kecemasan subjektif.

Neurotransmiter

Tiga neurotransmiter utama yang berhubungan dengan kecemasan berdasarkan penelitian

pada binatang dan respon terhadap terapi obat adalah noerpinefrin, serotonin dan gamma

animobutyric acid (GABA).

Norepinefrin

Teori umum tentang peranan norepinefrin didalam gangguan kecemasan adalah bahwa

pasien yang menderita mungkin memiliki sistem noradenergik yang teregulasi secara buruk yang

secara kadang-kadang menyebabkan aktifitas.

Serotonin

Dikenalinya banyak tipe reseptor serotonin telah merangsang pencarian akan peranan

serotonin di dalam patogenesis gangguan kecemasan.

GABA.

Peranan gama-aminobutyric acid (GABA) dalam gangguan kecemasan didukung paling

kuat oleh manfaat benzodiazepin yang tidak dapat dipungkiri, yang meningkatkan reseptor

GABA pada reseptor GABAA, didalam pengobatan beberapa jenis kecemasan.

APLYSIA

Suatu model neurotransmiter untuk gangguan kecemasan didasarkan pada penelitian pada

Apylisia californica, suatu siput laut yang bereaksi terhadap bahaya dengan melarikan diri,

memasukkan dirinya ke dalam rumahnya dan menurunkan perilaku makannya.

Penelitian Pencitraan Otak

Penelitian pencitraan otak fungsional-sebagai contohnya tomografi emisi positron (PET),

tomografi komputer emisi foton tunggal (SPECT), dan elektroensefalografi (EEG)-pada pasien

Page 4: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

dengan gangguan kecemasan telah secara beragam melaporkan adanya kelainan di korteks

frontalis, daerah oksipitalis dan temporalis pada suatu penelitian gangguan panik.

Penelitian Genetika

Penelitan genetika telah menghasilkan data yang kuat bahwa sekurangnya suatu

komponen genetika berperan terhadap perkembangan gangguan kecemasan.

Pertimbangan Neuroanatomis

Lokus sereleus dan nukeli raphe terutama berajalan ke sistem limbik dan korteks serebral.

Dalam kombinasi dengan data dari penelitian pencitraan otak, bidang tersebut menjadi pusat

sebagian besar pembentukan hipotesis tentang substrat neuroanatomik dari gangguan kecemasan.

Gangguan Kecemasan DSM-IV

DSM-IV menuliskan gangguan kecemasan seperti berikut ini : gangguan panik dengan

dan tanpa agorafobia, agorafobia tanpa riwayat gangguan panik, fobia spesifik dan sosial,

gangguan obsesif-kompulsif, gangguan stres pasca traumatik, gangguan stress akut, gangguan

kecemasan umum, gangguan kecemasan karena kondisi umum, gangguan kecemasan akibat zat

dan gangguan kecemasan yang tidak ditentukan termasuk gangguan kecemasan-depresif

campuran (semuanya dibicarakan di bab ini).

GANGGUAN KECEMASAN KARENA KONDISI MEDIS UMUM

Gangguan kecemasan karena kondisi medis umum dituliskan dalam DSM-III-R sebagai

sindroma kecemasan organik, suatu gangguan mental organik yang berhubungan dengan

gangguan atau kondisi fisik aksis III.

Epidemiologi

Sering diitemukan walaupun insidensi gangguan bervariasi untuk masing-masing kondisi

medis umum spesifk.

Etiologi

Beberapa kondisi dapat menghasilkan gejala yang menyerupai gangguan kecemasan

seperti hipertiroidisme, hipotiroidisme, hipoparatiroid, defisiensi vitamin B-12, dll

Diagnosis

Page 5: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

Diagnosis DSM-IV tentang gangguan kecemasan karena kondisi umum mengharuskan

adanya gejala gangguan kecemasan. DSM-IV memungkinkan klinisi untuk menentukan apakah

gangguan ditandai oleh gejala kecemasan umum, serangan panik atau gejala obsesif kompulsif.

Gambaran Klinis

Gejala gangguan kecemasan karena kondisi medis umum dapat identik dengan gejala

gangguan kecemasan primer. Antara lain :

Gangguan panik

Gangguan kecemasan umum

Fobia

Gangguan obsesif kompulsif

Diagnosis Banding

Kecemasan sebagai suatu gejala dapat berhubungan dengan banyak gangguan psikiatrik,

selain gangguan kecemasan sendiri. Pemeriksaan status mental diperlukan untuk menentukan

adanya gejala ganggguan mood atau gejala psikotik yang dapat mengarahkan pada diagnosis

psikiatrik lain.

Perjalanan Penyakit Dan Prognosis

Pengalaman kecemasan yang tidak mereda dapat melumpuhkan, mengganggu tiap aspek

kehidupan, termasuk fungsi sosial, pekerjaan dan psikologis.

Terapi

Pengobatan primer untuk gangguan kecemasan umum karena kondisi medis umum

adalah mengobati kondisi medis dasarnya.

Gangguan Kecemasan Akibat Zat

Epidemiologi

Sering ditemukan baik sebagai akibat ingesti yang disebut obat rekreasional dan sebagai

akibat pemakaian obat yang diresepkan.

Etiologi

Berbagai madcam zat baik berupa obat simpatomimetik (amfetamin,. Kokain atau kafein)

maupun serotonergik (LSD, MDMA) dapat mengakibatkan gejala kecemasan yang mirip dengan

tiap gangguan kecemasan DSM-IV.

Dignosis

Page 6: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

Keriteria diagnostik DSM-IV untuk gangguan kecemasan akibat zat mengharuskan

adanya kecemasan, serangan panik, obsesi atau kompulsi yang menonjol.

Gambaran Klinis

Gambaran klinis penyerta adalah bervariasi tergantung pada zat tertentu yang

terlibat.

Diagnosis banding

Diagnosis banding antara lain : gangguan kecemasan primer, gangguan kecemasan

karena kondisi medis umum dan gangguan mood yang seringkali disertai dengan gangguan

kecemasan.

Perjalanan Penyakit Dan Prognosis

Efek ansiogenik dari sebagian besar obat adalah reversibel. Jika kecemasan tidak

memulih dengan dihentikannya obat, klinisi harus mempertimbangkan ulang diagnosis gangguan

kecemasan akibat zat atau mempertimbangkan kemungkinan bahwa zat menyebabkan kerusakan

otak yang ireversibel.

Terapi

Terapi primer untuk gangguan kecemasan akibat zat adalah menghilangkan zat penyebab

yang terlibat.

Beberaapa memiliki gejala gangguan kecemasan yang tidak memenuhi kriteria untuk

satupun gangguan kecemasan DSM-IV spesifik atau campuran kecemasan dan mood yang

terdepresi. Pasien tersebut paling tepat diklasifikasikan sebagai menderita gangguan kecemasan

yang tidak ditentukan (NOS; not otherwise specified).

Page 7: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

GANGGUAN PANIK DAN AGORAFOBIA

Gangguan panik adalah ditandai dengan terjadinya serangan panik yang spontan dan

tidak diperkirakan. Agorafobia yaitu ketakutan berada sendirian ditempat-tempat publik

khususnya tempat dimana pintu keluar yang cepat jika seseorang mengalami serangan panik.

Etiologi

Faktor Biologis

Penelitian tentang dasar biologis untuk gangguan panik telah menghasilkan berbagai

temuan. Satu interpretasi adalah bahwa gejala gangguan panik dapat disebabkan oleh berbagai

kelainan biologis di dalam struktur otak dan fungsi otak.

Faktor Genetika

Walaupun jumlah penelitian terkontrol baik tentang dasar genetika dari gangguan panik

dan agorafobia adalah sedikit, data sekarang mendukung kesimpulan bahwa gangguan ini

memiliki koponen genetika yang jelas.

Faktor Psikososial

Baik teori kognitif dan psikoanalitik telah dikembangkan untuk menjelaskan patogenesis

gangguan panik dan agorafobia. Keberhasilan pendekatan kognitif-perilaku terhadap pengobatan

gangguan tersebut mungkin menambah kerpercayaan terhadap teori kognitif-perilaku.

Diagnosis

Serangan panik

Dalam DSM-IV tidak seperti DSM-II-R, kriteria diagnostik untuk serangan panik adalah

dituliskan sebagai kumpulan kriteria yang terpisah. Dalam DSM-III-R kriteria untuk suatu

serangan panik dimasukkan di dalam kriteria diagnostik untuk gangguan panik,

Gangguan panik

DSM-IV memiliki dua kriteria diagnostik untuk gangguan panik, satu tanpa agorafobia

dan yang lainnya dengan agorafobia, tetap keduanya mengharuskan adanya serangan panik.

Agorafobia Tanpa Serangan Panik

Kriteria DSM-IV untuk agorafobia tanpa riwayat gangguan panik tetap menggunakan

kriteria DSM-III-R didasarkan pada ketakutan akan gejala tiba-tiba yang menyebabkan

ketikdakmampuan atau memalukan. Sebaliknya kriteria ICD-10 mengharuskan adanya fobia

yang saling berhubungan (interrelated) atau bertumpang tindih (overlapping) tetapi tidak

Page 8: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

mengharuskan adanya ketakutan akan gejala yang menyebabkan ketidakmampuan atau

memalukan.

Gambaran Klinis

Gangguan Panik

Serangan panik seringkali sama sekali spontan, walaupun serangan panik kadang-kadang

terjadi setelah luapan kegembiraan, kelelahan fisik aktifitas seksual atau trauma emosional

sedang.

Agorafobia

Pasien agorafobia secara kaku menghindari situasi dimana akan sulit untuk mendapatkan

bantuan. Mereka lebih suka disertai seorang teman atau anggota keluarga ditempat-tempat

tertentu seperti jalanan yang sibuk, toko yang padat, ruangan yang tertutup dan kendaraan

tertutup.

Gejala Penyerta

Gejala depresif seringkali ditemukan pada gangguan panik dan agorafobia dan pada

beberap pasien suatu gangguan depresif ditemukan bersama-sama dengan gangguan panik.

Diagnosis Banding

Diagnosis banding untuk seorang pasien dengan gangguan paik adlaah sejumlah besar

gangguan medis dan juga banyak gangguan mental.

Gangguan Medis

Diferensial diagnosis untuk gangguan panik dapat meliputi beberapa gangguan organik

antara lain : penyakit kardiovaskular, pulmonal, neurologis, endokrin, intoksikasi obat dan

halusinogen.

Gangguan Mental

Diagnosis banding psikiatrik untuk gangguan panik adalah pura-pura, gangguan buatan,

hipokondriasis, gangguan depersonalisaasi, fobia sosial dan spesifik, gangguan sterss

pascatraumatik, gangguan depresif dan skizofrenia.

Terapi

Dengan terapi, sebagian besar pasien mengalami perbaikan dramatik pada gejala

gangguan panik dan agorafobia. Dua terapi yang paling efektif adalah farmakoterapi dan terapi

Page 9: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

kognitif-perilaku. Terapi keluarga dan terapi kelompok mungkin membantu pasien yang

menderita dan keluarganya untuk menyesuaikan dengan kenyataan bahwa pasien menderita

gangguan dan dengan kesulitan psikososial yang telah dicetuskan oleh gangguan.

Farmakoterapi

Obat trisiklik dan tetrasiklik, MAOIs, SSRIs, dan benzodiazepine adalah efektif didalam

pengobatan gangguan panik. Jika suatu obat dari suatu kelas (misal trisiklik) tidak efektif, suatu

obat dari kelas yang berbeda harus dicoba.

Terapi Kognitif dan Perilaku

Berbagai laporan telah menyimpulkan bahwa terapi kognitif dan perilaku adalah lebih

ungul dibandingkan farmakoterapi saja. Gabungan dari keduanya lebih efektif dibandingkan jika

terapi ini dilaksanakan sendiri-sendiri.

Terapi psikososial lain

Terapi keluarga

Terapi keluarga yang diarahkan untuk mendidik dan mendukung seringkali bermanfaat.

Psikoterapi berorientasi tilikan

Psikoterapi ini memusatkan pada membantu pasien mengerti arti bawah sadar dari

kecemasan, simbolisme situasi yang dihindari, kebutuhan untuk merepresi impuls dan

tujuan sekunder dari gejala. Pengoatan ini menurut penelitan dapat bermanfaat untuk

mengobati gangguan panik dan agorafobia.

Fobia Spesifik dan Fobia Sosial

Fobia adalah suatu ketakutan yang tidak rasional yang menyebabkan penghindaran yang didasari terhadap objek, aktivitas atau situasi yang ditakuti. Situasi fobik menyebabkan ketegangan orang yang bersangkutan dimana orang tersebut sadar bahwa reaksinya berlebihan, dan ketegangan ini sampai menimbulkan gangguan kemampuan seseorang untuk berfungsi di dalam kehidupannya.

1. Epidemiologia. Fobia Spesifik

Fobia spesifik disebut juga fobia sederhana. Objek dan situasi yang biasanya ditakuti pada orang dengan fobia spesifik adalah binatang, badai, ketinggian, penyakit, darah, injeksi, cedera dan kematian. Prevalensi enam bulan fobiua

Page 10: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

spesifik adalah sekitar 5-10 per 100 orang. Fobia spesifik lebih sering terjadi pada wanita dengan perbandingan wanita dan laki-laki adalah 2 : 1.

b. Fobia SosialFobia sosial disebut juga gangguan kecemasan sosial yang ditandai dengan ketakutan yang berlebihan terhadap penghinaan dan rasa memalukan di dalam berbagai lingkungan sosial, seperti berbicara di depan publik, buang air kecil di wc umum (“shy bladder”) dan janji kencan. Fobia sosial seringkali sulit dibedakan dengan gangguan kepribadian menghindar. Prevalensi fobia sosial antara 2-3 per 100 orang. Onset terjadinya paling muda 5 tahun dan yang paling lanjut 35 tahun.

2. Etiologia. Prinsip-prinsip umum

- Faktor perilakuPada tahun 1920, John B Watson menuliskan artikel mengenai penelitiaanya terhadap model stimulus-respon tradisional dari pavlov tentang refleks yang dibiasakan (conditional reflex) dimana kecemasan adalah dibangkitkan stimulus yang secara alami menakutkan yang terjadi dalam hubungan dengan stimulus kedua yang bersifat netral. Apabila kedua stimuli dipasangkan berurutan , maka stimulus yang awalnya netral dapat memiliki kemampuan untuk membangun kecemasan apabila stimukus tersebut dibiasakan secara bertahap. Pada gejala fobik, pelemahan respon terhadap stimulus yang dibiasakan tidak terjadi.Pada teori pembiasaaan perilaku (operant conditioning theory), kecemasan adalah dorongan yang memotivasiorganisme untuk melakukan apa yang dapat menghilangkan pengaruh yang menyakitkan. Organisme belajar bahwa tindakan tertentu memungkinkan mereka menghindari stimulus yang dapat menimbulkan kecemasan. Model tersebut mudah diterapkan pada fobia dimana penghindaran terhadap objek atau situasi yang menimbulkan kecemasan memegang peranan inti dan hal ini menjadi terfiksasi sebagai gejala yang stabil.Teori belajar memiliki relevansi khusus terhadap fobia dan mampu memberikan penjelasan sederhana serta dapat dimengerti dari berbagai aspek fobia, namun berbagai kritik mengatakan bahwa teori ini sebagian besar menggambarkan mekanisme permulaan gejala dan kurang berguna dibandingkan teori psikoanalitik dalam memberikan pemahaman proses psikis dasar yang terlibat.

- Faktor psikoanalitikSigmund Freud menghipotesiskan bahwa fungsi utama kecemasan adalah sebagai pemberi sinyal kepada ego bahwa suatu dorongan bawah sadar yang dilarang mendorong mendapatkan ekspresi sadar, jadi mengubah ego untuk memperkuat dan menyusun pertahanannya melawan dorongan instingtual yang mengancam. Freud memandang bahwa fobia (histeria kecemasan) sebagai akibat dari konflik yang terpusat pada situasi oedipal masa anak-anak yang tidak terpecahkan.

Page 11: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

Pada pasien fobik pertahanan yang terlibat terutama menggunakan pengalihan, yaitu konflik seksual dialihkan pada obyek yang tidak relevan dan tidak penting, yang selanjutnya memiliki kekuatan untuk membangkitkan kumpulan afek, termasuk sinyal kecemasan. Objek atau situasi fobik biasanya adalah sesuatu yang dapat dijauhi oleh seseorang. Freud pertama kali merumuskan teoritiknya tentang pembentukan fobia dalam riwayat Little Hans, seorang anak berusia 5 tahun yang memiliki ketakutan terhadap kuda.Pada pengamatan klinik, didapatkan pandangan bahwa kecemasan yang berhubungan dengan fobia memiliki berbagai sumber dan warna.Fobia menggambarkan interaksi antara diatesis genetika-konstitusional dan stressor lingkungan. Dari hasil penelitian longitudinal didapatkan anak-anak tertentu memiliki predisposisi konstitusional terhadap fobia karena mereka lahir dengan temperamen tertentu yang dikenal sebagai inhibisi perilaku yang tidak dikenal (behavioral inhibition to the unfamiliar). Tetapi presdiposisi temperamental harus ada untuk menciptakan fobia yang lengkap.Sikap fobik-balik (Counterphobic Attitude). Otto Fenichel menarik perhatian dengan menyatakan bahwa kecemasan dapat disembunyikan dengan pola sikap dan perilaku yang mencerminkan suatu penyangkalan, dimana objek atau situasi yang ditakuti adalah berbahaya atau bahwa seseorang ketakutan terhadapnya. Orang fobik-balik akan mencari-cari situasi yang berbahaya dan melawannya secara entusias. Terlihat pada olahraga yang mungkin berbahaya seperti terjun payung dan mendaki gunung. Pola perilaku tersebut meungkin melibatkan mekanisme pertahanan yang berhubungan yaitu identifikasi dengan agresor

b. Fobia SpesifikPerkembangan fobia spesifik dapat disebabkan dari pemasangan (pairing) objek atau situasi tertentu dengan emosi ketakutan dan panik. Pada umumnya, suatu kecenderungan tidak spesifik untuk mengalami kecemasan dan ketakutan membentuk kelompok latar (backgroup); jika suatu peristiwa spesifik (misalnya mengemudi) dipasangkan dengan pengalaman emosional (misalnya kecelakaan). Mekanisme asosiasi lain antara objek fobik dan emosi fobik adalah modeling, dimana seseorang mengamati reaksi pada orang lain (sebagai contohnya orang tua) dan pengalihan informasi, dimana seseorang diajarkan atau diperingatkan tentang bahaya objek

c. Fobia Sosial

Sampai sekarang belum ditemukan penyebab yang pasti. Walaupun demikian, penelitian mengenai etiologi banyak dilakukan saat ini. Ada beberapa teori yang mencoba mengungkapkannya, antara lain:

Teori psikoanalisa

Menurut Freud, fobia sosial atau hysteria-ansietes merupakan manifestasi dari konflik Oedipal yang tidak terselesaikan. Selain adanya dorongan seksual yang kuat untuk melakukan incest, terdapat pula rasa takut terhadap kastrasi. Hal ini

Page 12: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

menyebabkan terjadinya konflik dan ansietas. Akibatnya, ego berusaha menggunakan mekanisme-pertahanan represi yaitu membuang jauh dari kesadaran. Tatkala represi tidak lagi berhasil, ego berusaha mencari mekanisme pertahanan tarnbahan. Mekanisme pertahanan tambahan adalah displacement. Konflik seksual ditransfer dari orang yang mencetuskan konfilk kepada sesuatu yang sepertinya tidak penting atau objek yang tidak relevan atau situasi yang sakarang mempunyai kekuatan untuk membangkitkan ansietas. Situasi atau obyek yang dipilih atau disimbolkan biasanya berhubungan langsung dengan sumber konflik. Dengan Menghindari objek tersebut pasien dapat lari dari penderitaan ansietas yang serius.

Teori genetik

Faktor genetik dapat berperanan dalam fobia sosial. Analisa pedigree/silsilah memperlihatkan silsilah pertama dari proband dengan fobia sosial tiga kali beresiko mendapat sosial fobia dibanding kontrol. Namun, gen spesifik belum pernah diisolasi. Perangai anak yang selalu dilarang telah dihubung-hubungkan dengan perkembangan fobia sosial dimasa dewasa

Teori Neurotransmiter

Mekanisme Dopaminergik

Dari penelitian didapatkan bahwa fobia sosial berhubungan dengan gangguan pada system dopaminergik. Kadar homovanilic acid (HVA) pada penderita fobia sosial lebih rendah blia dibandingkan dangan penderita panik atau kontrol. Adanya perbaikan gejala fobia sosial dengan pemberian monoamine oxidase inhibitor (MAOI) menunjukkan bahwa kinerja dopamine terganggu pada fobia sosial.

Mekanisme Serotonergik

Pemberian fenilfluramin pada panderita fobia sosial menyebabkan peningkatan kortisol sehingga diperkirakan adanya disregulasi serotonin. Walaupun demikian, pada pemberian methchlorphenylpiperazine (MCPP), suatu serotonin agonis, tidak ditemukan adanya perbedaan respons prolaktin antara pendarita fobia sosial dengan kontrol normal. Begitu pula, pengukuran ikatan platelet (3H)-paroxetine, suatu petanda untuk mangetahui aktivitas serotonin; tidak terlihat adanya perbedaan antara fobia sosial dengan gangguan panik atau kontrol normal.

Mekanisme Noradrenergik

Penderita fobia sosial sangat sensitif terhadap perubahan kadar epinefrin sehingga dengan cepat terjadi peningkatan denyut jantung, berkeringat dan tremor. Pada orang normal, gejala fisik yang timbul akibat peningkatan epinefrin mereda atau menghilang dengan cepat. Sebaliknya pada penderita fobia sosial tidak terdapat

Page 13: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

penurunan gejala. Bangkitan gejala fisik yang meningkat semakin mengganggu penampilan di depan umum. Pengalaman ini juga membangkitkan kecamasan pada penampilan berikutnya sehingga mengakibatkan orang tidak berani tampil dan menghindari panampilan selanjutnya

Pencitraan Otak

Dengan magnetic resonance imaging (MRI) terlihat adanya penurunan volume ganglia basalis pada penderita fobia sosial. Ukuran putamen berkurang pads fobia sosial.

3. Diagnosisa. Fobia Spesifik

Kriteria diagnostik untuk Fobia Spesifik :o rasa takut yang jelas dan menetap yang berlebihan atau tidak

beralasan, ditunjukkan oleh adanya atau antisipasi suatu objek atau situasi tertentu (misalnya naik pesawat terbang, ketinggian, binatang, dll)

o pemaparan dengan stimulus fobik hampir selalu mencetuskan respon kecemasan yang segera, yang dapat berupa serangan panik yang berhubungan dengan situasi atau dipredisposisikan oleh situasi.

o orang menyadari bahwa rasa takut adalah berlebihan atau tidak beralasan.

o situasi fobik dihindari atau jika tidak dapat dihindari, dihadapi dengan kecemasan atau penderitaan yang kuat.penghindaran, antisipasi kecemasan, atau penderitaan dalam situasi yang ditakuti secara bermakna mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan atau aktivitas sosial atau hubungan dengan orang lain, atau terdapat penderitaan yang jelas karena menderita fobia.

o pada individu dibawah 18 th, durasi sekurangnya 6 bulan.

b. Fobia Sosial

Menurut DSM-IVKriteria AKetakutan yang jelas dan menetap terhadap satu atau lebih situasi sosial atau tampil didepan orang yang belum dikenal atau situasi yang memungkinkan ia dinilai oleh orang lain atau menjadi pusat perhatian. Ada perasaan takut bahwa ia akan berperilaku memalukan atau menampakkan gejala cemas atau bersikap yang dapat merendahkan dirinya. Kriteria BApabila pasien terpapar dengan situasi sosial, hampir selalu timbul kecemasan atau bahkan mungkin serangan panik.Kriteria C

Page 14: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

Pasien menyadari bahwa ketakutannya sangat berlebihan dan tidak masuk akal. Ketakutan tersebut tidak merupakan waham atau paranoid.Kriteria D Pasien menghindar dari situasi sosial atau menghindar untuk tampil di depan umum atau pasien tetap bertahan pada situasi sosial tersebut tetapi dengan perassan sangat cemas atau sangat menderita.Kriteria E Penghindaran dan kecemasan atau penderitaan akibat ketakutan terhadap situasi sosial atau tampil di depan umum tersebut mempengaruhi kehidupan pasien secara bermakna atau mempengaruhi fungsi pekerjaan, aktivitas dan hubungan sosial atau secara subjektif pasien merasa sangat menderita. Kriteria F Untuk yang berusia di bawah 18 tahun, durasi paling sedikit 6 bulan. Kriteria G Ketakutan atau sikap menghindar tersebut tidak disebabkan oleh efek fisiologik zat atau kondisi medik umum atau gangguan mental lain (gangguan panik dengan atau tanpa agoraphobia, gangaguan dismorfik, gangguan perkembangan prevasif, atau dengan gangguan kepribadian skizoid). Kriteria H Bila terdapat kondisi medik umum atau gangguan mental lain, ketakutan pada kriteria A tidak berhubungan dengannya (gagap, Parkinson, atau gangguan perilaku makan seperti bulimia atau anoreksia nervosa) Kriteria A merupakan kunci gejala fobia sosial. Hal yang penting pada kriteria ini yaitu adanya situasi yang dapat membangkitkan fobia yaitu situasi yang dinilai atau diamati oleh orang lain dan juga ketakutan akan memperlihatkan kecemasan atau bertingkah dengan cara yang memalukan.Sedangkan berdasarkan PPDGJ - III diagnosis fobia sosial ditegakkan bardasarkan yaitu

Semua kriteria di bawah ini harus dipenuhi untuk diagnosis pasti: gejala psikologis, perilaku atau otonomilk yang timbul harus merupakan

manifestasi primer dari anxietasnya dan bukan sekunder dari gejala-gejala lain seperti misalnya waham atau pikiran obsesif;

anxietasnya harus mendominasi atau terbatas pada situasi sosial tertentu (outside the family circle); dan

menghindari situasi fobik harus atau sudah merupaken gejala yang menonjolBila terlalu sulit untuk membedakan antara fobia sosial dengan agorafobia, hendaknya diutamakan diagnosa agorafobia.

4. Gambarang klinisa. Fobia Spesifik

Gejala psikologis atau otonomik harus merupakan manifestasi primer dari anxietas, dan bukan sekunder dari gejala2 lain seperti waham atau pikiran obsesif

Anxietas harus terbatas adanya objek situasi fobik tertentu Situasi fobik tersebut sedapat mungkin dihindarinya

Page 15: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

Ketakutan berlebih yang disebabkan oleh benda, atau peristiwa traumatik tertentu, misalnya: ketakutan terhadap kucing (ailurfobia), ketakutan terhadap ketinggian (acrofobia), ketakutan terhadap tempat tertutup (agorafobia), fobia terhadap kancing baju, dsb.

b. Fobia SosialGejala fobia sosial dapat berupa:1. Takut berbicara di depan umum2. Takut makan di restoran3. Takut menulis di depan umum4. Takut berbicara dengan orang asing atau orang yang baru dikenal5. Takut bergabung dengan kelompok sosial6. Takut berhadapan dengan orang yang memiliki otoritas (kekuasaan, jabatan, pengaruh, dan lain-lain)

Fobia sosial biasanya disertai dengan:1. Harga diri yang rendah2. Takut dikritik

Keluhan yang umum dirasakan penderita bila berhadapan dengan kelompok sosial atau orang banyak:1. Rasa malu (wajah memerah)2. Tangan gemetar3. Mual4. Ingin buang air kecil5. Cenderung menghindari keramaian atau kerumunan

Pada keadaan yang ekstrim dapat terjadi isolasi sosial total.

Perlu diketahui, penderita menyadari bahwa kecemasannya sangatlah berlebihan dan tidak masuk akal.

5. Diagnosis Bandinga. Fobia Spesifik

Gangguan hipokhondrik F 45.2 Gangguan waham F 22.0 F 40.8 gangguan fobik lainnya F 40.9 Gangguan fobik YTT, termasuk fobia YTT, keadaan Fobik YTT

b. Fobia SosialGangguan depresif & agorafobia sering sulit dibedakan dgn fobia sosial. Hendaknya diutamakan Dx agorafobia, depresi jgn ditegakkan kecuali ditemukan sindrom depresif yg lengkap & jelas

6. Perjalanan penyakit dan Prognosis

Page 16: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

Fobia sosial biasanya mulai pada usia dini sehingga dapat menyebabkan gangguan disemua bidang akademik seperti rendahnya kemampuan sekolah, menghindar dari sekolah, dan sering putus sekolah. Pemilihan karirya sangat terbatea dan ia sering berhenti dari pekerjaan. Fobia sosial cenderung menjadi kronik. Bila tidak diobati depat menjadi komorbiditas dengan gangguan lain seperti depresi, penyalahgunaan alkohol atau obat. Pada penderita agorafobia dan fobia sosial, pemakaian alkohol sering merupakan ussha untuk mengobati diri sendiri.

7. Terapia. Fobia Spesifik

Terapi pemaparansuatu tipe terapi perilaku. Ahli terapi mendesensitisasi pasien, dengan menggunakan pemaparan stimulus fobik yang serial, bertahap, dan dipacu diri sendiri. terapist akan mengajari pasien tentang berbagai tehnik untuk menghapai kecemasan termasuk relaksasi, kontrol pernasafan, dan pendekatan kognitif terhadap gangguan. Pendekatan kognitif adalah termasuk mendorong kenyataan bahwa situasi tersebut pada dasarnya adalah aman. Keberhasilan terapi ini tergantung pada komitemen pasien terhadap pengobatan, masalah dan tujuan yang diindentifikasi dengan jelas, dan strategi alternatif yang tersedia untuk mengatasi perasaan.

b. Fobia Sosial

Suatu kombinasi farmakoterapi dan psikoterapi pada umumnya diberikan untuk para orang dengan fobia sosial.

Farmakoterapi

Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIS): SSRIS dengan cepat menjadi first-line pengobatan yang baku untuk fobia sosial. Paroxetine menerima pengakuan badan Makanan Dan Administrasi Obat/Racun (FDA) untuk indikasi ini pada tahun 1999 dan SSRI yang pertama memperolehnya. Penelitian menyatakan bahwa SSRIS juga mungkin efektif.

Benzodiazepines: Benzodiazepine mungkin efektif untuk fobia sosial, tetapi memiliki profil keselamatan lebih sedikit. Alprazolam Dan Clonazepam telah digunakan dengan sukses.

Buspirone: Beberapa studi menyarankan kemanjuran pada penderita fobia sosial.

Propranolol: Beta-Blockers telah digunakan untuk blok autonomik terhadap tanggapan dengan fobi sosial. Pencegahan gejala seperti gemetaran peningkatan detak jantung mendorong kearah sukses didalam menghadapi situasi sosial.

Page 17: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

Monoamine oxidase inhibitors( MAOIS): Phenelzine telah dipertunjukkan untuk bisa efektif didalam studi. Pembatasan yang berkenaan diet makan mengurangi ketenaran mereka. Moclobemide, suatu MAOI lebih baru, pasti mempunyai kemanjuran dengan fobi sosial.

Psikoterapi

Tingkah laku

Psikoterapi tingkah laku, seperti desensitisasi berangsur-angsur, mungkin bermanfaat terhadap fobi sosial. Teknik ini melibatkan secara berangsur-angsur pasien untuk berada situasi pada situasi yang secara normal menyebabkan kecemasan. Dengan penguasaan situasi tanpa kecemasan , pasien secepatnya mampu mentolelir situasi yang yang sebelumnya membuat cemas.

Kognitif

Terapi berorientasi pada pengertian yang mendalam sudah membuktikan bermanfaat fobi sosial. Individu dengan fobi sosial sering mempunyai penyimpangan kognitif penting berhubungan dengan orang lain.

Gangguan Obsesif – Kompulsif

Gangguan obsesif kompulsif adalah suatu contoh dari efek positif dimana penelitian modern telah menemukan gangguan di dalam waktu singkat. Suatu obsesi adalah pikiran, perasaan, idea tau sensasi yang mengganggu (intrusive). Suatu kompulsif adalah pikiran atau perilaku yang disadari, dibakukan, dan rekuren, seperti menghitung, memeriksa atau menghindari. Obsesi meningkatkan kecemasan seseorang, sedangkan melakukan kompulsi menurunkan kecemasan seseorang. Tetapi jika seseorang memaksa melakukan suatu kompulsi, kecemasan adalah meningkat. Seorang dengan gangguan obsesif kompulsif biasanya menyadari irasionalitas dari obsesi dan merasakan bahwa obsesi dan kompulsi sebagai ego-distonik. Gangguan obsesif kompulsif dapat merupakan gangguan yang menyebabkan ketidakberdayaan, karena obsesi dapat menghabiskan waktu dan dapat mengganggu secara bermakna pada rutinitas normal seseorang, fungsi pekerjaan, aktivitas social yang biasanya, atau hubungan dengan teman dan anggota keluarga.

1. EpidemiologiPrevalensi seumur hidup gangguan obsesif kompulsif pada populasi umum

diperkirakan adalah 2 sampai 3 persen. Beberapa peneliti telah memperkirakan bahwa gangguan obsesif kompulsif ditemukan pada sebanyak 10 persen pasien rawat jalan di klinik psikiatri. Angka tersebut menyebabkan gangguan obsesif kompulsif sebagai diagnosis

Page 18: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

psikiatri tersering yang keempat setelah fobia, gangguan berhubungan zat, dan gangguan depresi berat.

Untuk orang dewasa laki-laki dan wanita sama mungkin terkena, tetapi untuk remaja laki-laki lebih sering terkena gangguan obsesif kompulsif dibandingkan perempuan. Usia onset rata-rata adalah umur 20 tahun, walaupun laki-laki memiliki onset usia yang lebih awal (sekitar 19 tahun) dibandingkan wanita (rata-rata 22 tahun). Secara keseluruhan kira-kira dua per tiga dari pasien memiliki onset gejala sebelum usia 25 tahun, dan kurang dari 15 persen pasien memiliki onset gejala setelah 35 tahun. Gangguan obsesif kompulsif dapat memiliki onset pada masa remaja atau masa kanak-kanak, pada beberapa kasus dapat pada usia 2 tahun. Orang yang hidup sendirian lebih banyak terkena gangguan obsesif kompulsif dibandingkan orang yang menikah, walaupun temuan tersebut kemungkinan mencerminkan kesulitan yang dimiliki pasien dengan gangguan obsesif kompulsif dalam mempertahankan suatu hubungan. Gangguan obsesif kompulsif ditemukan lebih jarang diantara golongan kulit hitam dibandingkan kulit putih.

2. Etiologi1. Faktor biologis

Neurotransmiter. Banyak uji coba klinis yang telah dilakukan terhadap berbagai obat mendukung hipotesis bahwa suatu disregulasi serotonin terlibat di dalam pembentukan gejala obsesi dan kompulsi dari gangguan. Obat serotonergik lebih efektif dibandingkan obat yang mempengaruhi sistem neurotransmitter lain. Serotonin terlibat di dalam penyebab gangguan obsesif kompulsif adalah tidak jelas. Penelitian klinis telah mengukur konsentrasi metabolit serotonin (5-hydroxyindoleacetic acid/ 5-HIAA) di dalam cairan serebrospinalis, dan afinitas sertai jumlah tempat ikatan trombosit pada pemberian imipramine (yang berikatan dengan tempat ambilan kembali serotonin) dan telah melaporkan berbagai temuan pengukuran tersebut pada pasien dengan gangguan obsesif kmpulsif. Beberapa peneliti mengatakan bahwa system neurotransmitter konergik dan dopaminergik pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif adalah dua bidang penelitian riset untuk masa depan. Penelitian pencitraan otak. Penelitian pencitraan otak fungsional (positron emission tomoghrapy/PET) telah menemukan peningkatan aktivitas (metabolisme dan aliran darah) di lobus frontalis, ganglia basalis (khususnya kauda) dan singulum pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif. Terapi farmakologis dan perilaku telah dilaporkan membalikkan kelainan tersebut. Baik CT maupun MRI telah menemukan adanya penurunan ukuran kaudata secara bilateral pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif. Prosedur neurologis yang melibatkan singulum kadang-kadang efektif dalam pengobatan pasien dengan gangguan obsesif kompulsif. Suatu penelitian MRI baru-baru ini melaporkan peningkatan waktu relaksasi T1 di korteks frontalis, suatu temuan yang konsisten dengan lokasi kelainan yang ditemukan pada penelitian PET.

Genetika. Penelitian kesesuaian pada anak kembar untuk gangguan obsesif kompulsif menemukan adanya angka kesesuaian yang lebih tinggi secara bermakna pada kembar monozigot dibandingkan kembar dizigot. Penelitian keluarga pada pasien gangguan obsesif kompulsif telah menemukan bahwa 35 persen sanak saudara derajat pertama pasien gangguan obsesif kompulsif juga menderita gangguan. Data biologis lainnya. Penelitian elektrofisiologis, penelitian EEG tidur, dan penelitian neuroendokrin telah menyumbang data yang menyatakan adanya kesamaan antara gangguan depresi dengan gangguan obsesif kompulsif penelitian EEG tidur telah menemukan kelainan yang mirip dengan yang terlihat pada gangguan depresif, seperti penurunan latensi REM (rapid eye movement). Penelitian

Page 19: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

neuroendokrin seperti nonsupresi pada dexamethason-supression test pada kira-kira sepertiga pasien dan penurunan sekresi hormone pertumbuhan pada infus clonidine.2. Faktor perilakuMenurut ahli teori belajar, obsesi adalah stimuli yang dibiasakan. Stimulus yang relative netral menjadi disertai dengan ketakutan atau kecemasan melalui proses pembiasaan responden dengan memasangkannya dengan peristiwa yang secara alami adalah berbahaya dan menghasilkan kecemasan. Objek dan pikiran yang sebelumnya netral menjadi stimuli yang terbiasakan yang mampu menimbulkan kecemasan atau gangguan.

Kompulsi dicapai dalam cara yang berbeda. Seseorang menemukan bahwa tindakan tertentu menurunkan kecemasan yang berkaitan dengan pikiran obsesional. Jadi strategi menghindar yang aktif dalam bentuk perilaku kompulsi atau ritualistic dikembangkan untuk mengendalikan kecemasan. Karena manfaat perilaku tersebut dalam menurunkan dorongan sekunder yang menyakitkan (kecemasan), stretegi menghindar menjadi terfiksasi sebagai pola perilaku kompulsi yang dipelajari. Teori belajar memberikan konsep yang berguna untuk menjelaskan aspek tertentu dari fenomena obsesif-kompulsif (sebagai contoh kemampuan gagasan untuk menimbulkan kecemasan adalah tidak selalu menakutkan bagi dirinya sendiri dan menegakkan pola perilaku kompulsif.3. Faktor psikososial

Faktor kepribadian. Gangguan obsesif kompulsif adalah berbeda dari gangguan kepribadian obsesif-kompulsif. Sebagian besar pasien gangguan obsesif kompulsif tidak memiliki gejala kompulsif pramorbid. Dengan demikian sifat kepribadian tersebut tidak diperlukan atau tidak cukup untuk perkembangan gangguan obsesif kompulsif. Hanya kira-kira 15-35 persen pasien gangguan obsesif kompulsif memiliki sifat obsesional pramorbid.

Factor psikodinamika. Sigmund Freud menjelaskan tiga mekanisme pertahanan psikologis utama yang menentukan bentuk dan kualitas gejala dan sifat karakter obsesif kompulsif; isolasi, meruntuhkan dan pembentukan reaksi.

Isolasi. Isolasi adalah mekanisme pertahanan yang melindungi seseorang dari afek dan impuls yang mencetuskan kecemasan. Kondisi pada seseorang yang mangalami secara sadar afek dan khayalan dari suatu gagasan yang mengandung emosi, terlepas apakah ini berupa fantasi atau ingatan terhadap suatu peristiwa. Jika terjadi isolasi, afek dan impuls yang didapatkan darinya adalah dipisahkan dari komponen ideasional dan dikeluarkan dari kesadaran. Jika isolasi berhasil sepenuhnya, impuls dan afek yang terkait seluruhnya terepresi, dan pasien secara sadar hanya menyadari gagasan yang tidak memiliki afek yang berhubungan

dengannya. Meruntuhkan (undoing). Karena adanya ancaman terus-menerus bahwa impuls mungkin

dapat lolos dari mekanisme primer isolasi dan menjdi bebas, operasi pertahanan sekunder adalah diperlukan untuk melawan impuls dan menenangkan kecemasan yang mengancan keluar ke kesadaran. Tindakan kompulsif menyumbangkan manifestasi permukaan operasi defensif yang ditujukan untuk menurunkan kecemasan dan mengendalikan impuls dasar yang belum diatasi secara memadai oleh isolasi. Operasi pertahanan sekunder yang cukup penting adalah mekanisme meruntuhkan (undoing). Seperti yang dinyatakan oleh katanya,

meruntuhkan adalah suatu tindakan kompulsif yang dilakukan dalam usaha untuk mencegah atau meruntuhkan akibat yang secara irasional akan dialami pasien akibat pikiran atau impuls obsesional yang menakutkan.

Page 20: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

Pembentukan reaksi (reaction formation). Baik isolasi maupun meruntuhkan adalah tindakan pertahanan yang terlibat erat dalam menghasilkan gejala klinis. Pembentukan gejala menyebabkan pembentukan sifat karakter, bukannya gejala. Pembentukan reaksi melibatkan pola perilaku yang bermanifestasi dan sikap yang secara sadar dialami yang jelas berlawanan dengan impuls dasar.

Faktor psikodinamika lainnya. Pada teori psikoanalitik klasik, gangguan obsesif kompulsif dinamakan neurosis obsesif kompulsif dan merupakan suatu regresi dari fase perkembangan oedipal ke fase psikoseksual anal. Jika pasien dengan gangguan obsesif kompulsif merasa terancam oleh kecemasan tentang pembalasan dendam atau kehilangan objek cinta yang penting, mereka mundur dari posisi oedipal dan beregresi ke stadium emosional yang sangat ambivalen yang berhubungan dengan fase anal. Ambivalensi adalah dihubungkan dengan menyelesaikan fusi yang halus antara dorongan seksual dan agresif yang karakteristik dari fase oedipal. Adanya benci dan cinta secara bersama-sama kepada orang yang sama menyebabkan pasien dilumpuhkan oleh keragu-raguan dan kebimbangan.

Suatu cirri yang melekat pada pasien dengan gangguan obsesif kompulsif adalah derajat dimana mereka terpaku dengan agresi atau kebersihan, baik secara jelas dalam isi gejala mereka atau dalam hubungan yang terletak dibelakangnya.dengan demikian, psikogenesis gangguan obsesif kompulsif mungkin terletak pada gangguan dan perkembangan pertumbuhan normal yang berhubungan dengan fase perkembangan analsadistik. Ambivalensi. Ambivalensi adalah akibat langsung dari perubahan dalam karakteristikkehidupan impuls. Hal ini adalah ciri yang penting pada anak normal selama fase perkembangan anal-sadistik; yaitu anak merasakan cinta dan kebencian kepada suatu objek. Konflik emosi yang berlawanan tersebut mungkin ditemukan pada pola perilaku melakukantidak melakukan pada seorang pasien dan keragu-raguan yang melumpuhkan dalam berhadapan dengan pilihan. Pikiran magis. Pikiran magis adalah regresi yang mengungkapkan cara pikiran awal, ketimbang impuls; yaitu fungsi ego dan juga fungsi id, dipengaruhi oleh regresi. Yang melekat pada pikiran magis adalah pikiran kemahakuasaan. Orang merasa bahwa mereka dapat menyebabkan peristiwa di dunia luar terjadi tanpa tindakan fisik yang menyebabkannya, semata-mata hanya dengan berpikir tentang peristiwa tersebut. Perasaan tersebut menyebabkan memiliki suatu pikiran agresif akan manakutkan bagi pasien gangguan obsesif kompulsif.

3. DiagnosisWalaupun kriteria diagnosis untuk gangguan obsesif kompulsif di dalam diagnostic and

statistic manual of mental disorder edisi ketiga yang direvisi (DSM-III-R) banyak yang dipertahankan di dalam edisi keempatnya (DSM-IV), telah dibuat modifikasi penting di dalam definisi DSM-IV tentang obsesi dan kompulsi. DSM-IV memperkenalkan pengamatan klinis bahwa pikiran (yaitu tindakan mental) dapat merupakan obsesi atau kompulsi, tergantung pada apakah ia menyebabkan peningkatan kecemasan (obsesi) atau menurunkan kecemasan (kompulsi). DSM-IV juga memperbaharui definisi obsesi untuk menghindari istilah “ego-distonik” di dalam edisi ketiganya dan kata tanpa perasaan (senseless) di dalam edisi ketiga yang direvisi, keduanya memiliki arti yang kurang jelas dan sulit untuk operasinalisasi.Kriteria diagnostik untuk gangguan obsesif kompulsifA. Salah satu obsesi atau kompulsi:

Page 21: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

1. Pikiran, impuls atau bayangan-bayangan yang rekuren dan persisten yang dialami, pada suatu saat selama gangguan, sebagai intrusive dan tidak sesuai, dan menyebabkan kecemasan dan penderitaan yang jelas.2. Pikiran, impuls atau bayangan-bayangan tidak semata-mata kekhawatiran yang berlebihan tentang masalah kehidupan yang nyata.3. Orang berusaha atau mengabaikan atau menekan pikiran, impuls atau bayangan-bayangan tersebut untuk menetralkannya dengan pikiran atau tindakan lain.4. Orang menyadari bahwa pikiran, impuls atau bayangan-bayangan obsesional adalah keluar dari pikirannya sendiri (tidak disebabkan dari luar seperti penyisipan pikiran).

B. Pada suatu waktu selama perjalanan gangguan, orang telah menyadari bahwa obsesi atau kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan. Catatan: ini tidak berlaku pada anak-anak.

C. Obsesi atau kompulsi menyebabkan penderitaan yang jelas; menghabiskan waktu; atau secara bermakna mengganggu rutinitas normal orang, fungsi pekerjaan, atau aktivitas atau hubungan social yang biasanya.

D. Jika terdapat gangguan aksis I lainnya, isi obsesi atau kompulsi tidak terbatas padanya (misalnya preokupasi dengan makanan jika terdapat gangguan makan; menarik rambut jika teradapat trikotilomania; permasalahan pada penampilan jika terdapat gangguan dismorfik tubuh; preokupasi dengan obat jika terdapat suatu gangguan penggunaan zat; preokupasi dengan menderita suatu penyakit serius jika terdapat hipokondriasis; preokupasi dengan dorongan atau fantasi seksual jika tedapat parafilia; atau perenungan bersalah jika terdapat gangguan depresif berat).

E. Tidak disebabkan oleh efek langsung suatu zat (misalnya obat yang disalahgunakan, medikasi) atau kondisi medis umum. Sebutkan jika: dengan tilikan buruk: jika selama sebagian besar waktu selama episode terakhir, orang tidak menyadari bahwa obsesi dan kompulsi adalah berlebihan atau tidak beralasan.

4. Gambaran klinisGejala mungkin bertumpang tindih dan berubah sesuai dengan berjalannya waktu.

Gangguan ini memiliki 4 pola gejala utama, yaitu obsesi terhadap kontaminasi, obsesi keragu-raguan diikuti pengecekan yang kompulsi, pikiran obsesional yang

mengganggu dan kebutuhan terhadap simetrisitas atau ketepatan.Gejala-gejala obsesi harus mencakup hal-hal berikut:a) Harus disadari sebagai pikiran atau impuls diri sendirib) Sedikitnya ada satu pikiran atau tindakan yang tidak berhasil dilawan, meskipun

adalainnya yang tidak lagidilawan oleh pasienc) Pikiran untuk melakukan trindakan tersebut diatas bukan merupakan hal yang member

kepuasan atau kesenangand) Gagasan, bayangan pikiran, atau impuls tersebut harus merupakan pengulangan yang

tidak menyenangkan.Ada kaitan erat antara gejala obsesi, terutama pikiran obsesi, dengan depresi. Pasien

dengan obsesi kompulsi seringkali menunjukkan gejala depresi dan sebaliknya pasien gangguan depresi berulang dapat menunjukkan pikiran-pikiran obsesi selama episode depresinya.

Gejala obsesi sekunder yang terjadi pada gangguan skizofre nia, sindrom tourette atau gangguan mental organik, harus di anggap sebagai bagian dari kondisi tersebut.

Page 22: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

5. Diagnosis BandingRitual-ritual yang sesuai dgn perkembangan anak dalam bermain dan berperilaku.• Ggn Cemas Menyeluruh• Tic disorders (mis: Taurret’s syndrome)• Ggn Psikotik

6. Perjalanan Penyakit dan PrognosisSebagian besar gejala muncul secara tiba-tiba, terutama setelah suatu peristiwa yang

menyebabkan stress, seperti kehamilan, maslah seksual, atau kematian salah seorang sanak saudara.

Perjalanan penyakit biasanya lama dan bervariasi, beberapa berfluktuasi namun ada pula yang konstan.

Prognosis buruk bila pasien mengarah pada kompulsi, berawal pada masa anakanak, kompulsi yang aneh, perlu perawatan dirumah sakit, gangguan depresi berat yang menyertai, kepercayaan waham, adanya gagasan yang terlalu dipegang, dan adanya gangguan kepribadian.Prognosis baik ditandai oleh penyesuaian sosial dan pekerjaan yang baik, adanya peristiwa pencetus, dan sifat gejala episodik.

7. TerapiPenatalaksanaan meliputi farmakoterapi dan psikoterapi. Pengobatan farmakoterapi

standar adalah dengan obat spesifik serotonin seperti klomipramin atau penghambat ambilan kembali serotonin spesifik(SSRI) seperti fluoksetin. Bila terapi gagal, terapi dapat diperkuat dengan menambahkan litium atau penghambat monoamine oksidase(MAOI) khususnya fenelzin

Psikoterapi meliputi terapi perilakudengan desentisisasi dan terapi keluarga bila terdapat faktor disharmoni keluarga yang mempengaruhi timbulnya gangguan tersebut.

Gangguan Stress Pascatraumatik dan Gangguan Stress Akut

1. EpidemiologiGangguan stress pascatraumatik mempengaruhi setidaknya 8% orang kadangkala

sepanjang hidup mereka, termasuk masa kanak-kanak. Banyak orang mengalami peristiwa traumatik, seperti veteran perang dan korban pemerkosaan atau kegiatan kekerasan lainnya, mengalami gangguan stress pascatraumatik.

2. EtiologiMengalami atau melihat peristiwa yang traumatik yang mengancam kematian atau

luka serius bisa mempengaruhi seseorang lama setelah pengalamam berlalu. Ketakutan hebat, ketidakberdayaan, atau pengalaman menakutkan selama peristiwa traumatik bisa menghantui seseorang.

Peristiwa yang bisa menyebabkan gangguan tekanan yang paska- traumatik termasuk dibawah ini :

Berhubungan dengan peperangan. Mengalami atau melihat kekerasan fisik atau seks.

Page 23: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

Terkena bencana, baik alam (misalnya, angin topan) atau buatan manusia (misal, kecelakan mobil hebat).

3. Diagnosisa. Gangguan stress akutGambaran gejala campuran yang biasanya berubah-ubah

Depresif Keadaan terpaku/bengong Anxietas Kemarahan Kekecewaan Overaktif Penarikan diri

Kasus-kasus yang dapat dialihkan dari lingkup stresornya menimbulkan gejala-gejalanya dapat menghilang dengan cepat (beberapa jam). Bila stres berkelanjutan/tak dapat dialihkan, maka gejala mereda seletah 1-3 hari. Termasuk :

Reaksi krisis akut Kelelahan bertempur Keadaan krisis “shock” psikis

b. Gangguan stress pascatraumatik Timbulnya dalam waktu 6 bulan, disebabkan oleh suatu peristiwa traumatik yang

luar biasa berat Onset lebih dari 6 bulan dengan manifestasi klinis khas seperti yang telah

disebutkan Termasuk : Neurosis Traumatik

4. Gambaran klinisa. Gangguan stress akut

Gangguan sementara yang cukup parah – beberapa jam atau hari. Stressor berupa pengalaman traumatik luar biasa ancaman serius atas keamanan atauu integritas fisik individu sendiri atau orang-orang yang dicintai, seperti :

Bencana alam Kecelakaan Peperangan Serangan tindakan kriminal Perubahan luar biasa yang mendadak

b. Gangguan stress pascatarumatik Timbul sebagai akibat atau respons yang berkepanjangan dan atau tertunda

terhadap kejadian atau situasi yang menimbulkan stres Faktor predisposisi yaitu ciri kepribadian (misalnya kompulsif astenik) dapat

menurunkan kadar ambang Gejala khas : episode bayangan kejadian traumatik terulang kembali (“flash

backs”) atau mimpi, terjadi perasaan “beku” dan penumpukan emosi, menjauhi

Page 24: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

orang lain, tidak responsif terhadap lingkungannya, anhedonia, menghindari aktivitas atau situasi yang berkaitan dengan ingatan traumatik, bisa mendadak ketakutan, panik atau agresif

Terjadi bangkitan otonomik berlebihan dengan kenekatan yang berlebih, mudah kaget, tertegun, insomnia. Bisa disertai anxietas dan depresi, serta ide bunuh diri

Pada gangguan stress pascatraumatik, orang mengalami frekwensi, ingatan yang tidak diinginkan menimbulkan kembali peristiwa traumatik. Mimpi buruk adalah biasa. Kadangkala peristiwa hidup kembali sebagaimana jika terjadi (flashback). Gangguan hebat seringkali terjadi ketika orang berhadapan dengan peristiwa atau keadaan yang mengingatkan mereka kepada trauma asal. Misal beberapa ingatan adalah perayaan pada peristiwa traumatik tersebut, melihat senjata setelah dipukul dengan senjata ketika perampokan, dan berada di perahu kecil setelah kecelakaan tenggelam.

Orang secara terus menerus menghindari benda yang mengingatkan pada trauma. Mereka bisa juga berusaha untuk menghindari pikiran, perasaan, atau pembicaraan mengenai peristiwa traumatik dan menghindari kegiatan, keadaan, atau orang yang bisa mengingatkan. Penghindaran bisa juga termasuk kehilangan ingatan (amnesia) untuk aspek tertentu pada peristiwa yang traumatik. Orang mengalami mati rasa atau kematian pada reaksi emosional dan gejala yang muncul meningkat (seperti kesulitan tertidur, menjadi waspada terhadap tanda bahaya beresiko, atau menjadi mudah terkejut). Gejala pada depresi adalah umum, dan orang menunjukkan sedikit ketertarikan pada aktifitas menyenangkan sebelumnya. Perasaan bersalah juga biasa. Misal, mereka bisa merasa bersalah bahwa ketika mereka bertahan hidup ketika orang lain tidak.

5. TerapiPengobatan memerlukan psikoterapi (termasuk terapi kontak) dan terapi obat.

Karena sering kegelisahan hebat yang dihubungkan dengan kenangan yang menggoncangkan jiwa, psikoterapi mendukung memainkan tugas yang teramat penting pada pengobatan. Ahli terapi ialah secara terbuka empati dan bersimpati dalam mengenal rasa sakit psikologis. Ahli terapi menenteramkan orang bahwa respon mereka nyata tetapi menganjurkan mereka menghadapi kenangan mereka (sebagai bentuk terapi kontak). Mereka juga diajar cara untuk kegelisahan kontrol, yang menolong memodulasi dan mengintegrasikan kenangan menyiksa ke dalam kepribadian mereka.

Psikoterapi insight-oriented bisa membantu orang yang merasa merasa bersalah memahami mengapa mereka menghukum diri mereka sendiri dan membantu menghilangkan perasaan bersalah.

Obat antidepresi kelihatannya memberikan beberapa keuntungan. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), obat antidepresi trisiklik, dan monoamine oxidase inhibitors (MAOIs) sungguh membantu.

Gangguan stress pascatraumatik chronic bisa tidak hilang tetapi seringkali sangat berkurang seiring waktu bahkan tanpa pengobatan. Meskipun demikian, beberapa orang menjadi cacat tetap dengan gangguan tersebut.

Gangguan Kecemasan Umum

Page 25: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

Gangguan kecemasan umum (general anxiety disorder; GAD) merupakan bentuk gangguan kecemasan dimana individu secara terus-menerus merasakan ketegangan yang tinggi dalam kehidupan sehari-harinya. Hampir secara keseluruhan waktu yang dimiliki individu cenderung bereaksi secara berlebihan terhadap stres yang ringan sekalipun. Penderita gangguan kecemasan ini tidak mampu membuat dirinya santai, secara terus-menerus merasa takut dengan hal-hal yang menyangkut masa depan, pengambilan keputusan dan sulit untuk berkonsentrasi.

Individu yang mengalami gangguan kecemasan umum berkaitan erat dengan kemunculan serangan panik, suatu episode ketakutan berat dan terjadi secara mendadak. Perasaan ini ditandai dengan meningkatnya debaran jantung secara cepat, tremor, berkeringat, sesak napas, mual dan pingsan. Penderita GAD mungkin tidak mengetahui secara pasti mengapa mereka mengalami ketakutan (free-floating), hal ini disebabkan kecemasan yang muncul tidak dipicu oleh peristiwa tertentu saja melainkan dalam pelbagai situasi pemicu stres yang beragam.

1. EpidemiologiPenyakit ini sering terjadi, sekitar 3-5% orang dewasa pernah mengalaminya. 2 kali lebih

sering terjadi pada wanita. Seringkali berawal pada masa kanak-kanan atau remaja. Keadaan ini berfluktuasi, semakin memburuk ketika mengalami stres dan menetap selama bertahun-tahun. Prevalensi gangguan cemas sekitar 8,3 – 27 %. Pada usia sekolah berkisar antara 3% dan pada usia remaja sekitar 3,7%

2. Etiologi Faktor Biopsikososial

- ciri temperamen: pemalu, menarik diri pada situasi unfamiliar- kualitas maternal attachment

Faktor Pembelajaran Sosial- orangtua yg takut berlebihan pada anak akan memiliki adaptasi fobik terhadap situasi-situasi baru.

Faktor Genetik- Orang tua memiliki gangguan cemas

3. Diagnosis

Secara diagnostik seseorang dikatakan GAD bila luapan kecemasan muncul dalam setiap hari secara bervariasi selama ―setidaknya selama 6 bulan. Beberapa simtom yang ada lainnya;- Kekhawatiran terhadap sesuatu hal yang tidak pasti- Sulit berkonsentrasi- Gelisah, tidak dapat bersikap santai- Kesulitan tidur atau mengalami gangguan tidur- Kecemasan setiap saat atau pada saat tertentu setiap harinya- Sering berdebar tanpa sebab yang jelas- Pucat, mudah letih dan tubuh terasa lebih hangat- Mual dan rasa sesak napas bahkan kadang seperti kejang- Sakit kepala- Ketegangan otot- Gemetar dan berkeringat

Page 26: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

- Sering ke kamar mandi

Individu yang mengalami GAD ringan dapat berfungsi penuh secara sosial dan dapat melakukan pekerjaan dengan baik, mereka tidak selalu menghindari situasi sebagai akibat gangguan kecemasan tersebut, akan tetapi mereka kesulitan dalam melakukan beberapa kegiatan sehari-harinya ketika terjadinya peningkatan kecemasan. Kemunculan GAD tidak terjadi dengan begitu saja, sering diawali dengan kemunculan gangguan kecemasan (anxiety disorder), depresi atau pengalaman trauma dan kekerasan pada masa lalu.

4. Perjalanan Penyakit dan PrognosisDipengaruhi oleh usia onset, durasi gejala dan perkembangan komorbiditas gangguan cemas dan depresi. Anak yang tetap sekolah dan mempunyai aktivitas sosial memiliki prognosis lebih baik

5. Terapi

FarmakoterapiTreatment GAD pada dasarnya hampir sama dilakukan pada penderita gangguan kecemasan

lainnya.Obat acuan SSRI (Selective Serotonin-Reuptake Inhibitors) adalah Venlafaxine (Effexor).

Penggunaan obat jenis SSRI ini memunculkan rasa gugup pada pengguna awal, disamping itu jenis obat-obatan ini haruslah dibawah pengawasan dokter secara ketat. Dosis yang tidak tepat dapat mengakibatkan terjadinya penurunan (disfungsi) seksual.

Obat jenis trisiklik dapat berupa imipramine (Tofranil)

Jenis obat anti kecemasan lainnya;- Clonazepam (Klonopin), alprazolam (Xanax) digunakan bila disertai dengan adanya serangan panik.- Buspirone (Buspar), merupakan azapirone, adalah jenis obat terbaru dalam pengobatan anti cemas untuk pasien dengan gangguan GAD. Efek penggunaan obat ini adalah munculnya rasa sakit kepala, gugup dan pusing. Tidak seperti benzodiazepines, buspirone haruslah digunakan secara konsisten setidaknya 2 minggu untuk dapat melihat hasil yang lebih baik.

PsikoterapiPsikoterapi yang sering digunakan untuk gangguan GAD adalah cognitive-behavioural

therapy (CBT), sama halnya dengan treatment yang diberikan pada gangguan cemas pada umumnya. Lamanya terapi minimal dilakukan adalah selama 12 minggu, biasanya dipilih group terapi dengan kondisi anggota group adalah sama dengan pasien dianggap lebih efektif dalam penyembuhan.

Dalam CBT, terapis akan memberikan latihan pernafasan dan teknik relaksasi ketika menghadapi kecemasan, dalam terapi ini terapis berusaha membantu pasien menemukan ketenangan dengan menciptakan rileks dalam diri individu, bersamaan dengan itu pasien juga diberikan sugesti bahwa kecemasan-kecemasan yang muncul itu tidak realistis.

CBT diberikan bila adanya keinginan dan kerjasama antara pasien dan terapis untuk efektivitas treatment yang akan dilakukan. Pasien haruslah bekerjasama sepenuhnya dan melakukan semua perintah-perintah yang terapis berikan, oleh karenanya CBT tidak akan

Page 27: Tugas Psikiatri - Gangguan Neurotik

diberikan bila tidak adanya keinginan pasien untuk melakukan psikoterapi. Pada akhir CBT, beberapa tugas akan diberikan oleh terapis untuk dikerjakan dan dilakukan oleh pasien di rumah, pasien juga harus melaporkan efektivitas dan kemajuan yang diraihnya selesai CBT diberikan.