Tugas Proposal Ludia U.S (2411.076)

48
PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMPN 4 LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM TAHUN PELAJARAN 2012/2013 PADA POKOK BAHASAN OPERASI ALJABAR PROPOSAL Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika Oleh: LUDIA ULAN SARI NIM. 2411.076 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSANTARBIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

Transcript of Tugas Proposal Ludia U.S (2411.076)

PENGARUH  PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS

VIII SMPN 4 LUBUK BASUNG KABUPATEN AGAM TAHUN PELAJARAN

2012/2013 PADA POKOK BAHASAN OPERASI ALJABAR

PROPOSAL

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Terstruktur Dalam Mata Kuliah Metodologi Penelitian Pendidikan Matematika

Oleh:

LUDIA ULAN SARINIM. 2411.076

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSANTARBIYAH

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SJECH M. DJAMIL DJAMBEK BUKITTINGGI

2013 M/1434 H

BAB I

PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang Masalah dan Pengajuan Judul

Pendidikan merupakan sumber daya insani yang sepatutnya mendapat

perhatian terus menerus dalam upaya peningkatan mutunya. Peningkatan mutu

pendidikan berarti pula peningkatan kualitas sumber daya manusia. Untuk itu perlu

di lakukan pembaruan dalam bidang pendidikan dari waktu ke waktu tanpa henti.

Dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, maka peningkatan mutu

pendidikan suatu hal yang sangat penting bagi pembangunan berkelanjutan di

segala aspek kehidupan manusia. Sistem pendidikan nasional senantiasa harus

dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di

tingkat lokal, nasional, maupun global (Mulyasa, 2006: 4).

Proses pembelajaran tersusun atas sejumlah komponen atau unsur yang

saling berkaitan satu dengan lainnya. Interaksi antara guru dan peserta didik pada

saat proses belajar mengajar memegang peran penting dalam mencapai tujuan yang

diinginkan. Kemungkinan kegagalan guru dalam menyampaikan materi disebabkan

saat proses belajar mengajar guru kurang membangkitkan perhatian dan aktivitas

peserta didik dalam mengikuti pelajaran khususnya matematika. Adakalanya guru

mengalami kesulitan membuat siswa memahami materi yang disampaikan

sehingga hasil belajar matematika rendah.

Keberhasilan pembelajaran matematika dapat diukur dari keberhasilan

siswa yang mengikuti kegiatan pembelajaran tersebut. Keberhasilan itu dapat

dilihat dari tingkat pemahaman, penguasaan materi, serta prestasi belajar siswa.

Semakin tinggi pemahaman dan penguasaan materi serta prestasi belajar maka

semakin tinggi pula tingkat keberhasilan pembelajaran.

Dari hasil pengamatan pengajaran matematika di SMPN 4 Lubuk Basung

Kabupaten Agam di temukan beberapa kelemahan diantaranya adalah prestasi

belajar matematika yang dicapai siswa masih rendah. Fakta tersebut ditunjukkan

oleh nilai hasil belajar matematika siswa  SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten

Agam adalah 56,50 dan hal ini berarti masih di bawah kriteria ketuntasan minimal

(KKM) seperti yang ditetapkan oleh sekolah yang bersangkutan yaitu 60. Hal ini di

pengaruhi oleh faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi siswa khususnya pada

siswa kelas VIII  dalam pembelajaran matematika antara lain: 1) keaktifan siswa

kelas VIII  dalam mengikuti pembelajaran masih belum tampak, 2) siswa jarang

mengajukan pertanyaan, meskipun guru sering memberi kesempatan kepada siswa

untuk bertanya tentang hal-hal yang belum dipahami, 3) keaktifan dalam

mengerjakan soal-soal latihan pada proses pembelajaran yang masih kurang, 4)

siswa di kelas VIII  juga kurang mampu menuliskan apa yang diketahui,

ditanyakan dan menentukan rumus yang tepat untuk menyelesaikan masalah.

Selain dari faktor siswa dalam proses pembelajaran, peran guru juga sangat

penting. Pada kondisi awalnya cara guru mengajar di SMPN 4 Lubuk Basung

Kabupaten Agam khususnya guru matematika rata-rata mengajar dengan metode

ceramah dan mengharapkan siswa duduk, diam dengan mencatat dan hafal. Pola

penyampaian guru yang tidak terstruktur sehingga dalam pemahamannya siswa

mengalami kesulitan dalam memahami materi.

Mengingat dalam pembelajaran itu melibatkan aktifitas mendengar,

menulis, membaca merepresentasi dan diskusi untuk mengkomunikasikan suatu

masalah khususnya matematika maka diskusi kelompok perlu dikembangkan.

Dengan menerapkan diskusi kelompok diharapkan aspek – aspek komunikasi bisa

dikembangkan sehingga bisa meningkatkan hasil belajar siswa.

Salah satu alternative untuk mengatasi permasalahan di atas adalah

Penggunaan strategi mengajar, pemilihan strategi pembelajaran yang menarik dan

dapat memicu siswa untuk ikut serta secara aktif dalam kegiatan belajar mengajar

yaitu model pembelajaran aktif. Pada dasarnya pembelajaran aktif adalah suatu

pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Dimana

peserta didik di ajak untuk turut serta dalam proses pembelajaran, tidak hanya

mental akan tetapi juga melibatkan fisik. Salah satu model pembelajaran aktif yang

dapat mengatasi permasalahan tersebut yaitu strategi snowball throwing.

Dalam pendekatan pembelajaran aktif ini siswa di harapkan mampu

mengembangkan kreativitas dalam menyelesaikan soal matematika. Karena

kreativitas itu merupakan kemampuan individu untuk menciptakan sesuatu hal

yang baru dan berbeda. Kreativitas setiap siswa berbeda – beda, siswa yang

memiliki kreativitas tinggi mampu belajar dengan baik, dapat menciptakan cara

belajar dengan baik, dapat menciptakan cara belajar dengan mudah serta mampu

memahami, menyelesaikan soal-soal yang dihadapi dalam belajar sehingga

berpengaruh terhadap prestasi belajar yang dicapai.

Strategi pembelajaran Snowball Throwing merupakan suatu cara penyajian

pelajaran dengan cara siswa berkreatifitas membuat soal matematika dan

menyelesaikan soal yang telah dibuat oleh temannya dengan sebaik- baiknya.

Penerapan model Snowball Trowing ini dalam pembelajaran matematika

melibatkan siswa untuk dapat berperan aktif dengan bimbingan guru, agar

peningkatan kemampuan siswa dalam memahami konsep dapat terarah lebih baik.

Berdasarkan uraian diatas tentang permasalahan dalam pembelajaran

matematika, penulis mengambil judul “Pengaruh Penerapan Model

Pembelajaran Snowball Throwing Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Kelas VIII SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten Agam Tahun Pelajaran

2012/2013 Pada Pokok Bahasan Operasi Aljabar”

B.      Identifikasi Masalah

Berdasakan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah:

1)      Apakah aktifitas siswa dapat mempengaruhi hasil belajar matematika?

2)      Apakah minat belajar siswa dapat mempengaruhi hasil belajar matematika?

3)      Apakah minat belajar siswa dapat mempengaruhi keaktifan siswa?

4)      Faktor apakah yang dapat meningkatkan aktifitas siswa?

5)      Faktor apakah yang dapat meningkatkan minat siswa?

6)      Faktor apakah yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

7)      Apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi aktifitas belajar siswa?

8)      Apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi minat belajar siswa?

9)      Apakah model pembelajaran dapat mempengaruhi hasil belajar  siswa?

10)  Apakah model pembelajaran snowball throwing dapat meningkatkan aktifitas

siswa?

11)  Apakah model pembelajaran snowball throwing berpengaruh terhadap hasil belajar

siswa?

C.      Pembatasan masalah

Berdasakan latar belakang dan identifikasi masalah di atas, maka batasan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1)      Minat belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Snowball Throwing

pada siswa kelas VIII SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten Agam tahun pelajaran

2012/2013 dalam pokok bahasan operasi aljabar.

2)      Hasil belajar matematika dengan penerapan model pembelajaran Snowball

Throwing pada siswa kelas VIII SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten Agam tahun

pelajaran 2012/2013 dalam pokok bahasan operasi aljabar.

3)      Pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan

hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten

Agam tahun pelajaran 2012/2013 pada pokok bahasan operasi aljabar.

D.      Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan pembatasan masalah

di atas, permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1)      Bagaimanakah minat belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran

Snowball Throwing pada siswa kelas VIII SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten

Agam tahun pelajaran 2012/2013 dalam pokok bahasan operasi aljabar?

2)      Bagaimanakah hasil belajar matematika dengan penerapan model pembelajaran

Snowball Throwing pada siswa kelas VIII SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten

Agam tahun pelajaran 2012/2013 dalam pokok bahasan operasi aljabar?

3)      Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing

dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 4 Lubuk

Basung Kabupaten Agam tahun pelajaran 2012/2013 pada pokok bahasan operasi

aljabar?

E.      Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh

penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam meningkatkan hasil

belajar matematia siswa kelas VIII SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten Agam tahun

pelajaran 2012/2013 pada pokok bahasan operasi aljabar.

Berdasarkan tujuan penelitian yang hendak di capai, maka penelitian ini

diharapkan mempunyai manfaat atau kegunaan dalam pendidikan baik secara

langsung maupun tidak. Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a.       Manfaat Teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini di harapkan mampu memberikan

sumbangan kepada pembelajaran matematika, terutama terhadap peningkatan hasil

belajar matematika siswa. Serta secara khusus penelitian ini memberikan kontribusi

pada strategi pembelajaran matematika yang berupa pergeseran dari pembelajaran

yang tidak hanya mementingkan hasil menuju pembelajaran tetapi juga

mementingkan prosesnya.

b.       Manfaat Praktis

1)      Memberi masukan kepada guru dalam menentukan strategi mengajar yang tepat,

yang dapat menjadi alternatif lain dalam mata pelajaran matematika.

2)      Memberi sumbangan informasi untuk meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah

Menengah.

3)      Memberi masukan kepada siswa untuk meningkatkan kreativitas belajarnya,

megoptimalkan kemampuan berfikir positif dalam mengembangkan diri di tengah –

tengah lingkungan dalam meraih keberhasilan belajar.

4)      Bahan pertimbangan, masukan atau referensi untuk penelitian lebih lanjut.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KAJIAN TEORI

1. Belajar dan Hasil Belajar

a.       Pengertian Belajar

Sebagian besar ahli berpendapat bahwa belajar adalah merupakan proses

perubahan, dimana perubahan tersebut merupakan hasil dari pengalaman. Dengan

pengembangan tekhnologi informasi, belajar tidak hanya diartikan sebagai suatu

tindakan terpisah dari kehidupan manusia. Banyak ilmuwan yang mengatakan

belajar menurut sudut pandang mereka.

Beberapa definisi belajar sebagai suatu perubahan menurut beberapa ahli

adalah sebagai berikut.

1)      Gagne dan Berliner (Ani Tri, 2004:2) menyatakan bahwa belajar merupakan

proses dimana sesuatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari

pengalaman.

2)      Menurut Teori Belajar Konstruktivisme (Ani Tri, 2004:49-50) belajar adalah lebih

dari sekedar mengingat. Siswa yang memahami dan mampu menerapkan

pengetahuan yang telah dipelajari, mereka harus bias menyelesaikan masalah,

menemukan sesuatu untuk dirinya, dan berkutat dalam berbagai gagasan. Guru

adalah bukan orang yang mampu memberikan pengetahuan kepada siswa, sebab

siswa yang harus mengkonstruksikan pengetahuan didalam memorinya sendiri.

Sebaliknya tugas guru yang paling utama adalah : (a) memperlancar siswa dengan

cara mengajarkan cara-cara membuat informasi bermakna dan relevan dengan

siswa; (b) memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau

menerapkan gagasannya sendiri; (c) memanamkan kesadaran belajar dan

menggunakan strategi belajarnya sendiri. Disamping itu guru harus mampu

mendorong siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap materi

yang dipelajarinya.

3)      Menurut Suharsimi Arikunto (1980:19) mengartikan bahwa belajar merupakan

suatu proses karena adanya usaha untuk mengadakan perubahan terhadap diri

manusia yang melakukan, dengan maksud memperoleh perubahan dalam dirinya,

baik berupa pengetahuan, ketrampilan maupun sikap.

4)      Sedangkan menurut Djamarah (2002:44) belajar merupakan serangkaian kegiatan

jiwa dan raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman

individu dalam interaksi dengan lingkungan.

5)      Slameto (1989:2) mengemukakan bahwa, belajar adalah proses usaha yang

dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam

lingkungannya.

6)      Zainal Aqib (2010:43) berpendapat bahwa: “Belajar adalah proses perubahan di

dalam diri manusia. Apabila setelah belajar tidak terjadi perubahan dalam diri

manusia, maka tidaklah dapat dikatakan bahwa padanya telah berlangsung proses

belajar”.

Berdasarkan definisi-definisi tersebut batasan-batasan belajar dapat

disimpulkan sebagai berikut.

1)      Suatu aktivitas atau usaha yang disengaja

2)      Aktivitas tersebut menghasilkan perubahan, berupa sesuatu yang baru baik yang

segera nampak atau tersembunyi tetapi juga hanya berupa penyempurnaan terhadap

sesuatu yang pernah dipelajari.

3)      Perubahan-perubahan itu meliputi perubahan keterampilan jasmani, kecepatan

perseptual, isi ingatan, abilitas berpikir, sikap terhadap nilainilai dan inhibisi serta

lain-lain fungsi jiwa (perubahan yang berkenaan dengan aspek psikis dan fisik)

4)      Perubahan tersebut relatif bersifat konstan.

b.      Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia

menerima pengalaman belajarnya. Kingsley (dalam Sudjana, 2001:22) membagi

tiga macam hasil belajar, yaitu : (1) keterampilan dan kebiasaan; (2) pengetahuan

dan pengertian; (3) sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi

dengan bahan yang ada pada kurikulum sekolah.

Menurut Muhibbin Syah (2010:145) secara garis besar faktor-faktor yang

mempengaruhi hasil belajar dapat dibedakan menjadi tiga

macam, yakni:

1)      Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan

rohani siswa;

2)      Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;

3)      Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa

yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan

pembelajaran materi-materi pelajaran,

Faktor ini diklasifikasikan menjadi dua yakni faktor manusia dan faktor non

manusia seperti alam, benda, hewan, dan lingkungan fisik.

Beberapa ciri untuk melihat hasil belajar yang diperoleh siswa setelah

melakukan proses belajar adalah sebagai berikut:

1)      Siswa dapat mengingat fakta, prinsip, konsep yang telah dipelajarinya dalam kurun

waktu yang cukup lama.

2)       Siswa dapat memberikan contoh dari konsep dan prinsip yang telah dipelajarinya.

3)      Siswa dapat mengaplikasikan atau menggunakan konsep dan prinsip yang telah

dipelajarinya.

4)      Siswa mempunyai dorongan yang kuat untuk mempelajari bahan pelajaran lebih

lanjut.

5)      Siswa terampil mengadakan hubungan sosial seperti kerja sama dengan siswa lain,

berkomunikasi dengan orang lain, dan lain-lain.

6)      Siswa memperoleh kepercayaan diri bahwa ia mempunyai kemampuan dan

kesanggupan melakukan tugas belajar.

7)      Siswa menguasai bahan yang telah dipelajari minimal 65% dari yang seharusnya

dicapai.

c.         Pengertian matematika

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia matematika diartikan sebagai: “ilmu

tentang bilangan, hubungan antara bilangan, dan prosedur bilangan operasional

yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan” (Tim Penyusun

KBBI, 2007:723).

Sedangkan menurut Djati Kerami dan Sitanggang (2003:158) mengartikan

matematika adalah: “pengkajian logis mengenai bentuk, susunan, besaran, dan

konsep-konsep yang berkaitan “.

Matematika dikelompokan kedalam tiga bidang, yakni:

1.      Aljabar, pada dasarnya aljabar melibatkan bilangan dan pengabstrakannya ;

2.      Analisis, melibatkan kekontinuan dan limit;

3.      Geometri, membahas bentuk-bentuk dan konsep-konsep yang berkaitan (Djati

Kerami dan Sitanggang, 2003:158)

2.      Model Pembelajaran Koperatif dan Model Snowball Throwing

a.       Model Pembelajaran

Istilah model pembelajaran dibedakan dari istilah strategi pembelajaran,

metode pembelajaran atau prinsip pembelajaran. Istilah model pembelajaran

mempunyai empat ciri khusus yang tidak dipunyai oleh strategi atau metode

tertentu, yaitu: rasional teoritik yang logis yang disusun oleh penciptanya, tujuan

pembelajaran yang akan dicapai, tingkah laku mengajar yang diperlukan agar

model tersebut dapat dilakukan secara berhasil, dan lingkungan belajar yang

diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai.

Model–model pembelajaran dapat diklasifikasikan berdasarkan: tujuan

pembelajarannya, pola urutannya dan sifat lingkungan belajarnya. Sebagai contoh

pengklasifikasian berdasarkan tujuan, pembelajaran langsung merupakan suatu

model pembelajaran yang baik untuk membantu siswa mempelajari keterampilan

dasar (I Wayan Santyasa, 2007:7).

Menurut Komaruddin (dalam Syaiful, 2006), model diartikan sebagai

kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan

kegiatan. Model dapat dipahami sebagai: (1) suatu tipe atau desain, (2) suatu

deskripsi atau analogi yang dipergunakan untuk membantu proses visualisasi

sesuatu yang tidak dapat dengan langsung diamat, (3) suatu sistem asumsi-asumsi,

data-data, dan inferensi-inferensi yang dipakai untuk mengambarkan secara

matematis suatu obyek atau peristiwa, (4) suatu desain yang disederhanakan dari

suatu sistem kerja. Suatu terjemahan realita yang disederhanakan, (5) suatu

deskripsi dari suatu sistem yang mungkin atau imajiner, (6) penyajian yang

diperkecil agar dapat menjelaskan dan menunjukkan sifat bentuk aslinya.

Menurut Joyce dan Weil (dalam I Wayan Santyasa, 2007:7) model

pembelajaran memiliki lima unsur dasar , yaitu (1) syntax, yaitu langkah-langkah

operasional pembelajaran, (2) social system, adalah suasana dan norma yang

berlaku dalam pembelajaran, (3) principles of reaction, menggambarkan

bagaimana seharusnya guru memandang, memperlakukan, dan merespon siswa, (4)

support system, segala sarana, bahan, alat, atau lingkungan belajar yang

mendukung pembelajaran, dan (5) instructional dan nurturant effects—hasil belajar

yang diperoleh langsung berdasarkan tujuan yang disasar (instructional effects) dan

hasil belajar di luar yang disasar (nurturant effects).

Sintaks (pola urutan) dari suatu model pembelajaran adalah pola yang

menggambarkan urutan alur tahap–tahap keseluruhan yang pada umumnya disertai

dengan serangkaian kegiatan pembelajaran. Sintaks dari suatu model pembelajaran

tertentu menunjukkan dengan jelas kegiatan–kegiatan apa yang harus dilakukan

guru atau siswa.

b.      Model Pembelajaran Kooperatif

1.      Pengertian pembelajaran kooperatif

Pembelajaran kooperatif (cooperative learning) menurut Holubec (dalam

Nurhadi dkk, 2004:60) mengatakan bahwa: “Pembelajaran kooperatif (cooperative

learning) memerlukan pendekatan pengajaran melalui penggunaan kelompok kecil

siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar  dalam mencapai

tujuan belajar”.

Sedangkan Abdurrahman dan Bintoro (2000:78) mengatakan bahwa:

“pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran yang secara sadar dan sistematis

mengembangkan interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama

siswa sebagai latihan hidup di dalam masyarakat nyata”.

Dari penjelasan para ahli  di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa

pembelajar kooperatif adalah pendekatan pengajaran melalui penggunaan

kelompok kecil siswa untuk bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar 

guna mencapai tujuan belajar yang secara sadar dan sistematis mengembangkan

interaksi yang silih asah, silih asih, dan silih asuh antar sesama siswa sebagai

latihan hidup di dalam masyarakat nyata.

2.      Unsur-unsur pembelajaran kooperatif

Selanjutnya Nurhadi dkk. (2004:61-62)  menyebutkan unsur-unsur dalam

pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:

a.       Saling ketergatungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang

mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling

membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif.

b.      Interaksi tatap muka

Interaksi tatap muka menuntut siswa dalam kelompok dapat saling bertatap

muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru, tetapi

juga dengan sesama siswa.

c.       Akuntabilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkakan wujudnya dalam belajar

kelompok. Meskipun demikian, penilaian ditunjukkan untuk mengetahui

penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual.

d.      Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Dalam pembelajaran kooperatif keterampilan sosial seperti tenggang rasa,

sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani

mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan

berbagai sifat lain yang bermafaat dalam menjalin hubungan antar pribadi

(interpersonal relationshi) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.

3.      Peran guru dalam pembelajaran kooperatif

Masih menurut pendapat Nurhadi dkk. (2004:68-72) pembelajaran

kooperatif menuntut guru untuk berperan aktif  berbeda dari pembelajaran

tradisional. Berbagai peran guru dalam pembelajaran kooperatif tersebut

dikemukakan sebagai berikut ini.

1)   Merumuskan tujuan pembelajaran.

2)   Menentukan jumlah anggota dalam kelompok belajar.

3)   Menentukan tempat duduk siswa.

4)   Merancang bahan untuk meningkatkan saling ketergantungan positif.

5)   Menentukan peran siswa untuk menunjang saling ketergantungan positif.

6)   Menjelaskan tugas akademik.

7)   Menjelaskan kepada siswa mengenai tujuan dan keharusan bekerja sama.

8)   Menyusun akuntabilitas individual.

9)   Menyusun kerja sama antar kelompok.

10)    Menjelaskan kriteria keberhasilan.

11)    Menjelaskan perilaku yang diharap.

12)    Memantau perilaku siswa.

13)    Memberikan bantuan pada siswa dalam menyelesaikan tugas.

14)    Melakukan intervensi untuk mengajarkan keterampilan bekerja sama.

15)    Menutup pelajaran.

16)    Menilai kualitas pekerjaan atau hasil belajar siswa.

17)    Menilai kualitas kerja sama antar anggota kelompok.

c.       Model Pembelajaran Snowball Throwing

Model Pembelajaran Snowball Throwing adalah model pembelajaran yang

melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari orang lain, dan

menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan

pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti model pembelajaran Talking Stik

akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah

bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola

kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya.

Proses model pembelajaran Snowball Throwing adalah dibentuk kelompok

yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-

masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan)

lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari

bola yang diperoleh (Syaifullah, 2009).

Menurut Eman Suherman (2011:7) sintaks dalam Snowball Throwing 

adalah: (1) Informasi materi secara umum, (2) membentuk kelompok, (3)

pemanggilan ketua dan diberi tugas membahas materi tertentu di kelompok, (4)

bekerja kelompok, (5) tiap kelompok menuliskan pertanyaan dan diberikan kepada

kelompok lain, (6) kelompok lain menjawab secara bergantian, (7) penyuimpulan,

(8) refleksi dan evaluasi

Widowati (2010:10) mengemukakan tentang langkah-langkah pembelajaran

dalam Snowball Throwng  adalah sebagai berikut:

1)      Guru menyampaikan pengantar materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin

dicapai.

2)      Guru membentuk siswa berkelompok, lalu memanggil masing-masing ketua

kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

3)      Masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing,

kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

4)      Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk

menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah

dijelaskan oleh ketua kelompok.

5)      Kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar

dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 15 menit.

6)      Setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa

untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut

secara bergantian.

7)      Evaluasi.

8)      Penutup.

B. KERANGKA BERFIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

1.      Hubungan Antara Hasil Belajar dengan Model Pembelajaran Snowball

Throwing

Di dalam kegiatan belajar mengajar, peranan motivasi baik instrinsik

maupun ekstrinsik sangat diperlukan. Motivasi bagi pelajar dapat mengembangkan

kemampuan berproses, dapat mengarahkan dan memelihara ketekunan dalam

melakukan kegiatan belajar. Dengan demikian, motivasi menentukan tingkat

berhasil atau gagalnya perbuatan belajar siswa.

Motivasi menurut Rooijakkers (1991 : 14) merupakan faktor internal yang

dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Salah satu cara untuk menumbuhkan

motivasi adalah dengan model pembelajaran yang bervariatif dan tidak monoton.

Model pembelajaran Snowball Throwing adalah salah satu model pembelajaran

yang bercirikan kerjasama antar siswa, berpikir, dan bermain sehingga siswa akan

termotivasi untuk belajar dengan sungguh-sungguh. Dan pada akhirnya hasil

belajar siswa pun akan meningkat.

2.      Hipotesis Penelitian

Berdasarkan pemaparan di atas, maka penulis merumuskan hipotesis

sebagai berikut:

a.       Hipotesis kerja H1

Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing

dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 4 Lubuk

Basung Kabupaten Agam tahun pelajaran 2012/2013 pada pokok bahasan operasi

aljabar.

b.      Hipotesis Nihil H0

Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball Throwing

dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMPN 4 Lubuk

Basung Kabupaten Agam tahun pelajaran 2012/2013 pada pokok bahasan operasi

aljabar.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian, Tempat Dan Waktu Penelitian

1.      Tempat dan Waktu Penelitian

Penulis memilih subyek penelitian ini adalah siswa SMPN 4 Lubuk Basung

Kabupaten Agam, sedangkan waktu penelitian direncanakan akan

dilaksanakan selama 1 bulan yakni dari pertengahan Juli hingga

pertengahan Agustus 2013.

2.      Populasi dan Sampel

a.       Populasi

Populasi yang dipilih dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMPN

Satap 4 Kabupaten Lebak tahun pelajaran 2011/2012 yang memiliki dua

kelas paralel, yaitu kelas VIII A berjumlah 35 siswa dan kelas VIII B

berjumlah 30 siswa. Dengan demikian populasi dalam penelitian ini

berjumlah sebanyak 65 siswa.

b.      Sampel

Karena populasi dalam penelitian ini hanya berjumlah sebanyak 65 siswa

dan ini berarti subyeknya kurang dari 100, maka peneliti menggunakan

teknik total sampling atau sampel jenuh. Keputusan ini berdasarkan apa

yang dikemukakan oleh Arikunto (1996:120) bahwa, “Apabila subjeknya

kurang dari 100 lebih baik diambil semua hingga penelitiannya merupakan

penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar dapat diambil

antara 10-15 %, atau 20-25% atau lebih”.

Dari kedua kelas tersebut peneliti melakukan pengundian dalam rangka

menetapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Setelah

dilakukan pengundian, maka yang terpilih sebagai kelompok eksperimen

adalah siswa kelas VIII A sebanyak 35 siswa dan siswa kelas VIII B

sebanyak 30 siswa sebagai kelas kontrol.

3.      Metode Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai yaitu untuk mengetahui

apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball

Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika, maka dalam

penelitian ini peneliti menggunakan metode eksperimen dengan cara

membandingkan hasil belajar kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.

Metode eksperimen adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat

(hubungan kausal) antara dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti

dengan mengeliminasi atau mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain

yang menggangu (Suharsimi Arikunto, 1996:3).

Eksperimen  ini didesain menggunakan model two group posttest only

design experiment (Arikunto, 2005: 212). Dalam pelaksanaannya kelompok

eksperimen mendapatkan treatment berupa penggunaan model

pembelajaran Snowball Throwing dan pos tes sedangkan pada kelas kontrol

tidak diberikan perlakuan, dalam arti pembelajarannya menggunakan

metode tradisional dan hanya mendapatkan pos tes.

B.      Teknik Pengumpulan Data

Penerapan model pembelajaran Snowball Throwing dalam penelitian ini

membutuhkan data-data yang dapat dianalisis sehingga dapat ditarik

kesimpulan yang akurat dari hasil eksperimen yang dilakukan. Prosedur

pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode :

a.       Tes

Tes   adalah  serentetan  pertanyaan  atau  latihan  serta alat lain

yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi,

kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok

(Suharsimi Arikunto, 1996:150).

Tes ini digunakan untuk mendapatkan hasil data pembelajaran matematika

siswa sesudah diberikan perlakuan pada pokok bahasan operasi aljabar. Tes

yang digunakan berupa tes obyektif.

b.      Metode dokumentasi

Metode dokumentasi ini yaitu mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis seperti arsip-arsip yang berhubungan dengan masalah penelitian ini.

Dokumentasi yang diperlukan adalah data mengenai nama siswa dan nilai

ulangan matematika ketika siswa masih duduk di kelas VII. Hal ini

bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil belajar 

matematika siswa sebelum diberikan perlakuan.

c.       Metode Observasi

Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi pelaksanaan

pembelajaran dengan model pembelajaran Snowball Throwing

dilaksanakan.

C.      Teknik Analisis Data

Dalam menganalisis data ditempuh langkah-langkah sebagai berikut:

a.      Analisis Uji Instrumen Penelitian        

Dalam analisis uji coba tes ini langkah-langkah yang ditempuh adalah:

1)      Analisis Validitas Tes

Analisis validitas tes digunakan untuk mengetahui apakah butir soal sebagai

instrumen penelitian valid atau tidak valid. Untuk menghitung koefisien

validitasnya, peneliti menggunakan rumus korelasi product moment sebagai

berikut:

rxy = N∑ XY – ( ∑ X ) ( ∑ Y )

√ { N∑ X2 – (∑X)2 } {N∑Y2 – (∑Y)2 }

keterangan:

rxy = koefisien validitas butir soal

N = banyak siswa peserta tes

X = jumlah skor item

Y = jumlak skor total

Dari rxy  yang diperoleh tersebut kemudian dinandingkan dengan tabel harga

kritis produk moment. Item tersebut dikatakan valid jika rhitung ≤ rtabel.

(Suharsimi Arikunto, 1998:162).

2)      Analisis Reliabilitas

Dalam penelitian ini, teknik   analisis  reliabilitas yang digunakan adalah tes

tunggal dengan teknik non belah dua dari Kuder dan Richardson (K-R 20)

dengan rumus sebagai berikut:

r11 = ( n ) ( S2 - ∑ pq ) n – 1 S2

Dengan:

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

n = banyak sampel

p = proporsi subyek yang menjawab benar pada butir soal

q = proporsi subyek yang menjawab salah pada butir soal

∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q

S = standar deviasi dari tes

jadi q = 1 - p

  = varians skor total

(Erman Suherman, 1993: 160)

r11 yang diperoleh dari hasil perhitungan kemudian dibandingkan dengan

rtabel product moment dengan taraf signifikansi 5%. Apabila r11 > rtabel maka

soal instrumen tersebut reliabel. (Suharsimi Arikunto, 1993; 155)

3)      Analisis Tingkat Kesukaran

Analisis tingkat kesukaran bertujuan untuk mengetahui item soal yang akan

diujikan. Dalam hal ini tingkat kesukaran yang baik adalah pada interval

25% - 75% . Item yang mempunyai tingkat kesukaran lebih dari 75% soal

tersebut terlalu mudah. Item yang baik adalah item yang tidak terlalu sukar

dan tidak terlalu mudah. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa

untuk mempertinggi usaha dalam menyelesaikannya. Sebaliknya soal yang

terlalu sukar akan menyebabkan siswa putus asa dan tidak mempunyai

semangat untuk mencoba lagi, karena diluar jangkauannya (Arikunto 1998:

206).

Adapun rumus untuk menghitung tingkat kesukaran adalah sebagai berikut:

           P = B JS

Dengan:

P = Tingkat kesukaran soal

B = Banyak siswa yang menjawab dengan benar item tersebut

JS = Banyak siswa yang mengikuti tes

Dengan kriteria:

0,00 ≤ P < 0,30 : soal dikatakan sukar

0,30 ≤ P < 0,70 : soal dikatakan sedang

0,70 ≤ P ≤ 1,00 : soal dikatakan mudah

(Suharsimi Arikunto, 1998: 210)

4)      Analisis Daya Pembeda

Analisis daya pembeda digunakan untuk meninjau daya pembeda soalnya.

Item yang baik adalah item yang mempunyai daya pembeda lebih dari 0,20.

Item soal yang daya pembedanya di bawah 0,20 tidak baik untuk digunakan

sebagai instrumen penelitian. Dengan demikian soal harus direvisi, diganti

atau tidak digunakan.

Rumus yang digunakan sebagai berikut:

DP = BA - BB = PA - PB          

JA JBDengan:

DP   = daya pembeda soal

JA    = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok atas

JB  = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok bawah

BA = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok atas

menjawab item tertentu dengan benar

BB  = banyaknya peserta tes yang menjadi anggota kelompok bawah dan

menjawab item tertentu dengan benar.

PA = proporsi peserta tes kelompok atas yang menjawab item tertentu

dengan benar

PB = proporsi peserta tes kelompok bawah yang menjawab item tertenti

dengan benar

Kategori yang digunakan adalah:

0,00 - 0,20 : jelek

0,20 - 0,40 : cukup

0,40 - 0,70 : baik

0, 70 - 1,00 : baik sekali

(Suharsimi Arikunto, 1998: 213)

b.      Analisis Uji Data Hasil Penelitian

1.    Uji Prasyarat Analisis

Uji prasyarat analisis bertujuan untuk mengetahui normalitas dan

homogenitasnya sebelum data tersebut dianalisis dengan menggunakan

rumus uji-t.

S2 = ( ∑ X – X )2

N - 1a.    Uji Normalitas

Uji normalitas ini digunakan untuk menguji apakah data berdistribusi

normal atau tidak. Uji normalitas ini diberikan kepada kelompok

eksperimen maupun kelompok kontrol setelah diberikan pos tes. Peneliti

menggukan statistik uji chi kuadrat dengan rumus sebagai berikut:

X2 = ∑∑ ( O – E )2

EDengan,

X2: chi kuadrat

O  : frekuensi yang diobservasi

E  : frekuensi yang diharapkan

     (Suharsimi Arikunto, 1996:290)

χ2 hitung yang telah diperoleh dari hasil perhitungan selanjutnya dibandingkan

dengan χ2 tabel dengan derajat kebebasan dk = K – 3 dan taraf signifikansi α =

5%. Data dikatakan normal apabila χ2hitung < χ2

tabel. (Suharsimi Arikunto,

1996:290).

b.       Uji Homogenitas.

Uji homogenitas ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah varians

populasi homogen atau tidak. Peneliti melakukan pengujian dengan uji

Fisher (uji F) sebagai berikut:

dengan,

F               : homogenitas yang dicari

MKk          : Mean Kuadrat Kelompok

MKd          : Mean Kuadrat Dalam

(Arikunto, 1996:293)

Hasil yang diperoleh dari Fhitung selanjutnya dibandingkan dengan Ftabel yang

mempunyai dk pembilang sebesar (nb – 1) dan dk penyebut (nk – 1) serta

taraf signifikansi α = 5%.

Dikatakan kelompok ekperimen dan kelompok kontrol berasal dari populasi

yang memiliki variansi yang relative sama  apabila Fhitung < Ftabel .

2.    Pengujian Hipotesis

Setelah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka langkah

berikutnya adalah melakukan analisis uji-t untuk mengetahui pengaruh

penerapan model pembelajaran Snowball Throwing terhadap hasil belajar

matematika siswa.

Peneliti menggunakan uji statistik uji-t untuk satu pihak (pihak kanan).

Langkah-langkah dalam melakukan pengujian adalah sebagai berikut:

 Hipotesis yang akan diujikan adalah:

 Ho : μ1 ≤ μ2 , nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih rendah dari pada

nilai rata-rata kelompok kontrol.

 H1 : μ1 > μ2. nilai rata-rata kelompok ekperimen lebih tinggi dari pada nilai

rata-rata kelompok kontrol.

  α    = 5%

  Keterangan:

 H0   =     Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball

Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII

SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten Agam tahun pelajaran 2012/2013 pada

pokok bahasan operasi aljabar.

  H1  =  Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball

Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII

SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten Agam tahun pelajaran 2012/2013 pada

pokok bahasan operasi aljabar.

Rumus  uji-t  yang digunakan yaitu sebagai berikut:

Dengan,

Keterangan:

  : rata-rata nilai kelompok eksperimen

 : rata-rata nilai kelompok kontrol

    : simpangan baku

  : standar deviasi pada kelompok eksperimen

  : standar deviasi pada kelompok kontrol

 : banyak subjek kelompok eksperimen

 : banyak subjek kelompok kontrol

   (Sudjana, 2001:293)

Hasil yang diperoleh dari thitung selanjutnya dibandingkan dengan ttabel yang

memiliki derajat kebebasan dk = N1 + N2 - 2 dan taraf signifikansi α = 5%.

Dalam hal ini tolak hipotesis nol jika thitung > ttabel. Dengan demikian dapat

dikatakan terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball

Throwing terhadap hasil belajar matematika siswa.

D.      Statistik Hipotesis Penelitian (Secara Matematika)

Hipotesis statistik yang  diajuka adalah sebagai berikut:

Ho : μ1 ≤ μ2 , nilai rata-rata kelompok eksperimen lebih rendah dari pada

nilai rata-rata kelompok kontrol.

H1 : μ1 > μ2. nilai rata-rata kelompok ekperimen lebih tinggi dari pada nilai

rata-rata kelompok kontrol.

α    = 5%

Keterangan:

H0    =    Tidak terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball

Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII

SMPN Satap 4 Lubuk Basung Kabupaten Agam tahun pelajaran 2012/2013

pada pokok bahasan operasi aljabar.

 H1  =   Terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Snowball

Throwing dalam meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII

SMPN 4 Lubuk Basung Kabupaten Agam tahun pelajaran 2012/2013 pada

pokok bahasan operasi aljabar.