Tugas Prof Eli Hubungan Antara Falsafah Andan

download Tugas Prof Eli Hubungan Antara Falsafah Andan

of 33

Transcript of Tugas Prof Eli Hubungan Antara Falsafah Andan

HUBUNGAN ANTARA FALSAFAH, PARADIGMA, MODEL KONSEPTUAL, TEORI KEPERAWATAN DAN METODOLOGI ILMIAHKASUS PEMICU SITUASI: Penelitian merupan upaya ilmiah dalam menumbuh kembangkan pengetahuan dan ilmu. Keperawatan sebagai ilmu dan seni juga memasukkan penelitian sebagai salah satu kegiatan untuk

mengaktualisasikan ilmu keperawatan sebagai landasan bagi profesi untuk berkembang dan bermanfaat bagi masyarakat. Kegiatan ilmiah ini tidak terwujud secara instan, terutama dalam keperawatan. Berbagai upaya para ahli keperawatan mengawalinya dengan menegakkan falsafah keperawatanm mengembangkan paradigma keperawatan sampai pada upaya pengembangan akhirnya model konseptual, teori ilmiah keperawatan yang pada penelitian sebagai mewujudkan kegiatan

metoda ilmiah yang

berkadar tinggi dalam

menyepakati dan mendukung hipotesis yang muncul dari sebuah fenomena. Namun, tidak banyak para ahli yang mampu menjelaskan secara tegas saling keterkaitannya antara falsafah, paradigma, model konseptual, teori keperawatan dengan metoda ilmiah yaitu penelitian keperawatan. TUGAS: 1. Identifikasi komponen dan sub komponen yang ada dan relevan untuk disusun sebagai skema keterhubungan antara falsafah sampai

dengan metoda ilmiah. 2. Gambarkan dengan jelas dan rinci skema saling keterkaitan tersebut. 3. Uraikan setiap narasi. 4. Bagaimana cara mengoperasionalisasikan suatu falsafah dan sub-komponen dan komponen yang terkait secara

paradigma kedalam situasi secara lengkap

kehidupan sehari-sehari. Beri suatu contoh

PEMBAHASAN 1. Identifikasi komponen dan sub komponen yang ada dan relevan untuk disusun sebagai skema keterhubungan antara falsafah

sampai dengan metoda ilmiah a. Komponen Falsafah Keperawatan Falsafah keperawatan mengkaji penyebab dan hukumhukum yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis daripada metoda empiris. Komponen penting yang menjadi prinsip dasar falsafah

keperawatan menurut Roy (Mc Quiston, 1995) : memiliki delapan komponen, empat berdasarkan falsafah prinsip humanisme dan empat berdasarkan prinsip falsafah veritivity. Falsafah humanisme/ kemanusiaan mengenali manusia dan sisi subyektif manusia dan pengalamannya sebagai pusat rasa ingin tahu dan rasa

menghargai. Sehingga ia berpendapat bahwa seorang individu: 1) Saling berbagi dalam kemampuan untuk berpikir kreatif yang digunakan untuk mengetahui masalah yang dihadapi, mencari solusi 2) Bertingkahlaku untuk mencapai tujuan tertentu, bukan sekedar memenuhi hukum aksi-reaksi 3) Memiliki holism intrinsic 4) Berjuang untuk mempertahankan integritas dan memahami kebutuhan untuk memiliki hubungan dengan orang lain Falsafah veritivity berarti kebenaran, yang bermaksud mengungkapkan keyakinan Roy bahwa ada hal yang benar absolut. Ia mendefinisikan veritivity sebagai prinsip alamiah manusia yang mempertegas tujuan umum keberadaan manusia. Empat falsafah yang berdasarkan prinsip veritivity adalah sebagai berikut ini. Individu dipandang dalam konteks : 1) Tujuan eksistensi manusia 2) Gabungan dari beberapa tujuan peradaban manusia

3) Aktifitas dan kreatifitas untuk kebaikan-kebaikan umum 4) Nilai dan arti kehidupan Hakekat manusia sebagai makhluk biopsikososio dan spritual, pada hakekatnya keperawatan merupakan suatu ilmu dan kiat, profesi yang berorientasi pada pelayanan, memiliki tingkat klien (individu, keluarga, kelompok dan masyarakat) serta

pelayanan yang mencakup seluruh rentang pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Adapun hakekat keperawatan adalah sebagai berikut: 1) Sebagai ilmu dan seni, merupakan suatu ilmu yang didalam aplikasinya lebih kearah ilmu terapan. 2) Sebagai profesi yang berorientasi kepada pelayanan mengatasi umtuk membantu manusia mengatasi masalah sehat dan sakit dalam kehidupan untuk mencapai kesejahteraan. 3) Sebagai pelayanan kesehatan yang memiliki tiga sasaran, diantaranya individu, keluarga dan masyarakat sebagai klien. 4) Sebagai Kolaborator dengan tim kesehatan lainnya. Denagn memiliki program pembinaan kesehatan, pencegahan penyakit, penentuan diagnosis dini penyembuhan serta rehabilitasi dan pembatasan kecacatan. Sedangkan esensinya meliputi: 1) Memandang pasien sebagai makhluk yang utuh (holistik) yang harus dipenuhi segala kebutuhannya baik biospikososio dan spritual yang diberikan secara komprensif dan tidak bisa dilakuakn secara sepihak atau sebagian dari kebutuhannya. 2) Bentuk pelayanan keperawatan harus diberikan secara

langsung dengan memperhatikan aspek kemanusiaan. 3) Setiap orang berhak mendapatkan keperawatan tanpa

memandang perbedaaan suku, kepercayaan, status sosial, agama dan ekonomi.

4) Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan sendiri-sendiri. 5) Pasien adalah mitra aktif dalam pelayanan kesehatan bukan sebagai penerima jasa yang pasif.

b. Komponen Paradigma keperawatan Paradigma merupakan cara pandang terhadap fenomena secara subjektif yang dilatarbelakangi oleh berbagai disiplin ilmu dan proses refleksi, (Margaret Neuman, 2004). Paradigma, dalam Chaska (1990:167,) dikemukakan sebagai a world view or general perspective for viewing some complexity of the real world that becomes embedded in the orientation of those who subscribe to the paradigm atau apa yang dikemukakan Kelly 2003:194 sebagai Ways of looking at (Conceptualizing a Discipline (ex.Nursing) in a clear, explicit term that can be communicated to others Apabila pengertian paradigma tersebut dikaitkan dengan keperawatan, maka dapat dikatakan sebagai keyakinan dan cara pandang terhadap berbagai konsep yang mendasari the real world of nursing , sehingga dengan memahami nilai-nilai yang menjadi dasar keyakinan dan cara pandang tersebut akan menuntun orientasi konsep dan aplikasi praktisnya. Para penggagas teori keperawatan menyepakati bahwa ada empat konsep yang menjadi elemen utama paradigma keperawatan yaitu : manusia, lingkungan, sehat/kesehatan dan keperawatan (Chaska,2003;Perry &

Potter,2005) dan manusia merupakan fokus sentral dari paradigma keperawatan (George,1980). Keempat elemen dari paradigma ini diwujud-nyatakan dengan dijiwai oleh prinsip holism, humanism dan caring. Menurut Kuhn (1996), komponen paradigma meliputi: 1) Symbolic generalization: hukum yang disepakati oleh komunitas ilmiah, dan bahasa yang digunakan untuk menjabarkannya.

2) Shared commitments to beliefs in particular models. 3) Value 4) Exemplars Komponen paradigma keperawatan terdiri dari konsep : manusia, keperawatan, kesehatan dan keperawatan. 1) Keperawatan Esensi keperawatan, seperti dirumuskan oleh American Nurses Association (ANA,1980) adalah Diagnosis and treatment of human responses to actual and potential health problems atau dapat diinterpretasikan sebagai diagnosis dan perlakuan pada respon manusia terhadap masalah klesehatan baik yang sifatnya aktual maupun potensial. Dari rumusan tersebut ada beberapa hal pokok yang membutuhkan penjabaran makna lebih lanjut, yaitu : diagnosis dan perlakuan, respon manusia dan masalah kesehatan. Dengan menggunakan pandangan dasar terhadap tiga konsep yang lain dalam paradigma keperawatan, maka intervensi keperawatan sebagai bentuk pelayanan professional memperhatikan nilai-nilai harkat dan martabat manusiawi (humanism), perlakuan yang utuh/ tidak terfragmentasi

(holism/wholeness) dan menekankan caring sebagai jiwa dari keperawatan (the heart of nursing). 2) Manusia sebagai focus sentral Keperawatan sebagai sains tentang human care didasarkan pada asumsi bahwa human science and human care merupakan domain utama dan menyatukan tujuan keperawatan. Sebagai human science pengetahuan care fokusnya keperawatan empiris untuk dengan berupaya estetia,

mengintegrasikan tentang human

humanities dan kiat/art (Watson,1985). Sebagai pengetahuan mengembangkan

pengetahuan yang menjadi inti keperawatan, seperti dinyatakan oleh Watson (1985) human care is the heart of nursing atau

Leininger (1984) yang menekankan caring is the central and unifying domain for the body of knowledge and practices of nursing.Pandangan tentang keperawatan sebagai sains tentang human care adalah komprehensif. Ini termasuk pengembangan pengetahuan sebagai basis dalam area-area : a) Pengkajian terhadap kondisi manusia b) Eksplikasi dari pengalaman manusia dengan, dan responnya terhadap berbagai kondisi sehat-sakit c) Telaah terhadap pengelolaan kondisi-kondisi yang

menyertainya d) Deskripsi dari atribut-atribut caring relationship Studi tentang sistem untuk bagaimana human care mesti diwujudkan Dalam eksplikasi sains tentang human care pencarian harus termasuk beragam metoda untuk memperoleh pemahaman utuh dari human phenomena. Pencarian ini harus memfasilitasi integrasi pengetahuan dari biomedical,perilaku,sosiokultural, seni dan humaniora untuk menemukan pengetahuan

keperawatan baru. Melalui strategi integrasi dan analisis, dunia objektifitas dapat dihubungkan dengan dunia subjektif dari pengalaman manusia untuk mencapai linkage ini. Perspektif tentang human science memberi kesempatan bagi

pemikir/peneliti keperawatan untuk melakukan telaah terhadap keilmuan keperawatan dan arahnya, guna meletakkan dasardasar subject matter serta tanggung jawab ilmiah dan sosialnya. Melalui perspektif ini, kajian terhadap makna,nilai etika tentang manusia, kesehatan dan keperawatan dapat dilakukan. Dalam konteks ini, pemahaman tentang human science berbasis pada : Filosofi tentang kebebasan, pilihan dan tanggung jawab manusia Biologi dan psikologi tentang keutuhan manusiawi (holism) Epistemologi bukan hanya secara empiris tetapi juga pengembangan estetis,nilai-nilai etis,intuisi dan

proses eksplorasi dan penemuan. Konteks hubungan,proses interaksi antar manusia. Melalui telaah terhadap berbagai aspek tersebut,

keperawatan secara kritis harus mempertanyakan apakah arah pengembangan keilmuan dan profesi keperawatan dengan pendekatan medical science tepat ? Pendekatan ini lebih menekankan pada penggunaan konsep, pandangan dan tehniktehnik dari ilmu alam dan kedokteran yang diaplikasikan pada keperawatan. Dengan pendekatan ini, keperawatan baik secara keilmuan ataupun profesi akan terjebak pada pola pemikiran dan tindakan yang mudah terfragmentasi pada struktur dan fungsi organ, penyakit dan tehnik-proseduril tertentu. Ini tidak sejalan dengan prinsip dan pandangan keperawatan tentang holism,humanism and caring. Keperawatan sebagai human science mengintegrasikan keilmuan dengan nilai-nilai keindahan, seni/kiat , aspek etis dan estetis dari proses caring antar manusia. Keperawatan dapat berkembang dengan fondasi filosofis yang lebih bermakna berbasis pada nilai-nilai manusiawi. Melalui ini harus dipilih metoda yang memungkinkan untuk melakukan kajian terhadap makna diri bukan hanya secara objektif tetapi juga subjektif dari diri perawat sendiri maupun orang lain. Dalam konteks ini, kajian keperawatan lebih memfokuskan pada manusia dengan

masalah dan pengalaman hidupnya (i.e.health and illness) dari pada sekedar perilaku,tehnik dan proseduril yang sering tidak manusiawi. Dengan demikian, pola ini akan memperluas pemikiran dan memungkinkan untuk mengembangkan

gambaran baru tentang makna sebagai manusia, perawat, pengalaman sakit, pengalaman dirawat/disembuhkan, memberi dan menerima human care. Dalam pandangan keperawatan manusia diyakini sebagai person as a whole, as a fully functional integrated self. Dalam

konsep holism ini, manusia dilihat sebagai sosok yang utuh, the human is viewed as greater than, and different from, the sum of his or her parts (Watson,1985:14) yang bermakna bahwa keberadaan berbagai aspek dari diri seorang manusia, secara bersama-sama berfungsi dan berespon untuk mewujudkan keutuhannya. Karena keutuhan ini maka manusia itu unik, berbeda dari manusia lain. Manusia juga diyakini sebagai sistem terbuka (openned system), yang berinteraksi dengan manusia lain dan lingkungannya secara dinamis, berkesinambungan dan itu semua penting untuk perkembangan personalnya.

Pandangan dasar tentang manusia ini, yang dalam paradigma keperawatan merupakan fokus sentral pada saatnya memberi arah pada eksplorasi tentang human science , human responses (to health and illness) dan human care serta menuntun perawat untuk memahami dan memperlakukan manusia lain (klien) secara utuh, unik dan manusiawi. 3) Sehat/Kesehatan . Sehat seperti dinyatakan WHO adalah a state of complete physical,mental and social wellbeing, not merely the absence of disease or infirmity, atau dikatakan sebagai kondisi yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial dan tidak sekedar bebas dari penyakit makna dan kelemahan. sehat Definisi tersebut kondisi

mengandung

bahwa

merupakan

multidimensi yang paling tidak mencakup lima dimensi yang berbeda sebagai standar minimal untuk dinyatakan sebagai sehat (sempurna) yaitu kesehatan fisik, mental (fungsi

emosional dan intelektual) fungsi sosial, fungsi peran dan persepsi umum tentang wellbeing. Konsep lain dikemukakan oleh Pender (1996:18) mengutip Dubos mengemukakan sehat sebagai a state or conditions that enables the individuals to adapt to the environment; the degree of health experienced is dependent to ones ability to adjust to the various internal and

external tensiona that one faces. Dari kutipan tersebut sehat dikatakan sebagai kondisi yang memungkinkan bagi seseorang untuk beradaptasi terhadap lingkungannya; tingkatan kondisi sehat yang dialami tergantung pada kemampuan seseorang untuk menyesuaikan diri terhadap berbagai tekanan baik internal maupun eksternal yang dihadapi. Watson (1985:48) menyatakan sehat sebagai unity and harmony within the mind,body and soul. Its also associated with the degree of congruence between the self as perceived and the self as experienced, Such a viewed of health focuses on the entire nature of the individual in his or her

physical,social.esthetic and moral realms-instead of just certain aspects oh human behavior and physiology. Definisi tersebut mengungkap bahwa sehat merupakan kondisi yang utuh dan selaras antara badan,pikiran dan jiwa; dan ini berkaitan dengan tingkat kesesuaian antara diri yang dipersepsikan dan diri yang diwujudkan. Pandangan tentang kesehatan berfokus pada individu secara utuh meliputi hal-hal yang bersifat fisik,sosial,etis dan moral, tidak sekedar berfokus pada aspek-aspek perilaku dan fisiologi manusia semata. Sedangkan Carieri &Co.(1980) dalam bukunya Basic Human Needs menyatakan sehat sebagai a state in which needs are being sufficiently met, dalam hal ini seseorang dikatakan sehat bila kebutuhan dasarnya terpenuhi. Dalam hal sehat-sakit sebagai suatu rentang, Halbert Dunn seperti dikutip Pender (1996:19) mengemukakan bahwa sehat optimum atau dalam istilahnya disebut high level of wellness merupakan an integrated human functioning that is oriented toward maximizing the potential health of which the individual is capable- this requires that the individual maintain balance and purposeful direction within the environment where he is functioning. Konsep tersebut menekankan peran lingkungan bagi seseorang untuk memaksimalkan kesehatan potensialnya

melalui integrasi berbagai fungsi manusiawinya, dan untuk ini seseorang perlu mempertahankan keseimbangan dan arah dalam lingkungan dimana ia berfungsi. Dari beberapa konsep sehat (dan sakit/illness) diatas dapat dikemukakan beberapa hal prinsip antara lain : a) Sehat menggambarkan suatu keutuhan kondisi seseorang yang sifatnya multidimensional, yang dapat berfluktuasi tergantung dari interrelasi antara faktor-fkator yang

mempengaruhi b) Kondisi sehat dapat terwujud bila kebutuhan dasar

manusiawinya terpenuhi c) Kondisi sehat dapat dicapai karena adanya kemampuan seseorang untuk beradaptasi terhadap lingkungan baik internal maupun eksternal d) Sehat tidak dapat dinyatakan sebagai suatu kondisi yang berhenti pada titik tertentu, tetapi berubah-ubah tergantung pada kapasitasnya untuk berfungsi pada lingkungan yang dinamis Sehat sebagai suatu kondisi keseimbangan yang dinamis antara bentuk dan fungsi tubuh diri (manusia) terhadap karena

keberhasilannya pengaruh yang

menyesuaikan dapat

pengaruh-

mengganggu

(agent,environment).

Dalam konteks rentang sehat sakit, ada tiga faktor utama yang berperan yaitu host, agent dan environment. Agent merupakan substances or factors which have been related directly or indirectly to some particular disease state (Spradley & Allender,1997:254). Agent yang dapat berupa bahan, elemen (biologis, susceptible nutrient,kimia,fisikal human host atau mekanis) keberadaan/ yang

ketiadaannya setelah terjadi kontak yang efektif dengan pada kondisi lingkungan

mendukung akan berfungsi sebagai stimulus terhadap proses menjadi sakit. Terminologi ini pada umumnya untuk

mendiskripsikan infectius agent, sedang untuk non infectius agent merupakan bagian dari environment (lingkungan). 4) Lingkungan. Lingkungan dikatakan sebagai the aggregate of all external conditions and influences affecting the life and development of an organism, human behavior and society (Leavell & Clarck,1965:57), dalam hal ini segala kondisi eksternal yang melingkupi kehidupan seseorang, berpengaruh terhadap manusia hidup dan dan perkembangan Spradley organisme, & Allender perilaku (1997)

masyarakat.

mengemukakan bahwa lingkungan terdiri dari empat elemen utama yaitu lingkungan fisik, biologis, sosial dan ekonomi. Lingkungan fisik meliputi iklim, udara, struktur geologi dan geografi. Lingkungan fisik seperti iklim dan udara mempengaruhi manusia seperti temperatur panas dan dingin yang ekstrim; bau, tingkat kebisingan yang tidak favourable bagi manusia untuk menjalankan aktifitas dan kehidupan; sehingga perlu ada upaya kontrol agar manusia dapat menjalankan fungsi fisiologisnya secara optimal. Lingkungan yang berkenaan denagn struktur geologi dan geografi- apakah merupakan area yang aman dan nyaman bagi manusia untuk tumbuh,

berkembang dan menjalani aktifitas kehidupannya; Lingkungan biologis merupakan segala sesuatu yang hidup baik binatang atau tanaman, yang melingkupi kehidupan seseorang. Berbagai jenis mahluk hidup non manusia dari banyak penelitian diketahui sebagai penyebab atau pembawa kuman penyakit tertentu; Lingkungan sosial ekonomi, kedua hal ini sosial dan ekonomi saling tergantung dalam hubungannya dengan lingkungan. Lingkungan sosial berkaitan dengan lingkup asosiasi/pergaulan seseorang dan karena kondisi sosial ekonomi merupakan faktor penentu pada lingkup/eksistensi sosial seseorang maka

lingkungan sosial dan ekonomi dikaitkan satu dengan yang lain.

Ada pandangan mendasar tentang hubungan dua hal ini, yaitu makin rendah status sosial-ekonomi makin tinggi prevalensinya terhadap penyakit; atau ada asosiasi antara rendahnya pendapatan dan kerentanan tetrhadap penyakit meskipunn tingginya pendapatan tidak menjamin bahwa seseorang terjaga kesehatannya. Oleh karenanya perhatian harus diberikan pada bagaimana faktor-faktor ini mempengaruhi proses terjadinya penyakit dan ketidak seimbangan. Menempatkan lingkungan sebagai salah satu elemen utama paradigma keperawatan berarti bahwa pemahaman terhadap konsep lingklungan manusiawi diperhitungkan dan

dibutuhkan sehingga kajian terhadap dampaknya pada ketidak seimbangan fungsi-fungsi

program pengurangan resiko (risk reduction program) sebagai upaya prevensi dapat diwujudkan.

c. Komponen Model Konseptual Model konseptual tersusun atas ide-ide (konsep-konsep) abstrak dan umum, dan proposisi yang menspesifikasi hubungan antara keduanya. Model konseptual sangat penting sebagai landasan perkembangan disiplin keperawatan.

Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian, terhadap suatu ilmu dan pengembangannya. Fenomena ini diklasifikasikan menjadi konsep, terdiri dari kata-kata yang mengandung citra mental dari sesuatu yang akan

dijelaskan.Konsep bisa berupa ide abstrak (seperti adaptasi, ekuilibrium) atau idea konkrit (misalnya bangku atau papan tulis). Karena itu model konseptual dapat dijabarkan sebagai serangkaian konsep dan asumsi yang berintegrasi menjadi suatu gambaran yang bermakna.

Hampir semua model keperawatan yang diaplikasikan dalam praktik keperawatan professional menggambarkan empat jenis konsep yang sama, yaitu : 1. Orang yang menerima asuhan keperawatan 2. Lingkungan (masyarakat) 3. Kesehatan (sehat/sakit, kesehatan dan penyakit) 4. Keperawatan dan peran perawat (tujuan/sasaran, peran dan fungsi)

Model konseptual keperawatan menitikberatkan pada : 1. Keperawatan menitikberatkan pada prinsip dan hukum yang mengatut proses kehidupan, kesejahteraan, dan fungsi optimal kehidupan manusia baik sehat maupun sakit. 2. Keperawatan menitikberatkan pada pola perilaku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungan dalam kehidupan normal dan situasi krisis. 3. Keperawatan juga berfokus pada tindakan/proses keperawatan yang mana akan berdampak pada perubahan positif status kesehatan. 4. Keperawatan berfokus pada kesehatan manusia secara holistik, bahwasanya manusia selalu berinteraksi dengan lingkungan Model konseptual keperawatan telah memperjelas

kespesifikan area fenomena ilmu keperawatan yang melibatkan empat konsep yaitu manusia sebagai pribadi yang utuh dan unik. Konsep kedua adalah lingkungan yang bukan hanya merupakan sumber awal masalah tetapi juga perupakan sumber pendukung bagi individu. Kesehatan merupakan konsep ketiga dimana konsep ini menjelaskan tentang kisaran sehat-sakit yang hanya dapat terputus ketika seseorang meninggal. Konsep keempat adalah keperawatan sebagai komponen penting dalam perannya sebagai faktor penentu pulihnya atau meningkatnya keseimbangan

kehidupan seseorang (klien)

Konseptualisasi

keperawatan

umumnya

memandang

manusia sebagai mahluk biopsikososial yang berinteraksi dengan keluarga, masyarakat, dan kelompok lain termasuk lingkungan fisiknya. Tetapi cara pandang dan fokus penekanan pada skema konseptual dari setiap ilmuwan dapat berbeda satu sama lain, seperti penenkanan pada sistem adaptif manusia, subsistem perilaku atau aspek komplementer. Model konseptual mendefinisikan sehat sebagai kesaran sehat-sakit dari seseorang, dan lingkungan kondusif untuk pemulihan kesehatan. Model ini juga mengidentifikasi tujuan keperawatan yang biasanya

menterjemahkannya dari definisi sehat yang dimaksud. Dalam konsep keperawatan juga terlibat suatu penjelasan tentang proses keperawataan dan pola pikir yang terbentuk dari konsep ini

d. Komponen Teori Keperawatan Teori keperawatan menurut sevens (1984) adl. Sebagai usaha menguraikan dan menjelaskan berbagai fenomena dalam keperawatan (dikutip dari Taylor c, dkk/1989). Teori keperawatan berperan dalam membedakan keperawatan dengan disiplin ilmu lain dan bertujuan untuk menggambarkan, menjelaskan,

memperkirakan, dan mengontrol hasil asuhan atau pelayanan keperawatan yang dilakukan. Torre (1985) dan Chin dan Ycob (1983), secara jelas menegaskan karakteristik dasar teori keperawatan. Menurut mereka, ada lima karakteristik dasar teori keperawatan, yaitu: 1. Teori keperawatan mengidentifikasi dan didefenisikan sebagai hubungan yang spesifik dari konsep keperawatan seperti hubungan antara konsep manusia, konsep sehat-sakit,

keperawatan dan konsep lingkungan. 2. Teori keperawat harus bersifat ilmiah. Artinya teori keperawatan digunakan dengan alasan atau rasional yang jelas dan dikembangkan dengan menggunakan cara berpikir yang logis.

3. Teori keperawatan bersifat sederhana dan umum. Artinya teori keperawatan dapat digunakan pada masalah yang sederhana maupun masalah kesehatan yang kompleks sesuai dengan situasi praktik keperawatan. 4. Teori keperawatan berperan dalam memperkaya body of knowledge keperawatan yang dilakukan melalui penelitian. 5. Teori keperawatan menjadi pedoman dan berperan dalam memperbaiki kualitas praktik keperawatan. Teori keperawatan pada dasarnya terdiri atas empat komponen/konsep yang berpengaruh dan menentukan kualitas praktik keperawatan, yaitu konsep manusia, keperawatan, konsep sehat-sakit dan konsep lingkungan. Meskipun keempat konsep digunakan pada setiap teori keperawatan, akan tetapi pengertian dan hubungan antara konsep ini berbeda anatar teori yang satu dengan teori yang lain. e. Komponen Metode Ilmiah Metodologi ilmiah keperawatan rnerupakan suatu kegiatan penelitian yang terdiri dari metoda riset kuantitatif dan kualitatif. Dan praktek keperawatan membutuhkan pengembangan teori- teori sebagai bagian dari suatu disiplin keilmuan, termasuk didalamnya kegiatan riset yang mempelajari perilaku perawat dan riset yang meneliti tentang aspek-aspek klien. Harapan dasar dari suatu metodologi ilmiah adalah bahwa (1) individual merupakan mahluk yang hampir mirip satu sama lain sesuai dengan kategori, (2) pengalaman dapat dikuantifikasi, dan (3) kekonstanan atau kepasifan manusia dan lingkungan dapat dihasilkan.

Berikut skema langkah-langkah metode ilmiah dalam mengembangkan teori keperawatan

Rumusan masalah

Khasanah pengetahuan ilmiah

Koherensi Deduktif

Penyusunan kerangka berpikir

Prakmatisme

Rumusan hipotesis Korespondensi induktif

Diterima

Pengujian hipotesis

Ditolak

Langkah-langkah dalam metode ilmiah sebagai suatu metode dalam filsafat ilmu: 1) Rumusan masalah Langkah pertama dalam metode ilmiah adalah merumuskan masalah. Rumusan ini mengandung pertanyaan mengenai objek empiris dan faktor-faktor yang terkait di dalamnya. Rumusan masalah didapat melalui pengamatan terhadap objek empiris yang menjadi fokus pengembangan ilmu. 2) Menentukan khasanah pengetahuan ilmiah Setelah merumuskan masalah, ilmuan mengumpulkan

informasi-informasi ilmiah dari berbagai sumber literatur terkait seperti jurnal ilmiah dan pendapat pakar. Informasi ilmiah diperlukan untuk memperjelas masalah dan memberika

gambaran secara terperinci tentang permasalahan ditinjau dari teori yang ada. 3) Menyusun kerangka berpikir Pada tahap ini ilmuan memberikan argumentasinya

berdasarkan khasanah pengetahuan ilmiah yang telah tergali. Argumentasi ini dikemukakan untuk menjelaskan hubungan antara berbagai faktor terkait dengan masalah. Argumentasi ini disusun secara rasional berdasarkan premis-premis ilmiah yang telah teruji kebenarannya tanpa mengabaikan faktor

empiristerkait dengan masalah. 4) Menyusun hipotesis Kesimpulan dari kerangka berpikir selanjutnya dijadikan dasar oleh ilmuan untuk merumuskan hipotesis. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap masalah yang dirumuskan sebelumnya. Hipotesis bergunan untuk memandu ilmuan dalam melakukan investigasi fakta-fakta empiris. 5) Menguji hipotesis Pada tahap ini ilmuan melakukan invertigasi terhadap faktafakta empiris untuk membuktikan hipotesis yang diajukan.

Setelah fakta-fakta berupa data terkumpul, ilmuan melakukan analisis terhadap fakta tersebut menggunakan uji statistik yang relevan. 6) Menarik kesimpulan

2. Gambar

skema

saling

keterkaitan ini

falsafah-paradigma-model pengembangan ilmu

konseptual- teori keperawatan dan metodologi ilmiah Skema berikut menjelaskan

keperawatan mulai dari falsafah yang bersifat abstrak sampai dengan penerapan teori keperawatan Falsafah secara konkrit dalam praktik Abstrak

keperawatan.

Pengetahuan n ilmu Proses pikir abstrak teori Introspeksi Intiusi Pembenaran (reasoning) Uji relialitas (penelitian)

Dunia Empiris (Praktik Keperawatan

Konkrit

Keterkaitan

falsafah-paradigma-model

konseptual-

teori

keperawatan dan metodologi ilmiah digambarkan pada skema 3. Falsafah Keyakinan

Paradigma

Fokus orientasi

Interaksi Manusia Dan Lingkungan

Model Konseptual

Abstraksi konsep

Kesehatan dan kesejahteraan manusia di alam semesta

Teori Keperawatan

Operasionalisasi konsep tentang fenomena Uji hipotesa tentang teori keperawatan

Metodologi ilmiah

3. Penjelasan sub-komponen dan komponen dari skema Falsafah keperawatan adalah pandangan dasar tentag hakikat manusia dan esensi keperawatan yang menjadikan kerangka dasar dalam praktik keperawatan. Falsafah Keperawatan bertujuan

mengarahkan kegiatan keperawatan yang dilakukan.. Keperawatan menganut pandangan holistik terhadap manusia yaitu kebutuhan manusia bio-psiko-sosial-spiritual.Kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik, dalam arti menghargai dan

menghormati martabat manusia, memberi perhatian kepada klien serta, menjunjung tinggi keadilan bagi sesama manusia. Keperawatan bersifat universal dalam arti tidak membedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etik, agama, aliran politik, dan status sosial ekonomi. Falsafah keperawatan mengkaji penyebab dan

hukum-hukum yang mendasari realitas, serta keingintahuan tentang gambaran sesuatu yang lebih berdasakan pada alasan logis daripada metoda empiris. Falsafah keperawatan merupakan kerangka dasar keputusan dan bertindak/berperilaku dalam

yang harus dimiliki oleh seorang perawat sebagai pedoman untuk berpikir, mengambi

melaksanakan praktek keperaatan pada klien dalam rentang sehatsakit. Pernyataan dalam falsafah menyebutkan konsep-konsep utama dari disipline berupa keyakinan yang terus menerus tentang apakah keperawatan itu, bagaimana berpikir tentang apa yang dilakukan oleh perawatan , hubungan dalam keperawatan dan lingkungan

keperawatan (Parker, 2005). Pernyataan Filosofi juga memberikan panduan dalam menjelaskan issue dan mengklarifikasi prioritas discipline. Perawat menggunakan pernyataan filosofi untuk mengkaji seberapa jauh kapasitas diantara individu, professional, organisasi dan keyakinan social serta nilai-nilai. Filosofi bersifat abstrak yang menunjukkan keyakinan dasar disiplin keperawatan dalam memandang manusia sebagai makhluk biologis dan respon manusia dalam keadaan sehat dan sakit, serta berfokus kepada respons mereka terhadap suatu situasi. Folosofi belum dapat diaplikasikan langsung dalam praktik keperawatan, sehingga perlu dijabarkan dan dibuat dalam bentuk yang lebih konkrit (less abstrac) yang dijabarkan lebih lanjut dalam bentuk paradigma keperawatan. Berdasarkan falsafah kemudian ilmuan keperawatan

mengembangkan paradigma yang merupakan kesepakaan bersama antar ilmuan keperawatan tentang konsep-konsep utama yang mendasari perkembangan discipline ilmu keperawatan dan praktik keperawatan. Paradigma keperawatan adalah suatu cara pandang yang mendasar atau cara melihat, memikirkan, memberi makna, menyikapi dan memilih tindakan terhadap fenomena yang ada dalam keperawatan.

Paradigma keperawatan mencakup 4 konsep utama yaitu manusia, keperawatan, kondisi sehat/kesehatan dan lingkungan. Keperawatan memandang manusia sebagai inti dari keperawatan, merupakan makhluk yang unik merupakan system terbuka secara terus menerus bertukar energi dengan lingkungan. Manusia

merupakan sistem adaptif, berinteraksi dengan lingkungan dan bergerak menuju adaptasi dan sehat. Manusia memiliki kebutuhan yaitu segala sesuatu yang diperlukan untuk kesehatan dan

kesejahteraannya. Komponen kebutuhan meliputi kebutuhan fisiologis, psikologis, sosial dan spiritual. Konsep sehat dan kesehatan dalam paradigm keperawatan adalah kondisi yang mampu mempertahankan individu untuk berfungsi secara konsiten, stabil dan seimbang dalam menjalani kehidupan sehari-hari melalui interaksi positif dengan lingkungan. Konsep lingkungan mencakup semua aspek keadaan, pengaruh dan kondisi yang mengelilingi dan mempengaruhi individu. Lingkungan dapat meningkatkan dan mengganggu kesehatan individu. Lingkungan secara konstan mempunyai pengaruh terhadap perubahan internal dan eksternal yang terjadi pada manusia. Komponen internal meliputi faktor genetik, struktur antomis, fisiologis, psikologis, nilai dan keyakinan sedangkan komponen eksternal meliputi keadaan fisik, demografi, ekologi, hubungan interpersonal,dan nilai social budaya dan

penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Keperawatan merupakan upaya bantuan yang diberikan kepada individu baik sehat maupun sakit, yang dibutuhkan sampai pulih kembali atau menjelang ajal, dimana individu tidak mampu melaksanakan kegiatan kehidupannya akibat ketidakmampuan, ketidakmauan dan ketidaktahuan. Selanjutnya keempat konsep yang telah disepakati sebagai paradigm keperawatan dijabarkan oleh para ahli keperawatan dalam bentuk model konseptual keperawatan. Model Konsuptual

Keperawatan adalah konsep-konsep, definisi dan preposisi yang menunjukkan hubungan yang spesifik untuk membentuk suatu

perspektif terorganisir dalam melihat fenomena spesifik pada disipline keperawatan. Model konseptual memberikan cara-cara yang berbeda dalam berpikir tentang keperawatan. Model konseptual tersusun atas ide-ide (konsep-konsep) abstrak, umum, dan proposisi yang

menspesifikasi hubungan antara keduanya. Model konseptual sangat penting sebagai landasan perkembangan disiplin keperawatan. Model konseptual merupakan suatu kerangka kerja konseptual, sistem atau skema yang menerangkan tentang serangkaian ide global tentang keterlibatan individu, kelompok, situasi, atau kejadian, terhadap suatu ilmu dan pengembangannya. Fenomena ini diklasifikasikan menjadi konsep, terdiri dari kata-kata yang mengandung citra mental dari sesuatu yang akan dijelaskan. Model konseptual keperawatan antara beberapa ahli terihat berbeda sesuai dengan penekanan mereka terhadap hubungan antar keempat konsep utama dalam keperawatan. Sebagai contoh Florence Nightingale lebih menekankan interaksi antara keperawatan dengan lingkungan, dimana perawat berperan secara dalam memodifikasi lingkungan untuk mencapai kesehatan yang optimal. Berdasarkan

pemehaman ini, maka model konseptual memberikan arah dalam praktik keperawatan, namun demikian model konseptual lebih abstrak dibandingkan dengan teori keperawatan. Meskipun model konseptual menampilkan konsep-konsep dan definisi-definisi terkait dalam melihat fenomena keperawatan, namun belum menjelaskan outcome,

sehingga perlu dikembangkan lebih konkrit dalam bentuk teori keperawatan. Fawcett (2000) menjelaskan bahwa sebuah model konseptual menetapkan sumber kerangka yang jelas bagi pengikutnya, yang menjelaskan keperawatan kepada Grand mereka theory bagaimana mengobservasi dan dan

mengartikan ketertarikan fenomena terhadap suatu disiplin. Model sangat komprehensif meliputi

perspektif dari setiap konsep paradigma yaitu : manusia, lingkungan, kesehatan dan keperawatan (Fawcett, 2000; Tomey & Alligood, 2002).

Setiap model konseptual keperawatan mempunyai Grand theory dimana teori tersebut berasal dari modelnya masing-masing. Salah satu contoh Grand theory yang berasal dari konseptual model keperawatan adalah model adaptasi Roy. Roy mengatakan bahwa manusia merupakan sistem yang adaptif yang diambil dari model adaptasi. Grand theory dari beberapa pakar keperawatan kemudian mendasari munculnya beberapa teori keperawatan dan teori middle range dalam struktur ilmu keperawatan. Teori keperawatan (nursing theory) lebih kongkrit dibandingkan dengan Grand theory tetapi tidak sespesifik teori middle range. Beberapa teori mungkin lebih spesifik untuk sebagian praktek keperawatan. Teori middle range memiliki fokus yang lebih luas dan lebih kongkrit daripada Grand theory atau nursing theory (Alligood 2002). Teori pada level ini lebih fokus dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan praktisi keperawatan yang spesifik seperti spesifik untuk kelompok usia klien, kondisi keluarga, tempat tinggal klien, kondisi kesehatan, dan peran perawat (alligood, 2002). Berdasarkan hal ini, maka teori middle range lebih spesifik kepada situasi keperawatan. Teori adalah sekumpulan konsep, definisi dan preposisi yang menunjukkan suatu gambaran yang sistematis dari fenomena dengan mendesain hubungan, memprediksi yang spesifik diantara konsepkonsep dengan tujuan menggambarkan, menjelaskan, memprediksi dan atau mengontrol fenomena (Chinn & Jacobs, 1987). Teori keperawatan didefinisikan sebagai konseptualisasi dari beberapa aspek realita (penemuan) yang menyangkut keperawatan.

Konseptualisasi bertujuan untuk mengambarkan, menjelaskan dan memprediksi asuhan keperawatan. Teori dalam hal ini bersifat lebih konkrit, bersinggungan langsung dengan dunia empirik. Teori memperjelas gambaran tentang fenomena dalam praktik keperawatan sekaligus memberikan prediksi terhadap outcome praktik keperawatan.

Dalam rangka mengembangkan teori keperawatan sebagai bagian dari struktur pengetahuan keperawatan para peneliti dibidang keperawatan melakukan berbagai kegiatan penelitian. Kegiatan penelitian ini menerapkan metode ilmiah (scientific method) dalam mencari kebenaran ilmiah untuk mengembangkan ilmu dan teori keperawatan Proses metode ilmiah dimulai pada saat perawat mengamati fenomena dalam praktik keperawatan. Pengamatan ini mulai dilakukan ketika mempunyai perhatian terhadap suatu fenomena. Proses berpikir mulai muncul ketika perawat menemukan masalah dalam menerapkan teori keperawatan. Karena masalah munculnya dari dunia empirik, maka proses berpikir tersebut diarahkan pada pengamatan objek dalam dunia empirik. reaksi Dalam menghadapi masalah perawat cara

memunculkan

yang

berbeda-beda

sesuai

dengan

berpikirnya. Ilmu keperawatan mengatasi masalah atau mencari jawaban atas permasalahan pada praktik keperawatan. Ilmu dimulai dengan fakta dan kemudian akan diakhiri dengan penemuan fakta pula. Fakta akan menghasilkan suatu teori yang menjelaskan tentang gejala yang terdapat dalam dunia nyata dan memberikan prediksi terhadap permasalahan tersebut. Teori keperawatan merupakan abstraksi intelektual yang

merupakan gabungan antara pendekatan rasional dengan pengalaman empirik perawat dalam praktik keperawatan. Dalam hal ini teori merupakan suatu penjelasan yang bersifat rasional yang sesuai dengan objek yang dijelaskan. Dikatakan sebagai teori keperawatan jika telah didukung oleh fakta empirik di bidang keperawatan. Metode ilmiah yang digunakan oleh ilmuan keperawatan sebagai prosedur untuk mengembangkan ilmu juga didukung oleh cara lain yaitu cara estetik, cara personal knowledge dan cara etika. Berdasarkan penemuan empirik, disertai sentuhan estetika, pengalaman pribadi dan etika maka teor keperawatan akan semakin komprehensif.

Tahap selanjutnya dalam metode ilmiah adalah menarik kesimpulan dari uji hipotesis. Kesimpulan dibuat berupa suatu keputusan menolak atau menerima hipotesis. Jika terdapat fakta-fakta empiris yang cukup untuk mendukung hipotesis, maka hipotesis diterima. Sebaliknya jika tidak cukup data empirik yang mendukung pernyataan hipotess, maka hipotesis ditolak. Hipoesis yang diterima merupakan bagian dari pengetahuan ilmiah (ilmu penetahuan) karena telah memenuhi persyaratan keilmuan yaitu terdapat penjelasan yang konsisten dengan pengetahuan ilmiah sebelumnya dan telah teruji kebenarannya secara empirik. Kebenaran ini sifatnya pragmatis yang artinya sampai saat ini belum ada fakta yang menyatakan hal sebaliknya. Praktik keperawatan seharusnya berlandaskan teori-teori

keperawatan, demikian pula teroi keperawatan harus dikembangkan dan dirumuskan berdasarkan prinsip logika dan hasil penemuan empirik yang dilaksankan dengan metode ilmiah. Keterkaitan antara praktik keperawatan dalam dunia empirik dan metode ilmiah dalam pengembangan teori keperawatan akan menambah khasanah ilmu keperawatan. Berkembangnya ilmu keperawatan dari pengalaman dunia empirik dan metode ilmiah kemudian dapat digunakan untuk mengevaluasi pengetahuan keperawatan secara umum dan falsafah keperawatan yang menjadi dasar pengembangan ilmu keperawatan. Berdasarkan pemahaman ini, maka tidak menutup kemungkinan adanya perkembangan dan perubahan teori keperawatan, sampai dengan falsafah keperawatan, jika memang ditemukan adanya perkembangan baru dari dunia empirik. Dari skema diatas pengembangan ilmu keperawatan haus dilakukan secara kontinyu. Hasil temuan dibidang keperawatan semestinya dijadikan dasar untuk praktik keperawatan sekaligus untuk mengembangkan ilmu keperawatan dan body of knowledge dalam bidang keperawatan.

4. Cara mengoperasionalisasikan suatu falsafah dan paradigma kedalam kehidupan sehari-hari.

Situasi : Ny R usia 35 tahun didiagnosis kanker leher rahim, dengan latar belakang keluarga miskin, setelah mendengarkan diagnosis dari dokter, ia mengalami defresi. Operasional penerapan falsafah keperawatan pada kasus diatas : a. Kegiatan keperawatan dilakukan dengan pendekatan humanistik, dalam arti menghargai dan menghormati martabat manusia, memberi perhatian kepada klien serta, menjunjung tinggi keadilan bagi sesama manusia. Hal ini dapat dilakukan dalam memberikan asuhan, perawat

menggunakan keahlian, kata-kata yang lemah lembut, sentuhan, memberikan harapan, selalu berada disamping klien, dan

bersikap caring sebagai media pemberi. Perawat dapat diminta untuk merawat, namun tidak dapat diperintah untuk memberikan asuhan dengan menggunakan spirit caring Spirit

caring seyogyanya harus tumbuh dari dalam diri perawat dan berasal dari hati perawat yang terdalam. Spirit caring bukan hanya memperlihatkan apa yang dikerjakan perawat yang bersifat tindakan fisik, tetapi juga mencerminkan siapa dia. Oleh karenanya, setiap perawat dapat memperlihatkan cara yang berbeda ketika memberikan asuhan kepada klien . Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, teknikal dan interpersonal yang tercermin dalam perilaku caring atau kasih sayang/cinta. Sikap caring diberikan melalui kejujuran,

kepercayaan, dan niat baik. Caring menolong klien meningkatkan perubahan positif dalam aspek fisik, psikologis, spiritual, dan sosial b. Keperawatan menganut pandangan holistik terhadap manusia yaitu kebutuhan manusia bio-psiko-sosial-spiritual.

Dalam konteks ini perawat harus memandang bahwa klien yang dirawat adalah datang dengan utuh, sehingga asuhan tidak terpragmentasi pada salah satu unsure saja dan mengabaikan unsure yang lain. Hal ini berarti bahwa tindakan yang dilakukan tidak hanya mengatasi nyeri, masalah nutrisi dan sebaginya yang bersifak fisik tetapi juga pemenuhan kebutuhan psiko-sosialspiritual. c. Keperawatan bersifat universal dalam arti tidak membedakan atas ras, jenis kelamin, usia, warna kulit, etik, agama, aliran politik, dan status sosial ekonomi. Dalam konteks ini perawat sebagai advakator dan konselor bagi klien, memfasilitasi keterbatasan ekonomi klien untuk mendapatkan pelayanan yang bermutu. d. Bentuk pelayanan keperawatan harus diberikan secara langsung dengan memperhatikan aspek kemanusiaan. e. Pelayanan keperawatan tersebut merupakan bagian integral dari sistem pelayanan kesehatan mengingat perawat bekerja dalam lingkup tim kesehatan bukan sendiri-sendiri. f. Pasien adalah mitra aktif dalam pelayanan kesehatan bukan sebagai penerima jasa yang pasif. Perawat harus memandang klien dengan prinsip otonomi dalam pengambilan keputusan dan menjamin bahwa keputusan yang diambil adalah untuk kesejahteraan klien setelah mendapatkan informasi yang akurat dan lengkap.

Perawat belajar menghargai kesensitifan dan perasaan klien, sehingga ia sendiri dapat menjadi lebih sensitif, murni, dan bersikap wajar pada orang lain: a. Mengembangkan hubungan saling percaya. Perawat memberikan informasi dengan jujur, dan

memperlihatkan sikap empati yaitu turut merasakan apa yang

dialami klien. Sehingga karakter yang diperlukan dalam faktor ini antara lain adalah kongruen, empati, dan kehangatan. b. Meningkatkan dan menerima ekspresi perasaan positif dan negatif klien. Perawat memberikan waktunya dengan

mendengarkan semua keluhan dan perasaan klien. c. Penggunaan sistematis metoda penyelesaian masalah untuk pengambilan keputusan. Perawat menggunakan metoda proses keperawatan sebagai pola pikir dan pendekatan asuhan kepada klien. d. Peningkatan pembelajaran dan pengajaran interpersonal,

memberikan asuhan mandiri, menetapkan kebutuhan personal, dan memberikan kesempatan untuk pertumbuhan personal klien. e. Menciptakan lingkungan fisik, mental, sosiokultural, dan spritual yang mendukung. Perawat perlu mengenali pengaruh

lingkungan internal dan eksternal klien terhadap kesehatan dan kondisi penyakit klien. f. Memberi bimbingan dalam memuaskan kebutuhan manusiawi. g. Perawat perlu mengenali kebutuhan komprehensif diri dan klien. Pemenuhan kebutuhan paling dasar perlu dicapai sebelum beralih ke tingkat selanjutnya

Operasional penerapan paradigm keperawatan pada kasus diatas : Para penggagas teori keperawatan menyepakati bahwa ada empat konsep yang menjadi elemen utama paradigma

keperawatan yaitu : manusia, lingkungan, sehat/kesehatan dan keperawatan (Chaska,2003;Perry & Potter,2005) dan manusia merupakan fokus sentral dari paradigma keperawatan (George,1980). Keempat elemen dari paradigma ini diwujudnyatakan dengan dijiwai oleh prinsip holism, humanism dan caring.

a. Fenomena dalam hal ini respon manusia terhadap masalah kesehatan atau rentang kondisi sehat-sakit, secara individual klient dapat berupa respon pada terhadap penyakit; maka proses pada

mendiagnosis

keperawatan

menekankan

apa/bagaimana respon klien secara utuh terhadap kondisi tersebut. b. Melalui aktifitas pengkajian keperawatan (nursing assessment) ditelaah bagaimana respon fisiknya : apakah menimbulkan nyeri, bagaimana intensitas dan kwalitas nyerinya, seperti apa polanya, apakah nyeri ini menyertai terganggunya pola aktifitas atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar yang lain? Yang berikutnya adalah kajian terhadap respon psiko-sosialnya : apakah yang

bersangkutan tahu apa yang dideritanya, apa makna kanker ini baginya, apakah keberadaan kanker leher rahim ini menyebabkan fungsi peran nya (role function) terganggu, dalam kapasitasnya sebagai apa ibu,istri? Bagaimana respon emosionalnya terhadap keberadaan kanker leher rahim ini, atau berada pada tahapan manakah : denial (penolakan)- anger (marah)- bargaining (tawar menawar)- depression (kesedihan yang mendalam)- ataukah sudah pada tahap acceptance (menerima). c. Kajian secara utuh respon bio-psiko-sosio-spiritual harus dilakukan, sejalan dengan pandangan dasar keperawatan terhadap manusia yang unik dan utuh, dihadapkan pada kanker leher rahim yang sama responnya berbeda-beda. Untuk menentukan kebutuhan dasar apa yang tidak terpenuhi (lingkup garapan keperawatan/ domain profesi) dan bagaimana potensi yang bersangkutan untuk mengatasinya.

KESIMPULAN

Falsafah keperawatan merupakan keyakinan tentang keperawatan yang mengkaji tentang penyebab-penyebab dan hukum-hukum yang mendasari suatu fenomena-fenoma keperawatan yang terjadi dan adanya keingintahuan tentang fenomena-fenomena tersebut. falsafah

keperawatan juga mengandung penrtanyaan sebenarnya apa itu ?Dari falsafah tersebut, berbagai cara pandang pun bermunculan dimana

manusia, lingkungan dan kesehatan serta keperawatan menjadi fokus kajian yand dipandang dari berbagai konsep. Nah, konsep-konsep tersebut kemudian diuraikan dan dijelaskan secara lebih rinci dan dituangkan dalam suatu model konseptual. Sehingga, dari model tersebut dapat didefenisikan secara operasional tiap-tiap konsep terhadap fenomena-fenomena tadi. Setelah itu, konsep-konsep tersebut dijelaskan melalui hubungan sebab akibat. Dari hubungan antar konsep tadi akan dihasilkan suatu teori yang merupakan kesimpulan dari hubungan konsepkonsep tadi. Nah, kesimpulan/teori ini kemudian menimbulkan berbagai pertanyaan terkait dengan kebenaran dan bisakah teori tersebut diaplikasikan dalam praktek keperawatan. Sehingga, dibuatlah suatu metodologi ilmiah yang merupakan cara yang paling efektif untuk mendapatkan evidence base terhadap teori tersebut. dalam metodologi digunakanlah berbagai desain, strategi dan instrument untuk membuktikan sebuah teori. Bila pada metodologi, diperoleh kebenaran dari sebuah teori, barulah kemudian diterapkan dalam melakukan praktik keperawatan. Namun, tidak hanya satu kali pembuktian itu dilaksanakan, perlu uji coba berkali-kali menggunakan situasi yang berbeda-beda sehingga teori itu betul-betul bisa diaplikasikan.

DAFTAR PUSTAKA

Aligood. M.R dan Tomey. A.N., 2006, Nursing Theorists and Their Work, 6th Edition, Mosby Inc, USA Aligood. M.R dan Tomey. A.N., 2006, Nursing Theory : Utilization & Application, 3th editon, Mosby Inc, USA Fawcett. J., 2005, Contemporary Nursing Knowledge: Analisys and Evaluation of Nursing Models and Theorist, 2th edition, FA Davis Company, Philadelphia Ihsan. F., 2010, Filsafat Ilmu, Rineka Cipta, Jakarta Mustansyir. R., Munir. M., 2010, Filsafat Ilmu, Pustaka Pelajar, Yogyakarta Meleis. A.I., 2007, Theoretical Nursing : Development and Progress, 4th edition, Lippincott Williams & Wilkins, USA Nurahmah, 2000, Falsafah, Teori dan Paradigma Keperawatan, Makalah tidak dipublikasikan Parker. M.E., 2005, Nursing Theories and Nursing Practice, 2th edition, F.A. Davis Company, USA http://arifhujanairmata.blogspot.com/2010/02/filsafat-keperawatan_06.html

Tugas: Mata Kuliah Science Keperawatan 1 Dosen Pengampuh : Prof.Elly Nurachmah, DNSc

HUBUNGAN ANTARA FALSAFAH, PARADIGMA, MODEL KONSEPTUAL,TEORI KEPERAWATAN DAN METODE ILMIAH

Disusun oleh ANDAN FIRMANSYAH P4200210039

PROGRAM MAGISTER MANAJEMEN KEPERAWATAN PASCA SARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN 2011

Kata Pengantar

Dengan senantiasa memanjatkan puja puji dan sykur hanya kepada ALLAH SWT, atas segala limpahan Rahmat dan Kasih SayangNya sehingga tugas pada Mata Kuliah Science Keperawatan dari Dosen Pengampuh : Prof.Elly Nurachmah, DNSc dapat diselesaikan. Topik tugas ini sekaligus menjadi tujuan penugasan adalah mahasiswa mampu memahami : HUBUNGAN ANTARA FALSAFAH,

PARADIGMA, MODEL KONSEPTUAL,TEORI KEPERAWATAN DAN METODE ILMIAH dan aplikasi dalam kehidupan sehari-hari termasuk dalam kehidupan praktik keperawatan. Penulis sangat menyadari bahwa telaah tugas ini masih memiliki kelemahan sehingga perbaikan masih sangat diperlukan khususnya dari pengampuh mata kuliah. Melalui kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang tak terhingga kepada ibu Prof.Elly Nurachmah, DNSc, dan TIM MK karena penulisan tugas ini tidak terlepas dari hasil pembelajaran mata kuliah Science Keperawatan. Semoga transfer ilmu pengetahuan yang diberikan menjadi amal jariah disisi Allah SWT.

Makassar, 22 Juli 2011

Andan Firmansyah