Tugas Presentasi Supervisi Artistik

15
SUPERVISI ARTISTIK MAKALAH Diajukan Sebagai Syarat Mata Kuliah Evaluasi & Supervisi Pendidikan IPA Oleh : Kelompok IV : 1. Yohanes Nong !nga "#$#%&1$#&%' %. In()*asa*) "#$#%&1$##+' ,. As*)-al ah(an )lsa "#$#%&1$##,' $. /)en Ros)ana 0! a)l "#$#%&1$#$2' &. S!ka*m) "#$#%&1$#$$' PRO3RAM STU/I PEN/. IPA KONSENTRASI IOLO3I PRO3RAM PAS4ASAR5ANA UNIVERSITAS NE3ERI SEMARAN3 SEMARAN3 %#1$ SUPERVISI ARTISTIK 0

description

Supervisi Artistik

Transcript of Tugas Presentasi Supervisi Artistik

SUPERVISI ARTISTIK

MAKALAH

Diajukan Sebagai Syarat Mata Kuliah Evaluasi & Supervisi Pendidikan IPA

Oleh :

Kelompok IV :

1. Yohanes Nong Bunga (0402514052)

2. Indirasari(0402514007)3. Asrizal Wahdan Wilsa (0402514003)4. Dien Rosiana Zubail(0402514046)5. Sukarmi(0402514044)PROGRAM STUDI PEND. IPA KONSENTRASI BIOLOGI

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

SEMARANG

2014 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan telah menetapkan delapan standar nasional pendidikan, yaitu standar isi, standar proses, standar kompetensi lulusan, standar pendidik dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan standar penilaian pendidikan. Standar-standar tersebut di atas merupakan acuan dan sebagai kriteria dalam menetapkan keberhasilan penyelenggaraan pendidikan.Salah satu standar yang memegang peran penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah adalah standar pendidik dan tenaga kependidikan. Pengawas sekolah merupakan salah satu tenaga kependidikan yang memegang peran strategis dalam meningkatkan profesionalisme guru dan mutu pendidikan di sekolah.Peraturan Pemerintah no. 74 tahun 2008 tentang Guru pada pasal 15 ayat 4 menyatakan bahwa guru yang diangkat dalam jabatan pengawas satuan pendidikan melakukan tugas pembimbingan dan pelatihan profesional guru dan tugas pengawasan. Tugas utama pengawasan yang dimaksud adalah melaksanakan kegiatan pengawasan akademik dan pengawasan manajerial. Oliva (1984) menjelaskan ada empat macam peran seorang pengawas atau supervisor pendidikan, yaitu sebagai : coordinator, consultant, group leader dan evaluator. Supervisor harus mampu mengkoordinasikan programs, goups, materials, and reports yang berkaitan dengan sekolah dan para guru. Supervisor juga harus mampu berperan sebagai konsultan dalam manajemen sekolah, pengembangan kurikulum, teknologi pembelajaran, dan pengembangan staf.Supervisor harus melayani kepala sekolah dan guru, baik secara kelompok maupun individual. Supervisor juga harus berperan sebagai pemimpin kelompok dalam pertemuan-pertemuan yang berkaitan dengan pengembangan kurikulum, pembelajaran atau manajemen sekolah secara umum. Terakhir, supervisor juga harus melakukan evaluasi terhadap pengelolaan sekolah dan pembelajaran pada sekolah-sekolah yang menjadi lingkup tugasnya.Dengan demikian, pengawas sekolah dituntut mempunyai kualifikasi dan kompetensi yang memadai untuk dapat menjalankan tugas kepengawasannya, seperti harus menguasai berbagai prinsip, metode dan teknik supervisi sehingga ia dapat menentukan strategi, pendekatan atau model supervisi yang cocok untuk menyelesaikan suatu permasalahan atau program.Telah berkembang beberapa model supervisi yakni supervisi konvensional, supervisi ilmiah, supervisi klinis, dan supervisi artistik. Namun khusus dalam makalah ini akan membahas model supervisi artistik. B. TujuanMakalah ini disusun dengan tujuan :

a) Mahasiswa mempelajarai model-model supervisi khususnya supervisi artistik.

b) Guna melengkapi tugas mata kuliah Evaluasi dan supervisi pendidikan IPA.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Supervisi

Istilah supervisi berasal dari dua kata, yaitu super dan vision. Dalam Websters New World Dictionary istilah super berarti higher in rank or position than, superior to (superintendent), a greater or better than others (1991) sedangkan kata vision berarti the ability to perceive something not actually visible, as through mental acuteness or keen foresight (1991).

Perumusan atau pengertian supervisi dapat dijelaskan dari berbagai sudut, baik menurut asal-usul (etimologi), bentuk perkataannya, maupun isi yang terkandung di dalam perkataanya itu (semantic). Secara etimologis, supervisi menurut S. Wajowasito dan W.J.S Poerwadarminta yang dikutip oleh Ametembun (1993) : Supervisi dialih bahasakan dari perkataan inggris Supervision artinya pengawasan.

Pengertian supervisi secara etimologis masih menurut Ametembun (1993), menyebutkan bahwa dilihat dari bentuk perkataannya, supervisi terdiri dari dua buah kata super + vision : Super = atas, lebih, Vision = lihat, tilik, awasi. Makna yang terkandung dari pengertian tersebut, bahwa seorang supervisor mempunyai kedudukan atau posisi lebih dari orang yang disupervisi, tugasnya adalah melihat, menilik atau mengawasi orang-orang yang disupervisi.

Para ahli dalam bidang administrasi pendidikan memberikan kesepakatan bahwa supervisi pendidikan merupakan disiplin ilmu yang memfokuskan diri pada pengkajian peningkatan situasi belajar-mengajar, seperti yang diungkapkan oleh (Gregorio, 1966, Glickman Carl D, 1990, Sergiovanni, 1993 dan Gregg Miller, 2003). Hal ini diungkapkan pula dalam tulisan Asosiasi Supervisi dan Pengembangan Kurikulum di Amerika (Association for Supervision and Curriculum Development, 1987) yang menyebutkan sebagai berikut:

Almost all writers agree that the primary focus in educational supervision is-and should be-the improvement of teaching and learning. The term instructional supervision is widely used in the literature of embody all effort to those ends. Some writers use the term instructional supervision synonymously with general supervision

Purwanto (2002) menyatakan bahwa supervisi merupakan suatu aktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah lainnya dalam melakukan pekerjaan mereka secara efektif. Pendapat lain mengenai deskripsi supervisi menurut Harahap (1994) kegiatan yang dilakukan terhadap orang yang menimbulkan atau yang potensial, menimbulkan komunikasi dua arah.Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkanan bahwa supervisi pada hakikatnya merupakan segala bentuk bantuan yang diberikan dari pemimpin sekolah dengan tujuan untuk perkembangan kepemimpinan guru dan karyawan di dalam mencapai tujuan pendidikan dalam bentuk dorongan, bimbingan, dan kesempatan bagi pertumbuhan keahlian dan kecakapan guru. Misalnya : bimbingan dalam usaha pelaksanaan pembaharuan pendidikan dan pengajaran, pemilihan alat-alat pelajaran, maupun cara-cara penilaian yang sistematis terhadap keseluruhan proses pembelajaran, sehingga terjadi peningkatan kualitas pendidikan dan pengajaran di sekolah.B. Tujuan dan Sasaran Supervisi

Sahertian (2000) menyatakan tujuan supervisi adalah memberikan layanan dan bantuan untuk meningkatkan kualitas mengajar guru di kelas yang pada gilirannya dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Bukan hanya memperbaiki kemampuan mengajar, tetapi juga untuk pengembangan potensi dan kualitas guru.

Supervisi pendidikan bertujuan untuk perbaikan dan perkembangan proses pembelajaran secara total bukan hanya sekedar untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tetapi juga membina pertumbuhan profesi guru dalam arti yang luas, termasuk di dalamnya pengadaan fasilitas, pelayanan kepemimpinan dan pembinaan human relation yang baik kepada semua pihak yang terkait.

Pelaksanaan supervisi berfokus pada setting for learning yang ditujukan kepada guru dalam rangka meningkatkan kinerjanya, sehingga dapat tercipta proses pembelajaran yang lebih baik. Selain itu, supervisi pendidikan juga diarahkan pada sasaran pokok yaitu supervisi kegiatan yang bersifat teknis edukatif dan bersifat teknis administratif.

Segitiga tujuan supervisi

C. Prinsip Supervisi

Supervisor dalam melaksanakan tugas juga dituntut memberikan bimbingan, pembinaan, dan petunjuk-petunjuk yang diperlukan dalam rangka menciptakan hubungan antara supervisor dengan bawahan bersifat kemitraan, dan komunikasi tidak lagi bersifat one way traffic melainkan two way traffic. Pelaksanaan supervisi seharusnya didasarkan pada data serta fakta yang benar-benar objektif dengan mengedepankan prinsip-prinsip sepervisi sebagai berikut : a) Prinsip ilmiah (scientific) dengan ciri-ciri : Supervisi dilaksanakan berdasarkan data yang objektif dalam proses pembelajaran; Data yang diperoleh menggunakan perekam seperti : angket, observasi, dan percakapan pribadi; dan Supervisi dilaksanakan secara sistematis, terencana, dan kontinu.

b) Prinsip demokratis yaitu dengan menjunjung tinggi harga diri dan martabat guru sehingga guru merasa aman dalam melaksanakan tugas.

c) Prinsip kerja sama dengan memberi support, mendorong, menstimulasi guru sehingga merasa tumbuh dan berkembang bersama.

d) Prinsip konstruktif dan kreatif sehingga guru akan termotivasi dalam mengembangkan potensi dan kreativitasnya, serta menciptakan suasana kerja yang menyenangkan.

D. Fungsi Supervisi

Supervisi secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam tiga bidang, yaitu bidang kepemimpinan, bidang kepengawasan, dan bidang pelaksana. Fungsi kepemimpinan otomatis melekat pada seorang supervisor sebab pemimpin, fungsi pengawasan juga melekat sebab supervisor adalah pengawas yang mana tugasnya melakukan pengawasan, sedangkan fungsi pelaksana dikarenakan supervisor merupakan pelaksana di lapangan. E. Pendekatan Supervisi

Pendekatan supervisi menurut Mantja (2000) dibedakan ke dalam 3 (tiga) jenis, yaitu sebagai berikut :a) Pendekatan Langsung

Pendekatan langsung (direktif) yaitu cara pendekatan masalah yang bersifat langsung. Pendekatan direktif didasarkan atas pemahaman terhadap psikologi behaviorisme yang mana semua perbuatan berasal dari reflek yaitu respon terhadap rangsangan. Mengacu dari pandangan ini maka guru yang mengalami kekurangan perlu diberikan rangsangan sehingga mampu bereaksi, supervisor dalam implementasinya dapat dengan cara memberi penguatan (reinforcement) atau hukuman (punishment).

Supervisor dalam menerapkan pendekatan langsung atau direktif melalui hal-hal sebagai berikut : (1) menjelaskan; (2) menyajikan; (3) mengarahkan; (4) memberi contoh; (5) menetapkan tolok ukur; dan (6) menguatkan.

b) Pendekatan Tak Langsung

Pendekatan tak langsung (non direktif) adalah suatu pendekatan dalam supervisi yang mana pelaku supervisi tidak langsung menunjukan permasalahan, melainkan mendengarkan secara efektif apa-apa yang disampaikan para guru. Pendekatan ini didasarkan ada asumsi bahwa belajar pada hakikatnya merupakan pengalaman pribadi, sehingga individu yang bersangkutan harus mampu memecahkan permasalahan yang dihadapinya. Pemecahan masalah bagi seorang guru adalah upaya untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran pada peserta didik, sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai secara optimal.c) Pendekatan Kolaboratif

Pendekatan kolaboratif adalah pendekatan dalam supervisi yang memadukan antara pendekatan langsung (direktif) dengan pendekatan tak langsung (non direktif) di mana supervisor dan guru bersama-sama bersepakat menetapkan struktur, proses, dan kriteria dalam melaksanakan proses pemecahan terhadap masalah yang dihadapi oleh guru.

Model pendekatan kolaboratif didasarkan atas pemahaman psikologi kognitif yang berasumsi bahwa belajar merupakan hasil panduan antara kegiatan individu dengan lingkungan, sehingga akhirnya akan berpengaruh terhadap arah aktivitas.

F. Peranan SupervisiMenurut Oliva (1984) sasaran atau domain supervisi, meliputi : Pembinaan Kurikulum, Perbaikan Proses Pembelajaran, Pengembangan Staf, dan Pemeliharaan, perawatan moral serta semangat kerja guru-guru.

Pelaksanaan supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah dapat dilakukan dengan cara seperti : kunjungan kelas, observasi, percakapan pribadi, kunjungan antar kelas atau antar sekolah, rapat rutin sekolah, pertemuan gugus, kunjungan antar Kelompok Kerja Guru (KKG), sistim magang, pendidikan dan pelatihan tingkat lokal, karya wisata dengan guru-guru, dan lain sebagainya.

Kepala Sekolah dalam pelaksanaan supervisi dapat menggunakan aspekaspek, antara lain : kemampuan melaksanakan program supervisi, kemampuan memanfaatkan hasil supervisi, dan kemampuan menindaklanjuti hasil supervisi.

Supervisi merupakan bentuk bantuan dari Kepala Sekolah kepada guru di dalam melaksanakan tugas pengelolaan Proses Belajar Mengajar (PBM) yang mana tugas supervisor adalah menjadi fasilitator dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) serta mengevaluasi kekurangan dan kelemahan pengelolaan Proses Belajar Mengajar (PBM) yang dilakukan oleh guru dalam memilih metode, alat bantu pelajaran, serta alat evaluasi hasil belajar.

Kimball Wiles dalam Oliva (1984) menyatakan bahwa : Supervision consists of all the activites leading to the improvement of instruction, activities related to morale, improving human relations, inservice education and curriculum development.

Supervisi yang dilakukan oleh Kepala Sekolah adalah tindakan yang menuntun guru ke arah perbaikan pembelajaran, membangkitkan semangat kinerja guru, perbaikan hubungan manusia, dan pelayanan pendidikan serta pengembangan kurikulum yang kesemuanya demi perbaikan hasil belajar peserta didik.

G. Supervisi Artistik

Mengajar adalah suatu pengetahuan (Knowledge), mengajar itu suatu keterampilan (Skill), tapi mengajar juga suatu kiat (art). Sejalan dengan tugas mengajar supervisi juga sebagai kegiatan mendidik. Dapat dikatakan bahwa supervisi adalah suatu pengetahuan, suatu keterampilan dan juga suatu kiat.

Elliot W. Eisner (1982) menyatkan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan supervisi artistik, ialah pendekatan yang menekankan pada sensitivitas, perceptivity, dan pengetahuan supervisor untuk mengapresiasi segala aspek yang terjadi di kelas, dan kemudian menggunakan bahasa yang ekspresif, puitis serta ada kalanya metaforik untuk mempengaruhi guru agar melakukan perubahan terhadap apa yang telah diamati di dalam kelas. Dalam buku Supervisi Akademik Implementasi Kurikulum 2013, mengartikan supervisi artistik adalah model supervisi yang mendasarkan diri pada bekerja untuk orang lain (working for the other), bekerja dengan orang lain (working with the other), dan bekerja melalui orang lain (working trough the other). Dalam hubungan bekerjasama dengan orang lain maka suatu rantai hubungan kemanusiaan adalah unsur utama. Hubungan manusia dapat tercipta bila ada kerelaan untuk menerima orang lain sebagaimana adanya hubungan itu dapat tercipta bila ada unsur kepercayaan. Saling percaya saling mengerti, saling menghormati, saling mengakui, saling menerima seseorang sebagaimana adanya. Hubungan tampak melalui pengungkapan bahasa, yaitu supervisi lebih banyak menggunakan bahasa penerimaan ketimbang bahasa penolakan (Thomas Gordon,1985). Supervisor yang mengembangkan model artistik akan menampak dirinya dalam relasi dengan guru-guru yang dibimbing sedemikian baiknya sehingga para guru merasa diterima. Adanya perasaan aman dan dorongan positif untuk berusaha untuk maju. Sikap seperti mau belajar mendengarkan perasaan orang lain, mengerti orang lain dengan problema-problema yang dikemukakan, menerima orang lain sebagaimana adanya, sehingga orang dapat menjadi dirinya sendiri.Dalam supervisi ini, instrumen utamanya adalah manusia yang memiliki perasaan terhadap apa yang terjadi. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan (suasana) kependidikan di sekolah. Kritik membangun pun menjadi lebih terbuka, kritik ini akan sangat berguna bagi guru dan komponen lainnya. Mengenai kritik Dewey mengatakan the end result criticism is the reeducation of the perception of the work of art. Adapun fungsi dari kritikan adalah membantu mengapresiasi apa yang sudah terjadi. Supervisor dapat melakukan hal ini dengan cara mengembangkan kemampuan memberikan apresiasi karena dalam proses tersebut juga terkandung proses pemberian kritik.

Dari penjelasan diatas, kita dapat dianalogikan dengan pendekatan penelitian. Supervisi ilmiah paradigmanya identik dengan penelitian kuantitatif sementara itu supervisi artistik lebih dekat dengan pendekatan penelitian kualitatif.Dalam bukunya Supervision of Teaching, Sergiovani Th. J menyamakan beberapa ciri yang khas tentang model supervisi yang artistik, yakni :

a) Supervisi yang artistik memerlukan perhatian agar lebih banyak mendengarkan daripada banyak berbicara.

b) Pendekatan supervis artistik memerlukan pendidikan tingkat tinggi, kemampuan untuk melihat apa yang penting walaupun hanya sedikit.

c) Supervisi yang artistik sangat mengutamakan sumbangan yang unik dari guru-guru dalam rangka mengembangkan pendidikan bagi generasi muda.

d) Model artistik terhadap supervisi, menuntut untuk memberi perhatian lebih banyak terhadap proses kehidupan kelas dan proses itu diobservasi sepanjang waktu tertentu, sehingga diperoleh peristiwa-peristiwa yang signifikan yang dapat ditempatkan dalam konteks waktu tertentu.

e) Model artistik terhadap supervisi memerlukan laporan yang menunjukkan bahwa dialog antara supervisor yang supervisi dilaksanakan atas dasar kepemimpinan yang dilakukan oleh kedua belah pihak.

f) Model artistik terhadap supervisi memerlukan suatu kemampuan berbahasa dalam cara mengungkapkan apa yang dimiliki terhadap orang lain yang dapat membuat orang lain dapat menangkap dengan jelas ciri ekspresi yang diungkapkan itu.g) Model artistik terhadap supervisi memerlukan kemampuan untuk menafsir makna dari peristiwa yang diungkapkan, sehingga orang lain memperoleh pengalaman dan membuat mereka mengappreciate yang dipelajarinya.

h) Model artistik terhadap supervisi menunjukkan fakta bahwa supervisi yang bersifat individual, dengan kekhasannya, sensitivitas dan pengalaman merupakan instrument yang utama yang digunakan dimana situasi pendidikan itu diterima dan bermakna bagi orang yang disupervisi.Supervisi artistik dapat dikatakan sebagai antitesa terhadap supervisi ilmiah. Supervisi ini bertolak dari pandangan bahwa mengajar, bukan semata-mata sebagai science tapi juga merupakan suatu art. Dalam sudut pandang pendekatan artistik, keberhasilan pembelajaran tidak dapat diukur dengan keberhasilan pembelajaran yang lain yang berbeda pelakunya dan berbeda konteksnya. Sehingga pendekatan artistik merekomendasikan agar supervisor turut mengamati, merasakan dan mengapresiasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru, Oleh karena itu pendekatan yang digunakan dalam meningkatkan kinerja mengajar guru juga harus mempertimbangkan dimensi tersebut."An artistic approach to supervision would attend to the expressive character of what teachers and students are doing, the meta messages contained in the explicit actions they engage in. It would attempt to understand the kind of experience that pupils and teachers have, and not simply describe or count the behaviors they display. What the situation means to the other people who are in it and how the actions within the situation convey or create such meaning are the phenomena of interest in an artistic approach to supervision (Eisner1982:p. 62).""Supervisi dengan pendekatan artistik menghadirkan karakter ekspresif tentang apa yang dilakukan oleh para guru dan siswa, menampilkan satu pesan pembelajaran yang sangat bermakna yang terkandung dalam tindakan eksplisit mereka yang terlibat dalamnya. Pendekatan ini berupaya untuk memahami jenis pengalaman yang siswa dan guru miliki, dan bukan hanya menggambarkan atau menghitung perilaku yang mereka tampilkan juga Penyampaian tentang pemahaman arti kepada orang-orang lain yang sedang di dalamnya dan bagaimana tindakan dalam situasi menyampaikan atau menciptakan makna tersebut dalam proses pembelajaran merupakan fenomena yang menarik dalam supervisi dengan pendekatan artistik (Eisner:1982:p. 62). "Selanjutnya kata artistik diselaraskan dengan musik. Seorang pendengar musik yang baik bukan hanya mendengar tetapi menyimak musik tersebut. Demikian juga dengan kerja seorang supervisor, ketika melihat seorang guru mengajar, ada dua hal yang harus diperhatikan. Pertama adalah yang berkaitan dengan karakter dan kualitas pengajaran sebagai suatu keseluruhan dan juga berbagai macam bagian yang ada didalamnya. Hal kedua adalah bahwa setiap guru mempunyai gaya dan kekuatan mereka sendiri. Seorang supervisor yang berorientasi artistik mampu mengenali gaya tersebut dan akan membantu guru tersebut mengembangkan gaya tersebut ke arah yang positif.

Pada hakikatnya pendekatan artistik dibagi menjadi dua konsep pemahaman yaitu pemahaman melalui supervisi pembelajaran dengan pendekatan artistik dan melalui observasi siapa saja yang terlibat dalam kegiatan supervisi tersebut.Adapun definisi pendekatan artistik dalam supervisi pembelajaran adalah suatu pendekatan yang menyadarkan pada kepekaan, persepsi dan pengetahuan supervisor sebagai sarana untuk mengapresiasikan kejadian kejadian pembelajaran yang bersifat subtle (halus) dan sangat bermakna didalam kelas.(Ali Imron:2011:51)Pada Pemahaman observasi artistik melalui observasi siapa yang terlibat pendekatan supervisi dimana supervisor mengobservasi situasi dan kondisi pembelajaran secara utuh dan menyeluruh.sehingga dapat mengapresiasikan karakteristik dan kualitas penampilan pembelajar secara utuh.Tahapan pendekatan supervisi artistikSupervisor dapat mengaplikasikan pendekatan artistik ini dengan beberapa langkah : Pada saat akan melakukan observasi artistik supervisor tidak boleh punya pretensi apapaun tentang pembelajaran yang akan di supervisi. Sehingga gambaran pembelajaran baru dapat digambarkan setelah betul-betul menyaksikan proses pembelajaran. Mengadakan pengamatan terhadap guru yang mengajar dengan cermat, teliti, utuh dan menyeluruh serta berulang-ulang dan tidak hanya terpaku pada situasi didalam kelas namun harus berani melihat interelasi kehidupan kelas, sekolah dan diluar kelas dan sekolah. Memberikan interpretasi atas hasil pengamatan secara formal. dan dilakukan saat pengamatan berlangsung pada kejadian-kejadian pembelajaran agar makna yang dikandung dapat ditangkap Menyusun Hasil interpretasi secara narasi yang menggambarkan pembelajaran sesuai dengan kenyataan.dalam bentuk tulisan agar dapat dipahami oleh guru secara berulang-ulang Menyampaikan hasil interpretasi mengajar yang sudah dinarasikan kepada guru yang dapat dilakukan secara tertulis atau lisan yang berisi kritik-kritik atas pembelajaran dengan tidak memvonis guru namun sebagai refleksi atas hasil pengamatan yang disampaikan dengan santun dan trik serta seni tersendiri Balikan dari guru terhadap supervisi yang dilakukan oleh supervisor dalam diskusi yang memungkinkan guru dan supervisor mengemukakan visi masing-masing atas pembelajaran yang berlangsung.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Setelah berbicara banyak tentang supervisi artistik pada bagian penjelasan, penulis dapat menyimpulkan : a) Supervisi artistik ialah pendekatan yang menekankan pada sensitivitas, perceptivity, dan pengetahuan supervisor untuk mengapresiasi segala aspek yang terjadi di kelas, dan kemudian menggunakan bahasa yang ekspresif, puitis serta ada kalanya metaforik untuk mempengaruhi guru agar melakukan perubahan terhadap apa yang telah diamati di dalam kelas.

b) Model supervisi artistik mengutamakan bekerja untuk orang lain (working for the other), bekerja dengan orang lain (working with the other), dan bekerja melalui orang lain (working trough the other).c) Dalam supervisi ini, instrumen utamanya adalah manusia yang memiliki perasaan terhadap apa yang terjadi. Tujuan utama pendekatan ini adalah untuk meningkatkan kualitas kehidupan (suasana) kependidikan di sekolah.

B. Saran

Supervisi artistik merupakan salah satu model supervisi yang berkembang dan digunakan dalam dunia pendidikan, untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Setiap sekolah dan guru wajib disupervisi. Supervisi pun harus dilakukan secara berkala. DAFTAR PUSTAKAAli Imron. (2011). Supervisi Pembelajaran Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.Ametembun, N. A. 1993. Guru Dalam Administrasi Sekolah Pembangunan. Bandung: IKIP Bandung.

Eisner, Eliot W. 1985. The Educational Imagination. New York: MacMillan Publishing Company.

Glickman, Carl. D.1990. Supervision Of Instuction. Boston Allyn Bacon.Gregorio.(1996). School Administration and Supervision. Leadership Challenges and Opportunities. Milwauke, University of Wisconsin.Harahap, Burhanuddin. 1994. Analisis Administrasi Manajemen dan Kepemimpinan pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.

Mantja, W. 2002. Manajemen Pendidikan dan Supervisi Pengajaran. Malang: Wineka Media.

Oliva, Peter. F. 1984. Supervison for Todays School. 2nd Edition. New York: Longman.Depdiknas.(2005). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Depdiknas: Jakarta.

_________.(2008). Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No.74 tahun 2008 tentang Guru. Depdiknas: Jakarta.

Piet A. Sahertian. 2000. Supervisi Pendidikan. Jakarta : Rineka Cipta.Puwanto, M. Ngalim. 2000. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Sergiovanni, T.J. dan Starrat, R.J. 1993. Supervision A Redefinition. 5th Ed. New York: McGraw-Hill Book Co.Supervisi artistik 13