TUGAS POKOK SATPAM

36
TUGAS POKOK,FUNGSI, dan PERANAN SATPAM 1. TUGAS POKOK Menyelenggarakan aktivitas keamanan dan ketertiban di lingungan perusahaan terutama pengamanan fisik, asset, personel, informasi dan pengamanan teknis lainnya dalam lingkup perusahaan. 2. FUNGSI Segala usaha atau kegiatan mengamankan dan melindungi asset serta lingkungan perusahaan dari setiap gangguan keamanan, ketertiban serta pelanggaran hokum dari luar maupun dari dalam yang antara lain berupa pencurian,perampokan,pencopetan,penodongan,penipuan dan penyerobotan 3. Peranan SATPAM 1. Unsur pembantu pimpinan organisasi, perusahaan dan/atau instansi/ lembaga pemerintah, pengguna Satpam di bidang pembinaan keamanan dan ketertiban lingkungan/tempat kerjanya. 2. Unsur pembantu Polri dalam pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan peraturan perundang-undangan serta menumbuhkan kesadaran dan kewaspadaan keamanan (security mindedness dan security awareness) di lingkungan/tempat kerjanya.

Transcript of TUGAS POKOK SATPAM

Page 1: TUGAS POKOK SATPAM

TUGAS POKOK,FUNGSI, dan PERANAN SATPAM

1. TUGAS POKOK

Menyelenggarakan aktivitas keamanan dan ketertiban di lingungan perusahaan terutama

pengamanan fisik, asset, personel, informasi dan pengamanan teknis lainnya dalam lingkup

perusahaan.

2. FUNGSI

Segala usaha atau kegiatan mengamankan dan melindungi asset serta lingkungan perusahaan dari

setiap gangguan keamanan, ketertiban serta pelanggaran hokum dari luar maupun dari dalam yang

antara lain berupa pencurian,perampokan,pencopetan,penodongan,penipuan dan penyerobotan

3. Peranan SATPAM

1. Unsur pembantu pimpinan organisasi, perusahaan dan/atau instansi/ lembaga pemerintah,

pengguna Satpam di bidang pembinaan keamanan dan ketertiban lingkungan/tempat

kerjanya.

2. Unsur pembantu Polri dalam pembinaan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegakan

peraturan perundang-undangan serta menumbuhkan kesadaran dan kewaspadaan

keamanan (security mindedness dan security awareness) di lingkungan/tempat kerjanya.

Page 2: TUGAS POKOK SATPAM

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NO. POL.: 18 TAHUN 2006

TENTANG

PELATIHAN DAN KURIKULUM SATUAN PENGAMANAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

Menimbang :

a. Bahwa untuk memperoleh tenaga Satuan Pengamanan yang profesional dan mampu

melaksanakan tugasnya dengan baik, maka diperlukan adanya program pelatihan bagi Satuan

Pengamanan;

b. Bahwa dalam pelaksanaan pelatihan diperlukan adanya ketentuan pelatihan dan kurikulum

pelatihan Satuan Pengamanan sebagai pedoman sehingga diperoleh hasil pelatihan yang

berhasil dan berdaya guna; c. bahwa untuk menunjang pelaksanaan pelatihan perlu menunjuk

lembaga pelaksana pelatihan yang mempunyai legalitas dan kompetensi; d. bahwa berdasarkan

pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan

Peraturan Kapolri tentang Pelatihan dan Kurikulum Satuan Pengamanan; Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4168)

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran

Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 4301)

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-

undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan

Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4389)

MEMUTUSKAN :

Menetapkan :

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG PELATIHAN DAN

KURIKULUM SATUAN PENGAMANAN.

Page 3: TUGAS POKOK SATPAM

BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:

1. Pelatihan adalah proses interaksi antara peserta pelatihan dengan pelatih untuk

memperoleh kompetensi agar mampu berbuat dan terbiasa melakukan sesuatu kegiatan di

bidang tertentu.

2. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, kompetensi, isi,

dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman untuk penyelenggaraan

pembelajaran dan/atau pelatihan guna mencapai tujuan tertentu.

3. Kompetensi adalah sejumlah pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang

diwujudkan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.

4. Standar Kompetensi adalah kebulatan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan tingkat

penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari suatu mata pelajaran.

5. Kompetensi Dasar adalah pengetahuan, keterampilan, dan sikap minimal yang harus

dikuasai dan dapat diperagakan oleh siswa pada masing-masing Standar Kompetensi.

6. Materi Pokok adalah pokok suatu bahan kajian berupa bidang ajar, isi, proses, keterampilan,

dan/atau konteks keilmuan suatu mata pelajaran.

7. Inhouse Training adalah pelatihan yang dilaksanakan pengguna Satuan Pengamanan pada

bidang khusus sesuai dengan lingkup tugasnya.

8. Pelatihan Gada Pratama adalah pelatihan dasar Satuan Pengamanan bagi anggota/calon

anggota Satuan Pengamanan yang belum pernah mengikuti pelatihan di bidang Satuan

Pengamanan.

9. Pelatihan Gada Madya adalah pelatihan Satuan Pengamanan bagi anggota Satuan

Pengamanan yang dipersiapkan untuk menduduki jabatan setingkat supervisor.

10. Pelatihan Gada Utama adalah pelatihan Satuan Pengamanan bagi manajer/calon

manajer/chief security atau bagi manajer yang bertanggung jawab terhadap bidang

pengamanan.

11. Pelatihan/Kursus Spesialisasi adalah kegiatan pelatihan yang bertujuan untuk mendapatkan

keahlian tertentu di bidang pengamanan.

Page 4: TUGAS POKOK SATPAM

BAB II

PERSYARATAN

Pasal 2

(1) Persyaratan peserta Pelatihan Gada Pratama sebagai berikut:

a. warga negara Indonesia;

b. lulus tes kesehatan dan kesamaptaan;

c. lulus psikotes;

d. bebas Narkoba;

e. menyertakan Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK)

f. berpendidikan paling rendah Sekolah Menengah Umum (SMU)

g. tinggi badan minimal 165 (seratus enam puluh lima) cm untuk pria dan minimal 160 (seratus

enam puluh) cm untuk wanita; dan h. usia minimal 20 tahun dan maksimal 30 tahun. (2)

Pelatihan Gada Pratama dilaksanakan selama 5 (lima) minggu dengan menggunakan pola

232 (dua ratus tiga puluh dua) jam pelajaran. (3) Alokasi waktu, rincian mingguan, rincian

harian, dan metode pengajaran tercantum dalam Lampiran A Peraturan ini.

Pasal 3

(1) Persyaratan peserta Pelatihan Gada Madya sebagai berikut: a. lulus Pelatihan Gada Pratama;

b. lulus tes kesehatan dan kesamaptaan; c. bebas Narkoba; d. untuk lulusan SMU, memiliki

pengalaman kerja minimal 3 (tiga) tahun di bidang security; dan e. Surat Rekomendasi dari

perusahaan tempat peserta bekerja atau SKCK bagi peserta mandiri.

(2) Pelatihan Gada Madya dilaksanakan selama 3 (tiga) minggu dengan menggunakan pola 160

(seratus enam puluh) jam pelajaran.

(3) Alokasi waktu, rincian mingguan, rincian harian, dan metoda pengajaran tercantum dalam

Lampiran A Peraturan ini;

Pasal 4

(1) Persyaratan peserta Pelatihan Gada Utama terdiri dari: a. Persyaratan Umum; dan b.

Persyaratan Khusus.

(2) Persyaratan Umum Pelatihan Gada Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a

sebagai berikut: a. lulus tes kesehatan; b. bebas Narkoba; c. menyertakan SKCK; dan d. lulus

tes wawancara.

(3) Persyaratan Khusus Pelatihan Gada Utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b

sebagai berikut: a. lulus Pelatihan Gada Madya; b. memiliki pengalaman kerja minimal 6

Page 5: TUGAS POKOK SATPAM

(enam) tahun bagi security karier; c. wajib memiliki pengalaman kerja di bidang security

minimal 3 tahun bagi yang berpendidikan Diploma Tiga (DIII); d. wajib memiliki pengalaman

kerja di bidang security minimal 2 (dua) tahun bagi yang berpendidikan Strata Satu (S1); e.

bagi Purnawirawan, minimal berpangkat Perwira Pertama (Pama); f. Surat Rekomendasi dari

perusahaan tempat peserta bekerja. (4) Pelatihan Gada Utama dilaksanakan selama 2 (dua)

minggu dengan menggunakan pola 100 (seratus) jam pelajaran (5) Alokasi waktu, rincian

mingguan, rincian harian dan metode pengajaran tercantum dalam Lampiran A Peraturan

ini.

Pasal 5

1) Persyaratan peserta Pelatihan/Kursus Spesialisasi sebagai berikut: a. lulus Gada Pratama; b.

memiliki Surat Rekomendasi dari perusahaan tempat peserta bekerja.

2) Kurikulum Pelatihan/Kursus Spesifikasi disusun sesuai peruntukan dan kualifikasi lulusannya.

Page 6: TUGAS POKOK SATPAM

BAB III

PELATIHAN SATUAN PENGAMANAN

Bagian Pertama Pendekatan

Pasal 6

Pelatihan Satuan Pengamanan menggunakan pendekatan:

1) tujuan, yaitu setiap tenaga pelatih wajib mengetahui secara jelas tujuan yang harus dicapai

oleh siswa dalam kegiatan pelatihan;

2) kompetensi, yaitu sejumlah pengetahuan dan keterampilan yang wajib dimiliki oleh Satuan

Pengamanan sehingga mampu mengemban tugas dan jabatannya;

3) sistemik, yaitu penekanan pada kaitan fungsional antara berbagai komponen kurikulum

yaitu tujuan pelatihan, kemampuan yang ingin dicapai, pengalaman belajar, materi

pelajaran, dan komponen pendukung lainnya;

4) sistematik, yaitu mendasarkan pada pemikiran yang teratur berdasarkan langkah- langkah

yang telah ditentukan;

5) efisiensi dan efektif, yaitu penggunaan waktu, dana, dan fasilitas yang tersedia harus bisa

dimanfaatkan secara optimal untuk mendukung tercapainya tujuan;

6) dinamis, yaitu materi pelajaran yang diberikan selalu disesuaikan dengan perkembangan

masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi;

7) legalitas, yaitu lembaga yang memiliki otoritas memberikan pelatihan adalah Lembaga

Pendidikan Polri atau Badan Usaha Jasa Pengamanan yang mendapat izin dari Kapolri.

Bagian Kedua Instruktur Pelatihan

Pasal 7

Instruktur Pelatihan sebagai tenaga pendidik/pelatih dalam pelatihan Satuan Pengamanan,

wajib mempunyai kualifikasi formal dan non-formal sebagai berikut:

1) memiliki akta/sertifikat sebagai pelatih yang diperoleh melalui pendidikan/pelatihan formal

yang dirancang khusus untuk menjadi seorang instruktur;

2) memiliki kompetensi atau kemampuan instruktur dalam menyusun dan menyampaikan

materi yang diperoleh melalui pendidikan, pengetahuan maupun pengalaman;

3) menunjukkan pengalaman tugas pengamanan, kekhususan atau kejuruan tertentu sesuai

diperuntukkannya; keahlian dengan instruktur standar pada yang

4) menunjukkan tingkatan/strata kemampuan sebagai instruktur dalam membmateri pelatihan

pada Gada Pratama, Gada Madya, atau Gada Utama. erikan

Page 7: TUGAS POKOK SATPAM

Bagian Ketiga Lembaga Pelatihan

Pasal 8

1) Pelatihan Gada Pratama dan Gada Madya diselenggarakan oleh: a. lembaga pendidikan di

lingkungan Polri; b. Badan Usaha Jasa Pengamanan yang mempunyai izin operasional

pendidikan dan pelatihan dari Kapolri.

2) Pelatihan Gada Utama diselenggarakan pada tingkat Mabes Polri.

3) Untuk pelatihan/kursus spesialisasi diselenggarakan oleh : a. Polri dan/atau Badan Usaha

Jasa Pengamanan; b. Inhouse Training oleh pengguna jasa dan/atau instansi terkait; c.

instansi/otoritas terkait dan/atau Badan Usaha Jasa Pengamanan yang mendapat izin atau

akreditasi oleh instansi/otoritas terkait tersebut.

Bagian Keempat Pentahapan Pelatihan

Pasal 9

(1) Penahapan Pelatihan merupakan urutan pemberian materi pelatihan pengajaran.

(2) Penahapan Pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. Tahap I yaitu tahap pembentukan sikap mental kepribadian dan pembinaan fisik guna

membentuk sikap mental, kepribadian, dan penampilan fisik petugas Satuan Pengamanan;

b. Tahap II yaitu tahap pemberian pengetahuan dan keterampilan teknis profesi Satuan

Pengamanan agar memiliki kemampuan dan keterampilan dalam melaksanakan tugas

sebagai anggota Satuan Pengamanan;

c. Tahap III adalah tahap pembulatan yakni aplikasi semua pengetahuan dan keterampilan

yang telah diterima selama mengikuti pelatihan yang diwujudkan dalam bentuk latihan

teknis dan pembekalan-pembekalan.

Page 8: TUGAS POKOK SATPAM

BAB IV

KURIKULUM PELATIHAN SATUAN PENGAMANAN

Bagian Pertama Pelatihan Gada Pratama

Pasal 10

1) Tujuan Pelatihan Gada Pratama yaitu menghasilkan Satuan Pengaman yang memiliki sikap

mental kepribadian, kesamaptaan fisik, dan memiliki pengetahuan serta keterampilan dasar

sebagai pelaksana tugas satuan pengamanan.

2) Mata pelajaran dan jam pelajaran Pelatihan Gada Pratama tercantum dalam lampiran B

Peraturan ini. Bagian Kedua Pelatihan Gada Madya

Pasal 11

1) Tujuan Pelatihan Gada Madya yaitu menghasilkan tenaga Satuan Pengaman yang memiliki

sikap mental kepribadian, kesamaptaan fisik, dan memiliki pengetahuan dan keterampilan

manajerial tingkat dasar dengan kualifikasi supervisor petugas Satpam.

2) Mata pelajaran dan jam pelajaran Pelatihan Gada Madya tercantum dalam lampiran B

Peraturan ini.

Bagian Ketiga Pelatihan Gada Utama

Pasal 12

1) Tujuan Pelatihan Gada Utama yaitu menghasilkan tenaga Satuan Pengaman yang memiliki

sikap mental kepribadian, kesamaptaan fisik, dan memiliki pengetahuan serta keterampilan

sebagai Manajer/Chief Security dengan kemampuan melakukan analisa tugas dan kegiatan,

kemampuan mengelola sumber daya serta kemampuan pemecahan masalah dalam lingkup

tugas dan tanggung jawabnya.

2) Mata pelajaran dan jam pelajaran Pelatihan Gada Utama tercantum dalam lampiran B

Peraturan ini.

Page 9: TUGAS POKOK SATPAM

BAB V

SERTIFIKASI DAN BIAYA

Pasal 13

(1) Setiap peserta pelatihan Satuan Pengamanan yang dinyatakan lulus berhak mendapatkan ijazah

kelulusan yang mencantumkan kualifikasi pelatihan dan daftar nilai.

(2) Bagi peserta yang telah mengikuti pelatihan/kursus spesialisasi berhak mendapatkan sertifikat

pelatihan tanpa daftar nilai.

(3) Sertifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) , diterbitkan dan disahkan oleh:

a. untuk pelatihan Gada Pratama dan Gada Madya: 1. ditandatangani oleh Kepala Bagian

Binkamsa atas nama Kepala Biro Bimbingan Masyarakat (Karo Bimmas) Polri untuk

pelatihan yang dilaksanakan pada tingkat Mabes Polri; 2. ditandatangani oleh Kepala Biro

Binamitra atas nama Kapolda untuk pelatihan yang dilaksanakan pada tingkat Polda;

b. untuk pelatihan Gada Utama ditandatangani oleh Karo Bimmas Polri;

c. untuk pelatihan/kursus spesialisasi ditandatangani oleh Pejabat Instansi terkait yang

mempunyai kewenangan;

(4) Dukungan pembiayaan pelatihan menjadi tanggung jawab instansi/badan usaha yang

bersangkutan dan diatur tersendiri sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

BAB VI

PELAPORAN

Pasal 14

1) Setiap pelaksanaan pelatihan Satuan Pengamanan wajib dibuatkan laporan pelaksanaan

kegiatan pelatihan.

2) Isi laporan pelaksanaan kegiatan pelatihan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:

a. jumlah dan sumber peserta;

b. sarana dan prasarana pelatihan;

c. materi dan metoda pelatihan;

d. Instruktur; dan

e. hasil pelatihan.

Page 10: TUGAS POKOK SATPAM

BAB VII

PENGAWASAN

Pasal 15

Pengawasan terhadap pelaksanaan pelatihan Satuan Pengamanan dilakukan melalui

kegiatan audit yang dilakukan secara berkala dan insidentil.

Pasal 16

1. Pelaksanaan audit sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15, dilaksanakan oleh Tim Audit yang

dibentuk dan dipimpin oleh Kapolri atau pejabat yang ditunjuk.

2. Anggota Tim Audit berasal dari perwakilan asosiasi yang bergerak di bidang pengamanan

dan instansi terkait.

3. Proses audit meliputi: a. persyaratan adminsitrasi; b. sarana dan prasarana; c. sumber daya

manusia; d. program pelatihan; dan e. operasional pelatihan.

4. Pelaporan hasil audit merupakan evaluasi dan rekomendasi terhadap kinerja lembaga

pendidikan dan pelatihan.

5. Lembaga pendidikan dan pelatihan Satuan Pengamanan berkewajiban melaksanakan

rekomendasi hasil audit sebagaimana dimaksud pada ayat (4) .

BAB VIII

SANKSI

Pasal 17

1. Lembaga pendidikan dan pelatihan yang tidak membuat laporan pelaksanaan kegiatan

pelatihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14, dikenakan sanksi berupa peringatan

tertulis.

2. Apabila dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah penetapan sanksi peringatan tertulis

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) , lembaga pendidikan dan pelatihan masih belum

menyerahkan laporan pelaksanaan kegiatan pelatihan, maka dikenakan sanksi peninjauan

kembali terhadap penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan.

Page 11: TUGAS POKOK SATPAM

BAB IX

KETENTUAN PENUTUP

Pasal 18

Pada saat Peraturan ini mulai berlaku semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan pelatihan Satuan Pengamanan dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak

bertentangan dengan Peraturan ini.

Pasal 19

Peraturan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta

pada tanggal 12 Desember 2006

KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

CAP /TTD

Drs. SUTANTO, JENDERAL POLISI

Page 12: TUGAS POKOK SATPAM

CARA MEMPEROLEH IZIN SENJATA API

Bagi mereka yang mampu, memang tidak terlalu sulit memperoleh ijin kepemilikan senjata

api. Namun, sebelum memperoleh ijin, mereka harus mengikuti aturan yang telah ditetapkan Polri.

Untuk kepentingan bela diri misalnya, aturannya dituangkan dalam Surat Keputusan Kapolri No. Pol:

Skep/244/II/1999.

Menurut SKEP diatas, pemohon izin harus memiliki ketrampilan menembak minimal kelas

III. Kemampuan ini harus yang dibuktikan dengan sertifikat yang dikeluarkan oleh Institusi Pelatihan

Menembak yang sudah mendapat izin Polri. Sertifikat itu pun harus disahkan oleh pejabat Polri yang

ditunjuk.

Tentu saja ia pun harus berkelakuan baik dan belum pernah terlibat dalam suatu kasus

tindak pidana yang dibuktikan dengan SKKB. Meskipun demikian, ia tetap harus lulus screening yang

dilaksanakan Kadit IPP dan Subdit Pamwassendak. Untuk soal usia, sang pemohon harus sudah

dewasa namun tidak melebihi usia 65 tahun.

UNDANG-UNDANG PEMILIKAN SENJATA API

Mengutip peraturan yang tercantum dalam UU Nomor 8 Tahun 1948, tentang pendaftaran

dan pemberian izin kepemilikan senjata api, Prasetyo (Kepala Bidang Penerangan Umum Polri Ajun

Komisaris Besar Polisi) menyatakan, “Dalam pasal 9 UU tersebut dikatakan bahwa setiap orang yang

bukan anggota tentara atau polisi yang memakai dan memiliki senjata api harus harus mempunyai

izin pemakaian senjata api menurut contoh yang ditetapkan oleh kepala kepolisian negara.”

Dengan dasar itu, lanjut Prasetyo, setiap izin yang keluar untuk kepemilikan atau pemakaian senjata

api (IKSA) harus ditanda tangani langsung oleh Kapolri dan tidak bisa didelegasikan kepada pejabat

lain seperti Kapolda. Untuk kepentingan pengawasan Polri juga mendasarkan sikapnya pada UU

Nomor 20 Tahun 1960 tentang kewenangan perizinan menurut undang-undang senjata api.

Menurut UU tersebut ada persyaratan-persyaratan utama yang harus dilalui oleh pejabat baik secara

perseorangan maupun swasta untuk bisa memiliki dan menggunakan senjata api. Pemberian izin itu

pun hanya dikeluarkan untuk kepentingan yang dianggap layak. Misalnya untuk olahraga, izin hanya

diberikan kepada anggota PERBAKIN yang sudah memenuhi syarat-syarat kesehatan jasmani dan

Page 13: TUGAS POKOK SATPAM

rohani dan memilki kemahiran penembak serta mengetahui secara baik peraturan dan perundang-

undangan mengenai penggunaan senjata api.

ORANG-ORANG YANG BOLEH MENGGUNAKAN SENAJATA API

Meskipun demikian, izin kepemilikan senjata api untuk tujuan bela diri hanya diberikan

kepada pejabat tertentu. Menurut  ketentuannya,  mereka  harus  dipilih   secara   selektif.  Mereka 

masing-masing   adalah   pejabat   swasta   atau   perbankan,   pejabat   pemerintah,   TNI/Polri   dan 

purnawirawan.

Untuk pejabat swasta atau bank, mereka yang diperbolehkan memiliki senjata api masing masing :

presiden direktur, presiden komisaris, komisaris, diretur utama, dan direktur keuangan. Untuk

pejabat pemerintah, masing-maasing Menteri, Ketua MPR/DPR, Sekjen, Irjen, Dirjen, dan Sekretaris

Kabinet, demikian juga Gubernur, Wakil Gubernur, Sekwilda, Irwilprop, Ketua DPRD-I dan Anggota

DPR/MPR.

Adapun untuk jajaran TNI/Polri mereka yang diperbolehkan memiliki hanyalah perwira

tinggi dan perwira menengah dengan pangkat serendah-rendahnya Kolonel namun memiliki tugas

khusus. Demikian pula untuk purnawirawan. Yang diperbolehkan hanyalah perwira tinggi dan

perwira enengah dengan pangkat terakhir Kolonel yang memiliki jabatan penting di

Pemerintahan/Swasta.

Sama halnya dengan senjata api untuk bela diri, senjata api yang digunakan untuk olah

raga pun diatur sangat ketat. Hal ini diungkapkan pengurus Pengda Perbakin DKI Jaya, Konal Pribadi.

“Jika hilang, anggota Perbakin wajib mempertanggungjawabkannya,” ujar Konal. Jika senjata hilang,

Perbakin akan memecat keanggotaannya. Tidak berhenti disitu, hilangnya senjata api tersebut juga

diproses secara hukum. Selain itu setiap dua tahun sekali wajib melakukan test perpanjangan, yaitu

test psikologi.

Tiap anggota Perbakin, bisa memiliki senjata api, namun jumlah yang bisa dimiliki masing-

masing anggota dibatasi. Misalnya untuk berburu, setiap orang diperkenankan memiliki 8 sampai 10

pucuk. Untuk berburu ini senjata yang digunakan adalah senjata laras panjang yang biasa disebut

senjata bahu. Sedangkan untuk cabang tembak sasaran, anggota atau atlit tembak diperkenankan

memiliki atau menyimpan senjata api sesuai nomor yang menjadi spesialisasinya.

Meskipun hampir semua anggota Perbakin memiliki senjata api, namun menurut Konal,

tidak semua anggota membawa pulang senjatanya. Ada tempat khusus untuk menyimpan senjata

dan amunisinya di Perbakin. Biasanya anggota yang mengerti resiko menyimpan senjata api di

Page 14: TUGAS POKOK SATPAM

rumah akan menitipkannya pada Perbakin. Sementara itu, untuk bisa membawa pulang, anggota

Perbakin juga harus mengajukan surat ijin menyimpan senjata api. Surat ijin ini diajukan pada pihak

Polda.

SYARAT-SYARAT PEMILIKAN SENJATA API

Pemohon ijin kepemilikan senjata api juga harus memenuhi syarat medis dan psikologis tertentu.

Secara medis, ia harus sehat jasmani, tidak cacat fisik yang dapat mengurangi ketrampilan membawa

dan menggunakan senjata api dan berpenglihatan normal. Syarat-syarat lain bisa saja ditetapkan

oleh dokter umum/spesialis. Syarat lain, harus menyerahkan surat keterangan kelakuan baik (SKKB).

Sementara itu, untuk syarat psikologis, si pemohon haruslah orang yang tidak cepat gugup dan

panik, tidak emosional dan tidak cepat marah. Tentu saja sang pemohon juga bukanlah seorang

psikopat. Pemenuhan syarat ini harus dibuktikan dengan hasil psikotes yang dilaksanakan oleh tim

yang ditunjuk Dinas Psikologi Mabes Polri.

Pihak Polri tidak akan tergesa-gesa atau memberi izin secara sembarangan. Ada beberapa faktor

yang menjadi pertimbangan yaitu lihat terlebih dahulu, kelayakan, kepentingan, dan pertimbangan

keamanan lain, dari calon pengguna senjata api itu. Jangan sampai justru berakibat pada

penyimpangan atau membahayakan jiwa orang lain.

Selain senjata api yang memerlukan ijin khusus --dikenal dengan Ijin Khusus Senjata Api (IKHSA)--

masyarakat juga bisa memiliki senjata genggam berpeluru karet dan senjata genggam gas. Jika

pengajuan senjata api harus disetujui oleh Kapolri langsung, senjata genggam berpeluru karet dan

senjata genggam gas cukup berijinkan direktorat Intel Polri.

JENIS-JENIS SENJATA API YANG BOLEH DIMILIKI

Persyaratan-persyaratan lain untuk kepemilikan senjata api antara lain, menyangkut jenis senjata

yang bisa dimiliki oleh perorangan tersebut. Untuk senjata genggam, hanya kaliber 22 dan kaliber 33

yang bisa dikeluarkan izinnya. Sedangkan untuk senjata bahu (laras panjang) hanya dengan kaliber

12 GA dan kaliber 22. Jenis senjata yang diberikan adalah non standar ABRI (TNI dan Polri), dengan

jumlah maksimum dua pucuk Per orang. Selain itu ada juga senjata api berpeluru karet atau gas.

(IKHSA). Jenis senjata api itu antara lain adalah Revolver, kaliber 22/25/32, dan Senjata bahu

Shortgun kaliber 12mm

Untuk kepentingan bela diri ini seseorang hanya boleh memiliki senjata api genggam jenis revolver

dengan kaliber 32/25/22, atau senjata api bahu jenis Shotgun kaliber 12 mm dan untuk senjata api

Page 15: TUGAS POKOK SATPAM

klasifikasi (IKHSA) adalah jenis yakni Hunter 006 dan Hunter 007. Senjata genggam semi otomatis

seharga Rp. 60-70 juta ini memiliki self loading gas berkaliber 9 mm. Menurut pendataan Polri, pada

2001, jumlah IKSA yang diberikan adalah 1.100 buah yakni untuk kalangan perseorangan dari TNI,

Polri dan pejabat pemerintahan lain sebanyak tujuh ratusan buah dan dari kalangan swasta empat

ratus buah.

Jenjang pelatihan satpam berdasarkan Peraturan Kepala Polri No.Pol. 18 Tahun 2006 ada 3

tingkatan.

Dasar (Gada Pratama), merupakan pelatihan dasar wajib bagi calon anggota satpam. Lama pelatihan

empat minggu dengan pola 232 jam pelajaran. Materi pelatihan a.l. Interpersonal Skill; Etika Profesi;

Tugas Pokok, Fungsi dan Peranan Satpam, Kemampuan Kepolisian Terbatas; Bela Diri; Pengenalan

Bahan Peledak; Barang Berharga dan Latihan Menembak; Pengetahuan Narkotika, Psikotropika dan

Zat Adiktif Lainnya; Penggunaan Tongkat Polri dan Borgol; Pengetahuan Baris Berbaris dan

Penghormatan;

Penyelia (Gada Madya), merupakan pelatihan lanjutan bagi anggota satpam yang telah memiliki

kualifikasi Gada Pratama. Lama pelatihan dua minggu dengan pola 160 jam pelajaran dan

Manajer Keamanan (Gada Utama), merupakan pelatihan yang boleh diikuti oleh siapa saja dalam

level setingkat manajer, yaitu chief security officer atau manajer keamanan. Pola 100 jam pelajaran.

Selain lembaga pendidikan kepolisian negara seperti Sekolah Polisi Negara, hanya perusahaan yang

sudah memiliki izin operasional dari Kepala Polri sebagai badan usaha jasa pendidikan dan latihan

keamanan, boleh menyelenggarakan pelatihan satpam. Kepolisian Wilayah, Kepolisian Wilayah Kota

Besar, Kepolisian Resor, Kepolisian Resor Kota hanya melakukan latihan penyegaran.

Page 16: TUGAS POKOK SATPAM

-MANAJEMEN

Tujuan Sistem Manajemen Pengamanan

SMP

Tujuan dari SMP adalah menciptakan sistem pengamanan di tempat kerja dengan melibatkan unsur

manajemen, tenaga kerja, kondisi dan lingkungan kerja yang secara profesional terintegrasi untuk

mencegah dan mengurangi kerugian akibat ancaman, gangguan dan/atau bencana serta

mewujudkan tempat kerja yang aman, efisien dan produktif.

Ruang Lingkup

SMP wajib diterapkan pada organisasi, perusahaan dan/atau instansi/lembaga pemerintah di

wilayah hukum Republik Indonesia.

Standar dan Penerapan

Standar SMP meliputi :

a. penetapan kebijakan pengamanan dan menjamin komitmen terhadap penerapan SMP;

b. perencanaan pemenuhan kebijakan tujuan dan sasaran manajemen pengamanan;

c. penerapan kebijakan SMP secara efektif dengan mengembangkan kemampuan dan mekanisme

pendukung yang diperlukan untuk mencapai kebijakan, tujuan dan sasaran pengamanan;

d. pengukuran, pemantauan dan evaluasi kinerja pengamanan serta melakukan tindakan perbaikan

dan pencegahan;

e. peninjauan secara teratur dan peningkatan pelaksanaan SMP secara berkesinambungan dengan

tujuan meningkatkan kinerja pengamanan.

(1) Unsur-unsur yang terdapat dalam standar dan penerapan SMP pada organisasi, perusahaan

dan/atau instansi/lembaga pemerintah, terdiri atas:

a. pemeliharaan dan pembangunan komitmen;

b. pemenuhan aspek peraturan perundang-undangan keamanan;

c. manajemen risiko pengamanan;

Page 17: TUGAS POKOK SATPAM

d. tujuan dan sasaran;

e. perencanaan dan program;

f. pelatihan, kepedulian, dan kompetensi pengamanan;

g. konsultasi, komunikasi dan partisipasi;

h. pengendalian dokumen dan catatan;

i. penanganan keadaan darurat;

j. pengendalian proses dan infrastruktur;

k. pemantauan dan pengukuran kinerja;

l. pelaporan, perbaikan dan pencegahan ketidaksesuaian;

m. pengumpulan dan penggunaan data;

n. audit;

o. tinjauan manajemen;

p. peningkatan berkelanjutan.

Page 18: TUGAS POKOK SATPAM

-PEDOMAN

a. Aset;

Properti organisasi dan personel, dapat dirasakan atau tidak, dimana dimiliki oleh organisasi atau

individual yang dapat diberikan nilai moneter. Properti yang tidak dapat dirasakan seperti goodwill,

informasi penting, dan properti yang terkait. Untuk tujuan panduan ini, terminologi manusia adalah

termasuk aset.

b. Konsekuensi;

Sebuah hasil dari aksi atau keputusan. Dari presepsi asuransi atau keamanan. Biaya-biaya kehilangan

atau kerusakan melebihi pasar dari aset yang hilang atau rusak, termasuk biaya tidak langsung

lainnya.

c. Analisa biaya dan manfaat;

Proses perencanaan, berkaitan dengan keputusan untuk komitmen pada biaya atau aset. Hal ini

adalah upaya sistematis untuk mengukur nilai dari semua manfaat dimana dibandingkan dengan

pengeluaran yang ada. Biasanya proses ini melibatkan tiga tahapan:

1. Indentifikasi dari semua konsekuensi langsung dan tidak langsung dari pengeluaran;

2. Memberikan nilai moneter dari semua biaya dan manfaat hasil dari pengeluaran;

3. Menghitung ekspektasi biaya masa datang dan penghasilan dibandingkan dengan pengeluaran

yang menggambarkan biaya dan penghasilan pada nilai moneter masa kini.

d. Tingkat kekritisan;

Dampak dari kejadian kehilangan, biasanya dihitung berdasar biaya bersih dari kejadian tersebut.

Dampak dapat berkisar dari fatal, terjadi total rekapitalisasi, kehilangan bisnis, atau

ketidakberlanjutan bisnis dalam jangka panjang, hingga pada hal yang tidak penting.

e. Kejadian;

Sesuatu yang terjadi tidak sepadan dalam konteks keamanan. Biasanya mewakili sebuah kejadian,

seperti: insiden keamanan, alarm, keadaan darurat dalam medis, atau berkaitan dengan

pengalaman.

f. Goodwil;

Suatu nilai dari bisnis yang didirikan berdasarkan reputasi dari pertimbangan bisnis dan pemiliknya.

Page 19: TUGAS POKOK SATPAM

g. Kejadian kehilangan;

Suatu kejadian yang dapat menyebabkan kerugian finansial yang berdampak negaif terhadap aset,

sebagai contoh termasuk insiden keamanan, kriminal, bahaya alam atau bencana.

h. Bencana alam;

Suatu kejadian alamiah yang mengakibatkan kerusakan besar, kerugian, atau kehancuran, seperti :

angin tornado, badai, gempa buni dan kejadian terkait lainnya.

i. Organisasi;

Otoritas pengelola suatu badan usaha atau instansi pemerintah yang menyelenggarakan /

menggunakan satuan pengamanan untuk kepentingan keamanannya.

j. Kemungkinan;

Kesempatan, atau sama dalam beberapa kasus, kepastian matematis dimana kejadian akan terjadi,

rasio dari jumlah yang dihasilkan dimana menghasilkan suatu kejadian dari jumlah total

kemungkinan yang terjadi.

k. Kualitatif;

Berkaitan dengan suatu karakteristik dari sesuatu dan dimana membuat hal tersebut.

l. Kuantatif;

Berkaitan dengan pertimbangan atau nerdasarkan pada suatu jumlah atau suatu hitungan dapat

diukur atau digambarkan dalam nomerik.

m. Resiko;

Kemungkinan dari kerugian yang dihasilkan dari ancaman, insiden atau kejadian yang berdamak

pada keamanan.

n. Analisa resiko;

Pengujian detail termasuk penilaian resiko, evaluasi resiko dan alternatif manajemen resiko,

dilakukan untuk memahami sesuatu yang tidak diinginkan, konsekuensi negatif untuk kehidupan

manusia. Proses analisis untuk menyediakan informasi berdasarkan kejadian yang tidak diinginkan

dari kualifikasi dari kemungkinan-kemungkinan dan ekspektasi konsekuensi dari resiko tang telah

diidentifikasi.

o. Insiden keamanan;

Page 20: TUGAS POKOK SATPAM

Keamanan yang terkait dengan kejadian atau aksi yang mengarah pada kematian, luka atau kerugian

moneter. Suatu penyerangan pada karyawan, pelanggan, atau supplier di dalam properti organisasi

dapat menjadi salah satu contoh insiden keamanan.

p. Kerawanan keamanan;

Suatu keamampuan ekspoitasi dari suatu kelemahan keamanan atau kekurangan pada fasilitas

organisasi atau personal.

q. Situs;

Lokasi parsial yang dapat ditentukan oleh jarak dan ketinggian.

r. State of the art;

Tingkatan ilmu pengetahuan tertinggi dan teknologi terkini dapat dicapai di semua area dan di setiap

waktu.

s. Statistik;

Cabang dari matematika yang berhubungan dengan pengumpulan, analisam interpretasi dan

presentasi besaran dari data numerik. Dalam aspek keamanan dapat mewakili kumpulan dari data

kuantitatif seperti insiden keamanan, laporan kriminal dan berkaitan denga informasi dimanan

bersamaan dengan informasi lainnya ditampilkan sebagai statistik keamanan yang akan digunakan

untuk beberapa aplikasi termasuk evaluasi resiko dan tingkat kerawanan aset organisasi.

t. Ancaman;

Mengarah pada suatu kerusakan atau kuka, sebagai indikasi dari sesuatu yang tidak sesuai yang

disebabkan oleh sumber daya internal dan eksternal.

u. Satuan pengamanan (Satpam);

Adalah satuan atau kelompok yang dibentuk oleh instansi / badan usaha untuk melaksanakan

pengamanan dalam rangka menyelenggarakan keamanan swakarsa di lingkungan kerjanya.

Page 21: TUGAS POKOK SATPAM

-PELATIHAN

1. Temukan huruf "C" di bawah. Jangan gunakan bantuan cursor.

OOOOOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOO O

OOOOOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOO O

OOOOOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOO O

OOOOOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOO O

OOOOOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOO O

OOOOOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOO O

OOOOOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOOO COOOOOOOOOOOOOO O

OOOOOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOO O

OOOOOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOO O

OOOOOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOO O

OOOOOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOOO OOOOOOOOOOOOOOO O

2. Jika anda telah menemukan huruf "C", sekarang temukan angka "6" di bawah.

9999999999999999999 9999999999999999 999999999999999 99999999999999999

9999999999999999999 9999999999999999 999999999999999 99999999999999999

9999999999999999999 9999999999999999 999999999999999 99999999999999999

9999699999999999999 9999999999999999 999999999999999 99999999999999999

9999999999999999999 9999999999999999 999999999999999 99999999999999999

9999999999999999999 9999999999999999 999999999999999 99999999999999999

3. Sekarang temukan huruf "N" di bawah. Ini agak lebih sulit.

MMMMMMMMMMMMMMMMMMM MMMMMMMMMMMMMMMM MNMMMM

MMMMMMMMMMMMMMMMMMM MMMMMMMMMMMMMMMM MMMMMM

MMMMMMMMMMMMMMMMMMM MMMMMMMMMMMMMMMM MMMMMM

MMMMMMMMMMMMMMMMMMM MMMMMMMMMMMMMMMM MMMMMM

MMMMMMMMMMMMMMMMMMM MMMMMMMMMMMMMMMM MMMMMM

Page 22: TUGAS POKOK SATPAM

4.. Sekarang temukan huruf "O" di bawah. Ini agak lebih sulit.

QQQQQQQQQQQQQQQQQQQ QQQQQQQQQQQQQQQQ QQQ

QQQQQQQQQQQQQQQQQQQ QQQQQQQQQQQQQQQQ QQQ

QQQQQQQQQQQQQQQQQQQ QQQQQQQQQQQQQQQQ QQQ

QQQQQQQQQQQQQQQQQQQ QQQQQQQQQQQQQQQQ QQQ

QQQQQQQQQQQQQQQQQQQ QQQQQQQQQQQQQQQQ QQQ

QQQQQQQQQQQQQQQQQOQ QQQQQQQQQQQQQQQQ QQQ

QQQQQQQQQQQQQQQQQQQ QQQQQQQQQQQQQQQQ QQQ

QQQQQQQQQQQQQQQQQQQ QQQQQQQQQQQQQQQQ QQQ

5. Sekarang temukan huruf "I" di bawah. Ini agak lebih sulit.

LLLLLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLL

LLLLLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLL

LLLLLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLL

LLLLLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLL

LLLLLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLL

LLLLLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLL

LLLLLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLL

LLLLLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLI

LLLLLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLL

LLLLLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLLLLLL LLLLLLLLLLLL

--------- --------- --------- --------- --------- --------- --------- -----

Ini bukan gurauan,

Jika anda bisa melewati 3 test ini, maka anda bisa batalkan rencana kunjungan ke ahli neurologi

Otak anda masih baik dan jauh dari penyakit Alzheimer. Selamat !

For your info

Alzheimer atau kepikunan merupakan sejenis penyakit penurunan fungsi saraf otak yang kompleks

dan progresif. Penyakit Alzheimer bukannya penyakit menular. Penderita Alzheimer mengalami

keadaan penurunan daya ingat yang parah sehingga penderita akhirnya tidak lagi mampu mengurus

dirinya sendiri.

Page 23: TUGAS POKOK SATPAM

Alzheimer tergolong sebagai salah satu jenis dementia yang ditandai dengan melemahnya

kemampuan bercakap, kemampuan berpikir sehat, daya ingat, kemampuan mempertimbangan,

adanya perubahan kepribadian dan tingkah laku yang tidak terkendali. Keadaan ini amat membebani

penderita dan juga anggota keluarga yang perlu menjaga dan merawatnya. Menurunnya fungsi

ingatan juga memengaruhi fungsi intelektual dan sosial penderitanya.

Sumber penyakit ini belum diketahui dengan pasti, tetapi bukan karena proses penuaan. Sebagian

ilmuwan memperkirakan bahwa kepikunan ini berkaitan dengan pembentukan dan perubahan sel-

sel saraf yang normal menjadi semacam serat.

Resiko untuk mengidap Alzheimer meningkat seiring dengan pertambahan usia. "Pada usia sekitar

65 tahun, seseorang berisiko lima persen untuk menderita penyakit ini dan risiko ini meningkat dua

kali lipat setiap lima tahun,"menurut Ahli Psikogeriatrik, Kantor Pengobatan Psikologi, Fakultas Pusat

Pengobatan Universitas Malaya (PPUM), Dr. Esther Ebeenezer. Meskipun kepikunan seringkali

dikaitkan dengan usia lanjut, namun terbukti bahwa penderita Alzheimer yang pertama diidentifikasi

adalah seorang perempuan berusia awal 50 tahunan.

Sejarah Alzheimer

Penyakit ini ditemukan oleh Dr. Alois Alzheimer pada 1907 ini, dinamakan Alzheimer sesuai nama

penemunya. Alzheimer menemukan bahwa syaraf otak penderita Alzheimer tidak hanya mengerut,

bahkan dipenuhi gumpalan protein luar biasa yang disebut plak amiloid dan serat yang berbelit-belit

(neuro fibrillary). Amiloid protein yang membentuk sel-sel plak protein tersebut, dipercaya

menyebabkan perubahan kimia otak. Musnahnya sel-sel saraf ini menyebabkan syaraf otak yang

berfungsi menyampaikan pesan dari satu neuron ke neuron lain terpengaruh.

Meskipun sudah ditemukan hampir satu abad yang lalu, Alzheimer tidak seterkenal penyakit yang

lain seperti hipertensi, Sindrom Pernafasan Akut Parah (SARS) atau pun penyakit jantung. Mungkin

karena gejala penyakit Alzheimer tidak segera terlihat, berbeda dengan hipertensi yang dapat

dipantau melalui pemeriksaan tekanan darah. Penyakit Alzheimer tidak terdeteksi karena adanya

anggapan bahwa sering lupa adalah hal yang wajar dialami orang berusia lanjut karena faktor usia.

Padahal mungkin saja "sering lupa" tersebut merupakan tanda awal penyakit Alzheimer.

Penyakit Alzheimer menjadi lebih dikenal secara meluas setelah mantan Presiden Amerika Serikat

yang ke-40, Ronald Reagan mengemukakan keadaan dirinya dalam suratnya yang tertanggal 5

November 1994. Penelitian klinis terbaru menunjukkan bahwa konsumsi suplemen asam lemak

Page 24: TUGAS POKOK SATPAM

omega-3 dapat memperlambat laju penurunan fungsi kognitif penderita alzheimer ringan.

Gejala dan tingkat keparahan penyakit:

Pada taraf ringan gejalanya dapat berupa: lupa dimana menyimpan kunci, lupa mengambil uang

kembalian, lupa mau membeli apa di toko, lupa nomor telepon atau tidak ingat mana obat yang

setiap hari biasa dimakan.

Pada tingkat menengah: penderita misalnya, lupa mencampurkan gula dalam minuman, garam

dalam masakan atau lupa bagaimana cara mengaduk gula di dalam gelas.

Pada tingkat yang parah, penderita sudah tidak mampu melakukan hal-hal mendasar seperti

mengurus diri sendiri, tidak lagi mengenali keadaan sekitar rumahnya, tidak mengenali rekan-rekan

atau anggota keluarga terdekat.

Penderita Alzheimer dapat menjadi agresif, cepat marah dan kehilangan minat untuk berinteraksi

atau hobi yang pernah diminatinya. Penderita tingkat menengah atau parah dapat menunjukkan

tingkah laku aneh, seperti menjerit, terpekik atau mengikuti orang ke mana saja, bahkan walau

orang tersebut ke WC.

Selain itu, penderita dapat juga mengalami semacam halusinasi seperti mendengar suara atau

bisikan halus, atau melihat bayangan menakutkan. Penderita juga kadangkala berjalan mondar

mandir tanpa tujuan dan pola tidur mereka juga berubah. Penderita biasanya akan lebih banyak

tidur di siang hari dan terus terjaga pada malam hari.

Keadaan tersebut secara tidak langsung memberi tekanan mental kepada perawat atau anggota

keluarga yang harus waspada menjaga penderita selama '36 jam' sehari.

Kebanyakan penderita Alzheimer meninggal dunia akibat radang paru-paru atau pneumonia karena

mereka tidak dapat melakukan berbagai aktivitas fisik lainnya.

Yang menyedihkan, adalah bahwa orang yang sakit itu sendiri tidak memahami apa yang terjadi pada

diri mereka dan memerlukan bantuan orang lain. Berita buruknya penyakit Alzheimer ini, tidak dapat

disembuhkan. Tetapi, gejalanya masih dapat dikendalikan dengan obat-obatan. Obat-obatan yang

diberi pada tingkat awal, dapat membantu ingatan penderita seperti fungsi kognitif, aktivitas dan

tingkah laku sehari2.

Prevalensi

Page 25: TUGAS POKOK SATPAM

Sekitar tahun 1950-an diperkirakan sekitar 2,5 juta warga dunia menderita penyakit ini. Pada tahun

2003 Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), memperkirakan lebih dari satu milyar orang yang berusia

di atas 60 tahun atau 10 persen penduduk dunia menderita Alzheimer. Peningkatan jumlah

penderita Alzheimer berkaitan dengan meningkatnya jumlah warga dunia yang berusia lanjut, dan

semakin panjangnya usia atau masa hidup warga dunia. Usia hidup perempuan meningkat hingga

mencapai usia 80 tahun dan laki-laki mencapai usia 75 tahun. Selain itu, faktor pemeliharaan

kesehatan yang semakin baik dan menurunnya tingkat kelahiran.

Orang yang berisiko menderita Alzheimer:

* Penderita hipertensi dengan usia di atas 40 tahun

* Penderita diabetes

* Kurang berolahraga

* Kadar kolesterol yang tinggi

* Faktor keturunan - memiliki keluarga yang menderita Alzheimer pada usia 50-an.

Diposkan oleh Ken Shavei di 22.22

Peraturan Kepala Polri No.Pol. 18 Tahun 2006

Label: dasar, diklat, pelatihan, pendidikan, satpam 0 komentar

Jenjang pelatihan satpam berdasarkan Peraturan Kepala Polri No.Pol. 18 Tahun 2006 ada 3

tingkatan.

Dasar (Gada Pratama), merupakan pelatihan dasar wajib bagi calon anggota satpam. Lama pelatihan

empat minggu dengan pola 232 jam pelajaran. Materi pelatihan a.l. Interpersonal Skill; Etika Profesi;

Tugas Pokok, Fungsi dan Peranan Satpam, Kemampuan Kepolisian Terbatas; Bela Diri; Pengenalan

Bahan Peledak; Barang Berharga dan Latihan Menembak; Pengetahuan Narkotika, Psikotropika dan

Zat Adiktif Lainnya; Penggunaan Tongkat Polri dan Borgol; Pengetahuan Baris Berbaris dan

Penghormatan;

Penyelia (Gada Madya), merupakan pelatihan lanjutan bagi anggota satpam yang telah memiliki

kualifikasi Gada Pratama. Lama pelatihan dua minggu dengan pola 160 jam pelajaran dan

Manajer Keamanan (Gada Utama), merupakan pelatihan yang boleh diikuti oleh siapa saja dalam

level setingkat manajer, yaitu chief security officer atau manajer keamanan. Pola 100 jam pelajaran.

Selain lembaga pendidikan kepolisian negara seperti Sekolah Polisi Negara, hanya perusahaan yang

sudah memiliki izin operasional dari Kepala Polri sebagai badan usaha jasa pendidikan dan latihan

Page 26: TUGAS POKOK SATPAM

keamanan, boleh menyelenggarakan pelatihan satpam. Kepolisian Wilayah, Kepolisian Wilayah Kota

Besar, Kepolisian Resor, Kepolisian Resor Kota hanya melakukan latihan penyegaran.

Page 27: TUGAS POKOK SATPAM

-PENDIDIKAN

Jenjang pelatihan satpam berdasarkan Peraturan Kepala Polri No.Pol. 18 Tahun 2006 ada 3

tingkatan.

Dasar (Gada Pratama), merupakan pelatihan dasar wajib bagi calon anggota satpam. Lama pelatihan

empat minggu dengan pola 232 jam pelajaran. Materi pelatihan a.l. Interpersonal Skill; Etika Profesi;

Tugas Pokok, Fungsi dan Peranan Satpam, Kemampuan Kepolisian Terbatas; Bela Diri; Pengenalan

Bahan Peledak; Barang Berharga dan Latihan Menembak; Pengetahuan Narkotika, Psikotropika dan

Zat Adiktif Lainnya; Penggunaan Tongkat Polri dan Borgol; Pengetahuan Baris Berbaris dan

Penghormatan;

Penyelia (Gada Madya), merupakan pelatihan lanjutan bagi anggota satpam yang telah memiliki

kualifikasi Gada Pratama. Lama pelatihan dua minggu dengan pola 160 jam pelajaran dan

Manajer Keamanan (Gada Utama), merupakan pelatihan yang boleh diikuti oleh siapa saja dalam

level setingkat manajer, yaitu chief security officer atau manajer keamanan. Pola 100 jam pelajaran.

Selain lembaga pendidikan kepolisian negara seperti Sekolah Polisi Negara, hanya perusahaan yang

sudah memiliki izin operasional dari Kepala Polri sebagai badan usaha jasa pendidikan dan latihan

keamanan, boleh menyelenggarakan pelatihan satpam. Kepolisian Wilayah, Kepolisian Wilayah Kota

Besar, Kepolisian Resor, Kepolisian Resor Kota hanya melakukan latihan penyegaran.

Page 28: TUGAS POKOK SATPAM

-PENGAMANAN

Satuan Pengamanan atau sering juga disingkat Satpam adalah satuan kelompok petugas yang

dibentuk oleh instansi/proyek/badan usaha untuk melakukan keamanan fisik (physical security)

dalam rangka penyelenggaraan keamanan swakarsa di lingkungan kerjanya.

Kepolisian Negara Republik Indonesia menyadari bahwa polisi tidak mungkin bekerja sendiri dalam

mengemban fungsi kepolisian. Oleh karena itu, lembaga satuan pengamanan secara resmi dibentuk

pada 30 Desember 1980.

Jenjang Pelatihan

Jenjang pelatihan satpam ada 3 tingkat yaitu :

1. Dasar (Gada Pratama), merupakan pelatihan dasar wajib bagi calon anggota satpam. Lama

pelatihan empat minggu dengan pola 232 jam pelajaran. Materi pelatihan a.l. Interpersonal

Skill; Etika Profesi; Tugas Pokok, Fungsi dan Peranan Satpam, Kemampuan Kepolisian

Terbatas; Bela Diri; Pengenalan Bahan Peledak; Barang Berharga dan Latihan Menembak;

Pengetahuan Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lainnya; Penggunaan Tongkat Polri dan

Borgol; Pengetahuan Baris Berbaris dan Penghormatan;

2. Penyelia (Gada Madya), merupakan pelatihan lanjutan bagi anggota satpam yang telah

memiliki kualifikasi Gada Pratama. Lama pelatihan dua minggu dengan pola 160 jam

pelajaran dan

3. Manajer Keamanan (Gada Utama), merupakan pelatihan yang boleh diikuti oleh siapa saja

dalam level setingkat manajer, yaitu chief security officer atau manajer keamanan. Pola 100

jam pelajaran.

Selain lembaga pendidikan kepolisian negara seperti Sekolah Polisi Negara, hanya perusahaan yang

sudah memiliki izin operasional dari Kepala Polri sebagai badan usaha jasa pendidikan dan latihan

keamanan, boleh menyelenggarakan pelatihan dasar dan pelatihan lanjutan satpam. Kepolisian

Resor Metropolitan, Kepolisian Resor Kota Besar, Kepolisian Resor, Kepolisian Sektor hanya

melakukan latihan pemeliharaan kemampuan/penyegaran bagi anggota Satpam yang sudah

berkualifikasi Gada Pratama dan Gada Madya.

Page 29: TUGAS POKOK SATPAM