Tugas Persentasi jurnal

26
Penyakit Prion sebagai Penyakit Zoonotik Menular Diterjemahkan oleh: Muhammad Viqih B94134232 Dibawah bimbingan: Dr. Drh. Trioso Purnawarman, Msi PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN BAGIAN KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014

description

Makalah presentasi jurnal terkait prion disease

Transcript of Tugas Persentasi jurnal

Page 1: Tugas Persentasi jurnal

Penyakit Prion sebagai Penyakit Zoonotik Menular

Diterjemahkan oleh:

Muhammad Viqih

B94134232

Dibawah bimbingan:

Dr. Drh. Trioso Purnawarman, Msi

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN

BAGIAN KESEHATAN MASYARAKAT VETERINER

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2014

Page 2: Tugas Persentasi jurnal

Penyakit Prion sebagai Penyakit Zoonotik Menular

Jeongmin Lee a,b

, Su Yeon Kim b, Kyu Jam Hwang

b, Young Ran Ju

b, Hee-

Jong Woo a,*

aLaboratorium Immunologi, College of Veterinary Medicine, Seoul National University, Seoul,

Kore

bDivisi Zoonosis, Korea National Intitute of Health, Osong, Korea

Abstraks

Penyakit prion, disebut juga Trasnmissible spongiform encephalopaties (TSEs),

menyebabkan disfungsi neurologis pada hewan dan fatal. Infeksi protein prion

merupakan agen penyebab banyak dari TSEs di mamalia, termasuk scrapie (di domba),

Chronic Wasting Disease (di rusa dan elk), bovine spongiform encephalopathy (BSE;

pada sapi), dan Creutzfeldt-Jakob Disease (CJD, pada manusia). BSE, yang lebih dikenal

sebagai penyakit sapi gila, adalah di antara penyakit zoonosis yang baru ditemukan.

Kasus BSE pertama kali dilaporkan di Inggris pada tahun 1986. Varian CJD (vCJD)

adalah penyakit yang pertama kali terdeteksi pada tahun 1996, yang dapat mempengaruhi

manusia dan berhubungan dengan epidemik BSE di sapi. vCJD diduga disebabkan oleh

konsumsi daging yang terkontaminasi dan produk makanan lainnya yang berasal dari

sapi yang terinfeksi. Epidemi BSE memuncak pada tahun 1992 dan menurun sesudahnya;

Penurunan ini terus tajam berkat pengendalian secara intensif dan program pengecekan

(screening) di dunia Barat. Namun, masih ada terjadi wabah baru dan / atau peningkatan

penyakit prion, termasuk BSE atipikal, dan iatrogenik Creutzfeldt-Jakob dan vCJD

melalui transplantasi organ dan transfusi darah. Makalah ini merangkum pembelajaran

tentang prion, terutama pada mekanisme molekuler prion, BSE, vCJD, dan prosedur

diagnostik. Persepsi risiko dan komunikasi kebijakan Uni Eropa untuk pencegahan

penyakit prion. Selain itu, juga untuk ditujukan dalam memberikan rekomendasi bagi

kebijakan pemerintah secara tepat di Korea.

Kata Kunci : Prion, Persepsi Resiko, Pengendalian, Pengantar spongiform

encephalopathy, variant penyakit Creutzfeldt-Jakob

Page 3: Tugas Persentasi jurnal

Pendahuluan

Trasnmissible spongiform encephalopaties (TSE) merupakan istilah umum

untuk protein yang tidak berbentuk, yang juga berkaitan dengan penyakit prion,

pembahasan ini umumnya hanya di kalangan beberapa ilmuwan saja, sampai

Bovine Spongiform Encephalopathy (BSE), atau yang lebih dikenal masyarakat

sebagai penyakit sapi gila, menjadi perhatian publik. Hal ini menjadi terkenal

secara luas pada 1980 karena terjadi peningkatan secara mendadak dalam kejadian

BSE di Eropa; pada 1990-an, kejadian itu menarik perhatian orang sebagai varian

CreutzfeldteJakob Disease (vCJD), yang juga diketahui sebagai penyakit sapi

gila di manusia [1]. BSE disebabkan oleh prion patogen yang muncul sebagai

penyakit zoonosis karena dapat menginduksi vCJD pada manusia. Menimbang

bahwa prevalensi BSE di Inggris Raya (UK) memiliki banyak kaitannya dengan

peternakan domba, Hal itu menjadikan epidemi lintas-spesies baru yang berkaitan

dengan kondisi saat manusia lebih sering berkontak dengan hewan, pasar ternak

yang besar, meningkatnya pertukaran / perdagangan, dan pemanasan global [2,3].

Kasus pertama BSE dilaporkan pada pertengahan 1980-an, dimulai dengan 16

sapi; sejak itu meningkat drastis menjadi sekitar 190.000 kasus di seluruh dunia

[4E6], dan terkonsentrasi di Eropa. Oleh karena itu, negara-negara Eropa segera

mengambil tindakan dengan pencegahan terhadap penyakit ini, dan pencegahan

dari BSE telah menurun sejak pertengahan 1990-an [7].

Walaupun, banyak permasalahan dari kedua belah sisi yakni sosial dan

perspektif pencegahan medis sejak TSEs dapat menyebar melalui transfusi darah

dan makanan dengan konsentrasi yang sangat rendah dari prion patogen, hingga

saat ini teknologi tidak dapat mendeteksi. Selain itu, karena TSEs memiliki

periode inkubasi yang panjang yang hampir mirip dengan penyakit degeneratif

kronis lainnya, penyelidikan lebih ilmiah harus dilakukan untuk mengidentifikasi

pathogenesa dari keseluruhan BSE dan vCJD, dan strategi untuk

mengembangkan pengobatan pada penyakit tersebut. Meskipun ketidakpastian

penyakit prion harus masih diklarifikasi, penyakit tersebut dapat dikontrol

melalui tindakan pencegahan yang intensif, karena ada banyak penelitian pada

prion termasuk dasar pathogenesanya.

Page 4: Tugas Persentasi jurnal

Ulasan penyakit prion yang sudah tersedia di beberapa jurnal lain[8e11];

dengan demikian, tulisan ini akan memberikan gambaran pembelajaran prion

termasuk tidak hanya penyakit prion dan metode diagnostik, tetapi juga persepsi

dan komunikasi resiko di Uni Eropa (EU), yang telah berhasil membangun

kebijakan mereka terhadap BSE dan vCJD sebagai penyakit zoonosis. Hal ini

bisa menjadi rekomendasi kepada pemerintah untuk mengembangkan kebijakan

yang tepat, berdasarkan kebijakan ilmiah BSE secara bebas.

Penyebab dan prevalensi penyakit prion

Prion, pertama kali diusulkan oleh Dr Prusiner di University of California,

San Francisco, yang menjadi topik hangat karena Prion tidak memiliki gen, tidak

seperti bakteri atau virus, dan mampu mereplikasi, tidak seperti Toxic (racun)

[4]. Akhirnya, ia menjawab secara ilmiah sejumlah pertanyaan dan menyarankan

bahwa Prion memiliki gen- protein yang kurang, namun dapat bereplikasi dalam

tubuh, menyebabkan penyakit, dan kemudian dapat ditularkan ke hewan lain; dia

menerima Hadiah Nobel untuk karyanya pada tahun 1997. Jenis prion ini hanya

menjadi hipotesis yang diakui sebagai patogen baru dengan mekanisme

neurodegenerative disorders [12].

Kata "prion", dibedakan dari virus atau virion, diciptakan oleh Prusiner

untuk merujuk pada patogen scrapie di domba; prion berarti partikel menular

protein. [13]. PrPSc

, merupakakn bentuk scrapie dari prion yang diketahui bersifat

patogen dan tidak berbentuk (gagal melipat), tidak selalu menyebabkan gejala

klinis; Oleh karena itu, PrPSc

yang menginduksi gejala klinis ditandai sebagai

penyakit prion (PrPd). Walaupun, prion memang sudah ada pada hewan dan

manusia dalam bentuk protein (PrPC), yang tidak memiliki sifat patogen. Urutan

asam amino primer dan keadaan modifikasi di kedua isoform dari PrPSc

dan PrPC

bersifat identik (hampir sama); Namun, keduanya memiliki struktur tiga dimensi

yang berbeda, yang memberi mereka perbedaan adalah sifat dari biokimia dan

biofisik. Selain itu juga, perubahan dalam urutan asam amino yang juga

menyebabkan perubahan konformasi protein, melalui termodinamika varian

Page 5: Tugas Persentasi jurnal

protein yang stabil (PrPSc

) sehingga dapat menyebabkan penyakit pada hewan

dan manusia [14].

Ketika PrPC muncul dan kontak dengan PrP

Sc, PrP

C akan berubah

menjadi PrPSc

secara termodinamika stabil melalui lipat protein; kemudian, PrPSc

mengubah PrPC ke bentuk PrP

Sc yang lain. Setelah proses ini dilakukan berulang

kali, PrPSc

akan terakumulasi dalam tubuh sehingga menginduksi TSE [15].

Meskipun belum diketahui secara pasti apakah TSEs disebabkan oleh PrPSc

sendiri atau oleh karena reaksi kompleks dengan PrPSc

dan faktor-faktor lain,

seperti protein lainnya, asam nukleat, atau patogen [16], namun dapat dipastikan

bahwa agen penyebab utama adalah PrPSc

. Namun, untuk menjelaskan replikasi

PrPSc

dalam tubuh, maka dua PrPSc

yang memiliki molekul termodinamika stabil

harus dipisahkan dan dikombinasikan dengan PrPC yang lainnya. Jenis genetik

hewan dan faktor lainnya juga harus dipertimbangkan dalam proses tersebut [17].

Oleh karena itu, para ilmuwan berasumsi bahwa makromolekular – digambarkan

sebagai protein X- bisa jadi berperan dalam konversi dari PrPC menjadi PrP

Sc dan

terus mencari kandidat faktor penyebabnya. Hingga saat ini, puluhan protein

dalam sitosol, membran plasma, matriks ekstraseluler, dan penyusun lipid

diketahui berinteraksi dengan PrPC dan / atau PrP

Sc; Namun, bukti-bukti yang

kuat untuk identitas protein X belum belum terungkap [18]. Dengan

mengidentifikasi keberadaan dan peran dari protein X, maka penyakit prion

diharapkan dapat mampu dicegah dan / atau diobati. Normal PrPC, yang

dikodekan pada gen lokus PRNP dalam genom host, adalah glikoprotein, yang

dimana ditemukan pada membran sel neuron di hewan dan manusia. PrPC

memiliki ~40% a-heliks dan ~43% b-sheet konformasi, sedangkan PrPSc

memiliki ~30% a-heliks dan ~40% b-sheet konformasi. Transisi konformasi dari

heliks dan daerah hidrofobik dari PrPC merupakan penyebab utama dari

meningkatnya komposisi b-sheet di PrPSc

(Gambar 1) [19,20]. Karena konformasi

perubahan dari PrPC ke PrP

Sc tidak imunogenik, maka sistem kekebalan tubuh

pada organisme tidak dapat membedakan antara struktur protein normal dengan

struktur prion menular , kecuali hal-stabilitas [21]. Tidak seperti bakteri atau

virus, PrPSc

patogen tidak dapat dihilangkan dengan alkohol biasa atau proses

sterilisasi formalin, dan tidak bisa diurai oleh enzim proteolitik. Selain itu, PrPSc

Page 6: Tugas Persentasi jurnal

patogen tahan terhadap panas, sinar ultraviolet, dan bahan kimia. Cara untuk

mensterilkannya adalah dengan menempatkannya dibawah tiga kali tekanan

atmosfer selama lebih dari 18 menit pada 134-138°C; dengan permukaan harus

disterilkan lebih dari satu jam ditambah dengan 2% sodium hipoklorit dan 2 N

natrium hidroksida pada 20°C, dan peralatan harus disterilkan selama lebih dari

12 jam dengan cara yang sama. Dalam laboratorium, bahan harus didesinfeksi

lebih dari 4,5 jam pada suhu 132° C atau selama 1 jam pada 134-138°C dengan

sterilisasi uap di bawah tekanan. Karena merespon dengan baik untuk kondisi

basa, maka natrium hidroksida atau fenol digunakan untuk dekontaminasi PrPSc

[22].

Gambar 1. Struktur PrPC

dan PrPSc

Bahan risiko tertentu dan spesies penghalang

PrPSc

pada hewan yang terinfeks akani terkonsentrasi di area yang

spesifik. Area ini disebut juga Spesific Risk Material (SRM) yang termasuk

diantaranya adalah otak, mata, saraf tulang belakang, tengkorak, tulang belakang,

tonsil, dan ileum distal; ini adalah sebagian besar dari area penting untuki

manajemen dan pengendalian penyakit. Penyakit ini menular melalui alat-alat

bedah yang datang dan berkontak dengan SRM atau melalui transfusi darah. Sejak

darah jarang mengandung prion, hal tersebut dianggap aman sampai akhirnya

Page 7: Tugas Persentasi jurnal

kematian yang disebabkan oleh vCJD dari transfusi darah dilaporkan di Inggris,

yang menyebabkan kekhawatiran publik. Dari kasus ini, Inggris menghabiskan

lebih dari £ 200 juta pada proses pencegahan untuk melindungi alat-alat bedah

terhadap transmisi prion. Hal ini menunjukkan bahwa kejadian BSE atau vCJD

dapat menyebabkan pengeluaran besar biaya tidak langsung, meskipun penyakit

tersebut tidak terjadi secara sering.

Penghalang spesies menyulitkan penularan penyakit, yang ditularkan dari

satu spesies ke spesies lain. Nilai penghalang spesies untuk penyakit trasnmisi

prion antara manusia dan sapi telah diperkirakan sebesar 4000, berdasarkan studi

BSE zoonosis. Namun, prinsip kehati-hatian untuk mengasumsikan bahwa ada

hanya satu nilai dari penghalang spesies antara manusia dan ternak, dan

menunjukkan bahwa dosis yang sama menyebabkan penyakit pada ternak,

sehingga dapat menyebabkan pengaruh pada manusia dengan cara yang sama

[23]. Eksperimental penyakit ini akan menginduksi SRM dengan 0,001 g yang

disuntikkan maupun oral; 10 g dapat menyebabkan BSE dalam semua ternak

apabila diberikan [24]. Jumlah yang diperlukan untuk menginduksi penyakit ini

sangat kecil; sebuah laporan ilmiah yang disampaikan kepada British Council

pada tahun 2001 menyatakan bahwa, jumlah kecil seperti satu setitik lada dapat

menyebabkan penyakit [25]. Lima gram oral inokulum dengan homogenat otak

dari terinfeksi BSE sapi di primata (kera cynomolgus) menghasilkan

perkembangan penyakit saraf vCJD seperti 60 bulan setelah paparan [26].

Dosis kecil dapat menyebabkan penyakit yanng mempengaruhi baik di

manusia maupun di hewan. Percobaan pada agen PrPSc

yang menular ke manusia

seharusnya dilakukan di Biosafety lavel 3 dengan cara yang sama seperti agen

infeksius biologis yang kuat (misalnya, bakteri anthrax, akut parah sindrom

pernapasan, dan virus West Nile). Hal ini perlu dicatat bahwa dalam studi prion

patogen, dimana partikel protein yang telah diamati memiliki banyak strain yang

berbeda, yang berada di bawah penyelidikan [27]. Bahkan, penemuan strain baru

terkait dengan spesies penghalang yang memiliki banyak implikasi dalam

pengendalian penyakit bisa dikaitankan dengan adaptasi dan perkembangan TSE

[28].

Page 8: Tugas Persentasi jurnal

Uni Eropa, telah melakukan banyak penelitian tentang BSE dan vCJD,

mendefinisikan bahwa daging sapi yang memiliki kontak dengan SRM apapun

SRM sendiri dinyatakan untuk tidak digunakakn sebagai kosmetik atau pun

bagian dari makanan dari SRM, meskipun transmisi melalui kosmetik atau

makanan belum dilaporkan. Pada sapi yang terinfeksi BSE, dan apabila PrPSc

sudah ditemukan pada saraf perifer. maka, keseluruhan tubuh ternak yang

terinfeksi harus dibuang . Hal ini sesuai dengan peraturan Uni Eropa [29].

Perlu dicatat bahwa payer’s patch, yang merupakan faktor paling penting

untuk penyerapan PrPSc

, di sebagian besar ileum pada manusia; Namun, jaringan

serupa terutama ditemukan di seluruh usus termasuk mesenterium pada sapi

[30]. Oleh karena itu, Uni Eropa mendefinisikan Seluruh usus sebagai SRM,

bukti yang diverifikasi per tahun [31]. Baru-baru ini, Swiss menyampaikan

permintaan (EFSA-Q-2009-00226) ke Autoritas Keamanan Makanan Eropa

(EFSA) untuk meninjau kembali penggunaan bovine usus untuk sosis isian.

Permintaan itu ditolak, yang menunjukkan bahwa pendekatan hati-hati untuk

konsumsi sapi usus oleh organisasi global. Sehingga, Korea juga perlu

mengambil pencegahan tindakan dalam mengkonsumsi usus sapi.

Jenis Penyakit Prion

2.1. scrapie

Pada 1732, penyakit scrapie domba pertama dilaporkan di Inggris, yang

kemudian mempengaruhi industri wol. Nama resmi untuk penyakit (scrapie)

digunakan dari 1853 dan seterusnya. Nama scrapie berasal dari salah satu tanda-

tanda klinis dari kondisi. Penyakit ini akan menyebabkan sensasi gatal pada

hewan. Tanda-tanda klinis lainnya termasuk bibir yang berlebihan memukul, gaits

diubah, dan kolapse kejang [32]. Untungnya, ternak lainnya tidak memiliki

gejala sepert itui; Oleh karena itu, hal tersebut menjadi keprihatinan di kalangan

masyarakat domba-pertanian, dan tidak antara orang-orang lain atau peternak

lainnya. Pada tahun 1900-an, petani di Inggris mulai memberi makan sapi

dengan organ atau tulang domba untuk manfaat ekonomi dari kenaikan susu dan

Page 9: Tugas Persentasi jurnal

daging produksi. Pada 1930-an, negara-negara Eropa lainnya dan Amerika

Serikat (AS) telah mengadopsi praktek ini. Berdasarkan temuan dari studi

epidemiologi pada asal BSE, ini kemudian menjadi penyebab utama penularan

penyakit prion dari domba sapi di seluruh penghalang spesies [33]. Sebagai

penyakit PrPSc

. TSE dapat dianggap sebagai istilah inklusif untuk penyakit ini.

TSE dibagi menjadi BSE untuk bovines, vCJD bagi manusia, scrapie untuk

domba, Penyakit kronis wasting (CWD) untuk rusa, dan menular mink

encephalopathy untuk mink (Tabel 1); TSE ditemukan dalam 26 spesies,

termasuk kambing, kucing, dan liar ruminansia [1,34,35]. Perlu dicatat bahwa

penyakit prion antara domba dan rusa dapat ditularkan secara horizontal oleh air

liur, seperti BSE atau vCJD [36]; CWD bahkan bisa menjadi ditularkan melalui

aerosol, menurut hewan baru-baru ini percobaan laporan [37].

2.2. Bovine spongiform encephalopathy

Ada beberapa teori tentang penyebab pertama kali dilaporkan kasus BSE

di pertengahan 1980-an; beberapa bersikeras bahwa patogen BSE (PrPSc

)

terbentuk secara alami dan lain mengklaim bahwa penyakit ini disebabkan oleh

pakan sapi terbuat dari domba yang terinfeksi dengan scrapie. Secara luas

penyelidikan epidemiologi, menyatakan bahwa penyebab utama BSE ternyata

daging dan tepung tulang (MBM) dibuat dari tulang dan usus sapi dan domba

yang dibuang. Di Inggris semenjak 1972, khususnya, usus sapi telah digunakan

sebagai MBM untuk suplemen protein , yang mempercepat peningkatan

terjadinya BSE [1,38]. BSE telah terjadi di negara-negara Eropa yang mengimpor

MBM dari Inggris; menurut statistik dari Organisasi Dunia untuk Kesehatan

Page 10: Tugas Persentasi jurnal

Hewan (Office International

des Epizooties; OIE), telah ada 190.628 kasus BSE di 25 negara di seluruh dunia

pada 30 Agustus, 2012 (http://www.oie.int). Kebanyakan kasus yang dilaporkan

berasal dari Inggris, memuncak pada tahun 1992, dan di negara-negara lain

epidemi memuncak pada tahun 2002 atau 2003; sejak saat itu jumlah mulai

menurun tajam.

BSE adalah penyakit saraf degeneratif kronis di sapi; bagian dari otak

menjadi spons seperti, gejala neurotik dan kelumpuhan, akhirnya menyebabkan

kematian [39]. Di BSE, sel-sel saraf dan jaringan saraf pusat mengambil sebuah

bentuk busa. Setelah sekitar 2-5 tahun inkubasi, hewan mati dalam waktu kurang

lebih 2 minggu untuk 6 bulan perkembangan penyakit. gejala klinis termasuk

kepekaan ekstrem terhadap rangsangan eksternal seperti sebagai cahaya dan

suara, perubahan neurotik (depresi dan gugup), ketidakseimbangan posisi,

ketidakmampuan untuk berdiri lurus atau bergerak, kelumpuhan di kaki belakang,

dan kelumpuhan dari seluruh tubuh sebelum kematian [40]. Saat ini, BSE berada

di bawah pengawasan oleh OIE; di Korea, penyakit ini diklasifikasikan sebagai

kategori kedua hewan epidemi bersama dengan scrapie dan CWD. BSE tidak

memiliki efek pada ternak muda 7 bulan; karena sapi akan meningkat pada umur

24 bulan maka akan ada banyak prion varian dalam tubuh. Sebagian besar

kejadian BSE adalah pada sapi lebih tua dari 36 bulan. Oleh karena itu, OIE

meneliti terjadinya BSE pada sapi 24-bulan-tua. Di Inggris, lebih dari 184.000

kasus BSE memiliki dilaporkan dan lebih dari 3 juta sapi yang dihancurkan

untuk menghentikan penyebaran penyakit; karenanya, Inggris dilarang keras

MBM. Karena upaya mereka, terjadinya BSE secara dramatis berkurang. Namun,

sejak tahun 2000-an, penyakit telah menyebar di seluruh dunia, termasuk di

Amerika Serikat, Jepang, Israel, dan berbagai negara negara Afrika. Menentukan

jumlah yang tepat dari kejadian yang menantang, karena beberapa hewan yang

terinfeksi melakukan tidak menunjukkan gejala tertentu. tanpa Total inspeksi dan

pengawasan, sulit untuk penelitian status sebenarnya dari penyakit [41]. Oleh

karena itu, Uni Eropa menempatkan banyak penekanan pada aktif pemantauan

dan pengendalian sistem, seperti total inspeksi, penghapusan menyeluruh dari

SRM (di mana 99% dari prion patogen ada), melarang MBM, dan monitoring

Page 11: Tugas Persentasi jurnal

pakan ternak. Melalui tindakan tersebut, BSE bisa dikelola, tetapi masih belum

bisa diberantas. The USA juga mulai menekankan pengembangan sistem hewan

pengawasan yang efektif atas keprihatinan untuk kesehatan manusia [42].

Namun, beberapa kasus BSE telah dilaporkan bahkan setelah pengawasan ketat

itu diberlakukan, yang berarti bahwa penyakit ini tidak dapat dikontrol dengan

memonitor hewan makan sendirian. Beberapa bukti ilmiah diberikan mengenai

ini: prion patogen dari tinja TSE terinfeksi hewan dapat diserap ke dalam tanah

[43,44], bisa menggabungkan dengan mineral dalam tanah, dan dapat menjadi

stabil [45]. Meskipun BSE tampaknya tidak ditularkan horizontal dalam spesies,

temuan tersebut menunjukkan bahwa tindakan pencegahan lebih dan pendekatan

harus dilakukan dalam penyelidikan epidemiologi, termasuk mempelajari

kemungkinan penularan melalui terkontaminasi lingkungan [46]. Sapi yang

terinfeksi BSE menunjukkan kemungkinan terjadi mutasi secara sendiri dari

prion BSE, karena gen prion yang menyebabkan vCJD pada manusia, memiliki

beberapa mutasi, adalah ditemukan pada otak sapi yang terkena dampak. Ini

berarti bahwa berbagai sistem pemantauan di DNA dan / atau tingkat protein

diperlukan selain hewan yang ketat pakan kebijakan. Mengingat penularan BSE

pada manusia, serta kontrol SRM merupakan langkah yang paling penting untuk.

Berdasarkan temuan baru yakni hubungan antara SRM dan terjadinya penyakit,

Uni Eropa mengembangkan beberapa pedoman pada bulan April 2008 untuk

anggota negaranya untuk mengikuti tentang SRM. Menurut di pedoman,

amandel, seluruh usus, dan mesenterium mudah untuk rentan terhadap prion di

semua usia; otak, mata, tulang belakang, dan tengkorak sapi yang lebih tua dari

12 bulan dianggap SRM. Beberapa sapi yang lebih tua memiliki bentuk atipikal

BSE (BASE), yang berbeda dari BSE khas sehubungan dengan sifat molekul dan

biokimia; tampaknya menjadi BSE sporadis, meskipun etiologi yang lebih tepat

penelitian perlu dilakukan untuk konfirmasi..

2.3. varian CJD

Gejala klinis mirip dengan CJD yang pernah dilaporkan pada tahun 1920

akibat pasien mengkonsumsi daging sapi yang terkontaminasi (terpengaruh

dengan BSE); yang Penyakit itu disebut vCJD, yang pertama kali dijelaskan pada

Page 12: Tugas Persentasi jurnal

1996 Ada empat jenis CJDs: dua nontransmittable CJDs, termasuk CJD sporadis

(sCJD) dan keluarga atau CJD genetik (menyiratkan penyebab genetik), dan dua

CJDs menular, termasuk CJD iatrogenik dan vCJD (Tabel 2). Penyakit endemik

mirip dengan CJD ditemukan di suku kanibal (seperti Fore, Gimi, dan Yate di

Papua Nugini) yang digunakan untuk makan mayat keluarga mereka sebagai dari

bagian dari ritual mereka. ini endemik penyakit, disebut kuru (berarti "menggigil"

di Uruna atau Guzigli, antara suku-suku lainnya), pertama kali dilaporkan pada

tahun 1957. Pada saat itu, penyebabnya tidak dapat diidentifikasi, sehingga orang

diasumsikan bahwa penyakit itu disebabkan virus yang tidak diketahui. Namun,

sejak kanibalisme dilarang, yang kejadian kuru menurun tajam. Sementara itu,

banyak penelitian telah berusaha untuk mengidentifikasi hubungan antara

genotipe tertentu dan terjadinya penyakit; korelasi antara vCJD dan metionin

homozigot (tipe MM) pada kodon 129 dalam prion manusia menunjukkan bahwa

tipe MM sangat terkait dan rentan terhadap infeksi prion [51], dan jelas

didokumentasikan sebagai faktor risiko genetik yang signifikan [52]. A studi

tentang kuru antara suku-suku kanibal menunjukkan bahwa Masa inkubasi

penyakit prion berbeda antara individu-individu berdasarkan genotipe [53]. Jenis

MM pada kodon

Table 2. Various types of CreutzfeldteJakob disease [50]

Page 13: Tugas Persentasi jurnal

129 dari prion yang paling umum pada orang Korea dan memiliki masa inkubasi

terpendek, dengan kematian berikut tak lama setelah perkembangan penyakit;

methionineevaline yang heterozigot (MV jenis) tampaknya paling tahan terhadap

penyakit, dan kasus dengan 40 tahun inkubasi memiliki juga telah dilaporkan.

Saat ini, semua pasien vCJD di Eropa (termasuk pasien yang terkena melalui

transfusi [54]) memiliki tipe MM kecuali untuk satu kasus [55]. Oleh karena itu,

Aguzzi di University Hospital of Zurich di Swiss memperingatkan bahwa pasien

harus diamati untuk setidaknya 40 tahun karena jumlah pasien dengan Jenis MV

dapat meningkat di masa depan. Spongiform The Komite Penasehat

Encephalopathy ditunjuk oleh menteri dari Inggris mengasumsikan bahwa

mungkin ada 4000-10000 orang yang terinfeksi tanpa gejala pada UK; Namun,

valin homozygote- (VV Jenis) atau MVtype pasien mungkin meninggal karena

penyebab yang berbeda karena Masa inkubasi lama setelah mereka telah terkena

prion patogen.

Page 14: Tugas Persentasi jurnal

Sejak vCJD pertama kali dilaporkan pada tahun 1996, total 224 pasien

dengan penyakit ini dari 12 negara telah diidentifikasi di seluruh dunia, seperti

yang ditunjukkan pada Tabel 3; utama Gejalanya meliputi emosi yang tidak

stabil; indra abnormal; kelumpuhan pada linguistik, visual, dan lainnya indra;

juga sebagai ketidakmampuan untuk bergerak dan cacat kognitif sebelum

kematian [56,57]. Sementara sCJD adalah umum pada orang tua, vCJD dapat

terjadi pada orang muda setelah inkubasi pendek periode [58]. Ada banyak

epidemiologi dan laboratorium bukti korelasi kuat antara varian CJD dan BSE;

vCJD berbeda dari cjds lain klinis dan histopatologi, dan awal diperpanjang

eksposur dari populasi untuk berpotensi BSEcontaminated makanan (1984e1986)

secara geografis dan kronologis konsisten dengan onset awal kasus vCJD

(1994e1996), mengingat inkubasi periode [1,59]. Fakta bahwa sCJD terjadi pada

orang tua pada rasio 01:59 dari 1 juta orang dan vCJD sering terjadi pada orang

berusia 20-an dan 30-an telah menyebabkan masyarakat untuk percaya bahwa

kebiasaan makan dari generasi muda (yang cenderung makan lebih banyak

makanan cepat saji seperti sebagai hamburger) dapat menjadi penyebab penyakit.

Namun, temuan terbaru menunjukkan bahwa tubuh yang berkaitan dengan usia

kondisi faktor-faktor penyebab penyakit [60]. Uni Eropa telah menetapkan

penanggulangan terhadap transmisi vCJD melalui transfusi darah. saat Penelitian

berfokus pada kemungkinan penularan melalui perawatan gigi [61,62].

Table 3. Incidence of vCJD until August 2012

Page 15: Tugas Persentasi jurnal

3 Metode Diagnostik

Saat ini, diagnosis yang dapat dipercaya penyakit prion adalah hanya

melalui otopsi karena tidak ada metode yang disetujui untuk mendeteksi tingkat

prion, yang terlalu rendah untuk dideteksi dengan uji apapun, di perifer sistem

saraf hewan hidup atau manusia. Dengan demikian, jaringan dari sistem saraf

pusat, termasuk otak dan sumsum tulang belakang, yang diperoleh pada otopsi

yang digunakan untuk prion tes diagnostik menggunakan teknik berbasis

imunologi seperti enzim-linked immunosorbent assay (ELISA),

imunohistokimia, dan immunoblotting; tes histopatologi kemudian dilakukan

untuk konfirmasi. Namun, konfirmasi akhir diperoleh dengan melakukan uji

hayati untuk menilai infektivitas yang patogen; ini adalah tes yang paling sensitif

dan menggunakan mouse transgenik dengan gen prion manusia untuk mendeteksi

patogen PrPd dengan mengamati infeksi. Selain itu, Sekuensing DNA untuk

penentuan variasi genetik juga dipertimbangkan. Prosedur diagnosis standar

untuk BSE disarankan oleh OIE termasuk ELISA, Western blotting, dan metode

imunohistokimia untuk menguji jaringan otak (Tabel 4). Namun, tes imunologi

sederhana untuk mendeteksi BSE tidak dapat membedakan PrPSc

dari PrPC. Oleh

karena itu, spesimen sasaran harus diproses oleh proteinase K (PK) lebih dulu,

dan kemudian prion PK-tahan tersisa seperti PrPSc terdeteksi. Untuk pengujian

cepat, 15 cepat diagnosis kit yang tersedia; tes yang paling sering digunakan di

seluruh dunia ditunjukkan dalam Tabel 5. Namun, tes resmi yang menggunakan

antigeneantibody Reaksi yang baik untuk spesimen yang sangat terkonsentrasi,

seperti otak dan sumsum tulang belakang, karena jumlahnya terdeteksi oleh

prosedur ELISA berbasis sangat rendah sehingga mereka tidak dapat diterapkan

pada spesimen darah yang sebenarnya, di mana penyakit ini dapat menular. Oleh

karena itu, berbagai upaya ilmiah telah dilakukan untuk mengatasi hal ini

kekurangan, seperti protein misfolding amplifikasi siklik, yang menggunakan

replikasi konformasi protein [65], dan real-time rantai immuno-polymerase

reaction (PCR),

Table 4. Prion detection methods for the diagnosis of BSE [63,64]

Page 16: Tugas Persentasi jurnal

Table 5. Approved and most frequently used rapid tests for the detection of BSE

[19,63,64]

yang memanfaatkan kombinasi antibodi fitur dan sensitivitas PCR. Baru-baru ini,

realtime konversi gemetar diinduksi telah dikembangkan untuk uji di mana

penyakit terkait protein prion memulai transisi konformasi cepat rekombinan

protein prion, sehingga pembentukan amyloid yang dapat dipantau secara real

time [66]. Namun demikian, meskipun metode ini diagnostik baru memiliki lebih

dari 100 kali sensitivitas ELISA konvensional Metode, mereka masih memiliki

latar belakang yang tidak stabil atau memberikan positif palsu, sehingga sulit

untuk menggunakannya sebagai tes resmi. Namun, metode diagnostik untuk

menentukan patogen PrPd berdasarkan resistensi PK terbatas, karena PKsensitive

prion dengan karakteristik patogen memiliki ditemukan [67]. Tes konvensional

untuk BSE atau vCJD tidak dapat mendeteksi prion PK-sensitif. Selain itu,

beberapa kasus didiagnosis sebagai demensia sebenarnya bisa menjadi kasus

Page 17: Tugas Persentasi jurnal

vCJD [68]. Oleh karena itu, ada kebutuhan mendesak untuk mengembangkan tes

diagnostik baru yang lebih cepat dan lebih akurat dalam mendeteksi jenis baru

prion [69].

3.1. Persepsi risiko, komunikasi, dan manajemen penyakit prion

Terjadinya BSE atau vCJD di negara manapun merupakan wabah

sederhana penyakit yang tak tersembuhkan; itu mempengaruhi ekonomi,

masyarakat, dan pasar daging karena perubahan kebijakan untuk ekspor dan

impor. dalam situasi ini, para ilmuwan harus memberikan informasi yang akurat

informasi kepada publik [70]. Namun, meskipun pedoman yang disarankan oleh

OIE, fakta bahwa Kanada, Amerika Serikat, dan Uni Eropa, yang memiliki

wabah BSE, memiliki penanggulangan dan kebijakan yang berbeda menunjukkan

ilmu yang bukan satu-satunya hal yang perlu dipertimbangkan dalam pengelolaan

risiko BSE. Kepercayaan konsumen dalam pemerintahan dan industri dapat

mempengaruhi tingkat bagaimana ilmu pengetahuan harus tercermin dalam

kebijakan. Dengan demikian, ketika kebijakan didirikan kembali, maka temuan

ilmiah harus jelas dikomunikasikan antara bunga kelompok melalui diskusi

terbuka dan opini publik di muka. Dalam proses ini, persepsi risiko pemerintah

dan industri makanan harus ditangani dan dianggap sama seperti persepsi risiko

keseluruhan publik. Oleh karena itu, para pembuat kebijakan harus

mempertimbangkan risiko komunikasi untuk datang dengan strategi dan rencana.

Dua dari kesimpulan dan rekomendasi bisa dihubungankan dengan

roadmap TSE dari lokakarya untuk Negara-negara Uni Eropa pada persepsi risiko

dan komunikasi antara kelompok kepentingan yang dijelaskan di bawah ini [29].

pertama, Kontrol SRM dan pakan larangan harus dipertimbangkan, oleh semua

negara, kebijakan yang paling penting untuk risiko BSE peraturan; setiap

relaksasi kebijakan ini harus dibuat dengan sangat hati-hati, berdasarkan padat

ilmiah pengetahuan dan disertai dengan komunikasi yang efektif strategi

terhadap pemangku kepentingan serta masyarakat umum. Kedua, sistem

pengawasan juga penting, meskipun sebagian negara menganggap pengujian

rejimen hanya sebagai alat untuk pemantauan epidemiologi penyakit. Dalam hal

Page 18: Tugas Persentasi jurnal

itu, surveilans aktif sistem harus dipertahankan untuk beberapa waktu, meskipun

desain peraturan saat ini dapat dimodifikasi untuk lebih fleksibel ketika semua

pemangku kepentingan di konsensus. Uni Eropa memiliki organisasi terpisah

untuk evaluasi dan manajemen yang membantu dalam mengendalikan BSE dan

vCJD dan pemahaman masyarakat, sehingga menempatkan adil dan akurat

sistem kontrol di tempat. Penilaian risiko dilakukan oleh EFSA, sementara

manajemen risiko dilakukan oleh Direktorat Jenderal Kesehatan dan Konsumen

Urusan. Dua organisasi yang berbeda dapat mencapai keseimbangan dalam isu

politik yang sensitif dan mencegah satu sama lain dari mendistorsi kebenaran

ilmiah, yang situasi yang sangat diinginkan dalam mengendalikan zoonosis

penyakit seperti BSE. Saluran komunikasi untuk pencegahan epidemi penting.

Sebagian besar kesalahpahaman tentang BSE disebabkan oleh tidak adanya atau

kesalahpahaman tentang komunikasi risiko dan manajemen risiko [71] dalam

masyarakat. Hal ini sangat riskan untuk menyebutkan penyakit ini tanpa

mempertimbangkan perbedaan antara laboratorium temuan dan aplikasi lapangan

di karantina, khususnya saat membuat kebijakan yang relevan dengan kehidupan

sehari-hari [72]. Uni Eropa mempertahankan estimasi usia sapi melalui sistem

pelacakan sejarah disebut traceability, di mana tag telinga elektronik sapi harus

sesuai sejarahnya dokumen sebelum dapat disembelih. Karena seperti

manajemen yang ketat, wabah BSE menurun di Uni Eropa. Namun, masih ada

beberapa pendapat nonscientific berdasarkan pemahaman yang menyimpang;

beberapa orang percaya bahwa tidak masalah untuk mengasumsikan usia sapi

oleh memeriksa giginya saat mengimpor SRM dan bahwa ini penyakit itu sendiri

akan hilang segera. Amerika Serikat melarang impor sperma manusia untuk

fertilisasi in vitro dari Eropa Utara karena vCJD risiko. Meskipun infeksi vCJD

melalui sperma tidak dilaporkan Namun, Amerika Serikat mengambil tindakan

ini kuat untuk melindungi rakyat dari Eropa di mana penyakit prion yang lebih

umum. Di antara para ilmuwan, kemungkinan terjadinya vCJD di Amerika

Serikat telah dibahas terus menerus [73]. Manajemen risiko yang ketat seperti

menyiratkan bagaimana pemerintah kebijakan harus mencerminkan pendapat

publik dan ilmiah kebenaran melalui komunikasi hati-hati, mengingat ada

kemungkinan kontroversi berarti lebih penularan penyakit melalui impor daging

Page 19: Tugas Persentasi jurnal

sapi. Selain itu, pertanian dan membantai sistem negara pengimpor yang

tertinggal orang-orang dari Negara-negara seperti Uni Eropa dan Amerika Serikat

mengekspor, sehingga masuk akal untuk menuntut manajemen yang ketat dan

karantina untuk negara-negara pengekspor. Dari perspektif obat-obatan

pencegahan, pendapat tersebut sangat berisiko dan bertanggung jawab. Petani

miskin dan kondisi pemotongan di negara-negara pengimpor berarti kondisi yang

lebih menguntungkan untuk penyakit ini menyebar bahkan ketika ada hanya kecil

ancaman bagi bangsa. Menurut Uni Eropa geografis Analisis BSE risiko untuk

kontrol risiko BSE, lebih kebijakan dan tindakan yang ketat harus dilakukan

untuk mencegah BSE menyebar ke negara-negara dengan kondisi miskin [74].

4. Kesimpulsan

Semua penyakit zoonosis yang muncul merupakan penyakit yang tidak

sederhana karena melibatkan isu-isu sosial budaya. BSE dan vCJD adalah

epidemi yang muncul khas bersama dengan AIDS; penyakit ini masih progresif

dan sedang dipelajari. Namun, informasi baru mengenai patogenesis penyakit ini

ditemukan setiap tahun; itu berharap, berdasarkan pengalaman di Uni Eropa,

yang BSE dan vCJD dapat dikontrol, dan insiden menjadi menurunkan secara

bertahap. Namun demikian, untuk pengurangan risiko, prinsip pencegahan yang

ketat harus diterapkan sejak pencegahan adalah cara yang paling efektif untuk

mengontrol ini penyakit yang muncul yang belum alami sebelumnya. Meskipun

peraturan OIE diharapkan menjadi santai pada waktunya untuk mengikuti era

perdagangan bebas, mengelola SRM adalah aspek yang paling penting dalam

mengendalikan ini penyakit. Dalam satu kasus, butuh waktu 5 tahun untuk

mengubah usia peraturan Uni Eropa pada SRM (sampai 6 bulan). The peraturan

yang berbeda dari OIE dan Uni Eropa mengenai Standar SRM menyebabkan

kebingungan di kalangan orang-orang. SRM standar yang ditetapkan oleh OIE

adalah "kondisi atau pedoman perdagangan "yang dapat mencegah penyakit dari

penyebaran dari satu negara ke negara lain. Berdasarkan kriteria tersebut, Negara-

negara yang seharusnya untuk membangun perdagangan mereka sendiri peraturan

di mana struktur industri mereka, kondisi untuk mengendalikan penyakit, dan

kebiasaan diet harus dipertimbangkan. Dengan kata lain, peraturan OIE adalah

Page 20: Tugas Persentasi jurnal

kondisi yang diperlukan bagi semua negara untuk ikut mencegah penyebaran

penyakit. Namun, standar SRM ditetapkan oleh Uni Eropa adalah "kondisi ilmiah

yang cukup" bahwa negara-negara yang berpartisipasi dengan berbagai budaya

dan latar belakang industri dapat memanfaatkan [75]. Di Korea, sangat penting

untuk menerapkan ketertelusuran suatu sistem atau total inspeksi aktif untuk

mencegah penyakit prion sesegera mungkin. Bahkan, kemungkinan BSE dan

vCJD alami di Korea sangat rendah. The Alasan utama untuk ini adalah bahwa

tidak ada cukup prasyarat untuk penyakit tersebut terjadi. Korea memiliki

historis memiliki beberapa peternakan domba. Seorang warga Inggris lembaga

melaporkan bahwa salah satu penyebab utama dari BSE wabah di Inggris sedang

memberi makan sapi dengan usus domba [25]. Domba Namun, Korea belum

dikembangkan pertanian, sehingga prasyarat dari BSE dan vCJD pandemi tidak

ada di sana. Alasan kedua adalah bahwa Korea mengkonsumsi usus sapi.

Sehingga terjadi epidemi yang menyebar, setidaknya beberapa terinfeksi entitas;

setelah titik kritis (threshold), menjadi epidemi [76,77]. Penyakit prion memiliki

hambatan spesies; dalam satu spesies, penyakit menyebar lebih mudah dan cepat.

Namun, langkah untuk perbanyakan prion dalam suatu spesies diblokir sejak

Korea mengkonsumsi sapi usus sendiri daripada memberi mereka makan untuk

sapi. dalam hal itu, hampir tidak mungkin untuk BSE atau vCJD ke terjadi secara

alami di Korea. Jika wabah BSE dilaporkan dalam Korea, penyebabnya

kemungkinan akan dari luar negara.

Penghargaan

Ucapan Terima Kasih Kami berterima kasih kepada Bo-Ran Choi dan

Choi Sangho untuk bantuan mereka dalam mempersiapkan naskah. Kami

memiliki dikutip lebih baru dan mudah dipahami referensi dalam tinjauan ini

karena jumlah besar tersedia sastra. Kami juga telah menyebutkan pendapat

pribadi berkomunikasi dengan para ilmuwan lain dan tinjauan sebelumnya

artikel. Karya ini didukung oleh Korea Centers for Pengendalian dan Pencegahan

Penyakit (nomor Proyek 2011E5300600), Departemen Kesehatan dan

Kesejahteraan, Republik Korea.

Page 21: Tugas Persentasi jurnal

Daftar Pustaka

Prusiner SB. Prion biology and diseases. 2nd ed. Cold Spring Harbor, NY: Cold

Spring Harbor Laboratory Press; 2004.

Jones KE, Patel NG, Levy MA, et al. Global trends in emerging infectious

diseases. Nature 2008 Feb;451(7181):990e3.

Stark KD, Regula G, Hernandez J, et al. Concepts for risk-based surveillance in

the field of veterinary medicine and veterinary public health: review of

current approaches. BMC Health Serv Res 2006;6:20.

Prusiner SB. Molecular biology of prion diseases. Science 1991

Jun;252(5012):1515e22.

Legname G, Baskakov IV, Nguyen HO, et al. Synthetic mammalian prions.

Science 2004 Jul;305(5684):673e6.

de Pedro-Cuesta J, Glatzel M, Almazan J, et al. Human transmissible spongiform

encephalopathies in eleven countries: diagnostic pattern across time,

1993e2002. BMC Public Health 2006; 6:278.

Prusiner SB, DeArmond SJ. Prion diseases and neurodegeneration. Annu Rev

Neurosci 1994;17:311e39.

Steele AD, Lindquist S, Aguzzi A. The prion protein knockout mouse: a

phenotype under challenge. Prion 2007 Apr;1(2): 83e93

Pezza JA, Serio TR. Prion propagation: the role of protein dynamics. Prion 2007

Jan;1(1):36e43.

Kovacs GG, Budka H. Molecular pathology of human prion diseases. Int J Mol

Sci 2009 Mar;10(3):976e99.

Abid K, Soto C. The intriguing prion disorders. Cell Mol Life Sci 2006

Oct;63(19e20):2342e51.

Prusiner SB. Prions. Sci Am 1984 Oct;251(4):50e9.

Prusiner SB. Novel proteinaceous infectious particles cause scrapie. Science 1982

Apr;216(4542):136e44.

Moore RA, Taubner LM, Priola SA. Prion protein misfolding and disease. Curr

Opin Struct Biol 2009 Feb;19(1):14e22.

Liemann S, Glockshuber R. Transmissible spongiform encephalopathies.

Biochem Biophys Res Commun 1998 Sep;250(2): 187e93.

Page 22: Tugas Persentasi jurnal

Bremer J, Heikenwalder M, Haybaeck J, et al. Repetitive immunization enhances

the susceptibility of mice to peripherally administered prions. PLoS One

2009;4(9):e7160.

Lloyd SE, Maytham EG, Pota H, et al. HECTD2 is associated with susceptibility

to mouse and human prion disease. PLoS Genet 2009

Feb;5(2):e1000383.

Ryou C. Prions and prion diseases: fundamentals and mechanistic details. J

Microbiol Biotechnol 2007 Jul;17(7):1059e70.

Novakofski J, Brewer MS, Mateus-Pinilla N, Killefer J, McCusker RH. Prion

biology relevant to bovine spongiform encephalopathy. J Anim Sci 2005

Jun;83(6):1455e76.

Prusiner SB. Detecting mad cow disease. Sci Am 2004 Jul;291(1): 86e93.

Bruederle CE, Hnasko RM, Kraemer T, et al. Prion infected meatand- bone meal

is still infectious after biodiesel production. PloS One 2008;3(8):e2969.

Sutton JM, Dickinson J, Walker JT, Raven ND. Methods to minimize the risks of

CreutzfeldteJakob disease transmission by surgical procedures: where to

set the standard? Clin Infect Dis 2006 Sep;43(6):757e64.

Gale P. BSE risk assessments in the UK: a risk tradeoff? J Appl Microbiol 2006

Mar;100(3):417e27.

Wells GA, Konold T, Arnold ME, et al. Bovine spongiform encephalopathy: the

effect of oral exposure dose on attack rate and incubation period in cattle.

J Gen Virol 2007 Apr;88(Pt 4): 1363e73.

Phillips NL, Bridgeman J, Ferguson-Smith MA. The BSE inquiry: return to an

order of the Honourable House of Commons dated October 2000 for the

report, evidence and supporting papers of the inquiry into the emergence

and identification of bovine spongiform encephalopathy (BSE) and

variant CreutzfeldteJakobdisease (vCJD) and the action taken in response

to it up to 20 March 1996. 2000.

Lasmezas CI, Comoy E, Hawkins S, et al. Risk of oral infection with bovine

spongiform encephalopathy agent in primates. Lancet 2005

FebeMar;365(9461):781e3.

Aguzzi A. Unraveling prion strains with cell biology and organic chemistry. Proc

Natl Acad Sci U S A 2008 Jan;105(1):11e2.

Beringue V, Vilotte JL, Laude H. Prion agent diversity and species barrier. Vet

Res 2008 JuleAug;39(4):47.

Page 23: Tugas Persentasi jurnal

Kerstin Dressel AP, Giuseppe Ru, Wim Van Wassenhove. TSE roadmapda

comparative study of the risk perceptions and risk communications of

stakeholders within European countries. The NeuroPrion Project Nov 23,

2009, Brussels, EC.

van Keulen LJ, Bossers A, van Zijderveld F. TSE pathogenesis in cattle and

sheep. Vet Res 2008 JuleAug;39(4):24.

TAFS. TAFS Position Paper on Specified Risk Materials. 2009. Swiss.

Foster JD, Parnham D, Chong A, Goldmann W, Hunter N. Clinical signs,

histopathology and genetics of experimental transmission of BSE and

natural scrapie to sheep and goats. Vet Rec 2001 Feb; 148(6):165e71.

Wilesmith JW, Ryan JB, Atkinson MJ. Bovine spongiform encephalopathy:

epidemiological studies on the origin. Vet Rec 1991

Mar;128(9):199e203.

Vaccari G, Panagiotidis CH, Acin C, et al. State-of-the-art review of goat TSE in

the European Union, with special emphasis on PRNP genetics and

epidemiology. Vet Res 2009 SepeOct; 40(5):48.

Prusiner SB. Prions. Proc Natl Acad Sci U S A 1998 Nov;95(23): 13363e83.

Miller MW, Williams ES. Prion disease: horizontal prion transmission in mule

deer. Nature 2003 Sep;425(6953):35e6.

Denkers ND, Seelig DM, Telling GC, Hoover EA. Aerosol and nasal

transmission of chronic wasting disease in cervidized mice. J Gen Virol

2010 Jun;91(Pt 6):1651e8.

Public health issues related to animal and human spongiform encephalopathies:

memorandum from a WHO meeting. Bull World Health Organ

1992;70(2):183e90.

Hope J, Reekie LJ, Hunter N, et al. Fibrils from brains of cows with new cattle

disease contain scrapie-associated protein. Nature 1988

Nov;336(6197):390e2.

Horiuchi M, Nakamitsu S. [Prion diseases in animalsebovine spongiform

encephalopathy]. Nippon Rinsho 2007 Aug;65(8):1513e20.

Wilesmith JW. Preliminary epidemiological analyses of the first 16 cases of BSE

born after July 31, 1996, in Great Britain. Vet Rec 2002

Oct;151(15):451e2.

Sapkota AR, Lefferts LY, McKenzie S, Walker P. What do we feed to food-

production animals? A review of animal feed ingredients and their

Page 24: Tugas Persentasi jurnal

potential impacts on human health. Environ Health Perspect 2007

May;115(5):663e70.

Safar JG, Lessard P, Tamguney G, et al. Transmission and detection of prions in

feces. J Infect Dis 2008 Jul;198(1):81e9.

Kruger D, Thomzig A, Lenz G, Kampf K, McBride P, Beekes M. Faecal

shedding, alimentary clearance and intestinal spread of prions in

hamsters fed with scrapie. Vet Res 2009 JaneFeb; 40(1):4.

Davies P, Brown DR. Manganese enhances prion protein survival in model soils

and increases prion infectivity to cells. PLoS One 2009;4(10):e7518.

Saunders SE, Bartelt-Hunt SL, Bartz JC. Prions in the environment: occurrence,

fate and mitigation. Prion 2008 Oct;2(4):162e9.

Lombardi G, Casalone C, D’Angelo A, et al. Intraspecies transmission of BASE

induces clinical dullness and amyotrophic changes. PLoS Pathog 2008

May;4(5):e1000075.

Capobianco R, Casalone C, Suardi S, et al. Conversion of the BASE prion strain

into the BSE strain: the origin of BSE? PloS Pathog 2007 Mar;3(3):e31.

Comoy EE, Casalone C, Lescoutra-Etchegaray N, et al. Atypical BSE (BASE)

transmitted from asymptomatic aging cattle to a primate. PLoS One

2008;3(8):e3017.

Ho¨rnlimann B, Riesner D, Kretzschmar HA. Prions in humans and animals.

Berlin, New York: Walter de Gruyter; 2007.

Zeidler M, Stewart G, Cousens SN, Estibeiro K, Will RG. Codon 129 genotype

and new variant CJD. Lancet 1997 Aug 30; 350(9078):668.

Bishop MT, Pennington C, Heath CA, Will RG, Knight RS. PRNP variation in

UK sporadic and variant CreutzfeldteJakob disease highlights genetic

risk factors and a novel non-synonymous polymorphism. BMC Med

Genet 2009;10:146.

Collinge J, Whitfield J, McKintosh E, et al. A clinical study of kuru patients with

long incubation periods at the end of the epidemic in Papua New Guinea.

Philos Trans R Soc Lond B Biol Sci 2008 Nov;363(1510):3725e39.

Ponte ML. Insights into the management of emerging infections: regulating

variant CreutzfeldteJakob disease transfusion risk in the UK and the US.

PLoS Med 2006 Oct;3(10):e342.

Page 25: Tugas Persentasi jurnal

Bishop MT, Hart P, Aitchison L, et al. Predicting susceptibility and incubation

time of human-to-human transmission of vCJD. Lancet Neurol 2006

May;5(5):393e8.

Zeidler M, Johnstone EC, Bamber RW, et al. New variant CreutzfeldteJakob

disease: psychiatric features. Lancet 1997 Sep; 350(9082):908e10.

Zeidler M, Stewart GE, Barraclough CR, et al. New variant CreutzfeldteJakob

disease: neurological features and diagnostic tests. Lancet 1997

Sep;350(9082):903e7.

Will RG, Ironside JW, Zeidler M, et al. A new variant of CreutzfeldteJakob

disease in the UK. Lancet 1996 Apr;347(9006): 921e5.

Smith PG. The epidemics of bovine spongiform encephalopathy and variant

CreutzfeldteJakob disease: current status and future prospects. Bull

World Health Organ 2003;81(2):123e30.

Lefrere JJ, Hewitt P. From mad cows to sensible blood transfusion: the risk of

prion transmission by labile blood components in the United Kingdom

and in France. Transfusion 2009 Apr; 49(4):797e812.

Bourvis N, Boelle PY, Cesbron JY, Valleron AJ. Risk assessment of transmission

of sporadic CreutzfeldteJakob disease in endodontic practice in absence

of adequate prion inactivation.

PLoS One 2007;2(12):e1330.

Bonetti D, Young L, Black I, Cassie H, Ramsay CR, Clarkson J. Can’t do it,

won’t do it! Developing a theoretically framed intervention to encourage

better decontamination practice in Scottish dental practices. Implement

Sci 2009;4:31.

Gavier-Widen D, Stack MJ, Baron T, Balachandran A, Simmons M. Diagnosis of

transmissible spongiform encephalopathies in animals: a review. J Vet

Diagn Invest 2005 Nov;17(6):509e27.

Soto C. Diagnosing prion diseases: needs, challenges and hopes. Nat Rev

Microbiol 2004 Oct;2(10):809e19.

Soto C, Saborio GP, Anderes L. Cyclic amplification of protein misfolding:

application to prion-related disorders and beyond. Trends Neurosci 2002

Aug;25(8):390e4.

Wilham JM, Orru´ CD, Bessen RA, et al. Rapid end-point quantitationof prion

seeding activity with sensitive comparable to bioassay. PLoS Pathog

2010;6(12):e1001217.

Page 26: Tugas Persentasi jurnal

Gambetti P, Dong Z, Yuan J, et al. A novel human disease with abnormal prion

protein sensitive to protease. Ann Neurol 2008 Jun;63(6):697e708.

Zou WQ, Gambetti P. Prion: the chameleon protein. Cell Mol Life Sci 2007

Dec;64(24):3266e70.

Falsig J, Julius C, Margalith I, Schwarz P, Heppner FL, Aguzzi A. A versatile

prion replication assay in organotypic brain slices. Nat Neurosci 2008

Jan;11(1):109e17.

Wilson K, Code C, Dornan C, Ahmad N, Hebert P, Graham I. The reporting of

theoretical health risks by the media: Canadian newspaper reporting of

potential blood transmission of CreutzfeldteJakob disease. BMC Public

Health 2004 Jan;4:1.

Chou WY, Hunt YM, Beckjord EB, Moser RP, Hesse BW. Social media use in

the United States: implications for health communication. J Med Internet

Res 2009;11(4):e48.

Hanney SR, Gonzalez-Block MA, Buxton MJ, Kogan M. The utilisation of health

research in policy-making: concepts, examples and methods of

assessment. Health Res Policy Syst 2003 Jan;1(1):2.

Holman RC, Belay ED, Christensen KY, et al. Human prion diseases in the

United States. PLoS One 2010;5(1):e8521.

Giovannini A, Savini L, Conte A, Fiore GL. Comparison of BSE prevalence

estimates from EU countries for the period July to December 2001 to the

OIE and EU GBR classifications. J Vet Med

B Infect Dis Vet Public Health 2005 Aug;52(6):262e71.

Goossens B. Personal communication with Dr. Goossens, a Senior Scientific

Officer of European Food Safety Authority. Prion 2009 Conference, Sep

23, 2009.

Marsh DR, Gilroy KE, Van de Weerdt R, Wansi E, Qazi S. Community case

management of pneumonia: at a tipping point? Bull World Health Organ

2008 May;86(5):381e9.

Khumalo-Sakutukwa G, Morin SF, Fritz K, et al. Project Accept (HPTN 043): a

community-based intervention to reduce HIV incidence in populations at

risk for HIV in sub-Saharan Africa and Thailand. J Acquir Immune Defic

Syndr 2008 Dec;49(4):422e31.