Tugas Perkebunan Tebu

31
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tebu merupakan jenis tanaman perdu, yang termasuk dalam golongan rumput-rumputan dengan nama lain Saccharum officinarum. Tanah yang paling cocok untuk jenis tanaman perdu adalah daerah dataran yang tingginya kurang dari 500 meter di atas permukaan laut. Serta, mempunyai curah hujan tidak kurang dari 2000 mm per tahunnya. Lebih baik lagi kalau dipadu dengan keadaan iklim yang bergantian antara kemarau dan penghujan. Jadi tanah yang cocok untuk budidaya tanam tebu adalah tanah yang memiliki sifat kering-kering basah. Tanaman tebu merupakan tanaman yang sangat peka terhadap perubahan unsur-unsur iklim. Oleh karena itu, waktu tanam dan panen harus diperhatikan agar tebu dapat membentuk gula secara optimal. Tanaman tebu banyak membutuhkan air selama masa pertumbuhan vegetatifnya dan membutuhkan sedikit air pada masa pertumbuhan generatifnya (Mubyarto dan Damayanti, 1991). Terdapat dua cara penanaman tebu, yaitu di lahan sawah dengan sistem reynoso (cara pengolahan tanah sawah untuk tanaman tebu) dan di lahan tegalan dengan sistem tebu lahan kering.Tebu lahan sawah memiliki beberapa kategori, tergantung dari pola penanaman. Tebu tanam atau tebu Tebu Rakyat Sawah I (TRIS I) adalah

description

perkeebunan Tebu di Indonesia,cara budidaya, manajemen usaha tani, pengelolaan pasca panen, ekspor dan impor komoditas olahan tebu di Indonesia

Transcript of Tugas Perkebunan Tebu

Page 1: Tugas Perkebunan Tebu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tebu merupakan jenis tanaman perdu, yang termasuk dalam golongan

rumput-rumputan dengan nama lain Saccharum officinarum. Tanah yang paling

cocok untuk jenis tanaman perdu adalah daerah dataran yang tingginya kurang

dari 500 meter di atas permukaan laut. Serta, mempunyai curah hujan tidak

kurang dari 2000 mm per tahunnya. Lebih baik lagi kalau dipadu dengan keadaan

iklim yang bergantian antara kemarau dan penghujan. Jadi tanah yang cocok

untuk budidaya tanam tebu adalah tanah yang memiliki sifat kering-kering basah.

Tanaman tebu merupakan tanaman yang sangat peka terhadap perubahan unsur-

unsur iklim. Oleh karena itu, waktu tanam dan panen harus diperhatikan agar tebu

dapat membentuk gula secara optimal. Tanaman tebu banyak membutuhkan air

selama masa pertumbuhan vegetatifnya dan membutuhkan sedikit air pada masa

pertumbuhan generatifnya (Mubyarto dan Damayanti, 1991). Terdapat dua cara

penanaman tebu, yaitu di lahan sawah dengan sistem reynoso (cara pengolahan

tanah sawah untuk tanaman tebu) dan di lahan tegalan dengan sistem tebu lahan

kering.Tebu lahan sawah memiliki beberapa kategori, tergantung dari pola

penanaman. Tebu tanam atau tebu Tebu Rakyat Sawah I (TRIS I) adalah pola

penanaman tebu dengan menggunakan bibit. Sedangkan tebu keras atau TRIS II

dan selanjutnya adalah penanaman tebu dari kepras atau tunas yang berasal dari

sisa panen. Perbedaan kategori tersebut berpengaruh terhadap produksi dan

produktivitas tebu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana asal muasal komoditas tebu?

2. Seberapa penting komoditas tebu di Indonesia?

3. Bagaimana siklus ekspor dan impor gula pasir yang tidak lain berbahan

baku tebu yang terjadi di Indonesia?

4. Bagaimana potensi komoditas tebu di Indonesia?

5. Permasalahan – permasalahan apa saja yang terjadi pada pertanaman tebu

di Indonesia?

Page 2: Tugas Perkebunan Tebu

6. Apa sajakah program pemerintah untuk melindungi komoditas tebu?

7. Bagaimana budidaya komoditas tebu di Indonesia?

8. Bagaimana proses pengolahan komoditas tebu hingga menjadi gula pasir?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui asal muasal komoditas tebu

2. Mengetahui seberapa pentingnya komoditas tebu

3. Mengetahui siklus ekspor dan impor gula pasir yang tidak lain berbahan

baku tebu yang terjadi di Indonesia

4. Mengetahui potensi komoditas tebu di Indonesia

5. Mengetahui permasalahan – permasalahan yang terjadi pada pertanaman

tebu di Indonesia

6. Mengetahui program – program pemerintah untuk melindungi komoditas

tebu

7. Mengetahui cara budidaya komoditas tebu di Indonesia

8. Mengetahui proses pengolahan komoditas tebu hingga menjadi gula pasir

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini memberikan pengetahuan mengenai komoditas tebu mulai

dari teknik budidaya hingga prospek pengembangannya di Indonesia

1.5 Metode Penulisan

Metode penulisan yang digunakan dalam pembuatan makalah ini ialah

studi pustaka. Dimana penulis mencari dan mengumpulkan berbagai sumber yang

sesuai dengan judul makala.

Page 3: Tugas Perkebunan Tebu

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Asal Muasal komoditas Tebu

naman tebu (Saccharum officinarum L) adalah satu anggota familia

rumput-rumputan (Graminae) yang merupakan tanaman asli tropika basah, namun

masih dapat tumbuh baik dan berkembang di daerah subtropika, pada berbagai

jenis tanah dari daratan rendah hingga ketinggian 1.400 m diatas permukaan laut

(dpl).

Asal mula tanaman tebu sampai saat ini belum didapatkan kepastiaanya,

dari mana asal muasal tanaman tebu. Namun sebagian besar para ahli yang

memang berkompeten dalam hal ini, berasumsi bahwa tanaman tebu ini berasal

dari Papua New Guinea. Pada 8000 SM, tanaman ini menyebar ke Kep. Solomon

dan Kaledonia Baru. Ekspansi tanaman ini ke arah timur Papua New Guinea

berlangsung pada 6000 SM, dimana tebu mulai menyebar ke Indonesia, Filipina

dan India.

Dari India, tebu kemudian dibawa ke China pada tahun 800 SM, dan mulai

dimanfaatkan sebagai pemanis oleh bangsa China pada tahun 475 SM. Pada tahun

510 Sebelum Masehi, ketika menguasai India, Raja Darius dari Persia

menemukan ”batang rerumputan yang menghasilkan madu tanpa lebah”. Seperti

halnya pada berbagai penemuan manusia lainnya, keberadaan tebu sangat

dirahasiakan dan dijaga ketat, sedangkan produk olahannya diekspor dan untuk

menghasilkan keuntungan yang sangat besar.

Rahasia tanaman tebu akhirnya terbongkar setelah terjadi ekspansi besar-

besaran oleh orang-orang Arab pada abad ketujuh sebelum sesudah masehi.

Ketika mereka menguasai Persia pada tahun 642, mereka menemukan keberadaan

tebu yang kemudian dipelajari dan mulai diolah menjadi gula kristal. Ketika

menguasai Mesir pada 710 M, tebu ditanam secara besar-besaran di tanah Mesir

yang subur. Pada masa inilah, ditemukan teknologi kristalisasi, klarifikasi, dan

pemurnian. Dari Mesir, gula menyebar ke Maroko dan menyeberangi Laut

Mediterania ke benua Eropa, tepatnya di Spanyol (755 M) dan Sisilia (950 M).

2.2 Syarat Tumbuh

Syarat tumbuh tanaman tebu

Page 4: Tugas Perkebunan Tebu

1. Iklim

1) Hujan yang merata diperlukan setelah tanaman berumur 8 bulan dan

kebutuhan ini berkurang sampai menjelang panen

2) Tanaman tumbuh baik pada daerah beriklim panas dan lembab.

3) Kelembaban yang baik untuk pertumbuhan tanaman ini > 70%Suhu

udara berkisar antara 28-34 derajat C.

2. Media Tanam

1) Tanah yang terbaik adalah tanah subur dan cukup air tetapi tidak

tergenang.

2) Jika ditanam di tanah sawah dengan irigasi pengairan mudah di atur

tetapi jika ditanam di ladang/tanah kering yang tadah hujan penanaman

harus dilakukan di musim hujan.

3. Ketinggian Tempat Ketinggian tempat yang baik untuk pertumbuhan tebu

adalah 5-500 m dpl. II.

2.3 Teknik Budidaya

2.3.1 Pembibitan

Bibit yang akan ditanam berupa bibit pucuk,bibit batang muda,  bibit

rayungan dan  bibit siwilan

1. Bibit pucuk Bibit diambil dari bagian pucuk tebu yang akan digiling

berumur 12 bulan. Jumlah mata (bakal tunas baru) yang diambil 2-3

sepanjang 20 cm. Daun kering yang membungkus batang tidak dibuang

agar melindungi mata tebu. Biaya bibit lebih murah karena tidak

memerlukan pembibitan, bibit mudah diangkut karena tidak mudah rusak,

pertumbuhan bibit pucuk tidak memerlukan banyak air. Penggunaan bibit

pucuk hanya dapat dilakukan jika kebun telah berporduksi.

2. Bibit batang muda Dikenal pula dengan nama bibit mentah / bibit

krecekan. Berasal dari tanaman berumur 5-7 bulan. Seluruh batang tebu

dapat diambil dan dijadikan 3 stek. Setiap stek terdiri atas 2-3 mata tunas.

Untuk mendapatkan bibit, tanaman dipotong, daun pembungkus batang

tidak dibuang.1 hektar tanaman kebun bibit bagal dapat menghasilkan

bibit untuk keperluan 10 hektar.

Page 5: Tugas Perkebunan Tebu

3. Bibit rayungan (1 atau 2 tunas) Bibit diambil dari tanaman tebu khusus

untuk pembibitan berupa stek yang tumbuh tunasnya tetapi akar belum

keluar. Bibit ini dibuat dengan cara:

1) Melepas daun-daun agar pertumbuhan mata tunas tidak terhambat

2) Batang tanaman tebu dipangkas 1 bulan sebelum bibit rayungan

dipakai.

3) Tanaman tebu dipupuk sebanyak 50 kg/ha Bibit ini memerlukan

banyak air dan pertumbuhannya lebih cepat daripada bibit bagal. 1

hektar tanaman kebun bibit rayungan dapat menghasilkan bibit

untuk 10 hektar areal tebu.

Kelemahan bibit rayungan adalah tunas sering rusak pada waktu

pengangkutan dan tidak dapat disimpan lama seperti halnya bibit

bagal. d) Bibit siwilan Bibit ini diambil dari tunas-tunas baru dari

tanaman yang pucuknya sudah mati. Perawatan bibit siwilan sama

dengan bibit rayungan.

2.3.2 Pembukaan Lahan

Pembukaan lahan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Pada lahan sawah dibuat petakan berukuran 1.000 m2. Parit membujur,

melintang dibuat dengan lebar 50 cm dan dalam 50 cm. Selanjutnya dibuat

parit keliling yang berjarak 1,3 m dari tepi lahan.

2. Lubang tanam dibuat berupa parit dengan kedalaman 35 cm dengan jarak

antar lubang tanam (parit) sejauh 1 m. Tanah galian ditumpuk di atas

larikan diantara lubang tanam membentuk guludan. Setelah tanam, tanah

guludan ini dipindahkan lagi ke tempat semula.

2.3.3 Teknik Penanaman

 Penentuan Pola Tanam Umumnya tebu ditanam pada pola monokultur

pada bulan Juni-Agustus (di tanah berpengairan) atau pada akhir musim hujan (di

tanah tegalan/sawah tadah hujan). Terdapat dua cara bertanam tebu yaitu dalam

aluran dan pada lubang tanam.

Pada cara pertama bibit diletakkan sepanjang aluran, ditutup tanah setebal

2-3 cm dan disiram. Cara ini banyak dilakukan dikebun Reynoso. Cara kedua

bibit diletakan melintang sepanjang solokan penanaman dengan jarak 30-40 cm.

Page 6: Tugas Perkebunan Tebu

Pada kedua cara di atas bibit tebu diletakkan dengan cara direbahkan. Bibit yang

diperlukan dalam 1 ha adalah 20.000 bibit.Cara Penanaman Sebelum tanam, tanah

disiram agar bibit bisa melekat ke tanah.

1. Bibit stek (potongan tebu) ditanam berimpitan secara memanjang agar

jumlah anakan yang dihasilkan banyak. Dibutuhkan 70.000 bibit stek/ha.

2. Untuk bibit bagal/generasi, tanah digaris dengan kedalaman 5-10 cm, bibit

dimasukkan ke dalamnya dengan mata menghadap ke samping lalu bibit

ditimbun dengan tanah. Untuk bibit rayungan bermata satu, bibit

dipendam dan tunasnya dihadapkan ke samping dengan kemiringan 45

derajat, sedangkan untuk rayungan bermata dua bibit dipendam dan

tunasnya dihadapkan ke samping dengan kedalaman 1 cm. Satu hari

setelah tanam lakukan penyiraman jika tidak turun hujan. Penyiraman ini

tidak boleh terlambat tetapi juga tidak boleh terlalu banyak.

2.3.4 Pemeliharaan Tanaman

1. Penjarangan dan Penyulaman

a. Sulaman pertama untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan

bermata satu dilakukan 5-7 hari setelah tanam. Bibit rayungan sulaman

disiapkan di dekat tanaman yang diragukan pertumbuhannya. Setelah

itu tanaman disiram. Penyulaman kedua dilakukan 3-4 minggu setelah

penyulaman pertama.

b. Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit rayungan bermata dua

dilakukan tiga minggu setelah tanam (tanaman berdaun 3-4 helai).

Sulaman diambil dari persediaan bibit dengan cara membongkar

tanaman beserta akar dan tanah padat di sekitarnya. Bibit yang mati

dicabut, lubang diisi tanah gembur kering yang diambil dari guludan,

tanah disirami dan bibit ditanam dan akhirnya ditimbun tanah. Tanah

disiram lagi dan dipadatkan.

c. Sulaman untuk tanaman yang berasal dari bibit pucuk. Penyulaman

pertama dilakukan pada minggu ke 3. Penyulaman kedua dilakukan

bersamaan dengan pemupukan dan penyiraman ke dua yaitu 1,5 bulan

setelah tanam.Kedua penyulaman ini dilakukan dengan cara yang sama

dengan point (b) di atas.

Page 7: Tugas Perkebunan Tebu

d. Penyulaman ekstra dilakukan jika perlu beberapa hari sebelum

pembumbunan ke 6. Adanya penyulaman ekstra menunjukkan cara

penanaman yang kurang baik.

e. Penyulaman bongkaran. Hanya boleh dilakukan jika ada bencana alam

atau serangan penyakit yang menyebabkan 50% tanaman mati.

Tanaman sehat yang sudah besar dibongkar dengan hati-hati dan

dipakai menyulan tanaman mati. Kurangi daun-daun tanaman sulaman

agar penguapan tidak terlalu banyak dan beri pupuk 100-200 Kg/ha.

2. Penyiangan

Penyiangan gulma dilakukan bersamaan dengan saat pembubunan tanah

dan dilakukan beberapa kali tergantung dari pertumbuhan gulma.

Pemberantasan gulma dengan herbisida di kebun dilaksanakan pada bulan

Agustus sampai November dengan campuran 2-4 Kg Gesapas 80 dan 3-4

Kg Hedanol power.

3. Pembubunan

Sebelum pembubunan tanah harus disirami sampai jenuh agar struktur

tanah tidak rusak.

a. Pembumbunan pertama dilakukan pada waktu umur 3-4 minggu. Tebal

bumbunan tidak boleh lebih dari 5-8 cm secara merata. Ruas bibit harus

tertimbun tanah agar tidak cepat mengering

b. Pembumbun ke dua dilakukan pada waktu umur 2 bulan.

c. Pembumbuna ke tiga dilakukan pada waktu umur 3 bulan.

d. Perempalan Daun-daun kering harus dilepaskan sehingga ruas-ruas tebu

bersih dari daun tebu kering dan menghindari kebakaran.

Bersamaan dengan pelepasan daun kering, anakan tebu yang tidak tumbuh

baik dibuang. Perempalan pertama dilakukan pada saat 4 bulan setelah

tanam dan yang kedua ketika tebu berumur 6-7 bulan.

2.3.5 Pemupukan

Pemupukan dilakukan dua kali yaitu saat tanam atau sampai 7 hari setelah

tanam dengan dosis 7 gram urea, 8 gram TSP dan 35 gram KCl per tanaman (120

kg urea, 160 kg TSP dan 300 kg KCl/ha).dan (2) pada 30 hari setelah pemupukan

ke satu dengan 10 gram urea per tanaman atau 200 kg urea per hektar. Pupuk

Page 8: Tugas Perkebunan Tebu

diletakkan di lubang pupuk (dibuat dengan tugal) sejauh 7-10 cm dari bibit dan

ditimbun tanah. Setelah pemupukan semua petak segera disiram supaya pupuk

tidak keluar dari daerah perakaran tebu. Pemupukan dan penyiraman harus selesai

dalam satu hari. Agar rendeman tebu tinggi, digunakan zat pengatur tumbuh

seperti Cytozyme (1 liter/ha) yang diberikan dua kali pada 45 dan 75 Hari.

2.3.6 Pengairan dan Penyiraman

Pengairan dilakukan dengan berbagai cara:

1. Air dari bendungan dialirkan melalui saluran penanaman.

2. Penyiraman lubang tanam ketika tebu masih muda. Waktu tanaman

berumur 3 bulan, dilakukan pengairan lagi melalui saluran-saluran kebun.

3. Air siraman diambil dari saluran pengairan dan disiramkan ke tanaman. d)

Membendung got-got sehingga air mengalir ke lubang tanam.

Pengairan dilakukan pada saat:

1. Waktu tanam

2. Tanaman berada pada fase pertumbuhan vegetatif

3. Pematangan.

2.3.7 Panen

Ciri dan Umur Panen Umur panen tergantung dari jenis tebu:

1. Varitas genjah masak optimal pada < 12 bulan

2. Varitas sedang masak optimal pada 12-14 bulan,

3. Varitas dalam masak optimal pada > 14 bulan. Panen dilakukan pada

bulan Agustus pada saat rendeman (persentase gula tebu) maksimal

dicapai.

Cara Panen

1. Mencangkul tanah di sekitar rumpun tebu sedalam 20 cm.

2. Pangkal tebu dipotong dengan arit jika tanaman akan ditumbuhkan

kembali. Batang dipotong dengan menyisakan 3 buku dari pangkal batang.

3. Mencabut batang tebu sampai ke akarnya jika kebun akan

dibongkar.Potong akar batang dan 3 buku dari permukaan pangkal batang.

4. Pucuk dibuang.

Page 9: Tugas Perkebunan Tebu

5. Batang tebu diikat menjadi satu (30-50 batang/ikatan) untuk dibawa ke

pabrik untuk segera digiling Panen dilakukan satu kali di akhir musim

tanam.

Perkiraan Produksi Hasil Tebu Rakyat Intensifikasi I di tanah sawah adalah

120 ton/ha dengan rendemen gula 10% sedangkan hasil TRI II di tanah sawah

adalah 100 ton dengan rendemen 9%. Di tanah tegalan produksi tebu lebih rendah

lagi yaitu pada TRI I tegalan adalah 90 ton/ha dan pada TRI II tegalan sebesar 80

tom/ha.

2.3.8 Pascapanen

1. Pengumpulan Hasil tanam dari lahan panen dikumpulkan dengan cara

diikat untuk dibawa ke pengolahan.

2. Penyortiran dan Penggolongan Syarat batang tebu siap giling supaya

rendeman baik:

1) Tidak mengandung pucuk tebu

2) Bersih dari daduk-daduk (pelepah daun yang mengering)

3) Berumur maksimum 36 jam setelah tebang.

2.4 Pengolahan komoditas Tebu untuk Industri

Tebu dipanen setelah cukup masak, dalam arti kadar gula (sakarosa)

maksimal dan kadar gula pecahan (monosakarida) minimal. Untuk itu dilakukan

analisa pendahuluan untuk mengetahui faktor pemasakan, koefisien daya tahan,

dll. Ini dilakukan kira-kira 1,5 bulan sebelum penggilingan.

Setelah tebu dipanen dan diangkat ke pabrik selanjutnya dilakukan

pengolahan gula putih. Pengolahan tebu menjadi gula putih dilakukan di pabrik

dengan menggunakan peralatan yang sebagain besar  bekerja secara otomatis.

Proses pengolahan tebu adalah memeras nira dari batang tebu dan

memprosesnya menjadi gula kristal dengan tingkat kehilangan gula (pol) sekecil

mungkin. Tingkat kehilangan tersebut dapat terjadi pada ampas, blotong dan tetes.

Rata-rata mutu tebu yang berada di pabrik gula di Jawa memiliki mutu

yang rendah dengan nilai pol berkisar antara 8.3 – 11.2, nilai nira perasan pertama

9.9 - 12.4 dan kadar kotoran tebu antara 6 - 20 persen. Rendahnya mutu tebu

diperparah dengan kondisi beberapa pabrik gula yang sudah tua. Sekitar 68 persen

dari jumlah pabrik gula yang ada telah berumur lebih dari 75 tahun dan kurang

Page 10: Tugas Perkebunan Tebu

mendapat perawatan yang memadai. Hal ini menyebabkan efisiensi yang rendah

dan meningkatkan biaya produksi per unit (Direktorat Jenderal Bina Produksi

Perkebunan, 2004).

Meskipun demikian, pabrik gula di Jawa masih berpotensi untuk

ditingkatkan produktivitasnya melalui optimalisasi kapasitas giling serta

penggalangan dengan petani. Pada tahun 2002 hasil giling pabrik gula yang

berada di Jawa mengalami kenaikan produksi sebesar 14 persen (Sawit et a.l,

2004). Adanya program akselerasi Industri Gula Nasional telah memberikan

insentif bagi petani tebu untuk kembali menanam tebu sehingga terjadi perluasan

areal tanaman tebu.

2.5 Pohon Industri

Bagian yang dapat diolah dari tebu ialah pucuk dan daun, nira dan ampas.

Pucuk dan daun tanaman tebu dapat dijadikan makanan ternak. Selain itu, dapat

diolah menjadi gula, molase dan blotong. Molase dapat diolah menjadi gula cair,

gula padat, L-lysin, asam glutamat, asam-asam organik, bahan kimia, makanan

ternak dan prorein sel tunggal yang dapat diolah lebih lanjut menjadi makanan

ternak dan ragi roti. Blotong dapat diolah lebih lanjut menjadi semen, mansory

cement, bahan cat dan pupuk.

Page 11: Tugas Perkebunan Tebu

Ampas dapat diolah menjadi bahan bakar, particle board yang dapat diolah lebih

lanjut menjadi furniture, makanan ternank, pulp sellulosa yang dapat dioah lebih

lanjut menjadi kertas, dan fulfural.

2.6 Pentingnya Komoditas Tebu

Tebu merupakan komoditas perkebunan penting di Indonesia. Perkebunan

tebu berkaitan erat dengan industri gula dan produk derivat rebu (hilir). Kondisi

hulu perkebunan tebu merupakan hal penting dalam mewujudkan tujuan

swasembada gula nasional. Luas areal tebu di Indonesia pada sepuluh tahun

terakhir secara umum mengalami pertumbuhan 0,71 persen per tahun. Produksi

tebu juga tumbuh dengan laju sebesar 3,54 persen per tahun, dengan produktivitas

rata-rata hablur baru mencapai 5,82 ton/ha.

Tanaman tebu atau Saccharum officinarum merupakan bahan utama

penghasil gula pasir. Pengusahaan tanaman tebu pada lahan sawah perlu

memperhatikan kelayakan usaha, dalam arti dapat memberikan produktivitas

lahan yang cukup tinggi, tidak terlalu jauh dari pabrik gula dengan prasarana

seperti jalan dan jembatan yang cukup, dan tidak membahayakan kelestarian

lingkungan.

Kelayakan usaha ini sangat penting karena tidak saja menyangkut operasi

perusahaan tetapi juga pendapatan petani yang mengusahakan tebu . Usahatani

yang dapat menjamin pendapatan yang cukup tinggi merupakan motivasi kuat

yang mendorong petani mencintai tanaman tebu yang diusahakannya.

Bibit merupakan modal dasar dalam budidaya tebu, sehingga dalam upaya

peningkatan produksi dan produktifitas gula, penggunaan bibit unggul tebu

mutlak dilakukan. Bibit tebu adalah bagian dari tanaman tebu yang merupakan

bahan tanaman yang dapat dikembangkan untuk pertanaman baru. Bibit unggul

tebu berkualitas memiliki potensi produksi tinggi, bebas hama penyakit,

mempunyai tingkat kemurnian lebih dari 95%, umur sekitar 6 -7 bulan. Bibit

unggul dapat diperoleh di Kebun Bibit.

2.7 Siklus Ekspor dan Impor Gula Pasir Di Indonesia

Perubahan yang paling mendasar yang melandasi ekonomi gula adalah

dibebaskannya tataniaga gula dari monopoli Bulog ke mekanisme pasar pada

tahun 1998. Selain sistem tataniaga, sistem produksi juga mengalami perubahan

Page 12: Tugas Perkebunan Tebu

dengan dicabutnya Inpres No 9 Tahun 1975 tentang Tebu Rakyat Intensifikasi dan

memberikan kebebasan kepada petani untuk memilih tanaman yang

diusahakannya sesuai dengan UU Nomor 1 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya

Tanaman (Papahan, 2004).

Perubahan tersebut memberikan keuntungan bagi industri gula nasional,

terutama petani tebu. Namun dengan adanya Letter of Intent yang menyatakan

pembebasan bea masuk 0 persen bagi komoditi pertanian menyebabkan

membanjirnya impor gula. Keadaan tersebut diperparah dengan masuknya impor

gula ilegal dan adanya impor gula yang langsung dijual kepada konsumen

sehingga harga gula domestik mengalami penurunan yang drastis dari Rp 3 000

per kg menjadi Rp 2 000 per kg. Penurunan harga yang drastis ini telah

menghilangkan insentif bagi petani tebu, sehingga petani tebu enggan untuk

menanam tebu.

Kemudian muncul SK Menperindag Nomor 230/MPP/Kep/1999, yang

menetapkan tarif impor sebesar 20 persen untuk raw sugar dan 25 persen untuk

white sugar untuk mengefektifkan penerapan tarif, bea masuk impor gula diubah

menjadi tarif spesifik sebesar Rp 550,- per kg untuk raw sugar dan Rp 700 untuk

white sugar (Sawit, et al, 2004).

Tahun 2002 kebijakan tersebut dikombinasikan dengan kuota impor

berdasarkan SK Menperindag Nomor 643/MPP/Kep/2002 tentang tataniaga Impor

Gula. Kebijakan tersebut menyatakan bahwa impor gula putih hanya dapat

dilakukan oleh Importir Terdaftar Gula (IT). IT ini merupakan perusahaan yang

memperoleh bahan baku minimal 75 persen berasal dari petani tebu dan impor

gula hanya dilakukan pada saat harga di tingkat petani mencapai Rp 3 100 per kg.

Kebijakan ini telah memberikan insentif bagi petani tebu untuk kembali menanam

tebu.

Seiring dengan perkembangan pergulaan nasional, tahun 2004 Presiden

menerbitkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 57 Tahun 2004

tentang penetapan gula sebagai barang dalam pengawasan dan Keputusan

Republik Indonesia Nomor 58 tentang penanganan gula yang diimpor secara tidak

sah. Kemudian muncul Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Nomor

527/MPP/Kep/9/2004 tentang ketentuan impor gula. Keputusan ini bertujuan

Page 13: Tugas Perkebunan Tebu

untuk mewujudkan ketahanan pangan dan peningkatan pertumbuhan

perekonomian masyarakat Indonesia serta menciptakan swasembada gula dan

meningkatkan daya saing serta pendapatan petani tebu dan industri gula.

2.8 Potensi Komoditas Tebu Di Indonesia

Investasi pembangunan industri gula berbasis tebu memerlukan areal

penanaman tebu yang cukup luas. Di Indonesia, sesuai dengan karakteristik

sumber daya lahan dan persyaratan tumbuh tebu yang spesifik, areal pertanian

yang dapat dikelola untuk perkebunan tebu pada skala cukup luas dengan

aksesibilitas yang memadai menjadi sangat terbatas. Pulau Jawa yang selama ini

dianggap sebagai habitous utama tebu, sudah sulit lagi melakukan pengembangan

areal bagi keperluan 46 pabrik gula (PG) yang ada. Meskipun demikian, selaras

dengan upaya pemerataan pembangunan daeerah, pengembangan industri gula

baru lebih disarankan untuk industri gula sekala kecil.

Peluang dalam industry gula (+1,6 juta ton) sangat prospektif mengingat

kebutuhan konsumsi gula masih belum terpenuhi. Kekurangannya sementara

untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah dengan impor. Dalam mendukung

akselerasi gula nasional melalui kegiatan perluasan tanaman tebu dan

pengembangan pabrik gula di daerah akan membantu pemenuhan kebutuhan gula

nasional sekaligus menghemat devisa negara. Pengembangan tebu di berbagai

daerah di Indonesia sangat dimungkinkan mengingat:

• Secara teknis cocok dan diminati petani

• Secara ekonomis cukup menguntungkan

• Secara social dapat membuka lapangan pekerjaan 1 (satu) pabrik gula

dapat menyerap sekitar 25.500 orang tenaga kerja.

• Adanya potensi lahan pertanian, yang terdiri dari HGU, tanah Negara, dan

tanah milik.

• Terciptanya Kawasan Industri Masyarakat Perkebunan (KIMBUN) tebu di

daerah-daerah.

Rencana pengembangan tebu di daeerah-daerah dapat dirancang sbb:

• Jangka pendek: Pengembangan kebun tebu 150 ha, Unit pengelolaan tebu

merah.

Page 14: Tugas Perkebunan Tebu

• Jangka menengah: Pengembangan kebun tebu 1.000 ha, Pembangunan

pabrik gula mini.

• Jangka Panjang: Pengembanangan kebun tebu 4.000 – 5.000 ha atau

dengan 15.000 ha melalui inti plasm, Pembangunan 2-3 unit pabrik gula

mini.

Kebijakan pengembangan sector pertanian ini diambil mengingat

besarnya potensi sumberdaya yang dimiliki oleh daerah-daerah di Indonesia.

Selain itu, sektor ini juga merupakan sector yang mampu menyerap tanaga kerja

masyarakat yang cukup besar sebagai penggerak perekonomian daerah yang

berbasis sumberdaya local. Dalam program pengembangan agribisnis ini, maka

program investasi senantiasa diarahkan pada komoditas‐komoditas unggulan

sebagai leading sectornya yang kemudian diharapkan dapat memberikan multifier

effect pada sektor ikutannya. Komoditas unggulan yang dimaksud adalah

komoditas yang diusahakan berdasarkan keunggulan kompetitif dan komparatif

ditopang oleh pemanfaatan teknologi yang sesuai denga agroekosistem untuk

meningkatkan nilai tambah dan mempunyai multiflier effect terhadap

berkembangnya sector lain.

Pengembangan dan pemilihan komoditas unggulan yang didasarkan

pada pendekatan wilayah (kawasan) dan pendekatan pasar sehingga diharapkan

dapat menjamin kesinambungan produksi melalui pemanfaatan keunggulan

komperatif daerah sebagai basis pengembangan (spesifik atau keunggulan local),

dan dapat menumbuhkan pusat‐pusat (sentra) komoditas spesifik wilayah yang

mendorong keterkaitan antara wilayah secara dinamis dan membangkitkan

interaksi sector produksi dan pasar yang dinamis.

2.9 Permasalahan – Permasalahan yang Terjadi Pada Komoditas Tebu

Permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaan tanaman tebu pada lahan

kering saat musim kemarau ialah kekeringan pada saat fase kritis tanaman (fase

pembentukan tunas dan pertumbuhan vegetatif).

Adanya periode-periode kekurangan air dalam masa pertumbuhan dan

perkembangan tanaman mengakibatkan tanaman tebu menderita cekaman

kekeringan sehingga produktivitas tanaman dari musim ke musim sangat

berfluktuatif, bahkan menurun tajam bila kemarau panjang terjadi. Menurut

Page 15: Tugas Perkebunan Tebu

Irrianto (2003), kehilangan hasil pada tanaman tebu akibat cekaman kekeringan

secara kuantitatif dapat mencapai 40% dari potensi produksinya apabila terjadi

pada fase kritis tanaman yaitu fase pertumbuhan tunas dan pertumbuhan vegetatif

tanaman (sampai dengan umur 165 hari setelah tanam). Pada tahun 2005, ribuan

hektar tanaman tebu milik petani di Jawa Barat mati karena kekeringan menyusul

terjadinya kemarau panjang. Akibat kemarau panjang sedikitnya 30% tanaman

tebu di wilayah Jawa Barat mati kekeringan (Nunung, 2006).

Kekurangan air akan mengganggu aktifitas fisiologis maupun morfologis,

sehingga mengakibatkan terhentinya pertumbuhan. Defisiensi air yang terus

menerus akan menyebabkan perubahan irreversibel (tidak dapat balik) dan pada

gilirannya tanaman akan mati (Haryati, 2008). Respon tanaman terhadap stres air

sangat ditentukan oleh tingkat stres yang dialami dan fase pertumbuhan tanaman

saat mengalami cekaman. Respon tanaman yang mengalami cekaman kekeringan

mencakup perubahan ditingkat seluler dan molekuler seperti perubahan pada

pertumbuhan tanaman, volume sel menjadi lebih kecil, penurunan luas daun, daun

menjadi tebal, adanya rambut pada daun, peningakatan ratio akar-tajuk,

sensitivitas stomata, penurunan laju fotosintesis, perubahan metabolisme karbon

dan nitrogen, perubahan produksi aktivitas enzim dan hormon, serta perubahan

ekspresi (Sinaga, 2008).

Tumbuhan merespon kekurangan air dengan mengurangi laju transpirasi

untuk penghematan air. Terjadinya kekurangan air pada daun akan menyebabkan

sel-sel penjaga kehilangan turgornya. Suatu mekanisme kontrol tunggal yang

memperlambat transpirasi dengan cara menutup stomata. Kekurangan air juga

merangsang peningkatan sintesis dan pembebasan asam absisat dari sel-sel

mesofil daun. Hormon ini membantu mempertahankan stomata tetap tertutup

dengan cara bekerja pada membran sel penjaga. Daun juga berespon terhadap

kekurangan air dengan cara lain. Karena pembesaran sel adalah suatu proses yang

tergantung pada turgor, maka kekurangan air akan menghambat pertumbuhan

daun muda. Respon ini meminimumkan kehilangan air melalui transpirasi dengan

cara memperlambat peningkatan luas permukaan daun. Ketika daun dari

kebanyakan rumput dan kebanyakan tumbuhan lain layu akibat kekurangan air,

mereka akan menggulung menjadi suatu bentuk yang dapat mengurangi

Page 16: Tugas Perkebunan Tebu

transpirasi dengan cara memaparkan sedikit saja permukaan daun ke matahari

(Campbell, 2003).

Kedalaman perakaran sangat berpengaruh terhadap jumlah air yang

diserap. Pada umumnya tanaman dengan pengairan yang baik mempunyai sistem

perakaran yang lebih panjang daripada tanaman yang tumbuh pada tempat yang

kering. Rendahnya kadar air tanah akan menurunkan perpanjangan akar,

kedalaman penetrasi dan diameter akar (Haryati, 2006). Hasil penelitian Nour dan

Weibel tahun 1978 menunjukkan bahwa kultivarkultivar sorghum yang lebih

tahan terhadap kekeringan, mempunyai perkaran yang lebih banyak, volume akar

lebih besar dan nisbah akar tajuk lebih tinggi daripada lini-lini yang rentan

kekeringan (Goldsworthy dan Fisher, dalam Haryati, 2006).

Senyawa biokimia yang dihasilkan tanaman sebagai respon terhadap

kekeringan dan berperan dalam penyesuaian osmotik bervariasi, antara lain gula-

gula, asam amino, dan senyawa terlarut yang kompatibel. Senyawa osmotik yang

banyak dipelajari pada toleransi tanaman terhadap kekeringan antara lain prolin,

asam absisik, protein dehidrin, total gula, pati, sorbitol, vitamin C, asam organik,

aspargin, glisin-betain, serta superoksida dismutase dan K+ yang bertujuan untuk

menurunkan potensial osmotik sel tanpa membatasi fungsi enzim (Sinaga, 2008).

2.10 Program – Program Pemerintah Untuk Melindungi Komoditas Tebu

BUMN Perkebunan memiliki tanggung jawab penting untuk dapat

membantu meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar sesuai sumberdaya

yang tersedia. Telah digariskan dalam Surat Keputusan Menteri Badan Usaha

Milik Negara (BUMN) nomor: KEP. 236/MBU/2003 dan Peraturan Menteri

BUMN No. PER-05/MBU/2007 bahwa perusahaan berstatus BUMN mengemban

tugas khusus dari Pemerintah untuk melakukan pembinaan Usaha Kecil,

Menengah, dan Koperasi (UKMK) dan bina lingkungan melalui pembentukan

bagian Program Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL), dan peran BUMN juga

termasuk melaksanakan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang

telah ditetapkan di dalam Pasal 74 UU Perseroan Terbatas Nomor: 40 Tahun

2007.

Rangkaian program pembinaan UKMK, Bina Lingkungan, dan CSR akan

sangat efektif dan tepat sasaran jika implementasi program di lapangan terdapat

Page 17: Tugas Perkebunan Tebu

kesamaan persepsi di antara BUMN Pembina sehingga program kepedulian sosial

ini bermanfaat bagi peningkatan citra perusahaan, dan mampu meminimalisir

kerawanan sosial di unit-unit usaha. Dimana PG dalam hal ini mempunyai peran

strategis dalam aspek penyediaan tenaga kerja, pergerakan jual beli, perbaikan

sarana transportasi, sosial, tata wilayah, pemanfaatan lahan fungsional, dan

kesejahteraan masyarakat petani tebu rakyat.

Pengembangan komoditas unggulan tebu yang didasarkan pada pendekatan

wilayah (kawasan) diharapkan dapat menjamin kesinambungan produksi melalui

pemanfaatan keunggulan komperatif daerah sebagai basis pengembangan dan

dapat menumbuhkan sentra komoditas spesifik wilayah yang mendorong

keterkaitan antara wilayah secara dinamis serta membangkitkan interaksi sektor

produksi dan pasar yang dinamis.

2.11 Analisis Ekonomi Agrobisnis Tebu

NAMA PROYEK : Usaha Tani Tebu

KAPASITAS : 120 HOK

LOKASI : Daerah sentra tebu

LUAS LAHAN : 1 Ha (sample penelitian)

Status Lahan : Milik Pemda, dan/atau milik masyarakat

PERKIRAAN INVESTASI

Modal Tetap : 4.435.000

Modal Kerja : 15.695.000

Jumlah :20.130.000

KEBUN TENAGA KERJA

Tenaga tetap : 3 Orang

Tenaga kerja tidak tetap : 20 Orang

Jumlah : 23 Orang

DUKUNGAN STUDI

Studi/identifikasi Peluang Investasi : √ (Ada)

(Opportunity Study)

Page 18: Tugas Perkebunan Tebu

Prastudi Kelayakan Proyek : √ (Ada)

(pre FeasibilityStudy)

Studi Kelayakan Proyek (FS) : √ (Ada)

PROFITABILITAS FINANSIAL :

1. BEP = Rp 17.678.166

2. Payback Period = 1,3 tahun

3. NPV = Rp 17.698.350

(PV 12% = 37.828.350, outlays = 20.130.000 dan estimasi rr = 12% dalam waktu

3 tahun)

4. IRR = 47,67%

5. ROI = 56,48% (dibulatkan).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tanaman tebu merupakan tanaman yang sangat peka terhadap perubahan

unsur-unsur iklim. Oleh karena itu, waktu tanam dan panen harus diperhatikan

agar tebu dapat membentuk gula secara optimal. Tanaman tebu banyak

membutuhkan air selama masa pertumbuhan vegetatifnya dan membutuhkan

Page 19: Tugas Perkebunan Tebu

sedikit air pada masa pertumbuhan generatifnya (Mubyarto dan Damayanti,

1991).

Asal mula tanaman tebu sampai saat ini belum didapatkan kepastiaanya,

dari mana asal muasal tanaman tebu. Namun sebagian besar para ahli yang

memang berkompeten dalam hal ini, berasumsi bahwa tanaman tebu ini berasal

dari Papua New Guinea

Bibit merupakan modal dasar dalam budidaya tebu, sehingga dalam upaya

peningkatan produksi dan produktifitas gula, penggunaan bibit unggul tebu

mutlak dilakukan. Bibit tebu adalah bagian dari tanaman tebu yang merupakan

bahan tanaman yang dapat dikembangkan untuk pertanaman baru

Membiarkan impor terus meningkat berarti membiarkan industri gula terus

mengalami kemunduran yang akan menimbulkan masalah bagi Indonesia.

DAFTAR PUSTAKA

Soemarmo. 2011. Model Pengembangan Kawasan Agribisnis Tebu. (Diakses

pada tanggal 19 Maret 2014)

Fitriani, dkk. 2013. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi, Curahan Kerja

dan Konsumsi Petani Tebu Rakyat di Propinsi Lampung. ((Diakses pada tanggal

19 Maret 2014)

Page 20: Tugas Perkebunan Tebu

http://www.puslitgula10.com/2012/06/tebu-tanaman-obat-indonesia.html

( diakses pada tanggal 23 maret 2014)

http://bestbudidayatanaman.blogspot.com/2013/01/budidaya-tebu-dan-cara-

menanam-tebu.html(Diakses pada tanggal 23 maret 2014)

http://pertanianfery.wordpress.com/2012/04/05/teknik-budidaya-tanaman-tebu/

( diakses pada tanggal 23 maret 2014)

http://ifahlatifah87.wordpress.com/2012/10/03/sensitivitas-tanaman-tebu-

terhadap-kekeringan/ (diakses pada tanggal 23 maret 2014)

http://coretanfhatma.blogspot.com/2012/12/makalah-kebijakan-ekspor-impor-

gula.html ( diakses pada tanggal 23 maret 2014)