Tugas Perekin_Bima Setiaji_F0212024_Manajemen B.docx

6
Dampak Transformasi Sistem Perubahan Harga Pangan Indonesia Mengikuti Fluktuasi Harga Pangan Internasional Pendahuluan Indonesia merupakan salah satu Negara produsen beberapa komoditi primer seperti produk pertanian, perkebunan dan perikanan. Sebagian besar dari produk primer tersebut seperti CPO, karet, lada, kopi, coklat, udang telah memenuhi kebutuhan dunia dan mampu bertahan dari krisis ekonomi sehingga memberikan konstribusi yang besar bagi pembangunan ekonomi. Namun demikian, secara alami bisnis di bidang komoditi pertanian itu sangat akrab dengan resiko karena sifatnya yang musiman dan mudah rusak sehingga setiap gejolak yang terjadi dalam pasokan atau permintaan komoditi pertanian secara cepat akan berdampak kepada perubahan harga komoditi tersebut. Perubahan rejim pasar komoditas pertanian yang mengarah pada pasar bebas membawa konsekuensi harga komoditas pertanian, khususnya pangan di pasar domestic semakin terbuka terhadap gejolak pasar internasional. Dengan pengertian lain, harga komoditas pangan di pasar dunia secara langsung akan mempengaruhi harga komoditas pangan domestik. Jagung sebagai salah satu komoditas pangan, maka dinamika harganya tidak terlepas dari arah kebijakan perdagangan, pasar komoditas pangan dunia, stabilitas harga dan fluktuasi nilai tukar. Akumulasi perubahan dari berbagai aspek tersebut secara simultan akan mempengaruhi dinamika harga komoditas jagung domestik. Indonesia sendiri tidaklah kebal terhadap gejolak harga pangan dunia tersebut. Walaupun dengan pengetatan tata niaga impor maupun subsidi harga, peningkatan harga di pasar dunia pada akhirnya tetap mempengaruhi pasar dalam negeri. Mengingat besarnya porsi pendapatan masyarakat yang dihabiskan untuk

description

Tugas Perekin

Transcript of Tugas Perekin_Bima Setiaji_F0212024_Manajemen B.docx

Dampak Transformasi Sistem Perubahan Harga Pangan IndonesiaMengikuti Fluktuasi Harga Pangan Internasional

PendahuluanIndonesia merupakan salah satu Negara produsen beberapa komoditi primer seperti produk pertanian, perkebunan dan perikanan. Sebagian besar dari produk primer tersebut seperti CPO, karet, lada, kopi, coklat, udang telah memenuhi kebutuhan dunia dan mampu bertahan dari krisis ekonomi sehingga memberikan konstribusi yang besar bagi pembangunan ekonomi. Namun demikian, secara alami bisnis di bidang komoditi pertanian itu sangat akrab dengan resiko karena sifatnya yang musiman dan mudah rusak sehingga setiap gejolak yang terjadi dalam pasokan atau permintaan komoditi pertanian secara cepat akan berdampak kepada perubahan harga komoditi tersebut.Perubahan rejim pasar komoditas pertanian yang mengarah pada pasar bebas membawa konsekuensi harga komoditas pertanian, khususnya pangan di pasar domestic semakin terbuka terhadap gejolak pasar internasional. Dengan pengertian lain, harga komoditas pangan di pasar dunia secara langsung akan mempengaruhi harga komoditas pangan domestik. Jagung sebagai salah satu komoditas pangan, maka dinamika harganya tidak terlepas dari arah kebijakan perdagangan, pasar komoditas pangan dunia, stabilitas harga dan fluktuasi nilai tukar. Akumulasi perubahan dari berbagai aspek tersebut secara simultan akan mempengaruhi dinamika harga komoditas jagung domestik.Indonesia sendiri tidaklah kebal terhadap gejolak harga pangan dunia tersebut. Walaupun dengan pengetatan tata niaga impor maupun subsidi harga, peningkatan harga di pasar dunia pada akhirnya tetap mempengaruhi pasar dalam negeri. Mengingat besarnya porsi pendapatan masyarakat yang dihabiskan untuk konsumsi pangan, kenaikan harga tersebut dapat memberi dampak yang besar kepada kaum miskin dan upaya pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan.PembahasanSistim perdagangan pangan dunia yang semakin terbuka atau pasar bebas menyebabkan harga produk pangan di dalam negeri ikut terpengaruh oleh situasi dan kondisi harga internasional. Kondisi tersebut dan berbagai masalah ketersediaan dan distribusi, menyebabkan harga komoditas pangan, terutama pangan strategis seperti beras, kedelai, daging sapi, cabai dan bawang merah menjadi berfluktuasi. Indonesia sebagai negara agraris menghasilkan berbagai macam produk pangan strategis, bahkan untuk komoditas tertentu sudah surplus.Akan tetapi, saya menemukan suatu laporan yang baru diluncurkan oleh kantor Bank Dunia di Jakarta, dengan judulBoom, Bust and Up Again? Evolution, Drivers and Impact of Commodity Prices: Implications for Indonesia(tersedia di http://go.worldbank.org/N88ACMSPE0), memberikan kesimpulan yang berbeda bagi Indonesia. Penelitian Bank Dunia tersebut menunjukkan bahwa peningkatan harga komoditas yang berlangsung dari tahun 2005 hingga 2008 pada umumnya berdampak positif bagi ekonomi Indonesia dan juga bagi kaum miskin di Indonesia. Indonesia adalah produsen terbesar dan eksportir kedua terbesar untuk minyak sawit dan juga salah satu produsen terbesar komoditas karet. Indonesia juga adalah salah satu produsen terbesar rempah-rempah, dan posisinya sebagai pemasok dunia untuk kakao, teh dan jenis kopi istimewa semakin meningkat. Dampak positif bagi kaum miskin disebabkan peningkatan upah usaha tani dan hasil modal yang dimiliki oleh petani miskin. Walaupun harga komoditas yang dikonsumsi oleh kaum miskin juga meningkat, dampak negatif itu dapat diimbangi oleh manfaat yang mereka peroleh dari sisi pendapatan dan juga kenyataan bahwa harga beras tidak mengalami gejolak yang berarti selama periode tersebut. Kecuali propinsi Jakarta dan Banten, seluruh propinsi lain memetik manfaat dari peningkatan harga komoditas, seperti terlihat dari angka-angka simulasi PDB daerah dengan menggunakan model keseimbangan umum ekonomi Indonesia. Bukti-bukti yang bersifat anekdot tampaknya cenderung menguatkan hal itu,contohnya lonjakan tajam jumlah pembelian kendaraan roda dua dan empat di luar pulau Jawa.Bahkan untuk negara-negara produsen komoditas dengan jumlah ekspor komoditas yang lebih tinggi dari impornya seperti Indonesia, lonjakan tajam harga bahan pangan dan bahan bakar tetap memiliki dampak yang besar bagi konsumen miskin dan juga bagi para produsen kecil pengguna komoditas sebagai bahan baku. Dengan demikian, pemerintah memiliki peran yang penting untuk mengatasi dampak negatif yang berasal dari gejolak harga. Pertanyaannya adalah: cara-cara apakah yang paling efektif untuk melindungi kaum miskin dan sebagian produsen yang rentan terhadap gejolak harga? Sejak era tahun 60an, pemerintah Indonesia telah menggunakan serangkaian kebijakan untuk menstabilkan harga-harga komoditas terpenting, tetapi seringkali dengan hasil yang tidak sepenuhnya menggembirakan dan bahkan pada kasus-kasus tertentu justru berdampak l negatif yang tidak dikehendaki. Sebagai contoh, penetapan subsidi bahan bakar yang terus dipertahankan telah menguntungkan konsumen yang tidak miskin dengan mengorbankan kebutuhan masyarakat di bidang lain, seperti bidang kesehatan, revitalisasi pertanian dan peningkatan prasarana. Pengalaman Indonesia dan negara-negara lain juga menunjukkan bahwa upaya-upaya seperti pengendalian jumlah ekspor dan pengendalian harga secara semu umumnya tidak efektif dan mahal.Akan lebih baik bila instrumen kebijakan untuk mengelola dampak peningkatan harga dirancang secara cermat dengan tiga tujuan utama: hanya melindungi penduduk yang rentan, menciptakan dan mempertahankan insentif bagi produsen, dan tersedianya dana yang cukup untuk membiayai keberlangsungan kebijakan tadi.. Agar produksi pangan dapat berkelanjutan, dan kebutuhan pangan masyarakat dapat terpenuhi, pemerintah harus melindungi masyarakat dan petani dari gejolak harga, seperti harga jatuh pada saat panen raya, dan harga melambung pada saat di luar panen. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah adalah dengan kebijakan stabilisasi harga pangan agar petani sebagai produsen mendapatkan hasil yang menguntungkan, dan masyarakat sebagai konsumen mampu membeli bahan pangan dengan harga yang terjangkau. Resiko kerugian akibat fluktuasi harga juga dapat dikurangi dengan melakukan Hedging di Bursa Berjangka. Hedging menjadi sangat diperlukan agar resiko akibat fluktuasi harga dapat dialihkan ke pihak lain.Selain itu, Indonesia membutuhkan pendekatan yang lebih sederhana, lebih efektif, tepat sasaran, dan dengan biaya yang lebih memadai.. Untuk mencapai hal itu pemerintah dapat menyusun suatu kerangka tindakan yang terdiri atas empat unsur utama.Yang pertama adalah sistem pemantauan harga yang dengan tepat waktu dan akurat membagi informasi harga bagi seluruh pihak terkait. Unsur kedua adalah sistem untuk mendeteksi segmen lapisan masyarakat yang rentan terhadap dampak buruk gejolak harga. Unsur ketiga adalah menentukan instumen kebijakan ataupun program untuk tanggapan yang efektif. Unsur terakhir adalah sistem pemantauan kinerja dan dampak program tanggapan yang telah dipilih Kebijakan dan program ebijakan hanya dipilih jika memang dapat ditelaah dan dibatalkan bila ternyata tidak tidak berhasil memberikan dampak yang diinginkan.Apa saja pilihan terbaik untuk mengurangi dampak gejolak harga, terutama bagi kaum miskin? Dengan sekitar 65 persen dari rakyat miskin bekerja di bidang pertanian, maka dibutuhkan upaya revitalisasi produktivitas pertanian yang kuat untuk memastikan bahwa kaum miskin dapat memperoleh manfaat dari peningkatan harga komoditas. Upaya tersebut membutuhkan ketersediaan bibit yang berkualitas, peningkatan produksi paska panen serta penggunaan teknologi informasi dan komunikasi yang inovatif untuk mengetahui informasi terbaru akan harga, pasar dan teknologi pertanian. Peningkatan produktivitas pertanian juga membutuhkan peningkatan investasi dalam sistem pengairan, jalan-jalan desa dan perluasan penyuluhan, Sementara peningkatan instrumen berbasis pasar seperti resi gudang akan membantu produsen miskin untuk mengurangi dampak gejolak harga.Namun demikian, tetaplah dibutuhkan tanggapan jangka pendek untuk segera membantu rumah tangga yang rentan. Pilihannya adalah gabungan dari program-program bantuan sosial seperti programcash-for-work, bantuan langsung tunai bagi rumah tangga miskin, dan kebijakan perdagangan dan aturan impor yang cermat, seperti pemotongan tarif dan pelonggaran pembatasan impor, diikuti dengan pengelolaan fiskal yang tepat. Termasuk di antaranya adalah upaya-upaya untuk memangkas gejolak harga antar daerah di Indonesia, seperti peningkatan prasarana antar daerah (pelabuhan, jalan dan jaringan distribusi), pengelolaan penyimpanan stock, dan pengembangan asuransi cuaca berbasis indeks ..Harga komoditas pun kini melonjak lagi, dan besar kemungkinan akan tetap tinggi. Karena itu, Indonesia harus memastikan kemampuannya untuk memanfaatkan sumber daya alamnya demi pertumbuhan berkelanjutan bagi seluruh rakyat. Peningkatan harga komoditas dapat menjadi berkah bagi Indonesia, tetapi hanya bila Indonesia memastikan rumah tangga yang rentan mendapatkan dukungan yang memadai.

KesimpulanFluktuasi harga pangan di pasar domestik erat terkait dengan dinamika harga produk sejenis di pasar internasional, nilai kurs rupiah dan kebijakan perdagangan. Penerapan bea masuk impor yang realistik serta disesuaikan dengan siklus harga jagung dan nilai kurs rupiah dipandang penting sebagai langkah antisipatif terhadap penurunan harga jagung di pasar internasional, dan merangsang petani untuk meningkatkan produktivitasnya. Kebijakan proteksi harga hanya efektif bilamana ada potensi peningkatan produktivitas, respon harga terhadap penawaran dan sistem pemasaran yang efisien. Dengan demikian, peningkatan efisiensi pemasaran melalui perbaikan infrastruktur, struktur pemasaran, dan kelembagaan petani memegang peranan penting.Tantangan lain adalah meredam dampak negatif gejolak harga komoditas khususnya pangan terhadap penduduk miskin. Dalam jangka pendek hal ini dapat dikurangi melalui upaya bantuan langsung tunai yang tepat sasaran. Namun dalam jangka menengah, perlu upaya serius untuk meningkatkan diversifikasi dan produktivitas sektor pertanian yang memungkinkan peningkatkan pendapatan petani. Termasuk dalam upaya ini adalah memangkas biaya transaksi dan hambatan birokrasi yang mengekang transportasi barang-barang dengan cepat dan murah.Mempertimbangkan seluruh faktor-faktor tersebut, strategi menyeluruh untuk sepenuhnya memanfaatkan tingginya harga komoditas akan memberikan manfaat bagi Indonesia melalui memaksimalkan penerimaan dari peningkatan produksi sumber daya alam sementara menggunakan sebagian dari keuntungan yang diterima untuk membangun ekonomi bersaing berskala luas yang dapat memberikan lapangan kerja jangka panjang bagi rakyat Indonesia untuk keluar dari kemiskinan.