Tugas Pentanahan Sistem Tenaga
Click here to load reader
-
Upload
ibnu-al-cireboni -
Category
Documents
-
view
336 -
download
134
description
Transcript of Tugas Pentanahan Sistem Tenaga
TUGAS PENTANAHAN SISTEM TENAGA
Oleh :
Muhamad Wahidi (0915031061)
JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2009
BAB
EMPAT
PENGETANAHAN DENGAN KUMPARAN PETERSEN
4.1 PENDAHULUAN
Istilah kumparan Petersen ini berasal dari nama orang yang pertama-tama
menciptakan alat itu , yaitu W . Petersen. Petersen mendapatkan cara ini pada
tahun 1916. Di Negara-Negara Anglo-Saxon nama alat itu sering juga disebut
“Ground Fault Neutralizer” atau “Arc Suppression Coil”. Umumnya kita di
Indonesia mengenalnya sebagai kumparan Petersen atau ”Petersen Spoel”. Perlu
dicatat disini bahwa analisa serta perbaikan kumparan Petersen dibuat oleh JONAS
mulai tahun 1920.
Sekalipun penggunaan kumparan Petersen itu sudah mulai berkurang tetapi
system 30 dan 70 KV yang ada di JAWA masih diketanahkan dengan kumparan
Petersen. Disamping itu, akhir-akhir ini, semakin banyak generator yang terhubung
dengan transformator (unit connected generator) diketanahkan dengan kumparan
Petersen. Oleh karena itu dalam tiga bab berikut akan dibahas persoalan-persoalan
pada system yang diketanahkan dengan kumparan Petersen.
4.2 FUNGSI KUMPARAN PETERSEN PADA KEADAAN GANGGUAN.
Bila suatu system yang tidak diketanahkan terganggu oleh hubung singkat
kawat tanah, maka arus gangguan kapasitif itu kembali ke system melalui
gangguan itu, Gambar 4.1
Gambar 4.1 Sistem yang tidak diketanahkan dalam keadaan gangguan kawat tanah.
a). Sistem fasa-tiga pada keadaan gangguan.
b). Gambar ekivalen pada keadaan gangguan.
Gambar 4.2 Sistem 3 fasa dengan reaktor fasa.
Tetapi cara ini bukanlah pemecahan ynag ekonomis, karena dalam hal ini
dibutuhkan 3 reaktor yang tidak akan jenuh dan induktansinya harus konstan.
Bila reactor itu dihubungkan ke titik netral system, umumnya dipilih netral
sekunder transformator, maka dalam hal ini dibutuhkan hanya satu reactor,
Gambar 4.3 .
Gambar 4.3. System diketanahkan melalui reaktor dalam keadaan gangguan.
a). Diagram fasa-tiga.
b) Diagram ekivalen
Gambar 4.3. (b) diatas menggambarkan sirkuit ekivalen system itu dalam
keadaan gangguan kawat tanah. Bila reaktor itu mempunyai kesanggupan untuk
dapat mengatur impedansinya di samping adanya sadapan , alat ini dinamakan
kumparan Petersen. Untuk sementara marilah kita sebut alat itu reaktor saja yang
impedansinya dapat diatur.
Sebutlah ipedansi reaktor itu Zp, maka arus melalui reaktor IL, dimana,
IL = = ( L = induktansi reaktor ) (4.1)
Dan arus kapasitif ,
IFG = Eph w Ce (Ce = kapasitansi system ke tanah, dan
Ce = Co)
= Eph w Co (4.2)
Bila dipenuhi kondisi,
w L = (4.3)
Maka arus yang mengalir dari system melalui kapasitansi pada satu pihak
dan melalui reaktor netral pada pihak lain akan saling menetralisir. Jadi dalam hal
ini tidak ada arus yang mengalir melalui titik gangguan kecuali komponen arus
rugi-rugi (lihat pasal 3) dan arus-arus harmonis.
Persamaan 4.3 adalah ekspresi matematis dari hukum Petrsen, bahwa reaktor
pengetanahan harus didimensionir sedemikian rupa agar dapat ditala dengan
kapasitansi system itu.
4.3 KOMPONEN RUGI DAYA DARI ARUS GANGGUAN RESIDU.
Telah dikatakan di muka bahwa didalam system dengan kumparan Petersen,
bila terjadi gangguan tanah akan ada arus kapasitif dan arus induktif.
Komponen rugi-rugi didalam rangkaian pengganti urutan nol dapat
dinyatakan dengan tahanan yang memberikan efek yng sama. Untuk itu rugi-rugi
tersebut perlu dibahas satu per satu, lihat gambar 4.4.
Gambar 4.4 komponen-komponen-komponen rugi daya pada system dengan kumparan Petersen yang disebabkan oleh arus gangguan.
a. arus bocor yang mengalir melaui permukaan isolator penggantug pada
tiang transmisi. Besar arus ini tidak akan melampaui 5% dari arus
kapasitif dari system. Pengukuran sesungguhnya tehadap arus bocor
pada isolator penggantung tidak memberikan nilai yang tetap, tetapi
tergantung pada keadaan permukaan isolator, cuaca dan
perencanaannya.
b. Rug-rugi I2R yang disebabkan oleh arus gangguan kapasitif dan arus
kumparan didalam jala-jala transmisi, transformator daya, dan jalan
balik lewat tanah, dinyatakan dengan tahanan pengganti R3.
c. Rugi-rugi yang disebabkan adanya efek korona atau rugi-rugi
dialektrik, dinyatakan dengan tahanan pengganti R4.
d. Rugi-rugi yang dihasilkan di dalam kumparan Petersen sendiri, yang
terdiri dari rugi-rugi besi didalam inti, dan rugi-rugi tembaga pada
belitannya, kedua macam rugi-rugi ini dinyatakan masing-masing
dengan tahanan shunt R2 dan R3.
e. Rugi-rugi yang disebabkan oleh tahanan hubungan tanah dapat
dinyatakan oleh tahanan pengganti R6.
Rangkaian pengganti secara lengkapnya untuk menunjukkan komponen
komponen rug- rugi ini diperlihat dalam Gambar 4.4.
Di dalam system tanpa efek korona , harga dalam persen masing-masing
komponen rugi-rugi dinyatakan dalam table 4.1
Table 4.1 komponen-komponen rugi daya oleh arus gangguan pada system dengan kumparan Petersen.
Konduktansi bocor 1,5 - 5%
Kumparan Petersen :
Rugi rugi besi
Rugi rugi tembaga
0,5 – 1%
1,5 %
Rugi rugi I2R dalam transmisi dan jalan balik lewat tanah . Sampai 0,5%
Rugi rugi tambahan pada trafo daya yang diketanahkan. Sampai 5%
Rugi rugi pada titik pengetanahan kumparan Petersen. Sampai 1%
Didalam system tegangan ekstra tinggi (EHV), persen rugi daya total selama
terjadi gangguan tanah ini biasanya besarnya tak melampaui 4%, dan rugi daya
pada kumparan Petersen sendiri sanagat kecil sehingga dapat diabaikan. Bila
dipakai isolasi dengan tingkat yang normal, persen rugi daya total dapat berkisar
6–15 %. Hal ini dapat dilihat dalam table 4.2 yang didapat dalam praktek untuk
berbagai tegangan system, dan juga tergantung dari keadaan system,.
Untuk mencari rugi daya total ini tidak dibutuhkan perhitungan yang teliti,
tetapi sudah cukup teliti bila dipakai cara pendekatan dengan berpedoman pada
table tadi.
Table 4.2 persen rugi total pada tegangan system yang berbeda-beda
Tegangan system
(KV)
Jenis hantaran Arus gangguan
(amper)
Persen rugi daya
total
6
30
30
10
25
25
25
50
110
110
Kabel
Kabel
Kabel
Kabel udara
Kabel udara
Kabel udara
Kabel udara
Kabel udara
Kabel udara
Kabel udara
20,5
450
2800
6,5
3
9
10 – 45
7
22 – 54
70
9,5
4,5
3,5
11
12
8
14 - 10
9,5 - 13
3,3 - 4,75
4,3
Sebagai pegangan dalam perhitungan perhitungan, jumlah rugi-rugi itu adalah kira-kira :
5% untuk tegangan tinggi 110 KV ke atas
15% untuk tegangan sedang
5% untuk kabel tanah
Jadi bila rugi-rugi itu tidak diabaikan, diagram ekivalen Gambar 3.3 (b)
berubah menjadi seperti Gambar 4.5.
Gambar 4.5. Diagram ekivalen system yang diketanahkan dengan kumparan Petersen dalam keadaan gangguan. R = rugi-rugi ekivalen.
Perlu ditekankan disini bahwa rugi-rugi ini sangat terpengaruh oleh keadaan
cuaca , karena rugi-rugi ini sebagian besar ditentukan korona dan kebocoran
isolator. Dalam musim hujan kemungkinan timbulnya korona lebih besar. Jadi
rugi-rugi dalam musim hujan jadi lebih besar dari pada rugi-rugi dalam musim
kering.
4.4 PEMADAMAN BUSUR LISTRIK DALAM KEADAAN GANGGUAN
TANAH.
Pada saat gangguan dihilangkan, maka paada saat pemutusan arus, busur
listrik timbul antara kontak-kontak, yaitu antara fasa yang teganggu dan tanah, atau
antara elektroda-elektroda a dan b, Gambar 4.5. bersamaan dengan pemutusan arus
itu tegangan kawat akan berusaha kembali ke tegangan normal melalui waktu
transisi. Pada waktu pengembalian tegangan inilah akan kita lihat kegunaan yang
sangat besar dari kumparan Petersen itu.
Sifat sesuatu gangguan menentukan pergeseran titik netral dari 0 sampai Eph.
Umumnya kumparan Petersen itu tidak ditala sempurna, jadi selalu ada arus
gangguan mengalir (termasuk arus rugi-rugi)
Arus itu dinamakan arus residu (residual current) dan diberi dengan notasi Ir.
komponen reaktif dari arus gangguan residu ini,
Ir,x = Eph (w Co - ) (4.4)
Arus gangguan bila tidak ada kumparan Petersen ,
IFG = Eph w Co = (4.5)
Bila ada penyimpangan dari penalaan yang sempurna dinayatakan dengan δ ,
maka :
δ = =
δ = 1 -
atau
δ = 1 - (4.6)
bila persamaan (4.3) dipenuhi maka δ = 0.
Sebenarnya bagaimanapun sempurnanya penalaan selalu ada arus rugi-rugi
Iw.
Dalam gambar 4.5 , L dan Co membentuk sirkuit isolasi. Frekuensi sudut
(angular frequency) dari isolasi bebas (free isolation) adalah :
(4.7)
Bila w = frequency daya maka pada penalaan yang sempurna wf = w.
Sekarang akan kita lihat bagaimana pemadaman bunga api itu terjadi setelah
gangguan itu hilang. Untuk ini kita akan meninjau dua macam keadaan, yaitu pada
penalaan yang sempurna dan penalaan yang tidak sempurna.
4.4.1 Pemadaman Bunga Api pada Penalaan yang Sempurna
Terjadinya busur listrik atau loncatan api sebenarnya disebabkan karena
udara terionisasi pada waktu adanaya gangguan, sehingga yang tadinya bersifat
sebagai isolator, sekarang bersifat sebagai konduktor. Setelah gangguan itu hilang
pada waktu arus melewati titik nolnya, udara ingin kembali lagi sebagai isolator.
Peristiwa kembalinya udara sebagai isolator lagi disebut tegangan pulih dielektrik
atau “dielektrik recovery voltage” (DRV) atau “build-up of dielectric strength of
gap”. Pada saat arus nol tegangan system ingin kembali keharga normalnya
melalui gejala peralihan mengikuti lengkung tegangan pulih system atau “system
recovery voltage” (SRV).
Penyalaan kembali dari busur listrik dapat terjadi apabila pada timbulnya
tegangan pulih system terjadi pukul ulang (restrike), dimana terjadi perpotongan
antara kedua lengkung tersebut yaitu tegangan pulih dielektrik dan tegangan pulih
system dan kejadian ini bisa menyebabkan timbulnya busur tanah, walaupun
penyebab dari gangguan itu sendiri sudah hilang. Jadi harus diingat bahwa pada
saaat arus sama denagn nol, belum tentu system lebih rendah dari tegangan pulih
dielektik, atau dengan perkataan lain diinginkan agar kenaikan tegangan system
lambat dan kenaikan dari tegangan dielektrik lebih cepat.
Perlu dicatat bahwa bila tegangan system makin tinggi berarti kemungkinan
terionisasinya udara akan besar, maka bila terjadi gangguan tanah yang
menimbulkan busur listrik, arus daya yang mengalir dalam busur listrik itu besar
sehingga menyebabkan naiknya tegangan pulih dielektrik menjadi lambat. Tetapi
pada pemutus daya udara, busur listrik itu cepat hilang karena itu tegangan pulih
dielektrik dipercepat.
Begitu juga yang terjadi pada kumparan Petrsen, dimana tegangan pulih
dielektrik dapat dibuat cepat sekali dan tegangan pulih system dibuat cukup
lambat. Inilah jasa kumparan Petersen yang terpenting, sebab gangguan tanah
dapat diselamatkan pada pemutusan saluran yang terganggu. Kumparan Petersen
memperlambat naiknya tegangan pulih system, setelah gangguan itu hilang, seperti
terlihat pada keterangan- keteranagn dibawah ini.
Pada penalaan yang sempurna wf = w , jadi bila system dibiarkan bebas
akan terus menerus berisolasi. Tetapi karna adanya rugi-rugi amplitudenya makin
lama makin kecil.
Konstanta waktu dari isolasi yang teredam itu adalah.
T = = 2 L/Rse
Dimana : Rse = tahanan ekivalen seri.
Bila konstanta waktu dihitung dari sirkuit ekivalen paralel maka :
T = = 2 R C.
Dimana : R = tahanan ekivalen paralel.
Superposisisi dari tegangan pulih transient yang berisolasi dari tegengan
normal menghasilkan tegangan yang secara perlahan-lahan kembali dari keadaan
gangguan ke keadaan normal. Jadi seperti terlihat pada gambar 4,6 arti yang
terpenting dari kumparan Petersen ialah memperlambat dari kembalinya tergangan
antara pasa yang terganggu dan tanah. Bila tegangan fasa Eph sin wt dan tegangan
transien Eph e - t sin wt maka tegangan pulih pada fasa yang terganggu ke tanah
menjadi,
Eph (1- e - t sin) (4.10)
Gambar 4.7 Menggambarkan hasil superposisi Persamaan (4.10) di atas.
Gambar 4.6. Pemulihan tegangan pada fasa yang terganggu pada system yang diketanahkan dengan kumparan Petersen.
O : titik netral
A : fasa yang terganggu
B,C : fasa-fasa yang tidak terganggu
Dari gambar 4.7 jelas kelihatan bagaimana tegangan dari fasa yang
terganggu itu kembali setelah gangguan dihilangkan.
Jadi dengan adanya kumparan Petersen itu diperoleh beberapa keuntungan.
i. arus gangguan kecil, jadi pada pemutusan arus, busur listrik dapat
diabaikan.
ii. Tegangan pulih system diperlambat sedemikian rupa sehingga
memberikan waktu yang cukup kepada pemulihan dielektrik dari jalan
busur listrik (arc path) yang terjadi karena ionisasi selama gangguan.
iii. Pemutusan arus tidak menimbulkan busur listrik,
iv. Kemungkinan timbulnya busur tanah dihindarkan.
Pemadaman sendiri (self-extinguishing) itu bukanlah oleh karena arus
kecil, tetapi karena tegangan antara elektroda a dan b (gambar 4.4) lambat
kembalinya. Walupun gangguan itu besar, misalnya 50 amper pada system yang
diketanahkan dengan kumparan Petersen, adalah jauh lebih baik dari arus 5
amper pada system yeng tidak diketanahkan. Pada keadaan yang pertama
pemadaman sendiri itu dapat terjadi, sebaliknya pada keadaan terakhir belum
tentu terjadi.
4.4.2. PEMADAMAN BUNGA API PADA PENALAAN TIDAK SEMPURNA
Telah diterangkan di muka bahwa kumparan petersen itu pada umumnya tidak
ditala sempurna. Derajat simpangan talaitu diberikan oleh persamaan (4.6), yaitu:
δ =1-
dan persamaan (4.7)
wf =
bila persamaan (4.7) diisikan dalam persamaan (4.6), diperoleh :
δ = 1-
jadi frekuensi dari teganagan transien menjadi :
wf = w
tegangan pulih sitem antara fasa yang terganggu dan telah diberikan oleh
persamaan di bawah ini :
Eph sin wt - Eph e-αt sin wf t
Dengan
α =
Gambar 4.8 tegangan fasa yang terganggu bila kumparan petersen ditala tidak
sempurna.
δ = -25%, dan redaman diabaikan.
Bila redaman diabaikan (diperoleh hasil yang konservatif), persamaan (4.13)
menjadi:
Eph (sin wt- sin wf t)
Atau
2 Eph sin
Gambar 4.8 menggambarkan keadaan yang diberikan oleh persamaan (4.14).
dari gambar 4.8 kelihatan bahwa tegangan pulih dari fasa yang terganggu itu masih
tetap diperlambat walaupun pada keadaan penalaan yang tidak sempurna, dan
redaman diabaikan.
Perlu dicatat disini bahwa simpangan yang besar (arus residu makin besar)
akan mempercepat naiknya tegangan pulih system. Begitu pula halnya bila makin
besar arus rugi-rugi Iw. Dan bila simpangan tala terlalu besar, maka tegangan pulih
system menjadi terlalu cepat naiknya sehingga pemadaman sendiri mungkin akan
gagal, karena selain mempercepatkenaikan tegangan pulih juga arus busur lstrik
bertambah besar, deionisasi bertambah lambat jadi tegangan pulih dielektrik juga
lambat.
Oleh karena itu beberapa alasan, penalaan yang sempurna itu tidak
diinginkan”Never tone to resonance”, demikian kata jonas.
Alasan-alasan tersebut disebabkan antara lain oleh:;
1. sukar mengatur sehingga diperoleh penalaan sempuna,
2. bila ada pergeseran netral yang ditimbulkan oleh ketidakseimbangan
kapasitif, tegangan pada kumparan Petersen itu pada kerja normal akan
sangat besar (mungkian sekitar 10 sampai 15 kali sebesar pergeseran
netral) bila ditala sempuna.
3. dalam keadaan gangguan pergeseran akan maksimum bila ditala
sempurna.
Kedua alas an trakhir ini akan diterangkan lebih lanjut dalam pasal 7 bab ini. Dari
pengalaman-pengalaman, derajat simpangan tala jangan lebih besar dari harga-
harga yang diberikan pada table 4.3
Tabel 4.3 simpangan dari penalaan sempurna
Simpangan Tegangan Kerja
(KV)
± 25 25
± 15
± 10
69
115 dan lebih
Bila δ positif dinamakan kompensasi kurang, dalam hal ini wf < w, dan bila
δ negatif dinamakan kompensasi lebih, dalam hal ini wf >w.
Besar arus residu Ir (sebagai pecahan dari arus gangguan kapasitif IFG)
tergantung dari derajat simpangan δ, gambar 4.9.
Gambar 4.9 arus residu Ir , sebagai fungsi dari derajat simpanan δ. Iw =arus komponen rugi-rugi dari arus residu.
Dari gambar 4.5
Iw =
Ir =
Ir,x =IFG - IL
=
Jadi,
Dari relasi terakhir ini dapat dilukiskan gambar 4.9.
Kembali pada persamaan (4.10) di atas, yaitu untuk penalaan sempurna, laju
kenaikan tegangan adalah:
Dan pada t=0,
α Eph =
Laju kenaikan tegangan inilah sebagian besar yang menentukan apakah akan
terjadi pukul ulang (restrike) atau tidak. Pada umumnya harga 2 RC bekisar antara
0,02 detik untuk tegangan tinggi sampai 0,1 detik untuk tegangan menengah.
4.5. PENGARUH TAHANAN KONTAK
Pengaruh dari tahanan kontak ini paling terasa pada saluran transmisi yang
menggunakan tiang-tiang kayu.
Kita menginginkan supaya sebagian besar tegangan berada pada R, gambar
4.10, untuk menghindar kan loncatan api samping (side flash over).
Tegangan pada kumparan petersen adalah:
EN =
=
Jadi supaya tegangan EN besar, r/R harus diusahakan kecil.
Contoh:
Misalkan suatu sistem besar 69 KV, dengan tiang kayu, dan diketanahkan dengan
kumparan petersen.
R = 10%, r = 250 Ohm. Panjang seluruhnya 1.030 kms.
Maka,
IFG = Amp.
Iw =10% =27,3 Amp.
Jadi,
R = Ohm.
Maka,
EN = KV (=85%)
Dan
Er = KV (=15%)
Bila sistem tersebut tidak di ketanahkan maka diagram ekivalennya
diberikan dalam gambar 4.11. (Rugi-rugi sistem R kecil terhadap I/wC, karena itu
diabaikan).
Arus kapsitif IFG = 273., jadi Ohm.
Jadi,
I = KV (=86,3%)
4.6 KEUNTUNGAN DAN KERUGIAN KUMPARAN PETERSEN
Jadi jelas kelihatan sekarang keuntungan-keuntungan dari kumparan
petersen.
Untuk menggerakan alarm dipergunakan tegangan dari kumparan petrsen,
EN. Besar tegangan yang dibutuhkan untuk menggerakan alarmtersebut kira-kira
80% dari Eph. Di atas telah dihitung bahwa FN = 85% dari Eph , jadi tegangan ini
sudah cukup menggerakan alarm.
Jadi bila r terlalu besar, maka disamping Er yang besar ( dan ini tidak baik)
juga akan kemungkinan EN terlalu kecil sehingga tidak dapat menggerakan alarm.
Dari uraian-uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keuntungan yang paling utama
dari metoda pengetanahan sistem dengan kumparan petersen antara lain:
1. arus gangguan satu fasa ke tanah dapat dibuat kecil sekali, dengan semikian
gangguan ke tanah itu menjadi tidak berbahaya lagi terhadap sistem dan
gangguan dapat hilang sendiri (self-clearing), tanpa operasi pemutus ayanya.
2. hilangnya gejala busur tanah yang sangat berbahaya terhadap sistem (karena
tegangan lebih dihasilkannya), sehingga dengan demikian terhindar
kerusakan pada peralatan sistem, terutama pada titik gangguan.
3. suplay daya menjadi tak terganggu dan dapat berlangsung terus walaupun
gangguan belum dihilangkan sama sekali, artinya sistem dapat beroprasi
terus dalam keadaan gangguan tanah.
4. tegangan lebih transien yang terlampau besar dapat dikurangi dibandingkan
pada sistem yang terisolir.
5. efek-efek terhadap sitem komunikasi dapat diperkecil.
6. mengurangi kejutan pada sistem yang disebabkan gangguan tanah itu.
Kerugian dan kelemahan-kelemahan dari metode pengetanahan dengan kumparan
petersen ini antara lain ialah:
1. kumparan petersen tidak dapat mengkompensir terhadap gangguan dua fasa
ke tanah.
2. kumparan petersen tidak dapat menghilangkan gangguan satu fasa yang
menetap 9substained ground fault) pada sistem.
3. kumparan petersen tidak mengkompensir rugi-rugi daya dari sistem (watt
component) dan harmonisa-harmonisa, sehingga pemekaiannya terbatas pada
sistem dengan tegangan sampai 110 KV. Pada sistem-sistem yang
mempunyai tegangan sangat tinggi rugi-rugi daya (termasuk kerugian korona)
besar sekali.
4. kumparan petersen tidak mencegah tegangan lebih secara keseluruhan, hanya
membatasi sampai pada keadaan tertentu sehangga memerlukan peralatan
yang mampu menanggulangi tegangan lebih tersebut.
4.7 PERSAMAAN DAN DIAGRAM LINGKARAN JONAS
Dalam pasal 4 telah diterangkan bahwa pada hakikatnya penalaan sempurna
itu tidak perlu, malahan selalu dinasehatkan supaya jangan dilakukan penalaan
sempurna untuk menerangkan hal ini marilah kita tinjau dua macam keadaan, yaitu
sistem dalam keadaan tidak ada gangguan, dan sistem dalam keadaan gangguan
kawat tanah.
4.7.1. SISTEM PADA KEADAAN TIDAK ADA GANGGUAN
Gambar 4.12 menggambarkan suatu sistem yang diketanahkan dengan
kumparan petersen dalam keadaan tidak ada gangguan.
Persamaan arus:
IP + IA + IB + IC = 0
atau
Persamaan (4.19) dapat ditulis sebagai :
Atau
Tetapi dari persamaan (2.8) IU =
Jadi persamaan (4.21) dapat ditulis:
Atau
EN =
Pada persamaan diatas:
EN = tegangan kumparan petersen, yaitu tegangan pada titik netral dan
tanah pada sistem yang diketanahkan dengan kumparan petrsen.
ENG = tegangan netral ke tanah pada sistem delta.
Mulai sekarang tegangan ketidakseimbangan ENG kita sebut tegangan urutan
nol, E0, jadi persamaan (4.23) menjadi :
EN =
Gambar 4.13. gambar ekivalen dari sistem yang diketanahkan dengan kumparan petersen dan tidak ada gangguan
ZP = rp + jXP
ZG = r – jX’G
Rse = r + rp
Gambar ekivalen dari persamaan (4.24) diberikan oleh gambar 4.13 yaitu suatu
rangkaian tertutup yang diberikan oleh impedansi kumparan petersen Zp, dan
impedansi ekivalen kapasitif sitem terhadap tanah, ZG terhubung seri, dan
tegangan ketidakseimbangan atau tegangan urutan nol, E0.
Jadi dari persamaan (4.24) dan gambar 4.13 jelas kelihatan bila kumparan
petersen itu ditala sempurna (resonansi seri) harga Zp + ZG akan sangat kecil
(hanya tahanan rugi-rugi Rse), jadi persamaan (4.24) menjadi:
EN aks =
Dan tegangan kumparan petersen akan maksimum, EN , maks dan ini relatif sangat
besar, yaitu 10-15 kali sebesar tegangan ketidakseimbangan E0. ini berarti kalau
ada tegangan ketidakseimbangan E0, maka dalam keadaan kerja normal
pergeseran titik netral sistem (neutral displacement) menjadi sangat besar. Jadi
jelaskan sekarang bahwa penalaan tidak sempurna itu sangat efaktif bila ada
ketidakseimbangan kapasitif pada sistem itu. Tapi jagalah simpangan tala ini
ditunjukan untuk membatsi pergeseran netral yang besar, tetapi lakukanlah
dengan transposisi.
Untuk menjaga supaya tegangan kumparan Petersen (tegangan netral)
jangan terlalu besar, impedansi kumparan Petersen itu dibuat untuk konstan, yaitu
pada arus yang lebih besar impedensasinya berkurang, gambar 4.14 (lihat juga
Gambar 4.16).
4.7.2 Sistem dalam Keadaan Gangguan Tanah
Pada keadaan gangguan tanah Zp dan ZG terhubung parallel, gambar 4.15
Telah diterangkan di atas bahwa kumparan Petersen itu tidak ditala sempurna, jadi
arus kumparan Petersen tidak menetralisir seluruh arus kapasitif. Selisih arus ini
dsebut arus residu, Ip .
Besar arus residu,
Ir = (4.25)
Substitusi persamaan-persamaan (2.10) dan (2.24) dalam persamaan (4.25)
diperoleh
Ir = IFG
Atau
= (4.26)
Persamaan (4.26) ini mula-mula diberi oleh jonas, dan persamaan tersebut
dinamakan persamaan jonas.
Dalam keadaan resonansi (resonansi pararlel) tegangan kuparan, Petersen,
EN, akan maksimum dan
Pengetanahan Dengan Kumparan Petersen
IR = IW
Yaitu komponen watt dari arus residu.
Jadi tegangan maksimum kumparan Petersen itu menjadi :
EN, maks = Eo
Dari contoh di Bawah ini dapat kita lihat berapa besarnya pergeseran netral
(tegangan kumparan Petersen) bila ditala sempurna.
Contoh :
Suatu system besar 23 KV. Tegangan ketidakseimbangan ENG = Eo
dimisalkan 3 % dari tegangan fasa , dan rugi-rugi system 10% (IW = 10% dari IFG),
maka :
EN, maks = x 3% = 30%
Jadi di sini kita lihat bila Eo = 3% maka EN, maks = 30% dan terakhir ini sudah “
sangat besar”.
4.7.3 Diagram Lingkaran Jonas
Dari gambar 4.14 dapat dilihat bahwa impedansi kumparan Petersen itu
konstan sampai EN = Eph , dan di atas titik Eph impedansi itu makin berkurang
sehngga tegangan kumparan Petersen itu agak konstan.
Karena pada umumnya tegangan yang mungkin timbul pada kumparan
Petersen itu jarang di atas Eph maka kita cukup meninjau daerah sampai Eph
saja.kumparan Petersen itu mempunyai sadapan-sadapan. Gambar 4.16, dan
impedansi itu berubah secara linear dengan perubahan sadapan.
Misalkan impedansi kumparan Petersen itu,
Zp = k(rp + j xp)
Dimana k konstan tergantung dari kedudukan sadapan.
Impedansi ekivalen kapasitif , ZG, dari system itu adalah konstan. Sekarang
akan kita lihat bagaimana kedudukan EN yaitu tegangan pada kumparan Petersen.
Rangkaian ekivalen dalam keadaan tidak ada gangguan diberikan oleh Gambar
4.13 . dalam gambar 4.13, Eo dan ZG tetap besarnya , sedang Z p dapat diatur, yaitu
dengan merubah sadapannya.
Karena E o merupakan tegangan yang tetap yang dimasukkan pada dua
impedansi dalam seri, satu diantaranya ZG yang tetap, sedang yang lain ZP berubah
secara linear , maka tempat kedudukan EN untuk berbagai-bagai kedudukan
sadapan merupakan sebuah lingkaran, Gambar 4.17.
Lingkaran Gambar 4.17, merupakan tempat kedudukan (tegangan) tanah.
Harga maksimum dari E N yaitu EN, maks ialah diameter dari lingkaran itu (GMN), hal
mana terjadi pada keadaan resonansi.
Jadi jelas kelihatan dari gambar 4.13, bahwa pada penalaan sempurna
pergeseran netral sangat besar pada kerja normal bila ada ketidakseimbangan
kapasitif (Eo). sebab, itulah jonas mengatakan, bila ada ketidakseimbangan
kapasitif system janganlah ditala sempurna.
Pengetanahan Dengan Kumparan Petersen
Dalam Gambar 4.17 :
N = titik netral
GO = sistem delta (ENG = E0)
G1 = kompensasi kurang (EN1)
GM = ditala sempurna (EN,mkas)
G2 = kompensasi lebih (EN2)
EN = tegangan kumparan Petersen atau tegangan netral ke tanah
Cara yang paling mudah untuk memeroleh data untuk melukiskan diagram
lingkaran itu ialah dengan cara pengukuran. Untuk tiap kedudukan sadapan dari
kumparan Petersen itu diukur tegangan-tegangan fasa ke tanah EA, EB, EC, tegangan-
tegangan jala-jala EAB, EBC, ECA,. pengukuran itu dilakukan dengan bantuan
transformator tegangan tiga-fasa dengan netralnya diketanahkan, Gambar 4.18.
Supaya lebih jelas, di bawah ini diberikan contoh suatu sistem 115 KV.
Hasil-hasil pengukuran tegangan dikumpulkan dalam table 4.4.
Prosedur untuk melukiskan diagram lingkaran jonas adalah sebagai berikut ;
1. dari hasil-hasil pengukuran tegangan-tegangan fasa ke tanah (kolom 3,4 dan
5) dan tegangan jala-jala (kolom 6,7 dan 8), diambil harga rata-rata tegangan
jala-jala (kolom 10), dan tegangan-tegangan fasa-tanah dikoreksi ke
tegangan jala-jala ini. Misalnya untuk baris pertama table 4.4, EA dalam
kolom 11 diperoleh sebagai berikut :
EA = x 67,0 (hasil pengukuran)
= 67,0 KV.
Table 4.4 hasil-hasil pengukuran tegangan dari suatu system 115 KV yang dilengkapi dengan kumparan Petersen.
Kumparan
petersen
Tegangan ketanah
(KV)
Tegangan jala-jala
(KV)R Tegangan di ats ke
Posisi
Amp
(arus
Sek)
EA EB EC EAB EBC ECA c/s ELL EA EB EC
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
Off 0 67,0 64,3 67,0 115.2 115.2 115.0 50 115,1 67,0 64,2 66,9
1 0,5 67,8 63,0 68,0 115,1 115.1 114,9 50 115,0 67,8 63,0 68,0
2 1,5 70,0 55,1 75,2 115,0 115,0 114,9 50 115,0 70,0 55,1 75,2
3 3,8 48,0 81,2 73,5 115,5 115,1 115,1 50 115,2 47,8 81,0 73,0
4 1,3 62,4 71,5 64,8 115,2 115,0 115,0 50 115,1 62,3 71,3 64,7
* tegangan jala-jala diambil rata-rata 115 KV tegangan ini diambil sebagai referensi , dan semua tegangan fasa dirubah terhadap tegangan referensi itu.
Dengan jalan ini diperoleh harga-harga dari tegangan fasa-tanah yang telah
diatur (kolom 11,12 dan 13).
2. untuk tiap kedudukan sadapan dari kumparan Petersen, dengan ketiga
tegangan fasa-tanah yang telah diatur sebagai radius dilukiskan lingkaran.
Melalui ketiga titik perpotongan dari ketiga lingkaran itu dilukiskan segitiga.
3. dengan jalan yang sama seperti langkah 2 di atas dilakukan untuk semua
sadapan dari kumparan Petersen, termasuk kedudukan “off”
4. melalui titik-titik yang diperoleh pada langkah 2 dan 3 dilukiskan lingkaran,
yaitu lingkaran jonas, gambar 4.19.
Lingkaran itu mempunyai radius sebesar 15 KV, atau diameter lingkaran 30 KV.
Jadi pada keadaan resonansi, dalam keadaan kerja normal (tidak ada gangguan),
pergeseran titik netral ialah 30 KV atau kira-kira 43,5 % dari tegangan fasa.
Hasil dari pengukuran untuk sistem lain diberikan dalam Gambar 4.20. Dalam
segitiga tegangan ada dua lingkaran, yang pertama kecil dan yang kedua besar.
Lingkaran kecil ialah lingkaran yang sebenarnya, sedang yang besar diperoleh
dengan melepaskan dua fasa. Hal itu dilakukan karena sistem agak seimbang
(fairly balanced), jadi lingkaran itu terlalu kecil untuk dipelajari. Dengan
melepaskan dua fasa diperoleh ketidakseimbangan yang besar dan lingkaran Jonas
yang besar pula.
4.8. KESIMPULAN – KESIMPULAN PENGETANAHAN DENGAN
KUMPARAN PETERSEN.
1) Pengetanahan dengan kumparan Petersen sangat efektif untuk
memadamkan gangguan hubung tanah (ground fault) yang berupa transien
maupun gangguan yang berlangsung terus.
2) Kumparan Petersen mencegah timbulnya arus gangguan yang besar.
3) Kompensasi yang tepat terhadap arus kapasitif pada waktu gangguan satu
fasa ketanah menyebabkan arus gangguan itu kecil sekali, sehingga
memungkinkan sistem itu dapat bekerja terus dengan satu fasa terhubung
ketanah sampai ada saat yang baik untuk melakukan lokalisasi gangguan.
Sementara itu baik di sisi generator disentral maupun di sisi pihak
konsumen tak merasai gangguan tersebut.
4) Pengurangan arus gangguan sampai harga minimumnya yang tidak lagi
membahayakan konduktor maupun isolator-isolator akan mengurangi
pemeliharaan terhadap saluran transmisi-transmisi, isolator-isolator, dan
sekaligus mengurangi operasi daripada pemutus daya.
5) Busur tanah dapat dihindarkan.
6) Kerusakan-kerusakan yang diakibatkan oleh gangguan tanah diperkecil.
7) Terhadap gangguan satu fasa ke tanah yang temporer, kumparan Petersen
tidak hanya menyebabkan arus gangguan itu kecil tetapi juga
memperlambat kenaikan tegangan pulih sistem dan karena itu busur listrik
mudah hilang sendiri, jadi sistem kembali normal tanpa bekerjanya pemutus
daya.
8) Kumparan Petersen sangat sensitif terhadap ketidakseimbangan di dalam
sistemnya.
9) Kumparan Petersen selalu siap setiap saat untuk menetralisir arus gangguan
hubung tanah maupun gangguan hubung tanah yang berturutan.
10) Kumparan Petersen paling baik digunakan pada sistem radial baik yang
melulu terdiri dari penghantar kawat udara atau campuran hantaran udara
dan kabel tanah dengan tegangan kerja dari 2,4 KV sampai dengan 110 KV.
11) Kumparan Petersen praktis tidak membutuhkan pemeliharaan yang berarti.
12) Karena arus gangguan tanah yang timbul selain kecil juga distribusinya
tidak tergantungkepada letak gangguan, maka arus itu tidak bisa dipakai
sebagai dasar untuk rele gangguan tanah yang efektif. Rele gangguan tanah
yang selektif harus dengan cara-cara yang istimewa atau khusus.
13) Mengingat bahwa terhadap gangguan satu fasa ke tanah yang permanen
pemutusan pemutus daya dapat di tangguhkan, dan pemutusan terhadap
suatu gangguan satu fasa yang temporer tidak perlu, maka rele gangguan
tanah yang selektif bukan suatu keharusan.
14) Pemasangan “wattmeter type earth leakage relay” dapat menunjukkan
dengan tepat letak gangguan, sehingga dapat diadakan tindakan
pengisolasian bagian sistem yang mengalami gangguan itu.
15) Mengigngat bahwa kumparan Petersen itu hanya berjasa terhadap gangguan
satu fasa ke tanah, maka system itu haruslah diusahakan sedemikian rupa
sehingga gangguan-gangguan yang disebabkan sebagian besar oleh petir itu
menyebabkan hanya gangguan satu fasa ke tanah saja. Untuk ini tahanan-
tahanan kaki tiang harus diusahakan serendah mungkin.
16) Karena pada waktu gangguan satu fasa ke tanah menyebabkan tegangan
fasa lainnya naik menjadi . Eph atau tegangan jala-jala, maka pengenal
tegangan arrester haruslah berdasarkan tegangan jala-jala.
17) Sistem dapat bekerja pada simpangan tala tertentu tanpa mempengaruhi
karakteristik proteksinya terhadap sistem, sehingga pada perluasan sistem
tidak menunjukkan adanya pembatasan pemakaian kumparan Petersen ini.
18) Untuk membatasi pergeseran netral akibat resonansi maka salah satu atau
beberapa kumparan Petersen dipasang pada sadapan maksimum.