tugas penjasorkes

45
Page 0 TUGAS PENJASORKES PENELITIAN TINDAKAN KELAS PENJASORKES SMA ISMY NUR SYAHBIBA XII IPA 2 / 16 SMAN15 SURABAYA

Transcript of tugas penjasorkes

Page 1: tugas penjasorkes

Page

0

TUGAS PENJASORKESPENELITIAN TINDAKAN KELAS PENJASORKES SMA

ISMY NUR SYAHBIBA

XII IPA 2 / 16

SMAN15 SURABAYA

Page 2: tugas penjasorkes

DAFTAR ISI

1.. PTK PENJASORKES KELAS X SMA NEGERI 1 SURADE...................1

2. PTK PENJASORKES KELAS XI SMAN 1 SAMUDRA KULON............22

3. PTK PENJASORKES SMAN 3 LAMONGAN...................................33

Page 3: tugas penjasorkes

UPAYA MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

JASMANI KELAS X SMA NEGERI 1 SURADE

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral

dari sistem pendidikan secara keseluruhan. Oleh karena itu, pelaksanaan pendidikan jasmani harus diarahkan pada pencapaian tujuan tersebut. Tujuan pendidikan jasmani bukan hanya mengembangkan ranah jasmani, tetapi juga mengembangkan aspek kesehatan, kebugaran jasmani, keterampilan berfikir kritis, stabilitas emosional, keterampilan sosial, penalaran dan tindakan moral melalui kegiatan aktivitas jasmani dan olah raga. Pendidikan jasmani merupakan media untuk mendorong perkembangan motorik, kemampuan fisik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-spritual-dan sosial), serta pembiasan pola hidup sehat yang bermuara untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan yang seimbang.

Pendidikan jasmani memiliki peran yang sangat penting dalam mengintensifkan penyelenggaraan pendidikan sebagai suatu proses pembinaan manusia yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan jasmani memberikan kesempatan pada siswa untuk terlibat langsung dalam aneka pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, bermain, dan berolahraga yang dilakukan secara sistematis, terarah dan terencana. Pembekalan pengalaman belajar itu diarahkan untuk membina, sekaligus membentuk gaya hidup sehat dan aktif sepanjang hayat.

Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru harus dapat mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi permainan / olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur kerjasama, dan lain-lain) dari pembiasaan pola hidup sehat. Pelaksanaannya bukan melalui pengajaran konvensional di dalam kelas yang bersifat kajian teoritis, namun melibatkan unsur fisik mental, intelektual, emosional dan sosial. Aktivitas yang diberikan dalam pengajaran harus mendapatkan sentuhan dikdakdik-metodik, sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran. Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan, kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan memeliharan kesegaran jasmani serta pemahaman terhadap gerak manusia.

Namun kenyataan di lapangan dalam masa transisi perubahan kurikulum dari kurikulum 1994 menjadi kurikulum 2004 yang semula pendidikan jasmani dan kesehatan dengan alokasi waktu 2 jam per minggu @ 40 menit, sekarang Pendidikan Jasmani dengan alokasi waktu 3 jam per minggu @ 40 menit, masih banyak kendala dalam

Page 4: tugas penjasorkes

menerapkan kurikulum tersebut. Hal ini disebabkan karena belum adanya sosialisasi secara menyeluruh di jajaran pendidikan sehingga masih banyak perbedaan penafsiran tentang pendidikan jasmani utamanya dalam pembagian waktu jam pelajaran.

Adanya ruang lingkup mata pelajaran pendidikan jasmani dalam kurikulum 2004 untuk jenjang SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/MA sebenarnya sangat membantu pengajar pendidikan jasmani dalam mempersiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan siswa. Adapun ruang lingkup pendidikan jasmani meliputi aspek permainan dan olahraga, aktivitas pengembangan, uji diri / senam, aktivitas ritmik, aktivitas ritmik, akuatik (aktivitas air) dan pendidikan luar kelas.

Sesuai dengan karakteristik siswa SMA, usia 16 – 18 tahun kebanyakan dari mereka cenderung masih suka bermain. Untuk itu guru harus mampu mengembangkan pembelajaran yang efektif, disamping harus memahami dan memperhatikan karakteristik dan kebutuhan siswa. Pada masa usia tersebut seluruh aspek perkembangan manusia baik itu kognitif, psikomotorik dan afektif mengalami perubahan. Perubahan yang paling mencolok adalah pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikologis.

Agar standar kompetensi pembelajaran pendidikan jasmani dapat terlaksana sesuai dengan pedoman, maksud dan juga tujuan sebagaimana yang ada dalam kurikulum, maka guru pendidikan jasmani harus mampu membuat pembelajaran yang efektif dan menyenangkan. Untuk itu perlu adanya pendekatan, variasi maupun modifikasi dalam pembelajaran. Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian dengan judul Upaya Meningkatkan Kesegaran Jasmani melalui Pendekatan Bermain dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani Siswa KELAS X SMA NEGERI 1 SURADE Tahun Pelajaran 2010/2011.

B. Identifikasi Masalah Dengan adanya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

yang merupakan pedoman bagi guru dan merupakan bahan kegiatan dalam pembelajaran, maka siswa perlu mempelajari dan melaksanakan untuk mencapai kompetensi yang sudah dirumuskan. Untuk mencapai standar kompetensi tersebut bukanlah yang mudah. Adapun permasalahan-permasalahan yang muncul dilapangan adalah sebagai berikut:1. Banyak dikalangan pendidikan yang belum memahami tentang

perbedaan Pendidikan Jasmani dan Olah Raga. 2. Kurangnya pemahaman dari siswa tentang maksud dan tujuan

pendidikan jasmani sehingga pada proses pembelajaran belum semua antusias untuk beraktivitas jasmani.

3. Kurangnya pemahaman tentang arti pentingnya tubuh bugar dan sehat, sehingga mereka mengikuti pendidikan jasmani hanya sekedar ikut dan memperoleh nilai.

Page 5: tugas penjasorkes

C. Batasan Masalah Penelitian ini memiliki beberapa batasan yang perlu

dikembangkan agar substansi penelitian ini tidak melebar dan agar dapat kesepahaman penafsiran tentang substansi yang ada dalam penelitian ini. Batasan-batasan masalah tersebut adalah sebagaimana berikut ini: 1. Penelitian ini hanya menitikberatkan pada model pembelajaran

dengan pendekatan bermain untuk meningkatkan kesegaran jasmani siswa.

2. Penelitian ini menerapkan model pembelajaran dengan pendekatan bermain pada pendidikan jasmani dalam upaya meningkatkan tingkat kesegaran jasmani siswa.

D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas,

peneliti dapat merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah pembelajaran pendidikan jasmani dengan model

pembelajaran dengan pendekatan bermain tingkat kesegaran jasmani siswa dapat meningkat?

2. Seberapa besar peningkatan tingkat kesegaran jasmani siswa setelah mengikuti model pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam pendidikan jasmani.

E. Tujuan Pendidikan Tujuan yang ingin dicapai melalui penelitian ini adalah : 1. Mengetahui perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa yang

diajar dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam pendidikan jasmani.

2. Untuk mengetahui seberapa besar perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa yang diajar dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam pendidikan jasmani.

F. Manfaat Hasil Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi berbagai pihak yaitu : 1. Guru

Untuk meningkatkan kualitas mengajar dan mencoba menerapkan model pembelajaran sebagai inovasi baru dalam proses pembelajaran

2. Siswa Dengan banyaknya model pembelajaran mereka mendapatkan banyak variasi dalam pembelajaran. Selain itu siswa dapat belajar sambil bermain

3. Sekolah Hasil penelitian ini dapat dijadikan pertimbangan sekolah untuk mengembangkan model pembelajaran.

Page 6: tugas penjasorkes

BAB IITINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori Teori-teori tentang upaya meningkatkan kebugaran tubuh

telah banyak dikemukakan oleh para pakar. Dalam hubungannya dengan penelitian ini, penulis mencoba menggunakan model pembelajaran beraktivitas jasmani sambil bermain. Aktivitas ini merupakan salah satu metode yang tepat dimana keaktifan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran sekalipun sambil bermain mereka sudah melaksanakan kegiatan jasmani sebagai upaya untuk menjaga kebugaran tubuh. Hal ini sangat bagus untuk melatih kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa.

Dari judul tersebut diatas dapat dikemukakan bahwa model pembelajaran dengan pendekatan bermain merupakan variabel bebas (independent variable), sedangkan tingkat kesegaran jasmani siswa sebagai variabel terikat (dependent variable).

1. Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani adalah suatu proses pembelajaran

melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotor, kognitif dan afektif setiap siswa. Pengalaman yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan secara aman, efisien, dan efektif. (Kurikulum Penjas SMA, 2004). Dari banyak pendapat tentang pengertian pendidikan jasmani, dapat disimpulkan pendidikan jasmani adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik diarahkan untuk mengembangkan dan meningkatkan individu secara organik, neuromuskuler, perseptual, kognitif, dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional. (Pedoman Khusus Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi SMA, 2004).

2. Materi Pendidikan Jasmani SMA/MAStruktur materi pendidikan jasmani dikembangkan dan

disusun dengan menggunakan model kurikulum kebugaran jasmani dan pendidikan olahraga (Jewwet, Ennis, and Bain, 1995). Asumsi yang digunakan oleh kedua model ini adalah untuk menciptakan gaya hidup sehat dan aktif, manusia perlu memahami hakikat kebugaran jasmani dengan menggunakan resep latihan yang benar. Materi mata pelajaran pendidikan jasman SMA/MA meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Pengalaman mempraktikkan latihan untuk mempertahankan

dan meningkatkan kebugaran jasmani

Page 7: tugas penjasorkes

b. Pengalaman mempraktikkan keterampilan dasar atletik, senam, permainan dan beladiri

c. Keterampilan memelihara dan meningkatkan kebugaran jasmani, pengetahuan hakikat kebugaran jasmani, serta pengetahuan praktis latihan kebugaran jasmani

d. Penerapan peraturan, dan praktik yang aman dalam pelaksanaan kegiatan atletik, senam, permainan dan beladiri

e. Perilaku yang menggambarkan sikap sportif dan positif, emosi yang stabil, dan gaya hidup yang sehat

Materi pendidikan jasmani SMA/MA merupakan kelanjutan dari materi di SMP, dan dilanjutkan di SMA. Mater pembelajaran untuk kelas X SMA/MA meliputi keterampilan dasar olahraga, kesegaran jasmani, dan pembentukan sikap dan perilaku untuk membentuk kecakapan hidup personal.

3. Karakteristik Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani merupakan salah satu mata pelajaran

yang ada di SMA/MA, yang mempelajari dan mengkaji gerak manusia secara interdisipliner. Gerak manusia adalah aktivitas jasmani yang dilakukan secara sadar untuk meningkatkan kebugaran jasmani dan keterampilan motorik, mengembangkan sikap dan perilaku agar terbentuk gaya hidup yang aktif. Aktivitas jasmani yang dilakukan berupa aktivitas bermain, permainan, dan olahraga.

4. Karakteristik Siswa SMA/MA Selama di SMA/MA, seluruh aspek perkembangan manusia

yaitu psikomotor, kognitif, dan efektif mengalami perubahan yang luar biasa. Siswa SMA/MA mengalami masa remaja, satu periode perkembangan sebagai transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masa remaja dan perubahan yang menyertainya merupakan fenomena yang harus dihadapi oleh guru. a. Perkembangan aspek psikomotorik

Wuest dan Lombardo (1974) menyatakan bahwa perkembangan aspek psikomotor seusia siswa SMA/MA ditandai dengan perubahan jasmani dan fisiologis secara luar biasa. Salah satu perubahan luar biasa tersebut adalah pertumbuhan tinggi badan dan berat badan.

b. Perkembangan aspek kognitif Arasoo T.V (1986) menyatakan bahwa aspek kognitif meliputi fungsi intelektual, seperti pemahaman, pengetahuan, dan keterampilan berpikir. Untuk siswa SMA/MA perkembangan kognitif utama yang dialami adalah formal operasional yang mampu berfikir abstrak dengan menggunakan simbol-simbol tertentu. Selain itu ada peningkatan fungsi intelektual, kapabilitas memori dan bahasa, dan perkembangan konseptual.

c. Perkembangan aspek afektif Menurut Arasoo T.V (1986), ranah afektif menyangkut perasaan, moral dan emosi. Perkembangan afektif siswa

Page 8: tugas penjasorkes

SMA/MA mencakup proses belajar perilaku dengan orang lain atau sosialisasi. Sebagian besar sosialisasi berlangsung lewat pemodelan dan peniruan orang lain.

5. Model Pembelajaran dengan Pendekatan BermainPendekatan bermain adalah salah satu bentuk dari sebuah

pembelajaran jasmani yang dapat diberikan di segala jenjang pendidikan. Hanya saja, porsi dan bentuk pendekatan bermain yang akan diberikan, harus disesuaikan dengan aspek yang ada dalam kurikulum. Selain itu harus dipertimbangkan juga faktor usia, perkembangan fisik, dan jenjang pendidikan yang sedang dijalani oleh mereka.

Model pembelajaran dengan pendekatan bermain erat kaitannya dengan perkembangan imajinasi perilaku yang sedang bermain, karena melalui daya imajinasi, maka permainan yang akan berlangsung akan jauh lebih meriah. Oleh karena itu sebelum melakukan kegiatan, maka guru pendidikan jasmani, sebaiknya memberikan penjelasan terlebih dahulu kepada siswanya majinasi tentang permainan yang akan dilakukannya.

6. Kesegaran Jasmani Sadoso (1989 : 9) Kesegaran jasmani adalah keadaan

atau kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas atau tugas-tugasnya sehari-hari dengan mudah tanpa mengalami kelelahan yang berarti dan masih mempunyai siswa atau cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggangnya untuk keperluan-keperluan lainnya.

Komponen atau faktor kesegaran jasmani dan komponen kesegaran motorik merupakan satu kesatuan utuh dari komponen kondisi fisik. Agar seseorang dapat dikategorikan kondisi fisiknya baik, maka status komponen-komponennya harus berada dalam kondisi baik pula. Adapun komponen atau faktor jasmani adalah : kekuatan, daya tahan kelenturan.

B. Kerangka Berfikir Dari uraian di atas, dapat disimpulkan banyak sekali hal-hal

yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang, salah satunya yaitu melalui aktifitas jasmani. Pendidikan jasmani dapat digunakan sebagai bentuk kegiatan siswa dalam upaya menjaga dan sekaligus meningkatkan tingkat kesegaran jasmani. Dengan mempertimbangkan karakter dan perkembangan siswa guru harus dapat merencanakan dengan matang proses pembelajaran. Dalam membuat perencanaan tersebut guru bisa menggunakan pendekatan, teknik, metode ataupun model pembelajaran.

C. Hipotesis Dari uraian di atas hipotesis penelitiannya adalah melalui pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam pendidikan jasmani tingkat kesegaran jasmani siswa dapat meningkat.

Page 9: tugas penjasorkes

BAB IIIMETODE PENELITIAN

A. Metode Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penelitian tindakan kelas. Dengan penelitian tindakan kelas peneliti dapat mencermati suatu obyek dalam hal ini siswa, menggunakan pendekatan atau model pembelajaran tertentu untuk meningkatkan tingkat kesegaran jasmani siswa. Melalui tindakan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu dalam bentuk rangkaian siklus kegiatan. Dengan demikian perkembangan dalam setiap kegiatan dapat terpantau

B. Setting dan Karakteristik Subyek Penelitian ini dilaksanakan pada siswa KELAS X SMA NEGERI

1 SURADE yang berjumlah 48 orang. KELAS X merupakan kelas yang kalau dilihat dari kemampuan akademisnya mereka mempunyai rata-rata yang lebih baik dari pada kelas yang lain. Demikian juga bila dilihat dari perilaku dan kedisiplinannya mereka juga relatif lebih baik dari kelas yang lain. Namun demikian pada saat diadakan tes tingkat kesegaran jasmani dengan menggunakan tes lari 2,4 km, ternyata hasilnya justru paling rendah dibandingkan dengan kelas lain.

Disamping hasil tes tingkat kesegaran jasmaninya paling rendah, anak-anak dikelas tersebut pada saat mengikuti kegiatan dalam pembelajaran juga kurang antusias. Bahkan kadang-kadang ada sebagian dari mereka dalam mengikuti pembelajaran sambil membawa rangkuman ataupun catatan, yang kalau tidak ketahuan mereka sembunyi-sembunyi memanfaatkan waktunya untuk membaca. Mereka mengikuti pelajaran pendidikan jasmani hanya sekedar hadir dan nantinya mendapatkan nilai.

C. Prosedur penilaian1. Siklus I

Dalam kegiatan siklus yang pertama penulis melaksanakan kegiatan yang menarik dan menyenangkan yaitu kegiatan olahraga tradisional. a. Pemanasan

Dalam kegiatan pemanasan kita buat dalam bentuk-bentuk permainan yang menyenangkan. Misalnya : berlari kecil berkelompok sambil memegang bahu sambil bernyanyi bersama, berlari sambil berpegangan tangan dengan bervariasi dari arah kanan ke arah kir bergantian, berlari kecil sambil meloncat dilakukan berpasangan berdua atau bertiga, bahkan dapat dilakukan dengan kelompok yang lebih banyak asalkan jumlahnya ganjil, satu orang berada diantara kelompok sebagai pusat pegangan dan masih banyak lagi bentuk kegiatan pemanasan sambil bermain.

Page 10: tugas penjasorkes

b. Kegiatan inti Dalam kegiatan ini dilaksanakan kegiatan out door games. Bentuk kegiatan out door games yang pertama dilaksanakan bentuk kegiatan yang berorientasi pada melatih kekuatan, kelincahan, kelenturan tubuh disamping juga melatih unsur kognitif dan afektif siswa. Sebenarnya banyak sekali jenis out door games yang dapat dilaksanakan dalam pendidikan jasmani, namun dalam siklus I penulis melaksanakan kegiatan bentengan. Permainan ini berasal dari permainan anak-anak yang awalnya mempergunakan pohon atau tiang sebagai sarana bentengnya. Supaya ada bentuk variasi lain maka kita kembangkan jenis permainan ini dengan media lain. Prasarana : berupa lapangan seluas lapangan basket. Sarana : bekas botol plastik, bekas tempat bola tenis, dengna jumlah5 sampai 10 buah, sebagai benteng yang harus direbut dan dilarikan dari daerah musuh. Cara bermainnya sama dengna permainan bentengan lainnya, hanya saja pada bentengan ini yang diperebutkan adalah bekas tempat bola tenis, atau botol bekas minuman. Langkah pertama peserta dibagi dua team dengan jumlah sama banyak. Benteng yang terbuat dari botol, atau gelas plastik berada dibelakang team masing-masing. Tiap team dibagi dalam 3 kelompok masing-masing sebagai team penyerang, pengecoh lawan dan yang mempertahankan benteng. Team pemenang adalah team yang berhasil lebih dahulu merebut seluruh benteng lawan. Bila dibatasi dengan waktu maka team pemenang adalah team yang paling banyak mengumpulkan benteng lawan.

c. Kegiatan Akhir Dalam kegiatan akhir setelah penenangan diadakan evaluasi sekaligus pemberian motivasi pada mereka yang masih belum maksimal dalam beraktivitas.

2. Siklus II Dalam siklus kedua dicobakan untuk aspek yang lain yaitu aspek aktivitas ritmik. Bentuk kegiatannya pun sama seperti pada siklus I, hanya bedanya kegiatan ini dilaksanakan di dalam ruangan. Hal ini sambil memantau semangat mereka dalam beraktivitas selama dilapangan ataupun dalam ruangan. Dalam kegiatan pemanasan dibuat dalam bentuk-bentuk permainan sambil bergerak dan juga sambil bernyanyi. Kemudian dalam kegiatan inti kita berikan contoh-contoh gerakan sambil mereka menirukan dan biarkan mereka mengikuti sambil bernyanyi. Untuk itu kita pilih kaset-kaset yang lirik dan lagunya disukai oleh anak-anak. Setelah itu dibuat kelompok-kelompok, biarkan mereka untuk bermain dan berkreasi menciptakan gerakan-gerakan sesuai dengan ide dan gagasan mereka.

Page 11: tugas penjasorkes

3. Siklus III Pada siklus II kita cobakan jenis kegiatan aktivitas jasmani yang selama ini kurang disenangi oleh para siswa yaitu atletik pada nomor lempar lembing. Pada kegiatan inipun kita berlakukan mulai pemanasan sampai kegiatan inti dengan pendekatan bermain. Pada saat pemanasan kita gunakan bola tenis dengna jumlah yang cukup. Secara berkelompok ataupun berpasangan biarkan mereka bermain lempar tangkap sambil main kucing-kucingan. Selama kegiatan pemanasan yang penting mereka melakukan gerakan ada unsur lari, lempar tangkap baik itu berpasangan maupun kelompok.Pada kegiatan inti mereka tidak langsung menggunakan lembing. Biarkan mereka tetap menggunakan bola tetapi kita arahkan untuk lemparannya sudah menggunakan teknik lemparan lembing. Hal itu dilakukan secara berulang-ulang biarkan mereka sambil bermain. Kalau sebagian besar teknik lemparan sudah benar kita lombakan untuk melempar lebih jauh. Bagi yang mereka lemparannya jauh kita berikan pujian. Bagi yang belum betul dan belum jauh, kita beri semangat supaya tidak kalah dengan yang lain. Setelah mereka paham dan bisa membedakan teknik lemparan biasa dengan teknik lemparan lempar lembing baru kita kenalkan dengan lembing yang sesungguhnya. Itupun kita buat dalam bentuk bermain, tetapi untuk faktor keamanan dan keselamatan tetap kita perhatikan.

Page 12: tugas penjasorkes

BAB IVPELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN

A. Pelaksanaan1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan

Penelitian mulai dilaksanakan pada semester gasal bulan Agustus 2010, penelitian ini dilaksanakan pada saat pelajaran pendidikan jasmani di KELAS X . Adapun jadwal pendidikan jasmani di kelas tersebut 1 kali pertemuan per minggunya yaitu 2 jam pelajaran pada hari Selasa jam ke 1 – 2, dengan demikian mereka beraktivitas jasmani 1 kali selama satu minggunya di sekolah. Sebagaimana telah penulis sampaikan di depan, bahwa KELAS X merupakan kelas yang paling rendah dari hasil tes 2,4 km diantara 5 kelas yang ada di sekolah kami. Disamping itu kelas ini juga sebagian dari mereka kurang bersemangat dalam mengikuti pelajaran pendidikan jasmani dibandingkan dengan kelas-kelas yang lainnya. Adapun tempat pelaksanaan kegiatannya ada yang dilaksanakan dilapangan sekolah dan di lapangan sepak bola.

2. Pelaksana Tindakan Pada setiap siklus diupayakan mulai dari awal kegiatan kita ciptakan suasana yang menarik, kita hilangkan kesan bahwa aktivitas jasmani merupakan kegiatan yang membuat lelah. Kita beri kesempatan pada siswa mulai dari awal pemanasan dengan beraktivitas jasmani sambil bersendau gurau, bernyanyi, biarkan sambil berteriak, yang pasti mereka harus beraktivitas baik secara berpasangan atuapun berkelompok. Setelah mereka melakukan pemanasan sambil membuat lingkaran atau dengan cara berkumpul yang menarik, kita beri penjelasan tentang kegiatan inti dengna pendekatan bermain. Selanjutnya setelah mereka memahami tentang tata cara bermainnya dibagi kelompok. Biarkan mereka bermain sekalipun ada yang sambil berteriak yang penting mereka senang. Tanpa mereka sadari mereka telah melaksanakan aktivitas jasmani selama jam pelajaran berlangsung.

Unsur pendidikan yang di dapat adalah 1) unsur kognitif : melatih anak untuk dapat mencermati medan dengan cepat, mengambil keputusan dengan cepat dan tepat, memprediksi kegagalan, mengantisipasi permasalahan dengan cepat. 2) Afektif : melatih anak untuk bersikap sportif, fair play, bekerjasama, bersosialisasi 3) psikomotorik. Dengan melakukan kegiatan aktivitas jasmani sambil bermain ini anak akan memiliki kemampuan motorik yang tinggi, terdapat unsur-unsur endurance, flexibility, agality, speed, coordination, accuray.

Page 13: tugas penjasorkes

B. Hasil Penelitian Instrumen tes yang digunakan adalah tes kesegaran jasmani dengan tes lari 2,4 km yang sering disebut juga Cooper test. Berikut ini adalah tabel tingkat kesegaran jasmani yang diambil dari Cooper test untuk umur 13 – 19 tahun.

No Waktu tempuh Tingkat kesegaran jasmani putra 1 Kurang dari 09,37 menit Istimewa 2 8.38 – 09.40 menit Sangat baik 3 09.41 – 10.48 menit Baik 4 10.49 – 12.10 menit Sedang 5 12.10 – 15.30 menit Kurang 6 Lebih dari 15.31 menit Sangat kurang

No Waktu tempuh Tingkat kesegaran jasmani putri 1 Kurang dari 11.50 menit Istimewa 2 11.50 – 14.30 menit Sangat baik 3 13.30 – 14.30 menit Baik 4 14.31 – 16.34 menit Sedang 5 16.35 – 18.30 menit Kurang 6 Lebih dari 18.31 menit Sangat kurang

Pelaksanaan tes lari jarak 2,4 km yaitu siswa berdiri dibelakang garis start setelah aba-aba ”Ya” siswa lari menempuk jarak 2,4 km secepat mungkin. Skor yang dicatat adalah waktu tempuh lari jarak sejauh 2,4 km. Untuk menentukan kategori dari hasil tes tersebut digunakan tabel Cooper test seperti tabel di atas. Hasil tes lari 2,4 km sebelum dan sesudah diadakan tindakan dengan pendekatan bermain untuk siswa KELAS X adalah sebagai berikut:a. Kelompok Putra

No Sebelum (Jumlah siswa) Sesudah (Jumlah siswa) Tingkat kesegaran jasmani 1 - - Istimewa 2 - - Sangat baik 3 1 3 Baik 4 3 6 Sedang 5 6 3 Kurang 6 4 2 Sangat kurang

Page 14: tugas penjasorkes

b. Kelompok Putri No Sebelum (Jumlah siswa) Sesudah (Jumlah siswa) Tingkat kesegaran jasmani 1 - - Istimewa 2 - - Sangat baik 3 - 1 Baik 4 3 6 Sedang 5 6 5 Kurang 6 9 6 Sangat kurang

Dari hasil tersebut di atas, nampak sekali ada perbedaan. Dalam kegiatan sebelum diadakan tindakan dengan pendekatan bermain banyak anak yang cenderung pasif, tetapi setelah dibuat dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain anak lebih termotivasi untuk beraktivitas jasmani. Hal ini disebabkan karena mereka dapat melaksanakan aktivitas jasmani sambil bermain. Apabila pada siklus-siklus berikutnya pada setiap kegiatan dibuat model pembelajaran dengan pendekatan bermain pada aspek-aspek yang lain tentunya akan lebih baik dan menguntungkan baik untuk pengajar maupun siswa. Karena dengan demikian stamina akan tetap terjaga sehingga tingkat kesegaran jasmaninya juga akan lebih meningkat

Page 15: tugas penjasorkes

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan 1. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran

jasmani seseorang, salah satunya yaitu melalui aktivitas jasmani. Dengan demikian pendidikan jasmani dapat digunakan sebagai bentuk kegiatan siswa dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesegaran jasmani.

2. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani sangat diperlukan adanya model dan variasi pelajaran. Untuk itu pengajar sebaiknya dapat membuat model ataupun modifikasi pembelajaran, salah satunya adalah model pembelajaran dengan pendekatan bermain.

B. Saran Setelah diadakan penelitian tindakan kelas tentang upaya meningkatkan kesegaran jasmani siswa membuktikan bahwa dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain aktivitas jasmani siswa lebih termotivasi karena mereka dapat belajar sambil bermain. Untuk itu penulis menyampaikan saran sebagai berikut : 1. Guru pendidikan jasmani hendaknya banyak melaksanakan

dengan pendekatan, teknik, metode ataupun model pembelajaran sebagai bentuk modifikasi dalam pembelajaran pendidikan jasmani

2. Model pembelajaran dengan pendekatan bermain dapat diterapkan dalam pendidikan jasmani untuk semua jenjang

3. Guna menunjang aktivitas dalam pendidikan jasmani sarana dan prasaran hendaknya disediakan sekalipun dalam memodifikasi pembelajaran dapat menggunakan peralatan yang sederhana, yang penting semua siswa harus beraktivitas jasmani selama pelajaran berlangsung.

Page 16: tugas penjasorkes

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas, 2003, Kurikulum 2004, Standar Kompetensi Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani SMA/MA, Jakarta : Depdiknas.

Depdiknas, 2003, Undang-Undang R.I Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Jakarta : Depdiknas

J. Mata Kupan, 2002, Teori Bermain, Jakarta : Universitas Terbuka

Ngalim Purwanto. M, 2003, Ilmu Pendidikan Teori dan Praktik, Bandung : Remaja Rosdakarya.

Winata Putra Udin, 1994, Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Universitas Terbuka

Page 17: tugas penjasorkes

LEMBAR PENGESAHAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

UPAYA MENINGKATKAN KESEGARAN JASMANI MELALUI PENDEKATAN BERMAIN DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

Mengetahui,Kepala Sekolah

DRS.JONI PURNAMA, M.PdNIP.195807011988031004

SURADE, Desember 2011

Peneliti,

YUDI SUBAKTI S.Pd NIP.197803272008011

001

Page 18: tugas penjasorkes

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ABSTRAK LEMBAR PENGESAHAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Identifikasi Masalah C. Batasan Masalah D. Perumusan Masalah E. Tujuan Penelitian F. Manfaat Hasil Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori B. Kerangka Berpikir C. Hipotesis

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode B. Setting dan Karakteristik Subjek C. Prosedur Penelitian

BAB IV PELAKSANAAN DAN HASIL PENELITIAN A. Pelaksanaan B. Hasil

BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran

Page 19: tugas penjasorkes

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dan puji syukur kehadirat Allah SWT penulis ucapkan atas terselesaikannya karya tulis ini. Tanpa ridho dan kasih sayangnya mustahil karya tulis ini dapat rampung.

Karya tulis ini disusun untuk mempelajari Penelitian Tindakan Kelas dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Drs. JONI PURNAMA, M.Pd (Kepala SMA NEGERI 1 SURADE Kabupaten Sukabumi).

2. Rekan-rekan guru di SMA NEGERI 1 SURADE.

Atas bantuan dan jasa baik mereka penulis mengucapkan terima kasih. Akhirnya sesuai dengan kata pepatah ”Tiada gading yang tak retak” penulis mengharapkan kritik dan saran, khususnya dari Bapak/Ibu guru Pendidikan Jasmani. Semoga karya tulis ini ada manfaatnya.

Mengetahui,Kepala Sekolah

DRS.JONI PURNAMA, M.PdNIP.195807011988031004

SURADE, Desember 2011

Peneliti,

YUDI SUBAKTI S.Pd NIP.197803272008011

001

Page 20: tugas penjasorkes

ABSTRAK

MATA PELAJARAN : PENDIDIKAN JASMANI KATA KUNCI : Upaya Meningkatkan Kesegaran Jasmani melalui

Pendekatan Bermain dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Pendidikan Jasmani adalah suatu proses pembelajaran melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan, perilaku hidup sehat, aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Pengalaman belajar yang disajikan akan membantu siswa untuk memahami mengapa manusia bergerak dan bagaimana cara melakukan gerakan yang aman, efisien, dan efektif. Penelitian ini bertujuan : (1) mengetahui perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa yang diajar dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam pendidikan jasmani, (2) mengetahui seberapa banyak perbedaan tingkat kesegaran jasmani siswa yang diajar dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam pendidikan jasmani. Penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas yang merupakan suatu siklus yang terdiri atas : adanya masalah-rencana tindakan-pelaksanaan tindakan-evaluasi dan refleksi. Subyek yang digunakan adalah seluruh siswa KELAS X SMA Negeri 1 Surade tahun pelajaran 2010/2011 sebanyak32 siswa. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : (1) Banyak faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kesegaran jasmani seseorang, salah satunya adalah melalui aktivitas jasmani. (2) pendidikan jasmani dapat digunakan sebagai bentuk kegiatan siswa dalam upaya menjaga dan meningkatkan kesegaran jasmani (3) Dalam proses pendidikan jasmani diperlukan adanya modifikasi dan variasipembelajaran. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan model pembelajaran dengan pendekatan bermain dalam pembelajaran ada dampak perubahan motivasi dan sekaligus tingkat kesegaran jasmani siswa. Hal ini disebabkan karena mereka dapat belajar sambil bermain. Dengan kegiatan ini pula kemampuan kognitif, afekfif dan psikomotorik siswa dapat berkembang.

Page 21: tugas penjasorkes

PROPOSAL

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENJASORKES

MELALUI TEHNIK PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH

BAGI SISWA  KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SAMUDRA KULON

 Disusun oleh :

NURSIDIK KURNIAWAN, A.Ma.Pd.SD

PROPOSAL

Page 22: tugas penjasorkes

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

I. JUDUL

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENJASORKES MELALUI TEHNIK PEMBERIAN TUGAS PEKERJAAN RUMAH BAGI SISWA  KELAS XI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 SAMUDRA KULON.

II. BIDANG KAJIAN

Pembelajaran Penjasorkes dan Pemberian Pekerjaan Rumah.

III. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang memperlukan usaha dan dana yang cukup besar, hal ini diakui oleh semua orang atau suatu bangsa demi kelangsungan masa depannya. Demikian halnya dengan Indonesia menaruh harapan besar terhadap pendidik dalam perkembangan masa depan bangsa ini, karena dari sanalah tunas muda harapan bangsa sebagai generasi penerus dibentuk.

Meski diakui bahwa pendidikan adalah investasi besar jangka panjang yang harus ditata, disiapkan dan diberikan sarana maupun prasarananya dalam arti modal material yang cukup besar, tetapi sampai saat ini Indonesia masih berkutat pada problemmatika ( permasalahan ) klasik dalam hal ini yaitu kualitas pendidikan. Problematika ini setelah dicoba untuk dicari akar permasalahannya adalah bagaikan sebuah mata rantai yang melingkar dan tidak tahu darimana mesti harus diawali.

Terkait dengan mutu pendidikan khususnya pendidikan pada jenjang Sekolah Menengah Atas ( SMA ) dan Madrasah Aliyah ( MA ) sampai saat ini masih jauh dan apa yang kita harapkan. Betapa kita masih ingat dengan hangat akan standarisasi Ujian

Page 23: tugas penjasorkes

Akhir Sekolah ( UAS ) dengan nilai masing – masing mata pelajaran 7,50 dikeluhkan oleh semua para pendidik bahkan oleh orang – orang tua siswa sendiri, karena anak atau siswanya tidak dapat lulus. Hal lucu yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Melihat kondisi rendahnya prestasi atau hasil belajar siswa tersebut beberapa upaya dilakukan salah satunya adalah pemberian tugas berupa kepada siswa. Dengan pemberian pekerjaan rumah kepada siswa diharapkan siswa dapat meningkatkan aktifitas belajarnya, sehingga terjadi pengulangan dan penguatan terhadap meteri yang diberikan di sekolah dengan harapan siswa mampu meningkatkan hasil belajar atau prestasi siswa.

IV. PERUMUSAN DAN PEMECAHAN MASALAH

1. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan sebagaimana tersebut didepan, maka rumusan permasalahan yang diajukan dalam proposal ini adalah :

Apakah melalui tehnik pemberian tugas pekerjaan rumah dapat meningkatkan prestasi belajar Penjasorkes bagi siswa kelas XI Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Samudra Kulon ?

1. Pemecahan Masalah

Siswa yang mendapatkan perhatian dan perlakuan khusus tentunya akan menghasilkan atau menguasai yang berbeda pula dalam sebuah kelas atau kelompok bahkan perlakuan individual sekaligus dengan diberikanya perlakuan dan perhatian yang lebih baik dalam belajar di sekolah maupun di rumah, tentunya akan lebih baik pula penguasaan kertramilan atau konsep terhadap mata pelajaran – mata pelajaran yang dipelajarinya. Dengan pemberian PR secara rutin dan terorganisir dengan baik paling tidak akan mampu mengkondisikan dalam bentuk motifasi

Page 24: tugas penjasorkes

ekstinsik bagi siswa itu sendiri.

Moh. Uzer ( 1996:29) menjelaskan “Motivasi ekstrinsik timbul sebagai akibat pengaruh dari luar individu, apakah karena adanya ajakan, atau paksaan orang lain sehingga dengan kondisi yang demikian akhirnya ia mau melakukan sesuatu atau belajar, misalnya seseorang mau belajar karena ia disuruh orang tua untuk mendapatkan peringkat pertama.”

Demikian halnya dengan guru memberikan PR dengan harapan baik itu dirasa memaksa bagi siswa atau itu karena disuruh sebagai tugas dengan perasaan terpaksa, yang jelas mengkondisikan siswa harus belajar. Dengan pola demikian tentunya anak yang lebih banyak belajar dirumah akan lebih baik misalnya dalam mata pelajaran yang dikerjakan..

a.     Hipotensis

Hipotensisi yang diajukan dalam proposal penelitian ini adalah :

“ Melalui tehnik pemberian tugas pekerjaan rumah dapat meningkatkan hasil belajar penjasorkes bagi siswa kelas XI SMAN 1 Samudra Kulon”

V. TUJUAN PENELITIAN

1.  Tujuan Umum

Tujuan peneliti yang diharapkan dari penelitian ini menjadi masukan bagi guru dan siswa untuk meningkatkan belajar di rumah.

2.  Tujuan Khusus

Adapaun tujuan khusus dari penelitian ini :

“Untuk mengetahui apakah melalui pemberian pekerjaan rumah dapat meningkatkan prestasi belajar penjasorkes bagi siswa

Page 25: tugas penjasorkes

kelas XI SMAN 1 Samudra Kulon.”

VI. MANFAAT HASIL PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

a.       SMAN 1 Samudra Kulon

Dengan hasil penelitian ini diharapkan SMA Negeri 1 Samudra Kulon dapat lebih meningkatkan pemberdayaan pemberian pekerjaan rumah agar prestasi belajar siswa lebih baik dan perlu dicoba untuk diterapkan pada pelajaran lain.

b.       Guru

Sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan mutu pendidikan di kelasnya.

c.       Siswa

Sebagai bahan masukan bagi siswa untuk memanfaatkan pekerjaan rumah dalam rangka meningkatkan prestasi belajarnya.

VII. KAJIAN PUSTAKA

1. Landasan Teori

Page 26: tugas penjasorkes

1. Belajar

Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar maka responya menjadi lebih baik dan sebaliknya bila tidak belajar responya menjadi menurun sedangkan menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapasitas baru ( Dimyati, 2002-10). Sedangkan menurut kamus umum bahasa Indonesia belajar diartikan berusaha ( berlatih dsb )supaya mendapat suatu kepandaian ( Purwadarminta : 109 )

Belajar dalam penelitian ini diartikan segala usaha yang diberikan olh guru agar mendapat dan mampu menguasai apa yang telah diterimanya dalam hal ini adalah pelajaran Matematika.

1. Prestasi Belajar.

Prestasi belajar berasal dari kata “ prestasi “ dan “belajar’ prestasi berarti hasil yang telah dicapai (Depdikbud, 1995 : 787 ). Sedangkan pengertian belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau lmu (Depdikbud, 1995 : 14 ). Jadi prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau ketrampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukan dengan nilai atau angka yang diberikan oleh guru. Prestasi dalam penilitian yang dimaksudkan adalah nilai yang diperoleh oleh siswa pada mata pelajaran matematika dalam bentuk nilai berupa angka yang diberikan oleh guru kelasnya setelah melaksanakan tugas yang diberikan padanya

1. Teknik

Dalam  umum bahasa Indonesia teknik diartikakan cara (kepandaian, dsb) membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang berkenaan dengan kesenian  (purwadarminta,: 1035). Sedangkan teknik yang dimaksud disini adalah cara tertentu yang dilakukan oleh guru yang akan dikenakan kepada siswanya dalam rangka mendapatkan informasi atau laporan yang diinginkan.

Page 27: tugas penjasorkes

1. Pekerjaan rumah

 Pekerjaan rumah atau yang lazim disebut PR dalam bahasa Inggris “Homework “ yang artinya mengerjakan pekerjaan rumah. Dalam penilitian ini yang dimaksudkan dengan PR adalah sebuah tugas atau pekerjaan tertentu baik tertulis atau lisan yang harus dikerjakan diluar jam sekolah      (terutama dirumah) berkaitan dengan pelajaran yang telah disampaikan guru untuk meningkatkan penguasaan konsep atau ketrampilan dan sekaligus memberikan pengembangan.

VIII. RENCANA DAN PROSEDUR PENELITIAN

1. Rencana Penelitian

1.  Subjek penelitian

Subyek dalam peniltian ini adalah siswa kelas XI SMA Negeri 1 Samudra Kulon  kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas jumlah siswa 38 orang.

Pertimbangan penulis mengambil subyek penilitian tersebut dimana siswa kelas XI telah mampu memenuhi kurikulum yang telah disesuaikan.

2.  Tempat Penelitian

Dalam penilitian ini penulis mengambil lokasi di SMA Negeri 1 Samudra Kulon, kecamatan Gumelar Kabupaten Banyumas penulis mengambil lokasi atau tempat ini dengan pertimbangan bekerja pada sekolah tersebut, sehingga memudahkan dalam mencari data, peluang waktu yang luas dan subyek penlitian yang sangat sesuai dengan profesi penulis.

3.  Waktu Penelitian

Dengan beberapa pertimbangan dan alasan penulis menentukan menggunakan waktu penelitian selama 3 bulan Agustus s.d

Page 28: tugas penjasorkes

Oktober. Waktu dari perencanaan sampai penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester I Tahun pelajaran 2007/2008.

4. Lama Tidakan

Waktu untuk melaksanakan tindakan pada bulan Okteber, mulai dari siklus I, Siklus II dan Siklus III.

1. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang diterapkan dalam hal ini antara lain :

1.       Perencanaan

Meliputi penyampaian materi pelajaran, praktek fisik, pembahasan teori, tugas pekerjaan rumah ( kegiatan penelitian utama ) pembahasan PR, ulangan harian kognitif.

2.       Tindakan ( Action )/ Kegiatan, mencakup

a.     Siklus I, meliputi : Pendahuluan, kegiatan pokok dan penutup.

b.     Siklus II ( sama dengan I )

c.     Siklus III ( sama dengan I dan II )

3.       Refleksi, dimana perlu adanya pembahasan antara siklus – siklus tersebut untuk dapat menentukan kesimpulan atau hasil dari penelitian.

IX. JADWAL PENELITIAN

NoKEGIATAN

MINGGU KE……..1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Page 29: tugas penjasorkes

1 Perencanaan

2Proses pembelajaran

3 Evaluasi

4Pengumpulan Data

5 Analisis Data

6Penyusunan Hasil

7 Pelaporan Hasil

X. BIAYA PENELITIAN

Akibat yang timbul dari penelitian ini menjadi tanggung jawab peneliti, adapun biaya tersebut adalah :

1. Fotocopy Naskah                   : Rp 2. Kerta folio 1 pack                  : Rp 3. jilid buku                              : Rp 4. Rental Komputer                   : Rp 5. lain – lain                             : Rp

JUMLAH                                  : Rp

XI. PERSONALIA PENELITI

Penelitian ini melibatkan Tim peneliti, identitas dari Tim tersebut adalah :

1. Nama                                      : NURSIDIK KURNIAWAN

    NIM                                       : 813846371

    Pekerjaan                                : Guru Wiyata Bakti SDN 1 Samudra Kulon

    Tugas dalam penelitian : Pengumpulan dan  Analisis Data

Page 30: tugas penjasorkes

Sumber: http://nhowitzer.multiply.com

PTK SMA NEGERI 3 LAMONGAN

02 Januari 2009

Kurt Lewin, seorang psikolog sosial dari Amerika mencetuskan gagasan cantiknya terkait dengan upaya peningkatan pembelajaran, melalui aktivitas yang disebut dengan “CAR” – Classroom Action Research. Cetusan gagasan ini, memicu ahli lainnya meneruskan dan mengembangkannya, diantaranya adalah Stephen Kemmis, Robin Mc Tanggart, Jhon Elliot, dan Dave Ebbutt. Ketika itu tahun 1946 “CAR”, atau dengan mudah kita menyebutnya “PTK”- Penelitian Tindakan Kelas, berkembang. Selang 34 tahun kemudian Indonesia baru mulai membicarakan akrtivitas ini (1980).Perkembangan PTK di Indonesia dapat dikatakan berjalan di tempat, bahkan dapat dianggap “mandeg” atau stagnan. Latar belakangnya jelas, yakni karena atmosfir penelitian belum menyentuh daratan akademik Indonesia. Kegiatan penelitian acapkali dikalahkan dengan kepentingan yang kelihatannya lebih

Page 31: tugas penjasorkes

utama, namun realitas sebenarnya tidak seperti yang kita duga, misalnya hanya mengedepankan kegiatan belajar mengajar. PTK acapkali dianggap sebagai aktivitas yang sumir dan level kepentingannya dianggap rendah, sedangkan bobot keilmuannya sering diperdepatkan. Inilah problem intinya.

GURU PROFESIONAL=GURU PENELITISeorang-orang yang mendeklarasikan dirinya professional, harus memenuhi tiga persyaratan yakni:Expertise, [keahlian]Responsibility [tanggung jawab]Corporate ness [kesejawatan/jiwa korsa]Begitu membahas keahlian, maka tuntutan guru akan lebih berat, karena proses belajar mengajar yang sering dilakukan dan dianggap paling utama hanyalah kegiatan yang bersifat mekanistik, dan static.Proses belajar mengajar yang hidup dan bermakna, manakala terbuka untuk dievaluasi, dan selalu menerima jika ada perubahan. Hanya perubahanlah yang akan memberikan kebermaknaan, akan mengantarkan siswa menjadi “takjub’. Kata seorang ahli, proses pembelajaran yang jarang di “update”, akan menjadi aktivitas yang membatu akhirnya menjadi fosil. Jawabannya adalah sebuah aktivitas yang mampu di jadikan tumpuan dalam melakukan perbaikan belajar mengajar secara terus menerus [continus improvement], sedangkan aktivitas yang dimaksud adalah melakukan penelitian terhadap proses pembelajaran. Aktivitas ini didahului dengan penelitian dan tindak lanjutnya, yang populer dengan, penelitian tindakan kelas yang disingkat dengan PTK.PTK MEMBANGUN PROFESIONALISME GURUTerdapat beberapa alasan mengapa PTK, merupakan modal dasar dalam membangkitkan prosfesionalisme Guru, yang antara lain:1.PTK mengkodisi Guru tidak hanya menjadi praktisi mengajar, yang cepat puas terhadap kinerjanya yang mekanistik dan tidak dinamik, namun melalui PTK akan selalu mengadakan perbaikan secara terus menerus, dan menstimuli penemuan-penemuan [innovative] dalam pembelajaran yang efektif, efisien dan rasional.2.PTK memberikan nuansa yang etis, sehingga Guru akan lebih peka dan kritis serta memiliki pemikiran yang reflektif terhadap segela materi yang disampaikan kepada siswanya.3.Secara dini akan segera mengetahui kelemahan-kelemahan yang terjadi di kelas, utamnya ketika proses pembelajar berlangsung.

KARAKTERSISTIK PTKPTK sebagai sarana dalam mencermati aktivitas pembelajaran, memiliki karakter sebagai berikut:1.Kegiatan PTK didasarkan kepada problema yang dihadapi oleh guru terkait dengan proses pembelajaran yang dilakukan, oleh karenanya sifatnya sangat khusus sekali.2.Guru disamping sebagai peneliti, juga sekaligus berperan sebagai praktisinya, sehingga dalam waktu yang bersamaan melakukan refleksi.3.Mendukung profesi, sekaligus meringankan kerja guru, karena problem dikelas akan terurai, sekaligus diperbaiki4.Hal yang dipermasalahkan bukan hasil dari kajian teoritis atau dari hasil

Page 32: tugas penjasorkes

penelitian yang terdahulu, tetapi berasal dari permasalahan yang nyata dan actual. [Bukan yang bersifat teoritis, namun bersifat pragmatis]5.Tidak saja menyelesaikan atau memutuskan masalah, namun juga berupaya mencari dukungan ilmiahnya.6.Adanya kolaborasi antara praktisis [guru, siswa, sekolah dll] dan peneliti dalam pemahaman, kesepakatan tentang permasalahan sekaligus pengambilan keputusannya, sehingga melahirkan tindakan kelas.

PRINSIP HARUS DIKEDEPANKAN DALAM PTK

Proses belajar mengajar tidak boleh dikorbankan atau terganggu akibat PTKPengumpulan data harus dirancang cermat, karena pengumpulan data yang terlalu lama, akan mengurangi intensitas belajar siswaMetode yang digunakan berindikasikan “keajegan” [reliable]Problema PTK, merupakan masalah-masalah yang “krusial, atau merisaukan, dan perlu pengentasan secara cermat dan cepatGuru harus memiliki sikap yang konsisten, tanggung jawab dan memiliki tingkat kepedulian yang tinggi, dalam menjujung obyektivitas proses dan prosedurTertuju atau mengenai hal-hal yang terjadi di dalam proses pembelajaran dan diharapkan mampu meningkatkan kualitas pembelajaranMensyaratkan pedokumentasian yang konsisten, cermat, obyektif, sistematis dan terus menerus, selanjutnya dokumentasi akan dapat dimanfaatkan untuk melakukan tindakan kelasDilakukan sekurang-kurangnya dua siklus yang konsekuensial [berurutan].Dalam kondisi yang wajar [alami], tidak mengubah jadwal yang sesungguhnya/ berlaku. Tidak boleh melakukan pemilihan pada siswa tertentu, namun harus semua siswa dalam kelas.

Harus benar-benar menunjukkan adanya tindakan yang dilakukan oleh sasaran tindakan, yakni siswa yang sedang belajar.

EMPAT JENIS PTK

Terdapat empat jenis PTK, yakni:1. Diagnostik2. Partisipasi3. Empiris4. Ekperimental

PTK Diagnostik:Titik beratnya adalah mendiagnose sebuah problem, atau situasi yang terjadi dalam proses belajar mengajar dalam kelas.PTK Partisipasi:Jika peneliti sekaligus yang diteliti, atau setidaktidaknya terlibat langsung dalam kegaiatan penelitian.Penelitian jenis ini Guru berperan sebagai peneliti akan terlibat sejak perencanaan, proses pengumpulan data hingga pelaporannya.PTK Empiris :PTK ini berupaya melakukan aktivitas penelitian yang terjadi selama aksi berlangsung. Proses penelitiannya dilakukan dengan pencermatan nyata terhadap sebuah kegiatan yang sedang berlangsung

Page 33: tugas penjasorkes

PTK Eksperimen:Penelitian jenis ini, kuat kaitannya dengan tingkat efektif dan efisien dalam menerapkan konsep pembelajaran.

EMPAT MODEL PTK

Model Stephen Kemmis Perencanaan [planning] Aksi tindakan[acting] Observasi [observing]Refleksi [reflecting]

PELAKSANAAN PTK

Prosedur pelaksanaanPenyusunan proposal Laporan kegiatan

PROSEDUR PELAKSANAAN

1.Penetapan Focus Masalah2.Perencanaan Tindakan Pelaksanaan Tindakan3.Pengamatan intepretasi4.Refleksi

CONTOH JUDUL PENELITIAN [Menurut Soehardjono]

1.Meningkatkan hasil belajar melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada mata pelajaran X. [Tuliskan nama mata pelajarannya atau topic bahasan/bagian dari mata pelajaran]

2.Peningkatan kreativitas siswa dalam proses belajar mata pelajaran X melalui penerapan model pembelajaran generatif

3.Penerapan pembelajaran Model Problem Based Learning untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah mata pelajaran X

4.Pembelajaran berbasis konstruktivistik dan kontekstual pada mata pelajaran X untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemahaman konsep

5.Penggunaan model pembelajaran Learning Cycle untuk meningkatkan ketrampilan siswa mata pelajaran X

6.Meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada mata pelajaran X dengan penggunaan model pengajaran inkuiri

7.Pembelajaran dengan Model Realistic Mathematical Education dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran matematika

Page 34: tugas penjasorkes
Page 35: tugas penjasorkes