Tugas Pemeriksaan Fisik THT
-
Upload
rizkauliaher -
Category
Documents
-
view
283 -
download
0
Transcript of Tugas Pemeriksaan Fisik THT
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
1/88
TUGAS PEMERIKSAAN FISIK THT
Disusun Oleh :
Annisa Tri Handayani 20 !"00 0
#e$harli$ha Maharli%a 20 2!"00 &
Ri'%a Aulia Her(a)an 20 2!"0 *"
Pe(+i(+in, :
dr- K.$/ N..rdhian$a S -THT1K 3 M-Kes
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER
#AGIAN I MU TE INGA HIDUNG DAN TENGGOROKAN
FAKU TAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNI4ERSITAS MUHAMMADI5AH 6AKARTA
RS- S5AMSUDIN SUKA#UMI
20 7
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
2/88
- Kelainan Auri%ula
a- K.n,eni$al
1) Mikrotia
Mikrotia adalah kelainan kongenital berupa malformasi daun telinga yang
memperlihatkan kelainan bentuk dengan derajat kelainan dari ringan sampai berat,
daun telinga berukuran kecil sampai tidak terbentuk sama sekali (anotia). Pada
kelainan ini daun telinga mengandung sisa kartilago yang tidak terbentuk dengan baik
yang melekat pada jaringan lunak lobul dan posisinya tidak sesuai dengan telinga
normal.
Kelainan bentuk ini sering kali disertai dengan tidak terbentuknya (atresia) liangtelinga dan kelainan tulang pendengaran. Jika terjadi pada satu telinga akan disebut
sebagai unilateral microtia sedangkan bila terjadi pada dua telinga akan disebut
sebagai bilateral microtia. entuk unilateral lebih banyak terjadi jika dibandingkan
dengan bilateral (!"#$ microtia berupa microtia unilateral ).
%) &elinga caplang'jebang ( bats ear )aun telinga tampak lebih lebar dan lebih menonjol.
ungsi pendengaran tidak terganggu.
2
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
3/88
*) +obus aksesoriiasanya ditemukan di anterior dari tragus,
biasanya dihilangkan untuk alasan kosmetik. odulkartilago yang kecil dapat ditemukan pada kelainan ini.
-) ar in/s &ubercel
Kelainan genetik dari pinna, biasanya terdapat
pada puncak telinga dan menetap.
+- In8e%si
1) PerikondritisMerupakan radang pada tulang ra an yang menjadi kerangka daun telinga. iasa
terjadi akibat trauma, operasi daun telinga yang terinfeksi dan sebagai komplikasi
pseudokista daun telinga. Pus akan terkumpul di antara kartilago dan lapisan jaringan
ikat di sekitarnya (perikondrium). Pemilihan antibiotik berdasarkan beratnya infeksi
dan bakteri penyebabnya. ila pengobatan antibiotik gagal dapat timbul komplikasi
berupa mengkerutnya daun telinga akibat hancurnya tulang ra an yang menjadikerangka daun telinga ( cauliflower ear ).
%) 0risipelas0risipelas adalah infeksi pada dermis yang disebabkan oleh treptokokus 2
hemolitikus grup 3 yang memberikan gejala berupa nyeri, eritema, bengkak, keras,
dan panas. 0ritema dan pembengkakan tidak mengikuti batas anatomis tapi berbatas
tegas. 4ejala sistemik berupa demam dan malaise juga dapat ditemukan. 5nfeksi ini
3
Cauliflower ear
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
4/88
diobati dengan penisilin oral. Karena penyakit ini berjalan dengan progresif dan
berpotensi mengurangi kualitas hidup, penanganan dibutuhkan sedini mungkin.
*) ermatitis 0k6ematosa3hli &7& tidak jarang menemukan suatu lesi yang melibatkan meatus acousticus
externus, dan konka di dekatnya yang dicirikan oleh kemerahan, rasa gatal, bengkak,
dan stadium eksudat cair yang diikuti pembentukan krusta. Perbedaan antara
dematosis primer dan infeksi mungkin sulit. uatu dematitis seboroika atau suatu
reaksi kulit akibat kepekaan terhadap neomisin dapat tampil dengan pola demikian.
5stilah dermatitis ek6ematosa seringkali digunakan karena tampilan lesi yang
karekteristik.
-) 5nfeksi dan 8adang Kronik 5nfeksi bakteri pada meatus akustikus e9ternus dapat menjadi kronik karena tidak
diobati, pengobatan yang kurang adekuat, trauma berulang, adanya benda asing
seperti cetakan alat bantu dengar, atau otitis media yang terus:menerus mengeluarkan
sekret. alam penatalaksaan perlu identifikasi organisme penyebab dan faktor yang
mendukung sifat kroniknya.5nfeksi jamur kronik yang paling sering dijumpai adalah infeksi pada rongga
mastoid yang perlu pembersihan. etelah pengangkatan debris infeksi, rongga mastoid
perlu diterapi dengan obat tetes anti jamur atau dibedaki dengan kombinasi neomisindan asam borat.
Kondisi kronik lain yang sering dijumpai yaitu ;gatal kronik pada telingaaluasi dengan teliti terhadap gejala otitis eksterna nekrotikans.
Pada beberapa kasus, pasien datang dengan disfungsi . ?55 dan pemeriksaan
telinga normal. Pencitraan diagnostik yang menyeluruh termasuk @& scan, scan
tulang, dan scan gallium dapat membantu menentukan adanya penyakit ini. can
tulang rutin saja tidak cukup untuk membedakan otitis eksterna berat dengan otitis
eksterna nekrotikans.
4
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
5/88
Meskipun mastoidektomi yang diperluas merupakan bentuk terapi yang
banyak dipilih, namun dengan temuan antibiotik spesifik Pseudomonas , maka kini
inter>ensi dengan antibiotik sistemik merupakan bentuk utama terapi.Perlu dianjurkan terapi jangka panjang sekurang:kurangnya A minggu. engan
semakin majunya pera atan di rumah, maka terapi dapat diberikan sacara ra at
jalan.
b) Polikondritis berulangPenyakit yang tidak diketahui etiologinya ini menyebabkan peradangan dan
destruksi tulang ra an. Merupakan suatu gangguan tulang ra an generalisata,
melibatkan hidung dan telinga pada B#:"#$ kasus. eformitas aurikula
menyerupai perikondritis akut yang infeksius atau telinga bunga kol ( cauliflower
ear ) yang meradang. 7ilangnya tulang ra an menyebabkan telinga menjadi
;lemas< dan timbul deformitas hidung pelana. Peradangan yang bergantian pada
kedua telinga (tanpa sebab predisposisi) atau adanya demam memberi kesan
gangguan ini. apat ditemukan tinitus dan >ertigo, demikian pula kehilangan
pendengaran akibat kolaps meatus akustikus eksternus. ila laring, trakea dan
bronkus ikut terlibat dapat berakibat suara menjadi serak dan bahkan kematian
akibat kolaps dinding laringotrakea dan bronkus.3kti>itas penyakit berfluktuasi dan prognosisnya tidak dapat diramalkan.
apat berupa serangan tunggal atau dapat pula serangan berulang selama bertahun:
tahun. Pengobatan berupa salisilat dan steroid pada serangan akut, meskipun
terdapat kontro>ersi mengenai pemberian steroid. apson telah digunakan untuk
mencegah serangan berulang. truktur:struktur yang terserang harus dilindungi
dari trauma.
9- Ne. las(a
erbagai lesi kulit termasuk neoplasma dapat ditemukan pada aurikula dan liang
telinga. alah satunya adalah osteoma yait tumor jinak pada dinding liang telinga
yang tampak sebagai benjolan tunggal, keras, bulat, yang menempel melalui suatu
pedikel tulang yang kecil pada @30 pars osseus. =steoma dapat dipotong dengan
hati:hati dari telinga dengan bantuan mikroskop operasi.Jenis tumor ganas yang terjadi terbanyak adalah kanker sel basal (rodent ulcer) dan
kanker sel skuamosa (epithelioma). Keganasan seringkali tumbuh pada telinga luar
setelah pemaparan sinar matahari yang lama dan berulang:ulang. Pada stadium dini,
5
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
6/88
bisa diatasi dengan pengangkatan kanker (wide excision) atau terapi penyinaran. Pada
stadium lanjut, mungkin perlu dilakukan pengangkatan daerah
telinga luar yang lebih luas.
d- Trau(a
1) +aserasi+aserasi hebat pada aurikula harus dieksplorasi untuk mengetahui apakah ada
kerusakan tulang ra an. &ulang ra an perlu diperiksa dengan cermat sebelum
dilakukan reparasi plastik pada kulit. +uka seperti ini perlu benar:benar diamati akan
kemungkinan infeksi pada perikondrium. erikan antibiotik profilaktik bila ada
kontaminasi nyata pada luka atau bila tulang ra an terpapar.
%) 7ematoma@edera pada telinga luar (seperti pukulan tumpul) dapat menyebabkan memar di
antara kartilago dan perikondrium. Jika terjadi penimbunan darah di daerah tersebut,
maka akan terjadi perubahan bentuk telinga luar dan tampak massa ber arna ungu
kemerahan. arah yang tertimbun ini (hematoma) harus dikeluarkan secara steril untuk
mencegah infeksi yang akan menyebabkan perikondritis. elain itu bisa menyebabkan
terputusnya aliran darah ke kartilago sehingga terjadi perubahan bentuk telinga.
Kelainan bentuk ini disebut telinga bunga kol (cauliflower ear), sering ditemukan pada pegulat dan petinju. Cntuk membuang hematoma, biasanya digunakan alat penghisap
dan penghisapan dilakukan sampai hematoma betul:betul sudah tidak ada lagi, biasanya
selama *:D hari. engan pengobatan, kulit dan perikondrium akan kembali ke posisi
normal sehingga darah bisa kembali mencapai kartilago. Jika terjadi robekan pada
telinga, maka dilakukan penjahitan dan pembidaian pada kartilagonya. Pukulan yang
kuat pada rahang dapat menyebabkan patah tulang di sekitar saluran telinga dan
merubah bentuk saluran telinga dan seringkali terjadi penyempitan. Perbaikan bentuk
bisa dilakukan melalui pembedahan.
6
0phitelioma8odent ulcer
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
7/88
3) Frostbite
Frostbite pada aurikula timbul dengan cepat pada lingkungan
bersuhu rendah dengan angin dingin yang kuat. Karena perubahan
yang perlahan:lahan maka tidak terasa nyeri sampai telinga
Ememanas/ lagi. 3kibatnya tergantung pada dalamnya cedera dan
lamanya paparan. @edera diduga sebagai akibat kerusakan selular
dan gangguan mikro>askular yang mengarah pada iskemia lokal.&atalaksananya dengan pemanasan secara cepat. &elinga yang
terkena harus diguyur dengan air hangat bersuhu antara 1## ° dan 1#B ° sampai terlihat
tanda:tanda pencairan. Pasien perlu diberi analgesik. erajat cedera sepenuhnya
mungkin belum nyata dalam beberapa hari, maka pasien yang dipulangkan perlu
diperiksa lebih lanjut dengan teliti. ebridemen bedah sebaiknya ditunda dulu. Jika
tampak infeksi yang nyata secara klinis perlu diterapi dengan antibiotik.
e- An.$her
1) Pseudokista&erdapat benjolan di daun telinga yang disebabkan oleh adanya kumpulan cairan
kekuningan di antara lapisan perikondrium dan tulang ra an telinga. Kumpulan cairan
harus dikeluarkan secara steril untuk mencegahnya perikondritis. Kemudian dibalut
tekan dengan bantuan semen gips selama satu minggu supaya perikondrium melekat
pada tulang ra an kembali.
%) odulus
odulus pada heliks dapat merupakan kondritis setempat yang dikenal sebagai
kondrodermatitis superior atau antiheliks. Falaupun kadang:kadang dapat diatasi
dengan injeksi steroid, eksisi lokal dapat pula memberikan kesembuhan dan diagnosis
patologik.
*) &ofi
&ofi pada gout dapat timbul pada jaringan subkutan atau tulang ra an aurikula
berupa nodula putih kekuningan yang mengandung kristal urat dan natrium biurat. &ofiyang tak sedap dipandang dapat dihilangkan dengan cara dieksisi.
7
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
8/88
2- 6arin,an Granulasi ian, Telin,a
Jaringan granulasi adalah respon tubuh terhadap proses inflamasi dan peradangan
serta perusakan jaringan yang dapat disebabkan oleh bakteri, >irus, ataupun jamur.
Jaringan granulasi adalah sistem pertahanan telinga tengah untuk melokalisasi infeksi
dimana isi dari jaringan granulasi adalah pembuluh darah baru, dan sistem imun
seperti limfoblas dan interleukin.
Gang membedakan jaringan granulasi dan inflamasi biasa adalah pada jaringan
granulasi biasanya merupakan respon alami tubuh jika antigen yang ada resisten
terhadap sel:sel lini pertama inflamasi seperti neutrofil dan eosinophil. Jaringan
granulasi terbentuk karena adanya trauma berulang (misalnya dikorek:korek).
5nflamasi telinga luar yang disebabkan oleh bakteri pseudomonas, biasanya pada
orang:orang dengan diabetes atau pada orang yang mengkonsumsi obat
imunosupresan. Manifestasi a al mirip seperti otitis eksterna difus disertai dengan
nyeri yang hebat dan gambaran granulasi pada meatus. &erapi yang dapat dilakukan
yaitu bedah ekstirpasi atau kuretase.
"- Kara%$eris$i% Se%re$
ekret dapat dinilai berdasarkan H
o Farna
ening H infeksi >irus, cairan +@ ( +iIuor @erebo pinal)
Kekuningan H 5nfeksi bakteri aerobik
Kehijauan H 5nfeksi bakteri anaerobik
ekret bercampur darah H suspek infeksi akut yang berat atau keganasan
o Konsistensi
@air (serous) H mengandung sedikit sel:sel radang
Kental (mukoid) H mengandung banyak sel:sel radang
o Jumlah
Massif H infeksi akut
Massif mukoid H otitis media
&idak terlalu banyak H infeksi kronis, otitis eksterna8
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
9/88
o au
erbau busuk H uspek kolesteatoma
- 6elas%an (en,enai O$i$is Media A%u$;
=tititis Media akut adalah infeksi terbanyak pada anak. =M3 merupakan proses
inflamasi pada telinga tengah. =M3 terjadi karena pertahanan tubuh terganggu.
Cmumnya terdapat % faktor utama yaitu infeksi bakteri di telinga tengah dan disfungsi
tuba 0ustachius. 5nfeksi >irus di saluran nafas atas meningkatkan insidens =M3.
Klasifikasi stadium =titis Media 3kut yaituH
a- S$adiu( O%lusi&erlihat gambaran retraksi membran timpani akibat tekanan negatif dalam telinga
tengah, akibat adanya oklusi tuba eustachius. Kadang:kadang membran timpani
tampak normal atau ber arna keruh pucat. 0fusi mungkin telah terjadi, tapi tidak
dapat dideteksi. tadium ini sukar dibedakan dengan otitis media serosa yang
disebabkan oleh >irus atau alergi.&hH dekongestan (anak 1% thH 7@l ephedrine #.L$ dalam larutan fisiologis,
anak 1% thH 7@l efedrine1$ dalam larutan fisiologis), antibiotik, analgetik,
antipiretik.
+- S$adiu( Hy ere(ia&ak pembuluh darah melebar di membran timpani' seluruh membran timpani
tampak hiperemis atau edem. ekret yang telah terbentuk mungkin masih bersifat
eksudat yang serosa sehingga sulit terlihat, ada rasa nyeri.&hH dekongestan, analgetik, antibiotik lokal, amo9icillin -# mg'kg 'hari dibagi
dalam * dosis, ampicillin L#:1## mg'kg 'hari dibagi dalam - dosis, atau eritromicin-# mg'kg 'hari.
c. S$adiu( Su urasi itandai dengan edema pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel
superficial serta terbentuknya eksudat purulen di ka>um timpani, menyebabkan
membran timpani bulging ke arah liang telinga luar. Pasien tampak sangat sakit, nadi
dan suhu meningkat, nyeri telinga bertambah hebat. ila tekanan di ka>um timpani
tidak berkurang, terjadi iskemi akibat tekanan pada kapiler, serta timbul
trombophlebitis pada >ena:>ena kecil dan nekrosis mukosa dan submukosa. ekrosis
9
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
10/88
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
11/88
eksternal (mengorekorek,berenang)
Pemeriksaan isik
Membran timpani
tampak perforasi atau
intak
: Membran timpani tampak perforasi
: Mukosa ca>um timpani tampak
tanda peradangan kronis (granulasi
atau polip)
: Pada eksaserbasi tampak tanda:
tanda inflamasi akutH hiperemis,
edema, dan sekret
*- Ma9a(1(a9a( er8.rasi (e(+ran $i( ani dan in$er re$asinya
erdasarkan letaknya, perforasi terbagi menjadiH
a. Perforasi sentral (sub total)H letak perforasi di sentral dan parstensa membran timpani. eluruh tepi perforasi masih mengandung
sisa membran timpani. &ipe ini merupakan tipe aman.
b. Perforasi marginalH sebagian tepi perforasi langsung berhubungan
dengan anulus atau sulkus timpanikum. perforasi berada di pinggir
membran timpani. Menandakan bah a tulang pada margo timpani
telah mengalami destruksi.
c. Perforasi atik (pars flaksida)H letak perforasi di pars flaksida
membran timpani. Merupakan tipe bahaya karena mengenai tulang
yang libih dalam dan menandakan adanya kolesteatoma pada tepi
timpani.
d. Perforasi tipe tubaH perforasi dekat muara timpani dengan tuba
eustachius.
edangkan berdasarkan ukuran, dibedakanH
11
KecilH hanya melibatkan 1kuadran atau 1#$ pars tensa.
edangH melibatkan % kuadranatau 1# : -# $ pars tensa
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
12/88
7- e$a% re8le%s 9ahaya ada re$ra%si dan +ul,in,
a. ulging membran timpani
iasanya disebabkan oleh transudasi plasma dari pembuluh darah ke dalam rongga
telinga tengah yang terutama disebabkan perbedaan tekanan hidrostatik.
&andaH
: Membran timpani ber arna abu:abu, merah
: Air fluid level atau gelembung udara
: 8etraksi membrane timpani dan bergerak pada tekanan negatif
: Membran timpani opak
apat ditemukan pada =titis media akut stadium transudasi dan supurasi
b. 8etraksi membran timpani
Penyebabnya adalah isfungsi tuba eustachius. engan tandaH
12
esarH melibatkan * : -
kuadran atau -#$
pars tensa
ubtotalH melibatkan -
kuadran dan mencapai
annulus fibrosus.
&otalH perforasiseluruhnya dari pars tensadan anulus fibrosus.
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
13/88
: Manubrium mallei memendek karena tertarik ke arah medial dan lebih
hori6ontal
: 8efleks cahaya berubah bentuk atau hilang sama sekali
: Prosesus bre>is menonjol keluar
: Plika posterior lebih jelas
: Plika anterior tidak tampak karena tertutup oleh prosesus bre>is
:
!- O$i$is E%s$erna
Menurut MM. @arr secara klinik otitis eksterna terbagiH
a. =0 8inganH kulit liang telinga hiperemis dan eksudat, liang telinga menyempit.
b. =0 edangH liang telinga sempit, bengkak, kulit hiperemis dan eksudat positif
c. =0 KomplikasiH Pina'Periaurikuler eritema dan bengkak
d. =0 KronikH kulit liang telinga'pina menebal, keriput, eritema positif.
=titis 0ksterna dapat dibagi menjadi % yaituH
O$i$is e%s$erna sir%u(s%ri $a
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
14/88
O$i$is e%s$erna di8us
5nfeksi biasanya mengenai kulit liang telinga duapertiga dalam. &ak kulit liang
telinga hiperemis dan edema yang tidak jelas batasnya. Kuman penyebab biasanya
golongan Pseudomonas. elain itu adalah taphylococcus albus, 0scherichia coli dan
sebagainya. =titis eksterna difus dapat juga terjadi sekunder pada otitis media supuratif
kronis.
4ejalanya ialah nyeri tekan tragus, liang telinga sangat sempit, kadang kelenjar getah
bening regional membesar dan nyeri tekan, terdapat sekret yang berbau. ekret ini tidak
mengandung lendir (musin) seperti sekret yang keluar dari ka>um timpani pada otitis
media.
Pengobatannya dengan membersihkan liang telinga, memasukkan tampon yang
mengandung antibiotika ke liang telinga. Kadang diperlukan obat antibiotika sistemik.
Pa$.8isi.l.,i .$i$is e%s$erna
aluran telinga bisa membersihkan dirinya sendiri dengan cara membuang sel:sel
kulit yang mati dari gendang telinga melalui saluran telinga. Membersihkan saluran
telinga dengan cotton bud (kapas pembersih) bisa mengganggu mekanisme pembersihan
ini dan bisa mendorong sel:sel kulit yang mati ke arah gendang telinga sehingga kotoran
menumpuk disana. Penimbunan sel:sel kulit yang mati dan serumen akan menyebabkan
penimbunan air yang masuk ke dalam saluran ketika mandi atau berenang. Kulit yang
basah dan lunak pada saluran telinga lebih mudah terinfeksi oleh bakteri atau jamur.
E$i.l.,i O$i$is E%s$erna
a. Penyebab tidak diketahuiH
• Malfungsi kulitH dermatitis seboroika, hiperseruminosis, asteotosis
• 0ksema infantilH intertigo, dermatitis infantil.
• =titis eksterna membranosa.
• Meningitis kronik idiopatik
• +upus erimatosus, psoriasis
b. Penyebab infeksi
• akteri gram (O)H furunkulosis, impetigo, pioderma, ektima, sellulitis, erisipelas.
•
akteri gram (:)H =titis eksterna diffusa, otitis eksterna bullosa, otitis eksternagranulosa, perikondritis.
14
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
15/88
• akteri tahan asamH mikrobakterium & @.
• Jamur dan ragi (otomikosis)H saprofit atau patogen.
• Meningitis bullosa, herpes simplek, herpes 6oster, moluskum kontangiosum,
>ariola dan >aricella.• Proto6oa
• Parasit
c. 0rupsi neurogenikH proritus simpek, neurodermatitis lokalisata'desiminata,
ekskoriasi, neurogenik.
d. ermatitis alergika, dermatitis kontakta (>enenat), dermatis atopik, erupsi karena
obat, dermatitis eksamatoid infeksiosa, alergi fisik.
e. +esi traumatikaH kontusio dan laserasi, insisi bedah, hemorhagi (hematom >esikel
dan bulla), trauma (terbakar, frosbite, radiasi dan kimia i).
f. Perubahan senilitas.
g. eskrasia >itamin dan endokrin
Ge>ala %linis .$i$is e%s$erna
Rasa sa%i$ di dalam telinga bisa ber>ariasi dari yang hanya berupa rasa tidak enak
sedikit, perasaan penuh didalam telinga, perasaan seperti terbakar hingga rasa sakit yanghebat, serta berdenyut. Meskipun rasa sakit sering merupakan gejala yang dominan,
keluhan ini juga sering merupakan gejala sering mengelirukan. Kehebatan rasa sakit bisa
agaknya tidak sebanding dengan derajat peradangan yang ada. 5ni diterangkan dengan
kenyataan bah a kulit dari liang telinga luar langsung berhubungan dengan periosteum
dan perikondrium, sehingga edema dermis menekan serabut saraf yang mengakibatkan
rasa sakit yang hebat. +agi pula, kulit dan tulang ra an 1'* luar liang telinga bersambung
dengan kulit dan tulang ra an daun telinga sehingga gerakan yang sedikit saja dari dauntelinga akan dihantarkan kekulit dan tulang ra an dari liang telinga luar dan
mengkibatkan rasa sakit yang hebat dirasakan oleh penderita otitis eksterna.
Rasa enuh ada $elin,a merupakan keluhan yang umum pada tahap a al dari otitis
eksterna difusa dan sering mendahului terjadinya rasa sakit dan nyeri tekan daun telinga.
Ga$al merupakan gejala klinik yang sangat sering dan merupakan pendahulu rasa
sakit yang berkaitan dengan otitis eksterna akut. Pada kebanyakan penderita rasa gatal
disertai rasa penuh dan rasa tidak enak merupakan tanda permulaan peradangan suatu
otitis eksterna akuta. Pada otitis eksterna kronik merupakan keluhan utama.
15
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
16/88
Kuran, enden,aran mungkin terjadi pada akut dan kronik dari otitis eksterna akut.
0dema kulit liang telinga, sekret yang sorous atau purulen, penebalan kulit yang
progresif pada otitis eksterna yang lama, sering menyumbat lumen kanalis dan
menyebabkan timbulnya tuli konduktif. Keratin yang deskuamasi, rambut, serumen,
debris, dan obat:obatan yang digunakan kedalam telinga bisa menutup lumen yang
mengakibatkan peredaman hantaran suara. (?anessa, %##")
Pe(eri%saan 8isi% .$i$is e%s$erna
ari pemeriksaan fisik dapat ditemukan H
• Sine ua non of otitis externa rasa sakit saat tragus ditekan ringan pada telinga
luar.
• 3denitis periauricular.
• Pemeriksaan spekulum dapat ditemukan eritema, epithelium yang edema, dan
akumulasi dari cairan debris pada liang telinga
• Membran timpani mungkin sulit untuk diidentifikasi, mungkin terjadi inflamasi
ringan, tapi seharusnya pergerakan membrane timpani baik dengan
pneumomamometer sieghl.
•
pora dan hifa mungkin terlihat pada liang telinga bila etiologinya disebabkanoleh jamur.
• !c"ema pada pinna dapat ditemukan dan merupakan tanda otitis media yang
terlihat pertama kali oleh pemeriksa.
ari pemeriksaan dengan spekulum ditemukanH
• Kanal yang membengkak sehingga sulit untuk melihat ke dalam telinga
•
Pada perenang, penyelam dan peselancar, yang terpapar lama dengan air menyebabkan penonjolan tulang liang telinga yang disebut exostoses . 7al ini
dapat menganggu drainase serumen dan merupakan predisposisi dari infeksi.
(8osenberger, %##")
Prinsip Pengobatan otitis eksterna
• Membersihkan liang telinga dengan penghisap atau gosok dengan hati N hati
• Penilaian terhadap sekret, edem dinding canalis, dan membran timpani
16
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
17/88
• Pemilihan pengobatan lokal ( =50 , 1""D)
&- Per+edaan OE den,an er8.rasi dan OMA Per .rasi se$elah iri,asi
Pemeriksaan fisik pada =0 dengan perforasi membran timpani dapat ditemukan tanda peradangan pada kulit liang telinga hiperemis, edema dengan batas yang tidak jelas.
edangkan pada =M3 perforasi tidak disertai tanda peradangan pada liang telinga.
?- Kelainan Re$r.auri%ular
a. @ongenital H istula pada regio retroaurikular, misalnya pada otitis media kronik
b. 5nfeksiH selulitis (hiperemis, edem, K4 membesar), mastoiditis. apat terbentuk
abses, ditandai dengan pecahnya abses dan keluarnya pus melalui fistula.
c. eoplasmaH
• ch annoma (tumor jinak selubung saraf yang terdiri dari sel ch ann,
biasanya menghasilkan selubung mielin yang menutupi saraf perifer),• Melanoma (tumor malignan yang berasal dari melanosit. Melanosit
menghasilkan pigmen arna kulit, melanin, yang berperan memberikan arna
pada kulit).
d. Anot#er H kelainan kulit, contohnya H
• ermatitis (inflamasi pada kulit yang umumnya disebabkan reaksi alergi
terhadap alergen spesifik)• @ongenital ichtyosis (kelainan yaitu kulit terlihat kering, menebal, dan
mengelupas. Pada beberapa pasien kulit terlihat berkerak seperti sisik ikan)
Mas$.idi$is
Mastoiditis adalah infeksi yang akut dan progresif dengan perubahan pada tulang dan
mukoperiosteum pada sistem air cell mastoid. 7al ini merupakan komplikasiintratemporal paling sering dari otitis media akut. erhubungan dengan superiosteal
abscess, inferior dee$ nec% abscess ( e6old abscess), dan coalescent mastoiditis. ecara
klasik, istilah mastoiditis diperuntukkan untuk coalescent mastoiditis dengan abses
superiosteal lateral dari korteks mastoid yang berlangsung % minggu setelah onset otitis
media akut (=M3). 3ntibiotik dapat membuat gejala lebih kurang terlihat, namun tidak
dapat mencegah terjadinya komplikasi.
17
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
18/88
aktor risiko terjadinya komplikasiH perjalanan penyakit yang berlangsung agresif,
usia yang lebih muda, radiologis dengan infeksi signifikan sebelumnya dengan adanya
hiperostosis.
Ge>ala H demam, nyeri persisten atau rekuren
Tanda H edema, eritema, dan nyeri tekan pada regio mastoid postauricular, edema kulit
kanalis akustikus e9ternus bagian posterosuperior, sekret purulen berbau yang kronik,
nyeri
Radi.,ra8i H kehancuran tulang luas pada regio pneumatisasi mastoid, lateral dari sinus
sigmoid. +esi litik iregular pada tulang temporal lateral dari sinus sigmoid yang
dikelilingi oleh area hiperostotik.
: +a H merupakan foto yang sering untuk melihat mastoiditis akuta, hampir sama
: dengan direct lateral view , sampai sekarang sering digunakan foto ini untuk
: menentukan batas penting seperti tegmen mastoid dan sinus sigmoid.
: chullerH ele>asi lateral tambahan sehingga tidak hanya melihat foto dihasilkan
oleh +a tetapi juga epitimpanum atau attic.
: MayerH dengan cara angulasi kepala -L derajat, dapat melihat anthrum dan caput
os.maleus, dengan memodifikasi arah sinar Qray maka dapat terlihat inkus dan
area epitimpanum.
: = ensH hampir mirip dengan Mayer yang dimodifikasi tapi dengan sedikit
angulasi dari datangnya sinar menyebabkan >isualisasi yang lebih baik dari
tulang:tulang pendengaran dan recessus epitimpani.
: @hausse 555H membantu melihat struktur pada telinga tengah.
: &o neH memperlihatkan kedua petrous piramid dan canalis akusticus internus.
: ten>ersH memperlihatkan canalis akustikus internus, labirin, dan anthrum.
K.( li%asi H meningitis, paralisis fasial, abses otak, hidrosefalus otitik, tromboflebitis
sinus sigmoid, abses ekstradural
Pe$un>u% H pasien dengan =M3 seharusnya merespon terhadap pengobatan antibiotik
yang sesuai dalam aktu * N L hari. alam aktu % minggu, efusi purulen pada telinga
tengah seharusnya telah berubah menjadi seromusin. &elinga seharusnya telah bersih dan
tanpa ada gejala rekuren dalam aktu 1 N * bulan. &idak akan ada edema kanalis
akustikus eksterus pada bagian posterosuperior atau edema ' nyeri tekan postauricular.
&idak ada abses subperiosteal yang menggeser pinna inferiorlateral.
18
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
19/88
Ke9uri,aan H tidak ada respon terhadap antibiotik dalam 1 minggu pertama, terdapat
edema postauricular, abses subperiosteal, nyeri berulang dalam jangka aktu % N *
minggu setelah onset =M3. Jika terdapat sekret persisten yang berbau disamping
pengobatan lokal dan sistemik yang adekuat, perlu dicurigai mastoiditis kronik dengan
osteitis. Jika setelah pengobatan % minggu, gejala menetap, diagnosis diatas dapat dibuat.
Ta$ala%sana H medikamentosa dan bedah R mastoidektomi total dengan pemasangan tuba
>entilasi O terapi antibiotik yang sesuai merupakan pilihan yang paling tepat.
Miringotomi untuk pengambilan kultur, @& pada tulang temporal, antibiotik yang sesuai
untuk % N * minggu, pemeriksaan periodik (setiap minggu) sampai hasil pencitraan 9:ray
menunjukkan mastoid yang normal. Jika terdapat gejala nyeri yang tumpul dan terus
menerus, mastoidectomi dapat dipikirkan. M85 dengan gadolinium berguna untuk
mendeteksi pembentukan abses e9tradural dan tromboflebitis sinus sigmoid.
19
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
20/88
Hidun,
0- Ana$.(i (ea$us dan 8un,si
Mea$us nasi in8eri.r : antara dasar rongga hidung dengan konka inferiorS
tempat bermuaranya ductus nasolakrimalisMea$us nasi (edius H antara konka inferior dan mediusS muara sinus
maksilaris
Mea$us nasi su eri.r : antara konka medius dan superiorS muara sinus
ethmoid dan sinus sphenoid
20
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
21/88
- Kelainan ada a+n.r(al %.n%aK.n%a hi er$r.8i H dapat terjadi pada rhinitis alergi, rhinitis simpleks dan rhinitis
hipertrofi. 8hinitis hipertrofi yaitu perubahan mukosa hidung pada konka inferior
yang mengalami hipertrofi karena proses inflamasi kronis yang disebabkan infeksi
bakteri primer atau sekunder. 4ejala utama adalah sumbatan hidung atau gejala di
luar hidung akibat hidung yang tersumbat, seperti mulut kering, nyeri kepala, dan
gangguan tidur. ekret biasanya banyak dan mukopurulen.
K.n%a a$r.8i: dapat terjadi pada rhinitis atrofi. 8hinitis atrofi merupakan infeksi
hidung kronik yang ditandai oleh adanya atrofi progresif pada mukosa dan tulang
konka. Mukosa hidung mengalami perubahan secara gradual dari bentuk mukosa
respirasi yang fungsional menjadi non:fungsional, dengan hilangnya fungsi
pembersihan oleh mukosiliar dan regulasi neurologis. ecara klinis mukosa
hidung menghasilkan sekret yang kental dan cepat mengering sehingga terbentuk
krusta yang berbau busuk. 5nfeksi disebabkan oleh &lebsiella s$ , terutama
&lebsiella o"aena . Kuman lainnya yang juga sering ditemukan adalah
Sta$$#'lococcus , Stre$tococcus dan Pseudomonas aeruginosa . Keluhan biasanya
berupa nafas yang bau dengan sekret kental ber arna hijau, disertai dengan
gangguan penghidu. Pada pemeriksaan hidung didapatkan rongga hidung sangat
lapang, konka inferior dan media menjadi hipotrofi atau atrofi, dapat jugaditemukan krusta ber arna hijau.
21
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
22/88
2- 6elas%an $en$an, .li nasi dan er+edaan den,an %.n%a hi er$r.8i
Polip nasi merupakan lesi abnormal yang berasal dari mukosa nasal.
Pembentukan polip bisa dikaitkan dengan berbagai proses inflamasi kronis seperti
asma bronkial dan rinitis alergi, dan faktor genetik.
a. +und and Mackay/s nasal polyp grading
4rade # H &idak ada polip
4rade 1 H Polip terbatas pada meatus media
4rade % H Polip mele ati meatus media, tidak mengobstruksi rongga hidung
4rade * H Polip sudah mengobstruksi rongga hidung
22
Polip Grade3
Polip Grade
4
Polip Grade2
Polip Grade1
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
23/88
b. asal Polyps 4rading ( 7adley/s clinicak scoring)
o 4rade 5 H Polip berukuran kecil, terletak dalam meatus media dan tidak melebihi batas
inferior dari konka media
o 4rade 55 H Polip dalam meatus melebihi batas inferior konka media
o 4rade 555 H Polip mulai terlihat melalui ka>um nasi, melebihi konka media, namun
tidak mele ati batas inferior konka inferior
o 4rade 5? H Polip memenuhi ka>um nasi
Tera i .li nasi:
&atalaksana polip yang paling utama adalah dengan pemberian kortikosteroid.
aik kortikosteroid oral maupun topikal efektif untuk memperkecil ukuran polip dan
mengontrol rekurensinya. Kortikosteroid topikal adalah terapi lini pertama yang harus
diberikan sebelum dipertimbangkan dilakukan operasi. osis Prednison *# sampai -# mg
per hari selama * sampai - hari dapat diberikaan sebelum operasi untuk memaksimalkan
pengecilan ukuran polip dan menurunkan reakti>itas mukosa dan >askuler. 3ntibiotik
juga dapat diberikan bersama kortikosteroid untuk mencegah sinusitis kronis infektif.
Pembedahan polip perlu dilakukan apabila terapi medikamentosa gagal, tidak ada
perbaikan secara simtomatik atau apabila terjadi komplikasi seperti mukokel dan
komplikasi sinusitis. apat dilakukan ekstrasi polip (polipektomi) menggunakan senar
polip atau cunam dengan analgesi lokal, etmoidektomi intranasal atau edmoidektmi
ektranasal untuk polip etmoid, operasi @ald ell:+uc untuk sinus maksila. Gang terbaik
yaitu bila tersedia fasilitas endoskop, maka dapat dilakukan tindakan 0 ( edah inus
0ndoskopi ungsional).
Pasien yang telah melakukan operasi perlu melakukan kontrol minimal selama L
bulan untuk mencegak terjadinya obstruksi dari ostium, mencegah inflamasi, infeksi, dan
pertumbuhan polip. etelah dilakukan operasi dapat diberikan kortikosteroid intranasal
untuk mencegah rekurensi dan antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder.
23
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
24/88
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
25/88
K.n%a hi er$r.8i H konka inferior tampak membesar sampai menutupi ca>um
nasi, tertarik ke atas saat inspirasi. Konka hipertrofi dapat mengecil dengan
pemberian dekongestan karena merupakan kongesti pembuluh darah.
Nasal P.ly Tur+ina$e hy er$r. [email protected] Pale Pink @.nsis$en9y oft 7ardSensi$i i$y $. r.+in, 5nsensiti>e ensiti>eM.+ili$y Mobile 5mmobileDe9.n,es$an$ Tes$ o change hrinks in si6e
De9.n,es$an$ $es$ H diberikan dekongestan spray pada hidung. ila dalam L:1# menit,
jalan napas menjadi lebih baik atau sesuatu yang menghalangi jalan napas mengecilmaka decongestant test positif.
"- 6elas%an $en$an, rin.s%. i .s$eri.r dan +a,ai(ana 9ara (en,e9e% +aal
Ala$3 ersia an asien3 dan $aha an rin.s%. i .s$eri.r-
Ø PrinsipH Menyinari koane dan dinding:dinding nasofaring dengan cahaya yang
dipantulkan oleh suatu cermin yang ditempatkan dalam nasofaring.Ø yarat yang harus dipenuhiH
- 7arus ada tempat yang cukup luas untuk menempatkan kaca. Cntuk itu
lidah tetap di dalam mulut dan ditekan ke ba ah dengan spatula.
- 7arus ada jalan yang lebar antara u>ula dan faring, agar cahaya yang
dipantulkan oleh cermin dapat masuk ke dalam nasofaring.
Ø @ara bernapasH Penderita harus bernafas dari hidung, sehingga palatum molle
akan bergerak ke arah ba ah, untuk memberi jalan bagi udara dari ka>um nasi
ke paru:paru dan sebaliknya.
Ø 3lat:alatH
- 8eflektor ukuran # atau 1
- 7ead lamp25
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
26/88
- patula
- 3pi bunsen
- &etrakain 1$
3. &eknik pemeriksaanH
1. Pada penderita yang sangat sensitif, pemeriksaan baru dapat dimulai L menit setelah
kedalam faring diberikan tetrakain 1$ (*:-9). patula dipegang dengan tangan kiri,
reflektor dipegang dengan tangan kanan.
%. Memegang reflektor dengan menggunakan tangan kanan, reflektor dipanasi pada api
bunsen. &emperatur reflektor dicek dengan menyentuhkan pada
punggung tangan kiri (panasnya harus lebih sedikit dari *D o@). &angkai reflektor
dipegang seperti memegang pensil dan diarahkan ke atas.
*. Mulut dibuka lebar:lebar, lidah ditarik ke dalam mulut, tidak boleh digerak:gerakkan
dan tidak boleh dikeraskan. Penderita diminta bernafas le at hidung.
-. Cjung spatula diletakkan pada punggung lidah, reflector di posterior u>ula. +idah
ditekan ke ba ah, hingga diperoleh tempat yang cukup luas untuk menempatkan
reflektor. Penderita diminta menyebutkan ;3< secara panjang
L. 8eflektor disinari.
. - tahap pemeriksaan pada rhinoskopi posteriorH
o Taha I: Pemeriksaan septum nasi (margo posterior), koane, dan tuba kanan
§ Karena cermin letaknya para median, maka kelihatan kauda konka
media kanan. Putar tangkai cermin ke medial sehingga kelihatan margo
posterior septum nasi di tengah tengah cermin. elanjutnya memutar
kembali tangkai cermin ke kanan sehingga kelihatan konka inferior
(yang paling besar), konka superior, meatus medius, ostium dan
dinding:dinging tuba.
26
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
27/88
o Taha II: Pemeriksaan septum nasi (margo posterior), koane, dan tuba kiri
&angkai cermin kita putar kembali ke medial, hingga tampak margo
posterior dari septum nasi. Putar terus tangkai cermin ke kiri sehingga
tampak berturut:turut konka media kanan dan tuba kanan.
o Taha III: Memeriksa atap nasofaring&angkai cermin mulai diputar kembali ke medial sehingga pada cermin
kelihatan kembali margo posterior septum nasi. esudah itu tangkai
cermin dimasukkan sedikit atau cermin direndahkan sedikit.
o Taha I4: Memeriksa kauda konka inferior
&angkai cermin direndahkan, atau cermin dinaikkan. iasanya kauda
konka inferior tidak dapat dilihat. apat dilihat bila konka inferior
hipertrofi, bentuknya seperti murbei (berdungkul:dungkul).
Yang diperhatikan:
a. Pemeriksaan septum nasi (margo posterior), koane dan tuba kanan, koane
kiri b. Memeriksa atap nasofaringc. Memeriksa kauda konka inferior d. &uba eustachian, torus tubarius, fossa 8osenmuller
Kelainan yang harus diperhatikan:
- 8adangH pus pada meatus medius dan meatus superior, adenoiditis, ulkus
pada dinding:dinding nasofaring (& @).
- &umorH contohnya poliposis dan karsinoma.
De9.n,es$an$ nasal s ray
27
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
28/88
econgestant nasal spray mengandung =9ymeta6oline 7ydrochloride #.#L$ yang
merupakan produk aktif. ekongestan nasal bekerja dengan cara membuka jalan nafas
dengan mengurangi sekresi nasal berlebihan dan mengurangi kondisi hipertrofi konkha yang
dapat bertahan selama 1% jam.
Cara $enggunaan
1. ersihkan lubang hidung dari sekret.
%. Kocok botol dan buka penutupnya.
*. &ekan no66le dengan jari telunjuk dan jari tengah dan ibu jari pada bagian ba ah botol.
-. &utup lubang hidung, kemudian kepala diekstensi ringan utnuk mempertahankan spray.
L. +akukan inspirasi dan ketika bernapas, tekan hidung menggunakan jari
untuk mengeluarkan sisa spray dalam ca>um nasi.
A. +akukan hal seperti sebelumnya pada lubang hidung bagian sebelahya.
ersihkan no66le dengan tisu bersih dan tutup penutup kembali
Byl.9aine s ray
Qylocaine spray mengandung lidokain 1# mg per dosis. Qylocaine spray digunakan untuk
anestesi lokal yang dapat bertahan selama 1#:1L menit. Pada tindakan:tindakan
otolaringologi seperti pungsi sinus maksilaris dan prosedur minor lainnya, diberikan * dosis.
Te( a$ enye( r.$an Byl.9aine s ray un$u% anes$esi l.%al rin.s%. i .s$eri.r-
Persarafan sensorik dan motorik pada mukosa oral dan orofaring
dipersarafi oleh cabang . glosofaringeal ( . 5Q), . >agus ( . Q), dan
28
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
29/88
. hipoglosus ( .Q55). Persarafan motorik oleh ner>us tersebut
berperan dalam proses menelan, sehingga diperlukan anestesi dalam
melakukan rinoskopi posterior untuk mencegah refleks muntah.
. glosofaringeal berjalan ke arah depan sepanjang permukaan
lateral faring, dengan * cabangnya yang mepersarafi sensorik dari 1'* dorsal lidah, >alekula,
dan permukaan anterior epiglottis (cabang lingual), dinding posterior dan lateral faring
(cabang faringeal), dan arkus tonsil (cabang tonsilar). erabut motorik . 5Q mempersarafi
M. stylofaringeus yang berperan dalam proses menelan. . >agus berperan dalam motorik
palatum, faring, dan laring. . hipoglosus berperan dalam motorik otot N otot intrinsik dan
ekstrinsik lidah. 3nestesi lokal dilakukan pada daerah yang dipersarafi oleh . 5Q, Q, dan
Q55, yaitu pada daerahH
• 3nteriorH pangkal lidah yang berbatasan dengan papilla >allata, palatum molle
• +ateral arkus faring
• PosteriorH dinding faring posterior
29
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
30/88
30
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
31/88
- A a yan, di$e(u%an ada e(eri%saan dindin,
ns$e%si *onsil
Periksalah ukuran tonsil. Pembesaran tonsil disebabkan oleh infeksi atau tumor. Pada infeksi
tonsil kronis kripta tonsil profunda mungkin mengandung debris seperti keju. 3pakah ada
membrane di atas tonsilT Membran ini berkaitan dengan tonsillitis akut mononucleosis
infeksiosa atau difteri.
ns$e%si +inding Posterior Faring
3pakah ada pengeluran secret, massa, ulserasi, atau injeksiT
*- T.nsil C all dyer rin,
&onsil adalah massa yang terdiri dari jaringan limfoid dan ditunjang oleh jaringan ikat
dengan kriptus di dalamnya. &erdapat beberapa macam tonsil yang keseluruhannya ini
membentuk lingkaran yang dinamakan cincin aldeyer, yaituH
1. &onsila lingualis terletak pada radi9 linguae.
%. &onsila palatina (faucial) terletak pada isthmus faucium antara arcus
glossopalatina dan arcus glossopharingicus.
*. &onsila Pharingica (adenoid), terletak pada dinding dorsal dari nasofaring dan
posterior dari palatum molle.
31
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
32/88
-. &onsila &ubaria, terletak pada bagian lateral nasofaring di sekitar ostium tuba
auditi>a
Ma9a(1(a9a( $.nsil:
- Aden.id
isebut juga sebagai tonsil faringeal atau +uschka/s, merupakan suatu massa berlobus dari
jaringan limfoid yang ditemukan pada dinding superior:posterior nasofaring. 3denoid
tidak memiliki kripta tetapi memiliki lipatan >ertikal yang disusun oleh epitel sel
respiratorius. 3denoid berfungsi nodus limfatikus dimana eferen saluran limfatikus
berjalan menuju ke limfonodus leher ( cervical c#ain ).
Permukaan luar adenoid diliputi oleh stratified dan $seudostratified e$it#elium , dan
adenoid tidak memiliki kapsul. Cdara yang masuk pada saat inspirasi berkontak dengan
adenoid, dan substansi asing menginisiasi respon imun. 3denoid dapat mengalami
hyperplasia dan dapat menutup jalan nafas dalam kondisi yang tidak diinginkan. Pada
bagian garis tengah nasofaring (dikelilingi oleh adenoid) terdapat bursa faringeal, yangmerupakan sisa dari notochord. Jika terjadi infeksi pada bursa ini, dapat mengakibatkan
&horn aldt/s disease.
: Pala$ina
&onsil palatine, juga dikenal sebagai tonsil faucial, merupakan massa seperti buah anggur
dari jaringan limfoid yang terletak diantara otot palatoglossus (anterior pillar) dan otot palatofaringeus (posterior pillar). Permukaan lateral dari masing:masing tonsil diliputi
oleh fasia faringeal dan terlekat pada otot konstriktor faring superior. Kondensasi fasia
membentuk sebuah kapsul. ari kapsul tonsil, trabekula meluas sampai ke parenkim tonsil
dan mensupport pembuluh darah, saraf, dan pembuluh limfatik eferen. Kontraksi dari otot
konstriktor superior, palatoglosus, dan palatofaringeus (saat menelan) menyebabkan
kompresi tonsil.
32
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
33/88
Permukaan tonsil yang lain diliputi oleh closely adherent stratified sIuamous epithelium
yang meluas sampai ke kripta. Kripta:kripta yang terdapat pada tonsil ini berjumlah B:1#
buah. ila terjadi pembengkakan tonsil, dasar kripta tetapi terfiksasi, hal ini menyebabkan
kripta bertambah panjang.
: in,ual
&onsil lingual terletak pada dasar lidah dan meluas dari foramen cecum sampai ke epiglottis.
&onsil ini diliputi oleh stratified sIuamous epithelium dan terpisah dari otot lidah hanya
melalui lapisan jarigan fibrosa. &onsil ini terdiri dari sejumlah ele>asi berbentuk bulat atauseperti ka ah pada bagian tengah jaringan limfoid dimana terdapat bukaan saluran kelenjar
mukosa
7- 6elas%an his$.l.,i $.nsil 6elas%an %ri $a dan de$ri$us;a- T.nsila ala$ina
- +etak H di dinding lateral faring- iba ah epitel berlapis gepeng membentuk pita yang mengandung nodul limfoid
dengan pusat germinal- etiap tonsil memiliki 1#:%# in>aginasi epitel yang masuk jauh kedalam parenkim
membentuk kriptus dengan lumen yang berisi sel:sel limfosit hidup'mati, sel:sel epitel yang
lepas, serta bakteri.- Kriptus mungkin terlihat seperti bitnik purulent pada tonsillitis
+- T.nsila Farin,ea- &onsil tunggal yang terdapat di bagian postero:superior faring- itutupi oleh epitel bertingkat silindris yang khas untuk epitel pernapasan dan
daerah epitel berlapis.- &erdiri dari lipatan mukosa dan jaringan limfoid difus dan noduli- &idak memiliki kriptus dan simpai lebih tipis daripada tonsila palatina
9- T.nsila in,ualis- entuk H lebih kecil dan lebih banyak - +etak H di dasar lidah ditutupi oleh epitel berlapis gepeng
- etiap tonsil memiliki 1 kriptus&onsil dibungkus oleh suatu kapsul yang sebagian besar berada pada fosa
tonsil yang terfiksasi oleh jaringan ikat longgar. &onsil terdiri dari banyak jaringan
limfoid yang disebut folikel. etiap folikel memiliki kanal (saluran) yang ujungnya
33
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
34/88
bermuara pada permukaan tonsil. Muara tersebut tampak oleh kita berupa lubang
yang disebut kripta.etritus ini merupakan kumpulan leukosit, bakteri yang mati dan epitel yang
terlepas. ecara klinis detritus ini mengisi kripte tonsil dan tampak sebagai bercak
kekuningan.
34
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
35/88
!- Per+edaan $.nsilli$is a%u$ hi er$r.8i den,an %r.ni% e%saser+asi a%u$ ada PF
T.nsili$is A%u$ T.nsili$is Kr.nis T.nsili$is Kr.nis E%saser+asi
A%u$7iperemis dan 0dema Membesar ' mengecil
tapi tidak hiperemis
7iperemis dan 0dema
Kripta tidak melebar Kripta melebar Kripta melebar
etritus (O':) etritus (O) etritus (O)Perlengketan (:) Perlengketan (O) Perlengketan (O)
3ntibiotik, 3nalgetika, =batkumur
ila mengganggulakukan tonsilektomi
embuhkan radangnya, jika perlu lakukan tonsilektomi %:A
minggu setelah peradangan
tenang
35
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
36/88
&= Kelainan ada ala$u( :
Cleft palate a$au ala$.s9hi'is adalah kondisi dimana kedua tulang dari tengkorak yang
membentuk palatum durum tidak saling menutup. Palatum molle dalam kasus seperti ini
juga tidak menutup. alam kebenyakan kasus, ditemukan bibir sumbing juga.
Palatoschi6is bisa terjadi secara komplit (palatum durum dan molle, mungkin juga
melibatkan celah pada rahang) maupun tidak komplit (terlihat sebagai lubang pada atap
rongga mulut, biasanya sebagai celah pada palatum molle). Jika terjadi palatoschi6is,
u>ula biasanya terpisah. Palatoschi6is terjadi karena gagalnya fusi dari prosesus palatine
lateral, nasal septum, dan'atau prosesus palatine medianus (pembentukan palatum
sekunder).
Ul%us a8$.sa ada ala$u(
Clkus aftosa merupakan ulkus pada mulut yang tampak sebagai luka yang nyeri di dalam
rongga mulut atau tenggorokan bagian atas yang ditandai dengan luka pada membrane
mukosa. Penyebabnya tidak diketahui, tetapi tidak menular. Kondisi ini juga dikenal
sebagai stomatiti aftosa (stomatitis inflamasi pada mukosa) dan juga sebagai penyakit
utton, terutama pada kasus mayor, multiple, atau yang rekuren.
tomatitis aftosa dapat diklasifikasikan menjadi * tipe, yaitu minor, mayor dan
herpetiformis.
: 3ftosa minor secara umum berada pada mukosa labial atau bukal, palatum mole, dan
lantai rongga mulut. Clkus bisa tunggal atau multiple, dan cenderung berukuran kecil
(diameter 1 cm) dan dangkal. Merupakan ulkus aftosa yang paling sering terjadi.
4ejalanya adalah rasa terbakar dan kesemutan sebelum terbentuk ulkus dan rasa nyeri.
36
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
37/88
: 3ftosa mayor berukuran lebih besar (diameter 1:* cm), multiple (1:1#), dan lebih dalam
ulkusnya. 3ftosa mayor juga lebih cenderung untuk menyembuh dengan jaringan parut.
4ejalanya lebih nyeri daripada minor,
: 3ftosa herpetiformis biasanya lebih banyak dan berbentuk >esicular. iameter 1:* mm,
dan bertahan lebih dari 1 bulan. erisiko untuk terbentuk jaringan parut juga. Pada pasien
dengan ulkus aftosa yang jinak tidak ditemukan demam, adenopati, gejala gastrointestinal
atau gejala kulit atau membrane mukosa.
PatofisiologiH idiopatik, kemungkinan imunologis, infeksius, hormonal, dicetuskan oleh
stress, traumatic, atau nutrisional.
&atalaksananya dapat dilakukan obser>asi karena merupakan penyakit yang s a:sirna.
apat juga dipertimbangkan untuk diberikan obat anti:inflamasi, antibiotic, anti>iral,
kortikosteroid oral dan topical, cauterisasi (perak nitrat), dan kapsul actobacillus .
A+ses Peri$.nsillar
3bses peritonsiler adalah penyakit infeksi yang paling sering terjadi pada bagian kepala
dan leher. 4abungan dari bakteri aerobic dan anaerobic di daerah peritonsilar. &empat
yang bisa berpotensi terjadinya abses adalah adalah di daerah pillar tonsil anteroposterior,
fossa piriform inferior, dan palatum superior.
37
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
38/88
3bses peritonsil terbentuk oleh karena penyebaran organisme bakteri penginfeksi
tenggorokan kesalah satu ruangan aereolar yang longgar disekitar faring menyebabkan
pembentukan abses, dimana infeksi telah menembus kapsultonsil tetapi tetap dalam batas otot
konstriktor faring
Peritonsillar abscess (P&3) merupakan kumpulan'timbunan ( accumulation ) pus yang
terlokalisir'terbatas ( locali"ed ) pada jaringan peritonsillar yang terbentuk sebagai hasil dari
su$$urative tonsillitis . 3bses peritonsil terjadi sebagai akibat komplikasi tonsilitis akut
atauinfeksi yang bersumber dari kelenjar mucus Feber di kutub atas tonsil. iasanya kuman
penyebabnya sama dengan kuman penyebab tonsilitis. iasanya unilateraldan lebih sering
pada anak:anak yang lebih tua dan de asa muda.
3bses peritonsiler disebabkan oleh organisme yang bersifat aerob maupun yang bersifat
anaerob. =rganisme aerob yang paling sering menyebabkan absesperitonsiler adalah
Stre$tococcus $'ogenes (4roup 3 eta:hemolitik streptoccus), Sta$#'lococcus aureus , dan
aemo$#ilus influen"ae. edangkanorganisme anaerob yang berperan adalah Fusobacterium .
Prevotella, Por$#'romonas, Fusobacterium, dan Pe$tostre$tococcus s$$. Cntuk kebanyakan
abses peritonsiler diduga karena kombinasi kuman aerob dan anaerob. Manifestasi klinis38
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
39/88
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
40/88
pertengahan garis yang menghubungkan dasar u>ula dengan geraham atas terakhir. 5ntraoral
incision dan drainase dilakukan dengan mengiris mukosa o>erlying abses, biasanya
diletakkan di lipatan. Pasien dianjurkan untuk memeriksakan pemeriksan ebagian penulis
menganjurkan tonsilektomi ANB minggu kemudian mengingatkemungkinan terjadi
perdarahan atau sepsis, sedangkan sebagian lagi menganjurkan tonsilektomi segera.
Sar%.(a Ka .si ada Pala$u(
K biasanya terjadi pada kulit, tetapi dapat mengenai bagian tubuh lain, yaitu limfonodus,
paru, dan organ digestif, termasuk palatum.
Karsin.(a sel s%ua(.sa ada ala$u(
Kanker pada palatum molle tejadi pada %$ keganasan mukosa kepala dan leher. etengah
dari kanker palatum durum merupakan K . 0tiologinya berhubungan penggunakan
tembakau dan konsumsi alcohol. K palatum terlihat sebagai lesi ulseratif. Pada stadium
a al, biasanya pasien asimtomatik, tetapi dapat terasa nyeri pada stadium yang sudah akhir.
Massa pada palatum, perdarahan, bau yang amis, kelainan posisi gigi, atau gigi yang loose
dapat terlihat pada pasien dengan kanker palatum durum. Pada pasien dengan kanker
40
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
41/88
palatum molle dapat ditemukan insufisiensi >elopharyngeal, perubahan cara bicara, kesulitan
menelan, otalgia, trismus, atau massa pada leher. Karena daerah ini mudah dilihat, tumor
sering ditemukan pada stadium a al oleh pasien sendiri atau oleh dokter.
?= Kelainan @a u( Oris
atas H anterior H bibir
Posterior H arkus anterior
5nferior H asar mulut
uperior H Palatum molle dan pallatum durum
atas ca>um oris dan orofaring disebut ismus fausium yang dibatasi H
+ateral H +engkungan arkus anterior
5nferior H Pangkal lidah
Medial H C>ula, selalu menunjuk >ertikal ke ba ah
Kelainan N kelainan H
1) &onsilitis akut H semua merah, titik:titik putih pada tonsil
%) &onsilitis kronik H arkus anterior merah
*) 3fte H itekan sakit
-) 3bses peritonsil H 5smus fausium kecil, tonsil terdesak ke medial41
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
42/88
L) ifteri H Pada membran arna kotor, hemorargis, ada yang luar batas tonsil
A) Plaut ?incent H ulkus seluruh tonsil, monolateral,
D) ikatrik H akibat tonsilektomi, insisi, abses peritonsil
B) Korpus alienum H duri ikan, tulang
20= 6elas%an $en$an, arin,.s%. i
+aringoskopi adalah suatu tindakan medis yang dilakukan untuk melihat daerah larinks (pita
suara). 5ndikasi laringoskopi pada dasarnya adanya setiap kecurigaan akan adanya kelainan
laring.
&ujuan dan keuntungan pemeriksaan ini adalah melihat langsung larinks untuk mendeteksi
adanya tumor, benda asing, kerusakkan saraf atau struktur lain atau kelainan:kelainan lain.
3da dua cara pemeriksaan ini agar dapat memeriksa laring secara langsung. Pertama, dengan
menggunakan selang yang lentur (fleksibel) dengan suatu alat serat optik yang disusupkan
melalui hidung dan dimasukkan terus hingga masuk ke dalam tenggorok. Metode lainnya
adalah menggunakan selang kaku yang dimasukkan langsung dari mulut hingga ke dalam
laring. Kedua metode ini, pada endoskopnya terdapat sebuah lampu dan lensa. elang
endoskopik ini juga dilengkapi dengan alat penyedot lendir atau kotoran. isamping itu juga
dapat berfungsi sebagai biopsi untuk mengambil contoh jaringan.
Pemeriksaan menggunakan laringoskop dibagi menjadi %, yaitu laringoskop indirect
dan laringoskop direct.
A- arin,.s%. Indire9$
3lat pemeriksaan yang digunakan untuk memeriksa keadaan tenggorok dan adneksanya
secara tidak langsung atau menggunakan reflektor.
i. 3lat:alatH
42
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
43/88
U 8eflektor nomor -'L
U Kassa
ead lam$
U +ampu spiritus
U Qylocaine s$ra' 1#$ atau &etrakain s$ra' 1$ pada pasien yang terlalu sensitif. 3nestesi
lokal ini digunakan untuk anestesi ner>us 5Q, Q, dan Q55.
ii. &ahap Persiapan H
U 8eflektor dihangatkan terlebih dahulu dengan api bunsen dan dipastikan suhunya sesuai
dengan suhu tubuh dengan mengetesnya ke punggung tangan.
U Pasien tenang dan bernafas melalui mulut
iii. @ara pemeriksaanH
1. Pada penderita yang sangat sensitif, pemeriksaan baru dapat dimulai L menit setelah ke
dalam faring diberikan tetrakain s$ra' 1$ (*:-9). Pastikan bah a anestesi lokal sudah
bekerja dengan melakukan beberapa tes sederhana. Pasien yang sudah teranestesi lokal akan
sulit untuk menelan, merasa kebas di area belakang mulut, dan kesulitan untuk mengucapkan
;rula untuk mendapatkan gambar laring yang
lebih baik.
i>. Penilaian organ
a. 8adiks lingue, epiglotis dan sekitarnya
: Kelihatan gambar dari radiks linguae, epiglotis yang menutup introitus laringis, plika
glossoepiglotika, >alekula kiri dan kanan
43
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
44/88
: Perhatikan anatomi dan kelainannya seperti edema epiglotis, ulkus, tumor, korpus alienum
: ascies posterior tonsil pada kesempatan ini dapat diperiksa pada a al tahap 1 atau akhir
tahap *
: Perhatikan arna, aftae, ulkus
: Penderita disuruh mengucapkan huruf Eiiiii/yang panjang dan tinggi sehingga laring serta
epiglottis tertarik ke atas dan membuka sehingga cahaya dapat masuk laring dan trakea.
Korda >okalis bergerak ke garis median.
b. +aring dan sekitarnya. =rgan yang perlu diperhatikan antara lainH
: 0piglotis dan pinggirnya
: 3ritenoid kiri dan kanan
: Plika ari:epiglotika kiri dan kanan
: inus piriformis kiri dan kanan
: inding posterior dan dinding lateral faring
: Plika >entrikularis kiri dan kanan
: Komisura anterior dan posterior
: Korda >okalis kiri dan kanan
ilihat apakah adanya radang, ulkus, edema, cairan, tumor.Perhatikan gerakan korda >okalis
kiri kanan apakah normal, simetris, tidak bergerak (parese) unilateral atau bilateral.
c. &rakea
: Korda >okalis hanya dapat dilihat dalam stadium fonasi
: alam stadium respirasi lumen laring tertutup oleh epiglotis sehingga mukosa trakea hanya
dapat dilihat aktu belum ada aduksi yang komplit atau di aktu permulaan abduksi
: Perhatikan anatomi, patologi mukosa, arna mukosa, sekret regio
subglotik, edema, tumor.
44
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
45/88
#- arin,.s%. i Dire%
i. 5ndikasiH
a. iagnostik
: Jika laringoskopi indirek tidak dapat dilakukan, seperti pada bayi dan anak kecil.
: Jika laringoskopi indirek tidak berhasil, misalnya akibat refleks muntah berlebih atau
over#anging e$iglottis
: Cntuk memeriksa area tersembunyi dari hipofaring, yaitu dasar lidah, >alekula, dan fossa
piriformis bagian ba ah.
: Cntuk melihat perluasan massaatau untuk mengambil sampel biopsi.
b. &erapeutik
: Mengangkat lesi jinak pada laring (papiloma, fibroma, nodul, polip, kista).
: Mengambil benda asing pada laring dan hipofaring.
: ilatasi striktur laring.
ii. KontraindikasiH
: 4angguan pada >ertebra ser>ikalis45
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
46/88
: ispnea sedang sampai berat, kecuali jika jalan napas dilindungi dengan trakeostomi
iii. Jenis laringoskopi
a- arin,.s%. 8le%si+el
5nspeksi menggunakan laringoskop fleksibel diindikasikan untuk H
: iagnostik H disfonia, dyspnea, disfagia, dan stridor
: iagnostik kelainan kongenitalH +aryngomalacia (V flo$$' V lar'nx ), stenosis subglotis,
vascular rings (abnormalitas dari pembuluh darah utama jantung atau paru), congenital
lar'ngeal webs (adanya membrane yang menutup pita suara), dan laryngocele (kista).
: Konfirmasi diagnosis H = 3, paralisis pita suara, arthritis dari struktur penunjang
(cricoarytenoid arthritis), atau adanya massa pada leher atau laring.
Kele+ihan: 5nspeksi menggunakan laringoskop fleksibel diindikasikan untuk diagnostik,
misalnya ketika pasien mengalami suara serak, kesulitan bernafas, atau nyeri tenggorokan
yang parah. Pengamatan langsung terhadap laring diperlukan untuk mengkonfirmasi
diagnosis, misalnya paralisis dari pita suara, arthritis dari struktur penunjang (cricoarytenoid
arthritis), atau adanya massa pada leher atau laring. eberapa kelainan kongenital juga dapat
didiagnosis dengan laringoskopi
fleksibel misalnya laryngomalacia (V flo$$' V lar'nx )S stenosis subglotisS vascular rings
(abnormalitas dari pembuluh darah utama jantung atau paru)S
congenital lar'ngeal webs (adanya membran yang menutup pita suara)S dan laryngocele
(kista).
Ke%uran,an: Pencahayaan dan kualitas gambar pada laringoskop fleksibel masih lebih
inferior daripada laringoskop rigid. Pemeriksaan dengan laringoskop fleksibel dinilai lebih
in>asi>e dibandingkan pemeriksaan dengan laringoskop rigid, dimana terjadi peningkatan
resiko epistaksis, efek samping anestesi, dan reaksi >aso>agal.
46
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
47/88
+- arin,.s%. i Ri,id
Penggunaan laringoskopi rigid lebih bersifat diagnostik, untuk melihat struktur laring dari
kamera. Pengambilan jaringan (biopsi),pengambilan benda asing atau mukus yang tebal,
dapat dilakukan dengan kombinasi penggunaan mirolaringoskopi.
Kele+ihan H 4ambar yang didapat dengan menggunakan laringoskop rigid lebih terang,
dengan kontras yang lebih baik dan perbesaran yang lebih baikdibandingkan laringoskop
fleksibel. elain itu saat dilakukan pemeriksaan juga tidak diperlukan anestesi topical.
Ke%uran,an: Pada penggunaan laringoskop rigid, fonasi yang dapat dilakukan terbatas
(biasanya hanya ;aaa
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
48/88
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
49/88
intermediet, atau alteral. Mobilitas ini dapat dinilai ketika pasien berbicara kemudian
bernafas, ketika melakukan laringeal diadokokinesis, ketika batuk, dan terkadang ketika
membuang ingus. 4angguan gerak plika >okalis dapat terjadi karena berbagai faktor, seperti
paralisis, paresis, dislokasi aritenoid, fibrosis, atau in>asi tumor pada sendi krikoaritenoid.
c. Farna dan kuantitas mukus
Mukus tebal terkadang menempel pada tepi plika >okalis atau permukaan superior plika
>okalis.3danya mukus ini secara umum berhubungan dengan kurangnya hidrasi atau iritasi
kronis. erkumpulnya mukus di sinus piriformis dapat mengindikasikan lemahnya sensasi
laring, lemahnya dinding faring lateral, atau menelan yang tidak efektif.Mukus yang
menempel pada plika >okalis dapat terlihat seperti lesi atau dapat menyamarkan kelainan
yang ada pada mukosa.Cntuk membedakannya, pasien disuruh membersihkan mukus dengan
menelan atau dengan batuk singkat atau membersihkan tenggorokan.
d. ?askularisas
Plika >okalis ber arna putih seperti mutiara.3danya rona merah dianggap sebagai eritema
atau hiperemia. ila ada kapiler yang terlihat, biasanya letaknya paralel dengan tepi
bebas.Pembuluh darah yang berdilatasi abnormal dan berkelok:kelok disebut ektasia kaliper
atau mikro>arises, dan memiliki risiko perdarahan.Perdarahan terjadi ketika sel darah keluar
dari pembuluh darah dan menyebabkan plika >okalis ber arna difus.
e. Perubahan pada posisi atau tinggi laring
7al ini dapat disebabkan adanya massa, imbalans otot, trauma, atau cedera ner>us laringeal
superior. eberapa orang akan menaikkan atau menurunkan laring ketika berbicara atau
bernyanyi.
f. 3kti>itas supraglotis
g. &epi plika >okalisH lurus'halus (kon>eks, konka>, berapa derajat de>iasinya) dan
kasar'iregular
49
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
50/88
2 = Pe(eri%saan a a yan, dinilai ada larin,
Pemeriksaan laring terdiri atasH
: Pemeriksaan dari luar dengan inspeksi dan palpasi
: +aringoskopia indirekta dengan cermin laring
: +aringoskopia direkta dengan laringoskop kaku, laringoskop fiber optic atau mikroskop
: Pemeriksaan kelenjar leher
: Pemeriksaan Q:foto rontgen
5nspeksi H iperhatikan arna dan keutuhan kulit, serta benjolan yang ada pada
daerah leher disekitar laring. uatu benjolan yang mengikuti gerakan laring adalah
struma dan kista duktus tireoglossus
Palpasi berguna untukH
: Mengenal bagian:bagian dari kerangka laring (kartilago hyoid, kartilago tiroid,
kartilago krikoid) dan gelang:gelang trakea
: 3pakah ada udem, struma, kista, metastase. usunan yang abnormal dijumpai pada
fraktur dan dislokasi
: +aring yang normal, mudah sekali digerakkan kekanan dan kekiri oleh tangan
pemeriksa.
22= Kelainan1%elainan (a ill.8a9ial yan, (enye+a+%an asi(e$ri
KONGENITA
/. 0obius s'ndrome
Kelainan kongenital yang langka yang disebabkan oleh kurangnya atau tidak adanya
pertumbuhan saraf kranial ?5 dan ?55. araf kranial lainnya juga dapat terkena, termasuk
saraf kranial ke:555, ?, ?555, 5Q, Q5, dan Q55. 4ejala a al yang dirasakan pada saat lahir
adalah ketidakmampuan menghisap. 4ejala lain yang dapat ditemukan adalah kesulitan
makan, menelan, dan berekspresi seperti senyum, cemberut, meringis, ataupun mengedipkan
50
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
51/88
mata. Penglihatan, pendengaran, dan kemampuan berbicara juga dapat terganggu. eformitas
yang dapat menyertai penyakit ini mencakup deformitas pada lidah, mandibula, dan
ekstremitas. Ketika anak dengan sindrom Mobius beranjak de asa, gejala yang paling
dominan adalah kurangnya ekspresi pada ajah dan kesulitan tersenyum. ekitar *#:-#$
anak:anak dengan sindrom Mobius berada dalam spektrum autisme.
Albers-Sc#onberg s'ndrome
indrom 3lbers: chonberg adalah suatu gejala klinis yang diakibatkan oleh kegagalan
osteoklas dalam meresorpsi tulang, yang mengakibatkan gangguan pada modelling dan
remodelling tulang. =nsetnya bisa pada saat infantil, kanak:kanak, maupun de asa. Kelainan
ini dapat menyebabkan kelumpuhan pada ajah, kebutaan dan ketulian karena adanya
penekanan pada saraf kranial akibat pertumbuhan tulang yang berlebih. Pada onset infantil,
gejala yang sering didapat adalah hidung terasa penuh akibat malformasi mastoid dan sinus
paranasal. Falaupun massa tulang meningkat, namun tulang lebih rapuh dan mudah patah,
dan juga dapat menyebabkan gangguan hematopoiesis, gangguan pertumbuhan gigi, dan
gangguan pertumbuhan.
3. 1olden#ar2s s'ndrome
4oldenhar syndrome atau sindroma oculo:auriculo:>ertebra (=3?) adalah suatu kelainan
kongenital yang langka dengan pertumbuhan telinga, hidung, pallatum molle, bibir, dan
mandibula yang tidak lengkap. Penyakit ini diasosiasikan dengan kelainan pertumbuhan
arkus brakialis pertama dan kedua. indroma ini juga sering disebut sebagai mikrosomia
hemifasial, namun istilah ini hanya digunakan pada kasus yang tidak melibatkan kelainan
pada organ internal maupun >ertebra.
4ejala yang sering didapat adalah dermoid epibulbar atau kelainan mata lainnya, s%in tag
preaurikuler, mikrotia, atresia meatus eksternal, dan kelainan telinga lainnya.
51
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
52/88
7ipoplasi ajah unilateral, kening yang menonjol, hipoplasia dari regio 6igomatika, ma9illa,
dan mandibula juga dapat ditemukan. Manifestasi pada tulang belakang, tulang rusuk, dan
jantung juga terkadang muncul.
INFEKSI
/. amsa'- unt S'ndrome
=nset paralisis ajah seringkali bersama otalgia dan erupsi herpetik pada bagian telinga luar
dianggap sebagai akibat infeksi >irus pada ganglion genikulatum. +esi kulit >esikular
mungkin hanya terbatas pada sebagian meatus acousticus externus yang dipersarafi suatu
cabang sensorik kecil dari . ?55, atau dapat meluas ke aurikula, atau telah manghilang saat
pasien datang ke dokter.
%. =titis media supuratif kronik
=M K dapat membuat asimetri pada ajah dengan % mekanisme yaitu inflamasi secara
langsung pada . ?55 yang berjalan dalam canalis facialis atau penekanan pada .?55 akibat
pertumbuhan kolesteatoma
*. =titis e9terna nekrotikans
Pada beberapa kasus, pasien datang dengan disfungsi . ?55 dan pemeriksaan telinga normal.
Pencitraan diagnostik yang menyeluruh termasuk @& scan, scan tulang, dan scan gallium
dapat membantu menentukan adanya penyakit ini.
-. +yme isease
5nfeksi spiroketa 4orrelia burgdorferi menyebabkan 'me disease , dan dapat mengakibatkan
paralisis ajah. Pemeriksaan serologis perlu dilakukan, dan diikuti dengan terapi antibiotik.
Pada anak yang mengalami paralisis ajah dengan ri ayat rash dan artralgia, perlu
di aspadai adanya penyakit +yme.
L. 3bses ubmandibula
52
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
53/88
3danya abses di satu bagian leher menimbulkan satu sisi ba ah ajah membengkak,
menjadikan ajah tidak simetris.
NEOP ASMA
3simetri dapat terjadi bila tumor mengenai atau tumbuh dari . ?55, atau tumor yang tumbuh
pada bagian ajah itu sendiri. Pada facial palsy yang disebabkan oleh tumor, gejala
cenderung perlahan timbul dan ada gejala lain yang menyertai tergantung posisi
tumor.
&umor parotis ganas adalah salah satu yang paling sering menyebabkan paralisis ajah,
dimana gejala dia ali perlahan, lalu mulai terasa nyeri pada massa yang berlokasi di dalam
glandula parotis. ila dibiarkan kanker ini dapat memasuki otak melalui ner>us di sekitar,
atau menyebar ke paru:paru. &umor jinak dan ganas pada otak seperti meningioma,
paraganglioma, kondrosarkoma, dan kondroma dapat tumbuh dalam cranium dan
mempengaruhi .?55.
TRAUMA
1. &rauma tumpul yang menyebabkan fraktur os temporal atau basis cranii yang mengenai
foramen tylomastoid
%. &rauma tajam yang mengenai . ?55
*. &rauma lahir yang mengenai . ?55
-. &rauma menembus telinga dapat melukai . ?55
ANOTHER
1. troke
%. Myastenia gra>is
*. 1uillaine-barre S'ndrome (4 )
53
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
54/88
-. Multiple sclerosis
L. ell/s palsy
54
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
55/88
55
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
56/88
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
57/88
hidung penderita. imulai kira:kira %#:*# cm dari mid sternum.
X ormosmik H dapat menghidu dari jarak 1# cm.
7iposmik H #:1# cm (1,%,* dan - cm H berat).
3nosmik H &idak dapat mencium sama sekali.
N-II isus, campus >isus, penglihatan arna, funduskopi
57
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
58/88
N-III ernosus masuk ke mata melalui
fisura orbitalis superior R otot le>ator palpebra superior, oblik inferior, superior, medial, dan
rektus inferior
o KeluhanH dilatasi pupil, ptosis, refleks pupil pada sisi lesi menghilang
o PemeriksaanH kedudukan bola mata, ptosis, diplopia, gerak bola mata, bentuk dan besar
pupil, refleks cahaya
Pe(eri%saan en,liha$an sen$ral < isual a9ui$y=
iperiksa dengan kartu snellen, jari tangan, dan gerakan tangan.
: Kartu snellen
Pada pemeriksaan kartu memerlukan jarak enam meter antara pasien dengan tabel, jikatidak
terdapat ruangan yang cukup luas, pemeriksaan ini bisa dilakukan dengan cermin. Ketajaman
penglihatan normal bila baris yang bertanda A dapat dibaca dengan tepat oleh setiap mata
(>isus A'A)
: Jari tangan
58
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
59/88
ormal jari tangan bisa dilihat pada jarak * meter tetapi bisa melihat pada jarak % meter,
maka perkiraan >isusnya adalah kurang lebih %'A#.
: 4erakan tangan
ormal gerakan tangan bisa dilihat pada jarak % meter tetapi bisa melihat pada jarak 1 meter
berarti >isusnya kurang lebih 1'*1#.
Pe(eri%saan Pen,liha$an Peri8er
WPemeriksaan penglihatan perifer dapat menghasilkan informasi tentang saraf optikus dan
lintasan penglihatan mulai dari mata hingga korteks oksipitalis.
WPenglihatan perifer diperiksa dengan tes konfrontasi atau dengan perimetri ' kompimetri.
: &es Konfrontasi
o Jarak antara pemeriksa N pasienH A# N 1## cm
o =bjek yang digerakkan harus berada tepat di tengah jarak tersebut
o =bjek yang digunakan (% jari pemeriksa ' ballpoint) digerakkan mulai dari lapang pandang
kuadran kiri (lateral dan medial), atas dan ba ah dimana mata lain dalam keadaan tertutup
dan mata yang diperiksa harus menatap lururs kedepan, tidak boleh melirik kearah objek
tersebut.
o yarat pemeriksaan lapang pandang pemeriksa harus normal.
: Perimetri ' kompimetri
o +ebih teliti dari tes konfrontasi
o 7asil pemeriksaan di proyeksikan dalam bentuk gambar di sebuah kartu.
Re8le%s Pu il
araf aferen berasal dari saraf optikal sedangkan saraf aferennya dari saraf occulomotorius.
3da dua macam refleks pupil.
: 8espon cahaya langsung
59
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
60/88
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
61/88
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
62/88
c. 8efleks pupil
W8efleks cahaya langsung (bersama . 55)
W8efleks cahaya tidak alngsung (bersama . 55)
W8efleks pupil akomodatif atau kon>ergensi
WN-I4
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
63/88
N-4 isi (oftalmikus,
maksilaris, mandibularis)
o KeluhanH mata kehilangan sensasi sentuhanS parestesiaS muskulus masseter dan
temporalis tidak bisa berkontraksiS de>iasi mandibula ke sisi lesi ketika mulut dibuka
o PemeriksaanH membuka mulut, menggerakkan rahang, menggigit ' mengunyah,
pemeriksaan raba, suhu, dan nyeri, refleks kornea, refleks masseter
63
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
64/88
Pemeriksaan meliputiS sensibilitas, motorik dan refle9.
Sensi+ili$as
3da tiga cabang sensorik, yaitu oftalmik, maksila, mandibula. Pemeriksaan dilakukan pada
ketiga cabang saraf tersebut dengan membandingkan sisi yang satu dengan sisi yang lain.
Mula:mula tes dengan ujung yang tajam dari sebuah jarum yang baru. Pasien menutup kedua
matanya dan jarum ditusukkan dengan lembut pada kulit, pasien ditanya apakah terasa tajam
atau tumpul. 7ilangnya sensasi nyeri akan menyebabkan tusukan terasa tumpul. aerah yang
menunjukkan sensasi yang tumpul harus digambar dan pemeriksaan harus di lakukan dari
daerah yang terasa tumpul menuju daerah yang terasa tajam.Juga dilakukan dari daerah yang
terasa tumpul menuju daerah yang terasa tajam. Juga lakukan tes pada daerah di atas dahi
menuju belakang mele ati puncak kepala. Jika cabang oftalmikus terkena sensasi akan
timbul kembali bila mencapai dermatom @%. &emperatur tidak diperiksa secara rutin kecuali
mencurigai siringobulbia, karena hilangnya sensasi temperatur terjadi pada keadaan
hilangnya sensasi nyeri, pasien tetap menutup kedua matanya dan lakukan tes untuk raba
halus dengan kapas yang baru dengan cara yang sama. Pasien disuruh mengatakan ;ya<
setiap kali dia merasakan sentuhan kapas pada kulitnya.
M.$.ri%
Pemeriksaan dimulai dengan menginspeksi adanya atrofi otot:otot temporalis dan masseter.
Kemudian pasien disuruh mengatupkan giginya dan lakukan palpasi adanya kontraksi
masseter diatas mandibula. Kemudian pasien disuruh membuka mulutnya (otot:otot
pterigoideus) dan pertahankan tetap terbuka sedangkan pemeriksa berusaha menutupnya. +esi
unilateral dari cabang motorik menyebabkan rahang berde>iasi kearah sisi yang lemah (yang
terkena).
Re8le%s
YRe8le%s %.rnea
64
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
65/88
a. +angsung
Pasien diminta melirik ke arah laterosuperior, kemudian dari arah lain kapas disentuhkan
pada kornea mata, misal pasien diminta melirik kearah kanan atas maka kapas disentuhkan
pada kornea mata kiri dan lakukan sebaliknya pada mata yang lain. Kemudian bandingkan
kekuatan dan kecepatan refleks tersebut kanan dan kiri saraf aferen berasal dari . ? tetapi
eferannya (berkedip) berasal dari .?55.
b. &ak langsung (konsensual)
entuhan kapas pada kornea atas akan menimbulkan refleks menutup mata pada mata kiri
dan sebaliknya kegunaan pemeriksaan refleks kornea konsensual ini sama dengan refleks
cahaya konsensual, yaitu untuk melihat lintasan mana yang rusak (aferen atau eferen).
YRe8le%s +ersin
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
66/88
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
67/88
Jika ada kelumpuhan . tapedius yang melayani otot stapedius maka suara:suara yang
diterima oleh telinga pasien menjadi lebih keras intensitasnya.
WN-4III estibular H ganglion >estibular R canalis semicircularis
Wkoklearis H ganglion spiral R koklea
o KeluhanH kehilangan pendengaran progresif yang bersifat unilateral, tinnitus
o PemeriksaanH >ertigo, nystagmus, keseimbangan, tes gesekan jari, tes
ch abach, tes 8inne, tes Febber
N-IB
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
68/88
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
69/88
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
70/88
N-BII iasi ke sisi lesiS disatria sedang
o PemeriksaanH disartria, posisi lidah, gerakan lidah, fasikulasi atau atrofi lidah
Pemeriksaan saraf 7ipoglosus dengan caraH 5nspeksi lidah dalam keadaan diam di dasar
mulut, tentukan adanya atrofi dan fasikulasi (kontraksi otot yang halus iregular dan tidak
ritmik). asikulasi dapat unilateral atau bilateral. Pasien diminta menjulurkan lidahnya
yang berde>iasi ke arah sisi yang lemah (terkena) jika terdapat lesi u$$er atau lower
motorneuron unilateral. +esi CM dari Q55 biasanya bilateral dan menyebabkan lidah
imobil dan kecil. Kombinasi lesi CM bilateral dari . 5Q.Q, Q55 disebut kelumpuhan
70
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
71/88
pseudobulbar.
Kelainan Ner us Fasialis
A- S as(e he(i8asialis
pasme hemifasialis adalah kedutan intermiten atau terus menerus pada satu sisi ajah, yang
umumnya dia ali sekitar mata dan menyebar hingga bukal dan mulut.
PemeriksaanH
elektromiogram untuk mengetahui adanya penyebaran lateral di mana stimulasi satu cabang
ner>us fasiais memicu refleks kontraksi otot. M85 dapat pula digunakan untuk mengeksklusi
kemungkinan spasme hemifasialis yang disebabkan oleh tumor.
&atalaksanaH
o 5njeksi otulinum to9in untuk memblok transmisi sinyal abnormal.
o Micro>ascular ecompression untuk meligasi arteri yang abnormal.
#- Gan,,uan ada ner us %ranialis
er>us kranialis dapat dipengaruhi oleh infeksi, tumor, atau trauma. 5nfeksi ner>us fasialis
oleh >irus herpes simpleks tipe 1.infeksi telinga kronis seperti otitis media dan tumor jinak
seperti kolesteatoma dapat memicu gangguan pad ner>us kranialis.
PemeriksaanH
M85, @& scan, elektromiografi berfungsi untuk menilai kapasitas fungsional ner>us dan
menentukan prognosis.
&atalaksanaH
Pada kerusakan ner>us akibat trauma, maka dilakukan perbaikan melalui microsurger' . Jika
kerusakan meliputi tulang tengkorak, dilakukan dekompresi saraf mikroskopik. Pada kasus
infeksi bakteri atau >irus, umumnya diberikan steroid. 3dapun, pilihan operasi lainnya
meliputi opersi untuk memperbaiki penutupan palpebra superior, mengembalikan posisi
71
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
72/88
kelopak mata dan fungsinya, atau re-innervation dengan graft pada ner>us kranialis lainya
atau ner>us fasialis bagian yang masih baik.
@- Gl.ss. hayn,eal neural,ia
4lossophayngeal neuralgia meliputi sensasi nyeri seperti tertusuk:tusuk pada tenggorokan,
tonsil dan dasar lidah pada satu sisi. yeri ini dapat muncul tiba:tiba atau dipicu saat
menelan.
PemeriksaanH
Pemeriksaan diagnostik menggunakan pemberian 9ylocaine pada tenggorokan dan fossa
tonsilaris bagian yang nyeri. M85 untuk eksklusi adanya tumor.
&atalaksanaH
medikamentosa yang digunakan yaitu karbama6epin dan gabapentin. amun, medikamentosa
tersebut kurang efektif pada glossopharyngeal neuralgia, sehingga seringkali pasien
memerlukan operasi M? .
D- Benign Paroxysmal Positional Vertigo ertigo hanya berlangsung L:1# detik. Kadang disertai rasa
mual dan seringkali pasien merasa cemas. Penderita biasanya dapat mengenali keadaan ini
dan berusaha menghindarinya dengan tidak melakukan gerakan yang dapat menimbulkan
>ertigo. ?ertigo tidak akan terjadi jika kepala tegak lurus atau berputar secara aksial tanpa
ekstensi, pada hampir sebagian besar pasien, >ertigo akan berkurang dan akhirnya berhenti
secara spontan dalam beberapa hari atau beberapa bulan, tetapi kadang:kadang dapat juga
72
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
73/88
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
74/88
>ertigo dan nistagmus mereda. (%) kepala pasien kemudian diposisikan sebaliknya, hingga
telinga yang terkena berada di atas dan telinga yang tidak terkena berada di ba ah. (*)
seluruh badan dan kepala kemudian dibalikkan menjauhi sisi telinga yang terkena pada posisi
lateral dekubitus, dengan posisi ajah menghadap ke ba ah. (-) langkah terakhir adalah
mendudukkan kembali pasien dengan kepala ke arah yang berla anan pada langkah
sebelumnya.
2 = Drainase Kelen>ar Ge$ah #enin,
ecara garis besar, region leher dibagi menjadi % bagian yaitu bagian anterior dan posterior
oleh M. ternocleidomastoideus. Kelenjar limfe dibagi menjadi beberapa le>el, yaituH
W+e>el 1
- ibagi menjadi % suble>el. uble>el 13 (submental) dan suble>el 5 (submandibular)
W+e>el %
- &erletak di 1'* atas M. ternocleidomastoideus, berisi kelenjar jugularis superior,
kelenjar jugularis digastrikus dan kelenjar ser>ikalis posterior.
- atas uperior H tulang tengkorak
- atas inferior H tulang hyoid
- atas anterior H tulang stylohyoid
- atas posterior H M. ternocleidomastoideus posterior
W+e>el *
- +e>el * dan - dibatasi oleh M. =mohioideus yang melintangi ?. Jugularis 5nterna
- atas uperior H batas ba ah dari tulang 7yoid
- atas 5nferior H kartilago Krikoid
- atas 3nterior H batas lateral dari M. sternohyoid
- atas PosteriorH M. ternocleidomastoideus posterior
74
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
75/88
W+e>el -
- erisi kelenjar limfe jugularis inferior, skalenus dan kelenjar suprakla>ikula.
- atas superior H Kartilago Krikoid
- atas 5nferior H Kla>ikula
W+e>el L
- erisi kelenjar ser>ikalis pada segitiga posterior leher
- atas superior H hasil kon>ergen dari M. @M dan M. &rape6ius
- atas inferior H Kla>ikula
- atas anterior H M. ternocleidomastoideus posterior
- atas posteriorH M. &rape6ius anterior
W+e>el A
- erisi kelenjar limfe pretracheal, paratracheal, precricoid ( elphian) dan peritiroidal.
- atas superior H tulang hyoid
- atas inferior H suprasternal notch- atas posterior H common carotid arteries.
4rup kelenjar limfe yang lain
odus limfe yang tidak terletak di le>el di atas diberi nama sesuai dengan grup nodus yang
spesifik. Kelenjar limfatik pada leher kebanyakan terletak pada rangkaian jugularis interna
dan spinalis aksesorius. Kelenjar limfe pada leher dibagi menjadi %, yaitu
75
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
76/88
WKelenjar limfa jugularis interna (profunda)
: uperior
: 5nferior
: Medial
WKelenjar superfisialis
: ubmental
: ubmandibular
: er>ikalis
: 8etrofaring
: Paratrakeal
: pinalis aksesorius
: kalenus anterior
: uprakla>ikula
76
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
77/88
Kelenjar limfe superfisial akan menuju kelenjar limfe yang profunda.
1. Kelenjar +imfe Profunda
Kelenjar limfa jugularis interna superior
Menerima aliran limfe dariH
- Palatum molle
- &onsil
- ubmandibular
- Parotis
- pinalis aksesoris
- 8etrofiring
- inus piriformis
- asofaring, hipofaring, telinga tengah dan tuba eustachius Menyalurkan limfe keH
- Kelenjar limfa jugularis interna dan kelenjar limfa spinal aksesorius
- +imfa paratrakea
Menerima limfa dariH
- 7ipofaring, esofagus bagian ser>ikal, trakea superior dan tiroid
Menyalurkan limfe keH
- Kelenjar limfa jugularis interna inferior dan kelenjar limfe mediastinum superior
- +imfa spinal aksesorius
Menerima limfa dariH
- Kulit kepala parietal
- agian posterior leher
- Kelenjar +imfe parafaring
Menerima limfa dariH
- asofaring dan orofaring
77
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
78/88
-
8/15/2019 Tugas Pemeriksaan Fisik THT
79/88
asia superfisial ser>ikalH lapisan lemak subkutan dengan tempat perlekatan pada processus
6igomatika sampai ke toraks dan aksila. 5si dari lapisan ini adalah platisma dan otot:otot
untuk berekspresi.
U +