TUGAS PAI4
-
Upload
renthaandinataii -
Category
Documents
-
view
222 -
download
5
description
Transcript of TUGAS PAI4
BAB IPENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Ukhuwah yang biasa diartikan sebagai "persaudaraan", terambil dari akar kata yang pada mulanya berarti "memperhatikan". Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara.
Ukhuwah mencakup persamaan salah satu unsur seperti suku, agama, profesi, dan perasaan. Dalam kamus-kamus bahasa Arab ditemukan bahwa kata akhirnya yang membentuk kata ukhuwah digunakan juga dengan arti teman akrab atau sahabat.
Ukhuwwah insaniyyah (basyariyyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena mereka semua berasal dari seorang ayah dan ibu. Rasulullah Saw. juga menekankan lewat sabda beliau,
“Jadilah kalian hamba Allah yang bersaudara. Hamba-hamba Allah semuanya bersaudara.”
Sedangkan secara etimologi arti solidaritas adalah kesetiakawanan atau kekompakkan. Dalam bahasa Arab berarti tadhamun atau takaful.
Islam adalah agama yang mempunyai unsur syariah, akidah, muamalah dan akhlak. Kejayaan Islam juga sudah terbukti membentang dalam peradaban manusia. Nilai-nilai Islam yang terpancar dan dirasakan oleh umat manusia, adalah suatu hal yang tidak bisa diukur dengan harta benda, karena dia berasal dari Yang Maha Kuasa. Solidaritas salah satu bagian dari nilai Islam yang humanistik-transendental.
Islam sejak dari awal sangat mementingkan hidup sehat melalui tindakan promotif-preventif-protektif. Langkah dimulai dari pembinaan terhadap manusia sebagai subjek sekaligus objek persoalan kesehatan itu sendiri. Islam menanamkan nilai-nilai tauhid dan manifestasi dari tauhid itu sendiri pada diri manusia. Nilai-nilai tersebut mampu merubah persepsi-persepsi tentang kehidupan manusia di dunia yang pada gilirannya tentu saja secara khusus merubah perilaku manusia. Dan perilaku yang diharapkan dari manusia yang bertauhid adalah perilaku yang merupakan realisasinya dari ketaatan terhadap perintah dan larangan Allah.
Secara individual dengan landasan nilai tauhid tadi Islam mengajarkan agar setiap muslim bergaya hidup sehat. Empat faktor utama yang mempengaruhi kesehatan adalah lingkungan (yang utama), perilaku, pelayanan kesehatan, dan genetik. Bila ditilik semuanya tetaplah bemuara pada manusia. Faktor lingkungan (fisik, sosek, biologi) yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap status kesehatan tetap saja ditentukan oleh manusia. Manusialah yang paling memiliki kemampuan untuk memperlakukan dan menata lingkungan hidup.
cara efektif untuk menghindari sakit yaitu tentang pentingnya kebersihan. Ini sangat ditekankan oleh Islam dan dinilai sebagai cerminan dari Iman seseorang. Kewajiban
membersihkan hadats kecil, mandi janabah, sunnah untuk bersiwak membuktikan bahwa Islam sangat perduli terhadap kebersihan fisik. Dengan berwudhu, seorang muslim akan secara langsung membersihkan tangan (yang biasanya menjadi pangkal masuknya penyakit ke dalam mulut) dan muka. Kemudian, mencuci kemaluan dengan air (bukan dengan tissue) setelah buang air kecil atau buang air besar..
1.2 RUMUSAN MASALAH 1. Bagaimana pandangan islam terhadap kesehatan masyarakat.2. Apa pentingnya Ukhuwah insaniyah dalam solidaritas kesehatan masyarakat.3. Apa saja hambatan serta solusi yang kita temui dalam berukhuwah insaniyah dari
segi kesehatan
1.3 TUJUAN 1. Untuk mengetahui masalah kesehatan masyarakat menurut aqidah Islam.2. Untuk meningkatkan rasa kepedulian terhadap sesama manusia.3. Untuk media pembelajaran juga mempererat tali persaudaraan.
BAB IIPEMBAHASAN
2.1 Kesehatan Masyarakat Menurut Pandangan Islam
“Kesehatan merupakan salah satu hak bagi tubuh manusia” demikian sabda Nabi
Muhammad SAW. Karena kesehatan merupakan hak asasi manusia, sesuatu yang sesuai
dengan fitrah manusia, maka Islam menegaskan perlunya istiqomah bagi umatnya untuk
memantapkan dirinya dengan menegakkan agama Islam dengan cara melaksanakan segala
perintah-Nya dan meninggalkan segala larangan-Nya. Sesuai dengan firman Allah SWT :
”Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh-penyembuh bagi penyakit-penyakit yang berada dalam dada dan petunjuk dan
rahmat bagi orang-orang yang beriman” (QS:Yunus 57).
Berikut beberapa penggal ayat yang difirmankan oleh Allah SWT. Terhadap umatnya
mengenai beberapa hal yang diperbolehkan-Nya maupun yang dilarang-Nya, beserta sebab
musababnya :
1. Makanan serta minuman yang diharamkan.
Firman Allah SWT :
“Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging
babi, dan binatang yang ketika disembelih disebut nama selain Allah. Tetapi
barangsiapa dalam keadaan terpaksa memakannya sedang dia tidak
menginginkannya dan tidak pula melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya.
Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. (QS. 2. Al Baqarah,
2:173 )
Setiap makanan yang dilarang di dalam Al Quran ternyata saat ini memiliki
argumentasi ilmiah yang dapat dibuktikan dengan ilmu pengetahuan. Makanan yang
diharamkan dapat mengganggu kesehatan manusia, baik pengaruh buruk bagi
kesehatan (kolesterol, racun) maupun mengandung berbagai penyakit yang
membahayakan tubuh (Trichina, Salmonella, cacing pita, dll.).
2. Makanan yang dihalalkan:
Islam memerintahkan umatnya untuk makan makanan yang baik dan halal,
misalnya daging, ikan, madu dan susu. Makanan-makanan yang baik dan halal
bermanfaat bagi tubuh. Islam menolak paham vegetarian. Pola konsumsi yang hanya
tergantung pada jenis sayuran belaka tidak sehat bagi tubuh karena kebutuhan protein
tidak dapat tercukupi bila hanya berasal dari konsumsi sayuran saja.
Pada dasarnya hal ini tidak hanya diberlakukan bagi umat tertentu (islam) saja,
tetapi berlaku bagi seluruh umat manusia di muka bumi ini. Karena sesungguhnya
Allah SWT. menciptakan manusia tidak lain dan tidak bukan hanya untuk menyembah
pada-Nya, serta mempercayainya sebagai kholifah di bumi ini, tetapi ketidaksabaran
dan keangkuhan umatlah yang membuat semua perintah ini menjadi terbengkalai di
beberapa kalangan umat manusia. Sehingga tidak salah jika kehidupan manusia di bumi
ini menjadi hancur karena kelalaiannya sendiri dalam menjaga kesehatannya (jasmani
dan rohani).
2.2 Pentingnya Ukhuwah Insaniyah dan solidaritas dalam Kesehatan Masyarakat
Ukhuwah insaniah adalah ikatan jiwa yang melahirkan perasaan kasih sayang,
cinta, dan penghormatan yang mendalam terhadap setiap orang, di mana keterpautan
jiwa itu ditautkan oleh ikatan akidah Islam, iman dan takwa.
Persaudaraan yang tulus ini akan melahirkan rasa kasih sayang yang mendalam pada
jiwa setiap muslim dan mendatangkan dampak positif, seperti saling menolong,
mengutamakan orang lain, ramah, dan mudah untuk saling memaafkan.
Dan sebaliknya dengan ukhuwah juga akan terhindari hal-hal yang merugikan
dengan menjauhi setiap hal yang dapat mendatangkan kerugian bagi orang lain, baik
yang berkaitan dengan jiwa, harta, kehormatan, atau hal-hal yang merusak harkat dan
martabat mereka.
Sesungguhnya Islam telah menghimbau kepada umatnya untuk senantiasa menjaga
ukhuwah ini, karena pada hakekatnya kaum mukminin itu bersaudara. Mereka bagaikan
susunan bangunan yang kokoh yang saling menguatkan satu dengan yang lain.
Ukhuwah insaniah akan melahirkan akhlak yang mulia, di antaranya sikap ramah,
cinta kasih, peduli terhadap kebutuhan saudaranya seiman dan sekaligus membantu
mereka. Sehingga terwujudlah kehidupan yang aman, tenteram, dan harmonis tanpa
adanya saling permusuhan dan kebencian dan juga akan memperkokoh kekuatan kaum
muslimin sehingga akan terwujudlah kejayaan Islam dan kaum muslimin.
Berikut beberapa proses terbentuknya ukhuwah Insaniyah antara lain :
1. Melaksanakan proses ta’aruf (saling mengenal)
Ta’aruf adalah saling mengenal sesama manusia. Saling mengenal antara kaum
muslimin merupakan wujud nyata ketaatan kepada perintah Allah SWT (Q.S. Al Hujurat: 13)
Tafahum adalah saling memahami. Hendaknya seorang muslim memperhatikan keadaan
saudaranya agar bisa bersegera memberikan pertolongan sebelum saudaranya meminta,
karena pertolongan merupakan salah satu hak saudaranya yang harus ia tunaikan.
Adanya interaksi dapat lebih dan kekal. Persaudaraan Islam yang dijalin oleh Allah SWT
merupakan ikatan terkuat yang tiada tandingannya, Perpecahan mengenal karakter individu.
Perkenalan pertama tentunya kepada penampilan fisik (Jasadiyyan), seperti tubuh, wajah,
gaya pakaian, gaya bicara, tingkah laku, pekerjaan, pendidikan, dan lain sebagainya.
Selanjutnya interaksi berlanjut ke pengenalan pemikiran (Fikriyyan). Hal ini dilakukan
dengan dialog, pandangan terhadap suatu masalah, kecenderungan berpikir, tokoh idola yang
dikagumi dan diikuti, dan lain sebagainya. Pengenalan terakhir adalah mengenal kejiwaan
(Nafsiyyan) yang ditekankan kepada upaya memahami kejiwaan, karakter, emosi, dan
tingkah laku. Setiap manusia tentunya punya keunikan dan kekhasan sendiri yang
memepengaruhi kejiwaannya. Proses ukhuwah Islamiyah dan Insaniyah akan terganggu
apabila tidak mengenal karakter kejiwaan ini.
2. Melaksanakan proses tafahum (saling memahami)
Saling memahami adalah kunci ukhuwah insaniyah. Tanpa tafahum maka ukhuwah
tidak akan berjalan. Proses ta’aruf (pengenalan) dapat deprogram namun proses tafahum
dapat dilakukan secara alami bersamaan dgn berjalannya ukhuwah. Dengan saling
memahami maka setiap individu akan mudah mengatahui kekuatan dan kelemahannya dan
menerima perbedaan. Dari sini akan lahirlah ta’awun (saling tolong menolong) dalam
persaudaraan.
Ukhuwah tidak dapat berjalan apabila seseorang selalu ingin dipahami dan tidak
berusaha memahami org lain. Saling memahami keadaan dilakukan dgn cara penyatuan hati,
pikiran dan amal. Allah-lah yang menyatukan hati manusia.
3. Melakukan At-Ta’aawun (saling tolong menolong).
البيت وآلءآمين �د القالئ وال الهدى وال الحرام هر الش وال الله� �ر شعائ وا ل التح� ءامنوا ذ�ين ال ها ياأي
صدوكم أن قوم شنئان كم يجر�من وال فاصطادوا حللتم �ذا وإ ور�ضوانا ه�م ب ر من فضال يبتغون الحرامقوا وات والعدوان� � �ثم اإل على والتعاونوا قوى والت �ر الب على وتعاونوا تعتدوا أن � الحرام المسج�د� عن�
الع�قاب� شد�يد الله �ن إ اللهArtinya: “Hai kehormatan bulan-bulan Haram, jangan (mengganggu) binatang-binatang had-
ya, dan binatang-binatang qalaa-id, dan jangan (pula) menggganggu orang-orang yang
mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari karunia dan keredhaan dari Rabbnya dan
apabila kamu telah menyelesaikan ibadah haji, maka bolehlah berburu. Dan janganlah sekali-
kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidil Haram, mendorong kamu berbuat aniaya (kepada mereka). Dan tolong-menolonglah
kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat
dosa dan pelanggaran. Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat
siksa-Nya”. (Q.S. Al-maidah:2)
Bila saling memahami sudah lahir maka timbullah rasa ta’awun. Ta’awun dapat dilakukan
dengan hati (saling mendo’akan), pemikiran (berdiskusi dan saling menasehati), dan aman
(saling bantu membantu). Saling membantu dalan kebaikan adalah kebahagiaan tersendiri.
Manusia adalah makhluk sosial yang butuh berinteraksi dan butuh bantuan orang lain.
Kebersamaan akan bernilai bila kita mengadakan saling Bantu membantu.
4. Melaksanakan proses takaful (saling menanggung atau senasib sepenanggungan)
Proses ini muncul setelah proses ta’awun berjalan. Rasa sedih dansenang diselesaikan
bersama. Takaful adalah tingkatan ukhuwah yang tertinggi. Banyak kisah dan hadits Nabi
SAW dan para sahabat yang menunjukkan pelaksanaan takaful ini. Seperti ketika seorang
sahabat kehausan dan memberikan jatah airnya kepada sahabat lainnya yang merintih
kehausan juga, namun setelah diberi, air itu diberikan lagi ek sahabat yang lain, terus begitu
hingga semua mati dalam kondisi kehausan. Mereka saling mengutamakan saudaranya
sendiri dibandingkan dirinya (itsar). Inlah cirri utama dari ukhuwah Insaniyah
Seperti sabda Nabi SAW: “Tidak beriman seseorang diantaramu hingga kamu mencintainya
seperti kamu mencintai dirimu sendiri”. (HR. Bukhari-Muslim).
Betapa indah ukhuwah Insaniyah yang diajarkan Allah SWT. Bila umat islam
melakukannya, tentunya terasa lebih manis rasa iman di hati dan terasa indah hidup
dalam kebersamaan. Kesatuan barisan dan umat berarti bersatu fikrah/pemikiran dan
tujuan tanpa menghilangkan perbedaan dalam karakter (kejiwaan). Inilah kekuatan
Islam. Mari kita mulai dari diri kita, keluarga, masyarakat dekat untuk menjalin
persaudaraan islam ini.
5. Merakit “ulang” Ukhuwah Insaniyah Yang Hampir “Hilang”
Ukhuwah atau persaudaraan dalam Islam bukan saja mencirikan kualitas ketaatan
seseorang terhadap ajaran Allah dan Rasul-Nya, tetapi juga sekaligus merupakan
salah satu kekuatan perekat sosial untuk memperkokoh kebersamaan. Fenomena
kebersamaan ini dalam banyak hal dapat memberikan inspirasi solidaritas sehingga
tidak ada lagi jurang yang dapat memisahkan silaturahmi di antara umat manusia
sebagai mahluk sosial yang dianugrahi kesempurnaan. Meskipun demikian, dalam
perjalanan sejarahnya, bangunan kebersamaan ini seringkali terganggu oleh godaan-
godaan kepentingan yang dapat merusak keutuhan komunikasi dan bahkan
mengundang sikap dan prilaku yang saling berseberangan.
Karena itu, semangat ukhuwah ini secara sederhana dapat terlihat dari ada atau tidak
adanya sikap saling memahami untuk menumbuhkan interaksi dan komunikasi.
Ukhuwah Insaniyah sendiri menunjukkan jalan yang dapat ditempuh untuk
membangun komunikasi di satu sisi, dan di sisi lain, ia juga memberikan semangat
baru untuk sekaligus melaksanakan ajaran sesuai dengan petunjuk al-Qur'an serta
teladan dari para Nabi dan Rasul-Nya.
Sekurang-sekurangnya ada dua pernyataan Nabi SAW, yang menggambarkan
persaudaraan yang Islami. Pertama, persaudaraan Islam itu mengisyaratkan wujud
tertentu yang dipersonifikasikan ke dalam sosok jasad yang utuh, yang apabila salah
satu dari anggota badan itu sakit, maka anggota lainnya pun turut merasakan sakit.
Kedua, persaudaraan Islam itu juga mengilustrasikan wujud bangunan yang kuat,
yang antara masing-masing unsur dalam bangunan tersebut saling memberikan fungsi
untuk memperkuat dan memperkokoh.
Ilustrasi pertama menunjukkan pentingnya unsur solidaritas dan kepedulian dalam
upaya merakit bangunan ukhuwah menurut pandangan Islam. Sebab Islam
menempatkan setiap individu dalam posisi yang sama. Masing-masing memiliki
kelebihan, lengkap dengan segala kekurangannya. Sehingga untuk menciptakan
wujud yang utuh, diperlukan kebersamaan untuk dapat saling melengkapi. Sedangkan
ilustrasi berikutnya menunjukkan adanya faktor usaha saling tolong menolong, saling
menjaga, saling membela dan saling melindungi.
Pernyataan al-Qur'an: Innama al-mu'minuuna ikhwatun (sesungguhnya orang-orang
mu'min itu bersaudara) memberikan kesan bahwa orang mu'min itu memang mestinya
bersaudara. Sehingga jika sewaktu-waktu ditemukan kenyataan yang tidak
bersaudara, atau adanya usaha-usaha untuk merusak persaudaraan, atau bahkan
mungkin adanya suasana yang membuat orang enggan bersaudara, maka ia berarti
bukan lagi seorang mu'min. sebab penggunaan kata "innama" dalam bahasa Arab
menunjukkan pada pengertian "hany saja”.
Tuntutan normatif seperti tertuang dalam al-Qur'an di atas memang seringkali tidak
menunjukkan kenyataan yang diinginkan. Kesenjangan ini terjadi, antara lain, sebagai
akibat dari semakin memudarnya penghayatan terhadap pesan-pesan Tuhan
khususnya berkaitan dengan tuntutan membina persaudaraan. Bahkan, lebih celaka
lagi apabila umat mulai berani memelihara penyakit ambivalensi sikap: antara
pengetahuan yang memadai tentang al-Qur'an di satu sisi, dengan kecenderungan
menolak pesan-pesan yang terkandung di dalamnya di sisi lain, hanya karena terdesak
tuntutan pragmatis, khususnya menyangkut kepentingan sosial, politik ataupun
ekonomi. Karena itu, bukan hal yang mustahil, jika seorang pemuka agama sekalipun,
rela meruntuhkan tatanan ukhuwah hanya karena pertimbangan kepentingan-
kepentingan primordial.
Karena tarik menarik antara berbagai kepentingan itulah, sejarah umat Islam selain
diwarnai sejumlah prestasi yang cukup membanggakan, juga diwarnai oleh sejumlah
konflik yang tidak kurang memprihatinkan. Nilai-nilai ukhuwah tidak lagi menjadi
dasar dalam melakukan interaksi sosial dalam bangunan masyarakat tempat hidupnya
sehari-hari. Konflik yang bersumber pada masalah-masalah yang tidak prinsip
menurut ajaran, dapat membongkar bangunan kebersamaan dalam seluruh tatanan
kehidupannya.
Perbedaan interprestasi tentang imamah pada akhir periode kepemimpinan shahabat,
misalnya, telah berakibat pada runtuhnya kebesaran peradaban Islam yang telah lama
dirintis bersama. Lalu sejarah itu pun berlanjut, seolah ada keharusan suatu generasi
untuk mewarisi tradisi konflik yang mewarnai generasi sebelumnya. Akhirnya,
nuansa kekuasaan pada masa-masa berikutnya hampir selalu diwarnai oleh politik
"balas dendam" yang tidak pernah berujung.
Al-Qur'an memang memberikan peluang kepada ummat manusia untuk bersilang
pendapat dan berbeda pendirian. Tetapi al-Qur'an sendiri sangat mengutuk
percekcokan dan pertengkaran. Interprestasi terhadap ayat-ayat yang mujmal (umum),
pemaknaan terhadap keterikatan sesuatu ayat dengan asbab nuzul, atau sesuatu hadits
dengan asbab wurud-nya, seringkali melahirkan adanya sejumlah perbedaan. Lebih-
lebih jika perbedaan itu telah memasuki wilayah ijtihadiyah
Dalil-dalil dzanny yang biasa menjadi rujukan beramal memang memiliki potensi
untuk melahirkan perbedaan. Tetapi perbedaan itu sendiri seharusnya dapat
melahirkan hikmah, baik dalam bentuk kompetisi positif, mempertajam daya kritis,
maupun dalam membangun semangat mencari tahu sesuai dengan anjuran
memperbanyak ilmu. Sayangnya, dalam kenyataan, perbedaan itu justru seringkali
melahirkan hancurnya nilai-nilai ukhuwah, hanya karena ketidaksiapan untuk
memahami cara berpikir yang lain, atau karena keengganan menerima perbedaan
sebagai buah egoisme yang tidak sehat.
Ikatan agama telah pudar oleh kepentingan kekuasaan. Kehangatan persaudaraan pun
semakin menipis karena desakan-desakan materialisme ataupun kepentingan
primordialisme. Perbedaan paham politik sangat potensial untuk melahirkan suasana
ketidakakraban yang cenderung membawa kepada suasana batin yang tidak
menunjang tegaknya ukhuwah. Demikian juga perbedaan tingkah kekayaan sering
melahirkan kecemburuan yang juga sangat potensial untuk mengundang suasana
bathin yang tidak menunjang tegaknya ukhuwah.
Subhanallah, ukhuwah kini telah menjadi barang antik yang sulit dinikmati secara
bebas dan terbuka. Karena ukhuwah memang hanya akan dapat terwujud apabila
masyarakat sudah mampu memiliki dan menghayati prinsip-prinsip tasamuh
(toleransi), sekaligus terbuka untuk melakukan tausiyah (saling mengingatkan).
6. Islam dan Kepedulian Sosial
Rasululullah bersabda : “Belum beriman seseorang itu sebelum ia mencita saudara
nya seperti mencitai dirinya sendiri.
Hadis ini shahih dan cukup populer di kalangan kau muslimin umum sekalipun. Yang
subtansif pada hadis ini adalah mengaitkan iman dengan masalah sikap hati –dalam
hal ini− mencintai orang lain selain dirinya. Mencintai orang itupun ditentukan
bobotnya oleh Rasulullah yaitu sama dengan mencintai diri sendiri. Rasanya ini
sangat berat dan sulit dilaksanakan, namun jika iman itu benar−benar ada dan hidup
dalam jiwa maka yang berat dan sulit itupun sangat bisa terealisir.
Konsep kepedulian sosial dalam Islam sungguh cukup jelas dan tegas . Bila
diperhatikan dengan seksama, dengan sangat mudah ditemui dan untuk saya
mengatakan bahwa masalah kepedulian sosial dalam Islam terdapat dalam bidang
akidah dan keimanan , tertuang jelas dalam syari’ah serta jadi tolok ukur dalam
akhlak seorang mukmin.
Begitu juga Allah menghargai mereka yang melaksanakan amal sosial dalam kontek
kepedulian sosial tersebut sebagaimana juga Alah sangat mengecam mereka yang
tidak mempunyai rasa kepedulian sosial.
1. Dari Dimensi Aqidah dan Keimanan.
Iman kepada Allah merupakan rukun utama dan pertama dalam Islam. Bagaimana
implikasi kepada Allah dijelaskan oleh Al−Quran dan hadis. Salah satunya berkaitan
dengan kepedulian sosial.antara lain, misalnya surah al−Anfal ayat 2-5:
�يمانا إ زادتهم ءاياته عليه�م �يت تل �ذا وإ قلوبهم وج�لت الله �ر ذك �ذا إ ذ�ين ال المؤم�نون ما �ن إلون } يتوك ه�م رب ينف�قون{ }2وعلى رزقناهم وم�ما الصالة يق�يمون ذ�ين هم{ 3ال �ك أولئ
كر�يم } ور�زق ومغف�رة ه�م رب ع�ند درجات هم ل حقا �ك{ 4المؤم�نون بيت م�ن ك رب كمآأخرجكلكار�هون } �ين المؤم�ن م�ن فر�يقا �ن وإ �الحق {5ب
Artinya: “Sesungguhnya orang−orang beriman itu hanyalah mereka yang jika disebut
nama Allah gemetar hatinya. (2) dan apabila dibacakan kepadanya bertambah
keimanannya (3) dan mereka bertawakkal kepadanya. (4) Mereka yang melaksanakan
sholat dan (5) menafkahkan sebagian harta yang diberikan kepada mereka…”
Jadi menafkahkan sebagian harta (ayat:5) untuk orang lain termasuk indikasi/ukuran
bagi keimanan sesorang dalam kehidupan ini.Hadis−hadis yang menekan hal ini
cukup banyak antara lain Siapa yang beriman dengan Allah dan hari akhirat
hendaklah ia memuliakan tamu/tetangga.
Dalam Islam, para pemberontak negara haru diperangi sampai habis total dan
tuntas.Termasuk disini adalah mereka yang tak mau bayar zakat.Artinya tidak mau
bayar zakat merupakan kesalahan besar di mata hukum Islam. Islam juga mewajibkan
amar makruf nahi mungkar yang kesemuanya terkait dengan hukum dan segala
konsekwensinya. Orang yang yang tidak memberi makan fakir miskin dapat terjerat
vonis pedusta agama.
2. Dimensi Akhlak
Dalam Islam seseorang dianggap mulia, jika ia memelihara anak yatim. Orang yang
paling disenangi Allah adalah mereka yang paling dermawan. Orang−oarang yang
berinfaq/bersedekah diberi ganjaran pahala sampai 70 x lipat. Dalam hadis Rasulullah
disebutkan bahwa Allah akan selalu membantu hambaNya selama hamba tersebut
membantu saudaranya. Pada hadis lain Rasulullah menyebutkan, bahwa bakhil itu
sifat tercela dan pemboros itu adalah kawan−kawan setan.
Jika dibahas secara terinci, tentang kepedulian Islam terhadap masalah sosial maka
kita akan menemukan bahwa ternyata amal ibadah secara umum lebih banyak
berurusan dengan hamblum minannas ketimbang hablum minallah. Cuma
kesemuanya itu harus dikunci dengan prinsip utama.
2,3 Hambatan serta solusi dalam berukhuwah insaniyah dari segi kesehatan
a. Hambatan dalam ukhuwah insaniah misalnya perbedaan budaya dalam suatu masalah dalam kesehatan masyarakat contohnya pada kasus Hambatan sosial budaya dalam pemanfaatan program Pondok Bersalin di suatu desa.
Untuk mencapai tujuan tersebut masyarakat telah mengembangakan pelayanan kesehatan di posyandu meliputi KIA, KB, Imunisasi, perbaikan gizi dan penanggulangan diare. Namun karena keterbatasan yang ada di posyandu, pelayanan kesehatan bagi ibu tadak dapat dilaksanakan dengan baik. Oleh karena itu sebagai bagian dari pelayanan KIA, perlu diupayakan pelayanan kesehatan ibu. Salah satu upaya tersbut adalah pelayanan melalui Pondok Bersalin.
b. Perbedaan pendapat dan perselisihan yang tidak satu prinsip justru dibuat menjadi
masalah besar dan menyebabkan perpecahan. Karena didominasi oleh akal dan hawa
nafsu yang tidak terkendali oleh iman. Sebab, akal dan pemahamanan setiap orang
tidaklah sama. Sebagai contoh Suatu keluarga berbeda dalam memahami suatu perkara,
sama halnya perbedaan kesenangan dan kecendrungan terhadap sesuatu. Jenis
perselisihan ini tidal terlalu bahaya, hal yang biasa. Hawa nafsu menjadi hambatan karena
hawa nafsu condong kepada kerusakan.
Masalah-masalah lain yang timbul dalam berukhuwah insaniyah dalam kesehatan masyarakat:
1.Dari segi lingkungan
Masalah lingkungan ini sangat mendominasi kesehatan masyarakat,karena dengan lingkungan yang tidak mendukung masyakat dengan mudah terganggu kesehatannya oleh
karena itu kita sebagai umat manusia saling tolong menolong/bersolidaritas untuk mencipakan lingkungan yang baik.
2.Dari segi ekonomi
Masalah kesehatan dalam segi ekonomi ini menyebabkan minimnya tingkat kesadaran masyarakat untuk menjaga kesehatan.Banyak masyarakat kecil yang kurang memperhatikan kesehatan mereka.dengan alasan tingkat ekonomi yang rendah,karena untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saja mereka kesulitan.
3.Dari segi kesadaran individu
Pada umumnya,masyarakat sebenarnya sudah mengetahui cara hidup sehat.tetapi mereka tidak menerapkan aplikasi tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Banyak diantara mereka terkesan menyepelekan sesuatu yang terjadi di sekitar mereka.
4.Dari segi sosial
Kebiasaan cara hidup tiap daerah berbeda satu dengan yang lainnya. Misalnya ada yang menganggap suatu masalah/kebiasaan di daerah A adalah tabu. Namun di daerah B masalah tersebut merupakan hal yang wajar-wajar saja.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
1. Ukhuwah insaniyah dalam kesehatan masyarakat sangat dibutuhkan untuk
mempererat tali silaturahmi
2. Ukhuwah insaniyah dapat berdampak positif untuk mengembangkan perilaku
hidup sehat dalam bermasyarakat.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, Azrul, DR. MPH.1998. Administrasi Kesehatan . Jakarta : Bina Rupa Aksara
Maidin, Alimin,dr.MPH. 1988. Perencanaan dan Evaluasi Kesehatan .
Reinke A, William. 1994. Perencanaan Kesehatan Untuk Meningkatkan Efektifitas Manajemen. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Notoatmojo Sockidjo Prof, DR. 1997. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.