Tugas Mata Kuliah Sejarah

44
TUGAS MATA KULIAH SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA Apakah perbedaan antara perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan penjajah pada masa sebelum adanya politik etis dengan perjuangan setelah adanya politik etis? Menjawab pertanyaan tersebut, mari kita simak dahulu penjelasan sejarah yang diambil dari beberapa sumber di bawah ini, kemudian kita tarik kesimpulan perbedaanya. I. KEDATANGAN KAUM PENJAJAH DI INDONESIA 1.1. Latar Belakang Kedatangan Kaum Penjajah di Indonesia Pada awal abad ke-15 bangsa Eropa mulai mengadakan penjelajahan samudra. Tujuanya, mencari kekayaan dan kejayaan, serta penyebaran agama nasrani. Salah satu kebutuhan yang sangat diperlukan oleh bangsa Eropa yang mempunyai iklim dingin adalah rempah – rempah. Rempah – rempah berguna untuk obat- obatan, penyedap masakan, dan pengawet makan. Negara penghasil rempah – rempah yang terkenal sejak jaman dahulu ialah Indonesia, terutama Maluku. Bangsa Eropa ingin membeli rempah – rempah tersebut secara langsung dari Indonesia. Ada beberapa alasan mengapa mereka menyukai rempah – rempah dari Indonesia. Pertama, mutu rempah – rempah Indonesia bagus. Kedua, harganya lebih murah dibandingkan dengan harga di Eropa. 1

Transcript of Tugas Mata Kuliah Sejarah

Page 1: Tugas Mata Kuliah Sejarah

TUGAS MATA KULIAH

SEJARAH PERGERAKAN NASIONAL INDONESIA

Apakah perbedaan antara perjuangan bangsa Indonesia dalam melawan

penjajah pada masa sebelum adanya politik etis dengan perjuangan setelah

adanya politik etis?

Menjawab pertanyaan tersebut, mari kita simak dahulu penjelasan sejarah yang

diambil dari beberapa sumber di bawah ini, kemudian kita tarik kesimpulan

perbedaanya.

I. KEDATANGAN KAUM PENJAJAH DI INDONESIA

1.1. Latar Belakang Kedatangan Kaum Penjajah di Indonesia

Pada awal abad ke-15 bangsa Eropa mulai mengadakan penjelajahan

samudra. Tujuanya, mencari kekayaan dan kejayaan, serta penyebaran agama

nasrani. Salah satu kebutuhan yang sangat diperlukan oleh bangsa Eropa yang

mempunyai iklim dingin adalah rempah – rempah. Rempah – rempah berguna

untuk obat- obatan, penyedap masakan, dan pengawet makan. Negara

penghasil rempah – rempah yang terkenal sejak jaman dahulu ialah Indonesia,

terutama Maluku. Bangsa Eropa ingin membeli rempah – rempah tersebut

secara langsung dari Indonesia. Ada beberapa alasan mengapa mereka

menyukai rempah – rempah dari Indonesia. Pertama, mutu rempah – rempah

Indonesia bagus. Kedua, harganya lebih murah dibandingkan dengan harga di

Eropa.

1. Kedatangan Bangsa Eropa ke Indonesia

Pada awalnya, tujuan utama bangsa Eropa datang ke Indonesia ialah untuk

berdagang. Akan tetapi, tujuan tersebut selanjutnya berubah menjadi

menjajah. Beberapa bangsa Eropa yang pernah datang dan menjajah Indonesia

ialah Portugis, Spanyol, Belanda, dan Inggris. Belanda merupakan merupakan

bangsa yang paling lama menjajah Indonesia, yakni selama 350 tahun.

a. Bangsa Belanda

Dalam upaya mencari jalan menuju Indonesia, pada mulanya pelaut –

pelaut Belanda mencari jalan menuju Kutub Utara. Usaha ini tidak berhasil,

mereka kemudian mencari jalan lain, yaitu melalui Tanjung Harapan. Setelah

berlayar selama 14 bulan, akhirnya pada tanggal 22 juni 1596 armada Belanda

1

Page 2: Tugas Mata Kuliah Sejarah

berhasil mendarat di Banten. Rombongan ini dipimpin oleh Cornelis De

Houtman.

Tujuan Belanda datang ke Indonesia ialah untuk berdagang, terutama

rempah – rempah. Mula – mula Belanda menunjukan sikap bersahabat dengan

masyarakat Banten. Belanda melakukan perjanjian perdagangan dengan

Banten, namun akhirnya Belanda memperlihatkan sikap serakah dan kasar.

Tindakan ini membuat masyarakat Banten , marah dan memusuhi belanda.

Kedatangan Belanda tidak mendapat sambutan yang baik dari masyarakat

Indonesia. Armada Belanda tidak dapat melanjutkan ke Maluku untuk mencari

rempah – rempah. Mereka akhirnya kembali ke negeri Belanda melalui Bali.

Armada Belanda yang pertama ini mengalami kerugian yang besar. Meskipun

demikian, rombongan mereka disabut dengan gembira. Alasanya, karena

rombongan mereka sudah menemukan jalan sendiri menuju Indonesia.

b. Lahirnya VOC

Gambar Kapal VOC diambil dari http://www.sahistory.org.za

Pada tahun 1598, untuk kedua kalinya armada Belanda tiba di Banten.

Armada ini dipimpin oleh Jacob Van Neck, di susul kemudian oleh armada

yang dipimpin oleh Warwijk. Sejak saat itu orang – orang Belanda berlomba-

lomba datang ke Indonesia.

Terbukanya jalur perdagangan ke Indonesia mengakibatkan munculnya

persaingan di antara pedagang. Baik antara sesama pedagang pedagang

Belanda sendiri maupun dengan bangsa Eropa lainnya.Untuk memenangkan

persaingan dagang dengan bangsa Eropa lainnya dan diantara sesama bangsa

2

Page 3: Tugas Mata Kuliah Sejarah

Belanda sendiri, maka Belanda membentuk persatuan (kongsi) dagang.

Persatuan dangang Belanda tersebut didirikan pada tanggal 20 Maret 1602.

Nama kongsi dagang ini ialah Vereenigle Oost Indische Compagnie,

disingkat VOC. VOC berarti peersatuan dagang Hindia Timur. Tujuan VOC

adalah mencari keuntungan dengan jalan melawan pesaing – pesaingnya, baik

dari dalam maupun dari luar negri seperti Portugis, Inggris dan Spanyol.

Untuk kelancaran usaha dagangnya, VOC menyatakan perang dan

mengadakan perdamaian, membuat senjata dan mendirikan benteng, mencetak

uang, mengangkat dan memberhentikan pegawai. Piter Both diangkat sebagai

Gubernur jendral VOC yang pertama dan berkedudukan di Ambon. VOC

melakukan monopoli perdagangan rempah – rempah. Monopoli ini berarti

rempah – rempah hanya boleh dijual kepada VOC dan harga telah ditentukan.

Ketika Jan Pieterszoon Coen menjadi Gubernur Jendral, pusat VOC

dipindahkan dari Ambon ke Jayakarta (Jakarta) pada tanggal 31 Mei 1619.

Nama Jayakarta diganti menjadi Batavia. Alasan pemindahan kantor VOC

adalah, pertama letak Jayakarta dianggap strategis bagi pelayaran

perdagangan. Kedua, Jayakarta lebih dekat ke Tanjung Harapan. Sejak

bermarkas di Jayakarta, sikap VOC semakin kasar dan mereka mulai menjajah

bangsa Indonesia. Bangsa Indonesia melakukan perlawanan di mana – mana.

Walaupun VOC mendapatkan perlawan dari rakyat Indonesia di mana –

mana, namun mereka dapat menguasi kerajaan – kerajaan di Indonesia.

Belanda dengan mudah menguasi kerajaan – kerajaan di Indonesia dengan

menjalankan politik adudomba. Maksudnya, Belanda mengadu antara raja –

raja bangsa Indonesia sendiri untuk saling bermusuhan. Belanda berpura –

pura membela salah satu dari kerajaan yang saling berselisih, dengan syarat

harus tunduk kepada Belanda. Namun demikian, menjelang abad ke-19,

keadaan keuangan VOC semakin memburuk, sehingga VOC mengalami

kebangkrutan. Melihat keadaan ini, pada tanggal 31 Desember 1799, VOC di

bubarkan. Kekuasaan VOC di Indonesia diambil alih oleh pemerintah

Belanda.

c. Sistem Kerja Paksa dan Penarikan Pajak

Pada akhir abad ke-18, terjadi perubahan politik di Eropa. Pada tahun1806

Napoleon Bonaparte (Kaisar Perancis) berhasil menaklukkan Belanda.

Napoleon kemudian mengubah bentuk negara Belanda dari republic menjadi

3

Page 4: Tugas Mata Kuliah Sejarah

kerajaan. Sebagai Gubernur Jendral Belanda di Indonesia, Napoleon

mengangkat Herman Willem Daendels. Tujuanya, mempersiapkan diri untuk

menghadapi serangan dari Inggris. Untuk memperkuat pertahanan di pulau

Jawa, Daendels memerintahkan pembuatan jalan raya. Jalan raya itu sangat

panjang. Tujuan pembuatan jalan untuk mempercepat pergerakan pasukan

Belanda bila terjadi peperangan. Jalan raya itu terbentang dari Anyer

(Banten) sampai Panarukan (Jawa Timur).

Untuk mempercepat pembuatan jalan raya itu. Daendels memerintahkan

rakyat Indonesia berkerja tanpa diberi upah. Semua orang dipaksa berkerja

keras untuk pembuatan jalan tersebut. Siapa yang membantah, dikenai

hukuman badan dengan cara disiksa, tanpa perikemanusiaan. Rakyat Indonesia

yang miskin dan lemah semakin menderita dengan adanya kerja paksa

tersebut. Akibatnya tidak sedikit bangsa Indonesia yang menjadi korban.

Banyak diantara perkerja tersebut mati karena kelaparan dan terserang

penyakit malaria. Kerja paksa ini disebut rodi.

Tindakan Daendels tersebut membuat hubungannya dengan penguasa

pribumi menjadi renggang. Salah soerang pribumi yang menentang Daendels

ialah Pangeran Kusumadinata dari Sumedang, Jawa Barat. Beliau tidak rela

melihat rakyat Sumedang yang ikut kerja paksa itu menjadi korban.

Kekejaman yang dilakukan Gubernur Jendral Daendels terhadap rakyat

Indonesia akhirnya didengar oleh Napoleon. Pada tahun 1811 Daendels

dipanggil kembali ke negeri Belanda dan digantikan oleh Jansen.

d. Tanam paksa (Cultuur Stelsel)

Pada tahun 1830, Van Den Bosch

diangkat sebagai gubernur jendral

menggantikan Van Der Capellen. Ia diberi

tugas mencari uang guna mengisi kas

Negara Belanda yang sudah kosong akibat

perang.

Van Den Bosch memerlukan tanam paksa

atau cultuur stelsel.

Pemerintahan Belanda mengerahkan tenaga rakyat Indonesia untuk menanam

tanaman yang hasilnya dapat di jual di pasar dunia. Misalnya, teh, kopi,

4

Gambar Van Den BoschDari Wikipedia

Page 5: Tugas Mata Kuliah Sejarah

tembakau, tebu dan lain – lain. Sebenarnya kalau peraturan tanam paksa

dijalankan dengan benar, maka tidak akan menyengsarakan rakyat. Tetapi

dalam pelaksanaannya tidak sesuai denganaturan yang diterapkan. Pihak

Belanda semakin bertindak sewenang – wenang. Hasil tanaman rakyat dibayar

dengan harga sangat murah. Tanam paksa menimbulkan penderitaan rakyat.

Beban yang harus dialami rakyat semakin berat. Hasil pertanian semakin

turun. Bencana kelaparan terjadi dimana – mana. Tidak sedikit rakyat

Indonesia yang mati kelaparan.

Sebaliknya, system tanam paksa ini sangat menguntungkan Belanda. Kas

Negara yang tadinya kosong, kemudian terisi kembali. Semua hasil dari tanam

paksa diangkut ke negri Belanda.

Aturan Tanam Paksa atau Cultuur Stelsel :

1. Penduduk desa diwajibkan menyediakan 1/5 dari tanahnya untuk

ditanami tanaman yang laku di pasaran Eropa.

2. Tanaman yang dipakai untuk tanaman yang diwajibkan ini dibebaskan

dari pajak tanah.

3. Hasil tanaman wajib itu harus diserahkan kepada Pemerintahan Hindia

Belanda.

4. Kerusakan kerusakan yang tidak dapat dicegah oleh petani menjadi

tanggungan pemerintah.

5. Pekerjaan yang dilakukan untuk menanam tanaman wajib tidak boleh

melebihi perkerjaan yang diperlukan untuk menanam padi.

6. Penduduk yang bukan petani harus berkerja selama 66 hari setahun

untuk pemerintah Belanda.

II. PERJUANGAN PARA TOKOH MENGUSIR PENJAJAH SEBELUM

ADANYA POLITIK ETIS

Kekejaman dan penindasan yang dilakukan oleh pemerintah kolonial Belanda

terhadap rakyat Indonesia, mendorong rakyat Indonesia melakukan perlawanan.

Tokoh – tokoh dari setiap daerah bangkit untuk mengadakan perlawanan terhadap

Belanda. Beberapa tokoh yang melakukan perlawanan tersebut antara lain :

5

Page 6: Tugas Mata Kuliah Sejarah

2.1. Thomas Matulesi atau Pattimura

Gambar Thomas Matullesi (dari google.com)

Thomas Matulesi dikenal dengan nama Pattimura. Ia dilahirkan di Haria,

pulau Sapura, Maluku pada tahun 1783. Pada pemerintahan Inggris ia masuk

dalam dinas militer dan berpangkat sersan. Pada tahun 1816, Belanda kembali

mengusai Maluku. Pada waktu itu, Maluku dikenal sebagai penghasil rempah –

rempah utama. Rempah – rempah dijadikan bahan monopoli perdanganggan

Belanda.

Maksudnya, rempah – rempah itu harus dijual kepada Belanda. Tidak

boleh dijual kepada pedagang lain. Harga penjualan sudah ditentukan oleh

Belanda dan biasanya sangat murah. Untuk mencegah perdagangan gelap dan

kelebihan hasil rempah – rempah, diadakan pelayaran hogi. Tujuanya, mengawasi

pelayaran perniagaan setiap pulau dan memusnahkan rempah – rempah yang

dianggap berlebihan. Belanda kemudian mengangkat Van Den Berg sebagai

residen di Sapura. Serdadu – serdadu Belanda ditempatkan di Benteng Duurstede.

Van Den Berg memaksa pemuda – pemuda Maluku menjadi serdadu yang akan

dikirim ke Jawa. Rakyat juga dipaksa kerja rodi atau kerja paksa tanpa menerima

upah. Akibatnya, rakyat sangat menderita.

Perlawanan rakyat Maluku muncul karena tindakan sewenang – wenang

yang dilakukan Belanda. Rakyat Maluku tidak tahan lagi. Dibawah pimpinan

Pattimura, akhirnya mereka mengadakan perlawanan. Pada tanggal 16 Mei 1817.

Di bawah pimpinan Pattimura, rakyat Maluku berhasil menyerbu Benteng

6

Page 7: Tugas Mata Kuliah Sejarah

Duurstede. Kekuatan Belanda dapat dikumpulkan dan Van Den Berg mati

terbunuh. Perang semakin berkobar dan meluas ke berbagai daerah di Maluku

seperti Ambon, Seram, Hitu dan lain – lain.

Kekalahan itu menyebabkan Belanda mengirim pasukan lebih besar ke

Maluku. Di bawah pimpinan Laksamana Buykes, Belanda berhasil menguasai

daerah - daerah Hitu, Haruku, serta Sapura. Karena kekuatan tidak seimbang,

pasukan Pattimura semakin terdesak. Akhirnya Pattimura dan para pejuang

lainnya ditanggkap.

Dalam perlawanan tersebut Pattimura dibantu beberapa tokoh, seperti

Paulus Tiahahu dan anaknya Cristina Marta Tiahahu, Thomas Patiwael Lucas

Latumaniha dan lain – lain.

2.2. Tuanku Imam Bonjol

Gambar Tuanku Imam Bonjol (dari google.com)

Nama asli Tuanku Imam Bonjol ialah Peto Syarif. Dikenal pula dengan

nama Mohamad Shahab. Ia dilahirkan pada tahun 1772, di Tanjung Bunga,

Sumatra Barat. Karena bertempattinggal di daerah Bonjol (Sumatra Barat), maka

ia di sebut sebagai Imam Bonjol

Perang Paderi

Pada abad ke-19 di Minangkabau. Sumatra Barat terjadi perselisihan paham antara

kaum paderi dan kaum adat. Kaum paderi adalah golongan pemeluk agama Islam

dan tidak dipengaruhi adat kebiasaan. Kaum adat golongan yang sudah memeluk

agama Islam, tetapi masih banyak dipengaruhi adat kebiasaan. Adat kebiasaan itu

bertentangan dengan ajaran Islam seperti menyabung ayam, minum – minuman

keras, berjudi dan lain – lain.

7

Page 8: Tugas Mata Kuliah Sejarah

Kaum paderi menentang berbagai kebiasaan yang dilakukan pada kaum

adat. Kaum adat tidak terima terhadap penentangan kaum paderi tersebut.

Akibatnya, timbullah keteganggan yang menjurus pada bentrokan bersenjata

diantara pengikut kedua golongan tersebut.

Tuanku Imam Bonjol muncul sebagai pemimpin kaum paderi yang terkenal. Ia

menggantikan kedudukan Datuk Badaro. Dalam pertempuran tersebut kaum adat

terdesak.

Pada tahun 1821, kaum adat meminta bantuan kepada Belanda, sehingga

Belanda dapat menduduki beberapa daerah di Sumatra Barat. Kedatangan Belanda

tidak disambut dengan baik oleh kaum paderi. Akhirnya, meletuslah perang antara

kaum paderi dengan Belanda. Perang tersebut disebut Perang Paderi dan

berlangsung tahun 1821 – 1827.

Pada tahun 1821, Tuanku Pasaman, mengarahkan ribuan rakyat menyerbu

pos – pos Belanda di Serawang, Sulit Air, Sipinang, dan tempat lainya. Mereka

menggunakan senjata – senjata tradisional seperti tombak, parang, golok dan lain

– lain. Sementara pihak Belamda menggunakan senjata meriam dan jenis lainya.

Pada tahun 1822, pasukan Belanda berhaasil menguasi Bonjol. Dalam perang

paderi Belanda menggunakan siasat Benteng, yaitu daerah yang dikuasai

dibanggun benteng pertahanan, seperti bebteng Fort de Kock di Bukittinggi.

Kaum adat dan kaum paderi menyadari bahwa bantuan Belanda kepada kaum adat

hanya siasat adu domba belaka. Kemudian, kaum adat bersatu padu dengan kaum

paderi menghadapi Belanda. Akhirnya, pasukan Belanda yang dipimpin Van Den

Boch dapat dipukul mundur dan Bonjol dapat direbut kembali dari Belanda.

Bersatunya kembali kaum adat dengan kaum paderi menimbulkan kekhawatiran

Belanda. Akhirnya, Belanda mengeluarkan pernyataan yang disebut Plakat

Panjang. Isi pelakat panjang adalah :

1. Tanam paksa dengan kerja paksa di cabut bagi rakyat Minangkabau.

2. Kepala – kepala daerah akan di gaji.

3. Belanda akan bertindak sebagai penegah apabila terjadi perselisihan di

kalangan rakyat (kaum adat dengan kaum paderi).

Pada tahun 1837, pasukan Belanda dibawah pipinan Letnan Kolonel Michiels

kembali menyerang Bonjol. Dalam serangan ini pasukan Imam Bonjol terdesak.

Akhirnya imam Bonjol terpaksa mengadakan perundingan dengan Belanda.

Namun perundingan itu gagal. Pertempuran pun terjadi dan benteng Bonjol jatuh

8

Page 9: Tugas Mata Kuliah Sejarah

ke tangan Belanda. Pada tanggal 25 Oktober 1837, Imam Bonjol berhasil di

tangkap dan ditahan. Ia diasingkan ke Cianjur, kemudian ke Ambon dan

kemudian ke Manado. Pada tangal 6 November 1864, Imam Bonjol wafat dan

jasadnya dimakamkan di desa Pineleg, Manado

2.3. Pangeran Diponegoro

Gambar : Pangeran Diponegoro (wikipedia.org)

Pangeran Diponegoro sebenarnya masih keturunan Kesultanan

Yogyakarta. Beliau dilahirkan di Yogyakarta pada tanggal 11 November 1785,

anak dari Pangeran Adipati Anom (Sultan Hamengkubuwono III). Pada waktu

kecil ia bernama Raden Mas Ontowiryo. Walaupun beliau keturunan bangsawan,

namun beliau akrab dengan rakyat kecil. Pangeran Diponegoro tidak senang

dengan sikap Belanda yang merendahkan harkat dan martabat raja – raja Jawa.

Pada waktu Sultan Hamengkubuwono V berkuasa, Pangeran Diponegoro merasa

kecewa dengan keadaan istana. Akhirnya ia memutuskan untuk meninggalkan

istana dan tinggal di desa Tegalrejo, Yogyakarta. Di sini ia lebih memusatkan

perhatiannya di bidang agama, adat, dan kerohanian.

Sementara itu, Belanda melakukan tindakan yang menyinggung perasaan

Pangeran Diponegoro. Belanda bermaksud membuat jalan kreta api yang

melintasi tanah makam leluhur Pangeran Diponegoro. Patih Danureja, atas

perintah Belanda, memasang patok diatas tanah makam tersebut tanpa ijin

Pangeran Diponegoro.

9

Page 10: Tugas Mata Kuliah Sejarah

Karena pemasangan tonggak – tonggak tersebut merupakan perbuatan sewenang –

wenang, Pangeran Diponegoro pun mencabutinya. Keteganggan diantara Belanda

dengan Pangeran Diponegoro tidak dapat dihindarkan. Keteganggan itu

memuncak pada tanggal 20 Juli 1825. Di bawah pimpinan Pangeran Diponegoro

rakyat menyatakan perang terhadap Belanda.

Pihak Belanda mulai membakar daerah Tegalrejo. Beliau menyingkir ke

bukit Selarong. Perlawana Diponegoro mendapat sambutan luas dari berbagai

tempat dan kalangan. Gelora pernang dikumandangkan di seluruh Mataram.

Pangeran Diponegoro mendapat bantuan sepenuhnuya dari Kiai Maja (Penasihat

bidang keagamaan), Pengeran Mangkubumi (Kalangan isatana), dan Sentot Ali

Basyah Prawiradiraja (Panglima perang). Demikian pula para ulama dan para

bangsawan turut berjuang bersama – sama dengan pangeran Diponegoro.

Daerah – daerah lain ikut bangkit berjuang melawan Belanda, seperti Pacitan,

Purwodadi, Bayumas, Pekalongan, Semarang, Rembang, dan Madiun. Kiai Maja

mengobarkan perang di daerah Surakarta. Semantara Kiai Hasan Besari

memimpin perang di daerah Kedu.

Perlawanan yang dilakukan Pangeran Diponegoro tahun 1825 – 1827,

menyebabkan pasukan Belanda terdesak dan mengalami banyak korban. Pada

tahun 1827, dibawah pimpinan jendral Van De Kock, Belanda menjalankan siasat

perang benteng stelsel. Siasat ini dilakukan dengan tujuan mempersempit wilayah

kekuasaan Pangeran Diponegoro. Caranya ialah, di setiap wilayah yang sudah

dikuasai Belanda didirikan benteng – benteng pertahanan. Karena Pangeran

Diponegoro sulit di taklukan, akhirnya Belanda menempuh cara licik dengan

menawarkan perundingan. Jendral De Kock berusaha mengadakan pembicaraan

dengan Diponegoro. Bila perundingan gagal, Diponegoro boleh pulang dengan

selamat.

Perundingan diselenggarakan pada tanggal 28 Maret 1830 di rumah

Residen Kedu di Magelang. Jendral De Kock sudah mengatur siasat untuk

menangkap Diponegoro. Belanda menghianati perjanjian yang di buatnya, yaitu

membiarkan Pangeran Diponegoro pulang dengan selamat bila perundingan gagal.

Pangeran Diponegoro ditanggkap, kemudian dibawa ke Semarang. Setelah di

bawa ke Batavia (Jakarta), Pangeran Diponegoro di bawa ketempat

pengasingannya di Manado, Sulawesi Utara.

10

Page 11: Tugas Mata Kuliah Sejarah

Pada tahun 1834, Pangeran Diponegoro dipindahkan ke Makasar dan ditahan di

benteng Fort Rotterdam. Pangeran Diponegoro meninggal dan dimakamkan di

Makasar pada tanggal 8 Januari 1855.

2.4. Pangeran Antasari

Gambar : Pangeran Antasari (dari google.com)

Kerajaan Banjarmasin merupakan sebuah kerajaan yang cukup makmur di

Kalimantan Selatan. Maka tidak heran jika Belanda bermaksud merebut kerajaan

Banjarmasin. Ketika itu, Banjarmasin diperintah oleh Sultan Adam (1825 - 1857).

Usaha Belanda untuk menguasai Banjarmasin adalah melalui monopoli

perdagangan. Kemudian dilanjutkan dengan mencapuri urusan kerajaan.

Kedatangan Belanda sangat ditentang oleh rakyat dan kalangan istana Banjar.

Rakyat menurut agar Pangeran Hidayat diangkat menjadi Sultan muda, calon

pengganti raja. Sebaliknya, Belnda menggangkat Sultan Tamjidillah sebagai

Sultan Muda. Pengankatan yang tidak disenangi rakyat ini, semakin

memperuncing permusuhan rakyat Banjar pada Belanda.

Pada tahun 1860, jabatan Sultan Muda dan jabatan Mangkubumi yang

selama ini di pegang oleh Pangeran Hidayat di hapus oleh Belanda. Akibatnya

timbullah pemberontakan yang dipimpin oleh Pangeran Hidayat. Selain itu,

perlawanan pun dilancarkan pada masa pemerintahan Sultan Amir. Sultan Amir

adalah leluhur Pangeran Antasari. Belanda berhasil menangkap Sultan Amir dan

membuangnya ke Ceylon (Srilanka).

11

Page 12: Tugas Mata Kuliah Sejarah

Perlawanan rakyat menentang Belanda berlanjut terus. Pada tahun 1859

Pangeran Antasari melanjutkan perjuangan melawan Belanda. Perjuangan ini

berhasil menyerang pos – pos pertahanan Belanda. Dalam berbagi pertempuran,

Pangeran Antasari di bantu oleh Pangeran Hidayat. Tokoh – tokoh lain yang

membantu Pangeran Antasari ialah Kiai Demang Leman, Haji Nasrun, Haji

Busyasin, dan Kiai Langlang. Pada tahun 1862 Pangeran Hidayat ditangkap

Belanda dan di buang ke Jawa. Menyusul kemudian Kiai Demang Leman

tertangkap, namun ia dapat meloloskan diri dan melanjutkan perlawanan.

Pada tanggal 11 Oktober 1862, Pangeran Antasari wafat karena terserang

penyakit cacar. Jenazahnya dimakamkan di Banjarmasin. Sebagai pemimpin

perang dan pemimpin agama, Pangeran Antasari diberi gelar Amiruddin

Mukminin.

2.5. Perlawanan Rakyat Buleleng

Sekitar abad ke-19 di Bali telah berdiri beberapa kerajaan seperti Buleleng,

Karangaem, Badung, dan Giri anyar. Dil dalam wilayah kerajaan – kerajan itu

berlaku hukum yang disebut Hukum Tawan Karang. Maksudnya kerajaan –

kerajan di Bali memiliki hak untuk merampas muatan kapal yang terdampar

(Karam) di pantai wilayah kerajaan.

Pada saat itu banyak kapal – kapal Belanda yang terdampar di wilayah

Bali dan muatannya menjadi milik kerajaan di wilayah kapal terdampar. Melihat

keadaan seperti itu Belanda memaksa raja – raja Bali untuk menghapus Hukum

Tawan Karang. Belanda juga memaksa agar raja – raja Bali mengakui kedaulatan

Belanda di Bali. Raja – raja dari Buleleng, Klungkung, Gianyar menolak tawaran

Belanda. Karena di tolak akhirnya Belanda memutuskan untuk menyerang Bali.

Perang Bali

Pada tahun 1844, ada kapal Belanda yang terdampar di pantai Buleleng

dan dikenakan hukun tawan karang. Belanda tidak menerima kapalnya

diperlakukan hukum tawan karang. Pada tahun 1846, pasukan Belanda

mengeluarkan perintah yang berisi: raja Buleleng harus mengakui kekuasaan

Belanda. Hokum tawan karang harus dihapuskan dan harus memberikan

perlindungan kepada perdagangan Belanda.

Raja Buleleng menolak perintah atau ultimatum Belanda tersebut, sehingga

terjadilah peperangan tesebut raja Buleleng dibantu oleh Patih bernama Ketut

12

Page 13: Tugas Mata Kuliah Sejarah

Gusti Jelatik. Menghadapi perlawanan rakyat Bali, Belanda terpaksa

mengerahkan pasukan secara besar – besaran sebanyak tiga kali.

Tahun 1846, dengan kekuatan 1700 orang pasukan darat, Belanda

menyerbu Bali. Namun serangan teersebut dapat digagalkan oleh Patih

Ketut Gusti Jelatik.

Tahun 1848, kembali Belanda mengirim pasukan militer. Pertempuran

sengit berkobar di daerah Jagaraga.

Tahun 1549, untuk ketiga kalinya Belanda mengirim pasukanya dari

Batavia (Jakarta) dalam jumlah besar.

Pasukan Belanda dalam jumlah besar disambut oleh Patih Ketut Gusti Jelatik yang

memimpin pasukan Bali. Sementara itu, pasukan dari Karangasem dan Buleleng

melakuakan perlawanan di sekitar benteng Jagaraga. Rakyat Bali di bawah

pimpinan Patih Ketut Jelatik, mengadakan perlawanan habis – habisan (Puputan)

terhadap Belanda. Karena itu perang Bali disebut juga dengan Perang Puputan.

Setelah pertempuran berlangsung beberapa hari, pasukan Ketut Gusti Jelatik

terdesak. Akhirnya benteng Jagaraga jatuh ketangan Belanda. Pada tahun 1849,

Belanda dapat menguasai Bali Utara.

Setelah menguasai Bali Utara, Belanda mengadakan perlusan kekuasaan

ke Bali Selatan. Belanda berhasil di pantai Sanur dan memesuki Denpasar.

Selanjutnya secara berturut – turut Belanda mengadakan penyerangan ke Keraton

Pemecutan dan Klungkung. Raja Klungkung mengadakan perlawanan habis –

habisan. Karena persenjataan Belanda lebih unggul, Belanda dapat mengalahkan

Klungkung dan menguasai seluruh Bali.

2. 6. Perlawanan Sisingamangaraja XII (1870 - 1907)

Gambar : Sisingamangaraja (dari Google.com)

13

Page 14: Tugas Mata Kuliah Sejarah

Pada tahun 1867, raja kerajaan Bakkara di daerah Tapanuli, Sumatra

Utara, Sisingamangaraja XI meninggal dunia. Ia digantikan oleh putranya

bernama Patuan Bosar Ompu Batu. Setelah menjadi raja Bakkara ia bergelar

Sisingamangaraja XII. Pada waktu itu Belanda sudah mempunyai pos militer di

daerah Sibolga. Dari Sibolga, Belanda berusaha memperluas daerah

kekuasaannya. Pada masa pemarintahannya, datanglah orang – orang Belanda

yang bertujuan menguasai wilayah tapanuli. Sisingamangaraja XII mengadakan

perlawanan terhadap Belanda. Pada tahun 1878, Belanda menyerang daerah

Tapanuli. Serangan ini mendapat digagalkan oleh rakyat Tapanuli. Pada tahun

1889, pertempuran dasyat terjadi di daerah Silidung Humbang dan Tobe Hulbung.

Karena banyak prajurit yang gugur di medan perang, sejak tahun 1900,

Sisingamangaraja XII mengambil sikap bertahan.

Pada tahun 1904, pasukan Belanda menyerang tanah Gayon dan daerah

Danau Toba. Pada tahun 1907, pasukan Belanda dibawah pimpinan Kapten

Cristoffel, menyerang pusat pertahanan Sisingamangaraja XII di Pak - pak. Dalam

serangan ini, Sisingamangaraja XII gugur sebabgai kusuma Bangsa pada tanggal

17 juni 1907. Jenazahnya dimakamkan di Taruntung, kemudian dipindahkan ke

Balige. Perlawanan Sisingamangaraja terjadi antara tahun 1870 – 1907.

2.7. Perlawanan Rakyat Aceh (1873 - 1904)

Ketegangan antara Aceh dan Belanda telah terjadi pada tahun 1858. Ketika

itu Belanda mengadakan perjanjian dengan Sultan Siak. Isi perjanjian adalah Siak

harus menyerahkan wilayah Deli, Serdang, Langkat, dan Asahan kepada Belanda.

Aceh menolak, karena menganggap daerah itu merupakan daerah Aceh sejak

pemerintahan Sultan Iskandar Muda. Belanda mencoba untuk menguasai daerah

Aceh. Pada tanggal 5 April 1873, dibawah pimpinan Jendral J.H.R. Kohler dengan

mengerahkan 3.000 tentara, Belanda mulai menyerang Aceh. Pertempuran

berkobar di sekitar Masjid Raya Baiturrahman Aceh. Setelah pertempuran

berlangsung beberapa lama, Masjid Raya Baiturrahman terbakar dan dapat dikuasi

oleh Belanda. Dalam pertempuran itu, pimpinan pasukan Belanda, Jendral Kohler

tewas. Meskipun Masjid Baiturrahman dapat dikuasai Belanda, namun hal

tersebut tidak berlangsung lama. Pasukan Belanda semakin terdesak dan pergi

meninggalkan Aceh pada tanggal 29 April 1837.

14

Page 15: Tugas Mata Kuliah Sejarah

Merasa tidak puas, Belanda kembali menyerang Aceh. Kali ini dibawah

pimpinan Jendral J. Van Swieten dengan kekuatan 8.000 tentara. Belanda dapat

merebut istana Aceh. Walaupun istana dapat direbut Belanda, namun rakyat Aceh

tetap melakukan perlawanan. Dalam perlawanan ini muncul tokoh – tokoh seperti

Teuku Umar, Panglima Polim, Teuku Cil Di Tiro, Cut Nyak Dien, dan lain -

lain.

Perlawanan rakyat Aceh tidak menunggu perintah Sultan. Rakyat berjuang

dengan semangat perang suci membela agama. Luasnya medan perang serta

daerah yang berhutan lebat menyulitkan pasukan Belanda untuk bergerak maju.

Perlawanan terus berkobar. Teuku Cik Di Tiro memimpin perlawanan di Pidie.

Teuku Umar dan Istrinya, Cut Nyak Dien, berjuang di Aceh Barat. Pada tahun

1879, Belanda menyerbu dari berbagai penjuru dan berhasil menguasai Aceh.

Namun demikian daerah – daerah hutan dan pengunungan masih di kuasai rakyat

Aceh. Teuku Ibrahim memimpin perang gerilya, namun dalam satu penyerbuan ke

pos Belanda, Teuku Ibrahim gugur.

Siasat Bentang Konsentrasi

Perjuangan rakyat Aceh yang tidak mengenal menyerah, membuat

Belanda menjadi pusing. Karena pasukannya sering terdesak, Belanda

menjalankan siasat baru yang disebut Stelsel Konsentrasi. Belanda memusatkan

pertahanannya pada daerah-daerah

yang sudah dikuasai.

Dengan siasat ini Belanda dapat menghemat tenaga, alat perang, dan

biaya. Meskipun demikian, Belanda mengalami kerugian besar karena mendapat

serangan terus-menerus dari para pejuang Aceh.

Pada tahun 1893, Teuku Umar berpura – pura menyerah kepada Belanda. Belanda

sangat gembira dan ia diterima dalam dinas ketentaraan Belanda. Ia diangkat

sebagai Panglima Legiun Aceh. Teuku Umar diberi gelar Teuku Johan

Pahlawan. Teuku Umar memimpin 250 orang prajurit dan meminta tambahan

senjata dari Belanda. Ternyata tindakan yang dilakukan Teuku Umar merupakan

tipu muslihat belaka. Setelah merasa kuat dan persenjataan lengkap, pada tahun

1896 Teuku Umar berbalik menyerang Belanda.

Belanda mengalami kesulitan dalam menghadapi Aceh. Untuk itu Belanda

berusaha mengetahui kekuatan utama Aceh. Kekuatan itu berhubungan dengan

kehidupan social budaya. Guna mengetahui kekuatan perjuangan rakyat Aceh,

15

Page 16: Tugas Mata Kuliah Sejarah

Belanda mengirim Dr. Snock Hurgronje untuk mempelajari kehidupan rakyat

Aceh. Snock Hurgronje adalah seorang ahli mengenai Islam. Ia berpura – pura

menjadi seorang muslim yang taat dan berhasil bergaul dengan masyarakat Aceh.

Dari hasil penelitianya, dapat diketahui bahwa sebenarnya Sultan Aceh tidak

mempunyai kekuatan apa – apa tanpa persetujuan para pemimpin di bawahnya.

Selain itu, juga diketahui peranan para ulama sangat besar. Hasil penyelidikan Dr.

Snock Hurgronje ini dijadikan siasat oleh Belanda untuk menundukan perlawanan

rakyat Aceh. Pemerintahan Belanda mengangkat Jendral Johanes Benedictus Van

Heutsz sebagai gubernur militer. Ia segera membentuk pasukan gerak cepat dan

dilatih sebagai pasukan anti gerilya. Pasukan itu disebut Marsose.

Pasukan Marsose menyerang kubu – kubu pertahanan pasukan Aceh yang

ada di hutan, gunung, lembah secara terus menerus. Pasukan Aceh sedikit pun

tidak diberi istirahat. Pada tahun .1899, Teuku Umar gugur dalam sebuah

pertempuran di Meulaboh. Perjuangan dilanjutkan oleh istrinya Cut Nyak Dien.

Pada tahun 1903, Sultan Aceh, Mohamad Daud Syah menyerah kepada Belanda,

menyusul kemudian Panglima Polim.

Pada tahun 1904, Van Heutsz mengeluarkan Plakat Pendek yang harus

ditandatangani oleh kepala – kepala daerah di Aceh, sebagai tanda bahwa Aceh

tunduk kepada Belanda. Dengan penandatangan Plakat Pendek itu, Belanda telah

berhasil menguasi seluruh Aceh. Perjuangan rakyat Aceh berlangsung sampai

dengan tahun 1937, walaupun tidak seperti perjuangan sebelumnya.

Proses perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah terus berlanjut,

meski beberapa mendapat kemenangan namun kemenangan tersebut hanya

sementara, karena akhirnya Belanda tetap dapat menguasai daerah tersebut. Dari

uraian di atas dapat kita ketahui bahwa perjuangan para tokoh2 tersebut memiliki

hambatan-hambatan seperti :

1. Perlawanan rakyat yang masih bersifat kedaerahan atau lokal

2. Persenjataan masih tradisional

3. Adanya politik “ Devide Et Impera “ oleh Belanda

4. Pendidikan rakyat yang masih rendah sehingga tidak ada sistem organisasi

yang baik dan modern dan lebih tergantung terhadap seorang pemimpin

5. Masyarakat Indonesia yang belum mempunyai rasa Nasionalisme

16

Page 17: Tugas Mata Kuliah Sejarah

III. POLITIK ETIS

Politik Etis atau Politik Balas Budi adalah

suatu pemikiran yang menyatakan bahwa

pemerintah kolonial memegang tanggung jawab

moral bagi kesejahteraan pribumi. Pemikiran ini

merupakan kritik terhadap politik tanam paksa.

Munculnya kaum Etis yang di pelopori

oleh Pieter Brooshooft (wartawan Koran De

Locomotief) dan C.Th. van Deventer (politikus)

ternyata membuka mata pemerintah kolonial

untuk lebih memperhatikan nasib para pribumi

yang terbelakang.

Pada 17 September 1901, Ratu Wilhelmina yang baru naik tahta menegaskan

dalam pidato pembukaan Parlemen Belanda, bahwa pemerintah Belanda

mempunyai panggilan moral dan hutang budi (een eerschuld) terhadap bangsa

pribumi di Hindia Belanda. Ratu Wilhelmina menuangkan panggilan moral tadi

ke dalam kebijakan politik etis, yang terangkum dalam program Trias

Politika yang meliputi:

1. irigasi (pengairan), membangun dan memperbaiki pengairan-pengairan

dan bendungan untuk keperluan pertanian

2. emigrasi yakni mengajak penduduk untuk transmigrasi

3. memperluas dalam bidang pengajaran dan pendidikan (edukasi).

Banyak pihak menghubungkan kebijakan baru politik Belanda ini dengan

pemikiran dan tulisan-tulsian Van Deventer yang diterbitkan beberapa waktu

sebelumnya, sehingga Van Deventer kemudian dikenal sebagai pencetus politik

etis ini. Kebijakan pertama dan kedua disalahgunakan oleh Pemerintah Belanda

dengan membangun irigasi untuk perkebunan-perkebunan Belanda dan emigrasi

dilakukan dengan memindahkan penduduk ke daerah perkebunan Belanda untuk

dijadikan pekerja rodi. Hanya pendidikan yang berarti bagi bangsa Indonesia.

Pengaruh politik etis dalam bidang pengajaran dan pendidikan sangat

berperan sekali dalam pengembangan dan perluasan dunia pendidikan dan

17

Gambar dari Wikipedia.org

Page 18: Tugas Mata Kuliah Sejarah

pengajaran di Hindia Belanda. Salah seorang dari kelompok etis yang sangat

berjasa dalam bidang ini adalah Mr. J.H. Abendanon(1852-1925) yang Menteri

Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan selama lima tahun (1900-1905). Sejak tahun

1900 inilah berdiri sekolah-sekolah, baik untuk kaum priyayi maupun rakyat biasa

yang hampir merata di daerah-daerah.

Sementara itu, dalam masyarakat telah terjadi semacam pertukaran mental

antara orang-orang Belanda dan orang-orang pribumi. Kalangan pendukung

politik etis merasa prihatin terhadap pribumi yang mendapatkan diskriminasi

sosial-budaya. Untuk mencapai tujuan tersebut, mereka berusaha menyadarkan

kaum pribumi agar melepaskan diri dari belenggu feodal dan mengembangkan diri

menurut model Barat, yang mencakup proses emansipasi dan menuntut

pendidikan ke arah swadaya.

Pelaksanaan politik etis bukannya tidak mendapat kritik. Kalangan Indo,

yang secara sosial adalah warga kelas dua namun secara hukum termasuk orang

Eropa merasa ditinggalkan. Di kalangan mereka terdapat ketidakpuasan karena

pembangunan lembaga-lembaga pendidikan hanya ditujukan kepada kalangan

pribumi (eksklusif). Akibatnya, orang-orang campuran tidak dapat masuk ke

tempat itu, sementara pilihan bagi mereka untuk jenjang pendidikan lebih tinggi

haruslah pergi ke Eropa, yang biayanya sangat mahal.

Ernest Douwes Dekker termasuk yang menentang ekses pelaksanaan

politik ini karena meneruskan pandangan pemerintah kolonial yang memandang

hanya orang pribumilah yang harus ditolong, padahal seharusnya politik etis

ditujukan untuk semua penduduk asli Hindia Belanda (Indiers), yang di dalamnya

termasuk pula orang Eropa yang menetap (blijvers) dan Tionghoa.

IV. PERJUANGAN KEMERDEKAAN INDONESIA SETELAH ADANYA

POLITIK ETIS

Melalui kebijakan “Politik Etis” yang diciptakan Belanda setelah menjajah

lebih dari tiga ratus tahun di atas bumi persada, kaum pribumi khususnya lapisan

pemuda, mendapatkan kesempatan untuk masuk ke lembaga-lembaga

pendidikan yang telah didirikan oleh Belanda. Walaupun dengan batasan lapisan

masyarakat, lembaga pendidikan, dan keterbatasan fasilitas pendidikan yang ada,

namun banyak pemuda pribumi yang berhasil lulus baik, atas bantuan pemerintah

Belanda, dikirim ke luar negeri (kebanyakan ke negeri Belanda) untuk

18

Page 19: Tugas Mata Kuliah Sejarah

melanjutkan studi mereka. Sehingga kemudian lahir generasi pertama lapisan

pemuda berpendidikan modern, sebenarnya bukanlah produk sosial yang murni

berasal dari rakyat Indonesia namun disebabkan karena mulai terbukanya

pemikiran generasi pemuda yang mulai terdidik. Kehadiran mereka merupakan

produk situasi atau didorong oleh perubahan sikap politik pemerintahan kolonial

Belanda terhadap negeri ini.

Dalam masa yang penuh tantangan dihadapkan dengan suasana

kolonialisme, realitas politik berupa berlangsungnya proses pembodohan dan

penindasan secara struktural yang dilakukan Belanda, berkat kemajuan

pendidikan yang berhasil mereka raih berimplikasi pada peningkatan tingkat

kesadaran politik, para pelajar dan mahasiswa merasakan sebagai golongan yang

paling beruntung dalam pendidikan sehingga muncul tanggung jawab untuk

mengemansipasi bangsa Indonesia. Berikut ini beberapa contoh gerakan

mahasiswa yang merupakan perwakilan golongan ”terdidik” di Indonesia.

3.1 Gerakan Mahasiswa 1908

Boedi Oetomo, merupakan wadah perjuangan yang pertama kali memiliki

struktur pengorganisasian modern. Didirikan di Jakarta, 20 Mei 1908 oleh

pemuda-pelajar-mahasiswa dari lembaga pendidikan STOVIA, wadah ini

merupakan refleksi sikap kritis dan keresahan intelektual terlepas dari

primordialisme Jawa yang ditampilkannya.

Pada konggres yang pertama di Yogyakarta, tanggal 5 Oktober 1908

menetapkan tujuan perkumpulan: Kemajuan yang selaras buat negeri dan

bangsa, terutama dengan memajukan pengajaran, pertanian, peternakan dan

dagang, teknik dan industri, serta kebudayaan.

Dalam 5 tahun permulaan BU sebagai perkumpulan, tempat keinginan-

keinginan bergerak maju dapat dikeluarkan, tempat kebaktian terhadap bangsa

dinyatakan, mempunyai kedudukan monopoli dan oleh karena itu BU maju

pesat, tercatat akhir tahun 1909 telah mempunyai 40 cabang dengan lk.10.000

anggota.

Disamping itu, pada tahun yang sama dengan berdirinya BU oleh para

mahasiswa Indonesia yang sedang belajar di Belanda, dibentuk

pula Indische Vereeninging yang kemudian berubah nama menjadi

Indonesische Vereeninging tahun 1922, disesuaikan dengan perkembangan

dari pusat kegiatan diskusi menjadi wadah yang berorientasi politik dengan

19

Page 20: Tugas Mata Kuliah Sejarah

jelas. Dan terakhir untuk lebih mempertegas identitas

nasionalisme yang diperjuangkan, organisasi ini kembali berganti nama baru

menjadi Perhimpunan Indonesia,tahun 1925.

Berdirinya Indische Vereeninging dan organisasi-organisasi lain,

seperti: Indische Partij yang melontarkan propaganda kemerdekaan Indonesia,

Sarekat Islam, dan Muhammadiyah yang beraliran nasionalis demokratis

dengan dasar agama,  Indische Sociaal Democratische Vereeninging

(ISDV) yang berhaluan Marxis, dll menambah jumlah haluan dan cita-cita

terutama ke arah politik. Hal ini di satu sisi membantu perjuangan

rakyat Indonesia, tetapi di sisi lain sangat melemahkan BU karena banyak

orang kemudian memandang BU terlalu lembek oleh karena hanya menuju

“kemajuan yang selaras” dan atau terlalu sempit keanggotaannya (hanya untuk

daerah yang berkebudayaan Jawa) meninggalkan BU. Oleh karena cita-cita

dan pemandangan umum berubah ke arah politik, BU juga akhirnya terpaksa

terjun ke lapangan politik

Kehadiran Boedi Oetomo,Indische Vereeninging, pada masa itu

merupakan suatu episode sejarah yang menandai munculnya sebuah angkatan

pembaharu dengan kaum terpelajar dan mahasiswa sebagai aktor

terdepannya, yang pertama dalam sejarah Indonesia : generasi 1908, dengan

misi utamanya menumbuhkan kesadaran kebangsaan dan hak-hak

kemanusiaan dikalangan rakyat  Indonesia untuk memperoleh kemerdekaan,

dan mendorong semangat rakyat melalui penerangan-penerangan

pendidikan yang mereka berikan, untuk berjuang membebaskan diri dari

penindasan kolonialisme.

3.2 Gerakan Mahasiswa 1928

Pada pertengahan 1923, serombongan mahasiswa yang bergabung dalam

Indonesische Vereeninging (nantinya berubah menjadi Perhimpunan

Indonesia) kembali ke tanah air. Kecewa dengan perkembangan kekuatan-

kekuatan perjuangan di Indonesia, dan melihat situasi politik yang di hadapi,

mereka membentuk kelompok studi yang dikenal amat berpengaruh, karena

keaktifannya dalam dikursus kebangsaan saat itu. Pertama, adalah Kelompok

Studi Indonesia (Indonesische Studie-club) yang dibentuk di Surabaya pada

tanggal 29 Oktober 1924 oleh Soetomo.

20

Page 21: Tugas Mata Kuliah Sejarah

Kedua, Kelompok Studi Umum (Algemeene Studie-club) direalisasikan

oleh para nasionalis dan mahasiswa Sekolah Tinggi Teknik di

Bandung yang dimotori oleh Soekarno pada tanggal 11 Juli 1925.

Suatu gejala yang tampak pada gerakan mahasiswa dalam

pergolakan politik di masa kolonial hingga menjelang era kemerdekaan adalah

maraknya pertumbuhan kelompok-kelompok studi sebagai wadah artikulatif di

kalangan pelajar dan mahasiswa.

Diinspirasi oleh pembentukan Kelompok Studi Surabaya dan Bandung,

menyusul kemudian Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI), prototipe

organisasi yang menghimpun seluruh elemen gerakan mahasiswa yang bersifat

kebangsaan tahun 1926, kelompok Studi St. Bellarmius yang menjadi wadah

mahasiswa Katolik, Cristelijke Studenten Vereninging (CSV) bagi mahasiswa

Kristen, dan Studenten Islam Studie-club (SIS) bagi mahasiswa Islam pada

tahun 1930-an.

Lahirnya pilihan pengorganisasian diri melalui kelompok-kelompok studi

tersebut, dipengaruhi kondisi tertentu dengan beberapa pertimbangan

rasional yang melatari suasana politis saat itu. Pertama, banyak

pemuda yang merasa tidak dapat menyesuaikan diri, bahkan tidak sepaham

dan kecewa dengan organisasi-organisasi politik yang ada.

Sebagian besar pemuda saat itu, misalnya menolak ideologi Komunis

(PKI) maka mereka mencoba bergabung dengan kekuatan organisasi lain

seperti Sarekat Islam (SI) dan Boedi Oetomo. Namun, karena kecewa tidak

dapat melakukan perubahan dari dalam dan melalui program kelompok-

kelompok pergerakan dan organisasi politik tersebut, maka mereka kemudian

melakukan pencarian model gerakan baru yang lebih representatif.

Kedua, kelompok studi dianggap sebagai media alternatif yang paling

memungkinkan bagi kaum terpelajar dan mahasiswa untuk

mengkonsolidasikan potensi kekuatan mereka secara lebih bebas pada masa

itu, dimana kekuasaan kolonialisme sudah mulai represif terhadap

pembentukan organisasi-organisasi massa maupun  politik.

Ketiga, karena melalui kelompok studi pergaulan di antara para mahasiswa

tidak dibatasi sekat-sekat kedaerahan, kesukuan,dan keagamaan yang mungkin

memperlemah perjuangan mahasiswa. Ketika itu, disamping

organisasi politik memang terdapat beberapa wadah perjuangan

21

Page 22: Tugas Mata Kuliah Sejarah

pemuda yang bersifat keagamaan, kedaerahan, dan kesukuan yangtumbuh

subur, seperti Jong Java, Jong Sumateranen Bond, Jong Celebes, dan lain-lain.

Dari kebangkitan kaum terpelajar, mahasiswa, intelektual, dan aktivis

pemuda itulah, munculnya generasi baru pemuda Indonesia: generasi 1928.

Maka, tantangan zaman yang dihadapi oleh generasi ini adalah menggalang

kesatuan pemuda, yang secara tegas dijawab dengan tercetusnya Sumpah

Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928. Sumpah Pemuda dicetuskan melalui

Konggres Pemuda II yang berlangsung di Jakarta pada 26-28 Oktober1928,

dimotori oleh PPPI.

Gambar Kongres Pemuda (gambar dari Wikipedia.org)

Sebelum membahas lebih lanjut sebaiknya kita uraikan dahulu mengenai

kedatangan Jepang ke Indonesia

Pendudukan Jepang di Indonesia

a. Perang Pasifik (Perang Asia Timur Raya)

Pada tanggal 8 Desember 1941, armada angkatan laut Jepang secara tiba –

tiba menyerang pangkalan laut America Serikat di Pearl Harbour (Kepulauan

Hawai). Setelah penyerangan tersebut Jepang menyatakan perang terhadap

Amerika Serikat. Pada waktu itu, Belanda merupakan sekutu America Serikat.

Sebagai rasa setiakawan Belanda pun meyatakan perang terhadap Jepang.

Pernyataan itulah yang dijadikan alasan oleh Jepang untuk menyerang

Indonesia. Akibatnya, pecahlah perang Asia Timur Raya. Dalam waktu

22

Page 23: Tugas Mata Kuliah Sejarah

singkat, pasukan jepang menyerbu dan menduduki Negara-Negara Filipina,

Myanmar, Malaya, dan Indonesia.

Pada tanggal 11 Januari 1942, pasukan Jepang mendarat di Tarakan,

Kalimantan Timur. Pada tanggal 23 Januari 1942, Jepang menduduki

Balikpapan, juga di Kalimantan Timur. Selanjutnya tanggal 14 Februari 1942

giliran Palembang jatuh ke tangan Jepang, dan tanggal 16 Februari 1942 Plaju

dikuasai Jepang. Kota – kota yang diduduki dan dikuasai Jepang adalah kota

penghasil minyak bumi. Setelah itu perhatian Jepang diarahkan ke Pulau Jawa.

Pada tanggal 1 Maret 1942, tentara Jepang berhasil mendarat secara serempak

di tiga pulau Jawa, yaitu di sekitar Merak dan Teluk Banten, di sekitar Eretan

Wetan (Cirebon), dan di desa Krangan di sebelah timur Pasuruan (Jawa

Timur). Penyerangan Jepang ke Pulau Jawa dipimpin oleh Letnan Jendral

Hitoshi Imamura.

Batavia atau Jakarta dapat diduduki dan dikuasai Jepang pada Tanggal 5

Maret 1942. Akhirnya pada tanggl 8 Maret 1942, pemerintah Hindia Belanda

menyerah tanpa syarat kepada tentara Jepang. Panglima Angkatan Perang

Hindia Belanda Letnan Jendral Ter Pooten, atas nama seluruh angkatan

Perang sekutu, menyerah tanpa syarat kepada angkatan perang Jepang yang

dimpin oleh Letnan Jendral Hitoshi Imamura. Gubernur Jendral Hindia

Belanda, yaitu Tjarda Van Stakenborgh \tackouwer menyerahkan

pemerintahan Hindia Belanda kepada Jepang. Upacara penyerahan itu

berlangsung di Kalijati (dekat Subang) Jawa Barat. Dengan penyerahan

Belanda tanpa syarat tersebut, berakhirlah penjajahan Belanda di Indonesia.

b. Kedatangan Tentara Jepang di Indonesia

Kedatangan Jepang yang berhasil mengalahkan Belanda semula disambut

dengan tangan terbuka oleh bangsa Indonesia. Di mana – mana tentara Jepang

disambut sebagai tentara yang membebaskan bangsa Indonesia dari penjajahan

Belanda. Orang – orang Jepang mempergunakan kesempatan ini sebagai alat

propaganda agar rakyat Indonesia mau membantu Jepang. Tentara Jepang

sangat pandai memikat hati rakyat Indonesia dengan menggumbar janji dan

harapan. Rakyat Indonesia dihasut agar memusuhi bangsa Belanda.

Tentara Jepang berhasil menarik simpati rakyat Indonesia. Bangsa Indonesia

sudah bosan dengan penindasan Belanda yang sudah berlangsung tiga

setengah abad. Tentara Jepang menyerbu dan mengusir Belanda dari Indonesia

23

Page 24: Tugas Mata Kuliah Sejarah

tidak semata – mata dengan tujuan jujur, memebebaskan bangsa Indonesia

dari penjajahan Belanda. Jepang mempunyai tujuan tersembunyi, yakni

menguasai Indonesia. Ada beberapa alasan mengapa Jepang ingin menguasai

Indonesia.

Indonesia kaya akan baha mentah seperti minyak bumi, batu bara dan

lainnya.

Indonesia kaya akan hasil pertanian dan perkebunan seperi karet, beras,

kapas, jagung dan rempah – rempah.

Indonesia memiliki tenanga manusia dalam jumlah yang banyak. Tenaga

manusia diperlukan sebagai tenaga kerja.

Para pemimpin Jepang sadar, tanpa bantuan rakyat Indonesia, apa yang di

harapkan Jepang tidak akan berhasil. Oleh karena itu, tentara Jepang berusaha

menarik simpati dan memikat hati rakyat Indonesia terutama para pemimpin

pergerakan nasional Indonesia. Ada tiga cara tentara Jepang memikat hati dan

simpati rakyat Indonesia untuk membantu Jepang, yaitu:

Tentara Jepang mengijinkan bendera Merah Putih berkibar di Indonesia.

Tentara Jepang mengijinkan rakyat Indonesia menyanyikan lagu Indonesia

Raya ciptaan Wage Rudolf Supratman.

Tentara Jepang mengijinkan menggunakan bahasa Indonesia sebagai

bahasa pergaulan sehari – hari, menggantikan bahasa Belanda. Sejak saat

itu bahasa Indonesia dijadikan bahasa pengantar di sekolah – sekolah.

c. Akibat Pengerahan Tenaga Romusha oleh Jepang terhadap Penduduk

Indonesia

Pada mulanya, kedatangan tentara Jepang disambut gembira oleh Bengsa

Indonesia. Bangsa Indonesia berharap, dengan kedatangan Jepang, bangsa

Indonesia terlepas dari penderitaan yang dialami selama penjajahan Belanda.

Namun, makin lama makin terasa betapa bengis dan kejamnya tentara Jepang.

Bahkan, tentara Jepang lebih kasar dan bengis dari bangsa Belanda. Namun

hal ini menjadi tidak berarti bangsa Indonesia lebih senang dijajah oleh bangsa

Belanda dari pada dijajah Jepang. Bagi bangsa Indonesia kedua – duanya tetap

tidak disukai.

Bangsa Jepang sangat rakus. Semua hasil bumi Indonesia di ambil. Para

petani, sebagai penghasil padi, tidak mempunyai beras untuk dimakan. Semua

hasil padi diambil secara paksa oleh Jepang. Akibatnya, rakyat Indonesia

24

Page 25: Tugas Mata Kuliah Sejarah

semakin menderita dibandingkan dengan masa penjajahan Belanda. Rakyat

masih beruntung bila masih mempunyai persediaan ketela, ubi, atau jagung

untuk dimakan sebagai pengganti beras. Beras, jagung, ketela atau singkong,

telur bahkan ternak milik petani semua diambil secara paksa oleh Jepang

untuk memenuhi kebutuhan tentara Jepang.

3.3. Gerakan Mahasiswa 1945

Dalam perkembangan berikutnya, dari dinamika pergerakan

nasional yang ditandai dengan kehadiran kelompok-kelompok studi, dan

akibat pengaruh sikap penguasa Belanda yang menjadi Liberal, muncul

kebutuhan baru untuk secara terbuka mentransformasikan eksistensi wadah

mereka menjadi partai politik, terutama dengan tujuan memperoleh basis

massa yang luas. Kelompok Studi Indonesia berubah menjadi Partai

Bangsa Indonesia (PBI), sedangkan Kelompok Studi Umum menjadi

Perserikatan Nasional Indonesia (PNI).

Seiring dengan keluarnya Belanda dari tanah air, perjuangan kalangan pelajar

dan mahasiswa semakin jelas arahnya pada upaya mempersiapkan lahirnya

negara Indonesia di masa pendudukan Jepang. Namun demikian, masih ada

perbedaan strategi dalam menghadapi penjajah, yaitu antara kelompok

radikal yang anti Jepang dan memilih perjuangan bawah tanah di satu pihak,

dan kelompok yang memilih jalur diplomasi namun menunggu peluang

tindakan antisipasi politik di pihak lain. Meskipun berbeda kedua strategi

tersebut, pada prinsipnya bertujuan sama : Indonesia Merdeka !

Secara umum kondisi pendidikan maupun kehidupan politik pada zaman

pemerintahan Jepang jauh lebih represif dibandingkan dengan kolonial

Belanda, antara lain dengan melakukan pelarangan terhadap segala kegiatan

yang berbau politik; dan hal ini ditindak lanjuti dengan membubarkan segala

organisasi pelajar dan mahasiswa, termasuk partai politik, serta insiden kecil

di Sekolah Tinggi Kedokteran Jakarta yang mengakibatkan mahasiswa dipecat

dan dipenjarakan.

Praktis, akibat kondisi yang vacuum tersebut, maka mahasiswa kebanyakan

akhirnya memilih untuk lebih mengarahkan kegiatan dengan berkumpul dan

berdiskusi, bersama para pemuda lainnya terutama di asrama-asrama. Tiga

asrama yang terkenal dalam sejarah, berperan besar dalam melahirkan

25

Page 26: Tugas Mata Kuliah Sejarah

sejumlah tokoh, adalah Asrama Menteng Raya, Asrama Cikini, dan Asrama

Kebon Sirih. Tokoh-tokoh inilah yang nantinya menjadi cikal bakal generasi

1945, yang menentukan kehidupan bangsa. Salah satu peran angkatan muda

1945 yang bersejarah, dalam kasus gerakan kelompok “bawah tanah” yang

antara lain dipimpin oleh Chairul Saleh dan Soekarni saat itu, yang terpaksa

menculik dan mendesak Soekarno dan Hatta agar secepatnya

memproklamirkan kemerdekaan, peristiwa ini dikenal kemudian dengan

peristiwa Rengasdengklok. Peristiwa Rengasdengklok itu dilatarbelakangi

oleh adanya perbedaan pandangan antar generasi tentang langkah-langkah

yang harus ditempuh dalam memproklamasikan kemerdekaan. Saat itu Jepang

telah menyerah kepada sekutu, dan pemuda (yang cenderung militan dan non

kompromis) menuntut peluang tersebut segera dimanfaatkan, tetapi generasi

tua seperti Soekarno dan Hatta cenderung lebih memperhitungkan situasi

secara realistis.

Tetapi akhirnya kedua tokoh proklamator itu mengabulkan keinginan pemuda,

dan memproklamasikan negara Indonesia yang merdeka tanggal 17 Agustus

1945. Dengan kemerdekaan Indonesia yang diproklamasikan saat itu, maka

sekaligus menandai lahirnya generasi 1945 dalam sejarah Indonesia.

Meskipun Indonesia telah menyatakan kemerdekaan, namun pergerakan

nasional terus berlanjut guna mempertahankan kemerdekaan. Pergerakan

IV. KESIMPULAN

Berdasarkan contoh-contoh perjuangan/pergerakan nasional yang kita

ketahui di atas, maka dapat kita simpulkan bahwa perbedaan antara perjuangan

bangsa Indonesia dalam melawan penjajah pada masa sebelum adanya politik etis

dengan perjuangan setelah adanya politik etis adalah sebagai berikut :

Faktor -Faktor Sebelum Politik Etis Sesudah Politik Etis

26

Page 27: Tugas Mata Kuliah Sejarah

1. Sifat Perlawanan Lokal atau kedaerahan Menyeluruh / Nasional

2. Persenjataan Tradisional Senjata lebih Modern

3. Organisasi

Belum terorganisir dengan

baik dan sangat bergantung

pada pimpinan

Sudah mulai terorganisir,

tidak tergantung pada

pimpinan karena sistem

organisasinya lebih baik

dan modern

4. Rasa Nasionalisme Rendah Tinggi

5. Tujuan Utama/ VisiMemerdekakan daerah

masing-masing (lokal)

Ingin mencapai

kemerdekaan Seluruh

wilayah Indonesia

6. Tokoh/yang berperanTokoh-tokoh agama dan

bangsawan

Tokoh-tokoh agama dan

bangsawan, kaum

cendekia, mahasiswa dll.

7. Hambatan

Mudah di adu domba oleh

penjajah, pendidikan

masyarakat masih rendah

Hambatan : Masuknya

Jepang untuk menguasai

Indonasia

Keuntungan : Rasa

persatuan yang tinggi dan

pendidikan meningkat

sehingga tidak mudah di

adu domba

Tabel Perbedaan Perjuangan Sebelum dan Sesudah Politik Etis

Demikian kesimpulan yang dapat saya ambil dari uraian sejarah yang saya

ketahui, tentu saja uraian tersebut hanya sedikit bagian dari yang mewakili dari

fakta-fakta sejarah. Apabila terdapat kritik dan saran terhadap penjelasan dan

kesimpulan ini, saya terbuka untuk menerima kritik dan saran. Terimakasih.

V. DAFTAR PUSTAKA

CentralTripod (1994). Pergerakan Nasional. http://l32central.tripod.com

27

Page 28: Tugas Mata Kuliah Sejarah

Pratanta, (2001). Sejarah Perjuangan Mahasiswa Indonesia 1908-1999.

http://partanta.com.

Anonim, (2009). Perjuangan Melawan Penjajah. www.belajar-sejarah.com

Wikipedia, (2009). Politik Etis. http://id.wikipedia.org/wiki/Politik_Etis

Anonim, (2009). Perjuangan Bangsa Indonesia Melawan_Penjajah.

http://www.crayonpedia.org

Adi Suryadi Culla , Patah Tumbuh Hilang Berganti : Sketsa Pergolakan

A.K. Pringgodigdo SH , Sejarah Pergolakan Rakyat Indonesia.

28