Tugas Mandiri Ringkasam Materi

95
TUGAS MANDIRI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN “Ringkasan Materi Kelompok 1 - 8” BAB I TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DAN TEORI DESKRIPTIF DAN TEORI PRESKRIPTIF A. TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN 1. Pengertian Pembelajaran Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar “ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar. (KBBI) Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya terdapat proses mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur serta memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga tercapai tujuan pendidikan. Pembelajaran

Transcript of Tugas Mandiri Ringkasam Materi

Page 1: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

TUGAS MANDIRI

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN“Ringkasan Materi Kelompok 1 - 8”

BAB I

TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN DAN TEORI

DESKRIPTIF DAN TEORI PRESKRIPTIF

A. TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

1. Pengertian Pembelajaran

Pembelajaran yang diidentikkan dengan kata “mengajar” berasal dari kata dasar

“ajar” yang berarti petunjuk yang diberikan kepada orang supaya diketahui (diturut) 

ditambah dengan awalan “pe” dan akhiran “an menjadi “pembelajaran”, yang berarti

proses, perbuatan, cara mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau belajar.

(KBBI)

Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran adalah kegiatan yang di dalamnya

terdapat proses mengajar, membimbing, melatih, memberi contoh, dan atau mengatur

serta memfasilitasi berbagai hal kepada peserta didik agar bisa belajar sehingga tercapai

tujuan pendidikan. Pembelajaran juga diartikan sebagai usaha sistematis yang

memungkinkan terciptanya pendidikan.

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan

kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Page 2: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat

belajar dengan baik.

Proses Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara

siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.

2. Konsep Dasar Pembelajaran

Dalam pembelajaran, guru mempunyai tugas-tugas pokok antara lain bahwa ia

harus mampu dan cakap merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi dan membimbing

dalam kegiatan pembelajaran. Dengan kata lain, agar para guru mampu menunaikan

tugasnya dengan sebaik-baiknya, ia terlebih dahulu hendaknya memahami dengan

seksama hal-hal yang berkaitan dengan proses pembelajaran.

3. Pendekatan atau Model dalam Pembelajaran

Belajar dapat dilakukan diberbagai tempat, kondisi, dan waktu. Cepatnya

informasi lewat radio, televisi, film, wisatawan, surat kabar, majalah, dapat

mempermudah belajar. meskipun informasi dengan mudah dapat diperoleh, tidak dengan

sendirinya seseorang terdorong untuk memperoleh pengetahuan, pengalaman, dan

ketrampilan dari padanya. Guru profesional memerlukan pengetahuan dan ketrampilan

pendekatan pembelajaran agar mampu mengelola berbagai pesan sehingga siswa

berkebiasaan belajar sepanjang hayat.

Pendekatan pembelajaran dapat berarti anutan pembelajaran yang berusaha

meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afekif, dan psikomotorik siswa dalam

pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar.

Dalam belajar tentang pendekatan pembelajaran tersebut, orang dapat melihat:

a. pengorganisasian siswa,

b. posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan, dan

c. pemerolehan kemampuan dalam pembelajaran.

Page 3: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

Pendekatan pembelajaran dengan pengorganisasian siswa dapat dilakukan dengan:

a. pambelajaran secara individual,

b. pembelajaran secara kelompok, dan

c. pembelajaran secara klasikal.

Pada ketiga keorganisasian siswa tersebut tujuan pengajaran, peran guru dan

siswa, program pembelajaran, dan disiplin belajar berbeda-beda. Pada ketiga

pengorganisasian siswa tersebut siswa tersebut seyogyanya digunakan untuk

membelajarkan siswa yang menghadapi kecepatan informasi pada masa kini.

Sehubungan dengan posisi guru-siswa dalam pengolahan pesan, guru dapat

menggunakan strategi ekspositori, strategi discovery, dan strategi inkuiri. Strategi

ekpositori, strategi discovery, dan strategi inkuiri. Strategi ekspositori masih terpusat

pada guru; oleh karena itu seyogianya dikurangi. Strategi discovery dan inkuiri terpusat

ada siswa. Dalam kedua strategi ini siswa dirancang aktif belajar, sehingga ia dapat

menemukan, bekerja secara ilmu pengetahuan, dan merasa senang. Pada tempatnya guru

menggunakan strategi discovery dan inkuiri yang sesuai dengan pendekatan CBSA.

Dalam pembelajaran pada pebelajar terjadi peningkatan kemampuan. Semula, ia

memiliki kemampuan pra-belajar; dalam proses belajar pada kegiatan belajar hal

tertentu, ia meningkatkan tingkat atau memperbaiki tingkat ranah-ranah kognitif, afektif,

dan psikomotorik. Keputusan tentang perbaikan tingkat ranah tersebut didasarkan atas

evaluasi guru dan unjuk kerja siswa dalam pemecahan masalah. Dari sisi guru, proses

pemerolehan pengalaman siswa atau proses pengolahan pesan tersebut dapat dilakuikan

dengan cara dedukatif dan induktif. Pengolahan pesan secara deduktif dimulai dari

generalisasi atau suatu teori yang benar, pencarian data, dan uji kebenaran generalisasi

atau suatu teori tersebut. Pada pengolahan pesan secara induktif kegiatan bermula dari

adanya fakta atau peristiwa khusus, penyusunan konsep-konsep. Dalam usaha

pembelajaran guru dapat menggunakan pengolahan pesan secara deduktif atau induktif

tergantung pada karakteristik bidang studinya.

Page 4: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

Selain pendekatan atau model belajar individual, kelompok dan klasikal, masih

terdapat banyak model belajar yang lain.  Di antaranya:

4. Peran Guru Dalam Kegiatan Pembelajaran

Peran guru dalam pembelajaran yaitu membuat desain instruksional,

menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar, bertindak mengajar atau membelajarkan,

mengevaluasi hasil belajar yang berupa dampak pengajaran. Selain itu, menurut

Djamarah (2000: 43-48) bahwa tugas dan tanggung jawab guru atau lebih luasnya

pendidik adalah sebagai:

1)      Korektor, yaitu pendidik bisa membedakan mana nilai yang baik dan mana nilai

yang buruk, koreksi atau penilaian yang dilakukan bersifat menyeluruh dari segi 

kognitif, afektif, dan psikomotorik. Setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang

berbeda dalam menerima pelajaran. Ada yang mempunyai kemampuan baik di bidang

kognitif tetapi kurang pada afektifnya, ada pula yang baik pada psikomotorik namun

Teori belajar Yang ditekankan Tokoh

Behaviorisme (tingkah

laku)

Stimulus, respon, penguatan

motivasi

Pavlov, Skinner, Bandura

Cognitivisme Daya ingat, perhatian,

pemahaman mendalam,

organisasi gagasan, proses

informasi

Brunner, Piaget, Ausubel

Konstruktivisme Pengalaman, interaksi Jean Piaget, Vygotsky,

Humanisme Emosi, perasaan, komunikasi

yang terbuka, nilai-nilai

John Miler

Page 5: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

kurang pada kognitifnya, dan berbagai macam perbedaan peserta didik yang lain. Oleh

karena itu, dalam memberikan penilaian, hendaknya pendidik tidak hanya memberikan

penilaian dari satu aspek saja.

2)      Inspirator, yaitu pendidik menjadi inspirator atau ilham bagi kemajuan belajar

siswa atau mahasiswa, petunjuk bagaimana cara belajar yang baik, serta member

masukan dalam menyelesaikan masalah lainnya.

3)      Informator, yaitu pendidik harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi. Dengan peserta didik yang dibekali pengetahuan tentang

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka peserta didik tersebut akan

memiliki daya saing yang tinggi. Sehingga peserta didik tidak akan tertinggal di era

global ini.

4)      Organisator, yaitu pendidik harus mampu mengelola kegiatan akademik (belajar),

hingga tercipta kegiatan pembelajaran yang tertib dan menyenangkan.

5)      Motivator, yaitu pendidik harus mampu mendorong peserta didik agar bergairah

dan aktif belajar. Motivasi adalah salah satu faktor yang mempengaruhi keefektifan

kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan

belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri

individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat

(Slavin, 1994). Motivasi dari pendidik merupakan motivasi ekstrinsik. Meskipun dalam

proses belajar, motivasi intrinsik atau motivasi yang berasal dari dalam diri individu

memiliki pengaruh yang lebih efektif, (karena motivasi intrinsik bertahan relatif  lebih

lama) namun motivasi ekstrinsik juga tetap dibutuhkan. Karena kurangnya respons dari

lingkungan secara positif akan mempengaruhi semangat belajar seseorang. Oleh karena

itu, guru sebagai salah satu motivasi ekstrinsik hendaknya selalu memberikan motivasi

pada peserta didiknya.

6)      Inisiator, yaitu pendidik menjadi pencetus ide-ide kemajuan dalam pendidikan

dan pembelajaran. Melalui berbagai macam pengalaman yang didapatkan pendidik

selama di kelas, pendidik hendaknya memberikan ide-ide demi kemajuan pembelajaran,

minimal untuk kemajuan pembelajaran di kelas yang dibimbing.

Page 6: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

7)      Fasilitator, yaitu pendidik dapat memberikan fasilitas yang memungkinkan

kemudahan kegiatan belajar.

8)      Pembimbing, yaitu pendidik harus mampu membimbing peserta didik menjadi

manusia dewasa yang bertanggung jawab. Hal yang harus dilakukan pendidik adalah

memberikan contoh yang baik pada peserta didik dan mengarahkannya. Oleh karena itu,

pendidik hendaknya selalu menjaga sikap dan perilaku, karena membimbing seseorang

tanpa memberikan teladan yang baik adalah sia-sia.

9)      Demonstrator, yaitu jika diperlukan pendidik bisa mendemonstrasikan bahan

pelajaran yang susah dipahami. Peserta didik akan lebih mudah memahami suatu materi

jika materi tersebut didemonstrasikan, karena sesuatu yang didemonstrasikan 

melibatkan aspek audio dan visual, sehingga lebih mudah untuk dipahami peserta didik.

10)  Pengelola kelas, yaitu pendidik harus mampu mengelola kelas untuk menunjang

interaksi edukatif. Jika kelas dikelola dengan baik, maka proses pembelajaran dapat

berjalan dengan tertib.

11)  Mediator, yaitu pendidik menjadi media yang berfungsi sebagai alat komunikasi

guna mengefektifkan proses interaktif edukatif. Proses pembelajaran merupakan proses

interaksi, bukan hanya penyampaian materi dari satu arah atau dari guru saja, peserta

didik hendaknya turut aktif dalam proses pembelajaran, dan dengan adanya pendidik

maka diharapkan proses interaktif edukatif tersebut tercipta di kelas. Dalam hal ini

biasanya pendidik cukup memberikan sedikit materi di awal, kemudian mengajak

dialog peserta didik mengenai materi yang telah diberikan sebelumnya, atau dengan

memberikan pertanyaan-pertanyaan mengenai materi yang akan dibahas.

12)  Supervisor, yaitu pendidik hendaknya dapat memperbaiki dan menilai secara kritis

terhadap proses pembelajaran. Setiap selesai proses pembelajaran, pendidik yang baik

akan menilai proses pembelajaran yang telah berlangsung, apabila terdapat kekurangan,

maka ia akan mencari sumber kekurangan tersebut dan memperbaikinya, sehingga

proses pembelajaran dapat berjalan lebih baik setiap harinya.

13)  Evaluator, yaitu pendidik dituntut menjadi evaluator yang baik dan jujur. Pendidik

diharapkan bisa berlaku adil dan jujur dalam setiap proses evaluasi, sehingga tiap- tiap

Page 7: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

peserta didik dapat mengetahui kemampuannya. Membantu peserta didik ketika

menghadapi ujian bukanlah hal yang tepat dilakukan oleh seorang pendidik, karena  hal

tersebut merupakan pembodohan  peserta didik dan mengajarkan ketidakjujuran pada

peserta didik. Dan hal tersebut juga membuat peserta didik tidak akan pernah merasa

percaya diri terhadap kemampuan yang dimilikinya.

Oleh karena itu, jelaslah bahwa kata “pendidik” dalam perspektif pendidikan

yang selama ini berkembang di masyarakat memiliki makana yang lebih luas, dengan

tugas, peran, dan tanggung jawabnya adalah mendidik peserta didik agar tumbuh dan

berkembang potensinya kea rah yang lebih sempurna

B. TEORI DESKRIPTIF DAN TEORI PRESKRIPTIF

1. Reori belajar deskriptif

Bruner mengemukakan bahwa teori pembelajaran adalah preskriptif dan teori

belajar adalah deskriptif, preskriptif karena tujuan utama teori pembelajaran adalah

menetapkan metode pembelajaran yang optimal, dan deskriptif karena tujuan utama teori

belajar adalah memerika proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan

di antara variabel-variabel yang menentukan hasil belajar, atau sebagaimana seseorang

belajar. Teori pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang

mempengaruhi orang lain agar terjadi hal belajar atau upaya mengontrol variabel-

variabel yang dispesifikasi dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar.

Teori belajar yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan metode

pembelajaran sebagai given, dan memerikan hasil pembelajaran sebagai variabel yang

diamati atau kondisi dan metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan hasil

pembelajaran sebagai variabel tergantung. Sedangkan teori pembelajaran yang

preskriptif, kondisi dan hasil pembelajaran ditempatkan sebagai given dan metode yang

optimal dtempatkan sebagai variabel yang diamati, atau metode pembelajaran sebagai

variabel tergantung. Teori preskriptif adalah goal oriented(untuk mencapai tujuan),

sedangkan teori deskriptif adalah goal free(untuk memerikan hasil). Variabel yang

diamati dalam pengembangan teori-teori pembelajaran yang preskriptif adalah metode

yang optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori-teori

Page 8: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

pembelajaran deskriptif variabel yang diamati adalah hasil sebagai efek dari interasi

antara metode dan kondisi.

Dengan teori pembelajaran secara deskritif dan teori preskritif ada bebrapa Ciri

utama dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa.

Sedangkan komponen-komponen dalam pembelajaran adalah tujuan, materi, kegiatan,

dan evaluasi pembelajaran.

1. Teori belajar adalah deskriptif karena tujuan utamanya menjelaskan proses

belajar, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif karena tujuan utamanya

menetapkan metode pembelajaran yang optimal

2. Teori pembelajaran preskriptif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan

teori pembelajaran deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil. itulah

sebabnya, variabel yang diamati dalam teori-teori pembelajaran yang preskriptif

adalah metode yang optimal untuk mencapai tujuan

3. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan diantara variable variabel yang

menentukan hasil belajar, atau bagaimana seseorang belajar.

4. Teori pembelajaran menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi

orang lain agar terjadi hal belajar, atau upaya mengontrol variabel-variabel yang

dispesifikasi dalam teori belajar agar dapat memudahkan belajar

5. Teori perspektif adalah goal oriented (untuk mencapai tujuan), sedangkan teori

deskriptif goal free (untuk memerikan hasil).

Dari perspektif lain, Simon (dalam Degeng, 1989) mengemukakan perbedaan

serupa dengan memaparkan persamaan karakteristik dari ”a prescriptive science” dan

membandingkan dengan karakteristik dari ”a descriptive science”. Dalam kerangka ini

nyata sekali bahwa teori pembelajaran termasuk teori preskriptif yang berpasangan

dengan teori belajar yang termasuk teori deskriptif.

Ilmu deskriptif dan ilmu preskriptif memiliki perbedaan peranan. Aspek penting

yang membedakan adalah hanya ada satu jenis profesi dalam ilmu deskriptif, yaitu

ilmuwan. Sedangkan dalam ilmu preskriptif terlibat tiga jenis profesi, yaitu (1) ilmuwan;

(2) teknolog dan (3) teknisi. Ilmuwan berurusan dengan pengembangan prinsip dan teori.

Teknolog yang menggunakan prinsip dan teori untuk mengembangkan prosedur.

Page 9: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

Sedangkan teknisi yang menggunakan prosedur yang dikembangkan teknolog untuk

menciptakan sesuatu (Reigeluth, Bunderson, dan Merril dalam Degeng, 1989)

Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan diantara variabel-variabel yang

menentukan hasil belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada ”bagaimana seseorang

belajar”. Sebaliknya teori pembelajaran menaruh pehatian pada bagaimana seseorang

mempengaruhi orang lain untuk belajar. Teori pembelajaran berurusan dengan upaya

mengontrol variabel-variabel.

Pembedaan teori belajar (deskriptif) dan pembelajaran (preskriptif) 

dikembangkan oleh Bruner, lebih lanjut oleh Reigeluth (1983), Gropper (1983),

dan Landa (1983). Menurut Reigeluth (dalam Degeng 1989) teori-teori dan prinsip

pembelajaran yang deskriptif menempatkan variabel kondisi dan metode pembelajaran

sebagai givens dan memerikan hasil pembelajaran sebagai variabel yang diamati.

Dengan kata lain kondisi dan metode pembelajaran sebagai variabel bebas dan hasil

pembelajaran sebagai variabel tergantung.

Teori Deskriptif dan Perspektif Untuk membedakan antara teori belajar dan teori

pembelajaran bisa diamati dari posisional teorinya, apakah berada pada tataran teori

deskriptif atau perspektif. Bruner (dalam Dageng 1989) mengemukakan bahwa teori

pembelajaran adalah perspektif dan teori belajar adalah deskriptif. Perspektif karena

tujuan utama teori pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal,

sedangkan teori belajar bersifat deskritif karena tujuan utama teori belajar adalah

menjelaskan proses belajar. Teori belajar menaruh perhatian pada hubungan aantara

variable-variabel yang menentukan hasil belajar. Sedangkan teori pembelajaran

sebaliknya teori ini menaruh perhatian pada bagaimana seseorang mempengaruhi orang

lain agar terjadi proses belajar. Dengan kata lain teori pembelajaran berurusan dengan

upaya mengontrol variable yang dispesifikasikan dalam teori belajar agar dapat

memudahkan belajar. (C.Asri Budiningsih,2004).

Asri Budiningsih (2004) dalam buku Belajar dan Pembelajaran menjelaskan

bahwa upaya dari Bruner untuk membedakan antara teori belajar yang deskriptif dan

teori pembelajaran yang perspektif dikembangkan lebih lanjut oleh Reigeluth.teori dan

prinsip-prinsip pembelajaran yang deskriptif menempatkan variable kondisi dan metode

pembelajaran sebagai givens dan menempatkan hasil belajar sebagai varibael yang

Page 10: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

diamati. Dengan kata lain, kondisi dan metode pembelajaran sebagai variable bebas dan

hasil pembelajaran sebagai variable tergantung.

Reigeluth (1983 dalam degeng ,1990) mengemukakan bahwa teori perspektif

adalah goal oriented sedangkan teori deskriptif adalah goal free. Maksudnya adalah

bahwa teori pembelajaran perspektif dimaksudkan untuk mencapai tujuan, sedangkan

teori belajar deskriptif dimaksudkan untuk memberikan hasil. Itulah sebabnya variable

yang diamati dalam mengembangkan teori belajar yang perspektif adalah metode yang

optimal untuk mencapai tujuan, sedangkan dalam pengembangan teori pem,belajaran

deskriptif, variable yang diamati adalah hasil belajar sebagai akibat dari interaksi antara

metode dan kondisi.

Dengan kata lain teori pembelajaran mengungkapkan hubungan antara kegiatan

pembelajaran dengan proses psikologis dalam diri siswa, sedangkan teori belajar

mengungkapkan hubungan antara kegiatan siswa dengan proses psikologis dalam diri

siswa. Teori pembelajaran harus memasukkan variable metode pembelajaran. Bila tidak,

maka teori itu bukanlah teori pembelajaran. Hal ini penting sebab banyak yang terjadi

apa yang dianggap sebagai teori pembelajaran yang sebenarnya adalah teori belajar.

Teori pembelajaran selalu menyebutkan metode pembelajaran sedangkan teori belajar

sama sekali tidak berurusan dengan metode pembelajaran.

Kelebihan dan kekurangan teori belajar deskriptif dan preskriptif

Kelebihan dan kekurangan teori belajar deskripitif kelebihan

lebih terkonsep sehingga siswa lebih memahami materi yang akan disampaikan.

mendorong siswa untuk mencari sumber pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam

mengerjakan suatu tugas.

Kekurangan

kurang memperhatikan sisi psikologis siswa dalam mendalami suatu materi.

Kelebihan dan kekurangan teori belajar preskriptif kelebihan

lebih sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan yang jelas. banyak member motivasi

agar terjadi proses belajar. mengoptimalisasikan kerja otak secara maksimal.

Page 11: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

Kekurangan

membutuhkan waktu cukup lama

BAB II

TEORI BELAJAR BEHAVIORISTIK DAN TEORI BELAJAR

KOGNITIF

1. Teori Behaviouristik

Teori behaviouristik mengatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah laku.

Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika ia telah mampu menunjukkan perubahan

tingkah laku. Pandangan behaviouristik mengakui pentingnya masuan atau input yang

berupa stimulus dan keluaran atau output yang berupa respon. Sedangkan apa yang

terjadi di antara stimulus dan respon di anggap tidak penting diperhatikan sebab tidak

bisa diamati dan diukur. Yang bisa diamati dan diukur hanyalah stimulus dan respons.

Penguatan (reinforcement) adaah faktor penting dalam belajar. Penguatan adalah

apa saja yang dapat memperkuat timbulnya respon. Bila penguatan ditambahkan (positif

reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Demikian juga jika penguatan dikurangi

(negative reinforcement) maka respon juga akan menguat. Tokoh-tokoh penting teori

behaviouristik antara lain Thorndike, Watson, Skiner, Hull dan Guthrie.

Aplikasi teori ini dalam pembelajaran, bahwa kegiatan belajar ditekankan sebagai

aktifitas “mimetic” yang menuntut siswa untuk mengungkapkan kembali pengetahuan

yang sudah dipelajari. Penyajian materi pelajaran mengikuti urutan dari bagian-bagian

keseluruhan. Pembelajaran dan evaluasi menekankan pada hasil, dan evaluasi menuntut

suatu jawaban benar. Jawaban yang benar menunjukkan bahwa siswa telah

menyelesaikan tugas belajarnya.

2. Teori Kognitif

Pengertian belajar menurut teori kognitif adalah perubahan persepsi dan

pemahaman, yang tidak selalu berbentuk tingkah laku yang dapat diamati dan dapat

Page 12: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

diukur. Asumsi teori ini adalah bahwa setiap orang telah memiliki pengetahuan dan

pengalaman yang telah tertata dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Proses

belajar akan berjalan dengan baik jika materi pelajaran atau informasi baru beradaptasi

dengan struktur kognitif yang telah dimiliki seseorang.

Dalam kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa secara aktif amat dipentingkan.

Untuk menarik minat dan meningkatkan retensi belajar perlu mengkaitkan pengetahuan

baru dengan steruktur kognitif yag telah dimilii siswa. Materi pelajaran disusun dengan

menggunakan pola atau logika tertentu, dari sederhan ke kompleks. Perbedaan individual

pada diri siswa perlu diperhatikan, karena faktor ini sangat mepengaruhi keberhasilan

siswa.

BAB III

TEORI BELAJAR KONSTRUKTIVISTIK DAN TEORI

PEMBELAJARAN HUMANISTIK

A. Teori Konstruktivistik

Usaha mengembangkan manusia dan masyarakat yang memiliki kepekaan,

mandiri, bertanggungjawab, dapat mendidik dirinya sendiri sepanjang hayat, serta

mampu berkolaborasi dalam memecahkan masalah, diperlukan layanan pendidikan yang

mampu melihat kaitan antara ciri-ciri manusia tersebut, dengan praktek-praktek

pendidikan dan pembelajaran untuk mewujudkannya. Pandangan konstruktivistik yang

mengemukakan bahwa belajar merupakan usaha pemberian makna oleh siswa kepada

pengalamnnya melalui asimilasi dan akomodasi yang menuju pada pembentukan

struktur kognitifnya, memungkinkan mengarah kepada tujuan tersebut. Oleh karena itu,

pembelajaran diusahakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan

tersebut secara optimal pada diri siswa.

Page 13: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada

pengalamannya melalui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu

kunstruksi pengetahuan yang menuju pada kemutakhiran struktur kognitifnya. Guru-

guru konstrutivistik yang mengakui dan menghargai dorongan dari manusia atau siswa

untuk mengkonstruksikan pengetahuannya sendiri, kegiatan pembelajaran yang

dilakukannya akan diarahkan agar terjadi aktifitas konstruksi pengetahuan oleh siswa

secara optimal.

Teori Belajar Konstruktivistik Dan Penerapannya Dalam

Pembelajaran

1. Karakteristik  Manusia Masa Depan yang Diharapkan

Upaya membangun sumber daya manusia ditentukan oleh karakteristik manusia dan

masyarakat masa depan yang dikehendaki. Karakteristik manusia masa depan yang

dikehendaki tersebut adalah manusia-manusia yang memiliki kepekaan, kemandirian,

tanggung jawab terhadap resiko dalam mengambil keputusan, mengembangkan segenap

aspek potensi melalui proses belajar yang terus menerus untuk menemukan diri sendiri

dan menjadi diri sendiri yaitu suatu proses … (to) learn to be. Mampu melakukan

kolaborasi dalam memecahkan masalah yang luas dan kompleks bagi kelestarian dan

kejayaan bangsanya (Raka Joni, 1990).

2. Konstruksi Pengetahuan 

Faktor-faktor yang juga mempengaruhi proses mengkonstruksi pengetahuan adalah

konstruksi pengetahuan yang telah ada, domain pengalaman, dan jaringan struktur

kognitif yang dimilikinya. Proses dan hasil konstruksi pengetahuan yang telah dimiliki

seseorang akan menjadi pembatas konstruksi pengetahuan yang akan datang. Pengalaman

akan fenomena yang baru menjadi unsur penting dalam membentuk dan mengembangkan

pengetahuan. Keterbatasan pengalaman seseorang pada suatu hal juga akan membatasi

pengetahuannya akan hal tersebut. Pengetahuan yang telah dimiliki orang tersebut akan

membentuk suatu jaringan struktur kognitif dalam dirinya.

Page 14: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

3. Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik

Proses belajar sebagai suatu usaha pemberian makna oleh siswa kepada

pengalamannya melaui proses asimilasi dan akomodasi, akan membentuk suatu

konstruksi pengetahuan yang menuju pada kemutakhiran struktur kognitifnya. Ada

beberapa pandangan dari segi konstruktivistik, dan dari aspek-aspek si-belajar, peranan

guru, sarana belajar, dan evaluasi belajar.

 

Proses belajar konstruktivistik. Secara konseptual, proses belajar jika dipandang

dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu

arah dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa

kepada pengalamanya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada

pemutahkiran struktur kognitifnya. Kegiatan belajar lebih dipandang dari segi

prosesnya dari pada segi perolehan pengetahuan dari fakta-fakta yang terlepas-lepas.

Proses tersebut berupa “…..constructing and restructuring of  knowledge and skills

(schemata) within the individual in a complex network of increasing conceptual

consistency…..”. pemberian makna terhadap objek dan pengalaman oleh individu

tersebut tidak dilakukan secara sendiri-sendiri oleh siswa, melainkan melalui interaksi

dalam jaringan sosial yang unik, yang terbentuk baik dalam budaya kelas maupun diluar

kelas. Oleh sebab itu pengelolaan pembelajaran harus diutamakan pada pengelolaan

siswa dalam memproses gagasannya, bukan semata-mata pada pengelolaan dan

lingkungan belajarnya bahkan pada unjuk kerja atau prestasi belajarnya yang dikaitkan

dengan sistem penghargaan dari luar seperti nilai, ijasah, dan sebagainya.

B. Teori belajar humanistik

1. Pengertian Teori Belajar Humanistik.

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara 

pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari

proses belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan

dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dengan  kata lain, teori ini

lebih tertarik pada ide belajar dalam bentuknya yang paling ideal dari pada belajar

Page 15: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

seperti apa adanya, seperti apa yang bisa kita amati dalam dunia keseharian.. Teori

apapun dapat dimanfaatkan asal tujuan untuk “memanusiakan manusia” (mencapai

aktualisasi diri dan sebagainya) dapat tercapai.

Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan manusia. \

proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami lingkungannya dan dirinya

sendiri. Siswa dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambatlaun ia mampu

mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya. Teori belajar ini berusaha

memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang

pengamatnya.

Tujuan utama para pendidik adalah membantu si siswa untuk mengembangkan

dirinya, yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri

sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang

ada dalam diri mereka. Para ahli humanistik melihat adanya dua bagian pada proses

belajar, ialah :

1. Proses pemerolehan informasi baru,

2. Personalia informasi ini pada individu.

Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah:

Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.

a. Arthur Combs (1912-1999)

Bersama dengan Donald Snygg (1904-1967) mereka mencurahkan banyak perhatian

pada dunia pendidikan. Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering

digunakan. Belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu. Guru tidak bisa

memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak relevan dengan kehidupan mereka.

Anak tidak bisa matematika atau sejarah bukan karena bodoh tetapi karena mereka

enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan penting mereka harus

mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain hanyalah dati

ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak akan memberikan

kepuasan baginya.

Page 16: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami

dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru harus

berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku internal

membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa banyak guru

membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar apabila materi

pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal arti tidaklah

menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah bagaimana membawa

si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi pelajaran tersebut dan

menghubungkannya dengan kehidupannya.

Combs memberikan lukisan persepsi dir dan dunia seseorang seperti dua

lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1) adalah

gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi dunia. Makin

jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang pengaruhnya terhadap

perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit hubungan dengan diri, makin

mudah hal itu terlupakan.

b. Maslow

Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua hal :

(1) suatu usaha yang positif untuk berkembang

(2) kekuatan untuk melawan atau menolak perkembangan itu.

Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk memenuhi

kebutuhan yang bersifat hirarkis.

Pada diri masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti rasa takut

untuk berusaha atau berkembang, takut untuk mengambil kesempatan, takut

membahayakan apa yang sudah ia miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang

juga memiliki dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke arah

berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri menghadapi dunia luar dan

pada saat itu juga ia dapat menerima diri sendiri(self).

Maslow membagi kebutuhan-kebutuhan (needs) manusia menjadi tujuh

hirarki. Bila seseorang telah dapat memenuhi kebutuhan pertama, seperti kebutuhan

fisiologis, barulah ia dapat menginginkan kebutuhan yang terletak di atasnya, ialah

kebutuhan mendapatkan ras aman dan seterusnya. Hierarki kebutuhan manusia

Page 17: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

menurut Maslow ini mempunyai implikasi yang penting yang harus diperharikan oleh

guru pada waktu ia mengajar anak-anak. Ia mengatakan bahwa perhatian dan motivasi

belajar ini mungkin berkembang kalau kebutuhan dasar si siswa belum terpenuhi.

c. Carl Rogers

Carl Rogers lahir 8 Januari 1902 di Oak Park, Illinois Chicago, sebagai anak

keempat dari enam bersaudara. Semula Rogers menekuni bidang agama tetapi

akhirnya pindah ke bidang psikologi. Ia mempelajari psikologi klinis di Universitas

Columbia dan mendapat gelar Ph.D pada tahun 1931, sebelumnya ia telah merintis

kerja klinis di Rochester Society untuk mencegah kekerasan pada anak.

Gelar profesor diterima di Ohio State tahun 1960. Tahun 1942, ia menulis

buku pertamanya, Counseling and Psychotherapy dan secara bertahap

mengembangkan konsep Client-Centerd Therapy.

Rogers membedakan dua tipe belajar, yaitu:

1. Kognitif (kebermaknaan)

2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)

Guru menghubungan pengetahuan akademik ke dalam pengetahuan terpakai seperti

memperlajari mesin dengan tujuan untuk memperbaikai mobil. Experiential Learning

menunjuk pada pemenuhan kebutuhan dan keinginan siswa. Kualitas belajar

experiential learning mencakup : keterlibatan siswa secara personal, berinisiatif,

evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada siswa.

Menurut Rogers yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah

pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan dan pembelajaran, yaitu:

1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar. Siswa tidak

harus belajar tentang hal-hal yang tidak ada artinya.

2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya. Pengorganisasian

bahan pelajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru sebagai bagian

yang bermakna bagi siswa

Page 18: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru

sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

Dari bukunya Freedom To Learn, ia menunjukkan sejumlah prinsip-prinsip

dasar humanistik yang penting diantaranya ialah :

a. Manusia itu mempunyai kemampuan belajar secara alami.

b. Belajar yang signifikan terjadi apabila materi pelajaran dirasakan murid

mempunyai relevansi dengan maksud-maksud sendiri.

c. Belajar yang menyangkut perubahan di dalam persepsi mengenai dirinya sendiri

diangap mengancam dan cenderung untuk ditolaknya.

d. Tugas-tugas belajar yang mengancam diri ialah lebih mudah dirasakan dan

diasimilasikan apabila ancaman-ancaman dari luar itu semakin kecil.

e. Apabila ancaman terhadap diri siswa rendah, pengalaman dapat diperoleh dengan

berbagai cara yang berbeda-beda dan terjadilah proses belajar.

f. Belajar yang bermakna diperoleh siswa dengan melakukannya.

g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan ikut

bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.

h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik perasaan

maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang mendalam

dan lestari.

i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah dicapai

terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik dirinya sendiri dan

penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang penting.

j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini adalah

belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus terhadap

pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses perubahan

itu.

Salah satu model pendidikan terbuka mencakuo konsep mengajar guru yang fasilitatif

yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun 1975 mengenai

kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang mendukung yaitu empati,

penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru yang fasilitatif adalah :

Page 19: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

1. Merespon perasaan siswa

2. Menggunakan ide-ide siswa untuk melaksanakan interaksi yang sudah dirancang

3. Berdialog dan berdiskusi dengan siswa

4. Menghargai siswa

5. Kesesuaian antara perilaku dan perbuatan

6. Menyesuaikan isi kerangka berpikir siswa (penjelasan untuk mementapkan kebutuhan

segera dari siswa)

7. Tersenyum pada siswa

Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos siswa,

meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi

akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang disukai, mengurangi

tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan mengurangi perusakan pada peralatan

sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih

tinggi.

BAB IV

TEORI BELAJAR SIBERNETIK

DAN TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURIAL

A. TEORI BELAJAR SIBERNETIK

a. Ciri Khas dalam Psikologi Humanistik

1. Mereka menekankan bahwa psikologi seharusnya memperlakukan “keseluruhan

pribadi manusia” meliputi seluruh aspek-aspeknya.

2. Mereka menekankan kepada aktivitas dari sudut pandangan orangnya daripada

pandangan “peninjau” (observer). Pengikut psikologi humanistik menyatakan

bahwa dalam melihat manusia sebagian besar ahli-ahli psikologi mengambil sudut

pandangan orang ketiga, sedangkan cara yang paling nyata untuk mempelajari

psikologi adalah melalui “mata person” yaitu dirinya sendiri.

Page 20: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

3. Mereka juga menekankan kepada “self-actualization”, “self-fulfillment” atau “self-

realization”.

4. Mengenai perkembangan pribadi seseorang dalam arah apapun, orang tersebut

selalu memilih atau menilai.

b. Aplikasi Teori Humanistik Carl Roger Dalam Pendidikan Teori Roger dalam

bidang pendidikan adalah dibutuhkannya 3 sikap dalam fasilitator belajar yaitu:

1. Realitas di dalam fasilitator belajar

2. Penghargaan, penerimaan, dan kepercayaan

3. Pengertian yang empati

C. Prinsip Pendidikan dan Pembelajaran

1. Menjadi manusia berarti memiliki kekuatan yang wajar untuk belajar

2. Siswa akan mempelajari hal-hal yang bermakna bagi dirinya.

3. Pengorganisasian bahan pengajaran berarti mengorganisasikan bahan dan ide baru

sebagai bagian yang bermakna bagi siswa.

4. Belajar yang bermakna dalam masyarakat modern berarti belajar tentang proses.

B. TEORI BELAJAR REVOLUSI SOSIOKULTURIAL

1. Konsep teori sosio-kultural

Ada 3 konsep penting dalam teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembangan

kognitif sesuai dengan revolusi sosiokoltural dalam teori belajar dan pembelajaran

yaitu genetic law of development, zona of proximal development dan mediasi.

a. Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development)

Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang

melewati dua tataran, yaitu interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis

atau intramental. Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan

Page 21: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

sosial sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan

serta perkembangan kognitif seseorang. Sedangkan fungsi intramental dipandang

sebagai derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan

dan internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.

b. Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)

Vygotsky membagi perkembangan proksimal (zone of proximal development)

ke dalam dua tingkat:

(1) Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang untuk

menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri

(intramental).

(2) Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk

menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah bimbingan

orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang lebih

kompeten (intermental). Jarak antara keduanya, yaitu tingkat perkembangan

aktual dan tingkat perkembangan potensial ini disebut zona perkembangan

proksimal.

C .Mediasi

Menurut Vygotsky, semua perbuatan atau proses psikologis yang khas

manusiawi dimediasikan dengan psychologis tools atau alat-alat psikologis berupa

bahasa, tanda dan lambang, atau semiotika. Ada dua jenis mediasi, yaitu:

(1) Mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk

melakukan self- regulation yang meliputi: self planning, self monitoring, self

checking, dan self evaluating. Mediasi metakognitif ini berkembang dalam

komunikasi antar pribadi.

(2) Mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah

yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subject-domain problem.

Mediasi kognitif bisa berkaitan dengan konsep spontan (yang bisa salah) dan

konsep ilmiah (yang lebih terjamin kebenarannya).

Page 22: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

C. PENGARUH SOSIO-KULTURAL PADA PERKEMBANGAN KOGNISI

Pengaruh sosial pada perkembangan kognisiMenurut Vygotsky, anak adalah

seorang eksplorer yang mempunyai rasa ingin tahu tinggi, sangat aktif dalam

pembelajaran, selalu ingin menemukan sendiri, dan mengembangkan pemahaman baru.

Namun demikian Vygostky lebih menekankan pada kontribusi sosial dalam proses

perkembangan dan tidak melihat peranan besar dalam penemuan sendiri. Perkembangan

pertama dalam lingkup sosial muncul dalam individu sebagai kategori interpsikological

dan kemudian pada anak sebagai kategori intrapsikologikal. Contohnya adalah

voluntary attention (perhatian otomatis), logical memory (memori logis), pembentukan

konsep, dan perkembangan kemampuan memilih. Vygostky berpendapat bahwa,

pembelajaran pada anak terjadi melalui interaksi sosial dengan tutor yang lebih

berpengalaman, Tutor ini menjadi model dalam berperilaku atau menyediakan instruksi

verbal untuk anak. Model inilah yang disebut dengan dialog kooperatif atau kolaboratif.

Anak mencari pemahaman perilaku atau instruksi dari tutor, menginternalisasi

informasi dan menggunakannya untuk memformulasikan perilaku mereka.

Pengaruh Budaya pada perkembangan kognisiVygotsky berpendapat bahwa

perkembangan harus dilihat dari perspektif 4 tahap yang saling berhubungan dalam

interaksi anak dengan lingkungan:

1. Perkembangan Ontogenic, adalah perkembangan individu sepanjang hayat,

digunakan oleh hampir semua ahli psikologi dalam menganalisa perkembangan

manusia.

2. Perkembangan Microgenic, mengacu pada perubahan yang terjadi pada waktu

yang relatif singkat, misalnya perubahan yang dapat dilihat pada saat anak

memecahkan masalah penjumlahan pada setiap minggunya selama 11 minggu

(Siegler & Jenkins, 1989).

Page 23: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

3. Perkembangan Phylogenic adalah perubahan yang berskala evolusi, diukur dalam

ribuan dan bahkan jutaan tahun. Vygostsky sendiri berpendapat bahwa untuk

pemahaman sejarah spesies dapat memberikan masukan pada perkembangan anak\

4. Perkembangan Sociohistorical, mengacu pada perubahan yang terjadi pada budaya,

kepercayaan, norma, dan teknologi.

Disini Vygotsky menekankan bagaimana seseorang berkembang dalam lingkungan

yang berubah. Dengan berfokus pada individu atau pun pada lingkungan tidak cukup

untuk menjelaskan mengenai perkembangan seseorang. Untuk itu perkembangan

sebaiknya dipelajari dari konteks sosial dan budaya.

D. APLIKASI TEORI SOSIO-KULTURAL

Aplikasi teori sosio-kultural dalam pendidikan. Penerapan teori sosio-kultural dalam

pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan yaitu:

a. Pendidikan informal (keluarga)Pendidikan anak

dimulai dari lingkungan keluarga, dimana anak pertama kali melihat, memahami,

mendapatkan pengetahuan, sikap dari lingkungan keluarganya. Oleh karena itu

perkembangan prilaku masing-masing anak akan berbeda manakala berasal dari

keluarga yang berbeda, karena faktor yang mempengaruhi perkembangan anak

dalam keluarga beragam, misalnya: tingkat pendidikan orang tua, faktor ekonomi

keluarga, keharmonisan dalam keluarga dan sebagainya.

b. Pendidikan nonformal Pendidikan nonformal yang

berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan pengetahuan,

ketrampilan, dan perilaku pada anak, misalnya kursus membatik. Pendidikan ini

diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang berkembang di lingkungan

sosial masyarakatnya.

Page 24: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

BAB V

TEORI KECERDASAN MAJEMUK DAN TEORI MANUSIA

PEMBELAJARAN

A. KECERDASAN MAJEMUK

1. Konsep Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence)

Kecerdasan Majemuk adalah suatu kemampuan ganda untuk memecahkan

suatu masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan.

Konsep kecerdasan jamak ( multiple Intellegence) berawal dari karya

Howard Gardner dalam buku Frames Of  Mind tahun 1983 didasarkan atas

hasil penelitian selama beberapa tahun tntang kapasitas kognitf manusia

( Human Cognitif Capacities) Gardner menolak asumsi bahwa kognisi manusia

merupakan satu kesatuan dan individu hanya mempunyai kecerdasan tunggal.

Meski sebagian besar individu menunjukkan penguasaan yang berbeda.

Individu memiliki beberapa kecerdasan dan bergabung menjadi satu kesatuan

membentuk kemampuan pribadi yang cukup tinggi. Howard Garnerd

memperkenalakan sekaligus mempromosikan hasil penelitian Projecct Zero di

Amerika yang berkaitan  dengan kecerdasan ganda (multiple intelligences).

Teorinya menghilangkan anggapan yang selama ini tentang kecerdasan

manusia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa tidak ada satuan kegiatan

manusia yang hanya menggunakan satu macam kecerdasan, melainkan seluruh

kecerdasan yang selama ini dianggap ada 7 macam kecerdasan, dan pada buku

yang mutakhir ditambahkan lagi 3 macam kecerdasan. Semua kecerdasan ini

Page 25: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

bekerja sama sebagai satu kesatuan yang utuh dan terpadu. Komposisi

keterpaduannya tentu saja bebeda-beda pada masing-masing budaya. Namun

secara keseluruhan semua kecerdasan tersebut dapat diubah dan ditingkatkan.

Kecerdasan yang paling menonjol akan mengontrol kecerdasan-kecerdasan

lainnya dalam memecahkan masalah.

Berdasarkan pada teori Gardner, David G. Lazear memberikan petunjuk untuk

mengubah dan meningkatkan kecerdasan-kecerdasan tersebut lengkap dengan

nstrumentasinya dalam pembelajaran. Ia mengembangkan proses pembelajaran

di kelas yang memanfaatkan dan mengembangkan kecerdasan ganda anak,

dengan harapan dapat digunakan anak diluar kelas dalam mengenali dan

memahami realitas kehidupan.

Pokok-pokok pikiran  yang dikemukakan Garnerd adalah :

Manusia mempunyai kemampuan meningkatkan dan memperkuat

kecerdasannya

Kecerdasan selain dapat berubah dapat pula diajarkan kepada orang lain

Kecerdasan merupakan realitas majemuk yang muncul di bagian-bagian

yang berbeda pada sistem otak atau pikiran manusia

Pada tingkat tertentu, kecerdasan ini merupakan suatu kesatuan yang utuh.

Artinya dalam memecahkan masalah atau tugas tertentu, seluruh macam

kecerdasan manusia bekerja bersama-sama, kompak dan terpadu.

Kecerdasan yang terkuat cenderung “memimpin”/”melatih” kecerdasan lainnya

yang lebih lemah. Dikatak juga bahwa manusia mempunyai berbagai cara

untuk mendekati suatu masalah dan hamper semuanya dipelajari secra alami.

Kecerdasan adalah suatu kemampuan untuk memecahkan masalah atau

menghasilkan sesuatu yang dibutuhkan di dalam latar budaya tertentu. Rentang

masalah atau sesuatu yang dihasilkan mulai dari yang sederhana sampai yang

kompleks.

Page 26: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

Adapun Definisi Gardner tentang kecerdasan :

Kecakapan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.

Kecakapan untuk mengembangkan masalah baru untuk dipecahkan.

Kecakapan untuk membuat sesuatu atau melakukan sesuatu yang

bermanfaat didalam kehidupannya.

Penelitian Gardner mengidentifikasi ada 8 macam kecerdasan manusia dalam

memahami dunia nyata, kemudian diikuti oleh tokoh-tokohlain dengan

menambahkan dua kecerdasan lagi, sehingga menjadi 10 macam kecerdasan.

Berikut akan dijelaskan secara singkat kesepuluh kecerdasan tersebut, yaitu:

1)      Kecerdasan Bahasa (Verbal- Linguistik Intelegence)

Merupakan kecakapan berpikir melelui kata- kata, menggunakan bahasauntuk

menyatakan dan memmaknai arti yang kompleks.

Contoh: Para Penulis, Ahli Bahasa, Sastrawan, Jurnalis, Orator.

2)      Kecerdasan Matematis (Logical- Mathemaical Intelegence)

Merupakan kecakapan untuk menghitung, mengkualitatif,merumuskan

proposisi,hipotesis, serta memecahkan perhitungan- perhitungan matematis

yang kompleks.

Contoh: Para Ilmuan, Ahli Matematis, Akuntan, Insinyur, Pemrogram

Komputer.

3)      Kecerdasan Ruang ( Visual- Spatial Intellegence)

Merupakan kecakapan berpikir dalam ruang 3 dimensi.Mampu menagkap

bayangan ruang internal dan eksternal untuk penentuan arah dirinya atau benda

yang dikendalikan, mengubah dan menciptakan karya 3 dimensi nyata.

Contoh: Pilot, Nahkoda, Astronot, Pelukis, Arsitek.

Page 27: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

4)      Kecerdasan Kinestetik/Gerak Fisik (Kinesthetik Intelegence)

Merupakan kecakapan untuk melakukan gerakan dan ketrampilan ,

kecakapan fisik seperti olah raga.

Contoh: Penari, Olahragawan, Pengrajin Profesional,

5)      Kecerdasan Musik ( Musical Intellegence)

Kecakapan yang dimiliki seseorang untuk menghasilkan dan menghargai

musik, sensitive terhadap melodi, ritme, nada, tangga nada.

Contoh: Komponis, Dirigen, Musisi, Kritikus penyanyi, Kritikus musik,

Pembuat instrument musik,

6)      Kecerdasan Hubungan Sosial ( Interpersonal Intellegence)

Kecakapan memahami dan merespon serta berinteraksi dengan orang lain

dengan tepat, watak, tempramen, motivasi dan kecenderungan terhadap orang

lain

Contoh: Guru, Konselor, Aktor,Politikus

7)      Kecerdasan Kerohanian ( Intrapersonal Intellegence)

Kecakapan untuk memahami kehidupan emosional, membedakan emosi orang-

orang, pengetahuan tentang kekuatan dan kelemahan diri.Kecakapan

membentuk persepsi Yang tepat terhadap orang, menggunakannya dalam

merencanakan dan merencanakan dan mengarahkan kehidupan yang lain.

Contoh: Psikolog, Psikiater, Filosof, Rohaniawan

8)      Kecerdasan Naturalis

Kecerdasan naturalis adalah kemampuan untuk mengenali, membedakan,

mengungkapkan dan membuat kategori terhadap apa yang di jumpai di alam

Page 28: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

maupun lingkungan. Intinya adalah kemampuan manusia untuk mengenali

tanaman, hewan dan bagian lain dari alam semesta.

9)      Kecerdasan Spiritual

Kecerdasan spiritual banyak dimiliki oleh para rohaniawan. Kecerdasan ini

berkaitan dengan bagaimana manusia berhubungan dengan Tuhannya.

Kecerdasan ini dapat dikembangkan pada setiap orang melalui pendidikan

agama, kontemplasi kepercayaan, dan refleksi teologis.

10) Kecerdasan Eksistensial ( exsistensialist intelligence)                     

Kecerdasan eksistensial banyak dijumpai pada para filsuf. Mereka mampu

menyadari dan menghayati dengan benar keberadaan dirinya di dunia ini dan

apa tujuan hidupnya. Melalui kontemplasi dan refleksi diri kecerdasan ini dapat

berkembang.

Pada dasarnya semua orang memiliki semua macam kecerdasan di atas, namun

tentu saja tidak semuanya berkembang atau dikembangkan pada tingkatan yang

sama, sehingga tidak dapat digunakan secara efektif. Pada umumnya satu

kecerdasan lebih menonjol/ kuat dari pada yang lain. Tetapi tidak berarti bahwa

hal itu permanen/ tetap. Di dalam diri manusia tersedia kemampuan untuk

mengaktifkan semua kecerdasan tersebut. Teori Garnerd ini memang masih

memerlukan penelitian lebih lanjut khususnya tentang strategi pengukuran

untuk masing-masing jenis kecerdasan, serta apakah macam-macam

kecerdasan yang ada adalah sejumlah yang telah diuraiakan di atas atau masih

bisa bertambah lagi.

Kriteria Keabsahan Munculnya Teori Kecerdasan

Page 29: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

Memiliki dasar biologis

Kecenderungan untuk mengetahui dan memecahkan masalah merupakan sifat

dasar biologis/ fisiologis manusia. Misalnya, gerak tubuh, berkomunikasi

dengan orang lain, berimajinasi sendiri, menggunakan ritme dan suara, dan

lain-lain. Kecenderungan-kecenderungan ini semua berakar pada sistem

biologis manusia itu sendiri.

Bersifat universal bagi spesies manusia

Setiap cara untuk memahami sesuatu selalu ada pada setiap budaya, tidak

peduli kondisi sosio-ekonomi dan pendidikanya. Walaupun telah berkembang

jenis ketrampilan pada budaya yang berbeda, namun hadirnya kecerdasan

adalah bersifat universal. Dengan kata lain, kecerdasan berakar pada

keberadaan spesies manusia itu sendiri.

Nilai budaya suatu ketrampilan

Cara untuk memahami sesuatu didukung oleh budaya manusia dan merupakan

hal yang harus diteruskan kepada generasi penerus. Contoh, pengembangan

bahasa bisa berupa tilisan pada suatu budaya,hiroglif pada budaya lain, pesan-

pesan lisan, bahasa-bahasa tanda, pada budaya lain pula. Namun bahasa formal

dinilai tinggi dan merupakan kriteria pendidikan dan sosial seseorang.

Memiliki basis neurologi

Setiap kecerdasan memiliki bagian tertentu pada otak sebagai pusat kerjanya,

dan yang dapat diaktifkan atau dipicu oleh informasi eksternal maupun

internal.

Dapat dinyatakan dalam bentuk simbol

Setiap kecerdasan dapat dinyatakan dalam bentuk simbol atau tanda-tanda

tertentu. Misalnya simbol kata, gambar, music, angka, dan lain-lain. Adanya

Page 30: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

simbol-simbol tersebut merupakan kunci bahwa kecerdasan dapat dialihkan

atau diajarkan.

Strategi Dasar Pembelajaran Kecerdasan Ganda

Ada beberapa strategi dasar dalam kegiatan pembelajaran untuk

mengembangkan kecerdasan ganda, yaitu:

Membangunkan /memicu kecerdasan , yaitu upaya  untuk mengaktifkan indera

dan menghidupkan kerja otak.

Memperkuat kecerdasan, yaitu dengan cara member latihan dan memperkuat

kemampuan membangunkan kecerdasan.

Mengajarkan dengan /untuk kecerdasan ,yaitu upaya-upaya mengembangkan

struktur pelajaran yang mengacu pada penggunaan kecerdasan ganda.

Mentransfer kecerdasan, yaitu usaha memanfaatkan berbagai cara yang telah

dilatihkan di kelas untuk memahami realitas di luar kelas atau pada lingkungan

nyata.

Di dalam bukunya yang berjudul “Seven ways of knowing: Teaching for

multiple intelligences” Lazear secara lengkap menjelaskan cara pengelolaan

masing-masing kecerdasan dengan urutan seperti pada strategi dasar di atas,

lengkap dengan tujuan dan proses, teori dan  penjelasan bagian otak yang

berkaitan dengan kerja kecerdasan masing-masing.

Mengembangkan Kecerdasan Ganda dalam Kegiatan Pembelajaran

Kecerdasan ganda sebenarnya merupakan teori yang bersifat filosofis. Hal

ini tampak pada sikapnya terhadap belajar dan pandangannya terhadapa

pendidikan atau pembelajaran. Pendidikan/pembelajaran ditinjau dari sudut

pandang kecerdasan ganda lebih mengarah kepada hakekat dari pendidikan itu

sendiri, yaitu yang secara langsung berhubungan dengan eksistensi, kebenaran ,

Page 31: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

dan pengetahuan. Gambarannya tentang pendidikan diwarnai oleh semangat

Dewey yang mendasarkan diri pada pendidikan yang bersifat progresif.

Kategori-kategori yang banyak digunakan orang selama ini adalah

kategori music, pengamatan ruang, dan body-kinestetik (Amstrong, 1994).

Adalah hal yang baru ketika Garnerd memasukkan kategori-kategori itu semua

ke dalam pengertian kecerdasan dan bukannya talenta atau bakat. Garnerd

menyadari bahwa banyak orang telah terbiasa mengatakan atau mendengarkan

ungkapan seperti “Ia tidak begitu cerdas, tetapi ia memiliki bakat music yang

sangat hebat”. Sebagaimana orang-orang mengatakan bahwa sesuatu adalah

bakat, oleh Garnerd bakat-bakat atau kategoro-kategori tersebut dikatakan

sebagai kecerdasan.

Untuk memberi dasar terhadap teori yang dikemukakannya, Gardner

merancang dasar-dasar “tes” tertentu, dimana setiap kecerdasan harus

dipertimbangkan sebagai inteligensi yang terlatih dan memiliki banyak

pengalaman, yang tidak disebut sebagai talenta atau bakat. Hal-hal penting

yang perlu diperhatikan dalam teori kecerdasan ganda, yaitu:

Setiap orang memiliki semua kecerdasan-kecerdasan itu

Banyak orang dapat mengembangkan masing-masing kecerdasannya sampai ke

tingkat optimal

Kecerdasan biasanya bekerja bersama-sama dengan cara yang unik

Ada banyak cara untuk menjadi cerdas

Para pakar terdahulu mengatakan bahwa pikiran dipertimbangkan sebagai

sesuatu yang ada pada jantung, hati dan batu ginjal. Pakar berikutnya

beranggapan bahwa kecerdasan atau inteligensi terdiri dari beberapa factor.

Teori kecerdasan ganda merupakan model kognitif yang menjelaskan

bagaimana individu-individu menggunakan kecerdasannya untuk memecakan

masalah dan bagaimana hasilnya. Tidak seperti model-model lain yang

berorientasi proses, pendekatan Gardner lebih berorientasi pada bagaimana

Page 32: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

pikiran manusia mengoprasi atau mengolah, menggunakan, menguasai

lingkungan.

Pengalaman-pengalaman menyenangkan ketika belajar akan menjadi

activator bagi perkembangan kecerdasan pada tahap perkembangan berikutnya.

Sedangkan pengalaman-pengalaman yang menakutkan, memalukan,

menyebabkan marah, dan pengalaman emosi negative lainnya akan

menghambat perkembangan kecerdasan pada tahap perkembangan berikutnya.

Apabila ingin mengetahui arah kecerdasan siswa di kelas, dapat diketahui

melalui indicator-indikator tertentu. Misalnya, apa yang dikerjakan siswa

ketika mereka mempunyai waktu luang. Setiap guru dapat menggunakan

catatan-catatan kecil praktis yang dapat digunakan untuk memantau

kecenderungan perkembangan kecerdasan siswa di kelas. Guru juga dapat

menyusun checklist yang berisi tentang kecerdasan-kecerdasan tersebut.

Cheklist dapat digunakan untuk memantau kecerdasan siswa. Selain checklist

ada cara lain yang dapat digunakan yaitu mengumpulkan dokumen berupa

photo, rekaman-rekaman lain yang berhubungan dengan aktifitas siswa, dan

catatan-catatan di sekolah yang berhubungan dengan peringkat nilai semua

mata pelajaran.

Kegiatan-kegiatan yang dapat digunakan untuk mengembangkan

kecerdasan ganda antara lain, dengan menyediakan hari-hari karir, studi

tour,biografi, pembelajaran terprogram, kegiatan-kegiatan eksperimen, majalah

dinding, papan display, membaca buku-buku yang bertujuan untuk

mengembangkan kecerdasan ganda, membuat table perkembangan kecerdasan

ganda, atau human intelligence hunt.

Setiap siswa memiliki perbedaan kecenderungan dalam perkembangan

kecerdasan gandanya, maka guru perlu menggunakan strategi umum maupun

khusus dalam pembelajaran untuk mengembangkan seluruh kecerdasan siswa

secara optimal. Teori kecerdasan ganda juga mengatakan bahwa tidak ada satu

Page 33: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

pun pendekatan atau strategi yang cocok digunaka bagi semua siswa. Dalam

hal pengukuran kecerdasan ganda lebih mengutamakan pada studi dokumentasi

dan proses pemecahan masalah. Apabila kegiatan di atas dapat dilakukan maka

ketrampilan kognitif siswa pun dapat berkembang dengan sendirinya.

Ada satu alternative lain yang juga dapat digunakan dalam rangka

memantau perkembangan kecerdasan siswa di kelas, yaitu dengan

memberdayakan siswa sendiri. Artinya, checklist yang mencakup kecerdasan-

kecerdasan tadi yang mengisi bukannya guru, tetapi pengisian dilakukan oleh

para siswa. Kegiatan di kelas pada saat-saat tertentu adalah pengisian checklist

tentang kecerdasan-kecerdasan masing-masing anak. Mereka saling

memberikan penilaian antar teman.Selain anak diberi kesempatan untuk

menilai kecerdasan temannya, ia juga diberi kesempatan untuk self-monitoring,

dengan cara mengisi checklist tentang kecerdasan-kecerdasan yang dimilikinya

sendiri.

Perkembangan kecerdasan juga dapat dilakukan dengan teknik “konseling

sebaya”/ “tutor sebaya”. Caranya, guru menyeleksi siapakah yang memiliki

keunggulan di bidang matematika misalnya, dimimta membimbing teman-

temannya yang kurang dalam matematika. Demikian juga untuk bidang-bidang

kecerdasan yang lain. Pembimbing di dalam kelompok dapat bergantian

tergantung pada kecerdasan apa yang akan dikembangkan.

Pendekatan ini sangat tepat digunakan untuk anak-anak SMP dan SMA,

mengingat pada dasarnya mereka lebih suka berbicara dan bergaul dengan

teman sebayanya dari pada gurunya. Di samping itu, model konseling sebaya

atau tutor sebaya dalam pembelajaran kecerdasan ganda memungkinkan

berbagai aspek dalm diri anak dapat berkembang selaras dan optimal.

Kelompok belajar semacam ini sangat potensial untuk mengembangkan

kecerdasan interpersonal dan kecerdasan intrapersonal. Guru dituntut untuk

mampu mendeteksi anak-anak yang memiliki kecerdasa-kecerdasan unggul,

dan membentuk kelompok-kelompok sesuai dengan kebutuhan.

Page 34: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

Pendidikan/pembelajaran kecerdasan ganda berorientasi pada

pengembangan potensi anak bukan berorientasi pada idiealisme guru atau

orang tua apalagi ideology politik. Anak berkembang agar mampu membuat

penilaian dan keputusan sendiri secara tepat, bertanggungjawab, percaya diri

dan mandiri tidak bergantung pada orang lain, kreatif, mampu berkolaborasi,

serta dapat membedakan mana yang baik dan tidak baik. Ketrampilan-

ketrampilan ini sangat dibutuhkan oleh manusia-manusia yang hidup di era

ekonomi informasi abad global.

Belajar Dari Sudut Pandang Teori Kecerdasan Majemuk

Belajar adalah usaha untuk menghidupkan secara utuh dan alamiah

seluruh kecerdasan yang dimiliki individu. Dari sudut pandang teori

humanistik, dasar-dasar teori kecerdasan majemuk memang sangat humanis,

yang memberi  tekanan pada positive regards (pandangan positif), acceptance

(dukungan), awareness (kesadaran), self-worth (nilai diri) yang kesemuanya itu

bermuara pada aktualisasi diri yang optimal. Psikologi humanistik menekankan

pada personal growth (perkembangan individu), sesuai dengan arah dari teori

kecerdasan majemuk.

Pembelajaran adalah suatu proses membangun/memicu, memperkuat,

mencerdaskan, dan mentransfer kecerdasan. Pada hakikatnya seorang pendidik

adalah seorang fasilitator. Fasilitator baik dalam aspek kognitif, afektif,

psikomotorik, maupun konatif (Riyanto Theo, 2002).  Seorang pendidik

hendaknya mampu membangun suasana belajar yang kondusif untuk belajar-

mandiri (self-directed learning). Ia juga hendaknya mampu menjadikan proses

pembelajaran sebagai kegiatan eksplorasi diri. Galileo menegaskan bahwa

sebenarnya kita tidak dapat mengajarkan apapun, kita hanya dapat membantu

peserta didik untuk menemukan dirinya dan mengaktualisasikan dirinya. Setiap

pribadi manusia memiliki “self-hidden potential excellence” (mutiara talenta

yang tersembunyi di dalam diri), tugas pendidikan yang sejati adalah

Page 35: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

membantu peserta didik untuk menemukan dan mengembangkannya seoptimal

mungkin.

Persoalannya adalah bagaimana menciptakan kondisi kelas bagi tumbuh

kembangnya kecerdasan majemuk pada diri para siswa, mengingat banyak

orang mempersepsi bahwa kelas yang baik adalah kelas yang diam, teratur,

tertib, dan taat pada guru. Kelas yang ramai selalu diterima sebagai kelas yang

negatif, tidak teratur, walaupun mungkin ramainya kelas tersebut disebabkan

karena siswa berdebat, berdiskusi, bereksplorasi, atau kegiatan-kegiatan positif

lainnya. Guru-guru yang ada pun seringkali lebih menyukai pada kelas yang

tertib, teratur, siswa-siswanya patuh dan tidak kritis.

Sistem pendidikan hendaknya berpusat pada peserta didik, artinya

kurikulum, administrasi, kegiatan ekstrakurikuler maupun kokurikulernya,

sistem pengelolaannya harus dirumuskan dan dilaksanakan demi kepentingan

peserta didik, bukan demi kepentingan guru, sekolah atau lembaga lain.

Pendidikan yang hanya memusatkan pada kepentingan kebutuhan kerja secara

sempit harus dikembalikan kepada kepentingan pertumbuhan dan

perkembangan kepribadian peserta didik secara utuh. Seperti misalnya

kemampuan bernalar, berpikir aktif-positif, kreatif, menemukan alternatif dan

prosesnya menjadi pribadi yang utuh (process of becoming). Peserta didik

hendaknya benar-benar dikembalikan sebagai subjek (dan juga objek)

pendidikan dan bukannya objek semata-mata.

Pendidikan dan pembelajaran yang mendasarkan pada kecerdasan

majemuk membuka kesempatan pada para siswanya untuk kritis dan mungkin

tidak patuh karena siswa menemukan kebenaran-kebenaran lain dari kebenaran

yang dipegang oleh gurunya. Masalahnya, sejauh mana kesiapan para guru dan

pengelola pendidikan lainnya dalam rangka mengembangkan sumber daya

manusia Indonesia?  Dapatkah sekolah atau lembaga-lembaga pendidikan lain

memenuhi semua fasilitas untuk kepentingan mengasah kecerdasan yang sesuai

dengan gaya belajar secara proporsional? Apakah guru atau tenaga-tenaga

kependidikan lain siap mengadakan pembaharuan terhadap dirinya? Semua

Page 36: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

jawaban terpulang pada mereka yang terlibat dalam proses pendidikan dan

pembelajaran.

Kelebihan Dan Kekurangan Teori Kecerdasan Majemuk

Sebagai sebuah teori, apa yang dikemukakan oleh Howard Gardner ini

tentu memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan-kelebihan teori

kecerdasan majemuk antara lain sebagai berikut ini.

1. Pembelajaran dapat lebih fokus terhadap suatu kecenderungan kecerdasan dan

punya hasil yang optimal.

2. Memberikan sudut pandang baru terhadap pengembangan potensi manusia.

3. Memberi harapan dan semangat baru, terutama terhadap si belajar/pemelajar.

4. Membuka kesempatan pada si belajar untuk kritis dan berpikiran terbuka.

5. Menghindari adanya penghakiman terhadap manusia dari sudut pandang

kecerdasan/inteligensi.

Dan kelemahan-kelemahannya sebagai berikut:

1. Memiliki kontroversi terutama dalam pandangan ahli psikologi tradisional,

antara lain mencampuradukkan pengertian kecerdasan, ketrampilan dan bakat.

2. Bersifat personal/individual sehingga teori ini lebih efektif digunakan  untuk

mengembangkan pembelajaran orang per orang daripada mengembangkan

pembelajaran massa/klasikal.

3. Membutuhkan fasilitas yang lengkap sehingga membutuhkan biaya besar untuk

operasional klasikal atau massal.

4. Tenaga kependidikan di Indonesia belum sepenuhnya siap melaksanakan teori

ini dalam praktek di dalam kelas K-12 ataupun juga pembelajaran yang

melibatkan pemelajar dewasa, karena sudut pandang kebanyakan orang masih

sudut pandang tradisional.

Bertolak dari permasalahan tersebut, maka untuk menerapkan konsep

kecerdasan majemuk diperlukan suatu reformasi pendidikan.

Page 37: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

Untuk dapat mengadakan reformasi pendidikan, hal-hal berikut perlu

mendapatkan pertimbangannya: a) si belajar dijadikan subjek pendidikan dan

pusat proses pembelajaran; b) teori aktivitas diri dan aktif-positif merupakan

dasar dari proses pembelajaran; c) tujuan pendidikan dirumuskan berkaitan

dengan pertumbuhan dan perkembangan si belajar daripada tekanan pada

penguasaan materi pembelajaran; d) kurikulum sekolah disusun dalam

kerangka kegiatan bersama atau kegiatan yang bersifat “proyek”; e) perlunya

secara rutin kontrol informal di kelas dan sosialisasi mengajar dan belajar atau

kegiatan bersama di tengah-tengah arus deras individualisme; g) hendaknya

banyak diterapkan keaktifan berpikir dan berargumentasi daripada sekedar

menghafal atau mengingat-ingat saja; h) pendidikan hendaknya

mengembangkan kreativitas siswa.

Teori Howard Gardner tentang kecerdasan majemuk memang masih

memerlukan kajian dan banyak pengalaman lapangan. Namun, setidaknya teori

ini telah banyak mengingatkan kepada kita bahwa manusia memang diciptakan

unik (disusun oleh Arka, Rini dkk).

Penerapan Teori Kecerdasan Majemuk dalam Pembelajaran

Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi

individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah

menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan

individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau

guru dalam hal ini adalah memfasilitasi anak didik sebagai individu untuk

dapat mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompetensi sesuai

dengan cita-citanya. Oleh karenanya program pendidikan dan pembelajaran

seperti yang berlangsung saat ini harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi

kepada invidu peserta didik.

Kenyataan menunjukkan bahwa program pendidikan yang berlangsung

saat ini lebih banyak dilaksanakan dengan cara membuat generalisasi terhadap

potensi dan kemampuan siswa. Hal ini disebabkan karena kurangnya

Page 38: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

pemahaman pendidik tentang karakteristik individu. Salah satu karakteristik

penting dari individu yang perlu dipahami oleh guru sebagai pendidik adalah

bakat dan kecerdasan individu. Guru yang tidak memahami kecerdasan anak

didik akan memiliki kesulitan dalam memfasilitasi proses pengembangan

potensi individu menjadi yang dicita-citakan. Generalisasi terhadap

kemampuan dan potensi individu memberikan dampak negatif yaitu siswa

tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan secara optimal potensi yang

ada pada dirinya. Barangkali rendahnya mutu keluaran persekolahan yang

dirasakan saat ini sebagai akibat penanganan salah yang telah dilakukan oleh

sistem persekolahan saat ini sehingga kita telah kehilangan bakat-bakat

cemerlang. Individu-individu yang cerdas tidak dapat mengembangkan potensi

diri mereka secara optimal.

Teori Kecerdasan majemuk (Multiple Inteligence) yang dikemukakan oleh

Howard Gardner – seorang professor psikologi dari Harvard University akan

dijadikan acuan untuk lebih memahami bakat dan kecerdasan individu. Tulisan

ini bertujuan untuk membahas dan lebih memahami tentang upaya yang perlu

dilakukan oleh guru sebagai pendidik dalam membantu memfasilitasi

pengembangan potensi individu peserta didik agar dapat menguasai minimal

satu kompetensi yang sesuai dengan kecerdasan yang dimiliki oleh peserta

didik. Dengan memiliki minimal satu kompetensi secara maksimal, kompetensi

ini akan digunakan oleh peserta didik dalam hidup dan kehidupannya kelak

A. TEORI MANUSIA PEMBELAJARAN

1. Albert Bandura

Bandura lahir di Canada, memperoleh gelar Ph. D dari University of Iowa dan

kemudian mengajar di Stanford Uni. Sebagai seorang behaviorist, Bandura

menekankan teorinya pada proses belajar tentang respon lingkungan. Oleh karenya

teorinya disebut teori belajar sosial, atau modeling. Prinsipnya adalah perilaku

merupakan hasil interaksi resiprokal antara pengaruh tingkah laku, koginitif dan

Page 39: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

lingkungan. Singkatnya, Bandura menekankan pada proses modeling sebagai sebuah

proses belajar

2. Pengertian Belajar

Dalam pengertian yang umum atau populer, belajar adalah mengurupulkan sejumlah

pengetahuan. Pengetahuan tersebut diperoleh dari seseorang yang lebih tahu atau

yang sekarang ini dikenal dengan guru. Dalam belajar, pengetahuan tersebut

dikumpulkan sedikit demi sedikit hingga akhirnya menjadi banyak. Orang yang

banyak pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang banyak belajar, sementara

orang yang sedikit pengetahuannya diidentifikasi sebagai orang yang sedikit belajar,

dan orang yang tidak berpengetahuan dipandang sebagai orang yang tidak belajar.

Belajar dalam pengertian mengurupulkan sejumlah pengetahuan demikian, tampaknya

masih diikuti juga sampai sekarang. Orang baru dikatakan belajar manakala sedang

membaca bacaan, membaca sejumlah tugas mata kuliah atau mata pelajaran,

membaca buku pelajaran. Seorang murid yang sedang mengerjakan tugas-tugas

matematika biasa disebut sedang belajar. Orang yang sedang menimba pengetahuan

pada bangku sekolah lazim juga dikenal sebagai pelajar. Bahkan orang yang banyak

menguasai ilmu pengetahuan lazim dikenal dengan kaum terpelajar. Singkat

perkataan, belajar dalam pengertian umum atua populer adalah suatu upaya yang

dimaksudkan untuk menguasai sejumlah pengetahuan. Pengetahuan belajar demikian,

secara konseptual tampakanya sudah mulai ditinggalkan orang, meskipun secara

praktikal masih banyak yang menganut. Ini karena berkembang pesatnya teknologi

informasi seperti sekarang ini. Guru tidak lagi dipandang sebagai satu-satunya sumber

informasi yang dapat memberikan informasi apa saja kepada para pembelajar. Hampir

semua ahli telah mencoba.

3. Pengertian Belajar Menurut Psikologi Gestalt

Dalam aliran ini ada beberapa istilah yang artinya sama ialah: field, pattera,

organisme, closure, integration, wholistk, configuration, dan gestalt. Karena itu

psikologi gestalt sering disebut psikologi organisme atau field theory. Menurut aliran

ini, jiwa manusia adalah suatu keseluruhan yang berstruktur. Suatu keseluruhan bukan

terdiri dari bagian-bagian atau unsur-unsur. Unsur-unsur itu berada dalam keseluruhan

menurut struktur yang telah tertentu dan saling berinteralisi satu sama lain, Contoh:

Page 40: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

kepala manusia bukan merupakan penjumlahan 2/3 daripada batok kepala, telinga,

bidung, mata, mulut, rambut, dagu, dan sebagainya, melainkan kepala itu adalah suatu

keseluruhan yang bermakna, di mana unsur-unsur tadi teletak pada struktumya

masing-masing. Mata tidak mungkin terletak di ibu jari, hidung tidak mungkin

terletak di tengah-tengah dada dan seterusnya. Pada struktumya masing-masing itulah

bagian-bagian dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Bagian-bagian itu hanya

bermakna dalam hubungan keseluruhan itu. Lagi pula sesuatu hal, perbuatan, benda

lain-lain hanya bermakna dalam hubungan dengan situasi tertentu. Misalnya: emas

(perhiasan) hanya bermakna dalam situasi di mana ada pesta. para tamu umumnya

memakai perhiasan yang indah-indah, akan tetapi akan tidak bermakna dalam situasi

padang pasir di mana seseorang sedang mengalami rasa haus dan dahaga. Pandangan

ini sangat berpengaruh terhadap tafsiran tentang belajar.

BAB VI

KUANTUM LEARNING DAN PEMBELAJARAN KOPERATIF DAN

PEMBIMBINGAN KOLABORATIF

A. KUANTUM LEARNING

Pembelajaran kuantum merupakan salah satu model, strategi, dan pendekatan

pembelajaran yang mengutamakan pada keterampilan guru dalam mengelola

pembelajaran.Istilah “quantum” dipinjam dari dunia ilmu fisika yang berarti interaksi

yang mengubah energi menjadi cahaya.Maksudnya dalam pembelajaran kuantum,

pengubahan bermacam- macam interaksi yang terjadi dalam kegiatan

belajar.Interaksi- interaksi ini mengubah kemampuan dan bakat alamiah guru dan

siswa menjadi hal yang bermanfaat bagi kemajuan mereka dalam belajar secara

efektif dan efisien.

Asas utama pembelajaran kuantum adalah membawa dunia siswa ke dalam

dunia guru, dan mengantarkan dunia guru ke dunia siswa.Subjek belajar adalah siswa.

Guru hanya sebagai fasilitator, sehingga guru harus memahami potensi siswa terlebih

dahulu. Salah satu cara yang dapat digunakan dalam hal ini adalah mengaitkan apa

yang akan diajarkan dengan peristiwa- peristiwa, pikiran atau perasaan, tindakan yang

diperoleh siswa dalam kehidupan baik di rumah, di sekolah, maupun di lingkungan

masyarakat. Apabila seorang guru telah memahami dunia siswa, maka siswa telah

Page 41: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

merasa diperlakukan sebagaimana mestinya, sehingga pembelajaran akan menjadi

harmonis seperti sebuah “orkestrasi” yang saling bertautan dan saling mengisi

Tujuan pokok pembelajaran kuantum yaitu meningkatkan partisipasi siswa

melalui penggubahan keadaan, meningkatkan motivasi dan minat belajar,

meningkatkan daya ingat dan meningkatkan rasa kebersamaan, meningkatkan daya

dengar, dan meningkatkan kehalusan perilaku.

Dimensi pengembangan konteks pembelajaran kuantum yaitu suasana belajar yang

menyenangkan, landasan yang kukuh, lingkungan yang mendukung, dan rancangan

belajar yang dinamis.

Pembelajaran kuantum mengonsep tentang “menata pentas lingkungan belajar yang

tepat”, yaitu bagaimana upaya penataan situasi lingkungan belajar yang optimal baik

secara fisik maupun mental.

Lingkungan belajar terdiri dari lingkungan mikro dan lingkungan makro.

Lingkungan mikro adalah tempat siswa melakukan proses belajar, bekerja, dan

berkreasi. Lebih khusus lagi perhatian pada penataan meja, kursi, dan belajar yang

teratur.Lingkungan makro yaitu dunia luas, artinya siswa diminta untuk menciptakan

kondisi ruang belajar di masyarakat.Mereka diminta berinteraksi sosial ke lingkungan

masyarakat yang diminatinya, sehingga kelak dapat berhubungan secara aktif dengan

masyarakat.

Pembelajaran kuantum sering dijadikan primadona dalam Kegiatan Belajar

Mengajar.Namun, metode pembelajaran kuantum belum tentu cocok digunakan dalam

setiap mata pelajaran, tergantung dari materi dan fasilitas yang ada.Dalam mengajar

sebaiknya tidak hanya menggunakan satu metode saja, melainkan dapat digunakan

beberapa metode, yaitu memilih metode yang cocok untuk digunakan pada materi dan

situasi yang bersangkutan.Tidaklah maksimal jika dalam mengajar hanya

mendewakan salah satu metode pembelajaran saja.Bagi seorang pengajar, banyak

metode pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran, sehingga

keterampilan guru dapat terasah melalui pembelajaran tersebut.

B. PEMBELAJAR KOMPERATIF DAN PEMBELAJAR KOLABORATIF

Page 42: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

Ted Panitz telah meneliti bertahun-tahun terhadap Holy Grail dari belajar

interaktif, suatu perbedaan antara definisi belajar kolaboratif dan kooperatif. Beliau

nampaknya teliti terhadap semua tujuan yang sulit dipahami setiap saat. Ted Panitz

yakin bahwa kebingungan muncul apabila orang melihat pada proses yang berkaitan

dengan masing-masing konsep dan melihat sejumlah penggunaan yang tumpang-

tindih tertentu atau antar-konsep tertentu. Beliau dapat menjelaskan definisi belajar

kolaboratif dan kooperatif pertama dengan menyajikan definisi dari dua istilah dan

menelaah ini dari pengarang lain yang telah membantu menjelaskan berpikir dan

kedua dengan menyajikan dan menganalisis manfaat pendidikan dari teknik belajar

kolaboratif/kolaboratif. Premis utama untuk belajar kolaboratif dan kooperatif

didasarkan dalam epistemologi konstruktivisme. Johnson, Johnson & Smith (1991)

tela merangkum prinsip-prinsip ini dalam definisi mereka dari suatu paradigma baru

dari mengajar. “Pertama, pengetahuan dikonstruk, ditemukan, dan ditarnsformasikan

oleh siswa. Kemampuan staf pengajar mengembangkan kondisi-kondisi ini di mana

siswa dapat konstruk makna dari material yang di studi dengan memprosesnya

melalui struktur kognitif yang ada dan kemudian menguasainya dalam memory

jangka-panjang di mana kembali membukanya untuk selanjutnya memprose dan

mungkin rekonstruksi. Kedua, siswa secara aktif konstruk pengetahuan mereka-

sendiri. Belajar dirasakan sebagai seorang pelajar yang dapat melakukan, tidak dapat

melakukan adalah dengan dilakukan pelajar. Siswa tidak secara pasif menerima

pengetahuan dari guru atau kurikulum. Siswa menggiatkan struktur kognitif mereka

yang ada atau konstruk struktur kognitif baru untuk menggolongkan masukan (input)

baru. Ketiga, usaha staf pengajar bertujuan pada mengembangkan kompetensi dan

talenta siswa. Keempat, pendidikan merupakan suatu transaksi personal di antara

siswa bersama-sama. Kelima, semua yang di atas hanya dapat mengambil tempat

dalam suatu konteks kooperatif. Keenam, mengajar diasumsikan sebagai suatu

aplikasi teori kompleks dan penelitian yang membutuhkan pelatihan guru yang dapat

dipertimbangkan dan perbaikan keterampilan dan prosedur yang kontinu” (h. 16).

Berikut ini dapat membantu sebagai awal untuk diskusi ini. Suatu definisi dasar dari

istilah-istilah kolaboratif dan kooperatif, direduksi dengan istilah-istilah sederhana

yang disajikan sebagai berikut: “Kolaboratif” adalah suatu folosofi interaksi dan

gaya hidup personal di mana individual bertanggungjawab terhadap tindakan mereka,

meliputi belajar dan respek kemampuan dan kontribusi rekan-rakan mereka.

Page 43: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

Dalam model kolaboratif kelompok mendapat kelompok masih diasumsikan

tanggungjawab total untuk menjawab pertanyaan itu. Siswa menentukan jika mereka

cukup informasi untuk menjawab pertanyaan itu. Jika tidak, mereka identifikasi

sumber lain, seperti, jurnal, buku, video, internet, dengan menamai beberapa.

Pekerjaan yang memperoleh sumber tambahan material dapat didistribusikan di antara

anggota kelompok dengan anggota kelompok itu. Kelompok dapat memutuskan

berapa banyak alasan yang mereka dapat identifikasi. Guru kolaboratif tidak dapat

menentukan sejumlah, tetapi dapat ases kemajuan masing-masing kelompok dan data

yang dihasilkan itu. Ini juga dapat terjadi bagi siswa untuk mendaftarkann alasan-

alasan dalam urutan prioritas. Guru dapat bersedia untuk konsultasi dan dapat

memfasilitasi proses dengan bertanya untuk seringkali melaporkan kemajuan dari

kelompok-kelompok itu, memfasilitasi diskusi kelompok tentang dinamika kelompok;

bantuan terhadap resolusi konflik, dsb. Hasil akhir ditentukan oleh masing-masing

kelompok, setelah konsultasi dengan guru. Makna asesmen dari kinerja kelompok

juga dapat dinegosiasi oleh masing-masing kelompok dengan guru. Beberapa

kelompok dapat memutuskan untuk menganalisis UN, seperti kelompok kooperatif

yang di arahkan untuk dilakukan, atau mereka dapat mncoba memajukan suatu

organisasi baru secara lengkap. Mereka dapat kembali mengalami sejarah dengan

menentukan bagaimana periode perdamaian lain dikembangkan. Proses sangat open

ended sedangkan pemeliharaannya fokus 3

pada keseluruhan tujuan. Siswa mengembangkan suatu kepemilikkan yang

sangat kuat untuk proses dan menjawab sangat secara positif terhadap fakta yang

mereka masih berikan tanggungjawab lengkap dengan mengalami masalah yang

dimiliki bagi mereka dan mereka memiliki masukan (input) signifikan ke dalam

asesmen mereka. Premis utama untuk belajar kooperatif dan kolaboratif didasarkan

dalam teori konstruktivis. Pengetahuan ditemukan siswa dan ditransformasikan ke

dalam konsep siswa dapat berkaitan. Ini kemudian direkonstruk dan dikembangkan

melalui pengalaman belajar baru. Belajar memuat partisipasi aktif oleh siswa lawan

penerimaan informasi pasif yang disajikan oleh seorang dosen pakar (expert lecturer)

[guru pakar (expert teacher)]. Belajar melalui transaksi dan dialog di antara siswa dan

antara staf pengajar dan siswa, dalam suatu setting sosial. Siswa belajar untuk

mengerti dan perspektif berbeda apresiasi melalui suatu dialog dengan rekan-rekan

mereka. Suatu dialog dengan guru membantu siswa belajar kata-kata sukar dan

Page 44: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

struktur sosial yang mengatur kelompok siswa yang ingin ikut serta, seperti, ahli

sejarah, matematisi, penulis, aktor, dsb. Ken Bruffee (1995) mengidentifikasi dua

kasus untuk perbedaan antara dua pendekatan itu. Beliau mengatakan: “Pertama,

belajar kolaboratif dan kooperatif dikembangkan secara murni untuk mendidik orang

dari umur berbeda, pengalaman dan level penguasaan dari keahlian saling

bergantungan. Kedua, apabila menggunakan satu metode atau metode yang lain, guru

cenderung membuat asumsi berbeda tentang ciri dan otoritas pengetahuan.” (h. 12)

Asumsi berbeda ini dapat dieksplor seluruh makalah itu. Umur atau level pendidikan

sebagai suatu perbedaan menjadi kabur atas waktu sebagai pelaksana pada semua

level menggabungkan dua pendekatan itu. Bagaimanapun, menentukan pendekatan

mana yang digunakan bergantung pada level pengalaman siswa yang tercakup,

dengan memerlukan kolaboratif persiapan siswa yang lebih lanjut yang bekerja dalam

kelompok. Faktor lain yang menentukan adalah fiosofi dan persiapan guru. Bruffee

melihat pendidikan sebagai suatu proses reakulturasi melalui percakapan konstruktif.

Siswa belajar tentang kultur masyarakat yang mereka ingin terlibat dengan

mengembangkan kata-kata sukar tepat dari masyarakat dan dengan mengeksplor

kultur dan norma-norma masyarakat (misalnya, matematisi, ahli sejarah, jurnalis,

dsb.). Beliau mengidentifikasi dua tipe pengetahuan sebagai suatu basis untuk

mermilih pada suatu pendekatan. Dialek dan tata bahas benar, prosedur matematika,

fakta-fakta sejarah, suatu pengetahuan dari konten dari konstitusi, dsb; dapat

menyajikan tipe-tipe pengetahuan fundamental. Bruffee berpendapat bahwa ini adalah

belajar terbaik yang menggunakan struktur belajar kooperatif dalam tingkat awal.

Beliau mengatakan: “Tujuan utama pendidikan sekolah dasar adalah untuk membantu

anak renegosiasi anggota mereka dalam kultur lokal kehidupan keluarga dan

membantu mereka terlibat suatu komunitas pengetahuan yang ditentukan ada bagi

mereka dan mencakup kultur yang mereka perankan bersama. Suatu tujuan penting

dari pendidikan PT atau universitas adalah untuk membantu anak remaja dan dewasa

terlibat lagi suatu komunitas pengetahuan yang ditentukan ada bagi mereka. Tetapi

pendidikan yang lain, dan barangkali tujuan yang lebih penting dari pendidikan PT

atau universitas adalah untuk membantu mahasiswa renegosiasi anggota mereka

dalam mencakup kultur bersama yang kemudian terhadap lingkungan kehidupan

mereka.” (h. 15) Bruffee menyatakan pengetahuan nonfundamental seperti yang

diturunkan melalui penalaran dan bertanya lawan memory yang dihafalkan tanpa

berpikir. Beliau menulis: “Hal ini lebih dimungkinkan dialamatkan kepada pertanyaan

Page 45: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

dengan jawaban ragu-ragu atau ambigu, jawaban yang membutuhkan keputusan yang

dikembangkan-baik dicapai, keputusan bahwa belajar dengan menjawab sebagai suatu

kecenderungan pertanyaan, sebaliknya, untuk mengembangkan.” (h. 5) Cara lain di

mana pendidikan nonfundasional dibedakan dari fundasional bahwa ini menganjurkan

siswa jangan mengambil otoritas guru mereka diterima sehingga benar. Siswa dapat

menjawab ragu-ragu dan metode untuk kembali pada jawaban ditentukan oleh

profesor mereka, dan barangkali mereka secara lebih penting perlu dibantu untuk

datang kepada istilah keraguan mereka dengan berpartisipasi secara aktif dalam

belajar dan proses inquiry. Di luar dari proses pengetahuan yang diketahui ini

seringkali dikembangkan, sesuatu tidak mungkin terjadi apabila menghadapi fakta-

fakta dan informasi berhubungan dengan pengetahuan fondasional. BELAJAR

KOLABORATIF (COLLABORATIVE LEARNING/CL) Belajar kolaboratif adalah

suatu filosofi personal, benar-benar bukan suatu teknik kelas. Dalam semua situasi di

mana orang datang bersama-sama dalam kelompok, dorongan suatu cara menghadapi

orang yang respek dan menyoroti kemampuan dan kontribusi anggota kelompok

masing-masing. Ada suatu berbagi (sharing) otoritas dan penerimaan tanggungjawab

di antara anggota kelompok untuk tindakan kelompok. Premis utama dari belajar

kolabratif berdasarkan pada konsensus membangun melalui kooperasi oleh anggota

kelompok, dibedakan dengan kompetensi di mana anggota kelompok lain masing-

masing terbaik. Pelaksana belajar kolaboratif menggunakan filosofi ini di kelas, pada

pertemuan komisi, dengan keluarga komunitas, dalam keluarga mereka dan umumnya

sebagai suatu cara hidup dengan orang lain dan menghadapi orang lain.

4. BELAJAR KOOPERATIF (COOPERATIVE LEARNING) Belajar kooperatif

didefinisikan dengan suatu himpunan proses yang membantu orang interaksi bersama-

sama untuk menyelesaikan/menyempurnakan suatu tujuan khusus atau

mengembangkan suatu produk akhir yang biasanya adalah konten khusus. Sistem ini

lebih direktif daripada suatu sistem mengajar kolaboratif dan dikontrol secara tepat

oleh guru. Sedangkan, ada banyak mekanisme untuk analisis kelompok dan

introspeksi pendekatan fundamental adalah berpusat-guru, sedangkan belajar

kolabratif lebih berpusat-siswa. Spencer Kagan (1989) menetapkan suatu definisi

belajar kooperatif yang sangat baik dengan melihat pada struktur umum yang dapat

digunakan untuk setiap situasi. Definisinya menetapkan suatu payung untuk karya

spesialis belajar kooperatif yang meliputi Johnsons, Slavin, Cooper, Graves dan

Page 46: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

Graves, Mills, dsb. Berikut ini: “Pendekatan struktural terhadap belajar kooperatif

berdasarkan pada kreasi, analisis dan aplikasi struktur sistematik, atau cara

mengorganisasikan interaksi sosial bebas-konten di kelas. Struktur biasanya meliputi

sederetan langkah-langkah, dengan melarang perilaku pada masing-masing langkah.

Salah satu landasan dasar penting dari pendekatan itu adalah perbedaan “struktur” dan

“aktivitas.” Untuk ilustrasi, guru dapat desain banyak aktivitas kooperatif yang sangat

baik, seperti membuat suatu tim. Sebagai aktivitas hampir selalu memiliki sasaran

batas-konten khusus dan oleh karena itu tidak dapat digunakan untuk menyampaikan

suatu range konten akademik. Struktur dapat digunakan berulang-ulang dengan

hampir setiap materi pelajaran, pada suatu range mendalam dari level kelas dan pada

berbagai hal dalam suatu rencana pelajaran.”

BAB VII

LESSON STUDY DAN BELAJAR BERBASIS PROBLEM

SOLVING DAN PROBLEM POSSING

A. LESSON STUDY

1. Pengertian lesson study

Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan

hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh

sekelompok guru. Tujuan utama Lesson Study yaitu untuk :

(1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan

guru mengajar;

(2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang bermanfaat bagi para guru lainnya dalam

melaksanakan pembelajaran;

(3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif.

Page 47: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

(4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba

pengetahuan dari guru lainnya.

Manfaat yang yang dapat diambil Lesson Study, diantaranya:

(1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya,

(2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota lainnya, dan

(3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study.

Lesson Study dapat dilakukan melalui dua tipe yaitu berbasis sekolah dan berbasis

MGMP. Lesson Study dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan secara siklik, yang

terdiri dari: (1) perencanaan (plan); (b) pelaksanaan (do); refleksi (check); dan tindak

lanjut (act).

2. Hakikat lesson study

Konsep dan praktik Lesson Study pertama kali dikembangkan oleh para guru pendidikan dasar di Jepang, yang dalam bahasa Jepang-nya disebut dengan istilah kenkyuu jugyo.Adalah Makoto Yoshida, orang yang dianggap berjasa besar dalam mengembangkan kenkyuu jugyo di Jepang. Keberhasilan Jepang dalam mengembangkan Lesson Study tampaknya mulai diikuti pula oleh beberapa negara lain, termasuk di Amerika Serikat yang secara gigih dikembangkan dan dipopulerkan oleh Catherine Lewis yang telah melakukan penelitian tentang Lesson Study di Jepang sejak tahun 1993. Sementara di Indonesia pun saat ini mulai gencar disosialisasikan untuk dijadikan sebagai sebuah model dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran siswa, bahkan pada beberapa sekolah sudah mulai dipraktikkan. Meski pada awalnya, Lesson Study dikembangkan pada pendidikan dasar, namun saat ini ada kecenderungan untuk diterapkan pula pada pendidikan menengah dan bahkan pendidikan tinggi.

Lesson Study bukanlah suatu strategi atau metode dalam pembelajaran, tetapi merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi dan melaporkan hasil pembelajaran. Lesson Study bukan sebuah proyek sesaat, tetapi merupakan kegiatan terus menerus yang tiada henti dan merupakan sebuah upaya untuk mengaplikasikan prinsip-prinsip dalam Total Quality Management, yakni memperbaiki proses dan hasil pembelajaran siswa secara terus-menerus, berdasarkan data. Lesson Study merupakan kegiatan yang dapat mendorong terbentuknya sebuah komunitas belajar (learning society) yang secara konsisten dan sistematis melakukan perbaikan diri, baik pada tataran individual maupun manajerial.Slamet Mulyana (2007) memberikan rumusan tentang Lesson Study sebagai salah satu model pembinaan profesi pendidik melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan pada

Page 48: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

prinsip-psrinsip kolegalitas dan mutual learning untuk membangun komunitas belajar. Sementara itu, Catherine Lewis (2002) menyebutkan bahwa:

“lesson study is a simple idea. If you want to improve instruction, what could be more obvious than collaborating with fellow teachers to plan, observe, and reflect on lessons? While it may be a simple idea, lesson study is a complex process, supported by collaborative goal setting, careful data collection on student learning, and protocols that enable productive discussion of difficult issues”.

Bill Cerbin & Bryan Kopp mengemukakan bahwa Lesson Study memiliki 4 (empat) tujuan utama, yaitu untuk : (1) memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar; (2) memperoleh hasil-hasil tertentu yang dapat dimanfaatkan oleh para guru lainnya, di luar peserta Lesson Study; (3) meningkatkan pembelajaran secara sistematis melalui inkuiri kolaboratif. (4) membangun sebuah pengetahuan pedagogis, dimana seorang guru dapat menimba pengetahuan dari guru lainnya.

Dalam tulisannya yang lain, Catherine Lewis (2004) mengemukakan pula tentang ciri-ciri esensial dari Lesson Study, yang diperolehnya berdasarkan hasil observasi terhadap beberapa sekolah di Jepang, yaitu:

1. Tujuan bersama untuk jangka panjang. Lesson study didahului adanya kesepakatan dari para guru tentang tujuan bersama yang ingin ditingkatkan dalam kurun waktu jangka panjang dengan cakupan tujuan yang lebih luas, misalnya tentang: pengembangan kemampuan akademik siswa, pengembangan kemampuan individual siswa, pemenuhan kebutuhan belajar siswa, pengembangan pembelajaran yang menyenangkan, mengembangkan kerajinan siswa dalam belajar, dan sebagainya.

2. Materi pelajaran yang penting. Lesson study memfokuskan pada materi atau bahan pelajaran yang dianggap penting dan menjadi titik lemah dalam pembelajaran siswa serta sangat sulit untuk dipelajari siswa.

3. Studi tentang siswa secara cermat. Fokus yang paling utama dari Lesson Study adalah pengembangan dan pembelajaran yang dilakukan siswa, misalnya, apakah siswa menunjukkan minat dan motivasinya dalam belajar, bagaimana siswa bekerja dalam kelompok kecil, bagaimana siswa melakukan tugas-tugas yang diberikan guru, serta hal-hal lainya yang berkaitan dengan aktivitas, partisipasi, serta kondisi dari setiap siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Dengan demikian, pusat perhatian tidak lagi hanya tertuju pada bagaimana cara guru dalam mengajar sebagaimana lazimnya dalam sebuah supervisi kelas yang dilaksanakan oleh kepala sekolah atau pengawas sekolah.

4. Observasi pembelajaran secara langsung. Observasi langsung boleh dikatakan merupakan jantungnya Lesson Study. Untuk menilai kegiatan pengembangan dan pembelajaran yang dilaksanakan siswa tidak cukup dilakukan hanya dengan cara melihat dari Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Lesson Plan) atau hanya melihat dari tayangan video, namun juga harus mengamati proses pembelajaran secara langsung. Dengan melakukan pengamatan langsung, data yang diperoleh tentang proses pembelajaran akan jauh lebih akurat dan utuh, bahkan sampai hal-hal yang

Page 49: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

detail sekali pun dapat digali. Penggunaan videotape atau rekaman bisa saja digunakan hanya sebatas pelengkap, dan bukan sebagai pengganti.

Berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru di Jepang, Caterine Lewis mengemukakan bahwa Lesson Study sangat efektif bagi guru karena telah memberikan keuntungan dan kesempatan kepada para guru untuk dapat: (1) memikirkan secara lebih teliti lagi tentang tujuan, materi tertentu yang akan dibelajarkan kepada siswa, (2) memikirkan secara mendalam tentang tujuan-tujuan pembelajaran untuk kepentingan masa depan siswa, misalnya tentang arti penting sebuah persahabatan, pengembangan perspektif dan cara berfikir siswa, serta kegandrungan siswa terhadap ilmu pengetahuan, (3) mengkaji tentang hal-hal terbaik yang dapat digunakan dalam pembelajaran melalui belajar dari para guru lain (peserta atau partisipan Lesson Study), (4) belajar tentang isi atau materi pelajaran dari guru lain sehingga dapat menambah pengetahuan tentang apa yang harus diberikan kepada siswa, (5) mengembangkan keahlian dalam mengajar, baik pada saat merencanakan pembelajaran maupun selama berlangsungnya kegiatan pembelajaran, (6) membangun kemampuan melalui pembelajaran kolegial, dalam arti para guru bisa saling belajar tentang apa-apa yang dirasakan masih kurang, baik tentang pengetahuan maupun keterampilannya dalam membelajarkan siswa, dan (7) mengembangkan “The Eyes to See Students” (kodomo wo miru me), dalam arti dengan dihadirkannya para pengamat (obeserver), pengamatan tentang perilaku belajar siswa bisa semakin detail dan jelas.

Sementara itu, menurut Lesson Study Project (LSP) beberapa manfaat lain yang bisa diambil dari Lesson Study, diantaranya: (1) guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya, (2) guru dapat memperoleh umpan balik dari anggota/komunitas lainnya, dan (3) guru dapat mempublikasikan dan mendiseminasikan hasil akhir dari Lesson Study. Dalam konteks pendidikan di Indonesia, manfaat yang ketiga ini dapat dijadikan sebagai salah satu Karya Tulis Ilmiah Guru, baik untuk kepentingan kenaikan pangkat maupun sertifikasi guru.

Terkait dengan penyelenggaraan Lesson Study, Slamet Mulyana (2007) mengetengahkan tentang dua tipe penyelenggaraan Lesson Study, yaitu Lesson Study berbasis sekolah dan Lesson Study berbasis MGMP. Lesson Study berbasis sekolah dilaksanakan oleh semua guru dari berbagai bidang studi dengan kepala sekolah yang bersangkutan.dengan tujuan agar kualitas proses dan hasil pembelajaran dari semua mata pelajaran di sekolah yang bersangkutan dapat lebih ditingkatkan. Sedangkan Lesson Study berbasis MGMP merupakan pengkajian tentang proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh kelompok guru mata pelajaran tertentu, dengan pendalaman kajian tentang proses pembelajaran pada mata pelajaran tertentu, yang dapat dilaksanakan pada tingkat wilayah, kabupaten atau mungkin bisa lebih diperluas lagi.

Dalam hal keanggotaan kelompok, Lesson Study Reseach Group dari Columbia University menyarankan cukup 3-6 orang saja, yang terdiri unsur guru dan kepala sekolah, dan pihak lain yang berkepentingan. Kepala sekolah perlu dilibatkan

Page 50: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

terutama karena perannya sebagai decision maker di sekolah.Dengan keterlibatannya dalam Lesson Study, diharapkan kepala sekolah dapat mengambil keputusan yang penting dan tepat bagi peningkatan mutu pembelajaran di sekolahnya, khususnya pada mata pelajaran yang dikaji melalui Lesson Study. Selain itu, dapat pula mengundang pihak lain yang dianggap kompeten dan memiliki kepedulian terhadap pembelajaran siswa, seperti pengawas sekolah atau ahli dari perguruan tinggi.

3. Tahapan-tahapan lesson study

Berkenaan dengan tahapan-tahapan dalam Lesson Study ini, dijumpai beberapa pendapat.Menurut Wikipedia (2007) bahwa Lesson Study dilakukan melalui empat tahapan dengan menggunakan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA). Sementara itu, Slamet Mulyana (2007) mengemukakan tiga tahapan dalam Lesson Study, yaitu : (1) Perencanaan (Plan); (2) Pelaksanaan (Do) dan (3) Refleksi (See). Sedangkan Bill Cerbin dan Bryan Kopp dariUniversity of Wisconsin mengetengahkan enam tahapan dalam Lesson Study, yaitu:

1. Form a Team: membentuk tim sebanyak 3-6 orang yang terdiri guru yang bersangkutan dan pihak-pihak lain yang kompeten serta memilki kepentingan dengan Lesson Study.

2. Develop Student Learning Goals: anggota tim memdiskusikan apa yang akan dibelajarkan kepada siswa sebagai hasil dari Lesson Study.

3. Plan the Research Lesson: guru-guru mendesain pembelajaran guna mencapai tujuan belajar dan mengantisipasi bagaimana para siswa akan merespons.

4. Gather Evidence of Student Learning: salah seorang guru tim melaksanakan pembelajaran, sementara yang lainnya melakukan pengamatan, mengumpulkan bukti-bukti dari pembelajaran siswa.

5. Analyze Evidence of Learning: tim mendiskusikan hasil dan menilai kemajuan dalam pencapaian tujuan belajar siswa

6. Repeat the Process: kelompok merevisi pembelajaran, mengulang tahapan-tahapan mulai dari tahapan ke-2 sampai dengan tahapan ke-5 sebagaimana dikemukakan di atas, dan tim melakukan sharing atas temuan-temuan yang ada.

Untuk lebih jelasnya, dengan merujuk pada pemikiran Slamet Mulyana (2007) dan konsep Plan-Do-Check-Act (PDCA), di bawah ini akan diuraikan secara ringkas tentang empat tahapan dalam penyelengggaraan Lesson Study

1. Tahapan Perencanaan (Plan)

Dalam tahap perencanaan, para guru yang tergabung dalam Lesson Study berkolaborasi untuk menyusun RPP yang mencerminkan pembelajaran yang berpusat pada siswa. Perencanaan diawali dengan kegiatan menganalisis kebutuhan dan

Page 51: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran, seperti tentang: kompetensi dasar, cara membelajarkan siswa, mensiasati kekurangan fasilitas dan sarana belajar, dan sebagainya, sehingga dapat ketahui berbagai kondisi nyata yang akan digunakan untuk kepentingan pembelajaran. Selanjutnya, secara bersama-sama pula dicarikan solusi untuk memecahkan segala permasalahan ditemukan. Kesimpulan dari hasil analisis kebutuhan dan permasalahan menjadi bagian yang harus dipertimbangkan dalam penyusunan RPP, sehingga RPP menjadi sebuah perencanaan yang benar-benar sangat matang, yang didalamnya sanggup mengantisipasi segala kemungkinan yang akan terjadi selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung, baik pada tahap awal, tahap inti sampai dengan tahap akhir pembelajaran.

2. Tahapan Pelaksanaan (Do)

Pada tahapan yang kedua, terdapat dua kegiatan utama yaitu: (1) kegiatan pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh salah seorang guru yang disepakati atau atas permintaan sendiri untuk mempraktikkan RPP yang telah disusun bersama, dan (2) kegiatan pengamatan atau observasi yang dilakukan oleh anggota atau komunitas Lesson Study yang lainnya (baca: guru, kepala sekolah, atau pengawas sekolah, atau undangan lainnya yang bertindak sebagai pengamat/observer)

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam tahapan pelaksanaan, diantaranya:

1. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan RPP yang telah disusun bersama.2. Siswa diupayakan dapat menjalani proses pembelajaran dalam setting yang wajar dan

natural, tidak dalam keadaan under pressure yang disebabkan adanya program Lesson Study.

3. Selama kegiatan pembelajaran berlangsung, pengamat tidak diperbolehkan mengganggu jalannya kegiatan pembelajaran dan mengganggu konsentrasi guru maupun siswa.

4. Pengamat melakukan pengamatan secara teliti terhadap interaksi siswa-siswa, siswa-bahan ajar, siswa-guru, siswa-lingkungan lainnya, dengan menggunakan instrumen pengamatan yang telah disiapkan sebelumnya dan disusun bersama-sama.

5. Pengamat harus dapat belajar dari pembelajaran yang berlangsung dan bukan untuk mengevalusi guru.

6. Pengamat dapat melakukan perekaman melalui video camera atau photo digital untuk keperluan dokumentasi dan bahan analisis lebih lanjut dan kegiatan perekaman tidak mengganggu jalannya proses pembelajaran.

7. Pengamat melakukan pencatatan tentang perilaku belajar siswa selama pembelajaran berlangsung, misalnya tentang komentar atau diskusi siswa dan diusahakan dapat mencantumkan nama siswa yang bersangkutan, terjadinya proses konstruksi pemahaman siswa melalui aktivitas belajar siswa. Catatan dibuat berdasarkan pedoman dan urutan pengalaman belajar siswa yang tercantum dalam RPP.

3. Tahapan Refleksi (Check)

Page 52: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

Tahapan ketiga merupakan tahapan yang sangat penting karena upaya perbaikan proses pembelajaran selanjutnya akan bergantung dari ketajaman analisis para perserta berdasarkan pengamatan terhadap pelaksanaan pembelajaran yang telah dilaksanakan. Kegiatan refleksi dilakukan dalam bentuk diskusi yang diikuti seluruh peserta Lesson Study yang dipandu oleh kepala sekolah atau peserta lainnya yang ditunjuk. Diskusi dimulai dari penyampaian kesan-kesan guru yang telah mempraktikkan pembelajaran, dengan menyampaikan komentar atau kesan umum maupun kesan khusus atas proses pembelajaran yang dilakukannya, misalnya mengenai kesulitan dan permasalahan yang dirasakan dalam menjalankan RPP yang telah disusun.

Selanjutnya, semua pengamat menyampaikan tanggapan atau saran secara bijak terhadap proses pembelajaran yang telah dilaksanakan (bukan terhadap guru yang bersangkutan). Dalam menyampaikan saran-saranya, pengamat harus didukung oleh bukti-bukti yang diperoleh dari hasil pengamatan, tidak berdasarkan opininya. Berbagai pembicaraan yang berkembang dalam diskusi dapat dijadikan umpan balik bagi seluruh peserta untuk kepentingan perbaikan atau peningkatan proses pembelajaran. Oleh karena itu, sebaiknya seluruh peserta pun memiliki catatan-catatan pembicaraan yang berlangsung dalam diskusi.

4. Tahapan Tindak Lanjut (Act)

Dari hasil refleksi dapat diperoleh sejumlah pengetahuan baru atau keputusan-keputusan penting guna perbaikan dan peningkatan proses pembelajaran, baik pada tataran indiividual, maupun menajerial.

Pada tataran individual, berbagai temuan dan masukan berharga yang disampaikan pada saat diskusi dalam tahapan refleksi (check) tentunya menjadi modal bagi para guru, baik yang bertindak sebagai pengajar maupun observer untuk mengembangkan proses pembelajaran ke arah lebih baik.

Pada tataran manajerial, dengan pelibatan langsung kepala sekolah sebagai peserta Lesson Study, tentunya kepala sekolah akan memperoleh sejumlah masukan yang berharga bagi kepentingan pengembangan manajemen pendidikan di sekolahnya secara keseluruhan. Kalau selama ini kepala sekolah banyak disibukkan dengan hal-hal di luar pendidikan, dengan keterlibatannya secara langsung dalam Lesson Study, maka dia akan lebih dapat memahami apa yang sesungguhnya dialami oleh guru dan siswanya dalam proses pembelajaran, sehingga diharapkan kepala sekolah dapat semakin lebih fokus lagi untuk mewujudkan dirinya sebagai pemimpin pendidikan di sekolah.

Page 53: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

B. BELAJAR BERBASIS PROBLEM SOLVING DAN PROBLEM POSSING

1. Penerapan Model Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Prestasi Belajar

Menurut Funke (2001), pada awal 1900-an, pemecahan masalah dipandang

sebagai aktivitas yang bersifat mekanistis, sistematis, dan sering diasosiaskan sebagai

konsep yang abstrak. Dalam pengertian ini masalah yang diselesaikan adalah masalah

yang mempunyai jawab tunggal yang diperoleh melalui proses yang melibatkan cara

atau metode yang tunggal pula (penalaran konvegen). Sejalan dengan berkembangnya

teori belajar kognitif, pemecahan masalah dipandang sebagai aktivitas mental yang

melibatkan keterampilan kognitif kompleks. Hal ini juga sesuai dengan pendapat

Kirkley (2003) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah melibatkan keterampilan

berpikir tingkat tinggi seperti visualiasi, asosiasi, abstraksi, penalaran, analisis,

sintesis, dan generalisasi. Terdapat beragam pengertian pemecahan masalah. Menurut

Nakin (2003), pemecahan masalah adalah proses yang melibatkan penggunaan

langkah-langkah tertentu (heuristik), yang sering disebut sebagai model atau langkah-

langkah pemecahan masalah, untuk menemukan solusi masalah itu. Heuristik

merupakan pedoman atau langkah-langkah umum sebagai pemandu penyelesaian

suatu masalah. Namun demikian, heuristik ini belum tentu menjamin keberhasilan

pemecahan masalah. Sementara itu Gagne (Kirkley, 2003) mendefinisikan pemecahan

masalah sebagai proses mensintesis berbagai konsep, aturan, atau rumus untuk

memecahkan masalah.

Dari berbagai pengertian pemecahan masalah yang dikemukakan di atas

mengindikasikan bahwa diperolehnya solusi suatu masalah menjadi syarat bagi proses

pemecahan masalah dikatakan berhasil. Hal ini berbeda dengan pendapat Brownell

(McIntosh et al, 2000) yang menyatakan bahwa suatu masalah belum dikatakan telah

diselesaikan hanya karena telah diperolehnya solusi dari masalah itu. Menurutnya,

suatu masalah baru benar-benar dikatakan telah diselesaikan apabila siswa telah

memahami apa yang ia kerjakan, yakni memahami proses pemecahan masalah dan

Page 54: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

mengetahui mengapa solusi yang telah diperoleh tersebut sesuai. Polya (1973)

memberikan heuristik atau langkah-langkah umum pemecahan masalah, yaitu

(1) memahami soal atau masalah,

(2) membuat suatu rencana,

(3)melaksanakan rencana itu, dan

(4) menelaah kembali. Memahami masalah merujuk

pada pemahaman terhadap apa yang diketahui, apa yang ditanyakan, atau apa yang

harus dibuktikan dalam suatu soal. Membuat rencana merujuk pada pembuatan model

3 matematika dari soal yang diberikan. Melaksanakan rencana merujuk ada

penyelesaian model matematika yang telah disusun. Sedangkan menelaah kembali

berkaitan dengan penulisan hasil akhir sesuai permintaan soal. Pemecahan masalah

sering difungsikan sebagai tahap penerapan suatu konsep dalam pembelajaran

matematika, yaitu penerapan konsep, prinsip, atau pengetahuan matematika ke dalam

situasi nyata. Namun demikian, pemecahan masalah tidak harus diposisikan seperti

itu. Menurut Nakin (2003), pemecahan masalah dapat pula dipandang sebagai proses

pemerolehan atau pembentukan pengetahuan. Dengan kata lain, siswa belajar

matematika melalui aktivitas pemecahan masalah. Dalam hal ini, masalah difungsikan

sebagai pemicu bagi siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya. Pembelajaran

matematika demikian disebut pembelajaran berbasis masalah(problem based

learning).

Menurut McIntosh et al(2000), pemecahan masalah mempunyai berbagai peran, yaitu

(1) pemecahan masalah sebagai konteks (problem solving as a context for doing

mathematics), yakni memfungsikan masalah sebagai pemicu bagi siswa dan

memotivasinya untuk belajar matematika, \

(2) pemecahan masalah sebagai

keterampilan(problem solving as a skill) yang merujuk pada kemampuan kognitif

siswa dalam menyelesaikan masalah, dan

(3) pemecahan masalah sebagai seni

(problem solving as a art) yang merujuk pada pandangan bahwa pemecahan

masalah sebagai seni menemukan (art of discovery). Pembelajaran pemecahan

masalah dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan siswa agar cakap (skillful)

dan antusias(enthusiastic) dalam memecahkan masalah dan menjadi pemikir yang

independen yang mampu menyelesaikan masalah terbuka (open ended problem).

Menurut pandangan terkini, pemecahan masalah tidak hanya mempersyaratkan

Page 55: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

kemampuan kogntif, melainkan juga melibatkan aspek afektif. Menurut McIntosh et

al(2000), untuk memecahkan masalah, seorang individu harus mempunyai motivasi

kuat, kepercayaan diri, keteguhan, kegigihan, dan keyakinan untuk mampu

menyelesaikan masalah tersebut.

2. Pembuatan Soal (Problem Posing)

Problem posing selanjutnya diistilahkan dengan pembuatan soal, telah

menjadi salah satu tema utama dalam pembelajaran matematika. Reformasi

pembelajaran matematika terkini merekomendasikan penerapan problem posing

dalam pembelajaran matematika (Christou et al, 1999). Sesungguhnya, problem

posing bukan ide baru dalam pembelajaran matematika, melainkan telah

diperkenalkan dan diteliti di berbagai negara, seperti Amerika, Inggris, Australia,

Jepang, dan Singapura

pada beberapa dekade yang lalu. Terdapat beberapa pengertian problem

posing. Ellerton (Christou et al, 1999) mengartikanproblem posing sebagai

pembuatan soal oleh siswa yang dapat mereka pikirkan tanpa pembatasan apapun

baik terkait isi maupun konteksnya. Selain itu, problem posing dapat juga diartikan

sebagai pembentukan soal berdasarkan konteks, cerita, informasi, atau gambar yang

diketahui (Lin, 2004). Pengertian problem posing tidak terbatas pada pembentukan

soal yang betulbetul baru, tetapi dapat berarti mereformulasi soal-soal yang

diberikan. Terdapat

beberapa cara pembentukan soal baru dari soal yang diberikan, misalnya dengan

mengubah atau menambah data atau informasi pada soal itu, misalnya mengubah

bilangan, operasi, objek, syarat, atau konteksnya. Hal itu sesuai dengan pengertian

Mproblem posing yang dikemukakan Silver (Lin, 2004). Ia mendefinisikan

problemposing sebagai pembuatan soal baru oleh siswa berdasarkan soal yang

telah diselesaikan.

BAB VIII

Page 56: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

PEMIKIRAN KRITIS DALAM PENDIDIKAN, PEMIKIRAN

PEMBELAJARAN DALAM NEGARA DAN ISU-ISU MUTAKIR

PEMBELAJARAN DALAM NEGARA.

A. PEMIKIRAN KRITIS DALAM PENDIDIKAN

1. Pengertian berfikir

Berfikir adalah memanipulasi atau mengelola dan menstransformasiinformasi

di alam memori.Sering dilakukan untuk membentuk konsep, bernalardan berfikir

secara kritis, membuat keputusan, berfikir kreatif, dan memecahkanmasalah. Murid

dapat berfikir tentang hal-hal konkrit, seperti liburan ke pantaiatau cara menang dalam

permainan video game atau apabila mereka sudah dalamusia sekolah menengah,

mereka bisa berfikir tentang hal-hal yang bersifat abstrak,seperti makna kebebasan

atau identitas. Mereka dapat berfikir tentang masa lalu (seperti apa yang terjadi pada

mereka bulan lalu), dan masa depan (seperti apakehidupan mereka nanti di tahun

2020). Mereka dapat memikirkan realitas (seperti bagaimana cara mengerjakan ujian

besok dengan lebih baik) dan fantasi (seperti apa rasanya Iwan Fals atau bagaimana

naik pesawat angkasa luar keMars).

B. ISU-ISU MUTAKIR PEMBELAJARAN DALAM NEGARA.

Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat

memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang

peringkat Indeks Pengembangan Manusia (Human Development Index), yaitu

komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per

kepala yang menunjukkan, bahwa indeks pengembangan manusia Indonesia makin

menurun. Di antara 174 negara di dunia, Indonesia menempati urutan ke-102 (1996),

ke-99 (1997), ke-105 (1998), dan ke-109 (1999).Menurut survei Political and

Economic Risk Consultant (PERC), kualitas pendidikan di Indonesia berada pada

urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Posisi Indonesia berada di bawah Vietnam. Data

yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia memiliki

daya saing yang rendah, yaitu hanya menduduki urutan ke-37 dari 57 negara yang disurvei di

dunia. Dan masih menurut survey dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat

Page 57: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari negara di dunia.Memasuki abad ke-

21 dunia pendidikan di Indonesia menjadi heboh. Kehebohan tersebut bukan disebabkan oleh

kehebatan mutu pendidikan nasional tetapi lebih banyak disebabkan karena kesadaran akan

bahaya keterbelakangan pendidikan di Indonesia. Permasalahan ini disebabkan karena

beberapa hal yang mendasar. Salah satunya adalah memasuki abad ke- 21 gelombang

globalisasi dirasakan kuat dan terbuka. Kemajaun teknologi dan perubahan yang terjadi

memberikan kesadaran ..

RANGKUMAN

Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber

belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan

pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan

kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik.

Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat

belajar dengan baik.

Ciri-ciri belajar adalah :

Belajar harus memungkinkan terjadinya perubahan perilaku pada diri individu.

Perubahan tersebut tidak hanya pada aspek pengethauan atau kognitif saja tetapi

juga meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor);

Page 58: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

perubahan itu merupakan buah dari pengalaman. Perubahan perilaku yang terjadi

pada individu karena adanya interaksi antara dirinya dengan lingkungan . Interaksi

ini dapat berupa interaksi fisik dan psikis;

perubahan  perilaku akibat belajar akan bersifat cukup permanen.

Pembelajaran

Menurut Gagne, Briggs, dan wagner dalam Udin S. Winataputra (2008) pengertian

pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang dirancang untuk memungkinkan

Terjadinya proses belajar pada siswa.

Teori belajar deskritif dan teori preskritif

Dengan teori pembelajaran secara deskritif dan teori preskritif ada bebrapa Ciri utama

dari pembelajaran adalah inisiasi, fasilitasi, dan peningkatan proses belajar siswa.

Kelebihan dan kekurangan teori belajar deskriptif dan preskriptif

a. kelebihan

lebih terkonsep sehingga siswa lebih memahami materi yang akan disampaikan.

mendorong siswa untuk mencari sumber pengetahuan sebanyak-banyaknya dalam

mengerjakan suatu tugas.

b. Kekurangan

kurang memperhatikan sisi psikologis siswa dalam mendalami suatu materi.

Kelebihan dan kekurangan teori belajar preskriptif kelebihan

a. Kelebihan

lebih sistematis sehingga memiliki arah dan tujuan yang jelas. banyak member motivasi agar

terjadi proses belajar. mengoptimalisasikan kerja otak secara maksimal.

b. Kekurangan

membutuhkan waktu cukup lama

Teori behavioristik

Teori belajar behavioristik menjelaskan belajar itu adalah perubahan perilaku yang dapat diamati,

diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang

menimbulkan hubungan perilaku reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik.

Stimulans tidak lain adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang

menjadi penyebab belajar

Page 59: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

Teori Behavioristik:

Mementingkan faktor lingkungan

Menekankan pada faktor bagian

Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan mempergunakan metode obyektif.

Sifatnya mekanis

Mementingkan masa lalu

Teori belajar kognitif 

Teori belajar kognitif memandang belajar sebagai proses pemfungsian unsur-unsur

kognisi, terutama unsur pikiran, untuk dapat mengenal dan memahami stimulus yang

datang dari luar. Aktivitas belajar pada diri manusia ditekankan pada proses internal

berfikir, yakni proses pengolahan informasi.

Proses belajar konstruktivistik. Secara konseptual, proses belajar jika dipandang

dari pendekatan kognitif, bukan sebagai perolehan informasi yang berlangsung satu arah

dari luar ke dalam diri siswa, melainkan sebagai pemberian makna oleh siswa kepada

pengalamanya melalui proses asimilasi dan akomodasi yang bermuara pada pemutahkiran

struktur kognitifnya.

Dalam teori belajar humanistik proses belajar harus berhulu dan bermuara  pada

manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingya isi dari proses

belajar, dalam kenyataan teori ini lebih banyak berbicara tentang pendidikan dan proses

belajar dalam bentuknya yang paling ideal

Ciri Khas dalam Psikologi Humanistik

1. Mereka menekankan bahwa psikologi seharusnya memperlakukan “keseluruhan

pribadi manusia” meliputi seluruh aspek-aspeknya.

2. Mereka menekankan kepada aktivitas dari sudut pandangan orangnya daripada

pandangan “peninjau” (observer). Pengikut psikologi humanistik menyatakan bahwa

dalam melihat manusia sebagian besar ahli-ahli psikologi mengambil sudut

pandangan orang ketiga, sedangkan cara yang paling nyata untuk mempelajari

psikologi adalah melalui “mata person” yaitu dirinya sendiri.

3. Mereka juga menekankan kepada “self-actualization”, “self-fulfillment” atau “self-

realization”.

Page 60: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

4. Mengenai perkembangan pribadi seseorang dalam arah apapun, orang tersebut selalu

memilih atau menilai.

Ada 3 konsep penting dalam teori sosiogenesis Vygotsky tentang perkembangan

kognitif sesuai dengan revolusi sosiokoltural dalam teori belajar dan pembelajaran yaitu

genetic law of development, zona of proximal development dan mediasi.

a. Hukum genetik tentang perkembangan (genetic law of development)

Menurut Vygotsky, setiap kemampuan seseorang akan tumbuh dan berkembang

melewati dua tataran, yaitu interpsikologis atau intermental dan intrapsikologis atau

intramental. Pandangan teori ini menempatkan intermental atau lingkungan sosial

sebagai faktor primer dan konstitutif terhadap pembentukan pengetahuan serta

perkembangan kognitif seseorang. Sedangkan fungsi intramental dipandang sebagai

derivasi atau keturunan yang tumbuh atau terbentuk melalui penguasaan dan

internalisasi terhadap proses-proses sosial tersebut.

b. Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development)

Vygotsky membagi perkembangan proksimal (zone of proximal development) ke

dalam dua tingkat:

1. Tingkat perkembangan aktual yang tampak dari kemampuan seseorang untuk

menyelesaikan tugas-tugas atau memecahkan berbagai masalah secara mandiri

(intramental).

2. Tingkat perkembangan potensial tampak dari kemampuan seseorang untuk

menyelesaikan tugas-tugas dan memecahkan masalah ketika dibawah

bimbingan orang dewasa atau ketika berkolaborasi dengan teman sebaya yang

lebih kompeten (intermental). Jarak antara keduanya, yaitu tingkat

perkembangan aktual dan tingkat perkembangan potensial ini disebut zona

perkembangan proksimal.

c. Mediasi

Menurut Vygotsky, semua perbuatan atau proses psikologis yang khas

manusiawi dimediasikan dengan psychologis tools atau alat-alat psikologis berupa

bahasa, tanda dan lambang, atau semiotika. Ada dua jenis mediasi, yaitu:

Page 61: Tugas Mandiri Ringkasam Materi

(1) Mediasi metakognitif adalah penggunaan alat-alat semiotik yang bertujuan untuk

melakukan self- regulation yang meliputi: self planning, self monitoring, self

checking, dan self evaluating. Mediasi metakognitif ini berkembang dalam

komunikasi antar pribadi.

(2) Mediasi kognitif adalah penggunaan alat-alat kognitif untuk memecahkan masalah

yang berkaitan dengan pengetahuan tertentu atau subject-domain problem. Mediasi

kognitif bisa berkaitan dengan konsep spontan (yang bisa salah) dan konsep ilmiah

(yang lebih terjamin kebenarannya).