Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

38
BAB I ISLAM SEBAGAI SISTEM HIDUP YANG SEMPURNA A. Pendahuluan Dinul islam adalah suatu sistem hidup komprehensif yang Allah SWT turunkan melalui Rasul- Nya Muhammad SAW yang meliputi aqidah, ubudiah, mu’amalah, mu’asyarah dan akhlak yang memandu manusia sehingga hidup penuh kemuliaan. Aqidah adalah konsep yang paling penting dan mendasar, sebab konsep yang pertama adalah dasar pelaksanaan segala aktivitas, baik yang menyangkut ubudiah, mu’amalah, mu’asyarah hingga akhlak. Ibadah merupakan landasan kedua dalam ber- mu’amalah dan ber-akhlak. Sedangkan mu’amalah adalah suatu aktivitas yang berhubungan dengan sesama manusia di mana wujudnya munakahat (pernikahan), warisan, jihad (menegakkan agama), jual beli, akad- akad/transaksi (Al-Musyarakah, Al-Mudharabah, Al- Bai/jual beli dan sebagainya). Mu’asyarah berkaitan dengan etika atau perilaku dalam berhubungan terhadap sesama manusia. Sedangkan akhlak ialah institusi yang bersemayam dihati tempat munculnya tindakan-tindakan sukarela, tindakan benar 1

description

Ekonomi Syariah

Transcript of Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

Page 1: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

BAB I

ISLAM SEBAGAI SISTEM HIDUP YANG SEMPURNA

A. Pendahuluan

Dinul islam adalah suatu sistem hidup komprehensif yang Allah

SWT turunkan melalui Rasul-Nya Muhammad SAW yang meliputi

aqidah, ubudiah, mu’amalah, mu’asyarah dan akhlak yang memandu

manusia sehingga hidup penuh kemuliaan. Aqidah adalah konsep

yang paling penting dan mendasar, sebab konsep yang pertama

adalah dasar pelaksanaan segala aktivitas, baik yang menyangkut

ubudiah, mu’amalah, mu’asyarah hingga akhlak.

Ibadah merupakan landasan kedua dalam ber-mu’amalah dan

ber-akhlak. Sedangkan mu’amalah adalah suatu aktivitas yang

berhubungan dengan sesama manusia di mana wujudnya munakahat

(pernikahan), warisan, jihad (menegakkan agama), jual beli, akad-

akad/transaksi (Al-Musyarakah, Al-Mudharabah, Al-Bai/jual beli dan

sebagainya).

Mu’asyarah berkaitan dengan etika atau perilaku dalam

berhubungan terhadap sesama manusia. Sedangkan akhlak ialah

institusi yang bersemayam dihati tempat munculnya tindakan-tindakan

sukarela, tindakan benar atau salah, terkait kelemahlembutan, sabar,

dermawan, berani, jujur, adil dan lain-lain.

B. Prinsip Dasar Ekonomi Islam

Menurut Abdul Manan (1993) landasan ekonomi islam didasarkan

pada tiga konsep fundamental, yaitu keimanan kepada Allah (tauhid),

kepemimpinan (khilafah) dan keadilan (a’dalah). Tauhid adalah

konsep yang paling penting dan mendasar, sebab konsep yang

pertama adalah dasar pelaksanaan segala aktivitas baik yang

1

Page 2: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

menyangkut ubudiah/ibadah mahdah (berkaitan dengan sholat, zikir,

shiam, tilawat Al-Qur’an, dsb).

Dapat diambil kesimpulan bahwa ekonomi atau iqtishod yang

merupakan bagian dari mu’amalah secara umum di dalam konsep

islam harus memperhatikan prinsip tauhid, khalifah dan keadilan

(a’dalah), yang harus berdampingan manakala akan mewujudkan

suatu kehidupan masyarakat yang sejahtera (Al-falah).

Tujuan syariah islam adalah menciptakan keadilan dan

kesejahteraan dalam berbisnis dan berusaha (istilah keadilah mencari

fadillah/karunia Allah).

C. Pentingnya Mempelajari Ekonomi Islam

Alasan-alasan mengapa kita perlu merekonstruksi ekonomi islam

dan sub-subnya menurut Muhammad (2004), adalah sebagai berikut :

1. Dalam Al Qur’an dan As Sunnah, banyak informasi yang jelas

mengemukakan pokok-pokok perekonomian. Informasi ini kita

jadikan postulat. Jadi, dengan menggunakan postulat, informasi

dan bahan yang tersedia, ilmu ekonomi islam perlu disusun

walaupun dalam taraf azas-azasanya saja.

2. Umat islam perlu memiliki tata nilai yang mengatur tingkah laku

umat islam agar tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang nista,

dengan cara menetapkan nilai haram atau halal, makruh atau

mubah, wajib atau sunnah, fardhu ain atau kifayah.

3. Ilmu ekonomi umum tidak dapat menjelaskan mengapa riba

dilarang, mengapa warisan dan perkawinan itu diatur sedemikian

rupa, sehingga membantu pemerataan pendapatan atau

kekayaan di kalangan masyarakat islam.

4. Sudah banyak sekali ilmu yang ditumbuhkan dari khazanah islam

sendiri, kemudian berkembang bersama zamannya. Akan tetapi,

karena masalah keduniaan nampaknya ilmu ekonomi islam tidak

2

Page 3: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

menjadi sentral pemikiran islam oleh karena itu, konsep ekonomi

islam menjadi ketinggalan zaman dan tidak pernah tersentuh serta

berkembang.

5. Penyusunan, pengembangan dan penerapan ekonomi islam

dimaksud agar umat islam mendapat kepastian kesertaannya

dalam pembangunan ekonomi.

D. Istilah Ekonomi Islam

Istilah “Ekonomi Islam” sering menjdi masalah atau beragam

sebutannya. Ada yang menyebut ekonomi illahiyah, ekonomi syariah,

atau ekonomi qur’ani. Di dalam Al Qur’an pun tidak ada istilah khusus,

hanya saja sebutan nama tersebut untuk lebih mengidentifikasikanya

dari ekonomi lainnya seperti kapitalis, ekonomi sosialis dan

sebagainya.

Ekonomi kapitalis adalah ekonomi yang dijiwai oleh ajaran-ajaran

kapitalis, ekonomi sosialis adalah ekonomi yang dijiwai ajaran-ajaran

sosialis, sehingga logikanya ekonomi islam adalah ekonomi yang

dijiwai ajaran-ajaran islam.

Adapun definisi-definisi tentang pemahaman ekonomi islam,

antara lain :

1. Muhammad bin Abdullah Al Arabi dalam At Tariqi (2004),

menurutnya ekonomi islam adalah “kumpulan prinsip-prinsip

umum tentang ekonomi yang kita ambil dari Al Qur’an dan Sunnah

Nabi Muhammad SAW dan pondasi ekonomi yang kita bangun

atas dasar pokok-pokok itu dengan mempertimbangkan kondisi

lingkungan dan waktu”.

2. Muhammad Abdul Manan (1993) mendefinisikan ekonomi islam

sebagai ilmu pengetahuan social yang mempelajari masalah-

masalah ekonomi rakyat yang diilhami oleh nilai-nilai islami.

3. Metwally (1995), menurutnya ekonomi islam dapat didefinisikan

sebagai ilmu yang mempelajari perilaku muslim (yang beriman)

3

Page 4: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

dalam suatu masyarakat islam yang mengikuti Al Qur’an dan

Sunnah Nabi SAW, ijma, dan qiyas.

4. Muhammad Syauki Al Fanjari dalam At Tariqi (2004), bahwa

ekonomi islam adalah segala sesuatu yang mengendalikan dan

mengatur aktivitas ekonomi sesuai dengan pokok-pokok islam dan

politik ekonominya.

5. Abdullah Abdul Husain At Tariqi (2004), mendefinisikan ekonomi

islam sebagai ilmu tentang hukum-hukum syariat aplikatif yang

diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci tentang persoalan yang

terkait dengan mencari, membelanjakan, dan cara-cara

mengembangkan harta.

E. Karakteristik Ekonomi Islam

Terdapat beberapa karakteristik yang merupakan kelebihan dalam

sistem ekonomi islam menurut Abdullah At Tariqi (2004), antara lain :

1. Bersumber dari Illahiyah

Sumber awal ekonomi islam yang merupakan bagian dari

mu’amalah, berbeda dengan sumber sistem ekonomi lainnya

karena merupakan peraturan dari Allah.

2. Ekonomi pertengahan dan berimbang

Ekonomi islam memadukan kepentingan pribadi dan

kemaslahatan masyarakat dalam bentuk yang berimbang. Di

antara bukti sifat pertengahan dan keberimbangan ekonomi islam

antara lain adalah posisi tengah yang diberikan kepada negara

untuk melakuan intervensi bidang ekonomi.

3. Ekonomi berkecukupan dan berkeadilan

Ekonomi islam memiliki kelebihan dengan menjadikan

manusia sebagai fokus perhatian. Manusia diposisikan sebagai

pengganti Allah di bumi untuk memakmurkannya dan tidak hanya

untuk mengeksplorasi kekayaan dan memanfaatkannya saja.

4

Page 5: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

4. Ekonomi pertumbuhan dan keberkahan

Ekonomi islam memiliki kelebihan dari sistem yang lain yaitu

beroperasi atas dasar pertumbuhan dan investasi harta secara

legal, agar tidak terhenti dari rotasinya dalam kehidupan sebagai

bagian dari meditasi jaminan kebutuhan pokok bagi manusia.

F. Urgensi Implementasi Ekonomi Islam

Menurut Abdul Manan (1993) sejumlah masalah yang

berhubungan dengan keberadaan implementasi ekonomika islam yang

berkembang akhir-akhir ini :

1. Apakah ilmu ekonomi atau ekonomika islam adalah suatu ilmu

pengetahuan normatif positif atau keduanya?

Ilmu ekonomi islam berakar dari tuntunan Al Qur’an dan Hadits

dimana kedua sumber ini merupakan hukum integrative yang

berisi seluruh aspek hidup manusia, baik normatif dan positif.

2. Apakah teori ekonomika islam diperlukan mengingat tidak ada

ekonomika yang aktual?

Sebagai konsep yang integrative, ekonomika islam mampu

menangkap sekaligus menyelesaikan berbagai permasalahan

perekonomian di masyarakat, baik masyakat lokal maupun

internasional atau global. Misalnya, konsep ekonomi yag

berlandaskan “Tauhid” (ketuhanan) yang justru telah banyak

mengendalikan perilaku ekonomi, sehingga para pelaku ekonomi

bertindak lebih etis, efektif dan efisien.

3. Apakah ekonomika islam itu suatu sistem taukah ilmu

pengetahuan?

Dalam hal ini dapat dijelaskan bahwa apabila masing-masing

individu sadar akan kebenaran konsep ekonomika islam, maka

akan menimbulkan suatu rangkaian dimana satu sistem dan yang

lainnya saling berhubungan dengan tingkat intensitas tertentu. Hal

ini akan membentuk sistem ekonomi islam.

5

Page 6: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

BAB II

LANDASAN HUKUM EKONOMI ISLAM

A. Pendahuluan

Para ulama, khususnya yang berfaham ahlusunnah wal jama’ah

bersepakat bahwa sumber hukum dalam islam adalah Al Qur’an, As

Sunnah, Ijma dan Qiyas.

B. Al Qur’an

1. Pengertian Al Qur’an dan Periode Turunnya

Al Qur’an adalah wahyu kalam Allah SWT yang diturunkan

melalui Rasulullah SAW yang disampaikan kepada umat manusia

(muslim) dalam rangka menuntun kehidupan di dunia. Al Qur’an

menurut Departemen Agama RI terdiri dari 30 juz, 114 surat, 6.236

ayat dan 324.345 huruf (Depag RI, 1989). Menurut turunnya,

wahyu dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :

1. Wahyu (surat) yang turun di Mekkah disebut juga Makiyyah.

Pada umumnya berisi persoalan-persoalan keyakinan (aqidah),

dan hubungan manusia dengan khaliqnya (Allah).

2. Wahyu (surat) yang turun di Madinah disebut juga Madaniyyah.

Pada umumnya berisi persoalan-persoaln hubungan

kemanuisaan seperti akhlak, muamalah, dan muasyarah.

2. Fungsi Al Qur’an

Dilihat dari isinya, Al Qur’an mempunyai berbagai fungsi,

namun dari fungsi-fungsi tersebut dirangkum menjadi dua fungsi

(Syarifuddin, 1997) yaitu :

1. Sebagai “rahmat” yang dikaruniakan Allah kepada umat

manusia bila mereka menerima dan mengamalkan keseluruhan

6

Page 7: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

isi Al Qur’an, maka akan mendapatkan kehidupan yang

bahagia di dunia dan kesenangan hidup di akhirat.

2. Sebagai “hudan” atau petunjuk.

3. Kandungan Al Qur’an

Al Qur’an merupakan sumber petunjuk bagi kehidupan

manusia. Petunjuk Al Qur’an itu dapat diklasifikasikan ke dalam dua

bentuk, yaitu :

1. Ada ayat-ayat yang sudah mengatur hukum secara jelas atau

eksplisit dan terinci yang tidak memungkinkan untuk penafsiran

lain, namun hal ini berlaku dalam jumlah yang sangat terbatas.

2. Ayat-ayat Al Qur’an yang secara implisit mengatur dan

menjelaskan secara garis besar saja.

4. Al Qur’an Sebagai Sumber Hukum Ekonomika Syariah

Kedudukan Al Qur’an sebagai sumber utama atau pokok

hukum islam, berarti Al Qur’an itu menjadi sumber dari segala

sumber hukum. Oleh karena itu, jika akan menggunakan sumber

hukum lain di luar Al Qur’an, maka harus sesuai dengan petunjuk

Al Qur’an dan tidak boleh melakukan sesuatu yang bertentangan

dengan Al Qur’an.

C. As Sunnah

1. Pengertian As Sunnah

As sunnah secara harfiah berarti cara, adat istiadat, kebiasaan

hidup yang mengacu kepada perilaku Nabi SAW yang dijadikan

teladan. Sunnah dalam istilah ulama ushul adalah “apa-apa yang

diriwayatkan dari Nabi Muhammad SAW, baik dalam bentuk

ucapan, perbuatan, maupun pengakuan dan sifat Nabi”

(Syarifuddin, 1997). Sedangkan sunnah dalam istilah ulama fiqih

adalah “sifat hukum bagi suatu perbuatan yang dituntut

7

Page 8: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

melakukannya dalam bentuk tuntutan yang tidak pasti” dengan

pengertian diberi pahala orang yang melakukannya dan tidak

berdosa orang yang tidak melakukannya.

2. Macam As Sunnah

Sunnah menurut pemahaman ulama ushul fiqh dibagi menjadi

tiga macam :

a. Sunnah Qauliyah, adalah ucapan lisan Nabi Muhammad SAW

yang didengar dan dinukilkan oleh sahabatnya, namun yang

diucapkan Nabi itu bukan wahyu Al Qur’an.

b. Sunnah Fi’liyah, adalah semua perbuatan dan tingkah laku

Nabi SAW.

c. Sunnah Taqririyah, yaitu apabila seseorang sahabat r.a.

melakukan sesuatu perbuatan atau mengemukakan suatu

ucapan di hadapan Nabi, dimana Nabi mengetahui apa yang

dilakukan orang itu dan Nabi mendiamkannya atau tidak

menyanggahnya. Dengan kata lain diamnya Nabi SAW berarti

menyetujui perbuatannya.

3. Dasar Hukum As Sunnah Sebagai Sumber Hukum

Dasar hukum hadits atau sunnah sebagai rujukan setiap

persoalan termasuk bidang manajemen setelah Al Qur’an adalah

surat Al Hasyr ayat 7 : “Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka

terimalah, an apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah”.

D. Ijma

1. Pengertian Ijma

Menurut istilah ahli ushul fiqih “ijma” adalah kesepakatan imam

mujtahid di antara umat islam pada suatu masa setelah Rasulullah

wafat, terhadap hukum syara tentang suatu masalah.

8

Page 9: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

Ijma adalah suatu prinsip penetapan hukum, yang muncul

sebagai akibat dari penalaran yang dilakukan atas suatu peristiwa

hukum yang berkembang dengan cepat akibat perubahan

fenomena masyarakat. namun demikian kedudukan dari

kehujjahan ijma menurut pendapat para ulama, bahwa ijma

tersebut terletak dibawah deretan Al Qur’an dan As Sunnah dan

ijma tidak boleh menyalahi nash yang qath’i.

2. Jenis Ijma

Jenis ijma antara lain :

a. Ijma Bayani, yaitu suatu pendapat dari para ahli ukum (fiqih)

yang mengeluarkan pendapatnya untuk menentukan suatu

masalah. Ijma ini dilakukan dengan ijtihad, yaitu berpikir

sungguh-sungguh dengan menggunakan intelektual atau akal.

Hal ini dilakukan dengan cara mempelajari sumber hukum

islam yang asli (murni), yaitu Al Qur’an dan hadits Rasul

kemudian mengalirkan garis hukum baru daripadanya

(Ramulyo, 2004).

b. Ijma Sukuti, adalah suatu pendapat dari seseorang atau

beberapa ahli hukum, tetapi ahli-ahli hukum linny tidak

membantah (Ramulyo, 2004). Misalnya semasa hidupnya Nabi

Muhammad SAW melakuan shalat tarawih sebanyak 8 rakaat,

di zaman Umar r.a. menjadi 20 rakaat dan para sahabat tidak

membantah, maka shalat tarawih diterima dengan ijma sukuti.

E. Qiyas

1. Pengertian Qiyas

Menurut bahasa berarti mengukur dan menyamakan sesuatu

hal dengan hal lain yang sudah ada. Sedangkan secara istilah,

qiyas artinya menyamakan hukum suatu hal yang tidak terdapat

ketentuannya dalam Al Qur’an dan Al Hadits karena adanya

9

Page 10: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

persamaan penyebab. Sedangkan qiyas, menurut Mannan (1993)

adalah memperluas hukum-hukum ayat kepada persoalan yang

tidak termasuk dalam bidang syarat-syaratnya.

2. Qiyas Sebagai Dalil Hukum Syara

Dalil atau petunjuk yang membolehkan qiyas sebagai landasan

hukum dalam fiqh islam termasuk fiqih mu’amalah adalah dalam

surat An-Nisa ayat 59 : “Hai, orang-orang yang beriman, taatilah

Allah dan taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu.

Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka

kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (Sunnahnya),

jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dari hari kemudian,

yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya”.

Perintah menaati Allah berarti mengikuti hukum dalam Al

Qur’an, perintah mengikuti Rasul berarti perintah untuk

melaksanakan hukum yang terdapat dalam Sunnah dan perintah

menaati ulul amri berarti perintah mengikuti hukum hasil ijma

ulama. Sedangkan kata-kata di akhir ayat berbunyi “jika kamu

berselisih paham tentang sesuatu maka kembalikanlah kepada

Allah dan Rasul”.

10

Page 11: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

BAB III

KEPEMILIKAN DALAM ISLAM

A. Pendahuluan

Menurut Abdul Salam al Abadi (1987), kepemilikan adalah “hak

khusus manusia terhadap kepemilikan barang yang diizinkan bagi

seseorang untuk memanfaatkan dan mengalokasikan tanpa batas

hingga terdapat alasan yang melarangnya.” Dengan demikian,

kepemilikan dalam islam adalah “kepemilikan harta yang didasarkan

atas agama. Kepemilikan ini tidak berarti memberi hak mutlak kepada

pemiliknya untuk menggunakannya sesuai keinginan sendiri,

melainkan harus sesuai dengan beberapa aturan. Hal ini dikarenakan

kepemilikan harta pada esensinya hanya sementara, tidak abadi, dan

tidak lebih dari pinjaman terbatas dari Allah SWT.”

B. Arti dan Tujuan Kepemilikan Umum

1. Arti kepemilikan umum

Kepemilikan umum adalah hukum syar’i yang terkandung pada

suatu barang atau kegunaan yang menuntut adanya kesempatan

seluruh manusia secara umum atau salah seorang di antara

mereka untuk memanfaatkan dan menggunakan dengan jalan

penguasaan.

Al Khailani (dalam At Tariqi, 2004) menyebutkan bahwa

kepemilikan umum ini dapat disamakan dengan kepemilikan

negara, sehingga ia mendefinisikan kepemilikan umum atau

kepemilikan negara sebagai nilai kegunaan yang berkaitan dengan

11

Page 12: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

semua kewajiban negara kepada rakyatnya, termasuk bagi

kelompok nonmuslim.

2. Tujuan kepemilikan umum

Menurut At Tariqi (2004) tujuan kepemilikan umum adalah

sebagai berikut :

a. Pelayanan yang mempunyai fungsi sosial

b. Jaminan pendapatan Negara

c. Pengembangan dan penyediaan semua jenis pekerjaan

produktif bagi masyarakat yang membutuhkan

d. Urgensi kerjasama antarnegara dalam usaha menciptakan

kemakmuran bersama

e. Investasi harta untuk mencapai kemakmuran bersama

C. Sumber dan Jenis Kepemilikan Umum

Sumber -sumber kepemilikan umum menurut syara’ antara lain :

1. Wakaf

Menurut Al Halawi (1999), wakaf adalah menahan suatu harta

yang manfaatnya disalurkan untuk kepentingan agama Allah.

2. Proteksi Pemerintah

Proteksi adalah perlindungan dari penguasa (Amirul Mukminin)

terhadap tanah yang tidak bertuan yang diperbolehkan bagi

kepentingan kaum muslimin, tidak dikhususkan bagi satu orang

tertentu.

3. Kebutuhan Pokok

Kebutuhan-kebutuhan pokok seperti air, rumput dan sinar

matahari merupakan bagian dari barang-barang yang berhak

dimiliki oleh semua manusia.

4. Barang-barang Tambang

Menurut Ibnu Qudamah dalam al Mughni, barang-barang

tambang yaitu segala sesuatu yang keluar dari dalam bumi berupa

12

Page 13: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

apa yang diciptakan oleh Allah di dalamnya dari yang selainnya,

dari hal-hal yang memiliki nilai.

Para fuqaha membagi dua (Al Haritsi, 2008) tentang

pengaturan kepemilikan barang tambang, yaitu :

a. Tambang lahir, yaitu barang tambang yang sampai kepadanya

tanpa biaya yang dikeluarkan oleh manusia dan mereka

memanfaatkannya, seperti garam, air, dan belerang.

b. Tambang batin, yaitu barang tambang yang tidak sampai

kepadanya melainkan dengan kerja keras dan dengan biaya,

seperti tambang emas dan perak.

5. Pantai, Lautan, Padang Pasir, Gunung dan Tanah Mati

Setiap padang pasir, bukit, gunung, limbah, tanah mati (tanah

yang tidak nampak dimiliki oleh seseorang, serta tidak nampak

bekas-bekas apapun, seperti pagar, tanaman, pengelolaan ataupun

yang lain) yang tidak terurus dan belum pernah ditanami atau yang

pernah ditanami kemudian terbengkalai karena tidak dikelola, maka

tanah tersebut menjadi milik negara lain dan khalifah megaturnya

untuk kemaslahatan rakyat.

6. Ash-Shawafi

Yaitu tanah yang dikumpulkan khalifah dari tanah-tanah negeri

taklukan dan ditetapkan untuk Baitul Mal. Yang meliputi tanah-

tanah yang dahulunya milik negara yang ditaklukan, milik

penguasa, atau para pemimpin yang terbunuh di medan perang,

atau yang lari dari peperangan dan meninggalkan tanahnya, maka

khalifah yang mengatur semua itu untuk kebaikan dan

kemaslahatan islam dan kaum muslim.

7. Istana dan Bangunan

Yang termasuk dalam golongan ini adalah setiap istana,

bangunan, balairung yang dikuasai oleh negara-negara yang

ditaklukan, yang sebelumnya digunakan untuk struktur lembaga-

lembaga negara yang ditaklukan, untuk urusan administrasinya,

13

Page 14: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

untuk organisasi-organisasi dan badan pengawas, perguruan tinggi,

sekolah-sekolah, rumah sakit, museum, perusahaan, atau

bangunan-bangunan yang dimiliki negara itu, orang yang terbunuh

di medan perang, atau bangunan milik penduduk yang ditinggalkan.

Itu semua menjadi ghanimah dan fai’ bagi kaum muslim, juga

setiap balairung atau bangunan yang dihadiahkan atau dihibahkan

kepada negara atau diwasiatkan untuk negara atau yang tidak

memiliki ahli waris atau milik orang murtad yang meninggal, semua

itu menjadi hak Baitul Mal dan menjadi milik negara.

Fai’ ialah harta rampasan yang diperoleh dari musuh tanpa

terjadinya pertempuran. Sedangkan ghanimah ialah harta

rampasan yang diperoleh dari musuh setelah terjadi pertempuran.

D. Pengelolaan Kepemilikan Umum

Dalam mengelola harta milik umum, pengelolaannya diserahkan

pada khalifah). Khalifah diberi wewenang secara syariat untuk

mengatur urusan umat islam dalam meraih kemaslahatan mereka

serta memenuhi kebutuhan sesuai ijtihadnya.

Menurut Zallum dalam Sholahuddin (2007) pengelolaan harta milik

umum oleh negara dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Penjualan atau penyewaan.

2. Pengelolaan tanah ladang yang berpohon.

3. Pengelolaan atas tanah-tanah pertanian yang sangat luas dengan

menyewa para petani pekerja untuk mengelola tanah tersebut.

4. Menghidupkan tanah endapan sungai, rawa-rawa, hutan belukar,

tambak, tanah yang menahan air, tanah yang bergaram, dengan

cara menegelolanya sampai tanah tersebut layak untuk menjadi

tanah pertanian dan dapat ditanami pepohonan.

5. Pembagian tanah

14

Page 15: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

E. Arti dan Tujuan Kepemilikan Khusus

Kepemilikan khusus adalah sebagai hukum syar’i yang

diberlakukan untuk memberikan hal khusus bagi manusia atau

seseorang dalam kepemilikan benda atau manfaat serta hak khusus

bagi manusia atau seseorang dalam kepemilikan benda atau manfaat

serta hak untuk membelanjakannya tanpa adanya sesuatu yang

melarang.

Tujuan kepemilikan khusus menurut At Tariqi (2004) adalah :

1. Meningkatkan kerjasama internasional melalui kerjasama

antarindividu dan kelompok-kelompok nonpemerintah.

2. Merealisasikan kebaikan, kemakmuran, dan kemanfaatan umum

melalui persaingan sehat antarprodusen.

3. Negara tidak diperkenankan melakukan investasi jika hanya akan

menghambat kreativitas individu.

4. Memenuhi dan menginvestasikan naluri cinta materi dalam bidang

yang telah ditentukan oleh Allah SWT.

F. Jenis Kepemilikan Khusus

Berdasarkan definisi kepemilikan khusus dan analisis syara, jenis

kepemilikan khusus dikategorikan ke dalam tiga macam, yaitu :

1. Kepemilikan pribadi

Merupakan kepemilikan yang manfaatnya haya berkaitan dengan

satu orang saja, tidak ada orang lain yang ikut andil dalam

kepemilikan itu. Contohnya : kepemilikan rumah, kendaraan, dsb.

2. Kepemilikan perserikatan (organisasi)

Merupakan kepemilikan yang manfaatnya dapat dipergunakan

oleh beberapa orang yang dibentuk dengan cara tertentu, seperti

15

Page 16: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

kerjasama yang melibatkan orang tanpa melibatkan sekelompok

orang lain.

3. Kepemilikan kelompok

Merupakan kepemilikan yang tidak boleh dimiliki oleh perorangan

atau kelompok kecil, namun pembagiannya harus didasarkan

pada persebaran terhadap banyaknya pihak, dimana manfaatnya

diprioritaskan untuk orang-orang yang sangat membutuhkan dan

dalam keadaan kritis, seperti property dan kekayaan penduduk

desa terhadap tanah bersama, jalan, sekolah dan fasilitas umum.

G. Sebab Kepemilikan Pribadi

Kategori kegiatan yang dapat menyebabkan adanya kepemilikan

pribadi, antara lain :

1. Bekerja

Tujuan bekerja adalah untuk mendapatkan harta agar seseorang

dapat memenuhi kebutuhannya, menikmati kesejahteraan hidup

dan perhiasan dunia. Pekerjaan yang dilakukan tersebut haruslah

pekerjaan yang halal agar aktivitas bekerja ini juga bernilai ibadah.

2. Penguasaan

Penguasaan adalah beberapa mediasi yang dapat digunakan oleh

manusia untuk menguasai harta orang lain tanpa harus

melakukan usaha keras atau perniagaan. Contohnya adalah

warisan, pemberian sedekah, zakat dan wasiat.

3. Kepemilikan barang-barang yang halal

Dimana seseorang memiliki sesuatu yang belum pernah dimiliki

oleh orang lan, seperti mencuri kayu bakar di hutan dan

menangkap ikan di laut.

4. Harta dari pemberian negara kepada raktyat atau individu

16

Page 17: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

Melalui lembaga Baitul Mal, negara dapat memberikan sebagian

harta kepada rakyat dengan jalan memberikan berbagai sarana

dan fasilitas sehingga individu rakyat dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya atau agar dapat memanfaatkan kepemilikan mereka.

H. Batasan Kepemilikan Khusus

1. Batasan kepemilikan khusus

Kepemilikan khusus dalam islam tidaklah absolut, tapi terkait

karena kepemilikan absolut tanpa ikatan hanyalah milik Allah yang

di dalamnya tidak berlaku hukum larangan, tidak disertai orang lain

dan tidak bergantung pada hukum apapun. Sedangkan

kepemilikan khusus begantung atau terikat pada hukum-hukum

Allah yang ditujukan demi kepentingan mereka.

Beberapa batasan kepemilikan khusus antara lain sebagai

berikut :

a. Untuk memperoleh hak kepemilikan itu hendaknya dilakukan

dengan cara legal.

b. Tidak terdapat hal yang secara langsung dapat

membahayakan keselamatan seseorang atau kelompok pada

proses kepemilikan, pengalokasiaan dan pemanfaatan barang.

c. Menjaga kepentingan umum tanpa menciptakan kegoncangan

di dalamnya.

d. Alokasi kepemilikan yang tepat.

Di antara bentuk buruk pengalokasian harta adalah menumpuk

harta kemudian menolak untuk mensirkulasikannya di tengah

masyarakat. Akibatnya banyak manusia yang terhalang untuk

menggunakannya. Oleh karena itu, islam melarang penumpukan

harta. Hikmahnya terlihat dalam dua hal :

1. Penumpukan harta artinya menjadikan harta sebagai tujuan

akhir dang mengabaika pelaksanaan kewajiban. Hal itu

dilarang secara jelas oleh berbagai teks Al Qur’an dan

penjelasan Hadits Nabi.

17

Page 18: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

2. Penumpukan harta sesungguhnya menghambat kegiatan

ekonomi dan rotasi modal, padahal harta merupakan tujuan

ekonomi masyarakat. harta hanya dapat berkembang dengan

cara menginvestasikannya dalam bidang-bidang legal.

2. Kewajiban dalam kepemilikan khusus

Beberapa kewajiban yang dibebankan islam kepada orang

yang memiliki harta, antara lain :

a. Memberikan kepada mereka yang berhak seperti istri, anak-

anak yang belum bekerja.

b. Zakat, bagian dari fardlu yang diwajibkan Allah dalam harta

orang-orang kaya dan dialokasikan kepada orang-orang

miskin.

c. Beberapa hak yang harus ditunaikan selain zakat. Ketika

zakat belum ditunaikan, maka semua hak selain zakat harus

ditunaikan terlebih dahulu, sebagai bentuk pelaksanaan

kewajiban.

18

Page 19: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

BAB IV

PRODUKSI DALAM ISLAM

A. Pendahuluan

Produksi dalam islam konvensional adalah mengubah sumber-

sumber dasar ke dalam barang jadi, atau proses dimana input diolah

menjadi output. Dalam istilah ini kita mengkaitkannya dengan konsep

efisiensi ekonomis, yaitu suatu usaha yang meminimalkan biaya

produksi dari beberapa tingkat output selama periode yang

dibutuhkan.

Pemahaman produksi dalam islam memiliki arti bentuk usaha

keras dalam pengembangan faktor-faktor sumber yang diperbolehkan

secara syariah dan melipatgandakan pendapatan dengan tujuan

kesejahteraan masyarakat, menopang eksistensi, serta meninggikan

derajat manusia (At Tariqi, 2004).

B. Urgensi Produksi Dalam Islam

1. Motivasi Produksi dalam Islam

a. Produksi merupakan pelaksanaan fungsi manusia sebaai

khalifah

b. Berproduksi merupakan ibadah

c. Produksi sebagai sarana pencapaian akhirat

2. Tujuan Produksi

19

Page 20: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

Terdapat upaya-upaya untuk mengetahui tujuan produksi

dalam ekonomi islam. Menurut Nejatullah Shiddiqi (1996),

pertumbuhan ekonomi yang merupakan wujud produksi dalam

islam bertujuan :

a. Merespons kebutuhan produsen secara pribadi dengan bentuk

yang memiliki ciri keseimbangan

b. Memenuhi kebutuhan keluarga

c. Mempersiapkan sebagian kebutuhan terhadap ahli warisnya

dan generasi penerusnya

d. Pelayanan sosial dan berinfak di jalan Allah

Sedangkan tujuan produksi menurut perspektif fiqih ekonomi

khalifah Umar Bin Khatab adalah sebagai berikut (Al Haritsi, 2008) :

a. Merealisasikan keuntungan seoptimal mungkin

b. Merealisasikan kecukupan individu dan keluarga

c. Tidak mengandalkan orang lain

d. Melindungi harta dan mengembangkannya

e. Mengeksplorasi sumber-sumber ekonomi dan

mempersiapkannya untuk dimanfaatkan

f. Pembebasan dari belenggu ketergantungan ekonomi

g. Taqarrub kepada Allah SWT

C. Prinsip Produksi Dalam Islam

1. Motivasi berdasarkan keimanan

2. Berproduksi berdasarkan azas manfaat dan maslahat

3. Mengoptimalkan kemampuan akalnya

4. Adanya sikap tawazun (keberimbangan)

5. Harus optimis

6. Menghindari praktik produksi yang haram

D. Bidang-bidang Produksi

1) Perdagangan (tijarah)

20

Page 21: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

2) Pertanian dan Perekebunan

3) Industri

BAB V

KONSUMSI DALAM ISLAM

A. Pendahuluan

Dalam pandangan ekonomi islam, kerja adalah setiap tenaga

jasmani maupun kemampuan akal yang dikeluarkan manusia dalam

kegiatan perekonomian sesuai dengan syariah, yang bertujuan untuk

mendapatkan penghasilan dan penghidupan. Sedangkan Baqir

Quraisyi (dalam Muhammad,2004) mendefinisikan setiap kegiatan

yang dilakukan manusia secara sadar dan sengaja, dan merasakan

penderitaan dalam melakukan kegiatan tersebut, dengan tujuan

mendapatkan harta untuk memenuhi berbagai kebutuhan, baik secara

langsung maupun tidak langsung.

B. Urgensi dan Tujuan Konsumsi Dalam Islam

1. Urgensi konsumsi

Konsumsi memiliki urgensi yang sangat besar dalam setiap

perekonomian, karena tidak ada kehidupan bagi manusia tanpa

konsumsi.

2. Tujuan konsumsi

Tujuan konsumsi seseorang dalam ajaran islam antara lain :

a. Untuk mengharap ridha Allah SWT

b. Untuk mewujudkan kerjasama antaranggota masyarakat dan

tersedianya jaminan social

21

Page 22: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

c. Untuk menumbuhkan rasa tanggung jawab individu terhadap

kemakmuran diri, keluarga dan masyarakat sebagai bagian

aktivitas dan dinamisasi ekonomi

d. Untuk meminimalisasi pemerasan dengan menggali sumber-

sumber nafkah

e. Supaya negara melakukan kewajibannya terhadap warga

negara yang masih miskin.

C. Prinsip Konsumsi Muslim

1. Prinsip syariah

a. Memperhatikan tujuan konsumsi

b. Memperhatikan kaidah ilmiah

c. Memerhatikan bentuk konsumsi

2. Prinsip kuantitas

a. Sederhana, tidak bermewah-mewahan

b. Kesesuaian antara pemasukan dengan konsumsi

3. Prinsip prioritas

Prioritas atau urutan konsumsi alokasi harta menurut syariat islam,

antara lan :

a. Untuk nafkah diri, istri, anak dan saudara

b. Untuk memperjuangkan agama Allah

4. Prinsip moralitas

Perilaku konsumsi seorang muslim dalam berkonsumsi juga

memerhatikan nilai prinsip moralitas, dimana mengandung arti

ketika berkonsumsi terhadap suatu barang, maka dalam rangka

menjaga martabat manusia yang mulia berbeda dengan makhluk

Allah lainnya.

22

Page 23: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

BAB VI

DISTRIBUSI DALAM ISLAM

A. Pendahuluan

Perbedaan kepemilikan harta dalam kehidupan manusia

merupakan hukum dan ketetapan Allah yang mempunyai banyak

hikmah dan maknanya bagi kehidupan manusia. Ketidakbenaran

dalam distribusi menjadikan alokasi harta menjadi tidak seimbang.

Sebagai alat atau instrumen distribusi tersebut adalah melalui zakat,

sedekah, infaq dan lainnya guna menjaga keharmonisan dalam

kehidupn sosial, selain juga berkaitan mengajarkan kepada umat

islam rasa keimanan dan kecintaan kepada Khaliknya.

B. Kepentingan Distribusi Kepemilikan Dalam Islam

Dalam distribusi pendapatan terdapat beberapa masalah, seperti :

1) instrumen apa saja yang digunakan untuk mengatur adanya

distribusi pendapatan?

2) Apa hikmah atau manfaat di balik perintah untuk melaksanakan

instrumen distribusi pendapatan tersebut?

3) Dan bagaimana cara melaksanakan instrumen distribusi

pendapatan tersebut, serta yang dilakukan haruskah mengarah

pada pembentukan masyarakat yang mempunyai pendapatan

yang sama?

Jawaban sementara masalah ini, islam telah menganjurkan untuk

mengerjakan zakat, infaq dan shodaqoh. Kemudian Baitul Mal

membagikan kepada orang yang membutuhkan untuk meringankan

23

Page 24: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

masalah hidup orang lain dengan cara memberi bantuan langsung

maupun tidak langsung.

C. Instrumen Distribusi Kepemilikan Utama Dalam Islam

Dalam wacana fiqh islam, peraturan terhadap redistribusi

pendapatan antara lain adalah :

1. Zakat (hukumnya wajib)

a. Hakekat dan fungsi zakat

Menurut Sulaiman Rasyid (2005) zakat adalah “kadar harta

tertentu yang diberikan kepada yang berhak menerimanya

dengan beberapa syarat”. Fungsi pokok zakat adalah untuk

membuktikan keimanan hanya kepada Allah, karena rezeki

sesungguhnya milik Allah sehingga kecintaan terhadap harta

tidak mengalahkan cinta kepada Allah SWT. Selain itu fungsi

lainnya adalah mengatur distribusi alokasi harta (rezeki) supaya

merata dalam mengatur perilaku konsumsi terhadap hasil

perekonomian masyarakat.

b. Kegunaan (hikmah) zakat

Kegunaan zakat menurut Sulaiman Rasyid (2005) antara

lain:

1) Menolong orang lemah dan susah agar dia dapat

menunaikan kewajibannya terhadap Allah dan terhadap

makhluk Allah (masyarakat)

2) Membersihkan diri dari sifat kikir dan akhlak yang tercela,

serta mendidik diri agar bersifat mulia dan pemurah dengan

membiasakan membayarkan amanat kepada orang yang

berhak dan berkepentingan.

24

Page 25: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

3) Sebagai ucapan syukur dan terima kasih atas nikmat

kekayaan yang diberikan kepadanya.

4) Guna mencegah kejahatan yang akan timbul dari si miskin

yang lemah iman dan lemah pemahaman agamanya.

5) Guna mendekatkan hubungan kasih sayang dan cinta-

mencintai antara si kaya dan si miskin.

c. Objek zakat

Menurut Al Ghazali dalam kitabnya Asrar ash-Shaum dan

Asrar az-Zakat, bahwa objek zakat terdiri atas enam jenis

antara lain zakat hewan ternak, zakat emas dan perak, zakat

perdagangan, zakat rikaz dan tambang, zakat pertanian dan

zakat fitrah.

d. Distribusi zakat

Beberapa hal menyebabkan seseorang berhak menerima

zakat atau menjadikannya sebagai mustahiq. Seseorang tidak

berhak menerima zakat (tidak dianggap sebagai mustahiq)

kecuali seorang muslim yang merdeka (bukan budak), bukan

seorang anggota suku Bani Hasyim atau Bani Muthalib, dan

harus memiliki salah satu sifat di antara sifat-sifat delapan

ashnaf (kelompok) yang tersebut dalam Al Qur’an yaitu :

Fakir

Miskin

Amil

Muallaf

Budak

Orang yang berutang

Pejuang di jalan Allah

Ibnu sabil

2. Sedekah dan Infaq

25

Page 26: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

Penjelasan menurut ahli tafsir tentang “wamimma razaqna

hum yun-fiquun” (menafkahkan sebagian rezeki) ialah memberikan

sebagian dari harta yang telah direzekikan oleh Tuhan kepada

orang-orang yang disyari’atkan oleh agama memberinya, seperti

orang-orang fakir, orang-orang miskin, kaum kerabat, anak-anak

yatim dan lain-lain.

3. Ghanimah

Menurut Al Mawardhi, ghanimah dan fai adalah harta yang di

dapatkan kaum muslimin dari kaum musyrikin atau mereka

menjadi penyebab perolehan harta tersebut. Sedangkan menurut

Ibnu Taimiyah, ghanimah adalah harta yang diambil dari orang-

orang kafir lewat peperangan. Ghanimah dan fai’ memiliki dua

kesamaan di antara keduanya adalah didapatkan dari orang-orang

kafir dan alokasi seperlima keduanya sama. Sedangkan dua

perbedaan diantara keduanya adalah sebagai berikut :

Fai diambil dengan sukarela, sedangkan ghanimah diambil

secara paksa.

Alokasi empat perlima fai berbeda dengan alokasi empat

perlima harta ghanimah.

4. Fai’

Fai’ menurut Imam Al Mawardhi adalah semua harta yang

didapatkan kaum muslimin dari orang-orang musyrik dengan

sukarela tanpa melalui pertempuran, tanpa derap kaki kuda dan

pengendaranya, maka ia seperti uang perdamaian, jizyah, dan

sepersepuluh bisnis mereka.

5. Jizyah

Pajak dan jizyah adalah hak yang diberikan Allah Ta’ala

kepada kaum muslimin dari orang-orang musyrik. Hukum

26

Page 27: Tugas Mandiri (Ekonomi Syariah)

keduanya juga banyak. Adapun titik kesamaan antara pajak

dengan jizyah adalah sebagai berikut :

Keduanya didapatkan dari orang musyrik sebagai bentuk

penghinaan bagi mereka

Keduanya adalah harta fai dan didistribusikan kepada penerima

fai’

Keduanya wajib ditunggu satu tahun dan sebelum satu tahun

keduanya tidak berhak memiliki

6. Al-Kharaj (pajak)

Pajak adalah uang yang dikenakan terhadap tanah dan

termasuk hak-hak yang harus ditunaikan. Tanah pajak berbeda

dengan tana zakat dalam hal kepemilikan dan hokum. Semua itu

terbagi menjadi empat bagian :

a. Tanah yang sejak awal dihidupkan kaum muslimin

b. Tanah yang pemiliknya masuk islam

c. Tanah yang didapatkan dari orang-orang musyrik dengan jalan

kekerasan senjata

d. Tanah yang didapatkan dari orang-orang musyrik dengan jalan

damai.

27