Tugas Makalah PHI

39
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang 1 I.II Rumusan Masalah 1 I.III Tujuan Penulisan 1 I.IV Manfaat Penulisan 2 BAB II RANGKUMAN DASAR ILMU HUKUM DI INDONESIA II.I Definisi Hukum 3 II.II Sejarah Hukum 9 II.III Sumber Hukum 14 II.IV Dasar Hukum 17 II.V Hukum Positif 1 8 II.VI Dasar Kemanunggalan 22 II.VII Pluralisme 22 II.VIII Gejala Hukum 24 BAB III HUKUM BERDASARKAN KRITERIA III.I Kepentingan atau Tujuan 25

description

TUGAS PHI

Transcript of Tugas Makalah PHI

Page 1: Tugas Makalah PHI

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang 1

I.II Rumusan Masalah 1

I.III Tujuan Penulisan 1

I.IV Manfaat Penulisan 2

BAB II RANGKUMAN DASAR ILMU HUKUM DI INDONESIA

II.I Definisi Hukum 3

II.II Sejarah Hukum 9

II.III Sumber Hukum 14

II.IV Dasar Hukum 17

II.V Hukum Positif 1 8

II.VI Dasar Kemanunggalan 22

II.VII Pluralisme 22

II.VIII Gejala Hukum 24

BAB III HUKUM BERDASARKAN KRITERIA

III.I Kepentingan atau Tujuan 25

III.II Fungsi 26

III.III Berlakunya Hukum 27

III.IV Sifat 28

BAB IV PENUTUP

IV.I Simpulan 29

Page 2: Tugas Makalah PHI

IV.II Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang Masalah

Fenomena yang berkembang saat ini dalam pembelajaran ilmu hukum khususnya mahasiswa ilmu hukum adalah kurangnya informasi dan media yang memberi pengetahuan secara relevan, tepat dan benar adanya. Dengan demikian perlu adanya kumpulan makalah yang dibuat oleh perorangan dalam mengerti dasar ilmu hukum khusunya hukum yang ada di Indonesia

I.II Rumusan Masalah

I.II.I Apa definisi dari hukum

I.II.II Apa dasar dari hukum

I.II.III Sumber hukum yang ada di Indonesia

I.II.IV Gejala hukum Indonesia

I.II.V Sejarah hukum yang ada di Indonesia

I.II.VI Kriteria atau penggolongan hukum

I.II.VII Pluralisme hukum

I.II.VIII Dasar kemanunggalan hukum

I.II.IX Hukum positif

I.III Tujuan Penulisan

I.III.I Tujuan Umum

Tujuan umum penulisan ini adalah untuk mempermudah mempelajari hukum di indonesia.

1

Page 3: Tugas Makalah PHI

I.III.II Tujuan Khusus

Pemenuhan tugas Pengantar Hukum Indonesia di Universitas Udayana fakultas hukum tahun 2013.

I.IV Manfaat Penulisan

Penulisan ini dapat bermanfaat bagi orang awam maupun seseorang yang ingin mengetahui tentang ilmu hukum yang ada di Indonesia.

2

Page 4: Tugas Makalah PHI

BAB II

RANGKUMAN DASAR ILMU HUKUM DI INDONESIA

II.I Definisi Hukum

Terdapat beberapa pengertian atau definisi hukum menurut para

ahli yang berbeda-beda satu sama lain. Hal ini terjadi karena hingga saat ini

belum ada kesepahaman antara para ahli mengenai definisi hukum yang dapat

disepakati.pengertian hukum berdasarkan ahli adalah sebagai berikut :

Soerojo Wignjodipoero,

hukum adalah himpunan peraturan-peraturan hidup yang berisikan suatu

perintah dan larangan atau perizinan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu

hal, hukum bersifat memaksa serta dengan maksud untuk mengatur tata tertib

dalam kehidupan bermasyarakat.

 

J.C.T. Simorangkir, SH & Woerjono Sastroparnoto,

hukum adalah peraturan yang bersifat memaksa dan menentukan tingkah laku

manusia dalam lingkungan masyarakat yang dibuat oleh badan-badan resmi

yang berwajib dimana pelanggaran terhadap peraturan tersebut akan

mengakibatkan hukuman yang tertentu

 

SM. Amin, SH,

hukum adalah kumpulan peraturan-peraturan yang terdiri atasi norma dan

sanksi-sanksi hukum

 

M.H. Tirtaatmidjaja, SH,

hukum adalah semua aturan norma yang harus diturut dalam tingkah laku

tindakan-tindakan dalam pergaulan hidup dengan ancaman mesti mengganti

3

Page 5: Tugas Makalah PHI

kerugian jika melanggar aturan-aturan itu akan membahayakan diri sendiri atau

harta

 

Wirjono Prodjodikoro,

hukum adalah rangkaian peraturan-peraturan mengenai tingkah laku orang-

orang sebagai anggota suatu masyarakat tertentu

 

Prof. Achmad Ali,

Seperangkat kaidah atau aturan yang tersusun dalam suatu sistem, yang

menentukan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan oleh manusia

sebagai warga masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, yang bersumber

dari masyarakat sendiri maupun dari sumber lain, yang diakui berlakunya oleh

otoritas tertinggi dalam masyarakat tersebut, serta benar-benar diberlakukan

oleh warga masyarakat (sebagai suatu keseluruhan) dalam kehidupannya dan

jika kaidah tersebut dilanggar akan memberikan kewenangan bagi otoritas

tertinggi untuk menjatuhkan sanksi yang sifatnya eksternal

 

Prof. Soedikno Mertokusumo,

Keseluruhan kumpulan peraturan-peraturan atau kaidah-kaidah dalam suatu

kehidupan bersama, keseluruhan peraturan tingkah laku yang berlaku dalam

suatu kehidupan bersama, yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan

sanksi

 

Mochtar Kusumaatmadja,

Pengertian hukum yang memadai harus tidak hanya memandang hukum itu

sebagai suatu perangkat kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan

manusia dalam masyarakat, tapi harus pula mencakup lembaga (institusi) dan

proses yang diperlukan untuk mewujudkan hukum itu dalam kenyataan

 

Abdulkadir Muhammad, SH,

4

Page 6: Tugas Makalah PHI

Segala peraturan tertulis dan tidak tertulis yang mempunyai sanksi yang tegas

terhadap pelanggarnya

 

R. Soeroso SH,

Himpunan peraturan yang dibuat oleh yang berwenang dengan tujuan untuk

mengatur tata kehidupan bermasyarakat yang mempunyai ciri memerintah dan

melarang serta mempunyai sifat memaksa dengan menjatuhkan sanksi

hukuman bagi yang melanggarnya

 

Plato,

Merupakan peraturan-peraturan yang teratur dan tersusun baik yang mengikat

masyarakat

 

Aristoteles,

Sesuatu yang sangat berbeda daripada sekedar mengatur dan mengekspresikan

bentuk dari konstitusi dan hukum berfungsi untuk mengatur tingkah laku para

hakim dan putusannya di pengadilan untuk menjatuhkan hukuman terhadap

pelanggar

 

Tullius Cicerco (Romawi) ,

Hukum adalah akal tertinggi yang ditanamkan oleh alam dalam diri manusia

untuk menetapkan apa yang boleh dan apa yang tidak boleh dilakukan

 

Schapera,

Setiap aturan tingkah laku yang mungkin diselenggarakan oleh pengadilan

 

Hugo de Grotius,

5

Page 7: Tugas Makalah PHI

Peraturan tentang tindakan moral yang menjamin keadilan pada peraturan

hukum tentang kemerdekaan (law is rule of moral action obligation to that which

is right)

 

Paul Bohannan,

Merupakan himpunan kewajiban yang telah dilembagakan kembali dalam

pranata hukum

 

Leon Duguit,

Seluruh aturan tingkah laku anggota suatu masyarakat, dimana aturan tersebut

daya penggunaannya pada saat tertentu diindahkan/diikuti oleh anggota

masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan jika ada yang

melanggar, maka akan menimbulkan reaksi bersama terhadap seseorang atau

beberapa orang yang melakukan pelanggaran itu

 

Pospisil,

Aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban melalui sanksi-sanksi

yang dijatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan melalui suatu

otoritas pengendalian

 

Immanuel Kant,

Keseluruhan syarat-syarat yang dengan syarat-syarat tersebut kehendak bebas

dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari

orang yang lain menuruti peraturan hukum mengenai kemerdekaan

 

Thomas Hobbes,

Perintah-perintah dari orang yang memiliki kekuasaan untuk memerintah dan

memaksakan perintahnya kepada orang lain

 

Roscoe Pound,

6

Page 8: Tugas Makalah PHI

Sebagai tata hukum mempunyai pokok bahasan hubungan antara manusia

dengan individu yang lainnya dan hukum merupakan tingkah laku para individu

yang dapat mempengaruhi individu lainnya. Hukum sebagai kumpulan dasar-

dasar kewenangan dari putusan-putusan pengadilan dan tindakan administratif

atau A Law as a tool of social engineering

 

John Austin,

Seperangkat perintah yang diberikan baik langsung maupun tidak langsung dari

pihak mereka yang berkuasa kepada warga masyarakatanya yang merupakan

masyarakat politik yang independen dimana pihak yang berkuasa memiliki

otoritas yang tertinggi

 

Rudolf von Jhering,

Keseluruhan peraturan yang memaksa yang berlaku dalam suatu Negara

 

Karl Von Savigny,

Aturan yang tebentuk melalui kebiasaan dan perasaan kerakyatan, yaitu melalui

pengoperasian kekuasaan secara diam-diam. Hukum berakar pada sejarah

manusia, dimana akarnya dihidupkan oleh kesadaran, keyakinan dan kebiasaan

warga masyarakat

 

Van Vanenhoven,

Suatu gejala dalam pergaulan hidup yang bergolak terus menerus dalam

keadaan berbenturan tanpa henti dari dan dengan gejala-gejala lain

 

Karl Marx,

Suatu pencerminan dari hubungan umum ekonomis dalam masyarakat pada

suatu tahap perkembangan tertentu

 

Holmes,

7

Page 9: Tugas Makalah PHI

Sesuatu yang dikerjakan dan diputuskan oleh pengadilan

 

Utrecht,

Himpunan petunjuk hidup,perintah dan larangan yang mengatur tata tertib

dalam suatu masyarakat yang seharusnya ditaati oleh seluruh anggota

masyarakat oleh karena itu pelanggaran petunjuk hidup tersebut dapat

menimbulkan tindakan oleh pemerintah/penguasa itu. Himpunan peraturan-

peraturan (perintah-perintah dan larangan-larangan) yang mengurus tata tertib

suatu masyarakat dan oleh karena itu harus ditaati oleh masyarakat itu sendiri.

Berikut merupakan tambahan definisi-definisi tentang hukum menurut

para ahli :

Van Apeldoorn,

hukum itu banyak seginya dan demikian luasnya sehingga tidak mungkin

menyatakanya dalam (satu) rumusan yang memuaskan.

I Kisch,

oleh karena hukum itu tidak dapat ditangkap oleh panca indera maka sukarlah

untuk membuat definisi tentang hukum yang memuaskan.

 Lemaire,

hukum yang banyak seginya dan meliputi segala macam hal itu menyebabkan

tak mungkin orang membuat suatu definisi apapun hukum itu sebenarnya.

Grotius, 

hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban melalui

sanksi-sanksi yang djatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan

melalui suatu otoritas pengendalian.

Aristoteles, 

hukum adalah sesuatu yang berbeda daripada sekadar mengatur dan

mengekpresikan bentuk dari kontitusi dan hukum berfungsi untuk mengatur

8

Page 10: Tugas Makalah PHI

tingkah laku hakim dan putusannya di pengadilan untk menjatuhkan hukuman

terhadap pelangggar.

Schapera, 

hukum adalah setiap aturan tingkah laku yang mungkin diselenggarakan oleh

pengadilan.

Paul Bohannan,

hukum adalah merupakan himpunan kewajiban yang telah dilembagakan

kembali dalam pranata hukum.

Pospisil, 

hukum adalah aturan-aturan tingkah laku yang dibuat menjadi kewajiban melalui

sanksi-sanksi yang dijatuhkan terhadap setiap pelanggaran dan kejahatan

melalui suatuotoritas pengendalian.

Karl von Savigny,

hukum adalah aturan yang tebentuk melalui kebiasaan dan perasaan

kerakyatan, yaitu melalui pengoperasian kekuasaan secara diam-diam. Hukum

berakar pada sejarah manusia, dimana akarnya dihidupkan oleh kesadaran,

keyakinan dan kebiasaan warga masyarakat.

Marxist,

hukum adalah suatu pencerminan dari hubungan umum ekonomis dalam

masyarakat pada suatu tahap perkembangan tertentu.

John Austin,

melihat hukum sebagai perangkat perintah, baik langsung maupun tidak

langsung dari pihak yang berkuasa kepada warga rakyatnya yang merupakan

masyarakat politik yang independen, dimana otoritasnya (pihak yang berkuasa)

meruipakan otoritas tertinggi.

Selain pengertian hukum menurut para ahli yang disebutkan diatas,

terdapat juga pengertian hukum secara umum sebagai berikut:

9

Page 11: Tugas Makalah PHI

Himpunan peraturan-peraturan yang mengatur kehidupan bermasyarakat,

dibuat oleh lembaga yang berwenang dan bersifat memaksa serta berisi

perintah dan larangan yang apabila dilanggar akan mendapat sanksi

II.II Sejarah Hukum

Sejarah tata hukum Indonesia terdiri atas sebelum tanggal 17 agustus

1945 dan sesudah tanggal 17 agustus 1945. Berikut merupakan kronologi

historisnya.

Masa Verenigde Oost Indische Compagnie(VOC) ( 1602 – 1799)

Sebelum kedatangan belanda pada tahun 1596, orang indonesia atau

nusantara pada zaman itu tunduk pada hukum tidak tertulis yang berlaku di

daerah indonesia ( hukum adat). Setelah orang-orang belanda mendirikan VOC

pada tahun 1602, VOC diberi hak istimewa dalam berdagang yang sibeut hak

octrooi yang meliputi monopoli pelayaran dan perdagangan, mengumumkan

perang, mengadakan perdamaian, dan mencetak uang. Peraturan tersebut

merupakan hukum positif orang belanda di daerah perdagangan. Lalu setiap

peraturan-peraturan yang dibuat itu dihimpun dan diumumkan dengan nama

Statuten van Batavia ( statuta betawi) pada tahun 1642. Statuta tersebut

berlaku sebagai hukum positif untuk semua kalangan yang berada di daerah

hindia belanda. Dengan demikian tata hukum yang berlaku pada kurun waktu

tersebut adalah aturan yang berasal dari daerah belanda dan kebijakn gubernur

jendral VOC serta aturan adat baik tertulis maupun tidak bagi golongan pribumi.

Masa Besluiten Regerings ( 1814 – 1855)

Setelah adanya penyerahan kembali daerah nusantara dari pihak inggris

ke pihak belanda, para komisaris jendral belanda saat itu tidak membuat

peraturan baru untuk mengatur pemerintahannya dan tetap memberlakukan

peraturan yang berlaku pada masa inggris berkuasa di indonesia, yakni

10

Page 12: Tugas Makalah PHI

mengenai landrente ( hak tanah), usaha pertanian, dan susunan pengadilan

buatan Rafles.

Pada tahun 1830 pemerintah belanda berhasil mengkodifikasikan hukum

perdata yang dapat terlaksana pada tanggal 1 oktober 1838. Selanjutnya di

hindia belanda timbul pemikiran untuk mengkodifikasikan hukum perdata yang

berlaku di daerah kolonial tersebut. Maka tanggal 15 Agustus 1839 komisi

undang undang yang dibentuk oleh menteri jajahan belanda menyelesaikan

beberapa peraturan yang kemudian disempurnakan oleh mr. H.L. Wicher yaitu :

1. Reglement op de Rechterlijke Organisatie ( RO) atau Peraturan Organisasi

Pengadilan.

2. Algemene Bepalingen van Wetgeping (AB) atau Ketentuan Umum tentang

Perundang-undangan.

3. Burgerlijk Wetboek ( BW) atau Kitab Undang Undang Hukum Sipil (KUHS).

4. Wetboek van Koophandel ( WVK) atau Kitab Undang Undang Hukum

Dagang ( KUHD).

5. Reglement op de Burgerlijke Rechts vordering (RV) atau Peraturan

Tentang Acara Perdata ( AP).

Berdasarkan kenyataan sejarah di atas maka pada saat itu berlaku peraturan

tertulis yang dikodifikasikan, yang tidak dikodifikasikan, serta peraturan tidak

tertulis ( hukum adat) yang khusus berlaku bagi orang bukan golongan eropa.

Masa Regerings Reglement ( 1855 – 1926)

Pada saat itu peraturan dasar yang dibuat oleh raja bersama dengan

parlemen untuk mengatur pemerintahan daerah jajahan indonesia adalah

Regerings Reglement (RR). Pada masa berlakunya RR telah berhasil

diundangkan kitab-kitab hukum, yaitu :

1. Kitab hukum pidana unutk golongan eropa sebagai hasil saduran dari

Code Penal yang berlaku di Belanda waktu itu.

2. Algement Politie Strafreglement sebagi tambahan kitab hukum pidana

untuk golongan eropa.

3. Kitab hukum pidana bagi orang bukam eropa yang isiinya hampir sama

dengan kitab hukum pidana eropa tahun 1866.

4. Politie Strafreglement bagi orang bukan eropa.

11

Page 13: Tugas Makalah PHI

5. Wetboek van Strafrecht atau hukum perdana materiil.

Masa Indische Staatsregeling ( 1926-1942)

Pada tanggal 23 Juni 1925 RR tersebut diubah menjadi Indische

Staatsregeling ( IS) atau peraturan ketatanegaraan indonesia yang membagi

golongan penduduk untuk menentukan sistem-sistem hukum yang berlaku bagi

masing-masing golongan, yaitu :

1. Bagi golongan eropa adalah hukum perdata yaitu Burgerlijk Wetboek dan

Wetboek van Koophandel. Untuk hukum pidana materiil yaitu Wetboek

van Strafrecht. Untuk hukum acara yang dilaksanakn dalam proses

pengadilan bagi golongan eropa di jawa dan madura diatur dalam

Reglement op de Burgerlijke Rechts Vordering untuk proses perdata dan

Reglement op de Straf Vordering untuk proses perkara pidana. Adapun

acara peradilan di luar jawa dan madura diatur dalam Rechts Reglement

Buitengewesten (RBg).

2. Bagi golongan pribumi atau bumiputra hukum perdatatnya adalah hukum

adat yang tidak tertulis tetapi kedudukannya dalam kolonial Hindia

Belanda tidak mutlak dan dapat diganti dengan ordonasi jika dikehendaki

dengan pemerintah Hindia Belanda. Adapun hukum yang berlaku bagi

golongan pribumi dengan contoh adalah Staatblad 1927 nomor 91

(koperasi pribumi), Staatblad 1931 nomor 53 ( pengangkatan wali di Jawa

dan Madura), Staatblad 1933 nomor 74 ( perkawinan orang kristen di

Jawa, Minahasa dan Ambon), Staatblad 1933 nomor 75 (pencatatan jiwa

bagi orang Indonesia), Staatblad 1939 nomor 569 ( Maskapai Andil) dan

Staatblad 1939 nomor 570 ( perhimpunan pribumi). Sedangkan hukum

perdana materiil yang berlaku di golongan pribumi antara lain adalah

hukum pidana materiil ( Wetboek van Strafrecht), Hukum acara perdata

untuk daerah jawa dan madura ( Inlands Reglements) dan bagi acara

peradilan peradilan di luar jawa dan madura diatur dalam Rechts

Reglement Buitengewesten.

3. Bagi golongan timur asing berlakulah hukum perdata dan hukumm pidana

adat mereka, namun beberapa golongan timur asing juga tunduk dengan

hukum acara yang berlaku di daerah Eropa dan hukum acara yang berlaku

bagi golongan pribumi

12

Page 14: Tugas Makalah PHI

Masa Jepang (Osamu Seirei)

Pada masa ini pemerintah di Indonesia berpedoman terhadap undang-undang

yang disebut dengan Gun Seirei melalui Osamu Seirei dan peraturan pelaksana

Osamu Kanrei. Osamu Seirei berlaku secara umum, sedangkan Osamu Kanrei

sebagai peraturan pelaksana isinya juga mengatur hal yang diperlukan unutk

menjaga ketertiban umum dan keamanan. Untuk golongan Eropa, Timur Asing

Cina dan Indonesia Timur Asing bukan Cina yang dulunya tunduk terhadap

hukum Eropa tetap berlaku baginya hukum perdata Eropa tersebut. Adapun

bagi golongan Indonesia dan golongan Timur Asing bukan Cina yang tidak

tunduk terhadap hukum Eropa teap memberlakukan hukum-hukum perdata

adatnya. Selanjutnya pemerintah Balatentara Jepang juga mengeluarkan Gun

Seirei nomor istimewa 1942, Osamu Seirei nomor 25 tahun 1944, yang memuat

aturan pidana yang umum dan aturan pidana yang khusus, sebagai pelengkap

peraturan yang ada sebelumnya.

Masa Tahun 1945 – 1949

Setelah bangsa Indonesia merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945, saat

itu juga pemerintah Indonesia mengambil sikap untuk mengambil sikap untuk

menentukan nasib bangsa sendiri, mengatur dan menyusun negarnya serta

menetapkan tata hukumnya , sehingga pada tanggal 18 Agustus 1945

ditetapkanlah Undang-Undang Dasar 1945. Menurut ketentuan pasal 1 dan 2

aturan peralihan tersebut dapat diketahui bahwa semua peraturan dan lembaga

yang telah ada dan berlaku pada zaman penjajahan Belanda maupun Jepang,

tetap diberlakukan dan difungsikan. Dengan demikian tata hukum yang berlaku

pada masa tersebut adalah semua peraturan yang telah ada dan pernah berlaku

pada masa penjajahan Belanda maupun Jepang dan peraturan baru yang

dihasilkan oleh pemerintah negara Republik Indonesia dari tahun 1945 – 1949.

13

Page 15: Tugas Makalah PHI

Masa Tahun 1949 – 1950

Berdasarkan hasil konferensi meja bundar tahun 1949, berlakulah

Konstitusi Republik Indonesia Serikat (KRIS), dan tata hukum yang berlaku pada

waktu itu adalah peraturan yang dinyatakan berlaku pada masa 1945 – 1949 dan

peraturan baru yang dihasilkan oleh pemerintah Negara Republik Indonesia

Serikat selama kurun waktu 27 Desember 1949 sampai dengan 16 Agustus

1950. Berdasarkan ketentuan pasal 192 KRIS aturan peralihan Undang-Undang

Dasar 1945 tetap berlaku di Negara Republik Indonesia Serikat.

Masa Tahun 1950 – 1959

Pada tanggal 17 Agustus 1950 bangsa Indonesia kembali ke negara

kesatuan Undang-Undang Dasar Sementara 1950 yang berlaku sampai tanggal 4

Juli 1959. Tata hukum yang berlaku pada masa ini adalah tata hukum yang

terdiri dari semua peraturan yang dinyatakan berlaku berdasarkan pasal 142

UUDS 1950, dan ditambah dengan peraturan baru yang dibentuk oleh

pemerintah negara selama kurun waktu tersebut.

Masa Tahun 1959 – Sekarang

Setelah keluarnya Dekrit Presiden tanggal 5 Juli 1959, Undang-Undang Dasar

Sementara 1950 tidak berlaku lagi dan kembali berlakunya Undang-Undang

Dasar 1945 sampai sekarang. Adapun tata urutan peaturan yang diatur

berdasarkan ketetapan MPR nomor III tahun 2000 adalah sebagai berikut :

1. Undang-Undang Dasar 1945.

2. Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat.

3. Undang-Undang.

4. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang.

5. Peraturan Pemerintah.

6. Keputusan Presiden.

7. Peraturan Daerah.

14

Page 16: Tugas Makalah PHI

II.III Sumber Hukum

Ada 2 sumber hukum yatu sumber hukum dalam arti materil dan formil :

Sumber hukum materiil

Sumber hukum materiil adalah faktor yg turut serta menentukan isi

hukum. Dapat ditinjau dari berbagai sudut misalnya sudut ekonomi, sejarah,

sosiologi, filsafat, agama, dll. Dalam kata lain sumber hukum materil adalah

faktor-faktor masyarakat yang mempengaruhi pembentukan hukum (pengaruh

terhadap pembuat UU, pengaruh terhadap keputusan hakim, dsb). Atau faktor

yang ikut mempengaruhi materi (isi) dari aturan-aturan hukum, atau tempat

darimana materi hukum tiu diambil. Sumber hukum materil ini merupakan faktor

yang membantu pembentukan hukum.

Faktor tersebut adalah faktor idiil dan faktor kemasyarakatan. Faktor idiil

adalah patokan-patokan yang tetap mengenai keadilan yang harus ditaati oleh

para pembentuk UU ataupun para pembentuk hukum yang lain dalam

melaksanakan tugasnya. Faktor kemasyarakatan adalah hal-hal yang benar-

benar hidup dalam masyarakat dan tunduk pada aturan-aturan yang berlaku

sebagai petunjuk hidup masyarakat yang bersangkutan. Contohnya struktur

ekonomi, kebiasaan, adat istiadat, dll

Dalam berbagai kepustakan hukum ditemukan bahwa sumber hukum

materil itu terdiri dari tiga jenis yaitu (van Apeldoorn) :

1) sumber hukum historis (rechtsbron in historischezin) yaitu tempat kita dapat

menemukan hukumnya dalam sejarah atau dari segi historis. Sumber hukum ini

dibagi menjadi :

a) Sumber hukum yg merupakan tempat dapat ditemukan atau dikenal

hukum secara historis : dokumen-dokumen kuno, lontar, dll.

b) Sumber hukum yg merupakan tempat pembentuk UU mengambil

hukumnya.

2) sumber hukum sosiologis (rechtsbron in sociologischezin) yaitu Sumber

hukum dalam arti sosiologis yaitu merupakan faktor-faktor yang menentukan isi

hukum positif, seperti misalnya keadaan agama, pandangan agama, kebudayaan

dsb.

15

Page 17: Tugas Makalah PHI

3) sumber hukum filosofis (rechtsbron in filosofischezin) sumber hukum ini dibagi

lebih lanjut menjadi dua :

a) Sumber isi hukum; disini dinyatakan isi hukum asalnya darimana. Ada

tiga pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan ini yaitu :

-pandangan theocratis, menurut pandangan ini hukum berasal dari Tuhan

-pandangan hukum kodrat, menurut pandangan ini isi hukum berasal dari

akal manusia

-pandangan mazhab hostoris, menurut pandangan isi hukum berasal dari

kesadaran hukum.

b). Sumber kekuatan mengikat dari hukum yaitu mengapa hukum

mempuyai kekuatan mengikat, mengapa kita tunduk pada hukum.

 Sumber hukum formal

Sumber hukum formal adalah sumber hukum dengan bentuk tertentu

yang merupakan dasar berlakunya hukum secara formal. Jadi sumber hukum

formal merupakan dasar kekuatan mengikatnya peraturan-peraturan agar ditaati

oleh masyarakat maupun oleh penegak hukum.

Macam-macam sumber hukum formal :

1) Undang-undang, yaitu suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan

hukum yang mengikat diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara

Menurut Buys, Undang-Undang itu mempunyai 2 arti :

Dalam arti formil, yaitu setiap keputusan pemerintah yang merupakan UU

karena cara pembuatannya (misalnya, dibuat oleh pemerintah bersama-

sama dengan parlemen)

Dalam arti material, yaitu setiap keputusan pemerintah yang menurut isinya

mengikat setiap penduduk.

2) Kebiasaan (custom) adalah perbuatan manusia yang tetap dilakukan

berulang-ulang dalam hal yang sama. Apabila suatu kebiasaan tertentu diterima

16

Page 18: Tugas Makalah PHI

oleh masyarakat dan kebiasaan itu selalu berulang-ulang dilakukan sedemikan

rupa, sehingga tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan itu dirasakan

sebagai pelanggaran perasaan hukum, maka dengan demikian timbullah suatu

kebiasaan hukum, yang oleh pergaulan hidup dipandang sebagai hukum.

3) Jurisprudensi (keputusan hakim) adalah keputusan hakim yang terdahulu yag

dijadikan dasar pada keputusan hakim lain sehingga kemudian keputusan ini

menjelma menjadi keputusan hakim yang tetap terhadap persoalan/peristiwa

hukum tertentu.

Seorang hakim mengkuti keputusan hakim yang terdahulu itu karena ia

sependapat dgn isi keputusan tersebut dan lagi pula hanya dipakai sebagai

pedoman dalam mengambil sesuatu keputusan mengenai suatu perkara yang

sama.

Ada 2 jenis yurisprudensi :

1. Yurisprudensi tetap keputusan hakim yg terjadi karena rangkaian keputusan

yang serupa dan dijadikan dasar atau patokanuntuk memutuskan suatu

perkara (standart arresten)

2. Yurisprudensi tidak tetap, ialah keputusan hakim terdahulu yang bukan

standart arresten.

4) Traktat (treaty) adalah perjanjian yang diadakan oleh 2 negara atau lebih

yang mengikat tidak saja kepada masing-masing negara itu melainkan mengikat

pula warga negara-negara dari negara-negara yang berkepentingan. Traktat

dibagi menjadi :

1. Traktat bilateral, yaitu traktat yang diadakan hanya oleh 2 negara, misalnya

perjanjian internasional yang diadakan diadakan antara pemerintah RI dengan

pemerintah RRC tentang “Dwikewarganegaraan”.

2. Traktat multilateral, yaitu perjanjian internaisonal yang diikuti oleh beberapa

negara, misalnya perjanjian tentang pertahanan negara bersama negara-negara

Eropa (NATO) yang diikuti oleh beberapa negara Eropa.

E. Perjanjian (overeenkomst) adalah suatu peristiwa dimana dua orang

atau lebih saling berjanji untuk melakukan atau tidak melakukan perbuatan

tertentu. Para pihak yang telah saling sepakat mengenai hal-hal yang

17

Page 19: Tugas Makalah PHI

diperjanjikan, berkewajiban untuk mentaati dan melaksanakannya (asas pact

sunt servanda).

F. Pendapat sarjana hukum (doktrin) adalah pendapat seseorang atau

beberapa orang sarjana hukum yang terkenal dalam ilmu pengetahuan hukum.

Doktrin ini dapat menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan

putusannya.

II.IV Dasar Hukum

Dasar hukum adalah norma hukum atau ketentuan dalam peraturan

perundang-undangan yang menjadi landasan atau dasar bagi setiap

penyelenggaraan atau tindakan hukum oleh subyek hukum baik orang

perorangan atau badan hukum. Selain itu dasar hukum juga dapat berupa norma

hukum atau ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang menjadi

landasan atau dasar bagi pembentukan peraturan perundang-undangan yang

lebih baru dan atau yang lebih rendah derajatnya dalam hirarki atau tata urutan

peraturan perundang-undangan. Bentuk yang disebut terakhir ini juga biasanya

disebut sebagai landasan yuridis yang biasanya tercantum dalam considerans

peraturan hukum atau surat keputusan yang diterbitkan oleh lembaga-lembaga

tertentu.

Dasar hukum dalam pembentukan Surat keputusan merupakan sesuatu

yang penting karena menunjukkan darimana kewenangan seorang pejabat atau

lembaga tertentu mendapatkan legitimasi untuk membuat surat keputusan itu.

Demikian halnya dengan dasar hukum yang biasanya disebutkan dalam

pembentukan peraturan perundang-undangan seperti peraturan pemerintah dan

peraturan daerah. Dasar hukum pada peraturan perundang-undangan yang

dimaksud tersebut adalah merujuk darimana perintah untuk membuat

pengaturan tersebut diperoleh oleh suatu peraturan daerah dan atau darimana

sumber kewenangan yang dimiliki oleh suatu lembaga tertentu untuk membuat

produk perundang-undangan yang sebagaimana dimaksud.

Setiap penyelenggaraan tugas, fungsi dan wewenang oleh lembaga-lembaga

negara harus memiliki dasar hukum atau paling tidak tindakan atau

penyelenggaraan tersebut tidak bertentangan dengan nilai-nilai moral dan etika

serta ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

18

Page 20: Tugas Makalah PHI

Penentuan suatu dasar hukum dapat dilakukan dengan mengambil

ketentuan dari peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang isinya kurang

lebih menyuratkan perintah atau larangan untuk melakukan sesuatu tindakan

hukum. Dasar hukum merupakan ketentuan peraturan perundang-undangan

yang secara jelas dapat dimengerti maksud dan tujuannya karena secara tegas

menyebutkan ketentuan tersebut sebagai pendukung sebuah tindakan hukum.

Sedangkan hukum dasar memuat ketentuan peraturan hukum berupa prinsip-

prinsip hukum umum atau secara garis besarnya saja, tidak terperinci dan tidak

mengatur hal-hal yang bersifat khusus. Berdasarkan ketentuan-ketentuan yang

dimaksud dalam hukum dasar inilah kemudian dibuat penjabaran yang

menguraikan ketentuan tersebut secara lebih spesifik dalam peraturan

perundang-undangan.

II.V Hukum Positif

Hukum positif dalam hilisan ini adalah Hukum Positif Indonesia. Dan yang

diartikan sebagai hukum positif adalah: "kumpulan asas dan kaidah hukum

tertulis dan tidak tertulis yang pada saat ini sedang berlaku dan mengikat secara

umum atau khusus dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau

pengadilan dalam negara Indonesia. " Penekanan " pada saat ini sedang berlaku,

karena secara keilmuan Rechtwefenschap, pengertian hukum positif diperluas.

Bukan saja yang sedang berlaku sekarang, melainkan termasuk juga hukum

yang pernah berlaku dimasa lalu. Perluasan ini timbul karena dalam definisi

keilmuan mengenai hukum positif dimasukkan unsur "berlaku pada waktu

tertenu dan tempat tertentu." Hukum yang pernah berlaku, adalah juga hukum

yang berlaku pada waktu tertentu dan tempat tertentu, sehingga termasuk

pengertian hukum positif, walaupun dimasa lalu. Memasukkan hukum yang

pernah berlaku sebagai hukum positif dapat pula dikaitkan dengan pengertian

keilmuan yang membedakan antara ius constitutum dan ius constituendum. Ius

constituendum lazim didefinisikan sebagai hukum yang diinginkan atau yang

dicita-citakan, yaitu "hukum" yang telah didapati dalam rumusan-rumusan

hukum tetapi belum berlaku. Berbagai rancangan peraturan perundang-

undangan (RUU, RPP, R.Perda, dan lain-lain rancangan peraturan) adalah contoh-

contoh dari ius constituendum. Termasuk juga ius constituendum adalah

peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan tetapi belum berlaku

misalnya: Undang-Undang No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha

19

Page 21: Tugas Makalah PHI

Negara telah menjadi Undang-Undang pada tahun 1986, tetapi baru dijalankan

lima tahun kemudian (1991). Selama lima tahun tersebut, Undang-Undang No. 5

Tahun 1986 merupakan ius constituendum. Pada suatu ketika didapati berbagai

rancangan perubahan Undang-Undang Dasar yang telah di susun PAH I MPR,

merupakan ius constituendum yang diharapkan suatu ketika ditetapkan sebagai

ius constitution. Dipihak lain ada ius constitutum yaitu hukum yang berlaku atau

disebut hukum positif. Hukum yang pernah berlaku adalah ius constitutum

walaupun tidak berlaku lagi, karena tidak mungkin dimasukkan sebagai ius

constituendum.

Hukum positif dapat dikelompokkan kedalam hukum positif tertulis dan hukum

positif tidak tertulis.

1. Hukum Positif Tertulis, dapat dibedakan antara hukum positif tertulis yang

berlaku umum dan hukum positif tertulis yang berlaku khusus.

1.1Hukum positif tertulis yang berlaku umum, terdiri dari:

a) Peraturan perundang-undangan; yaitu hukum positif tertulis yang

dibuat, ditetapkan, atau dibentuk pejabat atau lingkungan jabatan

yang berwenang menurut atau berdasarkan ketentuan peraturan

perundang-undangan tertentu dalam bentuk tertulis yang berisi aturan

tingkah laku yang berlaku atau mengikat (secara) umum. Termasuk

dalam kategori peraturan perundang¬undangan adalah aturan hukum

sebagaimana disebutkan dalam Tap. No. III/MPR/2000." Ditinjau dari

wewenang pembentukannya, peraturan perundang-undangan dapat

dibedakan antara yang bersifatkenegaraandanyang bersifat

administrasi negara. Selanjutnya ditinjau dari daya ikatrlya ada yang

bersifat ketatanegaraan (staatsrechtelijk) dan ada yang bersifat

administrasi negara (admnistratiefrechttelijk). Ditinjau dari lingkungan

tempat berlaku, dapat dibedakan antara peraturan perundang-

undangan tingkat nasional dan daerah.

b) Peraturan kebijakan (beleidsregels, pseudowetgeuing, policy rides),

yaitu peraturan yang dibuat baik kewenangan atau materi muatannya

tidak berdasar pada peraturan perundang-undangan, delegasi, atau

mandat, melainkan berdasarkan wewenang yang timbul dari Freis

Ermessen yang dilekatkan pada administrasi negara untuk

20

Page 22: Tugas Makalah PHI

mewujudkan suatu tujuan tertentu yang dibenarkan oleh hukum.

Aturan kebijakan hanya didapati dalam lapangan administrasi negara,

karena itu keientuan aturan kebijakan hanya dalam lapangan hukum

administrasi negara. Termasuk kedalam kategori ini adalah "surat

edaran, juklak, juknis." Pada saat ini didapati juga semacam aturan

kebijakan yang dikeluarkan oleh badan yang bukan administrasi

negara seperti Surat Edaran Mahkamah Agung. Meskipun dari segi

bentuk, menyerupai salah satu aturan kebijakan, Surat Edaran

Mahkamah Agung tidak perlu dikategorikan sebagai aturan kebijakan.

Pertama; Mahkamah Agung bukan administrasi negara. Kedua;

wewenang Mahkamah Agung membuat surat edaran tidak didasarkan

pada kebebasan bertindak, tetapi atas petunjuk undang-undang.

Ketiga; Surat Edaran Mahkamah Agung berada dalam cakupan yang

terbatas yaitu sebagai pedoman yang berisi petunjuk bagi badan

peradilan tingkat rendah yang mandiri dalam menjalankan fungsi

peradilan.

1.2 Hukum positif tertulis yang berlaku khusus. Hukum positif tertulis yang

berlaku khusus dapat dibedakan antara yang ditetapkan administrasi negara dan

yang ditetapkan badan kenegaraan bukan administrasi negara. Disebut berlaku

khusus karena hanya berlaku untuk subyek atau subyek-subyek tertentu dan

atau obyek atau obyek-objek tertentu yang bersifat konkrit. Berbagai hukum

positif tertulis yang berlaku khusus, adalah:

a) Ketetapan atau keputusan administrasi negara yang bersifat konkrit.

Dalam dunia ilmu hukum di Negeri Belanda dan Indonesia ketetapan atau

keputusan semacam ini lazim disebut atau dinamakan beschikking. Pada

negara-negara berbahasa Inggris disebut decree. Bentuk hukum yang

dipergunakan adalah keputusan, seperti Keputusan Presiden, Keputusan

Menteri, dan lain-lain. Termasuk kedalam kategori ini keputusan

administrasi negara mengenai pengangkatan atau pemberhentian pejabat

dalam lingkungan administrasi negara, pemberian atau pencabutan hak

atau izin atas obyek tertentu dan lain-lain yang bersifat konkrit dan

tertentu subyek dan atau obyeknya. Ketetapan atau keputusan konkrit

badan-badan kenegaraan yang bertindak untuk dan atas nama negara

bukan atas nama pemerintah (administrasi negara).

21

Page 23: Tugas Makalah PHI

b) Ketetapan atau keputusan suatu lembaga negara yang berwenang

mengangkat atau memberhentixan pejabat lembaga negara lainnya.

Misalnya Ketetapan MPR yang mengangkat dan memberhentikan Presiden

clan Wakil Presiden. Ketetapan MPR mengangkat Presiden dan Wakil

Presiden tidak mempunyai arti hukum yang bersifat konstitutif. Seorang

menjadi Presiden atau Wakil Presiden bukan karena ada Ketetapan

melainkan karena dipilih MPR. Presiden dan Wakil Presiden terpilih akan

mulai berwenang menjalankan jabatan sejak mengucapkan sumpah bukan

karena ada Ketetatapan MPR. Praktek ketatanegaraan semacam ini tidak

akan didapati lagi karena dimasa depan, Presiden dan Wakil Presiden

dipilih langsung oleh rakyat.

2. Hukum Positif Tidak Tertulis, yang dapat dibedakan atau terdiri dari Hukum

Adat, Hukum Keagamaan, Hukum Yurisprudensi, Hukum Tidak Tertulis lainnya:

a) Hukum Adat, yaitu hukum ash bangsa Indonesia yang hidup dan

berlaku secara turun temurun atau diakui atau dinyatakan sebagai hukum yang

berlaku berdasarkan peraturan perundang-undangan dan atau putusan hakim.

Hukum adat mungkin didapati atau diketahui dalam atau melalui tulisan

(dituliskan). Walaupun demikian, hukum adat adalah hukum tidak tertulis,

karena tidak pernah dengan sengaja dibentuk secara tertulis oleh pejabat yang

berwenang melalui tata cara tertentu. Hukum adat menjadi hukum positif atas

dasar kenyataan sebagai hukum yang hidup dan ditaati, pengakuan, dibiarkan

berlaku, atau ditetapkan oleh pengadilan. Lingkup hukum adat sebagai hukum

positif makin terbatas akibat kehadiran hukum positif tertulis atau karena

yurisprudensi.

b) Hukum keagamaan sebagai hukum positif, adalah hukum dari agama

yang diakui menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku atau

berdasarkan suatu kebijakan Pemerintah yang mengakui semua sistem

keyakinan atau sistem kepercayaan yang oleh pengikutnya dipandang sebagai

agama. Pada saat ini, didapati berbagai hukum keagamaan yang dinyatakan -

melalui undang-undang- sebagai hukum positif.

c) Hukum Yurisprudensi, adalah hukum positif yang berlaku secara umum

yang lahir atau berasal dari putusan hakim. Disinilah letak perbedaaan sifat

22

Page 24: Tugas Makalah PHI

hukum antara putusan hakim dengan yurisprudensi. Putusan hakim adalah

hukum yang bersifat konkrit dan khusus berlaku pada subyek yang terkena atau

terkait langsung dengan bunyi putusan. Pada saat suatu putusan hakim diterima

sebagai yurisprudensi, maka asas atau kaidahnya menjadi bersifat umum dan

dapat dipergunakan sebagai dasar pertimbangan hukum bagi siapa saja.

d) Hukum Kebiasaan, yaitu hukum yang tumbuh dan dijalankan dalam

praktek penyelenggaraan negara atau pemerintahan, dan hukum yang tumbuh

dan dijalankan dalam praktek komunitas perniagaan, dan lain-lain. Hukum-

hukum ini sebenarnya merupakan (hukum) adat istiadat. Secara singkat dapat

disebut hukum adat.

II.VI Dasar Kemanunggalan

Indonesia adalah negara demokratis dan menempatkan kedaulatan di

tangan rakyat serta menempatkan hukum sebgai panglima atau penguasa,

karena Indonesia juga merupakan negara hukum. Opini ini menyatakan politik,

kekuasaan dan hukum dalam praktiknya menjadi “ manunggal” karena proses

pembuatan UU adalah sebuah proses politik yang dibuat bersama antara

pemerintah dan DPR.

II.VII Pluralisme

Pluralisme hukum (legal pluralism) kerap diartikan sebagai keragaman

hukum. Menurut John Griffiths, pluralisme hukum adalah hadirnya lebih dari satu

aturan hukum dalam sebuah lingkungan sosial (Griffiths, 1986: 1). Pada

dasarnya, pluralisme hukum melancarkan kritik terhadap apa yang disebut John

Griffiths sebagai ideologi sentralisme hukum (legal centralism). Gagasan

pluralisme hukum sebagai sebuah konsep, mulai marak pada dekade 1970an,

bersamaaan dengan berseminya ilmu antropologi.

Sentralisme hukum memaknai hukum sebagai ”hukum negara” yang

berlaku seragam untuk semua orang yang berada di wilayah yurisdiksi negara

tersebut. Dengan demikian, hanya ada satu hukum yang diberlakukan dalam

23

Page 25: Tugas Makalah PHI

suatu negara, yaitu hukum negara. Hukum hanya dapat dibentuk oleh lembaga

negara yang ditugaskan secara khusus untuk itu. Meskipun ada kaidah-kaidah

hukum lain, sentralisme hukum menempatkan hukum negara berada di atas

kaidah hukum lainnya, seperti hukum adat, hukum agama, maupun kebiasan-

kebiasaan. Kaidah-kaidah hukum lain tersebut dianggap memiliki daya ikat yang

lebih lemah dan harus tunduk pada hukum negara (Griffiths, 2005: 71).

Dalam perjalanannya, pluralisme hukum ini tidak terlepas dari sejumlah

kritik, di antaranya: (i) pluralisme hukum dinilai tidak memberikan tekanan pada

batasan istilah hukum yang digunakan; (ii) pluralisme hukum dianggap kurang

mempertimbangkan faktor struktur sosio-ekonomi makro yang mempengaruhi

terjadinya sentralisme hukum dan pluralisme hukum. Selain itu kelemahan

penting lainnya dari pluralisme hukum adalah pengabaiannya terhadap aspek

keadilan. Lagi pula, pluralisme hukum belum bisa menawarkan sebuah konsep

jitu sebagai antitesis hukum negara. Pluralisme hukum hanya dapat dipakai

untuk memahami realitas hukum di dalam masyarakat. Hal ini dapat dilihat

dalam peraturan perundang-undangan yang ada di indonesia dengan contoh

adalah dalam menentukan batas usia dewasa seseorang.

Dalam KUHP yang disebut umur dewasa apabila telah berumur 21 tahun

atau belum berumur 21 tahun, akan tetapi sudah atau sudah pernah menikah.

Hukum pidana anak dan acaranya berlaku hanya untuk mereka yang belum

berumur 18 tahun, yang menurut hukum perdata belum dewasa. Yang berumur

17 tahun dan telah kawin tidak lagi termasuk hukum pidana anak, sedangkan

belum cukup umur menurut pasal 294 dan 295 KUHP adalah ia yang belum

mencapai umur 21 tahun dan belum kawin sebelumnya. Bila sebelum umur 21

tahun perkawinannya diputus, ia tidak kembali menjadi "belum cukup

umur". Hukum pidana juga mengenal usia belum dewasa dan dewasa.

Sedangkan menurut UU no. 23 tahun 2002 tentang perlindungan anak, dalam

pasal 1 disebutkan  bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18

(delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Menurut

uu no. 1 tahun 1974 tentang perkawinan, perkawinan hanya diizinkan bila pihak

pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah

mencapai usia 16 (enam belas) tahun.

Penentuan batas usia dewasa anak menurut beberapa peraturan

perundang-undangan seperti yang telah diuraikan satu persatu diatas,

merupakan potret bagi pemberlakuan beberapa peraturan perundang-undangan

24

Page 26: Tugas Makalah PHI

yang masih berlaku sampai dengan saat ini, hal tersebut merupakan cermin bagi

masyarakat untuk menentukan batas usia saja tidak hanya diatur dalam satu

peraturan perundang-undangan tetapi di ada di atur dalam beberapa peraturan

perundang-undangan kita yang berbeda-beda dalam menentukan batas usia

dewasa anak.  

II.VIII Gejala Hukum

Manusia, dari lahir sampai meninggal, hidup dalam pergaulan di antara

manusia lain. Manusia adalah anggota masyarakat. Oleh Aristoteles (ahli

filsafat Yunani) berkata Manusia itu “zoon politicon”.

Masing-masing manusia berkepentingan yang sama dan yang berbeda.

Misalnya kepentingan penjual menerima pembayaran dan kepentingan

pembeli menerima barang/jasa.

Pertentangan antara kepentingan itu dapat menimbulkan kekacauan

bilamana tidak ada suatu kekuasaan – yakni tata tertib – yang dapat

menyeimbangkan (in evenwicht houden) kepentingan yang bertentangan

tersebut.

Sebab itu, supaya perdamaian dalam masyarakat tetap terpelihara,

maka oleh manusia sendiri dibuat petunjuk hidup (levensvoorschriften).

Petunjuk itu diberi nama kaidah (norm) – terdapat dalam hukum, kebiasaan,

adat istiadat, agama dan kesusilaan. Petunjuk itu menjadi suatu gejala

sosial , yang terdapat dalam masyarakat. Hukum adalah suatu gejala sosial.

Dan tiada masyarakat yang tidak mengenal hukum.

Hukum berusaha membawa jaminan bagi seseorang, bahwa

kepentingannya diperhatikan oleh tiap orang lain. Misalnya pasal 1474 dan

1513 KUH Perdata. Ketentuan pertama membawa jaminan bagi pembeli

menerima penyerahan barang. Ketentuan kedua membawa jaminan bagi

penjual menerima pembayaran. Oleh ketentuan tersebut maka dua

kepentingan disetarakan.

Sebagai gejala sosial, hukum menjadi suatu aspek dari kebudayaan.

Seperti halnya dengan agama, kesusilaan, adat istiadat dan kebiasaan, yang

masing-masing menjadi anasir-anasir kebudayaan kita.

25

Page 27: Tugas Makalah PHI

BAB III

HUKUM BERDASARKAN KRITERIA

III.I Kepentingan atau Tujuan

Berikut merupakan tujuan hukum menurut teori-teori yang ada di seluruh

dunia :

1.  Teori etis (etische theorie)

Teori ini mengajarkan bahwa hukum bertujuan semata-mata untuk

mencapai keadilan. Menurut teori ini, isi hukum semata-mata harus ditentukan

oleh kesadaran etis kita mengenai apa yang adil dan apa yang tidak adil. Teori

ini pertama kali dikemukakan oleh Aristoteles filsuf Yunani dalam bukunya Ethica

Nicomachea  dan Rhetorica  yang menyatakan ” hukum mempunyai tugas yang

suci yaitu memberi kepada setiap orang yang berhak menerimanya”. 

Selanjutnya Aristoteles membagi keadilan dalam 2 jenis, yaitu :

1. Keadilan distributif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang

jatah menurut jasanya. Artinya, keadilan ini tidak menuntut supaya setiap

orang mendapat bagian yang sama banyaknya atau bukan persamaannya,

melainkan kesebandingan berdasarkan prestasi dan jasa seseorang.

2. Keadilan komutatif, yaitu keadilan yang memberikan kepada setiap orang

jatah yang sama banyaknya tanpa mengingat jasa masing-masing. Artinya

hukum menuntut adanya suatu persamaan dalam memperoleh prestasi atau

sesuatu hal tanpa memperhitungkan jasa masing-masing.

Keadilan menurut Aristoteles bukan berarti penyamarataan atau tiap-tiap

orang memperoleh bagian yg sama.

26

Page 28: Tugas Makalah PHI

2. Teori utilitas (utiliteis theorie)

Menurut teori ini, tujuan hukum ialah menjamin adanya kemanfaatan atau

kebahagiaan sebanyak-banyaknya pada orang sebanyak-banyaknya. Pencetus

teori ini adalah Jeremy Betham. Dalam bukunya yang berjudul “introduction to

the morals and legislation” berpendapat bahwa hukum bertujuan untuk

mewujudkan semata-mata apa yang berfaedah/manfaat bagi orang.

Apa yang dirumuskan oleh Betham tersebut diatas hanyalah

memperhatikan hal-hal yang berfaedah dan tidak mempertimbangkan tentang

hal-hal yang konkrit. Sulit bagi kita untuk menerima anggapan Betham ini

sebagaimana yang telah dikemukakan diatas, bahwa apa yang berfaedah itu

belum tentu memenuhi nilai keadilan atau dengan kata lain apabila yang

berfaedah lebih ditonjolkan maka dia akan menggeser  nilai keadilan kesamping,

dan jika kepastian oleh karena hukum merupakan tujuan utama dari hukum itu,

hal ini akan menggeser nilai kegunaan atau faedah dan nilai keadilan.

3. Teori campuran

Teori ini dikemukakan oleh Muckhtar Kusmaatmadja bahwa tujuan pokok

dan pertama dari hukum adalah ketertiban. Di samping itu tujuan lain dari

hukum adalah tercapainya keadilan yang berbeda-beda isi dan ukurannya

menurut masyarakat dan zamannya.

4.Teori normatif-dogmatif

Tujuan hukum adalah semata-mata untuk menciptakan kepastian hukum

(John Austin dan van Kan). Arti kepastian hukum disini adalah adanya

melegalkan kepastian hak dan kewajiban. Van Kan berpendapat tujuan hukum

adalah menjaga setiap kepentingan manusia agar tidak diganggu dan

terjaminnya kepastiannya.

5. Teori Peace (damai sejahtera)

Menurut teori ini dalam keadaan damai sejahtera (peace) terdapat

kelimpahan, yang kuat tidak menindas yang lemah, yang berhak benar-benar

mendapatkan haknya dan adanya perlindungan bagi rakyat. Hukum harus dapat

menciptakan damai dan sejahtera bukan sekedar ketertiban.

27

Page 29: Tugas Makalah PHI

III.II Fungsi

1. Hukum berfungsi sebagai alat ketertiban dan keteraturan masyarakat.

Hukum sbg petunjuk bertingkah laku untuk itu masyarakat harus menyadari

adanya perintah dan larangan dalam hukum sehingga fungsi hukum sebagai

alat ketertiban masyarakat dapat direalisir.

2. Hukum sebagai sarana untuk mewujudkan keadilan sosial lahir batin. Hukum

yg bersifat mengikat, memaksa dan dipaksakan oleh alat negara yang

berwenang membuat orang takut untuk melakukan pelanggaran karena ada

ancaman hukumanya (penjara, dll) dan dapat diterapkan kepada siapa saja.

Dengan demikian keadilan akan tercapai.

3. Hukum berfungsi sebagai alat penggerak pembangunan karena ia

mempunyai daya mengikat dan memaksa dapat dimamfaatkan sebagai alat

otoritas untuk mengarahkan masyarakat ke arah yg maju.

4. Hukum berfungsi sebagai alat kritik. Fungsi ini berarti bahwa hukum tidak

hanya mengawasi masyarakat semata-mata tetapi berperan juga untuk

mengawasi pejabat pemerintah, para penegak hukum, maupun aparatur

pengawasan sendiri. Dengan demikian semuanya harus bertingkah laku

menurut ketentuan yg berlaku dan masyarakt pun akan merasakan keadilan.

5. Hukum berfungsi sebagai sarana untuk menyelesaikan pertingkaian. Contoh

kasus tanah.

III.III Berlakunya Hukum

Berdasarkan berlakunya, hukum dapat dibagi menjadi :

1. Berdasarkan tempat berlakunya suatu hukum :

a. Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku pada suatu wilayah

negara tertentu. Bagi seorang warga negara suatu negara maka

hukum negaranya merupakan hukum nasionalnya, sedangkan

hukum negara lain disebutnya sebagai hukum asing.

b. Hukum internasional, yaitu hukum yang berlaku di wilayah berbagai

negara.

c. Hukum asing, adalah hukum yang berlaku di negara lain.

2. Berdasarkan waktu berlakunya suatu hukum :

28

Page 30: Tugas Makalah PHI

a. Ius Constitutum, yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi suatu

masyarakat tertentu dan dalam suatu wilayah tertentu. Ius

constitutum ini disebut juga dengan hukum positif.

b. Ius Constituendum, yaitu hukum yang dicita-citakan (diharapkan )

berlaku pada masa yang akan datang.

c. Hukum Alam ( Nature Law), yaitu hukum yang berlaku di mana-

mana, kapan saja dan untuk siapa saja. Jadi hukum alam ini bersifat

universalis, tidak mengenal batasan dan bersifat abadi.

III.IV Sifat

Berdasarkan sifatnya, hukum dapat digolongkan dalam:

1. Hukum yang bersifat memaksa (imperatif), ketentuan hukum yang tidak dapat di kesampingkan oleh para pihak.

2. Hukum yang bersifat mengatur (fakultatif), ketentuan hukum yang dapat di kesampingkan oleh para pihak apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat ketentuan sendiri dalam perjanjian.

29

Page 31: Tugas Makalah PHI

BAB IV

PENUTUP

IV.I Simpulan

IV.II Saran

30

Page 32: Tugas Makalah PHI

DAFTAR PUSTAKA

Kurnia, Titon Slamet S.H., M.H., Pengantar Sistem Hukum Indonesia, PT. Alumni, Bandung, 2009.

Ishaq, S.H., M.Hum., Dasar-Dasar Ilmu Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.

I Ketut Wirawan, S.H., M.Hum. dan I Ketut Tjukup, S.H., M.H., Bahan Kuliah :

Pengantar Ilmu Hukum, Bagian Dasar Ilmu Hukum Universitas Udayana,

Denpasar, 2005.

Sudarsono, Drs., S.H., M.Si., Pengantar Ilmu Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2001.

Mertokusumo, Prof. Dr. Sudikno, S.H., Mengenal Hukum, Liberty, Yogyakarta, 1986.

www.statushukum.com

www.tiarramon.wordpress.com

www.harliandasaputra.blogspot.com

www.p2d.org

www.emakalah.com

www.pdhi1956.wordpress.com

31