Tugas Makalah DASGRO

26
I. PENDAHULUAN Alang-alang [Imperata cylindrica (L.) Raeuschel] merupakan gulma penting di berbagai negara tropik dan sub-tropik, terutama di daerah yang memiliki curah hujan tinggi di Asia Tenggara dan Afrika Barat. Gulma tersebut umumnya tumbuh di areal pertanaman tahunan seperti karet, kelapa sawit dan kelapa; pertanaman pangan seperti padi, jagung dan kedelai;dan pertanaman industri seperti kapas. Di Indonesia informasi tentang luas lahan alang-alang sangat bervariasi, namun diperkirakan berkisar antara 7.5-65 juta hektar. Lahan alang- alang tersebut umumnya terbentuk sebagai akibat dari pembukaan hutan yang tidak segera ditanami atau dikelola secara intensif. Alang-alang mempunyai tingkat kebutuhan unsur hara cukup randah sehingga mampu tumbuh secara baik pada areal yang tidak subur, tanah berpasir dan rawa. Di Indonesia, gulma tersebut masih dapat tumbuh di daerah dengan ketinggian mencapai 2.600 meter di atas permukaan laut. Alang-alang merupakan tumbuhan pioner yang memiliki daya adaptasi tinggi sehingga sering mendominasi daerah-daerah bukaan baru bekas hutan, semak belukar dan areal pertanaman yang tidak dipelihara secara intensif. Kebakaran lahan sering menyebabkan matinya serta hilangnya kompetisi gulma lain sehingga alang-alang secara cepat dan mudah mendominasi areal tersebut. Apabila alang-alang telah mendominasi suatu areal, maka areal tersebut cenderung menjadi lahan alang-alang murni sebagai akibat terjadinya kebakaran secara berulang. Padang

Transcript of Tugas Makalah DASGRO

Page 1: Tugas Makalah DASGRO

I. PENDAHULUAN

Alang-alang [Imperata cylindrica (L.) Raeuschel] merupakan gulma penting di berbagai

negara tropik dan sub-tropik, terutama di daerah yang memiliki curah hujan tinggi di Asia

Tenggara dan Afrika Barat. Gulma tersebut umumnya tumbuh di areal pertanaman tahunan

seperti karet, kelapa sawit dan kelapa; pertanaman pangan seperti padi, jagung dan

kedelai;dan pertanaman industri seperti kapas. Di Indonesia informasi tentang luas lahan

alang-alang sangat bervariasi, namun diperkirakan berkisar antara 7.5-65 juta hektar. Lahan

alang-alang tersebut umumnya terbentuk sebagai akibat dari pembukaan hutan yang tidak

segera ditanami atau dikelola secara intensif. Alang-alang mempunyai tingkat kebutuhan

unsur hara cukup randah sehingga mampu tumbuh secara baik pada areal yang tidak subur,

tanah berpasir dan rawa. Di Indonesia, gulma tersebut masih dapat tumbuh di daerah dengan

ketinggian mencapai 2.600 meter di atas permukaan laut.

Alang-alang merupakan tumbuhan pioner yang memiliki daya adaptasi tinggi sehingga

sering mendominasi daerah-daerah bukaan baru bekas hutan, semak belukar dan areal

pertanaman yang tidak dipelihara secara intensif. Kebakaran lahan sering menyebabkan

matinya serta hilangnya kompetisi gulma lain sehingga alang-alang secara cepat dan mudah

mendominasi areal tersebut. Apabila alang-alang telah mendominasi suatu areal, maka areal

tersebut cenderung menjadi lahan alang-alang murni sebagai akibat terjadinya kebakaran

secara berulang. Padang alang-alang dapat berubah menjadi lahan semak belukar hanya

apabila tidak terjadi kebakaran.

Populasi alang-alang di lahan yang tidak diolah dapat mencapai 3-5 juta pupus per hektar

dengan biomassa daun 7-18 ton dan rimpang 3-11ton per hektar. Tingginya produksi rimpang

tersebut menyebabkan alang-alang sulit diberantas dengan cara konvensional sehingga petani

sering meninggalkan lahannya hanya beberapa tahun setelah menggarapnya.

1.1 Pembentukan Lahan Alang-alang

Untuk memenuhi kebutuhan akan lahan pertanian, perkebunan dan pemukiman, para

pendatang atau transmigran membuka hutan. Pembukaan hutan tersebut menyebabkan

perubahan lingkungan dari keadaan tertutup menjadi lingkungan yang terbuka, sehingga

mendorong tumbuhnya alang-alang. Alang-alang termasuk ke dalam golongan tanaman

C4 yang membutuhkan sinar matahari penuh untuk pertumbuhannya, dengan kata lain

alang-alang dapat tumbuh dengan baik pada lahan yang terbuka.

Pada tahun pertama setelah pembukaan hutan, para transmigran menanam tanaman

Page 2: Tugas Makalah DASGRO

pangan seperti padi, jagung, kacang tanah, kedelei, ketela pohon dan lain-lain. Pada

tahun-tahun awal hasil tanaman pangan yang diperoleh sangat menggembirakan petani,

namun setelah 4 tahun ditanami tanaman pangan secara terus-menerus produksinya

menurun. Karena produksinya telah menurun, maka mereka meninggalkan lahan tersebut

sebagai lahan 'bero' untuk mencari lahan yang baru lagi. Lahan yang ditinggalkan petani

(diberokan) inilah yang akan ditumbuhi alang-alang. Penurunan produksi tanaman

pangan tersebut disebabkan karena tidak adanya pengembalian bahan organik.

1.2 Kerugian Ekonomi yang Ditimbulkan Alang-alang

Alang-alang menduduki urutan ketujuh diantara 10 jenis gulma terburuk di dunia dan

dilaporkan menjadi masalah serius pada 35 jenis pertanaman, diantaranya kentang, kapas,

karet, padang rumput dan hutan, di 70 negara. Alang-alang memiliki kemampuan

bersaing yang sangat kuat sehingga sering menimbulkan kerugian ekonomi yang cukup

besar, antara lain:

Mengakibatkan kematian tanaman muda

Menghambat pertumbuhan dan menunda masa produksi tanaman tahunan, masa

matang sadap tanaman karet dapat tertunda selama 3 tahun

Menyaingi tanaman pokok dalam pemanfaatan unsur hara dan air, terutama pada

musim kering

Kegagalan secara total pengusahaan suatu pertanaman (umumnya tanaman

perkebunan) sebagai akibat terjadinya kebakaran

Menekan pertumbuhan beberapa tanaman pangan seperti padi sebagai akibat

dihasilkannya zat allelopati oleh daun dan rimpang, baik yang masih segar

maupun yang telah membusuk

Sebagai contoh, kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh alang-alang pada

pertanaman karet secara umum dapat digambarkan pada Gambar 1. Pengendalian alang-

alang harus dilakukan secara terus menerus untuk mencegah terjadinya kebakaran dan

memperoleh pertumbuhan tanaman yang baik.

Page 3: Tugas Makalah DASGRO

Gambar 1. Kerugian ekonomi yang ditimbulkan oleh alang-alang pada pertanaman karet

1.3 Kegunaan Alang-alang

Dalam suatu kondisi tertentu alang-alang tidak dipandang sebagai gulma karena

secara ekonomis memberikan manfaat bagi kepentingan manusia. Sebagai contoh, daun

alang-alang kadang-kadang dimanfaatkan sebagai bahan atap rumah dan rimpangnya

dipakai sebagai obat tradisional. Sedangkan daun yang masih muda dimanfaatkan sebagai

bahan pakan ternak.

Alang-alang dapat juga berperan dalam aspek lingkungan karena gulma tersebut dapat

menekan atau mencegah terjadinya erosi tanah pada daerah-daerah yang relatif tidak datar

(Gambar 2). selain itu alang-alang juga dapat memperbaiki struktur dan siklus hara

terutama pada tanah-tanah yang tidak subur, menstabilkan tanah pada saluran-saluran air,

tebing-tebing jalan kereta api dan berfungsi sebagai pengikat tanah berpasir di daerah

pantai dan gurun.

Gambar 2. Pada kondisi tertentu tanah yang terbuka tanpa vegetasi (alang-alang)

mudah tererosi oleh air.

II. BIOLOGI ALANG-ALANG

Alang-alang yang tidak dikendalikan secara baik mengakibatkan tanaman terhambat pertumbuhannya

Kondisi tanaman karet sebagai akibat terjadinya kebakaran alang-alang

Page 4: Tugas Makalah DASGRO

2.1. Deskripsi

Alang-alang tergolong jenis rumput tahunanyang memiliki akar dan rimpang,

tingginya berkisar antara 50-200 cm. Panjang daunnya dapat mencapai 150 cm dan lebar

antara 4-18 mm. Batangnya memiliki diameter hingga 8 mm, terdiri atas1-4 ruas yang

pada ujungnya membentuk bunga dengan panjang 3-20 cm dan jarang mencapai 60 cm.

Rimpang alang-alang berdiameter 2-4, 5 mm dan tumbuh menjalar pada kedalaman 15-

20 cm dari permukaan tanah, atau lebih dari 20 cm pada tanah berpasir atau gambut.

Pada setiap ruas rimpangnya terdapat tunas kecil yang suatu saat mampu berkembang

dan tumbuh menjadi individu alang-alang baru. Oleh sebab itu potongan rimpang alang-

alang mempunyai arti yang sangat penting dalam sistem perkembangbiakan atau

penyebaran gulma tersebut.

Gambar 3. Tumbuhan alang-alang, Imperata cylindrica (L.) Raeuschel

2.2. Perkembangbiakan

Alang-alang berkembang biak secara generatif dengan biji dan secara vegetatif

dengan rimpang. Tumbuhan ini dapat menghasilkan 3000 biji per tanaman sehingga

memungkinkan untuk menyebar serta mendominasi daerah-daerah lain yang cukup jauh.

Pembungaan umumnya terjadi pada musim kering dan/atau setelah mengalami stres

seperti adanya kebakaran, penebasan atau kekeringan. Bijinya dapat berkecambah dalam

waktu 1 minggu dan mampu bertahan hidup selama 1 tahun. Perkecambahan biji

dirangsang oleh cahaya matahari dan pH < 5. Alang-alang yang tumbuh dari biji

umumnya belum membentuk atau mempunyai rimpang selama 4 minggu pertama.

Page 5: Tugas Makalah DASGRO

Alang-alang umumnya menyebar dengan rimpang yang di dalam tanah membentuk

tajuk baru setiap panjang rimpang 25-50 cm. Potongan-potongan rimpang pada

pengolahan tanah secara cepat dapat merangsang pembentukan rimpang yang leih

banyak. Sebagai contoh, potongan rimpang sepanjang 15 cm dapat menghasilkan 350

alang-alang baru hanya dalam waktu 6 minggu. Jumlah rimpang yang terbentuk dalam

kondisi terbuka (banyak sinar matahari) dapat mencapai 2-3 kali lebih banyak

dibandingkan dengan alang-alang yang tumbuh dalam kondisi ternaung. Kemampuan

rimpang untuk membentuk alang-alang baru semakin berkurang dengan menungkatnya

ke dalam tanah dan semakin pendek potongan rimpang.

Bobot kering rimpang mulan-mula turun sewaktu pembentukan daun, tetapi kemudian

meningkta pada periode 3-4 minggu berikutnya. Informasi ini sangat bermanfaat sebagai

dasar dalam pengendalina alang-alang, yaitu pada saat pengolahan tanah, mula-mula akar

rimpang dipotong pendek-pendek untuk merangsang pertumbuhannya dan kemudian

dilakukan pengolahan tanah atau pembenaman kembali potongan-potongan rimpang

tersebut sewaktu cadangan makanannya sangat rendah.

Gambar 4. Perkembangbiakan alang-alang secara vegetatif dengan rimpang

2.3. Pengaruh Naungan

Alang-alang merupakan tumbuhan yang tidak tahan terhadap naungan sehingga

pertumbuhannya sangat tertekan dalam kondisi ternaung seperti pada pertanaman karet

dewasa (menghasilkan) yang tajuknya telah saling menutup. Namun demikian gulma

tersebut masih mampu tumbuh kembali sewaktutajuk tanaman karet terbuka sebagai

akibat adanya serangan penyakit gugur daun dan/atau gugur daun alami selama musim

kering. Naungan juga dapat menurunkan biomassa daun dan akar rimpang alang-alang

Tunas pada rimpang yang mulai berkembang menjadi pupus baru

Potongan rimpang yang akan tumbuh menjadi alang-alang

Page 6: Tugas Makalah DASGRO

serta mengurangi kemampuan gulma tersebut untuk bersaing dengan tanaman pokok

dalam pemanfaatan unsur hara dan air.

2.4. Varietas Alang-alang

Varietas alang-alang yang telah diidentifikasi ada lima, yaitu l. cylindrica var. major,

europa, latifolia, africana, dan condensata. Diantara kelima varietas tersebut, alang-alang

var. major mempunyai daerah penyebaran paling luas dan merupakan gulma yang

terpenting di Asia. Berdasarkan sifat-sifat morfologi dan hasil analisa iso enzim

diketahui bahwa alang-alang var. major di Indonesia dapat dibedakan menjadi tiga

kelompok klon, yaitu klon “Irian”, “Sulawesi dan Kalimantan” dan klon “Jawa dan

Sumatra”. Penampilan dan perbedaan-perbedaan morfologi diantara klon tersebut diduga

berhubungan erat dengan kondisi lingkungan tempat tumbuhnya.

Page 7: Tugas Makalah DASGRO

III. PEMBUKAAN LAHAN

Alang-alang bukan hanya sebagai pesaing bagi tanaman lain terutama tanaman pangan

dalam mendapatkan air, unsur hara dan cahaya tetapi juga menghasilkan zat alelopati yang

menyebabkan pengaruh negatif pada tanaman lain. Lahan alang-alang dikategorikan sebagai

lahan yang telah terdegradasi atau kondisi tanahnya tidak subur lagi sehingga perlu usaha

untuk merehabilitasi agar menjadi lahan yang lebih produktif. Dalam upaya pembukaan lahan

padang alang-alang, usaha-usaha untuk mereklamasi alang-alang telah banyak dilakukan oleh

petani baik dalam skala besar maupun dalam skala kecil tergantung dari kemampuan petani.

Pada dasarnya ada dua cara yang digunakan oleh petani untuk membersihkan lahannya dari

alang-alang yaitu:

1. Tanpa pengolahan tanah.

Dilakukan dengan menggunakan bahan kimia berbahan aktif glyphosate atau

dikenal sebagai herbisida. Cara ini biasa dilakukan petani yang mempunyai modal

dan dalam skala yang besar misalnya untuk penanaman kelapa sawit dan sengon,

karena dianggap lebih hemat. Herbisida diaplikasikan pada alang-alang muda yang

tumbuh setelah pembakaran lahan atau ditebas-angkut.

Berdasarkan cara kerjanya, herbisida dapat dikelompokkan menjadi dua jenis,

yaitu herbisida kontak dan sistemik.

a. Herbisida kontak, seperti paraquat, mematikan daun alang-alang secara cepat,

sehingga herbisida tersebut sangat bermanfaat apabila waktunya sangat

terbatas dan penanaman tanaman harus segera dilakukan. Namun demikian,

alang-alang akan tumbuh kembali secara relatif cepat, dalam waktu 2 minggu,

sehingga penekanan atau pengendaliannya hanya bersifat sementara. Oleh

sebab itu, herbisida kontak kurang efektif untuk mengendalikan alang-alang

(Gambar 5).

b. Herbisida sistemik, seperti glifosat, sulfosat dan imazapyr, menyebar dari

daun alang-alang ke rimpang sehingga mematikan tunas-tunas yang ada di

dalam tanah dan menghambat pertumbuhan kembali gulma tersebut. Alang-

alang baru akan muncul atau tumbuh dari rimpang yang tidak terjangkau oleh

herbisida dan tidak disemprot sebagai akibat tertutupnya daun alang-alang

oleh vegetasi lainnya.

Page 8: Tugas Makalah DASGRO

Gambar 5. Perbandingan efektifitas dan cara kerja antara herbisida sistemik dan

kontak dalam pengendalian alang-alang. Dimana (A) herbisida kontak tidak efektif

untuk mengendalikan alang-alang.

B. HERBISIDA KONTAK

Daya kerja herbisida kontak sangat cepat sehingga 2 hari setelah penyemprotan, daun alang-alang telah mati

A. HERBISIDA SISTEMIK

Daya kerja herbisida sistemik lambat sehingga 2 hari setelah penyemprotan, daun alang-alang masih hijau

Herbisida kontak tidak diserap oleh akar rimpang alang-alang

Herbisida sistemik diserap oleh alang-alang sampai ke rimpangnya

35 hari setelah disemprot, alang-alang mulai tumbuh kembali karena rimpangnya tidak mati

35 hari setelah disemprot, alang-alang belum tumbuh kembali karena rimpangnya telahmati

Page 9: Tugas Makalah DASGRO

2. Dengan pengolahan tanah.

Pengolahan tanah untuk membersihkan alang-alang dapat dilakukan secara

manual dengan menggunakan cangkul atau bajak, atau secara mekanis dengan

menggunakan traktor (Gambar 6). Teknik pembersihan dengan cara manual ini

biasanya dilakukan oleh petani yang tidak bermodal dan hanya untuk keperluan

penanaman tanaman pangan seperti jagung, kedelei dan kacang tanah. Petani

memilih membersihkan alang-alang menggunakan cangkul atau bajak dengan alasan

pengolahan tanah yang dilakukan tidak terlalu dalam sehingga lapisan "krokos"

(konkresi besi) yang berada pada lapisan dalam tidak ikut tercampur dengan lapisan

atas. Sedangkan pengolahan dengan traktor dapat membalik tanah sampai pada

kedalaman sekitar 50 cm sehingga lapisan bawah yang berkrokos muncul di

permukaan.

Kegiatan ini dilakukan sewaktu pertumbuhan alang-alang masih cukup rendah,

apabila tingginya telah mencapai 75 cm atau lebih, sebaiknya alang-alang tersebut

ditebas atau dibakar terlebih dahulu. Tanah harus diolah hingga kedalaman 20-25 cm

dan dibalik (permukaan tanah diletakkan di bagian bawah) agar rimpang alang-alang

menjadi kering terkena panas matahari selama 1 minggu. Bongkahan-bongkahan

tanah yang besar akan melindungi rimpang dari terik matahari sehingga harus

dipecah menggunakan cangkul dan bajak.

Pembajakan dan pencangkulan akan memotong rimpang alang-alang di dalam

tanah dan mengangkatnya ke permukaan tanah sehingga akan kering dan mati

terkena sinar matahari. Namun demikian, pengolahan tanah dapat menimbulkan erosi

sehingga dapat merusak perakaran tanaman. Pengolahan tanah perlu dilakukan

beberapa kali agar semua rimpang kering dan mati; apabila tidak, rimpang tersebut

akan tumbuh menjadi alang-alang baru.

Pada lahan yang diolah dengan sistem bajak, pembajakan kedua dilakukan 2-3

minggu setelah pembajakan pertama dan penggaruan dilaksakan 5-10 hari setelah

masing-masing pembajakan (pertama dan kedua). Pembajakan kedua dilakukan

dengan arah memotong (silang) arah pembajakan pertama. Untuk memperoleh hasil

yang lebih baik, pembajakan kedua sebaiknya dilaksanakan sewaktu potongan-

potongan rimpang telah tumbuh mnjadi alang-alang dengan junlah daun 2-4 helai

daun. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menguras atau menghabiskan cadangan

makanan yang ada dalam rimpang sehingga alang-alang tesebut akan cepat mati.

Page 10: Tugas Makalah DASGRO

Dalam pembukaan lahan pada tanah padang alang-alang yang perlu diperhatikan

adalah menghilangkan bagian vegetasi yang ada di dalam tanah, berupa akar-akar

atau rhizoma. Ada dua cara pembukaan lahan dengan pengolahan tanah ini yaitu

secara langsung dan tidak langsung.

a. Secara langsung

Pada cara ini tanah diolah secara dalam dan langsung dilakukan pengambilan

akar-akar atau rhizoma untuk kemudian dikumpulkan dan dibakar

b. Secara tidak langsung

Tanah diolah sedalam 20-30 cm dilanjutkan pengambilan akar-akar atau

rhizoma. Satu sampai dua minggu kemudian setelah akar-akar bagian bawah

tumbuh dilakukan pengolahan tanah yang kedua dengan cara membalik tanah

tersebut, dan dilakukan pengambilan dan pengumpulan akar atau rhizoma.

Demikian seterusnya hingga pengolahan tanah dapat dilakukan sampai tiga

kali.

Gambar 6. Pembukaan lahan padang alang-alang menggunakan cara (A) manual dan (B)

mekanis

B. Cara Mekanis

A. Cara Manual

Page 11: Tugas Makalah DASGRO

Pembukaan lahan padang alang-alang yang dilakukan oleh petani umumnya didahului

dengan pembakaran atau penebasan, terutama pada lahan yang beralang-alang padat untuk

mempermudah pengolahan selanjutnya. Dalam penggunaan sistem pembakaran lahan alang-

alang ini dapat menimbulkan masalah baru yaitu terjadinya kebakaran. Secara skematis

pembukaan lahan alang-alang yang biasa dilakukan petani disajikan pada Gambar 7.

Gambar 7. Cara pembukaan lahan beralang-alang oleh petani.

Masalah yang dihadapi pada lahan alang–alang adalah cara membuka dan mengelolanya

sehingga menjadi lahan pertanian produktif secara berkesinambungan. Lahan alang-alang

tidak produktif karena hanya memberikan manfaat minimal berupa biomassa penutup tanah

sebagai pencegah erosi. Namun dengan masukan teknologi dan perbaikan sosial ekonomi

masyarakat, potensi lahan ini dapat diperbaiki dan ditingkatkan menjadi lebih produktif.

Manual

Mekanis50%

Tebas-Pengumpulan-Bakar-Cangkul(tpbc)

Hewan(>90%)

Traktor(<10%)

Maksimum 0.25-0.5ha/kel/th, dikerjakan padaJuli - Oktober

0.25 ha/3 hari (bekerjahanya setengah hari)

Tebas-Dikumpulkan-(Bakar)-Hewan0.25 ha/3 hariDua kalibajak

Besar30-40%

Kecil60-70%

Modal

Bakar-Cangkul (bc)

Herbisida50%

Bakar (jikapadat)-(Herbisida)-Hewan (bhh)

Herbisida-Hewan (hh)

Page 12: Tugas Makalah DASGRO

IV. PENGENDALIAN ALANG-ALANG SECARA TERPADU

Didasarkan pada permasalahan modal bagi petani kecil dan demi terpeliharannya

kesuburan tanah serta untuk menghindari bahaya kebakaran yang mungkin timbul, maka

dilakukan berbagai usaha konservatif dengan tujuan untuk mengendalikan pertumbuhan

alang-alang. Pengendalian alang-alang secara total, meskipun lebih baik, tidak diperlukan

untuk mendapatkan produksi maksimum di berbagai jenis tanaman perkebunan. Pengendalian

setempat di barisan atau piringan tersebut cukup lebar. Sayangnya, areal alang-alang tetap

merupakan daerah rawan kebakaran yang dapat menghancurkan atau secara serius

mengakibatkan kerusakan tanaman. Oleh karena itu pengelolaan alang-alang di daerah

pertanaman tersebut perlu dilakukan secara baik.

IV.1 Beberapa Contoh Pengendalian Alang-Alang Secara Terpadu

a. Pengolahan tanah minimum dan penggunaan herbisida

Penyemprotan dilakukan terhadap alang-alang yang sedang tumbuh aktif dengan

suatu herbisida sistemik dengan dosis sesuai rekomendasi. Tanaman ditanam

dalam barisan atau pada setiap lubang tanam (Gambar 8). Apabila digunakan

herbisida yang tidak memiliki residu dalam tanah, seperti glifosfat, penanaman

dapat dilakukan pada hari yang sama dengan waktu aplikasi herbisida. Pupuk

fosfat diberikan pada saat tanam dan pupuk lainnya sesuai dengan dosis

rekomendasi untuk mempercepat pertumbuhan tanaman guna menutupi

pertumbuhan kembali alang-alang.

3-4 minggu setelah penyemprotan alang-alang direbahkan untuk memudahkan penanaman

Tanaman langsung ditanam dengan sistem tugal

Page 13: Tugas Makalah DASGRO

Gambar 8. Penanaman tanaman pangan pada areal alang-alang yang disemprot

dengan herbisida

Tanaman yang ditanam dengan biji seperti padi dan kacang-kacangan tumbuh

lebih cepat apabila alang-alang direbahkan menjauhi tempat penanaman.

Perebahan alang-alang yang tumbuh di antara barisan tanaman 2-3 minggu

setelah perlakuan secara lebih lanjut menghambat pertumbuhan alang-alang dan

gulma lain.

Pertumbuhan awal tanaman yang ditanam dengan biji di lahan tanpa olah tanah

umumnya lebih lambat dibanding dengan sistim olah tanah, tetapi produksinya

tidak berbeda. Keuntungan-keuntungan dari pengelolaan lahan alang-alang

dengan sistin olah tanah minimum meliputi:

Pengurangan tenaga kerja untuk penyiapan lahan penanaman

Memperkecil erosi tanah

Kemungkinan kerusakan perakaran tanaman sebagai akibat pengolahan tanah

diperkecil

Konservasi air tanah oleh mulsa alang-alang dan penyerapan air hujan yang

lebih baik

Menghambatpertumbuhan alang-alang dan jenis gulma lainnya

Dalam jangka panjang, meningkatkan kesuburan dan kandungan bahan

organik tanah.

b. Rehabilitasi lahan alang-alang melalui peningkatan kesuburan tanah

Lembaga Potash dan Phospate telah berhasil merehabilitasi areal alang-alang

menjadi lahan pertanian yang produktif dengan cara sebagai berikut.

Vegetasi alang-alang diberantas dengan cara dibakar atau menggunakan

herbisida

Penampilan pertumbuhan tanaman pada lahan yang sebelumnya ditumbuhi alang-alang

Page 14: Tugas Makalah DASGRO

Pemberian (penaburan) fosfat alam dengan dosis 1 ton/ha untuk

meningkatkan atau memperbaiki kekurangan unsur hara kalsium dan fosfat

di dalam tanah.

Penanaman tanaman leguminosa yang menjalar dan cepat pertumbuhannya

seperti Mucuna cochinensis untuk mencegah pertumbuhan gulma,

memobilisasi unsur hara dan menekan erosi tanah.

Tanaman penutup tanah leguminosa Mucuna akan mati setelah 6 bulan

dengan kondisi lahan relatif bebas gulma dan banyak mulsa.

4.2 Pemeliharaan Piringan dan Barisan Tanaman

Piringan dan barisan tanaman dapat dipertahankan bebas alang-alang dengan cara

mencabut daun dan rimpangnya secara hati-hati. Piringan dengan diameter 1-1.5 m

dibersihkan dari alang-alang pada saat tanam menggunakan cangkul atau herbisida,

dan ukuran piringan ditingkatkan selebar tajuk dengan bertambahnya umur tanaman.

Gulma umum dikendalikan denagan cara menebasnya hingga permukaan tanah

dengan cara pengolahan tanah dangkal untuk memperkecil kerusakan perakaran

tanaman. Alang-alang beserta rimpangnya harus dicabut secara hati-hati dengan

garpu. Tanah digemburkan untuk mempermudah pengambilan rimpang. Kegiatan atau

perlakuan tersebut harus dilakukan sebagaimana diperlukan, sekurang-kurangnya

setiap 3-4 bulan. Cara tersebut dapat dikombinasikan dengan pemberian pupuk.

4.3 Pengendalian Minimal Dengan Sumber Daya yang Terbatas

Apabila sumber daya petani tidak mencukupi untuk mengendalikan alang-alang pada

keseluruhan lahan, pengendalian difokuskan pada daerah dekat pertanaman. Untuk

tanama karet, penyemprotan barisan tanaman selebar 2 m dengan glifosat mengurangi

jumlah herbisida menjadi sepertiga dari kebutuhan untuk 1 hektar penuh. Sedangkan

pengendalian alang-alang dalam piringan tanaman kelapa dengan diameter 2 m

menekan kebutuhan herbisida menjadi seperlimanya. Biaya pengolahan secara manual

juga berkurang dengan proporsi yang sama. Meskipun kompetisi terhadap tanaman

oleh alang-alang berkurang, resiko kehilangan total atau kemungkinan kerusakan

tanaman sebagai akibat kebakaran tetap tinggi sehingga pengelolaan alang-alang di

antara barisan tanaman sangat penting dilakukan. Sistem tersebut masih

memmungkinkan penyebaran alang-alang, namun biaya pengelolaannya relatif rendah

dengan sdikit dampak negatif terhadap tanaman.

Page 15: Tugas Makalah DASGRO

4.4 Pengendalian Alang-Alang Dengan Pola Agroforesti

Praktek agroforestri yang dikenal di lingkungan masyarakat, biasanya berhubungan

erat dengan komponen pohon, semak, tanaman semusim, ternak dan padang

penggembalaan. Kombinasi penanaman beberapa spesies pada lahan yang sama

biasanya membentuk sebaran kanopi yang lebih rapat bila dibandingkan dengan yang

dijumpai pada perkebunan (Gambar 9). Dengan demikian akan mengurangi cahaya

yang masuk dan menekan pertumbuhan alang-alang atau gulma lainnya. Petani kecil

dapat melaksanakan dengan mudah sistem agroforestri baik yang intensif maupun

yang kompleks.

a Pola agroforestri dengan berbagai jenis tanaman kayu

Sengon (Paraserianthes falcataria).

Pada awalnya petani membuka lahan yang beralang-alang dengan menggunakan

herbisida dan dibajak. Selanjutnya ditanami sengon (Paraserianthes falcataria)

dengan jarak tanam 2 x 2 atau 2 x 2.5 atau 2 x 4 m 2. Pada tahun pertama, di

antara tanaman sengon ditanami padi gogo dan pada tahun ke-2 sampai ke-4

ditanami ketela pohon. Naungan dari sengon kurang begitu rapat, sehingga

setelah panen tanaman pangan harus dilakukan penyiangan atau pembajakan di

antara barisan kayu. Menurut Tjitrosemito dan Soerjani (1991) pada sengon

yang berumur antara 5-8 tahun intensitas cahaya yang sampai di permukaan

tanah antara 18-28% dari total cahaya penuh. Pada intensitas ini, alang-alang

dapat ditekan pertumbuhannya, tetapi masih mampu untuk tumbuh kembali.

Akasia (Acasia mangium).

Akasia yang ditanam dengan jarak tanam 2 x 4 m2 (1.250 tanaman ha-1) dengan

basal area 23 cm2 m-2 pada umur 4 tahun intensitas cahaya yang sampai di

permukaan tanah hanya 10%, sehingga cukup baik digunakan untuk

merehabilitasi alang-alang.

Petaian (Peltophorum dasyrrachis)

P. dasyrrachis yang ditanam di antara alang-alang dapat menghambat

pertumbuhan alang-alang tersebut (Agroforestree Database; Van Noordwijk and

Rudjiman, 1997). Berdasarkan penelitian ICRAF-BMSF, biomasa alang-alang

setelah satu tahun dinaungi dengan P. dasyrrachis adalah 0,252 Mg ha-1.

Page 16: Tugas Makalah DASGRO

Biomasa ini lebih kecil bila dibandingkan dengan alang-alang yang tanpa

naungan yaitu 1,755 Mg ha-1.

Gamal (Gliricidia sepium)

G. sepium termasuk jenis tanaman yang cepat tumbuh sehingga dapat digunakan

untuk mengendalikan alang-alang. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa

biomasa alang-alang setelah satu tahun dinaungan G. sepium adalah 0,045 Mg

ha-1, jauh lebih kecil bila dibandingkan dengan pertumbuhan alang-alang tanpa

naungan yaitu 1,755 Mg ha-1.

Gambar 9. Ssistem agroforestri yang baru terbentuk

Page 17: Tugas Makalah DASGRO

DAFTAR PUSTAKA

Bagnall-Oakeley H, Conroy C, Faiz A, Gunawan A, Gouyon A, Penot E, Liangsutthissagon S, Nguyen HD and C Anwar. 1996. Pengelolaan Alang-alang di Lahan Petani. Pusat Penelitian Karet, Balai Penelitian Sumbawa. Jakarta.

Kathleen S. Friday, M. Elmo Drilling dan Dennis P. Garrity diterjemahkan oleh: Widianto, Sunaryo, Didik Suprayogo dan Kurniatun Hairiah. 2000. Rehabilitasi Padang Alang-alang menggunakan Agroforestri dan Pemeliharaan Permudaan Alam. Universitas Brawijaya, Malang.

Purnomosidhi P, S. Rahayu. 1998. Pengendalian Alang-alang dengan Pola Agroforestri. ICRAF. (http://www.icraf.cgiar.org/sea). Diakses tanggal 4 April 2011

Van Noordwijk M and Rudjiman. 1997. Peltophorum dasyrhachis (Miquel) Kurz. In Faridah Hanum I & van der Maesen LJG (Eds.): Plant Resources of South-East Asia No. 11. Auxiliary Plants. Prosea Foundation, Bogor, Indonesia. pp. 207-209.

Page 18: Tugas Makalah DASGRO

TUGAS MAKALAH

MATA KULIAH DASAR-DASAR AGRONOMI

“PEMBUKAAN LAHAN ALANG-ALANG”

Disusun Oleh :

Edy Faisal ( )

Imania Saptarini ( )

Surya Dwi Kusuma D (11266)

Nurul Izzati Shifa (10928)

JURUSSAN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2011