Tugas Makalah Dara Larasati-hukum Perdata Gadai Saham Sebagai Jaminan Kredit

22
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu hal yang sangat mendasar dalam pelaksanaan pembangunan adalah tersedianya permodalan. Permodalan tidak didapat begitu saja tetapi dibutuhkan sarana-sarana lain termasuk halnya meletakkan keberadaan lembaga jaminan yang salah satunya adalah lembaga gadai. Dalam rangka pembinaan hukum nasional diperlukan perhatian yang serius tentang lembaga jaminan gadai, karena perkembangan perdagangan akan diikuti oleh perkembangan kebutuhan akan kredit, sedangkan pemberian kredit memerlukan jaminan demi keamanan pemberian kredit itu sendiri. Lembaga gadai menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (selanjutnya KUH Perdata) diatur dalam Buku III Bab XX Pasal 1150 sampai dengan Pasal 1160. Lembaga gadai banyak digunakan dalam praktik. Kedudukan pemegang gadai berbeda dengan pemegang fidusia, karena benda jaminan berada dalam penguasaan pemegang gadai selaku kreditur. Dalam hal ini kreditur sedapat mungkin akan terhindar dari iktikad jahat (te kwader trouw) pemberi gadai. Dalam gadai benda jaminan sama sekali tidak boleh berada dalam penguasaan (inbezitstelling) pemberi gadai, sedang benda yang dijaminkan dengan jaminan fidusia tetap berada di tangan pemberi jaminan fidusia selaku debitur. Kata “gadai” dalam undang-undang digunakan dalam dua arti, pertama menunjukkan kepada bendanya (benda gadai). Kedua, tertuju kepada haknya 1

Transcript of Tugas Makalah Dara Larasati-hukum Perdata Gadai Saham Sebagai Jaminan Kredit

Page 1: Tugas Makalah Dara Larasati-hukum Perdata Gadai Saham Sebagai Jaminan Kredit

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Suatu hal yang sangat mendasar dalam pelaksanaan pembangunan adalah tersedianya

permodalan. Permodalan tidak didapat begitu saja tetapi dibutuhkan sarana-sarana lain

termasuk halnya meletakkan keberadaan lembaga jaminan yang salah satunya adalah

lembaga gadai.

Dalam rangka pembinaan hukum nasional diperlukan perhatian yang serius tentang

lembaga jaminan gadai, karena perkembangan perdagangan akan diikuti oleh perkembangan

kebutuhan akan kredit, sedangkan pemberian kredit memerlukan jaminan demi keamanan

pemberian kredit itu sendiri. Lembaga gadai menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

(selanjutnya KUH Perdata) diatur dalam Buku III Bab XX Pasal 1150 sampai dengan Pasal

1160. Lembaga gadai banyak digunakan dalam praktik.

Kedudukan pemegang gadai berbeda dengan pemegang fidusia, karena benda jaminan

berada dalam penguasaan pemegang gadai selaku kreditur. Dalam hal ini kreditur sedapat

mungkin akan terhindar dari iktikad jahat (te kwader trouw) pemberi gadai. Dalam gadai

benda jaminan sama sekali tidak boleh berada dalam penguasaan (inbezitstelling) pemberi

gadai, sedang benda yang dijaminkan dengan jaminan fidusia tetap berada di tangan pemberi

jaminan fidusia selaku debitur. Kata “gadai” dalam undang-undang digunakan dalam dua arti,

pertama menunjukkan kepada bendanya (benda gadai). Kedua, tertuju kepada haknya (hak

gadai). Saham adalah bukti kepemilikan atas sejumlah modal dalam suatu perseroan terbatas.

Demikian yang dirumuskan dalam Pasal 51 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 40

Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas (selanjutnya UUPT).

Dengan demikian modal berbicara tentang sesuatu yang abstrak yang lebih

merupakan wujud kewajiban yang harus dipenuhi oleh seorang pendiri atau pemegang saham

sebagai suatu bentuk prestasi yang harus dilaksanakan berdasarkan perjanjian pendirian

perseroan terbatas. Sedangkan saham merefleksikan sesuatu hak yang merupakan benda yang

dapat dikuasai dengan hak milik, yang memiliki wujud konkrit, yang dapat dilihat dan

dikuasai secara fisik oleh setiap pemegang saham dalam suatu perseroan terbatas.

Saham sebagai suatu hak yang merupakan benda yang dapat dikuasai dengan hak

milik juga dapat ditemukan dasarnya pada ketentuan umum yang diatur dalam KUH Perdata

Pasal 511 angka (4).4 Oleh karena itu saham sebagai benda bergerak dijadikan sebagai

1

Page 2: Tugas Makalah Dara Larasati-hukum Perdata Gadai Saham Sebagai Jaminan Kredit

jaminan hutang dengan gadai atau jaminan fidusia sebagai lembaga jaminannya. Hal ini

sejalan dengan ketentuan Pasal 60 UU PT.5 Saham adalah benda bergerak dan karena itu

dapat digadaikan.

Saham sebagai suatu hak yang merupakan benda yang dapat dikuasai dengan hak

milik. Sero-sero atau andil-andil itu terdapat dalam persekutuan perdagangan uang,

persekutuan dagang atau persekutuan perusahaan. Sekalipun persekutuan dan perusahaan

yang bersangkutan itu merupakan kebendaan tidak bergerak, namun sero-sero atau andil-

andil itu dianggap merupakan kebendaan bergerak, akan tetapi hanya terhadap para

pesertanya selama persekutuan berjalan, sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 511 angka (4)

KUH Perdata.

Untuk itu perlu ketegasan tentang saham sebagai benda bergerak yang pada akhirnya

memberi ketegasan tentang lembaga jaminan yang dapat dibebankan atas saham tersebut.

Ketentuan mengenai saham sebagai benda yang dapat dimiliki dipertegas kembali dalam

rumusan Pasal 60 UU PT. Bahwa kepemilikan atas saham sebagai benda bergerak

memberikan hak kebendaan kepada pemegangnya yang dapat dipertahankan terhadap setiap

orang. Pemegang saham yang memiliki saham mempunyai hak kebendaan terhadap saham

tersebut.

Sebagai subjek hukum pemegang saham mempunyai hak dan kewajiban yang timbul

atas saham tersebut. Selaku pemegang hak, pemegang saham berhak mempertahankan

haknya terhadap setiap orang. Hak dan kewajiban pemegang saham baik terhadap perseroan

maupun terhadap pemegang saham lainnya berada dalam hubungan perikatan, seagaimana

diatur dalam undang-undang dan anggaran dasar perseroan.

Dalam menjalankan kegiatan usaha yaitu antara lain untuk membeli aktiva, membeli

bahan keperluan produksi, persedian kas maupun untuk pengembangan kegiatan usaha

lainnya, perusahaan sebagai rechtperson memerlukan dana membiayai semua keperluan

tersebut di atas. Namun demikian adakalanya perusahaan tersebut tidak memiliki dana yang

cukup untuk menjalankan kegiatannya.

Pemenuhan dana untuk dapat mencukupi kekurangan dana tersebut, sebagai modal

perusahaan dapat diperoleh dari sumber intern perusahaan maupun ekstern perusahaan.

Pemenuhan dana dari sumber intern diperoleh atau dihasilkan sendiri dalam perusahan,

misalnya berasal dari dana yang berasal dari keuntungan yang tidak dibagikan atau

keuntungan yang ditahan dalam perusahaan (retained earnings) sedangkan dana dari sumber

ekstern dapat diperoleh dari tambahan penyertaan modal pemilik perusahaan, melalui pasar

modal dan dapat pula diperoleh dari pinjaman dari pihak ketiga atau kredit bank.

2

Page 3: Tugas Makalah Dara Larasati-hukum Perdata Gadai Saham Sebagai Jaminan Kredit

Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa salah satu sumber dana adalah berasal

dari pinjaman pihak ketiga, namun demikian untuk mendapatkan fasilitas kredit / hutang dari

bank ataupun kreditor disyaratkan adanya suatu jaminan untuk keamanan dan kepastian

pengembalian hutang. Lembaga jaminan akan lebih memberikan kepastian hukum daripada

sekedar kepercayaan. Jaminan menjadi sangat berarti apabila dikemudian hari debitur benar-

benar cedera janji.

Dalam hal ini, kreditor menjadi pasti kedudukannya terhadap debitur karena sudah

ada jaminan. Jaminan memberikan fungsi antara lain membuka hak dan kekuasaan kepada

pemberi kredit untuk mendapatkan pelunasan dengan barang jaminan itu, bila debitor

melalaikan kewajibannya, disamping itu juga mendorong debitor agar benar-benar

menjalankan usahanya dengan sebaik-baiknya. Selain itu jaminan juga berfungsi untuk

memperlancar pemberian kredit.

1.2 Rumusan Masalah

1. bagaimana penerapan hak dan kewajiban pemegang saham dalam jaminan kredit?

2. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum terhadap kreditor pemegang gadai dalam

pelaksanaan pengikatan saham perseroan terbatas yang belum dicetak?

3

Page 4: Tugas Makalah Dara Larasati-hukum Perdata Gadai Saham Sebagai Jaminan Kredit

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Penerapan Hak dan Kewajiban Pemegang Saham dalam Jaminan Kredit

Sebagai subjek hukum pemegang saham mempunyai hak dan kewajiban yang timbul

atas saham tersebut. Selaku pemegang hak, pemegang saham berhak mempertahankan

haknya terhadap setiap orang. Hak dan kewajiban pemegang saham baik terhadap perseroan

maupun terhadap pemegang saham lainnya berada dalam hubungan perikatan, seagaimana

diatur dalam undang-undang dan anggaran dasar perseroan.

Gadai merupakan jaminan yang oleh undang-undang kepada pemegang gadai

diberikan kewenangan dan keistimewaan yaitu hak yang didahulukan pelunasannya barang

tersebut daripada orang-orang yang berpiutang lainnya sebagaimana ditegaskan dalam Pasal

1150 KUH Perdata.

Gadai (Pand) merupakan lembaga jaminan kebendaan bagi benda bergerak yang

diatur dalam KUH Perdata. Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang kreditur atas

suatu benda bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh debitur atau oleh orang lain atas

namanya dan memberikan kekuasaan kepada kreditur lainnya, dengan kekecualian untuk

mendahulukan biaya lelang, biaya penyelamatan benda setelah digadaikan.

Adapun yang menjadi objek jaminan gadai adalah benda bergerak baik yang

berwujud maupun tidak berwujud. Benda yang tidak berwujud yang dapat menjadi jaminan

antara lain adalah surat-surat berharga, saham-saham, obligasi, sertifikat Bank Indonesia,

surat berharga pasar uang, hak tagih. Digunakannya saham sebagai jaminan kredit, maka

selama debitur belum melunasi hutangnya, saham tersebut berada dalam kekuasaan kreditur,

namun segala hak yang timbul dari pemilikan saham tersebut tetap berada pada debitur

sebagai pemilik saham.

Hal ini disebabkan oleh karena sifat penyerahan saham tersebut adalah hanya tertuju

pada jaminan sebagai pelunasan hutang apabila debitur ternyata tidak dapat melunasi

hutangnya tepat pada saat yang telah diperjanjikan untuk itu.

Perkembangan industri dan perdagangan dewasa ini juga berakibat secara langsung

terhadap perkembangan lembaga jaminan gadai itu sendiri, yang salah satu perkembangan

tersebut adalah timbulnya praktik gadai saham. Praktik gadai saham timbul sebagai suatu

bentuk jaminan kredit yang diberikan debitur kepada kreditur, karena dalam hal pemberian

4

Page 5: Tugas Makalah Dara Larasati-hukum Perdata Gadai Saham Sebagai Jaminan Kredit

kredit maka perihal keberadaan jaminan sangat utama dalam hal seorang debitur

mendapatkan pinjaman uang/kredit.

Perjanjian gadai saham merupakan faktor kunci dalam proses penyaluran kredit ke

dunia usaha. Apabila debitur gagal8 membayar kredit (failure debtor), maka perjanjian

tersebut adalah pelindung bagi bank bila di kemudian hari akan menjual kembali bagian

saham yang dijaminkan itu.

Ketika sebuah bank memutuskan memberi kredit kepada nasabahnya, maka sudah

sewajarnya bagi bank tersebut meminta jaminan atau kolateral. Kolateral itu akan menjadi

benteng terakhir pertahanan bank, apalagi setelah dihapuskannya fasilitas likuiditas bank

Indonesia. Kualitas kolateral itu pulalah yang menentukan apakah bank dapat memperoleh

kembali dana yang disalurkan bila debitur tersebut dikemudian hari ternyata gagal melakukan

pembayaran kembali hutangnya. Suatu prinsip yang berlaku dalam hukum jaminan adalah

kreditur tidak dapat meminta suatu janji agar memiliki benda yang dijaminkan untuk

pelunasan hutang debitur kepada kreditur.

Ratio dari ketentuan ini adalah untuk mencegah terjadinya ketidakadilan yang akan

terjadi jika kreditur memiliki benda jaminan yang nilainya lebih besar dari jumlah hutang

debitur kepada kreditur. Karena itu benda jaminan tersebut harus dijual dan kreditur berhak

mengambil uang hasil penjualan tersebut sebagai pelunasan piutangnya. Apabila masih ada

kelebihan, maka sisa hasil penjualan tersebut harus dikembalikan kepada debitur.

Dalam praktiknya, kreditur berupaya menghindari larangan ini dengan membuat

perjanjian jual beli dengan hak membeli kembali untuk menyelubungi perjanjian hutang

piutang dengan gadai sebagai jaminannya. Sikap Mahkamah Agung Republik Indonesia

dalam hal ini sudah jelas, yaitu membatalkan atau menyatakan batal demi hukum perjanjian

seperti itu. Namun demikian mengingat berbagai kendala yang dihadapi kreditur dalam

melakukan eksekusi atas benda yang dijaminkan, maka perlu dipikirkan suatu mekanisme

hukum yang memungkinkan kreditur memperoleh pelunasan piutangnya secara efisien

dengan tetap memberikan perlindungan hukum kepada debitur dan pembeli barang jaminan

tersebut.

Bagi kreditur pemegang jaminan kebendaan seperti gadai, jaminan fidusia, hipotik,

dan hak tanggungan mempunyai hak untuk mengambil hasil penjualan benda yang dibebani

gadai, jaminan fidusia, hipotik pelunasan piutangnya lebih dahulu dari kreditur konkuren

yang dijaminkan oleh Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata atau disebut droit de preference.

Dalam praktik kreditur khususnya lembaga keuangan seperti bank akan meminta suatu

jaminan khusus yang lahir dari perjanjian antara kreditur dengan debitur.

5

Page 6: Tugas Makalah Dara Larasati-hukum Perdata Gadai Saham Sebagai Jaminan Kredit

Dalam hal ini kreditur mempunyai hak kebendaan atas benda milik debitur atau pihak

ketiga sebagai jaminan hutang. Pengikatan jaminan ini bersifat accessoir artinya jaminan itu

lahir, hapus dan beralih mengikuti atau tergantung pada perjanjian pokoknya, yaitu hutang

piutang atau perjanjian kredit. Selain itu kreditur memegang hak kebendaan, tetap

mempunyai hak gadai, jaminan fidusia, hipotik ataupun hak tanggungan, meskipun benda

yang dibebani dengan jaminan dipindahtangankan atau dialihkan kepada pihak ketiga dalam

hal ini pembeli. Dalam ilmu hukum sifat ini dikenal dengan istilah droit de suit.

Sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yaitu Pasal 1155 dan

Pasal 1156 KUH Perdata, pelaksanaan eksekusi atas barang gadai, telah ditentukan secara

limitatif dan imperatif dengan cara dan bentuk tertentu. Semua objek gadai saham bila akan

dieksekusi harus dijual secara lelang di muka umum. Proses eksekusi gadai saham tersebut

harus dilakukan secara terbuka, supaya terdapat perlindungan bagi pemilik saham untuk

mendapatkan harga pasar yang wajar.

Cara ini merupakan ketentuan dasar atas eksekusi barang gadai:

1. Penjualan dilakukan di muka umum.

2. Cara penjualan, menurut kebiasaan setempat.

3. Sesuai dengan syarat-syarat yang lazim berlaku.

4. Dari hasil penjualan, kreditor mengambil pelunasan meliputi: jumlah utang pokok, bunga,

dan biaya yang timbul dari penjualan. Namun di sisi lain jika debitur gagal bayar maka

kreditur bisa langsung melakukan lelang atas aset yang dijaminkan itu.

Dalam perjanjian pemberian kredit selalu ada pernyataan bahwa bank bisa langsung

melakukan lelang atas aset yang dijaminkan jika debitur tidak bisa memenuhi kewajibannya

sampai tenggang waktu yang ditentukan. Sebenarnya Pasal 1155 KUH Perdata, secara Ipso

Jure, memberi parate executie dengan hak menjual atas kuasa sendiri (rechts van

eigenmachtige verkoop, the right to sale) objek barang gadai kepada pemegang gadai

(kreditur, tanpa hal itu diperjanjikan dalam perjanjian gadai), namun Pasal 1155 ayat (1)

KUH Perdata mengatur prinsip-prinsip pokok:

1. Penjualan barang gadai harus atau mesti dilakukan di muka umum melalui penjualan

lelang (executtoriale verkoop) atau the right to sale under execution;

2. Ketentuan pokok penjualan barang gadai di muka umum adalah mandat memaksa

(imperatief mandaat) atau mandatory instruction yang diberikan undang-undang kepada

pemegang gadai/kreditor dalam kedudukan eigenmachtige verkoop berdasarkan Pasal

1155 ayat (1) KUH Perdata.

6

Page 7: Tugas Makalah Dara Larasati-hukum Perdata Gadai Saham Sebagai Jaminan Kredit

Terjadi suatu distorsi, satu sisi kreditur dan debitur yang melakukan kontrak hutang

mempunyai tanggung jawab atas penjualan benda jaminan untuk pelunasan hutang debitur

yang gagal bayar, di sisi lain pihak ketiga dalam hal ini pembeli benda jaminan harus

dilindungi atas batasan kebebasan berkontrak yang dilakukan kreditur dan debitur.

Pada dasarnya UUPT memberikan hak appraisal (appraisal right) melalui Pasal 62

dan Pasal 126 ayat (1) hanya terhadap tindakan-tindakan sebagai berikut:

1. Perubahan anggaran dasar.

2. Pengalihan atau penjaminan kekayaan perseroan yang mempunyai nilai lebih dari 50%

(lima puluh persen) kekayaan bersih perseroan; atau

3. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, atau pemisahan. Hak appraisal merupakan

keistimewaan yang diberikan oleh UUPT. Hak appraisal ini merupakan suatu hak untuk

menggantikan ketentuan dalam hukum korporat yang sudah terbilang kuno di beberapa

negara bahwa terhadap tindakan korporat tertentu, seperti merger dan akuisisi, perubahan

anggaran dasar, penjualan, penjaminan dan lain-lain perlu lebih dahulu disetujui oleh rapat

umum pemegang saham yang diputuskan secara aklamasi dalam arti seratus persen

(100%) harus menyetujui tindakan tersebut.

Perlindungan hukum bagi pembeli saham yang digadaikan sangat diperlukan demi

terjaminnya kepastian hukum. Pembelian harus dilakukan secara lelang di muka umum. Jika

pembelian objek gadai dilakukan di bawah tangan, maka pembeli dan bank tidak harus

dilindungi karena perbuatan tersebut melawan hukum. Karena harga pasar wajar tertinggi

saham harus diuji di muka umum, bukan secara sembunyi di bawah tangan,17 untuk

menghindari tindakan yang dapat menimbulkan kecurigaan atas adanya konspirasi antara

kreditur dengan pembeli.

Walaupun alasan sudah ditentukan dalam peraturan perundangan sulit untuk

membuktikan bahwa tindakan tersebut menyebabkan kerugian atau akan adanya kerugian

bagi pemegang saham atau bagi perusahaan secara keseluruhan. Apalagi karena para

pemegang saham minoritas saat bersikap berbeda pendapat, umumnya tindakan perseroan

yang diperdebatkan tersebut masih belum dilakukan atau baru mulai dilakukan sehingga

kerugian belum kelihatan. Hal tersebut mengakibatkan bahwa Pasal 62 ayat (1) UUPT sulit

untuk diterapkan.

Terhadap pelaksanaan hak appraisal juga berlaku apa yang disebut dengan market

exeption. Dengan market exeption ini, yang dimaksudkan adalah bahwa hak appraisal tidak

diberikan manakala terhadap saham yang akan dijual dengan hak appraisal tersebut

merupakan saham dari perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan di pasar modal.

7

Page 8: Tugas Makalah Dara Larasati-hukum Perdata Gadai Saham Sebagai Jaminan Kredit

Logikanya jika kemampuan keuangan/kondisi keuangan kas/aliran tunai (cash flow) dalam

perseroan sudah tersedia, bagi pemegang saham yang tidak setuju dengan tindakan perseroan

tersebut melalui penjualan sahamnya di pasar modal, untuk apa lagi diberikan hak appraisal,

karena tujuan pemberian hak tersebut adalah untuk meningkatkan kemampuan keuangan kas

bagi pemegang saham tersebut.

Namun yang perlu dipertimbangkan adalah bahwa pemberian hak tersebut kepada

pemegang saham yang keberatan sahamnya untuk dijual, bukanlah semata-mata untuk

menyediakan aliran dana masuk ke kas, tetapi hal tersebut menyangkut tentang hak dari

seluruh pemegang saham, yang dijamin oleh undang-undang.

Hak appraisal tidak diberikan apabila saham yang akan dijual merupakan saham dari

perusahaan yang sahamnya aktif diperdagangkan di pasar modal. Bila tetap diberikan juga

sebenarnya bukanlah merupakan suatu tindakan yang baik, karena ketika pemegang saham

yang tidak setuju menjual sahamnya ke pasar, harga saham tersebut sudah terkoreksi karena

berita adanya tindakan perseroan yang ditentang oleh beberapa pemegang saham yang tidak

setuju tersebut. Atau meskipun harga saham tidak terkoreksi, harga saham di pasar modal

belum tentu mencerminkan harga saham yang sebenarnya sesuai dengan keadaan perusahaan.

Dalam perkembangannya, penggunaan hak appraisal ini merupakan pranata hukum

yang berfungsi untuk mencegah pihak direksi untuk melakukan transaksi yang merugikan

dan dapat menjadi kompensasi bagi pemegang saham yang tidak setuju dengan tindakan

perubahan prinsipil dalam perseroan tersebut.

Di Indonesia, kasus sengketa gadai saham ini pernah terjadi, yakni yang menyangkut

sebuah entitas bisnis pertambangan. Bagian saham dari salah satu pemilik hak kuasa atas

pertambangan itu digadaikan sebagai jaminan kredit kepada salah satu bank asing di luar

negeri. Pada saat pemilik saham gagal membayar hutang pada saat jatuh tempo, maka pihak

bank memutuskan untuk menjual bagian saham tersebut kepada salah satu pembeli di

Indonesia. Merasa dirugikan dan diperlakukan secara sepihak oleh bank, sang pengusaha

justru mengajukan gugatan kepada bank yang bersangkutan dan pembeli saham tersebut.

Pengadilan negeri pada tingkat pertama mengeluarkan penetapan bahwa bank sebagai

kreditur berhak menjual seluruh saham yang diagunkan sebagai jaminan hutang tersebut,

namun oleh pengadilan pada tingkat banding telah membatalkan penetapan pengadilan negeri

tersebut.

8

Page 9: Tugas Makalah Dara Larasati-hukum Perdata Gadai Saham Sebagai Jaminan Kredit

2.2 Bentuk Perlindungan Hukum Terhadap Kreditur Pemegang Gadai dalam

Pelaksanaan Pengikatan Saham Perseroan Terbatas yang belum dicetak

Pengadilan negeri pada tingkat pertama mengeluarkan penetapan bahwa bank sebagai

kreditur berhak menjual seluruh saham yang diagunkan sebagai jaminan hutang tersebut,

namun oleh pengadilan pada tingkat banding telah membatalkan penetapan pengadilan negeri

tersebut. Mahkamah Agung Republik Indonesia (MARI) melalui suratnya tanggal 3 Maret

2006 menyatakan sejumlah penetapan Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Selatan terkait dengan

eksekusi gadai saham milik Beckkett Pte Ltd oleh Deutsche Bank AG, batal demi hukum

karena tidak berdasarkan hukum.

Sementara itu pada saat yang sama debitur juga mengajukan gugatan melalui

Pengadilan Tinggi (Hight Court) Singapura agar transaksi penjualan saham antara kreditur

dan pembeli itu dibatalkan dan kepemilikan atas saham itu dibekukan. Pengadilan Tinggi

Singapura menolak tuntutan tersebut dan dikuatkan lagi oleh pengadilan di tingkat banding

yang bersifat final dan mengikat (final and binding), karena court of appeal merupakan

lembaga banding tertinggi di Singapura.

Dengan demikian dari penjelasan di atas harus ada perlindungan hukum bagi pembeli

bagian saham yang dijual oleh bank sebagai kreditur yang dalam hal ini selaku pemegang

gadai, mengingat saham yang dijadikan jaminan dalam perjanjian kredit tersebut merupakan

hak bank sebagai kreditur untuk menjual benda yang dijaminkan debitur yang gagal bayar

hutang tersebut. Karena jaminan itulah yang akan menjadi benteng terakhir pertahanan bank,

maka perlindungan hukum juga diperlukan bagi pembeli bagian saham yang dijual bank.

Sebab bank juga punya kewajiban bagi para nasabah lain sebagai penyimpan dana pihak

ketiga yang kemudian digunakan sebagai dana pemberian kredit kepada masyarakat.

Namun hakikatnya proses penggadaian saham tersebut harus dilakukan secara

terbuka. Dalam perjanjian pemberian kredit selalu ada pernyataan bahwa bank bisa langsung

melakukan lelang atas aset yang dijaminkan jika debitur tidak bisa memenuhi kewajibannya

sampai tenggang waktu yang telah ditentukan. Dalam hal ini sudah seharusnya bahwa

pembeli yang beriktikat baik mendapat perlindungan hukum untuk menikmati benda yang

dibeli dengan tenteram dan bebas dari tuntutan hukum.

Perlindungan yang berikan oleh hukum hanya bagi pembeli yang beriktikad baik,

namun standar iktikad baik itu tidak ada dijelaskan atau tidak ada diberi batasan-batasan oleh

undang-undang. Di sisi lain bank sebagai kreditur tak mungkin melakukan konspirasi dengan

pembeli karena bank sangat berkepentingan mendapatkan pengembalian hutang yang setinggi

mungkin.

9

Page 10: Tugas Makalah Dara Larasati-hukum Perdata Gadai Saham Sebagai Jaminan Kredit

Pembeli saham yang digadaikan akan memperoleh jaminan kepastian hukum apabila

pembelian dilakukan secara lelang di muka umum. Tetapi jika pembelian objek gadai

dilakukan di bawah tangan, maka pembeli dan bank tidak harus dilindungi karena perbuatan

tersebut melawan hukum. Apabila penjualan dilakukan di bawah tangan, maka patut

dicurigai. Karena harga pasar wajar tertinggi saham harus diuji di muka umum, bukan secara

sembunyi-sembunyi dengan penjualan di bawah tangan. Dengan demikian terdapat

perlindungan bagi pemilik saham untuk mendapatkan harga pasar yang wajar. Jadi

hakikatnya proses eksekusi saham tersebut harus dilakukan secara terbuka.

Klausul yang memberi hak kepada pemegang gadai melakukan penjualan di bawah

tangan, bertentangan dengan Pasal 1155 KUH Perdata. Klausul yang demikian dianggap

tidak pernah ada (never existed) karena bersifat illegal, dan tentunya hal ini akan berdampak

memberikan kepastian hukum sekaligus memberikan perlindungan hukum kepada pembeli

apabila telah melakukan jual beli barang yang digadaikan seperti yang telah disyaratkan oleh

undang-undang.

Selain itu kreditur dan debitur yang melakukan kontrak hutang mempunyai tanggung

jawab atas penjualan benda jaminan dan pihak ketiga dilindungi atas batasan kebebasan

berkontrak. Meskipun undang-undang menyatakan bahwa kepemilikan atas suatu kebendaan

telah beralih pada saat penyerahan kebendaan dilakukan, namun karena ketentuan 1266 KUH

Perdata masih memungkinkan dibatalkannya suatu perjanjian (jual beli) demikian dalam hal

salah satu pihak cidera janji (untuk tidak memberikan pelunasan pembayaran) atas kebendaan

(saham) yang dibeli, maka sesungguhnya kepastian hukum mengenai perlindungan hukum

bagi pembeli gadai saham belum ada.

Beberapa problematika / permasalahan hukum yang mungkin timbul pada intinya

menurut penulis dapat dikelompokan / diakibatkan oleh :

1. Saham-saham yang digadaikan sulit dilakukan penjualan baik yang dilakukan secara

lelang maupun dibawah tangan untuk melunasi pinjaman debitor.

Sudah menjadi hal yang umum, seorang pembeli baik itu melalui mekanisme jual beli

di bawah tangan maupun lelang pasti akan mempertimbangkan nilai ekonomis suatu barang

yang akan dibelinya. Demikian halnya jika obyek yang akan dibelinya adalah merupakan

saham perusahaan yang sudah bangkrut atau perusahaan tersebut memiliki track record

sebagai debitor macet di Bank. Tentu saham - saham tersebut bisa terjadi tidak laku terjual.

Oleh karenanya pada debitor yang menyerahkan jaminan saham-saham perusahaan

tanpa dibarengi dengan penyerahan jaminan berupa fixed asset yang cukup tentu akan sangat

beresiko dalam melindungi kepentingan Bank.

10

Page 11: Tugas Makalah Dara Larasati-hukum Perdata Gadai Saham Sebagai Jaminan Kredit

2. Tidak ada lembaga yang melakukan pencatatan adanya penjaminan gadai saham dalam hal

saham tidak terdaftar di bursa efek yang diserahkan sebagai jaminan.

Berbeda dengan saham yang telah terdaftar pada bursa efek, dimana kreditor

pemegang gadai dapat mengajukan permohonan pencatatan gadai atas saham pada

perusahaan penitipan efek (kustodian). Atas saham yang dijadikan obyek gadai tersebut oleh

kustodian selanjutnya akan dilakukan pencatatan bahwa saham merupakan jaminan bank dan

sebagai langkah pengamanan dilakukan pemblokiran saham sehingga atas saham yang

dijadikan jaminan tidak dapat ditarik atau dipindahbukukan selama dalam status gadai

sehingga penerimaan saham sebagai jaminan seperti ini lebih mengamankan Bank karena

Bank dapat melakukan monitoring saham dengan bekerja sama dengan perusahaan penitipan

efek tersebut.

Keadaan tersebut berbeda dengan penggadaian atas saham tidak terdaftar di bursa

efek baik untuk yang sudah mencetak sahamnya maupun yang belum mencetak. Menurut

hemat penulis, sangat riskan jika kreditor menerima jaminan tersebut karena kreditor sulit

untuk melindungi jaminannya karena rentan akan adanya penjaminan ulang, duplikasi

jaminan atau perbuatan hukum lain termasuk kemungkinan pengalihan saham dimaksud oleh

pemilik baik yang dilakukan sebelum diserahkan sebagai jaminan ataupun bahkan setelah

saham tersebut menjadi jaminan bank karena tidak ada lembaga / instansi melakukan

pencatatan atas penjaminan tersebut sehingga monitoring atas jaminan berupa saham sulit

dilakukan.

3. Potensi tidak terlindunginya Bank sebagai pemegang gadai karena warkat / surat saham

tidak diserahkan dalam penguasaan Bank.

Sebagaimana kita ketahui bahwa dalam praktek terdapat banyak perusahaan yang

belum mencetak sahamnya. Karena belum dicetaknya surat saham maka debitor tersebut

tidak dapat menyerahkan asli warkat / surat saham. Sebagaimana dikemukakan di atas, dalam

hal saham belum dicetak dan akan diikat gadai, maka kebijakan perkreditan BNI untuk saham

atas nama surat yang sahamnya belum dicetak tersebut dapat diwakili / diganti sementara

dengan resipis.

Walaupun secara hukum pengikatan gadai saham atas nama terpenuhi yaitu dengan

adanya pemberitahuan kepada debitor dan kemudian resipis telah diserahkan oleh pemberi

gadai ke Bank sebagai pengganti surat saham, penulis berpendapat pemberi gadai masih

dapat melakukan perbuatan hukum / kekuasaan atas saham yang digadaikan untuk

ditransaksikannya tanpa sepengetahuan pemegang gadai meskipun status gadai atas saham

11

Page 12: Tugas Makalah Dara Larasati-hukum Perdata Gadai Saham Sebagai Jaminan Kredit

belum dicabut misalnya saja saham dijual atau adanya duplikasi jaminan atas saham

dimaksud.

Disamping itu tidak diserahkannya warkat / surat saham kurang melindungi

pemegang gadai saham karena penguasaan saham diperlukan karena manakala saham dijual

dalam bursa / lelang yang dijual / dilelang yang diperlihatkan adalah warkat / surat sahamnya

dan bukan akta / surat gadainya.Sedangkan untuk saham atas unjuk, tidak diserahkannya

surat saham sudah tentu tidak memenuhi ketentuan hukum perdata karena gadai terhadap

piutang atas bawa harus diikuti dengan penyerahan surat buktinya.

4. Sulit menentukan / menetapkan berapa nilai dari saham-saham saat akan dijaminkan

maupun saat dieksekusi.

Karena sifat saham yang sangat fluktuatif (untuk sahamsaham yang telah terdaftar

pada bursa efek) ataupun tidak adanya surat / warkat saham yang dapat diserahkan pemberi

gadai sebagai tanda penyertaan dan bukti kepemilikan atas saham kepada pemegang gadai

(untuk saham-saham yang tidak terdaftar di bursa efek) maka penilaian jaminan dilakukan

tentu akan menyulitkan saat dilakukan penilaian / taksasi atas saham. Sulit / tidak jelasnya

menilai taksiran atas saham sehingga dapat menjadi peluang saat saham akan diserahkan

sebagai jaminan dinilai mempunyai nilai ekonomis taksiran yang tinggi karena dengan

mempertimbangkan bahwa perusahaan tersebut bonafide sehingga dapat diasumsikan mudah

untuk dijual / dieksekusi.

Namun kenyataannya saat akan dilakukan eksekusi perusahaan sudah bangkrut dan

merupakan debitor macet di Bank. saham – saham tersebut kemudian menjadi tidak ada

nilainya bahkan dapat terjadi terjadi tidak laku terjual.

12

Page 13: Tugas Makalah Dara Larasati-hukum Perdata Gadai Saham Sebagai Jaminan Kredit

BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bentuk-bentuk perlindungan hukum kepada pemegang gadai atas permasalahan /

problematika yang mungkin timbul adalah dengan memperjanjikan / mencantumkan klausul-

klausul yang melindungi kepentingan Bank yaitu misalnya :

a. Kuasa yang menyatakan bahwa jika dipandang perlu oleh Bank, Bank dapat

mempergunakan hak-hak yang diperoleh pemberi gadai sebagai pemilik saham termasuk hak

untuk hadir serta memberikan suaranya dalam Rapat Umum Pemegang Saham dan menerima

deviden. Dengan pemberian kuasa tersebut maka Bank mempunyai hak untuk ikut

menentukan kebijaksanaan perusahaan termasuk melaksanakan hak-hak sebagai pemegang

saham.

b. Kuasa kepada Bank untuk menerima pembayaran pembagian hasil likuidasi dalam hal

perseroan tersebut di likuidasi dan mempergunakan semua penerimaan tersebut dan

diperhitungkan untuk melunasi utang debitor.

c. kuasa dan tanpa persetujuan terlebih dahulu dari pemberi gadai untuk sewaktu-waktu

menjual saham-saham yang digadaikan baik secara lelang maupun dibawah tangan.

d. Melakukan segala sesuatu yang dianggap baik oleh Pemegang Gadai untuk melaksanakan

hak dan kuasa tersebut.

e. Klausula yang berisikan pernyataan dari pemberi gadai bahwa saham yang diserahkan

telah disetor penuh, benar-benar milik pemberi gadai, tidak ada pihak lain yang ikut memiliki

atau mempunyai hak apapun, tidak atau sedang atau akan dialihkan kepada pihak manapun,

tidak sedang dijadikan jaminan dengan cara bagaimanapun pada pihak lain, tidak tersangkut

dalam perkara atau sengketa dan bebas dari sitaan maupun pernyataan untuk membebaskan

Bank dari tuntutan / klaim dari ahli waris pemberi gadai yang mungkin timbul dikemudian

hari.

13

Page 14: Tugas Makalah Dara Larasati-hukum Perdata Gadai Saham Sebagai Jaminan Kredit

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kadir Muhammad, 1993, Hukum Perdata Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung.

Bambang Riyanto, 2001, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, BPPE, Yogyakarta.

Frieda Husni Hasbullah, 2002, Hukum Kebendaan Perdata, Hak-hak yang memberi jaminan

perorangan, Jilid 2, cetakan I, Hill-Co, Jakarta

Gatot Supramono, 1997, Perbankan Dan Masalah Kredit, Djambatan, Jakarta.

14