Tugas kurikulum dan pembelajaran lisna II.b

29
DISUSUN OLEH : LISNA ROSLIYANTI NIM : 2011031079 KELAS : IIB PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN EKONOMI

Transcript of Tugas kurikulum dan pembelajaran lisna II.b

DISUSUN OLEH : LISNA ROSLIYANTI

NIM : 2011031079

KELAS : IIB

PROGRAM STUDI : PENDIDIKAN EKONOMI

Nama Buku : Kurikulum DanPengajaran

Pengarang : Prof. Dr. S. NasutionM.A.

Jumlah Halaman : 183 HalamanPenerbit : Bumi AksaraTahun Terbit : 1989

KURIKULUM

DAN

PEMEBELAJAR

AN

DETERMINAN KURIKULUM

KONSEP –KONSEP DASAR

KURIKULUM DAN

PEMBELAJARAN

PENDIDKAN AFEKTIF,

PERSPEKTIF, HISTORIS DAN

MODEL – MODEL PENDIDIKAN

MENDISAIN RENCANA EVALUASI

KURIKULUM

TUJUAN PENGAJAR

AN

PERENCANAAN

INSTRUKSIONAL UNTUK

TUJUAN AFEKTIF

PENDEKATAN –

PENDEKATAN DALAM

PENGEMBANGAN

KURIKULUM

MENGEMBANGKAN

KETERAMPILAN DAN

MEMCAHKAN MASALAH DISAIN

RENCANA INSTRUKSION

AL PENGAJARAN

AFEKTIF

STRATEGI DAN

SUMBER MENGAJAR

pedoman kurikulum

Pedoman instruksional

Latar belakang

Silabus

Disain evaluasi

KONSEP –

KONSEP DASAR

KURIKULUM

DAN

PEMBELAJARAN

PENGERTIAN KURIKULUM

LANGKAH – LANGAKAH

MENDISAIN PEDOMAN

INTRUKSIONAL

LANGKAH – LANGKAH DALAM

PENGEMBANGAN KURIKULUM

PROSES

PENGEMBANGAN

KURIKULUM

PEDOMAN KURIKULUM

PEDOMAN INTRUKSIONAL

Kurikulum adalah suatu rencana yang disusun untuk melancarkan proses belajar-mengajar di bawah bimbingan dan tanggung jawab

sekolah atau lembaga pendidikan beserta staf pengajarnya.

Proses pengembangan kurikulum dibagi 2 :

1. pedoman kurikulum meliputi :

- latar belakang berisi rumusan falsafah dan tujuan pendidikan, populasi yang menjadi sasaran, rasional bidang studi, struktur

organisasi bahan pelajaran.

- silabus berisi mata pelajaran secara lebih terinci yang diberikan yakni ruang lingkup urutan penyajiannya.

- disain revisi termasuk strategi revisi atau perbaikan kurikulum mengenai bahan pelajaran

2. pedoman intruksional untuk tiap mata pelajaran yang dikembangkan berdasarkan silabus.

Pedoman kurikulum disusun untuk menentukan

- apa yang akan diajarkan.

- kepada siap diajarkan.

- apa sebab diajarkan, dengan tujuan apa.

- dalam urutan yang bagaimana.

Langkah – langkah dalam pengembangan pedoman kurikulum :

1. kumpulkan keterangan mengenai faktor - faktor yang turut menentukan kurikulum serta latar belakangnya.

2. tentukan mata pelajaran yang akan diajarkan.

3. rumuskan tujuan tiap mata pelajaran.

4. tentukan hasil belajar yang diharapkan dari siswa tiap mata pelajaran.

5. tentukan topik - topik tiap mata pelajaran.

6. tentukan syarat – syarat yang dituntut dari siswa.

7. tentukan bahan yang harus dibaca oleh siswa.

8. tentukan strategi mengajar yang serasi serta sediakan berbagai sumber/alat peraga proses belajar mengajar.

9. tentukan alat evaluasi hasil belajr siswa serta skala penilaiannya.

10. buat desain rencana penilain kurikulum secara keseluruhan dan strategi perbaikannya.

Pedoman intruksional diperoleh atas usaha mengajar untuk menguraikan isi pedoman kurikulum agar lebih spesifik sehingga lebih mudah

untuk mempersiapkannya sebagai pelajaran dalam kelas.

Langkah – langkah mendisain pedoman instruksional :

1. tentukan satu atau dua tujuan untuk tiap topik yang telah disebut dalam mata pelajaran.

2. rumuskan tujuan instruksional khusus (TIK) dinyatakan dengan kata-kerja yang mengandung

perbuatan, bahwa siswa melakukan sesuatu yang dapat dilihat.

3. tentukan dua atau tiga macam kegiatan belajara bagi tiap tujuan khusus.

4. sediakan sumber dan alat belajar mengajar yang sesuai.

5. buat desain penilaian hasil dan kemajuan belajar, cara menilai, alat menilai untuk tiap tujuan tiap tujuan khusus

Pendekatan pengembangan kurikulum dengan menyusun pedoman kurikulum dan pedoman instruksional bertujuan untuk meningkat

mutu sekolah dengan meningkatkan efektivitas mengajar.

behaviourisme

psikologi daya

teori belajar perkembangan kognitif

teori lapangan

teori kepribadian

hakikat pelajar

DETERMINA

N FILOSOFIS

DETERMINA

N

SOSIOLIGIS

DETERMIN

AN

PSIKOLOGI

S

DETERMINA

N HAKIKAT

PENGETAHU

AN

DETERMINAN

KURIKULUM

Determinan kurikulum adalah hal – hal yang secara mendasar menentukan kurikulum sehingga disebut juga asas – asas

kurikulum/lanadasan kurikulum.

Determinan filosofis dirumuskan sebagai studi tentang :

-metafisika : hakikat kenyaatan/realitas.

-epistemologi : hakikat pengetahuan.

-aksiologi : hakikat nilai.

-etika : hakikat kebaikan.

-estetika : hakikat keindahan.

-logika : hakikat penalaran.

Pengembangan kurikulum berdasarkan atas dasar tentang studi di atas akan memiliki dasar yang memungkinkannya mengambil

keputusan yang sehat.

Determinan sosiologis

pengembangan kurikulum harus mencerminkan keinginan, cita – cita, tuntutan, dan kebutuhan masyarakat.

Determinan psikologis mempunyai dua dimensi yang saling berkaitan :

1. teori belajar (bagaimana sebenarnya siswa belajar?) mempunyai lima kelompok utama :

a. Behaviorisme : memandang pengajar sebagai organisme yang merespon terhadap stimulus (dorongan; rangsangan) dari dunia

sekitarnya.

b. Psikologi daya : memandang belajar ialah proses mendisiplinkan dan menguatkan daya – daya mental, terutama terutama daya pikir,

melalui latihan mental yang ketat.

c. pengembangan kognitif : memandang kematangan mental berkembang secara berangsur – angsur pada individu berkat interaksinya

sebagai pelajar dengan lingkungan.

d. teori lapangan (teori gestalt) : memandang pelajar paling utama dalam proses belajar, karena proses belajar bukan sekadar

akumulasi pengetahuan, yakni menambah suatu segmen pengetahuan kepada pengetahuan yang telah ada.

e. kepribadian : mencoba menganalisis pendapat anak – anak tentang sejumlah sifat moral, dengan hal tersebut maka akan dapat

mendalami alasan - alasan emosional-psikologis dibelakang kelakuan anak.

2. hakikat pelajar berkenaan dengan taraf motivasi, kesiapan, kematangan intelektual, kematangan emosional, dan latar belakang

pengalaman.

Determinan hakikat pengetahuan

Pengembangan kurikulum wajib membantu mamahami pengetahuan karena pengetahuan berubah dan meluas dengan kelajuan yang kian

cepat agar dapat membantu masyarakat lebih dinamis dalam melakukan pekerjaannya sesuai dengan perkembanga zaman.

broad field

kurikulum inti

kurikulum fusi

konservatif

radikal

PENDEKATAN –

PENDEKATAN

DALAM

PENGEMBANGA

N KURIKULUM

BIDANG STUDI

REKONSTRUKSIONISME

INTERDISIPILINER

HUMANISTIK

ACCOUNTABILITY

(PERTANGGUNGJAWABAN)

PEMBANGUNAN NASIONAL

Pendekatan kurikulum dibutuhkan untuk mendisain kurikulum dengan mempertimbangkan determinan kurikulum (filosofis, sosiologis,

psikologis dan hakikat pengetahuan). Berdasarkan pedekatan yang dipilih maka tujuan pendidikan setidaknya akan tercapai.

Pendekatan bidang studi : menggunakan bidang studi sebagai dasar organisasi kurikulum, yang diutamakannya ialah penguasaan bahan

dan proses dalam disiplin ilmu tertentu.

Pendekatan interdisipliner : menggunakan disiplin ilmu atau mata pelajaran untuk memecahkan masalah – masalah dalam kehidupan

yang tidak hanya menggunakan satu disiplin saja, akan tetapi memerlukan berbagai ilmu.

Beberapa pendekatan interdisipliner :

1. broad field : berusaha mengintegrasikan disiplin atau mata pelajaran yang saling berkaitan agar siswa memahami ilmu

pengetahuanyang merupakan bagian integral dari kehidupan manusia.

2. kurikulum inti : berusaha menghilangkan pemisah yang tak wajar antara berbagai disiplin ilmu agar siswa dapat memecahkan masalah

sosial personal masa kini. Pendekatan ini juga digunakan dalam kurikulum perguruan tinggi, dimaksudkan pengetahuan inti yang pokok

yang diambil sangat layak dimiliki tiap mahasiswa lepas dari jurusan yang dipilihnya agar dapat memenuhi kebutuhan serta minat

mahasiswa tersebut.

3. kurikulum fusi : menyatukan dua atau lebih disiplin tradisional menjadi bidang studi baru.

Tujuan dari pendekatan interdisipliner ini, agar belajar-mengajar lebih relevan dan bermakna serta lebih mudah dipahami dalm konteks

kehidupan kita.

Pendekatan rekonstruksionisme : memfokuskan kurikulum pada masalah – masalah penting yang dihadapi masyarakat.

Rekonstruksionisme ini mempunyai dua kelompok utama yang sangat berbeda :

1. konservatif : menginginkan agar pendidikan ditujukan kepada peningkatan mutu kehidupan individu maupun masyarakat dengan

mencari penyelesaian masalah – masalah yang paling mendesak yang dihadapi masyarakat.

2. radikal : menginginkan agar pendidikan merombak tatasosial yang ada yang merugikan rakyat kecil yang miskin, sehingga akan

menciptakan tatasosial yang baru untuk memperbaiki mutu hidup.

Pendekatan humanistik : berpusat pada siswa, dan mengutamakan perkembangan afektif siswa sebagai prasyarat dan sebagai bagian

integral dari proses belajar.

Pendekatan accountability (pertanggungjawaban) : berpusat pada lembaga pendidikan agar dapat melakukan tugasnya dengan baik

kepada masyarakat.

Pendekatan pembangunan nasional : berorientasi pada sistem politik negara, keterampilan yang diperlukan sehari – hari dalam

mempersiapkan tenaga kerja yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan pemabangunan.

kognitif afektif psikomotor

TUJUAN PENGAJAR

AN

RANAH BELAJAR

PANDANGAN RANAH KOGNITIF,

AFEKTIF DAN PSIKOMOTOR

Rumusan tujuan pengajaran dirumuskan dari tiga ranah belajar (afektif, kognitif, psikomotor), apabila tiga ranah tersebut tidak ada maka

tujuan pengajaran tidak akan ada.

Ranah belajar

1. ranah afektif : perkembangan sikap. garis besarnya adalah :

-menerima. Menaruh perhatian, ada kepekaan terhadap kondisi, gejala, keadaan, atau masalah tertentu.

-kerelaan untuk menerimanya.

-menghargai.

-organisasi. Mengembangkan nilai – nilai sebagai sistem.

-karakteristik suatu nilai atau perangkat nilai – nilai.

2. ranah kognitif : penguasaan pengetahuan.

3. ranah psikomotor : penguasaan yang lebih menekankan pada keterampilan/gerak fisik.

Pandangan ranah kognitif, afektif dan psikomotor

Ranah koginitif pengetahuan dasar mengingat informasi.

Ranah afektif nilai dasar pembentukan kebiasaan

Ranah psikomotor reaksi dasar respons

STRATEGI

DAN

SUMBER

MENGAJAR

Memilih strategi mengajar

Pedoman kurikulum dan strategi mengajar

STRATEGI

MENGAJAR

MENCEGAH

KEBOSANA

N

SUMBER

MENGAJAR

RASIONAL

Strategi dan sumber mengajar sangat penting dal;am pengembangan kurikulum agar apa yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan

sebaik – baiknya.

Strategi mengajar adalah pendekatan umum dalam mengajar dan tidak begitu terinci dan bervariasi dibanding dengan kegiatan belajar

siswa.

Setiap strategi belajar hendaknya harus dipilih seperti apa strateginya, dengan tujuan yang dihasilkan dari proses belajar akan dapat

memuaskan.

Rasional

Dengan adanya kurikulum yang direncanakan baik tetapi pelaksanaannya tidak mengikuti prosedur tertentu, maka tujuaannya tidak akan

tercapai.

Mencegah kebosanan

Dengan adanya strategi belajar maka siswa tidak akan bosan, siswa akan lebih aktif dalam proses belajar.

tujuan evaluasi

proses dan metodelogi penilaian

spesifkasi data untuk menyusun instrumenbagi proses pengumpilan data

mengumpulkan, menyusun, & mengolahdata

menganalisis & melaporkan data

MENDISAIN RENCANA EVALUASI

KURIKULUM

DASAR - DASAR

EVALUASI

KURIKULUM

DISAIN EVALUASI

Disain kurikulum sangat diperlukan, jika evaluasi diadakan secara terus-menerus mungkin kurikulum tak akan diganti seluruhnya, akan

tetapi apabila kurikulum didisain sebaik mungki, maka kurikulum akan sesuai dengan perkembangan zaman.

Sebelum mendisain evaluasi kurikulum, ada beberapa dasar – dasar evaluasi kurikulum :

1). determinan kurikulum.

2). harapan – harapan.

3). bukti mengenai tingkat produktivitas dengan mempertimbangkan hasil belajar, biaya, waktu.

Langkah – langkah mendisain kurikulum, yakni :

1. merumuskan tujuan evaluasi.

tujuan evaluasi perlu dirumuskan agar hasil belajar akan menjadi baik, karena evaluasi kurikulum dihasilkan dari proses belajar.

2. mendisain proses dan metodelogi evaluasi.

agar evaluasi kurikulum bisa dilakukan, maka proses dan metodelogi evaluasi harus didisain sesuai standar untuk menentukan

keberhasilan.

3. menspesifikasi data yang diperlukan untuk menyusun instrumen bagi proses pengumpulan data.

untuk mengetahui informasi yang akan diperolehn pada saat evaluasi.

4. mengumpulkan, menyusun, dan mengolah data.

untuk mengorganisasi data agar dapat diolah.

5. menganalisis data dan menyusun laporan.

mengenai hasil – hasil, kesimpulan, dan rekomendasi agar titik orientasi kurikulum memilki arah yang jelas

DESAIN RENCANA INSTRUKSIONAL

PENGAJARAN EFEKTIF

PERENCANAAN

MENGADAKAN

ASESMEN,

MENDIAKNOSIS

PENGAJARAN

EFEKTIF

LATIHAN DAN

REINFORCEMENT

Pengajaran afektif : proses intreraktif yang berlangsung antara guru dengan siswa yang dilakukan sesuai rencana yang telah disusun

oleh guru tersebut. Baik dari waktu mengajar sampai materi apa yang harus diajarkan harus sesuai dengan rencana tersebut.

Mengadakan assesment/memantau, mendiagnosis dilakuakn dalam beberapa fase :

1. permulaan proses instruksional.

2. selama proses mengajar.

3. akhir, membantu guru untuk merencanakan apa yang belum bisa dikuasi oleh guru dalam proses belajar.

Perencanaan bisa dilakukan berdasarkan unit yang mungkin dijadikan dasar bagi pengajaran mingguan dan harian di dalam kelas.

Latihan dan reinforcement, tujuan untuk mrmbantu siswa melatih dan memantapkan pelajaran. Selama fase ini, guru yang bertanggung

jawab untuk memantapkan apa yang telah diajarkan.

Tipe – tipe berpikir dibagi dua, yakni :

1. divergen : berpikir menjajagi lingkupan dan batas – batas masalah, mencari dan memproses informasi sambil mengembangkan

hipotesis dan pertanyaan – pertanyaan yang perlu dicari jawabannya.

2. konvergen : berpikir reduktif, yakni mereduksi masalah menjadi unit yang sekeci – kecilnya lalu menganalisis tiap unit dengan cermat.

reaktif

antisipatif

reflektif

implusif

konvergen

divergen

mengamati

melaporkan

mengklasifikasi

memberi label

menyusun dan mengurutkan

menginterpretasi

membuat inferensi

memecahkan problema

MENGEMBANGKAN

KETERAMPILAN BERPIKIR

DAN MEMECAHKAN MASALAH

PENDEKATAN –

PENDEKATAN DALAM

PEMECAHAN

MASALAH

UNSUR – UNSUR

KETERAMPILAN

BERPIKIR

TIPE – TIPE BERPIKIR

Pendekatan – pendekatan dalam pemecahan masalah :

Reaktif : terdapat dalam situasi dimana seseorang tiba – tiba dihadapkan dengan masalah yang sekejap itu diputuskan. Pemecahan

masalah dalam pendekatan ini tidak mempunyai banyak alternatif karena waktu sangat singkat untuk mempertimbangkan

konsekuensinya.

Antisipatif : pendekatan ini lebih memikirkan seperangkat alternatif untuk memecahkan masalah, lalu memilih salah satu di

antaranya yang akan diduganya akan serasi menghadapi masalah itu.

Reflektif : pemecahan masalah dalam pendekatan ini seseorang butuh waktu yang untuk memikirkan suatu masalah secar

mendalam, karena apabila keputusan untuk melakukan tindakan pemecahan masalah dengan terburu – buru maka ia beranggapan

keputusan yang diambil tentu akan salah.

Imflusif : dalam pendekatan ini seseorang bertindak implusif dalam menghadapi masalah lebih mengikuti instink atau perasaan

daripada refleksi atau pemikirannya.

PERENCANAAN

INTRUKSIONAL

UNTUK TUJUAN

AFEKTIF

PENDIDIKAN AFEKTIF

PENELITIAN OTAK PENDIDIKAN MORAL

TUJUAN PENDIDIKAN NILAI – NILAI

Tujuan pendidikan nilai – nilai dicakup oleh empat dimensi utama :

1. identisifikasi nilai – nilai personal dan sosial yang hakiki.

2. tinjauan mendalam secara rasional tentang nilai – nilai itu.

3. respon afektif dan emotif

4. mengambil keputusan berhubung dengan nilai – nilai itu berdasarkan inkuiri dan respon.

Pendidikan moral : berkenaan dengan pertanyaan tentang yang benar dan yang salah dalam hubungan inter-personal, antara manusia

dengan masnusia lainnya.

Pendidikan afektif : mencakup nilai – nilai dan pendidikan moral, tujuannya membantu siswa agar ia meningkatkan dalam hierarki afektif,

yakni pernyataan tentang nilai – nilai melalui tingkat merespon terhadap nilai – nilai itu dan akhirnya menginternalisasikan sistem nilai –

nilai sebagai tingkat tertinggi dalam perkembangan afektif.

Penelitian otak : otak kiri berfungsi logis-linguistik, sedangkan otak kanan melakukan fungsi artistik-kreatif-emotif.

Thomas Hobbes

J.J. Rousseau

Immanuel Kant

Emiel Durhem

Sigmund Freud

John Dewey

Jean Piaget

konsiderasi

pembentukan rasional

values clarification

pengembangan kognitif

analisis nilai

aksi sosial

PENDIDKAN AFEKTIF, PERSPEKTIF, HISTORIS DAN MODEL – MODEL

PENDIDIKAN

PENGARUH SOSIAL

FILOSOFIS DALAM

PENDIDIKAN AFEKTIF

PENGARUH PSIKOLOGIS

TERHADAP PENDIDIKAN

AFEKTIF

PENGARUH TEORI

KEPRIBADIAN TERHADAP

PENDIDIKAN AFEKTIF

MODEL – MODEL

PENDIDIKAN AFEKTIF

Pengaruh filosofis sosial dalam pendidikan afektif ada empat garis pikiran utama :

1. Thommas Hobbes : menggambarkan negara sebagai manusia raksasa yang memperoleh semua kekuasaan tanpa batas dari rakyatnya

berdasarkan suatu “kontrak sosial” dengan syarat menjamin perdamaian dan keamanan mereka.

2. J.J. Reousseau : anak lahir baik akan tetapi rusak dalam tangan manusia. Karena anak manusia pada dasarnya baik sewaktu

dilahirkan, maka anak harus diberi kebebasan untuk berkembang secara wajar, menurut alam kodratnya (naturalisme), tanpa

dikorupsi oleh orang dewasa atau masyarakat.

3. Immanuel Kant : manusia mampu berpikir rasional (rasionalisme).

4. Emiel Durkheim : masyarakat, melalui struktur dan lembaganya, mempengaruhi dan mengarahkan kelakuan manusia (konteks sosial).

Pengaruh psikologi terhadap pendidikan afektif ada tiga tokoh psikologi yang memberi sumbangan besar kepada pendidikan afektif :

1. Sigmund Freud : orangtua dan guru harus membentuk kelakuan moral anak agar anak mempunyai perspektif moaral yang seimbang dan

dapat tumbuh bebas tanpa diganggu oleh rasa bersalah serta konflik batin.

2. John Dewey : pendidikan harus bisa membantu siswa mengembangkan rasa kerjasama dan penyesuaian sosial agar menjadi warga

masyarakat warga negara yang produktif.

3. Jean Piaget : belajar terjadi sebagai hasil strukturisasi kognitif yang dipengaruhi lingkunag luar.

Pengaruh teori kepribadian terhadap pendidikan afektif, mencoba menjelaskan perkembangan dimensi afektif berdasarkan ciri – ciri

moral dalam kepribadian.

Model – model pendidikan afektif, mempunyai tujuan, proses, strategi, mengajar dan hasil belajar yang agak berlainan. Terdapat enam

model pendidikan afektif :

1. konsiderasi : membantu siswa mengembangkan rasa konsederasi, yaitu pemahaman dan penghargaan atas apa yang diucapkan atau

dirasakan orang lain, betapapun berbedanya dengan pandangan kita sendiri.

2. pembentukan rasional : siswa diajarkan norma – norma dan pedoman legal moral sebagai dasar masyarakat dan harus dikembangkan

kemampuannya berpikir rasional untuk menilai peristiwa – peristiwa yang terjadi dalam masyarakat dan mengambil pendirian atau

keputusan yang matang dan adil berdasarkan norma – norma legal-moral.

3. values clarification : membantu siswa agar meneliti dan menganalisis nilai – nilai yang pada suatu saat dianutnya dalam berbagai

situasi lalu menentukan secara bebas perangkat nilai – nilai baru yang dianggapnya lebih sesuai dari yang lama.

4. pengembangan kognitif : model ini ternyata mendapat sambutan baik di kalangan luas dan digunakan selama bertahun – tahun. Akan

tetapi akhir – akhir ini model ini menerima kritik tajam dan tidak lagi digunakan sebagai salah satu sumber pengajaran efektif di samping

banyak metode lainnya.

5. analisis nilai : tujuan model ini adalah mencapai prinsip – prinsip dalam penilaian melalui pengumpulan dan analisis data secara

sistematis, rasional dan ilmiah.

6. aksi sosial : membantu siswa mengembangkan “kompetensi kewarganegaraan”. Sehingga ia melibatkan diri secara aktif dan produktif

dalam perbaikan mutu perbaikan mutu lingkungan hidup, sekolah, masyarakat, maupun negara.

7. masa depan : siswa diajak berpikir jauh ke masa depan, menggunakan imajinasi untuk membayangkan keadaan dunia kelak seperti

yang dicita – citakan.

Setelah saya membaca buku ini, menurut saya isinya sudah sesuai yaitu memberikan petunjuk –

petunjuk praktis tentang bagaimana cara mengembangkan kurikulum serta menghubungkan dengan

pelaksanaanya dalam pengajaran kelas tersebut sudah sesuai dengan isinya, namun bahasa yang

digunakan bagi saya kurang bisa dimengerti, karena ada kata – kata yang harus dicari makna/artinya.

Jadi, dalam membaca buku ini, harus didampingi oleh panduan salah satunya yaitu kamus, baik kamus

Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris, karena isi dalam buku ini ada beberapa yang menggunakan

Bahasa Asing (Bahasa Inggris).

Di dalam buku ini juga, diuraikan lebih lanjut mengenai pedoman kurikulum, pedoman instruksional,

persiapan pelajaran dan hal – hal yang berkenaan dengan masalah – masalahnya.