Tugas - Konduktor
-
Upload
andry-saftiawan -
Category
Documents
-
view
90 -
download
0
Embed Size (px)
description
Transcript of Tugas - Konduktor

KONDUKTOR
Konduktor (penghantar) : suatu bahan yang dapat menghantarkan arus listrik.
Sifat terpenting konduktor:
- sifat daya hantar listrik (electrical conductivity) yang tinggi, atau
- tahanan jenis (resistivity) yang rendah
Konduktivitas maupun resistivitas besarnya tergantung pada struktur internal dari bahan
penghantar tersebut.
Sifat-sifat lain yang harus dimiliki oleh konduktor :
- daya hantar panas (thermal conductivity) atau sifat-sifat termis dan sifat-sifat
mekanis lain seperti kekuatan tarik/tekan atau kemampuannya dalam menahan
tegangan tarik dan sebagainya.
Tabel 1. Tahanan jenis beberapa bahan listrik
Nama bahan Tahanan jenis pada 0o C
( Ω mm2/m)
Tahanan jenis pada 20o C
( Ω mm2/m)
Aluminium 0,026 0,0287
Tembaga Lunak 0,01589 0,01742
Tembaga Keras 0,016 0,0177
Emas 0,0222 0,0236
Besi Murni 0,0885 0,0995
Perak 0,0151 0,01629
Timah 0,105 0,115
I. Pengaruh perubahan temperatur terhadap nilai tahanan (resistansi).
1

a. Bahan Murni
dimana:
Rt2 = tahanan dari bahan pada temperatur t2 (Ω)
Rt1 = tahanan dari bahan pada temperatur t1 (Ω)
t1 = temperatur permulaan yang rendah (oC)
t2 = temperatur yang lebih tinggi (oC)
α = koefisien suhu tahanan pada masa konstan (Ω/oC)
Untuk perhitungan yang lebih teliti, harga α, bisa digunakan persamaan berikut :
dimana:
α = koefisien suhu tahanan pada temperatur standar 20o C
α1 = koefisien suhu tahanan pada temperatur to C
Gambar 1. Pertambahan harga tahanan listrik sebagai fungsi dari temperatur
b. Bahan campuran
a a 0 f d f y x
R1
R0
0
R
T(0C)
2

111122
Pertambahan harga/nilai tahanan listrik pada bahan campuran apabila suhu dinaikkan
adalah relatif kecil dan tidak teratur. Contohnya pada bahan Eureka (konstantan), yaitu
campuran 60% Cu dan 40% Ni), karena pertambahan nilai resistansi yang kecil, maka α
sering diabaikan.
II. Efek Kulit (Skin Effect)
Skin Effect adalah gejala ketidaksama-rataan arus yang mengalir dalam suatu
pengantar yang dialiri arus bolak-balik. Hal ini disebabkan karena adanya frekuensi pada
arus yang mengalir tersebut.
Gambar 2. Kerapatan arus pada suatu
penghantar dialiri arus AC
Arus bolak-balik (AC) yang mengalir pada penghantar, akan menimbulkan fluksi (ф).
Fluksi ini akan menimbulkan induktansi diri (self inductance) dan akan membangkitkan
tegangan :
dan
Didapat :
ф1< ф2 dan L1>L2, dari sini didapat hubungan; i akan sebanding dengan ф
sehingga :
i1<i2 dan ф1< ф2.
Menurut Maxwell dan Rayleight, perbandingan antara tahanan skin effect (Rs) terhadap
tahanan arus searah (R) adalah :
3

Sedangkan perbandingan antara reaktansi skin effect (As) terhadap reaktansi arus searah
(A) adalah :
dimana :
f = frekuensi (Hz)
l = panjang saluran (m)
Di dalam pemakaian praktisnya rumus-rumus di atas menjadi :
Sedangkan rumus Rs secara empiris adalah :
, untuk m = 0 s/d 3
, untuk m diatas 3
Cara mengatasi Skin Effect :
Frekuensi kerja diturunkan
Diameter penghantar diperkecil atau menggunakan penghantar serabut
III. Jenis-jenis penampang bahan penghantar
Penampang bahan penghantar umumnya dibuat dalam berbagai bentuk. Sesuai
dengan tujuan penggunaannya. Berdasarkan bentuknya, bahan penghantar dibedakan
antara lain:
(a) (b) (c) (d) (e)
4

Gambar 3. Penampang bahan penghantar
(a) bulat
(b) segi empat tipis
(c) segi empat tebal
(d) kanal
(e) stranded (berlilit atau serabut)
Berdasarkan susunan kawat/penampang, dibedakan antara lain :
Kawat pejal
Kawat berlilit
Kawat berongga
Kawat
serabut
Berdasarkan susunan/struktur material :
Kawat/ bahan dari logam murni
Kawat/ bahan dari logam campuran (alloy)
Kawat/ bahan dari logam paduan
IV. Klasifikasi Bahan Konduktor
Menurut bentuknya/wujudnya, bahan konduktor dapat dibagi dalam 3 jenis, yakni:
a. Bahan konduktor berbentuk padat
b. Bahan konduktor berbentuk cair
c. Bahan konduktor berbentuk gas
1. Tembaga (Cu)
Sifat-sifat elektris bahan tembaga dapat dilihat pada tabel 1.
Daya hantar panasnya 0,93 kal/cm sec oC.
Daya tahan tembaga terhadap korosi sangat besar.
Titik leburnya 1080 0C.
Kekuatan menahan gaya tarik/tekan cukup tinggi, yaitu sekitar 40-50 kgf/mm2
Tidak rapuh (artinya dapat dibengkokan tetapi tidak mudah putus/patah).
Penggunaan tembaga antara lain:
5

sebagai bahan penghantar pada inti kabel, kumparan-kumparan trafo, generator dan
motor, serta jaringan listrik karena bahan tembaga mempunyai konduktifitas yang
cukup tinggi.
sebagai alat/bahan pengukur temperatur (pada termokopel)
Tembaga keras (hard drawn copper), digunakan apabila diperlukan untuk menahan
tegangan tarik/tekan yang tinggi dan tahan terhadap medan keras.
Tembaga lunak (analed copper), digunakan apabila dipentingkan sifat lenturnya.
Dicampur dengan bahan lain (banyak kita jumpai di pasaran )
- tahanan jenisnya akan turun,
- supaya sifat-sifat mekanisnya dapat ditingkatkan sesuai kebutuhan atau
untuk keperluan tertentu.
2. Aluminium (Al)
Sifat elektris : lihat tabel 1.
Sifat-sifat fisik yang lain :
Daya hantar panasnya = 0,5 kal/cm sec oC
Daya tahan terhadap korosi lebih besar daripada tembaga.
Massa jenisnya ± 3 kali lebih kecil daripada masa jenis tembaga.
Aluminium tidak baik untuk dipatri, akan tetapi dapat dilas.
Titik leburnya 660o C
Sifat-sifat mekanis :
kekuatan menahan tegangan tarik/tekan lebih rendah daripada tembaga yaitu ±15-
23 kgf/mm2 akan tetapi aluminium mudah dikerjakan, dibengkokkan atau dipress.
Sehingga aluminium banyak dipakai antara lain :
Sebagai penutup pada transistor, karena mempunyai daya hantar panas yang cukup
tinggi.
Sebagai bahan pelindung pada bagian-bagian peralatan yang tidak boleh terkena
gelombang elektromagnetik, karena aluminium termasuk bahan yang magnetis.
Sebagai bahan yang digunakan pada kumparan transformator arus, rotor dsb. karena
pengerjaannya mudah.
Karena kemampuan menahan tegangan tariknya tidak terlalu besar, maka bila diperkuat
atau dipadukan dengan bahan/kawat baja (baja mempunyai tegangan tarik ±46 s/d 380
6

kgf/mm2) akan diperoleh kawat atau bahan yang disebut dengan istilah ACSR (Aluminium
Cable Stell Reinforce).
3. Seng (Ze)
Pemurnian diperoleh secara elektrolitis dari bahan oksida seng (ZnO). Penemuan
mencapai kadar 97,75% Zn. Warnanya abu-abu muda dengan titik cair 419°C dan titik
didih 906°C. Daya mekanis tidak kuat. Seng dipakai sebagai pelindung dari karat,
karena lebih tahan terhadap karat daripada besi. Pelapisan dengan seng dilakukan
dengan cara galvanis seperti pada tembaga. Seng juga mudah dituang, dan sering
dipakai sebagai pencampur bahan lain yang sukar dituang, misalnya tembaga.
Dalam teknik listrik seng banyak dipakai untuk bahan selongsonng elemen kering
(kutub negatifnya), batang-batang (elektroda) elemen galvani.
Tahanan jenis 0,12 ohm mm^2/m Dalam perdagangan seng dijual dalam bentuk pelat
yang rata atau bergelombang. Juga dalam bentuk kawat dan tuangan dalam bentuk
balok.
4. Timah Hitam (Pb)
Timah hitam terkenal dengan nama timbel. Berat jenis timbel 11,4 dan tahanan jenis
0,94. Logam ini lunak, dapat dicetak dengan cara dicairkan. Titik cair timbel 325°C.
Titik didihnya 1560°C, warnanya abu-abu. Timbel tahan terhadap udara, air, air garam,
asam belerang.
Dalam teknik listrik, timbel dipakai sebagai pelindung untuk kabel listrik dalam tanah
atau pada kabel listrik dasar laut. Karena sifatnya tahan air dan tahan air garam maka
kabel yang dibungkus dengan timbel tidak menjadi rusak dipakai di laut. Tetapi kabel
menjadi terlalu berat dan mudah terluka/tergores karena sifat lunaknya. Selain itu timbel
kurang tahan terhadap getaran. Karena getaran, timbel dapat menjadi rusak dan
menyebabkan air masuk ke dalam kabel. Oleh sebab itu pemasangan kabel bersalut
timbel hendaknya dijauhkan dari tempat yang banyak getaran , misalnya dekat rel kereta
api, jembatan, dan sebagainya. Timbel juga tidak tahan terhadap asam cuka, asam
sendawa, dan kapur. Adonan beton yang masih basah juga merusak timbel, maka kabel
bersalut timbel yang dipasang pada beton harus diberi perlindungan.
7

Kecuali sebagai bahan pelindung kabel, kabel juga dipakai untuk pelat-pelat aki, kutub-
kutub aki, penghubung sel-sel aki, dan sebagainya. Timbel yang dicampur timah putih
dipakai untuk bahan soldir.
Untuk memperoleh kekuatan mekanis yang lebih baik sebagai pembalut kabel, maka
timbel dicampur dengan tembaga, antimony, cadmium dan sebagainya.
Timbel mengandung racun, maka setelah bekerja dengan timbel tangan harus dicuci
bersih sebelum dipakai untuk memegang makanan.
5. Timah Putih (Sn)
Timah putih biasa disebut dengan timah. Keadaannya hampir sama dengan timbel.
Warnanya putih mengkilat. Titik cairnya lebih rendah dari timbel, yaitu 232°C. Berat
jenis 7,3 tahanan jenis 0,15 ohm mm^2/m, keadaan lunak. Timah tidak beracun seperti
halnya timbel dan dipakai sebagai pelapis atau bahan campuran.
Sebagai bahan mentah timah diperdagangkan, dituang dalam bentuk balok, sebagai
barang setengah jadi, dibuat pelat yang sangat tipis (kurang dari 0,2 mm) dengan nama
staniol. Dan yang lebih tipis lagi dengan nama fuli timah. Kadang-kadang timah
dicampur dengan timbel. Untuk ini apabila akan digunakan untuk pembungkus
makanan, kadar timbel tidak boleh dari 10%.
Dalam teknik listrik, timah banyak dipakai sebagai pelapis tembaga pada hantaran yang
bersekat karet dan hantaran tanah. Macam-macam peralatan listrik dilapis dengan timah
untuk menahan karet.Karena sifatnya yang lunak, kalau ditekan oleh ring pada
pengerasan mur atau sekrup, timah dapat betul-betul rata sehingga hubungan (kontak)
menjadi betul-betul baik, mengurangi tahanan dan meniadakan bunga api (missal pada
sepatu kabel, kontak penghubung, rel-rel kotak sekering dan sebagainya.
Pelat-pelat tipis dipakai pada kapasitor. Kegunaan lain dari timah adalah sebagai bahan
patri, yaitu dengan mencampurnya dengan timbel.
6. Logam Mulia
a. Perak
8

Perak, emas dan platina termasuk logam mulia. Perak terdapat dalam campuran logam-
logam lain, misalnya timbel, timah atau seng. Setelah melalui proses pemurnian dapat
diperoleh perak murni. Logam ini lunak, ulet dan mengkilat, dapat dicetak dan ditarik.
Titik cairnya di bawah titik cair tembaga, yaitu 960°C, berat jenis 10,5 dan tahanan jenis
perak 0,016° Ohm mm2 /m. Berarti daya hantar listriknya lebih dari tembaga. Perak
merupakan logam yang mempunyai daya hantar terbaik.
Perak termasuk bahan yang sukar beroksidasi, dan warnanya putih. Karena harganya
agak mahal maka pemakaiannya dalam teknik listrik untuk hal-hal yang khusus dan
penting saja. Misalnya, untuk kumparan pengukur. Pesawat ini membutuhkan ketelitian
dan ruangan sempit sehingga membutuhkan penghantar dengan daya hantar yang
terbaik dan tidak berkarat. Jadi perak dibuiat kawat dengan ukuran yang sangat lembut,
yang disebut benang perak. Karena titik cairnya di bawah tembaga,maka perak
dipergunakan juga sebagai pengaman lebur. Untuk titik-titik kontak banayak digunakan
perak. Pemasangannya mudah karena perak mudah cair dan mudah dipatrikan pada
logam lain, misalnya besi, tembagadan sebagainya. Perak juga tidak berkarat.
b. Emas
Emas terdapat dalam persenyawaan dengan logam-logam lain. Pemurniannya dikerjakan
secara kimia. Emas murni sangat lunak. Kekerasannya dapat dipertinggi dengan
mencampurkan perak. Banyaknya perak dalam campuran initi menentukan besarnya
karat. Emas murni dinyatakan sebagai 24 karat. Emas 22 karat berarti dalam 24 bagian
ada 22 bagian emas, sisanya perak 2 bagian. Warnanya kuning mengkilat. Berat jenis
19,3. Titik cair 1063°C.Dalam perdagangan emas berbentuk balok tuangan dan
lembaran seperti kertas, sangat tipis. Karena mahalnya, umumnya emas jarang dipakai
dalam teknik listrik.
c. Platina
Platina merupakan bahan yang tidak berkarat, dapat ditempa, regang, tetapi sukar
dicairkan dan tahan dari sebagian besar bahan-bahan kimia; merupakan logam terberat
dengan berat jenis 21,5. Titik cairnya mencapai 1774°C, sedang tahanan jenisnya 0,42
ohm.mm^2/m. Warnanya putih keabu-abuan. Pemurnian platina dilakukan secara kimia.
Platina dapat ditarik menjadi kawat halus dan filamen yang tipis. Platina dipakai dalam
laboratorium, untuk unsur pemanas tungku-tungku listrik bila membutuhkan panas yang
9

tinggi, dapat mencapai diatas 1300° C. Pemakaian platina dalam teknik listrik antara
lain untuk peralatan laboratorium yang tahan karat, kisi tabung radio yang khusus dan
sebagainya. Hampir kesemuanya itu untuk kepentingan dalam laboratorium yang sangat
membutuhkan kecermatan kerja pesawat. Untuk dipakai secara umum platina terlalu
mahal
7. Bahan campuran
a. Kuningan (Brass)
Campuran antara tembaga (Cu) dan seng (Zn).
Warnanya kuning,
Tegangan tarik maksimum : 23 s/d 40 kgf/mm2
Harganya lebih murah dibandingkan dengan bahan tembaga murni
Mudah dikerjakan walaupun dalam keadaan dingin
Kurang cocok bila dipakai dalam udara terbuka
Titik leburya 900o C.
Kurang tepat dipakai sebagai konduktor karena konduktivitasnya rendah, tetapi
cocok dipergunakan sebagai media gelombang UHF (microwave).
b. Perunggu (Bronze)
Campuran antara tembaga (Cu) dan timah (Sn).
Tahanan jenisnya lebih besar daripada bahan kuningan
Titik leburnya 10400 C, tegangan tariknya 20 s/d 40 kgf/mm2
Mempunyai daya tahan yang baik terhadap korosi.
Sebagai penghantar/konduktor biasanya dipakai untuk hantaran-hantaran yang
halus, misalnya untuk kawat telegraf, telepon, dan sebagainya.
10

V. Bahan tahanan (resistor)
Bahan tahanan (resistor) adalah suatu bahan listrik yang dapat menyalurkan arus listrik,
akan tetapi mempunyai tahanan listrik (resistivitas) yang tinggi atau konduktivitasnya
rendah.
Contoh bahan tahanan adalah sebagai berikut:
1. Wolfram
Wolfram termasuk jenis logam yang sangat berat
Berwarna putih keabu-abuan
Mempunyai titik cair tertinggi diantara logam-logam padat
Sifat-sifatnya :
Sifat mekanis: tegangan tarik maksimum : 590.000 psi
Modulus elastisitas : 10.106 psi
Titik cair : 3.390o C
Titik didih : 5.930o C
Konduktivitas termis : 0,4 cal/cm sec oC
Koefisien muai panjang : 4,5x10-6
Sifat kimia : pada suhu 20000 C, 1001 gram wolfram murni dapat bersenyawa
dengan O2 membentuk WO2 dan WO3.
Sifat elektris : tahanan jenisnya mendekati linier terhadap perubahan temperatur.
Magnetic susceptibility, Xm, : 6,8x10-5 (termasuk bahan magnetik)
Penggunaan wolfram :
sebagai filament lampu pijar, campuran bahan kontak, elektroda gas mulia, dan bagian-
bagian dari tabung elektroda.
2. Timbel/timah hitam (Pb)
Di pasaran banyak dijumpai sebagai timbel dan berupa lempengan 3x1,5 m atau 10x2,5 m
dengan tebal kira-kira 0,3-12 mm.
Sifat-sifatnya antara lain :
11

Sangat lunak dan mudah dikerjakan
Mempunyai berat jenis/ massa jenis yang tinggi
Titik leburnya rendah ± 300o C
Tahanan jenisnya ± 7%-nya tahanan jenis tembaga
Tegangan tariknya rendah
Penggunaannya antara lain sebagai elektroda akumulator, pembungkus kabel, campuran
solder, dan untuk bahan pembuat sekering.
VI. Thermistor
“Thermistor” berasal dari kata thermally sensitive resistor.
Thermistor adalah suatu jenis tahanan yang peka terhadap perubahan temperatur
atau memiliki harga koefisien suhu tahanan (α) yang tinggi
Ditemukan oleh Michael Faraday berdasarkan (α) negatif dari silver sulfida pada
tahun 1833.
(a) (b)
Gambar 4. Simbol dari Thermistor
(a) Thermistor dengan pemanas langsung
(b) Thermistor dengan pemanas tidak langsung
Thermistor pada umumnya didasarkan pada “a negative temperature coefisien (NTC)”,
atau ada pula yang berdasarkan pada “a positive temperature coefisien (PTC)”.
Penggunaannya :
Basic Thermistor Circuit
Half Bridge Thermometer
Basic Four Arm Bridge
Type Thermometer
12

Two Thermistor
Thermometer
Temperature Measurement
Anemometer
Flow Meter
Vacuum Gauge
Altimeter
Rf Power Meter
Measuring Micro Wave
Meter
Gas Analyzer
Thermal Protection For
Motor
Pilot Or Flame Alarm
Control
Voltage Regulation
Remote Control
Audio Compressor
(Umeter)
Audio Expander
Pilot Lamp Protection
Crystal Oscillator
Stabilization
VII. Corona
Gejala corona, yang dapat mengakibatkan gangguan pada komunikasi radio (radio
interference) dan daya hilang (power losses) corona.
Masalah isolasi pada kawat penghantar.
Masalah isolasi pada peralatan listrik.
Masalah keamanan terhadap manusia, hewan atau barang.
1. Proses terjadinya corona
Bila ada 2 kawat penghantar yang sejajar (berpenampang kecil bila dibandingkan
dengan jarak antara kedua kawat tersebut) diberi tegangan listrik bolak-balik, maka corona
dapat terjadi dan bila tegangan listrik tersebut dinaikkan secara bertahap, maka corona pun
akan naik secara bertahap.
a. Secara visual
Pertama-tama kawat kelihatan bercahaya, mengeluarkan suara yang mendesis
(hissing) dan berbau ozon (O3). Warna cahaya tersebut makin lama makin jelas kelihatan,
cahaya semakin bertambah terang apabila tegangan listriknya dinaikkan terus dan akhirnya
akan terjadi busur api. Corona mengeluarkan panas dengan terjadinya power losses dan hal
ini dapat diukur dengan Watt-meter.
13

Bila udara disekitar konduktor tersebut dalam keadaan lembab, maka corona ini
dapat menghasilkan asam nitrogin (Nitrous Acid), hal ini akan mempengaruhi power
losses, atau dengan perkataan lain kehilangan dayanya lebih besar.
Apabila tegangan listriknya merupakan tegangan searah, pada kawat positip pada
jaringan, akan kelihatan dalam bentuk cahaya yang uniform (seragam) pada seluruh kawat,
sedangkan untuk kawat nolnya (ground), corona hanya terjadi pada tempat-tempat tertentu
saja (Spooty).
b. Secara fisis
Corona terjadi karena adanya ionisasi dalam udara disekitar konduktor, selain itu
molekul udara disekitar penghantar/konduktor tersebut kehilangan elektron. Dengan
lepasnya elektron dan ionisasi ini dan disertai adanya medan listrik, maka elektron -
elektron bebas tersebut akan mengalami gaya, sehingga gerakannya dipercepat. Akibatnya
elektron ini akan mengalami tabrakan dengan molekul lain sehingga akan menimbulkan
ion-ion dan elektron -elektron baru.
Proses ini berjalan terus-menerus, sehingga jumlah ion dan elektron bebas menjadi
berlipat ganda (bila gradien potensialnya cukup besar). Ionisasi udara dapat mengakibatkan
redistribusi tegangan dan bila redistribusi ini besarnya sedemikian rupa sehingga gradien
udara (tegangan listrik) diantara dua kawat lebih besar daripada gradien udara normal,
maka akan terjadi loncatan bunga api.
Bila hanya sebagian saja dari udara antara dua kawat yang terionisasikan, maka
corona merupakan sampul yang mengelilingi kawat tersebut. Gradien tegangan listrik
seragam yang dapat menimbulkan ionisasi kumulatif di udara normal (25oC, 760 mmHg)
adalah 30 kV/cm.
2. Kerugian daya corona
Kerugian daya corona menurut PEEK dinyatakan sebagai berikut:
kWatt/km
dimana:
14

f = frekuensi (Hz)
r = jari-jari kawat (cm)
D = jarak antar kawat (cm)
V = tegangan fasa (kV rms)
Vd = tegangan distribusi kritis (kV rms)
Rumus di atas berlaku untuk satu konduktor saja. Penerapan secara praktisnya, umumnya
digunakan rumus sebagai berikut:
dimana :
mo = factor tak tentu (irregular factor)
= 1,00 untuk konduktor yang permukaannya halus
= 0,93-0,98 untuk penghantar kasar
= 0,83-0,87 untuk kawat berlilit 7
= 0,80-0,85 untuk kawat berlilit 15, 37 dan 61
Untuk mengurangi masalah corona, maka perlu diperhitungkan masalah:
Jari-jari konduktor
Perbandingan antara jarak konduktor dengan jari-jari konduktor
Faktor permukaan
VIII. Pembagian Kelas Bahan Penyekat
Bahan penyekat listrik dapat dibagi atas beberapa kelas berdasarkan suhu kerja
maksimum, yaitu sebagai berikut:
1. Kelas Y, suhu kerja maksimum 90°C
Yang termasuk dalam kelas ini adalah bahan berserat organis (seperti Katun, sutera
alam, wol sintetis, rayon serat poliamid, kertas, prespan, kayu, poliakrilat, polietilen,
polivinil, karet, dan sebagainya) yang tidak dicelup dalam bahan pernis atau bahan

pencelup lainnya. Termasuk juga bahan termoplastik yang dapat lunak pada suhu
rendah.
2. Kelas A, suhu kerja maksimum 150°C
Yaitu bahan berserat dari kelas Y yang telah dicelup dalam pernis aspal atau kompon,
minyak trafo, email yang dicampur dengan vernis dan poliamil atau yang terendam
dalam cairan dielektrikum (seperti penyekat fiber pada transformator yang terendam
minyak). Bahan -bahan ini adalah katun, sutera, dan kertas yang telah dicelup, termasuk
kawat email (enamel) yang terlapis damar-oleo dan damar-polyamide.
3. Kelas E, suhu kerja maksimum 120°C
Yaitu bahan penyekat kawat enamel yang memakai bahan pengikat polyvinylformal,
polyurethene dan damar epoxy dan bahan pengikat lain sejenis dengan bahan selulosa,
pertinaks dan tekstolit, film triacetate, film dan serat polyethylene terephthalate.
4. Kelas B, suhu kerja maksimum 130°C
Yaitu Yaitu bahan non-organik (seperti : mika, gelas, fiber, asbes) yang dicelup atau
direkat menjadi satu dengan pernis atau kompon, dan biasanya tahan panas (dengan
dasar minyak pengering, bitumin sirlak, bakelit, dan sebagainya).
5. Kelas F, suhu kerja maksimum 155°C
Bahan bukan organik dicelup atau direkat menjadi satu dengan epoksi, poliurethan,
atau vernis yang tahan panas tinggi.
6. Kelas H, suhu kerja maksimum 180°C
Semua bahan komposisi dengan bahan dasar mika, asbes dan gelas fiber yang dicelup
dalam silikon tanpa campuran bahan berserat (kertas, katun, dan sebagainya). Dalam
kelas ini termasuk juga karet silikon dan email kawat poliamid murni.
7. Kelas C, suhu kerja diatas 180°C
Bahan anorganik yang tidak dicelup dan tidak terikat dengan substansi organic,
misalnya mika, mikanit yang tahan panas (menggunakan bahan pengikat anorganik),

mikaleks, gelas, dan bahan keramik. Hanya satu bahan organik saja yang termasuk kelas
C yaitu politetra fluoroetilen (Teflon).
Macam-macam bahan penyekat
Bahan penyekat bentuk padat, bahan listrik ini dapat dikelompokkan menjadi
beberapa macam, diantaranya yaitu: bahan tambang, bahan berserat, gelas,
keramik, plastik, karet, ebonit dan bakelit, dan bahan-bahan lain yang
dipadatkan.
Bahan penyekat bentuk cair, jenis penyekat ini yang banyak digunakan pada
teknik listrik adalah air, minyak transformator, dan minyak kabel.
Bahan penyekat bentuk gas, yang sering digunakan untuk keperluan teknik
listrik diantaranya : udara, nitrogen, hidrogen, dan karbondioksida.