Tugas KIR arhihe.docx

100
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Jumlah pertumbuhan penduuduk di dunia telah mengalami perkembangan yang pesat. Meningkatnya jumlah penduduk, berarti juga meningkatkan jumlah kebutuhan. Oleh karena itu, manusia melakukan berbagai upayah untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara mengolah sumber daya yang disedikan oleh alam. Sebagai contoh, penggunaan energi tidak hanya terpaku pada energi Bahan Bakar Minyak (BBM) tetapi juga menggunakan batu bara. Bahkan dewasa ini, batu bara akan menjadi sumber energi pertama sebesar 33 %, kemudian disusul oleh energi gas 30%, minyak bumi 20 %, dan enegi lainnya sebesar 4 %. Pertambahan penduduk juga telah membuat manusia semakin lupa dengan kondisi alam saat ini. Manusia, sudah tidak memikirkan bagaimana dampak yang diberikan 1

Transcript of Tugas KIR arhihe.docx

Page 1: Tugas KIR arhihe.docx

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Jumlah pertumbuhan penduuduk di dunia telah mengalami

perkembangan yang pesat. Meningkatnya jumlah penduduk, berarti juga

meningkatkan jumlah kebutuhan. Oleh karena itu, manusia melakukan berbagai

upayah untuk memenuhi kebutuhannya dengan cara mengolah sumber daya yang

disedikan oleh alam. Sebagai contoh, penggunaan energi tidak hanya terpaku pada

energi Bahan Bakar Minyak (BBM) tetapi juga menggunakan batu bara.

Bahkan dewasa ini, batu bara akan menjadi sumber energi pertama

sebesar 33 %, kemudian disusul oleh energi gas 30%, minyak bumi 20 %, dan

enegi lainnya sebesar 4 %.

Pertambahan penduduk juga telah membuat manusia semakin lupa dengan

kondisi alam saat ini. Manusia, sudah tidak memikirkan bagaimana dampak yang

diberikan terhadap apa yang mereka kerjakan. Perusakan hutan, meningkatnya

jumlah transportasi, buruknya pengolahan sampah, meningkatnya jumlah industri,

serta hasil limbah yang dihasilkan telah membuat alam berubah.

Penggunaan bahan bakar fosil (batu bara) sebagai sumber utama serta

aktivitas manusia telah membuat alam mendekati kerusakan. Pembakaran batu

bara sebagai energi telah melepaskan karbondioksida ke udara sekitar 74 % dari

emis total. Deforastasi atau kerusakan hutan menyumbang 23 %, sisanya kurang

1

Page 2: Tugas KIR arhihe.docx

dari 4% berasal dari industri, terutama industri semen, oksidasi CO di troposfer,

dan proses alamiah lainnya.

Pelepasan karbondioksida sebenarnya tidak menjadi masalah karena alam

bisa menyeimbangkan dimana lautan akan menjadi penyeimbangnya. Akan tetapi

jumlah karbon dioksida yang ada di udara telah melewati ambang batas.

Hasil penelitian IPCC, setelah revolusi industri dimana kita menemukan

teknologi, memang ada kenaikan sangat signifikan. Konsentrasi CO2 yang semula

hanya 280 ppm sekarang menjadi 386 ppm. Padahal tingkat 280 ppm itu selama

1700 tahun. Jadi terlihat sekali peningkatan pesat konsentrasi CO2 saat ini.

Gas karbondioksida (CO2) merupakan salah satu gas rumah kaca

penyebab pemanasan global. Menurut konvensi PBB mengenai Perubahan Iklim

(United Nations Framework Convention on Climate Change – UNFCCC), ada 6

jenis gas yang digolongkan sebagai GRK, yaitu: karbondioksida (CO2), dinitro

oksida (N2O ), metana (CH4), sulfurheksaflorida (SF6), perflorokarbon (PFCs),

dan hidroflorokarbon (HFCs). Gas rumah kaca berbeda dengan polutan dari segi

jangka waktu dampak. Polutan secara langsung berdampak pada makhluk

hidup, sedangkan gas rumah kaca berdampak tidak langsung. Melalui

perantara proses di dalam lingkungan biogeokimia, gas-gas rumah kaca

baru berdampak pada makhluk hidup dan memiliki life time yang relatif lama.

Sifat gas rumah kaca adalah menaikkan suhu bumi dengan cara

menangkap radiasi gelombang pendek dari matahari dan memantulkannya

ke bumi. Gas rumah kaca juga memantulkan radiasi gelombang panjang ke

2

Page 3: Tugas KIR arhihe.docx

bumi, sehingga bumi seakan-akan mendapatkan pemanasan dua kali. Dampak dari

gas rumah kaca adalah pemanasan global dan efek rumah kaca. Sedangkan

dampak turunan dari pemanasan global salah satunya adalah perubahan iklim.

Naiknya suhu rata-rata bumi adalah salah satu bukti telah terjadi perubahan iklim.

Pemanasan global ini pun mendapatkan radiasi matahari tambahan lagi

karena terdapatnya lubang ozon. Penipisan ozon mengakibatkan radiasi

sinar ultraviolet dari matahari yang masuk ke bumi semakin besar

intensitasnya.

Selain pemanasan global, peningkatan CO2 apabila tidak mendapat

perhatian dapat membahayakan kesehatan manusia. Konsentrasi CO2 di udara

tidak boleh melebihi 5.000 ppm (0,5%). Batas aman maksimum untuk balita,

anak-anak, orang tua, dan individu dengan masalah kesehatan kardiopulmonari

(jatung dan paru-paru) secara signifikan lebih kecil. Untuk paparan dalam jangka

waktu pendek (di bawah 10 menit) adalah 30.000 ppm (3%). Konsentrasi karbon

dioksida yang melebihi 4% dan langsung maka berbahaya bagi keselamatan jiwa

dan kesehatan.

Meningkatnya jumlah karbondioksida di atmosfer harus mendapatkan

perhatian yang lebih oleh seluruh manusia yang menghuni bumi ini. Sehingga

diperlukan upaya-upaya untuk mengurangi jumlah karbondioksida. Penelitian-

penelitian yang baru tentang pemecahan masalah ini juga diperlukan dalam

rangka mengembalikan kondisi alam sesuai semula.

Namun, selain diperlukan upaya untuk mengurangi, diperlukan juga

penelitian-penelitian tentang bagaimana memanfaatkan gas karbondioksida yang

3

Page 4: Tugas KIR arhihe.docx

berlebih tersebut. Sehingga pemanfaatan CO2 tesebut juga akan menjadi salah satu

cara mengurangi jumlah karbondioksida tersebut.

B. RUMUSAN MASALAH

Dengan melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka penulis

merumuskan beberapa masalah yang akan dibahas dalam karya tulis ilmiah ini

adalah sebagai berikut:

1. Apa dampak yang diberikan karbondioksida terhadap kehidupan manusia ?

2. Upaya apa yang dapat dilakukan untuk mengurangi gas karbondioksida ?

C. PENGERTIAN JUDUL

1. KARBONDIOKSIDA

Karbon dioksida (CO2) atau zat asam arang adalah sejenis senyawa kimia

yang terdiri dari dua atom oksigen yang terikat secara kovalen dengan sebuah

atom karbon. Ia berbentuk gas pada keadaan temperatur dan tekanan standar dan

hadir di atmosfer bumi. Rata-rata konsentrasi karbon dioksida di atmosfer bumi

kira-kira 387 ppm berdasarkan volume walaupun jumlah ini bisa bervariasi

tergantung pada lokasi dan waktu. Karbon dioksida adalah gas rumah kaca yang

penting karena ia menyerap gelombang inframerah dengan kuat.

Karbon dioksida dihasilkan oleh semua hewan, tumbuh-tumbuhan, fungi,

dan mikroorganisme pada proses respirasi dan digunakan oleh tumbuhan pada

proses fotosintesis. Oleh karena itu, karbon dioksida merupakan komponen

4

Page 5: Tugas KIR arhihe.docx

penting dalam siklus karbon. Karbon dioksida juga dihasilkan dari hasil samping

pembakaran bahan bakar fosil. Karbon dioksida anorganik dikeluarkan dari

gunung berapi dan proses geotermal lainnya seperti pada mata air panas.

Karbondioksida tidak mempunyai bentuk cair pada tekanan di bawah 5,1

atm namun langsung menjadi padat pada temperatur di bawah -78 °C. Dalam

bentuk padat, karbon dioksida umumnya disebut sebagai es kering. Karbon

dioksida adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau. Ketika dihirup pada

konsentrasi yang lebih tinggi dari konsentrasi karbon dioksida di atmosfer, ia akan

terasa asam di mulut dan mengengat di hidung dan tenggorokan. Efek ini

disebabkan oleh pelarutan gas di membran mukosa dan saliva, membentuk larutan

asam karbonat yang lemah. Sensasi ini juga dapat dirasakan ketika seseorang

bersendawa setelah meminum air berkarbonat (misalnya Coca Cola). Konsentrasi

yang lebih besar dari 5.000 ppm tidak baik untuk kesehatan, sedangkan

konsentrasi lebih dari 50.000 ppm dapat membahayakan kehidupan hewan.

Pada keadaan STP, rapatan karbon dioksida berkisar sekitar 1,98 kg/m³,

kira kira 1,5 kali lebih berat dari udara. Molekul karbon dioksida (O=C=O)

mengandung dua ikatan rangkap yang berbentuk linear. Ia tidak bersifat dipol.

Senyawa ini tidak begitu reaktif dan tidak mudah terbakar, namun bisa membantu

pembakaran logam seperti magnesium.

Pada suhu −78,51° C, karbon dioksida langsung menyublim menjadi padat

melalui proses deposisi. Bentuk padat karbon dioksida biasa disebut sebagai "es

kering". Fenomena ini pertama kali dipantau oleh seorang kimiawan Perancis,

Charles Thilorier, pada tahun 1825. Es kering biasanya digunakan sebagai zat

5

Page 6: Tugas KIR arhihe.docx

pendingin yang relatif murah. Sifat-sifat yang menyebabkannya sangat praktis

adalah karbon dioksida langsung menyublim menjadi gas dan tidak meninggalkan

cairan. Penggunaan lain dari es kering adalah untuk pembersihan sembur.

2. Karbondioksida di Atomosfer Bumi

Karbon dioksida di atmosfer bumi dianggap sebagai gas kelumit dengan

konsentrasi sekitar 385 ppm berdasarkan volume dan 582 ppm berdasarkan

massa. Massa atmosfer bumi adalah 5,14×1018 kg, sehingga massa total karbon

dioksida atmosfer adalah 3,0×1015 kg (3.000 gigaton). Konsentrasi karbon

dioksida bervariasi secara musiman. Di wilayah perkotaan, konsentrasi karbon

dioksida secara umum lebih tinggi, sedangkan di ruangan tertutup, ia dapat

mencapai 10 kali lebih besar dari konsentrasi di atmosfer terbuka.

Peningkatan tahunan CO2 atmosfer rata-rata peningkatan tahunan pada

tahun 1960-an adalah 37% dari rata-rata peningkatan tahunan tahun 2000-2007.

Oleh karena aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil dan

penggundulan hutan, konsentrasi karbon dioksida di atmosfer telah meningkat

sekitar 35% sejak dimulainya revolusi industri. Pada tahun 1999 sebanyak,

2.244.804.000 ton CO2 dihasilkan di Amerika Serikat dari pembangkitan energi

listrik. Laju pengeluaran ini setara dengan 0,6083 kg per kWh. Lima ratus juta

tahun yang lalu, keberadaan karbon dioksida 20 kali lipat lebih besar dari yang

sekarang dan menurun 4-5 kali lipat semasa periode Jura dan secara lambat

menurun sampai dengan revolusi industri.

Sampai dengan 40% dari gas yang dimuntahkan oleh gunung berapi

semasa ledakan subaerial adalah karbon dioksida. Menurut perkiraan paling

6

Page 7: Tugas KIR arhihe.docx

canggih, gunung berapi melepaskan sekitar 130-230 juta ton CO2 ke atmosfer

setiap tahun. Karbon dioksida juga dihasilkan oleh mata air panas, seperti yang

terdapat di situs Bossoleto dekat Terme Rapolano di Toscana, Italia. Di sini, di

depresi yang berbentuk mangkuk dengan diameter kira-kira 100 m, konsentrasi

CO2 setempat meningkat sampai dengan lebih dari 75% dalam semalam, cukup

untuk membunuh serangga-serangga dan hewan yang kecil, namun menghangat

dengan cepat ketika cahaya matahari memancar dan berbaur secara konveksi

semasa pagi hari. Konsentrasi setempat CO2 yang tinggi yang dihasilkan oleh

gangguan air danau dalam yang jenuh dengan CO2 diduga merupakan akibat dari

terjadinya 37 kematian di Danau Moboun, Kamerun pada 1984 dan 1700

kematian di Danau Nyos, Kamerun. Namun, emisi CO2 yang diakibatkan oleh

aktivitas manusia sekarang adalah 130 kali lipat lebih besar dari kuantitas yang

dikeluarkan gunung berapi, yaitu sekitar 27 milyar ton setiap tahun.

3. SUMBER PENYEBAR KARBONDIOKSIDA

Menurut para ahli, sumber utama CO2 adalah pembakaran bahan bakar

fosil yang menyumbang sekitar 74 persen dari emisi total. Sumber CO2 kedua

adalah deforestasi, baik melalui proses pembusukan maupun pembakaran

menyumbang 23 persen. Sisanya, kurang dari 4 persen berasal dari industri,

terutama industri semen, oksidasi CO di troposfer, dan proses alamiah lainnya.

7

Page 8: Tugas KIR arhihe.docx

Tabel 1 : Menurut Hasil Penelitian PPLH-IPB

S

Sektor

Emisi GRK Equivalen CO2

(Gg) %

Kehutanan & Tata Guna Lahan 315.290,19 42,5

Energi & Transportasi 303.829,95 40,9

Pertanian 99.515,24 13,4

Proses Industri 17.900,50 2,4

Limbah 6.039,39 0,8

Total 742.575,26 100

Sumber: Hasil penelitian PPLH-IPB dimuat pada ALGAS National Workshop Proceedings, Maret 1997, dalam ALGAS (1997)

Tabel 2 : Menurut Emisi Kementrian Lingkungan Hidup

Sumber pencemaran Emisi tahunan

Pembakaran BBM stationer 16,9

Industri 15,3

Transportasi 54,5

Pembakaran limbah pertanian 7,3

Pembuangan sampah 4,2

Lain-lain 1,8

Total 100

Sumber : Emisi Kementrian Lingkungan Hidup (www. Asdep.go.id) tahun 2008 (25 maret 2009)

Tabel 3: Menurut halam site

Sumber Emisi

Pembakaran Batu bara 9 milyar ton CO2

Konversi lahan dan perusakan hutan 2,563 milyar ton CO2e

Aktivitas pemakian energi, pertanian,

dan limbah

451 juta ton CO2

8

Page 9: Tugas KIR arhihe.docx

Sumber : repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/13865/1/09E02422.pdf

Sedangkan menurut Deputi III Menteri Negara Lingkungan Hidup (MenLH)

Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan

Lingkungan, Masnellyarti Hilman, atau lebih akrab dipanggil Nelly menjelaskan

total sumber emisi Indonesia tersebut terdiri atas konversi hutan dan lahan sebesar

36 persen, emisi penggunaan energi sebesar 36 persen, emisi limbah 16 persen,

emisi pertanian 8 persen dan emisi dari proses industri 4 persen.

4. NEGARA PENGHASIL CO2 TERBESAR

Sebuah lembaga riset independen yang berbasis di Amerika, CGD (Center

for Global Development), menunjukkan di mana penghasil gas CO2 berada dan

berapa banyak gas CO2 yang dilepaskan ke atmosfer dan menyebabkan kenaikan

efek rumah kaca. CGD menjelaskan bahwa pembangkit listrik merupakan

kontributor terbesar penghasil CO2 (sekitar 25 % dari total emisi CO2). CGD

mengumpulkan data dari sekitar 50.000 pembangkit listrik di seluruh dunia dan

mengumpulkannya dalam suatu database yang disebut CARMA (Carbon

Monitoring For Action).

Data yang dikumpulkan dalam CARMA berasal dari laporan pemerintah

dan pembangkit itu sendiri. Bila data yang diperoleh masih kurang, CARMA

melakukan perkiraan emisi dengan metode statistik berdasarkan jenis dan umur

pembangkit listrik, bahan bakar yang digunakan, serta jumlah energi yang di

hasilkan. CARMA berhasil mengumpulkan daftar negara penghasil emisi CO2

9

Page 10: Tugas KIR arhihe.docx

terbesar dari sektor pembangkit listrik serta daftar pembangkit listrik di seluruh

dunia yang paling banyak menghasilkan emisi CO2.

Tabel 4 : 25 negara penghasil emisi CO2 terbesar

No Negaara Jumlah CO2 yang dihasilkan (dalam ton)1 Amerika 2.790.000.000

2 China 2.680.000.000

3 Rusia 661.000.000

4 India 583.000.000

5 Jepang 400.000.000

6 Jerman 356.000.000

7 Australia 226.000.000

8 Afrika Selatan 222.000.000

9 United Kingdom 212.000.000

10 Korea Selatan 185.000.000

11 Polandia 166.000.000

12 Italia 165.000.000

13 Taiwan 153.000.000

14 Spanyol 148.000.000

15 Kanada 144.000.000

16 Turki 102.000.000

17 Meksiko 101.000.000

18 Indonesia 92.900.000

19 Iran 86.200.000

20 Ukraina 79.100.000

21 Thailand 76.400.000

22 Arab Saudi 75.900.000

23 Kazakhstan 62.300.000

24 Malaysia 61.100.000

25 Belanda 58.900.000

10

Page 11: Tugas KIR arhihe.docx

Tabel 5 : daftar pembangkit listrik di dunia penghasil emisi CO2 terbesar

NoPembangkit

ListrikNegara

Jumlah CO2 yang dihasilkan

(dalam ton)

1 Taichung Taiwan 41.300.000

2 Poryong Korea Selatan 37.800.000

3 Castle Peak China 35.800.000

4 Reftinskaya SDPP Rusia 33.000.000

5 Tuoketo-1 China 32.400.000

6 Mailiao FP Taiwan 32.400.000

7 Vindhyachal India 29.000.000

8 Hekinan Jepang 28.900.000

9 Kendal Korea Selatan 28.600.000

10 Janschwalde Jerman 27.400.000

11 Suralaya Indonesia 27.200.000

12 Tangjin Korea Selatan 26.900.000

13 Majuba Afrika Selatan 26.500.000

14 Taean Korea Selatan 26.400.000

15 Beilungang China 26.000.000

5. PENELITIAN CO2 TERDAHULU

Karbon dioksida yang terikat secara renggang di lautan dalam bentuk ini

jumlahnya lima puluh kali lipat lebih banyak daripada karbon dioksida yang ada

di udara. Bila kandungan karbon dioksida di udara menurun karena sesuatu hal,

tingkat yang normal akan dicapai kembali melalui pelepasannya dari cadangan

besar yang ada di lautan.

11

Page 12: Tugas KIR arhihe.docx

Kebanyakan jasad-jasad hidup memiliki ensim karbonat anhidrase yang

mempercepat rekasi antara karbondioksida dengan air. Di lautan, hujan cangkang

yang mengandung krbonat berjaln terus-menerus dan memenuhi dasar samudra

dalam bentuk lapisan-lapisan kapur atau karang, sehinga mencegah kemandekan

karbondioksida di laisan atas lautan. Dr. A.E. Ringwod telah berpendapat bahwa

pemecahan tanah dan batuan secara terus-menerus oleh jasad-jasad hidup

mempercepat reksi antara karbon dioksida, air , dan batuan karbonat.

Pada tahun 1957, dua orang ilmuwan pada Scripps Institution of

Oceanografy California, Roger Revelle dan Has Usess, menulis artikel dalam

jurnal Tellus tentang masalah samudera ini. Apa yang mereka temukan, amat

mencemaskan. Lebih dari itu, yang ditemukan itu mungkin merupakan batasan

terpenting satu-satunya dalam abad batasan, fakta utama yang ganjil dari planet

yang panas dan dipaksakan.

Apa yan mereka temukan adalah, bahwa kebijaksanaan konvensional itu

keliru bahwa lapisan atas samudra, tempat udara dan permukaannya bertemu dan

mengadakan transaksi, akan menyerap amat sedikit kelebihan karbondioksida

yang dihasilkan leh manusia.

Tepatnya, apa yang mereka demonstrasikan adalah, bahwa suatu

perubahan agak kecil dalam jumlah karbondioksida bebas yang dilarutkan dalam

air lautan sesuai dengan suatu perubahan yang relatif besar dalam tekanan

karbondioksida, bertepatan dengan ekuilibrium antara samudera dan atmosfer.

Secara dramatis, apa yang mereka tunjukkan adalah bahwa sebagian besar

karbondioksida yang dipompa ke udara oleh jutaan cerobong asap, tungku, dan

12

Page 13: Tugas KIR arhihe.docx

asap mobil, akan berada di udara, yang agaknya lambat laun akan memanaskan

bumi.

Sejak adanya kehidupan di bumi, suatu jumlah tertentu karbondioksida di

atmosfer, dan ini selamanya telah menangkap sejumlah tertentu sunar matahari

untuk memanaskan bumi . jika tidak ada karbondioksida, dunia kita mungkin

menyerupai planet Mars barangkali menjadi begitu dingin sehingga sunyi dari

kehidupan. Maka sedikit dampak “rumah Kaca” ada baiknya – tumbuhan yang

merupakan kehidupan menjadi subur dalam kehangatannya. Yang menjadi

masalah adalah berupa banyaknya? Di venus atmosfer terdiri dari 97%

karbondioksida. Walhasil, ini menahan radiasi inframerah seratus kali lebih

efisien dari pada atmosfer bumi, dan membuat planet itu 700 derajat lebih panas

dari pada bumi. Atmosfer bumi kebanyakan terdiri dari nitrogen dan oksigen

dewasa ini hanya terdapat 0,035% karbondioksida, nyaris hanya berapa sekelumit

saja. Keprihatinan mengenai dampak rumah kaca juga merupakan keprihatinan

tentang meningkatnya angka itu dari 0,035% sampai 0,55% atau 0,66%, yang

tidak dapat dikatakan banyak. Tetapi cukup banyak untuk mengubah segala

sesuatu.

Scripps Institution menggaji seorang ilmuwan muda, Charles Keeling dan

dia mendirikan stasium-stasiun pemantauan di Kutub Selatan dan 11,150 kaki di

atas samudra pasifik dekat Mauna Loa di Hawaii. Studinya segera

mengkonfirmasikan hipotesis Revelle-Suess, Atmosfer terisi karbondioksida.

Ketika Keeling pertama kali memulai studinya pada tahun 1958, atmosfer di

Mauna Loa mengandung sekitar 315 ppm karbondioksida. Studi tersebut berturut-

13

Page 14: Tugas KIR arhihe.docx

turut menunjukkan bahwa setiap tahun angka itu bertambah, dalam rasio yang

meningkat. Pada mulanya peningkatan setiap tahun adalah sekitar 0,7 ppm;

memang 1,5 ppm kedengarannya sangat kecil. Tetapi dengan mengebor lubang-

lubang dalam gletser-gletser serta menguji udara yang terperangkap dalam es

zaman purba, bahkan dengan memeriksa udara yang tertutup dalam teleskop-

teleskop kuno, para ilmuwan dapat menghitung bahwa atmosfer sebelum Revolusi

Industri mengandung sekitar 280 ppm dan bahwa sebenarnya angka itu sama

tingginya seperti yang dilaporkan selama 16.000 tahun ini. Studi yang sekarang

memperlihatkan 360 ppm. Pada rasio 1,5 ppm setiap tahun, konsentrasi

karbondioksida prarevolusi industri di atmosfer akan berlipat dua dalam 140 tahun

mendatang. Dan oleh karena, sebagaimana telah kita lihat, karbondioksida pada

tingkat yang sangat rendah membantu menentukan iklim, maka karbondioksida

yang dua kali lipat tingkat terendah ini, sekalipun masih kecil dalam pengertian

yang pasti, akan mendatangkan dampak yang hebat.

6. DATA KONSENTRASI CO2

NOAA pada hari kamis 7 oktober di Mauna Loa Observatory, Hawaii

membuat data tentang konsentrasi CO2 seperti yang di perlihatkan pada

gambar berikut.

14

Page 15: Tugas KIR arhihe.docx

Sumber Data : Laboratorium Penelitian Sistem Bumi (ESRL)/ Administrasi

Kelautan dan Atmonsfor Nasional

Data set CO2 : Asli data file yang dibuat oleh NOAA pada hari Kamis 7 Oktober

2010 (13:52:04)

Lokasi : Mauna Loa Observatory, Hawaii

D. TUJUAN PENELITIAN

Penulisan karya ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan

berdasarkan rumusan masalah sebelumnya, yaitu :

1. Mendeskripsikan dampak yang diberikan karbondioksida terhadap

kehidupan manusia.

15

Page 16: Tugas KIR arhihe.docx

2. Mendeskripsikan upaya yang untuk mengurangi jumlah karbondioksida.

E. MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian maka diharapkan

penulisan karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi masyarakat luas sebagai

informasi mengenai dampak yang diberikan CO2 terhadap kehidupan manusia

serta upaya yang dapat dilakukan dalam meminimalisir jumlah CO2.

F. METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penulisan ini adalah kajian pustaka dengan

cara mengkaji literatur berupa buku-buku dan data-data di halaman website yang

ada kaitannya dengan judul penelitian. Untuk mendukung pembahasan ini, penulis

juga mengambil data-data terbaru dengan mengkomparasinya dengan kajian teori

dari literatur tersebut. Informasi yang penulis dapat dari halaman website berupa

data-data sekaligus sebagai fakta yang dijadikan penulis dalam membahas

penelitian yang bersifat analisis deskriptif kualitatif.

16

Page 17: Tugas KIR arhihe.docx

BAB II

PEMBAHASAN

A. Dampak yang Diberikan CO2 Terhadap Kehidupan Manusia

Adapun dampak yang diberikan CO2 terhadap kehidupan manusia di

bedakan menjadi 2 bagian sebagi berikut.

1.Dampak positif

Dampak positif yang di berikan CO2 terhadap kehidupan manusia

a. Gas CO2 bisa susutkan lemak tubuh

Gas karbondioksida (carboxytherapy) bisa digunakan untuk membuat sel-sel

lemak menyusut dan menurunkan berat badan. Seperti yang dikutip dari Daily

Mail, penelitian yang dilakukan oleh University of Siena, Italia, kepada 48 wanita

yang memiliki kelebihan lemak terutama pada bagian paha dan perut, mencoba

untuk menyuntikkan gas karbondioksida ke dalam permukaan kulit mereka.

Setelah disuntik,ternyata rata-rata orang yang menjadi objek mengalami

penyusutan di paha sebanyak 2 cm dan di perut sebesar 3 cm.

Teknik menyuntikkan gas karbondioksida atau yang dikenal dengan

carboxytherapy ini sebenarnya sudah banyak digunakan di beberapa tempat

17

Page 18: Tugas KIR arhihe.docx

kecantikan untuk menghilangkan selulit. Tehnik ini sempat memicu kontroversi

karena seorang wanita di Amerika pernah meninggal dunia karena melakukan

terapi tersebut.

Namun para peneliti mengatakan bahwa karbondioksida (CO2) adalah gas

yang alami dan tidak beracun karena diproduksi oleh sel tubuh manusia sendiri.

Karena merupakan gas alami, maka dengan cepat gas tersebut dapat diserap ke

dalam aliran darah dan langsung dikeluarkan melalui pernafasan dan juga ginjal

manusia.

Hanya dalam beberapa menit, terapi dengan karbondioksida ini dilaporkan

bisa mengecilkan jaringan lemak. Cara kerjanya adalah sebagai berikut, sebuah

jarum suntik yang berisi gas karbondioksida ditusukkan pada bagian permukaan

kulit. Gas karbondioksida kemudian akan berdifusi ke dalam pembuluh darah dan

jaringan di sekitarnya.

Pembuluh darah kemudian akan melebar yang akhirnya membuat aliran

darah lebih kuat dan lancar. Semakin lancar aliran darah artinya semakin banyak

oksigen dan nutrien yang masuk ke dalam tubuh. Dan semakin banyak oksigen,

semakin banyak pula karbondioksida yang bisa membunuh sel-sel lemak.

Profesor Nick Finer dari University College London, mantan Ketua

Asosiasi Inggris untuk Studi Obesitas, mengatakan walaupun bisa mengecilkan

ukuran tubuh namun terapi itu tidak bersifat permanen dan tidak bisa menurunkan

resiko tidak sehat lainnya yang muncul dari berat badan berlebih. Injeksi

karbondioksida bisa saja mengurangi lemak di bawah permukaan kulit tapi tidak

18

Page 19: Tugas KIR arhihe.docx

bisa mengatasi lemak dalam perut yang merupakan penyebab utama penyakit

diabetes, jantung dan lainnya.

b. CO2 pembius untuk transportasi ikan nila merah ( Oreochromis sp. )

Transportasi ikan hidup pada dasarnya adalah memaksa menempatkan

ikan dalam suatu lingkungan baru yang berlainan dengan lingkungan asalnya dan

disertai perubahan - perubahan sifat lingkungan yang sangat mendadak.

Keberhasilan mengurangi pengaruh mendadak dari perubahan dan lingkungan itu

memberi kemungkinan mengurangi tingkat kematian dan tujuan transportasi dapat

tercapai. Sebelum ditransportasikan ikan hidup akan mengalami perubahan

fisiologis dari keadaan hidup aktif menjadi dorman melalui proses pembiusan.

Salah satu cara pembiusan yang dilakukan adalah dengan menggunakan

gas CO2. Karbondioksida (CO2) adalah gas yang tidak berwarna dan tidak berbau

dengan berat 1,5 kali berat udara. Karbondioksida adalah obat bius yang aman

untuk pembiusan jangka panjang maupun jangka pendek dan sangat dianjurkan

untuk digunakan dalam transportasi ikan hidup karena lebih efektif, harga lebih

murah dan aman . Proses pemingsanan dengan gas CO2 terjadi melalui

penghambatan sistem respirasi.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tekanan gas CO2 yang efektif

untuk pemingsanan dan suhu media pengemasan yang sesuai untuk transportasi

ikan nila merah hidup. Tujuan lainnya untuk mengetahui bentuk pengemasan

yang sesuai untuk transportasi ikan nila merah hidup, pengaruh transportasi

19

Page 20: Tugas KIR arhihe.docx

terhadap kepadatan ikan dan efisiensi kemasan serta kualitas air terhadap

kelulusan hidup ikan dalam kemasan.

Penelitian yang dilakukan terdiri dari penelitian pendahuluan dan

penelitian utama. percobaan dalam penelitian pendahuluan meliputi karantina

ikan, pemingsanan dan pengukuan lama pingsan. Pemingsanan ikan nila merah

dengan gas CO2 dilakukan pada tekanan 5 mmHg, 10 mmHg, 15 mmg, 20 mmHg

dan 25 mmHg. Pengukuran lama pingsan dilakukan setiap dua jam sekali pada

media air sekitar suhu pngsan yaitu 80° - 110° C. Perlakuan dalam penelitian

utama terhadap ikan nila merah hidup yang dilakukan meliputi pengemasan dalam

media serutan kayu mahoni pada suhu rendah (100° - 110°C) dan suhu ruangan

(290° - 300°C), pengemasan dalam media air tanpa aerasi suhu (100° - 110°C),

pengemasan dalam media air beraerasi suhu (100° - 110°C) dan transportasi

dalam media air beraerasi suhu (100° - 110°C) selama 14 jam.

Hasil percobaan diperoleh bahwa tekanan gas CO2 sebesar 15 mmHg

efektif untuk memingsankan ikan nila merah hidup dibandingkan tekanan 20

mmHg dan 25 mmHg untuk waktu pingsan yang sam selama 20 menit. Ikan yang

pingsan ditandai oerculum yang sangat lemah dan gerak renang serta

keseimbangan rangsangan yang hilang total. Suhu media air (100° - 110°C)

adalah sesuai untuk pengemasan ikan nila merah dan ikan mampu bertahan dalam

kondisi pingsan selam 10 jam dengan kelulusan hidup 100%. Pada suhu media air

80° - 90°C dan 90° - 100°C ikan nila merah hanya mampu bertahan selam 1 jam

dan 3,5 jam dengan kelulusan hidup masing - masing 60 %.

20

Page 21: Tugas KIR arhihe.docx

Bentuk pengemasan yang sesuai untuk transportasi ikan nila merah hidup

adalah pengemasan dalam media air beraerasi pada suhu (100° - 110°C). Pada

bentuk pengemasan ini ikan nila merah mampu bertahan hidup selama 20 jam

dengan presentase kelulusan hidup 33,33 % dan mencapai 100 % kelulusan

hidupnya selama pengemasan 14 jam. Aerasi dalam pengemasan ini berfungsi

untuk mengurangi konsentrasi CO2 selama pengemasan.

Pengemasan dalam media air tanpa aerasi suhu (100° - 110°C) ikan nila

merah hanya mampu bertahan hidup selam 6 jam dengan prosentase kelulusan

hidup 16,67 %. Sedangkan pengemasan dalam media serutan kayu mahoni, ikan

nila merah hanya mampu bertahan hidup selam + 2 jam. Sistem vertilasi pada

kemasan tidak berpengaruh terhadap kelulusan hidup ikan. Pada pengemasan suhu

rendah (100° - 110°C) dengan vertilasi kelulusan hidup ikan 0% sedangkan tanpa

vertilasi mencapai 66,67 %. Pengemasan pada suhu ruang (290° - 300°C) dengan

vertilasi kelulusan hidup ikan dicapai 33,33 % dan tanpa vertilasi 0%. Kematian

ikan yang tinggi dalam pengemasan ini disebabkan oleh stress setelah perlakuan

pemingsanan dan kekurangan oksigen.

Prosentasi kelulusan hidup ikan nila merah dalam transportasi selam 14

jam dengan media air beraerasi suhu (100°-110°C) mencapai 50 % pada

kepadatan 36 ekor/kemasan (14,4 kg/9 liter). Diduga pada kepadatan 30

ekor/kemasan (12 kg/9 liter) dan 24 ekor/kemasan (9,6 kg/9 liter) akan diperoleh

prosentase kelulusan hidup yang lebih tinggi.

c. Mengubah CO2 menjadi etanol

21

Page 22: Tugas KIR arhihe.docx

Metanol dan etanol merupakan senyawa alkohol yang paling populer

akhir-akhir ini, khususnya di era pencarian sumber energi terbaru, sebagai

antisipasi terhadap habisnya cadangan minyak bumiyang di perkirakan terjadi 200

tahun ke depan.

Terkait dengan hal itulah maka beberapa peneliti dari jurusan Kimia

FMIPA UGM  seperti Prof Drs Jumina, PhD, Dr Dwi Siswanta, Meng, serta Ir

Arief Budiman, MS, D.Eng dari jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik tengah

mengembangkan teknologi konversi karbondioksida menjadi etanol.

Menurut Jumina, pengembangan konversi karbon tersebut dilakukan

dengan menggunakan pereaksi Grignard yang diteruskan dengan reduksi

menggunakan senyawa boran. Teknologi ini cukup efisien sebagaimana

ditunjukkan oleh konversi totalnya yang mencapai 60-70 persen. 

Etanol juga sebagai alternatif yang dapat diperoleh dari karbondioksida

melalui perlakuan dengan pereaksi Grignard diteruskan dengan esterifikasi dan

reduksi.

  Jumina menambahkan meskipun terdapat satu langkah ekstra, namun

teknologi alternatif ini memberikan konversi total sedikit lebih tinggi (65-75%)

dibandingkan proses yang pertama. Seperti halnya teknologi konversi

kabondioksida menjadi metanol, teknologi konversi karbondioksida menjadi

etanol ini juga sedang diajukan hak patennya di Ditjen HKI.

  Awal tahun 2010 ini pengajuan hak paten sudah kita lakukan,

etanol atau bioetanol sejauh ini telah dimanfaatkan secara langsung sebagai

22

Page 23: Tugas KIR arhihe.docx

pengganti premium baik dalam bentuk murni maupun dalam bentuk campuran

dengan premium yang dikenal sebagai gasohol. Metanol merupakan reagen pokok

yang harus direaksikan dengan trigleserida sawit, jarak, jagung, maupun

triglesireda hewani dalam pembuatan biodiesel yang merupakan pengganti solar.

Menurut Jumina metanol dalam bentuk murni juga telah digunakan sebagai bahan

bakar fuel cell.

Tahun 2009, paten pengolahan karbondioksida menjadi metanol telah

diberikan kepada George Olah dari Univesity of Southern California-AS. Karena

jasanya mengkonversi karbondioksida menjadi metanol ia meraih nobel Kimia

tahun 1994.

d. Teknologi baru ubah sinar matahari dan karbondioksida menjadi biofuel

Sebuah perusahaan menambah daftar panjang kesuksesan mengubah

karbon dioksida menjadi bahan bakar. Hanya saja menurut perusahaan tersebut

yang bernama Joule Biotechnologies, teknologi yang dikembangkannya

mempunyai kelayakan yang tinggi dibanding teknologi lain.

BIll Sims, CEO Joule Biotechnologies mengatakan, hingga saat ini telah

banyak metode baru untuk menghasilkan bahan bakar dari CO2, tetapi tidak

satupun yang mampu menghilangkan hambatan akibat tingginya biaya produksi,

kendala lingkungan dan kurangnya proyek dalam skala nyata.

Teknologi yang dikembangkan Joule Biotechnologies menggunakan

organisme yang berfotosintesa. Organisme yang telah direkayasa secara genetis

tersebut akan menjadi katalisator dalam mengubah sinar matahari dan CO2

23

Page 24: Tugas KIR arhihe.docx

menjadi bahan bakar cair tanpa memerlukan lahan untuk keperluan pertanian dan

air bersih.

Menurut Joule Biotechnologies, teknologi yang dikembangkannya berbeda

dari teknologi saat ini untuk menghasilkan biofuel dari algae atau selulosa yang

tinggi biaya produksi, membutuhkan banyak tahapan proses dan tingginya resiko

dalam memperbesar skalanya.

Teknologi yang disebut ''Helioculture'' ini menghasilkan ''SolarFuel'',

energi dalam bentuk cair dengan densitas energi 100 kali lebih besar dibanding

baterai konvensional dan bisa disimpan serta dikirim secara efisien tanpa ada

penurunan daya.

Rencananya pada tahun ini perusahaan tersebut akan siap dengan skala

komersial bahan bakar ''SolarEthanol''. Di tahun 2011, uji coba konsep produksi

bahan bakar hidrokarbon tersebut bisa dilaksanakan sekaligus membuktikan

pernyataan perusahaan tersebut.

e. Bahan bakar cair dari karbondioksida

Sejumlah peneliti di bidang rekayasa genetik dari University of California

Henry Samueli School of Engineering and Applied Science berhasil memproduksi

bahan bakar cair berbasis karbon dioksida.

Bahan bakar cair yang dihasilkan oleh tim yang dipimpin oleh James C.

Liao yang juga Chancellors Professor of Chemical and Biomolecular Engineering

di UCLA, adalah isobutanol. Cairan ini berpotensi tinggi untuk menjadi alternatif

bahan bakar. Prosesnya pun tergolong "sederhana", yakni melalui rekayasa

24

Page 25: Tugas KIR arhihe.docx

genetika cyanobactarium sehingga mampu mengonsumsi karbondioksida. Dengan

pasokan energi yang diperoleh secara langsung dari sinar matahari, melalui

mekanisme fotosintesis, cyanobacterium pun akhirnya menghasilkan bahan bakar

cair berupa isobutanol.

Secara umum, metode baru ini memiliki manfaat jangka panjang dan

global. Liao beserta tim berpendapat. Metode ini berpotensi menghasilkan nilai

ekonomi energi yang lebih bersih dan lebih ramah lingkungan. Keunggulan

pertama yang dimiliki adalah metode ini mendaur tilang karbon dioksida yang ada

sehingga mereduksi gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar

fosil. Ada pun manfaat lainnya adalah harganya yang "murah" karena

menggunakan energi matahari dalam proses konversi karbon dioksida menjadi

bahan bakar cair yang dapat dimanfaatkan secara langsung pada infrastruktur

energi yang ada, termasuk pada mobil.

Bila dibandingkan dengan teknik penyediaan bahan bakar cair lain,

misalnya menghasilkan bahan bakar nabati dari tanaman atau ganggang, teknik ini

tergolong lebih praktis. Betapa tidak, konversi karbondioksida menjadi isoButanol

ini tidak melibatkan tahapan intermediat yang terlalu banyak sehingga berubah

menjadi bahan bakar yang siap dimanfaatkan. Metode ini jauh lebih murah dan

lebih efisien ketimbang pendekatan yang ada selama ini.

Keunggulan yang satu ini juga diakui oleh Liao. Ia mengatakan,

"Pendekatan, baru ini tidak melibatkan dekonstruksi biomassa, baik dalam kasus

biomassa selulosa ataupun biomassa dari alga. Harus disadari, tahapan

25

Page 26: Tugas KIR arhihe.docx

dekonstruksi semacam itu menjadi hambatan ekonomis tertinggi dalam produksi

bahan bakar nabati."

Dalam penelitian yang turut didanai oleh U.S. Department of Energy ini,

langkah pertama yang dilakukan oleh tim Liao adalah meningkatkan jumlah

enzim pengikat karbon dioksida, yakni RuBisCo, melalui teknik rekayasa

genetika pada cyanobacterium Syne-cliococcus elongatus. Liao dan timnya lalu

mengawinkan dengan gen-gen dari mikroorganisme lain guna menghasilkan satu

tipe strain yang mampu memanfaatkan karbon dioksida dan sinar matahari

sehingga dihasilkan gas isobutyraldehide. Pemisahan gas dari sistem tergolong

mudah karena titik didih yang rendah dan tingginya tekanan udara yang dimiliki

oleh isobutyraldehide.

Tentu saja, tempat yang paling ideal untuk berjalannya sistem seperti ini

adalah pembangkit tenaga listrik yang menghasilkan karbon dioksida. Dengan

demikian, gas rumah kaca yang dihasilkan dapat dengan mudah ditangkap dan

langsung diubah menjadi bahan bakar cair.

f. Teknologi nanotube mengubah CO2 menjadi bahan bakar

 Titanium oksida nanotube dengan bertenaga sinar matahari dapat

membentuk metana dari CO2, yang memungkinkan dapat menjadi sumber energi

masa depan. Material ini dapat mengurangi secara dramatis emisi CO2 dan

ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, seperti yang disampaikan oleh para

peneliti dari Amerika Serikat. 

26

Page 27: Tugas KIR arhihe.docx

Peneliti dari Pennsylvania State University, Craig Grime bekerjasama

dengan Oomman Varghese, Maggie Paulose and Thomas LaTempa menjelaskan

dalam tulisannya tentang hal ini didalam jurnal Nanoletters. Di dalam tulisannya,

buangan asap CO2 akan bisa dikumpulkan dan diletakkan ke dalam konvertor,

secara cepat dengan bantuan sinar matahari mengubah CO2 menjadi bahan bakar.

Nanotube yang tersusun secara vertikal ini,hampir meyerupai sarang lebah

kosong. Pada bagian atas nanotube, terdapat lapisan tipis tembaga oksida.

Tembaga dan titanium oksida bertindak sebagai katalis. Ketika sinar matahari

mengenai tembaga oksida, karbon dioksida akan diubah menjadi karbon

monoksida. Dan ketika sinar matahari mengenai titanium oksida, molekul air akan

terpecah. Hidrogen dibebaskan dari air dan karbon dibebaskan dari CO2 kemdian

direkombinasi untuk menghasilkan metana yang dapat terbakar, dan sisa atom

oksigen kemudian berpasangan untuk menghasikan O2 yang dapat digunakan

untuk pernapasan.

Para peneliti dapat membuat membran tipis yang berukuran 25 sampai 100

sentimeter persegi. Sampai saat ini, membrane tersebut mampu menghasilkan 250

liter metana. Penambahan cahaya dan CO2 yang lebih banyak, dapat menghasilkan

metana yang lebih banyak pula. Diperkirakan, cahaya yang dikumpulkan dalam

setiap 100 meter persegi dalam setiap membrane, dapat menghasilkan lebih dari

500 liter metana pada hari cerah

g. Pemanfaatan karbondioksida murni terhadap petumbuhan

mikroorganisme pada produk minuman fanta

27

Page 28: Tugas KIR arhihe.docx

Dari hasil sebuah penelitian, bahwa sifat-sifat kimia dari karbondioksida

yang dapat menghambat menghambat pertumbuhan mikroorganisme adalah :

1). Karbondioksida murni jika dilarutkan akan membuat suasana larutan menjadi

asam yaitu sekitar pH 4-5. Sebagian besar bakteri tumbuh pada pH dibawah

5,0 dan di atas 8,0 bakteri tidak dapat umbuh dengan baik.

2). Jika karbondioksida murni dilarutkan murni di dalam larutan, maka akan

membentuk susunan gas anearob, yaitu kadar oksigen menjadi sangat sedikit,

bahkan tidak sama sekali, sementara kebanyakan patogen atau mikroba yang

dapat menimbulkan penyakit merupakan mikroba anaerob atau membutuhkan

oksigen sebagai sumber aseptor elektron terakhir dalam proses bioenerginya.

3). Karbondioksida merupakan zat kimia yang berfungsi sebagai antagonis

mikroba yang bersifat anorganik. Karbondioksida diketahui memiliki sifat-

sifat mengawetkan pada tekanan tinggi daripada dijumpai dalam udara

atmosfer. Selain dipergunakan dalam minuman yang berkanbondioksida ,

juga digunakan pada bahan pangan olahan sebagian, seperti misalnya pada

biskuit yang tidak dipanggang.

Kemudian data dari analisa yang diperoleh peneliti dari pemeriksaan hasil

produk untuk E.coli adalah negatif, untuk yeast dan mold hasil analisanya di

dalam produk masih ditemukan adanya mikroba. Dibandingkan dengan standar

mutu PT CCBI yang dikandung dalam sampel minuman fanta ini masih dibawah

ambang batas maksimum. Untuk yeast count misalnya tidak boleh terdapat lebih

dari 7 cfu/10 ml setelah dibotolkan untuk Mold court tidak boleh terdapat lebih

28

Page 29: Tugas KIR arhihe.docx

dari 1 cfu/10 ml. begitu juga untuk E.coli tidak boleh ada di dalam minuman

Fanta mikroba ini dapat menyebabkan penyakit perut.

Dari hasil data yang diperoleh oleh peneliti, bahwa kandungan mikroba

dapat diperkecil bahkan dihambat melalui karbonasi pada pembuatan minuman

Fanta berdasarkan kadar karbondioksida yang terlarut dalam botol. Tetapi pada

jumlah kandungan Yeast dan Mold yang masih cukup signifikan ditemukan pada

sampel, ini mungkin disebabkan karena adanya kontaminasi dari bahan kemasan

berupa tutup botol, dari peralatan, personil yang terlibat dalam produk dari

minuman yang diproduksi PT CBBI tersebut.

Sehingga dari hasil penelitiannya, peneliti berkesimpulan bahwa

karbondioksida dalam jumlah dan tekanan yang optimal, dapat menghambat dan

mempengaruhi pertumbuhan mikroorganisme yang terkandung dalam minuman

fanta setelah dibotolkan

h. Ice dry ice expand tobacco

PT Resources Jaya Teknik Indonesia (RMI)menjadikan Indonesia sebagai

negara pertama yang melakukan langkah nyata dalam pemanfaatan teknologi

terapan pemanfaatan gas buang karbon dioksida di Forum Bright Green,

Kopenhagen, Denmark, yang digelar 12-13 Desember 2009.

Forum Bright Green adalah pameran teknologi ramah lingkungan yang

diikuti ratusan industri dan universitas penyedia teknologi ramah lingkungan.

Menteri Ilmu Pengetahuan dan Inovasi Denmark Helge Sander, Putri Kerajaan

Swedia Victoria Ingrid Alice Desiree, Pangeran Norwegia Haakoen Magnus, dan

Pangeran Kerajaan Denmark Frederik Andre Hendrik Christian hadir dalam

29

Page 30: Tugas KIR arhihe.docx

perhelatan tersebut.

Penandatanganan MoU dilakukan Presdir PT Resources Jaya Teknik

Indonesia Rohmad Hadiwijoyo dan Chief Sales Officer Union Engineering

Michael Mortensen serta disaksikan Jari Frijc-Madsen, perwakilan Deplu

Denmark, dan Duta Besar Indonesia untuk Denmark, Abdul Rahman Saleh.

Dalam MoU yang ditandatangani pada 12 Desember tersebut, kedua

pihak sepakat akan membangun sistem teknologi Dry Ice Expanded Tobacco,

pengembang tembakau menggunakan es kering (DIET) di Cilegon, Jawa Barat,

senilai 12 juta dollar AS. , ,

, Cara kerja teknologi Dry Ice Expanded Tobacco adalah dengan menyemprotkan

selubung karbon dioksida pada daun tembakau kemudian diberikan tekanan dan

suhu yang tinggi sehingga memaksa volume sel daun  tembakau mengembang

hingga dua kali lipat.

Menurut Managing Director AircoDiet, anak perusahaan Union yang

nengembangkan teknologi DIET, Asbjorn Schwert, dengan aplikasi teknologi ini,

volume tembakau yang dihasilkan menjadi dua kali lipat sehingga menekan

jumlah tembakau yang digunakan dalam produksi rokok. Gas karbondioksida

yang digunakan juga hanya 50 persen dalam satu kali proses. Sisanya bisa

kembali digunakan untuk produksi selanjutnya, sebutnya dalam siaran pers yang

diterima ,,Kompas.com. 

Menurut Michael Mortensen, gas karbon dioksida dalam sistem DIET

berkapasitas 300 kg/jam yang dibangun di Cilegon itu akan memanfaatkan karbon

dioksida hasil olahan gas buang PT Krakatau Stell yang dikerjakan PT Krakatau

30

Page 31: Tugas KIR arhihe.docx

Karbonindo. PT Krakatau Karbonindo merupakan anak usaha bersama RMI dan

Krakatau Stell yang awal tahun ini membangun pemurnian karbon dioksida

senilai,,,,,,,,,31,8,,,,,,,,,juta,,,,,,,,,dollar,,,,,,,,,AS,,,,,,,,,berkapasitas,,,,,,,,,72.000,,,,,,,,,ton. karbondioksida per tahun di

Cilegon. "Dengan kesepakatan ini, RMI menjadi perusahaan pertama non-

produsen rokok yang memanfaatkan teknologi DIET. Indonesia menjadi negara

pertama yang melakukan langkah nyata di Kopenhagen.

i. Penggunaan laser CO2 dalam operasi bedah pada hewan

Dalam melakukan pembedahan pada dunia kedokteran, saat ini sering

digunakan LASER CO2 (Karbondioksida). Laser jenis ini telah terbukti kinerjanya

dan telah digunakan selama sekitar tiga puluh tahun dalam dunia pembedahan

pada manusia. Baru-baru ini laser tersebut juga digunakan untuk melakukan

pembedahan pada hewan-hewanpeliharaan.

Seringnya digunakan laser ini dalam operasi bedah tentu disebabkan oleh

kelebihan- kelebihannya sebagai berikut.

1). Mengurangi rasa sakit

Hewan peliharaan akan mengalami pengurangan rasa sakit secara

signifikan yang terjadi setelah operasi. Hal ini terjadi hampir pada setiap kasus

yang pernah ditangani. Kenyataannya, pada saat pemotongan cakar kucing,

pengurangan rasa sakit sangat besar ketika digunakan berkas laser.

2). Mengurangi kebengkakan

Ketika jaringan diiris baik dengan pisau bedah maupun gunting,

peradangan akan muncul dimulai dari jaringan yang terpengaruh. Peradangan ini

31

Page 32: Tugas KIR arhihe.docx

terjadi sebagai akibat dari interaksi dengan sistem peredaran darah dan pembuluh

limpa. Karena berkas cahaya secara efektif memanaskan sistem pembuluh limpa,

kebengkakan yang terjadi setelah operasi akan berkurang banyak. Hal ini akan

membuat hewanpeliharaan merasa nyaman selama proses penyembuhan.

3). Mengendalikan infeksi

Berkas laser beroperasi pada temperatur lebih dari 93°C. Hal ini

membuatnya sangat efektif dalam membunuh bakteri yang berpotensi untuk

mengakibatkan infeksi. Hal ini sangat penting untuk bagian-bagian yang sangat

sulit mencegah terjadinya kontaminasi oleh bakteri pada daerah pembedahan.

Contohnya adalah pada operasi bisul atau pemotongan cakar.

4). Minimalisasi pendarahan saat pembedahan

Jika irisan dibuat dengan pisau bedah, pembuluh darah kecil akan

terpotong di dalam kulit dan lapisan jaringan yang berada di bawah kulit.

Pembuluh darah ini dapat berceceran selama proses pembedahan atau bahkan

pada pasca pembedahan. Biasanya kasus ini diatasi dengan mengapitkannya

dengan kapas, dicegah infeksinya dengan besi panas, atau dengan menggunakan

spons sampai pendarahan tersebut berhenti. Proses ini memerlukan waktu yang

lama, yang berarti pembedahan akan berlangsung lama dan akan terjadi

pembengkakan setelah operasi. Berkas laser sangat efektif dalam melakukan

pembekuan darah. Sedikit pendarahan yang terjadi selama proses pembedahan

yang berarti waktu pembiusan dan perbaikan yang lebih singkat.

32

Page 33: Tugas KIR arhihe.docx

2.DAMPAK NEGATIF

Dampak negatif yang di berikan CO2 terhadap kehidupan manusia

a. Pemanasan global

1.) Pengertian pemanasan global

Pemanasan Global adalah meningkatnya suhu rata-rata permukaan bumi

akibat peningkatan jumlah emisi Gas Rumah Kaca di atmosfer. Pemanasan Global

akan diikuti dengan Perubahan Iklim, seperti meningkatnya curah hujan di

beberapa belahan dunia sehingga menimbulkan banjir dan erosi. Sedangkan, di

belahan bumi lain akan mengalami musim kering yang berkepanjangan

disebabkan kenaikan suhu.

2). Hubungan pemanasan global dengan efek rumah kaca

Bumi ini sebetulnya secara alami menjadi panas karena radiasi panas

matahari yang masuk ke atmosfer. Panas ini sebagian diserap oleh permukaan

Bumi lalu dipantulkan kembali ke angkasa. Karena ada gas rumah kaca di

atmosfer, di antaranya karbon dioksida (CO2), metana (CH4), nitro oksida (N2O),

sebagian panas tetap ada di atmosfer sehingga Bumi menjadi hangat pada suhu

yang tepat (60ºF/16ºC) bagi hewan, tanaman, dan manusia untuk bisa bertahan

hidup. Mekanisme inilah yang disebut efek gas rumah kaca. Tanpa efek gas

33

Page 34: Tugas KIR arhihe.docx

rumah kaca, suhu rata-rata di dunia bisa menjadi -18ºC. Sayangnya, karena

sekarang ini terlalu banyak gas rumah kaca di atmosfer, terlalu banyak panas yang

ditangkapnya. Akibatnya, Bumi menjadi semakin panas.

3). Penyebab pemanasan global

Pemanasan global terjadi ketika ada konsentrasi gas-gas tertentu yang

dikenal dengan gas rumah kaca, yang terus bertambah di udara, hal tersebut

disebabkan oleh tindakan manusia, kegiatan industri, khususnya CO2 dan

chlorofluorocarbon. Yang terutama adalah karbon dioksida, yang umumnya

dihasilkan oleh penggunaan batubara, minyak bumi, gas dan penggundulan hutan

serta pembakaran hutan.

Asam nitrat dihasilkan oleh kendaraan dan emisi industri, sedangkan emisi

metan disebabkan oleh aktivitas industri dan pertanian. Chlorofluorocarbon CFCs

merusak lapisan ozon seperti juga gas rumah kaca menyebabkan pemanasan

global, tetapi sekarang dihapus dalam Protokol Montreal. Karbon dioksida,

chlorofluorocarbon, metan, asam nitrat adalah gas-gas polutif yang terakumulasi

di udara dan menyaring banyak panas dari matahari. Sementara lautan dan

vegetasi menangkap banyak CO2, kemampuannya untuk menjadi “atap” sekarang

berlebihan akibat emisi. Ini berarti bahwa setiap tahun, jumlah akumulatif dari gas

rumah kaca yang berada di udara bertambah dan itu berarti mempercepat

pemanasan global.

Sepanjang seratus tahun ini konsumsi energi dunia bertambah secara

spektakuler. Sekitar 70% energi dipakai oleh negara-negara maju; dan 78% dari

34

Page 35: Tugas KIR arhihe.docx

energi tersebut berasal dari bahan bakar fosil. Hal ini menyebabkan

ketidakseimbangan yang mengakibatkan sejumlah wilayah terkuras habis dan

yang lainnya mereguk keuntungan. Sementara itu, jumlah dana untuk

pemanfaatan energi yang tak dapat habis (matahari, angin, biogas, air, khususnya

hidro mini dan makro), yang dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil,

baik di negara maju maupun miskin tetaplah rendah, dalam perbandingan dengan

bantuan keuangan dan investasi yang dialokasikan untuk bahan bakar fosil dan

energi nuklir.

Penggundulan hutan yang mengurangi penyerapan karbon oleh pohon,

menyebabkan emisi karbon bertambah sebesar 20%, dan mengubah iklim mikro

lokal dan siklus hidrologis, sehingga mempengaruhi kesuburan tanah.

4). Dampak pemanasan global

Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi

lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka air laut,

perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan iklim, punahnya

flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama penyakit, dsb. Sedangkan

dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi : a) gangguan terhadap

fungsi kawasan pesisir dan kota pantai, b) gangguan terhadap fungsi prasarana

dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara, c) gangguan terhadap

permukiman penduduk, d) pengurangan produktivitas lahan pertanian, e)

peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit.

Dampak-dampak lainnya :

35

Page 36: Tugas KIR arhihe.docx

a) Musnahnya berbagai jenis keanekragaman hayati, b) Meningkatnya frekuensi

dan intensitas hujan badai, angin topan, dan banjir, c) Mencairnya es dan glasier

di kutub, d) Meningkatnya jumlah tanah kering yang potensial menjadi gurun

karena kekeringan yang berkepanjangan, e) Kenaikan permukaan laut hingga

menyebabkan banjir yang luas. Pada tahun 2100 diperkirakan permukaan air laut

naik hingga 15 – 95 cm, f) Kenaikan suhu air laut menyebabkan terjadinya

pemutihan karang (coral bleaching) dan kerusakan terumbu karang di seluruh

dunia, g) Meningkatnya frekuensi kebakaran hutan, h) Menyebarnya penyakit-

penyakit tropis, seperti malaria, ke daerah-daerah baru karena bertambahnya

populasi serangga (nyamuk), i) Daerah-daerah tertentu menjadi padat dan sesak

karena terjadi arus pengungsian.

5). Dampak karbondioksida terhadap kesehatan.

Permasalahan lingkungan yang kerap kali mengancam kota- kota besar di

Indonesia saat ini adalah pencemaran udara terutama yang bersumber dari emisi

kendaraan bermotor dengan pola penyebaran spasial yang meluas dari emisi CO2

yang keluar dari knalpot atau saluran pembuangan kendaraan bermotor kota

Samarinda. Dampak negatif dari pencemaran udara terhadap kesehatan manusia

sangatlah signifikan, terutama bagi mereka yang tinggal di daerah urban di mana

mobilitas dan kepadatan kendaraan bermotor di jalan sangat tinggi. Gangguan

yang disebabkan oleh pencemaran udara bagi manusia antara lain gangguan pada

sistem pernafasan, peredaran darah, iritasi mata bahkan berpotensi mengakibatkan

kanker.

36

Page 37: Tugas KIR arhihe.docx

Menurut Tjandra, (1995) dalam Anonim, (2006), mengatakan juga bahwa

ada tiga cara masuknya polutan dari udara ke dalam tubuh manusia, yaitu inhalasi,

ingesti dan penetrasi kulit. Inhalasi bahan polutan dari udara ke paru dapat

menyebabkan gangguan di paru dan saluran napas, dan selain itu bahan polutan

dapat kemudian masuk dalam peredaran darah dan menimbulkan akibat di alat

tubuh. Bahan polutuan tersebut, juga tidak jarang masuk ke saluran cerna. Reflek

batuk akan mengeluarkan bahan polutan dari paru yang kemudian ditelan dan

akan masuk ke saluran cerna. Bahan polutan dari udara masuk ketika makan atau

minum.

Seperti halnya di paru maka bahan polutan yang masuk ke saluran cerna

dapat menimbulkan efek lokal dan dapat disebarkan ke seluruh tubuh melalui

peredaran darah. Permukaan kulit dapat menjadi pintu masuk bahan polutan dari

udara. Sebagian besar polutan hanya menimbulkan akibat buruk pada bagian

permukaan kulit seperti dermititis dan alergi saja, tetapi sebagian lain-khususnya

polutan organik dapat melakukan penetrasi kulit dan menimbulkan efek sistemik.

CO2 terpapar di udara dapat menghasilkan berbagai efek kesehatan. Ini mungkin

termasuk sakit kepala, pusing, kegelisahan, yang geli atau pin atau jarum rasa,

kesulitan bernapas, berkeringat,tiredness, peningkatan denyut jantung,

meninggikan tekanan darah, koma,asphyxia kesawan dan bahkan radang dingin

jika terkena es kering (Anonim, 2008)

WHO Inter Regional Symposium on Criteria for Air Quality and Method

of Measurement menentapkan beberapa tingkat konsentrasi polusi udara terhadap

kesehatan maupun lingkungan yaitu :

37

Page 38: Tugas KIR arhihe.docx

Tingkat I : Konsetrasi dan waktu expose yang tidak ditemui akibat apa-apa, baik

secara langsung maupun tidak langsung.

Tingkat II : Konsentrasi yang mungkin dapat ditemui iritasi pada pencaindera,

akibat berbahaya pada tumbuh-tumbuhan, pembatasan penglihatan atau akibat-

akibat lain yang merugikan pada lingkungan (adverse level).

Tingkat III : Konsentrasi yang mungkin menimbulkan hambatan pada fungsi-

fungsi faal yang fital serta perubahan yang mungkin dapat menimbulkan penyakit

menahun atau pemendekan umur (serious level).

Tingkat IV : Konsentrasi yang mungkin menimbulkan penyakit akut atau

kematian pada golongan populasi yang peka (emergency level).

Pada konsentrasi 3% berdasarkan volume di udara, bersifat narkotik

ringan dan menyebabkan peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, dan

menyebabkan penurunan daya dengar. Pada konsentrasi sekitar 5% berdasarkan

volume menyebabkan stimulasi pusat pernafasan, pusing-pusing, kebingungan,

dan kesulitan pernafasan yang diikuti sakit kepala dan sesak nafas. Pada

konsentrasi 8% menyebabkan sakit kepala, keringatan, penglihatan buram, tremor,

dan kehilangan kesadaran setelah paparan selama lima sampai sepuluh menit.

Oleh karena bahaya kesehatan yang diasosiasikan dengan paparan karbon

dioksida maka bahwa paparan rata-rata untuk orang dewasa yang sehat selama

waktu kerja 8 jam sehari tidak boleh melebihi 5.000 ppm (0,5%). Batas aman

maksimum untuk balita, anak-anak, orang tua, dan individu dengan masalah

38

Page 39: Tugas KIR arhihe.docx

kesehatan kardiopulmonari (jatung dan paru-paru) secara signifikan lebih kecil.

Untuk paparan dalam jangka waktu pendek (di bawah 10 menit) adalah 30.000

ppm (3%). Konsentrasi karbon dioksida yang melebihi 4% dan langsung maka

berbahaya bagi keselamatan jiwa dan kesehatan (Yasa, 2009).

Karbon dioksida merupakan gas penting pada suatu proses pernapasan di

dalam tubuh. Pernapasan internal adalah suatu proses, dimana oksigen diangkut

menuju keseluruh jaringan badan dan karbon dioksida membantu pengangkutan

oksigen. Secara umum manusia yang terkena dampak pencemaran emisi

kendaraan bermotor terutama emisi karbon diokasida (CO2) jika kandungan atau

banyaknya unsur kimia karbon diokasida yang terhisap melalui hidung dan mulut

terus kesaluran pernapasan tenggorokan dan menuju paru-paru melebihi

kemampuan tubuh manusia menetralisirnya dimana seharusnya bermanfaat bagi

tubuh manusia dikarenakan berkelebihan karbon diokasida (CO2) maka

menyebabkan iritasi dan infeksi saluran pernapasan atau iritasi dan infeksi pada

saluran tenggorokan yang sering disebut sindruma nyeri tenggorokan atau

pernapasan nyeri tenggorokan (Moerad, 2008), jika terus masuk kedalam darah

melalui paru-paru maka akan menyebakan kematian.

Karbon diokasida menjaga PH dalam darah agar konstant, yang mana

peran terpenting untuk pertahanan. Pada sistem penyangga di mana karbon

diokasida berperan sangat penting dalam jaringan yang disebut penyangga

karbonat. terdiri dari ion bikarbonat dan menghancurkan karbon diokasida,

dengan asam karbon. Asam karbon dapat menetralkan ion hidroksida, yang akan

mengikat pH dalam darah ketika terjadi peningkatan. Bikarbonat ion dapat

39

Page 40: Tugas KIR arhihe.docx

menetralkan ion hidrogen, yang akan menyebabkan suatu penurunan pH darah

ketika terjadi penambahan. Dengan adanya peningkatan dan menurunkan pH

dalam darah maka hidup seseorang akan terancam. Terlepas dari menjadi

penyangga atau bantalan penting di dalam sistem manusia, karbon diokasida

adalah juga dikenal untuk menyebabkan kesehatan mempengaruhi ketika

konsentrasi melebihi suatu batas tertentu. Bahaya kesehatan CO2 yang utama

adalah (Miller, 2008) :

a) Asphyxiation

Disebabkan oleh pelepasan karbon dioksida di dalam suatu area yang tidak

terdapat gas oksigen dan tertutup. Ini dapat menurunkan konsentrasi oksigen

terhadap suatu tingkatan yang sangat berbahaya untuk kesehatan manusia.

b) Frostbite

Karbon dioksida padat yang terdapat di bawah - 78oC pada tekanan udara

reguler, dengan mengabaikan temperatur udara. Penanganan material ini untuk

lebih dari seperdetik atau yang kedua tanpa perlindungan sesuai dapat

menyebabkan melepuh, dan lain efek tak dikehendaki. Gas karbon diokasida

dilepaskan bebas dari suatu silinder baja, seperti suatu pemadam api, penyebab

efek serupa.

40

Page 41: Tugas KIR arhihe.docx

c) Kidney damage or coma

Disebabkan oleh suatu gangguan di dalam keseimbangan kimia

penyangga karbonat. Dimana konsentrasi karbon diokasida meningkat atau

berkurang, menyebabkan keseimbangan tersebut terganggu, dan kehidupan

manusia terancam dalam situasi yang mencemaskan.

41

Page 42: Tugas KIR arhihe.docx

B. UPAYA MENGURANGI GAS KARBONDIOKSIDA (CO2)

1. Tidak mengganggu kehidupan paus sperma

Paus sperma merupakan hewan yang mampu membantu menangani

masalah karbondioksida. Kotoran paus sperma mungkin membantu samudra

menyerap emisi karbon dioksida, CO2, kata para ilmuwan, seperti dikutip "BBC".

Tim peneliti Australia memperhitungkan paus sperma Samudra Selatan

melepaskan 50 ton zat besi setiap tahun.

Limbah tersebut merangsang pertumbuhan tumbuhan laut kecil

phytoplankton yang menyerap CO2 selama fotosintesis. Proses tersebut

menghasilkan penyerapan sekitar 40.000 ton karbon -- lebih dari dua kali lipat

jumlah yang dilepaskan paus dengan bernapas, kata hasil penelitian.

Para peneliti mencatat dalam jurnal Royal Society Proceedings B bahwa

proses itu juga menghasilkan lebih banyak makanan untuk paus, yang

diperkirakan berjumlah 12.000. Fitoplankton adalah dasar jaring makanan laut di

belahan bumi ini, dan pertumbuhan tumbuhan sangat kecil ini dibatasi oleh

jumlah zat makanan yang tersedia, termasuk zat besi.

Dalam masa sekitar satu dasawarsa terakhir, banyak ilmuwan

bereksperimen dengan mencurahkan besi ke laut secara sengaja sebagai 'cara

mengatasi' perubahan iklim.

Tidak semua eksperimen itu berhasil. Eksperimen terbesar, ekspedisi

Lohafex Jerman, mencurahkan enam ton besi ke Samudra Selatan pada tahun

2008, namun tidak menemukan kenaikan pelepasan karbon (carbon uptake) secara

42

Page 43: Tugas KIR arhihe.docx

berkelanjutan. Meski 40.000 ton karbon kurang dari 1/1.000 emisi tahunan dari

pembakaran bahan bakar fosil, peneliti mencatat bahwa jumlah total dari seluruh

dunia mungkin lebih substansial. Populasi paus sperma diperkirakan mencapai

beberapa ribu ekor di seluruh samudra, meski spesies ini dikenal sulit dihitung.

Kelangkaan besi membatasi pertumbuhan fitoplankton di banyak kawasan

di luar Samudra Selatan. Dengan demikian kotoran ikan paus menjadi pupuk bagi

tumbuhan di beberapa belahan dunia. Menurut pandangan ini, paus sperma tidak

makan dan membuang kotoran di tempat yang sama. Jika yang terjadi sebaliknya,

mereka mungkin menyerap dan menghasilkan besi dalam jumlah yang sama. Paus

sperma menyantap makanan mereka, utamanya cumi-cumi, di laut dalam, dan

membuang kotoran di tempat yang lebih dangkal tempat fitoplankton bisa tumbuh

berkat akses ke sinar matahari. Menghasilkan zat besi di sini pada akhirnya baik

untuk paus kata para peneliti - yang dipimpin oleh Trish Lavery dari Flinders

University di Adelaide. Fitoplankton dimakan oleh hewan-hewan laut kecil --

zooplankton -- yang kemudian dimangsa oleh mahluk yang lebih besar yang

kemudian mungkin dimakan oleh ikan paus. Para ilmuwan mengindikasikan

mekanisme serupa mungkin mendasari "krill paradox" - temuan bahwa krill di

perairan Antarktika tampaknya apparently berkurang ketika paus baleen yang

memakan krill diburu dengan jumlah tangkapan mencapai puluhan ribu.

2. Pengelolaan sampah dengan baik

Sampah memang diindikasikan menjadi salah satu penyumbang gas rumah

kaca. Untuk itulah pembuangan sampah terbuka ditempat pembuangan akhir

43

Page 44: Tugas KIR arhihe.docx

(TPA) harus diperhatikan. Sampah organik yang tertimbun mengalami

dekomposisi secara anaerobic. Proses itu menghasilkan gas CH4. Sampah yang

dibakar juga akan menghasilkan gas CO2. Gas CH4 mempunyai kekuatan merusak

20 kali lipat dari gas CO2.

Untuk itu, seiring antisipasi terjadinya degradasi pemanasan global dewasa

ini, kementerian lingkungan hidup berupaya memastikan adanya revolusi

lingkungan melalui undang-undang No 18 tahun 2008 tentang pengelolaan

sampah. Dalam UU tersebut, ditegaskan paradigma baru dalam pengelolaan

sampah yakni ‘kumpul-pilah-olah’ dari yang sebelumnya ‘kumpul-angkut-buang’,

melalui UU itu pula, prinsip pengelolaan sampah yang ditekankan lebih

mengutamakan prinsip pengendalian pencemaran serta prinsip sebagi sumber

daya.

Pelaksanaan kedua prinsip tersebut lebih mengarah pada penerapan 3R

(Reduce, Reuse, Recycle), extended producer’s responsibility (EPR). Artinya

pemanfaatan sampah dan pemprosesan akhir sampah melalui pembagian

kewenangan yang jelas antara pemerintah pusat, pemerintah provinsi dan

pemerintah kabupaten/kota. Memang, tanpa adanya ancaman pemanasan global

pun, tumpukan sampah yang menggunung di TPA telah menjadi masalah

tersendiri. Bau yang menyengat, air lindi yang mencemari sumber air disekitar

TPA dan bahkan ledakan gas metan (CH4) yang menimbulkan korban jiwa,

misalnya kasus TPA leuwi Gadjah, Bandung ,TPA Bantar Gebang, Bekasi dan

lain-lain.

44

Page 45: Tugas KIR arhihe.docx

Namun pelaksanaan paradigma “kumpul-pilah-olah”, bukanlah hal yang

mudah. Ada banyak upaya yang harus dilakukan untuk mengatasi persoalan

sampah. dari kesemua upaya yang ada hendaknya bertumpu pada bagaimana

mencari solusi guna mengatasi permasalahan pengelolaan sampah. Paling tidak

untuk saat ini telah ada payung hukum nasional soal pengelolaan sampah, tinggal

bagaimana mengembangkan kebijakan dan regulasi operasional berkaitan dengan

pengelolaan sampah dengan cara baru: pengelolaan yang berlandaskan pada

prinsip sampah adalah sesuatu yang harus dikurangi dan jika sudah terlanjur

menjadi sampah, harus bisa diolah menjadi sumber daya yang dapat

dimanfaatkan.

3. Teknologi carbon capture storage

Kebijakan mitigasi dikeluarkan untuk mereduksi produksi energi yang

berkaitan dengan emisi CO2. Salah satunya dengan program Carbon Capture and

Storage atau Sequestration (CCS). Program CCS adalah suatu terminologi

untuk teknologi baru tentang mitigasi dan suatu pilihan untuk mengurangi emisi

gas buang CO2 ke atmosfer. Bagi para produsen, bahan bakar teknologi itu

dianggap bisa mengurangi dampak perubahan iklim.

Proses CCS

Cara kerja CCS berpusat pada konsep menangkap (capture) CO2 dari beberapa

sumber berbeda, seperti pembangkit listrik, pabrik pengolahan, lapangan minyak,

dan gas dengan kandungan CO2 tinggi, perumahan dan area bisnis, atau

45

Page 46: Tugas KIR arhihe.docx

pembakaran,,hutan.

Penangkapan di udara sebenarnya dimungkinkan, namun mengambil CO2

di udara akan turut memasukkan oksigen. Akibatnya, menangkap udara untuk

kemudian difilter dan diambil CO2 -nya kemudian disetorkan ke ruang

penyimpanan hanya akan memperlambat siklus oksigen di biosfer.

Ada tiga tipe berbeda dalam penangkapan CO2. Pertama, penangkapan

pasca pembakaran. Gas CO2 dipindahkan setelah pembakaran bahan bakar fosil.

Skema itu akan mengaplikasikan pembangkit listrik konvensional. Gas

CO2 akan langsung ditangkap dari corong asap gas atau sumber keluaran yang

besar lainnya. Tipe itu banyak diaplikasikan di berbagai industri walaupun dalam

skala berbeda. ,

, Kedua, teknologi sebelum proses pembakaran. Teknologi itu diaplikasikan

dalam penyaring dan produksi tenaga. Pada kasus itu, bahan bakar fosil secara

parsial dioksidasi atau bisa dinamakan digasifikasi. Saat masih berbentuk Syngas

(CO dan H2), teknologi itu akan mampu memisahkan CO2 dan H2.

Hasilnya CO2 dapat segera ditangkap dan H2 langsung difungsikan sebagai bahan

bakar.

Ketiga adalah pembakaran Oxy-fuel. Bahan bakar akan dibakar dalam

oksigen, bukan di udara. Untuk membatasi temperatur nyala api yang dihasilkan

untuk menyamai pembakaran konvensional, cerobong asap yang berpendingin

diresirkulasikan dan diinjeksikan ke kamar pembakaran. Cerobong asap itu akan

mengandung CO2 dan uap air. Kandungan itu selanjutnya akan mengembun

46

Page 47: Tugas KIR arhihe.docx

melalui pendingin. Hasilnya, CO2 murni dapat dialirkan ke penyimpanan.

Hasil tangkapan itu kemudian ditransportasikan atau diinjeksikan ke dalam

lapisan penampungan (reservoir) bawah tanah untuk selanjutnya disimpan (store)

dalam tempat tersebut untuk selamanya. Skemanya, dari beberapa penghasil emisi

CO2 yang disebutkan di atas, ditempatkan pipa-pipa penghantar berdimensi

raksasa untuk menghubungkannya dengan tempat penyimpanan geologi di bawah

tanah. Ada beberapa pilihan untuk tempat penyimpanan tersebut. Pertama, tempat

penampungan gas dan minyak kosong yang diletakkan satu kilometer di bawah

permukaan tanah. Kedua, penggunaan CO2 untuk mempertinggi pemulihan

produksi gas dan minyak. Ketiga, penempatan di tanah dengan lapisan garam

tinggi. Khusus penyimpanan dalam kategori ketiga, dibagi atas dua jenis, yaitu di

lepas pantai dan menjorok ke arah pantai. Keempat, penempatan penampungan

CO2 untuk meningkatkan produksi batu bara.

Penampungan gas dan minyak merupakan storage yang paling banyak

digunakan karena memuat emisi karbon dalam jumlah besar. Stuart Haszeldine,

profesor geologi dari University of Edinburgh, Inggris, mengatakan belum ada

opsi lain dalam perihal penyimpanan tersebut. Diperlukan sepasang lapisan ruang

penyimpanan yang mampu menyerap dan tersegel penutup yang kedap batu

garam dan tanah. Hal itu dapat mencegah risiko kebocoran.

Setelah CO2 ditangkap, penting bahwa CO2 dapat disimpan secara aman

dan permanent. Ada beberapa metode penyimpanan.

47

Page 48: Tugas KIR arhihe.docx

a). Karbon dioksida dapat diinjeksikan ke dalam sub permukaan bumi, teknik

yang dikenal sebagai peyimpanan secara geologis. Teknologi ini memungkinkan

penyimpanan CO2 secara permanen dalam jumlah yang besar dan teknologi ini

merupakan opsi penyimpanan yang pernah dikaji secara lengkap. Selama tapak

dipilih secara hati-hati, CO2 dapat disimpan untuk waktu yang lama dan dipantau

untuk memastikan tidak ada kebocoran.

b). Minyak tanpa gas dan reservoir gas merupakan pilihan penting untuk

penyimpanan secara geologis. Estimasi akhir memperkirakan bahwa lapangan

minyak tanpa gas memiliki kapasitas total CO2 sebanyak 126 gigaton. Reservoir

gas alam tanpa gas memiliki kapasitas penyimpanan sebanyak 800 gigaton.

c) . Dapat pula disimpan dalam batuan reservoir air garam jenuh dalam sehingga

memungkinkan negara-negara untuk menyimpan CO2 selama ratusan tahun.

Kapasitas penampungannya diperkirakan berkisar antara 400 - 10.000 gigaton.

Penyimpanan CO2 memiliki manfaat ekonomi dengan meningkatkan

produksi minyak dan metan lapisan batu bara. CO2 dapat digunakan sebagai

pendorong minyak dari strata bawah tanah. Selain itu penyimpanan CO2 dapat

meningkatkan produksi gas metan lapisan batu bara sebagai hasil sampingan yang

sangat berharga. Dan sesuai dengan tujuan awal, penangkapan karbon mampu

mengurangi CO2 di atmosfer dalam jumlah yang besar.

48

Page 49: Tugas KIR arhihe.docx

4. Vegetasi hutan

Departemen Kehutanan menempuh 3 (tiga) tahapan penanganan isu

pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi (Reducing Emissions from

Deforestation and Degradation in Indonesia). Pengurangan emisi dari deforestasi

dan degradasi (REDDI) merupakan terjemahan initiatif internasional ke dalam

konteks nasional. Oleh karenanya REDDI tidak didesain eksklusif terhadap

kebijakan kehutanan, tetapi untuk mendukung tercapainya tujuan kebijakan dan

upaya- upaya yang dilakukan dalam menuju pembangunan kehutanan yang

berkelanjutan.

Kedua tahapan penanganan REDDI adalah sebagai berikut.

a). Fase Persiapan

Pada fase ini kegiatan difokuskan pada penyiapan basis negosiasi di COP-

13 dan penyiapan desain serta kriteria pemilihan lokasi sebagai pilot sites. Studi

komprehensif yang mencakup aspek metodologi dan strategi serta kajian aspek

pasar dan insentif, dilakukan selama bulan Juli-November 2007. Studi dilakukan

oleh tenaga ahli inernasional dan nasional, dengan nara sumber dari

instansi/organisasi terkait atau perorangan sesuai keahliannya. Pembiayaan

didukung oleh World Bank, UK-DFID, Jerman, dan Australia. Hasil studi akan

dipresentasikan pada side events di COP

Diharapkan pada COP-13 sudah dapat diumumkan lokasi potensial untuk

pilot activities berdasarkan kriteria yang dibangun dalam studi di atas, serta

calon lokasi pilot activities yang telah mendapat komitmen dukungan

pendanaannya

49

Page 50: Tugas KIR arhihe.docx

b). . Fase Transisi dan Implmentasi

Pada tahap transisi, pelaksanaan pilot activities, dimaksudkan sebagai

sarana learning by doing process, termasuk di dalamnya testing metodologi dan

strategi yang dihasilkan dari studi sebelumnya, termasuk mekanisme insentif.

Pilot activities dapat berupa pengurangan emisi dari deforestasi, pengurangan

emisi dari degradasi, dan konservasi.

Fase Implementasi (mulai tahun 2012 atau lebih awal tergantung

perkembangan dalam negosiasi COP), yang merupakan pelaksanaan mekanisme

REDDI dengan modalities, rules, dan prosedur sesuai keputusan COP.

5. Pemanfaatan tepung mocal

Penggunaan tepung mocal sebagai bahan dasar roti menggantikan gandum

ternyata mempunyai dampak positif pada usaha pelestarian lingkungan.

Mengganti gandum dengan tepung mocal bisa mengurangi pelepasan

karbondioksida,,(CO2),,ke,,udara.

Itulah yang coba dikampanyekan Ivannela Kartika, mahasiswi Fakultas

Teknologi Pertanian Program Studi Teknik Pangan Unika Soegijapranata

Semarang angkatan 2006 saat mengikuti pemilihan duta muda lingkungan yang

digelar PT Bayer di Jakarta.

Dalam sebuah riset yang dilakukan di Semarang, dia melihat tepung

mocal (modified cassava flour), tepung yang berasal dari ketela yang

difermentasi, bisa menggantikan peran gandum 100 persen untuk pembuatan

produk seperti brownies, nastar, dan cheesestick.. Bahkan ketika dikalkulasi,

50

Page 51: Tugas KIR arhihe.docx

jumlah karbondioksida yang dihasilkan sangat tinggi dilihat dari sisi transportasi

impor,,,gandum.

Mengubah persepsi masyarakat untuk menggunakan tepung mocal

memang tidak mudah dan harus bertahap. Apalagi penggunaan tepung ini belum

begitu populer. Namun dari beberapa toko roti di Semarang sudah ada yang

menggunakan tepung ini. Karena proyek yang saya lakukan merupakan proyek

jangka panjang, maka hasilnya belum bisa dirasakan dalam waktu dekat,

pungkasnya. (Leonardo Agung B-45)

6. Penanaman tanaman penyerap karbonndioksia

Salah satu cara untuk mereduksi keberadaan kadar karbondioksida yang

berlebih adalah dengan penghijauan.Beberapa tanaman akan sangat baik dalam

penyerapan CO2. Widyastama (1991) dalam Dahlan (1992) menyatakan bahwa

tanaman yang baik sebagai penyerap gas CO2 adalah damar (Agathis alba), daun

kupu – kupu (Bauhinia purpurea), lamtoro gung (Leucaena leucocephala), akasia

(Acacia auricoliformis) dan beringin (Ficus javanica). Menurut Sugiarti (1998),

Flamboyan (Delonix regia) dan kembang merak (Caesalpinia pulcherrima)

merupakan tanaman yang efektif dalam menyerap gas karbondioksida dan

sekaligus relatif kurang terganggu oleh pencemaran udara. (Sumber Rosa 2005).

Setiawati (2000) dalam Abrarsyah (2002) menyebutkan bahwa tanaman

yang tergolong tahan terhadap pencemaran kendaraan bermotor adalah kembang

merak, trembesi, angsana, asam londo, flamboyan, kupu – kupu, saputangan,

kaliandra, sengon, nyamplung, kenanga, mahoni, eboni, krey payung, kesumba,

glodokan, akasia aurikuliformis dan salam. Adapun tanaman yang tergolong

51

Page 52: Tugas KIR arhihe.docx

sangat tahan terhadap pencemaran kendaraan bermotor adalah akasia mangium,

sawo kecik, kayu manis, kayu putih, beringin dan kenari diacu dalam (Abrarsyah

2002)

Selain itu, berikut ini beberapa tanaman yang sangat penting peranannya dalam

menyerap karbondioksida di sekitar kita.

Tabel 6 : Daya serap tumbuhan terhadap karbondioksida

No Nama Lokal Nama Ilmiah Daya serap

CO2(Kg/pohon/tahun)

1 Trembesi Samanea saman 28.448,39

2 Cassia Cassia sp 5.295,47

3 Kenanga Canangium odoratum 756,59

4 Pingku Dysoxylum excelsum 720,49

5 Beringin Ficus benyamina 535,90

6 Krey payung Fellicium decipiens 404,83

7 Matoa Pometia pinnata 329,76

8 Mahoni Swettiana mahagoni 295,73

9 Saga Adenanthera pavoniana 221,18

10 Bungkur Lagerstroemia speciosa 160,14

Lanjutan tabel 6 : Daya serap tumbuhan terhadap karbondioksida

52

Page 53: Tugas KIR arhihe.docx

No Nama Lokal Nama Ilmiah Daya serap

CO2(Kg/pohon/tahun)

11 Jati Tectona grandis 135,27

12 Nangka Arthocarpus heterophyllus 126,51

13 Johar Cassia grandis 116,25

14 Sirsak Annona muricata 75,29

15 Puspa Schima wallichii 63,31

16 Akasia Acacia auriculiformis 48,68

17 Flamboyan Delonix regia 42,20

18 Sawo kecik Manilkara kauki 36,19

19 Tanjung Mimusops elengi 34,29

20 Bunga merak Caesalpinia pulcherrima 30,95

21 Sempur Dilena retusa 24,24

22 Khaya Khaya anthotheca 21,90

23 Merbau pantai Intsia bijuga 19,25

24 Akasia Acacia mangium 15,19

25 Angsana Pterocarpus indicus 11,12

26 Asam kranji Pithecelobium dulce 8,48

27 Saputangan Maniltoa grandiflora 8,26

28 Dadap merah Erythrina cristagalli 4,55

29 Rambutan Nephelium lappaceum 2,19

30 Asam Tamarindus indica 1,49

7. Pohon sintetis penyerap karbondioksida

53

Page 54: Tugas KIR arhihe.docx

Satu orang, satu pohon. Anjuran menanam ini sedang giat dikampanyekan

di Indonesia untuk mengurangi laju pemanasan global. Setiap batang pohon

diharapkan akan menyerap sebanyak-banyaknya karbon dioksida yang diyakini

sebagai biang keladi pemanasan global. Di Amerika Serikat, Klaus Lackner,

ilmuwan geofisika dari Columbia University, menawarkan alternatif lain. Bukan

pohon tapi mesin yang bisa menyerap gas karbon dioksida seperti pohon.  

Di Amerika Serikat, salah satu negara penghasil emisi gas CO2 terbesar di

dunia, masalah gas rumah kaca ini memang merupakan topik penting di kalangan

ilmuwan. Terutama sejak Al Gore giat mengampanyekan film dokumenter

Bukan hanya di Amerika Serikat, masalah pemanasan global akibat

menumpuknya gas rumah kaca ini juga menjadi topik penting di kalangan

ilmuwan di seluruh dunia. Richard Branson, seorang industrialis asal Inggris

bahkan membuat sebuah sayembara terbuka yang cukup menantang. Ia bersedia

memberikan hadiah AS $ 25 juta (sekitar Rp250 miliar) bagi ilmuwan yang bisa

mengembangkan teknologi untuk mengurangi jumlah karbon dioksida di atmosfer

secara signifikan. Jumlah pengurangan itu dianggap “signifikan” jika melampaui

jumlah satu triliun ton karbon dioksida per tahun. Syarat lainnya, teknologi itu

harus ramah lingkungan dan tidak menimbulkan efek yang berbahaya bagi

manusia.

Gayung pun bersambut. Klaus Lackner menjawab tantangan ini dengan

menciptakan “pohon sintetis”. Pohon sintetis rekaan Lackner ini tentu saja tidak

bisa memiliki sifat-sifat alamiah tumbuhan. Kerumitan sistem sel-sel tumbuhan

tidak mungkin ditandingi dengan teknologi apa pun saat ini. Lewat proses

54

Page 55: Tugas KIR arhihe.docx

fotosintesis yang terjadi di dalam daun, sebuah pohon bisa bekerja ganda. Ia bisa

menyerap zat asam arang (karbon dioksida) dari udara lalu mengeluarkan zat

asam (oksigen) yang dibutuhkan oleh manusia atau hewan untuk bernapas.

Tumbuhan juga tak perlu listrik. Ia hanya perlu udara, air, dan sinar

Matahari. Tak ada limbah berbahaya yang dihasilkan oleh sebuah pohon. Bukan

hanya menghasilkan oksigen, proses fotosintesis juga menghasilkan karbohidrat

dan,,,,nutrisi,,,lain,,,yang,,,diperlukan,,,manusia.

Tentu saja Klaus Lackner tidak bermaksud menyaingi semua kelebihan

pohon itu. Ia hanya fokus pada satu hal, yaitu penyerapan karbon dioksida.

Bentuk mesin ciptaannya pun tidak akan persis menyerupai pohon dengan batang

dan daun-daun yang membentuk kanopi. Bentuknya lebih menyerupai sebuah

menara berteknologi tinggi yang punya kemampuan menyerap karbon dioksida

dari udara. Satu buah menara dengan materi penyerap seluas 1 meter persegi

diharapakan bisa menangkap 10 ton karbon dioksida setiap tahun. Jika satu

menara berisi 100 meter persegi penyerap, berarti pohon artifisial itu bisa

menangkan,,,...1.000,,,ton,,,...CO2,,....,tiap,,,tahun.

Tinggal dihitung saja berapa banyak pohon sintetis yang dibutuhkan untuk

menyerap karbon dioksida sampai Lackner berhak atas hadiah yang ditawarkan

oleh Richard Branson. Kalau Richard Branson mensyaratkan angka 1 triluin ton

CO2, berarti Lackner harus “menanam” satu juta pohon artifisial yang ia

kembangkan.

Teknologinya sekarang memang masih mahal, tapi bisa diwujudkan,”kata

Lackner. Prototipe alat ini sedang dibuat oleh perusahaan Global Research

55

Page 56: Tugas KIR arhihe.docx

Technologies. Satu alat diperkirakan seharga £100,000! (sekitar Rp 1,6 miliar).

Namun, Lackner menjamin teknologinya akan menjadi murah setelah mesin

diproduski,,,dalam,,,skala,,,massal.

Pohon buatan Lackner ini secara teoretis bisa “hidup” hingga dua tahun.

Selama dua tahun itu, ia akan terus-menerus menyerap karbon dioksida dari udara

sepanjang hari. Karbon dioksida yang sudah diserap ini selanjutnya disimpan di

dalam tanah. Sebagian akan digunakan untuk kebutuhuan industri.

Bisa..........dipakai..........ulang

Sebetulnya teknologi pengikat gas karbon dioksida bukanlah sesuatu yang

sama sekali baru. Teknologi ini sudah banyak dipakai di industri. Yang sulit

adalah membersihkan filter penyerap itu sehingga ia bisa dipakai lagi dengan

biaya operasional yang murah. Inilah yang ditawarkan oleh Professor Lackner. Ia

menciptakan materi berbahan resin yang berfungsi sebagai absorben (penyerap)

karbon dioksida lewat mekanisme pertukaran ion. Mekanisme pertukaran ion ini

membuat biaya operasional menjadi jauh lebih murah. Lackner pun menjamin

listrik yang dikonsumsi alat ini cukup ekonomis untuk tujuan yang lebih besar,

yaitu pengurangan emisi karbon dioksida secara nasional bahkan global.  

Saat udara yang mengandung karbon dioksida mengalir lewat materi resin

ini, kandungan karbon dioksida secara otomatis akan diikat oleh absorben. Setelah

resin ini jenuh, kandungan gas CO2 di dalamnya akan disedot sehingga materi ini

siap digunakan kembali. Cara membersihkan kandungan gas CO2 pun tidak

mahal. Gas asam arang ini cukup diusir dengan gas dari uap air panas.

56

Page 57: Tugas KIR arhihe.docx

Gas CO2 yang dikumpulkan dari alat ini selanjutnya akan disalurkan ke

tempat khusus. Dalam skenario yang dibuat oleh Lackner, sebagian gas akan

disemprotkan ke dalam rumah kaca, yang selanjutnya akan diisap oleh tanaman

untuk fotosintesis. Sebagian digunakan untuk menumbuhkan alga yang akan

memproduksi bahan pangan, pupuk, atau bahan bakar nabati. Sebagian akan

digunakan untuk keperluan industri. Sebagian akan disimpan di dalam tanah

sehingga bisa mengurangi konsentarsi gas rumah kaca di atmosfer.

Meski mendapat sambutan positif dari sebagian ilmuwan, temuan ini tak

disambut begitu hangat di kalangan para aktivis lingkungan. Menurut mereka,

teknologi penyerap karbon dioksida ini justru akan mengalihkan manusia dari

upaya menggunakan sumber-sumber energi terbarukan yang tidak menghasilkan

karbon dioksida. Pasalnya, alat ini tidak mengurangi jumlah total karbon dioksida

di alam, tapi hanya memindahkan tempatnya. Para aktivis itu berpendapat, upaya

meredam laju pemanasan global harus dengan membatasi penggunaan bahan

bakar yang menghasilkan karbon dioksida. Pada saat yang sama, manusia harus

beralih kepada energi yang tidak banyak menghasilkan karbon dioksida, misalnya

tenaga..........surya..........atau..........kincir..........tenaga..........angin.

Namun Lackner berkilah, manusia tampaknya tidak bisa melepaskan diri

dari ketergantungan terhadap bahan bakar yang menghasilkan karbon dioksida.

“Manusia akan terus menggunakannya” katanya. Itu sebabnya ia berpendapat,

kalaupun kita tidak bisa mengurangi produksi karbon dioksida, setidaknya kita

bisa..........mengurangi..........jumlah..........gas..........ini..........di..........atmosfer.   

Terlepas dari debat itu, teknologi yang dikembangkan oleh Lackner ini

57

Page 58: Tugas KIR arhihe.docx

bisa menawarkan cara baru dalam menyaring gas. Tidak harus terkait dengan

masalah pemanasan global. Kalaupun teknologi ini layak untuk diaplikasikan

dalam meredam pemanasan global, mungkin Klaus Lackner layak masuk

nominasi..........untuk..........menerima ..........hadiah..........dari..........Richard..........Branson.

8. Fotobiorektor mikroalgae mampu serap 90% CO2

Fotobioreaktor mikroalgae (phytoplankton) yang dirancang Badan

Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mampu menyerap 90 persen karbon

dioksida (CO2) yang dihasilkan oleh cerobong asap pabrik.

"Riset kami memperlihatkan, dari 100 ppm karbon yang dihasilkan, 90

ppm di antaranya ditangkap oleh mikroalgae," kata peneliti dari Pusat Teknologi

Lingkungan BPPT, Nugroho Raharjo, di gerai pameran teknologi yang digelar

BPPT pada 28-30 September di gedung 2 BPPT Jakarta, Rabu sore.

Fotobioreaktor, ujarnya, adalah reaktor yang digunakan untuk

mereaksikan organisma dengan bantuan cahaya. Organisma yang digunakan

adalah mikroalgae dari jenis Chlorella sp yang dalam fotosintesisnya

menggunakan..........CO2..........untuk..........kemudian..........melepas..........O2.

BPPT telah menguji coba dua macam fotobioreaktor yakni single tubular airlift

photobioreactor (STAP) pada 2008 dan multitubular airlift photobioreactor

(MTAP).pada..........2009-2010.

MTAP dapat menyerap satu gram CO2 per liter media kultur mikroalgae

per hari sehingga dengan 105 liter satu unit MTAP dengan tujuh sel (tabung)

58

Page 59: Tugas KIR arhihe.docx

dapat..........menyerap..........105..........gram..........CO2..........per..........hari.

Keunggulan dari kultur mikroalgae yang dilakukan dalam fotobioreaktor

adalah kondisi steril bisa dipertahankan, produksi terkontrol, desain bisa

disesuaikan dengan kebutuhan industri, dan tak memerlukan lahan yang luas.

Emisi dari industri diinjeksi ke fotobioreaktor yang dipasang di lokasi

pembuangan gas (emisi) suatu pabrik. Ini akan menyerap gas karbon sehingga

mampu..........mengurangi..........emisi..........CO2..........ke..........atmosfer.

Ia menguraikan, emisi dari cerobong asap disedot oleh kompresor, lalu

ditempatkan dalam kontainer penampung dan dialirkan ke tabung-tabung

fotobioreaktor yang berupa pipa aclyric (mika) untuk diproses. Pipa ini bisa

diperbesar untuk pabrik berkapasitas besar yang mengeluarkan banyak emisi.

Kultur mikroalgae di fotobioreaktor itu, ujarnya, selain akan menghasilkan

pengurangan emisi, juga menghasilkan oksigen (O2) dan biomassa mikroalgae.

Kalau mikroalgae sudah jenuh CO2, dilakukan lagi penyemaian

mikroalgae. Mikroalgae baru yang lapar ini akan menangkap CO2 dengan lebih

aktif.Sedangkan..........bisa..........dilakukan..........kira-kira..........dua..........kali..........sehari.

Cara pembersihan CO2 dengan mikroalgae jauh lebih murah dibanding

cara konvensional, ujarnya sambil mengakui bahwa untuk membuat prototipe

fotobioreaktor..........itu..........pihaknya..........membutuhkan..........sekitar..........Rp.50..........juta.

Fotobioreaktor ini menurut Nugroho, sudah dipraktekan di lokasi

pembuangan emisi pabrik susu Indolacto, Ciracas dan akan digunakan juga oleh

pabrik..........baterai..........ABC.

BPPT, urainya, berencana akan meneliti mikroalgae yang mampu

59

Page 60: Tugas KIR arhihe.docx

menyerap gas lain yang juga berbahaya seperti gas metan yang dihasilkan oleh

sampah dan 21 kali lebih berbahaya dari pada CO2.

9.Padang,,,,,,,,,,rumput,,,,,,,,,,sumber,,,,,,,,,,biofuel,,,,,,,,,,unggulan,,,,,,,,,,masa,,,,,,,,,,depan

Kebanyakan orang sudah semakin menyadari bahwa energi alternatif

pengganti bahan bakar minyak untuk kendaraan bermotor di masa depan harus

segera ditemukan dalam waktu dekat.Para peneliti dari Universitas Minnesota

berpendapat bahwa campuran dari rerumputan padang rumput adalah sumber

biofuels yang paling baik. Mereka meyakini pendapat bahwa bahan bakar yang

terbuat dari biomass padang rumput adalah bahan bakar yang ‘karbon negatif’,

maksudnya bahwa dengan menggunakan biomass padang rumput akan

mengurangi kadar karbondioksida di atmosfer. Lain halnya dengan menggunakan

ethanol jagung atau biodiesel kedelai yang merupakan ‘karbon positif’, yaitu

penggunaannya akan menambah kadar karbondioksida pada atmosfer. Para

peneliti tersebut bahkan berpendapat bahwa dengan memproduksi bahan bakar

yang terbuat dari rerumputan di tanah/ladang yang sudah tidak layak tanam untuk

pertanian, akan mengurangi emisi karbondioksida global sampai 15%. Walaupun

pendapat ini tentu saja masih mendapatkan sanggahan dari ahli lainnya.

David Tilman, seorang profesor ekologi dari Universitas Minnesota dan

direktur dari Cedar Creek Natural History Area, merupakan ketua dari proyek

riset ini. "Biofuels yang dibuat dari campuran keanekaragaman tanaman padang

rumput bisa mengurangi pemanasan global dengan menyingkirkan karbon

dioksida dari atmosfer." Juga kalau ditanam di atas tanah tidak subur, mereka bisa

60

Page 61: Tugas KIR arhihe.docx

menyediakan sebagian besar keperluan energi global, dan membiarkan tanah yang

subur..........untuk..........produksi..........makanan.

Berdasarkan pada 10 tahun penelitian di Cedar Creek Natural History

Area, studi yang dilakukan menunjukkan bahwa tanah pertanian yang ditanami

dengan campuran tanaman padang rumput yang sangat bermacam-macam dan

tanaman berbunga lain menghasilkan 238 persen lebih banyak bioenergi rata-rata,

daripada lahan yang ditanami dengan berbagai tanaman padang rumput satu

spesies..........termasukv..........monocultures..........switchgrass.

Sebab dasar mengapa keaneka-ragaman hayati menyebabkan efisiensi

yang lebih baik daripada monocultures sangat mudah untuk dimengerti: beberapa

tanaman tumbuh selama musin semi sedangkan yang lain bertambah besar pada

musim lain, oleh sebab itu mereka 'melengkapi' satu sama lain.

Apabila semua orang memperhitungkan pertumbuhan emisi gas rumah

kaca yang dihasilkan selama pertumbuhan, proses memanen, mengangkut dan

mengubah tanaman ke dalam bahan bakar — serta karbon dioksida yang

dihasilkan oleh pembakaran bahan bakar— dan membandingkannya dengan

jumlah karbondioksida yang dihirup oleh tanaman-tanaman tersebut selama

proses pertumbuhan, padang rumput memiliki efisiensi 6-16 kali lebih baik

daripada..........biji-bijian ..........jagung..........ethanol..........atau..........biodiesel.

Ini adalah perkembangan sangat besar, dan lebih baik lagi karena

rerumputan bisa berkembang dan tumbuh di daerah/ladang yang sudah tidak layak

lagi..........untuk..........digunakan..........sebagai..........lahan..........pertanian.

Kesimpulannya, dengan menanam beraneka ragam tanaman (rerumputan)

61

Page 62: Tugas KIR arhihe.docx

diatas 500.000.000 hektare lahan yang sudah tidak layak pakai untuk pertanian, di

seluruh dunia, akan bisa menggantikan sekitar 13% dari konsumsi minyak global,

dan mengurangi sekitar 15% dari emisi karbon dioksida, taksiran Tilman dan

koleganya.

10. Menangkap karbondioksida dengan teknologi mesi roket

Karbon dioksida maih menjadi pusat perhatian para ilmuwan. Perannya

dalam meningkatkan suhu bumi dan mengakibatkan perubahan iklim ''memaksa''

para ilmuwan untuk menemukan teknologi yang tepat untuk menangkap dan

kemudian..........menyimpannya.

Teknologi Carbon Capture saat ini --sayangnya-- menyerap 80% biaya

listrik yang digunakan. Hal tersebut diungkapkan Vice President ATK Robert

Bakos. ATK sendiri merupakan perusahaan yang berpengalaman dalam produksi

peralatan untuk keperluan luar angkasa. Menurut Bakos teknologi berbeda yang

dikembangkan ATK mampu menekan biaya tersebut hingga 30%.

Teknologi yang dikembangkan ATK untuk menangkap karbon masih

menggunakan teknologi berbasis roket yang sudah dikuasainya. Aerodinamika

kecepatan tinggi merupakan kunci dari sistem teknologinya. Jika Anda

mempercepat udara bergerak hingga kecepatan tinggi, Anda harus

membiarkannya mengembang dengan sangat cepat. Keadaan tersebut

mendinginkan udara dan dalam beberapa kasus jika udara mengandung uap air,

maka uap tersebut akan berubah menjadi air atau bahkan salju. Hal yang sama

juga..........bisa..........diaplikasikan ..........pada..........CO2.

62

Page 63: Tugas KIR arhihe.docx

CO2 merupakan gas yang berada di bawah kondisi normal, tetapi jika

dibekukan maka akan membentuk apa yang biasa disebut dry ice. Kemudian

partikel-partikel tersebut bisa diambil dengan menggunakan berbagai macam

peralatan yang ada, dan kemudian disimpan, diproses atau digunakan untuk

berbagai..........aplikasi..........kembali.

ATK mengusulkan untuk memberikan tekanan pada gas buang

pembangkit listrik, kemudian melewatkan gas bertekanan tersebut melalui nozzle

roket sehingga mengakibatkan gas tersebut berkembang dan mendingin, sehingga

akan..........terbentuk..........dry..........ice.

Meski terlihat relatif sederhana, tapi Bakos menjelaskan bahwa teknologi

tersebut membutuhkan riset lebih mendalam. Dengan bantuan dana dari Advanced

Research Projects Agency --sebuah badan yang berada di bawah Departemen

Energi Amerika Serikat yang khusus menangani proyek teknologi canggih--

teknologi tersebut akan didemonstrasikan pada skala laboratorium dalam waktu

14 bulan mendatang.

11. Tenaga surya atasi masalah emisi karbondiosksida

Ada beberapa pilihan yang memungkinkan untuk dijadikan energi

alternatif. Energi panas bumi misalnya. Memang energi tersebut murah dan ramah

lingkungan, tetapi persediaannya terbatas dan teknologi untuk pengelolaannya

masih tergolong mahal. Bila menggunakan energi air memang merupakan energi

yang murah untuk digunakan. Tetapi, harus diingat juga bila musim kemarau

datang. Secara tiba-tiba persediaan air dapat berkurang drastis. Tenaga surya

63

Page 64: Tugas KIR arhihe.docx

dapat dijadikan pilihan tepat sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Energi

matahari yang dipancarkan ke bumi adalah sebesar 15.000 kali dari penggunaan

energi global. Dengan teknologi yang telah ada saat ini, sangat memungkinkan

untuk mengolah tenaga surya dengan menggunakan peralatan yang tidak

menghabiskan banyak tempat di bumi. Energi surya ini dapat dimanfaatkan secara

solar thermal dengan solar panel dan photogalvanic / photovoltaic. Pada prinsip

solar thermal, sinar matahari diperkuat cermin yang mengalihkan ke alat penyerap

berisi cairan. Cairan ini kemudian memanas dan menghasilkan uap yang

membangkitkan generator turbo pembangkit tenaga listrik. Dengan metode

photovoltaic merupakan metode mengkonversi tenaga matahari menjadi energi

listrik dengan memanfaatkan lempengan sillikon. Lempengan silikon yang

terkena sengatan matahari , menghasilkan ion positif. Sedangkan lapisan

sebaliknya, menghasilkan ion negatif. Bila ion tersebut digabungkan, maka akan

tercipta energi listrik. Seharusnya Indonesia yang mendapat banyak pancaran

sinar matahari dapat memanfaatkan tenaga ini. Memang pada awalnya biaya yang

dibutuhkan besar, namun jangan lupa bahwa bahan baku nya diperoleh secara

cuma-cuma. Pada akhirnya, dibutuhkan penanganan serius dari pemerintah untuk

mendalami pengelolaan tenaga surya ini dan harus disediakan dana besar untuk

menelitinya. Dan semua pihak harus aktif mendukung / berpartisipasi untuk

mengganti bahan baku yang lama dengan tenaga surya. Apabila setiap pihak dapat

bekerjasama, maka Indonesia akan memiliki pembangkit listrik dengan bahan

baku yang ramah lingkungan dan efisien.

64