Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

56
MAKALAH KIMIA Dampak Penggunaan Pestisida Terhadap Kesehatan dan Lingkungan Disusun Oleh : Tri Ramadhona 20130212047

Transcript of Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

Page 1: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

MAKALAH KIMIADampak Penggunaan Pestisida

Terhadap Kesehatan dan Lingkungan

Disusun Oleh :

Tri Ramadhona20130212047

FAKULTAS KEHUTANANINSTITUT PERTANIAN YOGYAKARTA

Jl. Magelang Km. 5.6 Yogyakarta 55284

2014

Page 2: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas inayah-Nya saya

dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Dampak Penggunaan Pestisida

Terhadap Kesehatan dan Lingkungan” dengan tepat waktu. Tidak lupa pula shalawat

serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah

membawa manusia dari zaman kebodohan menuju zaman yang penuh ilmu

pengetahuan . Saya juga ingin mengucapkan ucapan terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam penyusunan tugas makalah ini.

Namun, saya menyadari bahwa penyusun masih mempunyai kekurangan

dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu, kami meminta saran dan kritik atas

makalah ini dan kita akan memperbaikinya supaya lebih baik lagi untuk mendatang.

Semoga dengan adanya makalah ini bisa menjadi bahan tambahan ilmu bagi

para pembaca dan khususnya bagi saya sendiri, sehingga menjadi amal yang tidak

pernah putus. Amin.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Yogyakarta, Februari 2014

Penulis

Page 3: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangPestisida berasal dari kata pest yang berarti hama, dan cide yang berarti

membunuh. Jadi Pestisida adalah mencakup bahan-bahan racun yang digunakan untuk

membunuh jasad hidup yang mengganggu tumbuhan, ternak dan sebagainya.

Penggunaan pestisida biasanya dilakukan dengan bahan lain misalnya dicampur

minyak dan air untuk melarutkannya, juga ada yang menggunakan bubuk untuk

mempermudah dalam pengenceran atau penyebaran dan penyemprotannya, bubuk

yang dicampur sebagai pengencer umumnya dalam formulasi dust, atraktan (misalnya

bahan feromon) untuk pengumpan, juga bahan yang bersifat sinergis lainnya untuk

penambah daya racun.

Secara luas pestisida diartikan sebagai suatu zat yang dapat bersifat racun,

menghambat pertumbuhan/perkembangan, tingkah laku, perkembangbiakan,

kesehatan, pengaruh hormon, penghambat makanan, membuat mandul, sebagai

pengikat, penolak dan aktivitas lainnya yang mempengaruhi OPT.

Pembangunan nasional yang meningkat sejalan dengan terjadinya peningkatan

industrialisasi, sehingga diperlukan saran-sarana yang mendukung lancarnya proses

industrialisasi tersebut, salah satunya yaitu dengan meningkatkan sektor pertanian.

Kondisi pertanian di Indonesia saat ini banyak yang diarahkan untuk kepentingan

agroindustri. Salah satu bentuknya akan mengarah pada pola pertanian yang makin

monokultur, baik itu pada pertanian darat maupun akuakultur. Kondisi tersebut

mengakibatkan adanya berbagai jenis penyakit yang tidak dikenal atau menjadi

masalah sebelumnya akan menjadi kendala bagi peningkatan hasil berbagai komoditi

agroindustry.

Untuk meningkatan hasil dari sektor pertanian maka diperlukan berbagai

sarana yang mendukungnya dan terutama dalam hal mencukupi kebutuhan nasional

dalam bidang pangan / sandang dan meningkatkan perekonomian nasional dengan

mengekspor hasilnya ke luar negeri. Sarana-sarana yang mendukung peningkatan

Page 4: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

hasil di bidang pertanian ini adalah alat-alat pertanian, pupuk, bahan-bahan kimia

yang termasuk di dalamnya adalah pestisida.

Kebiasaan petani dalam menggunakan pestisida kadang-kadang menyalahi

aturan, selain dosis yang digunakan melebihi takaran, petani juga sering mencampur

beberapa jenis pestisida, dengan alasan untuk meningkatkan daya racunnya pada

hama tanaman. Tindakan yang demikian sebenarnya sangat merugikan, karena dapat

menyebabkan semakin tinggi tingkat pencemaran pada lingkungan oleh pestisida.3.

Walaupun banyak petani yang pintar membaca, tetapi terkadang mereka

mengacuhkan peringatan yang tertulis di tempat pestisida tersebut. Sebagian besar

mereka tidak peduli untuk membaca atau mengikuti petunjuk penggunaannya.4

Pencemaran lingkungan pada industri pertanian disebabkan oleh penggunaan

bahan-bahan kimia pertanian. Penggunaan bahan-bahan kimia pertanian seperti

pestisida dapat membahayakan kehidupan manusia dan hewan karena residu pestisida

terakumulasi pada produk-produk pertanian dan perairan, untuk meningkatkan

produksi pertanian disamping juga menjaga keseimbangan lingkungan agar tidak

terjadi pencemaran akibat penggunaan pestisida perlu diketahui peranan dan pengaruh

serta penggunaan yang aman dari pestisida dan adanya alternatif lain yang dapat

menggantikan peranan pestisida pada lingkungan pertanian dalam mengendalikan

hama, penyakit dan gulma.

Penyemprotan pestisida yang tidak memenuhi aturan akan mengakibatkan

banyak dampak, diantaranya dampak kesehatan bagi manusia yaitu timbulnya

keracunan pada petani yang dapat dilakukan dengan jalan memeriksa aktifitas

kholinesterase darah. Faktor yang berpengaruh dengan terjadinya keracunan pestisida

adalah faktor dari dalam tubuh (internal) dan dari luar tubuh (eksternal).

Faktor dari dalam tubuh antara lain umur, jenis kelamin, genetik, status gizi,

kadar hemoglobin, tingkat pengetahuan dan status kesehatan. Sedangkan faktor dari

luar tubuh mempunyai peranan yang besar. Faktor tersebut antara lain banyaknya

jenis pestisida yang digunakan, jenis pestisida, dosis pestisida, frekuensi

penyemprotan, masa kerja menjadi penyemprot, lama menyemprot, pemakaian alat

pelindung diri, cara penanganan pestisida, kontak terakhir dengan pestisida,

ketinggian tanaman, suhu lingkungan, waktu menyemprot dan tindakan terhadap arah

angina.

Page 5: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

Pestisida yang banyak direkomendasikan untuk bidang pertanian adalah

golongan organofosfat, karena golongan ini lebih mudah terurai di alam. Golongan

organofosfat mempengaruhi fungsi syaraf dengan jalan menghambat kerja enzim

kholinesterase, suatu bahan kimia esensial dalam mengantarkan impuls sepanjang

serabut syaraf. Pengukuran tingkat keracunan berdasarkan aktifitas enzim

kholinesterase dalam darah dengan menggunakan metode Tintometer Kit, tingkat

keracunan adalah sebagai berikut : 75% - 100 % kategori normal, 50% - 75% kategori

keracunan ringan, 25% - 50 kategori keracunan sedang dan 0% - 25% kategori

keracunan berat.

Menurut WHO, jenis klasifikasi pestisida yang paling banyak digunakan

adalah Insektisida yang digunakan oleh 97% dari petani (terutama organofosfat 88%,

48% pyretroides), diikuti oleh fungisida (63%) dan herbisida (31%).

Selain berbahaya bagi kesehatan manusia, pestisida dapat mempunyai dampak

buruk bagi lingkungan. Pestisida yang ditemukan dalam berbagai medium lingkungan

hanya sedikit sekali, namun kadar ini mungkin akan lebih tinggi bila pestisida terus

bertahan di lingkungan (residu). Pestisida dapat bertahan lama pada lingkungan

karena mempunyai waktu paruh yang lama seperti jenis klororganik seperti DDT

(Dikloro-Difenil-Trikloroetan). Dalam lingkungan air waktu paruh DDT, lebih dari 10

tahun, sedangkan dieldrin, 20 tahun. Dalam tanah, waktu paruh DDT sekitar 40 tahun.

Bahkan, DDT (0,2 ppm) masih ditemukan dalam sampel lemak pada binatang

Antartika. Cacing tanah dapat menimbun DDT dari tanah hingga 14 kali dari kadar

DDT tanah itu sendiri, sedangkan tiram dapat menimbun DDT 10 hingga 70.000 kali

dari kadar DDT air laut. Sedangkan pada manusia sebagai rantai makanan terakhir

tidak mempunyai batas yang jelas, pada orang Eropa kadar DDT dalam sel lemak

rata-rata 0,2 ppm sedangkan orang Amerika rata-rata 13,5 ppm.

Perdagangan pestisida, terutama insektisida, di Asia Tenggara selama lima

tahun terakhir terus meningkat. Impor insektisida ke negara-negara Asia Tenggara,

termasuk Indonesia naik berlipatganda. Pada 2009 saja, Indonesia mengimpor

insektisida lebih dari US$ 90 juta. Sedangkan total nilai pasar pestisida nasional Rp 6

triliun per tahun.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, 80 persen penggunaan

pestisida di negara maju, sayangnya 80 persen keracunan terjadi di negara

Page 6: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

berkembang. Sementara mengacu penelitian International Rice Research Institute

(IRRI) dan Organisasi Pangan Dunia (FAO), ledakan hama wereng coklat disebabkan

karena keseimbangan ekosistem padi sawah hancur.

Data World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 3 juta orang

yang bekerja pada sektor pertanian di negara-negara berkembang terkontaminasi

pestisida dan sekitar 18.000 orang diantaranya meninggal setip tahunnya.

Hasil penelitian Jors, dkk (2005) di Bolivia, menunjukkan bahwa intoksikasi

pestisida yang umum di kalangan petani terkait dengan frekuensi penyemprotan,

penggunaan organofosfat dan sejumlah upaya perlindungan yang dilakukan oleh

petani saat penyemprotan.

Data kesehatan Pekanbaru tahun 2007 ada 446 orang meninggal akibat

keracunan pestisida setiap tahunnya dan sekitar 30% mengalami gejala keracunan saat

menggunakan pestisida Karena petani kurang tau cara menggunakan pestisida secara

efektif dan penggunaan pestisida secara berlebihan, dan berdasarkan hasil penilitian

Ir. La Ode Arief M. Rur.SC. dari Sumatera Barat tahun 2005 mengatakan penyebab

keracunan pestisida di Riau akibat kurang pengetahuan petani dalam penggunaan

pestisida secara efektif dan tidak menggunakan alat pelindung diri saat pemajanan

pestisida,hasilnya dari 2300 responden yang peda dasarnya para petani hanya 20%

petani yang menggunakan APD (alat pelindung diri), 60% patani tidak tau cara

menggunakan pestisida secara efektif dan mereka mengatakan setelah manggunakan

pestisida timbul gejala pada tubuh (mual,sakit tenggorokan, gatal - gatal, pandangan

kabur, Dll.)dan sekitar 20% petani tersebut tidak tahu sama sekali tentang bahaya

pestisida terhadap kesehatan.12  Selain itu, Penelitian yang dilakukan Runia (2008) di

Desa Tejosari Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang mendapatkan bahwa dari 78

sampel petani yang ditetliti, didaptkan petani yang menderita keracunan sebanyak 75

orang (96,2%).

B. Rumusan Masalah1. Bagaimana peranan pestisida dalam bidang pertanian?

2. Bagaimanakah jenis-jenis dari pestisida?

3. Bagaimanakah mekanisme keracunan pestisida serta efeknya pada system

tubuh?

Page 7: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

4. Apakah factor-faktor yang mempengaruhi terjadinya keracunan pestisida?

5. Bagiamanakah pencemaran lingkungan yang di akibatkan oleh pestisida?

6. Bagaimanakah solusi pencegahan pencemaran yang di akibatkan oleh

pestisida?

C. Tujuan1. Tujuan umum

Tujuan umum dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui

pengaruh pestisida terhadap kesehatan petani dan pencemaran lingkungan.

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui pestisida dan jenis-jenisnya

b. Untuk mengetahui peranan pestisida dalam bidang pertanian

c. Untuk mengetahui mekanisme keracunan pestisida serta efeknya pada

system tubuh

d. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

keracunan pestisida

e. Untuk mengetahui pencemaran lingkungan yang di akibatkan oleh

pestisida

f. Untuk mengetahui solusi pencegahan pencemaran yang di akibatkan

oleh pestisida

D. ManfaatAdapun manfaat penulisan makalah ini adalah :

1. Dapat mengetahui pestisida dan jenis-jenisnya

2. Dapat mengetahui peranan pestisida dalam bidang pertanian

3. Dapat mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya

keracunan perstisida

4. Dapat mengetahui informasi mengenai dampak-dampak pencemaran

yang di akibatkan oleh penggunaan pestisida

5. Dapat mengurangi penggunaan pestisida yang berlebihan

6. Dapat mengetahi solusi dalam mengatasi pencemaran yang di sebabkan

oleh penggunaan pestisida

Page 8: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

BAB IITINJAUAN PUSAKA

A. Pengertian PestisidaPestisida berasal dari kata pest yang berarti hama dan sida yang berasal dari

kata caedo berarti pembunuh. Pestisida dapat diartikan secara sederhana sebagai

pembunuh hama..Secara umum pestisida dapat didefenisikan sebagai bahan yang

digunakan untuk mengendalikan populasi jasad yang dianggap sebagai pest (hama)

yang secara langsung maupun tidak langsung merugikan kepentingan manusia

(Sartono, 2001). USEPA dalam Soemirat (2005) menyatakan pestisida sebagai zat

atau campuran zat yang digunakan untuk mencegah, memusnahkan, menolak, atau

memusuhi hama dalam bentuk hewan, tanaman, dan mikroorganisme penggangu.

Pengertian pestisida menurut Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1973 dalam

Kementrian Pertanian (2011) dan Permenkes RI No.258/Menkes/Per/III/1992 adalah

semua zat kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :

1. Memberantas atau mencegah hama dan penyakit yang merusak tanaman,

bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian

2. Memberantas rerumputan

3. Mengatur atau merangsang pertumbuhan yang tidak diinginkan

4. Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan peliharaan atau

ternak

5. Memberantas atau mencegah hama-hama air

6. Memberantas atau mencegah binatang-binatang dan jasad-jasad renik dalam

bangunan rumah tangga alat angkutan, dan alat-alat pertanian

7. Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang dapat menyebabkan

penyakit pada manusia dan binatang yang perlu dilindungi dengan penggunaan

tanaman, tanah dan air.

Menurut PP RI No.6 tahun 1995 dalam Soemirat (2005), pestisida juga

didefinisikan sebagai zat atau senyawa kimia, zat pengatur tubuh dan perangsang

tubuh, bahan lain, serta mikroorganisme atau virus yang digunakan untuk

perlindungan tanaman.

Page 9: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

Sementara itu, The United States Environmental Control Act dalam Runia

(2008) mendefinisikan pestisida sebagai berikut :

1. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang khusus digunakan

untuk mengendalikan, mencegah atau menangkis gangguan serangga, binatang

pengerat, nematoda, gulma, virus, bakteri, serta jasad renik yang dianggap

hama; kecuali virus, bakteri, atau jasad renik lain yang terdapat pada hewan

dan manusia

2. Pestisida merupakan semua zat atau campuran zat yang digunakan untuk

mengatur pertumbuhan atau mengeringkan tanaman

Menurut Depkes (2004) dalam Rustia (2009), pestisida kesehatan masyarakat

adalah pestisida yang digunakan untuk pemberantasan vektor penyakit menular

(serangga, tikus) atau untuk pengendalian hama di rumah-rumah, pekarangan, tempat

kerja, tempat umum lain, termasuk sarana nagkutan dan tempat

penyimpanan/pergudangan. Pestisida terbatas adalah pestisida yang karena sifatnya

(fisik dan kimia) dan atau karena daya racunnya, dinilai sangat berbahaya bagi

kehidupan manusia dan lingkungan, oleh karenanya hanya diizinkan untuk diedarkan,

disimpan dan digunakan secara terbatas.

B. Jenis-jenis PestisidaPestisida dapat dikelompokkan atas dua golongan berdasarkan ketahanannya

di lingkungan, yaitu yang resisten yang meninggalkan pengaruh terhadap lingkungan

dan yang kurang resisten. Pestisida yang termasuk organochlorines termasuk pestisida

yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan residu yang terlalu lama dan dapat

terakumulasi dalam jaringan melalui rantai makanan, contohnya DDT, Cyclodienes,

Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin. Pestisida kelompok organofosfat adalah

pestisida yang mempunyai pengaruh yang efektif sesaat saja dan cepat terdegradasi di

tanah, contohnya Disulfoton, Parathion, Diazinon, Azodrin, Gophacide, dan lain-lain.

1. Kandungan Zat Kimia Pestisida

Kemampuan pestisida untuk dapat menimbulkan terjadinya keracunan dan

bahaya injuri tergantung dari jenis dan bentuk zat kimia yang dikandungnya.

Page 10: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

a. Organofosfat

Organofosfat berasal dari H3PO4 (asam fosfat). Pestisida golongan

organofosfat merupakan golongan insektisida yang cukup besar,

menggantikan kelompok chlorinated hydrocarbon yang mempunyai sifat:

1) Efektif terhadap serangga yang resisten terhadap

chorinatethydrocarbon.

2) Tidak menimbulkan kontaminasi terhadap lingkungan untuk jangka

waktu yang lama

3) Kurang mempunyai efek yang lama terhadap non target organisme

4) Lebih toksik terhadap hewan-hewan bertulang belakang, jika

dibandingkan dengan organoklorine.

5) Mempunyai cara kerja menghambat fungsi enzym cholinesterase.

Lebih dari 50.000 komponen organofosfat telah disynthesis dan diuji

untuk aktivitas insektisidanya. Tetapi yang telah digunakan tidak lebih dari

500 jenis saja dewasa ini. Semua produk organofosfat tersebut berefek toksik

bila tertelan, dimana hal ini sama dengan tujuan penggunaannya untuk

membunuh serangga. Beberapa jenis insektisida digunakan untuk keperluan

medis misalnya fisostigmin, edroprium dan neostigmin yang digunakan utuk

aktivitas kholinomimetik (efek seperti asetyl kholin). Obat tersebut digunakan

untuk pengobatan gangguan neuromuskuler seperti myastinea gravis.

Fisostigmin juga digunakan untuk antidotum pengobatan toksisitas ingesti dari

substansi antikholinergik (mis: trisyklik anti depressant, atrophin dan

sebagainya). Fisostigmin, ekotiopat iodide dan organophosphorus juga berefek

langsung untuk mengobati glaucoma pada mata yaitu untuk mengurangi

tekanan intraokuler pada bola mata. Organophosphat disintesis pertama di

Jerman pada awal perang dunia ke II. Bahan tersebut digunakan untuk gas

saraf sesuai dengan tujuannya sebagai insektisida. Pada awal synthesisnya

diproduksi senyawa tetraethyl pyrophosphate (TEPP), parathion dan schordan

yang sangat efektif sebagai insektisida, tetapi juga cukup toksik terhadap

mamalia. Penelitian berkembang terus dan ditemukan komponen yang poten

terhadap insekta tetapi kurang toksik terhadap orang (mis: malathion), tetapi

masih sangat toksik terhadap insekta.

Page 11: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

Organophosphat adalah insektisida yang paling toksik diantara jenis

pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada orang. Termakan

hanya dalam jumlah sedikit saja dapat menyebabkan kematian,tetapi

diperlukan lebih dari beberapa mg untuk dapat menyebabkan kematian pada

orang dewasa. Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam

plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya. Enzim

tersebut secara normal menghidrolisis asetylcholin menjadi asetat dan kholin.

Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah asetylkholin meningkat dan

berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat

dan perifer. Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang

berpengaruh pada seluruh bagian tubuh.

Seseorang yang keracunan pestisida organophospat akan mengalami

gangguan fungsi dari saraf-saraf tertentu. Sebagai bagian vital dalam tubuh,

susunan saraf dilindungi dari toksikan dalam darah oleh suatu mekanisme

protektif yang unik, yaitu sawar darah otak dan sawar darah saraf. Meskipun

demikian, susunan saraf masih sangat rentan terhadap berbagai toksikan. Hal

ini dapat dikaitkan dengan kenyataan bahwa neuron mempunyai suatu laju

metabolisme yang tinggi dengan sedikit kapasitas untuk metabolisme

anaerobik. Selain itu, karena dapat dirangsang oleh listrik, neuron cenderung

lebih mudah kehilangan integritas membran sel. Panjangnya akson juga

memungkinkan susunan saraf menjadi lebih rentan terhadap efek toksik,

karena badan sel harus memasok aksonnya secara struktur maupun secara

metabolisme.

Susunan saraf terdiri atas dua bagian utama, yaitu susunan saraf pusat

(CNS) dan susunan saraf tepi (PNS). CNS terdiri atas otak dan sumsum tulang

belakang, dan PNS mencakup saraf tengkorakdan saraf spinal, yang berupa

saraf sensorik dan motorik. Neuron saraf spinal sensorik terletak pada ganglia

dalam radiks dorsal. PNS juga terdiri atas susunan saraf simpatis, yang muncul

dari neuron sumsum tulang belakang di daerah thoraks dan lumbal, dan

susunan saraf parasimpatis yang berasal dari serat saraf yang meninggalkan

SSP melalui saraf tengkorak dan radiks spinal sakral.

Page 12: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

Gejala keracunan organofosfat sangat bervariasi. Setiap gejala yang

timbul sangat bergantung pada adanya stimilasi asetilkholin persisten atau

depresi yang diikuti oleh stimulasi.saraf pusat maupun perifer.

Gejala awal seperti SLUD terjadi pada keracunan organofosfat secara

akut karena terjadinya stimulasi reseptor muskarinik sehingga kandungan

asetil kholin dalam darah meningkat pada mata dan otot polos.

b. Karbamat

Insektisida karbamat telah berkembang setelah organofosfat.

Insektisida ini daya toksisitasnya rendah terhadap mamalia dibandingkan

dengan organofosfat, tetapi sangat efektif untuk membunuh insekta Struktur

karbamate seperti physostigmin, ditemukan secara alamia dalam kacang

Calabar (calabar bean). Bentuk carbaryl telah secara luas dipakai sebagai

insektisida dengan komponen aktifnya adalah SevineR. Mekanisme toksisitas

dari karbamate adalah sama dengan organofosfat, dimana enzim ACHE

dihambat dan mengalam karbamilasi.

c. Organokhlorin

Organokhlorin atau disebut “Chlorinated hydrocarbon” terdiri dari

beberapa kelompok yang diklasifikasi menurut bentuk kimianya. Yang paling

populer dan pertama kali disinthesis adalah “Dichloro-diphenyltrichloroethan”

atau disebut DDT.

Mekanisme toksisitas dari DDT masih dalam perdebatan, walaupun

komponen kimia ini sudah disinthesis sejak tahun 1874. Tetapi pada dasarnya

pengaruh toksiknya terfokus pada neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik

dan serabut saraf motorik serta kortek motorik adalah merupakan target

toksisitas tersebut. Dilain pihak bila terjadi efek keracunan perubahan

patologiknya tidaklah nyata. Bila seseorang menelan DDT sekitar 10mg/Kg

akan dapat menyebabkan keracunan, hal tersebut terjadi dalam waktu

beberapa jam. Perkiraan LD50 untuk manusia adalah 300-500 mg/Kg.

DDT dihentikan penggunaannya sejak tahun 1972, tetapi

penggunaannya masih berlangsung sampai beberapa tahun kemudian, bahkan

sampai sekarang residu DDT masih dapat terdeteksi. Gejala yang terlihat pada

intoksikasi DDT adalah sebagai berikut:

Page 13: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

1) Nausea, vomitus

2) Paresthesis pada lidah, bibir dan muka

3) Iritabilitas

4) Tremor

5) Convulsi

6) Koma

7) Kegagalan pernafasan

8) Kematian

C. Pengertian PencemaranDisadari atau tidak, sebenarnya masalah pencemaran lingkungan mau tidak

mau akan merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia dalam hubungannya dengan alam. Manusia memang kurang daya penguasaannya, artinya jika kemampuan manusia menguasai alam meningkat, maka akan lebih sedikit masalah yang akan dihadapi. Peristiwa pencemaran baru dapat dikatakan sebagai pencemaran lingkungan bila lingkungan yang tercemar adalah lingkungan hidup manusia, yang terkena dampak akibat negatif yang tidak diinginkan adalah manusianya dan didalam lingkungan tersebut terdapat bahan-bahan berbahaya yang disebabkan oleh peradaban manusia itu sendiri (Benn, F.R [ and ]C.A. Mac Auliffe, 1975).

Batasan pencemaran menurut UU No. 4 Tahun 1982, menjelaskan bahwa “Pencemaran” adalah masuknya atau dimasukkannya mahluk hidup, zat, energy dan atau komponen lain kedalam lingkungan dan atau merubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau proses alam, sehingga kwalitas lingkungan turun sampai tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menmjadi kurang atau tidak dabat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya.

Pencemaran suatu lingkungan bisanya melalui tahap-tahap yaitu:

1. Tingkatan Pertama

Bila zat pencemar tersebut baik jumlah dan waktu aktifnya tidak

membawa akibat yang merugikan manusia.

2. Tingkatan kedua

Bila zat pencemar sudah mengakibatkan gangguan pada alat- alat panca

indera dan alat perkembangbiakan secara vegetatif serta kerusakan lingkungan

hidup yang lebih luas.

Page 14: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

3. Tingkatan ketiga

Bila zat pencemar sudah mengakibatkan gangguan fisiologis yang

membawa akibat kesakitan yang menahun.

4. Tingkatan keempat

Bila zat pencemar sudah mengakibatkan gangguan-ganguan yang gawat

seperti kematian dan lain-lain.

Pencemaran dapat terjadi di lingkungan hidup manusia. Berdasarkan itu

dikenal pencemaran lingkungan berdasarkan objeknya, yaitu : pencemaran

udara,pencemaran tanah,pencemaran air dan pencemaran kebudayaan. Dalam

makalah ini, pencemaran lingkungan yang akan dibahas adalah tiga bagian yang

pertama diatas yang diakibatkan oleh Pestisida (Achmad, Rukaesih. 1999)

Page 15: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

BAB III

PEMBAHASAN

A. Peranan Pestisida Dalam Bidang Pertanian

Pestisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk mengendalikan

perkembangan/pertumbuhan dari hama, penyakit dan gulma. Tanpa menggunakan

pestisida akan terjadi penurunan hasil pertanian. Pestisida secara umum digolongkan

kepada jenis organisme yang akan dikendalikan populasinya. Insektisida, herbisida,

fungsida dan nematosida digunakan untuk mengendalikan hama, gulma, jamur

tanaman yang patogen dan nematoda. Jenis pestisida yang lain digunakan untuk

mengendalikan hama dari tikus dan siput.

Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 07/PERMENTAN/SR.140/2/2007

mendefinisikan bahwa pestisida adalah zat kimia atau bahan lain dan jasad renik serta

virus yang digunakan untuk: 1) memberantas atau mencegah hama-hama tanaman,

bagian-bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian. 2) Memberantas rerumputan. 3)

Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan tanaman yang tidak diinginkan. 4).

Mengatur atau merangsang pertumbuhan tanaman atau bagianbagian tanaman, tidak

termasuk pupuk. 5). Memberantas atau mencegah hama-hama luar pada hewan-hewan

piaraan dan ternak. 6). Memberantas dan mencegah hama-hama air; 7). Memberantas

atau mencegah binatang-binatang dan jasadjasad renik dalam rumah tangga, bangunan

dan alat-alat pengangkutan; 8). Memberantas atau mencegah binatang-binatang yang

dapat menyebabkan penyakit pada manusia atau binatang yang perlu dilindungi

dengan penggunaan pada tanaman, tanah atau air.

Berdasarkan ketahanannya di lingkungan, maka pestisida dapat

dikelompokkan atas dua golongan yaitu yang resisten dimana meninggalkan pengaruh

terhadap lingkungan dan yang kurang resisten. Pestisida yang termasuk

organochlorines termasuk pestisida yang resisten pada lingkungan dan meninggalkan

residu yang terlalu lama dan dapat terakumulasi dalam jaringan melalui rantai

makanan, contohnya DDT, Cyclodienes, Hexachlorocyclohexane (HCH), endrin.

Pestisida kelompok organofosfat adalah pestisida yang mempunyai pengaruh yang

Page 16: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

efektif sesaat saja dan cepat terdegradasi di tanah, contohnya Disulfoton, Parathion,

Diazinon, Azodrin, Gophacide, dan lain-lain.

Dalam bidang pertanian pestisida merupakan sarana untuk membunuh jasad

pengganggu tanaman. Dalam konsep Pengendalian Hama Terpadu, pestisida berperan

sebagai salah satu komponen pengendalian, yang mana harus sejalan dengan

komponen pengendalian hayati, efisien untuk mengendalikan hama tertentu, mudah

terurai dan aman bagi lingkungan sekitarnya. Penerapan usaha intensifikasi pertanian

yang menerapkan berbagai teknologi, seperti penggunaan pupuk, varietas unggul,

perbaikan pengairan, pola tanam serta usaha pembukaan lahan baru akan membawa

perubahan pada ekosistem yang sering kali diikuti dengan timbulnya masalah

serangan jasad penganggu. Cara lain untuk mengatasi jasad penganggu selain

menggunakan pestisida kadang-kadang memerlukan waktu, biaya dan tenaga yang

besar dan hanya dapat dilakukan pada kondisi tertentu. Sampai saat ini hanya

pestisida yang mampu melawan jasad penganggudan berperan besar dalam

menyelamatkan kehilangan hasil.

B. Keracunan Pestisida

Pada dasarnya tidak ada batas yang tegas tentang penyebab dari keracunan

berbagai macam zat kimia, karena setiap zat kimia mungkin menjadi penyebab dari

keracunan tersebut, yang membedakannya adalah waktu terjadinya keracunan dan

organ target yang terkena.

1. Mekanisme fisiologis keracunan

Bahan-bahan racun pestisida masuk ke dalam tubuh organisme (jasad

hidup) berbeda-beda menurut situasi paparan. Mekanisme masuknya racun

pertisida tersebut dapat melalui melalui kulit luar, mulut dan saluran makanan,

serta melalui saluran pernapasan. Melalui kulit, bahan racun dapat memasuki pori-

pori atau terserap langsung ke dalam sistem tubuh, terutama bahan yang larut

minyak (polar). Tanda dan gejala awal keracunan organofosfat adalah stimulasi

berlebihan kolinergenik pada otot polos dan reseptor eksokrin muskarinik yang

meliputi miosis, gangguan perkemihan, diare, defekasi, eksitasi, dan salivasi.

Keracunan organofosfat pada sistem respirasi mengakibatkan

bronkokonstriksi dengan sesak nafas dan peningkatan sekresi bronkus. Pada

Page 17: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

umumnya gejala ini timbul dengan cepat dalam waktu 6-8 jam, tetapi bila pajanan

berlebihan daapt menimbulkan kematian dalam beberapa menit. Ingesti atau

pajanan subkutan umumnya membutuhkan waktu lebih lamauntuk menimbulkan

tanda dan gejala.

a. Racun kronis

Racun kronis menimbulkan gejala keracunan setelah waktu yang relatif

lama karena kemampuannya menumpuk (akumulasi) dalam lemak yang

terkandung dalam tubuh. Racun ini juga apabila mencemari lingkungan (air,

tanah) akan meninggalkan residu yang sangat sulit untuk dirombak atau

dirubah menjadi zat yang tidak beracun, karena kuatnya ikatan kimianya.

Ada di antara racun ini yang dapat dirombak oleh kondisi tanah tapi

hasil rombakan masih juga merupakan racun. Demikian pula halnya, ada yang

dapat terurai di dalam tubuh manusia atau hewan tapi menghasilkan metabolit

yang juga masih beracun. Misalnya sejenis insektisida organoklorin, Dieldrin

yang disemprotkan dipermukaan tanah untuk menghindari serangan rayap

tidak akan berubah selama 50 tahun sehingga praktis tanah tersebut menjadi

tercemar untuk berpuluh-puluh tahun. Dieldrin ini bisa diserap oleh tumbuhan

yang tumbuh di tempat ini dan bila rumput ini dimakan oleh ternak misalnya

sapi perah maka dieldrin dapat menumpuk dalam sapi tersebut yang kemudian

dikeluarkan dalam susu perah. Manusia yang minum susu ini selanjutnya akan

menumpuk dieldrin dalam lemak tubuhnya dan kemudian akan keracunan.

Jadi dieldrin yang mencemari lingkungan ini tidak akan hilang darilingkungan,

mungkin untuk waktu yang sangat lama.

b. Racun akut

Racun akut kebanyakan ditimbulkan oleh bahan-bahan racun yang

larut air dan dapat menimbulkan gejala keracunan tidak lama setelah racun

terserap ke dalam tubuh jasad hidup. Contoh yang paling nyata dari racun akut

adalah “Baygon” yang terdiri dari senyawa organofosfat (insektisida atau

racun serangga) yang seringkali disalahgunakan untuk meracuni manusia,

yang efeknya telah terlihat hanya beberapa menit setelah racun masuk ke

dalam tubuh. Walaupun semua racun akut ini dapat menyebabkan gejala sakit

atau kematian hanya dalam waktu beberapa saat setelah masuk ke dalam

Page 18: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

tubuh, namun sifatnya yang sangat mudah dirombak oleh suhu yang tinggi,

pencucian oleh air hujan dan sungai serta faktor-faktor fisik dan biologis

lainnya menyebabkan racun ini tidak memegang peranan penting dalam

pencemaran lingkungan.

2. Efek Pestisida Pada Sistem Tubuh

Bahan kimia dari kandungan pestisida dapat meracuni sel-sel tubuh atau

mempengaruhi organ tertentu yang mungkin berkaitan dengan sifat bahan kimia

atau berhubungan dengan tempat bahan kimia memasuki tubuh atau disebut juga

organ sasaran. Efek racun bahan kimia atas organ-organ tertentu dan sistem tubuh.

a. Paru-paru dan sistem pernafasan

Efek jangka panjang terutama disebabkan iritasi (menyebabkan

bronkhitis atau pneumonitis). Pada kejadian luka bakar, bahan kimia dalam

paru-paru yang dapat menyebabkan udema pulmoner (paru-paru berisi air),

dan dapat berakibat fatal. Sebagian bahan kimia dapat mensensitisasi atau

menimbulkan reaksi alergik dalam saluran nafas yang selanjutnya dapat

menimbulkan bunyi sewaktu menarik nafas, dan nafas pendek. Kondisi jangka

panjang (kronis) akan terjadi penimbunan debu bahan kimia pada jaringan

paru-paru sehingga akan terjadi fibrosis atau pneumokoniosis.

b. Hati

Bahan kimia yang dapat mempengaruhi hati disebut hipotoksik.

Kebanyakan bahan kimia menggalami metabolisme dalam hati dan oleh

karenanya maka banyak bahan kimia yang berpotensi merusak sel-sel hati.

Efek bahan kimia jangka pendek terhadap hati dapat menyebabkan inflamasi

sel-sel (hepatitis kimia), nekrosis (kematian sel), dan penyakit kuning.

Sedangkan efek jangka panjang berupa sirosis hati dari kanker hati.

c. Ginjal dan saluran kencing

Bahan kimia yang dapat merusak ginjal disebut nefrotoksin. Efek

bahan kimia terhadap ginjal meliputi gagal ginjal sekonyong-konyong (gagal

ginjal akut), gagal ginjal kronik dan kanker ginjal atau kanker kandung kemih.

Page 19: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

d. Sistem syaraf

Bahan kimia yang dapat menyerang syaraf disebut neurotoksin.

Pemaparan terhadap bahan kimia tertentu dapat memperlambat fungsi otak.

Gejala-gejala yang diperoleh adalah mengantuk dari hilangnya kewaspadaan

yang akhirnya diikuti oleh hilangnya kesadaran karena bahan kimia tersebut

menekan sistem syaraf pusat. Bahan kimia yang dapat meracuni sistem enzim

yang menuju ke syaraf adalah pestisida. Akibat dari efek toksik pestisida ini

dapat menimbulkan kejang otot dan paralisis (lurnpuh). Di samping itu ada

bahan kimia lain yang dapat secara perlahan meracuni syaraf yang menuju

tangan dan kaki serta mengakibatkan mati rasa dan kelelahan.

e. Darah dan sumsum tulang

Sejumlah bahan kimia seperti arsin, benzen dapat merusak sel-sel

darah merah yang menyebabkan anemia hemolitik. Bahan kimia lain dapat

merusak sumsum tulang dan organ lain tempat pembuatan sel-sel darah atau

dapat menimbulkan kanker darah.

f. Jantung dan pembuluh darah (sistem kardiovaskuler)

Sejumlah pelarut seperti trikloroetilena dan gas yang dapat

menyebabkan gangguan fatal terhadap ritme jantung. Bahan kimia lain seperti

karbon disulfida dapat menyebabkan peningkatan penyakit pembuluh darah

yang dapat menimbulkan serangan jantung.

g. Kulit

Banyak bahan kimia bersifat iritan yang dapat menyebabkan dermatitis

atau dapat menyebabkan sensitisasi kulit dan alergi. Bahan kimia lain dapat

menimbulkan jerawat, hilangnya pigmen (vitiligo), mengakibatkan kepekaan

terhadap sinar matahari atau kanker kulit.

h. Kanker Payudara

Penelitian dari Boada dkk (2012) di Spanyol, mendapatkan kandungan

organoklorin pada wanita sehat dibandingkan dengan pasien kanker payudara

menunjukan hasil yang sangat berbeda. Ini menunjukkan bahwa campuran

pestisida organoklorin dapat memainkan peran yang penting terhadap risiko

kanker payudara.

Page 20: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

i. Sistem reproduksi

Banyak bahan kimia bersifat teratogenik dan mutagenik terhadap sel

kuman dalam percobaan. Disamping itu ada beberapa bahan kimia yang secara

langsung dapat mempengaruhi ovarium dan testis yang mengakibatkan

gangguan menstruasi dan fungsi seksual. Hasil penelitan Yucra dkk (2009) di

Peru, mendapatkan bahwa terjadi penurunan yang signifikan terhadap kualitas

air mani pada pria dengan metabolit Organophospat.

j. Sistem yang lain

Bahan kimia dapat pula menyerang sistem kekebalan, tulang, otot dan

kelenjar tertentu seperti kelenjar tiroid. Petani yang terpapar pestisida akan

mengakibatkan peningkatan fungsi hati sebagai salah satu tanda toksisitas,

terjadinya kelainan hematologik, meningkatkan kadar SGOT dan SGPT dalam

darah juga dapat meningkatkan kadar ureum dalam darah.

C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Keracunan

PestisidaKeracunan pestisida tejadi bila ada bahan pestisida yang mengenai tubuh atau

masuk ke dalam tubuh dalam jumlah tertentu. Ada beberapa faktor

yangmempengaruhi keracunan pestisida antara lain :

1. Faktor dari dalam tubuh:

a. Usia

Umur adalah fenomena alam, semakin lama seseorang hidup makan

umurpun akan bertambah. Semakin bertambahnya umur seseorang semakin

banyak yang diaalminya, dan semakin banyak pula pemaparan yang

dialaminya, dengan bertambahnya umur seseorang maka fungsi metabolisme

akan menurun dan ini juga akan berakibat menurunnya aktifitas kholinesterase

darahnya sehinggga akan mempermudah terjadinya keracunan pestisida. Usia

juga berkaitan dengan kekebalan tubuh dalam mengatasi tingkat toksisitas

suatu zat, semakin tua umur seseorang maka efektifitas system kekebalan di

dalam tubuh akan semakin berkurang.21

b. Jenis kelamin

Kadar kholin bebas dalam plasma laki-laki dewasa normal rata-rata

sekitar 4,4μg/ml. Kaum wanita rata-rata mempunyai aktifitas khlinesterase

Page 21: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

darah lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Meskipun demikian tidak

dianjurkan wanita menyemprot pestisida, karena pada saat kehamilan kadar

rata-rata kholinesterase cenderung turun.

c. Status kesehatan

Beberapa jenis pestisida yang sering digunakan menekan aktifitas

kholinesterase dalam plasma yang dapat berguna dalam menetapkan over

exposure terhadap zat ini. Pada orang-orang yang selalu terpapar pestisida

menyebabkan naiknya tekanan darah dan kholesterol.

d. Status gizi

Pengaruh status gizi pada orang dewasa akan mengakibatkan: 1)

kelemahan fisik dan daya tahan tubuh; 2) mengurangi inisiatif dan

meningkatkan kelambanan dan; 3) meningkatkan kepekaan terhadap infeksi

dan lain-lain jenis penyakit. Semakin buruk status gizi seseorang akan semakin

mudah terjadi keracunan, dengan kata lain petani yang mempunyai status gizi

yang baik cenderung memiliki aktifitas kholinesterase yang lebih baik. Hasil

penelitian yang dilakukan oleh Fatmawati (2006) menunjukkan bahwa ada

hubungan status gizi dengan aktifitas kholinesterase dalam darah petani

penyemprot yang melakukan penelitian secara cross sectional.

e. Anemia

Kadar hemoglobin terdapat pada sel darah merah yang memiliki gugus

hem dimana pembentukannya melalui proses reduksi dengan bantuan NADH,

sedangkan kadara kholinesterase dalam kerjanya menghidrolisa membutuhkan

energi, dimana pada saat pembentukan energi membutuhkan NADH.

Hasil penelitian Fatmawati (2006) menunjukkan bahwa dari

pemeriksaan darah petani penyemprot menunjukkan bahwa 95 % petani

penyemprot menderita anemia (< 13gr/dl).

f. Genetik

Beberapa kejadian pada hemoglobin yang abnormal seperti

hemoglobin S. Kelainan homozigot dapat mengakibatkan kematian pada usia

muda sedangkan yang heterozigot dapat mengalami anemia ringan. Pada ras

tertentu ada yang mempunyai kelainan genetik, sehingga aktifitas

kholinesterase darahnya rendah dibandingkan dengan kebanyakan orang.

Page 22: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

g. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang cukup tentang pestisida sangat penting dimiliki,

khususnya bagi petani penyemprot, karena dengan pengetahuan yang cukup

diharapkan para petani penyemprot dapat melakukan pengelolaan pestisida

dengan baik pula, sehingga risiko terjadinya keracunan dapat dihindari.

Hasil penelitian Halinda SL (2005) menunjukkan bahwa untuk

mencegah terjadinya keracunan pestisida pada petani beberapa hal yang harus

menjadi perhatian selain dari tatalaksana penyemprotan adalah cara

penyimpanan pestisida , cara mencampur pestisida dan cara membuang

kemasan pestisida.

2. Faktor dari luar tubuh:

a. Suhu lingkungan

Suhu lingkungan berkaitan dengan waktu menyemprot, matahari

semakin terik atau semakin siang maka suhu akan semakin panas. Kondisi

demikian akan mempengaruhi efek pestisida melalui mekanisme penyerapan

melalui kulit petani penyemprot.

b. Cara penanganan pestisida

Penanganan pestisida sejak dari pembelian, penyimpanan,

pencampuran, cara menyemprot hingga penanganan setelah penyemprotan

berpengaruh terhadap resiko keracunan bila tidak memenuhi ketentuan.

c. Penggunaan Alat Pelindung Diri

Pestisida umumnya adalah racun bersifat kontak, oleh karenanya

penggunaan alat pelindung diri pada petani waktu menyemprot sangat penting

untuk menghindari kontak langsung dengan pestisida. Pemakaian alat

pelindung diri lengkap ada 7 macam yaitu : baju lengan panjang, celana

panjang, masker, topi, kaca mata, kaos tangan dan sepatu boot. Pemakaian

APD dapat mencegah dan mengurangi terjadinya keracunan pestisida, dengan

memakai APD kemungkinan kontak langsung dengan pestisida dapat

dikurangi sehingga resiko racun pestisida masuk dalam tubuh melalui bagian

pernafasan, pencernaan dan kulit dapat dihindar (Notoadmodjo, 2003).

Penelitian yang dilakukan Devilia (2006) terhadap petani penyemprot

cabai Desa Sungai Bendung Air Kec. Kayu Aro Kabupaten Kerinci

menyatakan bahwa ada hubungan antara penggunaan alat pelindung diri

Page 23: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

dengan aktivitas cholinesterase.25 Tetapi hal yang berbeda di dapatkan dari

hasil penelitian Runia (2008) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara kelengkapan APD dengan kejadian keracunan pestisida.

d. Dosis pestisida

Semua jenis pestisida adalah racun, dosis yang semakin besar maka

akan semakin besar terjadinya keracunan pestisida. Karena bila dosis

penggunaan pestisida bertambah, maka efek dari pestisida juga akan

bertambah. Dosis pestisida yang tidak sesuai dosis berhubungan dengan

kejadian keracunan pestisida organofosfat petani penyemprot. Dosis yang

tidak sesuai mempunyai risiko empat kali untuk terjadi keracunan

dibandingkan penyemprotan yang dilakukan sesuai dengan dosis aturan.

e. Jumlah Jenis Pestisida

Masing-masing pestisida mempunyai efek fisiologis yang berbeda-

beda tergantung dari kandungan zat aktif dan sifat fisik dari pestisida tersebut.

Pada saat penyemprotan penggunaan pestisida > 3 jenis dapat mengakibatkan

keracunan pada petani. Banyaknya jenis pestisida yang digunakan

menyebabkan beragamnya paparan pada tubuh petani yang mengakibatkan

reaksi sinergik dalam tubuh.

f. Masa kerja menjadi penyemprot

Semakin lama petani menjadi penyemprot, maka semakin lama pula

kontak dengan pestisida sehingga resiko keracunan terhadap pestisida semakin

tinggi. Penurunan aktifitas kholinesterase dalam plasma darah karena

keracunan pestisida akan berlangsung mulai seseorang terpapar hingga 2

minggu setelah melakukan penyemprotan.

Tetapi hal yang berbeda di dapatkan dari hasil penelitian Runia (2008)

menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara masa kerja

dengan kejadian keracunan pestisida.

g. Lama menyemprot

Dalam melakukan penyemprotan sebaiknya tidak boleh lebih dari 3

jam, bila melebihi maka resiko keracunan akan semakin besar. Seandainya

masih harus menyelesaikan pekerjaannya hendaklah istirahat dulu untuk

beberapa saat untuk memberi kesempatan pada tubuh untuk terbebas dari

pemaparan pestisida.

Page 24: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa istirahat minimal satu minggu

dapat menaikkan aktivitas kholinesterase dalam darah pada petani

penyemprot. Istirahat minimal satu minggu pada petani keracunan ringan

dapat menaikkan aktivitas kholinesterase dalam darah menjadi normal

(87,50%). Sedangkan petani dengan keracunan sedang memerlukan waktu

istirahat yang lebih lama untuk mencapai aktivitas kholinesterase normal.

Penelitian yang dilakukan Devilia (2006) terhadap petani penyemprot

cabai Desa Sungai Bendung Air Kec. Kayu Aro Kabupaten Kerinci

menyatakan bahwa ada hubungan antara lama penyemprotan dengan aktivitas

cholinesterase.25 Tetapi hal yang berbeda di dapatkan dari hasil penelitian

Runia (2008) menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

lama menyemprot dengan kejadian keracunan pestisida.

h. Frekuensi Penyemprotan

Semakin sering seseorang melakukan penyemprotan, maka semakin

tinggi pula resiko keracunannya. Penyemprotan sebaiknya dilakukan sesuai

dengan ketentuan. Waktu yang dianjurkan untuk melakukan kontak dengan

pestisida maksimal 2 kali dalam seminggu.

Penelitian yang dilakukan Devilia (2006) terhadap petani penyemprot

cabai Desa Sungai Bendung Air Kec. Kayu Aro Kabupaten Kerinci

menyatakan bahwa ada hubungan antara frekuensi penyemprotan dengan

aktivitas cholinesterase.

i. Tindakan penyemprotan pada arah angin

Penyemprotan yang baik searah dengan arah angin dan penyemprot

hendaklah mengubah posisi penyemprotan apabila angin berubah.

j. Waktu menyemprot

Waktu penyemprotan perlu diperhatikan dalam melakukan

penyemprotan pestisida, hal ini berkaitan dengan suhu lingkungan yang dapat

menyebabkan keluarnya keringat lebih banyak terutama pada siang hari.

Sehingga waktu penyemprotan pada siang hari akan semakin mudah terjadinya

keracunan pestisida melalui kulit.

Salah satu masalah utama yang berkaitan dengan gejala keracunan

pestisida adalah bahwa gejala dan tanda keracunan khususnya pestisida dari

golongan organofosfat umumnya tidak spesifik bahkan cenderung menyerupai

gejala penyakit biasa seperti pusing, mual dan lemah sehingga oleh

Page 25: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

masyarakat dianggap sebagai suatu penyakit yang tidak memerlukan terapi

khusus. Menurut Gallo (1991) ada beberapa faktor yang mempengaruhi

keracunan pestisida antara lain dosis, toksisitas senyawa pestisida, lamanya

terpapar pestisida dan jalan pestisida masuk dalam tubuh.

D. Upaya Pencegahan Keracunan Pestisida1. Cara Penggunaan Pestisida

Cara penggunaan pestisida yang tepat merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan keberhasilan pengendalian hama. Walaupun jenis obatnya manjur, namun karena penggunaannya tidak benar, maka menyebabkan sia-sianya penyemprotan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida, di antaranya adalah keadaan angin, suhu udara, kelembapan dan curah hujan. Angin yang tenang dan stabil akan mengurangi pelayangan partikel pestisida di udara. Apabila suhu di bagian bawah lebih panas, pestisida akan naik bergerak ke atas. Demikian pula kelembapan yang tinggi akan mempermudah terjadinya hidrolisis partikel pestisida yang menyebabkan kurangnya daya racun. Sedang curah hujan dapat menyebabkan pencucian pestisida, selanjutnya daya kerja pestisida berkurang.

Hal-hal teknis yang perlu diperhatikan dalam penggunaan pestisida adalah ketepatan penentuan dosis. Dosis yang terlalu tinggi akan menyebabkan pemborosan pestisida, di samping merusak lingkungan. Dosis yang terlalu rendah menyebabkan hama sasaran tidak mati. Di samping berakibat mempercepat timbulnya resistensi.

a. Dosis pestisida

Dosis adalah jumlah pestisida dalam liter atau kilogram yang digunakan untuk mengendalikan hama tiap satuan luas tertentu atau tiap tanaman yang dilakukan dalam satu kali aplikasi atau lebih. Ada pula yang mengartikan dosis adalah jumlah pestisida yang telah dicampur atau diencerkan dengan air yang digunakan untuk menyemprot hama dengan satuan luas tertentu. Dosis bahan aktif adalah jumlah bahan aktif pestisida yang dibutuhkan untuk keperluan satuan luas atau satuan volume larutan. Besarnya suatu dosis pestisida biasanya tercantum dalam label pestisida.

b. Konsentrasi pestisida

Ada tiga macam konsentrasi yang perlu diperhatikan dalam hal penggunaan pestisida

Konsentrasi bahan aktif, yaitu persentase bahan aktif suatu pestisida

dalam larutan yang sudah dicampur denganair.

Page 26: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

Konsentrasi formulasi, yaitu banyaknya pestisida dalam cc atau gram

setiap liter air.

Konsentrasi larutan atau konsentrasi pestisida, yaitu persentase

kandungan pestisida dalam suatu larutan jadi.

c. Alat semprot

Alat untuk aplikasi pestisida terdiri atas bermacam-macam seperti knapsack sprayer (high volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 500 liter. Mist blower (low volume) biasanya dengan volume larutan konsentrasi sekitar 100 liter. Dan Atomizer (ultra low volume) biasanya kurang dari 5 liter.

d. Menggunakan pestisida

Untuk menggunakan pestisida harus diingat beberapa hal yang harus diperhatikan:

Pestisida digunakan apabila diperlukan

Sebaiknya makan dan minum secukupnya sebelum bekerja dengan

pestisida

Harusmengikuti petunjuk yang tercantum dalam abel

Anak-anak tidak diperkenankan menggunakan pestisida, demikian

pula wanita hamil dan orang yang tidak baik kesehatannya

Apabila terjadi luka, tutuplah luka tersebut, karena pestisida dapat

terserap melalui luka

Gunakan perlengkapan khusus, pakaian lengan panjang dan kaki,

sarung tangan, sepatu kebun, kacamata, penutup hidung dan rambut

dan atribut lain yang diperlukan

Hati-hati bekerja dengan pestisida, lebih-lebih pestisida yang

konsentrasinya pekat. Tidak boleh sambil makan dan minum.

Jangan mencium pestisida, karena pestisida sangat berbahaya apabila

tercium

Sebaiknya pada waktu pengenceran atau pencampuran pestisida

dilakukan di tempat terbuka. Gunakan selalu alat-alat yang bersih dan

alat khusus.

Dalam mencampur pestisida sesuaikan dengan takaran yang

dianjurkan. Jangan berlebih atau kurang

Page 27: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

Tidak diperkenankan mencampur pestisida lebih dari satu macam,

kecuali dianjurkan

Jangan menyemprot atau menabur pestisida pada waktu akan turun

hujan, cuaca panas, angin kencang dan arah semprotan atau sebaran

berlawanan arah angin. Bila tidak enak badan berhentilah bekerja dan

istirahat secukupnya

Wadah bekas pestisida harus dirusak atau dibenamkan, dibakar

supaya tidak digunakan oleh orang lain untuk tempat makanan

maupun minuman.

Pasanglah tanda peringatan di tempat yang baru diperlakukan dengan

pestisida

Setelah bekerja dengan pestisida, semua peralatan harus dibersihkan,

demikian pula pakaian-pakaian, dan mandilah dengan sabun sebersih

mungkin.

E. Pencemaran Lingkungan1. Pencemaran Air pada Pestisida

Air merupakan sumber kehidupan umat manusia. Kini tidak hanya air

sungai yang masuk ke laut, air laut pun sudah biasa merembes ke wilayah darat

dan air minum menjadi asin. Sementara di sini lain air menjadi pahit karena

pencemaran sungai-sungai yang melewati perkotaan dan residu pestisida yang

tercecer dari penyemprotan di sawah-sawah. Residu masuk air sungai, mengalir ke

parit-parit sawah, masuk ke saluran tersier ke saluran sekunder dan terbuang ke

sungai kita. Sungai mengalir masuk kota, menuju ke hilir dan sebagian rakyat

menggunakan air di hilir untuk mandi, cuci dan kakus. Pencemaran bertambah

runyam, karena pestisida, sampah rumah tangga dan produk alami. Pestisida dapat

mencemari air yang sangat berbahaya bagi kehidupan. karena pestisida

mengandung bahan-bahan kimia yang sangat bebahaya seperti senyawa Dinitro

dan Thiosianat.

2. Pencemaran Tanah pada Pestisida

Pestisida banyak digunakan oleh petani untuk lahan pertanian seperti

pembasmi hama serta untuk membasmi rumpu-rumput liar. Namun disisi lain

Page 28: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

penggunaan pestisida secara berlebihan akan berdampak buruk bagi ekosistem

tanah seperti matinya organisme dalam tanah (cacing,dll), sehingga tanah menjadi

tandus dan kering.

3. Pencemaran Udara pada Pestisida

Penyemprotan pestisida dengan menggunakan helikopter telah menggeser

pemakaian tenaga manusia yang dirasakan telah mengalami kekerdilan. Dengan

helikopter, dalam waktu sekejap berpuluh-puluh hektar ladang bahan pangan telah

tersemprot sekaligus. Tapi daerah-daerah yang bukan sasaran maupun hewan-

hewan dan serangga bukan sasaran target pembunuhan ikut menikmati hujan

pestisida dari cucuran helikopter.

Suatu bukti bahwa hewan bukan sasaran mendapat getahnya adalah kasus

di sebelah timur Illionis, Amerika Serikat. Di sini pada tahun 1954 telah dilakukan

penyemprotan suatu senyawa organochlorim dengan maksud menghentikan

Japanese beetle (kumbang Jepang). Tapi ternyata banyak spesies burung musnah

di daerah penyemprotan. Nasib yang sama dialami pula oleh kucing, tupai, insecta

predator, dll.

Pencemaran udara pestisida ini tidak hanya menyerang lingkungan

manusia sendiri saja, tetapi akhirnya jatuh ke pelukan manusia sendiri. Banyak

tragedi-tragedi kehidupan yang terjadi, dan yang paling naas, tragedi ini terjadi

karena penyelewengan manusia sendiri atas pestisida ini

Penyelewengan pestisida ini diarahkan pada pembasmian si pembuat dan

si pemakai utama, yaitu manusia. Pestisida digunakan untuk membunuh manusia.

Kejadian ini dipelopori oleh kekejaman Hitler di zaman Perang Dunia II, DDT

dipakai sebagai bahan percobaan dalam ladang-ladang kamp konsentrasi Hitler.

F. Upaya Pencegahan Pencemaran Lingkungan Oleh Pestisida

Harus diakui walaupun pestisida sangat berbahaya, peningkatan produksi

pertanian dapat tercapai justru dengan bantuan pestisida. Pencemaran yang

disebabkan oleh pestisida bukan hal sepele.

Page 29: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

Tetapi kalau cara pemakaian pestisida dilakukan dengan sangat hati-hati,

kemungkinan besar pencemaran dapat dihindari atau setidaknya mengurangi

bahayanya pembatasan pemakaian pestisida ini sudah dimulai dengan gebrakan PAN

(Pesticides Action Network) yang beranggotakan 50 negara, termasuk Indonesia.

Di sini ada tujuh jenis pestisida yang dilarang di antara 12 jenis yang

dimasukkan dalam The Dirty Dozen seperti Heptachlor. Di Indonesia, hal ini

didukung oleh ikut sertanya BATAN dalam meneliti residu-residu produk pertanian

dan mengeluarkan batas ambang yang aman bagi pemakaian pestisida.

Juga turut peran serta pemerintah yaitu peraturan tentang ANDAL yang mulai

berlaku dari segi pengamanan baik bagi keselamatan manusia maupun lingkungan.

Tindakan pemerintah dengan peraturan ANDAL adalah tepat sebagai tindakan

pencegahan dan usaha menanggulangi kemungkinan terjadinya pencemaran

lingkungan hidup manusia Indonesia.

Bagaimanapun juga pestisida adalah racun. Sebenarnya kalau ada kerugian

yang ditimbulkan oleh pestisida, maka yang paling menderita adalah manusia.

Manusia harus bertanggung jawab terhadap kerusakan yang timbul, karena semua

kegiatan pencegahan hama adalah hasil karya manusia dan di tujukan untuk

pemenuhan kebutuhannya. Manusia adalah pelaku utama pemberantasan hama.

Karena itu selain perlindungan terhadap tanah, air, dan hewan lainnya dari bahaya

pestisida, perlindungan pertama justru harus diberikan terhadap manusia.

Cara yang paling baik untuk mencegah pencemaran pestisida adalah dengan

tidak menggunakan pestisida sebagai pemberantas hama. Mengingat akibat

sampingan yang terlalu berat atau bahkan menyebabkan rusaknya lingkungan dan

merosotnya hasil panen, penggunaan pestisida mulai dikurangi. Cara-cara yang dapat

ditempuh untuk mencegah atau mengurangi serangga hama antara lain:

a. pengaturan jenis tanaman dan waktu tanam,

b. memilih varietas yang tahan lama,

c. memanfaatkan musuh-musuh alami serangga,

d. penggunaan hormon serangga,

e. pemanfaatan daya tarik seks pada serangga

f. sterilisasi

Page 30: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

Cara-cara tersebut di atas memang tidak memiliki efek yang cepat dan merata

dibahding pestisida. Karenanya bila dibutuhkan pemberantasan hama yang sifatnya

segera, penggunaan pestisida memang merupakan pilihan yang paling baik dan

tepat.Jika memang pestisidalah yakan digunakan, maka adalah suatu langkah yang

paling bijaksana untuk melakukan suatu tindakan pencegahan terhadap pencemaran

atau keracunan yang mungkin timbul.

Pada pencemaran lingkungan oleh pestisida, beberapa tindakan pencegahan

yang perlu dilakukan antara lain:

1. ketahuilah atau pahamilah dengan yakin tentang kegunaan dari suatu jenis

pestisida. Jangan sampai terjadi salah berantas.Misalnya herbisida jangan

digunakan untuk membasmi serangga. Hasilnya, serangga yang dimaksud

belum tentu mati, sedangkan tanah atau tanaman telah terlanjur tercemar.

2. ikuti petunjuk-petunjuk mengenai aturan pakai dan dosis yang dianjurkan

pabrik atau petugas penyuluh,

3. jangan terlalu tergesa-gesa menggunakan pestisida, Tanyakan pada penyuluh

apakah sudah saatnya digunakan pestisida, karena belum tentu suatu jenis

hama harus diberantas dengan pestisida.

4. jangan telat memberantas hama. Jika penyuluh sudah menganjurkan untuk

menggunakan pestisida, cepatlah dilakukan. Dengan semakin meluasnya hama

akan membutuhkan penggunaan pestisida dalam jumlah besar, ini berarti

hanya akan memperbesar peluang terjadinya pencemaran,

5. jangan salah pakai pestisida. Selain satu jenis pestisida biasanya hanya

digunakan untuk suatu jenis hama tertentu, terkadang usia tanaman yang

berbeda menghendaki jenis pestisida yang berbeda pula,

6. pahamilah dengan baik cara pemakaian pestisida. Jangan sampai tercecer di

sekitar tanaman,

7. jika pestisida yang akan digunakan harus dibuat larutan terlebih dahulu,

gunakan tempat yang khusus untuk itu. Pada waktu mengaduk, larutan jangan

sampai tercecer ke tempat lain. perhatikan dengan tepat jumlah larutan yang

dibuat agar tidak terdapat sisa setelah pemakaian. Sudah disebutkan bahwa

selain tindakan pencegahan terhadap pencemaran lingkungan oleh pestisida,

juga diperlukan tindakan-tindakan pengamanan terhadap pestisida. Tujuannya

Page 31: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

adalah agar manusia terbebas dari keracunan. Beberapa tindakan yang perlu

diambil untuk mencegah keracunan oleh pestisida, yaitu:

e. Penyimpanan racun-racun hama:

1. Racun-racun harus disimpan dalam wadah-wadah yang diberi

tanda, sebaiknya tertutup dan dalam lemari tersendiri yang

terkunci.

2. Campuran racun dengan tepung atau makanan tidak boleh

disimpan dekat makanan. Campuran yang rasanya manis biasanya

paling berbahaya. Tanda-tanda harus jelas biar untuk mereka yang

buta huruf sekalipun tabu.

3. Tempat-tempat bekas menyimpan yang telah tidak dipakai lagi

harus dibakar, agar racun-racun sisa musnah sama sekali.

4. Penyimpanan-penyimpanan di wadah-wadah untuk makanan atau

minuman seperti di hotel-hotel, sangat besar bahayanya.

f. Pemakaian alat-alat pelindung

1. Pakailah masker dan adakanlah ventilasi keluar setempat selama

melakukan pencampuran kering bahan-bahan.

2. Pakailah pakaian pelindung, kaca mata dan sarung tangan terbuat

dari neopren, jika kerjaan dimaksudkan untuk mencampur bahan

tersebut dengan minyak atau pelarut-pelarut organis.Pakaian

pelindung harus dibuka dan kulit dicuci sempurna sebelum makan.

3. Pakailah pelindung pernafasan, kaca mata, baju pelindung, dan

sarung tangan selama menyiapkan dan enggunakan semprotan,

kabut atau aerasol, jika kulit atau paru-paru mungkin kontak

dengan bahan tersebut. Alat-alat pelindung harus terbuat dari karet

atau bahan tahan minyak.

4. Selalu menyemprot ke arah yang tidak memungkinkan angin

membawa bahan, sehingga terhirup atau mengenai kulit dari

tenaga kerja yang bersangkutan.

5. Hindarkan waktu kerja lebih dari 8 jam sehari bekerja di tempat

tertutup dengan memakai penguap termisi jauhkan alat tersebut

dari rumah penduduk dan tempat pengolahan bahan makanan.

Page 32: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

6. Janganlah disemprot tempat-tempat yang sebagian tubuh manusia

akan bersentuhan dengannya pestisida, manusia dihadapkan pada

suatu dilema.

Page 33: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

BAB IV PENUTUP

A. KesimpulanPestisida merupakan produk sebuah revolusi yang tidak hanya menarik tetapi

juga mengerikan. Berhadapan dengan pemakaian pestisida yang salah akan

memebahayakan kesehatan pemakainya. Karena efek racun dari bahan kimia

kandungan pestisida dapat menyerang system tubuh seperti paru-paru, hati, ginjal dan

saluran kencing, system syaraf, darah dan sumsum tulang, jantung dan pembuluh

darah, kulit, payudara, system reproduksi serta system-sistem lain. Faktor-faktor yang

mempengaruhi terjadinya keracunan pestisida yaitu factor dalam tubuh dan factor luar

tubuh.

Selain dari kesehatan juga dampak yang tak dapat dihindari tapi hanya dapat

diminimalisir adalah dampak pencemaran lingkungan alam. Apabila tidak dipakai

hama dan penyakit menjadi momok bagi manusia. Inilah yang disebut tragedi. Dan

manusia yang berhadapan dengan tragedi bisa mengambil sikap dan langkah yang

pasti sesuai dengan tuntutan situasi.

Oleh karena itu masalah pestisida menuntut perhatian semua pihak, tidak

hanya para pejabat, tidak hanya si pemakai jasa. Kita semua memikul tanggung jawab

bersama atas lingkungan hidup kita sendiri. Pestisida bukan hanya menjadi tanggung

jawab pabrik penghasil, dan tanggung jawab pemerintah yang memberi izin produksi,

tapi menjadi tanggung jawab semua pihak, semua bangsa dan semua negara.

Jikalau di suatu negara suatu jenis pestisida sudah diteliti, dinyatakan

berbahaya, dan dilarang untuk dipergunakan, semestinya semua negara di dunia juga

harus mengerti akan hal itu dan ikut melaksanakannya. Bersikap mendua dalam

mengambil langkah kiranya kurang membantu. Pemakaian pestisida dilarang tetapi

tetap diproduksi dan bahkan diekspor ke negara tetangga.

Setiap usaha pemberantasan harus melibatkan semua pihak dan bersifat

menyeluruh, kalau diharapkan berhasil. Mudah-mudahan di masa mendatang kasus-

kasus akibat pemakaian atau produksi pestisida mulai mengecil atau bahkan hilang

sama sekali. Meskipun sulit, kita semua berjuang agar risiko bagi lingkungan itu

makin diperkecil.

Page 34: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

B. Saran

1. Perlunya penyuluhan dalam aplikasi pemakaian pestisida secara rutin kepada

kelompok-kelompok tani.

2. Petani diharapkan menggunakan alat pelindung diri yang lengkap pada waktu

melakukan penyemprotan.

3. Pemerintah perlu mencari alternative pembasmi hama yang lebih efektif dan

aman dibandingkan pestisida.

4. Berusaha penggunaan pestisida diminimalkan mungkin dan beralih secara

alami.

5. Semua pihak diharapkan ikut berpartisipasi dalam meniminimalkan dampak

negatif yang terjadi, karena pada akhirnya yang paling menentukan nasip dan

lingkungan hidup kita adalah kita sendiri.

Page 35: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Rukaesih. 1999. Kimia Lingkungan.Bandung: ANDI.

Anonimous, Agen Orange,1983. Diduga penyebab kelahiran bayi cacat di

Vietnam, 1983, Kompas 25 Maret 1983, Jakarta.

Benn, F.R [ and ]C.A. Mac Auliffe, 1975. Chemistry and pollution. New York :

The Mac Millan Press.

Ekha Isuasta, 1988.Dilema pestisida . Yogyakarta : Kanisius.

Kusno S , 1992. Pencegahan pencemaran pupuk dan pestida. Jakarta : Penerbit

Swadaya.

Butarbutar, J. 2009. Pestisida dan Pengendaliannya. Koperasi Serba Usaha

"SUBUR" Provinsi Sumatera Utara. Medan. www.koperasisubur.com.

Diana, Wulan. 2009. Dampak Negatif Penggunaan Pestisida di Lingkungan

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1106/1/fp-diana.pdf.

Kementrian Pertanian.2011. Pedoman Pembinaan Penggunaan Pestisida.

Jakarta: Direktorat Jenderal Prasaranan dan Sarana Kementrian

Pertanian.

Munawir, Khozanah. 2005. Pemantauan Kadar Pestisida Organoklorin Di

Beberapa Muara Sungai Di Perairan Teluk Jakarta. Jurnal Oseanologi

dan Limnologi di Indonesia 2005 No. 37 : 15 – 25 ISSN 0125 – 9830.

Pohan, Nurhasmawati. 2004. Pestisida dan Pencemarannya. Universitas

Sumatra Utara. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/

1367/1/tkimia-nurhasmawaty7.pdf.

Quijano;Sarojeni V. Rengam.2001. Pestisida Berbahaya Bagi Kesehatan. Solo:

Yayasan Duta Awam Pesticide Action Network Asia and the Pacific

Page 36: Tugas kimia (tri ramadhona 20130212047)

Runia, Yodenca. 2008. Tesis: Faktor-fakor yang Berhubungan dengan

Keracunan Pestisida Organofosfat, Karbamat dan Kejadian Anemia

pada Petani Holtikultura Di Desa Tejosari Kecamatan Ngablak

Kabupaten Magelang. Universitas Diponegoro. Semarang.

Dipublikasikan (112 Hal).

Rustia, Hana. 2009. Skipsi: Pengaruh pajanan pestisida terhadap Petani di

Tangerang. Universitas Indonesia. Depok. Dipublikasikan (98 hal).

Sartono. 2001. Racun dan Keracunan. Widya Medika. Jakarta.

Soemirat, J. 2005. Toksikologi Lingkungan. Gadjah Mada University Press.

Yogyakarta

Tarumingkeng. 2008. Pestisida dan Penggunaannya. Bogor: Institut Pertanian

Bogor

Prijanto, T.B. 2009. Analisis Faktor Risiko Keracunan Pestisida Organofosfat

pada Keluarga Petani Hortikultura Di Kecamatan Ngablak Kabupaten

Magelang. (Tesis). Program Pascasarjana Universitas Diponegoro

Semarang.

Yuantari, Maria. 2009. Tesis: Studi Ekonomi Lingkungan Penggunaan Pestisida

dan Dampaknya pada Kesehatan Petani Di Area Pertanian Hortikultura

Desa Sumber Rejo Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang Jawa

Tengah. Universitas Diponegoro. Semarang. Dipublikasikan (142 Hal).