Tugas Khusus Nm Ne Instrumentasi
-
Upload
aryan-silfarion -
Category
Documents
-
view
243 -
download
18
description
Transcript of Tugas Khusus Nm Ne Instrumentasi
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktor
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Reaktor merupakan salah satu komponen penting dalam suatu proses
industri kimia. Reaktor yang digunakan dalam proses industri kimia terbagi dalam
berbagai macam jenis yaitu, reaktor batch dan reaktor continue, selain itu reaktor
mempunyai bentuk yang beragam sesuai dengan desain yang diinginkan seperti
bentuk pipa dan bentuk tangki.
Tipe reaktor yang digunakan dalam Linier Low Density Polyethylene
(LLDPE) plant PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. adalah fluidized bed. Reaksi
yang berlangsung melalui proses fluidisasi tersebut berlangsung dengan bantuan
katalis dan co-catalyst. Start up diawali dengan memasukkan resin yang telah
tersimpan dalam seed resin bin ke dalam reaktor melalui valve G-5 sebanyak 60
ton kemudian dilakukan proses oxygen free dengan mengalirkangas N2 bertekanan
7 kg/cm2 ke reaktor. Setelah aliran berjalan secara kontinyu maka nitrogen di-
press up sampai 12 kg/cm2. Tahap selanjutnya, dilakukan start cycle gas
compressor dan heating up reactor bed yaitu dengan memanaskan N2 dengan high
steam di cycle gas cooler sampai temperatur di dalam reaktor mencapai ± 90oC.
Kemudian dilakukan building concentration hydrogen, ethylene, co-monomer, dan
Tri Ethyl Alumina (TEAL) (dengan konsentrasi 350 ppm) ke dalam reaktor.
Building concentration hydrogen, ethylene, dan nitrogen dilakukan melalui pipa
cycle gas yang terletak sebelum cycle gas compressor (kompresi centrifugal).
Sedangkan co-monomer yang diumpankan ke dalam reaktor melalui pipa cycle
gas yang terletak setelah cycle gas compressor. Hal tersebut dikarenakan co-
monomer yang diumpankan berada dalam fasa cair dan tidak dapat melewati
compressor. Cycle gas dan co-monomer masuk ke dalam reaktor melalui bagian
bawah reaktor yag sebelumnya melewati cycle gas cooler dengan tujuan
mendinginkan cycle gas agar kondisi operasi di dalam reaktor (± 80-100 oC dan
23-24 kg/cm2) tetap terjaga.
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
1
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktor
Pengumpanan katalis dilakukan setelah keadaan seed resin di dalam reaktor
terfluidisasi dan kondisi reaksi telah dipenuhi. Indikasi telah terjadi fluidisasi
adalah dengan melihat ΔP pada setiap bagian reaktor yang sudah konstan. Alat
untuk mengatur ΔP di reaktor dihubungkan dengan nozzle-nozzle yang terletak
disamping reaktor yang disebut “E” nozzle. Katalis diumpankan secara bertahap
dari catalyst feeder yaitu mulai dari 1 kg katalis. Kemudian setelah kondisi operasi
terjaga maka setiap setengah jam kemudian dilanjutkan penambahan katalis
sebanyak 0,5 kg. Penambahan katalis tersebut dilakukan sampai nantinya tercapai
laju 27 ton resin/jam. Penambahan katalis setiap setengah jam dimaksudkan agar
tidak terjadi penumpukan di dalam reaktor yang dapat menimbulkan runway
(uncontrol reaction).
B. Perumusan Masalah
Dengan dihitungnya neraca massa dan neraca panas di reaktor, maka unjuk
kerja reaktor dalam proses pembuatan LLDPE di PT. Chandra Asri Petrochemical
dapat diketahui. Kinerja reaktor tidaklah berjalan sebaik yang diharapkan. Hal ini
diketahui dari konversi polyethylene yang tidak mencapai 100%, yield yang
kurang dari 1, serta adanya massa yang terikut ke PDS dan panas yang hilang ke
lingkungan selama proses pembuatan LLDPE.
C. Tujuan
Menghitung neraca massa dan neraca panas pada fluidized bed reaktor untuk
mengetahui kinerja dari reaktor. Selain itu disebutkan pula mengenai
instrumentasi reaktor yang merupakan sistem pengendali dan pelengkap dalam
reaktor.
D. Manfaat
Dengan diketahuinya unjuk kerja dari reaktor, maka dapat digunakan
sebagai bahan masukan kepada pihak PD-2 (Production Department – 2) pada
umumnya dan LLDPE Section pada khususnya dalam evaluasi reaktor, bahwa
terdapat massa dan panas yang hilang cukup besar ketika proses berlangsung.
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
2
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktor
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Reaktor
Reaktor kimia adalah sebuah alat dalam industri kimia dimana terjadi reaksi
dari bahan mentah menjadi produk yang lebih berharga. Pembagian reaktor dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Berdasarkan bentuk
Berdasarkan bentuk reaktor dapat dikelompokan sebagai berikut:
a. Reaktor tangki
b. Reaktor pipa
c. Reaktor tangki dan pipa
2. Berdasarkan proses
a. Reaktor batch
b. Reaktor alir (kontinyu)
c. Reaktor semi batch
3. Berdasarkan keadaan operasi
a. Reaktor isothermal
b. Reaktor adiabatic
c. Reaktor non isothermal
d. Reaktor non adiabatic
Berikut adalah penjelasan secara lebih detail mengenai macam-macam
reaktor tersebut:
1. Reaktor Batch
Reaktor batch atau kadang-kadang disebut juga reakor tertutup adalah suatu
reaktor dimana tidak ada aliran masuk maupun keluar selama reaksi. Pada proses
ini reaktan hanya dimasukkan sekaligus pada saat awal, kemudian hasil reaksi
diambil pada jangka waktu tertentu. Reaktor tipe ini merupakan alat yang relativ
sederhana dan banyak digunakan di laboratorium, alat ini memang hanya cocok
digunakan pada skala-skala kecil. Untuk skala yang lebih besar (skala industri),
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
3
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktorwalaupun ada beberapa keuntungan, seperti biaya instrumentasi rendah dan
fleksibilitas operasi baik, alat ini sangat jarang digunakan, karena akan
mengakibatkan kerugian yang lebih besar, diantaranya :
1. biaya penanganan dan buruh tinggi
2. seringkali memerlukan waktu yang panjang pada saat shut down
3. kontrol kualitas dari produk rendah
2. Reaktor Semi Batch
Di dalam operasi semi batch, reaktan masuk ke dalam reaktor secara
kontinyu dan bereaksi di dalamnya. Selama reaksi ini berlangsung tidak ada
campuran (reaktan, produk) yang meninggalkan reaktor tersebut.
Operasi semi batch ini seringkali dikerjakan karena adanya fleksibilitas yang
cukup baik di dalam pengaturan pengoperasiannya dimana kita dimungkinkan
untuk melakukan kontrol terhadap kecepatan reaksi (rate of reaction) selama
operasi berlangsung. Hal ini bisa dilakukan misalnya dengan mengatur jumlah
reaktan yang masuk sesuai dengan kecepatan perpindahan panasnya.
3. Reaktor Kontinyu
Secara garis besar, reaktor ini bisa dikelompokan dalam dua jenis, yaitu:
a. Reaktor alir sumbat atau Plug Flow Reactor (PFR)
b. Reaktor tangki yang diaduk sempurna atau Continuous Stirred Tank Reactor
(CSTR)
4. Reaktor Tangki Ideal
Reaktor tipe ini bisa terdiri dari satu tangki atau lebih. Biasanya tangki-
tangki ini dipasang vertikal dengan pengadukan sempurna. Pengadukan pada
masing-masing tangki dilakukan secara kontinyu sehingga diperoleh suatu
keadaan dimana komposisi campuran di dalam reaktor benar-benar seragam.
Reaktor tangki biasanya digunakan untuk reaksi-reaksi dalam fasa cair,
reaksi heterogen cair-padat, cair-cair dan sebagainya.
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
4
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktor
Di dalam reaktor tangki ideal, konsentrasi di setiap titik di dalam reaktor
adalah sama, sehingga kecepatan reaksi tidak dipengaruhi oleh posisi campuran di
dalam reaktor. Dengan demikian, perhitungan neraca massanya dapat dilakukan
secara makro, yaitu dengan meninjau reaktor tersebut sebagai suatu unit yang
utuh.
B. Neraca Massa
Neraca massa merupakan salah satu konsep fundamental dalam teknik kimia
yang paling mendasar. Penyusunan neraca massa didasarkan atas hukum
kekekalan massa yang menyebutkan bahwa massa itu kekal (tidak dapat
dimusnahkan maupun diciptakan). Pada prinsipnya bentuk neraca massa yang
lebih operasional adalah sebagai berikut :
Dalam suatu sistem yang ditinjau :
input – output + generation – consumption = accumulation .......... (1)
karena proses Steady State, maka accumulation = 0, oleh karena itu persamaan di
atas dapat dituliskan kembali:
input – output + generation – consumption = 0 .......... (2)
Bila massa terdiri dari beberapa komponen dan tidak ada reaksi kimia yang
terjadi, maka dapat disusun neraca massa total dan neraca massa komponen.
Sehingga untuk sistem dengan jumlah komponen N dapat disusun satu persamaan
neraca massa total dan neraca massa komponen.
C. Neraca Panas
Neraca panas dibuat berdasarkan pada hukum pertama termodinamika.
Hukum pertama ini menyatakan kekekalan energi, yaitu energi tidak dapat
dimusnahkan atau dibuat, hanya dapat diubah bentuknya. Perumusan dari neraca
energi suatu sistem mirip dengan perumusan neraca massa. Namun, terdapat
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu suatu sistem dapat berupa sistem
tertutup namun tidak terisolasi (tidak dapat terjadi perpindahan massa namun
dapat terjadi perpindahan panas) dan hanya terdapat satu neraca energi untuk
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
5
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktorsuatu sistem (tidak seperti neraca massa yang memungkinkan adanya beberapa
neraca komponen). Suatu neraca energi memiliki persamaan:
Energi masuk = Energi keluar + Energi akumulasi .......... (3)
Tidak seperti neraca massa yang memiliki variabel produksi, neraca energi
tidak memiliki variabel produksi. Hal ini disebabkan energi tidak dapat
diproduksi, hanya dapat diubah bentuknya. Namun, bila terdapat suatu jenis energi
diabaikan, misalnya bila neraca dibuat dengan hanya memperhitungkan energi
kalor saja, maka persamaan neraca energi akan menjadi
Kalor masuk + Kalor produksi = Kalor keluar + Kalor akumulasi..........(4)
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
6
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktor
BAB III
METODOLOGI
A. Metode Pengambilan Data
Untuk menghitung neraca massa dan neraca panas pada reaktor, diperlukan
data-data sebagai berikut:
Data-data dari literatur
- Berat Molekul (BM)
- Kapasitas Panas (Cp)
- Instrumentasi reaktor
Data-data tekanan, temperatur, komposisi, flow rate, dan kondisi operasi
fluidized bed reaktor pada tanggal 4 – 10 Agustus 2014, meliputi:
- Laporan harian LLDPE Section
- Laporan harian analisa laboratorium
B. Metode Pengolahan Data
Dalam tugas khusus ini akan menghitung neraca massa , neraca panas, dan
instrumentasi dari reaktor. Pada neraca massa akan menghitung jumlah umpan
yang bereaksi, jumlah polimer yang terbentuk pada reaktor, serta dapat diketahui
pula konversi dan yield reaksi. Selain itu dapat diketahui pula berapa massa yang
hilang pada saat reaksi berlangsung. Pada perhitungan neraca panas akan
menghitung banyaknya energi yang dihasilkan selama reaksi berlangsung, serta
dapat diketahui banyaknya panas yang hilang selama reaksi. Sedangkan pada
instrumentasi reaktor, akan dibahas mengenai PDS (Product Discharge System),
Reactor Killing System apabila reaktor mengalami runaway condition, dan RSC
(Reactor Static Control).
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
7
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktor
BAB IV
HASIL PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
A. Data-data
Tanggal Produksi : 4 – 10 Agustus 2014
Waktu Produksi : Jam 00.00
Product : DGM-1810 (UF-1810 series)
Kapasitas Produksi : 27680 kg/jam
Tabel 1 Laju Alir Fresh Feed rata-rata
Komponen Rate (kg/jam)
Ethylene 25930,00
Butene-1 2167,91
n-hexane 59,07
Nitrogen (N2) 63,70
Hidrogen (H2) 2,43
Catalyst 5,93
TEAL 9,20
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
8
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktor
Tabel 2 Komposisi Cycle Gas
komponen % berat Rate CG(kg/jam) Rate komponen CG(kg/jam)
ethylene 0,3065
1.205,607
369,629
Butene-1 0,2064 248,893
n-hexane 0,0749 90,314
Nitrogen (N2) 0,3940 474,995
Hidrogen (H2) 0,0026 3,149
Ethane (C2H6) 0,0154 18,626
Tabel 3 Komposisi Recovery Liquid
komponen % berat Rate Rec (kg/jam) Flow Recovery (kg/jam)
Butene-1 0,64771.363,59
883,197
n-hexane 0,3523 480,393
Tabel 4 Komposisi Vent Flow
komponen % berat Rate CG (kg/jam) Rate komponen CG (kg/jam)
ethylene 0,3066
0,57
0,175
Butene-1 0,2064 0,118
n-hexane 0,0749 0,043
Nitrogen (N2) 0,3940 0,225
Hidrogen (H2) 0,0026 0,001
Ethane (C2H6) 0,0154 0,009
Tabel 5 Komposisi Zat Masuk pada Reaktor
KomponenFresh Feed
(kg/jam)Cycle Gas (kg/jam)
Recovery Liquid (kg/jam)
Input Reaktor (kg/jam)
ethylene 25.930,000 369,629 0 26.299,629Butene-1 2.167,910 248,893 883,197 3300,000n-hexane 59,070 90,313 480,393 629,776Nitrogen (N2) 63,700 474,995 0 538,695Hidrogen (H2) 2,430 3,149 0 5,580Ethane (C2H6) 0 18,626 0 18,626Catalyst 5,930 0 0 5,930TEAL 9,200 0 0 9,200Total 28.238,240 1.205,607 1.363,59 30.807,437
Tabel 6 Komposisi Zat Keluaran Reaktor
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
9
Ethylene
Butene - 1
N - Hexane
Nitrogen
Hidrogen
Ethane
Catalyst
TEAL
REAKTOR
Ethylene
Butene - 1
N - Hexane
Nitrogen
Hidrogen
Ethane
Resin
∆HinREAKTOR
∆Hout
∆Hcooler
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktor
KomponenVent Flow (kg/jam)
Cycle Gas (kg/jam)
Produksi(kg/jam)
Output Reaktor (kg/jam)
ethylene 0,175 369,629 0 369,804Butene-1 0,118 248,893 0 249,010n-hexane 0,043 90,313 0 90,356Nitrogen (N2) 0,225 474,995 0 475,220Hidrogen (H2) 0,001 3,149 0 3,151Ethane (C2H6) 0,009 18,626 0 18,635Catalyst 0 0 0 0TEAL 0 0 0 0Resin 0 1.205,607 27.680,000 27.680,000Total 0,570 369,629 27.680,000 28.886,176
B. Hasil
1. Neraca Massa
a. Massa yang terikut ke PDS = 1.921,26 kg/jam
b. % Konversi ethylene = 99,999326 %
c. yield=0,9845
2. Neraca Panas
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
10
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktor
Tabel 7 Panas Masuk dan Panas Keluar Reaktor
Panas Masuk Panas Keluar
∆Hin 9,543 x 105Joule ∆Hout 7,897 x 104 Joule
Qreaksi - 2,44x 107 Joule ∆Hcooler 3,175 x 107 Joule
Dari data di atas, panas masuk tidak sama dengan panas keluar. Maka
dalam reaktor terjadi Q loss.
Q loss = (∆Hin + Qreaksi ) + (∆Hout + ∆Hcooler )
= 2,1592 x 107 Joule/jam
3. Instrumentasi
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
11
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktor
Instrumentasi reaktor merupakan hal-hal ataupun alat-alat yang
digunakan sebagai pengendali di reaktor. Pada instrumentasi reaktor, akan
dibahas mengenai PDS (Product Discharge System), Reactor Killing System
apabila reaktor mengalami runaway condition, dan RSC (Reactor Static
Control).
a. Reactor Killing System
Gambar 1 Reactor Killing System (Chandra Asri, 2014)
Killing system bertugas untuk mengendalikan reaksi. Apabila terjadi
runaway, yaitu suhu reaksi terus naik maka diaktifkan killing system yang
akan menghentikan jalannya reaksi. Killing system ini dibagi menjadi
beberapa jenis, antara lain:
1) Manual Killing
Micro Killing untuk menurunkan production rate sampai 3%
Killing ini dilakukan dengan mengatur valve 1 menjadi terbuka
dan valve 3 dalam keadaan tertutup yang dilanjutkan dengan menutup
kembali valve 1 setelah dialirkan gas CO. Micro killing menggunakan
gas CO sebanyak 11 cc yang terjebak antara valve 1 dan 2. Killing
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
12
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktor
dilakukan dengan membuka valve 2 dan 4 sehingga gas CO dapat
mengalir ke dalam reaktor.
Mini killing (manual) untuk menurunkan production rate sampai 5-7%
Killing ini dilakukan dengan mengatur valve 1,2 dan 4 terbuka
dan menutup valve 3. Kondisi ini dilanjutkan dengan menutup kembali
valve 1 sehingga gas CO akan terjebak antara valve 1 dan 4. Volume
gas CO tersebut sebesar 28 cc. Pada saat killing dilakukan dengan
membuka valve 4 sheingga gas CO akan mengalir ke dalam reaktor.
2) Automatic Killing
Automatic mini killing untuk menurunkan production rate sampai 20%
Killing ini dilakukan dengan menutup valve D dan membuka
valve A sehingga gas CO akan terjebak antara valve, A, B, C, dan D
setelah valve A ditutup kembali. Volume gas CO yang digunakan
dalam killing system ini sebesar 120 cc. Killing dilakukan dengan
membuka valve B dan C tetapi setelah beberapa saat valve C ditutup
kembali. Tujuan dari terbukanya valve C adalah mencegah resin yang
berada dalam reaktor masuk ke dalam “E Nozzle” sehingga akan
terjadi penyumbatan.
Type I killing yang bekerja jika terjadi runaway secara otomatis jika
suhu setting-nya sesuai. Suhu setting untuk katalis M-1 ialah 95 oC
sedangkan untuk katalis S-2 sebesar 115 oC. Pada saat terjadi type I
killing, cycle gas cooler masih terus berjalan. Hal ini dimaksudkan
untuk menurunkan suhu pada resin yang terdapat di dalam reaktor.
Apabila resin dibiarkan dalam suhu panas, maka akan mengakibatkan
terjadinya hot spot yang nantinya akan membentuk chunk.
Type II killing yang bekerja jika terjadi mechanical problem seperti
kerusakan pada bearing kompresor. Pada killing system type II killing
ini, proses diakhiri secara manual.
Type III killing yang bekerja jika terjadi listrik mati (electric failure
atau power failure) maka motor pada kompresor melambat. Pada saat
terjadi type III killing, cycle gas compressor masih terus berjalan.
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
13
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktor
Purging CO dilakukan sebelum reaktor dioperasikan kembali, dengan
cara:
1) Pressure purge dengan N2
2) Flow Purge dengan N2
3) Sirkulasi flow purge
Purging dilakukan selama 4 jam dimana 2 jam menggunakan LPPN
dan 2 jam menggunakan LPN. Gas CO akan dialirkan ke flare. Gas CO
hanya membuat katalis non aktif sementara yaitu dengan menyelimuti
katalis tersebut.
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
14
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktorb. Product Discharge System (PDS)
Gambar 2 Product Discharge System (Chandra Asri, 2014)
Produk yang dikeluarkan dari reaktor yaitu berupa resin polyethylene
berbentuk powder dengan diameter 500-900 µm, tergantung tipe katalis yang
digunakan. Produk tersebut dikeluarkan dari reaktor yang kemudian menuju
sistem pengeluaran produk atau Product Discharge System (PDS).
Adapun fungsi dari PDS itu sendiri yaitu untuk mentransfer resin ke PPB
(Product Purge Bin) dan menjaga level di reaktor. PDS terdiri dari 2 unit, yaitu
Product Chamber (PC) dan Product Blow Tank (PBT). Apabila PDS bekerja
secara cross tie maka terjadi equalize atau pembagian tekanan yaitu antar reaktor-
PC, PC1-PC2, PBT1-PBT2 dan PC-PBT. PDS bekerja secara otomatis tergantung
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
15
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktorset point dari reaktor. Resin dialirkan ke puncak PPB menggunakan conveying gas
dari vent recovery system (VRS) dengan tekanan 12-14 kgf/cm2.
Pengoperasian PDS dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti berikut:
1. Double Cross Tie Mode
Cross tie mode merupakan metode pengoperasian PDS yang dilakukan
secara bersama-sama antara PDS 1 dan PDS 2 dengan sistem yang saling berganti.
Cara kerja PDS dengan double cross tie mode dilakukan dengan melakukan
equalize tekanan sesuai dengan tekanan reaktor stelah resin masuk ke dalam salah
satu PC. Setelah tekanan telah sama dengan reaktor maka dilanjutkan equalize
dengan PC dialirkan ke dalam PBT yang dilanjutkan dengan equalize tekanan
dengan PBT yang lain.
Cara kerja PDS berdasarkan beda ketinggian bed (material di dalam
reaktor). Setiap terbentuknya resin polyethylene baru, ketinggian bed akan naik
sampai ketinggian tersebut melebihi level set point. Kisaran nilai set point
biasanya berkisar antara 15,2-15,3 m. Jika ketinggian bed melewati set point
lebih dari 5 detik maka produk yang ada dalam PDS akan keluar secara
otomatis. Waktu tunda (delay time) selama 5 detik bertujuan untuk mengetahui
apakah ketinggian resin yang terukur sudah benar atau tidak. Hal tersebut
dikarenakan aliran fluidisasi yang terjadi pada reaktor.
Pada saat ketinggian bed masih berada dibawah set point, semua valve
tertutup kecuali valve A,C dan K. Jika ketinggian bed sudah berada lebih atau
sama dengan set point selama 5 detik, maka valve C akan menutup, valve B dan
G akan terbuka sehingga akan terjadi aliran resin dari reaktor kedalam PC
melalui valve B dan aliran gas yang terdesak oleh PC ke reaktor bagian atas
melalui valve G. Jika PC sudah penuh maka aliran resin dan gas dihentikan
dengan tutupannya valve A dan G, sementara valve B masih dalam keadaan
terbuka.
Kemudian tekanan PC diturunkan dengan menyamakan tekanan dengan
PD ke dua (equalize) dengan terbukanya valve W. Setelah tekanan kedua PC
relatif sama, valve A dan valve B akan tertutup. Resin kemudian dialirkan dari
PC ke PBT dengan terbukanya valve D dan H. Resin mengalir melalui valve D
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
16
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktor
dan gas dari PBT yang terdesak resin mengalir melalui valve H. Setelah waktu
tertentu, valve D dan H akan kembali tertutup kemudian valve x terbuka untuk
menurunkan tekanan dan menyamakan tekanan dengan PBT kedua. Setelah
tekanan kedua PBT relatif sama, maka valve X akan tertutup dan resin dalam
PBT dan resin dalam PBT akan dialirkan ke PPB dengan conveying gas dan vent
recovery system dengan tertutupnya valve K dan terbukanya valve J,F, E dan E.
Valve J, F, dan K disebut konfigurasi kran block and blade atau valve vent
untuk mencegah kebocoran conveying gas yang diteruskan ke dalam PBT saat
coveying tidak berjalan. Setelah waktu tertentu, valve J, F, E dan K kembali
seperti semula. Semua valve dikendalikan berdasarkan timing. Valve W dan X
selain berfungsi sebagai penyeimbang tekanan juga berfungsi untuk mengurangi
cycle gas yang ikut keluar bersama resin sehingga cycle gas akan kembali ke
reaktor.
2. Double Non Cross Tie Mode
Metode ini hampir sama dengan cross tie mode yaitu PDS 1 dan PDS 2
dioperasikan secara bersama-sama dan saling bergantian. Namun perbedaannya
adalah pada non cross tie mode tidak dilakukan penyeimbangan tekanan pada
kedua PDS. Oleh karena itu, metode ini hanya digunakan apabila tekanan pada
masing-masing alat sudah mencukupi.
3. Single Mode
Pengoperasian single mode berbeda dengan cross tie mode dan non cross
tie mode karena pada metode ini hanya dioperasikan slah satu PDS saja. Pada
umumnya pengoperasian PDS dengan single mode hanya dilakukan pada saat
reaktor beroperasi (start up) dan apabila salah satu PDS mengalami kerusakan.
c. Reactor Static Control (RSC)
Chunk merupakan kumpulan resin polyethylene yang meleleh dan
mengalami pemadatan. Hal ini dapat terjadi karena proses polimerisasi merupakan
reaksi eksotermis, kenaikan suhu reaktor yang tidak terkontrol, arus listrik
elektrostatik yang terbentuk, power failure pada cycle gas compressor serta
kokatalis dan katalis yang beraksi dengan impuritas.
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
17
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktor
Mekanisme terbentuknya chunk dimulai dengan partikel resin saling
bergesekan dan bergerak menuju dinding reaktor. Jika kontak dengan gas tidak
sempurna ataupun efisiensi cycle gas cooler kecil, maka hanya sedikit jumlah
panas yang dapat disirkulasi dari reaktor. Hal ini megakibatkan suhu reaktor
mengalami peningkatan dan partikel meleleh di dinding reaktor dan bergabung
dengan partikel resin lain membentuk kumpulan yang berukuran lebih besar.
Karena adanya aliran gas dari cycle gas cooler, lelehan resin ini memadat di
reaktor.
Terbentuknya chunk menimbulkan beberapa kerugian yaitu kebuntuan
jalur perpipaan (plugging). Chunk berukuran besar cenderung mengendap di
bagian bawah reaktor, sehingga kerja distributor plate tidak optimal. Karena
distribusi aliran tidak merata, maka fluidisasi tidak terjadi di seluruh bagian
reaktor dan reaksi polimerisasi tidak berlangsung dengan sempurna. Hal ini berarti
pengurangan pada produktivitas katalis dan nilai selektivitas produk. Chunk
berukuran kecil cenderung terikut aliran resin menuju proses selanjutnya dan
menimbulkan penurunan efisiensi masing-masing proses.
Reactor static control (RSC), merupakan upaya untuk meminimalisasi
terbentuknya chunk dengan cara melakukan pengontrolan arus listrik elektrostatik.
Hal ini dilakukan dengan cara pemasangan ground pada vessel dan penambahan
antistatic agent berupa air untuk Positive Static Driver dan etanol untuk Negative
Static Driver.
C. Pembahasan
Dari perhitungan neraca massa antara input dan output reaktor, diketahui
bahwa jumlah antara input dan output reaktor tidak sama. Hal ini berarti ada
massa yang hilang selama proses pembentukan polyethylene. Massa yang hilang
dalam reaksi pembentukan ini sebesar 1.921,26 kg/jam. Adanya massa yang
hilang ini diakibatkan oleh adanya gas yang terbawa oleh produk polyethylene
menuju ke Product Discharge System (PDS). Gas yang tebawa ke PDS cukup
banyak, tetapi jumlahnya tidak dapat diketahui dengan pasti karena tidak adanya
indikator di dalam PDS. Selain dapat mengetahui data massa yang hilang, dapat
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
18
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktordiketahui pula konversi dan yield reaksi yang besarnya berturut-turut sebesar
99,99 % dan 0,98.
Dari perhitungan neraca panas reaktor, dapat diketahui bahwa jumlah panas
yang masuk dan keluar reaktor tidak sama. Jumlah panas yang hilang selama
reaksi sebesar 5,52 x 107 Joule/jam. Panas yang hilang ini terjadi karena panas
berpindah menuju lingkungan.
Instrumentasi reaktor merupakan hal-hal ataupun alat-alat yang digunakan
sebagai pengendali di reaktor. Pada instrumentasi reaktor, akan dibahas mengenai
PDS (Product Discharge System), Reactor Killing System apabila reaktor
mengalami runaway condition, dan RSC (Reactor Static Control).
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
19
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktor
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Dari data neraca massa dan neraca panas reaktor pada pembuatan Linier
Low Density Polyethylene, diketahui bahwa kinerja reaktor sangat baik. Hal
ini diketahui dari nilai konversi dan yield yang besar, yaitu sebesar 99,99%
dan 0,98. Akan tetapi, dari perhitungan dapat diketahui pula adanya massa
yang terikut ke PDS dan panas yang hilang selama reaksi pembentukan
polyethylene berlangsung. Jumlah massa yang terikut ke PDS selama reaksi
berlangsung yaitu 1.921,26 kg/jam sedangkan jumlah panas yang hilang
selama reaksi berlangsung yaitu sebesar 2,1592 x 107 Joule/jam.
B. Saran
Massa yang terbawa dalam aliran resin yang menuju ke PDS cukup
besar. Untuk mengetahui dan meminimalisir adanya panas yang hilang selama
reaksi berlangsung, maka perlu dipasang indicator pada PDS untuk
mengetahui massa gas yang ikut terbawa dalam aliran resin.
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
20
Ethylene
Butene - 1
N - Hexane
Nitrogen
Hidrogen
Ethane
Catalyst
TEAL
REAKTOR
Ethylene
Butene - 1
N - Hexane
Nitrogen
Hidrogen
Ethane
Resin
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed ReaktorA. Perhitungan Neraca Massa di Reaktor
Reaksi yang terjadi di reaktor:
n(C2H4) (g) (-CH2-CH2)n (g) H= -880 J/kg produk polyethylene
Reaksi berlangsung secara steady state.
Persamaan Neraca Massa:
Input – Output + Generation – Comsumption = Accumulation
Steady State, Accumulation = 0
Input – Output + Generation – Comsumption = 0
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
21
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktor
Input– (Cycle Gas keluar + Vent Flow) – Resin yang seharusnya terbentuk = 0
Resin yang seharusnya terbentuk = (Input – (1.205,607+ 0,57)) kg/jam
= (30.807,437 – 1.206,177) kg/jam
= 29601,26 kg/jam
1. Massa yang terikut ke PDS
Massa yang terikut ke PDS = massa resin yang seharusnya terbentuk –
massa resin produksi
Massa yang terikut ke PDS = 29.601,26 kg/jam – 27.680 kg/jam
Massa yang terikut ke PDS = 1.921,26 kg/jam
Massa yang terikut ke berbentuk gas yang terbawa oleh produk
polyethylene menuju ke Product Discharge System (PDS). Gas yang tebawa
ke PDS cukup banyak, tetapi jumlahnya tidak dapat diketahui dengan pasti
karena tidak adanya indicator di dalam PDS.
2. Konversi Ethylene menjadi LLDPE
Konversi Ethylene= mol ethylenebereaksimol ethylenemula−mula
¿
( freshfeed ethylene+ethyleneCycle Gas )−( ethyleneCycleGas+ethylene vent flow )BM
ethylenefresh feed ethylene
BM ethylene
Konversi ethylene=0,99
% Konversi ethylene = 99,99 %
3. Yield
Yield=massa polimer terbentuktotal freshfeed
yield=27.680,4354228115.47
yield=0,98
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
22
∆HinREAKTOR
∆Hout
∆Hcooler
Q loss
Q reaksi
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktor
B. Perhitungan Neraca Panas di Reaktor
Kondisi Operasi Reaktor:
T input reaktor : 318 K
T output reaktor : 364,5 K
P reaktor : 24 kg/cm2
Basis : 1 jam
Referensi Cp:
Cp = A + BT + CT2 + DT3 + ET4; Cp (Joule/kmol.K); T (K)
Tabel 8 Nilai konstanta kapasitas panas untuk gas
Komponen A B C D E
C2H4 32,083 - 1,48E-2 2,48E-4 - 2,38E-7 6,83E-11
Butene-1 24,915 2,06E-1 5,98E-5 -1,42E-7 4,71E-11
n-hexane 25,924 4,19E-1 -1,25E-5 -1,59E-7 5,88E-11
N2 29,342 - 3,54E-3 1,01E-5 -4,31E-9 2,59E-13
H2 25,399 2,02E-2 -3,85E-5 6,19E-8 -7,51E-13
C2H6 28,146 4,34E-2 1,89E-4 -1,91E-7 5,33E-11
(Yaws)
Tabel 9 Nilai konstanta kapasitas panas untu k cairan
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
23
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktor
Kompone
n
A B C D
Butene-1 74,597 3,34E-1 -1,39E-3 3,02E-6
n-hexane 78,848 8,87E-1 -2,95E-3 4,2E-6
(Yaws)
Tabel 10 Nilai konstanta kapasitas panas untuk padatan
Komponen A B C
Catalyst (TiCl4) 51,686 3,43E+3 -1,83
Co-Catalyst (TEAL) 63,149 4,01E+3 -2,85
Resin Polyethylene -0,519 4,04E-2 -1,53E-4
(Yaws)
Persamaan Neraca Panas:
∆Hin - ∆Hout + ∆Hgeneration - ∆Hacc = 0
Sistem steady state, ∆Hacc = 0, persamaan di atas dapat dituliskan kembali:
(∆Hin + Qreaksi) – (∆Hout + ∆Hcooler + Q laten ICMO) – Q loss = 0
Tabel 1 1 Mol Komponen Masuk Reaktor
Komponen Massa (kg) BM (kg/kmol) Jumlah mol (kmol)
C2H4 26.299,629 28,054 937,464
Butene-1 (g) 2.970,000 56,108 52,934
Butene-1 (l) 330,000 56,108 5,882
n-hexane (g) 329,373 86,177 3,822
n-hexane (l) 300,403 86,177 3,486
N2 538,695 28,014 19,229
H2 5,580 2,016 2,768
C2H6 18,626 30,070 0,619
Catalyst (TiCl4) 9,200 113,980 0,008
Co-catalyst (TEAL) 5,930 189,680 0,031
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
24
Laporan Tugas Khusus Neraca Massa, Neraca Panas, dan Instrumentasi pada Fluidized Bed Reaktor
Menghitung Mr Polimer
Derajat Polimerisasi = Cp Polimer : Cp Monomer
= 465416718,3 : 3143,150242
= 148073,3285
Mr Polimer = Derajat Polimerisasi . Mr monomer
= 148073,3285 . 28 g/mol
= 4146053,2
Tabel 1 2 Mol Komponen Keluar Reaktor
Komponen Massa (kg) BM (kg/kmol) Jumlah mol (kmol)
C2H4 369,804 28,054 13,182
Butene-1 (g) 249,010 56,108 4,438
n-hexane (g) 90,356 86,177 1,048
N2 475,220 28,014 16,964
H2 3,151 2,016 1,563
C2H6 18,635 30,070 0,619
Resin
Polyethylene 27.680,000 4.146.053,200 0,007
Jurusan Teknik Kimia Universitas Sebelas MaretBudi Setiani – I 0511011
25