tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

64
2.2 Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat 2.2.1 sejarah berdirinya keraton yogyakarta Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi

Transcript of tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Page 1: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

2.2 Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat

2.2.1 sejarah berdirinya keraton yogyakarta

Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat atau Keraton Yogyakarta merupakan istana resmi

Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat yang kini berlokasi di Kota Yogyakarta,

Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Walaupun kesultanan tersebut secara resmi telah menjadi

bagian Republik Indonesia pada tahun 1950, kompleks bangunan keraton ini masih berfungsi

sebagai tempat tinggal sultan dan rumah tangga istananya yang masih menjalankan tradisi

kesultanan hingga saat ini. Keraton ini kini juga merupakan salah satu objek wisata di Kota

Yogyakarta. Sebagian kompleks keraton merupakan museum yang menyimpan berbagai koleksi

milik kesultanan, termasuk berbagai pemberian dari raja-raja Eropa, replika pusaka keraton, dan

gamelan. Dari segi bangunannya, keraton ini merupakan salah satu contoh arsitektur istana Jawa

yang terbaik, memiliki balairung-balairung mewah dan lapangan serta paviliun yang luas.

Keraton Yogyakarta mulai didirikan oleh Sultan Hamengku Buwono I beberapa bulan pasca

Perjanjian Giyanti di tahun 1755. Lokasi keraton ini konon adalah bekas sebuah pesanggarahan

Page 2: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

yang bernama Garjitawati. Pesanggrahan ini digunakan untuk istirahat iring-iringan jenazah raja-

raja Mataram (Kartasura dan Surakarta) yang akan dimakamkan di Imogiri. Versi lain

menyebutkan lokasi keraton merupakan sebuah mata air, Umbul Pacethokan, yang ada di tengah

hutan Beringan. Sebelum menempati Keraton Yogyakarta, Sultan Hamengku Buwono I berdiam

di Pesanggrahan Ambar Ketawang yang sekarang termasuk wilayah Kecamatan Gamping

Kabupaten Sleman.

Secara fisik istana para Sultan Yogyakarta memiliki tujuh kompleks inti yaitu Siti

Hinggil Ler (Balairung Utara), Kamandhungan Ler (Kamandhungan Utara), Sri Manganti,

Kedhaton, Kamagangan, Kamandhungan Kidul (Kamandhungan Selatan), dan Siti Hinggil Kidul

(Balairung Selatan). Selain itu Keraton Yogyakarta memiliki berbagai warisan budaya baik

yang berbentuk upacara maupun benda-benda kuno dan bersejarah. Di sisi lain, Keraton

Yogyakarta juga merupakan suatu lembaga adat lengkap dengan pemangku adatnya. Oleh

karenanya tidaklah mengherankan jika nilai-nilai filosofi begitu pula mitologi menyelubungi

Keraton Yogyakarta. Dan untuk itulah pada tahun 1995 Komplek Keraton Ngayogyakarta

Hadiningrat dicalonkan untuk menjadi salah satu Situs Warisan Dunia UNESCO.

Tata ruang dan arsitektur umum

Arsitek kepala istana ini adalah Sultan Hamengkubuwana I, pendiri Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat.

Keahliannya dalam bidang arsitektur dihargai oleh ilmuwan berkebangsaan Belanda,

Theodoor Gautier Thomas Pigeaud dan Lucien Adam yang menganggapnya sebagai "arsitek"

dari saudara Pakubuwono II Surakarta". Bangunan pokok dan desain dasar tata ruang dari

keraton berikut desain dasar landscape kota tua Yogyakarta diselesaikan antara tahun 1755-

Page 3: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

1756. Bangunan lain di tambahkan kemudian oleh para Sultan Yogyakarta berikutnya. Bentuk

istana yang tampak sekarang ini sebagian besar merupakan hasil pemugaran dan restorasi yang

dilakukan oleh Sultan Hamengku Buwono VIII (bertahta tahun 1921-1939).

Tata ruang

Bagian-bagian utama keraton Yogyakarta dari utara ke selatan adalah: Gapura Gladag-

Pangurakan; Kompleks Alun-alun Ler (Lapangan Utara) dan Mesjid

Gedhe (Masjid Raya Kerajaan); Kompleks Pagelaran, Kompleks Siti Hinggil Ler, Kompleks

Kamandhungan Ler; Kompleks Sri Manganti; Kompleks Kedhaton; Kompleks Kamagangan;

Kompleks Kamandhungan Kidul; Kompleks Siti Hinggil Kidul (sekarang disebut Sasana

Hinggil); serta Alun-alun Kidul (Lapangan Selatan) dan Plengkung Nirbaya yang biasa disebut

Plengkung Gadhing.

Bagian-bagian sebelah utara Kedhaton dengan sebelah selatannya boleh dikatakan simetris.

Sebagian besar bagunan di utara Kompleks Kedhaton menghadap arah utara dan di sebelah

selatan Kompleks Kedhaton menghadap ke selatan. Di daerah Kedhaton sendiri bangunan

kebanyakan menghadap timur atau barat. Namun demikian ada bangunan yang menghadap ke

arah yang lain.

Selain bagian-bagian utama yang berporos utara-selatan keraton juga memiliki bagian yang

lain. Bagian tersebut antara lain adalah Kompleks Pracimosono, Kompleks Roto Wijayan,

Kompleks . Keraton Kilen, Kompleks Taman Sari, dan Kompleks Istana Putra Mahkota (mula-

mula Sawojajar kemudian di ndalem Mangkubumen). Di sekeliling Keraton dan di dalamnya

terdapat sistem pertahanan yang terdiri dari tembok/dinding Cepuri dan Baluwerti. Di luar

dinding tersebut ada beberapa bangunan yang terkait dengan keraton antara lain Tugu Pal Putih,

Gedhong Krapyak, ndalem Kepatihan (Istana Perdana Menteri), dan Pasar Beringharjo.

Kompleks depanGladhag-Pangurakan

Page 4: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Gerbang utama untuk masuk ke dalam kompleks Keraton Yogyakarta dari arah utara adalah

Gapura Gladhag dan Gapura Pangurakan[15] yang terletak persis beberapa meter di sebelah

selatannya. Kedua gerbang ini tampak seperti pertahanan yang berlapis[16]. Pada zamannya

konon Pangurakan merupakan tempat penyerahan suatu daftar jaga atau tempat pengusiran dari

kota bagi mereka yang mendapat hukuman pengasingan/pembuangan[17].

Versi lain mengatakan ada tiga gerbang yaitu Gapura Gladhag, Gapura Pangurakan nJawi, dan

Gapura Pangurakan Lebet[18]. Gapura Gladhag dahulu terdapat di ujung utara Jalan Trikora

(Kantor Pos Besar Yogyakarta dan Bank BNI 46) namun sekarang ini sudah tidak ada[19]. Di

sebelah selatannya adalah Gapura Pangurakan nJawi yang sekarang masih berdiri dan menjadi

gerbang pertama jika masuk Keraton dari utara. Di selatan Gapura Pangurakan nJawi terdapat

Plataran/lapangan Pangurakan yang sekarang sudah menjadi bagian dari Jalan Trikora. Batas

sebelah selatannya adalah Gapura Pangurakan Lebet yang juga masih berdiri[20]. Selepas dari

Gapura Pangurakan terdapat Kompleks Alun-alun Ler.

Alun-alun Lor

Alun-alun Lor adalah sebuah lapangan berumput di bagian utara Keraton Yogyakarta.

Di pinggir Alun-alun ditanami deretan pohon Beringin (Ficus benjamina; famili Moraceae) dan

di tengah-tengahnya terdapat sepasang pohon beringin yang diberi pagar yang disebut dengan

Waringin Sengkeran/Ringin Kurung (beringin yang dipagari). Kedua pohon ini diberi nama Kyai

Dewadaru dan Kyai Janadaru[23]. Pada zamannya selain Sultan hanyalah Pepatih Dalem [24] yang

boleh melewati/berjalan di antara kedua pohon beringin yang dipagari ini.

Di sela-sela pohon beringin di pinggir sisi utara, timur, dan barat terdapat pendopo kecil yang

disebut dengan Pekapalan, tempat transit dan menginap para Bupati dari daerah Mancanegara

Kesultanan. Bangunan ini sekarang sudah banyak yang berubah fungsi dan sebagian sudah

lenyap. Dahulu dibagian selatan terdapat bangunan yang sekarang menjadi kompleks yang

terpisah, Pagelaran.

Page 5: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Pada zaman dahulu Alun-alun Lor digunakan sebagai tempat penyelenggaraan acara dan

upacara kerajaan yang melibatkan rakyat banyak.

Di antaranya adalah upacara garebeg serta sekaten, acara watangan serta rampogan macan,

pisowanan ageng, dan sebagainya.

Kedhaton

Pintu Gerbang Donopratopo, Kraton Yogyakarta

Di sisi selatan kompleks Sri Manganti berdiri Regol Donopratopo yang menghubungkan dengan

kompleks Kedhaton. Di muka gerbang terdapat sepasang arca raksasa Dwarapala yang

dinamakan Cinkorobolo disebelah timur dan Bolobuto di sebelah barat. Di sisi timur terdapat pos

penjagaan. Pada dinding penyekat sebelah selatan tergantung lambang kerajaan, Praja Cihna[40].

Kompleks kedhaton merupakan inti dari Keraton seluruhnya. Halamannya kebanyakan

dirindangi oleh pohon Sawo kecik (Manilkara kauki; famili Sapotaceae). Kompleks ini

setidaknya dapat dibagi menjadi tiga bagian halaman (quarter). Bagian pertama adalah Pelataran

Kedhaton dan merupakan bagian Sultan. Bagian selanjutnya adalah Keputren yang merupakan

bagian istri (para istri) dan para puteri Sultan. Bagian terakhir adalah Kesatriyan, merupakan

bagian putra-putra Sultan. Di kompleks ini tidak semua bangunan maupun bagiannya terbuka

untuk umum, terutama dari bangsal Kencono ke arah barat.

Di bagian Pelataran Kedhaton, Bangsal Kencono (Golden Pavilion) yang menghadap ke timur

merupakan balairung utama istana. Di tempat ini dilaksanakan berbagai upacara untuk keluarga

kerajaan di samping untuk upacara kenegaraan. Di keempat sisi bangunan ini terdapat Tratag

Bangsal Kencana yang dahulu digunakan untuk latihan menari. Di sebelah barat bangsal

Kencana terdapat nDalem Ageng Proboyakso yang menghadap ke selatan. Bangunan yang

berdinding kayu ini merupakan pusat dari Istana secara keseluruhan. Di dalamnya

disemayamkan Pusaka Kerajaan (Royal Heirlooms), Tahta Sultan, dan Lambang-lambang

Kerajaan (Regalia) lainnya.

Page 6: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Di sebelah utara nDalem Ageng Proboyakso berdiri Gedhong Jene (The Yellow House) sebuah

bangunan tempat tinggal resmi (official residence) Sultan yang bertahta. Bangunan yang

didominasi warna kuning pada pintu dan tiangnya dipergunakan sampai Sultan HB IX. Oleh

Sultan HB X tempat yang menghadap arah timur ini dijadikan sebagai kantor pribadi. Sedangkan

Sultan sendiri bertempat tinggal di Keraton Kilen[41]. Di sebelah timur laut Gedhong Jene berdiri

satu-satunya bangunan bertingkat di dalam keraton, Gedhong Purworetno. Bangunan ini

didirikan oleh Sultan HB V dan menjadi kantor resmi Sultan. Gedung ini menghadap ke arah

bangsal Kencana di sebelah selatannya.

Di selatan bangsal Kencana berdiri Bangsal Manis menghadap ke arah timur. Bangunan ini

dipergunakan sebagai tempat perjamuan resmi kerajaan. Sekarang tempat ini digunakan untuk

membersihkan pusaka kerajaan pada bulan Suro.

Bangunan lain di bagian ini adalah Bangsal Kotak, Bangsal Mandalasana, Gedhong Patehan,

Gedhong Danartapura, Gedhong Siliran, Gedhong Sarangbaya, Gedhong Gangsa, dan lain sebagainya.

Di tempat ini pula sekarang berdiri bangunan baru, Gedhong Kaca sebagai museum Sultan HB IX.

Keputren merupakan tempat tinggal Permaisuri dan Selir raja. Di tempat yang memiliki tempat

khusus untuk beribadat pada zamannya tinggal para puteri raja yang belum menikah. Tempat

ini merupakan kawasan tertutup sejak pertama kali didirikan hingga sekarang. Kesatriyan pada

zamannya digunakan sebagai tempat tinggal para putera raja yang belum menikah.

Bagian lain KeratonPracimosono

Kompleks Pracimosono merupakan bagian keraton yang diperuntukkan bagi para prajurit

keraton. Sebelum bertugas dalam upacara adat para prajurit keraton tersebut mempersiapkan diri

di tempat ini. Kompleks yang tertutup untuk umum ini terletak di sebelah barat Pagelaran dan

Siti Hinggil Lor.

Roto Wijayan

Kompleks Roto Wijayan merupakan bagian keraton untuk menyimpan dan memelihara kereta

kuda. Tempat ini mungkin dapat disebut sebagai garasi istana. Sekarang kompleks Roto Wijayan

menjadi Museum Kereta Keraton. Di kompleks ini masih disimpan berbagai kereta kerajaan

yang dahulu digunakan sebagai kendaraan resmi. Beberapa diantaranya ialah KNy Jimat, KK

Garuda Yaksa, dan Kyai Rata Pralaya. Tempat ini dapat dikunjungi oleh wisatawan.[61]

Kawasan tertutup

Kompleks Tamanan merupakan kompleks taman yang berada di barat laut kompleks Kedhaton

Page 7: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

tempat dimana keluarga kerajaan dan tamu kerajaan berjalan-jalan. Kompleks ini tertutup untuk

umum. Kompleks Panepen merupakan sebuah masjid yang digunakan oleh Sultan dan keluarga

kerajaan sebagai tempat melaksanakan ibadah sehari-hari dan tempat Nenepi (sejenis meditasi).

Tempat ini juga dipergunakan sebagai tempat akad nikah bagi keluarga Sultan[62]. Lokasi ini

tertutup untuk umum. Kompleks Kraton Kilen dibangun semasa Sultan HB VII. Lokasi yang

berada di sebelah barat Keputren menjadi tempat kediaman resmi Sultan HB X dan keluarganya.

Lokasi ini tertutup untuk umum.

Taman Sari

Kompleks Taman Sari merupakan peninggalan Sultan HB I. Taman Sari (Fragrant Garden)

berarti taman yang indah, yang pada zaman dahulu merupakan tempat rekreasi bagi sultan

beserta kerabat istana. Di kompleks ini terdapat tempat yang masih dianggap sakral di

lingkungan Taman Sari, yakni Pasareyan Ledoksari tempat peraduan dan tempat pribadi Sultan.

Bangunan yang menarik adalah Sumur Gumuling yang berupa bangunan bertingkat dua dengan

lantai bagian bawahnya terletak di bawah tanah. Di masa lampau, bangunan ini merupakan

semacam surau tempat Sultan melakukan ibadah. Bagian ini dapat dicapai melalui lorong bawah

tanah. Di bagian lain masih banyak lorong bawah tanah yang lain, yang merupakan jalan rahasia,

dan dipersiapkan sebagai jalan penyelamat bila sewaktu-waktu kompleks ini mendapat serangan

musuh. Sekarang kompleks Taman Sari hanya tersisa sedikit saja.[64]

Kadipaten

Kompleks nDalem Mangkubumen merupakan Istana Putra Mahkota atau dikenal dengan nama

Kadipaten (berasal dari gelar Putra Mahkota: "Pangeran Adipati Anom". Tempat ini terletak di

Kampung Kadipaten sebelah barat laut Taman Sari dan Pasar Ngasem. Sekarang kompleks ini

digunakan sebagai kampus Univ Widya Mataram. Sebelum menempati nDalem Mangkubumen,

Istana Putra Mahkota berada di Sawojajar, sebelah selatan Gerbang Lengkung/Plengkung

Tarunasura (Wijilan). Sisa-sisa yang ada antara lain berupa Masjid Selo yang dulu berada di

Sawojajar.

Benteng Baluwerti

Page 8: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Benteng Baluwerti Keraton Yogyakarta merupakan sebuah dinding yang melingkungi kawasan

Keraton Yogyakarta dan sekitarnya. Dinding ini didirikan atas prakarsa Sultan HB II ketika

masih menjadi putra mahkota di tahun 1785-1787. Bangunan ini kemudian diperkuat lagi sekitar

1809 ketika beliau telah menjabat sebagai Sultan. Benteng ini memiliki ketebalan sekitar 3 meter

dan tinggi sekitar 3-4 meter. Untuk masuk ke dalam area benteng tersedia lima buah pintu

gerbang lengkung yang disebut dengan Plengkung, dua diantaranya hingga kini masih dapat

disaksikan. Sebagai pertahanan di keempat sudutnya didirikan bastion, tiga diantaranya masih

dapat dilihat hingga kini.

Warisan budaya Selain memiliki kemegahan bangunan Keraton Yogyakarta juga memiliki suatu warisan budaya

yang tak ternilai. Diantarannya adalah upacara-upacara adat, tari-tarian sakral, musik, dan pusaka

(heirloom). Upacara adat yang terkenal adalah upacara Tumplak Wajik, Garebeg, upacara

Sekaten dan upacara Siraman Pusaka dan Labuhan. Upacara yang berasal dari zaman

Kerajaan.

ini hingga sekarang terus dilaksanakan dan merupakan warisan budaya Indonesia yang harus

dilindungi dari klaim pihak asing.

Tumplak Wajik

Upacara tumplak wajik adalah upacara pembuatan Wajik (makanan khas yang terbuat dari beras

ketan dengan gula kelapa) untuk mengawali pembuatan pareden yang digunakan dalam upacara

Garebeg. Upacara ini hanya dilakukan untuk membuat pareden estri pada Garebeg Mulud dan

Garebeg Besar. Dalam upacara yang dihadiri oleh pembesar Keraton ini di lengkapi dengan

sesajian. Selain itu upacara yang diselenggarakan dua hari sebelum garebeg juga diiringi dengan

musik ansambel lesung-alu (alat penumbuk padi), kenthongan, dan alat musik kayu lainnya.

Setelah upacara selesai dilanjutkan dengan pembuatan pareden.[73]

Garebeg

Upacara Garebeg diselenggarakan tiga kali dalam satu tahun kalender/penanggalan Jawa yaitu

pada tanggal dua belas bulan Mulud (bulan ke-3), tanggal satu bulan Sawal (bulan ke-10) dan

tanggal sepuluh bulan Besar (bulan ke-12). Pada hari-hari tersebut Sultan berkenan

mengeluarkan sedekahnya kepada rakyat sebagai perwujudan rasa syukur kepada Tuhan atas

kemakmuran kerajaan. Sedekah ini, yang disebut dengan Hajad Dalem, berupa

pareden/gunungan yang terdiri dari Pareden Kakung, Pareden Estri, Pareden Pawohan, Pareden

Gepak, dan Pareden Dharat, serta Pareden Kutug/Bromo yang hanya dikeluarkan 8 tahun sekali

pada saat Garebeg Mulud tahun Dal.

Gunungan kakung berbentuk seperti kerucut terpancung dengan ujung sebelah atas agak

Page 9: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

membulat. Sebagian besar gunungan ini terdiri dari sayuran kacang panjang yang berwarna hijau

yang dirangkaikan dengan cabai merah, telur itik, dan beberapa perlengkapan makanan kering

lainnya. Gunungan estri berbentuk seperti keranjang bunga yang penuh dengan rangkaian bunga.

Sebagian besar disusun dari makanan kering yang terbuat dari beras maupun beras ketan yang

berbentuk lingkaran dan runcing. Kedua gunungan ini ditempatkan dalam sebuah kotak

pengangkut yang disebut Jodhang.

Gunungan pawohan terdiri dari buah-buahan segar yang diletakkan dalam keranjang dari daun

kelapa muda (Janur) yang berwarna kuning. Gunungan ini juga ditempatkan dalam jodhang dan

ditutup dengan kain biru. Gunungan gepak berbentuk seperti gunungan estri hanya saja

permukaan atasnya datar. Gunungan dharat juga berbentuk seperti gunungan estri namun

memiliki permukaan atas yang lebih tumpul. Kedua gunungan terakhir tidak ditempatkan dalam

jodhang melainkan hanya dialasi kayu yang berbentuk lingkaran. Gunungan kutug/bromo

memiliki bentuk khas karena secara terus menerus mengeluarkan asap (kutug) yang berasal dari

kemenyan yang dibakar. Gunungan yang satu ini tidak diperebutkan oleh masyarakat melainkan

dibawa kembali ke dalam keraton untuk di bagikan kepada kerabat kerajaan.

Pada Garebeg Sawal Sultan menyedekahkan 1-2 buah pareden kakung. Jika dua buah maka yang

sebuah diperebutkan di Mesjid Gedhe dan sebuah sisanya diberikan kepada kerabat Puro Paku Alaman.

Pada garebeg Besar Sultan mengeluarkan pareden kakung, estri, pawohan, gepak, dan dharat

yang masing-masing berjumlah satu buah. Pada garebeg Mulud/Sekaten Sultan memberi sedekah

pareden kakung, estri, pawohan, gepak, dan dharat yang masing-masing berjumlah satu buah.

Bila garebeg Mulud diselenggarakan pada tahun Dal, maka ditambah dengan satu pareden

kakung dan satu pareden kutug.

Sekaten

Sekaten merupakan sebuah upacara kerajaan yang dilaksanakan selama tujuh hari. Konon asal-usul upacara ini sejak kerajaan Demak.

Upacara ini sebenarnya merupakan sebuah perayaan hari

kelahiran Nabi Muhammad. Menurut cerita rakyat kata Sekaten berasal dari istilah credo dalam

agama Islam, Syahadatain. Sekaten dimulai dengan keluarnya dua perangkat Gamelan Sekati,

KK Guntur Madu dan KK Nagawilaga, dari keraton untuk ditempatkan di Pagongan Selatan dan

Utara di depan Mesjid Gedhe. Selama tujuh hari, mulai hari ke-6 sampai ke-11 bulan Mulud,

kedua perangkat gamelan tersebut dimainkan/dibunyikan (jw: ditabuh) secara bergantian

menandai perayaan sekaten.

Pada malam kedelapan Sultan atau wakil yang beliau tunjuk, melakukan upacara Udhik-Udhik,

tradisi menyebar uang logam (koin). Setelah itu Sultan atau wakil beliau masuk ke Mesjid Gedhe

Page 10: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

untuk mendengarkan pengajian maulid nabi dan mendengarkan pembacaan riwayat hidup nabi.

Akhirnya pada hari terakhir upacara ditutup dengan Garebeg Mulud. Selama sekaten Sego Gurih

(sejenis nasi uduk) dan Endhog Abang (harfiah=telur merah) merupakan makanan khas yang

banyak dijual. Selain itu terdapat pula sirih pinang dan bunga kantil (Michelia alba; famili

Magnoliaceae). Saat ini selain upacara tradisi seperti itu juga diselenggarakan suatu pasar malam

yang dimulai sebulan sebelum penyelenggaraan upacara sekaten yang sesungguhnya.

Upacara Siraman/Jamasan Pusaka dan Labuhan

Dalam bulan pertama kalender Jawa, Suro, Keraton Yogyakarta memiliki upacara tradisi khas

yaitu Upacara Siraman/Jamasan Pusaka dan Labuhan. Siraman/Jamasan Pusaka adalah upacara

yang dilakukan dalam rangka membersihkan maupun merawat Pusaka Kerajaan (Royal

Heirlooms) yang dimiliki. Upacara ini di selenggarakan di empat tempat. Lokasi pertama adalah

di Kompleks Kedhaton (nDalem Ageng Prabayaksa dan bangsal Manis). Upacara di lokasi ini

'tertutup untuk umum dan hanya diikuti oleh keluarga kerajaan.

Lokasi kedua dan ketiga berturut turut di kompleks Roto Wijayan dan Alun-alun. Di Roto

Wijayan yang dibersihkan/dirawat adalah kereta-kereta kuda. Kangjeng Nyai Jimat, kereta resmi

kerajaan pada zaman Sultan HB I-IV, selalu dibersihkan setiap tahun. Kereta kuda lainnya

dibersihkan secara bergilir untuk mendampingi (dalam setahun hanya satu kereta yang mendapat

jatah giliran). Di Alun-alun dilakukan pemangkasan dan perapian ranting dan daun Waringin

Sengker yang berada di tengah-tengah lapangan. Lokasi terakhir adalah di pemakaman raja-raja

di Imogiri. Di tempat ini dibersihkan dua bejana yaitu Kyai Danumaya dan Danumurti. Di lokasi

kedua, ketiga, dan keempat masyarakat umum dapat menyaksikan prosesi upacaranya.

Labuhan adalah upacara sedekah yang dilakukan setidaknya di dua tempat yaitu Pantai Parang

Kusumo dan Lereng Gunung Merapi. Di kedua tempat itu benda-benda milik Sultan seperti

nyamping (kain batik), rasukan (pakaian) dan sebagainya di-larung (harfiah=dihanyutkan).

Upacara Labuhan di lereng Gunung Merapi (Kabupaten Sleman) dipimpin oleh Juru Kunci

Gunung Merapi (sekarang Januari 2008 dijabat oleh Mas Ngabehi Suraksa Harga atau yang lebih

dikenal dengan Mbah Marijan) sedangkan di Pantai Parang Kusumo Kabupaten Bantul dipimpin

oleh Juru Kunci Cepuri Parang Kusumo. Benda-benda tersebut kemudian diperebutkan oleh

masyarakat. tertutup untuk umum dan hanya diikuti oleh keluarga kerajaan.

Lokasi kedua dan ketiga berturut turut di kompleks Roto Wijayan dan Alun-alun. Di Roto

Wijayan yang dibersihkan/dirawat adalah kereta-kereta kuda. Kangjeng Nyai Jimat, kereta resmi

kerajaan pada zaman Sultan HB I-IV, selalu dibersihkan setiap tahun. Kereta kuda lainnya

dibersihkan secara bergilir untuk mendampingi (dalam setahun hanya satu kereta yang mendapat

jatah giliran). Di Alun-alun dilakukan pemangkasan dan perapian ranting dan daun Waringin

Sengker yang berada di tengah-tengah lapangan. Lokasi terakhir adalah di pemakaman raja-raja

Page 11: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

di Imogiri. Di tempat ini dibersihkan dua bejana yaitu Kyai Danumaya dan Danumurti. Di lokasi

kedua, ketiga, dan keempat masyarakat umum dapat menyaksikan prosesi upacaranya.

Labuhan adalah upacara sedekah yang dilakukan setidaknya di dua tempat yaitu Pantai Parang

Kusumo dan Lereng Gunung Merapi. Di kedua tempat itu benda-benda milik Sultan seperti

nyamping (kain batik), rasukan (pakaian) dan sebagainya di-larung (harfiah=dihanyutkan).

Upacara Labuhan di lereng Gunung Merapi (Kabupaten Sleman) dipimpin oleh Juru Kunci

Gunung Merapi (sebagaimana pernah dijabat Mas Ngabehi Suraksa Harga atau lebih dikenal

dengan nama Mbah Marijan) sedangkan di Pantai Parang Kusumo Kabupaten Bantul dipimpin

oleh Juru Kunci Cepuri Parang Kusumo. Benda-benda tersebut kemudian diperebutkan oleh

masyarakat.

2.2.2 letak lokasi/keberadaan keraton Yogyakarta. Pada mulanya Keraton Yogyakarta merupakan sebuah Lembaga Istana Kerajaan (The Imperial

House) dari Kesultanan Yogyakarta. Secara tradisi lembaga ini disebut Parentah Lebet

(harfiah=Pemerintahan Dalam) yang berpusat di Istana (keraton) dan bertugas mengurus Sultan

dan Kerabat Kerajaan (Royal Family). Dalam penyelenggaraan pemerintahan Kesultanan

Yogyakarta disamping lembaga Parentah Lebet terdapat Parentah nJawi/Parentah Nagari

(harfiah=Pemerintahan Luar/Pemerintahan Negara) yang berpusat di nDalem Kepatihan dan

bertugas mengurus seluruh negara.

Sekitar setahun setelah Kesultanan Yogyakarta (khususnya Parentah nJawi) bersama-sama

Kadipaten Paku Alaman diubah statusnya dari negara (state) menjadi Daerah Istimewa setingkat

Provinsi secara resmi pada 1950, Keraton mulai dipisahkan dari Pemerintahan Daerah Istimewa

dan di-depolitisasi sehingga hanya menjadi sebuah Lembaga Pemangku Adat Jawa khususnya

garis/gaya Yogyakarta. Fungsi Keraton berubah menjadi pelindung dan penjaga identitas budaya

Jawa khususnya gaya Yogyakarta.

2.2.3 letak keraton Yogyakarta. Keraton Yogyakarta atau dalam bahasa aslinya Karaton Kasultanan Ngayogyakarta merupakan

tempat tinggal resmi para Sultan yang bertahta di Kesultanan Yogyakarta. Karaton artinya

tempat dimana "Ratu" (bahasa Jawa yang dalam bahasa Indonesia berarti Raja) bersemayam.

Dalam kata lain Keraton/Karaton (bentuk singkat dari Ke-ratu-an/Ka-ratu-an) merupakan tempat

kediaman resmi/Istana para Raja. Artinya yang sama juga ditunjukkan dengan kata Kedaton.

Kata Kedaton (bentuk singkat dari Ke-datu-an/Ka-datu-an) berasal dari kata "Datu" yang dalam

bahasa Indonesia berarti Raja. Dalam pembelajaran tentang budaya Jawa, arti ini mempunyai arti

filosofis yang sangat dalam.

Page 12: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Keraton Yogyakarta tidak didirikan begitu saja. Banyak arti dan makna filosofis yang terdapat di

seputar dan sekitar keraton. Selain itu istana Sultan Yogyakarta ini juga diselubungi oleh mitos

dan mistik yang begitu kental. Filosofi dan mitologi tersebut tidak dapat dipisahkan dan

merupakan dua sisi dari sebuah mata uang yang bernama keraton. Penataan tata ruang keraton,

termasuk pula pola dasar landscape kota tua Yogyakarta, nama-nama yang dipergunakan, bentuk

arsitektur dan arah hadap bangunan, benda-benda tertentu dan lain sebagainya masing-masing

memiliki nilai filosofi dan/atau mitologinya sendiri-sendiri.

Tata ruang dasar kota tua Yogyakarta berporoskan garis lurus Tugu, Keraton, dan Panggung

Krapyak serta diapit oleh S. Winongo di sisi barat dan S. Code di sisi timur. Jalan P.

Mangkubumi (dulu Margotomo), jalan Malioboro (dulu Maliyoboro), dan jalan Jend. A. Yani

(dulu Margomulyo) merupakan sebuah boulevard lurus dari Tugu menuju Keraton. Jalan D.I.

Panjaitan (dulu Ngadinegaran) merupakan sebuah jalan yang lurus keluar dari Keraton

melalui Plengkung Nirboyo menuju Panggung Krapyak. Pengamatan citra satelit

memperlihatkan Tugu, Keraton, dan Panggung Krapyak berikut jalan yang menghubungkannya

tersebut hampir segaris (hanya meleset beberapa derajat). Tata ruang tersebut mengandung

makna "sangkan paraning dumadi" yaitu asal mula manusia dan tujuan asasi terakhirnya.

Dari Panggung Krapyak menuju ke Keraton (Kompleks Kedaton) menunjukkan "sangkan" asal

mula penciptaan manusia sampai manusia tersebut dewasa. Ini dapat dilihat dari kampung di

sekitar Panggung Krapyak yang diberi nama kampung Mijen (berasal dari kata "wiji" yang

berarti benih). Di sepanjang jalan D.I. Panjaitan ditanami pohon asam (Tamarindus indica [?])

dan tanjung (Mimusops elengi [?]) yang melambangkan masa anak-anak menuju remaja. Dari

Tugu menuju ke Keraton (Kompleks Kedaton) menunjukkan "paran" tujuan akhir manusia yaitu

menghadap penciptanya. Tujuh gerbang dari Gladhag sampai Donopratopo melambangkan tujuh

langkah/gerbang menuju surga (seven step to heaven).

Tugu golong gilig (tugu Yogyakarta) yang menjadi batas utara kota tua menjadi simbol

"manunggaling kawulo gusti" bersatunya antara raja (golong) dan rakyat (gilig). Simbol ini juga

dapat dilihat dari segi mistis yaitu persatuan antara khalik (Sang Pencipta) dan makhluk

(ciptaan). Sri Manganti berarti Raja sedang menanti atau menanti sang Raja.

Pintu Gerbang Donopratopo berarti "seseorang yang baik selalu memberikan kepada orang lain

dengan sukarela dan mampu menghilangkan hawa nafsu". Dua patung raksasa Dwarapala yang

terdapat di samping gerbang, yang satu, Balabuta, menggambarkan kejahatan dan yang lain,

Cinkarabala, menggambarkan kebaikan. Hal ini berarti "Anda harus dapat membedakan, mana

yang baik dan mana yang jahat".

mempercayai jika mengunyah sirih pinang saat gamelan sekati dimainkan/dibunyikan akan

mendapat tuah awet muda. Air sisa yang digunakan untuk membersihkan pusaka pun juga

Page 13: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

dipercaya sebagian masyarakat memiliki tuah. Mereka rela berdesak-desakan sekedar untuk

memperoleh air keramat tersebut.

Benda-benda pusaka keraton juga dipercaya memiliki daya magis untuk menolak bala/kejahatan.

Konon bendera KK Tunggul Wulung, sebuah bendera yang konon berasal dari kain penutup

kabah di Makkah (kiswah), dipercaya dapat menghilangkan wabah penyakit yang pernah

menjangkiti masyarakat Yogyakarta. Bendera tersebut dibawa dalam suatu perarakan

mengelilingi benteng baluwerti. Konon peristiwa terakhir terjadi di tahun 1947 (?). Dipercayai

pula oleh sebagian masyarakat bahwa Kyai Jegot, roh penunggu hutan Beringan tempat keraton

Yogyakarta didirikan, berdiam di salah satu tiang utama di nDalem Ageng Prabayaksa. Roh ini

dipercaya menjaga ketentraman kerajaan dari gangguan.

2.3. candi Borobudur

2.3.1 Sejarah Candi Borobudur

Borobudur dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad ke-9. Candi Borobudur dibangun oleh

para penganut agama Buddha Mahayana pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Candi ini

dibangun pada masa kejayaan dinasti Syailendra. Pendiri Candi Borobudur yaitu Raja

Samaratungga yang berasal dari wangsa atau dinasti Syailendra. Kemungkinan candi ini

dibangun sekitar tahun 824 M dan selesai sekitar menjelang tahun 900-an Masehi pada masa

pemerintahan Ratu Pramudawardhani yang adalah putri dari Samaratungga. Sedangkan arsitek

yang berjasa membangun candi ini menurut kisah turun-temurun bernama Gunadharma.

Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis oleh Sir Thomas

Page 14: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang memberi nama candi ini. Tidak

ada bukti tertulis yang lebih tua yang memberi nama Borobudur pada candi ini. Satu-satunya

dokumen tertua yang menunjukkan keberadaan candi ini adalah kitab Nagarakretagama, yang

ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Di kitab tersebut ditulis bahwa candi ini digunakan

sebagai tempat meditasi penganut Buddha.

Arti nama Borobudur yaitu "biara di perbukitan", yang berasal dari kata "bara" (candi atau biara)

dan "beduhur" (perbukitan atau tempat tinggi) dalam bahasa Sansekerta. Karena itu, sesuai

dengan arti nama Borobudur, maka tempat ini sejak dahulu digunakan sebagai tempat ibadat

penganut Buddha.

Candi ini selama berabad-abad tidak lagi digunakan. Kemudian karena letusan gunung berapi,

sebagian besar bangunan Candi Borobudur tertutup tanah vulkanik. Selain itu, bangunan juga

tertutup berbagai pepohonan dan semak belukar selama berabad-abad. Kemudian bangunan

candi ini mulai terlupakan pada zaman Islam masuk ke Indonesia sekitar abad ke-15.

Pada tahun 1814 saat Inggris menduduki Indonesia, Sir Thomas Stamford Raffles mendengar

adanya penemuan benda purbakala berukuran raksasa di desa Bumisegoro daerah Magelang.

Karena minatnya yang besar terhadap sejarah Jawa, maka Raffles segera memerintahkan H.C.

Cornelius, seorang insinyur Belanda, untuk menyelidiki lokasi penemuan yang saat itu berupa

bukit yang dipenuhi semak belukar.

Cornelius dibantu oleh sekitar 200 pria menebang pepohonan dan menyingkirkan semak belukar

yang menutupi bangunan raksasa tersebut. Karena mempertimbangkan bangunan yang sudah

rapuh dan bisa runtuh, maka Cornelius melaporkan kepada Raffles penemuan tersebut termasuk

beberapa gambar. Karena penemuan itu, Raffles mendapat penghargaan sebagai orang yang

memulai pemugaran Candi Borobudur dan mendapat perhatian dunia. Pada tahun 1835, seluruh

area candi sudah berhasil digali. Candi ini terus dipugar pada masa penjajahan Belanda.

Setelah Indonesia merdeka, pada tahun 1956, pemerintah Indonesia meminta bantuan UNESCO

untuk meneliti kerusakan Borobudur. Lalu pada tahun 1963, keluar keputusan resmi pemerintah

Indonesia untuk melakukan pemugaran Candi Borobudur dengan bantuan dari UNESCO.

Page 15: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Namun pemugaran ini baru benar-benar mulai dilakukan pada tanggal 10 Agustus 1973. Proses

pemugaran baru selesai pada tahun 1984. Sejak tahun 1991, Candi Borobudur ditetapkan sebagai

World Heritage Site atau Warisan Dunia oleh UNESCO. 

2.3.2 Letak Candi Borobudur

Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Yogyakarta. Candi

Borobudur memiliki 10 tingkat yang terdiri dari 6 tingkat berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat

berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Di setiap tingkat

terdapat beberapa stupa. Seluruhnya terdapat 72 stupa selain stupa utama. Di setiap stupa

terdapat patung Buddha. Sepuluh tingkat menggambarkan filsafat Buddha yaitu sepuluh

tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha di

nirwana. Kesempurnaan ini dilambangkan oleh stupa utama di tingkat paling atas. Struktur

Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur mandala yang menggambarkan kosmologi

Buddha dan cara berpikir manusia.

Di keempat sisi candi terdapat pintu gerbang dan tangga ke tingkat di atasnya seperti sebuah

piramida. Hal ini menggambarkan filosofi Buddha yaitu semua kehidupan berasal dari bebatuan.

Batu kemudian menjadi pasir, lalu menjadi tumbuhan, lalu menjadi serangga, kemudian menjadi

binatang liar, lalu binatang peliharaan, dan terakhir menjadi manusia. Proses ini disebut sebagai

reinkarnasi. Proses terakhir adalah menjadi jiwa dan akhirnya masuk ke nirwana. Setiap tahapan

pencerahan pada proses kehidupan ini berdasarkan filosofi Buddha digambarkan pada relief dan

patung pada seluruh Candi Borobudur.

Page 16: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Bangunan raksasa ini hanya berupa tumpukan balok batu raksasa yang memiliki ketinggian total 42 meter.

Setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat. Batu-batu ini hanya

disambung berdasarkan pola dan ditumpuk. Bagian dasar Candi Borobudur berukuran sekitar

118 m pada setiap sisi. Batu-batu yang digunakan kira-kira sebanyak 55.000 meter kubik. Semua

batu tersebut diambil dari sungai di sekitar Candi Borobudur. Batu-batu ini dipotong lalu

diangkut dan disambung dengan pola seperti permainan lego. Semuanya tanpa menggunakan

perekat atau semen.

Sedangkan relief mulai dibuat setelah batu-batuan tersebut selesai ditumpuk dan disambung.

Relief terdapat pada dinding candi. Candi Borobudur memiliki 2670 relief yang berbeda. Relief

ini dibaca searah putaran jarum jam. Relief ini menggambarkan suatu cerita yang cara

membacanya dimulai dan diakhiri pada pintu gerbang di sebelah timur. Hal ini menunjukkan

bahwa pintu gerbang utama Candi Borobudur menghadap timur seperti umumnya candi Buddha

lainnya.

Perayaan Waisak di Borobudur

Setiap tahun pada bulan purnama penuh pada bulan Mei (atau Juni pada tahun kabisat), umat

Buddha di Indonesia memperingati Waisak di Candi Borobudur. Waisak diperingati sebagai hari

kelahiran, kematian dan saat ketika Siddharta Gautama memperoleh kebijaksanaan tertinggi

dengan menjadi Buddha Shakyamuni. Ketiga peristiwa ini disebut sebagai Trisuci Waisak.

Upacara Waisak dipusatkan pada tiga buah candi Buddha dengan berjalan dari Candi Mendut ke

Candi Pawon dan berakhir di Candi Borobudur.

Pada malam Waisak, khususnya saat detik-detik puncak bulan purnama, penganut Buddha

berkumpul mengelilingi Borobudur. Pada saat itu, Borobudur dipercayai sebagai tempat

berkumpulnya kekuatan supranatural. Menurut kepercayaan, pada saat Waisak, Buddha akan

muncul secara kelihatan pada puncak gunung di bagian selatan. 

Page 17: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Borobudur

Saat ini, Borobudur telah menjadi obyek wisata yang menarik banyak wisatawan baik lokal

maupun mancanegara. Selain itu, Candi Borobudur telah menjadi tempat suci bagi penganut

Buddha di Indonesia dan menjadi pusat perayaan tahunan paling penting penganut Buddha yaitu

Waisak.

Borobudur menjadi salah satu bukti kehebatan dan kecerdasan manusia yang pernah dibuat di

Indonesia. Borobudur menjadi obyek wisata dan budaya utama di Indonesia selain Bali dan

Jakarta. Setelah mengunjungi Borobudur, Anda bisa juga mengunjungi desa di sekitarnya

seperti Karanganyar yang memiliki beberapa obyek wisata menarik.

Page 18: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. pantai parang tritis

2.1.1 sejarah pantai parang tritis

Page 19: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Pantai Parangtritis, adalah sebuah pantai di pesisir Samudra Hindia yang terletak kira-kira 27

kilometer sebelah selatan kota Yogyakarta.Parangtritis merupakan objek wisata pantai yang

cukup terkenal di Yogyakarta selain objek pantai lainnya seperti Samas, Depok, Baron, Kukup,

Krakal, dll. Sebenarnya di wilayah pesisir selatan Jogja terdapat sekitar 13 obyek wisata pantai

yang semuanya memiliki pesona wisata. Namun entah mengapa Parangtritis yang menempati

urutan pertama dalam angka kunjungan wisata, dibanding pantai-pantai lainnya. Mungkin

dikarenakan Parangtritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada objek

wisata lainnya yaitu selain ombak yang besar juga adanya gunung – gunung pasir yang tinngi di

sekitar pantai, dimana gunung pasir tersebut biasa disebut gumuk.

Kepercayaan masyarakat setempat tentang legenda Nyi Roro Kidul juga dengan sendirinya

melahirkan pesona tersendiri sehingga mampu menyedot jumlah wisatawan lebih besar

dibanding pantai-pantai lainnya. Ada kepercayaan unik di Parangtritis. Boleh percaya boleh tidak

bahwa memakai pakaian berwarna hijau di Parangtritis bisa membawa petaka.

Page 20: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Menurut kepercayaan masyarakat setempat warna hijau adalah warna kesukaan Nyi Roro Kidul,

sehingga dikhawatirkan yang memakai baju / kaos hijau akan diseret ombak ke laut karena

dikehendaki oleh sang penguasa laut selatan. Adapun kebenarannya, wallahu alam bishawab.

Nama Parangtritis mempunyai sejarah tersendiri. Syahdan, jaman dahulu kala seseorang

pangeran bernama Dipokusumo yang melarikan diri dari Kerajaan Majapahit datang ke daerah

tersebut untuk melakukan semedi. Ketika melihat tetesan-tetesan air yang mengalir dari celah

batu karang, ia pun menamai daerah ini menjadi parangtritis, dari kata parang yg artinya batu dan

tumaritis yang bisa diartikan sebagai tetesan air.Banyak sisi menarik apabila kita berwisata ke

Parangtritis.Pemandangan alamnya yang indah tentu saja yang menjadi sajian utama. Untuk

menikmatinya, kita bias sekedar berjalan kaki menyusuri pantai. Atau jika nggak mau capai kita

juga bisa menyewa jasa bendi yang akan mengantar kita melewati rute serupa. Selain bendi ada

pula tawaran menunggang kuda untuk menjelajahi pantai.

2.1.2 letak pantai parangtritis

Parangtritis adalah desa di kecamatan Kretek, Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia.

Parangtritis dilihat dari atas

Di desa ini terdapat pantai Samudra Hindia yang terletak kurang lebih 25 kilometer sebelah

selatan kota Yogyakarta. Parangtritis merupakan objek wisata yang cukup terkenal di

Yogyakarta selain objek pantai lainnya seperti Samas, Baron, Kukup, Krakal dan Glagah.

Parangtritis mempunyai keunikan pemandangan yang tidak terdapat pada objek wisata lainnya

yaitu selain ombak yang besar juga adanya gunung-gunung pasir yang tinngi di sekitar pantai,

gunung pasir tersebut biasa disebut gumuk. Objek wisata ini sudah dikelola oleh pihak pemda

Bantul dengan cukup baik, mulai dari fasilitas penginapan maupun pasar yang menjajakan

souvenir khas Parangtritis. Selain itu ada pemandian yang disebut parang wedang konon air di

pemandian dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit diantaranya penyakit kulit, air dari

Page 21: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

pemandian tersebut mengandung belerang yang berasal dari pengunungan di lokasi tersebut.

Air panas dari parang wedang dialirkan ke pantai parangtritis untuk bilas setelah bermain pasir dan

juga mengairi kolam kecil bermain anak-anak

Lokasi lain adalah Pantai Parangkusumo yang di pantai tersebut terdapat tempat konon untuk

pertemuan antara raja Yogyakarta dengan Nyi Roro Kidul. Pada hari-hari tertentu (biasa bulan

suro) di sini dilakukan persembahan sesajian (labuhan) bagi Ratu Laut Selatan atau dalam bahasa Jawa.

Penduduk setempat percaya bahwa seseorang dilarang menggunakan pakaian berwarna hijau

muda jika berada di pantai ini. Pantai Parangtritis menjadi tempat kunjungan utama wisatawan

terutama pada malam tahun baru Jawa (1 muharram/Suro).

Page 22: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

2.4. Sejarah Museum Dirgantara

2.4.1 Sejarah Berdirinya Museum Dirgantara.

Museum ini terletak di ujung utara Kabupaten Bantul perbatasan dengan Kabupaten Sleman

tepatnya di komplek Pangkalan Udara TNI-AU Adisucipto Yogyakarta. Museum ini banyak

menampilkan sejarah kedirgantaraan bangsa Indonesia serta sejarah perkembangan angkatan

udara RI pada khususnya.

Selain terdapat dioramajuga terdapat bermacam-macam jenis pesawat yang

dipergunakan pada masa perjuangan. Beberapa model dari pesawat tersebut adalah milik tentara

jepang yang digunakan oleh angkatan udara Indonesia

Keberadaan Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala berdasarkan atas gagasan dari

Pimpinan TNI AU untuk mengabadikan dan mendokumentasikan segala kegiatan dan peristiwa

bersejarah di lingkungan TNI AU.

Hal tersebut telah lama dituangkan dalam Keputusan Menteri/ Panglima Angkatan Udara No.

Page 23: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

491, tanggal 6 Agustus 1960 tentang Dokumen dan Museum Angkatan Udara. Setelah

mengalami proses yang lama, pada tanggal 21 April 1967, gagasan itu dapat diwujudkan dan

organisasinya berada di bawah Pembinaan Asisten Direktorat Budaya dan Sejarah Menteri

Panglima Angkatan Udara di Jakarta.

Berdasarkan Instruksi Menteri/ Panglima Angkatan Udara Nomor 2 tahun 1967, tanggal 30 Juli

1967 tentang peningkatan kegiatan bidang sejarah, budaya, dan museum, maka Museum

Angkatan Udara mulai berkembang dengan pesat. Berkat perhatian yang besar, baik dari

Panglima Angkatan Udara maupun Panglima Komando Wilayah Udara V (Pang Kowilu V),

pada tanggal 4 April 1969 Museum Pusat TNI AU yang berlokasi di Markas Komando Udara V,

di Jalan Tanah Abang Bukit Jakarta, diresmikan oleh Panglima Angkatan Udara Laksamana

Roesmin Noerjadin.

Berdasarkan berbagai pertimbangan bahwa kota Yogyakarta pada periode 1945-1949

mempunyai peranan penting dalam sejarah, yaitu tempat lahirnya TNI AU dan pusat kegiatan

TNI AU, serta merupakan kawah Candradimuka bagi Kadet Penerbang/ Taruna Akademi

Angkatan Udara.

Berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor Kep/11/IV/1978, museum yang semula

berkedudukan di Jakarta, kemudian dipindahkan ke Yogyakarta. Selanjutnya, berdasarkan Surat

Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor Skep/04/IV/1978 tanggal 17 April 1978, museum yang

berlokasi di Kampus Akabri Bagian Udara itu ditetapkan oleh Marsekal TNI Ashadi Tjahyadi

menjadi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, pada tanggal 29 Juli 1978 yang bertepatan

dengan peringatan Hari Bhakti TNI AU. Perkembangan selanjutnya, museum itu tidak dapat

menampung lagi koleksi alutsista yang ada karena lokasinya yang sukar dijangkau oleh umum

dan kendaraan. Oleh karena itu, Pimpinan TNI AU memutuskan untuk memindahkannya ke

gedung bekas pabrik gula di Wonocatur Lanud Adisucipto.

Sebelum pemindahan dilakukan gedung itu direhabilitasi untuk dijadikan Museum Pusat TNI

AU Dirgantara Mandala. Pada tanggal 17 Desember 1982, Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI

Ashadi Tjahjadi menandatangani prasasti sebagai bukti dimulainya rehabilitasi gedung itu.

Penggunaan dan pembangunan kembali gedung bekas pabrik gula itu diperkuat dengan Surat

Perintah Kepala Staf TNI AU Nomor Sprin/05/IV/1984, tanggal 11 April 1984. Dalam rangka

memperingati Hari Bhakti TNI AU, tanggal 29 Juli 1984, Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI

Sukardi meresmikan gedung yang sudah direhabilitasi itu sebagai gedung Museum Pusat TNI

AU Dirgantara Mandala. Lokasi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala itu berada di

Pangkalan Udara Adisucipto, di bawah Sub Dinas Sejarah, Dinas Perawatan Personel TNI AU,

Page 24: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Jakarta. Bangunan, Gedung Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala yang ditempati sekarang adalah

bekas pabrik gula Wonocatur pada zaman Belanda, sedangkan pada zaman Jepang digunakan

untuk gudang senjata dan hanggar pesawat terbang.Koleksi, Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala memamerkan benda-benda koleksi sejarah,

antara lain : koleksi peninggalan para pahlawan udara, diorama, pesawat miniatur, pesawat

terbang dari negara-negara Blok Barat dan Timur, senjata api, senjata tajam, mesin pesawat,

radar, bom atau roket, parasut dan patung-patung tokoh TNI Angkatan Udara.

2.4.1 letak museum dirgantara

Museum ini terletak di ujung utara Kabupaten Bantul perbatasan dengan Kabupaten Sleman

tepatnya di komplek Pangkalan Udara TNI-AU Adisucipto Yogyakarta.Kira-kira 7 km arah

timur kota Yogya, buka setiap hari Minggu s/d Kamis pukul 08.00-13.00 WIB dan pukul 08.00-

12.00 pada hari Jumat.walau pun terletak agak tersembunyi di dalam kompleks tni au tetapi

akses menuju tempat ini cukup mudah dan murah.

cukup dengan naik trans yogya dan kemudian turun di halte janti atau solo dengan harga tiket

3000 rupiah saja.lalu kemudian berjalan sekitar 200 meter maka kita akan segera tiba di museum

tersebut.

Diposkan oleh museum dirgantara mandala di 05:42 0 komentar

Museum Dirgantara Mandala sejarahnya berasal dari penggabungan dua museum yakni Museum Pusat AURI yang didirikan 1967 di Jakarta dan Museum Pendidikan atau Taruna yang sudah ada

di komplek pendidikan AKABRI Bagian Udara Jogja. Pada 1977 keduanya kemudian digabungkan.

Page 25: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Museum dirgantara terlengkap satu-satunya di Indonesia ini menempati Area lima hektar dengan

luas bangunan 7.600 m2. Gedungnya dibagi menjadi enam ruang. Yakni, RuangUtama, Ruang

Kronologi I dan II, Ruang Alutsista, Ruang Paskhas, Ruang Diorama, dan Ruang Minat

Dirgantara.

Berdasarkan berbagai pertimbangan bahwa kota Yogyakarta pada periode 1945-1949

mempunyai peranan penting dalam sejarah, yaitu tempat lahirnya TNI AU dan pusat kegiatan

TNI AU, serta merupakan kawah Candradimuka bagi Kadet Penerbang/ Taruna Akademi

Angkatan Udara. Berdasarkan Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor Kep/11/IV/1978, museum

yang semula berkedudukan di Jakarta, kemudian dipindahkan ke Yogyakarta. Selanjutnya,

berdasarkan Surat Keputusan Kepala Staf TNI AU Nomor Skep/04/IV/1978 tanggal 17 April

1978, museum yang berlokasi di Kampus Akabri Bagian Udara itu ditetapkan oleh Marsekal TNI

Ashadi Tjahyadi menjadi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala, pada tanggal 29 Juli 1978

yang bertepatan dengan peringatan Hari Bhakti TNI AU. Perkembangan selanjutnya, museum itu

tidak dapat menampung lagi koleksi alutsista yang ada karena lokasinya yang sukar dijangkau

oleh umum dan kendaraan. Oleh karena itu, Pimpinan TNI AU memutuskan untuk

memindahkannya ke gedung bekas pabrik gula di Wonocatur Lanud Adisucipto. Sebelum

pemindahan dilakukan gedung itu direhabilitasi untuk dijadikan Museum Pusat TNI AU

Dirgantara Mandala. Pada tanggal 17 Desember 1982, Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI

Ashadi Tjahjadi menandatangani prasasti sebagai bukti dimulainya rehabilitasi gedung itu.

Penggunaan dan pembangunan kembali gedung bekas pabrik gula itu diperkuat dengan Surat

Perintah Kepala Staf TNI AU Nomor Sprin/05/IV/1984, tanggal 11 April 1984. Dalam rangka

memperingati Hari Bhakti TNI AU, tanggal 29 Juli 1984, Kepala Staf TNI AU Marsekal TNI

Sukardi meresmikan gedung yang sudah direhabilitasi itu sebagai gedung Museum Pusat TNI

AU Dirgantara Mandala. Lokasi Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala itu berada di

Page 26: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Pangkalan Udara Adisucipto, di bawah Sub Dinas Sejarah, Dinas Perawatan Personel TNI AU,

Jakarta.Bangunan, Gedung Museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala yang ditempati sekarang adalah

bekas pabrik gula Wonocatur pada zaman Belanda, sedangkan pada zaman Jepang digunakan

untuk gudang senjata dan hanggar pesawat terbang.

Page 27: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

2.6 makam sunan tembayat

2.6.1 sejarah sunan tembayat

Sunan Bayat (nama lain: Pangeran Mangkubumi, Susuhunan Tembayat, Sunan Pandanaran (II),

atau Wahyu Widayat) adalah tokoh penyebar agama Islam di Jawa yang disebut-sebut dalam

sejumlah babad serta cerita-cerita lisan. Ia terkait dengan sejarah Kota Semarang dan penyebaran

awal agama Islam di Jawa, meskipun secara tradisional tidak termasuk sebagai Wali Sanga.

Makamnya terletak di perbukitan ("Gunung Jabalkat") di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten,

Jawa Tengah, dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang. Dari sana pula konon ia

menyebarkan ajaran Islam kepada masyarakat wilayah Mataram. Tokoh ini dianggap hidup pada

masa Kesultanan Demak (abad ke-16).

Terdapat paling tidak empat versi mengenai asal-usulnya, namun semua sepakat bahwa ia adalah

Page 28: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

putra dari Ki Ageng Pandan Arang, bupati pertama Semarang. Sepeninggal Ki Ageng Pandan

Arang, putranya, Pangeran Mangkubumi, menggantikannya sebagai bupati Semarang kedua.

Alkisah, ia menjalankan pemerintahan dengan baik dan selalu patuh dengan ajaran – ajaran Islam

seperti halnya mendiang ayahnya. Namun lama-kelamaan terjadilah perubahan. Ia yang dulunya

sangat baik itu menjadi semakin pudar. Tugas-tugas pemerintahan sering pula dilalaikan, begitu

pula mengenai perawatan pondok-pondok pesantren dan tempat-tempat ibadah.

Sultan Demak Bintara, yang mengetahui hal ini, lalu mengutus Sunan Kalijaga dari Kadilangu, Demak,

untuk menyadarkannya. Terdapat variasi cerita menurut beberapa babad tentang bagaimana

Sunan Kalijaga menyadarkan sang bupati. Namun, pada akhirnya, sang bupati menyadari

kelalaiannya, dan memutuskan untuk mengundurkan diri dari jabatan duniawi dan menyerahkan

kekuasaan Semarang kepada adiknya.

Pangeran Mangkubumi kemudian berpindah ke selatan (entah karena diperintah sultan Demak

Bintara ataupun atas kemauan sendiri, sumber-sumber saling berbeda versi), didampingi

isterinya, melalui daerah yang sekarang dinamakan Salatiga, Boyolali, Mojosongo, Sela Gringging

dan Wedi, menurut suatu babad. Konon sang pangeran inilah yang memberi nama tempat-tempat

itu). Ia lalu menetap di Tembayat, yang sekarang bernama Bayat, Klaten, dan menyiarkan Islam

dari sana kepada para pertapa dan pendeta di sekitarnya. Karena kesaktiannya ia mampu

meyakinkan mereka untuk memeluk agama Islam. Oleh karena itu ia disebut sebagai Sunan Tembayat

atau Sunan Bayat.

Nama asli Sunan Bayat : Sayyid Maulana Muhammad Hidayatullah

Nama Lain / Gelar-gelar Sunan Bayat adalah:

1. Pangeran Mangkubumi,

2. Susuhunan Tembayat,

Page 29: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

3. Sunan Pandanaran (II), [Kata-kata Pandanaran juga berasal dari bahasa Jawa Kawi yaitu Pandan arang = artinya kota Suci]

4. Wahyu Widayat

Beliau Hidup pada masa Kesultanan Demak dan Giri Kedathon (Pad abad ke-16 M, di era Kesultanan

Demak tersebut, Jabatan penasehat Sultan dipegang oleh Sunan Giri, Dan Sunan Giri mendirikan

Kerajaan di daerah Giri Gresik dengan nama Giri Kedathon dan merupakan Kerajaan bagian dari kesultanan Demak).

2.6.2 letak makam sunan tembayat

Makam beliau terletak di perbukitan ("Gunung Jabalkat" berasal dari kata Jabal Katt artinya Gunung

yang tinggi dan jauh ) di wilayah Kecamatan Bayat, Klaten, Jawa Tengah dan masih ramai diziarahi orang hingga sekarang.

Ayah Sunan Bayat atau Sunan tembayat adalah Sayyid Abdul Qadir yang lahir di Pasai, putra Maulana

Ishaq. Beliau diangkat dengan arahan Sunan Giri yang merupakan saudara seayahnya untuk Menjadi

Bupati Semarang yang pertama, dan bergelan Sunan Pandan arang. Beliau lantas berkedudukan di Pragota, yang sekarang adalah tempat bernama Bergota di kelurahan

Randusari, Semarang Selatan. Dahulu Pragota berada sangat dekat dengan pantai, karena wilayah Kota

Lama Semarang merupakan daratan baru yang terbentuk karena endapan dan proses pengangkatan

kerak bumi. Tanah Semarang diberikan kepada Pandan Arang oleh Sultan Demak. Beliau wafat di

Kelurahan Mugassari Semarang Selatan.

Page 30: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Jadi Sayyid Abdul Qadir adalah Sunan Pandan arang, jabatannya Bupati Semarang, Gelarnya adalah Maulana Islam, lahir di Pasai, wafat di Semarang.

Gelar-gelar Sayyid Abdul Qadir bin Maulana Ishaq :

1. Ki Ageng Pandan Arang, bupati pertama Semarang.2. Sunan Pandanaran 13. Maulana Islam4. Sunan Semarang

Ibu Sunan Bayat atau istri Sunan Pandanaran I bernama Syarifah Pasai adik Pati Unus @ Raden Abdul

Qadir (Mantu Raden Patah Demak) putra Raden Muhammad Yunus dari Jepara putra seorang Muballigh

pendatang dari Parsi yang dikenal dengan sebutan Syekh Khaliqul Idrus @ Abdul Khaliq Al Idrus bin

Syekh Muhammad Al Alsiy (wafat di Parsi) bin Syekh Abdul Muhyi Al Khayri (wafat di Palestina) bin

Syekh Muhammad Akbar Al-Ansari (wafat di Madina) bin Syekh Abdul Wahhab (wafat di Mekkah) bin

Syekh Yusuf Al Mukhrowi (wafat di Parsi) bin Imam Besar Hadramawt Syekh Muhammad Al Faqih Al Muqaddam.

Nasab Sunan Bayat & Sunan Pandanaran I :

Ada berbagai versi yang beredar ttg Nasab Sunan Pandanaran, sebagian besar babad menyatakan

bahwa ia adalah putra dari Pati Unus @ Panembahan Sabrang Lor (sultan kedua Kesultanan Demak)

yang menolak tahta karena lebih suka memilih mendalami spiritualitas. Posisi sultan ketiga Demak

kemudian diberikan kepada pamannya. Pendapat lain menyatakan bahwa ia adalah saudagar asing,

mungkin dari Arab, Persia, atau Turki, yang meminta izin sultan Demak untuk berdagang dan

Page 31: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

menyebarkan Islam di daerah Pragota. Izin diberikan baginya di daerah sebelah barat Demak. Cerita lain

bahkan menyebutkan ia adalah putra dari Brawijaya V, raja Majapahit terakhir, meskipun tidak ada bukti

tertulis apa pun mengenainya.

Berbagai versi di atas tidak dapat dipertanggung jawabkan dan perlu diluruskan. Versi Pertama muncul

karena Ki Ageng Pandan Arang memiliki hubungan dekat dengan Pati Unus. Hubungan Ki Ageng pandan

Arang atau Ki Ageng Pandanaran atau Sunan Pandanaran dengan Pati Unus (Pangeran Sabrang Lor)

menurut Habib Bahruddin adalah hubungan anak angkat dengan ayah angkat.

Pati Unus mengangkat Sunan Pandanaran sebagai anak angkatnya. Karena Syarifah Pasai adalah adik kandung Pati Unus.

Pendapat kedua muncul karena Sunan Pandanaran nampak seperti orang asing karena memang memiki

darah Arab, sbgmn akan kita lihat dalam data di bawah; namun kisahnya sbg saudagar tidak tepat, lantas

pendapat ketiga merupakan kebiasaan mitos setempat melegitimasikan kekuasaan akan suatu daerah

karena dianggap sebagai turunan Penguasa Jawa sebelumnya yakni dari Majapahit, riwayat ini amat

lemah karena tidak ada bukti tertulis apa pun mengenainya.

Riwayat dari catatan habib Bahruddin ba'alawi, tahun 1979, telah menggugurkan hikayat atau babad

yang menceritakan bahwa Ki Ageng pandanaran adalah anak kandung Pati Unus dan versi-versi lainnya

Page 32: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

2.5. Makam Gunung Pring

2.5.1 Sejarah makam gunung pring.

Gunung Pring, setiap orang, terlebih masyarakat Jawa Tengah dan khususnya orang Magelang

pasti sangat mengenalnya. Adalah sebuah desa yang terletak di kec. muntilan dan sejauh 1 Km

dari kota Kec Muntilan. Desa ini dinamakan Gunung Pring karena di ditengah-tengah desa ada

sebuah bukit yang banyak ditumbuhi pring (pohon bambu) yang sangat rimbun. Gunung Pring

memiliki ketinggian 400 m diatas permukaan laut.

Di puncak Gunung Pring terdapat sebuah kompleks makam milik Kraton Yogyakarta. Disini

dimakamkan salah seorang wali tanah Jawa, yakni Kyai Raden Santri (Pangeran Singosari

Mataram), salah seorang putra Ki Ageng Pemanahan, dan juga merupakan keturunan Prabu

Brawijaya V. Di dalam kompleks makam tersebut terdapat sebuah Mushala yang diberi nama

Mushala Pangeran Singasari.

Page 33: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

2.5.2 Letak makam gunung pring

Untuk mencapai kompleks pemakaman tersebut para pengunjung harus berjalan kurang lebih

sekitar 1 km dengan melalui anak tangga yang sudah ada. Sepanjang perjalanan banyak

bertebaran kios-kios yang menjual pakaian maupun makanan serta buah-buahan. Dari atas

gunung Pring kita dapat memandang Pegunungan Menoreh yang gagah menjulang.

Selain itu, di kawasan desa Gunung Pring terdapat sebuah Pondok Pesantren salaf yang sudah

sangat tua, yakni Pesantren Watu Congol. Saat ini, pondok pesantren ini dipimpin oleh Kyai

Ahmad Abdul Haq (Mbah Mad). Mbah Mad adalah ulama yang disegani di kalangan ulama-

ulama karena kharismanya.

Page 34: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Daftar isiHalaman judul…………………………………………………………

i

HALaman PENGESAHAN……………………………………………….ii

Motto…………………………………………………………………………iii

KATA PENGANTAR………………………………………………………..iv

DAFTAR ISI……………………………………………………………………v

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah obyek …………………………....1

Page 35: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

1.2 Tujuan witasa ke jawa tengah……………………………..2

BAB II PEMBAHASAN

2.1. pantai parang tritis

2.1.1 sejarah parang tritis………………………………..3

2.1.2 letak pantai parang tritis…………………………...4

2.2. keraton Yogyakarta

2.2.1 sejarah berdirinya keraton Yogyakarta…………....6

2.2.2 lokasi/keberadaan keraton Yogyakarta….………..13

2.2.3 letak keraton Yogyakarta…………………………14

2.3. candi Borobudur

2.3.1 sejarah candi Borobudur …………………………16

2.3.2 letak candi borobudur ……………………………17

2.4. museum dirgantara.

2.4.1 sejarah berdirinya museum dirgantara …………....20

2.4.2 letak musium dirgantara …………………………..21

2.5. makam gunung pring

2.5.1 sejarah wali di makam gunung pring ……….........24

2.5.2 letak makam gunung pring …………………….....24

2.6. makam sunan tembayat.

2.6.1 sejarah sunan tembayat…………………………...26

2.6.2 letak makam sunan tembayat……………………..27

BAB III PENUTUP

3.1 simpulan …………………………………………………..30 3.2 saran ………………………………………………………31

DAFTAR PUSAKA ………………………………………………………..32

Page 36: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Di susun oleh :

Kelas IXC

Kelompok

1. Moh.fahrul rozi

2. M.nurul mashobih

3. M.saifudin

4. Anton susilo

5. Zainul asror

6. Agung stiawan

Page 37: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

7. Lucky marwi

MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI

NGANTRU TULUNGAGUNG

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN KARYA WISATA KE JAWA TENGAH UNTUK MEMENUHI

PERSYARATAN UJIAN DI MTs NEGERI NGANTRU TULUNGAGUNG TAHUN

PELAJARAN 2011/2012

TULUNGAGUNG, JANUARI 2012

PEMBIMBING I PEMBIMBING II

ENDANG WAHYUNI, M.Pd NIETWATIE TOEHARININGSIH, S.Pd.

NIP:197004132007012036 NIP:

Page 38: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Mengetahui

KEPALA MTsN NGANTRU

H.ASRORI M.P.d.I

NIP:196107161985031004

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kapadaAllah SWT,yang telah memberikan rahmat, taufiq, serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Obyek Wisata Jawa Tengah.

Mudah-mudahan penyusunan laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikanya tugas ini.Ucapan terima kasih kami tujukan kepada:

1. H.Asrori M.pd. I. selaku kepala MTs Negeri Ngantru.2. Endang Wahyuni, M.Pd , selaku wali kelas IX C sekaligus pembimbing dalam

menyelesaikan penulisan laporan karya wisata ini.3. Nietwatie, S.Pd. selaku guru pembimbing dalam penulisan karya wisataa ini.4. Bapak/Ibu Guru MTs Negeri Ngantru.5. Bapak/Ibu karyawan MTs Negeri Ngantru.6. Bapak/Ibu wali murid MTs Negeri Ngantru.7. Siswa-siswi MTs Negeri Ngantru.

Page 39: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih banyak kekurangan. Oleh sebab itu,kami mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.Semoga Allah SWT. Senantiasa meridho usaha kita bersama. Amin…………!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Tulungagung, januari 2012

Penyusun

BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG MASALAH OBYEK WISATA

Page 40: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Malam hari tanggal Desember 2011 adalah hari yang sangat dinanti-nanti para siswa-

siswi MTs Negeri Ngantru,karena hari tersebut kita akan melaksanakan study tour ke

Jawa Tengah.kami berangkat dari rumah pukul 19.45 WIB, dan sampai di MTs negeri

Ngantru pukul 19.55 WIB. Sambil menunggu semua datang, kelompok kami berkumpul

untuk membicarakan hal-hal yang perlu di lakukan di tempat tujuan. Sekitar pukul 20.15

WIB, seluruh siswa-siswi MTs Negeri Ngantru diharap memasuki kelasnya menurut

absen yang sudah di tentukan oleh panitia. Kemudian di absensi dan dibacakan

tata tertib oleh pendamping. Sekitar pukul 21.00 WIB, kami semua berangkat keluar dari

kelas menuju bus II di ikuti bapak/ibu guru dan pendamping. Sebelum berangkat di

pimpin do’a oleh bapak masrukin tepat pukul 21.10 WIB. Bus 1 berangkat disusul oleh

bus 2 dan bus 3. Selama perjalan, kami bersenang-senang, menyanyi-nyanyi, dan bermain

gitar. Beberapa saat kemudian kami berhenti di SPBU untuk buang air kecil. Sesudah itu

melanjutkan perjalanan, tidak lama kemudian, kami turun di pusat oleh-oleh,untuk buang

air kecil, membeli minuman dan makanan, untuk cemilan di bus. Setelah selesai, kami

melanjutkan perjalan ke parangtritis.

Jam 03.15 WIB, dalam keadaan terlelap semua tiba di kawasan pantai parangtritis.

Tepat pukul 04.15 WIB, kami sampai di perumahan masyarakat untuk mandi, sholat

subuh dan sarapan pagi. Setelah selesai, kami kembali ke dalam bus untuk mengambil

peralatan yang di butuhkan untuk dokumentasi seperti: HP, kamera, alat tulis, dan lain-

lain. Dengan senang kami langsung menuju ke pantai parangtritis bersama-sama.

Page 41: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

B. TUJUAN WISATA KE JAWA TENGAH.

MTs negeri ngantru telah melaksanakan kegiatan study tour dengan Obyek yang cukup jauh, yaitu ke Propinsi Jawa Tengah. Berangkat dari MTs Negeri Ngantru tanggal Desember 2011 pukul 21.15 WIB. Dengan harapan agar sampai tujuan dengan selamat.

Adapun tujuanya yaitu:

1. Menambah wawasan pengalaman siswa-siswi.2. Mencari informasi-informasi tentang seluk beluk tempat bersejarah.3. Melihat salah satu keajaiban dunia yaitu candi Borobudur, yang terletak di

kabupaten Magelang.4. Merasakan betapa agungnya maha karya seni pada candi.5. Melatih kerja sama antar kelompok.6. Melatih mensyukuri semua ciptaaan Sang Kholiq.7. Memupuk rasa cinta terhadap alam dan lingkungan.

Dengan demikian dapat di ketahui bahwa kita melaksanakan study tour untuk memperoleh pengetahuan yang banyak dari obyek-obyek wisata yang kita kunjungi.

Study tour tersebut telah diikuti sekitar 158 siswa MTs Negeri Ngantru dan sebagian dari guru yang mendampingi anak didiknya. Turut serta juga yaitu dari Bapak Kepala Madrasah. Betapa senang dan bahagianya kami.

Page 42: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

BAB III

PENUTUP

1.KESIMPULAN

Bangsa yang besar adalah bangsa yang kaya akan budaya, parang tritis, keraton Yogyakarta, candi Borobudur, dan masih banyak lainnya, merupakan kekayaan bangsa, sebagai kebanggaan bersama. Keindahan alam Indonesia merupakan anugerah Allah SWT, yang harus di syukuri dan tata bangunan candi yang megah, indah dan bernilai sejarah, menunjukkan bahwa bangsa Indonesia sebagai bangsa yang besar.

Kegiatan study tour, merupakan salah satu media yang paling baik untuk memperkenalkan kekayaan budaya bangsa kepada siswa, siswa dapat melihat dan mengamati secara langsung, tidak hanya lewat buku saja.

Dengan demikian dapat menumbuhkan sikap cinta tanah air dan bangsa, serta bangga sebagai bangsa Indonesia yang berbudaya.

Page 43: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Kekayaan akan budaya bangsa tersebut perlu kita pelihara dan lestarikan. Tugas ini merupakan tanggung jawab kita semua, kita harus turut menjaga kebersihan, keindahan, dan keaamananya, sehingga para wisatawan lebih-lebih yang di mancanegara merasa betah dan aman berkunjung ke Indonesia dan membawa kesan yang baik bagi Indonesia di mata dunia. Dengan banyaknya para wisatawan dapat meningkatkan pendapat devisa Negara, sebagai modal pembangunan.

B. SARAN

Adapun saran-saran dapat penulis sertakan dalam kesempatan ini antara lain adalah sebagai berikut :

1. Hendaknya kita mampu memasyarakatkan nilai-nilai budaya yang luhur agar budaya khas Negara kita dapat kita lestarikan dan kita wariskan kepada generasi mendatang.

2. Janganlah kita melupakan sejarah perjalanan kehidupan Negara ini, khususnya dalam penjajahan dan masa kemerdekaan, sebab di dalamnya banyak sekali hikmah-hikmah dan pelajaran yang dapat kita petik dan di ambil sebagai bekal kita untuk membentuk sikap nasionalisme dalam masa pembangunan Negara ini.

3. Hendaknya kita sebagai generasi muda pejuang bangsa maka sejak jayalah mempersiapkan diri untuk menjadi generasi penerus bangsa yang baik, patuh, dan taat.

4. Hendaknya kita sebagai pelajar yang baik, mari kita memperjuangkan budaya dan Negara Indonesia yang tercinta ini. Atas ridho Allah SWT semoga karya tulis ini dapat bermanfaat dan berguna bagi para pembaca dan kita semua.

Dengan harapan study tour ke depan lebih terkoordinasi, sehingga semuanya bias berjalan dengan lancer. Amin…!!!

Motto

Bertemu jadi teman itu mudah, tapi bersatu dan damai itu adalah hal yang sulit.

Kegagalan adalah awal dari keberhasilan

Page 44: tugas Keraton Ngayogyakarta.docx

Jadikanlah masa lalumu untuk melangkah lebih bikak. Belajar tanpa berdo’a bagaikan pohon tak berakar. Belajar tanpa berfikir itu sia-sia berfikir tanpa belajar itu berbahaya. Jadikanlah pengalamanmu sebagai cambuk pengembangan bakat dan

kreatifitasmu. Perpisahan memang menyakitkan, tapi dengan perpisahan, kita tahu arti

persahabatan. Experience Is The Best Teacher. Mencari ilmu adalah kewajiban setiap manusia. Jangan katakana menyerah sebelum mencoba. Kejujuran adalah mata uang yang berlaku di mana- mana.