TUGAS KEPERAWATN ANAK

38
TUGAS KEPERAWATAN ANAK ASUHAN KEPERWATAN ANAK DENGAN PENYAKIT MENINGOCHELE DI RSUD AJIBARANG Disusun Oleh : 1. Beni Lastaro P17420212090 2. Mentari Nur Ajizah P17420212112 3. Pramita Nindi Apriliana P17420212119 4. Restu Pamuji P17420212121 KEMENTRIAN KESEHATAN REPUPLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

description

keperawatan

Transcript of TUGAS KEPERAWATN ANAK

TUGAS KEPERAWATAN ANAKASUHAN KEPERWATAN ANAK DENGAN PENYAKIT MENINGOCHELE DI RSUD AJIBARANG

Disusun Oleh :

1. Beni LastaroP17420212090 2. Mentari Nur AjizahP174202121123. Pramita Nindi AprilianaP174202121194. Restu PamujiP17420212121

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUPLIK INDONESIAPOLTEKKES KEMENKES SEMARANGPRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO2013KATA PENGANTARAssalamualaikum Warahmatullahi WabarokatuPuji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, pemilik segala puji dan penolong hamba-hamba-Nya. Berkat rahmat dan karunia-Nya yang tidak pernah terputus sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN MENINGOCHELE tepat pada waktunya dan tanpa halangan yang berarti.Dalam kesempatan ini, dengan segala hormat penulis mengucapkan terima kasih kepada :1. Bapak Sugiyanto, S.Pd, M.App.Sc. selaku direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang.2. Ibu Munjiati, S.Kep, Ns, MH. Selaku Ketua Program Studi Keperawatan Purwokerto.3. Bapak Wahyudi. selaku pengampu mata kuliah Keperawatan Anak.4. Ibu Hartati, S.Kep, Ns, MM. selaku Ketua Bidang Kemahasiswaan Prodi Keperawatan Purwokerto.5. Bapak, Ibu, serta keluarga tercinta yang selalu mendoakan, dan memberikan dukungan secara moral, material dan spiritual.6. Teman-teman yang telah memberikan dukungan dan bekerja sama dalam pembuatan makalah ini.7. Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam pembentukan makalah ini.Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun kepada para pembaca. Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi perbaikan makalah ini.Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatu.Purwokerto, Januari 2014 PenulisBAB IPENDAHULUAN

A. Latar BelakangCacat bawaan adalah suatu kelainan/cacat yang dibawa sejak lahir baik fisik maupun mental. Cacat bawaan dapat disebabkan akibat kejadian sebelum kehamilan, selama kehamilan dan saat melahirkan atau masa perinatal. Cacat ini dapat akibat penyakit genetik, pengaruh lingkungan baik sebelum pembuahan (bahan mutagenik) maupun setelah terjadi pembuahan (bahan teratogenik).Bila cacat bawaan terutama malformasi multipel disertai dengan retardasi mental dan kelainan rajah tangan (dermataoglifi) memberikan kecurigaan kelainan genetik (kromosomal). Penyakit genetik adalah penyakit yang terjadi akibat cacat bahan keturunan pada saat sebelum dan sedang terjadi pembuahan. Penyakit genetik tidak selalu akibat pewarisan dan diwariskan, dapat pula terjadi mutasi secara spontan yang dipengaruhi oleh lingkungan. Penyakit infeksi dalam kandungan, pengaruh lingkungan seperti radiasi sinar radioaktif dan kekurangan/kelebihan bahan nutrisi juga dapat menyebabkan cacat bawaan.Kelainan bawaan pada neonatus dapat terjadi pada berbagai organ tubuh. Diantaranya meningokel dan ensefalokel.Meningokel dan ensefalokel merupakan kelainan bawaan di mana terjadi pemburutan selaput otak dan isi kepala keluar melalui lubang pada tengkorak atau tulang belakang.Meningokel biasanya terdapat pada daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas. Kantong hanya berisi selaput otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis ( dalam durameter tidak terdapat saraf). Operasi akan mengoreksi kelainan, sehingga tidak terjadi gangguan sensorik dan motorik dan bayi akan menjadi normal.Ensefalokel biasanya terjadi pada bagian oksipital. Pada bagian ini terdapat kantong berisi cairan, jaringan saraf, atau sebagian otak. Ensefalokel akan berkaitan dengan kelainan mental yang berat meskipun sudah dilakukan operasi.

B. RUMUSAN MASALAHAdapun rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini:1. Apa yang dimaksud dengan Meningochele itu?2. Bagaimana etiologi dari Meningochele?3. Apa saja klasifikasi dari Meningochele itu?4. Apa tanda dan gejala dari Meningochele?5. Bagaimana patofisiologi penyakit Meningochele itu?6. Apa komplikasi yang ditimbulkan dari Meningochele?7. Bagaimanakah pemeriksaan diagnostik dan penatalaksanaannya?8. Bagaimanakah asuhan keperawatan pada pasien Meningochele?

C. TUJUAN1. Tujuan Instruksional Umum Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada anak dengan gangguan meningochele dengan menerapkan proses keperawatan2. Tujuan Instruksional KhususAdapun tujuan penulis yang diharapkan setelah mengerjakan tugas ini, antara lain:1. Untuk mengetahui pengertian dari Meningochele2. Untuk mengetahui etiologi dari Meningochele3. Untuk mengetahui klasifikasi dari Meningochele4. Untuk mengetahui tanda dan gejala dari Meningochele5. Untuk mengetahui patofisiologi dari Meningochele6. Untuk mengetahui komplikasi yang ditimbulkan dari Meningochele7. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostik dan penetalaksanaannya pada Meningochele8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien Meningochele

BAB IIASUHAN KEPERAWATAN ANAK PADA MENINGOCELEA. Pengertian 1. Meningokel adalah meningens yang menonjol melalui vertebrata yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan dibawah kulit. 2. Meningokel adalah penonjolan dari pembungkus medulla spinalis melalui meningocel dan terlihat sebagai benjolan pada permukaan. Pembengkakan kistis ini ditutupi oleh kulit yang sangat tipis. Pada kasus tertentu kelainan ini dapat dikoreksi dengan pembedahan. Pembedahan terdiri dari insisi meningokel dan penutupan dura meter. Kemudian kulit diatas cacat ditutup. Hidrosefalus kemungkinan merupakan komplikasi yang memerlukan drainase. (Prinsip Keperawatan Pediatric, Rosa M. sachrin. Hal-283) 3. Meningokel merupakan kelainan kongenital SSP yang paling sering terjadi. Biasanya terletak di garis tengah. Meningokel biasanya terdapat di daerah servikal atau daerah torakal sebelah atas.Kantong hanya berisi selaput otak, sedangkan korda tetap dalam korda spinalis (dalam durameter tidak terdapat saraf). Tidak terdapat gangguan sensorik dan motorik. Bayi akan menjadi normal sesudah operasi. (IKA-FKUI. Hal-1136) 4. Meningokel adalah penyakit kongenital dari kelainan embriologis yang disebut neural tube defect (NTD) yaitu adanya defek pada penutupan spina yang berhubungan dengan pertumbuhan yang abnormalnya korda spinalis atau penutupannya.5. Dari beberapa pernyataan diatas dapat disimpilkan, Meningokel adalah kelainan kongenital berupa penonjolan dari pembungkus medulla spinalis melalui meningocel karena pertumbuhan yang abnormal korda spinalis atau penutupannya.

B. EtiologiMenurut (Cecily L Betz dan Linda A Sowden, 2002) penyebab spesifik dari meningocel tidak diketahui. Banyak faktor seperti keturunan dan lingkungan diduga terlibat dalam terjadinya defek ini. Berikut ini telah diduga sebagai faktor penyebab 1. kadar vitamin maternal rendah, termasuk asam folat.2. mengonsumsi klomifen dan asam valproat3. dan hipertermia selama kehamilan. Diperkirakan bahwa hampir 50 % defek tuba neural dapat dicegah jika wanita yang bersangkutan meminum vitamin-vitamin prakonsepsi, temasuk asam folat.Namun ada beberapa pendapat lain yang diduga sebagai faktor penyebabnya anatara lain:1. Kelainan Genetik dan Kromosom.Kelainan genetik pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan berpengaruh atas kelainan kongenital pada anaknya. Di antara kelainan-kelainan ini ada yang mengikuti hukum Mendel biasa, tetapi dapat pula diwarisi oleh bayi yang bersangkutan sebagai unsur dominan (dominant traits) atau kadang-kadang sebagai unsur resesif. Penyelidikan daIam hal ini sering sukar, tetapi adanya kelainan kongenital yang sama dalam satu keturunan dapat membantu langkah-langkah selanjutya. Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi kedokteran ,maka telah dapat diperiksa kemingkinan adanya kelainan kromosom selama kehidupan fetal serta telah dapat dipertimbangkan tindakan-tindakan selanjutnya. Beberapa contoh kelainan kromosom autosomal trisomi 21 sebagai sindroma down (mongolism). Kelainan pada kromosom kelamin sebagai sindroma turner2. Faktor Mekanik Tekanan mekanik pada janin selama kehidupan intrauterin dapat menyebabkan kelainan hentuk organ tubuh hingga menimbulkan deformitas organ cersebut. Faktor predisposisi dalam pertumbuhan organ itu sendiri akan mempermudah terjadinya deformitas suatu organ.3. Faktor infeksi.Infeksi yang dapat menimbulkan kelainan kongenital ialah infeksi yang terjadi pada periode organogenesis yakni dalam trimester pertama kehamilan. Adanya infeksi tertentu dalam periode organogenesis ini dapat menimbulkan gangguan dalam pertumbuhan suatu organ rubuh. Infeksi pada trimesrer pertama di samping dapat menimbulkan kelainan kongenital dapat pula meningkatkan kemungkinan terjadinya abortus. Sebagai contoh infeksi virus pada trimester pertama ialah infeksi oleb virus Rubella. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang menderita infeksi Rubella pada trimester pertama dapat menderita kelainan kongenital pada mata sebagai katarak, kelainan pada sistem pendengaran sebagai tuli dan ditemukannya kelainan jantung bawaan. Beberapa infeksi lain pada trimester pertama yang dapat menimbulkan kelainan kongenital antara lain ialah infeksi virus sitomegalovirus, infeksi toksoplasmosis, kelainan-kelainan kongenital yang mungkin dijumpai ialah adanya gangguan pertumbuhan pada system saraf pusat seperti hidrosefalus, mikrosefalus, atau mikroftalmia.4. Faktor obatBeberapa jenis obat tertentu yang diminum wanita hamil pada trimester pertama kehamilan diduga sangat erat hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital pada bayinya. Salah satu jenis obat yang telah diketahui dagat menimbulkan kelainan kongenital ialah thalidomide yang dapat mengakibatkan terjadinya fokomelia atau mikromelia. Beberapa jenis jamu-jamuan yang diminum wanita hamil muda dengan tujuan yang kurang baik diduga erat pula hubungannya dengan terjadinya kelainan kongenital, walaupun hal ini secara laboratorik belum banyak diketahui secara pasti. Sebaiknya selama kehamilan, khususnya trimester pertama, dihindari pemakaian obat-obatan yang tidak perlu sama sekali; walaupun hal ini kadang-kadang sukar dihindari karena calon ibu memang terpaksa harus minum obat. Hal ini misalnya pada pemakaian trankuilaiser untuk penyakit tertentu, pemakaian sitostatik atau prepaat hormon yang tidak dapat dihindarkan; keadaan ini perlu dipertimbangkan sebaik-baiknya sebelum kehamilan dan akibatnya terhadap bayi.5. Faktor umur ibuTelah diketahui bahwa mongolisme lebih sering ditemukan pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang mendekati masa menopause. Di bangsal bayi baru lahir Rumah Sakit Dr Cipto Mangunkusumo pada tahun 1975-1979, secara klinis ditemukan angka kejadian mongolisme 1,08/100 kelahiran hidup dan ditemukan resiko relatif sebesar 26,93 untuk kelompok ibu berumur 35 tahun atau lebih.6. Faktor hormonalFaktor hormonal diduga mempunyai hubungan pula dengan kejadian kelainan kongenital. Bayi yang dilahirkan oleh ibu hipotiroidisme atau ibu penderita diabetes mellitus kemungkinan untuk mengalami gangguan pertumbuhan lebih besar bila dibandingkan dengan bayi yang normal.7. Faktor radiasiRadiasi pada permulaan kehamiIan mungkin sekali akan dapat menimbulkan kelainan kongenital pada janin. Adanya riwayat radiasi yang cukup besar pada orang tua. dikhawatirkan akan dapat mengakibatkan mutasi pada gene yang mungkin sekali dapat menyebabkan kelainan kongenital pada bayi yang dilahirkannya. Radiasi untuk keperluan diagnostik atau terapeutis sebaiknya dihindarkan dalam masa kehamilan, khususnya pada hamil muda.8. Faktor giziPada binatang percobaan, kekurangan gizi berat dalam masa kehamilan dapat menimbulkan kelainan kongenital. Pada manusia, pada penyelidikan-penyelidikan menunjukkan bahwa frekuensi kelainan kongenital pada bayi-bayi yang dilahirkan oleh ibu yang kekurangan makanan lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi-bayi yang lahir dari ibu yang baik gizinya. Pada binatang percobaan, adanya defisiensi protein, vitamin A ribofIavin, folic acid, thiamin dan lain-Iain dapat menaikkan kejadian &elainan kongenital.9. Faktor-faktor lainBanyak kelainan kongenital yang tidak diketahui penyebabnya. Faktor janinnya sendiri dan faktor lingkungan hidup janin diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Masalah sosial, hipoksia, hipotermia, atau hipertermia diduga dapat menjadi faktor penyebabnya. Seringkali penyebab kelainan kongenitai tidak diketahui.C. PatofisiologiMeningocel disebabkan oleh kegagalan dari tabung saraf untuk menutup selama bulan pertama embrio pembangunan (sering sebelum ibu tahu dia hamil). Biasanya penutupan tabung saraf terjadi pada sekitar 28 hari setelah pembuahan. Namun, jika sesuatu yang mengganggu dan tabung gagal untuk menutup dengan baik, cacat tabung saraf akan terjadi. Obat seperti beberapa Antikonvulsan, diabetes, setelah seorang kerabat dengan meningocel obesitas, dan peningkatan suhu tubuh dari demam atau sumber-sumber eksternal seperti bak air panas dan selimut listrik dapat meningkatkan kemungkinan seorang wanita akan mengandung bayi dengan meningocel. Namun, sebagian besar wanita yang melahirkan bayi dengan meningocel tidak punya faktor risiko tersebut, sehingga meskipun banyak penelitian, masih belum diketahui apa yang menyebabkan mayoritas kasus.Beragam meningocel prevalensi dalam populasi manusia yang berbeda dan bukti luas dari strain tikus dengan meningocel menunjukkan dasar genetik untuk kondisi. Seperti manusia lainnya penyakit seperti kanker, hipertensi dan aterosklerosis (penyakit arteri koroner), meningocel kemungkinan hasil dari interaksi dari beberapa gen dan faktor lingkungan. Penelitian telah menunjukkan bahwa kekurangan asam folat (folat) adalah faktor dalam patogenesis cacat tabung saraf.Suplemen dari makanan ibu dengan folat dapat mengurangi kejadian cacat tabung saraf sekitar 70 %, dan juga dapat mengurangi keparahan cacat ini ketika mereka terjadi. Tidak diketahui bagaimana atau mengapa asam folat mempunyai efek ini. Meningocel tidak mengikuti pola-pola langsung hereditas seperti distrofi otot atau penyakit darah.

D. Klasifikasi1. Spina bifida OkultaMerupakan spina bifida yang paling ringan. Satu atau beberapa vertebra tidak terbentuk secara normal, tetapi korda spinalis dan selaputnya (meningens) tidak menonjol .spina bifida okulta merupakan cacat arkus vertebra dengan kegagalan fusi pascaerior lamina vertebralis dan seringkali tanpa prosesus spinosus. Spina bifida olkuta merupakan temuan terpisah dan tidak bermakna pada sekitar 20% pemerikasaan radiografis tulang belakang.2. MeningokelMeningokel melibatkan meningen, yaitu selaput yang bertanggung jawab untuk menutup dan melindungi otak dan sumsum tulang belakang. Meningokel memiliki gejala lebih ringan daripada myelomeningokel karena korda spinalis tidak keluar dari tulang pelindung, Meningocele adalah meningens yang menonjol melalui vertebra yang tidak utuh dan teraba sebagai suatu benjolan berisi cairan di bawah kulit dan ditandai dengan menonjolnya meningen, sumsum tulang belakang dan cairan serebrospinal. Meningokel seperti kantung di pinggang, tapi disini tidak terdapat tonjolan saraf corda spinal. Seseorang dengan meningocele biasanya mempunyai kemampuan fisik lebih baik dan dapat mengontrol saluran kencing ataupun kolon.3. MyelomeningokelMyelomeningokel ialah jenis meningocel yang kompleks dan paling berat, dimana korda spinalis menonjol dan keluar dari tubuh, kulit diatasnya tampak kasar dan merah. Penaganan secepatnya sangat di perlukan untuk mengurangi kerusakan syaraf dan infeksi pada tempat tonjolan tesebut. Jika pada tonjolan terdapat syaraf yang mempersyarafi otot atau extremitas, maka fungsinya dapat terganggu, kolon dan ginjal bisa juga terpengaruh. Jenis myelomeningocale ialah jenis yang paling sering dtemukan pada kasus meningocel. Kebanyakan bayi yang lahir dengan jenis meningocel juga memiliki hidrosefalus,akumulasi cairan di dalam dan di sekitar otak.

E. Manifestasi KlinisGejalanya bervariasi, tergantung kepada beratnya kerusakan pada korda spinalis dan akar saraf yang terkena.1. Penonjolan seperti kantung di punggung tengah sampai bawah pada bayi baru lahir jika disinari, kantung tersebut tidak tembus cahaya.2. Kelumpuhan/kelemahan pada pinggul, tungkai atau kaki3. Penurunan sensasi.4. Inkontinensia urin (beser) maupun inkontinensia tinja5. Korda spinalis yang terkena rentan terhadap infeksi (meningitis).6. Seberkas rambut pada daerah sakral (panggul bagian belakang).7. Lekukan pada daerah sakrum.8. Abnormalitas pada lower spine selalu bersamaan dengan abnormalitas upper spine (arnold chiari malformation) yang menyebabkan masalah koordinasi9. Deformitas pada spine, hip, foot dan leg sering oleh karena imbalans kekuatan otot dan fungsi10. Masalah bladder dan bowel berupa ketidakmampuan untuk merelakskan secara volunter otot (sphincter) sehingga menahan urine pada bladder dan feses pada rectum.11. Hidrosefalus mengenai 90% penderita meningocel. Inteligen dapat normal bila hirosefalus di terapi dengan cepat.12. Anak-anak dengan meningomyelocele banyak yang mengalami tethered spinal cord. Spinal cord melekat pada jaringan sekitarnya dan tidak dapat bergerak naik atau turun secara normal. Keadaan ini menyebabkan deformitas kaki, dislokasi hip atau skoliosis. Masalah ini akan bertambah buruk seiring pertumbuhan anak dan tethered cord akan terus teregang.13. Obesitas karena inaktivitas14. Fraktur patologis pada 25% penderita meningocel, disebabkan karena kelemahan atau penyakit pada tulang.15. Defisiensi growth hormon16. Alergi karet alami (latex)Beberapa anak memiliki gejala ringan atau tanpa gejala, sedangkan yang lainnya mengalami kelumpuhan pada daerah yang dipersarafi oleh korda spinalis atau akar saraf yang terkena.

F. PathwayPeningkatan AFPPenurunan asam folat Faktor lain (genetik, lingkungan)

Mempengaruhi proses pembelahan sel

Defek penutupan kanalis vertebralis

Kegagalan fusi kongenital pada lipatan dorsal

Nyeri akut Defek tabung saraf dan eksoftalmus

Krisis situasi (anak dengan defek fisik)G. Resiko tinggi infeksiProsedur pembedahan Spina bifi

Perubahan proses keluarga

Lesi neurologis pada Otot dasar panggul lemah Jika lesi pada S2-4 (kaki, Ekstremitas bawah anus) lemah.(diastematomielia) Penurunan motilitas usus Paralisis kandung kemih

inkontinensia alvi Saraf terjepit Sensasi rectum dan anus Mielodisplasia terganggu (bahkan tak ada)

Resiko kerusakan integritas kulitParalisis kelumpuhan kerusakan fungsi usus dan(lengan, tungkai, otot rektum bawah)

Inkontinensia aniKerusakan neuromuskuler

Sumber : John Rendle dkk,1994Kerusakan mobilitas fisik

H. G. Komplikasi Komplikasi yang lain dari meningocel yang berkaitan dengan kelahiran antara lain adalah :1. Paralisis cerebri2. Retardasi mental3. Atrofi optic4. Epilepsi5. Osteo porosis6. Fraktur (akibat penurunan massa otot)7. Ulserasi, cidera, dikubitus yang tidak sakit.8. (Cecily L Betz dan Linda A Sowden, 2002)Infeksi urinarius sangat lazim pada pasien inkontinen. Meningitis dengan organisme campuran lazim ditemukan bila kulit terinfeksi atau terdapat sinus. Pada beberapa kasus, filum terminale medulla spinalis tertambat atau terbelah oleh spur tulang (diastematomielia), yang dapat menimbulkan kelemahan tungkai progresif pada pertumbuhan. Sendi charcot dapat terjadi dengan disorganisasi pergelangan kaki, lutut atau coxae yang tak nyeri.( Pincus.Catzel,1994)

H. Pemeriksaan PenunjangPemeriksaan diagnostik : kajian foto toraks, USG, pemindaian CT, MRI, amniosentesis.1. Tes periode antenatal : fetoprotein alfa serum antara kehamilan 16 18 minggu, Usg fetus, amniosentesis jika hasil uji lainnya tidak meyakinkan.2. Uji prabedah rutin : pemeriksaan darah lengkap, urinalisis, pembiakan dan sensitivitas, golongan dan pencocokan silang darah, pemeriksaan foto toraks. (Cecily L Betz dan Linda A Sowden, 2002)Pemeriksaan penunjang pada meningocel dilakukan pada saat janin masih di dalam kandungan maupun setelah bayi lahir.1. Pemeriksaan pada waktu janin masih di dalam kandungana. Pada trimester pertama, wanita hamil menjalani pemeriksaan darah yang disebut triple screen. Tes ini merupakan tes penyaringan untuk spina bifida, sindroma Down dan kelainan bawaan lainnya.b. Fetoprotein alfa serum, 85% wanita yang mengandung bayi dengan spina bifida, akan memiliki kadar serum alfa fetoprotein yang tinggi. Tes ini memiliki angka positif palsu yang tinggi, karena itu jika hasilnya positif, perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memperkuat diagnosis. c. Kadang dilakukan amniosentesis (analisa cairan ketuban).2. Setelah bayi lahir, dilakukan pemeriksaan berikut:a. Rontgen tulang belakang untuk menentukan luas dan lokasi kelainan.b. USG tulang belakang bisa menunjukkan adanya kelainan pada korda spinalisc. CT scan atau MRI tulang belakang kadang dilakukan untuk menentukan lokasi dan luasnya kelainan. (http:// www.medicasatore.com)

I. Penatalaksanaan1. Penatalaksanaan MedisPembedahan mielomeningokel dilakukan pada periode neonatal untuk mencegah ruptur. Perbaikan dengan pembedahan pada lesi spinal dan pirau CSS pada bayi hidrocefalus dilakukan pada saat kelahiran. Pencangkokan pada kulit diperlukan bila lesinya besar. Antibiotic profilaktik diberikan untuk mencegah meningitis. Intervensi keperawatan yang dilakukan tergantung ada tidaknya disfungsi dan berat ringannya disfungsi tersebut pada berbagai sistem tubuh.Berikut ini adalah obat-obat yang dapat diberikan :a. Antibiotic digunakan sebagai profilaktik untuk mencegah infeksi saluran kemih (seleksi tergantung hasil kultur dan sensitifitas).b. Antikolinergik digunakan untuk meningkatkan tonus kandung kemih.c. Pelunak feces dan laksatif digunakan untuk melatih usus dan pengeluaran feces. (Cecily L Betz dan Linda A Sowden, 2002, halaman 469)2. Penatalaksanaan Keperawatana. Perawatan pra-bedaha) Segera setelah lahir daerah yang terpapar harus dikenakan kasa steril yang direndam salin yang ditutupi plastik, atau lesi yang terpapar harus ditutupi kasa yang tidak melekat, misalnya telfa untuk mencegah jaringan syaraf yang terpapar menjadi kering.b) Perawatan prabedah neonatus rutin dengan penekanan khusus pada mempertahankan suhu tubuh yang dapat menurun dengan cepat. Pada beberapa pusat tubuh bayi ditempatkan dalam kantong plastik untuk mencegah kehilangan panas yang dapat terjadi akibat permukaan lesi yang basah.c) Suatu catatan aktivitas otot pada anggota gerak bawah dan spingter anal akan dilakukan oleh fisioterapist.d) Lingkaran oksipito-frontalis kepala diukur dan dibuat grafiknya.b. Perawatan pasca bedaha) Perawatan pasca bedah neonatus umumb) Pemberian makanan peroral dapat diberikan 4 jam setelah pembedahan.c) Jika ada drain penyedotan luka maka harus diperiksa setiap jam untuk menjamin tidak adanya belitan atau tekukan pada saluran dan terjaganya tekanan negatif dalam wadah. Cairan akan berhenti berdrainase sekitar 2 atau 3 hari pasca bedah, dimana pada saat ini drain dapat diangkat. Pembalut luka kemungkinan akan dibiarkan utuh, dengan inspeksi yang teratur, hingga jahitan diangkat 10 12 hari setelah pembedahan.d) Akibat kelumpuhan anggota gerak bawah, maka rentang gerakan pasif yang penuh dilakukan setiap hari. Harus dijaga agar kulit di atas perinium dan bokong tetap utuh dan pergantian popok yang teratur dengan pembersihan dan pengeringan yang seksama merupakan hal yang penting.e) Prolaps rekti dapat merupakan masalah dini akibat kelumpuhan otot dasar panggul dan harus diusahakan pemakaian sabuk pada bokong .f) Lingkaran kepala diukur dan dibuat grafik sekali atau dua kali seminggu. Seringkali terdapat peningkatan awal dalam pengukuran setelah penutupan cacad spinal dan jika peningkatan ini berlanjut dan terjadi perkembangan hidrosefalus maka harus diberikan terapi yang sesuai. (Rosa.M.Sacharin,1996)

SKENARIO ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN PENYAKIT MENINGOCHELE DI RSUD AJIBARANG

STUDI KASUSAn.B adalah anak dari pasangan Tn.W dan Ny.S yang lahir pada tanggal 17 desember 2013 pervagina yang mengalami keluhan suka menangis dan rewel karena terdapat benjolan di kepala. Kemudian pada tanggal 21 januari 2014 dibawa ke RSUD Ajibarang Ruang Nuri Kamar 5 C. Setelah diperiksa ternyata menderita meningochele kemudian dirawat di ruang Nuri.

ASUHAN KEPERAWATAN ANAKPADA KASUS MENINGOCEL

A. PENGKAJIANNama Pengkaji: Kelompok 7Hari, Tanggal: Kamis, 22 Januari 2013Waktu : 07.30 WIBTempat: RSUD Ajibarang Ruang Nuri Kamar 5 CNara Sumber : Keluarga dan RM1. Identitas a. Identitas anakNama : An. BTTL: Banyumas, 17 Desember 2013Usia: 1 bulan Jenis Kelamin: Laki- lakiAgama: IslamSuku / Bangsa: JawaAlamat: Desa Sukorejo 10/1, Banyumas.No. RM: 908767Diagnosa Medis: MeningocheleTanggal Masuk : Rabu, 21 Januari 2013Pendidikan : -Pekerjaan : -b. Identitas Penanggung JawabNama: Ny. SUmur : 25 tahun Jenis Kelamin: PerempuanAlamat: Desa Sukorejo 10/1, Banyumas.Pekerjaan: Ibu Rumah TanggaAgama : IslamHub.dengan Anak : Ibu Kandung

B. Riwayat Kesehatana. Keluhan Utama Terdapat benjolan di kepala.b. Keluhan Tambahan Anak sering menangis dan rewel.c. Riwayat Penyakit Sekarang Anak B lahir pada tanggal 17 Desember 2013 di RSUD Ajibarang Anak lahir dengan jalan pervaginam, pada saat lahir ternyata terdapat benjolan di kepala.d. Riwayat Penyakit TerdahuluNy. S mengatakan ketika hamil umur 1 bulan dia pernah meminum obat batuk.

C. Pemeriksaan Fisik 1. Pemeriksaan Umuma. Keadaan umum : Sedang b. Kesadaran: Compos Mentisc. TTV: RR : 26 x/menit T: 36.5 0C N: 100 x/menit2. Pemeriksaan Head to toe a. Sistem penglihatanPosisi mata simetris / arah antara hidung dan mata menjauh, konjungtiva anemi dan sklera pucat.b. Sistem pendengaranDaun telinga kanan kiri simetris, bentuk telinga simetris, tidak ada cairan yang keluar.c. Sistem pernafasanJalan nafas bersih terdapat abstraksi pada angkal hidung (nafas mulut)d. Sistem kardiovaskulertidak ada distensi vena jugularis, sirkulasi jantung : tidak ada kelainan bunyi jantung, tidak ada nyeri tekan.e. Sistem sarafSirkulasi serebral, tingkat kesadaran composmenthis, reaksi pupil terhadap cahaya kanan dan kiri positif.

f. Sistem urogenitalTidak terjadi perubahan pola berkemih, anak bak 5 6x/hari, genital bersih tidak ada lukag. Sistem pencernaanKeadaan mulut bersih, tidak mengalami mukosa lembab, bau mulut tidak ada,mual dan muntah tidak ada, tidak ada alergi terhadap makanan apapun.h. Sistem integumenKeadaan rambut bersih, tidak mudah dicabut warna hitam, kuku bersih dan pendeki. Sistem EndokrinTidak terdapat gangren, anak tidak tremor, tidak ada pembesaran kelenjar thyroidD. ANALISA DATA PRE OPNODATA FOKUSPROBLEMETIOLOGI

1.DS : Terdapat benjolan di kepala.DO : Pasien tidak dapat bergerak bebasGangguan mobilitas fisikKerusakan neuromuskuler

2.DS : Ibu pasien mengatakan sedih melihat keadaan anaknya sekarang.DO : Ibu pasien terlihat sering menangis

Koping keluarga tidak efektif

Krisis situasi (anak dengan defek fisik)

POST OPNODATA FOKUSPROBLEMETIOLOGI

1.DS : Ibu pasien mengatakan anaknya sering rewel.DO : Pasien terlihat sering menangis.Nyeri akutAgen injury fisik ( luka post op)

2.DS : DO : Terdapat luka operasi di daerah kepala.Resiko InfeksiProsedur pembedahan

3.DS : Ibu Pasien mengatakan belum tau mengenai penyakit anaknya.DO : Ibu pasien sering bertanya mengenai perawatan yang harus di lakukan pada anaknya setelah di operasi.Kurang pengetahuan tentang perawatan post operasiKurang terpaparnya informasi

E. DIAGNOSA KEPERAWATAN1. Pre OPa. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan neuromuskuler.b. Koping keluarga tidak efektif berhubungan dengan krisis situasi (anak dengan defek fisik)2. POST OPa. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury fisik (luka post op)b. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahan.c. Kurang Pengetahuan tentang perawatan post operasi berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.

F. INTERVENSINODX KEPERAWATANPERENCANAANTT

TUJUAN (NOC)INTERVENSI (NIC)

1DX.I :gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan neuromuskularSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan NOC: Mobility Level Dengan indikator:IndikatorAwal Akhir

Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah TTV dalam batas normal Memperagakan penggunaan alat Bantu untuk mobilisasi (walker)

2

2

25

5

5

Indikator skala:1. Tidak pernah menunjukan2. Jarang menunjukan3. Kadang menunjukan4. Sering menunjukan5. Selalu menunjukanNIC :Exercise therapy : ambulation Monitoring vital sign sebelm/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi Monitor respon fisik, emosi Ajarkan pada keluarga untuk sering merubah posisi pasien

2Dx2. Koping keluarga tidak efektif b.d krisis situasi (anak dengan defek fisik)Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan koping keluarga menguat dengan indikator NOC: Family copingIndikatorAwalAkhir

Mendemonstrasikan fleksibilitas peran Menyelesaikan permasalahan yang ada Melibatkan anggota keluarga dalam mengambil keputusan2

2

24

4

4

Indikator skala:1. Tidak pernah menunjukan2. Jarang menunjukan3. Kadang menunjukan4. Sering menunjukan5. Selalu menunjukanNIC: Dukungan keluarga Yakinkan keluarga akan memberikan perawatan terbaik pasien Selesaikan prognosis beban psikologis keluarga Berikam harapan yang realistic Tingkatkan hubungan saling percaya dengan keluarga pasien.

3.Dx3. Nyeri Akut berhubungan dengan agen injury fisik (luka post op)

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam pasien tidak mengalami nyeri.NOC: Pain Level:Indikator AwalAkhir

Ekspresi nyeri pada wajah Perubahan pada frekuansi pernafasan Perubahan nadi (Heart Rate) Perubahan tekanan darah

2222

4444

Indikator skala:Manajemen Nyeri/ Paint management Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif (lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan Berikan analgetik untuk mengurangi nyeri Tingkatkan istirahat Monitor vital sign

4.Dx4. Resiko Infeksi berhubungan dengan prosedur pembedahanSetelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam di harapkan infeksi tidak terjadi.NOC: Risk control:Indikator AwalAkhir

Memonitor faktor resiko dari lingkungan Kontrol resiko yang efektif Menggunakan dukungan personal untuk mengontrol resiko Menghindari paparan yang bisa mengancam kesehatan2

22

24

44

4

Indikator skala:1. Tidak pernah menunjukan2. Jarang menunjukan3. Kadang-kadang menunjukan4. Sering menunjukan5. Selalu menunjukanInfection control: Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum Tingktkan intake nutrisi Berikan terapi antibiotik bila perlu

5.Dx5. Kurang Pengetahuan tentang perawatan post operasi berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x menit, diharapkan penngetahuan klien meningkat.

NOC: pengetahuan : proses penyakit

Indikator AwalAkhir

Mendeskripsikan proses penyakit Mendeskripsikan faktor penyebab Kolaborasi aktif dengan tim kesehatan dalam pengobatan222

445

Keterangan:1. Tidak ada2. Sedikit3. Sedang4. Berat5. PenuhTEACHING: DISEASE PROCESS Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit yang spesifik Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat Diskusikan pilihan terapi atau penanganan gambarkan rasional rekomendasi manajemen terapi/ penanganan Dukung pasien untuk mengeksplorasi atau mendapat second opinion dengan cara yang tepat atau diindikasikan Eksporasi kemungkinan sumber atau dukungan, dengan cara yang tepat Instrusikan pasien mengenal tanda dan gejala untuk melaporkan pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat Kuatkan informasi yang disediakan oleh anggota tim kesehatan lain, dengan cara yang tepat

DAFTAR PUSTAKA

Sacharin, Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Editor : Ni Luh Yasmin. Jakarta: EGC. Staf Pengajar IlmuKesehatan Anak. 1985.Ilmu kesehatan anak volume 3. FKUI : Jakarta. Cecila L. Betz & Linda A. Sowden.2002. Keperawatan Pediatri Edisi 3. EGC: Jakarta. Rendle, John Dkk. 1994. Ikhtisar Penyakit Anak Edisi 6 Jilid 2. Bina Rupa Aksara: Jakara Wong , Donna L dkk. 2008. Buku ajar keperawatan pediatric vol 2. EGC: Jakarta. Diane M. Fraser. Dkk. 2009.Myles Buku Ajar Kebidanan. EGC: Jakarta.