TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang...

38
INDUSTRIAL HYGIENE DI RUMAH SAKIT Oleh: Gurdani Yogisutanti Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel Bandung Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat [email protected] PENDAHULUAN Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. (Kepmenkes RI No. 983/SK/MENKES/XI/1992). Bangunan tempat rumah sakit memberikan pelayanan adalah berupa gedung yang dirancang sedemikian rupa sehinggga memenuhi persyaratan-persyaratan atau standar yang telah ditentukan. Tanpa persyaratan yang dimaksud, tidak akan mendapatkan izin untuk mengelola rumah sakit dari departemen kesehatan. Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang potensial menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Seperti halnya sektor industri, kegiatan rumah sakit berlangsung 24 jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang banyak sehingga potensial dalam menghasilkan sejumlah besar limbah. Limbah yang dihasilkan tersebut terdiri dari berbagai bentuk

Transcript of TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang...

Page 1: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

INDUSTRIAL HYGIENE DI RUMAH SAKITOleh: Gurdani Yogisutanti

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Immanuel BandungProgram Studi S1 Kesehatan Masyarakat

[email protected]

PENDAHULUAN

Rumah sakit umum mempunyai misi memberikan pelayanan kesehatan

yang bermutu dan terjangkau oleh masyarakat dalam rangka meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. (Kepmenkes RI No. 983/SK/MENKES/XI/1992). Bangunan

tempat rumah sakit memberikan pelayanan adalah berupa gedung yang dirancang

sedemikian rupa sehinggga memenuhi persyaratan-persyaratan atau standar yang

telah ditentukan. Tanpa persyaratan yang dimaksud, tidak akan mendapatkan izin

untuk mengelola rumah sakit dari departemen kesehatan.

Rumah Sakit merupakan salah satu sarana kesehatan yang potensial

menimbulkan dampak negatif pada lingkungan. Seperti halnya sektor industri,

kegiatan rumah sakit berlangsung 24 jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas

orang banyak sehingga potensial dalam menghasilkan sejumlah besar limbah.

Limbah yang dihasilkan tersebut terdiri dari berbagai bentuk dan jenis yang berasal

dari aktivitas medis maupun nonmedis; padatan, cairan maupun gas.

Pelayanan rumah sakit sebagai industri jasa merupakan bentuk upaya

pelayanan kesehatan yang bersifat sosioekonomi, yaitu suatu usaha yang walau

bersifat sosial namun diusahakan agar bisa memperoleh surplus dengan cara

pengelolaan yang profesional. Rumah sakit merupakan institusi yang sifatnya

kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang jelas

dan modern untuk setiap unit kerja atau bidang kerja. Sebagai contoh pada bidang

manajemen Hiperkes dan Keselamatan Kerja (Darmanto, 1997).

Page 2: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

Di era globalisasi menuntut pelaksanaan Kesehatan dan Keselamatan

Kerja (K3) di setiap tempat kerja termasuk di sektor kesehatan. Untuk itu kita perlu

mengembangkan dan meningkatkan K3 disektor kesehatan dalam rangka menekan

serendah mungkin risiko kecelakaan dan penyakit yang timbul akibat hubungan

kerja, serta meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

Dalam pelaksanaan pekerjaan sehari-hari karyawan/pekerja di sektor

kesehatan tidak terkecuali di Rumah Sakit maupun perkantoran, akan terpajan

dengan resiko bahaya di tempat kerjanya. Resiko ini bervariasi mulai dari yang

paling ringan sampai yang paling berat tergantung jenis pekerjaannya.

Limbah rumah sakit terutama yang berasal dari aktivitas medis berpotensi

besar menurunkan kualitas lingkungan, baik lingkungan rumah sakit maupun

lingkungan sekitarnya. Selain itu, rumah sakit juga merupakan tempat yang sangat

potensial bagi transmisi dari berbagai agen penyakit yang ada di rumah sakit yang

dapat menginfeksi ke pasien, para pegawai rumah sakit, maupun pengunjung rumah

sakit. Berkaitan dengan hal tersebut di atas, berbagai kebijaksanaan pemerintah

pusat maupun daerah dalam bidang pengelolaan lingkungan yang tertuang dalam

peraturan dan perundang-undangan serta berbagai program lingkungan, selalu

melibatkan rumah sakit sebagai sumber pencemar yang harus dikelola dengan baik

dan benar (Koleksi Perpustakaan Pelangi)

Sanitasi rumah sakit adalah upaya pengawasan berbagai faktor lingkungan

fisik, kimiawi, dan biologik di rumah sakit yang menimbulkan atau mungkin dapat

mengakibatkan pengaruh buruk terhadap kesehatan petugas, penderita, pengunjung

maupun bagi masyarakat di sekitar rumah sakit.

Bangunan rumah sakit harus direncanakan sesuai dengan persyaratan

ruang bangun yang bertujuan menciptakan pengaturan yang nyaman, bersih dan

sehat sehingga tidak memberikan dampak negatif kepada pasien, pengunjung dan

tenaga kerja rumah sakit.

Risiko bahaya dalam kegiatan rumah sakit dalam aspek kesehatan kerja,

antara lain berasal dari sarana kegiatan di poliklinik, bangsal, laboratorium, kamar

rontgent, dapur, laundry, ruang medical record, lift (eskalator), generator-set,

penyalur petir, alat-alat kedokteran, pesawat uap atau bejana dengan tekanan,

1

Page 3: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

instalasi peralatan listrik, instalasi proteksi kebakaran, air limbah, sampah medis,

dan sebagainya (Komite K3, 1994).

Dari hasil penelitian di sarana kesehatan Rumah Sakit, sekitar 1.505

tenaga kerja wanita di Rumah Sakit Paris mengalami gangguan muskuloskeletal

(16%) di mana 47% dari gangguan tersebut berupa nyeri di daerah tulang punggung

dan pinggang. Dilaporkan juga pada 5.057 perawat wanita di 18 Rumah Sakit

didapatkan 566 perawat wanita adanya hubungan kausal antara pemajanan gas

anaestesi dengan gejala neuropsikologi antara lain berupa mual, kelelahan,

kesemutan, keram pada lengan dan tangan.

PRINSIP DASAR KESEHATAN KERJA

Dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan, pasal 23

mengenai kesehatan kerja disebutkan bahwa upaya kesehatan kerja wajib

diselenggarakan pada setiap tempat kerja, khususnya tempat kerja yang mempunyai

resiko bahaya kesehatan yang besar bagi pekerja agar dapat bekerja secara sehat

tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat sekelilingnya, untuk memperoleh

produktivitas kerja yang optimal, sejalan dengan program perlindungan tenaga kerja.

RUANG LINGKUP KESEHATAN KERJA

Kesehatan Kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara pekerja dengan

pekerjaan dan lingkungan kerjanya baik fisik maupun psikis dalam hal cara/metode

kerja, proses kerja dan kondisi yang bertujuan untuk :

1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja masyarakat pekerja di

semua lapangan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun

kesejahteraan sosialnya.

2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada masyarakat pekerja yang

diakibatkan oleh keadaan/kondisi lingkungan kerjanya.

3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerja di dalam pekerjaannya

dari kemungkinan bahaya yang disebabkan oleh faktor-faktor yang

membahayakan kesehatan.

2

Page 4: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

4. Menempatkan dan memelihara pekerja disuatu lingkungan pekerjaan yang

sesuai dengan kemampuan fisik dan psikis pekerjanya.

KAPASITAS KERJA, BEBAN KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA

Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja merupakan tiga komponen

utama dalam kesehatan kerja, dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga

komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja yang baik dan optimal.

Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan kerja dan gizi kerja yang

baik serta kemampuan fisik yang prima diperlukan agar seorang pekerja dapat

melakukan pekerjaannya dengan baik.

Kondisi atau tingkat kesehatan pekerja sebagai (modal) awal seseorang untuk

melakukan pekerjaan harus pula mendapat perhatian. Kondisi awal seseorang untuk

bekerja dapat depengaruhi oleh kondisi tempat kerja, gizi kerja dan lain-lain.

Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun mental. Akibat beban kerja yang

terlalu berat atau kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang

pekerja menderita gangguan atau penyakit akibat kerja.

Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising debu, zat-zat kimia dan lain-

lain) dapat merupakan beban tambahan terhadap pekerja. Beban-beban tambahan

tersebut secara sendiri-sendiri atau bersama-sama dapat menimbulkan gangguan

atau penyakit akibat kerja.

Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan oleh faktor yang

berhubungan dengan pekerjaan maupun yang tidak berhubungan dengan

pekerjaan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status kesehatan masyarakat

pekerja dipengaruhi tidak hanya oleh bahaya kesehatan ditempat kerja dan

lingkungan kerja tetapi juga oleh faktor-faktor pelayanan kesehatan kerja, perilaku

kerja serta faktor lainnya.

LINGKUNGAN KERJA DAN PENYAKIT AKIBAT KERJA YANG DITIMBULKAN

3

Page 5: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

Penyakit akibat kerja dan atau berhubungan dengan pekerjaan dapat

disebabkan oleh pemajanan dilingkungan kerja. Dewasa ini terdapat kesenjangan

antara pengetahuan ilmiah tentang bagaimana bahaya-bahaya kesehatan berperan

dan usaha-usaha untuk mencegahnya. Misalnya antara penyakit yang sudah jelas

penularannya dapat melaui darah dan pemakaian jarum suntik yang berulang-ulang,

atau perlindungan yang belum baik pada para pekerja rumah sakit dengan

kemungkinan terpajan melalui kontak langsung.

Untuk mengantisipasi permasalahan ini maka langkah awal yang penting

adalah pengenalan / identifikasi bahaya yang bisa timbul dan dievaluasi, kemudian

dilakukan pengendalian.

Untuk mengantisipasi dan mengetahui kemungkinan bahaya di lingkungan

kerja ditempuh tiga langkah utama, yakni:

1. Pengenalan lingkungan kerja.

Pengenalan linkungan kerja ini biasanya dilakukan dengan cara melihat dan

mengenal (walk through inspection?), dan ini merupakan langkah dasar yang

pertama-tama dilakukan dalam upaya kesehatan kerja.

2. Evaluasi lingkungan kerja.

Merupakan tahap penilaian karakteristik dan besarnya potensi-potensi bahaya

yang mungkin timbul, sehingga bisa untuk menentukan prioritas dalam

mengatasi permasalahan.

3. Pengendalian lingkungan kerja.

Dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan pemajanan terhadap

zat/bahan yang berbahaya dilingkungan kerja. Kedua tahapan sebelumnya,

pengenalan dan evaluasi, tidak dapat menjamin sebuah lingkungan kerja yang

sehat. Jadi hanya dapat dicapai dengan teknologi pengendalian yang adekuat

untuk mencegah efek kesehatan yang merugikan di kalangan para pekerja.

a. Pengendalian lingkungan (Environmental Control Measures)

1) Disain dan tata letak yang adekuat 

2) Penghilangan atau pengurangan bahan berbahaya pada sumbernya.

b. Pengendalian perorangan (Personal Control Measures)

4

Page 6: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

Penggunaan alat pelindung perorangan merupakan alternatif lain untuk

melindungi pekerja dari bahaya kesehatan. Namun alat pelindung

perorangan harus sesuai dan adekuat .

Pembatasan waktu selama pekerja terpajan terhadap zat tertentu yang

berbahaya dapat menurunkan risiko terkenanya bahaya kesehatan di

lingkungan kerja.

Kebersihan perorangan dan pakaiannya, merupakan hal yang penting,

terutama untuk para pekerja yang dalam pekerjaannya berhubungan dengan

bahan kimia serta partikel lain.

RISIKO BAHAYA POTENSIAL DI RUMAH SAKIT

Penyakit akibat kerja di sarana kesehatan umumnya berhubungan

dengan berbagai faktor biologis (kuman patogen; pyogenic, colli, baccilli,

stapphylococci, yang umumnya berasal dari pasien). Begitu besar risiko yang

akan dihadapi apabila masalah sanitasi termasuk pengelolaan limbah,

kurang mendapat perhatian yang serius. Tahun 1977 dari seluruh rumah

sakit di AS menunjukkan bahwa penderita yang dirawat 5%-10% menderita

infeksi nosokomial (Hospital Acquired Infection). Di AS insiden infeksi

nosokomial ± 5% dan CFR 1 %, di U.K ± 9,2%, di Malaysia prevalens ±

12,7%, di Taiwan insiden ± 13,8%, di Jakarta ± 41,1%, di Surabaya ± 73,3%

dan di Yogyakarta ± 5,9%. Hari perawatan pasien yang menderita infeksi

nosokomial tersebut bertambah 5-10 hari, demikian pula angka kematian

pasien menjadi lebih tinggi yaitu sebesar 6% dibanding yang tidak terkena

infeksi nosokomial hanya sebesar 3%. Tenaga medis rumah sakit

mempunyai risiko terkena infeksi 2-3 kali lebih besar daripada medis yang

berpraktik pribadi. Kerugian akibat penambahan hari perawatan dan

pengobatan tersebut mencapai lebih dari 2 milyar US $ (Komite K3, 1994)

Dapat dibayangkan bagaimana besarnya kerugian itu seandainya

dihitung untuk rumah sakit di Indonesia, dimana kondisi sanitasi dan K3RS

yang pada umumnya masih lebih buruk. Faktor kimia (bahan kimia dan obat-

obatan antibiotika, cytostatika, narkotika dan lain-lain, pemaparan dengan

5

Page 7: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

dosis kecil namun terus-menerus seperti anstiseptik pada kulit, gas anestesi

pada hati. Formaldehyde untuk mensterilkan sarung tangan karet medis atau

paramedis dikenal sebagai zat yag bersifat karsinogenik), faktor ergonomi

(cara duduk, mengangkat pasien yang salah), faktor fisik yaitu pajanan

dengan dosis kecil yang terus menerus (kebisingan dan getaran di ruang

generator, pencahayaan yang kurang di kamar operasi, laboratorium, ruang

perawatan, suhu dan kelembabam tinggi diruang boiler dan laundry, tekanan

barometrik pada decompression chamber, radiasi panas pada kulit, tegangan

tinggi pada sistem reproduksi) serta faktor psikososial (ketegangan di kamar

bedah, penerima pasien gawat darurat dan bangsal penyakit jiwa, shift kerja,

hubungan kerja yang kurang harmonis (Komite K3, 1994)

Bagian pemeliharaan terpajan dengan solvent, asbes, listrik, bising,

dan panas. Karyawan di bagian cleaning service terpajan deterjen,

desinfektan, tertusuk sisa jarum suntik dan lain-lain. Karyawan katering

sering mengalami tertusuk jari, luka bakar, terpeleset, keletihan, stres kerja,

dan lain-lain. Teknisi radiologi potensial terpajan radiasi dari sinar X dan

radioaktif isotop atau zat kimia lainnya. Perawat sering cedera punggung,

terpajan zat kimia beracun, radiasi, dan stres akibat shift kerja. Petugas di

ruang operasi mempunyai risiko masalah reproduksi atau gastroenterologi.

Pajanan limbah gas anaestesi, risiko luka potong–tusuk, dan radiasi.

Rumah sakit merupakan penghasil sampah medis atau klinis

terbesar, yang kemungkinan mengandung mikroorganisme patogen, parasit,

bahan kimia beracun dan radioaktif. Hal ini dapat membahayakan dan

menimbulkan gangguan kesehatan baik bagi petugas, pasien maupun

pengunjung rumah sakit. Di samping itu, jika pengelolaannya tidak baik dapat

menjadi sumber pencemaran terhadap lingkungan yang pada gilirannya akan

menjadi ancaman terhadap kesehatan masyarakat yang lebih luas.

Pengelolaan sampah dan limbah rumah sakit merupakan bagian dari

upaya penyehatan lingkungan, bertujuan melindungi masyarakat akan

bahaya pencemaran lingkungan yang bersumber dari sampah atau limbah

rumah sakit (Keputusan Dirjen P2M dan PLP, 1993).

6

Page 8: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

Peraturan Pemerintah RI No 19/1994 menetapkan bahwa limbah

hasil kegiatan RS dan laboratoriumnya termasuk dalam daftar limbah B3 dari

sumber yang spesifik dengan kode limbah D227 (Darmanto, 1997). Sesuai

dengan Permenkes No. 986 Menkes/Per/XI/1992, tanggal 14 November

1992 tentang prasyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit meliputi;

penyehatan bangunan dan ruangan termasuk pengaturan pencahayaan,

penghawaan serta pengendalian kebisingan, penyehatan makanan dan

minuman, penyehatan air termasuk kualitasnya, pengelolaan limbah,

penyehatan tempat pencucian umum termasuk pencucian linen,

pengendalian serangga dan tikus, sterilisasi atau desinfeksi, perlindungan

radiasi serta penyuluhan kesehatan lingkungan (Permenkes RI No.

986/Menkes/Per/XI/1992).

PENGENDALIAN PENYAKIT DAN KECELAKAAN AKIBAT KERJA DI RUMAH SAKIT

Dalam pelayanan kesehatan kerja dikenal tahapan pencegahan

Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan Kecelakan Akibat Kerja (KAK) yakni

pencegahan primer, meliputi pengenalan hazard (potensi bahaya),

pengendalian pajanan yag terdiri dari monitoring lingkungan kerja, monitoring

biologi, identifikasi pekerja yang rentan, pengendalian teknik, administrasi,

pengunaan Alat Pelindung Diri (APD). Pencegahan sekunder meliputi

screening penyakit, pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan kesehatan

bagi pekerja yang berpotensi terpajan hazard tertentu, berdasarkan

peraturan perundangan (statutory medical examination) (Jeyaratnam, 1996).

Dengan kata lain pengendalian PAK dan KAK di RS meliputi:

1. Legislative control seperti peraturanperundangan, persyaratan-

persyaratan tehnis dan lain-lain

2. Administrative control seperti seleksi karyawan, pengaturan jam kerja dan

lain-lain

3. Engineering control seperti substitusi/isolasi/ perbaikan sistem.

4. Medical control

7

Page 9: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

8

Page 10: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

DASAR HUKUM MANAJEMEN HYPERKES DAN KESELAMATAN KERJA DI RUMAH SAKIT

Beberapa standar hukum yang digunakan sebagai landasan pelaksanaan

manajemen hyperkes dan keselamatan kerja di rumah sakit antara lain:

1. Undang-Undang No 14/1969 tentang Ketentuan Pokok Tenaga Kerja.

2. Undang-Undang No 1/1970 tentang Keselamatan Kerja.

3. Undang-Undang No 23/1992 tentang Kesehatan.

4. Permenkes RI No 986/92 dan Kep Dirjen PPM dan PLP No HK.00.06.6.598

tentang Kesehatan Lingkungan RS.

5. Permenkes RI No 472/Menkes/Per/V/96 tentang pengamanan bahan berbahaya

bagi kesehatan.

6. Kepmenkes, No. 261/MENKES/SK/II/1998 dan Kep Dirjen PPM dan PLP No HK.

00.06.6.82 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Persyaratan Kesehatan

Lingkungan Kerja.

7. Kepmenkes No.1335/MENKES/SK/X/2002 tentang Standar Operasional

Pengambilan dan Pengukuran Sampel Kualitas Udara Ruang RS.

Pengorganisasian K3 di rumah sakit berdasarkan atas;

1. Surat edaran Direktur Jenderal Pelayanan Medik No.00.06.6.4.01497 tanggal 24

Februari 1995 tentang PK3-RS

2. Optimalisasi fungsi PK3-RS dalam pengelolaan K3 RS

3. Akreditasi RS

4. Audit manajemen K3 RS

5. SK MenKes No 351/MenKes/SK/III/2003 tanggal 17 Maret 2003 tentang Komite

Kesehatan dan Keselamatan Kerja Sektor Kesehatan

6. SKB No. 147 A/Yanmed/Insmed/II/1992 Kep. 44/BW/92 tentang Pelaksanaan

Pembinaan K3 Berbagai Peralatan Berat Nonmedik di Lingkungan RS

9

Page 11: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

SISTEM VENTILASI DAN AIR CONDITIONING

Ventilasi di rumah sakit hendaknya mendapat perhatian yang adekuat. Bila

menggunakan sistem pendingin, hendaknya dipelihara dan dioperasikan sedemikian

rupa sehingga menghasilkan suhu, aliran udara dan kelembaban yang nyaman bagi

pasien dan petugas atau karyawan rumah sakit.

Angka kuman kebersihan lantai yang masih bisa diterima adalah 0 – 5

organisme per cm untuk lantai kamar operasi dan 5 – 10 organisme per cm untuk

lantai bangsal.

Untuk menjaga kualitas udara ruangan digunakan aerosol gliserin atau

penyinaran dengan sinar ultraviolet. Angka kuman di udara yang masih bisa diterima

di kamar operasi adalah 5 – 10 organisme per feet3 dan tidak boleh ada

staphilococcus haemolliticus, sedangkan untuk udara ruangan bangsal, angka

kuman yang masih bisa diterima adalah 10 – 20 organisme per feet3.

Jumlah tempat tidur jangan lebih dari bed per bangsal. Basinet bayi

memerlukan luas lantai 24 – 30 feet, sedangkan untuk isolasi diperlukan luas lantai

40 feet per basinet. Suhu dan kelembaban ruangan harus diusahakan sedemikian

rupa sehingga terasa nyaman.

Tabel 1Suhu dan Kelembaban Ruang di Rumah Sakit

Ruang Suhu (00 C) Kelembaban (% RH)

Kamar operasiKamar pulihKamar bersalinKamar perawatan bayiKamar observasi bayiPerawatan prematurICURuang rawat

22-2524-2522-2526-2726-2726-2726-2722-27

50-6050-6050-6040-5040-5050-6050-5050-60

Pasokan (supply) udara untuk kamar exhauster diletakkan 8 feet dari

permukaan tanah. Dari atas harus 3 feet dari atap. Untuk ruang operasi pasokan

udara dari atas dan exhauster di dekat lantai 3 inchi dari lantai. Pasokan udara

menggunakan udara dari ruangan bebas jangan dari koridor kecuali untuk WC, toilet

dan gudang. Frekuensi pergantian udara 2 – 12 kali per jam.

10

Page 12: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

PENCAHAYAAN

Semua ruangan harus diberi penerangan. Ruangan perawatan harus ada

penerangan umum dan penerangan khusus untuk individu. Sakelar untuk

penerangan umum diletakkan dekat pintu masuk, sedangkan sakelar untuk individu

diletakkan dekat tempat tidur pasien dan mudah dijangkau serta tidak menimbulkan

suara berisik.

Ruang tidur pasien/bangsal hendaknya dapat disediakan penerangan

umum dan penerangan khusus. 1 luminer untuk penerangan malam perlu

disediakan dekat pintu masuk.

Tabel 2Pencahayaan di Ruangan Rumah Sakit

Ruang Pencahayaan (Lux)

Ruang rawatRuang rawat saat tidurRuang operasiRuang endoskopiRuang rontgentKoridorTanggaKantorGudangRuang farmasiDapur Ruang cuciToiletKamar isolasi tetanus

100-20050

300-500300-50075-100

Minimal 60Minimal 100Minimal 100Minimal 100Minimal 200Minimal 200Minimal 200Minimal 100

0,1 – 0,5 warna biru

11

Page 13: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

KEBISINGAN

Kebisingan di ruang perawatan, isolasi, radiologi dan operasi tidak boleh

melebihi 45 dBA, di ruang poliklinik, bengkel/mekanik maksimum 80 dBA,

laboratorium maksimum 68 dBA, ruang cuci dapur dan ruang penyediaan air panas

(ketel) dan air dingin maksimum 75 dBA.

PEMBUANGAN AIR LIMBAH

Air limbah rumah sakit mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun

dan kemungkinan juga bahan radioaktif. Air limbah rumah sakit ini harus diolah

dahulu sebelum dibuang ke saluran air kota.

Untuk bisa yakin bahwa limbah yang keluar tidak mengandung

mikroorganisme berbahaya dan agar efisien biaya, sebaiknya limbah yang bisa

disterilkan terlebih dahulu disterikan sebelum bercampur dengan air lilmbah lain.

Misalnya: bahan-bahan yang pemeriksaan yang mengandung kuman TB atau

kuman polio disterilkan dengan otoklaf, kemudian baru masuk ke dalam septic tank.

Di dalam septic tank limbah tadi secara alami mengalami pembusukan, air buangan

dengan pengenceran mengalir ke saluran pembuangan kota. Agar lebih cepat

pembusukannya bisa dilakukan di suatu kontainer yang diberi aerator. Air limbah

yang keluar dari tempat pengolahan limbah masih diperiksa lagi BOD, COD, TSS

dan juga indikator bakteri tertentu.

Tabel 3Baku Mutu Limbah Cair untuk Rumah Sakit (Kep-52/Men-LH/10/1995)

Lampiran A Sama dg hotel Parameter Kadar,Lampiran B 32P 7x102 Bq/LParameter Kadar 35S 2x103 Bq/LSuhu <=30 oC 43Ca 3x102 Bq/LpH 6-9 51Cr 7x104 Bq/LBOD5 30 mg/L 67Ga 1x103 Bq/LCOD 80 mg/L 85Sr 4x103 Bq/LTSS 30 mg/L 99Mo 7x103 Bq/LNH3 Bebas 0,1 mg/L 113Sn 3x103 Bq/L

PO4 2 mg/L 125I 1x104 Bq/LMPN/Koli/100mL 131I 7x104 Bq/L201TI 1x105 Bq/L 192Ir 1x104 Bq/L

12

Page 14: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

Pada tahun 1999 WHO melaporkan bahwa di Perancis pernah terjadi 8

kasus pekerja kesehatan terinfeksi HIV melalui luka, 2 kasus diantaranya menimpa

petugas yang menangani limbah medis. Di Indonesia dalam satu laporan diketahui

bahwa setiap bulan pemakaian alat suntik untuk pengobatan mencapai 10 juta

pelayanan. Padahal selain untuk pengobatan, alat suntik juga digunakan dalam

program imunisasi bagi bayi dan anak-anak yang setiap tahunnya mencapai 4,9

juta anak dan setiap anak memerlukan 8 suntikan. Dengan demikian jumlah limbah

medis tajam di Indonesia menjadi sangat tinggi.

Oleh karena itu, penanganan limbah medis tajam harus segera dibenahi,

karena limbah ini sangat berbahaya bukan hanya bagi pengunjung rumah sakit atau

pelayanan kesehatan lainnya, namun juga bagi petugas kesehatan serta masyarakat

umum. Hal itu penting karena limbah alat suntik dan limbah medis lainnya dapat

menjadi faktor risiko penularan berbagai penyakit seperti HIV/AIDS, Hepatitis B dan

C serta penyaki. Menkes Dr. Achmad Sujudi menegaskan tentang hal tersebut

ketika membuka Lokakarya Penanganan Limbah Medis Tajam pada Pelayanan

Kesehatan Dasar (PKD) di Yogyakarta tanggal 1 Juli 2003.

Kendati Departemen Kesehatan telah menyusun Standar Pelayanan

Minimal (SPM) untuk mengukur kualitas pelayanan kesehatan dasar yang salah

satunya adalah kewajiban rumah sakit dan puskesmas untuk mengolah limbahnya.

Namun Menkes mengakui bahwa penerapannya masih belum baik. Berdasarkan

hasil assesment tahun 2002, diketahui bahwa baru 49 % dari 1.176 rumah sakit

(526 rumah sakit pemerintah dan 652 rumah sakit milik swasta) di 30 provinsi, baru

648 RS yang memiliki incinerator dan 36% memiliki IPAL (Instalasi Pengolah Air

Limbah) dengan kondisi sebagian diantaranya tidak berfungsi.

Lebih lanjut ditegaskan, Depkes yang secara teknis memiliki

kewenangan dalam penatapan standar-standar pelayanan kesehatan telah

mengeluarkan berbagai ketentuan tentang penanganan limbah, terutama melalui

Kepmenkes No. 876/2001 tentang Pedoman Teknis Analisis Dampak Kesehatan

Lingkungan serta Permenkes No. 986/1992 tentang Persyaratan Kesehatan

Lingkungan.

Menkes menegaskan, di masa lalu penggunaan alat suntik baik untuk

pengobatan maupun imunisasi masih mengandalkan semprit atau syrenge yang

13

Page 15: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

disterilkan melalui perebusan berulang-ulang sehingga hampir tidak ditemui limbah

alat suntik. Tetapi sesuai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, para

dokter dan petugas kesehatan harus menggunakan alat suntik disposable (sekali

pakai) dan bahkan memakai autodisable syringe (alat suntik sekali pakai yang betul-

betul tidak dapat dipakai kembali), mengakibatkan adanya limbah alat suntik yang

dikategorikan limbah medis tajam dan berbahaya.

PEMBUANGAN SAMPAH PADAT

Rumah sakit menghasilkan sampah medis dan nonmedis. Untuk usaha

pengelolaannya terlebih dahulu ditentukan jumlah sampah yang dihasilkan setiap

harinya. Setelah diketahui, maka ditentukan kapasitas penampungan dan insinerator

yang diperlukan.

Sampah untuk sementara (beberapa jam) ditampung di tempat sampah.

Tempat sampah ini harus tidak mudah berkarat, kedap air, tertutup, mudah diangkut,

mudah dikosongkan, dan mudah dibersihkan.

Sampah diangkut dari tempat sampah sementara ke penampunagn atau ke

tempat pemusnahan sampah. Hal yang perlu diingat dalam pengangkutan sampah

adalah adanya kemungkinan tercecer. Harus diusahakan agar bahan-bahan yang

berbahaya tidak mencemari jalan yang ditempuh pembuangan.

SERANGGA DAN TIKUS

Serangga dan tikus merupakan masalah rutin di rumah sakit. Mereka dapat

membawa penyakit. Pihak rumah sakit harus mengusahakan agar di sekitar rumah

sakit tidak ada tempat perindukan untuk segala macam serangga, baik untuk

nyamuk, lalat maupun kecoa.

Untuk mengatasi lalat dari luar, pada pintu dapur bisa digunakan tabir

angin atau wind screen, bisa juga dengan mempergunakan pintu kawat kasa. Untuk

mengurangi datangnya kecoa, hindari adanya ceceran makanan, kalaupun masih

ada kecoa bisa disemprot dengan insektisida malathion, fenitrothion, lorsban,

14

Page 16: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

dilarutkan dalam air dengan konsentrasi 0,5 - 1 %. Untuk membasmi nyamuk

dengan fogging malathion, fenithrotion, lorsban dengan konsentrasi 2,0 - 2,5%.

Penggunaan pestisida di rumah sakit harus dilakukan dengan hati-hati.

Pestisida hanya digunakan bila keadaan memaksa, yaitu misalnya untuk bangunan

tua dimana menghilangkan tempat tikus bersarang sangat sulit dilakukan atau

dimana populasi tikus sudah terbentuk.

RADIASI

Alat pengukur radiasi yang lazim digunakan adalah alat pencacah Geiger.

Alat ini harus digunakan dengan kalibrasi yang seksama dan harus dicek secara

berkala. Alat ini penting untuk menentukan tempat sumber radiasi yang tidak

diketahui.

Film bagde adalah alata untuk mengukur dosis atau laju dosis, memberikan

respon terhadap radiasi sebanding dengan jumlah pasangan ion yang dihasilkan

slama perjalanannya melalui elemen pendeteksian. Dosis akumulasi terhadap

petugas sebagai hasil dari semua prosedur yang dilakukan tidak boleh melebihi nilai

ambang batas yang diizinkan oleh instansi yang berwenang. Nilai batas yang

diizinkan pada pekerja radiasi adalah 5 R tiap tahun. Di beberapa negara, orang

berumur di bawah 18 tahun tidak diperbolehkan menjadi pekerja radiasi dan wanita

hamil tidak diperkenankan menerima labih dari 1,0 Rem selama masa hamilnya.

PENYIAPAN MAKANAN

Refigerator tempat menyimpan makanan harus berukuran memadai

sehingga mudah dijangkau. Kegiatan penyiapan makanan melibatkan penjamah

makanan, bahan makanan dan peralatan makan yang digunakan.

Banyak infeksi dapat ditularkan melalui penjamah makanan, antara lain

melalui hidung, mulut, mata, tenggorokan, telinga dari kuman staphylococcus

aureus. Kulit merupakan halte bagi banyak kuman, dan saluran pencernaan

merupakan terminal bagi kuman, seperti: clostridium perfringens, fecal

streptococcus, salmonella dan kadang-kadang staphilococcus. Bila penjamah

15

Page 17: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

makanan sakit, maka bila memungkinkan untuk sementara dikompensasikan untuk

mengerjakan kegiatan nonmakanan.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam menjaga kebersihan pribadi

berkaitan dengan profesi penjamah makanan:

a. Mencuci tangan, sebelum bekerja, sesudah menangani bahan makanan

mentah/kotor atau terkontaminasi, setelah ke kamar kecil, setelah tangan

digunakan untuk menggaruk, batuk/bersin dan setelah makan atau merokok.

b. Memakai pakaian khusus untuk bekerja. Pakaian bekerja harus bersih.

c. Kuku hendaknya dirawat dan dibersihkan serta dianjurkan untuk tidak

menggunakan perhiasan.

d. Semua penjamah makanan hendaknya menggunakan topi atau penutup rambut

untuk mencegah jatuhnya rambut ke dalam makanan dan mencegah kebiasaan

mengusap atau menggaruk rambut.

e. Penjamah makanan tidak diperbolehkan merokok pada waktu mengolah maupun

mencuci peralatan.

f. Kebiasaan lain yang tidak dianjurkan adalah: batuk-batuk di tangan, garuk-garuk

kepala dan memencet jerawat yang merupakan tindakan tidak higienis.

PENGELOLAAN LINEN

Linen kotor merupakan sumber kontaminasi penting di rumah sakit.

Penanganan linen rutin waktu membersihkan tempat tidur, pengangkutan linen

sepanjang koridor dan ruang-ruang di rumah sakit dapat menebarkan mikroba ke

seluruh bagian rumah sakit.

Standar kuman bagi linen bersih memang belum ditetapkan, namun

disarankan bahwa linen bersih setelah keluar dari semua proses tidak mengandung

6x103 spora species bacillus per inchi persegi (Wetzler and Quan, 1971).

16

Page 18: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

BAHAYA YANG DITIMBULKAN AKIBAT PEMANFAATAN SARANA DAN PRASARANA RUMAH SAKIT

Lingkungan kerja dapat menimbulkan risiko terjadinya kecelakaan. Untuk

itu, kecelakaan di lingkungan kerja harus ditekan sekecil mungkin. Kecelakaan yang

terjadi di lingkungan kerja dapat mengakibatkan cacat permanen, dan yang lebih

tragis mengakibatkan kematian.

Pengertian kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diketahui dan

tidak diduga, mengganggu aktivitas yang telah ditentukan, dan dapat mengakibatkan

kerugian, baik korban manusia maupun materi. Pada dasarnya, tidak seorang pun

yang menginginkan kecelakaan. Karena itu, dapat dikatakan bahwa keselamatan

kerja bersifat universal dan merupakan naluri setiap orang. Semua kecelakaan kerja,

baik langsung maupun tidak langsung, dianggap berasal dari kegagalan manusia.

Mengingat manusia bukan mesin maka tindakan manusia tidak sepenuhnya dapat

diramalkan, sehingga dalam melakukan kegiatan kadang–kadang terjadi kesalahan.

Kesalahan dimaksudkan dapat terjadi pada saat perencanaan, pengadaan maupun

pemasangan peralatan, pemeliharaan, serta pemberian instruksi pemakaian. Begitu

pula dengan kegiatan di rumah sakit. Kecelakaan yang ditimbulkan akan berakibat

fatal apabila tidak mengetahui dan menjalankan prosedur pemakaian secara baik

dan benar, baik pada jiwa operator maupun pasien. Berbagai bahaya yang dapat

ditimbulkan dari peralatan kesehatan di rumah sakit antara lain bahaya fisika, zat

kimia, ergonomi, kebakaran, dan pengelolaan boiler atau ketel uap.

BAHAYA AKIBAT FAKTOR FISIKA

Faktor fisika di rumah sakit terdiri dari berbagai kegiatan, antara lain

kebisingan, panas, getaran, cahaya, radiasi, dan listrik.

a. Kebisingan

Bising secara umum diartikan sebagai suara yang tidak diinginkan karena

mengganggu kenyamanan. Beberapa sumber kebisingan di rumah sakit antara

17

Page 19: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

lain ruang generator, ruang AHU (Air Handling Unit), jet pump, mesin cuci

pakaian, bengkel, mesin potong rumput, dan lain-lain.

Dampak kebisingan bersifat :

1) Auditorial atau occupational hearing loss, yaitu trauma akustik dan noice

induce hearing loss. Ini disebabkan tingkat kebisingan yang diterima

melampaui batas kemampuan fisiologis struktur alat pendengaran (140 db).

2) Nonauditorial, dampak yang diterima antara lain mengganggu komunikasi,

gangguan tidur, serta gangguan perilaku yang ditandai dengan sakit kepala,

mual, dan berdebar.

b. Pencahayaan Cahaya merupakan sumber yang memancarkan energi. Sebagian dari energi

diubah menjadi cahaya tampak. Penyebaran cahaya dari sumber cahaya

tergantung pada konstruksi kulit pelindung yang digunakan.

Dampak dari pajanan yang berlebih antara lain mengeluh kelelahan mata

(iritasi/conjunctivitis), penglihatan rangkap, sakit kepala, ketajaman penglihatan

terganggu, serta akomodasi dan konvergensi menurun.

c. Panas

Secara umum, panas dirasakan apabila suhu melebihi suhu nyaman. Suhu

panas dibagi menjadi dua, yaitu panas kering (misalnya mesin logam panas,

gardu listrik) dan panas lembab (misalnya kamar cuci pakaian, dapur, kamar

boiler).

Efek panas terhadap kesehatan yang ringan adalah:

1) Heat syncope, yaitu pingsan karena panas.

2) Heat disorder, adalah kumpulan gejala yang berhubungan dengan kenaikan

suhu tubuh dan mengakibatkan kekurangan cairan pada tubuh, sehingga

akan terjadi: heat stress (tidak nyaman karena panas), tekanan darah turun,

dehidrasi, pusing, dan mual; heat cramps, yaitu spasma otot yang

disebabkan cairan dan elektrolit dalam tubuh yang rendah masuk ke dalam

otot akibat banyaknya cairan tubuh yang keluar melalui keringat; heat stroke,

yaitu akibat adanya kegagalan dalam tubuh mengatur pengeluaran keringat.

18

Page 20: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

d. Getaran

Getaran atau vibrasi adalah faktor fisik yang ditimbulkan oleh subjek dengan

getaran osilasi, misalnya mesin, peralatan atau perkakas kerja yang bergetar

dan memajani pekerja melalui transmisi. Adapun besar getaran yang memajan

tubuh ditentukan oleh:

1) Sifat getaran, yaitu frekuensi, intensitas/amplitudo, dan durasi dari vibrasi.

2) Mekanika input independent, yaitu tahanan yang diberikan oleh struktur

tubuh terhadap getaran.

3) Penyakit yang ditimbulkan akibat getaran dari ringan sampai berat yaitu:

a) Sistem peredaran darah, misalnya kesemutan pada jaringan tangan

dan kadang-kadang ujung jari memucat yang disertai rasa nyeri.

b) Sistem tulang, sendi, dan otot. Gangguan ostevartikular terutama pada

tulang-tulang karpal (tulang lunair dan navicula), sendi siku.

c) Sistem syaraf, yaitu kelainan syaraf sensoris yang menimbulkan

paraestesia/kesemutan, menurunnya sensitivitas, gangguan

membedakan (deterionity), selanjutnya atrofi.

e. Bahaya listrik

Pemanfaatan aliran listrik di rumah sakit sebagai penerangan, pemanfaatan

peralatan medik dan nonmedik, yang juga secara langsung dimanfaatkan oleh

petugas rumah sakit maupun pasien, dapat menimbulkan bahaya apabila alur

penggunaannya tidak tepat dan terkontrol.

Ada 2 jenis bahaya listrik bagi manusia:

1) Bahaya makroshcok, yaitu adanya arus listrik yang dalam jumlah relatif besar

mengalir melalui jaringan tubuh manusia. Akibatnya akan terjadi terkejut,

rasa lelah, gangguan pernapasan, atau febrilasi ventrikular pada jantung

dan luka bakar.

2) Bahaya mikroshock, yaitu bahaya yang diakibatkan mengalirnya sejumlah

kecil arus listrik yang melalui jantung secara internal, yang akan

menimbulkan febrilasi ventrikular pada jantung. Karena arus yang mengalir

kecil maka hampir tidak terasakan oleh tubuh kita.

19

Page 21: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

Pengendalian terhadap bahaya arus listrik yang disebabkan oleh peralatan

kesehatan antara lain: pemasangan grounding (pembumian) sesuai dengan

ketentuan; pengukuran jaringan/instalasi listrik; pengukuran arus bocor;

pemasangan alat pengaman; dan pemasangan tanda bahaya/indikator.

f. Bahaya Radiasi Radiasi adalah suatu energi yang memiliki kemampuan untuk menembus suatu

objek, termasuk tubuh manusia. Menurut sifatnya, radiasi mempunyai manfaat

dan tidak mempunyai manfaat. Tingkat kemanfaatan bagi kesehatan dapat

digunakan sebagai diagnosis maupun terapi, tergantung pada jenis, laju dosis,

dan lama waktu penyinaran.

Ada 2 jenis radiasi, yaitu radiasi pengion dan radiasi nonpengion. Disebut radiasi

pengion jika radiasi tersebut mempunyai kemampuan untuk melepas elektron

dari orbitnya pada suatu atom dan membentuk suatu ion. Yang termasuk radiasi

pengion antara lain sinar X , sinar gamma , dan sinar kosmis. Radiasi

nonpengion adalah radiasi yang tanpa ada pelepasan elektron, jadi tergantung

panjang gelombang. Contoh radiasi nonpengion adalah sinar ultra violet, sinar

yang bisa dilihat (sinar laser), dan sinar dengan gelombang pendek (microwave).

Secara umum, akibat radiasi pada manusia berdasarkan dampaknya dibagi atas:

1) Efek somatik, yaitu efek yang pasti terjadi akibat penyinaran radiasi pengion.

Efek terjadi dalam suatu periode waktu, tergantung pada dosis radiasi yang

diterima.

2) Efek somatik – stokastik. Efek ini sangat sulit dideteksi apakah diakibatkan

oleh radiasi atau yang lain, karena dampak yang terkena beberapa saat.

Contohnya adalah terjadinya leukemia.

3) Efek genetik, yaitu yang disebabkan oleh radiasi pada seseorang dan

mengganggu sistem regenerasi.

Pengendalian terhadap bahaya radiasi untuk petugas dan penderita:

1) Pengendalian radiasi pada petugas dilakukan dengan melengkapi pakaian

kerja atau perlindungan dari radiasi dengan kacamata timah untuk

melindungi mata dari penyakit katarak. Baju apron digunakan untuk

melindungi organ reproduksi dan pelindung leher dari apron untuk

menghindari tiroid.

20

Page 22: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

2) Perlindungan radiasi pada penderita dilakukan dengan pembatasan lebar

berkas dan sudut hamburan serta pemilihan tegangan tabung.

BAHAYA ZAT KIMIA

Berbagai bahan kimia di rumah sakit yang dapat menimbulkan bahaya, baik

bagi petugas maupun pasien, yang disebabkan karena faktor kurang hati-hati

petugas dalam penyimpanan, tumpahan, serta adanya kebocoran-kebocoran.

Beberapa zat kimia yang digunakan di rumah sakit yang dapat menyebabkan

bahaya antara lain :

a. Gas anestesi (halotan) Adalah zat anestetika yang diberikan melalui inhalsi. Zat ini tidak mudah terbakar

dan tidak mudah meledak. Beberapa efek yang terjadi akibat penggunaan

halotan yang berlebih:

1) Efek kesehatan, dapat menimbulkan mual, muntah, dan menggigil yang

akhirnya dapat terjadi aritmia jantung serta depresi pernapasan.

2) Alergi, yaitu timbulnya jerawat pada perawat di bagian anestetik.

3) Efek pada ginjal, karena adanya kristal oksalat dalam urine.

4) Efek pada hati (merupakan efek samping dari penggunaan halotan).

Pengendalian tidak dianjurkan penggunaan halotan pada pembedahan, karena

meningkatkan risiko perdarahan postpartum. Dengan demikian, efek ergometri

pada uterus berkurang.

b. Nitrogen oksida Merupakan gas yang lebih berat dari udara, tak berawan atau hampir tak

berwarna dan tak berasa. Biasanya digunakan sebagai penyokong anestetika

lain. Nitrogen oksida 50% dengan oksigen digunakan secara luas untuk

analgesia, terutama pada pembedahan.

Efek penggunaan nitrogen oksida antara lain:

1) Adanya perubahan hematologi akibat pajanan jangka panjang, seperti

anemia megaloblastik dan leukemia.

2) Neurologi parah, apabila terpajan nitrogen oksida berat dalam jangka

panjang.

21

Page 23: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

c. Cairan anestesia (Ethyl ether) Digunakan sebagai suatu anestetik inhalasi. Ethyl ether bersifat sangat mudah

terbakar dan membentuk peroksida yang dapat meledak dengan adanya udara

atau sinar matahari. Efek kesehatan akibat pemaparan:

1) Pemaparan yang berulang yang melampaui 400 ppm dapat menyebabkan

iritasi hidung, nafsu makan hilang, dan pusing yang diikuti rasa ngantuk.

2) Kerusakan pada ginjal, apabila menerima pemaparan yang terus-menerus

dan dalam jangka panjang.

Sebagai pengendalian, perlu memakai masker untuk menghindari kecelakaan

akibat penggunaan ethyl ether, pembagian tugas, dan perlunya penyuluhan

secara teratur.

BAHAYA ERGONOMI

Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya

dengan pekerjaan mereka. Tujuan ergonomi adalah menyesuaikan pekerjaan

dengan kondisi tubuh manusia, misalnya menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan

dimensi tubuh manusia agar tercipta kondisi yang nyaman.

Beberapa gejala akibat masalah ergonomi , antara lain :

a. Tangga yang terlalu curam, akibatnya adalah terpeleset (licin), terjatuh.

b. Keluhan mata lelah akibat penerangan yang kurang/silau.

c. Penyakit sehubungan dengan alat gerak.

Contoh bahaya potensial faktor ergonomi di rumah sakit:

1) Mengangkut/menggotong pasien. Bahaya potensial yang ditimbulkan: cedera

punggung dan leher, Hernia Nucleus Pulposus (HNP), serta gangguan otot

rangka seperti pengapuran dan peradangan.

2) Memberi makan pasien. Bahaya potensial yang ditimbulkan antara lain back

pain dan kelelahan.

3) Mengangkat barang. Bahaya potensial yang ditimbulkan: cedera punggung,

back pain.

4) Pekerjaan yang dilakukan dengan posisi duduk. Bahaya potensial yang

ditimbulkan yaitu: membengkaknya otot-otot perut dan punggung melengkung.

22

Page 24: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

KEBAKARAN

Kebakaran terjadi apabila terdapat tiga unsur bersama-sama, yaitu zat asam,

bahan yang mudah terbakar dan panas. Bahan yang mudah terbakar di rumah sakit

misalnya:

a. Ethyl ether, dipergunakan sebagai zat anestetik inhalasi.

b. Ethylene oxida, dipergunakan sebagai fumigant dan zat untuk sterilisasi

peralatan medis dan gigi.

c. Etil alkohol, dipergunakan sebagai zat untuk sterilisasi peralatan medis.

Bahaya yang ditimbulkan akibat kebakaran adalah luka bakar derajat ringan

sampai berat, bahkan kematian.

PENGELOLAAN BOILER ATAU KETEL UAP

Pesawat uap adalah suatu sistem bertekanan tinggi sebagai hasil

pemanasan yang mengubah air menjadi uap untuk digunakan sebagai sumber

energi untuk berbagai keperluan lain, misalnya sterilisasi. Risiko bahaya dalam

pengelolaan boiler (ketel uap) dapat dijumpai sejak tahap desain/konstruksi,

pemasangan, operasi dan pelayanannya, pemeliharaan dan perawatan termasuk

pembersihan, serta pada tahap pemeriksaan ketel uap itu sendiri.

Beberapa bahaya yang ditimbulkan dalam pengelolaan ketel uap antara lain:

a. Pada tahap desain dan konstruksi. Bahaya yang ditimbulkan adalah adanya

kemungkinan cacat akibat penggunaan bahan, proses pengelasan, pemasangan

sambungan, kesalahan konstruksi pengaturan tekanan, dan suhu.

b. Tahap operasional, potensi bahaya yang ditimbulkan akibat penggunaan

berbagai bahan seperti sulfur, timah hitam, karbonmonoksida, serta

terbentuknya debu atau abu akan mengakibatkan penyakit paru-paru.

c. Penepisan pada dinding ketel–ketel dan pipa uap lainnya yang terjadi akibat

korosi atau erosi selama penggunaaan ketel, akan berakibat bahaya peledakan.

d. Tahap pembersihan ketel. Karena penggunaan bahan kimia sebagai salah satu

metode pembersihan ketel maka kemungkinan terjadinya alergi, keracunan, luka

bakar, dan sebagainya.

23

Page 25: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

PENUTUP

Demikian telah diuraikan beberapa bahaya akibat pemanfaatan sarana dan

prasarana di rumah sakit. Masih terdapat bahaya-bahaya lain yang perlu

diperhatikan, yaitu bahaya akibat pemeliharaan atau perbaikan peralatan medis.

Untuk mencegah agar bahaya tersebut tidak berakibat fatal terhadap pekerja maka

selayaknya pekerja yang bekerja di sumber-sumber bahaya dilengkapi dengan

peralatan- peralatan untuk mencegahnya dan diberikan pendidikan/latihan-latihan

sehubungan dengan pekerjaannya. Selain itu, perlu disediakan petunjuk

operasional.

Dalam pelaksanaan K3 Rumah Sakit perlu memperhatikan 2 (dua) hal

penting yakni indoor dan outdoor. Baik perhatian terhadap konstruksi gedung

beserta perlengkapannya dan operasionalisasinya terhadap bahaya kebakaran serta

kode pelaksanaannya maupun terhadap jaringan elektrik dan komunikasi, kualitas

udara, kualitas pencahayaan, kebisingan, display unit (tata ruang dan alat), hygiene

dan sanitasi, psikososial, pemeliharaan maupun aspek lain mengenai penggunaan

komputer.

Limbah menjadi berbahaya bagi kesehatan lingkungan karena oleh teknik

pelayanan kesehatan yang kurang memadai, kesalahan penanganan bahan-bahan

terkontaminasi dan peralatan, serta penyediaan dan pemeliharaan sarana sanitasi

yang masib buruk. Pembuangan limbah yang paling baik jika dilakukan dengan

memilah-milah limbah ke dalam berbagai kategori dan cara pembuangan yang

berbeda. Prinsip umum pembuangan limbah rumah sakit adalah sejauh mungkin

menghindari risiko kontaminsai dan trauma (injury).

Meningkatkan kesehatan maupun keselamatan karyawan/pekerja dalam

melakukan pekerjaan di tempat kerjanya. Harapannya rekomendasi ini dapat

dijadikan sebagai acuan ataupun perbandingan dalam rangka meningkatkan

pelaksanaan K3 khususnya di rumah sakit.

24

Page 26: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

DAFTAR PUSTAKA

Bennet. NB.Silalahi, Rumondang B Silalahi, 1985. Manajemen Keselamatan &

Kesehatan Kerja, PT Pustaka Binawan Pressindo, Jakarta.

Darmanto Djojodibroto R., 1997. Kiat Mengelola Rumah Sakit, Cetakan I Hipokrates,

Jakarta.

Departement of Manpower, National Centre for Industrial Hygiene and Occupational

Health. 1990. Indonesian Journal of Industrial Hygiene, Occupational Health

and Safety, Jakarta.

Direktorat Bina Peran Serta Masyarakat, 1996. Pedoman Teknis Upaya Kesehatan

Kerja di Rumah Sakit, DepKes RI, Jakarta

Direktorat Jenderal Pelayanan Medik dan PPM & PLP,1995. Pedoman Sanitasi

Rumah Sakit di Indonesia, DepKes RI, Jakarta.

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jkpkjplh-gdl-res-1996-

pelangi-518-hospital&q=Rumah diakses pada tanggal 4 Februari 2008.

http://www.depkes.go.id/index.php?

option=articles&task=viewarticle&artid=115&Itemid=3 diakses pada tanggal 8

Februari 2008.

http://www.dinkesjatim.go.id/berita-detail.html?news_id=426 diakses pada tanggal 6

Februari 2008.

http://www.tempo.co.id/medika/arsip/112002/pus-1.htm diakses pada tanggal 6

Februari 2008.

K.Chandra Meliala, 2000. Norma Keselamatan Kerja, Pelatihan dan Pengujian Alat

Kesehatan, Pusdiklat DepKes RI, Jakarta.

Kepala Pusat Kesehatan Kerja, Kesehatan Kerja Disarana Kesehatan, 14 Juli 2003.

Pentaloka Fasilitator K3 Di Pusdiklat, Jakarta.

Komite K3, 22 Januari 1994. Seminar K3 di RS, Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI dan Keputusan DirJen PPM & PLP tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit , 1995, DepKes RI, Jakarta.

Permen Kes RI No. 986/menkes/per/XI/1992 Tanggal 14 November 1992, Tentang

Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. 1992.

25

Page 27: TUGAS KELOMPOK - gurdani.files.wordpress.com€¦ · Web viewRumah sakit merupakan institusi yang sifatnya kompleks dan sifat organisasinya majemuk, maka perlu pola manajemen yang

26